1. LAPORAN PRAKTIKUM
TEKNOLOGI PENGENDALIAN GULMA
“IDENTIFIKASI GULMA”
OLEH :
NOVIA DWI HAZRINAH
105040200111201
JURUSAN BUDIDAYA PETANIAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2014
2. I . PENDAHULUAN
1.1. LATAR BELAKANG
Kehadiran gulma sebagai organisme pengganggu tanaman (OPT) pada
lahan pertanian dapat mengakibatkan terjadinya kompetisi atau persaingan
dengan tanaman pokok (tanaman budidaya) dalam hal penyerapan unsur-unsur
hara, penangkapan cahaya, penyerapan air dan ruang lingkup, mengotori
kualitas produksi pertanian, misalnya pengotoran benih oleh biji-biji gulma,
dapat mengeluarkan zat atau cairan yang bersifat toksin (racun) serta sebagai
tempat hidup atau inang tempat berlindungnya hewan-hewan kecil, insekta
dan hama sehingga memungkinkan hewan-hewan tersebut dapat berkembang
biak dengan baik, mengganggu kelancaran pekerjaan para petani, sebagai
perantara atau sumber hama dan penyakit, mengganggu kesehatan manusia,
menaikkan biaya-biaya usaha pertanian dan menurunkan produktivitas.
Gulma menurut Mangoensoekarjo (1983) adalah tumbuhan pengganggu
yang nilai negatif apabila tumbuhan tersebut merugikan manusia baik secara
langsung maupun tidak langsung dan sebaliknya tumbuhan dikatakan
memiliki nilai positif apabila mempunyai daya guna manusia. Pengertian
gulma menurut sutidjo (1974) adalah tumbuhan yang tumbuh tidak sesuai
dengan tempatnya dan tidak dikehendaki serta mempunyai nilai negatif.
Dalam kurun waktu yang panjang, kerugian akibat gulma dapat lebih besar
daripada kerugian akibat hama atau penyakit. Oleh karena itu, untuk
menangani masalah gulma, maka perlu dilakukan identifikasi gulma yang
dimaksudkan untuk membantu para petani dalam usaha menentukan program
pengendalian gulma secara terarah sehingga produksi dapat ditingkatkan
sebagaimana yang diharapkan. Adapun pengendalian gulma dapat dilakukan
dengan berbagai cara, diantaranya dengan cara preventif (pencegahan), secara
fisik, pengendalian gulma dengan sistem budidaya, secara biologis, secara
kimiawi dan secara terpadu. Identifikasi berasal dari kata identik yang artinya
sama atau serupa dengan, dan untuk ini kita dapat terlepas dari nama latin.
3. 1.2. TUJUAN PRAKTIKUM
Tujuan dari praktikum identifikasi gulma ini adalah untuk memberikan
pengetahuan kepada mahasiswa tentang cara mengidentifikasi gulma, dan agar
mahasiswa mampu mengenali jenis jenis gulma,nama daerah,nama latin spesis
gulma,bentuk morfologi,dan bagian anatomi ,dan membedakan golongan gulma.
4. II . TINJAUAN PUSTAKA
2.1. DEFINISI GULMA
Gulma menurut Mangoensoekarjo (1983) adalah tumbuhan pengganggu
yang nilai negatif apabila tumbuhan tersebut merugikan manusia baik secara
langsung maupun tidak langsung dan sebaliknya tumbuhan dikatakan memiliki
nilai positif apabila mempunyai daya guna manusia. Pengertian gulma menurut
sutidjo (1974) adalah tumbuhan yang tumbuh tidak sesuai dengan tempatnya dan
tidak dikehendaki serta mempunyai nilai negatif.
Gulma adalah tumbuhan pengganggu yang nilai negatif apabila tumbuhan
tersebut merugikan manusia baik secara langsung maupun tidak langsung dan
sebaliknya tumbuhan dikatakan memiliki nilai positif apabila mempunyai daya
guna manusia (Mangoensoekarjo 1983). Pengertian gulma adalah tumbuhan yang
tumbuh tidak sesuai dengan tempatnya dan tidak dikehendaki serta mempunyai
nilai negative (Johnny, Martin. 2006).
Ada beberapa jenis gulma berdasarkan respon herbisida, termasuk gulma
rumput. Rumputy mempunyai batang bulat atau pipih berongga. Kesamaannya
dengan teki karena bentuk daunnya sama-sama sempit. Tetapi dari sudut
pengendaliannya terutama responnya terhadap herbisida berbeda. Berdasarkan
bentuk masa pertumbuhan dibedakan gulma rumput semusim (annual) dan
tahunan (parennial). Rumput semusim tumbuh melimpah, tetapi kurang
menimbulkan masalah dibandingkan gulma rumput tahunan (Mangoensoekarjo
1983).
2.2. KLASIFIKASI GULMA
klasifikasi adalah penggolongan atau pengelompokkan. Ada beberapa
pengertian mengenai klasifikasi, menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia
klasifikasi adalah penyusunan bersistem dalam kelompok atau golongan menurut
kaidah atau standar yang ditetapkan.
Adanya berbagai definisi dan dekripsi gulma menunjukkan bahwa
golongan gulma mempunyai kisaran karakter luas dan mempunyai konsekuensi
dalam pemberantasan dan pengelolaannya. Dalam mengidentifikasi gulma dapat
ditempuh satu atau kombinasi dari sebagian atau seluruh cara-cara dibawah ini:
5. · Membandingkan gulma tersebut dengan material yang telah
diidentifikasi di herbarium.
· Konsultasi langsung dengan para ahli dibidang yang bersangkutan
· Mencari sendiri melalui kunci identifikasi
· Membandingkan dengan determinasi yang telah ada.
· Membandingkan dengan ilustrasi yang tersedia
Cara identifikasi dengan membandingkan tumbuhan gulma dengan
gambar paling praktis dan dapat dikerjakan sendiri di tempat, oleh karena telah
banyak publikasi gambar dan foto-foto gulma. Dua publikasi gulma P3GI yang
disebutkan pada alinia pertama bab ini, sangat berguna untuk keperluan tersebut.
Identifikasi dengan membandingkan determinasi dari spesies gulma kemudian
mencari dengan kunci identifikasi sedikit banyak kita harus memahami istilah
biologi yang berkenaan dengan morfologi (Sastroutomo. 1990). Bila ada spesies
gulma yang sukar diidentifikasi, maka herbarium gulma (lengkap daun, batang,
bunga, bunga dan akarnya) tersebut dapat dikirim ke herbarium.
Tanda-tanda yang dipakai dalam identifikasi dan penelaahan spesies
gulma; terbagi atas sifat-sifat vegetatif yang bisa berubah sesuai dengan
lingkungan dan sifat-sifat generatif yang cenderung tetap.Sifat vegetatif gulma
antara lain : perakaran, bagian batang dan cabangnya, kedudukan daun, bentuk
daun, tepi daun dan permukaan daun, terdapat alat-alat tambahan misalnya daun
penumpu atau selaput bumbung, beragam dan berbeda-beda untuk tiap spesies
gulma. Bagian generatif yang dapat digunakan sebagai kriteria tanaman antara
lain adalah : jumlah dan duduknya bunga, bagian-bagian bunga, warna kelopak
bunga, warna mahkota bunga, jumlah benang sari, serta bentuk ukuran -warna-jumlah
buah/biji (Steenis, van. 1981).
Identifikasi sangat penting terutama dalam memahami tanda-tanda
karakteristik seperti yang berkenaan dengan morfologi (terutama morfologi luar)
gulma. Dengan memahami karakteristik tersebut, dalam melakukan upaya
pengendalian gulma akan lebih mudah. Disamping itu juga kita harus
memperhatikan faktor-faktor lain, seperti misalnya iklim, jenis tanah, biaya yang
diperlukan, dan pengaruh-pengaruh negatif yang ditimbulkannya
(Tjitrosoedirjdjo, 1984).
6. III . BAHAN DAN METODE
3.1. ALAT DAN BAHAN
Alat dan bahan yang di unakan dalam praktikum identifikasi gulma di
sajikan pada Tabel 1.
Tabel 1. Alat dan Bahan
No Alat dan Bahan Fungsi
Alat
1 Buku Identifikasi Untuk mengidentifikasi gulma
2 Alat Tulis Untuk menulis hasil identifikasi
gulma
3 Kain bewarna biru Sebagai Background saat
mendokumentasikan
4 Kamera Untuk mendokumentasikan gulma
Bahan
1 Spesimen gulma lengkap dan segar Sebagai bahan percobaan
3.2. ALUR KERJA
7. IV . HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. HASIL
1. Gulma Golongan Teki
A. Teki (Cyperus rotundus)
Kingdom : Plantae
Subkingdom : Tracheobionta
Super Divisi : Spermatophyta
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Liliopsida
Sub Kelas : Commelinidae
Ordo : Cyperales
Famili : Cyperaceae
Genus : Cyperus
Spesies : Cyperus rotundus L.
Ciri morfologinya : berakar serabut yang tumbuh menyamping dengan
membentuk umbi yang banyak, tiap umbi
mempunyai mata tunas, batang tumbuh tegak dan
berbentuk tumpul atau segitiga, memiliki ciri bentuk
pita dengan pertulangan daun sejajar tidak
mempunyai ligula atau aurikula, arah daun tersebar
merata mengelilingi batang, serta penampang daun
berbentuk huruf V (Anonymous, 2010).
Daur Hidup : Gulma ini hampir selalu ada di sekitar tanaman
budidaya karena dapat berkembangbiak melalui biji,
umbi akar dan rhizoma yang sangat sulit untuk
dikendalikan secara mekanis.
Habitat : Tempat-tempat basah, di sepanjang pinggir jalan
dan di rawa-rawa, daerah dibudidayakan, dan
terutama di sawah
Nilai Ekonomis : Dalam persaingan dengan tanaman budidaya,
gulma menghasilkan zat allelopati yang dapat
8. meracuni atau menekan pertumbuhan tanaman
budidaya, dan berguna sebagai bahan pakan bagi
ternak (Anonymous, 2014).
B. Cyperus iria
Kingdom : Plantae
Subkingdom : Tracheobionta
Super Divisi : Spermatophyta
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Liliopsida
Sub Kelas : Commelinidae
Ordo : Cyperales
Famili : Cyperacea
Genus : Cyperus
Spesies : Cyperus iria
Ciri Morfologinya :Batang: 3 menyudut tajam, berumbai, halus, 5-80-
cm tinggi. Daun: basal, kasar menyentuh di bagian
atas, linier, lembek, dengan secara bertahap
meruncing titik dan 3-8 mm lebar; selubung
cokelat kemerahan atau keunguan, membungkus
batang di pangkalan. Bunga majemuk: umbel
sederhana atau senyawa yang terdiri dari berbagai
tegak-menyebarkan 3-10 mm panjang spikelets
diratakan. Buah: tiga-siku, kacang 1,0-1,5 mm
dengan sisi sedikit cekung, dan mengkilap
berwarna coklat tua sampai hitam.
Habitat : Tumbuh subur di padi sawah, lahan kering
tanaman tahunan, dan tanaman perkebunan.
Daur Hidup : Berkembang biak dengan cepat, dapat
menghasilkan bibit 3,000-5,000 per tanaman, bibit
muncul segera setelah padi ditanam; bunga bulan
kemudian dan dapat membangun generasi kedua
dalam musim yang sama. Bunga sepanjang tahun.
9. Nilai Ekonomis : Berguna sebagai bahan pakan bagi ternak
(Buhman,1999).
C. Rumput Kenop (Cyperus kylingia)
Kingdom : Plantae
Subkingdom : Tracheobionta
Super Divisi : Spermatophyta
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Liliopsida
Sub Kelas : Commelinidae
Ordo : Cyperales
Famili : Cyperaceae
Genus : Cyperus
Spesies : Cyperus kyllingia
Endl.
Ciri Morfologinya :
Batang : ada yang tumpul berbentuk segitiga dan tajam, dengan tinggi
antara 10 – 80 cm
Daun : berisi 4 – 5 helai berjejal pada pangkal batang dengan pelepah
daun tertutup tanah, helaian daun berbentuk garis, bagian atas berwarna
hijau mengkilat, panjang daun 10 – 60 cm,
lebar daun 2 – 6 mm, anak bulir berkumpul menjadi bulir pendek dan tipis,
keseluruhan terkumpul lagi menjadi memanjang. Daun pembalut 3 – 4.
Tepi daun kasar dan tidak rata. Jari- jari payung 6 – 9.
Bunga : Berisi 10 – 40, panjang lebih kurang 3 mm. Benang sari 3,
tangkai putik bercabang3
Buah : Buah memanjang sampai bulat telur sungsang, segitiga berwarna
coklat, panjang lebih kurang 5 mm
Habitat : tanaman terna, menahun.
Daur Hidup : berkembang biak dengan menggunakan biji.
10. Nilai Ekonomis : Berguna sebagai bahan pakan bagi ternak
(Anonymous, 2014).
2. Golongan Gulma Air
A. Teratai (Nymphaea)
Kingdom: Plantae
Subkingdom: Tracheobionta
Super Divisi: Spermatophyta
Divisi: Magnoliophyt
Kelas: Magnoliopsida
Sub Kelas: Magnoliidae
Ordo: Nymphaeales
Famili: Nymphaeaceae
Genus: Nymphaea
Spesies: Nymphaea nouchali Brum F
Ciri morfologinya : Nymphae sp. memiliki daun yang lebar dengan
bentuk yang melingkar, dan tepi daun bergerigi.
Nymphae sp. memiliki batang yang berfungsi untuk
menyangga daun mengapung di atas air. Batang
sebagian besar tenggelam di dalam air, namun ada
beberapa yang muncul di atas permukaan air.
Batang memiliki ruang udara yang berkembang
dengan baik.Sistem akar pada hidrofi seperti
Nymphae sp. kurang berkembang dengan baik dan
tidak memiliki bulu akar maupun tudung akar.
Akar pada Nymphae sp. memiliki fungsi utama
sebagai jangkar, pelekat atau pencengkeram.
Absorbsi lebih Ban yak dilakukan oleh batang dan
daun.
Daur Hidup : Perbanyakan bisa dengan biji dari bunga, daun,
dan anakan. Di bunga teratainya – akan berbunga
setiap 3-4 hari, dari pagi sampai sore hari. Setelah
11. layu, mahkota bunga mulai rontok dan menyisakan
dasar bunga yang jadi bakal buah.
Habitat : Danau dan Kolam.
Nilai Ekonomis : Teratai menjadi tanaman di kebun-kebun karena
bunganya yang indah. Pelukis Perancis bernama
Claude Monet terkenal dengan lukisan bunga
teratai. Teratai merupakan tanaman air yang unik.
Teratai yang tumbuh di air yang sangat berlumpur
(kotor, coklat), warna bunganya lebih cemerlang.
Warna bunga bila putih lebih putih, bila merah lebih
merah, bila merah muda makin terang warnanya.
B. Ganggang hijau(Cyanophyta)
Divisio : Chlorophyta
Classsis : Cholrophyceae
Ordo : Ulvales
Familia : Ulvaceae
Genus : Ulva
Species : Ulva sp.
Daur Hidup : Ganggang hiaju hidup secara autotrof. Namun ada
pula yang bersimbiosis dengan organism lain,
mislanya dengan jamur membentuk lumut kerak.
Reproduksi aseksual terjadi dengan pembentukan
zoospore, yaitu spora yang dapat bergerak atau
berpindah tempat. Reproduksi aseksualnya
berlangsung secara konjugasi.Hasil konjugasi
berupa suatu zigospora , zigospora tidak
mempunyai alat gerak.
Habitat : Danau dan Kolam.
12. Nilai Ekonomis : sebagai plankton dan merupakan komponen
penting dalam rantai makanan air tawar, dapat
dipakai sebagai makanan, misal Ulva dan Chlorella,
penghasil O2 dari proses fotosintesis yang
diperlukan oleh hewan-hewan air.
3. Golongan Berdaun Lebar
A. Kirinyuh (Chromolaena odorata L.)
Kingdom : Plantae
Super Divisi : Spermatophyta
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Sub Kelas : Asteridae
Ordo : Asterales
Famili : Asteraceae
Genus : Chromolaena
Spesies : Chromolaena odorata (L.) King
& H.E. Robins.
Ciri morfologinya : daun berbentuk segita, mempunyai tiga tulan daun
yang nyata terlihat dan bila diremas akan terasa bau
yang khas, percabangan berhadapan, perbungaan
majemuk yang dari jauh terlihat berwarna putih.
Habitat : Penyebaran meliputi 50 – 1000 m diatas
permukaan laut
Nilai Ekonomis : Chromolaena odorata adalah salah satu tumbuhan
yang dapat digunakan sebagai larvasida alami.
Tumbuhan ini mengandung senyawa fenol, alkaloid,
triterpenoid, tanin,flavonoid (eupatorin) dan
limonen. Kandungan tanin yang terdapat dalam
daun kirinyuh adalah 2,56%.
13. B. Krokot (Portulaca oleraceae L)
Kerajaan: Plantae
Ordo: Caryophyllales
Famili: Portulacaceae
Genus: Portulaca
Spesies: P. oleracea
Ciri morfologinya : Batangnya berwarna merah keunguan, bentuknya
gemuk dan tebal. Daunnya juga tebal dan
berdaging, dan bunganya berwarna kuning
sulfur.Daun tanaman krokot merupakan daun
tunggal berwarna hijau berbentuk bulat telur, ujung
dan pangkalnya tumpul. Tepi daunnya rata dan
berdaging yang memiliki panjang 1-3 cm dan lebar
1-2cm. Bunga Krokot merupakan bunga majemuk
yang terletak di ujung cabang. Tanaman krokot juga
memiliki kelopak bunga bewarna hijau, bertajuk,
dan bersayap. Mahkota bunga krokot berbentuk
jantung, memiliki 3-5 kepala putik bewarna putih
dan kuning. Buah krokot berbentuk kotak, berwarna
hijau, dan memiliki biji yang banyak. Bijinya bulat
kecil mengkilap, bewarna hitam. Sistem perakaran
tanaman krokot yaitu akar tunggang.
Habitat : Penyebaran meliputi 50 – 1000 m diatas
permukaan laut
Nilai Ekonomis : Sebagai pakan ternak,sayur, tanaman obat, dan
Gelang biasa dapat dijadikan insektisida, karena
14. mengandung zat tanin, fosfat, mengandung
magnesium dalam jumlah yang banyak, zat besi,
aluminium, mangan, kalsium, potasium, sodium,
dan urea
C. Putri malu (Mimosa pudica)
Kerajaan: Plantae
Divisi: Magnoliophyta
Kelas: Magnoliopsida
Ordo: Fabales
Famili: Fabaceae
Upafamili: Mimosoideae
Genus: Mimosa
Spesies: M. pudica
Ciri morfologinya : aun putri malu atau sikejut berupa daun majemuk
menyirip ganda dua yang sempurna. Jumlah anak
daun pada setiap sirip sekitar 5 - 26 pasang. Helaian
anak daun berbentuk memanjang sampai lanset,
ujung runcing, pangkal memundar, tepi rata. Jika
kita raba pada permukaan atas dan bawah daun
terasa licin, panjang 6 - 16 mm, lebar 1-3 mm. daun
berwarna hijau, akan tetapi pada tepi daun
umumnya berwarna ungu. Jika daun tersentuh akan
melipatkan diri, menyirip rangkap. Sirip terkumpul
rapat dengan panjang 4-5,5 cm. Batang tumbuhan
putri malu berbeda dengan tumbuhan lainnya, yaitu
batang putri malu berbentuk bulat. Pada seluruh
batangnya terdapat rambut dan mempunyai duri
yang menempel , batang tumbuhan putrid malu
dengan rambut sikat yang mengarah secara miring
kepermukaan tanah atau kearah bawah. Putri malu
biasanya mempunyai bunga yang berbentuk bulat
15. seperti bola dan tidak mempunya mahkota atau
kelopak bunga yang besar seperti bunga-bunga yang
lain. Akan tetapi kelopak bunga putrid malu
bentuknya sangat kecil dan bergigi empat seperti
selaput putih. Tabung mahkotanya juga berukuran
sangat kecil, bertaju empat seperti selaput
putih.Buah putri malu berbetuk polong, pipih
seperti garis dan berukuran sangat kecil jika
disbandingkan dengan buah-buah tumbuhan
lainnya.Sama halnya seperti buah, tanaman putri
malu juga memiliki biji, yang berukuran kecil dan
bulat,berbentuk pipih . putri malu termasuk kedalam
tumbuhan yang berbiji tertutup (Angiospermae) dan
berkembangbiak dengan biji.
Habitat : Tanaman putri malu biasanya tumbuh diatas tanah
yang lapang baik itu diladang, diperkebunan,
diperkarangan rumah dan pada tempat yang lainnya
disekitar kita.
Daur hidup : berkembang biak dengan biji
Nilai Ekonomis : sebagai tanaman obat, dan pencegah erosi karena
memiliki akar yang kuat.
16. 4. Golongan Berdaun Sempit
A. Jukut Pahit (Axonopus compressus)
Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Kelas : Dicotyledoneae
Ordo : Poales
Family : Poaceae
Genus : Axonopus
Spesies : Axonopus compressus
(Swartz) Beauv.
Ciri morfologinya : Sistem perakaran tunggang. Akar jukut pahit
memiliki panyak percabangan. Akar jukut pahit
memiliki warna coklat keputih-putihan. Akar jukut
pahit tidak lagi memiliki rambut-rambut halus.
Batangnya tidak berongga, bentuknya tertekan ke
arah lateral sehingga agak pipih, tidak berbulu,
tumbuh tegak berumpun, sering membentuk geragih
yang pada setiap ruasnya dapat membentuk akar
dan tunas baru, di lapangan sering tumbuh rapat
membentuk “sheet”.
Daunnya berbangun daun lanset, pada
bagian pangkal meluas dan lengkung, ujungnya
agak tumpul, permukaan sebelah atas ditumbuhi
bulu-bulu halus yang tersebar sedang sebelah bawah
tidak berbulu, ukuran panjangnya 2,5-37,5 cm dan
ukuran lebar 6-16 mm.
Bunga jukut pahit (Axonopus compressus (Swartz)
Beauv.) terdiri dari dua sampai tiga tangkai yang
ramping semuanya tergabung secara simpodial
muncul dari upih daun paling atas berkembang
17. secara berturut-turut, tangkai perbungaan tidak
berbulu, pada bagian ujung (apex) terbentuk dua
cabang bunga atau bulir (spica) yang berhadapan
berbentuk huruf V.
Buah jukut pahit (Axonopus compressus
(Swartz) Beauv.) tersusun dalam dua baris yang
berselang-seling pada kedua sisi sumbu yang rata.
Buah jukut pahit tidak saling tumpang tindih. Buah
jukut pahit berwarna hijau muda. Buah jukut pahit
berukuran kecil. Buah jukut pahit memiliki ukuran
yang kecil.
Biji jukut pahit (Axonopus compressus
(Swartz) Beauv.) berbentuk sangat kecil. Biji jukut
pahit berada di dalam buahnya. Biji jukut pahit
tidak memiliki rambut-rambut halus atau bulu-bulu
halus diseluruh permukaan bijinya. Biji jukut pahit
memiliki warna putih atau memiliki warna putih
kehijau-hijauan. Gulma ini beradaptasi dengan iklim
tropis.
Daur Hidup : Gulma tahunan ( perennial weeds ), gulma yang
umurnya lebih dari 2 tahun. Gulma ini umumnya
berkembang biak secara vegetatif dan generatif.
Organ perkembangbiakan stolon. Pemotongan
organ-organ tersebut biasanya terjadi saat
pengolahan tanah.
Habitat : Tempat-tempat basah, di sepanjang pinggir jalan
dan di rawa-rawa, daerah dibudidayakan, dan
terutama di sawah
Nilai Ekonomis : Sebagai pakan ternak
18. B. Eleusine indica (L.) Gaertn
Subkingdom : Tracheobionta
Super Divisi : Spermatophyta
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Liliopsida
Sub kelas : Commelinidae
Ordo : Poales
Famili : Poaceae
Genus : Eleusine
Spesies : Eleusine indica (L.)
Gaertn
Ciri morfologinya : Memiliki perakaran yang kuat, berumpun dengan
jumlah sedikit buluh sering bercabang pada begian
pangkalnya, tinggi tiap buluh bias mencapai 50 cm,
tiap buku terdapat 3-5 daun yang saling menutupi,
dari ketiak daun tumbuh tunas baru. Pelepah
berwarna hijau muda, berbulu halus panjang.
Perbungaan tegak berdiri diatas 4-6 butir terpusat
diujung, 1 atau 2 butir yang dibawah berseling,
panjang bulir 3-5 cm, buliran rata dan licin 4-12
bunga.
Daur Hidup : Semusim, Berumur pendek, Berkembangbiak
dengan biji, Dapat tumbuh pada 200 m dpl.
Habitat : Jenis rumput belulang ini Tumbuh liar, biasanya di
lapangan atau pinggir pinggir jalan, memmiliki
sedikit bulu halus, akar sangat kuat, dapat tinggi
sampi 50cm.
Nilai Ekonomis : Rumput ini sebagai makan ternak oleh peternak
Guinea pig sejak dulu dan rumput ini juga di
berikan sebagai pakan kambing. rumput ini sangat
terbatas untuk jumlah besar. Sangat di sukai Guinea
Pig.
19. C. Paspalum conjugatum Berg.
Kingdom : Plantae
Divisio : Spermatophyta
Subdivisio : Angiospermae
Kelas : Monocotyledoneae
Ordo : Poales
Family : Poaceae
Genus : Paspalum
Spesies : Paspalum conjugatum
Berg.
Ciri morfologinya : Akar Jukut Pahit ( Paspalum conjugatum Berg )
merupakan akar serabut (radix adventica) yang
halus. Berwarna putih hingga kekuning-kuningan
dengan arah tumbuh ke pusat bumi (geotrop)
mencapai 20 cm di dalam tanah. Selain itu, akar
terbentuk seperti benang (filiformis) serta tidak
memiliki ruas-ruas dan tudung akar (calyptra).
Batang Jukut Pahit ( Paspalum conjugatum
Berg ) agak pipih (phyllocladium) dengan tinggi 20-
75 cm, serta tidak berbulu. Warnanya hijau bercorak
ungu, tumbuh tegak (erectus) dan termasuk batang
rumput (calmus). Permukaan batang berusuk
(costatus) dimana terdapat rigi-rigi yang membujur.
Daun Jukut Pahit ( Paspalum conjugatum
Berg ) memiliki helai daun berbentuk pita
(ligulatus) dengan ujung daun runcing (acutus).
Serta berbulu di sepanjang tepinya dan pada
permukannya. Pangkal daun membulat (rotundatus),
20. dengan panjang daun berkisar 2,5-37,5 cm dan lebar
6-16 mm. Selain itu, tepi daun tampak berombak
(repandus).
Bunga Jukut Pahit ( Paspalum conjugatum
Berg ) termasuk tumbuhan berbunga tunggal (planta
uniflora) yang tumbuh pada ujung batang (flos
terminalis). Selain itu, ibu tangkai bunga tidak
bercabang-cabang, sehingga bunga langsung
terdapat pada ibu tangkainya. Berkembangbiak
dengan biji.
Habitat : Tumbuh sampai ketinggian sekitar 2.000 m dpl.
Senang tumbuh di tempat yang lembab dan tidak
menyukai kekeringan. Menghasilkan daun yang
sedikit, kebanyakan tumbuh sebagai gulma yang
mengganggu tanaman pertanian.
Nilai Ekonomis : Dimanfaatkan sebagai pakan ternak.
D. Rumput Jukut caladi (Melinis minutiflora)
Kingdom : Plantae
Subkingdom : Tracheobionta
Superdivision : Spermatophyta
Division : Magnoliophyta
Class : Liliopsida
Subclass : Commelinidae
Order Cyperales
Family : Poaceae
Genus : Melinis P. Beauv.
Species : Melinis minutiflora
P. Beauv.
Ciri morfologinya : Rumput perennial membentuk hamparan yang
tebal. Batang yang tau mempunyai sifat merambat.
Perakarannya luas dan dalam. Daunnya halus
21. ditutupi oleh bulu-bulu dan menghasilkan semacam
eksudat yang bersifat lekat. Daun tersebut juga
menghasilkan semacam minyak eteritis yang
menyebabkan bau rangsang, tetapi dilaporkan
bahwa bau ini tidak mempengaruhi bau air susu atau
daging dari sapi yang memakannya. Bungany
berbentuk mayang dengan warna keunguan.
Sedangkan bijinya mempunyai daya tumbuh yang
cukup baik.
Daur Hidup : Terdapat di sungaidaerah dataran rendah terbuka.
Dapat tumbuh di tanah berat atau ringan, sepanjang
sungai dan saluran air, di lahan sawah.
Habitat : Ada pada daerah tropis yang berasal dari afrika
tropis
Nilai Ekonomis : Sebagai pakan ternak
E. Eleusine indica (L.) Gaertn
Kingdom : Plantae
Superdivision : Spermatophyta
Division : Magnoliophyta
Class : Liliopsida
Subclass : Commelinidae
Ordo : Cyperales
Family : Poaceae
Genus : Leptochloa P. Beauv.
Species : Leptochloa chinensis (L.)
Nees
Ciri morfologinya : Sebuah tanaman tahunan yang berumbai dan
halus, memiliki tinggi sampai dengan 120 cm.
Batang : ramping, berongga, tegak atau meninggi
22. dari dasar bercabang, perakaran pada node yang
lebih rendah, halus dan tanpa bulu, umumnya
memiliki 10-20 node, dan dapat mencapai setinggi
50-100-cm. Daun : halus, linier, panjang 10-30 cm,
panjang membrane ligule 1-2. Perbungaan: sempit
oval, malai longgar, panjang poros utama 10-40 cm,
dan dengan cabang yang berbentuk duri seperti
cabang menyirip, panjang bulir 2-3,2 mm, keunguan
atau hijau dan 4-6 bunga.
Daur Hidup : Lahan basah, rawa, atau sungai di daerah dataran
rendah terbuka.Dapat tumbuh di tanah berat atau
ringan, sepanjang sungai dan saluran air, di lahan
sawah
Habitat : Afrika Tenggara, dari Kenya ke Afrika Selatan,
Asia, dari India dan Sri Lanka ke Asia Tenggara,
juga China, Jepang, dan Korea, Australia, New
Guinea.
Nilai Ekonomis : digunakan sebagai pakan untuk hewan.Biji-bijinya
dapat berfungsi sebagai makanan bencana kelaparan
di Afrika Timur.
23. 4.2. PEMBAHASAN
Cara klasifiikasi pada tumbuhan ada dua macam yaitu buatan (artificial)
dan alami (natural). Pada klasifikasi sistem buatan pengelompokan tumbuhan
hanya didasarkan pada salah satu sifat atau sifat-sifat yang paling umum saja,
sehingga kemungkinan bisa terjadi beberapa tumbuhan yang mempunyai
hubungan erat satu sama lain dikelompokan dalam kelompok yang terpisah dan
sebaliknya beberapa tumbuhan yang hanya mempunyai sedikit persamaan
mungkin dikelompokan bersama dalam satu kelompok. Hal demkian inilah yang
merupakan kelemahan utama dari kalsifikasi sistem buatan. Pada klasifikasi
sistem alami pengelompokan didasarkan pada kombinasi dari beberapa sifat
morfologis yang penting. Klasifikasi sistem alami lebih maju daripada klasifikasi
sistem buatan, sebab menurut sistem tersebut hanya tumbuh-tumbuhan yang
mempunyai hubungan filogenetis saja yang dikelompokan ke dalam kelompok
yang sama.
Cara klasifikasi pada gulma cenderung mengarah ke sistem buatan. Atas
dasar pengelompokan yang berbeda, maka kita dapat mengelompokan gulma
menjadi kelompok-kelompok atau golongan-golongan yang berbeda pula.
Masing-masing kelompok memperlihatkan perbedaan di dalam pengendalian.
Gulma dapat dikelompokan seperti berikut ini :
a. Gulma setahun (gulma semusim, annual weeds), yaitu gulma yang
menyelesaikan siklus hidupnya dalam waktu kurang dari satu tahun
atau paling lama satu tahun (mulai dari berkecambah sampai
memproduksi biji dan kemudian mati). Karena kebanyakan umurnya
hanya seumur tanaman semusim, maka gulma tersebut sering disebut
sebagai gulma semusim. Walaupun sebenarnya mudah dikendalikan,
tetapi kenyataannya kita sering mengalami kesulitan, karena gulma
tersebut mempunyai beberapa kelebihan yaitu umurnya pendek,
menghasilkan biji dalam jumlah yang banyak dan masa dormansi biji
yang panjang sehingga dapat lebih bertahan hidupnya. Di Indonesia
banyak dijumpai jenis-jenis gulma setahun, contohnya Echinochloa
24. crusgalli, Echinochloa colonum, Monochoria vaginalis, Limnocharis
flava, Fimbristylis littoralis dan lain sebagainya.
b. Gulma dua tahun (biennial weeds), yaitu gulma yang menyelesaikan
siklus hidupnya lebih dari satu tahun, tetapi tidak lebih dari dua tahun.
Pada tahun pertama digunakan untuk pertumbuhan vegetatif
menghasilkan bentuk roset dan pada tahun kedua berbunga,
menghasilkan biji dan kemudian mati. Pada periode roset gulma
tersebut sensitif terhadap herbisida. Yang termasuk gulma dua tahun
yaitu Dipsacus sylvestris, Echium vulgare, Circium vulgare, Circium
altissimum dan Artemisia biennis.
c. Gulma tahunan (perennial weeds), yaitu gulma yang dapat hidup lebih
dari dua tahun atau mungkin hampir tidak terbatas (bertahun-tahun).
Kebanyakan berkembang biak dengan biji dan banyak diantaranya yang
berkembang biak secara vegetatif. Pada keadaan kekurangan air (di
musim kemarau) gulma tersebut seolah-olah mati karena bagian yang
berada di atas tanah mengering, akan tetapi begitu ada air yang cukup
untuk pertumbuhannya akan bersemi kembali.
25. V . PENUTUP
5.1. KESIMPULAN
1. Gulma menurut Mangoensoekarjo (1983) adalah tumbuhan pengganggu
yang nilai negatif apabila tumbuhan tersebut merugikan manusia baik
secara langsung maupun tidak langsung dan sebaliknya tumbuhan
dikatakan memiliki nilai positif apabila mempunyai daya guna manusia.
2. Dalam mengidentifikasi gulma dapat ditempuh satu atau kombinasi dari
sebagian atau seluruh cara-cara dibawah ini:
· Membandingkan gulma tersebut dengan material yang telah diidentifikasi
di herbarium.
· Konsultasi langsung dengan para ahli dibidang yang bersangkutan
· Mencari sendiri melalui kunci identifikasi
· Membandingkan dengan determinasi yang telah ada.
· Membandingkan dengan ilustrasi yang tersedia
5.2. SARAN
Lebih baik lagi dalam koordinasi antar praktikan dan saat praktikum lebih
kondusif.
26. DAFTAR PUSTAKA
Buhman, R dkk. 1999. Gulma dan Teknik pengendaliannya. Yogyakarta:
Konisius
Djafarudin. 1996.Dasar-dasar Perlindungan Tanaman Umum. Jakarta: Bumi
Aksara.
Moenandir, j. 1993. Pengantar Ilmu dan Pengendalian Gulma. Fakultas Pertanian
Universitas Brawijaya. Jakarta.
Nurjanah,Uswatun dkk. 2013. Penuntun Praktikum Pengendalian Gulma.
FAPERTA UNIB. Bengkulu.
Sasfroutomo, s.s. 1990. Ekologi Gulma. Jakarta. PT. Gramedia Pustaka.
Sukman,Yernelis dan Yakup.1991. Gulma dan Teknik Pengendaliannya.
Palembang: FAPERTA UNSRI
Rukman, Rahmat dan Sugandi Saputra. 1999.Gulma dan Teknik Pengendalian.
Jogjakarta: Kanisius