Bab IV membahas membiasakan perilaku terpuji seperti tawadhu (rendah hati), ta'at (patuh), qana'ah (rela menerima) dan sabar. Tawadhu ditandai dengan sikap sederhana, tidak sombong, dan menghormati orang lain. Ta'at berarti patuh kepada Allah, Rasul, dan pemerintah. Qana'ah berarti rela menerima apa yang diberikan Allah."
Pelatihan Asesor 2024_KEBIJAKAN DAN MEKANISME AKREDITASI PAUD TAHUN 2024 .pdf
Bab 4 Tawadhu, Ta’at, Qana’ah dan Sabar
1. BAB IV
MEMBIASAKAN PERILAKU TERPUJI
(TAWADHU, TA’AT, QANA’AH DAN SABAR)
A. Tawadhu
1. Pengertian Tawadhu
Salah satu yang perlu kita perhatikan dalam pergaulan sehari-hari ialah sikap
“Tawadhu”, Tawadhu dalam pengertian yang sedrhana yaitu “sikap rendah hati”.
Yang dimaksud rendah hati ialah perasaan memiliki kekurangan dan kelemahan di
banding orang lain. Perasaan ini tergambar dari sikap dan penampilannya yang
sederhana, bai ucapan maupun perilakunya. Dalam berperilaku atau
berpenampilan tidak tercermin adanya sifat riya’ (pamer) atau ingin dipuji dan
disanjung oleh orang, walaupun sebenarnya ia mampu menampilkan yang lebih
dari orang lain. Perhatikan firman Allah berikut :
Artinya :
Dan hamba-hamba yang baik dari Tuhan Yang Maha Penyayang itu 9ialah)
orang-orang yang berjalan diatas bumi dengan “rendah hati” dan apabila orang-
orang jahil menyapa mereka mengucapkan kata-kata (yang
mengandung)keselamatan. 9Q.S. Al-Furqan : 63)
Artinya :
Dan janganlah kamu memalingkan mukamu dari manusia (karena sombong)
dan janganlah kamu berjalan di muka bumi dengan angkuh. Sesungguhnya Allah
tidak menyukai orang-orang yang sombong lagi membanggakan diri. (Q.S. Luqman
(31) : 18).
2. Artinya :
Dan berendah dirilah kamu terhadap orang-orang yang beriman (Q.S. Al-Hijr
(15) : 88).
2. Contoh perilaku Tawadhu
Tawadhu seseorang yang mempunyai sikap tawadhu 9rendah hati) yaitu ditandai
dengan :
a. Sederhana dalam berpakaian walaupun sebagai pejabat atau orang kaya.
b. Tidak suka memamerkan kekuasaan atau kekayaan dihadapan seseorang.
c. Bersikap lemah lembut dengan siapapun yaitu lemah lembut dalam bertutur
kata, sopan dan santun dalam bertindak dan berbicara.
d. Ramah, senang bergaul dengan semua orang tanpa membedakan status
sosial.
e. Menghargai dan menghormati kepada yang lain, misalnya menghargai dan
menghormati teman yang berlainan agama, tidak gaduh pada saat (sedang)
belajar.
3. Membiasakan perilaku Tawadhu
Sebagai orang yang beriman kepada Allah dan Rasul-nya, sudah
sepatutnyalah membiasakan perilaku tawadhu dalam kehidupan sehari-hari, baik
dirumah, sekolah, maupun di masyarakat.
a. Di rumah (dalam lingkungan keluarga)
Sebagai seorang anak harus berperilaku sopan dan santun kepada orang
tua, berperilaku lemah lembut di hadapan orang tua, dan apabila bertutur kata
maka dipilih kata-kata yang halus dan baik, bukan dengan kata-kata yang
keras dan kasar, tidak bermasam muka dengan orang tua apalagi menyakiti
hati orang tua.
Alangkah senang dan bahagianya sebagai orang tua, jika mempunyai anak
yang senantiasa berperilaku sopan dan santun dengan orang tuanya. Dan ini
merupakan kebahagiaan dan sekaligus kebanggaan yang tidak dapat diukur
dengan materi atau harta benda. Selanjutnya baca Q.S. Al-Isra’ (11) : 23-24.
3. Artinya :
Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain
Dia (Allah), dan hendaklah kamu berbuat baik pada Ibu Bapakmu dengan
sebaik-baiknya. Jika salah seorang diantara keduanya atau kedua-duanya
sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah
kamu mengatakan kepada keduanya perkataan “ah” dan janganlah kamu
membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia.
Dan rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua dengan penuh kesayangan
dan ucapkanlah (berdoalah) : “wahai Tuhanku, kasihilah mereka keduanya,
sebagaimana mereka berdua telah mendidik aku waktu kecil”.
(Q.s. Al-Isra’ (17) : 23-14)
b. Di sekolah (dalam lingkungan sekolah)
Seorang siswa yang mempunyai sikap rendah hati yaitu apabila
disekolahnya bersikap ramah, sopan dan santun ketika berjalan, berbicara dan
bertingkah laku, baik dengan sesama temannya, gurunya maupun denga
petugas yang ada disekolah.
Contoh tawadhu (rendah hati) kepada guru yaitu berperilaku sopan dan
santun, bertutur kata dengan lemah lembut, mengikuti perkataan dan
perbuatannya yang baik, karena guru adalah orang yang sepatutnya dapat
ditiru, disamping itu guru telah banyak berjasa kepada kita sebagai siswa.
c. Di Masyarakat (dalam lingkungan masyarakat)
jika dibandingkan dengan kedua lingkungan tersebut (keluarga dan
sekolah), maka lingkungan masyarakatlah yang lebih luas dan heterogen.
Untuk itu sikap tawadhu (rendah hati) dalam lingkungan masyarakat dapat
dibagi kepada :
` 1). Sikap rendah hati kepada orang yang lebih tua.
4. Apabila kita bergaul dengan orang yang lebih tua usianya dari pada kita,
maka kita harus senantiasa “hormat” kepadanya, karena pengalaman
hidupnya lebih dulu dari pada kita.
Adapun cara menghormatinya adalah :
(a). Bila bertemu hendaknya kita memberi salam atau menyapa terlebih
dahulu.
(b) Bila kita berbicara harus dengan kata-kata yang sopan lagi santun.
(c) Mendengarkan apa yang dikatakan atau apabila kita menyampaikan
pendapat hendaknya dengan baik.
(d) tidak boleh merendahkan atau meremehkan.
2). Sikap rendah hati kepada orang yang lebih muda
Apabila kia bergaul dengan orang yang lebih muda usianya dari pada
kita, maka hendaknya atas dasar “kasih sayang”. Jika sudah demikian,
maka yang muda akan “menghormati” kepada yang lebih tua. Karena orang
yang muda biasanya akan mencontoh perilaku orang yang lebih tua.
Jadi sikap tawadhu (rendah hati) bagi orang yang lebih muda usianya
harus “menghormati” kepada yang lebih tua, dan orang yang lebih tua juga
harus “menyayangi” kepada yang lebih muda. Jika tidak demikian, maka
bukan termasuk ummat Nabi Muhammad SAW, sebagaimana sabda beliau
:
Artinya :
Bukan termasuk golongan kami orang yang tidak “menyayangi” orang
yang lebih muda diantara kita, dan orang yang tidak “menghormati’ kepada
yang lebih tua diantara kita.
(H.R. At-tirmidzi )
3) Sikap rendah hati kepada teman sebaya
Sikap tawadhu 9rendah hati) yang harus kita biasakan dalam kehidupan
sehari-hari kepada sesama teman sebaya diantaranya adalah :
(a) Bertutur kata dengan baik
5. (b) Bersikap lemah lembut
(c) Bersikap sopan dan santun
(d) Berbuat baik kepada teman
(e) Saling menasehati
(f) Saling menghormati
(g) Tidak saling mengejek atau mencela
(h) Tidak memanggil dengan panggilan yang kurang baik
(i) Tidak mudah berperasangka buruk
(j) Tidak saling memfitnah
(k) Tidak saling menggunjing atau mengumpatn dan lain-lain
4) Sikap rendah hati terhadap agama lain
Sikap tawadhu (rendah hati) yang harus kita tampilkan dalam kehidupan
sehari-hari terhadap agama – agama lain diantaranya adalah :
(a) menciptakan kerukunan secara bersama-sama, yang diwujudkan dalam
suasana damai, tertib, saling memahami dan menghargai, serta adanya
dialog antar agama.
(b) Menghindari adanya konflik, misalnya saling mengecam atau
mengancam.
(c) Agar kita bersikap ramah, tidak saling mencurigai, dan memberikan
kebebasan bagi setiap orang untuk memeluk agama lain.
(d) Berusaha untuk menghindari penyalah gunaan agama untuk
kepentingan tertentu.
B. Ta’at
1. Pengertian Taat
Menurut kamus Bahasa Indonesia kata-kata ‘ta’at’ berarti patuh, setia, dan
berpegang teguh dalam pendirian. Sedangkan menurut istilah “ta;at” dapat
diartikan sikap yang patuh atau setia terhadap suatu perintah dan patuh atau setia
dalam meninggalkan (menghindari) terhadap suatu karangan.
Adapun dali haqli yang berkaitan dengan “ta’at” yaitu
Artinya :
6. Hai orang-orang yang beriman, ta’atilah Allah dan Ta’atilah Rasul-Nya, dan ulil
amri diantara kamu. (Q.S. An-Nisa (4) : 59)
2. Macam-macam Ta’at.
a. Berdasarkan firman Allah Q.,S. An-Nisa : 59, ta’at dibedakan menjadi :
1). Ta’at kepada Allah adalah merupakan suatu kewajiban setiap umat Islam,
dalam arti bahwa setiap umat Islam harus mematuhi semua perintah Allah
dan menghindari larangan-larangan-Nya. Pengertian Ta’at seperti ini biasa
disebut dengan “takwa” kepada Alllah. Sebagaiman firman Allah:
Artinya :
Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah sebenar-benar
takwa kepada-Nya, dan janganlah sekali-kali kamu mati melainkan dalam
keadaan beragama Islam. (Q.S. Ali Imran (3) : 102)
2) Ta’at kepada Rasul Allah
Ta’at atau patuh terhadap perintah Rasul Allah dan ta’at atau patuh dalam
menjalani larangan-Nya adalah merupakan suatu kewajiban bagi setiap
umat Islam. Sebagaimana sabda Rasulullah SAW :
Artinya :
Apapun yang telah saya larang kepadamu, maka jauhilah. Dan apapun
yang telah saya perintahkan kepadamu, maka lakukanlah menurut kadar
kemampuanmu.
(H.R. Bukhari dan Muslim)
3) Ta’at kepada Ulil Amri
Siapakah yang dimaksud Ulil Amri disini ? yang dimaksud Ulil Amri disini
ialah orang-orang yang memegang kekuasaan untuk melaksanakan suatu
urusan demi kemaslahatan umum, misalnya presiden, gubernur, bupati,
7. hakim, camat, lurah, dan sebagainya. Singkatnya “Ulil Amri” itu sama
dengan “Pemerintah”.
Kita sebagai anggota masyarakat harus patuh terhadap perintahnya,
selama perintah tidak bertentangan dengan aturan yang berlaku menurut
syariat agama, karena kata Nabi SAW : Barang siapa yang taat kepada
pemerintah (pemimpin), berarti ia ta’at kepada Nabi SAW, sebaliknya, siapa
yang durhaka kepada pemerintah (pemimpin) berarti ia telah durhaka
kepada Nabi SAW. Sebagaiman sabda beliau :
Artinya :
Dan Barang siapa yang ta’at kepada pemimpin (pemerinah0 berarti ia
ta’at kepadaku. Dan barang siapa yang mendurhakai pemimpin
(pemerintah) berarti ia mendurhakai aku. (H.R. Bukhari dan muslim).
b. Berdasarkan tempatnya ta’at dapat dibedakan menjadi :
1) Ta’atdalam lingkungan keluarga (dirumah)
Keluarga adalahlingkungan masyarakat yang paling kecil, disinilah tempat
yang pertama dan utama dalam penanaman ketaatan. Tata tertib atau
aturan yang ada dalam lingkungan keluarga harus senantiasa ditaati,
meskipun tata tertib atau aturan itu tidak tertulis secara jelas, tetapi
berdasarkan norma-norma kebiasaan yang berlaku.
Misalnya : Seorang anak harus senantiasa patuh kepada perintah kedua
orang tuanya dan kakak-kakaknya, selama perintah itu tidak melanggar
norma-norma yang berlaku.
2) Ta’at dalam lingkungan sekolah
Sekolah adalah lembaga formal yang bertanggung jawab dalam
penyelenggaraan pendidikan, tata tertib atau aturan yang ada dalam
lingkungan sekolah biasanya tertulis secara jelas dan terperinci secara
detail, namun ada juga yang tidak tertulis, tapi sudah menjadi norma
kebiasaan di lembaga itu. Tata tertib atau aturan yang ada dilingkungan
sekolah harus benar-benar di ta’ati, karena jika dilanggar akan terkena
sangsi secara langsung.
8. Misalnya : Jika ada seorang siswa yang “merokok” dalam lingkungan
sekolah, maka dia akan diberi sangsi berat atau ringannya sangsi
tergantung lembaga sekolah itu.
3) Ta’at dalam lingkungan masyarakat.
Lingkungan masyarakat merupakan lingkungan yang lebih luas untuk
tempat bergaul jika dibanding dengan lingkungan keluarga dan sekolah.
Untuk itu sikap keta’atan atau kepatuhan seseorang akan lebih luas dan
komplek, begitu juga sangsi yang akan diberikan kepadanya. Jika dilanggar
atau tidak ditaatinya.
Misalnya : seseorang yang melanggar atau melakukan sesuatu yang tidak
sesuai dengan norma atau aturan yang berlaku dimasyarakat itu, maka dia
itu akan menerima sangsi akibat dari perbuatannya. Mungkin bisa berupa
como’ohan, dikucilkan dari pergaulan dan lain-lain.
C. Qana’ah
1. Pengertian Qana’ah
Menurut bahasa “Qana’ah” berarti rela atau suka menerima apa yang diberikan
kepadanya. Dengan kata lain Qana’ah berarti rela menerima apa adanya atas
pemberian Allah.
Sedangkan menurut istilah (dalam tashawwuf) “Qana’ah” adalah sifat
seseorang yang ikhlas menerima apa yang diberikan Allah kepadanya sesuai
dengan usaha yang telah dilakukannya dan ia pandai mencukupkannya apa yang
diterima itu.
Perhatikan firman Allah berikut !
Artinya :
….. dan beri makanlah orang yang rela dengan apa yang ada padanya (yang
tidak meminta-minta) dan orang yang meminta. ((Q.S. Al. Haj (22) : 36))
Di samping itu perhatikan sabda Nabi SAW berikut !
Artinya :
9. Sungguh beruntung orang yang telah diselamatkan, diberi rezki yang cukup,
dan orang yang mencukupkan apa yang diberikan Allah kepadanya (H.R. Muslim).
2. Contoh perilaku Qana’ah
Gambaran orang yang mempunyai sifat Qana’ah yaitu menerima apa aanya
atas pemberian Allah sesuai dengan usaha yang telah ia lakukan. Ia tidak
berambisi untuk memperoleh kemewahan dunia, tetapi ia senantiasa menyadari
bahwa apa yang diperoleh sesuai dengan usahanya itulah yang menjadi haknya.
Dan ia merasa cukup dan merasa berkewajiban mensyukurinya.
Berbeda dengan orang yang mempunyai sifat “thama’” atau “rakus”, orang
yang thama’ atau rakus ia selalu merasa kurang atas pemberian Allah, ia berambisi
untuk menguasai dunia, tergiur dan silau oleh kemewahan dunia sebagaimana
sabda Nabi SAW :
Artinya : “ andaikan anak cucu Adam di beri emas sepenuh dua jurang, maka dia
tetap memenuhi jurang yang ketiga. Anak Adam tidak akan pernah puas perutnya
kecuali dipenuhi dengan tanah (mati). Ada dua hal seseorang yang tidak pernah
puas-puas yaitu : 1) orang yang mencari Ilmu dan 2) orang yang mencari harta.
Itulah perbedaan orang yang berperilaku “Qana’ah” dan berperilaku “thama’”.
3. Membiasakan perilaku Qana’ah.
Orang yang senantiasa membiasakan diri berperilaku Qana’ah maka akan
tentram hidup dan kehidupannya dan akan terpuji (mulia) dalam pandangan Allah.
Bagaimana caranya membiasakan diri berperilaku Qana’ah ?Adapun cara
membiasakan diri berperilaku Qana’ah diantaranya adalah :
a. Pandai – pandaila mencukupkan apa yang ada (yang dimiliki )
b. Menerima pemberian dari Allah dengan rela (senang hati)
c. Senantiasa memohon kepada Allah tambahan rezki dan diiringi dengan akhtiar
(usaha).
d. Senantiasa berserah diri kepada Allah.
e. Menerima dengan sabar akan ketentuan Allah.
f. Jangan berambisi emnguasai dunia, karena dunia kehidupan sementara
D. Sabar
1. Penertian Sabar
Sabar bearsal dari bahasa Arab :
Yang berarti “tabah hati”
10. Sedangkan menurut istilah “Sabar” adalah kemampuan menguasai diri dan
emosi dari kemarahan, kebencian, dan dendam, lalu diarahkannya untuk berbuat
kebaikan dan bersikap lapang dada.
Dengandemikian seseorang dapat dikatakan sabar apabila ia mampu
menahan dirinya dari hal-hal yang dibencinya dan ia dapat menguasai dirinya
sehingga tidak melakukan perbutan yang negatif yang dapat merugikan dirinya dan
orang lain.
Oleh karena itu kata Nabi Saw bahwa orang yang kuat itu bukanlah orang
pegulat (smac Down), tetapi orang yang kuat adalah orang yang mampu
mengendalikan diri ketika marah.
Perhatikan sabda Nabi berikut !
Artinya : Bukanlah orang yang kuat itu kuat bergulat, tetapi orang yang kuat
adalah orang yang mampu mengendalikan diri dari kemarahan. ((H. R.
Muttafaqagun Alaih))
2. Contoh Perilaku Sabar
Dalam menempuh perjalanan hidup di dunia ini setiap manusia pasti akan
mengalami ujian dan cobaan dari Allah SWT. Karenanya manusia tidak boleh
kaget bila menemui kesulitan atau kegagalan . Semuanya itu adalah merupakan
seni atau irama dalam kehidupan. Namun, seringkali ketidak sabaran manusia
dalam menerima cobaan yaitu ketika apa yang diharapkan dan yang diinginkannya
tidak terpenuhi. Karena itu, sendainya kita mengharapkan atau menginginkan
sesuatu, kemudian apa yang kita harapkan dan inginkan tidak terpenuhi, maka
hendaklah kita tetap bersabar. Mungkin akan ada hikmah yang lebih baik dari tidak
terpenuhinya keinginan itu. Itulah salah satu contoh perilaku sabar yang dapat kita
terapkan dalam kehidupan sehari-hari.
Selain itu lihat contoh kesabaran yang dimiliki oleh Nabi Muhammad SAW.
Dimana disaat Nabi Muhammad SAW melakukan dakwah selalu dirintangi,
dihalangi, dan di caci maki leh orang-orang kafir Quraisy. Bahkan Nabi Muhammad
SAW diludahi dan dilempari dengan kotoran, agar Nabi Muhammad SAW tidak
mendakwahkan agama Islam. Namun, meskipun demikian Nabi Muhammad SAW
dalam menghadapi gangguan, rintangan, dan tantangan dari orang-orang kafir
tersebut, Nabi Muhammad SAW tetap sabar dan tabah dalam menjalani
11. dakwahnya, beliau tidak dendam, tetapi belia malahan mendo’akan kepada
kaumnya “Ya Allah tunjukanlah mereka, karena mereka belum mengetahuinya”.
3. Membiasakan Perilaku Sabar.
Kita sebagai orang yang beriman, maka kita harus senantiasa membiasakan
diri berperiolaku sabar, dalam menghadapi ujian atau cobaan dari Allah, kapan dan
dimanapun. Karena sebagai hamba Allah, tentu kita akan diuji Allah, dan ini
merupakan bukti bahwa Allah cinta kepada hambanya yang beriman. Ujian dan
cobaan yang diberikan kepada hambanya dapat berupa :
a. Musibah misalnya banjir, badai angina topan, gempa, kecelakaan dan lain-lain.
b. Keburukan misalnya kegagalan dalam menaggapi cita-cita, kemiskinan yang
tak pernah berhenti, kelaparan yang terus menerus, dan lain-lain.
c. Kebaikan (kesenangan) misalnya mempunyai harta kekayaan yang melimpah,
mempunyai pangkat dan kedudukan yang tinggi, adanya sanjungan kehormaan
dari masyaralat, dan lain-lain.
Oleh karena itu, hendaknya kita membiasaka diri berperilaku sabar, dan selalu
mawas diri serta waspada agar kita lulus menjalani berbagai ujian dan cobaan dari
Allah itu dengan baik dan benar.
Jadi, dalam menempuh perjalanan kepada Alah SWT kitatidak akan sepi dari
ujian dan cobaan yang datangnya silih berganti. Hal ini ditegaskan oleh Allah
dalam firmannya :
Artinya :
Kami akan menguji kamu dengan keburukan dan kebaikan sebagai cobaan
(yang sebenar-benarnya) (Q.S. Al-Anbiya (21) :35).
Rangkuman :
1. Tawadhu adalah sikap rendah hati, maksudnya ialah perasaan memiliki kelemahan
disbanding orang lain.
2. Ta’at artinya adala patuh atau setia, maksudnya ialah patuh terhadap suatu
perintah dan patuh terhadap suatu larangan.
3. Qana’ah artinya rela memberikan apa adanya atas segala sesuatu yang telah
diberikannya.
12. 4. Sabar artinya tabah hati, maksudnya ialah kemampuan untuk mengendalikan diri,
dan emosi dari segala sesuatu yang tidak disukainya atau yang menimpanya.
Soal-soal latihan :
A. Pilihlah satu jawaban yang benar dengan cara meberi tanda (X) pada huruf a,b,c dan d
!
1. Sikap rendah hati dinamakan ………
a. Ta’at c. ‘Afwu
b. Haya’ d. Tawadhu
2. Walaupun sebagai seorang pejabat ia tetap berpenapilan sederhana, ini adalah
salah satu contoh sesorang yang bersikap ………….
a. Sabar c. Thama’
b. Tawadhu d. Haya’
3. Contoh seorang siswa yang bersikap rendah hati ketika di sekolah yaitu …
a. Suka menggosip guru
b. Berbicara Kasar dengan teman
c. sopan dengan guru
d. arogan dengan petugas sekolah
4. Sikap Tawadhu kepada orang tua dijelaskan dalam Al-qur’an surat …
a. Al-Baqarah : 1-5 c. Al-Isla : 23-24
b. Al-Alaq : 1-5 d. Al-Anlabut : 45
5. Q.S. An-Misah : 59 menjelaskan tentang ………
a. Ta’at c. Qana’ah
b. Tawadhu d. Sabar
6. Kita harus senantiasa ta’at kepada “Ulil Amri”, siapakah yang dimaksud “Ulil Amri”
itu ?
a. Allah c. Para Rasul Allah
b. Nabi Muhammad SAW d. Pemerintah
7. Sifat seseorang yang rela menerima apa adanya atas pemberian Allah dinamakan
……
a. Ta’at c. Tawadhu
b. Qana’ah d. Sabar
8. Contoh siswa yang berperilaku ta’at yaitu …….
a. datang disekolah tidak tepat waktu
b. datang disekolah sering telambat
c. datang di sekolah tepat waktu
d. datang di sekolah kadang-kadang tepat waktu.
13. 9. Contoh siswa yang berperilaku Qana’ah yaitu
a. menta’ati segala peraturan
b. tidak meremehkan orang lain
c. selalu menepati janji
d. rela menerima uang saku yang pas-pasan
10. “Sabar” berasal dari kata bahasa Arab yaitu “Shobaro-Yasibru-Shobron”, yang
berarti ………
a. Ta’at c. Tabah hati
b. menerima apa yang ada d. Rendah hati.
B. Essay / Uraian
1. Bagaimana cara berperilaku Tawadhu kepada guru ?
Sebutkan 2 diantaranya !
2. Sebutkan 2 contoh cara ta’at kepada Allah !
3. Sebutkan 2 keuntungan orang yang sabar !
4. Apa perbedaan antara Qana’ah dengan Thama’ ?
5. Terjemahkan (artikan) ayat berikut !