1. BAB I
PENDIDIK DALAM PENDIDIKAN ISLAM
A. PENGERTIAN PENDIDIK
Secara etimologi, pendidik di sebut dengan murobbi, muallim dan
muaddib. Kata istilah “murabbi” yang orientasinya lebih mengarah pada
pemeliharaan, baik yang bersifat rohani atau rohani. Pemeliharaan seperti ini
terlihat dalam proses orangtua membesarkan anaknya. Mereka berusaha
memberikan pelayanan secara penuh agar anaknya tumbuh dengan fisik yang
sehat dan kepribadian serta akhlak yang terpuji.
Sedangkan istilah “muallim”, pada umumnya dipakai dalam
membicarakan aktivitas yang lebih terfokus pada pemberian atau pemindahan
ilmu pengetahuan, dari seorang yang tahu kepada seorang yang tidak tahu.
Adapun istilah muaddib, menurut al-Attas, lebih luas dari istilah “muallim”
dan lebih relevan dengan konsep pendidikan Islam.
Secara terminology, para pakar menggunakan rumusan yang berbeda
tentang pendidik.
a. Moh. Fadhil al-Djamil menyebutkan, pendidik adalah orang yang
mengarahkan manusia kepada kehidupan yang baik sehingga terangkat
derajat kemanusiaanya sesuai dengan kemampuan dasar yang dimiliki
oleh manusia.
b. Marimba mengartikan pendidik sebagai orang yang memikul
pertanggung-jawaban sebagai pendidik, yaitu manusia dewasa yang hak
dan kewajibannya bertanggung jawab tentang pendidikan peserta didik.
c. Zakiah Daradjat berpendapat bahwa pendidik adalah individu yang akan
memenuhi kebutuhan pengetahuan, sikap dan tingkah laku peserta didik.
2. Jenis Pendidik dalam pendidikan Islam ada beberapa macam :
1. Allah SWT
Al-Razi, yang membuat perbandingan antara Allah sebagai pendidik
dengan manusia sebagai pendidik sangatlah berbeda, Allah sebagai
pendidik mengetahui segala kebutuhan orang yang dididiknya sebab Dia
adalah Dzat Pencipta.
2. Nabi Muhammad SAW
Nabi sendiri mengidentifikasikan dirinya sebagai mualli (pendidik).
Nabi sebagai penerima wahyu al-Quran yang bertugas menyampaikan
petunjuk-petunjuk kepada seluruh umat Islam kemudian dilanjutkan
dengan mengajarkan kepada manusia ajaran-ajaran tersebut.
3. Orang Tua
Pendidik dalam lingkungan keluarga adalah orang tua. Hal ini
disebabkan karena secara alami anak-anak pada masa awal kehidupannya
berada di tengah-tengah ayah dan ibunya. Dari merekalah anak mulai
mengenal pendidikannya. Dasar pandangan hidup, sikap hidup, dan
keterampilan hidup banyak tertanam sejak anak berdada di tengah orang
tuanya.
4. Guru
Pendidik di lembaga pendidikan persekolahan disebut dengan guru,
yang meliputi guru madrasah atau sekolah sejak dari taman kanak-kanak,
sekolah menengah dan sampai dosen-dosen diperguruan tinggi, kiayi di
pondok pesantren, dan lain sebagainya.
3. B. Tugas, Tanggung Jawab, dan Hak Pendidik
1. Tugas Pendidik
a. Tugas secara umum
Tugas pendidik utama adalah membersihkan, menyucikan hati
manusia untuk bertaqarrub kepada Allah.
b. Tugas secara khusus
1. Sebagai pengajar yang bertugas merencanakan program pegnajaran
dan melaksanakan program yagn telah disusun, dan penilaian
setelah program itu dilaksanakan.
2. Sebagai pendidik yang mengarahkan peserta didik pada tingkat
kedewasaan yang berkepribadian insan kamil, seiring dengan
tujuan Allah menciptakan manusia.
3. Sebagai pemimpin yang memimpin dan mengendalikan diri
sendiri, peserta didik dan masyarakat yang terkait.
2. Tanggung Jawab Pendidik
Orang tua menyerahkan anakanya ke sekolah atau madrasah sekaligus
berarti melimpahkan sebagian tanggung jawab pendidikan anaknya
kepada guru di sekolah, karena tidak semua orang dapat menjadi guru
sekaligus menjadi pendidik.
Tugas dan tanggung jawab guru tidak akan terlaksana dengan baik
tanpa bantuan orang tua dan masyarakat karena guru sebagai pendidik
mempunyai keterbatasan sebagaimana orangtua mempunyai keterbatasan.
3. Hak Pendidik
Pendidik adalah mereka yang terlibat langsung dalam membina,
mengarahkan dan mendidik peserta didik. Pendidik berhak untuk
mendapatkan:
4. a. Gaji
b. Mendapat Penghargaan
C. Peran Pendidik
Firman Allah SWT yang artinya :
Artinya : “ Ya Tuhan kami, utuslah mereka seorang Rasul dari kalangan
mereka, yang akan membacakan kepada mereka ayat-ayat Engkau, dan
mengajarkan kepada mereka al-kitab dan al-Hikmah serta mensucikan
mereka. Sesungguhnya Engkau Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana. “
(Q.S. Al-Baqarah : 129)
Berdasarkan firman Allah SWT di atas, al-Nahlawi menyimpulkan bahwa
peran utama guru dalam pendidikan Islam sebagai berikut :
1. Tugas pensucian, guru dapat menjauhkan anak dididik dari keburukan,
dan menjaganya agar dapat selalu dekat dengan Allah SWT.
2. Tugas pengajaran, guru hendaknya menyampaikan berbagai pengetahuan
dan pengalaman kepada peserta didik untuk di terjemahkan dalah tingkah
laku dan kehidupannya.
5. BAB II
PESERTA DIDIK DALAM PENDIDIKAN ISLAM
A. Pengertian Peserta Didik
Peserta didik secara formal adalah orang yang sedang berada pada fase
pertumbuhan dan perkembangan baik secara fisik maupun psikis,pertumbuhan
dan perkembangan merupakan cirri dari seorang peserta didik yang perlu
bimbingan dari seorang pendidik.
Banyak kebutuhan peserta didik yang harus dipenuhi oleh pendidik, di
antaranya:
1. Kebutuhan fisik, fisik peserta didik mengalami pertumbuhan yang cepat
terutama pada masa pubertas.
2. Kebutuhan sosial, yaitu kebutuhan yang berhubungan langsung dengan
masyarakat agar peserta didik dapat berinteraksi dengan masyarakat
lingkungannya.
3. Kebutuhan untuk mendapatkan status, kebanggaan terhadap diri sendiri, baik
dalam lingkungan keluiarga, sekolah, maupun dalam masyarakat dan dikenal
dengan teman sebayanya.
4. Kebutuhan mandiri, banyak orang tua yang sangat memperhatikan dan
membatasi sikap, prilaku dan tindakan remaja. Hal ini membuat remaja merasa
tidak di percayai dan dihargai oleh orang tua mereka, sehingga muncul sikap
menolak dan terkadang memberontak.
5. Kebutuhan untuk berprestasi, dengan terpenuhinya kebutuhan untuk memiliki
status atau penghargaan dan kebutuhan untuk hidup mandiri dapat membuat
peserta didik giat untuk mengejar prestasi. Dengan demikian kemampuan
untuk berprestasi terkadang sangat erat dengan perlakuan yang mereka terima
baik dalam lingkungan keluarga, sekolah maupun di masyarakat.
6. 6. Kebutuhan ingin disayangi dan dicintai, banyak anak-anak yang tidak memiliki
kasih saying dari orang tuanya, guru dan lain-lainnya yang mengalami prestasi
dalam hidup.
7. Kebutuhan untuk curhat, dimaksudkan suatu kebutuhan untuk dipahami ide-
ide dan permasalahan yang dihadapinya. Peserta didik mengharapkan agar apa
yang dialami, dirasakan terutama dalam masa pubertas.
8. Kebutuhan untuk memiliki filsafat hidup (agama), peserta didik pada usia
remaja mulai tertarik untuk mengetahui tentang kebenaran dan nilai-nilai ideal.
Mereka mempunyai keinginan untuk mengenal apa tujuan hidup dan
bagaimana kebahagiaan itu diperoleh. Karena itu mereka membutuhkan
pengetahuan-pengetahuan yang jelas sebagai suatu filsafat hidup yang
memuaskan yang sesuai dengan nilai-nilai kemanusiaan, sehingga dapat
dijadikan sebagai pedoman dalam mengarungi kehidupan ini.
B. Intelegensi Peserta Didik
1. Kecerdasan Intelektual
Dalam proses pembelajaran masalah kecerdasan intelektual merupakan
salah satu faktor penting yang ikut menentukan berhasil atau tidaknya
seseorang dalam belajar.
Cirri-ciri kecerdasan intelektual menurut Thustone yaitu :
a. Faktor ingatan, yaitu kemampuan untuk mengingat.
b. Faktor verbal, yaitu kecakapan dalam menggunakan bahasa
c. Faktor bilangan, yaitu kemampuan untuk bekerja dengan bilangan, missal
kecakapan dalam berhitung.
d. Faktor kelancaran kata-kata yaitu seberapa lancara seseorang
menggunakan kata-kata yang sukar ucapannya.
e. Faktor penalaran, yaitu faktor yang mendasari kecakapan untuk berfikir
logis.
7. f. Faktor persepsi, yaitu kemampuan untuk mengamati dengan cepat dan
cermat.
g. Faktor ruang, yaitu kemampuan untuk mengadakan orientasi dalam ruang.
2. Kecerdasan Emosional
Orang yang cerdas secara emosional mampu menggali, membangkitkan,
dan menciptakan dorongan emosional menjadi dorongan atau motivasi positif,
ia akan sanggup merubah rasa malas menjadi rajin, merubah sikap masa
bodoh menjadi peduli, menegakkan disiplin diri, mengendalikan amarah,
menahan hawa nafsu atau keinginan dan mengatasi kesedihan.
Ciri-ciri kecerdasan emosional menurut Goleman memiliki 5 (lima) aspek
kemampuan, yaitu :
a. Kemampuan mengenali emosi diri.
b. Kemampuan menguasai emosi diri.
c. Kemampuan memotivasi diri.
d. Kemampuan mengenali emosi orang lain.
e. Kemampuan mengembangkan hubungan dengan orang lain.
Ari Ginanjar mengemukakan aspek-aspek yang berhubungan dengan
kecerdasan emosional yaitu :
a. Konsistensi (Istiqomah)
b. Kerendahan hati (tawadhu’)
c. Berusaha dan berserah diri (tawakkal)
d. Ketulusuan (ikhlas), totalitas (kaffah)
e. Keseimbangan (tawazun) dan
f. Integritas dan penyempurnaan (ihsan)
8. 3. Kecerdasan Spiritual
Menurut Ari Ginanjar Agustian, kecerdasan spiritual adalah, kemampuan
untuk member makna ibadah terhadap setiap prilaku dan kegiatan, melalui
langkah-langkah dan pemikiran yang bersifat fitrah, menuuju manusia yang
seutuhnya dan memiliki pola pemikiran tauhid (integralistik) serta berperinsip
hanya karena Allah.
Cirri-ciri kecerdasa spiritual yaitu :
a. Bersikap asertif, seseorang tidak mudah gamang oleh tekanan-tekanan
duniawi seseorang tidak takut ketika berhadapan dengan seorang
pemimpin, tidak gugup ketika berhadapan dengan professor, karena masih
ada Yang Maha Kuat, Maha Kaya, Maha berilmu, dan Maha Berkuasa.
b. Berusaha mengadakan inovasi, mendorong untuk selalu mencari inovasi-
inovasi menghasilkan sesuatu yang lebih dari apa saat ini dicapai oleh
manusia.
c. Berfikir lateral, pada saat sifat keunggulan yang dimiliki manusia, maka
ada sifat Maha bila otak kita berfikir tentang rasionalitas, maka ada yang
Maha Pencipta, Maha Menentukan, dan Maha Pemelihara.
4. Kecerdasa Qalbiyah
Menurut Abd. Mujib, sejumlah kemampuan diri secara cepat dan
sempurna, untuk mengenal kalbu dan aktivitas-aktivitasnya, mengelila dan
mengekspresikan jenis-jenis kalbu secara benar, memotivasi kalbu untuk
membina hubungan moralitas dengan orang lain dan hubungan ubudiyah
dengan Allah.
C. Etika Peserta Didik
Al-Ghazali merumuskan ada sebelas kewajiban peserta didik :
1. Belajar dengan niat ibadah dalam rangka taqarrub kepada Allah SWT.
2. Mengurangi kecendrungan kepada duniawi dibandingkan masalah ukhrowi.
9. 3. Bersikap tawadhu’ dengan cara meninggalkan kepentingan pribadai untuk
kepentingan pendidiknya.
4. Menjaga pikiran dan pertentangan yang timbul dari berbagai aliran.
5. Mempelajari ilmu-ilmu yang terpuji, baik untuk ukhrawi maupun untuk
duniawi.
6. Belajar bertahap, memulai pelajaran yang mudah menuju pelajaran yang sukar.
7. Anak didik patuh pada nasehat pendidik.
Empat akhlak peserta didik dalam menuntut ilmu :
1. Peserta didik harus membersihkan hatinya dari penyakit jiwa sebelum ia
menuntut ilmu, sebab belajar adalah ibadah dikerjakan dengan hati yang
bersih.
2. Peserta didik harus mempunyai tujuan menuntut ilmu dalam rangka menghiasi
jiwa dengan sifat keimanan, mendekatkan diri kepada Allah.
3. Peserta didik harus tabah dalam memperoleh ilmu dan sabar dalam
menghadapi tantangan dan cobaan.
4. Peserta didik harus ikhlas dalam menuntut ilmu dan menghormati pendidik.