SlideShare a Scribd company logo
1 of 36
Download to read offline
- 1 -
PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 2 TAHUN 2013
TENTANG
KEJADIAN LUAR BIASA KERACUNAN PANGAN
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA,
Menimbang : a. bahwa Kejadian Luar Biasa (KLB) Keracunan
Pangan merupakan salah satu masalah
kesehatan masyarakat yang membutuhkan
koordinasi dalam penanggulangannya;
b. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana
dimaksud dalam huruf a dan untuk
melaksanakan ketentuan Pasal 28 ayat (1)
Peraturan Pemerintah Nomor 28 Tahun 2004
tentang Keamanan, Mutu, dan Gizi Pangan,
perlu menetapkan Peraturan Menteri Kesehatan
tentang Kejadian Luar Biasa Keracunan Pangan;
Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1984 tentang
Wabah Penyakit Menular (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 1984 Nomor 20,
Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 3273);
2. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang
Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125,
Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4437) sebagaimana telah
diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor
12 Tahun 2008 (Lembaga Negara Republik
Indonesia Tahun 2008 Nomor 59, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
4844);
3. Undang-Undang…
- 2 -
3. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang
Kesehatan (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2009 Nomor 144, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
5063);
4. Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang
Rumah Sakit (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2009 Nomor 153, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
5072);
5. Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2012 tentang
Pangan (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2012 Nomor 227, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 5360);
6. Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 1996
tentang Tenaga Kesehatan (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 1996 Nomor 49,
Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 3637);
7. Peraturan Pemerintah Nomor 28 Tahun 2004
tentang Keamanan, Mutu, dan Gizi Pangan
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2004 Nomor 107, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4424);
8. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007
tentang Pembagian Urusan Pemerintahan
Antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah
Provinsi dan Pemerintahan Daerah
Kabupaten/Kota (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2007 Nomor 82, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
4737);
9. Peraturan Presiden Nomor 24 Tahun 2010
tentang Kedudukan, Tugas, dan Fungsi
Kementerian Negara serta Susunan Organisasi,
Tugas, dan Fungsi Eselon I Kementerian Negara;
10. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor
364/Menkes/SK/III/2003 tentang Laboratorium
Kesehatan;
11. Keputusan...
- 3 -
11. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor
1116/Menkes/SK/VIII/2003 tentang Pedoman
Penyelenggaraan Sistem Surveilans Epidemiologi
Kesehatan;
12. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor
128/Menkes/SK/II/2004 tentang Kebijakan
Dasar Pusat Kesehatan Masyarakat;
13. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor
949/Menkes/SK/VIII/2004 tentang Pedoman
Penyelenggaraan Sistem Kewaspadaan Dini
Kejadian Luar Biasa (KLB);
14. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor
356/Menkes/Per/IV/2008 tentang Organisasi
dan Tata Kerja Kantor Kesehatan Pelabuhan
sebagaimana telah diubah dengan Peraturan
Menteri Kesehatan Nomor
2348/Menkes/Per/XI/2011;
15. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor
657/Menkes/Per/VIII/2009 tentang Pengiriman
dan Penggunaan Spesimen Klinik, Materi
Biologik dan Muatan Informasinya;
16. Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan
Makanan Nomor HK.00.06.1.54.2797 Tahun
2009 tentang Tata Cara Pengambilan Contoh
Makanan, Pengujian Laboratorium dan
Pelaporan Penyebab Kejadian Luar Biasa
Keracunan Makanan;
17. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor
1144/Menkes/Per/VIII/2010 tentang
Organisasi dan Tata Kerja Kementerian
Kesehatan (Berita Negara Republik Indonesia
Tahun 2010 Nomor 585);
18. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor
1501/Menkes/Per/X/2010 tentang Jenis
Penyakit Menular Tertentu yang Dapat
Menimbulkan Wabah dan Upaya
Penanggulangan (Berita Negara Republik
Indonesia Tahun 2010 Nomor 503);
19. Peraturan...
- 4 -
19. Peraturan Kepala Kepolisian Negara Republik
Indonesia Nomor 12 Tahun 2011 tentang
Kedokteran Kepolisian;
MEMUTUSKAN:
Menetapkan : PERATURAN MENTERI KESEHATAN TENTANG
KEJADIAN LUAR BIASA KERACUNAN PANGAN.
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
Dalam Peraturan Menteri ini yang dimaksud dengan :
1. Pangan adalah segala sesuatu yang berasal dari sumber hayati dan
air, baik yang diolah maupun yang tidak diolah, yang
diperuntukkan sebagai makanan atau minuman bagi konsumsi
manusia, termasuk bahan tambahan pangan, bahan baku pangan,
dan bahan lain yang digunakan dalam proses penyiapan,
pengolahan, dan/atau pembuatan makanan atau minuman.
2. Keracunan Pangan adalah seseorang yang menderita sakit dengan
gejala dan tanda keracunan yang disebabkan karena mengonsumsi
pangan yang diduga mengandung cemaran biologis atau kimia.
3. Korban Keracunan Pangan atau Tersangka Korban Keracunan
Pangan yang selanjutnya disebut korban adalah seseorang yang
menderita sakit/meninggal dengan gejala dan tanda sakit dan/atau
ditemukannya bahan beracun dalam organ tubuhnya, karena
mengonsumsi atau diduga mengonsumsi pangan mengandung
cemaran biologis atau kimia.
4. Kejadian Luar Biasa Keracunan Pangan yang selanjutnya disebut
KLB Keracunan Pangan adalah suatu kejadian dimana terdapat
dua orang atau lebih yang menderita sakit dengan gejala yang sama
atau hampir sama setelah mengonsumsi pangan, dan berdasarkan
analisis epidemiologi, pangan tersebut terbukti sebagai sumber
keracunan.
5. Spesimen adalah bahan yang berasal dan/atau diambil dari tubuh
manusia untuk tujuan penegakan diagnostik Keracunan Pangan.
6. Contoh...
- 5 -
6. Contoh Pangan adalah pangan yang dikonsumsi oleh korban KLB
Keracunan Pangan dan diduga sebagai penyebab KLB Keracunan
Pangan.
7. Lokasi Kejadian adalah tempat korban mengonsumsi pangan yang
diduga penyebab keracunan.
8. Fasilitas Pelayanan Kesehatan adalah tempat yang digunakan
untuk menyelenggarakan upaya pelayanan kesehatan, baik
promotif, preventif, kuratif maupun rehabilitatif yang dilakukan
oleh Pemerintah, pemerintah daerah, dan/atau masyarakat.
9. Pemerintah Pusat yang selanjutnya disebut Pemerintah adalah
Presiden Republik Indonesia yang memegang kekuasaan
pemerintahan negara Republik Indonesia sebagaimana dimaksud
dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun
1945.
10. Pemerintah Daerah adalah Gubernur, Bupati, atau Walikota, dan
perangkat daerah sebagai unsur penyelenggara pemerintahan
daerah.
11. Kepala Kantor Kesehatan Pelabuhan yang selanjutnya disebut
Kepala KKP adalah kepala unit pelaksana teknis di lingkungan
Kementerian Kesehatan yang berada di bawah dan bertanggung
jawab kepada Direktur Jenderal Pengendalian Penyakit dan
Penyehatan Lingkungan Kementerian Kesehatan.
12. Badan Pengawas Obat dan Makanan yang selanjutnya disebut
Badan adalah badan yang bertanggung jawab di bidang
pengawasan obat dan makanan.
13. Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan yang selanjutnya
disebut Kepala Badan adalah Kepala Badan yang tugas dan
tanggung jawabnya di bidang pengawasan obat dan makanan.
14. Direktur Jenderal adalah Direktur Jenderal pada Kementerian
Kesehatan yang mempunyai tugas dan tanggung jawab di bidang
pengendalian penyakit dan penyehatan lingkungan.
15. Menteri adalah menteri yang menyelenggarakan urusan
pemerintahan di bidang kesehatan.
Pasal 2
Ruang lingkup KLB Keracunan Pangan meliputi kewaspadaan KLB,
penetapan KLB, dan penanggulangan KLB Keracunan Pangan.
BAB II...
- 6 -
BAB II
KEWASPADAAN KLB KERACUNAN PANGAN
Pasal 3
(1) Setiap orang yang mengetahui adanya dugaan keracunan pangan
wajib melaporkan kepada puskesmas, rumah sakit, fasilitas
pelayanan kesehatan lainnya yang terdekat, atau kepada kepala
desa/lurah sebagai laporan kewaspadaan keracunan pangan.
(2) Laporan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus menyebutkan
identitas diri dan/atau nomor telepon pelapor, tanggal dan tempat
kejadian, jumlah korban, gejala yang ada pada korban dan dugaan
pangan penyebab keracunan pangan.
(3) Fasilitas pelayanan kesehatan lainnya yang terdekat atau kepala
desa/lurah yang menerima laporan atau yang mengetahui adanya
dugaan keracunan pangan wajib segera melaporkan kepada
puskesmas setempat dalam waktu 1 x 24 jam.
(4) Dalam hal dugaan keracunan pangan terdapat di wilayah
pelabuhan, bandar udara, dan pos lintas batas darat, setiap orang
yang mengetahuinya wajib melaporkan kepada kantor kesehatan
pelabuhan setempat.
(5) Petugas puskesmas, rumah sakit, dan kantor kesehatan pelabuhan
yang menerima laporan kewaspadaan keracunan pangan wajib
melakukan pencatatan dengan menggunakan Formulir 1
sebagaimana terlampir.
Pasal 4
(1) Puskesmas atau rumah sakit yang mengetahui dan/atau menerima
laporan adanya dugaan keracunan pangan wajib segera
melaporkan kepada Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota
setempat dalam waktu 1 x 24 jam secara lisan yang diikuti laporan
tertulis dengan tembusan kepada Direktur Jenderal dan Badan
dengan menggunakan Formulir 2 sebagaimana terlampir.
(2) Kepala KKP yang mengetahui dan/atau menerima laporan adanya
dugaan keracunan pangan wajib segera melaporkan kepada
Direktur Jenderal dalam waktu paling lambat 1 x 24 jam secara
lisan yang diikuti laporan tertulis dengan tembusan kepada Badan,
Kepala Dinas Kesehatan Provinsi dan Kepala Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota setempat dengan menggunakan Formulir 3
sebagaimana terlampir.
(3) Dalam...
- 7 -
(3) Dalam hal dugaan keracunan pangan bersumber dari pangan yang
dikonsumsi di luar wilayah kerja dinas kesehatan kabupaten/kota
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) atau di luar wilayah kerja
kantor kesehatan pelabuhan sebagaimana dimaksud pada ayat (2),
maka Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota atau Kepala KKP
wajib menginformasikan adanya keracunan pangan kepada Kepala
Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota atau Kepala KKP sesuai lokasi
kejadian secara lisan yang diikuti laporan tertulis dengan
menggunakan Formulir 4 sebagaimana terlampir.
BAB III
PENETAPAN KLB KERACUNAN PANGAN
Pasal 5
(1) Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota atau Kepala KKP setelah
menerima laporan dari puskesmas, rumah sakit, atau masyarakat
mengenai adanya dugaan keracunan pangan wajib melakukan
analisis epidemiologi terhadap korban dan dugaan sumber
keracunan.
(2) Analisis epidemiologi sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
merupakan kegiatan konfirmasi, verifikasi, dan kajian terhadap
keterkaitan korban satu dengan yang lainnya menurut tempat
kejadian dan waktu, perkiraan akan terjadi peningkatan jumlah
korban, dan terdapat salah satu keadaan sebagai berikut:
a. gambaran klinis dan/atau berdasarkan pemeriksaan lainnya
menunjukkan sebab keracunan bahan beracun yang sama; dan
b. menunjukkan kesamaan sumber keracunan pangan dan sesuai
dengan masa inkubasi dari jenis bahan beracun.
(3) Dalam hal hasil analisis epidemiologi menunjukkan terjadinya KLB
Keracunan Pangan, maka Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota
atau Kepala KKP wajib menetapkan KLB Keracunan Pangan dengan
menggunakan Formulir 5 sebagaimana terlampir.
Pasal 6
Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota atau Kepala KKP harus
mencabut penetapan suatu kejadian sebagai KLB Keracunan Pangan,
apabila berdasarkan laporan perkembangan situasi KLB Keracunan
Pangan sudah tidak ditemukan adanya korban baru dengan
menerbitkan surat pencabutan penetapan KLB Keracunan Pangan
menggunakan Formulir 6 sebagaimana terlampir.
Pasal 7…
- 8 -
Pasal 7
Penetapan suatu kejadian sebagai KLB Keracunan Pangan diperlukan
untuk mempermudah koordinasi dan optimalisasi sumber daya di
bidang kesehatan dalam upaya penanggulangan KLB Keracunan
Pangan.
BAB IV
PENANGGULANGAN KLB KERACUNAN PANGAN
Bagian Kesatu
Umum
Pasal 8
(1) Apabila suatu kejadian ditetapkan sebagai KLB Keracunan Pangan,
maka pemerintah kabupaten/kota atau kantor kesehatan
pelabuhan wajib melakukan upaya penanggulangan di wilayah
kerjanya masing-masing.
(2) Apabila KLB Keracunan Pangan terjadi pada lintas kabupaten/kota,
atau adanya permintaan penanggulangan KLB Keracunan Pangan
dari pemerintah kabupaten/kota, maka pemerintah provinsi wajib
melakukan upaya penanggulangan KLB Keracunan Pangan.
(3) Apabila KLB Keracunan Pangan terjadi pada lintas provinsi, atau
adanya permintaan penanggulangan KLB Keracunan Pangan dari
pemerintah provinsi, maka Pemerintah wajib melakukan upaya
penanggulangan KLB Keracunan Pangan.
Pasal 9
Upaya penanggulangan KLB Keracunan Pangan meliputi pertolongan
pada korban, penyelidikan epidemiologi, dan pencegahan.
Bagian Kedua
Pertolongan Pada Korban
Pasal 10
(1) Puskesmas, rumah sakit, dan fasilitas pelayanan kesehatan lainnya
yang menerima korban keracunan pangan wajib melaksanakan
tindakan pertolongan korban.
(2) Tindakan…
- 9 -
(2) Tindakan pertolongan korban sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
meliputi tindakan pemeriksaan, pengobatan, detoksifikasi,
dan/atau perawatan sesuai standar yang berlaku.
(3) Puskesmas, rumah sakit, dan fasilitas pelayanan kesehatan lainnya
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) yang memiliki keterbatasan
dalam pemberian pertolongan pada korban wajib melakukan
rujukan sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan.
Pasal 11
Dalam hal terjadi perluasan KLB Keracunan Pangan, Pemerintah dan
pemerintah daerah wajib mendekatkan pelayanan kesehatan, sarana
dan prasarana yang diperlukan dengan lokasi kejadian.
Bagian Ketiga
Penyelidikan Epidemiologi
Pasal 12
(1) Dalam rangka penanggulangan KLB Keracunan Pangan, dinas
kesehatan kabupaten/kota atau kantor kesehatan pelabuhan wajib
melakukan penyelidikan epidemiologi.
(2) Penyelidikan epidemiologi KLB Keracunan Pangan dapat dilakukan
terhadap korban dan seluruh aspek yang terkait higiene sanitasi
pangan.
(3) Setiap orang dan pengelola fasilitas pelayanan kesehatan, fasilitas
umum, tempat kerja, tempat rekreasi, dan tempat pengelolaan
makanan yang terkait dengan KLB Keracunan Pangan, wajib
membantu kelancaran penyelidikan epidemiologi sebagaimana
dimaksud pada ayat (1).
Pasal 13
(1) Penyelidikan epidemiologi bertujuan untuk:
a. mengetahui agen penyebab KLB Keracunan Pangan, gambaran
epidemiologi dan kelompok masyarakat yang terancam
keracunan pangan, sumber dan cara terjadinya keracunan
pangan; dan
b. menentukan cara penanggulangan yang efektif dan efisien.
(2) Agen…
- 10 -
(2) Agen penyebab KLB Keracunan Pangan sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) huruf a dapat diketahui berdasarkan distribusi gejala
dan tanda korban, gambaran masa inkubasi agen penyebab, dan
dapat disertai dengan pengambilan dan pemeriksaan spesimen.
(3) Gambaran epidemiologi dan kelompok masyarakat yang terancam
keracunan pangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a
meliputi jumlah korban menurut waktu, tempat, jenis kelamin, dan
kelompok umur, serta jumlah masyarakat yang berisiko keracunan
atau angka serangan.
(4) Sumber dan cara terjadinya keracunan pangan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) huruf a dapat diketahui berdasarkan
analisis epidemiologi dan hasil pengujian contoh pangan, serta
kondisi higiene sanitasi pangan.
Pasal 14
Pengambilan spesimen sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13 ayat (2)
dilakukan sesuai tata cara sebagai berikut :
a. pengambilan spesimen dilakukan oleh petugas kesehatan yang
berwenang;
b. jumlah, jenis dan volume spesimen diambil sesuai dengan
kebutuhan untuk mengetahui agen penyebab KLB Keracunan
Pangan;
c. spesimen yang diambil ditempatkan pada wadah yang dilengkapi
dengan label yang mencantumkan identitas korban, jenis spesimen,
waktu, tanggal pengambilan spesimen, nama petugas pengambil
spesimen;
d. pengambilan spesimen yang berisiko tinggi bagi korban dilakukan
di rumah sakit;
e. pengambilan spesimen dilakukan dengan seksama dan menghindari
risiko keracunan terhadap petugas, orang lain dan tercemarnya
lingkungan; dan
f. pengambilan spesimen harus dicatat dan dibuatkan berita acara
pengambilan spesimen dengan menggunakan Formulir 7 dan
Formulir 8 sebagaimana terlampir.
Pasal 15…
- 11 -
Pasal 15
(1) Pengiriman spesimen dilakukan sesuai tata cara sebagai berikut:
a. pengiriman spesimen ke laboratorium dilakukan secepatnya
dengan cara seksama untuk menghindari terjadinya penyebaran
penyakit dan kerusakan spesimen;
b. kondisi spesimen mulai dari pengambilan, selama pengiriman
sampai diterima oleh laboratorium tidak boleh berubah baik
secara fisik, kimia maupun biologi;
c. pengiriman spesimen menjadi tanggung jawab pengirim
spesimen; dan
d. spesimen dikirim kepada laboratorium yang terakreditasi, atau
yang berkompeten.
(2) Pengiriman spesimen ke luar negeri, harus memenuhi ketentuan
Material Transfer Agreement (MTA) sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.
Pasal 16
(1) Pemeriksaan spesimen sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13 ayat
(2) dilakukan sesuai standar operasional prosedur di masing-
masing laboratorium pemeriksa.
(2) Kepala laboratorium dan petugas pemeriksa spesimen
bertanggung jawab atas hasil pemeriksaan spesimen dan
kerahasiaannya.
(3) Laporan hasil pemeriksaan spesimen disampaikan secepatnya
kepada pengirim spesimen.
Pasal 17
(1) Untuk menentukan sumber keracunan pangan, dinas kesehatan
kabupaten/kota atau kantor kesehatan pelabuhan, dan Badan
wajib segera melakukan pengambilan, pengiriman, dan pengujian
contoh pangan.
(2) Pengambilan, pengiriman, dan pengujian contoh pangan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.
Bagian Keempat...
- 12 -
Bagian Keempat
Pencegahan
Pasal 18
Dalam rangka pencegahan meluasnya KLB Keracunan Pangan
dilakukan upaya penyuluhan pada masyarakat, pengendalian faktor
risiko, dan kegiatan surveilans.
Pasal 19
(1) Penyuluhan pada masyarakat sebagaimana dimaksud dalam Pasal
18 dilaksanakan dalam upaya meningkatkan:
a. kewaspadaan dan peran aktif masyarakat dalam upaya
penanggulangan KLB Keracunan Pangan;
b. pengetahuan dalam penanganan korban atau orang yang
mempunyai risiko menderita keracunan pangan; dan/atau
c. pengetahuan dan keterampilan untuk pengelolaan pangan yang
aman dan sehat.
(2) Penyuluhan pada masyarakat sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dilakukan oleh dinas kesehatan kabupaten/kota atau kantor
kesehatan pelabuhan dengan mengikutsertakan instansi terkait
lain, lembaga swadaya masyarakat, tokoh agama, dan tokoh
masyarakat.
Pasal 20
Pengendalian faktor risiko sebagaimana dimaksud dalam Pasal 18
dilakukan dengan:
a. menerapkan higiene sanitasi pangan;
b. melarang mengonsumsi pangan yang diduga sebagai penyebab
keracunan;
c. menarik dari peredaran dan memusnahkan pangan sebagai
penyebab keracunan;
d. meliburkan sekolah atau tempat kerja, menutup fasilitas umum,
atau menghentikan produksi pangan untuk sementara waktu;
dan/atau
e. tindakan lain yang diperlukan sesuai dengan jenis keracunan dan
hasil penyelidikan.
Pasal 21...
- 13 -
Pasal 21
(1) Kegiatan surveilans sebagaimana dimaksud dalam Pasal 18
dilakukan untuk mengetahui perkembangan KLB Keracunan
Pangan menurut orang, waktu dan tempat.
(2) Kegiatan surveilans sebagaimana dimaksud pada ayat (1), meliputi
kegiatan :
a. menghimpun data kasus baru pada kunjungan berobat di
fasilitas pelayanan kesehatan;
b. membuat tabel, grafik dan pemetaan berdasarkan data;
c. melakukan analisis kecenderungan KLB Keracunan Pangan
berdasarkan waktu, tempat, dan kelompok masyarakat tertentu
lainnya;
d. melakukan pemantauan terhadap distribusi pangan sebagai
sumber penyebab, dan pelaksanaan higiene sanitasi pangan;
e. mengadakan pertemuan berkala petugas kesehatan dengan
kepala desa, kader dan masyarakat untuk membahas
perkembangan kejadian keracunan pangan dan hasil upaya
penanggulangan KLB Keracunan Pangan yang telah
dilaksanakan; dan
f. melakukan pemantauan terhadap keberhasilan upaya
penanggulangan KLB Keracunan Pangan yang telah
dilaksanakan.
BAB V
SUMBER DAYA
Pasal 22
(1) Dalam keadaan KLB Keracunan Pangan, Pemerintah dan
pemerintah daerah wajib menyediakan sumber daya yang
diperlukan dalam penanggulangan KLB Keracunan Pangan.
(2) Sumber daya sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi tenaga
yang kompeten, sarana dan prasarana, serta pendanaan yang
memadai.
Pasal 23
(1) Dalam rangka upaya penanggulangan KLB Keracunan Pangan,
dibentuk Tim Gerak Cepat di tingkat pusat, provinsi dan
kabupaten/kota.
(2) Tim...
- 14 -
(2) Tim Gerak Cepat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri atas
tenaga medis, epidemiolog kesehatan, sanitarian, tenaga
laboratorium, dengan melibatkan tenaga pada program/sektor
terkait maupun masyarakat.
(3) Tim Gerak Cepat ditetapkan oleh:
a. Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota atas nama
Bupati/Walikota untuk tingkat kabupaten/kota;
b. Kepala Dinas Kesehatan Provinsi atas nama Gubernur untuk
tingkat provinsi;
c. Kepala KKP atas nama Direktur Jenderal; dan
d. Direktur Jenderal atas nama Menteri untuk tingkat pusat.
(4) Tim Gerak Cepat di tingkat pusat dapat melibatkan tenaga ahli
asing setelah mendapat persetujuan dari Menteri sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.
Pasal 24
(1) Pendanaan yang timbul dalam upaya penanggulangan KLB
Keracunan Pangan dibebankan pada Anggaran Pendapatan dan
Belanja Daerah kabupaten/kota.
(2) Dalam kondisi pemerintah kabupaten/kota tidak mampu
menanggulangi KLB Keracunan Pangan, maka dimungkinkan
untuk mengajukan permintaan bantuan kepada pemerintah
provinsi dan Pemerintah dengan menggunakan Formulir 9
sebagaimana terlampir.
(3) Dalam hal penanggulangan KLB Keracunan Pangan di wilayah kerja
pelabuhan, bandar udara, dan pos lintas batas darat, maka
pendanaan yang timbul dibebankan pada Anggaran Pendapatan
dan Belanja Negara.
Pasal 25
Pemerintah dapat melimpahkan sumber pendanaan penanggulangan
KLB Keracunan Pangan kepada pemerintah daerah sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.
Pasal 26...
- 15 -
Pasal 26
Dalam penanggulangan KLB Keracunan Pangan, Pemerintah dapat
bekerja sama dengan negara lain atau badan internasional dalam
mengupayakan sumber pendanaan sesuai dengan ketentuan peratuan
perundang-undangan.
BAB VI
LAPORAN PENANGGULANGAN
Pasal 27
(1) Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota wajib menyampaikan
laporan penanggulangan KLB Keracunan Pangan kepada
Bupati/Walikota dengan tembusan Kepala Dinas Kesehatan
Provinsi, Badan, dan Direktur Jenderal.
(2) Kepala KKP wajib menyampaikan laporan penanggulangan KLB
Keracunan Pangan kepada Direktur Jenderal dengan tembusan
kepada Badan dan Kepala Dinas Kesehatan Provinsi dan
Kabupaten/Kota setempat.
(3) Laporan penanggulangan KLB Keracunan Pangan terdiri atas:
a. laporan hasil penyelidikan epidemiologi KLB Keracunan Pangan;
b. laporan perkembangan situasi KLB Keracunan Pangan; dan
c. laporan akhir pelaksanaan penanggulangan KLB Keracunan
Pangan.
(4) Laporan hasil penyelidikan epidemiologi sebagaimana dimaksud
pada ayat (3) huruf a harus disampaikan selambat-lambatnya
dalam waktu 1 x 24 jam dengan menggunakan Formulir 10
sebagaimana terlampir.
(5) Laporan perkembangan situasi KLB Keracunan Pangan
sebagaimana dimaksud pada ayat (3) huruf b harus disampaikan
pada saat diperlukan selama KLB Keracunan Pangan berlangsung
dengan menggunakan Formulir 11 sebagaimana terlampir.
(6) Laporan akhir pelaksanaan penanggulangan KLB Keracunan
Pangan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) huruf c disampaikan
selambat lambatnya 2 (dua) minggu setelah KLB Keracunan Pangan
berakhir dengan menggunakan Formulir 12 sebagaimana terlampir.
BAB VII...
- 16 -
BAB VII
PERAN SERTA MASYARAKAT
Pasal 28
(1) Setiap orang berperan serta dalam pelaksanaan upaya
penanggulangan KLB Keracunan Pangan.
(2) Peran serta sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan dengan
cara:
a. memberikan informasi adanya dugaan keracunan pangan dan
korban keracunan pangan;
b. membantu kelancaran pelaksanaan upaya penanggulangan KLB
Keracunan Pangan; dan/atau
c. menggerakkan motivasi masyarakat dalam upaya
penanggulangan KLB Keracunan Pangan.
(3) Peran serta sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dapat berupa
bantuan tenaga, keahlian, dana atau bentuk lain.
BAB VIII
PEMBINAAN DAN PENGAWASAN
Pasal 29
(1) Menteri, Kepala Dinas Kesehatan Provinsi, dan Kepala Dinas
Kesehatan Kabupaten/Kota melakukan pembinaan dan
pengawasan terhadap pelaksanaan penanggulangan KLB
Keracunan Pangan.
(2) Pembinaan dan pengawasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dilakukan melalui:
a. pemantauan dan evaluasi;
b. bimbingan teknis;
c. peningkatan kemampuan dan keterampilan; dan/atau
d. peningkatan jejaring kerja dan kemitraan.
(3) Pembinaan dan pengawasan sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
bekerja sama dengan instansi terkait sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.
Pasal 30...
- 17 -
Pasal 30
(1) Dalam hal keracunan pangan berdasarkan hasil pengujian dan
pemeriksaan bersumber dari pangan yang diproduksi dan/atau
diperdagangkan, Menteri, Kepala Badan, Kepala Dinas Kesehatan
Provinsi, Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dapat
mengambil tindakan administratif berupa:
a. peringatan lisan dan tertulis;
b. pelarangan mengedarkan untuk sementara waktu dan/atau
perintah menarik produk pangan dari peredaran;
c. pemusnahan pangan;
d. penghentian produksi untuk sementara waktu;
e. pencabutan izin edar, sertifikat laik higiene sanitasi, atau
sertifikat produksi industri rumah tangga pangan; dan/atau
f. rekomendasi pencabutan izin produksi.
(2) Pelaksanaan tindakan administratif sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) sesuai tugas dan kewenangan masing-masing.
Pasal 31
(1) Menteri, Kepala Dinas Kesehatan Provinsi, Kepala Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota sesuai tugas dan kewenangan masing-masing
dapat mengambil tindakan administratif terhadap pimpinan
fasilitas pelayanan kesehatan yang tidak memberikan pertolongan
pada korban sesuai ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal
10 ayat (1).
(2) Tindakan administratif sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
berupa:
a. peringatan lisan;
b. peringatan tertulis; dan/atau
c. rekomendasi pencabutan izin atau pencabutan izin fasilitas
pelayanan kesehatan.
BAB IX...
- 18 -
BAB IX
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 32
Peraturan Menteri ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.
Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan
Peraturan Menteri ini dengan penempatannya dalam Berita Negara
Republik Indonesia.
Ditetapkan di Jakarta
pada tanggal 7 Januari 2013
MENTERI KESEHATAN
REPUBLIK INDONESIA,
ttd
NAFSIAH MBOI
Diundangkan di Jakarta
pada tanggal 22 Januari 2013
MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA
REPUBLIK INDONESIA,
ttd
AMIR SYAMSUDIN
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 2013 NOMOR 127
Formulir 1
FORMULIR PENCATATAN
LAPORAN KEWASPADAAN KERACUNAN PANGAN
Nama pelapor : …………………………........
No Telp. : ...…………..……………......
Alamat : ………………….................
Melaporkan pada hari.........tanggal ….........jam ....... (korban pertama sakit)
terdapat kejadian keracunan pangan:
Lokasi/Tempat Kejadian : …………………………….......
Desa/Kelurahan : …………………………….......
Kecamatan : ………………………………....
Kabupaten/Kota : …………………………..........
Provinsi : …………………………..........
Pangan diduga penyebab : .........................................
a. Jumlah korban sakit ……….......... orang
b. Jumlah korban meninggal ……….. orang
Gejala-gejala yang ditemui adalah antara lain :
Pusing ( ) Diare ( )
Sakit perut ( ) Pingsan ( )
Mual ( ) ................. ( )
Muntah ( ) ................. ( )
Demikian catatan ini dibuat.
………………….., …./…./…….................
Petugas Penerima Laporan
(petugas pusksmas/rumas sakit/KKP)
Formulir 2
LAPORAN KEWASPADAAN KERACUNAN PANGAN
Yth.
Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota/KKP ……………………..
Di ……………..
Bersama ini kami sampaikan, bahwa pada hari..........tanggal ……........jam
……...(korban pertama sakit) terdapat kejadian keracunan pangan :
Lokasi : …………………………….......
Desa : …………………………….......
Kelurahan : .........................................
Kecamatan/Puskesmas : ………………………………....
Kabupaten/Kota : …………………………..........
Provinsi : …………………………..........
Pangan diduga penyebab : .........................................
a. Jumlah korban sakit ……….......... orang
b. Jumlah korban meninggal ……….. orang
Gejala-gejala yang ditemui adalah antara lain (beri tanda cek list ( √ )) :
Pusing ( ) Diare ( )
Sakit perut ( ) Pingsan ( )
Mual ( ) ................. ( )
Muntah ( ) ................. ( )
Demikian laporan ini dibuat.
………………….., …./…./…….................
Pelapor
Kepala Puskesmas/RS : ………………………….
NIP : .................................
No Telp. : ...………………………..
Alamat : ……………………........
Tembusan:
1. Direktur Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan
2. Badan Pengawas Obat dan Makanan
Formulir 3
LAPORAN KEWASPADAAN KERACUNAN PANGAN
Yth.
Direktur Jenderal PP dan PL, Kementerian Kesehatan RI
Jalan : Percetakan Negara 29
Jakarta Pusat
Sehubungan dengan adanya laporan dari Kepala Puskesmas/RS………………
tentang kejadian keracunan pangan, bersama ini kami laporkan, bahwa pada
hari........tanggal ......….jam….…. (korban pertama sakit) terdapat kejadian
keracunan pangan :
Wilayah kerja (KKP) : .........................................
Lokasi/Tempat kejadian : …………………………….......
Desa/Kelurahan : …………………………….......
Kecamatan/Puskesmas : ………………………………....
Kabupaten/Kota : …………………………..........
Provinsi : …………………………..........
Pangan diduga penyebab : .........................................
Korban :
a. Jumlah korban sakit ………..........orang
b. Jumlah korban meninggal……….. orang
Gejala-gejala yang ditemui adalah antara lain (beri tanda cek list ( √ )):
Pusing ( ) Diare ( )
Sakit perut ( ) Pingsan ( )
Mual ( ) ................. ( )
Muntah ( ) ................. ( )
Demikian laporan ini dibuat.
…………………..,
…./…./…….................
Pelapor
Kepala KKP : ………………………….
NIP : .................................
Tembusan:
1. Badan Pengawas Obat dan Makanan
2. Kepala Dinas Kesehatan Provinsi
3. Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota
Formulir 4
LAPORAN KEWASPADAAN KERACUNAN PANGAN
(Dari dinas kesehatan/kota/KKP lokasi keracunan pangan ke
dinas kesehatan/kota/KKP asal pangan diduga penyebab keracunan pangan)
Yth.
Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota/KKP ………………..
Di ……………..
Bersama ini kami sampaikan, bahwa pada hari ........tanggal …….......jam .........
(korban pertama sakit) terdapat kejadian keracunan pangan :
Desa : …………………………….......
Kelurahan : .........................................
Kecamatan/Puskesmas : ………………………………....
Kabupaten/Kota : …………………………..........
Dugaan penyebab keracunan pangan
Pangan : .........................................
Lokasi : …………………………….......
Desa : …………………………….......
Kelurahan : ..........................................
Kecamatan/Puskesmas : ………………………………....
Kabupaten/Kota : …………………………..........
Provinsi : …………………………..........
a. Jumlah korban sakit ……….......... orang
b. Jumlah korban meninggal ……….. orang
Gejala-gejala yang ditemui adalah antara lain (beri tanda cek list ( √ )):
Pusing ( ) Diare ( )
Sakit perut ( ) Pingsan ( )
Mual ( ) ................. ( )
Muntah ( ) ................. ( )
Demikian laporan ini dibuat.
………………….., …./…./…….................
Pelapor
Kadinkes Kab/Kota/KKP : ……………………
NIP : .........................
No Telp. : ...………………....
Alamat : …….........………
Formulir 5
SURAT PENETAPAN KLB KERACUNAN PANGAN
Sehubungan dengan adanya laporan dari Kepala Puskesmas/RS…………..…..
tentang kejadian keracunan pangan (terlampir), yang terjadi pada hari
.................tanggal ……........ jam ......... (korban pertama sakit) di :
Lokasi/Tempat kejadian : ..........................................
Desa/Kelurahan : ……………………………........
Kecamatan/Puskesmas :...……………………………….…
Kabupaten/Kota : ............................................
Korban :
a. Jumlah korban sakit : …………………………… orang
b. Jumlah korban meninggal : …………………………… orang
Dengan gejala : Pusing ( ) Mual ( )
Diare ( ) Muntah ( )
Sakit perut ( ) …………… ( )
Pingsan ( ) …………… ( )
Dugaan penyebab keracunan pangan : ………………………………………,
berasal dari
Lokasi : ………………………………………
Desa/Kelurahan : ...............................................
Kecamatan/Puskesmas : ...…………………………………....
Kabupaten/Kota : ................................................
Berdasarkan data-data tersebut dan hasil analisis epidemiologi, dengan ini
ditetapkan bahwa keadaan ini adalah :
KEJADIAN LUAR BIASA KERACUNAN PANGAN
Demikian, untuk menjadi perhatian dan segera dilakukan penanggulangan.
………………….., …./…./…….................
Kepala Dinas Kesehatan Kab/Kota/KKP
……………..…………..
NIP
Formulir 6
SURAT PENCABUTAN KLB KERACUNAN PANGAN
Sehubungan dengan Laporan Perkembangan Situasi KLB Keracunan Pangan
(terlampir) yang kami terima dari :
Puskesmas …………………...... Kecamatan ……………………....…….
Kabupaten ……………………... Provinsi …………………….....….…….
Pada tanggal ………….. bulan……………tahun……….., tentang situasi KLB
Keracunan Pangan sampai dengan saat dilaporkan, yaitu sudah tidak ada
lagi/semakin menurunnya :
a. jumlah korban yang masih sakit............. orang
b. jumlah korban masih dirawat ................. orang
c. jumlah korban baru menurut umur dan jenis kelamin .......orang
d. jumlah kematian .............orang
dan semakin meningkatnya :
e. jumlah korban dinyatakan sembuh.........orang
serta sudah berakhirnya :
f. penyelidikan epidemiologi KLB Keracunan Pangan, dan
g. kegiatan penanggulangan KLB Keracunan Pangan
Berdasarkan perkembangan situasi KLB Keracunan Pangan tersebut di atas,
maka:
PENETAPAN KEJADIAN LUAR BIASA KERACUNAN PANGAN
DINYATAKAN DICABUT DAN TELAH BERAKHIR
Demikian, atas perhatian dan kerja samanya, terimakasih.
…….…………………., 20.….
Kepala Dinas Kesehatan Kab/Kota/KKP
……………..…………..
NIP
Formulir 7
FORMULIR PENGAMBILAN SPESIMEN
Tanggal pengambilan : .................................………………………………
Waktu : ......................................................................
Petugas yang mengambil : …………………………………..……………............
Uraian contoh yang diambil
No
Nama
Spesimen
Banyaknya
Untuk
diperiksa
Catatan
(1) (2) (3) (4) (5)
…….…………………., 20……
Nama Petugas
...................................
PETUNJUK PENGISIAN FORMULIR PENGAMBILAN SPESIMEN
NO. TENTANG TULISAN CONTOH
1. Tanggal pengambilan Tanggal, bulan dan
tahun
30 April 2012
2. Petugas yang
mengambil
Nama petugas yang
melakukan pengambilan
contoh/spesimen
Rinarso Ramadhan
3. Kolom (1) Nomor urut spesimen 1, 2, 3 dst
4. Kolom (2) Nama spesimen yang
diambil
1) Daging
2) Usap alat piring
5. Kolom (3) Jumlah satuan yg
diambil dari spesimen
1) 250 gr
2) 1 buah
3) 500 cc
6. Kolom (4) Sebutkan jenis
pemeriksaan yang ingin
dikerjakan
1) E. Coli
2) Salmonella
7. Kolom (5) Catatan diisi bila
diperlukan, (diambil dari
…….....)
- diambil dari kulkas
- diambil dari sisa
makanan
Formulir 8
BERITA ACARA PENGAMBILAN SPESIMEN
Berdasarkan surat tugas.......................... No...................... tanggal....................
bulan........tahun......, pada hari ini .......... jam........ tanggal............. bulan........
tahun...... telah diamankan spesimen di.................. (lokasi kejadian), sebagai
berikut :
No
Nama
Spesimen
Kategori
Spesimen
Jenis Spesimen
Berdasarkan
Bentuknya
Jumlah
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
Demikian berita acara ini dibuat, dengan sebenar-benarnya untuk dipergunakan
sebagaimana mestinya.
Mengetahui,
Pihak yang menyerahkan spesimen Petugas pengambil spesimen
(........................................) (........................................)
Formulir 9
FORMULIR PENGAJUAN PERMINTAAN BANTUAN BIAYA
PENANGGULANGAN KLB KERACUNAN PANGAN
Yth : Pemerintah/Pemerintah Provinsi : ……………………
Hal : Penanggulangan KLB Keracunan Pangan
Sifat : Segera
Dengan ini kami sampaikan :
Rencana penanggulangan KLB Keracunan Pangan ……………………………
Di ……………………
1. Daerah yang akan ditanggulangi :
a. Provinsi : …………………………..
b. Kabupaten/Kota : ……………………………
c. Jumlah penduduk di wilayah penanggulangan ………….orang
d. Periode penanggulangan dari ………. sampai dengan …………….
2. Gambaran Epidemiologis
a. Waktu kejadian (onset) : …………………………….
b. Jumlah korban sakit : ………………………. orang
c. Jumlah korban meninggal : ……………….. orang
d. Lokasi KLB keracunan pangan ……………………
3. Kegiatan penanggulangan dan target kegiatan yang direncanakan :
a. Populasi penduduk terancam (population at risk) : ……………………..orang
b. Perkiraan yang sakit dan perlu pertolongan : ……………………...........orang
c. Perkiraan jumlah komplikasi yang perlu pengobatan khusus : ………orang
d. Perkiraan lamanya pengobatan tiap korban sakit (penderita) : ……….hari
4. Dampak epidemiologi yang diharapkan setelah penanggulangan (dinyatakan dengan
angka)
5. Upaya penanggulangan yang telah dilakukan (uraikan)
6. Biaya yang telah dikeluarkan untuk penanggulangan KLB Keracunan Pangan
berjumlah Rp. …………… (sumber biaya : …………………………..), dengan perincian
sebagai berikut :
………………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………………
7. Perkiraan kekurangan biaya yang dibutuhkan sebesar Rp. ……………………… dengan
perincian sebagai berikut :
a. Penyelidikan Epidemiologi Rp. ……………….…
b. Penanggulangan Rp. ………………….
c. Pengobatan Penderita Rp. …………….……
d. Lain – lain (sebutkan)
8. Laporan dan hasil pelaksanaan penanggulangan KLB Keracunan Pangan tersebut
akan kami sampaikan secara bertahap sampai dengan selesainya penanggulangan.
…….…………………., 20 .….
Pemohon
Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota
…………………………..…………..
NIP
Formulir 10
LAPORAN PENYELIDIKAN EPIDEMIOLOGI KLB KERACUNAN PANGAN
Yth.
Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota/KKP ……………………..
Di ……………..
KLB ………………………………………………………………………………….
Puskesmas ………………… …. Kecamatan ……………………....…….
Kabupaten ……………………....... Provinsi …………………….....………..
Waktu kejadian : tanggal ......, bulan ......., tahun ....…… (korban pertama)
Tim Penyelidikan KLB
1. Nama : ………………………, (gelar), (tempat tugas), (tel) ketua tim
2. Nama : ………………………, (gelar), (tempat tugas), (tel) anggota, dst
Tanggal Penyelidikan KLB : ……………… s/d ………………….
Abstrak
(Abstrak dibuat tidak lebih dari 300 kata, bahasan dalam abstrak sesuai dengan
temuan penyelidikan KLB, antara lain)
1. Nama KLB
2. Daerah yang terjadi KLB dan lokasi khusus, desa, puskesmas,
kabupaten/kota)
3. Tanggal mulai terjadinya KLB dan keadaan KLB pada saat akhir
penyelidikan.
4. Jumlah korban dengan angka serangan (attack rate) dan jumlah kematian
dengan angka fatalitas kasus (case fatality rate)
5. Penetapan etiologi (berdasarkan distribusi gejala korban yang diperiksa,
gambaran epidemiologi yang mendukung dan hasil pemeriksaan
laboratorium)
6. Gambaran epidemiologi menurut umur, jenis kelamin serta gambaran
epidemiologi faktor-faktor risiko lainnya yang diperkirakan berpengaruh
terhadap penyebaran korban keracunan pangan
7. Sumber pangan dan cara terjadinya keracunan
8. Perkiraan lamanya atau berhentinya KLB
9. Rekomendasi dan atau rencana penyelidikan - penanggulangan KLB lebih
lanjut
…….…………………., 20 .…...........
Pelapor
(……………..)
Formulir 11
LAPORAN PERKEMBANGAN SITUASI KLB KERACUNAN PANGAN
Yth.
Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota/KKP ……………………..
Di ……………..
KLB ………………………………………………………………………………….
Puskesmas ………………… …. Kecamatan ……………………....…….
Kabupaten ……………………... Provinsi …………………….....………..
Perkembangan situasi KLB Keracunan Pangan :
Tanggal ..........s/d tanggal………..Bulan .......... Tahun ..............
1. Perkembangan KLB keracunan pangan :
a. jumlah korban sakit sampai dengan saat dilaporkan
b. jumlah korban masih dirawat
c. jumlah korban dinyatakan sembuh
d. jumlah korban baru menurut umur dan jenis kelamin
e. jumlah kematian
2. Kegiatan penanggulangan yang telah dilakukan
…….…………………., 20 .…...........
Nama Petugas
...............................
Formulir 12
LAPORAN AKHIR PENANGGULANGAN KLB KERACUNAN PANGAN
Laporan akhir berisi temuan lengkap hasil penyelidikan KLB keracunan pangan
antara lain :
A. Pendahuluan
Berisi sumber informasi adanya KLB, dampak KLB terhadap kesehatan
masyarakat, gambaran endemisitas penyakit penyebab KLB dan besar
masalah KLB tersebut pada waktu sebelumnya.
B. Tujuan Penyelidikan KLB
Sesuai dengan kebutuhan penyelidikan KLB, apabila etiologi KLB sudah
ditemukan, maka penyelidikan KLB tidak diarahkan pada upaya untuk
penegakan diagnosis KLB tetapi lebih diarahkan untuk menemukan sumber
dan cara penyebaran KLB.
Pada laporan penyelidikan KLB pertama dijelaskan kepastian adanya KLB
dan penegakan etiologi KLB serta besarnya masalah KLB pada saat
penyelidikan dilakukan.
C. Metode Penyelidikan KLB
Cara yang digunakan untuk mencapai tujuan penyelidikan KLB, antara lain:
1. Desain penyelidikan KLB.
Apabila terdapat beberapa sasaran dan desain penyelidikan KLB, maka
masing-masing sasaran dan desain penyelidikan perlu dijelaskan secara
sistematis.
2. Daerah penyelidikan KLB, populasi dan sampel penyelidikan KLB
3. Cara mendapatkan dan mengolah data primer dan data sekunder
4. Cara melakukan analisis
D. Hasil Penyelidikan KLB
1. Memastikan adanya KLB keracunan pangan, dengan mencermati adanya
hubungan epidemiologi diantara korban keracunan pangan.
2. Gambaran klinis kasus-kasus yang dicurigai dan distribusi gejala
diantara kasus-kasus yang dicurigai.
Kasus yang dicurigai adalah sejumlah penderita yang menunjukkan
gejala utama, misalnya gejala utama diare, tabel contoh :
Tabel Distribusi Gejala dan Tanda Penyakit Pada KLB
Jumlah kasus diperiksa …….. kasus
No Gejala dan Tanda Jumlah kasus %
1. Gejala utama (misalnya diare) ….. 100
2. ….. ….. …..
3. ….. ….. …..
3. Gambaran umum - periode KLB dan masa inkubasi racun
Kasus pertama mulai sakit pada tanggal ......, jam ....., dan kasus terakhir
terlaporkan pada tanggal ….., jam …..., sehingga periode KLB adalah
…….hari, …....jam
Bahan pangan diduga penyebab keracunan (sumber) adalah ................
dengan masa inkubasi terpendek kasus KLB adalah .... jam, dan masa
inkubasi kasus KLB terpanjang adalah ....... jam
4. Hasil Pemeriksaan Laboratorium
Pada Penyelidikan KLB telah diambil ……… jenis contoh pangan/
spesimen korban KLB, dengan jenis contoh pangan/spesimen korban
terdiri dari ……,……,……...(jenis contoh pangan/bahan spesimen yang
diambil), dan diperiksa di laboratorium …………... (nama laboratorium),
dengan hasil pemeriksaan contoh pangan /spesimen korban positif
………jenis dan contoh pangan/spesimen korban negatif ………jenis
5. Etiologi atau diagnosis banding etiologi
Berdasarkan gambaran klinis kasus, distribusi gejala, gambaran
epidemiologi serta hasil pemeriksaan laboratorium maka dugaan etiologi
KLB adalah ……, dengan diagnsosis banding …….…, …...…, ………
Dugaan etiologi keracunan pangan berdasarkan distribusi gejala :
1. ………………….., masa inkubasi ……………. dan ………………..
2. ……………………. Masa inkubasi ……………. dan ………………..
Contoh :
Diagnosis banding KLB Keracunan Pangan
No Nama
Penyakit
Masa inkubasi (jam) Periode
KLB
Disingkirkan
sebagai
etiologi
Terpendek Terpanjang Selisih
1. C. Perfringens
2.
6. Kurva epidemi
Dibuat berdasarkan tanggal mulai sakit atau tanggal mulai dilakukan
pengobatan (kurva menggambarkan tanggal mulai sakit).
Kurva epidemi dapat dibuat berdasarkan data primer yaitu data hasil
penyelidikan KLB dari rumah ke rumah, atau berdasarkan data sekunder
yaitu data yang berasal dari puskesmas, rumah sakit dan fasilitas
pelayanan kesehatan lainnya.
Apabila penyelidikan KLB berdasarkan data sekunder, dan pada daerah
tertentu berdasarkan data primer, maka dibuat dua kurva epidemi
dengan menyebutkan sumber datanya, tabel contoh :
7. Gambaran epidemiologi menurut umur dan jenis kelamin
Gambaran epidemiologi KLB menurut umur dan jenis kelamin
membutuhkan data epidemiologi kasus, data kematian dan data populasi
berisiko menurut umur dan jenis kelamin, tabel contoh :
Tabel Distribusi KLB ……….. Menurut Golongan Umur
di …………, Bulan …….., Tahun …………
No Gol. Umur
Populasi
berisiko
Kasus Meninggal AR/100 CFR/100
1. <1 th
2. 1-4 th
3. 5-9 th
4. 10-14 th
5. 15-44 th
6. 45 +
Total
Sumber data : Puskesmas, rumah sakit dan fasyankes lainnya
0
50
100
150
200
250
'03 '04 '05 '06 '07 '08 '09 '10 '11 '12
Kasus
Jam/Tanggal
KLB .............., di ........, Bulan ………., Tahun ………...
kasus meninggal
Tabel Distribusi KLB ……….. Menurut Jenis Kelamin
di …………, Bulan …….., Tahun …………
No
Jenis
kelamin
Populasi
berisiko
Kasus Meninggal AR/100 CFR/100
1. Laki-laki
2. Perempuan
Total
Sumber data : Puskesmas, rumah sakit dan fasyankes lainnya
8. Gambaran epidemiologi menurut tempat (tabel dan peta)
Gambaran epidemiologi KLB menurut tempat membutuhkan data
epidemiologi kasus, data kematian dan data populasi berisiko/rentan.
Apabila dilakukan penyelidikan KLB berdasarkan data primer dari rumah
ke rumah, maka data populasi berisiko juga berdasarkan hasil kunjungan
dari rumah ke rumah, tetapi apabila tidak terdapat data populasi
berisiko, maka untuk populasi berisiko berdasarkan data yang sudah ada
di lokasi kejadian misalnya data desa, data kecamatan dan sebagainya.
Apabila dilakukan penyelidikan KLB berdasarkan data primer tetapi
hanya terbatas pada daerah tertentu saja, maka kedua gambaran
epidemiologi KLB tersebut perlu disampaikan dalam laporan ini, tabel
contoh:
Tabel Distribusi KLB ……….. Menurut Desa
di …………, Bulan …….., Tahun …………
No Desa
Populasi
Berisiko
Kasus Meninggal
AR/
100
CFR/
100
1. ……
2. ……
Total
Sumber data : Puskesmas, rumah sakit dan fasyankes lainnya
9. Gambaran epidemiologi menurut faktor risiko lain yang berhubungan
dengan kemungkinan mengidentifikasi sumber dan cara penyebaran KLB
termasuk hasil pemeriksaan laboratorium pada lingkungan dan atau
makanan.
Pada KLB keracunan pangan, faktor risiko utama adalah lokasi makan
misal pesta, selamatan, restoran, kantin dsb serta jenis makanan yang
dihidangkan pada lokasi makan yang dicurigai tersebut.
10.Pembahasan tentang kondisi KLB saat dilakukan penyelidikan serta
kemungkinan terjadinya peningkatan, penyebaran dan perkiraan
berakhirnya KLB termasuk identifikasi sumber dan cara penyebaran
kasus serta bila ada temuan penting yang terkait dengan kasus KLB
tersebut
11.Kesimpulan etiologi KLB
12.Rekomendasi yang berisi antara lain perlunya dilakukan penyelidikan
KLB lebih lanjut dalam bidang tertentu, perlunya bantuan tim
penanggulangan KLB Provinsi dan sebagainya.
LAPORAN BULANAN KLB KERACUNAN PANGAN
Sumber data: Laporan Bulanan STP KLB Kab/Kota/KKP
Kab/Kota:………………………………………………………………… Tahun/Bulan:…………..../………………………..
No
Jenis
KLB
Tempat Kejadian
Waktu
Kejadian
Gol.Umur Jenis Kelamin
Total Meninggal
Pop
Berisiko
Hasil
lab
Puskesmas Desa Lokasi Mulai Akhir <1 1-4 5-14 15-44 45+ Lk Pr
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18
Tembusan:
Menteri Kesehatan ub. Direktur Jenderal PP dan PL
(melalui email dengan format Excel)
………………………………………,tanggal…………………..
Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota

More Related Content

What's hot

Modul inti 10 penganggaran dan pembiayaan kesehatan daerah
Modul inti 10 penganggaran dan pembiayaan kesehatan daerahModul inti 10 penganggaran dan pembiayaan kesehatan daerah
Modul inti 10 penganggaran dan pembiayaan kesehatan daerah
mreyrasa
 
Penilaian kinerja puskesmas
Penilaian kinerja puskesmasPenilaian kinerja puskesmas
Penilaian kinerja puskesmas
Joni Iswanto
 
ICRA DALAM IMPLEMENTASI PPI DI PUSKESMAS.pptx
ICRA DALAM IMPLEMENTASI PPI DI PUSKESMAS.pptxICRA DALAM IMPLEMENTASI PPI DI PUSKESMAS.pptx
ICRA DALAM IMPLEMENTASI PPI DI PUSKESMAS.pptx
PatenPisan1
 
Format evaluasi awal dan catatan implementasi mpp 2019
Format evaluasi awal  dan catatan implementasi mpp 2019Format evaluasi awal  dan catatan implementasi mpp 2019
Format evaluasi awal dan catatan implementasi mpp 2019
nurilisza
 
Permenkes No 32 Tahun 2013 Ttg Penyelenggaraan Pekerjaan Tenaga Sanitarian
Permenkes  No 32  Tahun 2013 Ttg  Penyelenggaraan Pekerjaan Tenaga SanitarianPermenkes  No 32  Tahun 2013 Ttg  Penyelenggaraan Pekerjaan Tenaga Sanitarian
Permenkes No 32 Tahun 2013 Ttg Penyelenggaraan Pekerjaan Tenaga Sanitarian
Adelina Hutauruk
 
Regulasi Rumah Sakit
Regulasi Rumah SakitRegulasi Rumah Sakit
Regulasi Rumah Sakit
Sariana Csg
 
Kegiatan pokok surveilans
Kegiatan pokok surveilansKegiatan pokok surveilans
Kegiatan pokok surveilans
raysa hasdi
 

What's hot (20)

Modul inti 10 penganggaran dan pembiayaan kesehatan daerah
Modul inti 10 penganggaran dan pembiayaan kesehatan daerahModul inti 10 penganggaran dan pembiayaan kesehatan daerah
Modul inti 10 penganggaran dan pembiayaan kesehatan daerah
 
169773798 pendidikan-kesehatan-dan-ilmu-perilaku-ppt
169773798 pendidikan-kesehatan-dan-ilmu-perilaku-ppt169773798 pendidikan-kesehatan-dan-ilmu-perilaku-ppt
169773798 pendidikan-kesehatan-dan-ilmu-perilaku-ppt
 
Sop pengelolaan limbah B3
Sop pengelolaan limbah B3Sop pengelolaan limbah B3
Sop pengelolaan limbah B3
 
Contoh profil indikator mutu ukm
Contoh profil indikator mutu ukmContoh profil indikator mutu ukm
Contoh profil indikator mutu ukm
 
Manajemen Fasilitas dan Keselamatan (MFK) _BimTek "Standar AKREDITASI RUMAH S...
Manajemen Fasilitas dan Keselamatan (MFK) _BimTek "Standar AKREDITASI RUMAH S...Manajemen Fasilitas dan Keselamatan (MFK) _BimTek "Standar AKREDITASI RUMAH S...
Manajemen Fasilitas dan Keselamatan (MFK) _BimTek "Standar AKREDITASI RUMAH S...
 
Manajemen Risiko dalam Pelayanan Kesehatan di Puskesmas
Manajemen Risiko dalam Pelayanan Kesehatan di PuskesmasManajemen Risiko dalam Pelayanan Kesehatan di Puskesmas
Manajemen Risiko dalam Pelayanan Kesehatan di Puskesmas
 
Materi case control
Materi case controlMateri case control
Materi case control
 
4 pencegahan-penyakit
4 pencegahan-penyakit4 pencegahan-penyakit
4 pencegahan-penyakit
 
Penilaian kinerja puskesmas
Penilaian kinerja puskesmasPenilaian kinerja puskesmas
Penilaian kinerja puskesmas
 
ICRA DALAM IMPLEMENTASI PPI DI PUSKESMAS.pptx
ICRA DALAM IMPLEMENTASI PPI DI PUSKESMAS.pptxICRA DALAM IMPLEMENTASI PPI DI PUSKESMAS.pptx
ICRA DALAM IMPLEMENTASI PPI DI PUSKESMAS.pptx
 
13 Basic Life Support
13 Basic Life Support13 Basic Life Support
13 Basic Life Support
 
Format evaluasi awal dan catatan implementasi mpp 2019
Format evaluasi awal  dan catatan implementasi mpp 2019Format evaluasi awal  dan catatan implementasi mpp 2019
Format evaluasi awal dan catatan implementasi mpp 2019
 
Penanganan Limbah B3 Rumah Sakit
Penanganan Limbah B3 Rumah SakitPenanganan Limbah B3 Rumah Sakit
Penanganan Limbah B3 Rumah Sakit
 
program K3 MFK terintegrasi di Puskesmas.pptx
program K3 MFK terintegrasi di Puskesmas.pptxprogram K3 MFK terintegrasi di Puskesmas.pptx
program K3 MFK terintegrasi di Puskesmas.pptx
 
Permenkes No 32 Tahun 2013 Ttg Penyelenggaraan Pekerjaan Tenaga Sanitarian
Permenkes  No 32  Tahun 2013 Ttg  Penyelenggaraan Pekerjaan Tenaga SanitarianPermenkes  No 32  Tahun 2013 Ttg  Penyelenggaraan Pekerjaan Tenaga Sanitarian
Permenkes No 32 Tahun 2013 Ttg Penyelenggaraan Pekerjaan Tenaga Sanitarian
 
EMPAT INM KLINIK.pdf
EMPAT INM KLINIK.pdfEMPAT INM KLINIK.pdf
EMPAT INM KLINIK.pdf
 
Regulasi Rumah Sakit
Regulasi Rumah SakitRegulasi Rumah Sakit
Regulasi Rumah Sakit
 
Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) Di Fasyankes
Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) Di Fasyankes  Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) Di Fasyankes
Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) Di Fasyankes
 
Kegiatan pokok surveilans
Kegiatan pokok surveilansKegiatan pokok surveilans
Kegiatan pokok surveilans
 
Bahan ajar penyakit potensial wabah penyelidikan epidemiologi
Bahan ajar penyakit  potensial wabah  penyelidikan epidemiologiBahan ajar penyakit  potensial wabah  penyelidikan epidemiologi
Bahan ajar penyakit potensial wabah penyelidikan epidemiologi
 

Viewers also liked (9)

Sni 6989.59 2008 metoda pengambilan contoh air limbah
Sni 6989.59 2008 metoda pengambilan contoh air limbahSni 6989.59 2008 metoda pengambilan contoh air limbah
Sni 6989.59 2008 metoda pengambilan contoh air limbah
 
Permen lh no 3 tahun 2014
Permen lh no 3 tahun 2014Permen lh no 3 tahun 2014
Permen lh no 3 tahun 2014
 
5.studi kelayakan pendirian pabrik air minum dalam kemasan (1)
5.studi kelayakan pendirian pabrik air minum dalam kemasan (1)5.studi kelayakan pendirian pabrik air minum dalam kemasan (1)
5.studi kelayakan pendirian pabrik air minum dalam kemasan (1)
 
Sop prl kkp
Sop prl kkpSop prl kkp
Sop prl kkp
 
Bab 10 keracunan
Bab 10 keracunanBab 10 keracunan
Bab 10 keracunan
 
Keracunan Makanan - Komunikasi Kesihatan
Keracunan Makanan - Komunikasi KesihatanKeracunan Makanan - Komunikasi Kesihatan
Keracunan Makanan - Komunikasi Kesihatan
 
Proposal Presentasi RO. Airola
Proposal Presentasi RO. AirolaProposal Presentasi RO. Airola
Proposal Presentasi RO. Airola
 
Proposal Ukm Air Minum Isi Ulang Tirta Mandiri
Proposal Ukm Air Minum Isi Ulang  Tirta MandiriProposal Ukm Air Minum Isi Ulang  Tirta Mandiri
Proposal Ukm Air Minum Isi Ulang Tirta Mandiri
 
Teknik Pengambilan Contoh
Teknik Pengambilan ContohTeknik Pengambilan Contoh
Teknik Pengambilan Contoh
 

Similar to Pmk no. 2 ttg klb keracunan pangan

Pp 47 th 2014 ttg pengendalian dan penaggulangan penyakit hewan
Pp 47 th 2014 ttg pengendalian dan penaggulangan penyakit hewanPp 47 th 2014 ttg pengendalian dan penaggulangan penyakit hewan
Pp 47 th 2014 ttg pengendalian dan penaggulangan penyakit hewan
Winarto Winartoap
 
Permenkes 73 2016 standar pelayanan kefarmasian di apotek
Permenkes 73 2016 standar pelayanan kefarmasian di apotekPermenkes 73 2016 standar pelayanan kefarmasian di apotek
Permenkes 73 2016 standar pelayanan kefarmasian di apotek
laniatmadja
 
Permenkes 73 2016 standar pelayanan kefarmasian di apotek
Permenkes 73 2016 standar pelayanan kefarmasian di apotekPermenkes 73 2016 standar pelayanan kefarmasian di apotek
Permenkes 73 2016 standar pelayanan kefarmasian di apotek
laniatmadja
 
Permenkes 73 2016 standar pelayanan kefarmasian di apotek
Permenkes 73 2016 standar pelayanan kefarmasian di apotekPermenkes 73 2016 standar pelayanan kefarmasian di apotek
Permenkes 73 2016 standar pelayanan kefarmasian di apotek
PetrusTogarma
 
Standar pelayanan kefarmasian apotek 2014
Standar pelayanan kefarmasian apotek 2014Standar pelayanan kefarmasian apotek 2014
Standar pelayanan kefarmasian apotek 2014
Chynthya Riiweuh
 
Pmk no. 35 ttg standar pelayanan kefarmasian di apotek
Pmk no. 35 ttg standar pelayanan kefarmasian di apotekPmk no. 35 ttg standar pelayanan kefarmasian di apotek
Pmk no. 35 ttg standar pelayanan kefarmasian di apotek
Albertus Beny
 
Pmk no 35 2014 standar yan far di apotek
Pmk no 35 2014 standar yan far di apotekPmk no 35 2014 standar yan far di apotek
Pmk no 35 2014 standar yan far di apotek
Totok Sudjianto
 
Kmk no. 405 ttg penanggulangan wabah penyakit virus ebola
Kmk no. 405 ttg penanggulangan wabah penyakit virus ebolaKmk no. 405 ttg penanggulangan wabah penyakit virus ebola
Kmk no. 405 ttg penanggulangan wabah penyakit virus ebola
bagas25
 
Peraturan menkes tentang gizi rumah sakit
Peraturan menkes tentang gizi rumah sakitPeraturan menkes tentang gizi rumah sakit
Peraturan menkes tentang gizi rumah sakit
Neneng Rukmawati
 
Per kbpom no 28 tahun 2013 tentang pengawasan pemasukan bahan obat dan makana...
Per kbpom no 28 tahun 2013 tentang pengawasan pemasukan bahan obat dan makana...Per kbpom no 28 tahun 2013 tentang pengawasan pemasukan bahan obat dan makana...
Per kbpom no 28 tahun 2013 tentang pengawasan pemasukan bahan obat dan makana...
winda milani
 
20160602105914 peraturan menteri_ke
20160602105914 peraturan menteri_ke20160602105914 peraturan menteri_ke
20160602105914 peraturan menteri_ke
Andi Ditha J
 

Similar to Pmk no. 2 ttg klb keracunan pangan (20)

PER-UU-HSP - Copy.PPT
PER-UU-HSP - Copy.PPTPER-UU-HSP - Copy.PPT
PER-UU-HSP - Copy.PPT
 
57078 pmk 9_2017_ttg_apotek_
57078 pmk 9_2017_ttg_apotek_57078 pmk 9_2017_ttg_apotek_
57078 pmk 9_2017_ttg_apotek_
 
Pp 47 th 2014 ttg pengendalian dan penaggulangan penyakit hewan
Pp 47 th 2014 ttg pengendalian dan penaggulangan penyakit hewanPp 47 th 2014 ttg pengendalian dan penaggulangan penyakit hewan
Pp 47 th 2014 ttg pengendalian dan penaggulangan penyakit hewan
 
PMK no.50_Tentang Standar Baku Mutu Kesling dan Persyaratan Kesehatan Vektor
PMK no.50_Tentang Standar Baku Mutu Kesling dan Persyaratan Kesehatan VektorPMK no.50_Tentang Standar Baku Mutu Kesling dan Persyaratan Kesehatan Vektor
PMK no.50_Tentang Standar Baku Mutu Kesling dan Persyaratan Kesehatan Vektor
 
Permenkes Nomor 50 Tahun 2017.pdf
Permenkes Nomor 50 Tahun 2017.pdfPermenkes Nomor 50 Tahun 2017.pdf
Permenkes Nomor 50 Tahun 2017.pdf
 
Permenkes 73 2016 standar pelayanan kefarmasian di apotek
Permenkes 73 2016 standar pelayanan kefarmasian di apotekPermenkes 73 2016 standar pelayanan kefarmasian di apotek
Permenkes 73 2016 standar pelayanan kefarmasian di apotek
 
Permenkes-73-2016-Standar-Pelayanan-Kefarmasian-Di-Apotek.pdf
Permenkes-73-2016-Standar-Pelayanan-Kefarmasian-Di-Apotek.pdfPermenkes-73-2016-Standar-Pelayanan-Kefarmasian-Di-Apotek.pdf
Permenkes-73-2016-Standar-Pelayanan-Kefarmasian-Di-Apotek.pdf
 
Permenkes 73 2016 standar pelayanan kefarmasian di apotek
Permenkes 73 2016 standar pelayanan kefarmasian di apotekPermenkes 73 2016 standar pelayanan kefarmasian di apotek
Permenkes 73 2016 standar pelayanan kefarmasian di apotek
 
Permenkes 73 2016 standar pelayanan kefarmasian di apotek
Permenkes 73 2016 standar pelayanan kefarmasian di apotekPermenkes 73 2016 standar pelayanan kefarmasian di apotek
Permenkes 73 2016 standar pelayanan kefarmasian di apotek
 
Standar pelayanan kefarmasian apotek 2014
Standar pelayanan kefarmasian apotek 2014Standar pelayanan kefarmasian apotek 2014
Standar pelayanan kefarmasian apotek 2014
 
Pmk no. 35 ttg standar pelayanan kefarmasian di apotek
Pmk no. 35 ttg standar pelayanan kefarmasian di apotekPmk no. 35 ttg standar pelayanan kefarmasian di apotek
Pmk no. 35 ttg standar pelayanan kefarmasian di apotek
 
Pmk no 35 2014 standar yan far di apotek
Pmk no 35 2014 standar yan far di apotekPmk no 35 2014 standar yan far di apotek
Pmk no 35 2014 standar yan far di apotek
 
Kmk no. 405 ttg penanggulangan wabah penyakit virus ebola
Kmk no. 405 ttg penanggulangan wabah penyakit virus ebolaKmk no. 405 ttg penanggulangan wabah penyakit virus ebola
Kmk no. 405 ttg penanggulangan wabah penyakit virus ebola
 
permenkes no 34 th 2015 penanggulangan kanker payudara dan leher rahim
permenkes no 34 th 2015 penanggulangan kanker payudara dan leher rahimpermenkes no 34 th 2015 penanggulangan kanker payudara dan leher rahim
permenkes no 34 th 2015 penanggulangan kanker payudara dan leher rahim
 
Kepmen Kesehatan Nomor 1098/Menkes/SK/VII/2003 tentang Persyaratan Hygiene Sa...
Kepmen Kesehatan Nomor 1098/Menkes/SK/VII/2003 tentang Persyaratan Hygiene Sa...Kepmen Kesehatan Nomor 1098/Menkes/SK/VII/2003 tentang Persyaratan Hygiene Sa...
Kepmen Kesehatan Nomor 1098/Menkes/SK/VII/2003 tentang Persyaratan Hygiene Sa...
 
Peraturan menkes tentang gizi rumah sakit
Peraturan menkes tentang gizi rumah sakitPeraturan menkes tentang gizi rumah sakit
Peraturan menkes tentang gizi rumah sakit
 
Per kbpom no 28 tahun 2013 tentang pengawasan pemasukan bahan obat dan makana...
Per kbpom no 28 tahun 2013 tentang pengawasan pemasukan bahan obat dan makana...Per kbpom no 28 tahun 2013 tentang pengawasan pemasukan bahan obat dan makana...
Per kbpom no 28 tahun 2013 tentang pengawasan pemasukan bahan obat dan makana...
 
20160602105914 peraturan menteri_ke
20160602105914 peraturan menteri_ke20160602105914 peraturan menteri_ke
20160602105914 peraturan menteri_ke
 
Permenkes Nomor 12 Tahun 2017 (4).pdf
Permenkes Nomor 12 Tahun 2017 (4).pdfPermenkes Nomor 12 Tahun 2017 (4).pdf
Permenkes Nomor 12 Tahun 2017 (4).pdf
 
Permenkes nomor 12 tahun 2017 tentang penyelenggaraan imunisasi
Permenkes nomor 12 tahun 2017 tentang penyelenggaraan imunisasiPermenkes nomor 12 tahun 2017 tentang penyelenggaraan imunisasi
Permenkes nomor 12 tahun 2017 tentang penyelenggaraan imunisasi
 

More from ppidkemenkes (20)

Mediakom 44
Mediakom 44Mediakom 44
Mediakom 44
 
Mediakom 43
Mediakom 43Mediakom 43
Mediakom 43
 
Mediakom 42
Mediakom 42Mediakom 42
Mediakom 42
 
Mediakom 41
Mediakom 41Mediakom 41
Mediakom 41
 
Info kita_juli
Info kita_juliInfo kita_juli
Info kita_juli
 
Info Kita Juni 2013
Info Kita Juni 2013Info Kita Juni 2013
Info Kita Juni 2013
 
Info Kita Mei 2013
Info Kita Mei 2013Info Kita Mei 2013
Info Kita Mei 2013
 
Laporan Kinerja kementerian kesehatan 2011
Laporan Kinerja kementerian kesehatan 2011Laporan Kinerja kementerian kesehatan 2011
Laporan Kinerja kementerian kesehatan 2011
 
Laporan kinerja Kementerian Kesehatan 2012
Laporan kinerja Kementerian Kesehatan 2012Laporan kinerja Kementerian Kesehatan 2012
Laporan kinerja Kementerian Kesehatan 2012
 
Pmk no. 26 ttg pekerjaan dan praktik tenaga gizi
Pmk no. 26 ttg pekerjaan dan praktik tenaga giziPmk no. 26 ttg pekerjaan dan praktik tenaga gizi
Pmk no. 26 ttg pekerjaan dan praktik tenaga gizi
 
Pmk no. 21 ttg penanggulangan hiv dan aids
Pmk no. 21 ttg penanggulangan hiv dan aidsPmk no. 21 ttg penanggulangan hiv dan aids
Pmk no. 21 ttg penanggulangan hiv dan aids
 
Pmk no. 23 ttg pekerjaan da praktik okupasi terapis
Pmk no. 23 ttg pekerjaan da praktik okupasi terapisPmk no. 23 ttg pekerjaan da praktik okupasi terapis
Pmk no. 23 ttg pekerjaan da praktik okupasi terapis
 
Pmk no. 22 ttg pekerjaan dan praktik ortotis prostetis
Pmk no. 22 ttg pekerjaan dan praktik ortotis prostetisPmk no. 22 ttg pekerjaan dan praktik ortotis prostetis
Pmk no. 22 ttg pekerjaan dan praktik ortotis prostetis
 
Pmk no. 32 ttg pekerjaan tenaga sanitarian
Pmk no. 32 ttg pekerjaan tenaga sanitarianPmk no. 32 ttg pekerjaan tenaga sanitarian
Pmk no. 32 ttg pekerjaan tenaga sanitarian
 
Info Kita Online Maret
Info Kita Online MaretInfo Kita Online Maret
Info Kita Online Maret
 
Mediakom39
Mediakom39Mediakom39
Mediakom39
 
Mediakom38
Mediakom38Mediakom38
Mediakom38
 
Mediakom37
Mediakom37Mediakom37
Mediakom37
 
Mediakom36
Mediakom36Mediakom36
Mediakom36
 
Mediakom35
Mediakom35Mediakom35
Mediakom35
 

Recently uploaded

PPT.Materi-Pembelajaran-genetika.dasarpptx
PPT.Materi-Pembelajaran-genetika.dasarpptxPPT.Materi-Pembelajaran-genetika.dasarpptx
PPT.Materi-Pembelajaran-genetika.dasarpptx
Acephasan2
 
Sediaan Kream semisolid farmasi Industri.pptx
Sediaan Kream semisolid farmasi Industri.pptxSediaan Kream semisolid farmasi Industri.pptx
Sediaan Kream semisolid farmasi Industri.pptx
wisanggeni19
 
2. Kebijakan ILP di Posyandu-1234567.pdf
2. Kebijakan ILP di Posyandu-1234567.pdf2. Kebijakan ILP di Posyandu-1234567.pdf
2. Kebijakan ILP di Posyandu-1234567.pdf
Meboix
 
FARMAKOLOGI HORMONAL obat hormonal Diabetes
FARMAKOLOGI HORMONAL obat hormonal DiabetesFARMAKOLOGI HORMONAL obat hormonal Diabetes
FARMAKOLOGI HORMONAL obat hormonal Diabetes
NadrohSitepu1
 
Anatomi Fisiologi Sistem Muskuloskeletal.ppt
Anatomi Fisiologi Sistem Muskuloskeletal.pptAnatomi Fisiologi Sistem Muskuloskeletal.ppt
Anatomi Fisiologi Sistem Muskuloskeletal.ppt
Acephasan2
 
PPT_ AYU SASKARANI (proposal) fix fix.pdf
PPT_ AYU SASKARANI (proposal) fix fix.pdfPPT_ AYU SASKARANI (proposal) fix fix.pdf
PPT_ AYU SASKARANI (proposal) fix fix.pdf
hurufd86
 
Asuhan Keperawatan Jiwa Resiko Bunuh Diri
Asuhan Keperawatan Jiwa Resiko Bunuh DiriAsuhan Keperawatan Jiwa Resiko Bunuh Diri
Asuhan Keperawatan Jiwa Resiko Bunuh Diri
andi861789
 
PEDOMAN PROTOTYPE PUSKESMAS_KEMENKES ALL by zb NERMI.pdf
PEDOMAN PROTOTYPE PUSKESMAS_KEMENKES ALL by zb NERMI.pdfPEDOMAN PROTOTYPE PUSKESMAS_KEMENKES ALL by zb NERMI.pdf
PEDOMAN PROTOTYPE PUSKESMAS_KEMENKES ALL by zb NERMI.pdf
Meboix
 

Recently uploaded (20)

ppt hipotiroid anak end tf uygu g uygug o.pptx
ppt hipotiroid anak end tf uygu g uygug o.pptxppt hipotiroid anak end tf uygu g uygug o.pptx
ppt hipotiroid anak end tf uygu g uygug o.pptx
 
PPT.Materi-Pembelajaran-genetika.dasarpptx
PPT.Materi-Pembelajaran-genetika.dasarpptxPPT.Materi-Pembelajaran-genetika.dasarpptx
PPT.Materi-Pembelajaran-genetika.dasarpptx
 
Sediaan Kream semisolid farmasi Industri.pptx
Sediaan Kream semisolid farmasi Industri.pptxSediaan Kream semisolid farmasi Industri.pptx
Sediaan Kream semisolid farmasi Industri.pptx
 
3. HEACTING LASERASI.ppt pada persalinan
3. HEACTING LASERASI.ppt pada persalinan3. HEACTING LASERASI.ppt pada persalinan
3. HEACTING LASERASI.ppt pada persalinan
 
Farmakologi_Pengelolaan Obat pd Lansia.pptx
Farmakologi_Pengelolaan Obat pd Lansia.pptxFarmakologi_Pengelolaan Obat pd Lansia.pptx
Farmakologi_Pengelolaan Obat pd Lansia.pptx
 
2. Kebijakan ILP di Posyandu-1234567.pdf
2. Kebijakan ILP di Posyandu-1234567.pdf2. Kebijakan ILP di Posyandu-1234567.pdf
2. Kebijakan ILP di Posyandu-1234567.pdf
 
FARMAKOLOGI HORMONAL obat hormonal Diabetes
FARMAKOLOGI HORMONAL obat hormonal DiabetesFARMAKOLOGI HORMONAL obat hormonal Diabetes
FARMAKOLOGI HORMONAL obat hormonal Diabetes
 
Materi Asuhan Keperawatan Jiwa Halusinasi
Materi Asuhan Keperawatan Jiwa HalusinasiMateri Asuhan Keperawatan Jiwa Halusinasi
Materi Asuhan Keperawatan Jiwa Halusinasi
 
Anatomi Fisiologi Sistem Muskuloskeletal.ppt
Anatomi Fisiologi Sistem Muskuloskeletal.pptAnatomi Fisiologi Sistem Muskuloskeletal.ppt
Anatomi Fisiologi Sistem Muskuloskeletal.ppt
 
penyakit jantung koroner pada Prolanis.pptx
penyakit jantung koroner pada Prolanis.pptxpenyakit jantung koroner pada Prolanis.pptx
penyakit jantung koroner pada Prolanis.pptx
 
KONSEP DASAR KEGAWATDARURATAN MATERNAL NEONATAL.pptx
KONSEP DASAR KEGAWATDARURATAN MATERNAL NEONATAL.pptxKONSEP DASAR KEGAWATDARURATAN MATERNAL NEONATAL.pptx
KONSEP DASAR KEGAWATDARURATAN MATERNAL NEONATAL.pptx
 
Webinar MPASI-Kemenkes kementerian kesehatan
Webinar MPASI-Kemenkes kementerian kesehatanWebinar MPASI-Kemenkes kementerian kesehatan
Webinar MPASI-Kemenkes kementerian kesehatan
 
Presentasi materi antibiotik kemoterapeutika
Presentasi materi antibiotik kemoterapeutikaPresentasi materi antibiotik kemoterapeutika
Presentasi materi antibiotik kemoterapeutika
 
Diagnosis ILTB terapi dan monitoring TPT Fix.pptx
Diagnosis ILTB terapi dan monitoring TPT Fix.pptxDiagnosis ILTB terapi dan monitoring TPT Fix.pptx
Diagnosis ILTB terapi dan monitoring TPT Fix.pptx
 
karbohidrat dalam bidang ilmu farmakognosi
karbohidrat dalam bidang ilmu farmakognosikarbohidrat dalam bidang ilmu farmakognosi
karbohidrat dalam bidang ilmu farmakognosi
 
PPT_ AYU SASKARANI (proposal) fix fix.pdf
PPT_ AYU SASKARANI (proposal) fix fix.pdfPPT_ AYU SASKARANI (proposal) fix fix.pdf
PPT_ AYU SASKARANI (proposal) fix fix.pdf
 
Asuhan Keperawatan Jiwa Resiko Bunuh Diri
Asuhan Keperawatan Jiwa Resiko Bunuh DiriAsuhan Keperawatan Jiwa Resiko Bunuh Diri
Asuhan Keperawatan Jiwa Resiko Bunuh Diri
 
PPT KONSEP TUMBUH KEMBANG ANAK DINI 1 - 5 TAHUN
PPT KONSEP TUMBUH KEMBANG ANAK DINI 1 -  5 TAHUNPPT KONSEP TUMBUH KEMBANG ANAK DINI 1 -  5 TAHUN
PPT KONSEP TUMBUH KEMBANG ANAK DINI 1 - 5 TAHUN
 
PEDOMAN PROTOTYPE PUSKESMAS_KEMENKES ALL by zb NERMI.pdf
PEDOMAN PROTOTYPE PUSKESMAS_KEMENKES ALL by zb NERMI.pdfPEDOMAN PROTOTYPE PUSKESMAS_KEMENKES ALL by zb NERMI.pdf
PEDOMAN PROTOTYPE PUSKESMAS_KEMENKES ALL by zb NERMI.pdf
 
Toko Jual Alat Bantu Penis Ikat Pinggang 081388333722 Cod Surabaya
Toko Jual Alat Bantu Penis Ikat Pinggang 081388333722 Cod SurabayaToko Jual Alat Bantu Penis Ikat Pinggang 081388333722 Cod Surabaya
Toko Jual Alat Bantu Penis Ikat Pinggang 081388333722 Cod Surabaya
 

Pmk no. 2 ttg klb keracunan pangan

  • 1. - 1 - PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2013 TENTANG KEJADIAN LUAR BIASA KERACUNAN PANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa Kejadian Luar Biasa (KLB) Keracunan Pangan merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat yang membutuhkan koordinasi dalam penanggulangannya; b. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan untuk melaksanakan ketentuan Pasal 28 ayat (1) Peraturan Pemerintah Nomor 28 Tahun 2004 tentang Keamanan, Mutu, dan Gizi Pangan, perlu menetapkan Peraturan Menteri Kesehatan tentang Kejadian Luar Biasa Keracunan Pangan; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1984 tentang Wabah Penyakit Menular (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1984 Nomor 20, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3273); 2. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437) sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 (Lembaga Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4844); 3. Undang-Undang…
  • 2. - 2 - 3. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 144, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5063); 4. Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 153, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5072); 5. Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2012 tentang Pangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2012 Nomor 227, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5360); 6. Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 1996 tentang Tenaga Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1996 Nomor 49, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3637); 7. Peraturan Pemerintah Nomor 28 Tahun 2004 tentang Keamanan, Mutu, dan Gizi Pangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 107, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4424); 8. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan Antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4737); 9. Peraturan Presiden Nomor 24 Tahun 2010 tentang Kedudukan, Tugas, dan Fungsi Kementerian Negara serta Susunan Organisasi, Tugas, dan Fungsi Eselon I Kementerian Negara; 10. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 364/Menkes/SK/III/2003 tentang Laboratorium Kesehatan; 11. Keputusan...
  • 3. - 3 - 11. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1116/Menkes/SK/VIII/2003 tentang Pedoman Penyelenggaraan Sistem Surveilans Epidemiologi Kesehatan; 12. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 128/Menkes/SK/II/2004 tentang Kebijakan Dasar Pusat Kesehatan Masyarakat; 13. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 949/Menkes/SK/VIII/2004 tentang Pedoman Penyelenggaraan Sistem Kewaspadaan Dini Kejadian Luar Biasa (KLB); 14. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 356/Menkes/Per/IV/2008 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kantor Kesehatan Pelabuhan sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 2348/Menkes/Per/XI/2011; 15. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 657/Menkes/Per/VIII/2009 tentang Pengiriman dan Penggunaan Spesimen Klinik, Materi Biologik dan Muatan Informasinya; 16. Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Nomor HK.00.06.1.54.2797 Tahun 2009 tentang Tata Cara Pengambilan Contoh Makanan, Pengujian Laboratorium dan Pelaporan Penyebab Kejadian Luar Biasa Keracunan Makanan; 17. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 1144/Menkes/Per/VIII/2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Kesehatan (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 585); 18. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 1501/Menkes/Per/X/2010 tentang Jenis Penyakit Menular Tertentu yang Dapat Menimbulkan Wabah dan Upaya Penanggulangan (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 503); 19. Peraturan...
  • 4. - 4 - 19. Peraturan Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 2011 tentang Kedokteran Kepolisian; MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN MENTERI KESEHATAN TENTANG KEJADIAN LUAR BIASA KERACUNAN PANGAN. BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Menteri ini yang dimaksud dengan : 1. Pangan adalah segala sesuatu yang berasal dari sumber hayati dan air, baik yang diolah maupun yang tidak diolah, yang diperuntukkan sebagai makanan atau minuman bagi konsumsi manusia, termasuk bahan tambahan pangan, bahan baku pangan, dan bahan lain yang digunakan dalam proses penyiapan, pengolahan, dan/atau pembuatan makanan atau minuman. 2. Keracunan Pangan adalah seseorang yang menderita sakit dengan gejala dan tanda keracunan yang disebabkan karena mengonsumsi pangan yang diduga mengandung cemaran biologis atau kimia. 3. Korban Keracunan Pangan atau Tersangka Korban Keracunan Pangan yang selanjutnya disebut korban adalah seseorang yang menderita sakit/meninggal dengan gejala dan tanda sakit dan/atau ditemukannya bahan beracun dalam organ tubuhnya, karena mengonsumsi atau diduga mengonsumsi pangan mengandung cemaran biologis atau kimia. 4. Kejadian Luar Biasa Keracunan Pangan yang selanjutnya disebut KLB Keracunan Pangan adalah suatu kejadian dimana terdapat dua orang atau lebih yang menderita sakit dengan gejala yang sama atau hampir sama setelah mengonsumsi pangan, dan berdasarkan analisis epidemiologi, pangan tersebut terbukti sebagai sumber keracunan. 5. Spesimen adalah bahan yang berasal dan/atau diambil dari tubuh manusia untuk tujuan penegakan diagnostik Keracunan Pangan. 6. Contoh...
  • 5. - 5 - 6. Contoh Pangan adalah pangan yang dikonsumsi oleh korban KLB Keracunan Pangan dan diduga sebagai penyebab KLB Keracunan Pangan. 7. Lokasi Kejadian adalah tempat korban mengonsumsi pangan yang diduga penyebab keracunan. 8. Fasilitas Pelayanan Kesehatan adalah tempat yang digunakan untuk menyelenggarakan upaya pelayanan kesehatan, baik promotif, preventif, kuratif maupun rehabilitatif yang dilakukan oleh Pemerintah, pemerintah daerah, dan/atau masyarakat. 9. Pemerintah Pusat yang selanjutnya disebut Pemerintah adalah Presiden Republik Indonesia yang memegang kekuasaan pemerintahan negara Republik Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. 10. Pemerintah Daerah adalah Gubernur, Bupati, atau Walikota, dan perangkat daerah sebagai unsur penyelenggara pemerintahan daerah. 11. Kepala Kantor Kesehatan Pelabuhan yang selanjutnya disebut Kepala KKP adalah kepala unit pelaksana teknis di lingkungan Kementerian Kesehatan yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Direktur Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan Kementerian Kesehatan. 12. Badan Pengawas Obat dan Makanan yang selanjutnya disebut Badan adalah badan yang bertanggung jawab di bidang pengawasan obat dan makanan. 13. Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan yang selanjutnya disebut Kepala Badan adalah Kepala Badan yang tugas dan tanggung jawabnya di bidang pengawasan obat dan makanan. 14. Direktur Jenderal adalah Direktur Jenderal pada Kementerian Kesehatan yang mempunyai tugas dan tanggung jawab di bidang pengendalian penyakit dan penyehatan lingkungan. 15. Menteri adalah menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang kesehatan. Pasal 2 Ruang lingkup KLB Keracunan Pangan meliputi kewaspadaan KLB, penetapan KLB, dan penanggulangan KLB Keracunan Pangan. BAB II...
  • 6. - 6 - BAB II KEWASPADAAN KLB KERACUNAN PANGAN Pasal 3 (1) Setiap orang yang mengetahui adanya dugaan keracunan pangan wajib melaporkan kepada puskesmas, rumah sakit, fasilitas pelayanan kesehatan lainnya yang terdekat, atau kepada kepala desa/lurah sebagai laporan kewaspadaan keracunan pangan. (2) Laporan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus menyebutkan identitas diri dan/atau nomor telepon pelapor, tanggal dan tempat kejadian, jumlah korban, gejala yang ada pada korban dan dugaan pangan penyebab keracunan pangan. (3) Fasilitas pelayanan kesehatan lainnya yang terdekat atau kepala desa/lurah yang menerima laporan atau yang mengetahui adanya dugaan keracunan pangan wajib segera melaporkan kepada puskesmas setempat dalam waktu 1 x 24 jam. (4) Dalam hal dugaan keracunan pangan terdapat di wilayah pelabuhan, bandar udara, dan pos lintas batas darat, setiap orang yang mengetahuinya wajib melaporkan kepada kantor kesehatan pelabuhan setempat. (5) Petugas puskesmas, rumah sakit, dan kantor kesehatan pelabuhan yang menerima laporan kewaspadaan keracunan pangan wajib melakukan pencatatan dengan menggunakan Formulir 1 sebagaimana terlampir. Pasal 4 (1) Puskesmas atau rumah sakit yang mengetahui dan/atau menerima laporan adanya dugaan keracunan pangan wajib segera melaporkan kepada Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota setempat dalam waktu 1 x 24 jam secara lisan yang diikuti laporan tertulis dengan tembusan kepada Direktur Jenderal dan Badan dengan menggunakan Formulir 2 sebagaimana terlampir. (2) Kepala KKP yang mengetahui dan/atau menerima laporan adanya dugaan keracunan pangan wajib segera melaporkan kepada Direktur Jenderal dalam waktu paling lambat 1 x 24 jam secara lisan yang diikuti laporan tertulis dengan tembusan kepada Badan, Kepala Dinas Kesehatan Provinsi dan Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota setempat dengan menggunakan Formulir 3 sebagaimana terlampir. (3) Dalam...
  • 7. - 7 - (3) Dalam hal dugaan keracunan pangan bersumber dari pangan yang dikonsumsi di luar wilayah kerja dinas kesehatan kabupaten/kota sebagaimana dimaksud pada ayat (1) atau di luar wilayah kerja kantor kesehatan pelabuhan sebagaimana dimaksud pada ayat (2), maka Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota atau Kepala KKP wajib menginformasikan adanya keracunan pangan kepada Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota atau Kepala KKP sesuai lokasi kejadian secara lisan yang diikuti laporan tertulis dengan menggunakan Formulir 4 sebagaimana terlampir. BAB III PENETAPAN KLB KERACUNAN PANGAN Pasal 5 (1) Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota atau Kepala KKP setelah menerima laporan dari puskesmas, rumah sakit, atau masyarakat mengenai adanya dugaan keracunan pangan wajib melakukan analisis epidemiologi terhadap korban dan dugaan sumber keracunan. (2) Analisis epidemiologi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan kegiatan konfirmasi, verifikasi, dan kajian terhadap keterkaitan korban satu dengan yang lainnya menurut tempat kejadian dan waktu, perkiraan akan terjadi peningkatan jumlah korban, dan terdapat salah satu keadaan sebagai berikut: a. gambaran klinis dan/atau berdasarkan pemeriksaan lainnya menunjukkan sebab keracunan bahan beracun yang sama; dan b. menunjukkan kesamaan sumber keracunan pangan dan sesuai dengan masa inkubasi dari jenis bahan beracun. (3) Dalam hal hasil analisis epidemiologi menunjukkan terjadinya KLB Keracunan Pangan, maka Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota atau Kepala KKP wajib menetapkan KLB Keracunan Pangan dengan menggunakan Formulir 5 sebagaimana terlampir. Pasal 6 Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota atau Kepala KKP harus mencabut penetapan suatu kejadian sebagai KLB Keracunan Pangan, apabila berdasarkan laporan perkembangan situasi KLB Keracunan Pangan sudah tidak ditemukan adanya korban baru dengan menerbitkan surat pencabutan penetapan KLB Keracunan Pangan menggunakan Formulir 6 sebagaimana terlampir. Pasal 7…
  • 8. - 8 - Pasal 7 Penetapan suatu kejadian sebagai KLB Keracunan Pangan diperlukan untuk mempermudah koordinasi dan optimalisasi sumber daya di bidang kesehatan dalam upaya penanggulangan KLB Keracunan Pangan. BAB IV PENANGGULANGAN KLB KERACUNAN PANGAN Bagian Kesatu Umum Pasal 8 (1) Apabila suatu kejadian ditetapkan sebagai KLB Keracunan Pangan, maka pemerintah kabupaten/kota atau kantor kesehatan pelabuhan wajib melakukan upaya penanggulangan di wilayah kerjanya masing-masing. (2) Apabila KLB Keracunan Pangan terjadi pada lintas kabupaten/kota, atau adanya permintaan penanggulangan KLB Keracunan Pangan dari pemerintah kabupaten/kota, maka pemerintah provinsi wajib melakukan upaya penanggulangan KLB Keracunan Pangan. (3) Apabila KLB Keracunan Pangan terjadi pada lintas provinsi, atau adanya permintaan penanggulangan KLB Keracunan Pangan dari pemerintah provinsi, maka Pemerintah wajib melakukan upaya penanggulangan KLB Keracunan Pangan. Pasal 9 Upaya penanggulangan KLB Keracunan Pangan meliputi pertolongan pada korban, penyelidikan epidemiologi, dan pencegahan. Bagian Kedua Pertolongan Pada Korban Pasal 10 (1) Puskesmas, rumah sakit, dan fasilitas pelayanan kesehatan lainnya yang menerima korban keracunan pangan wajib melaksanakan tindakan pertolongan korban. (2) Tindakan…
  • 9. - 9 - (2) Tindakan pertolongan korban sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi tindakan pemeriksaan, pengobatan, detoksifikasi, dan/atau perawatan sesuai standar yang berlaku. (3) Puskesmas, rumah sakit, dan fasilitas pelayanan kesehatan lainnya sebagaimana dimaksud pada ayat (1) yang memiliki keterbatasan dalam pemberian pertolongan pada korban wajib melakukan rujukan sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan. Pasal 11 Dalam hal terjadi perluasan KLB Keracunan Pangan, Pemerintah dan pemerintah daerah wajib mendekatkan pelayanan kesehatan, sarana dan prasarana yang diperlukan dengan lokasi kejadian. Bagian Ketiga Penyelidikan Epidemiologi Pasal 12 (1) Dalam rangka penanggulangan KLB Keracunan Pangan, dinas kesehatan kabupaten/kota atau kantor kesehatan pelabuhan wajib melakukan penyelidikan epidemiologi. (2) Penyelidikan epidemiologi KLB Keracunan Pangan dapat dilakukan terhadap korban dan seluruh aspek yang terkait higiene sanitasi pangan. (3) Setiap orang dan pengelola fasilitas pelayanan kesehatan, fasilitas umum, tempat kerja, tempat rekreasi, dan tempat pengelolaan makanan yang terkait dengan KLB Keracunan Pangan, wajib membantu kelancaran penyelidikan epidemiologi sebagaimana dimaksud pada ayat (1). Pasal 13 (1) Penyelidikan epidemiologi bertujuan untuk: a. mengetahui agen penyebab KLB Keracunan Pangan, gambaran epidemiologi dan kelompok masyarakat yang terancam keracunan pangan, sumber dan cara terjadinya keracunan pangan; dan b. menentukan cara penanggulangan yang efektif dan efisien. (2) Agen…
  • 10. - 10 - (2) Agen penyebab KLB Keracunan Pangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a dapat diketahui berdasarkan distribusi gejala dan tanda korban, gambaran masa inkubasi agen penyebab, dan dapat disertai dengan pengambilan dan pemeriksaan spesimen. (3) Gambaran epidemiologi dan kelompok masyarakat yang terancam keracunan pangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a meliputi jumlah korban menurut waktu, tempat, jenis kelamin, dan kelompok umur, serta jumlah masyarakat yang berisiko keracunan atau angka serangan. (4) Sumber dan cara terjadinya keracunan pangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a dapat diketahui berdasarkan analisis epidemiologi dan hasil pengujian contoh pangan, serta kondisi higiene sanitasi pangan. Pasal 14 Pengambilan spesimen sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13 ayat (2) dilakukan sesuai tata cara sebagai berikut : a. pengambilan spesimen dilakukan oleh petugas kesehatan yang berwenang; b. jumlah, jenis dan volume spesimen diambil sesuai dengan kebutuhan untuk mengetahui agen penyebab KLB Keracunan Pangan; c. spesimen yang diambil ditempatkan pada wadah yang dilengkapi dengan label yang mencantumkan identitas korban, jenis spesimen, waktu, tanggal pengambilan spesimen, nama petugas pengambil spesimen; d. pengambilan spesimen yang berisiko tinggi bagi korban dilakukan di rumah sakit; e. pengambilan spesimen dilakukan dengan seksama dan menghindari risiko keracunan terhadap petugas, orang lain dan tercemarnya lingkungan; dan f. pengambilan spesimen harus dicatat dan dibuatkan berita acara pengambilan spesimen dengan menggunakan Formulir 7 dan Formulir 8 sebagaimana terlampir. Pasal 15…
  • 11. - 11 - Pasal 15 (1) Pengiriman spesimen dilakukan sesuai tata cara sebagai berikut: a. pengiriman spesimen ke laboratorium dilakukan secepatnya dengan cara seksama untuk menghindari terjadinya penyebaran penyakit dan kerusakan spesimen; b. kondisi spesimen mulai dari pengambilan, selama pengiriman sampai diterima oleh laboratorium tidak boleh berubah baik secara fisik, kimia maupun biologi; c. pengiriman spesimen menjadi tanggung jawab pengirim spesimen; dan d. spesimen dikirim kepada laboratorium yang terakreditasi, atau yang berkompeten. (2) Pengiriman spesimen ke luar negeri, harus memenuhi ketentuan Material Transfer Agreement (MTA) sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Pasal 16 (1) Pemeriksaan spesimen sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13 ayat (2) dilakukan sesuai standar operasional prosedur di masing- masing laboratorium pemeriksa. (2) Kepala laboratorium dan petugas pemeriksa spesimen bertanggung jawab atas hasil pemeriksaan spesimen dan kerahasiaannya. (3) Laporan hasil pemeriksaan spesimen disampaikan secepatnya kepada pengirim spesimen. Pasal 17 (1) Untuk menentukan sumber keracunan pangan, dinas kesehatan kabupaten/kota atau kantor kesehatan pelabuhan, dan Badan wajib segera melakukan pengambilan, pengiriman, dan pengujian contoh pangan. (2) Pengambilan, pengiriman, dan pengujian contoh pangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Bagian Keempat...
  • 12. - 12 - Bagian Keempat Pencegahan Pasal 18 Dalam rangka pencegahan meluasnya KLB Keracunan Pangan dilakukan upaya penyuluhan pada masyarakat, pengendalian faktor risiko, dan kegiatan surveilans. Pasal 19 (1) Penyuluhan pada masyarakat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 18 dilaksanakan dalam upaya meningkatkan: a. kewaspadaan dan peran aktif masyarakat dalam upaya penanggulangan KLB Keracunan Pangan; b. pengetahuan dalam penanganan korban atau orang yang mempunyai risiko menderita keracunan pangan; dan/atau c. pengetahuan dan keterampilan untuk pengelolaan pangan yang aman dan sehat. (2) Penyuluhan pada masyarakat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan oleh dinas kesehatan kabupaten/kota atau kantor kesehatan pelabuhan dengan mengikutsertakan instansi terkait lain, lembaga swadaya masyarakat, tokoh agama, dan tokoh masyarakat. Pasal 20 Pengendalian faktor risiko sebagaimana dimaksud dalam Pasal 18 dilakukan dengan: a. menerapkan higiene sanitasi pangan; b. melarang mengonsumsi pangan yang diduga sebagai penyebab keracunan; c. menarik dari peredaran dan memusnahkan pangan sebagai penyebab keracunan; d. meliburkan sekolah atau tempat kerja, menutup fasilitas umum, atau menghentikan produksi pangan untuk sementara waktu; dan/atau e. tindakan lain yang diperlukan sesuai dengan jenis keracunan dan hasil penyelidikan. Pasal 21...
  • 13. - 13 - Pasal 21 (1) Kegiatan surveilans sebagaimana dimaksud dalam Pasal 18 dilakukan untuk mengetahui perkembangan KLB Keracunan Pangan menurut orang, waktu dan tempat. (2) Kegiatan surveilans sebagaimana dimaksud pada ayat (1), meliputi kegiatan : a. menghimpun data kasus baru pada kunjungan berobat di fasilitas pelayanan kesehatan; b. membuat tabel, grafik dan pemetaan berdasarkan data; c. melakukan analisis kecenderungan KLB Keracunan Pangan berdasarkan waktu, tempat, dan kelompok masyarakat tertentu lainnya; d. melakukan pemantauan terhadap distribusi pangan sebagai sumber penyebab, dan pelaksanaan higiene sanitasi pangan; e. mengadakan pertemuan berkala petugas kesehatan dengan kepala desa, kader dan masyarakat untuk membahas perkembangan kejadian keracunan pangan dan hasil upaya penanggulangan KLB Keracunan Pangan yang telah dilaksanakan; dan f. melakukan pemantauan terhadap keberhasilan upaya penanggulangan KLB Keracunan Pangan yang telah dilaksanakan. BAB V SUMBER DAYA Pasal 22 (1) Dalam keadaan KLB Keracunan Pangan, Pemerintah dan pemerintah daerah wajib menyediakan sumber daya yang diperlukan dalam penanggulangan KLB Keracunan Pangan. (2) Sumber daya sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi tenaga yang kompeten, sarana dan prasarana, serta pendanaan yang memadai. Pasal 23 (1) Dalam rangka upaya penanggulangan KLB Keracunan Pangan, dibentuk Tim Gerak Cepat di tingkat pusat, provinsi dan kabupaten/kota. (2) Tim...
  • 14. - 14 - (2) Tim Gerak Cepat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri atas tenaga medis, epidemiolog kesehatan, sanitarian, tenaga laboratorium, dengan melibatkan tenaga pada program/sektor terkait maupun masyarakat. (3) Tim Gerak Cepat ditetapkan oleh: a. Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota atas nama Bupati/Walikota untuk tingkat kabupaten/kota; b. Kepala Dinas Kesehatan Provinsi atas nama Gubernur untuk tingkat provinsi; c. Kepala KKP atas nama Direktur Jenderal; dan d. Direktur Jenderal atas nama Menteri untuk tingkat pusat. (4) Tim Gerak Cepat di tingkat pusat dapat melibatkan tenaga ahli asing setelah mendapat persetujuan dari Menteri sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Pasal 24 (1) Pendanaan yang timbul dalam upaya penanggulangan KLB Keracunan Pangan dibebankan pada Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah kabupaten/kota. (2) Dalam kondisi pemerintah kabupaten/kota tidak mampu menanggulangi KLB Keracunan Pangan, maka dimungkinkan untuk mengajukan permintaan bantuan kepada pemerintah provinsi dan Pemerintah dengan menggunakan Formulir 9 sebagaimana terlampir. (3) Dalam hal penanggulangan KLB Keracunan Pangan di wilayah kerja pelabuhan, bandar udara, dan pos lintas batas darat, maka pendanaan yang timbul dibebankan pada Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara. Pasal 25 Pemerintah dapat melimpahkan sumber pendanaan penanggulangan KLB Keracunan Pangan kepada pemerintah daerah sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Pasal 26...
  • 15. - 15 - Pasal 26 Dalam penanggulangan KLB Keracunan Pangan, Pemerintah dapat bekerja sama dengan negara lain atau badan internasional dalam mengupayakan sumber pendanaan sesuai dengan ketentuan peratuan perundang-undangan. BAB VI LAPORAN PENANGGULANGAN Pasal 27 (1) Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota wajib menyampaikan laporan penanggulangan KLB Keracunan Pangan kepada Bupati/Walikota dengan tembusan Kepala Dinas Kesehatan Provinsi, Badan, dan Direktur Jenderal. (2) Kepala KKP wajib menyampaikan laporan penanggulangan KLB Keracunan Pangan kepada Direktur Jenderal dengan tembusan kepada Badan dan Kepala Dinas Kesehatan Provinsi dan Kabupaten/Kota setempat. (3) Laporan penanggulangan KLB Keracunan Pangan terdiri atas: a. laporan hasil penyelidikan epidemiologi KLB Keracunan Pangan; b. laporan perkembangan situasi KLB Keracunan Pangan; dan c. laporan akhir pelaksanaan penanggulangan KLB Keracunan Pangan. (4) Laporan hasil penyelidikan epidemiologi sebagaimana dimaksud pada ayat (3) huruf a harus disampaikan selambat-lambatnya dalam waktu 1 x 24 jam dengan menggunakan Formulir 10 sebagaimana terlampir. (5) Laporan perkembangan situasi KLB Keracunan Pangan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) huruf b harus disampaikan pada saat diperlukan selama KLB Keracunan Pangan berlangsung dengan menggunakan Formulir 11 sebagaimana terlampir. (6) Laporan akhir pelaksanaan penanggulangan KLB Keracunan Pangan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) huruf c disampaikan selambat lambatnya 2 (dua) minggu setelah KLB Keracunan Pangan berakhir dengan menggunakan Formulir 12 sebagaimana terlampir. BAB VII...
  • 16. - 16 - BAB VII PERAN SERTA MASYARAKAT Pasal 28 (1) Setiap orang berperan serta dalam pelaksanaan upaya penanggulangan KLB Keracunan Pangan. (2) Peran serta sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan dengan cara: a. memberikan informasi adanya dugaan keracunan pangan dan korban keracunan pangan; b. membantu kelancaran pelaksanaan upaya penanggulangan KLB Keracunan Pangan; dan/atau c. menggerakkan motivasi masyarakat dalam upaya penanggulangan KLB Keracunan Pangan. (3) Peran serta sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dapat berupa bantuan tenaga, keahlian, dana atau bentuk lain. BAB VIII PEMBINAAN DAN PENGAWASAN Pasal 29 (1) Menteri, Kepala Dinas Kesehatan Provinsi, dan Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota melakukan pembinaan dan pengawasan terhadap pelaksanaan penanggulangan KLB Keracunan Pangan. (2) Pembinaan dan pengawasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan melalui: a. pemantauan dan evaluasi; b. bimbingan teknis; c. peningkatan kemampuan dan keterampilan; dan/atau d. peningkatan jejaring kerja dan kemitraan. (3) Pembinaan dan pengawasan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) bekerja sama dengan instansi terkait sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Pasal 30...
  • 17. - 17 - Pasal 30 (1) Dalam hal keracunan pangan berdasarkan hasil pengujian dan pemeriksaan bersumber dari pangan yang diproduksi dan/atau diperdagangkan, Menteri, Kepala Badan, Kepala Dinas Kesehatan Provinsi, Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dapat mengambil tindakan administratif berupa: a. peringatan lisan dan tertulis; b. pelarangan mengedarkan untuk sementara waktu dan/atau perintah menarik produk pangan dari peredaran; c. pemusnahan pangan; d. penghentian produksi untuk sementara waktu; e. pencabutan izin edar, sertifikat laik higiene sanitasi, atau sertifikat produksi industri rumah tangga pangan; dan/atau f. rekomendasi pencabutan izin produksi. (2) Pelaksanaan tindakan administratif sebagaimana dimaksud pada ayat (1) sesuai tugas dan kewenangan masing-masing. Pasal 31 (1) Menteri, Kepala Dinas Kesehatan Provinsi, Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota sesuai tugas dan kewenangan masing-masing dapat mengambil tindakan administratif terhadap pimpinan fasilitas pelayanan kesehatan yang tidak memberikan pertolongan pada korban sesuai ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10 ayat (1). (2) Tindakan administratif sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berupa: a. peringatan lisan; b. peringatan tertulis; dan/atau c. rekomendasi pencabutan izin atau pencabutan izin fasilitas pelayanan kesehatan. BAB IX...
  • 18. - 18 - BAB IX KETENTUAN PENUTUP Pasal 32 Peraturan Menteri ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan. Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Menteri ini dengan penempatannya dalam Berita Negara Republik Indonesia. Ditetapkan di Jakarta pada tanggal 7 Januari 2013 MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA, ttd NAFSIAH MBOI Diundangkan di Jakarta pada tanggal 22 Januari 2013 MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA, ttd AMIR SYAMSUDIN BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 2013 NOMOR 127
  • 19. Formulir 1 FORMULIR PENCATATAN LAPORAN KEWASPADAAN KERACUNAN PANGAN Nama pelapor : …………………………........ No Telp. : ...…………..……………...... Alamat : …………………................. Melaporkan pada hari.........tanggal ….........jam ....... (korban pertama sakit) terdapat kejadian keracunan pangan: Lokasi/Tempat Kejadian : ……………………………....... Desa/Kelurahan : ……………………………....... Kecamatan : ……………………………….... Kabupaten/Kota : ………………………….......... Provinsi : ………………………….......... Pangan diduga penyebab : ......................................... a. Jumlah korban sakit ……….......... orang b. Jumlah korban meninggal ……….. orang Gejala-gejala yang ditemui adalah antara lain : Pusing ( ) Diare ( ) Sakit perut ( ) Pingsan ( ) Mual ( ) ................. ( ) Muntah ( ) ................. ( ) Demikian catatan ini dibuat. ………………….., …./…./……................. Petugas Penerima Laporan (petugas pusksmas/rumas sakit/KKP)
  • 20. Formulir 2 LAPORAN KEWASPADAAN KERACUNAN PANGAN Yth. Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota/KKP …………………….. Di …………….. Bersama ini kami sampaikan, bahwa pada hari..........tanggal ……........jam ……...(korban pertama sakit) terdapat kejadian keracunan pangan : Lokasi : ……………………………....... Desa : ……………………………....... Kelurahan : ......................................... Kecamatan/Puskesmas : ……………………………….... Kabupaten/Kota : ………………………….......... Provinsi : ………………………….......... Pangan diduga penyebab : ......................................... a. Jumlah korban sakit ……….......... orang b. Jumlah korban meninggal ……….. orang Gejala-gejala yang ditemui adalah antara lain (beri tanda cek list ( √ )) : Pusing ( ) Diare ( ) Sakit perut ( ) Pingsan ( ) Mual ( ) ................. ( ) Muntah ( ) ................. ( ) Demikian laporan ini dibuat. ………………….., …./…./……................. Pelapor Kepala Puskesmas/RS : …………………………. NIP : ................................. No Telp. : ...……………………….. Alamat : ……………………........ Tembusan: 1. Direktur Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan 2. Badan Pengawas Obat dan Makanan
  • 21. Formulir 3 LAPORAN KEWASPADAAN KERACUNAN PANGAN Yth. Direktur Jenderal PP dan PL, Kementerian Kesehatan RI Jalan : Percetakan Negara 29 Jakarta Pusat Sehubungan dengan adanya laporan dari Kepala Puskesmas/RS……………… tentang kejadian keracunan pangan, bersama ini kami laporkan, bahwa pada hari........tanggal ......….jam….…. (korban pertama sakit) terdapat kejadian keracunan pangan : Wilayah kerja (KKP) : ......................................... Lokasi/Tempat kejadian : ……………………………....... Desa/Kelurahan : ……………………………....... Kecamatan/Puskesmas : ……………………………….... Kabupaten/Kota : ………………………….......... Provinsi : ………………………….......... Pangan diduga penyebab : ......................................... Korban : a. Jumlah korban sakit ………..........orang b. Jumlah korban meninggal……….. orang Gejala-gejala yang ditemui adalah antara lain (beri tanda cek list ( √ )): Pusing ( ) Diare ( ) Sakit perut ( ) Pingsan ( ) Mual ( ) ................. ( ) Muntah ( ) ................. ( ) Demikian laporan ini dibuat. ………………….., …./…./……................. Pelapor Kepala KKP : …………………………. NIP : ................................. Tembusan: 1. Badan Pengawas Obat dan Makanan 2. Kepala Dinas Kesehatan Provinsi 3. Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota
  • 22. Formulir 4 LAPORAN KEWASPADAAN KERACUNAN PANGAN (Dari dinas kesehatan/kota/KKP lokasi keracunan pangan ke dinas kesehatan/kota/KKP asal pangan diduga penyebab keracunan pangan) Yth. Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota/KKP ……………….. Di …………….. Bersama ini kami sampaikan, bahwa pada hari ........tanggal …….......jam ......... (korban pertama sakit) terdapat kejadian keracunan pangan : Desa : ……………………………....... Kelurahan : ......................................... Kecamatan/Puskesmas : ……………………………….... Kabupaten/Kota : ………………………….......... Dugaan penyebab keracunan pangan Pangan : ......................................... Lokasi : ……………………………....... Desa : ……………………………....... Kelurahan : .......................................... Kecamatan/Puskesmas : ……………………………….... Kabupaten/Kota : ………………………….......... Provinsi : ………………………….......... a. Jumlah korban sakit ……….......... orang b. Jumlah korban meninggal ……….. orang Gejala-gejala yang ditemui adalah antara lain (beri tanda cek list ( √ )): Pusing ( ) Diare ( ) Sakit perut ( ) Pingsan ( ) Mual ( ) ................. ( ) Muntah ( ) ................. ( ) Demikian laporan ini dibuat. ………………….., …./…./……................. Pelapor Kadinkes Kab/Kota/KKP : …………………… NIP : ......................... No Telp. : ...……………….... Alamat : …….........………
  • 23. Formulir 5 SURAT PENETAPAN KLB KERACUNAN PANGAN Sehubungan dengan adanya laporan dari Kepala Puskesmas/RS…………..….. tentang kejadian keracunan pangan (terlampir), yang terjadi pada hari .................tanggal ……........ jam ......... (korban pertama sakit) di : Lokasi/Tempat kejadian : .......................................... Desa/Kelurahan : ……………………………........ Kecamatan/Puskesmas :...……………………………….… Kabupaten/Kota : ............................................ Korban : a. Jumlah korban sakit : …………………………… orang b. Jumlah korban meninggal : …………………………… orang Dengan gejala : Pusing ( ) Mual ( ) Diare ( ) Muntah ( ) Sakit perut ( ) …………… ( ) Pingsan ( ) …………… ( ) Dugaan penyebab keracunan pangan : ………………………………………, berasal dari Lokasi : ……………………………………… Desa/Kelurahan : ............................................... Kecamatan/Puskesmas : ...………………………………….... Kabupaten/Kota : ................................................ Berdasarkan data-data tersebut dan hasil analisis epidemiologi, dengan ini ditetapkan bahwa keadaan ini adalah : KEJADIAN LUAR BIASA KERACUNAN PANGAN Demikian, untuk menjadi perhatian dan segera dilakukan penanggulangan. ………………….., …./…./……................. Kepala Dinas Kesehatan Kab/Kota/KKP ……………..………….. NIP
  • 24. Formulir 6 SURAT PENCABUTAN KLB KERACUNAN PANGAN Sehubungan dengan Laporan Perkembangan Situasi KLB Keracunan Pangan (terlampir) yang kami terima dari : Puskesmas …………………...... Kecamatan ……………………....……. Kabupaten ……………………... Provinsi …………………….....….……. Pada tanggal ………….. bulan……………tahun……….., tentang situasi KLB Keracunan Pangan sampai dengan saat dilaporkan, yaitu sudah tidak ada lagi/semakin menurunnya : a. jumlah korban yang masih sakit............. orang b. jumlah korban masih dirawat ................. orang c. jumlah korban baru menurut umur dan jenis kelamin .......orang d. jumlah kematian .............orang dan semakin meningkatnya : e. jumlah korban dinyatakan sembuh.........orang serta sudah berakhirnya : f. penyelidikan epidemiologi KLB Keracunan Pangan, dan g. kegiatan penanggulangan KLB Keracunan Pangan Berdasarkan perkembangan situasi KLB Keracunan Pangan tersebut di atas, maka: PENETAPAN KEJADIAN LUAR BIASA KERACUNAN PANGAN DINYATAKAN DICABUT DAN TELAH BERAKHIR Demikian, atas perhatian dan kerja samanya, terimakasih. …….…………………., 20.…. Kepala Dinas Kesehatan Kab/Kota/KKP ……………..………….. NIP
  • 25. Formulir 7 FORMULIR PENGAMBILAN SPESIMEN Tanggal pengambilan : .................................……………………………… Waktu : ...................................................................... Petugas yang mengambil : …………………………………..……………............ Uraian contoh yang diambil No Nama Spesimen Banyaknya Untuk diperiksa Catatan (1) (2) (3) (4) (5) …….…………………., 20…… Nama Petugas ...................................
  • 26. PETUNJUK PENGISIAN FORMULIR PENGAMBILAN SPESIMEN NO. TENTANG TULISAN CONTOH 1. Tanggal pengambilan Tanggal, bulan dan tahun 30 April 2012 2. Petugas yang mengambil Nama petugas yang melakukan pengambilan contoh/spesimen Rinarso Ramadhan 3. Kolom (1) Nomor urut spesimen 1, 2, 3 dst 4. Kolom (2) Nama spesimen yang diambil 1) Daging 2) Usap alat piring 5. Kolom (3) Jumlah satuan yg diambil dari spesimen 1) 250 gr 2) 1 buah 3) 500 cc 6. Kolom (4) Sebutkan jenis pemeriksaan yang ingin dikerjakan 1) E. Coli 2) Salmonella 7. Kolom (5) Catatan diisi bila diperlukan, (diambil dari …….....) - diambil dari kulkas - diambil dari sisa makanan
  • 27. Formulir 8 BERITA ACARA PENGAMBILAN SPESIMEN Berdasarkan surat tugas.......................... No...................... tanggal.................... bulan........tahun......, pada hari ini .......... jam........ tanggal............. bulan........ tahun...... telah diamankan spesimen di.................. (lokasi kejadian), sebagai berikut : No Nama Spesimen Kategori Spesimen Jenis Spesimen Berdasarkan Bentuknya Jumlah 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Demikian berita acara ini dibuat, dengan sebenar-benarnya untuk dipergunakan sebagaimana mestinya. Mengetahui, Pihak yang menyerahkan spesimen Petugas pengambil spesimen (........................................) (........................................)
  • 28. Formulir 9 FORMULIR PENGAJUAN PERMINTAAN BANTUAN BIAYA PENANGGULANGAN KLB KERACUNAN PANGAN Yth : Pemerintah/Pemerintah Provinsi : …………………… Hal : Penanggulangan KLB Keracunan Pangan Sifat : Segera Dengan ini kami sampaikan : Rencana penanggulangan KLB Keracunan Pangan …………………………… Di …………………… 1. Daerah yang akan ditanggulangi : a. Provinsi : ………………………….. b. Kabupaten/Kota : …………………………… c. Jumlah penduduk di wilayah penanggulangan ………….orang d. Periode penanggulangan dari ………. sampai dengan ……………. 2. Gambaran Epidemiologis a. Waktu kejadian (onset) : ……………………………. b. Jumlah korban sakit : ………………………. orang c. Jumlah korban meninggal : ……………….. orang d. Lokasi KLB keracunan pangan …………………… 3. Kegiatan penanggulangan dan target kegiatan yang direncanakan : a. Populasi penduduk terancam (population at risk) : ……………………..orang b. Perkiraan yang sakit dan perlu pertolongan : ……………………...........orang c. Perkiraan jumlah komplikasi yang perlu pengobatan khusus : ………orang d. Perkiraan lamanya pengobatan tiap korban sakit (penderita) : ……….hari 4. Dampak epidemiologi yang diharapkan setelah penanggulangan (dinyatakan dengan angka) 5. Upaya penanggulangan yang telah dilakukan (uraikan) 6. Biaya yang telah dikeluarkan untuk penanggulangan KLB Keracunan Pangan berjumlah Rp. …………… (sumber biaya : …………………………..), dengan perincian sebagai berikut : ……………………………………………………………………………………………………………… ……………………………………………………………………………………………………………… 7. Perkiraan kekurangan biaya yang dibutuhkan sebesar Rp. ……………………… dengan perincian sebagai berikut : a. Penyelidikan Epidemiologi Rp. ……………….… b. Penanggulangan Rp. …………………. c. Pengobatan Penderita Rp. …………….…… d. Lain – lain (sebutkan) 8. Laporan dan hasil pelaksanaan penanggulangan KLB Keracunan Pangan tersebut akan kami sampaikan secara bertahap sampai dengan selesainya penanggulangan. …….…………………., 20 .…. Pemohon Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota …………………………..………….. NIP
  • 29. Formulir 10 LAPORAN PENYELIDIKAN EPIDEMIOLOGI KLB KERACUNAN PANGAN Yth. Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota/KKP …………………….. Di …………….. KLB …………………………………………………………………………………. Puskesmas ………………… …. Kecamatan ……………………....……. Kabupaten ……………………....... Provinsi …………………….....……….. Waktu kejadian : tanggal ......, bulan ......., tahun ....…… (korban pertama) Tim Penyelidikan KLB 1. Nama : ………………………, (gelar), (tempat tugas), (tel) ketua tim 2. Nama : ………………………, (gelar), (tempat tugas), (tel) anggota, dst Tanggal Penyelidikan KLB : ……………… s/d …………………. Abstrak (Abstrak dibuat tidak lebih dari 300 kata, bahasan dalam abstrak sesuai dengan temuan penyelidikan KLB, antara lain) 1. Nama KLB 2. Daerah yang terjadi KLB dan lokasi khusus, desa, puskesmas, kabupaten/kota) 3. Tanggal mulai terjadinya KLB dan keadaan KLB pada saat akhir penyelidikan. 4. Jumlah korban dengan angka serangan (attack rate) dan jumlah kematian dengan angka fatalitas kasus (case fatality rate) 5. Penetapan etiologi (berdasarkan distribusi gejala korban yang diperiksa, gambaran epidemiologi yang mendukung dan hasil pemeriksaan laboratorium) 6. Gambaran epidemiologi menurut umur, jenis kelamin serta gambaran epidemiologi faktor-faktor risiko lainnya yang diperkirakan berpengaruh terhadap penyebaran korban keracunan pangan 7. Sumber pangan dan cara terjadinya keracunan 8. Perkiraan lamanya atau berhentinya KLB 9. Rekomendasi dan atau rencana penyelidikan - penanggulangan KLB lebih lanjut …….…………………., 20 .…........... Pelapor (……………..)
  • 30. Formulir 11 LAPORAN PERKEMBANGAN SITUASI KLB KERACUNAN PANGAN Yth. Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota/KKP …………………….. Di …………….. KLB …………………………………………………………………………………. Puskesmas ………………… …. Kecamatan ……………………....……. Kabupaten ……………………... Provinsi …………………….....……….. Perkembangan situasi KLB Keracunan Pangan : Tanggal ..........s/d tanggal………..Bulan .......... Tahun .............. 1. Perkembangan KLB keracunan pangan : a. jumlah korban sakit sampai dengan saat dilaporkan b. jumlah korban masih dirawat c. jumlah korban dinyatakan sembuh d. jumlah korban baru menurut umur dan jenis kelamin e. jumlah kematian 2. Kegiatan penanggulangan yang telah dilakukan …….…………………., 20 .…........... Nama Petugas ...............................
  • 31. Formulir 12 LAPORAN AKHIR PENANGGULANGAN KLB KERACUNAN PANGAN Laporan akhir berisi temuan lengkap hasil penyelidikan KLB keracunan pangan antara lain : A. Pendahuluan Berisi sumber informasi adanya KLB, dampak KLB terhadap kesehatan masyarakat, gambaran endemisitas penyakit penyebab KLB dan besar masalah KLB tersebut pada waktu sebelumnya. B. Tujuan Penyelidikan KLB Sesuai dengan kebutuhan penyelidikan KLB, apabila etiologi KLB sudah ditemukan, maka penyelidikan KLB tidak diarahkan pada upaya untuk penegakan diagnosis KLB tetapi lebih diarahkan untuk menemukan sumber dan cara penyebaran KLB. Pada laporan penyelidikan KLB pertama dijelaskan kepastian adanya KLB dan penegakan etiologi KLB serta besarnya masalah KLB pada saat penyelidikan dilakukan. C. Metode Penyelidikan KLB Cara yang digunakan untuk mencapai tujuan penyelidikan KLB, antara lain: 1. Desain penyelidikan KLB. Apabila terdapat beberapa sasaran dan desain penyelidikan KLB, maka masing-masing sasaran dan desain penyelidikan perlu dijelaskan secara sistematis. 2. Daerah penyelidikan KLB, populasi dan sampel penyelidikan KLB 3. Cara mendapatkan dan mengolah data primer dan data sekunder 4. Cara melakukan analisis D. Hasil Penyelidikan KLB 1. Memastikan adanya KLB keracunan pangan, dengan mencermati adanya hubungan epidemiologi diantara korban keracunan pangan. 2. Gambaran klinis kasus-kasus yang dicurigai dan distribusi gejala diantara kasus-kasus yang dicurigai. Kasus yang dicurigai adalah sejumlah penderita yang menunjukkan gejala utama, misalnya gejala utama diare, tabel contoh :
  • 32. Tabel Distribusi Gejala dan Tanda Penyakit Pada KLB Jumlah kasus diperiksa …….. kasus No Gejala dan Tanda Jumlah kasus % 1. Gejala utama (misalnya diare) ….. 100 2. ….. ….. ….. 3. ….. ….. ….. 3. Gambaran umum - periode KLB dan masa inkubasi racun Kasus pertama mulai sakit pada tanggal ......, jam ....., dan kasus terakhir terlaporkan pada tanggal ….., jam …..., sehingga periode KLB adalah …….hari, …....jam Bahan pangan diduga penyebab keracunan (sumber) adalah ................ dengan masa inkubasi terpendek kasus KLB adalah .... jam, dan masa inkubasi kasus KLB terpanjang adalah ....... jam 4. Hasil Pemeriksaan Laboratorium Pada Penyelidikan KLB telah diambil ……… jenis contoh pangan/ spesimen korban KLB, dengan jenis contoh pangan/spesimen korban terdiri dari ……,……,……...(jenis contoh pangan/bahan spesimen yang diambil), dan diperiksa di laboratorium …………... (nama laboratorium), dengan hasil pemeriksaan contoh pangan /spesimen korban positif ………jenis dan contoh pangan/spesimen korban negatif ………jenis 5. Etiologi atau diagnosis banding etiologi Berdasarkan gambaran klinis kasus, distribusi gejala, gambaran epidemiologi serta hasil pemeriksaan laboratorium maka dugaan etiologi KLB adalah ……, dengan diagnsosis banding …….…, …...…, ……… Dugaan etiologi keracunan pangan berdasarkan distribusi gejala : 1. ………………….., masa inkubasi ……………. dan ……………….. 2. ……………………. Masa inkubasi ……………. dan ……………….. Contoh : Diagnosis banding KLB Keracunan Pangan No Nama Penyakit Masa inkubasi (jam) Periode KLB Disingkirkan sebagai etiologi Terpendek Terpanjang Selisih 1. C. Perfringens 2.
  • 33. 6. Kurva epidemi Dibuat berdasarkan tanggal mulai sakit atau tanggal mulai dilakukan pengobatan (kurva menggambarkan tanggal mulai sakit). Kurva epidemi dapat dibuat berdasarkan data primer yaitu data hasil penyelidikan KLB dari rumah ke rumah, atau berdasarkan data sekunder yaitu data yang berasal dari puskesmas, rumah sakit dan fasilitas pelayanan kesehatan lainnya. Apabila penyelidikan KLB berdasarkan data sekunder, dan pada daerah tertentu berdasarkan data primer, maka dibuat dua kurva epidemi dengan menyebutkan sumber datanya, tabel contoh : 7. Gambaran epidemiologi menurut umur dan jenis kelamin Gambaran epidemiologi KLB menurut umur dan jenis kelamin membutuhkan data epidemiologi kasus, data kematian dan data populasi berisiko menurut umur dan jenis kelamin, tabel contoh : Tabel Distribusi KLB ……….. Menurut Golongan Umur di …………, Bulan …….., Tahun ………… No Gol. Umur Populasi berisiko Kasus Meninggal AR/100 CFR/100 1. <1 th 2. 1-4 th 3. 5-9 th 4. 10-14 th 5. 15-44 th 6. 45 + Total Sumber data : Puskesmas, rumah sakit dan fasyankes lainnya 0 50 100 150 200 250 '03 '04 '05 '06 '07 '08 '09 '10 '11 '12 Kasus Jam/Tanggal KLB .............., di ........, Bulan ………., Tahun ………... kasus meninggal
  • 34. Tabel Distribusi KLB ……….. Menurut Jenis Kelamin di …………, Bulan …….., Tahun ………… No Jenis kelamin Populasi berisiko Kasus Meninggal AR/100 CFR/100 1. Laki-laki 2. Perempuan Total Sumber data : Puskesmas, rumah sakit dan fasyankes lainnya 8. Gambaran epidemiologi menurut tempat (tabel dan peta) Gambaran epidemiologi KLB menurut tempat membutuhkan data epidemiologi kasus, data kematian dan data populasi berisiko/rentan. Apabila dilakukan penyelidikan KLB berdasarkan data primer dari rumah ke rumah, maka data populasi berisiko juga berdasarkan hasil kunjungan dari rumah ke rumah, tetapi apabila tidak terdapat data populasi berisiko, maka untuk populasi berisiko berdasarkan data yang sudah ada di lokasi kejadian misalnya data desa, data kecamatan dan sebagainya. Apabila dilakukan penyelidikan KLB berdasarkan data primer tetapi hanya terbatas pada daerah tertentu saja, maka kedua gambaran epidemiologi KLB tersebut perlu disampaikan dalam laporan ini, tabel contoh: Tabel Distribusi KLB ……….. Menurut Desa di …………, Bulan …….., Tahun ………… No Desa Populasi Berisiko Kasus Meninggal AR/ 100 CFR/ 100 1. …… 2. …… Total Sumber data : Puskesmas, rumah sakit dan fasyankes lainnya
  • 35. 9. Gambaran epidemiologi menurut faktor risiko lain yang berhubungan dengan kemungkinan mengidentifikasi sumber dan cara penyebaran KLB termasuk hasil pemeriksaan laboratorium pada lingkungan dan atau makanan. Pada KLB keracunan pangan, faktor risiko utama adalah lokasi makan misal pesta, selamatan, restoran, kantin dsb serta jenis makanan yang dihidangkan pada lokasi makan yang dicurigai tersebut. 10.Pembahasan tentang kondisi KLB saat dilakukan penyelidikan serta kemungkinan terjadinya peningkatan, penyebaran dan perkiraan berakhirnya KLB termasuk identifikasi sumber dan cara penyebaran kasus serta bila ada temuan penting yang terkait dengan kasus KLB tersebut 11.Kesimpulan etiologi KLB 12.Rekomendasi yang berisi antara lain perlunya dilakukan penyelidikan KLB lebih lanjut dalam bidang tertentu, perlunya bantuan tim penanggulangan KLB Provinsi dan sebagainya.
  • 36. LAPORAN BULANAN KLB KERACUNAN PANGAN Sumber data: Laporan Bulanan STP KLB Kab/Kota/KKP Kab/Kota:………………………………………………………………… Tahun/Bulan:…………..../……………………….. No Jenis KLB Tempat Kejadian Waktu Kejadian Gol.Umur Jenis Kelamin Total Meninggal Pop Berisiko Hasil lab Puskesmas Desa Lokasi Mulai Akhir <1 1-4 5-14 15-44 45+ Lk Pr 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 Tembusan: Menteri Kesehatan ub. Direktur Jenderal PP dan PL (melalui email dengan format Excel) ………………………………………,tanggal………………….. Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota