Beginners Guide to TikTok for Search - Rachel Pearson - We are Tilt __ Bright...
Dhaman dan khafalah (makalah fiqih)
1. BAB X
Dhaman dan Khafalah
A. DHAMAN
1. Pengertian Dhaman
Dhaman yaitu jaminan yang dinyatakan oleh seseorang kepada pihak yang
memerlukannya, baik berupa jaminan uang, maupun jaminan barang.
Contoh :
a. A menjamin untuk membayar utang B kepada C. maka C boleh
menagih kepada A, dan A harus melunasi utang yang dijaminnya
manakala sudah jatuh tempo.
b. A menjamin untuk mengembalikan barang yang dipinjam oleh B dari C.
maka A wajib mengembalikan kepada C.
c. A menjamin untuk mendatangkan barang buktu dalam suatu perkara
di penagadilan.
2. Hukum Dhaman
Dhaman hukumnya mubah ( boleh ), dan apabila situasi membutuhkan
adanya jaminan, maka hukumnya menjadi sunnah.
“ Pinjaman hendaklah dikembalikan, dan orang yang menanggung hendaklah
membayar.” (HR. Tirmidzi dan Abu Dawud)
3. Rukun Dhaman
a. Orang yang berutang
b. Orang yang berpiutang
c. Orang yang menjamin pembayaran utang
d. Barang atau uang
e. Lafal jaminan
4. Syarat-syarat Dhaman
a. Orang yang menjamin hendaklah baligh, berakal, atas kehendak
sendiri.
b. Utang atau barang yang dihadirkan atau orang yang dihadirkan harus
diketahui ukurannya, keadaan dan jumlah serta waktunya dan tetap
keadaannya.
c. Jaminan tidak mengandung penipuan.
d. Jaminan tidak merupakan kewajiban orang yang menjamin.
e. Jaminan harus pasti.
f. Masing-masing pihak tidak boleh berkhianat.
2. B. KAFALAH
1. Pengertian Kafalah
Kafalah adalah sinonim dari Dhaman, yaitu jaminan atau tanggungan
seseorang kepada pihak lain yang memerlukannya. Perbedaan dari Kafalah
dengan Dhaman, Kalau Dhaman adalah tanggungan harta, maka kafalah adalah
tanggungan badan yang terkenal dengan “Tanggungan muka”.
2. Hukum Kafalah
Jumhur Ulama membolehkan adanya tanggungan badan berdasarkan
ketentuan syara’, apabila disebabkan oleh harta. Kecuali Imam Syafi’I
berpendapat bahwa tanggungan itu tidak boleh.
Fuqaha yang membolehkan tanggungan beralasan kepada sabda Nabi
saw.:
“ Penanggung itu menanggung kerugian. “
C. HIKMAH DHAMAH DAN KAFALAH
1. Dhaman dan Kafalah dapat mendidik manusia bahwa selain
harus bertanggung jawab pada dirinya, juga bertanggung jawab
atas nasib orang lain, tidak boleh membiarkan orang lain
sengsara.
2. Sebagai suatu bentuk hubungan kerja sama yang baik dalam
menyelesaikan sesuatu masalah di masyarakat.
3. Mempermudah proses atau mekanisme kerja.
4. Bentuk tolong-menolong terhadap orang lain yang sangat
membutuhkan pertolongan.
BAB XI
Riba, Bank, Asuransi, dan Tabungan
A. RIBA DAN HIKMAH DILARANGNYA
1. Pengertian dan Hukum Riba
Riba menurut bahasa berarti al-ziyadah ( tambahan ). Menurut istilah, riba
adalah suatu bentuk tambahan pembayaran tanpa ada ganti / imbalan sebagai
syarat terjadinya transaksi jual utang-piutang atau pinjam-meminjam.
Memberikan utang dengan syarat adanya tambahan merupakan praktik
eksploitasi (pemerasan) si kaya terhadap si miskin.
3. 2. Macam-macam Riba
Riba (nilai lebih) yang diharamkan dalam proses pinjam-meminjam atau
dalam utang-piutang tersebut, macam-macamnya sebagai berikut :
a. Riba Fadhi, yaitu menukarkan dua jenis barang yang kuantitasnya sama
tetapi kualitasnya berbeda
b. Riba Qardh, yaitu menarik keuntungan dari barang yang dipinjamkan atau
diutangkan
c. Riba Nasa’ ( Nasi’ah ), yaitu riba yang terjadi karena adanya penundaan
waktu pembayaran, dengan menetapkan adaya dua harga yaitu harga
kontan atau harga yang dinaikkan karena pembayaran tertunda.
3. Hikmah Dilarangnya Riba
Allah mengharamkan riba tentu banyak hikmahnya, antara lain
disebabkan:
a. Riba dapat mengkikis sifat belas kasih dan rasa kemanusiaan serta dapat
menimbulkan permusuhan antar sesama manusia
b. Riba dapat memupuk sifat enak sendiri, mementingkan diri sendiri, dan
memperkaya diri tanpa upaya yang wajar, rela melihat orang lain
menderita.
c. Riba dapat menjauhkan diri dari Allah.
d. Riba sebagai salah satu bentuk penjahatan manusia terhadap manusia
lainnya.
4. Menjauhi Praktik Riba
Praktik riba dalam bentuk apa pun pasti membawakan madharat
(kesulitan) da mafsadat (kerusakan) bagi pihak-pihak yang mempraktikkannya.
Karenanya Allah mengharamkan riba.
B. PRAKTIK DAN HUKUM BANK
1. Pengertian dan Tujuan Bank
Yang dimaksud dengan bank ialah sebuah lembaga keuangan uang
bergerak menghimpun dana dari masyarakat dan kemudian dana tersebut
disalurkan kepada yang memerlukan dengan system bunga. Tujuan bank ialah
untuk membantu masyarakat yang memerlukan, baik berupa uang maupun
barang berharga lainnya.
2. Jenis-jenis Bank
a. Bank Primer, yaitu bank yang mempunyai fungsi sebagai perantara
dan dapat juga menciptakan serta menghancurkan uang.
b. Bank Sekunder, yaitu bank yang berfungsi sebagai perantara saja.
4. Dilihat dari fungsi, tugas dan operasionalnya, bank juga dapat
dikelompokkan:
a. Bank Sentral, yaitu sebuah bank milik Negara sebagai sendi
perekonomian pemerintah
b. Bank Umum, yaitu bank yang mengumpulkan dananya terutama dalam
bentuk simpanan dan deposito.
c. Bank Pembangunan, yaitu bank yang menerima simpanan dalam
bentuk deposito atau mengeluarkan surat-surat berharga berjangka
menengah dan panjang dapat dinegosiasikan.
d. Bank Dagang, yaitu sebuah bank dengan tujuan selain melakukan
usaha bank pada umumnya juga menyediakan kredit bagi pengusaha-
pengusaha nasional untuk mengembangkan usahannya.
e. Bank Tabungan (Tabungan Post), yaitu suatu bank yang berusaha
mendorong masyarakat untuk menabung uangnya berupa “Current
account” (bantuk pencatatan/laporan pemasukan dan pengeluaran
uang).
f. Bank Hipotik, yaitu sebuah bank yang melakukan karya pembangunan
dan kemakmuran dengan suatu jaminan.
g. Bank Asuransi Agraria, yaitu sebuah bank yang memberikan pinjaman.
h. Bank Pertanian-Bank Tani, yaitu sebuah bank yang memberikan
pinjaman kepada para petani untuk mengembangkan usahan dan
memenuhi kebutuhan mereka.
i. Bank Industri, yaitu bank yang memeberi layanan peminjaman untuk
kepentingan perindustrian dan pertambangan.
Dilihat dari penerapan system bunga dan landasan administrasinya, bank
dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu:
a. Bank Konvensional ( Convensional Bank ), yaitu sebuah lembaga
keuangan yang fungsi utamanya menghimpun dana untuk disalurkan
kepada yang memerlukan.
b. Bank Islam, yaitu sebuah lembaga keuangan yang menjalankan
operasinya menurut hukum syari’at Islam
3. Hukum Bank dan Perbandingan antara Bunga Bank dengan Riba
a. persamaanya, bahwa keduanya sama-sama merupakan tambahan
pembayaran atas pinjaman sesuai dengan ketentuan atau
kesepakatan antaea pihak yang meminjam dengan pihak yang
memberikan pinjaman.
b. Perbedaannya, kegiatan yang dilakukan bank tidak hanya
memberikan pinjaman tetapi juga menerima simpanan.
4. Bank yang Sesuai Syari’at Islam
Yang dimaksud dengan bank yang sesuai dengan syariat Islam adalah
bank yang praktik operasionalnya didasarkan kepada Al-Quran dan Al-Hadits.
5. 5. Produk-produk Bank Syari’ah
Bank Islam menggunakan beberapa cara yang bersih dari unsure riba,
antara lain sebagaimana di bawah ini:
a. Wadiah ( titipan uang, barang, dan surat-surat berharga atau
deposito)
b. Mudharabah ( kerjasama antara pemilik mofal dengan pelaksana
atas dasar perjanjian profit dan sharing )
c. Musyarakah / syirkah ( persekutuan antara pihak bank dengan
pengusaha dalam saham pada usaha patungan )
d. Murabahah ( jual beli barang dengan tambahan harta atau cost
plus atas dasar harga pembelian yang pertama secara jujur )
e. Qardl hasan (pinjaman yang baik atau bank memberikan pinjaman
tanpa bunga)
C. PRAKTIK HUKUM DAN ASURANSI
1. Pengertian dan Tujuan Asuransi
Dalam Kitab Undang-Undang Hukum Dagang (KUHD) pasal 246
dinyatakan bahwa asuransi ialah sebagai bentuk persetujuan di mana pihak yang
menjamin berjanji kepada pihak yang dijamin untuk menerima sejumlah uang
premi sebagai pengganti kerugian, yang mungkin akan diderita oleh pihak yang
dijamin.
Pada umumnya tujuan asuransi ini adalah untuk kemaslahatan dan
kepentingan bersama melalui semacam iuran yang dikoordinir oleh asurator.
2. Asuransi Yang Islami
Asuransi pada umumnya termasuk kajian ijtihadiyah, sebab di dalam Al-
Qur’an dan Sunnah tidak ditemukan hukumnya secara eksplisit.
Dalam buku Masail Fiqhiyah karangan Masjfuk Zuhdi dinyatakan, bahwa
di kalangan ulama dan cendikiawan muslim terdapat empat pendapat mengenai
hukum asuransi ini:
a. Pendapat pertama mengharamkan segala bentuk asuransi yang
ada sekarang ini, termasuk asuransi jiwa. Dasar yang digunakan,
antara lain ialah:
1. Asuransi pada hakikatnya sama dengan judi
2. Mengandung unsure tidak jelas dan tidak pasti
3. Mengandung unsure Riba
4. Mengandung unsure eksploitasi
5. Premi-premi yang telah dibayarkan oleh para pemegang polis
6. Asuransi termasuk akad sharfi, jualbeli atau tukar menukar
mata uang tidak dengan tunai
7. Hidup dan mati manusia dijadikan objek bisnis, yang berarti
mendahului takdir tuhan
6. b. Pendapat kedua menyatakan kebolehannya semua asuransi dalam
praktik sekarang ini. Alasan yang mereka pakai antara lain:
1. Tidak ada nash Al-Qur’an dan Hadist melarang asuransi
2. Adanya kesepakatan / kerelaan kedua belah pihak
3. Saling menguntungkan kedua belah pihak
4. Mengandung unsure kepentingan umum ( Maslahah ‘ammah )
5. Asuransi termasuk akad mudharabah
6. Asuransi termasuk koperasi ( syirkah ta’ awuniyah )
7. Diqiyaskan ( analogi ) dengan system pension, seperti Taspen.
c. Pendapat ketiga membolehkan asuransi yang bersifat social dan
mengharamkan yang bersifat kormesial.
d. Pendapat keempat menganggap asuransi sebagai syubhat, karena
tidak ada dalil syar’i yang secara jelas mengharamkan dan
menghalalkannya.
D. PRAKTIK DAN HUKUM TABUNGAN
1. Pengertian dan Tujuan Menabung
Yang dimaksud menabung ialah mnyimpan uang sebagai tabungan,
celengan, atau simpanan. Adapun tujuan menabung ialah mempersiapkan masa
depan yang lebih baik.
2. Hukum Menabung
Islam sangat menganjurkan kepada umatnya untuk hidup hemat dan
cermat.
3. Macam-macam Tabungan
a. Tabanas ( Tabungan Pembangunan Nasional ) merupakan
tabungan yang bersifat bebas dari masyarakat, tidak terikat oleh
waktu, jumlah penyetoran dan jumlah penarikan atau pengambilan.
b. Taska ( Tabungan Asuransi Berjangka ), merupakan tabungan yang
sudah ditentukan besarnya tabungan dan jangka waktunya.
c. Deposito, adalah tabungan masyarakat pada bank yang hanya
dapat diambil kembali setelah jangka waktu yang dibuat dalam
perjanjian berakhir.
d. Tappelpram ( Tabungan Pemuda Pelajar dan Pramuka ), yaitu
merupakan tabanas khusus bagi para pemuda, pelajar dan
pramuka.
7. 4. Hikmah dan Manfaat Menabung
a. Hikmah dan manfaat menabung bagi penabung
1. Merupakan salah satu pembentukan modal
2. Membiasakan hidup hemat
3. Membiasakan mengatur kehidupan secara berencana
4. Menyiapkan kebutuhan yang tak terduga
5. Merintis modal bagi kelompok secara bersama-sama dan gotong
royong
6. Sebagai realisasi dalam menjalankan ajaran Islam tentang
keharusan hidup hemat ( tidak boros )
b. Hikmah dan manfaat menabung bagi masyarakat dan Negara
1. Menambah kuatnya investasi modal
2. Membina hidup secara gotong royong
3. Semakin mantap dan kuatnya ekonomi Negara
4. Semakin pesat lajunya pembangunan
5. Mencegah dan mengurangi praktik-praktik renten
6. Dapat mempertinggi income perkapita
5. Membiasakan Menabung
Kegiatan menabung adalah salah satu kegiatan positif, maka bagi orang
yang rajin menabung akan dapat tertolong dengan tabungannya. Bagi pelajar
kebiasaan menabung, selain mempersiapkan hari esok juga berarti hidup hemat.