SlideShare a Scribd company logo
1 of 34
MAKALAH




 INTRODUCTION TO SOCIOLOGY

       Mr, Sherman Zein

PENYIMPANGAN SOSIAL - LESBIAN



                By:

       Name: HERNI VERYANY

          Class: MKT 11-3C

         NIM: 2007110376




   SEKOLAH TINGGI ILMU KOMUNIKASI

                                    1
The London School of Public Relations Jakarta

                                        2008




                                     BAB I

                       PENGERTIAN LESBIAN

Homoseksualitas merupakan fenomena sosial yang saat ini tengah ramai

dipergunjingkan oleh masyarakat. Apalagi sejak mencuatnya kasus Ryan, si

pembunuh berantai yang berasal dari Jombang. Homoseksualitas kian menjadi

sorotan yang tak henti-hentinya diperdebatkan. Homoseksualitas tidak hanya

berbicara mengenai gay sebagaimana yang sedang menjadi buah bibir

masyarakat sekarang ini, tapi juga ada lesbianisme. Tidak seperti kalangan gay

yang menjadi sorotan media massa, kaum lesbian masih samar. Masyarakat

awam masih belum mempunyai pengetahuan yang cukup mengenai kalangan

lesbian ini. Keterbatasan pengetahuan masyarakat mengenai lesbian mungkin

disebabkan ketertutupan kaum lesbian sendiri. Kaum gay cenderung lebih

agresif bila dibandingkan dengan lesbian. Mereka cenderung lebih sering

melakukan kekerasan fisik atau bahkan membunuh bila ada yang mengancam

diri atau eksistensi mereka. Misalnya saja, Verry Idham Henryansyah atau yang

lebih popular dengan nama Ryan tega memutilasi Heri Santoso hanya karena

sang korban tertarik dengan pacar Ryan yang notabene berjenis kelamin laki-

laki.



Sebenarnya apa yang dimaksud dengan lesbian?




                                                                                 2
Lesbian tidak berbeda dengan gay, hanya saja dalam kasus lesbian, kaum

wanitalah yang mempunyai kelainan preferensi seksual. Sederhananya, lesbian

dapat diartikan perempuan yang menyukai sesama perempuan. Secara umum,

seorang perempuan menjadi lesbian dapat disebabkan oleh 2 faktor. Faktor

pertama merupakan faktor hormonal, di mana seseorang menjadi lesbian

karena faktor hormon yang berkembang di dalam tubuh mereka. Faktor kedua

merupakan faktor lingkungan, di mana seorang perempuan menjadi lesbian

akibat pengaruh dari lingkungan. Dalam hal ini, lingkungan yang dimaksud

adalah lingkungan tempat orang tersebut bergaul, gaya hidup, pola pikir, atau

bahkan pengalaman traumatis yang dialami.



Selain hal-hal yang telah disebutkan di atas, ada lagi hal lain yang dapat

mempengaruhi seseorang menjadi lesbian. Misalnya saja media. Media

merupakan salah satu dari beberapa pengaruh besar dalam masyarakat kita.

Media dapat mempengaruhi cara kita berpikir, bertindak atau bahkan

berkeyakinan. Seperti yang telah kita tahu, remaja adalah sasaran empuk

media. Remaja lebih mudah dipengaruhi dibanding dengan orang dewasa,

karena masa remaja merupakan masa di mana kita sedang mencoba untuk

mencari tahu identitas diri dan juga tujuan hidup. Bila kita lihat, sekarang ini

media lebih mengedepankan aspek kekerasan dan seksual. Beberapa tahun

yang lalu, media dihebohkan dengan aksi Madonna dan Britney Spears yang

saling berciuman. Kedua penyanyi di atas mengaku dan diakui sebagai

heteroseksual namun yang terjadi adalah sebaliknya. Jika para remaja melihat

apa yang dilakukan oleh Madonna dan Britney Spears, bisa saja orientasi

seksual mereka turut terpengaruh.


                                                                                   3
Terkait dengan kasus lesbian, sebuah studi terhadap pelajar SMP-SMA pada

tahun 1995 yang diselenggarakan Massachusetts Youth Risk Behavior

Surveillance menemukan bahwa:

   •   Pemuda-pemudi dengan orientasi seksual gay, lesbian, dan biseksual

       diperkirakan telah melakukan hubungan seksual sebelum umur 13 tahun.

   •   Pemuda-pemudi dengan orientasi seksual gay, lesbian, dan biseksual

       diperkirakan telah melakukan hubungan seksual dengan 4 pasangan atau

       lebih sepanjang hidup mereka maupun dalam 3 bulan terakhir.

   •   Pemuda-pemudi dengan orientasi seksual gay, lesbian, dan biseksual

       diperkirakan pernah berhubungan seksual di luar keinginan maupun di

       bawah paksaan.

   •   Suatu studi terhadap 2621 gay dan biseksual berumur 15 hingga 25


       tahun di 10 kota di Amerika Serikat menemukan bahwa lebih dari

       (22%) pemuda gay atau biseksual sama sekali belum pernah menjalani

       pengujian HIV dan lebih dari setengahnya belum menjalani pengujian

       dalam 6 bulan.

   •   Suatu studi terhadap 3492 gay dan biseksual, berumur 15 hingga 25

       tahun pada 7 kota di Amerika Serikat menemukan bahwa 1 dari 6

       pemuda yang pernah berhubungan seksual dengan pria akhir-akhir ini

       telah berhubungan seksual dengan wanita. Sebagai tambahan, hampir


          dari orang-orang tersebut mengaku baru-baru ini telah berhubungan

       seksual tanpa alat pelindung baik dengan pria maupun wanita. Studi

       menegaskan bahwa para pemuda biseksual itu adalah “jembatan” yang


                                                                              4
menghubungkan HIV pada para wanita, terutama kareng 6,6% dari

       pemuda biseksual dalam studi tersebut positif menderita HIV.

Mungkin di Indonesia, jumlah lesbian belum begitu banyak namun masyarakat

tidak boleh memandang sebelah mata kasus lesbian karena bisa jadi jumlahnya

terus bertambah bila tidak memperoleh penanganan khusus.




Eufimisme Komunitas Lesbian


Eufimisme merupakan suatu cara untuk memperhalus istilah yang membuat

telinga tidak nyaman. Contohnya supir diperhalus dengan kata driver, Indian

dengan Native American, Cina dengan Tionghoa. Istilah-istilah seperti ini juga

dibuat oleh kaum lesbian sendiri yang tidak sampai hati menggunakan kata

“Lesbian” itu sendiri.


Di era 1960an, kaum lesbian umumnya menyebut diri mereka sebagai “sentul”

dan “kantil”. Namun istilah ini menghilang dan kemudian di era tahun 80-an

mereka menggunakan istilah “sakit” bagi perempuan-perempuan yang notabene

adalah seorang lesbian.


Cerita cinta lesbian yang sempat tenar di tahun 1990-an adalah “Aku Jadi Lesbi

karena Disakiti Laki-laki”. Di zaman itu kaum lesbian memiliki istilah “lines” (baca

li-nes) untuk menyamarkan kata lesbian. Perubahan kembali terjadi di tahun

2000-an, mereka mengistilahkan lesbian dengan kata “belok”. Belok disini

digunakan sebagai lawan dari kata straight (lurus) yang dimaknai sebagai

orientasi seksual yang normal. Saat ini istilah yang lebih halus dan samar yaitu

istilah “butch” dan “femme”. “butch” merupakan istilah untuk lesbian yang


                                                                                   5
berorientasi seksual sebagai pria, sedangkan “femme” adalah istilah untuk

lesbian dengan orientasi seksual perempuan.


IDAHO


International Day Against Homophobia (IDAHO) merupakan hari anti

homophobia sedunia, diperingati setiap tahun pada tanggal 17 Mei. Tanggal

tersebut dipilih untuk memperingati keputusan WHO yang pada 17 Mei 1990

mengeluarkan kelompok Lesbian, Gay, Biseksual, Transgender/Transseksual

(LGBT) dari kategori mental disorder (gangguan jiwa).


Peringatan IDAHO sendiri lahir pada 26-29 Juli 2006 dalam Konferensi

Internasional tentang Hak Asasi Manusia LGBT di Montreal, Kanada. Di

Indonesia, LGBT menjadi isu yang terus diperjuangkan dengan

ditandatanganinya deklarasi yang kemudian disebut The Jogja Principle.


Homophobia bisa diartikan sebagai sikap atau perasaan negatif, tidak suka

terhadap gay atau lesbian atau homoseksualitas secara umum. Definisi lain dari

homophobia yaitu penolakan terhadap orang-orang yang dianggap gay atau

lesbian dan semua yang diasosiasikan dengan mereka. LGBT tidak

mendapatkan perlindungan, akibatnya sering terjadi tindakan diskriminasi dan

muncul stigma negatif. Selain itu, kebijakan negara juga tidak berpihak dan

berperspektif keadilan kepada mereka. Peringatan IDAHO kemudian digunakan

sebagai momentum untuk memperjuangkan pengakuan, pemenuhan, dan

perlindungan hak LGBT.


Sampai saat ini, homoseksualitas masih menjadi kontroversi di masyarakat.

Kaum homoseksual masih mendapat stigma sebagai pendosa, manusia tak

                                                                               6
bermoral, ataupun manusia yang dilaknat Tuhan. Mereka juga sering mendapat

perlakuan diskriminatif. Padahal sebagai warga negara, mereka pun memiliki

hak dan kewajiban yang sama dengan warga negara yang lain.


Menurut seoarang antropolog UGM, Aris Arief Mundayat, menjadi homoseksual

merupakan sebuah pilihan, bukan kelainan. Dalam proses ini, sosok yang paling

mengalami homophobia adalah orang tua. Mereka merasa khawatir jika

anaknya memilih untuk menjadi seorang homoseksual karena hubungan

homoseksual tidak akan dapat menghasilkan keturunan. Generasi penerus dari

keluarga mereka akan terputus.


Kaum homoseksual mengalami kekerasan secara fisik dan simbolik. Kekerasan

itu bisa berasal dari keluarga mereka sendiri dan lingkungan terdekat. Lantas,

mereka lari dari keluarga dan mencari komunitas yang mau menerima

keadaannya. Komunitas menjadi modal sosial untuk membangun kerjasama dan

dukungan moral. Ruang yang dapat mengakomodasi perjuangan mereka antara

lain media massa terutama media audio-visual. Media ini pun diperebutkan oleh

kaum homoseksual dan heteroseksual untuk menyuarakan kepentingan mereka.




                                                                                 7
BAB II


                        KEHIDUPAN LESBIAN

Pressure and “Coming Out”

Dalam kehidupan normal saja, masa remaja adalah masa yang sulit dilalui. Tapi

jika sejak remaja seseorang sudah merasa bahwa ia seorang gay/ lesbian/

transeksual, masa remaja akan berpuluh-puluh lebih sulit. Kesendirian dan

ketakutan yang dialami remaja homoseksual sering menimbulkan timbulnya

depresi yang berlebihan. Kadang-kadang bunuh diri dilakukan untuk mencegah

agar orang-orang tidak tahu bahwa ia seorang homoseksual. Selain itu desakan

pergaulan atau peer pressure, tekanan orang tua, atau akibat coming out yang

terlalu dini di usia muda bisa menyebabkan remaja homoseksual mengambil

tindakan nekat.


Dunia remaja tidaklah seindah novel-novel teenlit dan semanis gulali. Banyak

dari kita yang sudah melewati masa remaja pasti mengakuinya. Memasuki masa

puber dan remaja, biasanya gay/ lesbian/ transeksual menyadari bahwa diri

mereka berbeda dari teman-temannya karena mereka tertarik pada sesama

jenis


Perbedaan bukanlah sesuatu yang disukai oleh remaja, maka seperti kita lihat

bagaimana remaja sering bergerombol kesana kemari demi untuk menjadi

bagian dalam suatu kelompok. Saat ia merasa berbeda, ia menjadi makhluk

freak, nerd, atau si homo. Saat ia berbeda, ia akan menjadi sasaran cemooh

                                                                               8
kaum mayoritas. Belum lagi jika ia berasal dari keluargayang kurang harmonis,

dimana keluarga tidak bisa menjadi tempat bersandar. Meskipun sesungguhnya

keluarga yang harmonis juga tidak menjamin 100% anak tidak melakukan bunuh

diri.


Bayangkan betapa takutnya seorang gay/ lesbian/ transeksual saat ia

mengetahui bahwa dirinya berbeda. Ia tentu tidak mau dipanggil si homo,

bencong, lesbi, banci, “el”, atau apalah sebutan lainnya dalam masyarakat.

Rasa takut dan bingung itu membuat banyak remaja seakan-akan merasa

berada dalam lubang hitam tergelap dalam hidupnya.


Bunuh diri sering dianggap sebagai cara mudah untuk menyelesaikan masalah.

Apalagi karena remaja berpikir masih dengan amygdala, sehingga segala

keputusan biasanya dilakukan atas dasar emosi bukan penalaran. Seorang

remaja belum mampu membuat keputusan, menyelesaikan masalah, dan

berpikir secara logis. Akibatnya remaja sering mengambil keputusan

berdasarkan emosi sesaat tanpa dipikirkan akibatnya kemudian. Tapi ini juga

yang menyebabkan cinta ang dialami remaja terasa begitu indah karena emosi

mereka mengalir drastis dalam otak mereka.


Oleh karena itu, coming out tidaklah disarankan untuk kaum remaja terutama

yang masih berusia dibawah 19 tahun. Butuh adaptasi terlebih dahulu di usia

remaja. Coming out memerlukan kemandirian diri yang amat sangat besar dan

pertimbangan rasional yang dipikirkan secara seksama, bukan dilakukan secara

impulsif. Banyak orang yang tidak merasa aman untuk “come out” dengan

preferensi seksual mereka, Mayoritas remaja LGBT yang menjadi sasaran



                                                                                9
siksaan fisik dan mental, dan keadaan seperti ini dapat mendorong perbuatan

bunuh diri.


Proses penerimaan diri sebagai lesbian/gay/biseksual/transeksual adalah

proses panjang berliku yang menyakitkan. Semakin muda seseorang menyadari

orientasi seksualnya, semakin kebingungan dan kesulitan yang mereka hadapi

yang bisa mendorong resiko terjadinya pikiran atau tindakan bunuh diri.

Biasanya mereka yang bunuh diri adalah mereka yang secara fisik tampak

“berbeda”. Transeksual yang tidak tahan harus menjadi orang yang bukan

dirinya dan juga banyak diantara mereka yang berfikir untuk mengakhiri hidup

mereka. Banyak lesbian/gay yang setelah melewati usia 20 tahun akhirnya

memutuskan untuk kompromi, terutama terhadap keluarga dan juga melakukan

adaptasi sosial.


Menurut statistik di Amerika Serikat tahun 2001, remaja usia 15-24 tahun

meninggal akibat bunuh diri setiap 2 jam 12 menit. Dan kurang-lebih 30% nya

ada;ah remaja lesbian/gay/transeksual. Data statistik lain menyebutkan 35% gay

dan 38% lesbian pernah serius berfikir untuk bunuh diri.


Di Indonesia sendiri, menurut majalah Tempo terbitan Maret 2007, tidak ada

data pasti tentang statistik bunuh diri di Indonesia. Dan sayangnya, di Indonesia

kepedulian tingkat bunuh diri ini sangat rendah. Hampir tidak ada refrensi

pencegahan bunuh diri atau hotline untuk remaja yang bisa ditemukan untuk

menangani hal ini. Padahal support group amat diperlukan dalam hal ini.




                                                                               10
Masalah bunuh diri bukanlah karena “perbedaan” orientasi seksual, tapi lebih

kepada cara memandang hidup. Tidak ada seorang remaja pun, homoseksual

atau hetero, yang seharusnya berpikir untuk melakukan bunuh diri.




Gaya Hidup Lesbian

Keterbukaan atas preferensi seksual ini, seperti gay, lesbian, dan biseksual,

sekitar lima tahun belakangan ini memang semakin lebar. Cerita pribadi mereka

mengalir lancar. Jauh berbeda dibanding katakanlah sepuluh tahun yang lalu

ketika tidak ada orang yang bersedia diwawancara tentang preferensi seksual.


Menurut Dede Oetomo, keterbukaan dalam lima tahun terakhir ini sangat

dipengaruhi internet (website, chat room, forum, blog, dsb), media massa, dan

multikulturalisme di Indonesia. Dede Oetomo pada tahun 1982 mendirikan

organisasi gay pertama, Lambda Indonesia, dilanjutkan dengan Gaya Nusantara

pada tahun 1987. Sejak saat itu, liputan media membawa wacana tentang

homoseksualitas masuk ke ruang publik.


Saat ini beberapa club malam telah mendeklarasikan diri mereka secara terang-

terangan sebagai “Lesbian and Gay Club”. Contohnya Moonlight Club di daerah

Mangga Besar, Jakarta dan Heaven Club di daerah Dharmawangsa, Jakarta.

90% dari pengunjung mereka merupakan kaum gay dan lesbian, dimana man

are for man and woman are for woman. Club-club tersebut juga menghadirkan

hiburan yang serupa dengan club-club lainnya, seperti musik disko, DJ

Performance, minuman beralkohol, dan bahkan penari telanjang atau striptease.

Di tempat-tempat seperti inilah mereka dapat menjadi diri mereka yang

                                                                                11
sesungguhnya, tanpa harus menutupi diri dengan topeng kepura-puraan seperti

yang harus mereka lakukan dalam kehidupan masyarakat heterogen.




Seksualitas

Para lesbian juga tentunya masih memiliki nafsu birahi bak kaum hetero lainnya.

Namun ada perbedaan dalam cara mereka memenuhi kebutuhan seksualnya.

Mungkin hal ini akan sangat tidak lazim atau bahkan sangat mengelikan bagi

kaum hetero. Tetapi lesbian juga mempunyai hasrat pemuasan seksual melalui

hubungan intim sesama jenis.


Jenis kelamin yang serupa tidak menjadi kendala bagi lesbian untuk saling

melampiaskan hawa nafsu. Berikut adalah cara-cara kaum lesbian dalam

berhubungan seksual:


   •   Oral seks, yaitu berhubungan intim dengan menggunakan bantuan mulut.

       Misalnya dengan mencium, mencumbu, menjilat, atau yang lainnya.

   •   Hand job, yaitu hubungan seksual dengan bantuan tangan. Misalnya

       dengan cara menyentuh, membelai, meraba, dan memberikan sensasi

       seksual pada daerah-daerah rangsangan tertentu.

   •   Penetrasi, penetrasi seksual yang dilakukan oleh kaum lesbian selalu

       dilakukan dengan alat bantu seksual (sex toys), seperti dildo (penis

       buatan berbahan silicon, biasanya dengan 2 kepala), vibrator, dan strap

       on vibrator (penis ikat pinggang).


                                                                                 12
BAB III

                  OBSERVASI DAN WAWANCARA

Kami melakukan observasi dan wawancara pada beberapa orang responden

(lesbian). Kegiatan observasi ini meliputi pengamatan dan tanya jawab.


OBSERVASI


Komunitas lesbian di Jakarta ini terbilang cukup “rapi” dan tertutup. Sulit sekali

untuk membedakan seorang lesbian dengan perempuan normal lainnya, karena

memang pada umumnya para perempuan memiliki kedekatan dengan teman

sesame jenis. Bergandengan tangan, shopping bersama, curhat, bahkan saling

suap adalah kebiasaan-kebiasaan yang cukup lumrah dan wajar dilakukan oleh

sepasang sahabat perempuan. Banyak orang tidak menyadari mungkin

perempuan yang hanya berjarak beberapa langkah darinya adalah seorang

lesbian. Oleh karena itu lesbian menjadi lebih sulit diidentifikasi dibandingkan

gay dan transeksual.


Sebagian besar kaum lesbian lebih menyukai bergaul dengan kaum gay karena

mereka merasa adanya kesamaan dalam diri mereka. Sebagian lesbian juga


                                                                                     13
terkadang membayar seorang gigolo untuk mereka siksa di atas ranjang,

misalnya dengan menelanjangi dan mengikat gigolo tersebut, kemudian

dicambuki dan dicumbui. Hal itu dilakukan agar lesbian merasa ia mampu

menaklukan seorang lelaki dan mereka merasa puas dengan itu.




WAWANCARA


Kisah Putri – “Mengalir seperti air.”


Usia                : 29 tahun

Pendidikan          : Akademi

Pekerjaan           : Staff marketing

Agama               : Kristen

Suku                : Jawa-Manado

Domisili            : Jakarta

Status              : Janda, 1 anak

Kelas ekonomi       : Menengah


Putri lahir di sebuah kota kecil di Jawa tengah. Ketika duduk di bangku taman

kanak-kanak, keluarganya pindah ke Jakarta hingga sekarang. Putri merupakan

anak tunggal. Ayahnya adalah seorang pelaut internasional. Mereka hanya

bertemu sekali dalam setahun dan hal itu membuat Putri merasa tidak kenal

dengan ayahnya sendiri. Apalagi ayahnya juga merupakan sosok yang pendiam.

Sementara sang ibu adalah seorang ibu rumah tangga yang sibuk dengan

                                                                                14
kegiatan di luar rumah. Meskipun sering bertemu dengan ibunya, Putri tidak

memiliki kontak emosional dengan ibunya. Sejak kecil, ibunya mendidikPutri

dengan keras.


Sejak SD, Putri sudah tertarik dengan perempuan, tepatnya pada tahun 1990

saat ia kelas 6 SD. Cinta pertamanya diutarakan dengan sebuah surat berisikan

kalimat singkat “I like you”. Namun anak tersebut tidak memberi tanggapan.


Putri terbawa arus dengan teman-teman SMAnya semasa SMU. Mereka

menggosipkan siswa laki-laki dan mencari pacar. Pacar pertama Putri adalah

seorang laki-laki yang dikencaninya karena taruhan pencarian cinta. Lelaki itu

baik, pandai, sabar, dan juga atlet basket sekolah, namun saying wajahnya

kurang menarik. Bagi Putri, pacaran hanyalah untukmemnuhi tuntutan sosial.

Jadi ketika orang-orang bertanya tentang pacarnya, ia bisa menyodorkan

seorang lelaki kepada lawan bicaranya.


Ketika sudahbekerja, Putri pacaran dengan Adi, teman sekantornya. Selama

berpacaran, Adi sempat beberapa kali menjauhi Putri dengan alasan haram,

karena Adi adalah seorang muslim, sementara Putri adalah Kristiani. Mereka

sempat putus-nyambung selama hubungan tersebut berlangsung. Sampai pada

suatu ketika Putri hamil akibat perbuatan Adi. Akhirnya Adi menikahi Putri

dengan keadaan hamil 2 bulan.


Setelah menikah, mereka tinggal di rumah orang tua Putri. Adi tidak betah

tinggal di rumah mertua karena jauh dari kantornya. Dan untuk yang kesekian

kali, Adi kembali meninggalaknya Putri dan kembali ke rumahnya dengan alasan

yang sama, Putri haram. Meskipun sudah berpisah rumah, Putri tetap menjaga


                                                                                 15
komunikasi dengan Adi via sms. Namun Adi menanggapi sms-sms Putri dengan

acuh tak acuh. Sampai Putri akhirnya melahirkan anak perempuan mereka,

Dewi.


Di tahun 2005, Adi memutuskan untuk bercerai dengan Putri. Hak asuh Dewi

jatuh ke tangan Putri. Sampai saat ini, Adi masih mengirimkan uang untuk

membantu Putri membesarkan Dewi. Selama pernikahan, Putri mengaku tidak

pernah mendapat kekerasan fisik dari Adi. Hal ini tidak membuat Putri membenci

laki-laki. Namun Putri tidak berminat untuk berhubungan dengan laki-laki lebih

dari sekedar sahabat.


Saat pernikahan Putri dan Adi masih berlangsung, sesekali Putri mencoba

masuk ke forum chatting lesbian di internet. Ia berkenalan dengan Uki. Pada

suatu kesempatan Uki bertemu dengan Putri. Namun Uki tidak sendirian, ia

bersama Nina, mahasiswa cantik, periang, dan ramah.


Setelah 6 bulan saling mengenal, Putri dan Nina baru memutuskan untuk

menjalin komitmen. Saat ini mereka baru 4 tahun menjalankan hubungan. Putri

memperkenalkan Nina sebagai teman kepada Dewi. Nina sangat cocok dengan

Dewi. Dewi pun senang karena ia memiliki seseorang yang bisa bermain

bersamanya. Putri dan Nina bersama-sama mendidik dan membersarkan Dewi.

Mereka tinggal bertiga disebuah rumah kos dimana tetangga kamar mereka

sangat cuek dan saling tak perduli.


Meskipun baru pertama kali berhubungan intim dengan perempuan, Putri

merasa sensai yang didapat begitu luar biasa. Tidak ada rasa sungkan, yang

ada merasa sangat lega. Menurut Putri, berhubungan dngan perempuan sangat


                                                                                 16
berbeda dengan laki-laki. Relasinya setara, emosinya juga berbeda, dan juga

lebih lembut. Putri menemukan sosok ibu, teman, dan kekasih dalam diri Nina.


Keluarga Putri sudah mengetahui orientasi seksualnya sebagai lesbian. Orang

tuanya langsung murka terhadapnya. Namun pintu rumah senantiasa terbuka

bagi Putri. Di tempat kerja pun Putri mengaku bahwa ia adalah lesbian, dan

untungnya bos café tempat Putri bekerja juga seorang lesbian. Berbeda dengan

Nina yang sampai saat ini masih menutupi orientasi seksualnya. Ia tidak mau

menghancurkan harapan orang tuanya terhadap dirinya.


Harapan Putri bagi Dewi adalah menyekolahkan Dewi di Singapura denan

alasan agar Dewi tidak perlu susah payah memikirkan jawaban ata spertanyaan

tentang ayahnya. Putri ingin Dewi membuka wawasannya dan akan membiarkan

Dewi menentukan pilihan bagi hidupnya sendiri. Putri juga tidak memaksakan

Dewi untuk mengikuti jejak bunya sebagai lesbian dan akan sulit bagi Dewi dan

Putri ketika Dewi mengetahui bahwa ibunya adalah seorang lesbian.




Kisah Lee – “Aku bukan perempuan.”


Usia               : 29 tahun

Pendidikan         : Perguruan tinggi

Pekerjaan          : karyawan bank (pagi), pegawai café (malam)

Agama              : Islam

Suku               : Tionghoa-Batak

Domisili           : Jakarta

                                                                               17
Status              : Lajang

Kelas ekonomi       : Menengah


Saat Lee masih dalam kandungan, orang tuanya berharap bahwa yang akan

lahir adalah seorang bayi laki-laki. Namun faktanya, yang lahir adalah Lee,

orang bayi berjenis kelamin perempuan. Sejak kecil, Lee lebih suka pakaian dan

permainan laki-laki. Ia kerap kali memanjat pohon, bermain layangan dan

bersepeda bersama teman-teman lelakinya. Orang tuanya pun tidak keberatan

dengan hal tersebut.


Lee memiliki pengalaman buruk dengan pamannya yang sebenanya sudah ia

anggap sebagai ayah sendiri. Sang paman memperkosa Lee saat ia berusia 8

tahun. Masa kecil yang indah terkoyak akibat perbuatan busuk pamannya.

Namun sampai saat ini tidak seorang pun mengetahui aib tersebut. sejak saat

itulah Lee mulai trauma dan membenci laki-laki. Ditambah lagi ia kehilangan

ayahnya saat Lee kelas 1 SMA.


Dulu, Lee sangat benci melihat film porno lesbian dan juga sekedar mendengar

kata “lesbian” pun ia sudah jijik. Tapi miris sekali bahwa ia sekarang menjadi

seorang lesbian. Lee tertarik dengan perempuan sejak SMA, tahun 1997. Ia

menemukan cinta sejatinya, Annisa, seorang gadis berkerudung. Sebenarnya

mereka sudah lama saling suka namun tidak ada keberanian untuk

mengungkapkannya. Lee juga masih ragu dengan orientasi seksualnya. Ia pun

pernah dua kali mencoba berpacaran dengan laki-laki untuk menguji apakah ia

benar-benar seorang lesbian. Dan hasilnya, ia tidak pernah merasakan

perasaan cinta terhadap laki-laki. Akhirnya setelah lulus SMA, Lee



                                                                                 18
mengutarakan perasaannya dan meminta Annisa untuk menjadi pacarnya.

Mereka pun membangin hubungan secara diam-diam (backstreet).


Keluarga Lee mulai mencurigai hubungannya dengan Annisa yang bukanlah

pertemanan biasa. Akibatnya Lee mendapatkan kekerasan dan penganiayaan

dari keluarganya sehingga ia memutuska untuk kabur dari rumah. Demikian juga

dari pihak Annisa, Lee kerap kali dipukuli oleh paman-paman Annisa dan ia tidak

melakukan perlawanan. Hingga saat ini, Lee telah 7 tahun meninggalkan

keluarganya. Lee dan Annisa pindah ke luar kota dan hidup bersama sebagai

pasangan.


Sejak meninggalkan keluarga, Lee sudah menganggap dirinya laki-laki. Ia

membenci laki-laki karena dianggapnya sebagai perusak dan ia mau menjadi

seorang laki-laki yang berbeda, yang bertanggung jawab, tidak seperti

pamannya. Lee menjadi begitu karena beberapa faktor, yaitu faktor gen, orang

tuanya yang menginginkan anak perempuan, dan juga trauma masa kecil.

Perlahan-lahan Lee mulai menapaki kehidupan sebagai seorang laki-laki, dari

mulai KTP berjenis kelamin laki-laki, Kartu Keluarga yang menyatakan bahwa ia

dan Annisa adalah pasangan suami istri, serta di lingkungan rumah dan

pekerjaan Lee selalu memperkenalkan dirinya sebagai laki-laki. Ia

menggunakan seragam kerja laki-laki, dan semua orang di kantor memanggil ia

dengan panggilan “Bapak”. Lee juga selalu mengikuti sholat Jumat dan

menggunakan toilet pria. Untung saja payudara Lee kecil, sehingga tidak ada

yang curiga dengan keadaan itu. Ia adalah sosok lelaki dalam tubuh perempuan.


Tahun 2004, ia sempat berfikir untuk melakukan operasi kelamin. Annisa bukan

lesbi, ia menyukai laki-laki. Lee tahu itu, maka demi membahagaiakan

                                                                               19
pasangannya ia rela melakukan operasi kelamin. Ia telah melakukan konsultasi

dengan dokter dan 3 psikolog. Hasilnya ia tetap bersikeras ingin melakukan

operasi kelamin, semua demi kebahagiaan Annisa. Namun setelah berunding

dengan teman-temannya, ia akhirnya mengurungkan niat tersebut. Sekarang

Lee hanya menggunakan penis buatan yang hanya ia lepaskan ketika ia sedang

mandi. Saat berhubungan seks, mereka selalu mematikan lampu dan Lee

melarang Annisa untuk menyentuh dadanya. Lee mengakui bahwa mereka

jarang melakukan hubungan seks. Menurut Lee, keintiman dan kenikmatan lebih

didapat dari obrolan dan sentuhan kasih sayang.


Annisa sangat ingin mengandung, melahirkan, dan mempunyai anak. Itulah

satu-satunya hal yang tidak dapat diberikan oleh Lee. Sempat terpikir untuk

melakukan donor sperma, namun Annisa menolak karena bertentangan dengan

ajaran agama. Satu-satunya jalan adalah melepaskan Annisa untuk menikah

dengan laki-laki lain. Semua demi Annisa, tapi Annisa tidak mau melakukan itu.


Lee bekerja demi kehidupannya dan Annisa, karena ia tidak mungkin lagi

mengharapkan bantuan dari keluarga yang telah mencampakkan mereka.

Dengan memilih jalan hidup begini, berarti ia harus menanggung semua

resikonya. Ia bekerja di bank pada pagi hari dan menjadi pegawai café di malam

hari. Selain itu ia pun memiliki pekerjaan sampingan mengerjakan proyek

kontraktor.


Lee juga mulai terlibat dengan organisasi perempuan. Itu membuatnya menjadi

lebih percaya diri, merasa memiliki teman, dan tidak merasa sendirian lagi. Ia

berharap tahun-tahun kedepan tanggapan media terhadap lesbian menjadi lebih



                                                                                 20
positif. Semoga isu-isu yang diangkat akan membuka pikiran masyarakat untuk

menerima kaum LGBT.


Kisah Mickey – “Kisah panjang pencarian jati diri”


Usia                : 33 tahun

Pendidikan          : SMA

Pekerjaan           : Mahasiswi

Agama               : Katolik

Suku                : Tionghoa

Domisili            : Jakarta

Status              : Lajang

Kelas ekonomi       : Menengah atas


Mickey lahir dan tumbuh di Jakarta. Ia memiliki kakak laki-laki bernama Haris

yang tinggal di Amerika Serikat. Hubungan Mickey dengan orang tuanya cukup

baik. Hanya saja, Mickey lebih suka cerita dengan ayahnya ketimbang dengan

ibunya. Walaupun ayahnya cukup keras dalam mendidik, tetapi ayah Mickey

lebih mampu memahami kemauan anak dibandingkan ibunya.


Sejak duduk di bangku SMP, Mickey mulai mengagumi dan menyukai

perempuan. Ada ketertarikan jika melihat poster-poster perempuan cantik, tapi

kalau melihat poster laki-laki malah biasa-biasa saja. Saat Mickey SMK, ia

memiliki sahabat bernama Ami. Kedua sahabat ini memiliki kedekatan yang

cukup erat karena mereka satu sekolah dan sama-sama mengikuti organisasi



                                                                                21
bela diri. Pertemuan sesingkat apapun dengan Ami selalu membuat Mickey

bahagia. Ia sangat sayang dan selalu ingin melindungi Ami.


Rasa sayang itu diungkapkan Mickey dengan berkata bahwa dirinya sangat

takut kehilangan Ami dan mencium pipi Ami di depan teman-teman sekolah.

Gara-gara tindakan itu, Mickey diejek oleh teman-teman sekolahnya. Tapi

Mickey menanggapinya dengan acuh karena ia sendiri tidak tahu apa itu

lesbian. Akibat reaksi teman-temannya itu Mickey mulai menjaga jarak dengan

Ami karena takut Ami diganggui. Mickey menilai hubungannya tersebut bukan

sebagai pacaran, hanya sekedar sahabat akrab.


Setelah lulus SMK tahun 1994, Mickey kuliah di sebuah perguruang tinggi di

Jakarta. Pada masa kuliah, seorang temannya memperkenalkan Rudi kepada

Mickey dan kemudian mereka berpacaran. Namun hubungannya dengan Rudi

bukan sesuatu yang bermakna bagi Mickey. Ada rasa tidak nyaman dan pada

saat berciuman pun tidak ada rasa apa-apa. Akhirnya telah 2 bulan berpacaran,

hubungan mereka pun berakhir.


Orang tua Mickey mendorong Mickey untuk mengikuti perkumpulan doa karena

mereka berfikir Mickey frustasi akibat putus cinta. Kegelisahan dalam pencarian

jati diri membuat Mickey berhenti kuliah dan tahun 1996 Mickey mendaftarkan

diri ke sekolah biarawati di Jawa Timur. Keputusan itu diambil untuk menyangkal

bahwa ia adalah seorang lesbian. Dua tahun Mickey berada di biara tersebut,

namun terjadi ketidak cocokan dengan seorang pembimbing. Ia pun

mengundurkan diri dari biara.




                                                                              22
Setelah keluar dari biara, Mickey membantu usaha orang tuanya selama satu

tahun dan kemudian mendaftar ke biara lain di Jakarta. Selama satu tahun di

biara itu, kembali ia bermasalah dengan Dewan Penasihat biara dan ia keluar

dari biara. Mickey lalu memutuskan pergi ke Amerika bertemu dengan Haris

kakaknya. Ia mengungkapkan yang sesungguhnya bahwa ia adalah lesbian dan

Mickey akhirnya menerima kenyataan bahwa ia adalah seorang lesbian.


Melalui situs di internet, Mickey masuk ke website lesbian dan chatting dengan

mereka. Dari situs itulah ia mengenal seorang wanita Arab-Lebanon dan

berpacaran dengannya. Mereka berhubungan via sms, telepon, email, dan

chatting. Namun kakak si wanita Arab ini memergoki hubungan mereka dan

menentangnya. Oleh karena itu mereka memutuskan mengakhiri hubungan.


Setelah lepassari relasi itu, Mickey mencoba masuk ke situs lesbian Indonesia

dan berkenalan dengan Gita, gadis asal Padang. Mickey dan Gita berpacaran,

dan diam-diam Mickey berangkat ke Padang untuk bertemu dengan Gita.

Hubungan mereka berjalan, namun Mickey mulai merasa lelah menghadapi

sikap Gita yang terkadang kekanak-kanakan dan posesif. Akhirnya, hubungan

yang telah berlangsung 8 bulan itu pun kandas di tengah jalan.


Pacar ketiga Mickey pun dikenalnya dari dunia maya. Setelah lebih akrab,

mereka bertemu di sebuah café di Jakarta dan memutuskan untuk berpacaran.

Namun pacarnya yang kali ini terlalu banyak menuntut dan posesif. Satu tahun

saja Mickey mampu bertahan dalam hubungan tersebut.


Beberapa bulan setelah putus dari pacar ketiganya, Mickey teringat kepada Ami,

teman SMKnya. Mickey mencari tahu keberadaan Ami dan berusaha untuk


                                                                                 23
bertemu dengannya. Setelah mereka bertemu, ternyata Ami telah menjadi jada

beranak satu. Ia bercerai karena suaminya adalah pelaku kriminal dan sering

melakukan kekerasan pada Ami. Mickey pun kembali mengungkapkan perasaan

sayangnya kepada Ami. Oktober 2004 mereka sepakat untuk menjadi

pasangan. Sebagai tanda keseriusan, Mickey memberikan cincin kepada Ami.


Dimas adalah anak laki-laki Ami. Dimas mengenal Mickey sebagai teman

ibunya. Mereka berdua memiliki hubungan yang baik. Mickey pun ikut

membantu menasihati dan membesarkan Dimas.


Diakui oleh Mickey bahwa ia lebih bersifat macho dan Ami lebih feminine. Tapi

pembagian itu bukan dilakukan dengan sengaja, namun memang itulah karakter

mereka masing-masing. Posisi tersebut tidak membuat adanya diskriminasi

dalam hubungan mereka. Segalanya setara, bahkan dalam hubungan seks pun

mereka saling melayani.


Mickey tidak berniat untuk mengungkapkan orientasi seksualnya kepada orang

tuanya, walaupun sebenarnya itu adalah hal yang sangat ia idamkan. Ia hanya

mengungkapkan hal tersebut kepada dua orang teman laki-lakinya di kampus

dan mereka pun menerima keadaan Mickey apa adanya.


Mickey tahu,bahwa menurut ajaran agama Katolik homoseksual itu dilarang.

Namun ia sendiri pernah mengalami penyangkalan dan perang batin atas

keadaan yang ia alami. Semakin disangkal, perasaan itu semakin kuat. Dan ia

pun akhirnya berfikir bahwa Tuhan adalah Maha Penyayang. Tuhan selalu

menyayangi umatnya yang terhina jika ia tidak merugikan ciptaanNya yang lain.

Ia berharap dapat mendirikan suatu perusahaan dan merekrut para lesbian


                                                                                24
lainnya untuk bekerja bersamanya. Ia juga ingin agar pelecehan terhadap kaum

lesbian semakin diperhatikan, seperti misalnya kekerasan dan pelecehan

seksual. Semoga hukum di Indonesia akan lebih memperjuangkan hak-hak

kaum lesbian dan perempuan.


Kisah Risa – “Perjuangan tiada henti”


Usia                : 25 tahun

Pendidikan          : Pergurun tinggi

Pekerjaan           : Tidak bekerja

Agama               : Islam

Suku                : Sumatra-Sulawesi

Domisili            : Jakarta

Status              : Lajang

Kelas ekonomi       : Menengah


Risa lahir dan besar di sebuah kota kecil di Sumatra Selatan. Ia merupakan

anak bungsu dari 3 bersaudara. Ayahnya sangat keras dalam mendidik anak

agar anak-anaknya menjadi pribadi yang disiplin, mandiri, dan berani. Sejak

kecil Risa lebih suka dengan segala sesuatu yang diperuntukkan bagi anak laki-

laki, seperti bermain kelereng, yoyo, dan layangan dengan teman laki-lakinya.

Dan pada umur 10 tahun, orang tua Risa berpisah. Ia tidak tahu alasan

mengapa orangtuanya bercerai.




                                                                                25
Risa tinggal berdua dengan ibunya setelah kakaknya memutuskan untuk

melanjutkan SMA di luar kota. Hal itu mengubah kepribadian Risa. Ia mendidik

dirinya untuk menjadi kuat, baik secara fisik maupun psikis. Ia harus bisa

menjaga ibunya. Namun sikap ibunyakurang hangat kepada Risa. Terkadang

Risa merasa iri dengan teman-temannya yang akrab dan bisa berbagi cerita

dengan ibu. Selepas perceraian, ayahnya masih tetap menghubungi Risa dan

sesekali menemui Risa di sekolah.


Risa mengakui bahwa tidak pernah merasa jatuh cinta dengan laki-laki.

Menurutnya, laki-laki adalah teman main yang menyenangkan. Sewaktu Risa

SMP ia menyukai seorang teman perempuannya. Untuk menunjukkan

perasaannya risa sering menulis surat-surat kecil dan berusaha

membahagiakan temannya. Baginya tidak ada yang salah dengan itu.


Saat duduk di bangku SMA, Risa jatuh cinta dengan Santi, adik kelasnya. Ia

tertarik denan Santi karena ia cantik, pintar, pendiam, dan sabar. Setelah terjalin

komunikasi yang intensif, mulailah terbangun ketergantungan emosi dan Risa

mengungkapkan cintanya kepada Santi. Pernyataan cinta itu ditangapi negatif

oleh Santi. Ia malah membenci dan memarahi Risa. Dan menyebarlah gosip di

sekolah bahwa Risa adalah seorang lesbian.


Santi sempat berpacaran beberapa kali dengan laki-laki. Walaupun begitu, Risa

tetap menyayangi Santi. Mereka pun tetap dekat karena mereka berdua

tergabung dalam satu tim softball. Akhirnya pada kelas 3 SMA, Risa dan Santi

berpacaran. Hubungan mereka itu berlangsung selama 4 tahun, hingga

menjelang wisuda kuliah.



                                                                                 26
Kontak seksual yang pertama kali dengan Santi diawali dengan ciuman dan

perangsangan di daerah dada. Selanjutnya mengalir begitu saja. Saat itu Santi

lebih agresif, sementara Risa masih malu-malu. Risa juga tidak mau terlalu

agresif karena takut Santi malah menjauh darinya. Melihat tubuh perempuan

bugil membuat Risa terkesima dan awalnya ia pun merasa tidak nyaman untuk

bertelanjang bugil dihadapan perempuan.


Saat berelasi dengan Santi, Risa memposisikan diri sebagai laki-laki. Seperti

menjemput Risa, menelpon, membayari kencan, dsb. Namun saat Risa mulai

bergabung di organisasi perempuan di Yogyakarta, ia mulai memahami

kesetaraan gender dalam lesbian. Ia pun hendak mengubah peran gendernya

dan memberlakukan kesetaraan dalam hubungan. Tetapi saat itu malah Risa

mengakhiri hubungannya dengan Santi. Rasa jenuh, cemburu, dan kelewat

posesif menghantui Risa. Dan lagi mereka harus menjalani pacaran jarak jauh

karena Risa sedang menyelesaikan tugas akhir kuliah di Yougyakarta.


Keaktifan Risa di organisasi perempuan Yogyakarta membawa Risa ke dalam

suatu konfrensi pers lesbian. Dalam konfrensi per situ, ia mengakui bahwa

dirinya adalah seorang lesbian dan beritaitu pun sampai ke telinga keluarga

Risa. Orang tua Risa menyuruh Risa untuk pergi ke psikolog dan mendalami

agama. Sampai-sampai ibu Risa yang pulang umroh menyuruhnya untuk

meminum air zam-zam.


Risa mengidamkan pasangan yang dewasa, yang bisa mendukung

keinginannya untuk aktif dalam pergerakan perempuan. Pernah ada pasangan

Risa yang mengusulkan ide untuk pura-pura menikah dengan laki-lai demi

menutupi hubungan mereka di depan keluarganya. Namun Risa menolak

                                                                                27
mentah-mentah. Baginya itubukanlah sebuah solusi tetapi malah akan

memunculkan masalah baru. Sempat juga Risa ingin memiliki seorang anak

dengan cara adopsi. Sayangnya proses adopsi di Indonesia cukup rumit dan

juga ia mengkhawatirkan anaknya jika setelah dewasa mengetahui bahwa

ibunya adalah seorang lesbian. Risa pun mengurungkan niat tersebut.


Selama ini Risa pun kerap kali berteman dengan homophobia. Teman-temannya

di organisasi perempuan sendiri bahkan sering menolak Risa yang notabene

adalah seorang lesbian. Mereka malah meminta Risa untuk mengubah orientasi

seksualnya karena menurut mereka lesbian adalah suatu tindakan dosa.

Namun, teman-temannya yang diluar LSM malah mampu menerima Risa apa

adanya.


Menurut Risa, agama Islam jelas melarang praktek homoseksualitas. Akan

tetapi ajaran dan interpretasi agama belum menjadi penyejuk karena masih

mendiskriminasi kaum-kaum marjinal sepertinya. Salah satu ajaran agama

adalah mengasihi sesama manusia, jadi kalau orientasinya masih mengasihi

sesama manusia Risa merasa tidak ada yang salah dengan dirinya. Menjadi

lesbian tidak menghalangis seseorang untuk berdoa dan beribadah. Ia pun yakin

bahwa tidak ada agama manapun yang mengajarkan diskriminasi.


Risa menilai bahwa gerakan kaum lesbian di Indonesia masih bernaung dalam

organisasi perempuan. Menurutnya, gerakan lesbian harus lebih membaur ke

seluruh lapisan masyarakat agar setiap orang dapat memahami dengan benar

apa itu lesbian dan kaum lesbian pun dapat diterima dengan baik di masyarakat.

Risa ingin memperjuangkan hak-hak lesbian dan menghapuskan diskriminasi. Ia

mengharapkan agar kaum lesbian mendapatkan perlindungan hukum dan

                                                                            28
disahkannya perkawinan sejenis di Indonesia. Selain itu juga ada kejelasan

hukum atas pasangan lesbian yang telah menikah, seperti hak waris, harta

gono-gini, dsb. Satu lagi keinginan Risa, yaitu mendirikan “lesbian crisis center”

sebagai tempat perkumpulan lesbian dan juga memberikan pengarahan bagi

seorang lesbian yang sedang dalam proses mencari jati diri.


Kisah Sandy – “Kodrat seorang perempuan”


Usia                   : 35 tahun

Pendidikan             : SMA

Pekerjaan              : Pegawai showroom motor

Agama                  : Islam

Suku                   : Minangkabau

Domisili               : Jakarta

Status                 : Lajang

Kelas ekonomi          : Menengah bawah


Sandy lahir dan besar di Sumatra Barat. Ia adalh anak kedelapan dari sebelas

bersaudara,hanya 3 diantaranya yang perempuan. Ibunya adalah guru SD dan

ayahnya pensiunan camat. Keduanya telah meninggal dunia, ayahnya

meninggal pada tahun 1992, ibunya meninggal 2005. Keluarga Sandy tergolong

kedalam kelompok kelas ekonomi kurang mampu karena terlalu banyak anak

yang harus dibiayai.




                                                                                 29
Saat kecil Sandy senang bermaik sepak bola dengan teman-teman lelakinya.

Sehari-hari ia selalu memakai kaos dan celana hingga ibunya kerap kali

jengekel dan tidak mau membelikan ia baju lagi. Saat ia beranjak remaja,

barulah ia menyadari bahwa ia adalah seorang perempuan. Ia pun mulai

berteman dengan 2 anak perempuan lain di kampungnya. Tapi tetap saja

teman-teman Sandy adalah anak perempuan yang tomboy. Lama kelamaan

barulah ketahuan bahwa mereka juga adalah lesbian.


Sejak kecil Sandy hanya tertarik dengan perempuan. Pertama kali ia menyukai

ibu gurunya dan senang bermanja-manja dengannya. Perempuan lain yang

pernah diperhatikan oleh Sandy adalah Mira, teman mainnya selama ini. Tapi

ketertarikan terhadap Mira baru berkembang ketika SMP. Kedekatannya dengan

Mira semakin mendalam dan menyadarkan Sandy bahwa dirinya adalah

seorang lesbian. Mereka baru berpacaran ketika Sandy berusia 20 tahun.

Setelah Sandy berpacaran, seluruh waktunya hanyauntuk Mira dan ia

mengabaikan dunia luar demi Mira.


Sandy mengakui bahwa ia saat itu belum mengetahui istilah lesbian, ia hanya

mengikuti naluri yang ada. Pertama kalinya ia mengetahui kata “lesbian” adalah

dari kakaknya yang tertua. Kakaknya mengetahui kedekatan Sandy dengan Mira

dan memberitahukan itu kepada orang tuanya. Ia juga membenci Mira bahkan

memberikan julukan kasar kepada Mira. Sampai suatu ketika, Sandy meminta

tolong kakaknya untuk mengirimkan sebuah surat yang tertutup rapat kepada

Mira. Surat itu bukannya sampai ke tangan Mira, malah dibuka dan difotokopi 11

lembar oleh kakaknya. Fotokopian itu dibagikan kepada semua saudara-

saudaranya. Ketika Sandy pulang, ia dihadapkan di tengah saudara-saudaranya


                                                                              30
dan diminta untuk membaca surat cinta itu keras-keras. Sandy langsung

merobek surat itu dan pergi dari rumah.


Setahun setelah kasus surat cinta itu, ibunya menanyakan apakah ia masih

berpacaran dengan perempuan. Spontan Sandy mengelak, ia mengatakan

bahwa ia tidak berpacaran dengan perempuan. Namun ia merasa menyesal

saat ibunya meningal. Ibunya sesungguhnya sudah mengetahui bahwa ia

lesbian, namun masih memperhatikan Sandy. Sandy pun akhirnya menyadari

bahwa perbuatannya adalah dosa dan menyuruh Mira untuk pergi

meninggalkannya ke Jakarta. Ternyata di Jakarta Mira menikah dengan seorang

laki-laki dan sejak itu ia memusuhi Sandy. Sandy sangat terpukul. Selepas

kematian ibunya, Sandy pun pergi ke Jakarta untuk menghindari dijodohkan di

kampung dan menghapuskan penyesalan atas kematian ibunya.


Untuk urusan seks, Sandy punya pengalaman unik. Ia selalu berfantasi tentang

seorang wanita yang seksi, berbuah dada besar, berambut panjang, dan

berpinggul besar. Dorongan dan nafsu seksualnya akan sangat memuncak jika

ia melihat pasanganya bugil dan bertubuh montok. Dalam berhubungan intim,

Sandy memposisikan diri sebagai laki-laki, aktif dan memuaskan pasangan. Ia

hanya mengikuti naluri untuk merangsang pasangannya.


Sandy sangat meyakini bahwa lesbian adalah suatu penyakit jiwa, susah untuk

menyembuhkannya. Ia pun menemukan beberapa teman lesbiannya yang ingin

kembali normal. Obatnya adalah menikah dengan laki-laki. Penyakit lesbian juga

bisa menular karena 95% perempuan adalah lesbian pasif. Kemudian lesbian

aktif (seperti Sandy) yang akhirnya membawa para lesbian pasif menjadi



                                                                              31
seorang lesbian aktif. Sandy mengakui bahwa ia menerima keadaan dirinya

sebagai penyakit, bukan takdir. Penyakit yang timbul karena nafsu


Sandy berharap untuk berubah, memiliki suami dan anak-anak. Ia mempelajari

bahwa menikah adalah kewajiban dalam agama Islam dan Allah telah

menciptakan segala sesuatunya berpadang-pasangan. Menayalahinya sama

saja menenang kodrat ilahi. Sandy juga takut akan hukuman akherat. Ia sangat

yakin bahwa apa yang dilakukannya di dunia ini pasti akan membawa buah di

dunia akherat.


Ketika Mira tahu kepindahan Sandy ke Jakarta, ia sangat marah dan

menganggap Sandy ke Jakarta untuk menyusul diriya. Mira yang sudah menikah

sangat membenci Sandy bahkan menemui Sandy pun enggan. Sandy tidak

marah dengan perlakuan mantan kekasihnya itu. Ia tahu Mira hanya berusaha

untuk menghilangkan masa lalunya.


Sandy berharap agar masyarakat bisa menerima lesbian seperti manusia juga.

Janganlah mereka dihina dan dilecehkan. Sandy tidak menyetujui pernikahan

sesama jenis. Menurutnya itu adalah sesuatu yang dilarang oleh agama. Selain

itu ada hak-hak lesbian yang ingin ia perjuangkan, yaitu hak untuk memiliki rasa

aman dalam bekerja serta hak hidup aman dan bebas dari penghinaan. Namun

dengan catatan, lesbian jga harus dapat menjaga normanya di dalam kehidupan

bermasyarakat.




                                                                              32
BAB IV

                              KESIMPULAN

Selama ini orientasi seksual dianggap sebagai sesuatu yang tidak dapat

dirubah, kaku. Namun dalam kisah Putri, tampak bahwa orientasi seksual adalah

sesuatu konstruksi dalam masyarakat yang sebenarnya bersifat lentur., dapat

dineogosiasikan, dan karenanya dapat ditentukan atau diubah. Karena

kelenturan inilah, muncul mitos “jangan dekat-dekat dengan lesbian, nanti

ketularan”. Padahal bukannya menular, tetapi runtuhnya tembok dikotomi

heteroseksual-homoseksual sehingga membuat perbedaan itu menjadi tidak

bermakna.


Banyak pula mitos dan stereotype yang dilekatkan kepada kaum lesbian.

Misalnya, pendapat yang mencoba menjelaskan latr belakang seseorang

menjadi lesbian. Mulai dari trauma dengan laki-laki, proses pendidikan

dikeluarga, terpengaruh oleh teman yang lesbian (tertular), terpengaruh

informasi, ideology barat dan ajaran feminism, hingga kurangnya pemahaman




                                                                              33
akan nilai-nilai agama, dan tidak bemoral. Namun berdasarkan cerita para

narasumber, semua hal tersebut tidak terbukti atau masih dipertanyakan.


Seluruh kisah di atas menunjukkan denan jelas bahwa menyadari dan mengakui

diri sebagai lesbian bukanlah pengalaman yang terjadi dalam sekejab. Butuh

waktu berbulan-bulan hingga bertahun-tahun untuk menikmati hasrat cinta

kepada sesame jenis. Dan perlu lebih banyak waktu lagi untuk menerima diri

sebagai perempuan yang mencintai perempuan. Begitu banyak lesbian yang

kehilangan arah pada saat pencarian jati diri. Lesbian muda umumya bingung

sekaligus takut dengan perasaan dan keadaan yang mereka hadapi. Di dalam

masyarakat yang menabukan dan menekan diskusi tentang seksualitas apalagi

homoseksual, kebingunan itu tentu saja menjadi wajar. Sama seperti yang

dialami para narasumber.


Setelah mereka merasa yakin, tahap yang akan dialami oleh tiap individu

selanjutnya mungkin berbeda-beda. Barangkali ada yang meneruskan

pencariannya akan cinta sejati. Namun demikian, menjadi lesbian bukan

semata-mata mencari pacar atau berhubungan seks dengan sesame

perempuan. Ada begitu banyak aspek dalam kehidupan perempuan lesbian.

Yang lainnya mungkin melanjutkan perjuangannya untuk menegakkan hak-hak

kaum perempuan dan lesbian. Sementara yang lainnya mencoba hidup sebagai

pekerja, anggota masyarakat, mahasiswa, pencari kerja, sebagai anak, dan

sebagai perempuan.




                                                                             34

More Related Content

What's hot

Makalah pergaulan bebas
Makalah pergaulan bebasMakalah pergaulan bebas
Makalah pergaulan bebasFreddy Then
 
MEMUTUS RANTAI KEKERASAN PADA PEREMPUAN DAN ANAK-final
MEMUTUS RANTAI KEKERASAN PADA PEREMPUAN DAN ANAK-finalMEMUTUS RANTAI KEKERASAN PADA PEREMPUAN DAN ANAK-final
MEMUTUS RANTAI KEKERASAN PADA PEREMPUAN DAN ANAK-finalprimahendra
 
Draft psikologi perkotaan
Draft psikologi perkotaanDraft psikologi perkotaan
Draft psikologi perkotaanYanos Ta
 
kecelaruan seksual
 kecelaruan seksual kecelaruan seksual
kecelaruan seksualcute anna
 
Lgbt bahaya dan solusinya
Lgbt bahaya dan solusinya Lgbt bahaya dan solusinya
Lgbt bahaya dan solusinya Suci Harso
 
Tugas tik mariatul husna & st. maryam xii ips 3
Tugas tik mariatul husna & st. maryam xii ips 3Tugas tik mariatul husna & st. maryam xii ips 3
Tugas tik mariatul husna & st. maryam xii ips 3Paarief Udin
 
Pergaulan Bebas Remaja
Pergaulan Bebas Remaja Pergaulan Bebas Remaja
Pergaulan Bebas Remaja Yusuf Zany
 

What's hot (14)

135058 translate
135058 translate 135058 translate
135058 translate
 
Makalah Seks Bebas
Makalah Seks BebasMakalah Seks Bebas
Makalah Seks Bebas
 
Aisy makalah
Aisy makalahAisy makalah
Aisy makalah
 
Makalah pergaulan bebas
Makalah pergaulan bebasMakalah pergaulan bebas
Makalah pergaulan bebas
 
MEMUTUS RANTAI KEKERASAN PADA PEREMPUAN DAN ANAK-final
MEMUTUS RANTAI KEKERASAN PADA PEREMPUAN DAN ANAK-finalMEMUTUS RANTAI KEKERASAN PADA PEREMPUAN DAN ANAK-final
MEMUTUS RANTAI KEKERASAN PADA PEREMPUAN DAN ANAK-final
 
Gender
 Gender Gender
Gender
 
Draft psikologi perkotaan
Draft psikologi perkotaanDraft psikologi perkotaan
Draft psikologi perkotaan
 
kecelaruan seksual
 kecelaruan seksual kecelaruan seksual
kecelaruan seksual
 
Lgbt bahaya dan solusinya
Lgbt bahaya dan solusinya Lgbt bahaya dan solusinya
Lgbt bahaya dan solusinya
 
Tugas tik mariatul husna & st. maryam xii ips 3
Tugas tik mariatul husna & st. maryam xii ips 3Tugas tik mariatul husna & st. maryam xii ips 3
Tugas tik mariatul husna & st. maryam xii ips 3
 
The world of fantasia - LGBT
The world of fantasia - LGBTThe world of fantasia - LGBT
The world of fantasia - LGBT
 
Pergaulan Bebas Remaja
Pergaulan Bebas Remaja Pergaulan Bebas Remaja
Pergaulan Bebas Remaja
 
Studi kasus gangguan
Studi kasus gangguanStudi kasus gangguan
Studi kasus gangguan
 
Makalah pergaulan bebas
Makalah pergaulan bebasMakalah pergaulan bebas
Makalah pergaulan bebas
 

Viewers also liked

Viewers also liked (7)

Односи со јавноста - Public Relations
Односи со јавноста - Public RelationsОдноси со јавноста - Public Relations
Односи со јавноста - Public Relations
 
Desktop Publishing (Logo)
Desktop Publishing (Logo)Desktop Publishing (Logo)
Desktop Publishing (Logo)
 
If 2
If 2If 2
If 2
 
ICW HECB Presentation
ICW HECB PresentationICW HECB Presentation
ICW HECB Presentation
 
Desktop Publishing (Logo)
Desktop Publishing (Logo)Desktop Publishing (Logo)
Desktop Publishing (Logo)
 
ICW WCHSCR Presentation 2011
ICW WCHSCR Presentation 2011ICW WCHSCR Presentation 2011
ICW WCHSCR Presentation 2011
 
Desktop Publishing (Logo)
Desktop Publishing (Logo)Desktop Publishing (Logo)
Desktop Publishing (Logo)
 

Similar to LESBIAN

586004418-Bahaya-dan-solusi-mengatasi-LGBT-dari-segi-kesehatan.pptx
586004418-Bahaya-dan-solusi-mengatasi-LGBT-dari-segi-kesehatan.pptx586004418-Bahaya-dan-solusi-mengatasi-LGBT-dari-segi-kesehatan.pptx
586004418-Bahaya-dan-solusi-mengatasi-LGBT-dari-segi-kesehatan.pptxIPAMTK
 
Ppt_gay_lesbian.pptx
Ppt_gay_lesbian.pptxPpt_gay_lesbian.pptx
Ppt_gay_lesbian.pptxHasyimAzhari2
 
LGBT.pptx
LGBT.pptxLGBT.pptx
LGBT.pptxFajarR8
 
MENGATASI_Perilaku_Sex_Menyimpang_Sebaga.pptx
MENGATASI_Perilaku_Sex_Menyimpang_Sebaga.pptxMENGATASI_Perilaku_Sex_Menyimpang_Sebaga.pptx
MENGATASI_Perilaku_Sex_Menyimpang_Sebaga.pptxDESIWILDAYANI1
 
Ppt_agama_tentang_LGBT.pptx
Ppt_agama_tentang_LGBT.pptxPpt_agama_tentang_LGBT.pptx
Ppt_agama_tentang_LGBT.pptxRezaAshari4
 
Kehidupan percintaan pergaulan bebas
Kehidupan percintaan pergaulan bebasKehidupan percintaan pergaulan bebas
Kehidupan percintaan pergaulan bebasFathur Marah
 
Pergaulan bebas dikalangan remaja
Pergaulan bebas dikalangan remajaPergaulan bebas dikalangan remaja
Pergaulan bebas dikalangan remajaPutri Tampubolon
 
Pengertian seks-bebas
Pengertian seks-bebasPengertian seks-bebas
Pengertian seks-bebasWaskita Karya
 
Presentation TIK PERGAULAN BEBAS
Presentation TIK PERGAULAN BEBASPresentation TIK PERGAULAN BEBAS
Presentation TIK PERGAULAN BEBASdinikth
 
L G B T - irma (1).ppt
L G B T - irma (1).pptL G B T - irma (1).ppt
L G B T - irma (1).pptkocankocan
 
Satuan acara penyuluhan seks bebas
Satuan acara penyuluhan seks bebasSatuan acara penyuluhan seks bebas
Satuan acara penyuluhan seks bebasWarung Bidan
 

Similar to LESBIAN (20)

586004418-Bahaya-dan-solusi-mengatasi-LGBT-dari-segi-kesehatan.pptx
586004418-Bahaya-dan-solusi-mengatasi-LGBT-dari-segi-kesehatan.pptx586004418-Bahaya-dan-solusi-mengatasi-LGBT-dari-segi-kesehatan.pptx
586004418-Bahaya-dan-solusi-mengatasi-LGBT-dari-segi-kesehatan.pptx
 
Ppt_gay_lesbian.pptx
Ppt_gay_lesbian.pptxPpt_gay_lesbian.pptx
Ppt_gay_lesbian.pptx
 
LGBT.pptx
LGBT.pptxLGBT.pptx
LGBT.pptx
 
MENGATASI_Perilaku_Sex_Menyimpang_Sebaga.pptx
MENGATASI_Perilaku_Sex_Menyimpang_Sebaga.pptxMENGATASI_Perilaku_Sex_Menyimpang_Sebaga.pptx
MENGATASI_Perilaku_Sex_Menyimpang_Sebaga.pptx
 
Makalah seks tikda normal
Makalah seks tikda normalMakalah seks tikda normal
Makalah seks tikda normal
 
Makalah seks tikda normal
Makalah seks tikda normalMakalah seks tikda normal
Makalah seks tikda normal
 
Pendahuluan
PendahuluanPendahuluan
Pendahuluan
 
Makalah seks tikda normal
Makalah seks tikda normalMakalah seks tikda normal
Makalah seks tikda normal
 
Ppt_agama_tentang_LGBT.pptx
Ppt_agama_tentang_LGBT.pptxPpt_agama_tentang_LGBT.pptx
Ppt_agama_tentang_LGBT.pptx
 
Kehidupan percintaan pergaulan bebas
Kehidupan percintaan pergaulan bebasKehidupan percintaan pergaulan bebas
Kehidupan percintaan pergaulan bebas
 
Pergaulan bebas dikalangan remaja
Pergaulan bebas dikalangan remajaPergaulan bebas dikalangan remaja
Pergaulan bebas dikalangan remaja
 
Pengertian seks-bebas
Pengertian seks-bebasPengertian seks-bebas
Pengertian seks-bebas
 
Sap seks bebas
Sap seks bebasSap seks bebas
Sap seks bebas
 
Artikel keberagaman gender
Artikel keberagaman genderArtikel keberagaman gender
Artikel keberagaman gender
 
L.G.B.T (TITAS)
L.G.B.T (TITAS)L.G.B.T (TITAS)
L.G.B.T (TITAS)
 
Ppt
PptPpt
Ppt
 
Presentation TIK PERGAULAN BEBAS
Presentation TIK PERGAULAN BEBASPresentation TIK PERGAULAN BEBAS
Presentation TIK PERGAULAN BEBAS
 
L G B T - irma (1).ppt
L G B T - irma (1).pptL G B T - irma (1).ppt
L G B T - irma (1).ppt
 
Satuan acara penyuluhan seks bebas
Satuan acara penyuluhan seks bebasSatuan acara penyuluhan seks bebas
Satuan acara penyuluhan seks bebas
 
seks bebas
seks bebasseks bebas
seks bebas
 

More from nixfairy

Final Project E90
Final Project E90Final Project E90
Final Project E90nixfairy
 
Final Project E90
Final Project E90Final Project E90
Final Project E90nixfairy
 
Dekstop Publishing Logo
Dekstop Publishing LogoDekstop Publishing Logo
Dekstop Publishing Logonixfairy
 
Final Project E90
Final Project E90Final Project E90
Final Project E90nixfairy
 
Final Project E90
Final Project E90Final Project E90
Final Project E90nixfairy
 
Final Project E90
Final Project E90Final Project E90
Final Project E90nixfairy
 
Final Project E90
Final Project E90Final Project E90
Final Project E90nixfairy
 
Final Project E90
Final Project E90Final Project E90
Final Project E90nixfairy
 
Desktop Publishing (Logo)
Desktop Publishing (Logo)Desktop Publishing (Logo)
Desktop Publishing (Logo)nixfairy
 
Desktop Publishing (Logo)
Desktop Publishing (Logo)Desktop Publishing (Logo)
Desktop Publishing (Logo)nixfairy
 
Desktop Publishing (Logo)
Desktop Publishing (Logo)Desktop Publishing (Logo)
Desktop Publishing (Logo)nixfairy
 
Desktop Publishing (Logo)
Desktop Publishing (Logo)Desktop Publishing (Logo)
Desktop Publishing (Logo)nixfairy
 
Desktop Publishing (Logo)
Desktop Publishing (Logo)Desktop Publishing (Logo)
Desktop Publishing (Logo)nixfairy
 
Desktop Publishing (Logo)
Desktop Publishing (Logo)Desktop Publishing (Logo)
Desktop Publishing (Logo)nixfairy
 
Desktop Publishing (Logo)
Desktop Publishing (Logo)Desktop Publishing (Logo)
Desktop Publishing (Logo)nixfairy
 
Desktop Publishing (Logo)
Desktop Publishing (Logo)Desktop Publishing (Logo)
Desktop Publishing (Logo)nixfairy
 
Desktop Publishing (Logo)
Desktop Publishing (Logo)Desktop Publishing (Logo)
Desktop Publishing (Logo)nixfairy
 
Desktop Publishing (Logo)
Desktop Publishing (Logo)Desktop Publishing (Logo)
Desktop Publishing (Logo)nixfairy
 
Desktop Publishing (Logo)
Desktop Publishing (Logo)Desktop Publishing (Logo)
Desktop Publishing (Logo)nixfairy
 
Desktop Publishing (Logo)
Desktop Publishing (Logo)Desktop Publishing (Logo)
Desktop Publishing (Logo)nixfairy
 

More from nixfairy (20)

Final Project E90
Final Project E90Final Project E90
Final Project E90
 
Final Project E90
Final Project E90Final Project E90
Final Project E90
 
Dekstop Publishing Logo
Dekstop Publishing LogoDekstop Publishing Logo
Dekstop Publishing Logo
 
Final Project E90
Final Project E90Final Project E90
Final Project E90
 
Final Project E90
Final Project E90Final Project E90
Final Project E90
 
Final Project E90
Final Project E90Final Project E90
Final Project E90
 
Final Project E90
Final Project E90Final Project E90
Final Project E90
 
Final Project E90
Final Project E90Final Project E90
Final Project E90
 
Desktop Publishing (Logo)
Desktop Publishing (Logo)Desktop Publishing (Logo)
Desktop Publishing (Logo)
 
Desktop Publishing (Logo)
Desktop Publishing (Logo)Desktop Publishing (Logo)
Desktop Publishing (Logo)
 
Desktop Publishing (Logo)
Desktop Publishing (Logo)Desktop Publishing (Logo)
Desktop Publishing (Logo)
 
Desktop Publishing (Logo)
Desktop Publishing (Logo)Desktop Publishing (Logo)
Desktop Publishing (Logo)
 
Desktop Publishing (Logo)
Desktop Publishing (Logo)Desktop Publishing (Logo)
Desktop Publishing (Logo)
 
Desktop Publishing (Logo)
Desktop Publishing (Logo)Desktop Publishing (Logo)
Desktop Publishing (Logo)
 
Desktop Publishing (Logo)
Desktop Publishing (Logo)Desktop Publishing (Logo)
Desktop Publishing (Logo)
 
Desktop Publishing (Logo)
Desktop Publishing (Logo)Desktop Publishing (Logo)
Desktop Publishing (Logo)
 
Desktop Publishing (Logo)
Desktop Publishing (Logo)Desktop Publishing (Logo)
Desktop Publishing (Logo)
 
Desktop Publishing (Logo)
Desktop Publishing (Logo)Desktop Publishing (Logo)
Desktop Publishing (Logo)
 
Desktop Publishing (Logo)
Desktop Publishing (Logo)Desktop Publishing (Logo)
Desktop Publishing (Logo)
 
Desktop Publishing (Logo)
Desktop Publishing (Logo)Desktop Publishing (Logo)
Desktop Publishing (Logo)
 

LESBIAN

  • 1. MAKALAH INTRODUCTION TO SOCIOLOGY Mr, Sherman Zein PENYIMPANGAN SOSIAL - LESBIAN By: Name: HERNI VERYANY Class: MKT 11-3C NIM: 2007110376 SEKOLAH TINGGI ILMU KOMUNIKASI 1
  • 2. The London School of Public Relations Jakarta 2008 BAB I PENGERTIAN LESBIAN Homoseksualitas merupakan fenomena sosial yang saat ini tengah ramai dipergunjingkan oleh masyarakat. Apalagi sejak mencuatnya kasus Ryan, si pembunuh berantai yang berasal dari Jombang. Homoseksualitas kian menjadi sorotan yang tak henti-hentinya diperdebatkan. Homoseksualitas tidak hanya berbicara mengenai gay sebagaimana yang sedang menjadi buah bibir masyarakat sekarang ini, tapi juga ada lesbianisme. Tidak seperti kalangan gay yang menjadi sorotan media massa, kaum lesbian masih samar. Masyarakat awam masih belum mempunyai pengetahuan yang cukup mengenai kalangan lesbian ini. Keterbatasan pengetahuan masyarakat mengenai lesbian mungkin disebabkan ketertutupan kaum lesbian sendiri. Kaum gay cenderung lebih agresif bila dibandingkan dengan lesbian. Mereka cenderung lebih sering melakukan kekerasan fisik atau bahkan membunuh bila ada yang mengancam diri atau eksistensi mereka. Misalnya saja, Verry Idham Henryansyah atau yang lebih popular dengan nama Ryan tega memutilasi Heri Santoso hanya karena sang korban tertarik dengan pacar Ryan yang notabene berjenis kelamin laki- laki. Sebenarnya apa yang dimaksud dengan lesbian? 2
  • 3. Lesbian tidak berbeda dengan gay, hanya saja dalam kasus lesbian, kaum wanitalah yang mempunyai kelainan preferensi seksual. Sederhananya, lesbian dapat diartikan perempuan yang menyukai sesama perempuan. Secara umum, seorang perempuan menjadi lesbian dapat disebabkan oleh 2 faktor. Faktor pertama merupakan faktor hormonal, di mana seseorang menjadi lesbian karena faktor hormon yang berkembang di dalam tubuh mereka. Faktor kedua merupakan faktor lingkungan, di mana seorang perempuan menjadi lesbian akibat pengaruh dari lingkungan. Dalam hal ini, lingkungan yang dimaksud adalah lingkungan tempat orang tersebut bergaul, gaya hidup, pola pikir, atau bahkan pengalaman traumatis yang dialami. Selain hal-hal yang telah disebutkan di atas, ada lagi hal lain yang dapat mempengaruhi seseorang menjadi lesbian. Misalnya saja media. Media merupakan salah satu dari beberapa pengaruh besar dalam masyarakat kita. Media dapat mempengaruhi cara kita berpikir, bertindak atau bahkan berkeyakinan. Seperti yang telah kita tahu, remaja adalah sasaran empuk media. Remaja lebih mudah dipengaruhi dibanding dengan orang dewasa, karena masa remaja merupakan masa di mana kita sedang mencoba untuk mencari tahu identitas diri dan juga tujuan hidup. Bila kita lihat, sekarang ini media lebih mengedepankan aspek kekerasan dan seksual. Beberapa tahun yang lalu, media dihebohkan dengan aksi Madonna dan Britney Spears yang saling berciuman. Kedua penyanyi di atas mengaku dan diakui sebagai heteroseksual namun yang terjadi adalah sebaliknya. Jika para remaja melihat apa yang dilakukan oleh Madonna dan Britney Spears, bisa saja orientasi seksual mereka turut terpengaruh. 3
  • 4. Terkait dengan kasus lesbian, sebuah studi terhadap pelajar SMP-SMA pada tahun 1995 yang diselenggarakan Massachusetts Youth Risk Behavior Surveillance menemukan bahwa: • Pemuda-pemudi dengan orientasi seksual gay, lesbian, dan biseksual diperkirakan telah melakukan hubungan seksual sebelum umur 13 tahun. • Pemuda-pemudi dengan orientasi seksual gay, lesbian, dan biseksual diperkirakan telah melakukan hubungan seksual dengan 4 pasangan atau lebih sepanjang hidup mereka maupun dalam 3 bulan terakhir. • Pemuda-pemudi dengan orientasi seksual gay, lesbian, dan biseksual diperkirakan pernah berhubungan seksual di luar keinginan maupun di bawah paksaan. • Suatu studi terhadap 2621 gay dan biseksual berumur 15 hingga 25 tahun di 10 kota di Amerika Serikat menemukan bahwa lebih dari (22%) pemuda gay atau biseksual sama sekali belum pernah menjalani pengujian HIV dan lebih dari setengahnya belum menjalani pengujian dalam 6 bulan. • Suatu studi terhadap 3492 gay dan biseksual, berumur 15 hingga 25 tahun pada 7 kota di Amerika Serikat menemukan bahwa 1 dari 6 pemuda yang pernah berhubungan seksual dengan pria akhir-akhir ini telah berhubungan seksual dengan wanita. Sebagai tambahan, hampir dari orang-orang tersebut mengaku baru-baru ini telah berhubungan seksual tanpa alat pelindung baik dengan pria maupun wanita. Studi menegaskan bahwa para pemuda biseksual itu adalah “jembatan” yang 4
  • 5. menghubungkan HIV pada para wanita, terutama kareng 6,6% dari pemuda biseksual dalam studi tersebut positif menderita HIV. Mungkin di Indonesia, jumlah lesbian belum begitu banyak namun masyarakat tidak boleh memandang sebelah mata kasus lesbian karena bisa jadi jumlahnya terus bertambah bila tidak memperoleh penanganan khusus. Eufimisme Komunitas Lesbian Eufimisme merupakan suatu cara untuk memperhalus istilah yang membuat telinga tidak nyaman. Contohnya supir diperhalus dengan kata driver, Indian dengan Native American, Cina dengan Tionghoa. Istilah-istilah seperti ini juga dibuat oleh kaum lesbian sendiri yang tidak sampai hati menggunakan kata “Lesbian” itu sendiri. Di era 1960an, kaum lesbian umumnya menyebut diri mereka sebagai “sentul” dan “kantil”. Namun istilah ini menghilang dan kemudian di era tahun 80-an mereka menggunakan istilah “sakit” bagi perempuan-perempuan yang notabene adalah seorang lesbian. Cerita cinta lesbian yang sempat tenar di tahun 1990-an adalah “Aku Jadi Lesbi karena Disakiti Laki-laki”. Di zaman itu kaum lesbian memiliki istilah “lines” (baca li-nes) untuk menyamarkan kata lesbian. Perubahan kembali terjadi di tahun 2000-an, mereka mengistilahkan lesbian dengan kata “belok”. Belok disini digunakan sebagai lawan dari kata straight (lurus) yang dimaknai sebagai orientasi seksual yang normal. Saat ini istilah yang lebih halus dan samar yaitu istilah “butch” dan “femme”. “butch” merupakan istilah untuk lesbian yang 5
  • 6. berorientasi seksual sebagai pria, sedangkan “femme” adalah istilah untuk lesbian dengan orientasi seksual perempuan. IDAHO International Day Against Homophobia (IDAHO) merupakan hari anti homophobia sedunia, diperingati setiap tahun pada tanggal 17 Mei. Tanggal tersebut dipilih untuk memperingati keputusan WHO yang pada 17 Mei 1990 mengeluarkan kelompok Lesbian, Gay, Biseksual, Transgender/Transseksual (LGBT) dari kategori mental disorder (gangguan jiwa). Peringatan IDAHO sendiri lahir pada 26-29 Juli 2006 dalam Konferensi Internasional tentang Hak Asasi Manusia LGBT di Montreal, Kanada. Di Indonesia, LGBT menjadi isu yang terus diperjuangkan dengan ditandatanganinya deklarasi yang kemudian disebut The Jogja Principle. Homophobia bisa diartikan sebagai sikap atau perasaan negatif, tidak suka terhadap gay atau lesbian atau homoseksualitas secara umum. Definisi lain dari homophobia yaitu penolakan terhadap orang-orang yang dianggap gay atau lesbian dan semua yang diasosiasikan dengan mereka. LGBT tidak mendapatkan perlindungan, akibatnya sering terjadi tindakan diskriminasi dan muncul stigma negatif. Selain itu, kebijakan negara juga tidak berpihak dan berperspektif keadilan kepada mereka. Peringatan IDAHO kemudian digunakan sebagai momentum untuk memperjuangkan pengakuan, pemenuhan, dan perlindungan hak LGBT. Sampai saat ini, homoseksualitas masih menjadi kontroversi di masyarakat. Kaum homoseksual masih mendapat stigma sebagai pendosa, manusia tak 6
  • 7. bermoral, ataupun manusia yang dilaknat Tuhan. Mereka juga sering mendapat perlakuan diskriminatif. Padahal sebagai warga negara, mereka pun memiliki hak dan kewajiban yang sama dengan warga negara yang lain. Menurut seoarang antropolog UGM, Aris Arief Mundayat, menjadi homoseksual merupakan sebuah pilihan, bukan kelainan. Dalam proses ini, sosok yang paling mengalami homophobia adalah orang tua. Mereka merasa khawatir jika anaknya memilih untuk menjadi seorang homoseksual karena hubungan homoseksual tidak akan dapat menghasilkan keturunan. Generasi penerus dari keluarga mereka akan terputus. Kaum homoseksual mengalami kekerasan secara fisik dan simbolik. Kekerasan itu bisa berasal dari keluarga mereka sendiri dan lingkungan terdekat. Lantas, mereka lari dari keluarga dan mencari komunitas yang mau menerima keadaannya. Komunitas menjadi modal sosial untuk membangun kerjasama dan dukungan moral. Ruang yang dapat mengakomodasi perjuangan mereka antara lain media massa terutama media audio-visual. Media ini pun diperebutkan oleh kaum homoseksual dan heteroseksual untuk menyuarakan kepentingan mereka. 7
  • 8. BAB II KEHIDUPAN LESBIAN Pressure and “Coming Out” Dalam kehidupan normal saja, masa remaja adalah masa yang sulit dilalui. Tapi jika sejak remaja seseorang sudah merasa bahwa ia seorang gay/ lesbian/ transeksual, masa remaja akan berpuluh-puluh lebih sulit. Kesendirian dan ketakutan yang dialami remaja homoseksual sering menimbulkan timbulnya depresi yang berlebihan. Kadang-kadang bunuh diri dilakukan untuk mencegah agar orang-orang tidak tahu bahwa ia seorang homoseksual. Selain itu desakan pergaulan atau peer pressure, tekanan orang tua, atau akibat coming out yang terlalu dini di usia muda bisa menyebabkan remaja homoseksual mengambil tindakan nekat. Dunia remaja tidaklah seindah novel-novel teenlit dan semanis gulali. Banyak dari kita yang sudah melewati masa remaja pasti mengakuinya. Memasuki masa puber dan remaja, biasanya gay/ lesbian/ transeksual menyadari bahwa diri mereka berbeda dari teman-temannya karena mereka tertarik pada sesama jenis Perbedaan bukanlah sesuatu yang disukai oleh remaja, maka seperti kita lihat bagaimana remaja sering bergerombol kesana kemari demi untuk menjadi bagian dalam suatu kelompok. Saat ia merasa berbeda, ia menjadi makhluk freak, nerd, atau si homo. Saat ia berbeda, ia akan menjadi sasaran cemooh 8
  • 9. kaum mayoritas. Belum lagi jika ia berasal dari keluargayang kurang harmonis, dimana keluarga tidak bisa menjadi tempat bersandar. Meskipun sesungguhnya keluarga yang harmonis juga tidak menjamin 100% anak tidak melakukan bunuh diri. Bayangkan betapa takutnya seorang gay/ lesbian/ transeksual saat ia mengetahui bahwa dirinya berbeda. Ia tentu tidak mau dipanggil si homo, bencong, lesbi, banci, “el”, atau apalah sebutan lainnya dalam masyarakat. Rasa takut dan bingung itu membuat banyak remaja seakan-akan merasa berada dalam lubang hitam tergelap dalam hidupnya. Bunuh diri sering dianggap sebagai cara mudah untuk menyelesaikan masalah. Apalagi karena remaja berpikir masih dengan amygdala, sehingga segala keputusan biasanya dilakukan atas dasar emosi bukan penalaran. Seorang remaja belum mampu membuat keputusan, menyelesaikan masalah, dan berpikir secara logis. Akibatnya remaja sering mengambil keputusan berdasarkan emosi sesaat tanpa dipikirkan akibatnya kemudian. Tapi ini juga yang menyebabkan cinta ang dialami remaja terasa begitu indah karena emosi mereka mengalir drastis dalam otak mereka. Oleh karena itu, coming out tidaklah disarankan untuk kaum remaja terutama yang masih berusia dibawah 19 tahun. Butuh adaptasi terlebih dahulu di usia remaja. Coming out memerlukan kemandirian diri yang amat sangat besar dan pertimbangan rasional yang dipikirkan secara seksama, bukan dilakukan secara impulsif. Banyak orang yang tidak merasa aman untuk “come out” dengan preferensi seksual mereka, Mayoritas remaja LGBT yang menjadi sasaran 9
  • 10. siksaan fisik dan mental, dan keadaan seperti ini dapat mendorong perbuatan bunuh diri. Proses penerimaan diri sebagai lesbian/gay/biseksual/transeksual adalah proses panjang berliku yang menyakitkan. Semakin muda seseorang menyadari orientasi seksualnya, semakin kebingungan dan kesulitan yang mereka hadapi yang bisa mendorong resiko terjadinya pikiran atau tindakan bunuh diri. Biasanya mereka yang bunuh diri adalah mereka yang secara fisik tampak “berbeda”. Transeksual yang tidak tahan harus menjadi orang yang bukan dirinya dan juga banyak diantara mereka yang berfikir untuk mengakhiri hidup mereka. Banyak lesbian/gay yang setelah melewati usia 20 tahun akhirnya memutuskan untuk kompromi, terutama terhadap keluarga dan juga melakukan adaptasi sosial. Menurut statistik di Amerika Serikat tahun 2001, remaja usia 15-24 tahun meninggal akibat bunuh diri setiap 2 jam 12 menit. Dan kurang-lebih 30% nya ada;ah remaja lesbian/gay/transeksual. Data statistik lain menyebutkan 35% gay dan 38% lesbian pernah serius berfikir untuk bunuh diri. Di Indonesia sendiri, menurut majalah Tempo terbitan Maret 2007, tidak ada data pasti tentang statistik bunuh diri di Indonesia. Dan sayangnya, di Indonesia kepedulian tingkat bunuh diri ini sangat rendah. Hampir tidak ada refrensi pencegahan bunuh diri atau hotline untuk remaja yang bisa ditemukan untuk menangani hal ini. Padahal support group amat diperlukan dalam hal ini. 10
  • 11. Masalah bunuh diri bukanlah karena “perbedaan” orientasi seksual, tapi lebih kepada cara memandang hidup. Tidak ada seorang remaja pun, homoseksual atau hetero, yang seharusnya berpikir untuk melakukan bunuh diri. Gaya Hidup Lesbian Keterbukaan atas preferensi seksual ini, seperti gay, lesbian, dan biseksual, sekitar lima tahun belakangan ini memang semakin lebar. Cerita pribadi mereka mengalir lancar. Jauh berbeda dibanding katakanlah sepuluh tahun yang lalu ketika tidak ada orang yang bersedia diwawancara tentang preferensi seksual. Menurut Dede Oetomo, keterbukaan dalam lima tahun terakhir ini sangat dipengaruhi internet (website, chat room, forum, blog, dsb), media massa, dan multikulturalisme di Indonesia. Dede Oetomo pada tahun 1982 mendirikan organisasi gay pertama, Lambda Indonesia, dilanjutkan dengan Gaya Nusantara pada tahun 1987. Sejak saat itu, liputan media membawa wacana tentang homoseksualitas masuk ke ruang publik. Saat ini beberapa club malam telah mendeklarasikan diri mereka secara terang- terangan sebagai “Lesbian and Gay Club”. Contohnya Moonlight Club di daerah Mangga Besar, Jakarta dan Heaven Club di daerah Dharmawangsa, Jakarta. 90% dari pengunjung mereka merupakan kaum gay dan lesbian, dimana man are for man and woman are for woman. Club-club tersebut juga menghadirkan hiburan yang serupa dengan club-club lainnya, seperti musik disko, DJ Performance, minuman beralkohol, dan bahkan penari telanjang atau striptease. Di tempat-tempat seperti inilah mereka dapat menjadi diri mereka yang 11
  • 12. sesungguhnya, tanpa harus menutupi diri dengan topeng kepura-puraan seperti yang harus mereka lakukan dalam kehidupan masyarakat heterogen. Seksualitas Para lesbian juga tentunya masih memiliki nafsu birahi bak kaum hetero lainnya. Namun ada perbedaan dalam cara mereka memenuhi kebutuhan seksualnya. Mungkin hal ini akan sangat tidak lazim atau bahkan sangat mengelikan bagi kaum hetero. Tetapi lesbian juga mempunyai hasrat pemuasan seksual melalui hubungan intim sesama jenis. Jenis kelamin yang serupa tidak menjadi kendala bagi lesbian untuk saling melampiaskan hawa nafsu. Berikut adalah cara-cara kaum lesbian dalam berhubungan seksual: • Oral seks, yaitu berhubungan intim dengan menggunakan bantuan mulut. Misalnya dengan mencium, mencumbu, menjilat, atau yang lainnya. • Hand job, yaitu hubungan seksual dengan bantuan tangan. Misalnya dengan cara menyentuh, membelai, meraba, dan memberikan sensasi seksual pada daerah-daerah rangsangan tertentu. • Penetrasi, penetrasi seksual yang dilakukan oleh kaum lesbian selalu dilakukan dengan alat bantu seksual (sex toys), seperti dildo (penis buatan berbahan silicon, biasanya dengan 2 kepala), vibrator, dan strap on vibrator (penis ikat pinggang). 12
  • 13. BAB III OBSERVASI DAN WAWANCARA Kami melakukan observasi dan wawancara pada beberapa orang responden (lesbian). Kegiatan observasi ini meliputi pengamatan dan tanya jawab. OBSERVASI Komunitas lesbian di Jakarta ini terbilang cukup “rapi” dan tertutup. Sulit sekali untuk membedakan seorang lesbian dengan perempuan normal lainnya, karena memang pada umumnya para perempuan memiliki kedekatan dengan teman sesame jenis. Bergandengan tangan, shopping bersama, curhat, bahkan saling suap adalah kebiasaan-kebiasaan yang cukup lumrah dan wajar dilakukan oleh sepasang sahabat perempuan. Banyak orang tidak menyadari mungkin perempuan yang hanya berjarak beberapa langkah darinya adalah seorang lesbian. Oleh karena itu lesbian menjadi lebih sulit diidentifikasi dibandingkan gay dan transeksual. Sebagian besar kaum lesbian lebih menyukai bergaul dengan kaum gay karena mereka merasa adanya kesamaan dalam diri mereka. Sebagian lesbian juga 13
  • 14. terkadang membayar seorang gigolo untuk mereka siksa di atas ranjang, misalnya dengan menelanjangi dan mengikat gigolo tersebut, kemudian dicambuki dan dicumbui. Hal itu dilakukan agar lesbian merasa ia mampu menaklukan seorang lelaki dan mereka merasa puas dengan itu. WAWANCARA Kisah Putri – “Mengalir seperti air.” Usia : 29 tahun Pendidikan : Akademi Pekerjaan : Staff marketing Agama : Kristen Suku : Jawa-Manado Domisili : Jakarta Status : Janda, 1 anak Kelas ekonomi : Menengah Putri lahir di sebuah kota kecil di Jawa tengah. Ketika duduk di bangku taman kanak-kanak, keluarganya pindah ke Jakarta hingga sekarang. Putri merupakan anak tunggal. Ayahnya adalah seorang pelaut internasional. Mereka hanya bertemu sekali dalam setahun dan hal itu membuat Putri merasa tidak kenal dengan ayahnya sendiri. Apalagi ayahnya juga merupakan sosok yang pendiam. Sementara sang ibu adalah seorang ibu rumah tangga yang sibuk dengan 14
  • 15. kegiatan di luar rumah. Meskipun sering bertemu dengan ibunya, Putri tidak memiliki kontak emosional dengan ibunya. Sejak kecil, ibunya mendidikPutri dengan keras. Sejak SD, Putri sudah tertarik dengan perempuan, tepatnya pada tahun 1990 saat ia kelas 6 SD. Cinta pertamanya diutarakan dengan sebuah surat berisikan kalimat singkat “I like you”. Namun anak tersebut tidak memberi tanggapan. Putri terbawa arus dengan teman-teman SMAnya semasa SMU. Mereka menggosipkan siswa laki-laki dan mencari pacar. Pacar pertama Putri adalah seorang laki-laki yang dikencaninya karena taruhan pencarian cinta. Lelaki itu baik, pandai, sabar, dan juga atlet basket sekolah, namun saying wajahnya kurang menarik. Bagi Putri, pacaran hanyalah untukmemnuhi tuntutan sosial. Jadi ketika orang-orang bertanya tentang pacarnya, ia bisa menyodorkan seorang lelaki kepada lawan bicaranya. Ketika sudahbekerja, Putri pacaran dengan Adi, teman sekantornya. Selama berpacaran, Adi sempat beberapa kali menjauhi Putri dengan alasan haram, karena Adi adalah seorang muslim, sementara Putri adalah Kristiani. Mereka sempat putus-nyambung selama hubungan tersebut berlangsung. Sampai pada suatu ketika Putri hamil akibat perbuatan Adi. Akhirnya Adi menikahi Putri dengan keadaan hamil 2 bulan. Setelah menikah, mereka tinggal di rumah orang tua Putri. Adi tidak betah tinggal di rumah mertua karena jauh dari kantornya. Dan untuk yang kesekian kali, Adi kembali meninggalaknya Putri dan kembali ke rumahnya dengan alasan yang sama, Putri haram. Meskipun sudah berpisah rumah, Putri tetap menjaga 15
  • 16. komunikasi dengan Adi via sms. Namun Adi menanggapi sms-sms Putri dengan acuh tak acuh. Sampai Putri akhirnya melahirkan anak perempuan mereka, Dewi. Di tahun 2005, Adi memutuskan untuk bercerai dengan Putri. Hak asuh Dewi jatuh ke tangan Putri. Sampai saat ini, Adi masih mengirimkan uang untuk membantu Putri membesarkan Dewi. Selama pernikahan, Putri mengaku tidak pernah mendapat kekerasan fisik dari Adi. Hal ini tidak membuat Putri membenci laki-laki. Namun Putri tidak berminat untuk berhubungan dengan laki-laki lebih dari sekedar sahabat. Saat pernikahan Putri dan Adi masih berlangsung, sesekali Putri mencoba masuk ke forum chatting lesbian di internet. Ia berkenalan dengan Uki. Pada suatu kesempatan Uki bertemu dengan Putri. Namun Uki tidak sendirian, ia bersama Nina, mahasiswa cantik, periang, dan ramah. Setelah 6 bulan saling mengenal, Putri dan Nina baru memutuskan untuk menjalin komitmen. Saat ini mereka baru 4 tahun menjalankan hubungan. Putri memperkenalkan Nina sebagai teman kepada Dewi. Nina sangat cocok dengan Dewi. Dewi pun senang karena ia memiliki seseorang yang bisa bermain bersamanya. Putri dan Nina bersama-sama mendidik dan membersarkan Dewi. Mereka tinggal bertiga disebuah rumah kos dimana tetangga kamar mereka sangat cuek dan saling tak perduli. Meskipun baru pertama kali berhubungan intim dengan perempuan, Putri merasa sensai yang didapat begitu luar biasa. Tidak ada rasa sungkan, yang ada merasa sangat lega. Menurut Putri, berhubungan dngan perempuan sangat 16
  • 17. berbeda dengan laki-laki. Relasinya setara, emosinya juga berbeda, dan juga lebih lembut. Putri menemukan sosok ibu, teman, dan kekasih dalam diri Nina. Keluarga Putri sudah mengetahui orientasi seksualnya sebagai lesbian. Orang tuanya langsung murka terhadapnya. Namun pintu rumah senantiasa terbuka bagi Putri. Di tempat kerja pun Putri mengaku bahwa ia adalah lesbian, dan untungnya bos café tempat Putri bekerja juga seorang lesbian. Berbeda dengan Nina yang sampai saat ini masih menutupi orientasi seksualnya. Ia tidak mau menghancurkan harapan orang tuanya terhadap dirinya. Harapan Putri bagi Dewi adalah menyekolahkan Dewi di Singapura denan alasan agar Dewi tidak perlu susah payah memikirkan jawaban ata spertanyaan tentang ayahnya. Putri ingin Dewi membuka wawasannya dan akan membiarkan Dewi menentukan pilihan bagi hidupnya sendiri. Putri juga tidak memaksakan Dewi untuk mengikuti jejak bunya sebagai lesbian dan akan sulit bagi Dewi dan Putri ketika Dewi mengetahui bahwa ibunya adalah seorang lesbian. Kisah Lee – “Aku bukan perempuan.” Usia : 29 tahun Pendidikan : Perguruan tinggi Pekerjaan : karyawan bank (pagi), pegawai café (malam) Agama : Islam Suku : Tionghoa-Batak Domisili : Jakarta 17
  • 18. Status : Lajang Kelas ekonomi : Menengah Saat Lee masih dalam kandungan, orang tuanya berharap bahwa yang akan lahir adalah seorang bayi laki-laki. Namun faktanya, yang lahir adalah Lee, orang bayi berjenis kelamin perempuan. Sejak kecil, Lee lebih suka pakaian dan permainan laki-laki. Ia kerap kali memanjat pohon, bermain layangan dan bersepeda bersama teman-teman lelakinya. Orang tuanya pun tidak keberatan dengan hal tersebut. Lee memiliki pengalaman buruk dengan pamannya yang sebenanya sudah ia anggap sebagai ayah sendiri. Sang paman memperkosa Lee saat ia berusia 8 tahun. Masa kecil yang indah terkoyak akibat perbuatan busuk pamannya. Namun sampai saat ini tidak seorang pun mengetahui aib tersebut. sejak saat itulah Lee mulai trauma dan membenci laki-laki. Ditambah lagi ia kehilangan ayahnya saat Lee kelas 1 SMA. Dulu, Lee sangat benci melihat film porno lesbian dan juga sekedar mendengar kata “lesbian” pun ia sudah jijik. Tapi miris sekali bahwa ia sekarang menjadi seorang lesbian. Lee tertarik dengan perempuan sejak SMA, tahun 1997. Ia menemukan cinta sejatinya, Annisa, seorang gadis berkerudung. Sebenarnya mereka sudah lama saling suka namun tidak ada keberanian untuk mengungkapkannya. Lee juga masih ragu dengan orientasi seksualnya. Ia pun pernah dua kali mencoba berpacaran dengan laki-laki untuk menguji apakah ia benar-benar seorang lesbian. Dan hasilnya, ia tidak pernah merasakan perasaan cinta terhadap laki-laki. Akhirnya setelah lulus SMA, Lee 18
  • 19. mengutarakan perasaannya dan meminta Annisa untuk menjadi pacarnya. Mereka pun membangin hubungan secara diam-diam (backstreet). Keluarga Lee mulai mencurigai hubungannya dengan Annisa yang bukanlah pertemanan biasa. Akibatnya Lee mendapatkan kekerasan dan penganiayaan dari keluarganya sehingga ia memutuska untuk kabur dari rumah. Demikian juga dari pihak Annisa, Lee kerap kali dipukuli oleh paman-paman Annisa dan ia tidak melakukan perlawanan. Hingga saat ini, Lee telah 7 tahun meninggalkan keluarganya. Lee dan Annisa pindah ke luar kota dan hidup bersama sebagai pasangan. Sejak meninggalkan keluarga, Lee sudah menganggap dirinya laki-laki. Ia membenci laki-laki karena dianggapnya sebagai perusak dan ia mau menjadi seorang laki-laki yang berbeda, yang bertanggung jawab, tidak seperti pamannya. Lee menjadi begitu karena beberapa faktor, yaitu faktor gen, orang tuanya yang menginginkan anak perempuan, dan juga trauma masa kecil. Perlahan-lahan Lee mulai menapaki kehidupan sebagai seorang laki-laki, dari mulai KTP berjenis kelamin laki-laki, Kartu Keluarga yang menyatakan bahwa ia dan Annisa adalah pasangan suami istri, serta di lingkungan rumah dan pekerjaan Lee selalu memperkenalkan dirinya sebagai laki-laki. Ia menggunakan seragam kerja laki-laki, dan semua orang di kantor memanggil ia dengan panggilan “Bapak”. Lee juga selalu mengikuti sholat Jumat dan menggunakan toilet pria. Untung saja payudara Lee kecil, sehingga tidak ada yang curiga dengan keadaan itu. Ia adalah sosok lelaki dalam tubuh perempuan. Tahun 2004, ia sempat berfikir untuk melakukan operasi kelamin. Annisa bukan lesbi, ia menyukai laki-laki. Lee tahu itu, maka demi membahagaiakan 19
  • 20. pasangannya ia rela melakukan operasi kelamin. Ia telah melakukan konsultasi dengan dokter dan 3 psikolog. Hasilnya ia tetap bersikeras ingin melakukan operasi kelamin, semua demi kebahagiaan Annisa. Namun setelah berunding dengan teman-temannya, ia akhirnya mengurungkan niat tersebut. Sekarang Lee hanya menggunakan penis buatan yang hanya ia lepaskan ketika ia sedang mandi. Saat berhubungan seks, mereka selalu mematikan lampu dan Lee melarang Annisa untuk menyentuh dadanya. Lee mengakui bahwa mereka jarang melakukan hubungan seks. Menurut Lee, keintiman dan kenikmatan lebih didapat dari obrolan dan sentuhan kasih sayang. Annisa sangat ingin mengandung, melahirkan, dan mempunyai anak. Itulah satu-satunya hal yang tidak dapat diberikan oleh Lee. Sempat terpikir untuk melakukan donor sperma, namun Annisa menolak karena bertentangan dengan ajaran agama. Satu-satunya jalan adalah melepaskan Annisa untuk menikah dengan laki-laki lain. Semua demi Annisa, tapi Annisa tidak mau melakukan itu. Lee bekerja demi kehidupannya dan Annisa, karena ia tidak mungkin lagi mengharapkan bantuan dari keluarga yang telah mencampakkan mereka. Dengan memilih jalan hidup begini, berarti ia harus menanggung semua resikonya. Ia bekerja di bank pada pagi hari dan menjadi pegawai café di malam hari. Selain itu ia pun memiliki pekerjaan sampingan mengerjakan proyek kontraktor. Lee juga mulai terlibat dengan organisasi perempuan. Itu membuatnya menjadi lebih percaya diri, merasa memiliki teman, dan tidak merasa sendirian lagi. Ia berharap tahun-tahun kedepan tanggapan media terhadap lesbian menjadi lebih 20
  • 21. positif. Semoga isu-isu yang diangkat akan membuka pikiran masyarakat untuk menerima kaum LGBT. Kisah Mickey – “Kisah panjang pencarian jati diri” Usia : 33 tahun Pendidikan : SMA Pekerjaan : Mahasiswi Agama : Katolik Suku : Tionghoa Domisili : Jakarta Status : Lajang Kelas ekonomi : Menengah atas Mickey lahir dan tumbuh di Jakarta. Ia memiliki kakak laki-laki bernama Haris yang tinggal di Amerika Serikat. Hubungan Mickey dengan orang tuanya cukup baik. Hanya saja, Mickey lebih suka cerita dengan ayahnya ketimbang dengan ibunya. Walaupun ayahnya cukup keras dalam mendidik, tetapi ayah Mickey lebih mampu memahami kemauan anak dibandingkan ibunya. Sejak duduk di bangku SMP, Mickey mulai mengagumi dan menyukai perempuan. Ada ketertarikan jika melihat poster-poster perempuan cantik, tapi kalau melihat poster laki-laki malah biasa-biasa saja. Saat Mickey SMK, ia memiliki sahabat bernama Ami. Kedua sahabat ini memiliki kedekatan yang cukup erat karena mereka satu sekolah dan sama-sama mengikuti organisasi 21
  • 22. bela diri. Pertemuan sesingkat apapun dengan Ami selalu membuat Mickey bahagia. Ia sangat sayang dan selalu ingin melindungi Ami. Rasa sayang itu diungkapkan Mickey dengan berkata bahwa dirinya sangat takut kehilangan Ami dan mencium pipi Ami di depan teman-teman sekolah. Gara-gara tindakan itu, Mickey diejek oleh teman-teman sekolahnya. Tapi Mickey menanggapinya dengan acuh karena ia sendiri tidak tahu apa itu lesbian. Akibat reaksi teman-temannya itu Mickey mulai menjaga jarak dengan Ami karena takut Ami diganggui. Mickey menilai hubungannya tersebut bukan sebagai pacaran, hanya sekedar sahabat akrab. Setelah lulus SMK tahun 1994, Mickey kuliah di sebuah perguruang tinggi di Jakarta. Pada masa kuliah, seorang temannya memperkenalkan Rudi kepada Mickey dan kemudian mereka berpacaran. Namun hubungannya dengan Rudi bukan sesuatu yang bermakna bagi Mickey. Ada rasa tidak nyaman dan pada saat berciuman pun tidak ada rasa apa-apa. Akhirnya telah 2 bulan berpacaran, hubungan mereka pun berakhir. Orang tua Mickey mendorong Mickey untuk mengikuti perkumpulan doa karena mereka berfikir Mickey frustasi akibat putus cinta. Kegelisahan dalam pencarian jati diri membuat Mickey berhenti kuliah dan tahun 1996 Mickey mendaftarkan diri ke sekolah biarawati di Jawa Timur. Keputusan itu diambil untuk menyangkal bahwa ia adalah seorang lesbian. Dua tahun Mickey berada di biara tersebut, namun terjadi ketidak cocokan dengan seorang pembimbing. Ia pun mengundurkan diri dari biara. 22
  • 23. Setelah keluar dari biara, Mickey membantu usaha orang tuanya selama satu tahun dan kemudian mendaftar ke biara lain di Jakarta. Selama satu tahun di biara itu, kembali ia bermasalah dengan Dewan Penasihat biara dan ia keluar dari biara. Mickey lalu memutuskan pergi ke Amerika bertemu dengan Haris kakaknya. Ia mengungkapkan yang sesungguhnya bahwa ia adalah lesbian dan Mickey akhirnya menerima kenyataan bahwa ia adalah seorang lesbian. Melalui situs di internet, Mickey masuk ke website lesbian dan chatting dengan mereka. Dari situs itulah ia mengenal seorang wanita Arab-Lebanon dan berpacaran dengannya. Mereka berhubungan via sms, telepon, email, dan chatting. Namun kakak si wanita Arab ini memergoki hubungan mereka dan menentangnya. Oleh karena itu mereka memutuskan mengakhiri hubungan. Setelah lepassari relasi itu, Mickey mencoba masuk ke situs lesbian Indonesia dan berkenalan dengan Gita, gadis asal Padang. Mickey dan Gita berpacaran, dan diam-diam Mickey berangkat ke Padang untuk bertemu dengan Gita. Hubungan mereka berjalan, namun Mickey mulai merasa lelah menghadapi sikap Gita yang terkadang kekanak-kanakan dan posesif. Akhirnya, hubungan yang telah berlangsung 8 bulan itu pun kandas di tengah jalan. Pacar ketiga Mickey pun dikenalnya dari dunia maya. Setelah lebih akrab, mereka bertemu di sebuah café di Jakarta dan memutuskan untuk berpacaran. Namun pacarnya yang kali ini terlalu banyak menuntut dan posesif. Satu tahun saja Mickey mampu bertahan dalam hubungan tersebut. Beberapa bulan setelah putus dari pacar ketiganya, Mickey teringat kepada Ami, teman SMKnya. Mickey mencari tahu keberadaan Ami dan berusaha untuk 23
  • 24. bertemu dengannya. Setelah mereka bertemu, ternyata Ami telah menjadi jada beranak satu. Ia bercerai karena suaminya adalah pelaku kriminal dan sering melakukan kekerasan pada Ami. Mickey pun kembali mengungkapkan perasaan sayangnya kepada Ami. Oktober 2004 mereka sepakat untuk menjadi pasangan. Sebagai tanda keseriusan, Mickey memberikan cincin kepada Ami. Dimas adalah anak laki-laki Ami. Dimas mengenal Mickey sebagai teman ibunya. Mereka berdua memiliki hubungan yang baik. Mickey pun ikut membantu menasihati dan membesarkan Dimas. Diakui oleh Mickey bahwa ia lebih bersifat macho dan Ami lebih feminine. Tapi pembagian itu bukan dilakukan dengan sengaja, namun memang itulah karakter mereka masing-masing. Posisi tersebut tidak membuat adanya diskriminasi dalam hubungan mereka. Segalanya setara, bahkan dalam hubungan seks pun mereka saling melayani. Mickey tidak berniat untuk mengungkapkan orientasi seksualnya kepada orang tuanya, walaupun sebenarnya itu adalah hal yang sangat ia idamkan. Ia hanya mengungkapkan hal tersebut kepada dua orang teman laki-lakinya di kampus dan mereka pun menerima keadaan Mickey apa adanya. Mickey tahu,bahwa menurut ajaran agama Katolik homoseksual itu dilarang. Namun ia sendiri pernah mengalami penyangkalan dan perang batin atas keadaan yang ia alami. Semakin disangkal, perasaan itu semakin kuat. Dan ia pun akhirnya berfikir bahwa Tuhan adalah Maha Penyayang. Tuhan selalu menyayangi umatnya yang terhina jika ia tidak merugikan ciptaanNya yang lain. Ia berharap dapat mendirikan suatu perusahaan dan merekrut para lesbian 24
  • 25. lainnya untuk bekerja bersamanya. Ia juga ingin agar pelecehan terhadap kaum lesbian semakin diperhatikan, seperti misalnya kekerasan dan pelecehan seksual. Semoga hukum di Indonesia akan lebih memperjuangkan hak-hak kaum lesbian dan perempuan. Kisah Risa – “Perjuangan tiada henti” Usia : 25 tahun Pendidikan : Pergurun tinggi Pekerjaan : Tidak bekerja Agama : Islam Suku : Sumatra-Sulawesi Domisili : Jakarta Status : Lajang Kelas ekonomi : Menengah Risa lahir dan besar di sebuah kota kecil di Sumatra Selatan. Ia merupakan anak bungsu dari 3 bersaudara. Ayahnya sangat keras dalam mendidik anak agar anak-anaknya menjadi pribadi yang disiplin, mandiri, dan berani. Sejak kecil Risa lebih suka dengan segala sesuatu yang diperuntukkan bagi anak laki- laki, seperti bermain kelereng, yoyo, dan layangan dengan teman laki-lakinya. Dan pada umur 10 tahun, orang tua Risa berpisah. Ia tidak tahu alasan mengapa orangtuanya bercerai. 25
  • 26. Risa tinggal berdua dengan ibunya setelah kakaknya memutuskan untuk melanjutkan SMA di luar kota. Hal itu mengubah kepribadian Risa. Ia mendidik dirinya untuk menjadi kuat, baik secara fisik maupun psikis. Ia harus bisa menjaga ibunya. Namun sikap ibunyakurang hangat kepada Risa. Terkadang Risa merasa iri dengan teman-temannya yang akrab dan bisa berbagi cerita dengan ibu. Selepas perceraian, ayahnya masih tetap menghubungi Risa dan sesekali menemui Risa di sekolah. Risa mengakui bahwa tidak pernah merasa jatuh cinta dengan laki-laki. Menurutnya, laki-laki adalah teman main yang menyenangkan. Sewaktu Risa SMP ia menyukai seorang teman perempuannya. Untuk menunjukkan perasaannya risa sering menulis surat-surat kecil dan berusaha membahagiakan temannya. Baginya tidak ada yang salah dengan itu. Saat duduk di bangku SMA, Risa jatuh cinta dengan Santi, adik kelasnya. Ia tertarik denan Santi karena ia cantik, pintar, pendiam, dan sabar. Setelah terjalin komunikasi yang intensif, mulailah terbangun ketergantungan emosi dan Risa mengungkapkan cintanya kepada Santi. Pernyataan cinta itu ditangapi negatif oleh Santi. Ia malah membenci dan memarahi Risa. Dan menyebarlah gosip di sekolah bahwa Risa adalah seorang lesbian. Santi sempat berpacaran beberapa kali dengan laki-laki. Walaupun begitu, Risa tetap menyayangi Santi. Mereka pun tetap dekat karena mereka berdua tergabung dalam satu tim softball. Akhirnya pada kelas 3 SMA, Risa dan Santi berpacaran. Hubungan mereka itu berlangsung selama 4 tahun, hingga menjelang wisuda kuliah. 26
  • 27. Kontak seksual yang pertama kali dengan Santi diawali dengan ciuman dan perangsangan di daerah dada. Selanjutnya mengalir begitu saja. Saat itu Santi lebih agresif, sementara Risa masih malu-malu. Risa juga tidak mau terlalu agresif karena takut Santi malah menjauh darinya. Melihat tubuh perempuan bugil membuat Risa terkesima dan awalnya ia pun merasa tidak nyaman untuk bertelanjang bugil dihadapan perempuan. Saat berelasi dengan Santi, Risa memposisikan diri sebagai laki-laki. Seperti menjemput Risa, menelpon, membayari kencan, dsb. Namun saat Risa mulai bergabung di organisasi perempuan di Yogyakarta, ia mulai memahami kesetaraan gender dalam lesbian. Ia pun hendak mengubah peran gendernya dan memberlakukan kesetaraan dalam hubungan. Tetapi saat itu malah Risa mengakhiri hubungannya dengan Santi. Rasa jenuh, cemburu, dan kelewat posesif menghantui Risa. Dan lagi mereka harus menjalani pacaran jarak jauh karena Risa sedang menyelesaikan tugas akhir kuliah di Yougyakarta. Keaktifan Risa di organisasi perempuan Yogyakarta membawa Risa ke dalam suatu konfrensi pers lesbian. Dalam konfrensi per situ, ia mengakui bahwa dirinya adalah seorang lesbian dan beritaitu pun sampai ke telinga keluarga Risa. Orang tua Risa menyuruh Risa untuk pergi ke psikolog dan mendalami agama. Sampai-sampai ibu Risa yang pulang umroh menyuruhnya untuk meminum air zam-zam. Risa mengidamkan pasangan yang dewasa, yang bisa mendukung keinginannya untuk aktif dalam pergerakan perempuan. Pernah ada pasangan Risa yang mengusulkan ide untuk pura-pura menikah dengan laki-lai demi menutupi hubungan mereka di depan keluarganya. Namun Risa menolak 27
  • 28. mentah-mentah. Baginya itubukanlah sebuah solusi tetapi malah akan memunculkan masalah baru. Sempat juga Risa ingin memiliki seorang anak dengan cara adopsi. Sayangnya proses adopsi di Indonesia cukup rumit dan juga ia mengkhawatirkan anaknya jika setelah dewasa mengetahui bahwa ibunya adalah seorang lesbian. Risa pun mengurungkan niat tersebut. Selama ini Risa pun kerap kali berteman dengan homophobia. Teman-temannya di organisasi perempuan sendiri bahkan sering menolak Risa yang notabene adalah seorang lesbian. Mereka malah meminta Risa untuk mengubah orientasi seksualnya karena menurut mereka lesbian adalah suatu tindakan dosa. Namun, teman-temannya yang diluar LSM malah mampu menerima Risa apa adanya. Menurut Risa, agama Islam jelas melarang praktek homoseksualitas. Akan tetapi ajaran dan interpretasi agama belum menjadi penyejuk karena masih mendiskriminasi kaum-kaum marjinal sepertinya. Salah satu ajaran agama adalah mengasihi sesama manusia, jadi kalau orientasinya masih mengasihi sesama manusia Risa merasa tidak ada yang salah dengan dirinya. Menjadi lesbian tidak menghalangis seseorang untuk berdoa dan beribadah. Ia pun yakin bahwa tidak ada agama manapun yang mengajarkan diskriminasi. Risa menilai bahwa gerakan kaum lesbian di Indonesia masih bernaung dalam organisasi perempuan. Menurutnya, gerakan lesbian harus lebih membaur ke seluruh lapisan masyarakat agar setiap orang dapat memahami dengan benar apa itu lesbian dan kaum lesbian pun dapat diterima dengan baik di masyarakat. Risa ingin memperjuangkan hak-hak lesbian dan menghapuskan diskriminasi. Ia mengharapkan agar kaum lesbian mendapatkan perlindungan hukum dan 28
  • 29. disahkannya perkawinan sejenis di Indonesia. Selain itu juga ada kejelasan hukum atas pasangan lesbian yang telah menikah, seperti hak waris, harta gono-gini, dsb. Satu lagi keinginan Risa, yaitu mendirikan “lesbian crisis center” sebagai tempat perkumpulan lesbian dan juga memberikan pengarahan bagi seorang lesbian yang sedang dalam proses mencari jati diri. Kisah Sandy – “Kodrat seorang perempuan” Usia : 35 tahun Pendidikan : SMA Pekerjaan : Pegawai showroom motor Agama : Islam Suku : Minangkabau Domisili : Jakarta Status : Lajang Kelas ekonomi : Menengah bawah Sandy lahir dan besar di Sumatra Barat. Ia adalh anak kedelapan dari sebelas bersaudara,hanya 3 diantaranya yang perempuan. Ibunya adalah guru SD dan ayahnya pensiunan camat. Keduanya telah meninggal dunia, ayahnya meninggal pada tahun 1992, ibunya meninggal 2005. Keluarga Sandy tergolong kedalam kelompok kelas ekonomi kurang mampu karena terlalu banyak anak yang harus dibiayai. 29
  • 30. Saat kecil Sandy senang bermaik sepak bola dengan teman-teman lelakinya. Sehari-hari ia selalu memakai kaos dan celana hingga ibunya kerap kali jengekel dan tidak mau membelikan ia baju lagi. Saat ia beranjak remaja, barulah ia menyadari bahwa ia adalah seorang perempuan. Ia pun mulai berteman dengan 2 anak perempuan lain di kampungnya. Tapi tetap saja teman-teman Sandy adalah anak perempuan yang tomboy. Lama kelamaan barulah ketahuan bahwa mereka juga adalah lesbian. Sejak kecil Sandy hanya tertarik dengan perempuan. Pertama kali ia menyukai ibu gurunya dan senang bermanja-manja dengannya. Perempuan lain yang pernah diperhatikan oleh Sandy adalah Mira, teman mainnya selama ini. Tapi ketertarikan terhadap Mira baru berkembang ketika SMP. Kedekatannya dengan Mira semakin mendalam dan menyadarkan Sandy bahwa dirinya adalah seorang lesbian. Mereka baru berpacaran ketika Sandy berusia 20 tahun. Setelah Sandy berpacaran, seluruh waktunya hanyauntuk Mira dan ia mengabaikan dunia luar demi Mira. Sandy mengakui bahwa ia saat itu belum mengetahui istilah lesbian, ia hanya mengikuti naluri yang ada. Pertama kalinya ia mengetahui kata “lesbian” adalah dari kakaknya yang tertua. Kakaknya mengetahui kedekatan Sandy dengan Mira dan memberitahukan itu kepada orang tuanya. Ia juga membenci Mira bahkan memberikan julukan kasar kepada Mira. Sampai suatu ketika, Sandy meminta tolong kakaknya untuk mengirimkan sebuah surat yang tertutup rapat kepada Mira. Surat itu bukannya sampai ke tangan Mira, malah dibuka dan difotokopi 11 lembar oleh kakaknya. Fotokopian itu dibagikan kepada semua saudara- saudaranya. Ketika Sandy pulang, ia dihadapkan di tengah saudara-saudaranya 30
  • 31. dan diminta untuk membaca surat cinta itu keras-keras. Sandy langsung merobek surat itu dan pergi dari rumah. Setahun setelah kasus surat cinta itu, ibunya menanyakan apakah ia masih berpacaran dengan perempuan. Spontan Sandy mengelak, ia mengatakan bahwa ia tidak berpacaran dengan perempuan. Namun ia merasa menyesal saat ibunya meningal. Ibunya sesungguhnya sudah mengetahui bahwa ia lesbian, namun masih memperhatikan Sandy. Sandy pun akhirnya menyadari bahwa perbuatannya adalah dosa dan menyuruh Mira untuk pergi meninggalkannya ke Jakarta. Ternyata di Jakarta Mira menikah dengan seorang laki-laki dan sejak itu ia memusuhi Sandy. Sandy sangat terpukul. Selepas kematian ibunya, Sandy pun pergi ke Jakarta untuk menghindari dijodohkan di kampung dan menghapuskan penyesalan atas kematian ibunya. Untuk urusan seks, Sandy punya pengalaman unik. Ia selalu berfantasi tentang seorang wanita yang seksi, berbuah dada besar, berambut panjang, dan berpinggul besar. Dorongan dan nafsu seksualnya akan sangat memuncak jika ia melihat pasanganya bugil dan bertubuh montok. Dalam berhubungan intim, Sandy memposisikan diri sebagai laki-laki, aktif dan memuaskan pasangan. Ia hanya mengikuti naluri untuk merangsang pasangannya. Sandy sangat meyakini bahwa lesbian adalah suatu penyakit jiwa, susah untuk menyembuhkannya. Ia pun menemukan beberapa teman lesbiannya yang ingin kembali normal. Obatnya adalah menikah dengan laki-laki. Penyakit lesbian juga bisa menular karena 95% perempuan adalah lesbian pasif. Kemudian lesbian aktif (seperti Sandy) yang akhirnya membawa para lesbian pasif menjadi 31
  • 32. seorang lesbian aktif. Sandy mengakui bahwa ia menerima keadaan dirinya sebagai penyakit, bukan takdir. Penyakit yang timbul karena nafsu Sandy berharap untuk berubah, memiliki suami dan anak-anak. Ia mempelajari bahwa menikah adalah kewajiban dalam agama Islam dan Allah telah menciptakan segala sesuatunya berpadang-pasangan. Menayalahinya sama saja menenang kodrat ilahi. Sandy juga takut akan hukuman akherat. Ia sangat yakin bahwa apa yang dilakukannya di dunia ini pasti akan membawa buah di dunia akherat. Ketika Mira tahu kepindahan Sandy ke Jakarta, ia sangat marah dan menganggap Sandy ke Jakarta untuk menyusul diriya. Mira yang sudah menikah sangat membenci Sandy bahkan menemui Sandy pun enggan. Sandy tidak marah dengan perlakuan mantan kekasihnya itu. Ia tahu Mira hanya berusaha untuk menghilangkan masa lalunya. Sandy berharap agar masyarakat bisa menerima lesbian seperti manusia juga. Janganlah mereka dihina dan dilecehkan. Sandy tidak menyetujui pernikahan sesama jenis. Menurutnya itu adalah sesuatu yang dilarang oleh agama. Selain itu ada hak-hak lesbian yang ingin ia perjuangkan, yaitu hak untuk memiliki rasa aman dalam bekerja serta hak hidup aman dan bebas dari penghinaan. Namun dengan catatan, lesbian jga harus dapat menjaga normanya di dalam kehidupan bermasyarakat. 32
  • 33. BAB IV KESIMPULAN Selama ini orientasi seksual dianggap sebagai sesuatu yang tidak dapat dirubah, kaku. Namun dalam kisah Putri, tampak bahwa orientasi seksual adalah sesuatu konstruksi dalam masyarakat yang sebenarnya bersifat lentur., dapat dineogosiasikan, dan karenanya dapat ditentukan atau diubah. Karena kelenturan inilah, muncul mitos “jangan dekat-dekat dengan lesbian, nanti ketularan”. Padahal bukannya menular, tetapi runtuhnya tembok dikotomi heteroseksual-homoseksual sehingga membuat perbedaan itu menjadi tidak bermakna. Banyak pula mitos dan stereotype yang dilekatkan kepada kaum lesbian. Misalnya, pendapat yang mencoba menjelaskan latr belakang seseorang menjadi lesbian. Mulai dari trauma dengan laki-laki, proses pendidikan dikeluarga, terpengaruh oleh teman yang lesbian (tertular), terpengaruh informasi, ideology barat dan ajaran feminism, hingga kurangnya pemahaman 33
  • 34. akan nilai-nilai agama, dan tidak bemoral. Namun berdasarkan cerita para narasumber, semua hal tersebut tidak terbukti atau masih dipertanyakan. Seluruh kisah di atas menunjukkan denan jelas bahwa menyadari dan mengakui diri sebagai lesbian bukanlah pengalaman yang terjadi dalam sekejab. Butuh waktu berbulan-bulan hingga bertahun-tahun untuk menikmati hasrat cinta kepada sesame jenis. Dan perlu lebih banyak waktu lagi untuk menerima diri sebagai perempuan yang mencintai perempuan. Begitu banyak lesbian yang kehilangan arah pada saat pencarian jati diri. Lesbian muda umumya bingung sekaligus takut dengan perasaan dan keadaan yang mereka hadapi. Di dalam masyarakat yang menabukan dan menekan diskusi tentang seksualitas apalagi homoseksual, kebingunan itu tentu saja menjadi wajar. Sama seperti yang dialami para narasumber. Setelah mereka merasa yakin, tahap yang akan dialami oleh tiap individu selanjutnya mungkin berbeda-beda. Barangkali ada yang meneruskan pencariannya akan cinta sejati. Namun demikian, menjadi lesbian bukan semata-mata mencari pacar atau berhubungan seks dengan sesame perempuan. Ada begitu banyak aspek dalam kehidupan perempuan lesbian. Yang lainnya mungkin melanjutkan perjuangannya untuk menegakkan hak-hak kaum perempuan dan lesbian. Sementara yang lainnya mencoba hidup sebagai pekerja, anggota masyarakat, mahasiswa, pencari kerja, sebagai anak, dan sebagai perempuan. 34