SlideShare una empresa de Scribd logo
1 de 23
Descargar para leer sin conexión
TINJAUAN PUSTAKA
Karakteristik Ayam Broiler
Ayam merupakan unggas penghasil daging yang sangat populer
dimasyarakat Indonesia saat ini. Hal ini karena usaha peternakan ayam masih
merupakan sektor kegiatan yang paling cepat dan paling efisien untuk memenuhi
kebutuhan daging bagi masyarakat. Faktor penyebabnya antara lain permodalan
yang relatif kecil, perputaran modal relatif lebih cepat, penggunaan lahan yang
tidak terlalu luas, dan laju pertumbuhan yang lebih cepat dibandingkan dengan
ternak lain (www.google.com, 2010).
Taksonomi broiler adalah sebagai berikut, Kingdom : Animalia, Filum :
Chordata, Kelas : Aves, Subkelas : Neornithes, Ordo : Galliformis, Genus :
Gallus, Spesies : Gallus domesticus (Hanifah. A, 2010).
Ayam ras pedaging disebut juga broiler, yang merupakan jenis ras
unggulan hasil persilangan dari bangsa-bangsa ayam yang memliki daya
produktivitas tinggi, terutama dalam memproduksi daging ayam. Sebenarnya
ayam broiler ini baru populer di Indonesia sejak tahun 1980-an, walaupun galur
murninya sudah diketahui pada tahun 1960-an ketika peternak mulai
memeliharanya. Sebelumya ayam yang dipotong adalah ayam petelur seperti
ayam white leghorn jengger tunggal. Tidak heran bila pada saat itu banyak orang
yang antipati terhadap daging ayam ras sebab ada perbedaan yang sangat
mencolok antara daging ayam ras broiler dan ayam ras petelur, terutama pada
struktur pelemakan didalam serat-serat dagingnya. Antipati masyarakat yang saat
itu sudah terbiasa dengan ayam kampung terus berkembang hingga pemasaran
Universitas Sumatera Utara
ayam broiler semakin sulit. Pada akhir periode 1980-an itulah pemegang
kekuasaan mencanangkan penggalakan konsumsi daging ayam untuk
menggantikan konsumsi daging ruminansia yang saat itu semakin sulit
keberadaannya. Kondisi pun membalik kini banyak peternakan ayam broiler
bangkit. Dari sinilah ayam broier komersial atau ayam broiler final stock mulai
dikenal dan secara perlahan mulai diterima orang (Rasyaf, 1993).
Abidin (2002), menyatakan bahwa ayam ras pedaging merupakan hasil
perkawinan silang dan sistem yang berkelanjutan sehingga mutu genetiknya bisa
dikatakan baik. Mutu genetik yang baik akan muncul secara maksimal sebagai
penampilan produksi jika ternak tersebut diberi faktor lingkungan yang
mendukung, misalnya pakan yang berkualitas tinggi, sistem perkandangan yang
baik, serta perawatan kesehatan dan pencegahan penyakit.
Broiler merupakan ternak yang paling ekonomis bila dibandingkan
dengan ternak lain, kelebihan yang dimiliki adalah kecepatan
pertambahan/produksi daging dalam waktu yang relatif cepat dan singkat atau
sekitar 4 - 5 minggu produksi daging sudah dapat dipasarkan atau dikonsumsi
(Murtidjo, 2003). Keunggulan ayam ras pedaging antara lain pertumbuhannya
yang sangat cepat dengan bobot badan yang tinggi dalam waktu yang relatif
pendek, konversi pakan kecil, siap dipotong pada usia muda serta menghasilkan
kualitas daging berserat lunak. Perkembangan yang pesat dari ayam ras pedaging
ini juga merupakan upaya penanganan untuk mengimbangi kebutuhan masyarakat
terhadap daging ayam. Perkembangan tersebut didukung oleh semakin kuatnya
industri hilir seperti perusahaan pembibitan (Breeding Farm), perusahaan pakan
Universitas Sumatera Utara
ternak (Feed Mill), perusahaan obat hewan dan peralatan peternakan
(Saragih B, 2000).
Ayam pedaging atau yang lebih dikenal dengan ayam potong menempati
posisi teratas sebagai ayam yang ketersediaannya cukup banyak, disusul ayam
kampung, kemudian petelur afkir. Namun, karena permintaan daging ayam yang
cukup tinggi, terutama pada saat tertentu yaitu menjelang puasa, menjelang
lebaran, serta tahun baru, menyebabkan pasokan daging dari ketiga jenis ayam
penghasil daging tersebut tidak dipenuhi (Nuroso, 2009).
Adapun populasi ternak unggas berdasarkan jenis dapat dilihat pada tabel
1 Sebagai berikut:
Tabel 1. Populasi Ternak Unggas Menurut Jenis Tahun 2010
Tahun / Year
Jenis Unggas/Kind of Poultry
Ayam Ras/Pedigree Hen
Ayam Kampung
(Local
Chicken)
Itik
(Duck)Petelur
(Egg Layer)
Pedaging
(Broiler)
(1) (2) (3) (4) (5)
2004 13 826 970 38 045 260 23 128 148 2 277 806
2005 6 190 175 35 568 236 21 280 380 1 994 803
2006 7 065 566 34 030 041 20 153 175 2 204 287
2007 8 224 445 43 874 471 16 342 700 3 537 444
2008 7 698 504 42 891 621 11 349 742 1 825 663
2009 8 168 685 43 878 127 11 554 037 1 953 647
2010 8 839 750 39 376 258 11 671 883 2 569 664
Sumber/Source : Dinas Peternakan Provinsi Sumatera Utara/Livestock Office of Sumatera
Utara Province
Ada tiga unsur dalam beternak ayam, yaitu unsur produksi, unsur
manajemen, unsur pasar dan pemasaran. Rasyaf menyatakan bahwa satu masa
produksi adalah satu kurun waktu dimana dilakukan produksi atau pembesaran
anak ayam broiler mulai umur satu hari hingga siap dijual pada umur 5-6 minggu
dengan bobot jual 1,4-1,7 kg/ekor sesuai permintaan konsumen. Akhir dari masa
pemeliharaan ayam broiler akan bermuara pada pemasaran, sehingga tahap
Universitas Sumatera Utara
pemasaran ini tidak dapat dipisahkan dari keberhasilan suatu usaha. Akan sia-sia
kerja yang baik apabila penanganan pemasaran ayam broilernya dilakukan kurang
rapi dan terencana karena dapat mengurangi perolehan peternak (Rasyaf, 2002).
Pemasaran yang baik adalah yang tepat waktu, memakan waktu yang
sesingkat-singkatnya dan dengan harga jual yang relatif tinggi. Akan tetapi harga
jual disini tentu saja mengikuti pasaran yang berlaku. Oleh sebab itu, faktor
ketepatan waktu dan lamanya proses pengangkutan ayam dari kandang sangat
penting diperhatikan. Pemasaran yang terlambat, walau hanya satu-dua hari, akan
memperbesar biaya produksi terutama untuk pakan. Sedang proses pengangkutan
ayam dari kandang yang berlarut-larut akan menimbulkan stress pada ayam
sehingga akhirnya akan meningkatkan angka kematian, yang tentu saja menjadi
beban kerugian peternak. Pemasaran hasil di pola kemitraan itu peternak tidak
perlu memasarkan hasil panennya karena para pembeli yang telah disetujui oleh
perusahaan inti akan menangkap ayam broiler. Sedangkan peternak mandiri itu
memasarkan hasil panennya sendiri kepasar.
Laju pertumbuhan cepat dialami oleh ternak ayam pedaging dan ayam ras
petelur. Cepatnya laju petumbuhan populasi ayam ras (pedaging dan petelur)
antara lain disebabkan oleh makin terfokusnya perhatian pemerintah pada
pengembangan kedua jenis unggas tersebut. Pertimbangannya antara lain adalah
bahwa protein hewani dari unggas jauh lebih murah dibandingkan dengan
kelompok lain dan secara operasional pengembangan ternak unggas lebih mudah
dibandingkan dengan pengembangan ternak besar, ternak kecil dan perikanan
(Hermanto et al, 1992).
Universitas Sumatera Utara
Hardjosworo dan Rukmiasih (2000) menyatakan bahwa antara umur satu
sampai dua minggu, ayam ras pedaging memerlukan suhu lingkungan mendekati
320
C . Pada umur 2-3 minggu, suhu lingkungan yang diperlukan antara 30-320
C
dan Setelah umur 3 minggu menjadi 28-300
C. Kelembaban yang baik adalah sekitar
60%, bila terlalu tinggi (diatas 70%), kondisi tersebut akan menganggu pernapasan.
Selain itu, kelembaban yang tinggi akan menyebabkan serasah (litter) penutup lantai
kandang basah.
Usaha Ternak Broiler
Ilmu usahatani merupakan ilmu terapan yang membahas atau mempelajari
bagaimana membuat atau menggunakan sumberdaya secara efisien pada suatu
usaha pertanian, perikanan atau peternakan. Pengetahuan terapan tentang cara-
cara petani atau peternak dalam menentukan, mengorganisasikan serta
mengkoordinasikan penggunaan faktor-faktor produksi secara efektif dan efisien
sehingga memberikan pendapatan maksimal. Usahatani pada skala yang luas
umumnya bermodal besar, berteknologi tinggi, manajemennya modern, lebih
bersifat komersial, dan sebaliknya usahatani skala kecil umumnya bermodal pas-
pasan, teknologinya tradisional, lebih bersifat usahatani sederhana dan sifat
usahanya subsiten, serta lebih bersifat untuk memenuhi kebutuhan konsumsi
sendiri dalam kehidupan sehari-hari. Suatu usahatani dikatakan berhasil apabila
usahatani tersebut dapat memenuhi kewajiban membayar bunga modal, alat-alat
yang digunakan, upah tenaga luar serta sarana produksi yang lain termasuk
kewajiban terhadap pihak ketiga dan dapat menjaga kelestarian usahanya.
Usahatani merupakan proses pengambilan keputusan tentang segala sesuatu yang
akan dilakukan dalam usahatani yang akan dan rencana-rencana usahatani berupa
Universitas Sumatera Utara
pernyataan tertulis yang memuat sesuatu yang akan dikerjakan pada periode
waktu tertentu untuk tujuan tertentu sehubungan dengan usahataninya. Manfaat
yang dapat diambil petani: a) Petunjuk yang akan dilakukan b) Pengurangan
kesalahan; c) jaminan pelaksanaan; d) alat evaluasi; dan e) terjaminnya
kontinyuitas usaha (www.google.go.id, 2011).
Beternak ayam ras pedaging lebih cepat mendatangkan hasil dari pada
beternak ayam buras. Pada umunya pemeliharaan selama 5-8 minggu ayam ras
sudah mempunyai bobot badan antara 1,5-2.8 kg/ekor dan bisa segera dijual.
Dengan demikian perputaran modal berjalan dengan waktu yang tidak lama
(Muslimin, 2002).
Usaha ternak bertujuan untuk memperoleh pendapatan. Pendapatan
tersebut digunakan untuk memenuhi kebutuhan keluarga. Petani harus
memperhitungkan setiap biaya yang dikeluarkan sehingga dapat menentukan
harga jual produksi. Biaya – biaya produksi yang dikeluarkan yaitu bibit, pakan,
upah tenaga kerja, biaya pembelian dan pemeliharaan peralatan dan biaya sewa
tanah. Usaha ternak akan layak diusahakan apabila nilai profitabilitasnya lebih
besar dari tingkat bunga perbankan yang berlaku (Prasetyo et al,1999). Salah satu
komoditi perunggasan yang memiliki prospek yang sangat baik untuk
dikembangkan adalah peternakan. Ayam ras pedaging karena didukung oleh
karakteristik produknya yang dapat diterima oleh semua masyarakat indonesia.
Menurut Saragih (2000) bisnis ayam broiler memiliki karakteristik dasar
sebagai berikut: 1) bisnis ayam broiler didasarkan pada pemanfaatan pertumbuhan
dan produksi,dimana ayam broiler memiliki sifat pertumbuhan yang tergolong
cepat; 2) produktivitas ayam broiler sangat tergantung pada pakan baik secara
Universitas Sumatera Utara
teknis (pemberian pakan yang tepat) maupun ekonomis (penggunaan pakan yang
efisien); dan3) produk akhir (final product) dari agribisnis ayam broiler
merupakan produk yang dihasilkan melalui tahapan-tahapan produksi mulai dari
hulu sampai hilir, dimana produk antara merupakan makhluk biologis bernilai
ekonomi tinggi berupa ayam ras pedaging.
Hasil penelitian Pakarti (2000) menunjukan bahwa keberhasilan usaha
ternak ayam broiler sebagai usaha yang relatif cepat menghasilkan output tidak
terlepas dari tiga faktor yaitu pakan, lingkungan dan manajemen pemeliharaan.
Kombinasi dari faktor pakan,lingkungan dan manajemen dicerminkan dalam
bentuk keragaman teknis usaha ternak dengan beberapa indicator penting, yaitu:
1) tingkat mortalitas; 2) konversi pakan; dan 3) bobot ayam broiler yang dicapai.
Usaha peternakan memerlukan modal yang besar, terutama untuk
pengadaan pakan dan bibit. Biaya yang besar ini sulit dipenuhi oleh peternak
pada umumnya yang memiliki keterbatasan modal (Hadi dan Ilham, 2000).
Berdasarkan skala usaha dan tingkat pendapatan peternak, usaha
peternakan diklasifikasikan menjadi 4 kelompok, yaitu: 1) peternakan sebagai
usaha sambilan, yaitu petani mengusahakan komoditas pertanain terutama
tanaman pangan, sedangkan ternak hanya sebagai usaha sambilan untuk
mencukupi kebutuhan keluarga (subsisten) dengan tingkat pendapatan usaha <
30%. 2) Peternakan sebagai cabang usaha, yaitu peternak mengusahakan
pertanian campuran dengan ternak dan tingkat pendapatan dari usaha ternak
mencapai 30-70%. 3) peternakan sebagai usaha pokok, yaitu peternak
mengusahakan ternak sebagai usaha pokok dengan tingkat pendapatan berkisar
antara 70-100%, dan 4) peternakan sebagai industri dengan mengusahakan ternak
Universitas Sumatera Utara
secara khusus (specialized farming) dan tingkat pendapatan dari usaha peternakan
mencapai !00%. Usaha peternakan komersil umumnya dilakukan oleh peternak
yang memiliki modal besar serta menerapkan teknologi modern
(Anggraini, 2003).
Luas lahan berpengaruh terhadap skala usaha atau populasi ayam yang
yang dipelihara. Karena populasi ayam yang dipelihara disesuaikan dengan luas
kandang yang akan dibangun. Peternak biasanya memanfaatkan lahan yang ada
sehingga kandang-kandang yang dibangun terkesan dipaksakan tanpa
memperhatikan jumlah ayam yang akan dipelihara (Nuroso, 2009). Ada 3 hal
penting dalam usaha ternak ayam broiler yang harus ditangani secara ketat (rutin
dan teliti), yaitu: 1) pakan dan air, 2) obat, vitamin, sanitasi dan vaksin, serta 3)
perkandangan. Ketiganya saling mendukung sehingga pelaksanaannya harus
bersamaan. Bila tidak ada ketidaksempurnaan penanganan dari ketiga hal tersebut
maka pengaruhnya terhadap pencapaian prestasi performans sangat besar seperti
tingkat konversi pakan menjadi rendah (efisiensi tinggi), pertumbuhan terhambat
dan tingkat kematian tinggi (Tobing, 2005).
Peternak mandiri
Peternak non mitra (mandiri) adalah peternak yang mampu
menyelenggarakan usaha ternak dengan modal sendiri dan bebas menjual
outputnya ke pasar. Seluruh kerugian dan keuntungan ditanggung sendiri.
Pendapatan peternak ayam ras pedaging baik yang mandiri maupun pola
kemitraan sangat dipengaruhi oleh kombinasi penggunaan faktor-faktor produksi
yaitu bibit ayam (DOC); pakan; obat-obatan, vitamin dan vaksin; tenaga kerja;
biaya listrik, bahan bakar; serta investasi kandang dan peralatan (Rita, 2009).
Universitas Sumatera Utara
Peternak non mitra prinsipnya menyediakan seluruh input produksi dari
modal sendiri dan bebas memasarkan produknya. Pengambilan keputusan
mencakup kapan memulai berternak dan memanen ternaknya, serta seluruh
keuntungan dan risiko ditanggung sepenuhnya oleh peternak. Adapun ciri ciri
peternak mandiri adalah mampu membuat keputusan sendiri tentang:
(a) perencanaan usaha peternakan;
(b) menentukan fasilitas perkandangan;
(c) menentukan jenis dan jumlah sapronak yang akan digunakan;
(d) menentukan saat penebaran DOC di dalam kandang;
(e) menentukan manajemen produksi;
(f) menentukan tempat dan harga penjualan hasil produksi;
(g) tidak terikat dalam suatu kemitraan.
Alasan peternak beralih menjadi kemitraan, yaitu
(a) kekurangan modal usaha;
(b) mengurangi risiko kegagalan/kerugian;
(c) untuk memperoleh jaminan kepastian penghasilan;
(d) untuk memperoleh jaminan kepastian dalam pemasaran;
(e) untuk mendapatkan jaminan kepastian supply.
Peternak mandiri prinsipnya menyediakan seluruh input produksi dari
modal sendiri dan bebas memasarkan produknya. Pengambilan keputusan
mencakup kapan memulai beternak dan memanen ternaknya, serta seluruh
keuntungan dan risiko ditanggung sepenuhnya oleh peternak
(Supriyatna et al, 2006).
Universitas Sumatera Utara
Kemitraan
Kemitraan dimaksudkan sebagai upaya pengembangan usaha yang
dilandasi kerjasama antara perusahaan dari peternakan rakyat dan pada dasarnya
merupakan kerjasama vertikal (vertical partnertship). Kerjasama tersebut
mengandung pengertian bahwa keduabelah pihak harus memperoleh keuntungan
dan manfaat (Murdikdjo dan Muladna, 1999).
Peternak pola kemitraan (sistim kontrak harga) adalah peternak yang
menyelenggarakan usaha ternak dengan pola kerjasama antara perusahaan inti
dengan peternak sebagai plasma dimana dalam kontrak telah disepakati harga
output dan input yang telah ditetapkan oleh perusahaan inti. Peternak menerima
selisih dari perhitungan input dan output. Peternak plasma yang mengikuti pola
kemitraan cukup dengan menyediakan kandang, tenaga kerja, peralatan, listrik
dan air, sedangkan bibit (DOC), pakan dan obat-obatan, bimbingan teknis serta
pemasaran disediakan oleh perusahaan inti Pada saat panen perusahaan inti akan
memotong utang peternak plasma berupa DOC, pakan dan obat-obatan. Apabila
terjadi kerugian, maka yang menanggung risiko adalah perusahaan sebatas biaya
DOC, pakan dan obat-obatan. Plasma akan memperoleh bonus, apabila Feed
Conversion Ratio (FCR) lebih rendah dari yang ditetapkan oleh inti.
Sedangkan bagi peternak non mitra, seluruh biaya operasi dan investasi
serta pemasaran diusahakan sendiri (www.library.gunadarma.ac.id, 2008).
Menurut Saptana et al. (2006), kemitraan adalah suatu jalinan kerjasama
berbagai pelaku agribisnis, mulai dari kegiatan praproduksi, produksi hingga
pemasaran. Kemitraan dilandasi oleh azas kesetaraan kedudukan, saling
Universitas Sumatera Utara
membutuhkan dan saling menguntungkan serta adanya persetujuan diantara pihak
yang bermitra untuk saling berbagi, risiko dan manfaat.
Penetapan konsep kemitraan antara peternak sebagai mitra dan pihak
perusahaan perlu dilakukan upaya khusus agar usaha ternak ayam broiler, baik
sebagai usaha pokok maupun pendukung dapat berjalan seimbang. Upaya khusus
tersebut meliputi antara lain pembinaan manajemen yang baik, terarah dan
konsisten terhadap peternak ayam broiler sebagai mitra akan meningkatkan
kinerja usaha, yang akhirnya dapat meningkatkan pendapatan
(Hermawan et al, 1998).
Kemitraan usaha adalah jalinan kerjasama usaha yang saling
menguntungkan antara pengusaha kecil dengan pengusaha menengah/besar
(perusahaan mitra) disertai dengan pembinaan dan pengembangan oleh pengusaha
besar, sehingga saling memerlukan dan menguntungkan (LIPTAN, 2000).
Keberhasilan kemitraan usaha sangat ditentukan oleh adanya kepatuhan di
antara yang bermitra dalam menjalankan etika bisnisnya. Pelaku-pelaku yang
terlibat langsung dalam kemitraan harus memiliki dasar-dasar etika bisnis yang
dipahami dan dianut bersama sebagai titik tolak dalam menjalankan kemitraan.
Etika adalah sebuah refleksi kritis dan rasional mengenai nilai dan norma moral
yang menentukan dan terwujud dalam sikap dan pola perilaku hidup manusia,
baik sebagai pribadi maupun sebagai kelompok. Dengan demikian, keberhasilan
kemitraan usaha tergantung pada adanya kesamaan nilai, norma, sikap, dan
perilaku dari para pelaku yang menjalankan kemitraan tersebut. Kegagalan
kemitraan pada umumnya disebabkan oleh fondasi dari kemitraan yang kurang
kuat dan hanya didasari oleh belas kasihan semata atau atas dasar paksaan pihak
Universitas Sumatera Utara
lain, bukan atas kebutuhan untuk maju dan berkembang bersama dari pihak-pihak
yang bermitra. Kalau kemitraan tidak didasari oleh etika bisnis (nilai, moral,
sikap, dan perilaku) yang baik, maka dapat menyebabkan kemitraan tersebut tidak
dapat berjalan dengan baik (www. Infoukm.wordpress.com, 2008).
Suatu pola kemitraan yang ideal mempunyai ciri-ciri sebagai berikut: (1)
pola tersebut mampu mengakomodasi kepentingan ekonomi peternak rakyat dan
inti melalui secara progresif, (2) pola kemitraan mampu mencapai efisiensi dan
perbaikan kinerja sistem secara keseluruhan, dan (3) mampu meredam gejolak
yang bersumber dari faktor eksternal dan mengelola resiko yang mungkin timbul
serta mampu memanfaatkan peluang-peluang yang ada (Ditjen Peternakan, 1997).
Kemitraan adalah pola kerjasama antara perusahaan peternakan selaku
mitra usaha inti dengan peternak rakyat selaku mitra usaha plasma, yang
dituangkan dalam bentuk ikatan kerjasama. Melalui kemitraan diharapkan terjadi
kesetaraan hubungan antara peternak dengan mitra usaha inti sehingga
memperkuat posisi tawar peternak, berkurangnya resiko usaha dan terjaminnya
pasar yang pada akhirnya meningkatkan pendapatan peternak (Hertanto, 2009).
Kemitraan merupakan suatu rangkaian proses yang dimulai dengan
mengenal calon mitranya, mengetahui posisi keunggulan dan kelemahan
usahanya, memulai membangun strategi, melaksanakan dan terus memonitor dan
mengevaluasi sampai target sasaran tercapai. Rangkaian untuk proses
pengembangan kemitraan merupakan suatu urutan tangga yang ditapaki secara
beraturan dan bertahap untuk mendapatkan hasil yang optimal. Kemitraan adalah
suatu strategi bisnis yang dilakukan oleh kedua pihak atau lebih dalam jangka
waktu tertentu untuk meraih keuntungan bersama dengan prinsip saling
Universitas Sumatera Utara
membutuhkan. Pola kemitraan ayam ras pedaging tidak dapat dipisahkan dari
sejarah perkembangan industri ayam ras pedaging di Indonesia. Bahkan pola
kemitraan tersebut dilahirkan dari sejarah industri ayam ras sebagai salah satu
solusi untuk menciptakan harmonisasi antar pelaku ekonomi dalam industri ayam
ras pedaging. Dalam usaha peternakan ayam rakyat khususnya untuk budidaya
ayam ras kebijakan yang ditempuh adalah mengutamakan usaha budidaya bagi
peternakan rakyat, perorangan, kelompok maupun koperasi sesuai dengan keppres
No. 22 tahun 1990 (Hafsah, 2000).
PT. Satwa Utama Raya
PT. Satwa Utama Raya sebagai perusahaan mitra adalah sebuah
perusahaan yang berafiliasi dengan Satwa Utama Group. Perusahaan ini baru
berdiri pada tahun 2005 di Medan tetapi telah banyak melakukan kemitraan
dengan peternak dikota Medan, Kabupaten Langkat, Deli Serdang dan Serdang
Bedagai. Sebagai perusahaan mitra, PT.Satwa Utama Raya menanamkan
investasi kepada peternak ayam broiler pola kemitraan dalam bentuk penyediaan
input produksi berupa bibit (DOC), pakan, obat-obatan, vaksin dan vitamin
(OVK) dan pemasaran hasil. Perusahaan ini juga menyediakan petugas penyuluh
lapangan dan Technical Support (TS) bagi peternak mitra dalam hal peningkatan
sekaligus pengawasan manajemen budidaya ayam broiler (Nasir, 2011).
Total Biaya Produksi
Produksi merupakan sesuatu yang penting yang tidak dapat diabaikan.
Produksi diartikan sebagai seperangkat prosedur dan kegiatan yang terjadi dalam
penetapan produk atau jasa (Rahardi et al, 2000). Produksi yang efisien
Universitas Sumatera Utara
dipengaruhi beberapa faktor seperti strain ayam, lingkungan, pemeliharaan ternak,
tatalaksana pengawasan terhadap penyakit, pemeliharaan bahan makanan yang
digunakan dan susunan bahan pakan dalam ransum (Tobing, 2000).
Fadilah (2004) menyatakan, dalam usaha peternakan broiler, komponen
faktor produksi yang umumnya memberikan kontribusi yang cukup nyata adalah
biaya bibit, biaya pakan dan biaya operasional yang meliputi biaya tenaga kerja,
biaya obat-obatan, vaksin dan vitamin serta biaya bahan penunjang seperti biaya
sekam, listrik dan bahan bakar.
Biaya produksi adalah nilai dari semua faktor produksi yang digunakan,
baik dalam bentuk benda maupun jasa selama prose produksi berlangsung. Biaya
produksi yang digunakan terdri dari sewa tanah, bunga modal, biaya sarana
produksi untuk bibit, pupuk dan obat- obatan serta sejumlah tenaga kerja
(Soekartawi, 1993).
Biaya produksi merupakan seluruh biaya yang dikeluarkan untuk
menjalankan proses usaha. Jika seluruh biaya produksi usaha ternak dapat
diketahui, maka keadaan harga persatuan produksi akan mudah diperhitungkan.
Untuk menghitung keadaan harga persatuan produksi haruslah diketahui terlebih
dahulu jumlah seluruh biaya yang dikeluarkan dibagi dengan banyaknya produksi
daging yang dihasilkan akan menghasilkan angka atau nilai biaya persatuan
produksi (Sudarmono, 2003).
Teori produksi yang sederhana menggambarkan hubungan diantara tingkat
produksi suatu barang dengan jumlah tenaga kerja yang digunakan untuk
menghasilkan berbagai tingkat produksi barang tersebut. Dalam analisis ini
Universitas Sumatera Utara
dimisalkan bahwa faktor-faktor produksi lainnya adalah tetap jumlahnya yaitu
modal dan tanah jumlahnya dianggap tidak berubah ( Sukirno, 2005 ).
Total biaya produksi atau total pengeluaran yaitu biaya-biaya yang
dikeluarkan untuk menghasilkan suatu produk, diperoleh dengan cara menghitung
biaya pembelian bibit, sewa kandang dan peralatan, biaya pakan, biaya obat-
obatan dan biaya tenaga kerja (Suharto, 1990).
Input usaha ternak, adalah semua faktor produksi (dalam satuan fisik)
yang diperlukan untuk menghasilkan suatu produk peternakan. Misal: pakan
ternak, tenaga kerja. Nilai input usaha ternak, adalah semua korbanan ekonomis
(dalam satuan uang) yang diperlukan untuk menghasilkan satu produk produk
peternakan, misal: biaya pakan, biaya tenaga kerja, biaya obat-obatan ternak, serta
lahan dan lain-lain. Output usahata ternak, adalah penerimaan dalam satuan uang
yang diperoleh dari hasil panenan usahatani ternak, misal: nilai pertambahan
bobot badan, nilai penjualan susu, nilai penjualan telur ayam, nilai penjualan
anakan ternak dan lain-lain (Soekartawi, 1995).
Biaya produksi adalah biaya-biaya yang dikeluarkan untuk memperoleh
faktor-faktor produksi yang akan digunakan untuk menghasilkan barang-barang
produksi yang dijual. Biaya produksi dapat dibagi menjadi dua, yaitu : biaya tetap
(FC) dan biaya variabel (VC). Biaya tetap adalah biaya yang jumlahnya tidak
tergantung dari banyak sedikitnya jumlah output, sedangkan biaya variabel adalah
biaya yang besarnya berubah-ubah tergantung dari banyak sedikitnya output yang
dihasilkan. Biaya tetap dan biaya variabel ini jika dijumlahkan hasilnya
merupakan biaya total (TC) yang merupakan keseluruhan biaya yang dikeluarkan
untuk menghasilkan produksi. Jadi, TC = TFC + TVC (Nuraini, 2001).
Universitas Sumatera Utara
Biaya tetap umumnya didefenisikan sebagai biaya yang relatif tetap
jumlahnya, dan terus dikeluarkan walaupun produksi yang diperoleh banyak atau
sedikit. Jadi besarnya biaya tetap ini tidak tergantung kepada besar kecilnya
produksi yang diperoleh. Disisi lain biaya tidak tetap atau biaya variable
didefenisikan sebagai biaya yang besar kecilnya dipengaruhi oleh produksi yang
diperoleh (Soekartawi, 1995).
Menurut Soedjana (2007) biaya tetap adalah biaya produksi yang
dikeluarkan oleh petani atau peternak dan tidak dipengaruhi oleh besar kecilnya
produksi dalam suatu siklus produksi, misalnya biaya kandang, peralatan,
perbaikan, depresiasi, dan upah manajer. Biaya operasional atau biaya variabel
adalah biaya yang berubah-ubah sesuai dengan perubahan produksi, seperti biaya
pakan konsentrat, hijauan, mineral, obat-obatan, serta tenaga pemelihara atau
buruh. Total nilai penjualan biasanya dihitung setiap tahun dan untuk
menentukan besarnya pajak yang harus dibayar. Cara seperti ini dilakukan di
negara yang sudah maju dan digunakan juga untuk mengelompokkan skala usaha
kecil, menengah, dan besar.
Biaya tetap (overhead) merupakan biaya yang tidak langsung berkaitan
dengan jumlah ayam pedaging yang dipelihara. Biaya ini harus tetap dibayar.
Misalnya: pajak bumi dan bangunan, sewa tanah, sewa kandang (apabila disewa),
pembayaran kembali pinjaman, gaji pegawai bulanan, energi untuk penerangan
bangunan kantor, penyusutan kandang dan peralatan peternakan. Biaya variabel
adalah biaya yang dikeluarkan seiring dengan pertambahan jumlah ayam yang
dipelihara, semakin besar ayam yang dipelihara sama dengan komponen biaya
variabel per unit, yaitu : biaya ransum, bibit, pemeliharaan, buruh harian, dan lain-
Universitas Sumatera Utara
lain yang sumber biaya peternakan merupakan penjualan dari biaya variabel tiap
unit produksi (Rasyaf, 1995).
Biaya tidak tetap (variable cost) adalah jenis biaya yang besar kecilnya
tergantung pada banyak sedikitnya volume produksi, apabila volume produksi
bertambah maka biaya variabel akan meningkat, sebaliknya apabila volume
produksi berkurang maka biaya variabel akan menurun, yang termasuk dalam
biaya variabel adalah biaya-biaya langsung seperti bahan baku, tenaga kerja
langsung, pakan dan lain-lain. Biaya total (total cost) adalah jumlah biaya tetap
total ditambah dengan biaya variabel total pada masing-masing tingkat atau
volume produksi (Jumingan, 2006).
Total Pendapatan Usaha Ternak
Pendapatan usahatani merupakan selisih antara penerimaan dan semua
biaya atau dengan kata lain pendapatan yang meliputi pendapatan kotor atau
penerimaan total dan pendapatan bersih. Pendapatan kotor/penerimaan total
adalah nilai produksi komoditas pertanian secara keseluruhan sebelum dikurangi
biaya produksi (Rahim, 2008).
Pendapatan usaha ternak merupakan selisih antara penerimaan dan
semua biaya, yang dapat dirumuskan sebagai berikut (Soekartawi, 1995):
Pd = TR – TC …………………………………………………….. (3.1)
dimana :
Pd = pendapatan usahaternak
TR = total penerimaan
TC = total biaya
Nilai Total Pendapatan adalah merupakan jumlah uang yang diterima dari
penjualan suatu produk yaitu perkalian antara jumlah harga (P) dan jumlah barang
Universitas Sumatera Utara
(Q) atau dapat dirumuskan sebagai TR = P x Q, dimana TR adalah total revenue
(total pendapatan ), P adalah harga jual produk dan Q adalah jumlah barang
(Sukoco, 2011).
Penerimaan dalam suatu peternakan terdiri dari:
1. Hasil produksi utama berupa penjualan ayam ras pedaging, baik itu berat hidup
atau dalam berat karkas.
2. Hasil menjual feses atau alas litter yang laku dijual kepada petani sayur-mayur
(Rasyaf, 1995).
Menurut Boediono (2002), penerimaan (revenue) adalah penerimaan
produsen dari hasil penjualan output. Ada dua konsep penerimaan yang penting
untuk produsen (1) Total Revenue (TR), yaitu penerimaan total produsen dari
hasil penjualan outputnya. TR adalah output kali harga jual output; (2) Marginal
Revenue (MR), yaitu kenaikan dari TR yang disebabkanoleh tambahan penjualan
satu unit output.
Kadarsan (1995) menyatakan penerimaan adalah nilai hasil dan output
karena perusahaan telah menjual atau menyerahkan sejumlah barang atau jasa
kepada pihak pembeli. Selanjutnya dikatakan penerimaan perusahaan bersumber
dari penjualan hasil usaha, seperti panen tanaman dan barang olahannya serta
panen dari peternakan. Semua hasil agribisnis yang dipakai untuk konsumsi
keluarga harus dihitung dan dimasukkan sebagai penerimaan perusahaan
walaupun akhirnya dipakai pemilik perusahaan secara pribadi. Tujuan pencatatan
penerimaan ini adalah untuk memperlihatkan sejelas mungkin berapa besar
penerimaan dan penjualan hasil operasional dan penerimaan lain-lain
diperusahaan tersebut.
Universitas Sumatera Utara
Tingkat pendapatan usaha peternakan ayam ras pedaging ditentukan oleh
besarnya dari hasil penjualan daging dan besarnya biaya produksi. Pendapatan
usaha peternakan ayam ras pedaging selain dipengaruhi oleh faktor harga, juga
sangat tergantung pada tingkat produksi, biaya pakan, DOC, tenaga kerja serta
biaya kandang dan peralatan (Rani Hastuti, 2002).
Analisis Laba-Rugi
Laporan laba rugi (income statement) merupakan laporan keuangan yang
menggambarkan hasil usaha perusahaan dalam suatu periode tertentu. Dalam
laporan laba rugi ini tergambar jumlah pendapatan dan sumber-sumber
pendapatan yang diperoleh. Kemudian juga tergambar jumlah biaya dan
jenis-jenis biaya yang dikeluarkan selama periode tertentu. Dari jumlah
pendapatan dan jumlah biaya ini terdapat selisih yang disebut laba atau rugi. Jika
jumlah pendapatan lebih besar dari jumlah biaya, perusahaan dikatakan laba.
Kasmir dan Jakfar (2003) menyatakan laporan laba-rugi menggambarkan
besarnya pendapatan yang diperoleh dari satu periode keperiode berikutnya.
Kemudian akan tergambar jenis-jenis biaya yang akan dikeluarkan beserta
jumlahnya dalam periode yang sama.
Jumingan (2006), laporan laba-rugi memperlihatkan hasil yang diperoleh
dari penjualan jasa barang atau jasa dan ongkos-ongkos yang timbul dalam proses
pencapaian hasil tersebut. Laporan ini juga memperlihatkan adanya pendapatan
bersih atau kerugian bersih sebagai hasil dari operasi perusahaan selama periode
tertentu. Laporan ini merupakan laporan aktivitas dan hasil dari aktivitas itu, atau
merupakan ringkasan yang logis dari penghasilan dan biaya dari suatu perusahaan
untuk periode tertentu. Besarnya laba ditentukan berdasarkan selisih antara nilai
Universitas Sumatera Utara
penjualan (total revenue) dengan total biaya (biaya tetap ditambah biaya variabel)
pada tingakat volume produksi tertentu. Perlu diperhatikan bahwa volume
penjualan yang menghasilkan laba hanyalah volume penjualan yang berada diatas
titik impas.
Return of Cost
R/C adalah singkatan dari return of cost ratio yaitu perbandingan (nisbah)
antara penerimaan dan biaya. Analisis R/C ratio perbandingan antara penerimaan
dan biaya total, yang menurut (Soekartawi, 2002) persamaannya dapat ditulis:
a = R/C ..................................................................................................................( )
dimana:
R = Py.Y
C = FC+VC
a = {(Py.Y)/(FC+VC)}
R = penerimaan
C = biaya
Py = harga output
Y = output
FC = biaya tetap (fixed cost)
VC = biaya variabel (variable cost)
Dan nanti hasil dari R/C ratio dikategorikan menjadi 3, yaitu
a. Bila R / C > 1, maka artinya usahaternak mendapatkan keuntungan
b. Bila R / C < 1, maka usahaternak mengalami kerugian
c. Bila R / C = 1, maka usahaternak impas (tidak untung/tidak rugi)
Menurut Kadarsan (1995), R/C rasio adalah rasio penerimaan atas biaya
yang menunjukkan besarnya penerimaan yang akan diperoleh dari setiap rupiah
yang dikeluarkan dalam produksi usaha ternak. Analisis ini dapat digunakan
untuk mengukur tingkat keuntungan relatif kegiatan usaha ternak, artinya dari
angka rasio tersebut dapat diketahui, apakah suatu usaha ternak menguntungkan
atau tidak. Nilai R/C rasio tidak mempunyai satuan. Usaha ternak dikatakan
Universitas Sumatera Utara
menguntungkan bila nilai R/C rasio lebih besar dari satu, yang berarti setiap satu
rupiah biaya yang dikeluarkan untuk usaha ternak akan memberikan penerimaan
lebih besar dari satu rupiah. Sebaliknya, usaha ternak dikatakan tidak
menguntungkan bila nilai R/C rasio lebih kecil dari satu. Hal ini berarti setiap
satu rupiah biaya yang dikeluarkan akan memberikan penerimaan kurang dari satu
rupiah. Semakin besar nilai R/C, maka semakin baik usaha ternak tersebut.
Usaha ternak dikatakan impas bila nilai R/C rasio sama dengan satu. Rumus yang
digunakan :
R/C Rasio =
𝑇𝑅
𝑇𝐶
Dengan kriteria :
R/C Rasio > 1 : Usaha untung
R/C Rasio = 1 : Usaha impas atau tidak untung dan tidak rugi
R/C Rasio < 1 : Usaha rugi
Dalam suatu analisis usaha tani, sering digunakan return of cost ratio
(R/C) yaitu perbandingan antara jumlah penerimaan dengan jumlah biaya. R/C
tidak mempunyai satuan, nilai R/C dapat dibagi menjadi 3 kategori secara teoritis
yaitu :
1. Nilai R/C = 1 usahatani impas.
2. Nilai R/C > 1 usahatani menguntungkan.
3. Nilai R/C < 1 usahatani tidak menguntungkan/rugi.
(Rumapea, 2010).
Universitas Sumatera Utara
Break Event Point
Break event point adalah suatu keadaan dimana dalam suatu operasi
perusahaan tidak dapat untung maupun rugi/impas (penghasilan = total biaya).
BEP amatlah penting kalau kita membuat usaha agar kita tidak mengalami
kerugian, apa itu usaha jasa atau manufaktur, diantara manufaktur, diantara
manfaat BEP adalah:
1. Alat perencanaan untuk menghasilkan laba.
2. Memberikan informasi mengenai berbagai tingkat volume penjualan, serta
hubungannya dengan kemungkinan memperoleh laba menurut tingkat
penjualan yang bersangkutan.
3. Mengevaluasi laba dari perusahaan secara keseluruhan.
Analisis break event point (BEP) atau nilai impas adalah suatu teknis analisis
untuk mempelajari hubungan antara biaya tetap, biaya variabel, keuntungan,
volume penjualan. Break event point dalam penelitian merupakan pengukuran
dimana kapasitas riil pengolahan bahan baku menjadi output menghasilkan total
penerimaan (revenue) yang sama dengan pengeluaran (Soekartawi, 2006).
Break event point adalah titik dimana total pendapatan sama dengan total
biaya, titik dimana laba sama dengan nol. Dapat diambil kesimpulan bahwa
analisis break event point adalah suatu cara atau alat atau teknik yang digunakan
untuk mengetahui volume kegiatan produksi (usaha) dimana dari volume produksi
tersebut perusahaan tidak memperoleh laba dan juga tidak menderita rugi. Suatu
perusahaan dikatakan break event apabila setelah dibuat perhitungan laba-rugi
dari suatu periode kerja atau dari suatu kegiatan usaha tertentu, perusahaan itu
tidak memperoleh laba, tetapi juga tidak menderita kerugian (Sigit, 1990).
Universitas Sumatera Utara
Sunarjono (2000) mendefinisikan break event point adalah titik pulang
pokok dimana total revenue sama dengan total cost. Dilihat dari jangka waktu
pelaksanaan sebuah usahatani, terjadinya titik pulang pokok TR = TC tergantung
pada arus lama penerimaan sebuah usahatani dapat menutupi segala biaya operasi
dan pemeliharaan beserta biaya modal lainnya.
Universitas Sumatera Utara

Más contenido relacionado

La actualidad más candente

Kewirausahaan Peternakan ayam pedaging
Kewirausahaan Peternakan ayam pedagingKewirausahaan Peternakan ayam pedaging
Kewirausahaan Peternakan ayam pedagingSelvhiee Rd
 
Strategi Pengembangan Peternakan Itik (Bab I)
Strategi Pengembangan Peternakan Itik (Bab I)Strategi Pengembangan Peternakan Itik (Bab I)
Strategi Pengembangan Peternakan Itik (Bab I)Randy Chamzah
 
Laporan praktik kerja lapangan
Laporan praktik kerja lapanganLaporan praktik kerja lapangan
Laporan praktik kerja lapanganBudinta Lubizz
 
Presentasi Peternakan
Presentasi PeternakanPresentasi Peternakan
Presentasi Peternakanproduknatural
 
PELUANG USAHA BUDIDAYA UNGGAS PEDAGING
PELUANG USAHA BUDIDAYA UNGGAS PEDAGINGPELUANG USAHA BUDIDAYA UNGGAS PEDAGING
PELUANG USAHA BUDIDAYA UNGGAS PEDAGINGIqbal Amrullah
 
AT Modul 4 kb 4
AT Modul 4 kb 4AT Modul 4 kb 4
AT Modul 4 kb 4PPGhybrid3
 
AT Modul 3 kb 1
AT Modul 3 kb 1AT Modul 3 kb 1
AT Modul 3 kb 1PPGhybrid3
 
Budidaya Unggas Petelur
Budidaya Unggas PetelurBudidaya Unggas Petelur
Budidaya Unggas PetelurDisty Ridha H
 
Wirausaha produk budidaya unggas pedaging
Wirausaha produk budidaya unggas pedagingWirausaha produk budidaya unggas pedaging
Wirausaha produk budidaya unggas pedagingiman prasetyo
 
Peternakan ayam pedaging
Peternakan ayam pedagingPeternakan ayam pedaging
Peternakan ayam pedagingAlfin Nur
 
MATERI PRAKARYA KELAS XI SEMESTER 2 (genap) KURIKULUM 2013
MATERI PRAKARYA KELAS XI SEMESTER 2 (genap) KURIKULUM 2013MATERI PRAKARYA KELAS XI SEMESTER 2 (genap) KURIKULUM 2013
MATERI PRAKARYA KELAS XI SEMESTER 2 (genap) KURIKULUM 2013Gyanti APutry
 
Usaha perunggasan yang terintegrasi hulu hilir
Usaha perunggasan yang terintegrasi hulu hilirUsaha perunggasan yang terintegrasi hulu hilir
Usaha perunggasan yang terintegrasi hulu hilirRyan Aprianto
 
KEBIJAKAN SEKTOR HILIR PERUNGGASAN
KEBIJAKAN SEKTOR HILIR PERUNGGASANKEBIJAKAN SEKTOR HILIR PERUNGGASAN
KEBIJAKAN SEKTOR HILIR PERUNGGASANheru dumadi
 
Budidaya ayam petelur
Budidaya ayam petelurBudidaya ayam petelur
Budidaya ayam petelurLaf Fianss
 

La actualidad más candente (20)

Bab 1 pendahuluan
Bab 1 pendahuluanBab 1 pendahuluan
Bab 1 pendahuluan
 
Kewirausahaan Peternakan ayam pedaging
Kewirausahaan Peternakan ayam pedagingKewirausahaan Peternakan ayam pedaging
Kewirausahaan Peternakan ayam pedaging
 
Strategi Pengembangan Peternakan Itik (Bab I)
Strategi Pengembangan Peternakan Itik (Bab I)Strategi Pengembangan Peternakan Itik (Bab I)
Strategi Pengembangan Peternakan Itik (Bab I)
 
Laporan praktik kerja lapangan
Laporan praktik kerja lapanganLaporan praktik kerja lapangan
Laporan praktik kerja lapangan
 
Laporan pkl zavis final
Laporan  pkl zavis  finalLaporan  pkl zavis  final
Laporan pkl zavis final
 
Strategioptimasi
StrategioptimasiStrategioptimasi
Strategioptimasi
 
Presentasi Peternakan
Presentasi PeternakanPresentasi Peternakan
Presentasi Peternakan
 
PELUANG USAHA BUDIDAYA UNGGAS PEDAGING
PELUANG USAHA BUDIDAYA UNGGAS PEDAGINGPELUANG USAHA BUDIDAYA UNGGAS PEDAGING
PELUANG USAHA BUDIDAYA UNGGAS PEDAGING
 
Budidaya Ayam Pedaging
Budidaya Ayam PedagingBudidaya Ayam Pedaging
Budidaya Ayam Pedaging
 
AT Modul 4 kb 4
AT Modul 4 kb 4AT Modul 4 kb 4
AT Modul 4 kb 4
 
AT Modul 3 kb 1
AT Modul 3 kb 1AT Modul 3 kb 1
AT Modul 3 kb 1
 
Budidaya Unggas Petelur
Budidaya Unggas PetelurBudidaya Unggas Petelur
Budidaya Unggas Petelur
 
Wirausaha produk budidaya unggas pedaging
Wirausaha produk budidaya unggas pedagingWirausaha produk budidaya unggas pedaging
Wirausaha produk budidaya unggas pedaging
 
Peternakan ayam pedaging
Peternakan ayam pedagingPeternakan ayam pedaging
Peternakan ayam pedaging
 
Wirausaha ternak ayam
Wirausaha ternak ayamWirausaha ternak ayam
Wirausaha ternak ayam
 
834 852-1-pb
834 852-1-pb834 852-1-pb
834 852-1-pb
 
MATERI PRAKARYA KELAS XI SEMESTER 2 (genap) KURIKULUM 2013
MATERI PRAKARYA KELAS XI SEMESTER 2 (genap) KURIKULUM 2013MATERI PRAKARYA KELAS XI SEMESTER 2 (genap) KURIKULUM 2013
MATERI PRAKARYA KELAS XI SEMESTER 2 (genap) KURIKULUM 2013
 
Usaha perunggasan yang terintegrasi hulu hilir
Usaha perunggasan yang terintegrasi hulu hilirUsaha perunggasan yang terintegrasi hulu hilir
Usaha perunggasan yang terintegrasi hulu hilir
 
KEBIJAKAN SEKTOR HILIR PERUNGGASAN
KEBIJAKAN SEKTOR HILIR PERUNGGASANKEBIJAKAN SEKTOR HILIR PERUNGGASAN
KEBIJAKAN SEKTOR HILIR PERUNGGASAN
 
Budidaya ayam petelur
Budidaya ayam petelurBudidaya ayam petelur
Budidaya ayam petelur
 

Destacado

Jurnal manajemen agribisnis vol. 11 no. 3 juli 2011
Jurnal manajemen agribisnis vol. 11 no. 3  juli 2011Jurnal manajemen agribisnis vol. 11 no. 3  juli 2011
Jurnal manajemen agribisnis vol. 11 no. 3 juli 2011Univ. Kahuripan Kediri
 
Jurnal manajemen agribisnis vol. 12 no. 1 januari 2012
Jurnal manajemen agribisnis vol. 12 no. 1 januari 2012Jurnal manajemen agribisnis vol. 12 no. 1 januari 2012
Jurnal manajemen agribisnis vol. 12 no. 1 januari 2012Univ. Kahuripan Kediri
 
Jurnal manajemen agribisnis vol. 11 no. 4 oktober 2011
Jurnal manajemen agribisnis vol. 11 no. 4 oktober 2011Jurnal manajemen agribisnis vol. 11 no. 4 oktober 2011
Jurnal manajemen agribisnis vol. 11 no. 4 oktober 2011Univ. Kahuripan Kediri
 
Pengolahan Bahan Pangan Nabati dan Hewani
Pengolahan Bahan Pangan Nabati dan HewaniPengolahan Bahan Pangan Nabati dan Hewani
Pengolahan Bahan Pangan Nabati dan Hewaniizzulislam_id
 
FAO - agribusiness handbook: poultry meat & eggs
FAO - agribusiness handbook: poultry meat & eggsFAO - agribusiness handbook: poultry meat & eggs
FAO - agribusiness handbook: poultry meat & eggsHernani Larrea
 
Meat & Poultry PowerPoint
Meat & Poultry PowerPointMeat & Poultry PowerPoint
Meat & Poultry PowerPointemurfield
 

Destacado (12)

Jurnal manajemen agribisnis vol. 11 no. 3 juli 2011
Jurnal manajemen agribisnis vol. 11 no. 3  juli 2011Jurnal manajemen agribisnis vol. 11 no. 3  juli 2011
Jurnal manajemen agribisnis vol. 11 no. 3 juli 2011
 
Jurnal manajemen agribisnis vol. 12 no. 1 januari 2012
Jurnal manajemen agribisnis vol. 12 no. 1 januari 2012Jurnal manajemen agribisnis vol. 12 no. 1 januari 2012
Jurnal manajemen agribisnis vol. 12 no. 1 januari 2012
 
Daging unggas
Daging unggasDaging unggas
Daging unggas
 
Jurnal manajemen agribisnis vol. 11 no. 4 oktober 2011
Jurnal manajemen agribisnis vol. 11 no. 4 oktober 2011Jurnal manajemen agribisnis vol. 11 no. 4 oktober 2011
Jurnal manajemen agribisnis vol. 11 no. 4 oktober 2011
 
Produk olahan telur
Produk olahan telurProduk olahan telur
Produk olahan telur
 
Unggas
Unggas   Unggas
Unggas
 
12347128
1234712812347128
12347128
 
Pengolahan Bahan Pangan Nabati dan Hewani
Pengolahan Bahan Pangan Nabati dan HewaniPengolahan Bahan Pangan Nabati dan Hewani
Pengolahan Bahan Pangan Nabati dan Hewani
 
FAO - agribusiness handbook: poultry meat & eggs
FAO - agribusiness handbook: poultry meat & eggsFAO - agribusiness handbook: poultry meat & eggs
FAO - agribusiness handbook: poultry meat & eggs
 
Meat and poultry
Meat and poultry Meat and poultry
Meat and poultry
 
Meat & Poultry PowerPoint
Meat & Poultry PowerPointMeat & Poultry PowerPoint
Meat & Poultry PowerPoint
 
Anatomi hewan
Anatomi hewanAnatomi hewan
Anatomi hewan
 

Similar a Morfologi ayam boiler

MANAJEMEN PEMELIHARAAN TERNAK UNGGAS.pdf
MANAJEMEN PEMELIHARAAN TERNAK UNGGAS.pdfMANAJEMEN PEMELIHARAAN TERNAK UNGGAS.pdf
MANAJEMEN PEMELIHARAAN TERNAK UNGGAS.pdfYuziNosfris
 
FIKTOR NGGULI H. MILA.docx
FIKTOR NGGULI H. MILA.docxFIKTOR NGGULI H. MILA.docx
FIKTOR NGGULI H. MILA.docxmikailmehang
 
PPT ANS FIX.pptx
PPT ANS FIX.pptxPPT ANS FIX.pptx
PPT ANS FIX.pptxfarissandi1
 
pelatihan ayam broiler desa.pptx
pelatihan ayam broiler desa.pptxpelatihan ayam broiler desa.pptx
pelatihan ayam broiler desa.pptxIRHAMFIDARUZZIAR
 
Beternak ayam pedaging
Beternak ayam pedagingBeternak ayam pedaging
Beternak ayam pedagingBenmart Manalu
 
MANAJEMEN PENGGEMUKAN KAMBING BOER DI PERUSAHAAN PETERNAKAN CV.BOERJA
MANAJEMEN PENGGEMUKAN KAMBING BOER DI PERUSAHAAN PETERNAKAN CV.BOERJAMANAJEMEN PENGGEMUKAN KAMBING BOER DI PERUSAHAAN PETERNAKAN CV.BOERJA
MANAJEMEN PENGGEMUKAN KAMBING BOER DI PERUSAHAAN PETERNAKAN CV.BOERJABBPP_Batu
 
Kuliah agribisnis perunggasan s2
Kuliah agribisnis perunggasan s2Kuliah agribisnis perunggasan s2
Kuliah agribisnis perunggasan s2ismoyowati
 
PPT WIRAUSAHA DAN BUDIDAYA UNGGAS PETELUR KELAS XII.pptx
PPT WIRAUSAHA DAN BUDIDAYA UNGGAS PETELUR KELAS XII.pptxPPT WIRAUSAHA DAN BUDIDAYA UNGGAS PETELUR KELAS XII.pptx
PPT WIRAUSAHA DAN BUDIDAYA UNGGAS PETELUR KELAS XII.pptxwidyatihasibuan1
 
kuliah manajemen usaha peternakan.ppt
kuliah manajemen usaha peternakan.pptkuliah manajemen usaha peternakan.ppt
kuliah manajemen usaha peternakan.pptbudiresno
 
Proposal usaha beternak ayam
Proposal usaha beternak ayamProposal usaha beternak ayam
Proposal usaha beternak ayamArjuna Verta's
 
Bab vi kandang dan peralatan
Bab vi kandang dan peralatanBab vi kandang dan peralatan
Bab vi kandang dan peralatanRMontong
 
Pembibitan Unggas Kel 7 (Heni Sri Mariati dan Kholilatus Sa'diyah).pptx
Pembibitan Unggas Kel 7 (Heni Sri Mariati dan Kholilatus Sa'diyah).pptxPembibitan Unggas Kel 7 (Heni Sri Mariati dan Kholilatus Sa'diyah).pptx
Pembibitan Unggas Kel 7 (Heni Sri Mariati dan Kholilatus Sa'diyah).pptxKholilatusSadiyah
 

Similar a Morfologi ayam boiler (20)

BAB II.docx
BAB II.docxBAB II.docx
BAB II.docx
 
MANAJEMEN PEMELIHARAAN TERNAK UNGGAS.pdf
MANAJEMEN PEMELIHARAAN TERNAK UNGGAS.pdfMANAJEMEN PEMELIHARAAN TERNAK UNGGAS.pdf
MANAJEMEN PEMELIHARAAN TERNAK UNGGAS.pdf
 
FIKTOR NGGULI H. MILA.docx
FIKTOR NGGULI H. MILA.docxFIKTOR NGGULI H. MILA.docx
FIKTOR NGGULI H. MILA.docx
 
Laporan Praktikum
Laporan Praktikum Laporan Praktikum
Laporan Praktikum
 
PPT ANS FIX.pptx
PPT ANS FIX.pptxPPT ANS FIX.pptx
PPT ANS FIX.pptx
 
pelatihan ayam broiler desa.pptx
pelatihan ayam broiler desa.pptxpelatihan ayam broiler desa.pptx
pelatihan ayam broiler desa.pptx
 
Beternak ayam pedaging
Beternak ayam pedagingBeternak ayam pedaging
Beternak ayam pedaging
 
Jen 1
Jen 1Jen 1
Jen 1
 
MANAJEMEN PENGGEMUKAN KAMBING BOER DI PERUSAHAAN PETERNAKAN CV.BOERJA
MANAJEMEN PENGGEMUKAN KAMBING BOER DI PERUSAHAAN PETERNAKAN CV.BOERJAMANAJEMEN PENGGEMUKAN KAMBING BOER DI PERUSAHAAN PETERNAKAN CV.BOERJA
MANAJEMEN PENGGEMUKAN KAMBING BOER DI PERUSAHAAN PETERNAKAN CV.BOERJA
 
Kuliah agribisnis perunggasan s2
Kuliah agribisnis perunggasan s2Kuliah agribisnis perunggasan s2
Kuliah agribisnis perunggasan s2
 
Laporan file stadi
Laporan file stadiLaporan file stadi
Laporan file stadi
 
PPT WIRAUSAHA DAN BUDIDAYA UNGGAS PETELUR KELAS XII.pptx
PPT WIRAUSAHA DAN BUDIDAYA UNGGAS PETELUR KELAS XII.pptxPPT WIRAUSAHA DAN BUDIDAYA UNGGAS PETELUR KELAS XII.pptx
PPT WIRAUSAHA DAN BUDIDAYA UNGGAS PETELUR KELAS XII.pptx
 
pembahasan.docx
pembahasan.docxpembahasan.docx
pembahasan.docx
 
kuliah manajemen usaha peternakan.ppt
kuliah manajemen usaha peternakan.pptkuliah manajemen usaha peternakan.ppt
kuliah manajemen usaha peternakan.ppt
 
Proposal usaha beternak ayam
Proposal usaha beternak ayamProposal usaha beternak ayam
Proposal usaha beternak ayam
 
Bab vi kandang dan peralatan
Bab vi kandang dan peralatanBab vi kandang dan peralatan
Bab vi kandang dan peralatan
 
Ayam pedaging
Ayam pedagingAyam pedaging
Ayam pedaging
 
4752 9654-1-pb
4752 9654-1-pb4752 9654-1-pb
4752 9654-1-pb
 
Ayam akn (1)
Ayam akn (1)Ayam akn (1)
Ayam akn (1)
 
Pembibitan Unggas Kel 7 (Heni Sri Mariati dan Kholilatus Sa'diyah).pptx
Pembibitan Unggas Kel 7 (Heni Sri Mariati dan Kholilatus Sa'diyah).pptxPembibitan Unggas Kel 7 (Heni Sri Mariati dan Kholilatus Sa'diyah).pptx
Pembibitan Unggas Kel 7 (Heni Sri Mariati dan Kholilatus Sa'diyah).pptx
 

Último

Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdfKelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdftsaniasalftn18
 
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptxDESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptxFuzaAnggriana
 
Panduan Mengisi Dokumen Tindak Lanjut.pdf
Panduan Mengisi Dokumen Tindak Lanjut.pdfPanduan Mengisi Dokumen Tindak Lanjut.pdf
Panduan Mengisi Dokumen Tindak Lanjut.pdfandriasyulianto57
 
alat-alat liturgi dalam Gereja Katolik.pptx
alat-alat liturgi dalam Gereja Katolik.pptxalat-alat liturgi dalam Gereja Katolik.pptx
alat-alat liturgi dalam Gereja Katolik.pptxRioNahak1
 
Konflik, Kekerasan, dan Perdamaian Bagian 1.pptx
Konflik, Kekerasan, dan Perdamaian Bagian 1.pptxKonflik, Kekerasan, dan Perdamaian Bagian 1.pptx
Konflik, Kekerasan, dan Perdamaian Bagian 1.pptxintansidauruk2
 
RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN...
RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN...RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN...
RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN...Kanaidi ken
 
Materi Kelas Online Ministry Learning Center - Bedah Kitab 1 Tesalonika
Materi Kelas Online Ministry Learning Center - Bedah Kitab 1 TesalonikaMateri Kelas Online Ministry Learning Center - Bedah Kitab 1 Tesalonika
Materi Kelas Online Ministry Learning Center - Bedah Kitab 1 TesalonikaSABDA
 
AKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdf
AKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdfAKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdf
AKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdfTaqdirAlfiandi1
 
Buku Saku Layanan Haji Ramah Lansia 2.pdf
Buku Saku Layanan Haji Ramah Lansia 2.pdfBuku Saku Layanan Haji Ramah Lansia 2.pdf
Buku Saku Layanan Haji Ramah Lansia 2.pdfWahyudinST
 
MTK BAB 5 PENGOLAHAN DATA (Materi 2).pptx
MTK BAB 5 PENGOLAHAN DATA (Materi 2).pptxMTK BAB 5 PENGOLAHAN DATA (Materi 2).pptx
MTK BAB 5 PENGOLAHAN DATA (Materi 2).pptxssuser0239c1
 
PUEBI.bahasa Indonesia/pedoman umum ejaan bahasa Indonesia pptx.
PUEBI.bahasa Indonesia/pedoman umum ejaan bahasa Indonesia pptx.PUEBI.bahasa Indonesia/pedoman umum ejaan bahasa Indonesia pptx.
PUEBI.bahasa Indonesia/pedoman umum ejaan bahasa Indonesia pptx.aechacha366
 
Modul Ajar Matematika Kelas 2 Fase A Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Matematika Kelas 2 Fase A Kurikulum MerdekaModul Ajar Matematika Kelas 2 Fase A Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Matematika Kelas 2 Fase A Kurikulum MerdekaAbdiera
 
Edukasi Haji 2023 pembinaan jemaah hajii
Edukasi Haji 2023 pembinaan jemaah hajiiEdukasi Haji 2023 pembinaan jemaah hajii
Edukasi Haji 2023 pembinaan jemaah hajiiIntanHanifah4
 
1.2.a.6 Dekon modul 1.2. DINI FITRIANI.pdf
1.2.a.6 Dekon modul 1.2. DINI FITRIANI.pdf1.2.a.6 Dekon modul 1.2. DINI FITRIANI.pdf
1.2.a.6 Dekon modul 1.2. DINI FITRIANI.pdfsandi625870
 
SILABUS MATEMATIKA SMP kurikulum K13.docx
SILABUS MATEMATIKA SMP kurikulum K13.docxSILABUS MATEMATIKA SMP kurikulum K13.docx
SILABUS MATEMATIKA SMP kurikulum K13.docxrahmaamaw03
 
1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf
1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf
1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdfShintaNovianti1
 
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdfKelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdfCloverash1
 
TPPK_panduan pembentukan tim TPPK di satuan pendidikan
TPPK_panduan pembentukan tim TPPK di satuan pendidikanTPPK_panduan pembentukan tim TPPK di satuan pendidikan
TPPK_panduan pembentukan tim TPPK di satuan pendidikanNiKomangRaiVerawati
 
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptxAKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptxWirionSembiring2
 
Kelompok 4 : Karakteristik Negara Inggris
Kelompok 4 : Karakteristik Negara InggrisKelompok 4 : Karakteristik Negara Inggris
Kelompok 4 : Karakteristik Negara InggrisNazla aulia
 

Último (20)

Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdfKelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
 
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptxDESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
 
Panduan Mengisi Dokumen Tindak Lanjut.pdf
Panduan Mengisi Dokumen Tindak Lanjut.pdfPanduan Mengisi Dokumen Tindak Lanjut.pdf
Panduan Mengisi Dokumen Tindak Lanjut.pdf
 
alat-alat liturgi dalam Gereja Katolik.pptx
alat-alat liturgi dalam Gereja Katolik.pptxalat-alat liturgi dalam Gereja Katolik.pptx
alat-alat liturgi dalam Gereja Katolik.pptx
 
Konflik, Kekerasan, dan Perdamaian Bagian 1.pptx
Konflik, Kekerasan, dan Perdamaian Bagian 1.pptxKonflik, Kekerasan, dan Perdamaian Bagian 1.pptx
Konflik, Kekerasan, dan Perdamaian Bagian 1.pptx
 
RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN...
RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN...RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN...
RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN...
 
Materi Kelas Online Ministry Learning Center - Bedah Kitab 1 Tesalonika
Materi Kelas Online Ministry Learning Center - Bedah Kitab 1 TesalonikaMateri Kelas Online Ministry Learning Center - Bedah Kitab 1 Tesalonika
Materi Kelas Online Ministry Learning Center - Bedah Kitab 1 Tesalonika
 
AKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdf
AKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdfAKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdf
AKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdf
 
Buku Saku Layanan Haji Ramah Lansia 2.pdf
Buku Saku Layanan Haji Ramah Lansia 2.pdfBuku Saku Layanan Haji Ramah Lansia 2.pdf
Buku Saku Layanan Haji Ramah Lansia 2.pdf
 
MTK BAB 5 PENGOLAHAN DATA (Materi 2).pptx
MTK BAB 5 PENGOLAHAN DATA (Materi 2).pptxMTK BAB 5 PENGOLAHAN DATA (Materi 2).pptx
MTK BAB 5 PENGOLAHAN DATA (Materi 2).pptx
 
PUEBI.bahasa Indonesia/pedoman umum ejaan bahasa Indonesia pptx.
PUEBI.bahasa Indonesia/pedoman umum ejaan bahasa Indonesia pptx.PUEBI.bahasa Indonesia/pedoman umum ejaan bahasa Indonesia pptx.
PUEBI.bahasa Indonesia/pedoman umum ejaan bahasa Indonesia pptx.
 
Modul Ajar Matematika Kelas 2 Fase A Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Matematika Kelas 2 Fase A Kurikulum MerdekaModul Ajar Matematika Kelas 2 Fase A Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Matematika Kelas 2 Fase A Kurikulum Merdeka
 
Edukasi Haji 2023 pembinaan jemaah hajii
Edukasi Haji 2023 pembinaan jemaah hajiiEdukasi Haji 2023 pembinaan jemaah hajii
Edukasi Haji 2023 pembinaan jemaah hajii
 
1.2.a.6 Dekon modul 1.2. DINI FITRIANI.pdf
1.2.a.6 Dekon modul 1.2. DINI FITRIANI.pdf1.2.a.6 Dekon modul 1.2. DINI FITRIANI.pdf
1.2.a.6 Dekon modul 1.2. DINI FITRIANI.pdf
 
SILABUS MATEMATIKA SMP kurikulum K13.docx
SILABUS MATEMATIKA SMP kurikulum K13.docxSILABUS MATEMATIKA SMP kurikulum K13.docx
SILABUS MATEMATIKA SMP kurikulum K13.docx
 
1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf
1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf
1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf
 
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdfKelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
 
TPPK_panduan pembentukan tim TPPK di satuan pendidikan
TPPK_panduan pembentukan tim TPPK di satuan pendidikanTPPK_panduan pembentukan tim TPPK di satuan pendidikan
TPPK_panduan pembentukan tim TPPK di satuan pendidikan
 
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptxAKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
 
Kelompok 4 : Karakteristik Negara Inggris
Kelompok 4 : Karakteristik Negara InggrisKelompok 4 : Karakteristik Negara Inggris
Kelompok 4 : Karakteristik Negara Inggris
 

Morfologi ayam boiler

  • 1. TINJAUAN PUSTAKA Karakteristik Ayam Broiler Ayam merupakan unggas penghasil daging yang sangat populer dimasyarakat Indonesia saat ini. Hal ini karena usaha peternakan ayam masih merupakan sektor kegiatan yang paling cepat dan paling efisien untuk memenuhi kebutuhan daging bagi masyarakat. Faktor penyebabnya antara lain permodalan yang relatif kecil, perputaran modal relatif lebih cepat, penggunaan lahan yang tidak terlalu luas, dan laju pertumbuhan yang lebih cepat dibandingkan dengan ternak lain (www.google.com, 2010). Taksonomi broiler adalah sebagai berikut, Kingdom : Animalia, Filum : Chordata, Kelas : Aves, Subkelas : Neornithes, Ordo : Galliformis, Genus : Gallus, Spesies : Gallus domesticus (Hanifah. A, 2010). Ayam ras pedaging disebut juga broiler, yang merupakan jenis ras unggulan hasil persilangan dari bangsa-bangsa ayam yang memliki daya produktivitas tinggi, terutama dalam memproduksi daging ayam. Sebenarnya ayam broiler ini baru populer di Indonesia sejak tahun 1980-an, walaupun galur murninya sudah diketahui pada tahun 1960-an ketika peternak mulai memeliharanya. Sebelumya ayam yang dipotong adalah ayam petelur seperti ayam white leghorn jengger tunggal. Tidak heran bila pada saat itu banyak orang yang antipati terhadap daging ayam ras sebab ada perbedaan yang sangat mencolok antara daging ayam ras broiler dan ayam ras petelur, terutama pada struktur pelemakan didalam serat-serat dagingnya. Antipati masyarakat yang saat itu sudah terbiasa dengan ayam kampung terus berkembang hingga pemasaran Universitas Sumatera Utara
  • 2. ayam broiler semakin sulit. Pada akhir periode 1980-an itulah pemegang kekuasaan mencanangkan penggalakan konsumsi daging ayam untuk menggantikan konsumsi daging ruminansia yang saat itu semakin sulit keberadaannya. Kondisi pun membalik kini banyak peternakan ayam broiler bangkit. Dari sinilah ayam broier komersial atau ayam broiler final stock mulai dikenal dan secara perlahan mulai diterima orang (Rasyaf, 1993). Abidin (2002), menyatakan bahwa ayam ras pedaging merupakan hasil perkawinan silang dan sistem yang berkelanjutan sehingga mutu genetiknya bisa dikatakan baik. Mutu genetik yang baik akan muncul secara maksimal sebagai penampilan produksi jika ternak tersebut diberi faktor lingkungan yang mendukung, misalnya pakan yang berkualitas tinggi, sistem perkandangan yang baik, serta perawatan kesehatan dan pencegahan penyakit. Broiler merupakan ternak yang paling ekonomis bila dibandingkan dengan ternak lain, kelebihan yang dimiliki adalah kecepatan pertambahan/produksi daging dalam waktu yang relatif cepat dan singkat atau sekitar 4 - 5 minggu produksi daging sudah dapat dipasarkan atau dikonsumsi (Murtidjo, 2003). Keunggulan ayam ras pedaging antara lain pertumbuhannya yang sangat cepat dengan bobot badan yang tinggi dalam waktu yang relatif pendek, konversi pakan kecil, siap dipotong pada usia muda serta menghasilkan kualitas daging berserat lunak. Perkembangan yang pesat dari ayam ras pedaging ini juga merupakan upaya penanganan untuk mengimbangi kebutuhan masyarakat terhadap daging ayam. Perkembangan tersebut didukung oleh semakin kuatnya industri hilir seperti perusahaan pembibitan (Breeding Farm), perusahaan pakan Universitas Sumatera Utara
  • 3. ternak (Feed Mill), perusahaan obat hewan dan peralatan peternakan (Saragih B, 2000). Ayam pedaging atau yang lebih dikenal dengan ayam potong menempati posisi teratas sebagai ayam yang ketersediaannya cukup banyak, disusul ayam kampung, kemudian petelur afkir. Namun, karena permintaan daging ayam yang cukup tinggi, terutama pada saat tertentu yaitu menjelang puasa, menjelang lebaran, serta tahun baru, menyebabkan pasokan daging dari ketiga jenis ayam penghasil daging tersebut tidak dipenuhi (Nuroso, 2009). Adapun populasi ternak unggas berdasarkan jenis dapat dilihat pada tabel 1 Sebagai berikut: Tabel 1. Populasi Ternak Unggas Menurut Jenis Tahun 2010 Tahun / Year Jenis Unggas/Kind of Poultry Ayam Ras/Pedigree Hen Ayam Kampung (Local Chicken) Itik (Duck)Petelur (Egg Layer) Pedaging (Broiler) (1) (2) (3) (4) (5) 2004 13 826 970 38 045 260 23 128 148 2 277 806 2005 6 190 175 35 568 236 21 280 380 1 994 803 2006 7 065 566 34 030 041 20 153 175 2 204 287 2007 8 224 445 43 874 471 16 342 700 3 537 444 2008 7 698 504 42 891 621 11 349 742 1 825 663 2009 8 168 685 43 878 127 11 554 037 1 953 647 2010 8 839 750 39 376 258 11 671 883 2 569 664 Sumber/Source : Dinas Peternakan Provinsi Sumatera Utara/Livestock Office of Sumatera Utara Province Ada tiga unsur dalam beternak ayam, yaitu unsur produksi, unsur manajemen, unsur pasar dan pemasaran. Rasyaf menyatakan bahwa satu masa produksi adalah satu kurun waktu dimana dilakukan produksi atau pembesaran anak ayam broiler mulai umur satu hari hingga siap dijual pada umur 5-6 minggu dengan bobot jual 1,4-1,7 kg/ekor sesuai permintaan konsumen. Akhir dari masa pemeliharaan ayam broiler akan bermuara pada pemasaran, sehingga tahap Universitas Sumatera Utara
  • 4. pemasaran ini tidak dapat dipisahkan dari keberhasilan suatu usaha. Akan sia-sia kerja yang baik apabila penanganan pemasaran ayam broilernya dilakukan kurang rapi dan terencana karena dapat mengurangi perolehan peternak (Rasyaf, 2002). Pemasaran yang baik adalah yang tepat waktu, memakan waktu yang sesingkat-singkatnya dan dengan harga jual yang relatif tinggi. Akan tetapi harga jual disini tentu saja mengikuti pasaran yang berlaku. Oleh sebab itu, faktor ketepatan waktu dan lamanya proses pengangkutan ayam dari kandang sangat penting diperhatikan. Pemasaran yang terlambat, walau hanya satu-dua hari, akan memperbesar biaya produksi terutama untuk pakan. Sedang proses pengangkutan ayam dari kandang yang berlarut-larut akan menimbulkan stress pada ayam sehingga akhirnya akan meningkatkan angka kematian, yang tentu saja menjadi beban kerugian peternak. Pemasaran hasil di pola kemitraan itu peternak tidak perlu memasarkan hasil panennya karena para pembeli yang telah disetujui oleh perusahaan inti akan menangkap ayam broiler. Sedangkan peternak mandiri itu memasarkan hasil panennya sendiri kepasar. Laju pertumbuhan cepat dialami oleh ternak ayam pedaging dan ayam ras petelur. Cepatnya laju petumbuhan populasi ayam ras (pedaging dan petelur) antara lain disebabkan oleh makin terfokusnya perhatian pemerintah pada pengembangan kedua jenis unggas tersebut. Pertimbangannya antara lain adalah bahwa protein hewani dari unggas jauh lebih murah dibandingkan dengan kelompok lain dan secara operasional pengembangan ternak unggas lebih mudah dibandingkan dengan pengembangan ternak besar, ternak kecil dan perikanan (Hermanto et al, 1992). Universitas Sumatera Utara
  • 5. Hardjosworo dan Rukmiasih (2000) menyatakan bahwa antara umur satu sampai dua minggu, ayam ras pedaging memerlukan suhu lingkungan mendekati 320 C . Pada umur 2-3 minggu, suhu lingkungan yang diperlukan antara 30-320 C dan Setelah umur 3 minggu menjadi 28-300 C. Kelembaban yang baik adalah sekitar 60%, bila terlalu tinggi (diatas 70%), kondisi tersebut akan menganggu pernapasan. Selain itu, kelembaban yang tinggi akan menyebabkan serasah (litter) penutup lantai kandang basah. Usaha Ternak Broiler Ilmu usahatani merupakan ilmu terapan yang membahas atau mempelajari bagaimana membuat atau menggunakan sumberdaya secara efisien pada suatu usaha pertanian, perikanan atau peternakan. Pengetahuan terapan tentang cara- cara petani atau peternak dalam menentukan, mengorganisasikan serta mengkoordinasikan penggunaan faktor-faktor produksi secara efektif dan efisien sehingga memberikan pendapatan maksimal. Usahatani pada skala yang luas umumnya bermodal besar, berteknologi tinggi, manajemennya modern, lebih bersifat komersial, dan sebaliknya usahatani skala kecil umumnya bermodal pas- pasan, teknologinya tradisional, lebih bersifat usahatani sederhana dan sifat usahanya subsiten, serta lebih bersifat untuk memenuhi kebutuhan konsumsi sendiri dalam kehidupan sehari-hari. Suatu usahatani dikatakan berhasil apabila usahatani tersebut dapat memenuhi kewajiban membayar bunga modal, alat-alat yang digunakan, upah tenaga luar serta sarana produksi yang lain termasuk kewajiban terhadap pihak ketiga dan dapat menjaga kelestarian usahanya. Usahatani merupakan proses pengambilan keputusan tentang segala sesuatu yang akan dilakukan dalam usahatani yang akan dan rencana-rencana usahatani berupa Universitas Sumatera Utara
  • 6. pernyataan tertulis yang memuat sesuatu yang akan dikerjakan pada periode waktu tertentu untuk tujuan tertentu sehubungan dengan usahataninya. Manfaat yang dapat diambil petani: a) Petunjuk yang akan dilakukan b) Pengurangan kesalahan; c) jaminan pelaksanaan; d) alat evaluasi; dan e) terjaminnya kontinyuitas usaha (www.google.go.id, 2011). Beternak ayam ras pedaging lebih cepat mendatangkan hasil dari pada beternak ayam buras. Pada umunya pemeliharaan selama 5-8 minggu ayam ras sudah mempunyai bobot badan antara 1,5-2.8 kg/ekor dan bisa segera dijual. Dengan demikian perputaran modal berjalan dengan waktu yang tidak lama (Muslimin, 2002). Usaha ternak bertujuan untuk memperoleh pendapatan. Pendapatan tersebut digunakan untuk memenuhi kebutuhan keluarga. Petani harus memperhitungkan setiap biaya yang dikeluarkan sehingga dapat menentukan harga jual produksi. Biaya – biaya produksi yang dikeluarkan yaitu bibit, pakan, upah tenaga kerja, biaya pembelian dan pemeliharaan peralatan dan biaya sewa tanah. Usaha ternak akan layak diusahakan apabila nilai profitabilitasnya lebih besar dari tingkat bunga perbankan yang berlaku (Prasetyo et al,1999). Salah satu komoditi perunggasan yang memiliki prospek yang sangat baik untuk dikembangkan adalah peternakan. Ayam ras pedaging karena didukung oleh karakteristik produknya yang dapat diterima oleh semua masyarakat indonesia. Menurut Saragih (2000) bisnis ayam broiler memiliki karakteristik dasar sebagai berikut: 1) bisnis ayam broiler didasarkan pada pemanfaatan pertumbuhan dan produksi,dimana ayam broiler memiliki sifat pertumbuhan yang tergolong cepat; 2) produktivitas ayam broiler sangat tergantung pada pakan baik secara Universitas Sumatera Utara
  • 7. teknis (pemberian pakan yang tepat) maupun ekonomis (penggunaan pakan yang efisien); dan3) produk akhir (final product) dari agribisnis ayam broiler merupakan produk yang dihasilkan melalui tahapan-tahapan produksi mulai dari hulu sampai hilir, dimana produk antara merupakan makhluk biologis bernilai ekonomi tinggi berupa ayam ras pedaging. Hasil penelitian Pakarti (2000) menunjukan bahwa keberhasilan usaha ternak ayam broiler sebagai usaha yang relatif cepat menghasilkan output tidak terlepas dari tiga faktor yaitu pakan, lingkungan dan manajemen pemeliharaan. Kombinasi dari faktor pakan,lingkungan dan manajemen dicerminkan dalam bentuk keragaman teknis usaha ternak dengan beberapa indicator penting, yaitu: 1) tingkat mortalitas; 2) konversi pakan; dan 3) bobot ayam broiler yang dicapai. Usaha peternakan memerlukan modal yang besar, terutama untuk pengadaan pakan dan bibit. Biaya yang besar ini sulit dipenuhi oleh peternak pada umumnya yang memiliki keterbatasan modal (Hadi dan Ilham, 2000). Berdasarkan skala usaha dan tingkat pendapatan peternak, usaha peternakan diklasifikasikan menjadi 4 kelompok, yaitu: 1) peternakan sebagai usaha sambilan, yaitu petani mengusahakan komoditas pertanain terutama tanaman pangan, sedangkan ternak hanya sebagai usaha sambilan untuk mencukupi kebutuhan keluarga (subsisten) dengan tingkat pendapatan usaha < 30%. 2) Peternakan sebagai cabang usaha, yaitu peternak mengusahakan pertanian campuran dengan ternak dan tingkat pendapatan dari usaha ternak mencapai 30-70%. 3) peternakan sebagai usaha pokok, yaitu peternak mengusahakan ternak sebagai usaha pokok dengan tingkat pendapatan berkisar antara 70-100%, dan 4) peternakan sebagai industri dengan mengusahakan ternak Universitas Sumatera Utara
  • 8. secara khusus (specialized farming) dan tingkat pendapatan dari usaha peternakan mencapai !00%. Usaha peternakan komersil umumnya dilakukan oleh peternak yang memiliki modal besar serta menerapkan teknologi modern (Anggraini, 2003). Luas lahan berpengaruh terhadap skala usaha atau populasi ayam yang yang dipelihara. Karena populasi ayam yang dipelihara disesuaikan dengan luas kandang yang akan dibangun. Peternak biasanya memanfaatkan lahan yang ada sehingga kandang-kandang yang dibangun terkesan dipaksakan tanpa memperhatikan jumlah ayam yang akan dipelihara (Nuroso, 2009). Ada 3 hal penting dalam usaha ternak ayam broiler yang harus ditangani secara ketat (rutin dan teliti), yaitu: 1) pakan dan air, 2) obat, vitamin, sanitasi dan vaksin, serta 3) perkandangan. Ketiganya saling mendukung sehingga pelaksanaannya harus bersamaan. Bila tidak ada ketidaksempurnaan penanganan dari ketiga hal tersebut maka pengaruhnya terhadap pencapaian prestasi performans sangat besar seperti tingkat konversi pakan menjadi rendah (efisiensi tinggi), pertumbuhan terhambat dan tingkat kematian tinggi (Tobing, 2005). Peternak mandiri Peternak non mitra (mandiri) adalah peternak yang mampu menyelenggarakan usaha ternak dengan modal sendiri dan bebas menjual outputnya ke pasar. Seluruh kerugian dan keuntungan ditanggung sendiri. Pendapatan peternak ayam ras pedaging baik yang mandiri maupun pola kemitraan sangat dipengaruhi oleh kombinasi penggunaan faktor-faktor produksi yaitu bibit ayam (DOC); pakan; obat-obatan, vitamin dan vaksin; tenaga kerja; biaya listrik, bahan bakar; serta investasi kandang dan peralatan (Rita, 2009). Universitas Sumatera Utara
  • 9. Peternak non mitra prinsipnya menyediakan seluruh input produksi dari modal sendiri dan bebas memasarkan produknya. Pengambilan keputusan mencakup kapan memulai berternak dan memanen ternaknya, serta seluruh keuntungan dan risiko ditanggung sepenuhnya oleh peternak. Adapun ciri ciri peternak mandiri adalah mampu membuat keputusan sendiri tentang: (a) perencanaan usaha peternakan; (b) menentukan fasilitas perkandangan; (c) menentukan jenis dan jumlah sapronak yang akan digunakan; (d) menentukan saat penebaran DOC di dalam kandang; (e) menentukan manajemen produksi; (f) menentukan tempat dan harga penjualan hasil produksi; (g) tidak terikat dalam suatu kemitraan. Alasan peternak beralih menjadi kemitraan, yaitu (a) kekurangan modal usaha; (b) mengurangi risiko kegagalan/kerugian; (c) untuk memperoleh jaminan kepastian penghasilan; (d) untuk memperoleh jaminan kepastian dalam pemasaran; (e) untuk mendapatkan jaminan kepastian supply. Peternak mandiri prinsipnya menyediakan seluruh input produksi dari modal sendiri dan bebas memasarkan produknya. Pengambilan keputusan mencakup kapan memulai beternak dan memanen ternaknya, serta seluruh keuntungan dan risiko ditanggung sepenuhnya oleh peternak (Supriyatna et al, 2006). Universitas Sumatera Utara
  • 10. Kemitraan Kemitraan dimaksudkan sebagai upaya pengembangan usaha yang dilandasi kerjasama antara perusahaan dari peternakan rakyat dan pada dasarnya merupakan kerjasama vertikal (vertical partnertship). Kerjasama tersebut mengandung pengertian bahwa keduabelah pihak harus memperoleh keuntungan dan manfaat (Murdikdjo dan Muladna, 1999). Peternak pola kemitraan (sistim kontrak harga) adalah peternak yang menyelenggarakan usaha ternak dengan pola kerjasama antara perusahaan inti dengan peternak sebagai plasma dimana dalam kontrak telah disepakati harga output dan input yang telah ditetapkan oleh perusahaan inti. Peternak menerima selisih dari perhitungan input dan output. Peternak plasma yang mengikuti pola kemitraan cukup dengan menyediakan kandang, tenaga kerja, peralatan, listrik dan air, sedangkan bibit (DOC), pakan dan obat-obatan, bimbingan teknis serta pemasaran disediakan oleh perusahaan inti Pada saat panen perusahaan inti akan memotong utang peternak plasma berupa DOC, pakan dan obat-obatan. Apabila terjadi kerugian, maka yang menanggung risiko adalah perusahaan sebatas biaya DOC, pakan dan obat-obatan. Plasma akan memperoleh bonus, apabila Feed Conversion Ratio (FCR) lebih rendah dari yang ditetapkan oleh inti. Sedangkan bagi peternak non mitra, seluruh biaya operasi dan investasi serta pemasaran diusahakan sendiri (www.library.gunadarma.ac.id, 2008). Menurut Saptana et al. (2006), kemitraan adalah suatu jalinan kerjasama berbagai pelaku agribisnis, mulai dari kegiatan praproduksi, produksi hingga pemasaran. Kemitraan dilandasi oleh azas kesetaraan kedudukan, saling Universitas Sumatera Utara
  • 11. membutuhkan dan saling menguntungkan serta adanya persetujuan diantara pihak yang bermitra untuk saling berbagi, risiko dan manfaat. Penetapan konsep kemitraan antara peternak sebagai mitra dan pihak perusahaan perlu dilakukan upaya khusus agar usaha ternak ayam broiler, baik sebagai usaha pokok maupun pendukung dapat berjalan seimbang. Upaya khusus tersebut meliputi antara lain pembinaan manajemen yang baik, terarah dan konsisten terhadap peternak ayam broiler sebagai mitra akan meningkatkan kinerja usaha, yang akhirnya dapat meningkatkan pendapatan (Hermawan et al, 1998). Kemitraan usaha adalah jalinan kerjasama usaha yang saling menguntungkan antara pengusaha kecil dengan pengusaha menengah/besar (perusahaan mitra) disertai dengan pembinaan dan pengembangan oleh pengusaha besar, sehingga saling memerlukan dan menguntungkan (LIPTAN, 2000). Keberhasilan kemitraan usaha sangat ditentukan oleh adanya kepatuhan di antara yang bermitra dalam menjalankan etika bisnisnya. Pelaku-pelaku yang terlibat langsung dalam kemitraan harus memiliki dasar-dasar etika bisnis yang dipahami dan dianut bersama sebagai titik tolak dalam menjalankan kemitraan. Etika adalah sebuah refleksi kritis dan rasional mengenai nilai dan norma moral yang menentukan dan terwujud dalam sikap dan pola perilaku hidup manusia, baik sebagai pribadi maupun sebagai kelompok. Dengan demikian, keberhasilan kemitraan usaha tergantung pada adanya kesamaan nilai, norma, sikap, dan perilaku dari para pelaku yang menjalankan kemitraan tersebut. Kegagalan kemitraan pada umumnya disebabkan oleh fondasi dari kemitraan yang kurang kuat dan hanya didasari oleh belas kasihan semata atau atas dasar paksaan pihak Universitas Sumatera Utara
  • 12. lain, bukan atas kebutuhan untuk maju dan berkembang bersama dari pihak-pihak yang bermitra. Kalau kemitraan tidak didasari oleh etika bisnis (nilai, moral, sikap, dan perilaku) yang baik, maka dapat menyebabkan kemitraan tersebut tidak dapat berjalan dengan baik (www. Infoukm.wordpress.com, 2008). Suatu pola kemitraan yang ideal mempunyai ciri-ciri sebagai berikut: (1) pola tersebut mampu mengakomodasi kepentingan ekonomi peternak rakyat dan inti melalui secara progresif, (2) pola kemitraan mampu mencapai efisiensi dan perbaikan kinerja sistem secara keseluruhan, dan (3) mampu meredam gejolak yang bersumber dari faktor eksternal dan mengelola resiko yang mungkin timbul serta mampu memanfaatkan peluang-peluang yang ada (Ditjen Peternakan, 1997). Kemitraan adalah pola kerjasama antara perusahaan peternakan selaku mitra usaha inti dengan peternak rakyat selaku mitra usaha plasma, yang dituangkan dalam bentuk ikatan kerjasama. Melalui kemitraan diharapkan terjadi kesetaraan hubungan antara peternak dengan mitra usaha inti sehingga memperkuat posisi tawar peternak, berkurangnya resiko usaha dan terjaminnya pasar yang pada akhirnya meningkatkan pendapatan peternak (Hertanto, 2009). Kemitraan merupakan suatu rangkaian proses yang dimulai dengan mengenal calon mitranya, mengetahui posisi keunggulan dan kelemahan usahanya, memulai membangun strategi, melaksanakan dan terus memonitor dan mengevaluasi sampai target sasaran tercapai. Rangkaian untuk proses pengembangan kemitraan merupakan suatu urutan tangga yang ditapaki secara beraturan dan bertahap untuk mendapatkan hasil yang optimal. Kemitraan adalah suatu strategi bisnis yang dilakukan oleh kedua pihak atau lebih dalam jangka waktu tertentu untuk meraih keuntungan bersama dengan prinsip saling Universitas Sumatera Utara
  • 13. membutuhkan. Pola kemitraan ayam ras pedaging tidak dapat dipisahkan dari sejarah perkembangan industri ayam ras pedaging di Indonesia. Bahkan pola kemitraan tersebut dilahirkan dari sejarah industri ayam ras sebagai salah satu solusi untuk menciptakan harmonisasi antar pelaku ekonomi dalam industri ayam ras pedaging. Dalam usaha peternakan ayam rakyat khususnya untuk budidaya ayam ras kebijakan yang ditempuh adalah mengutamakan usaha budidaya bagi peternakan rakyat, perorangan, kelompok maupun koperasi sesuai dengan keppres No. 22 tahun 1990 (Hafsah, 2000). PT. Satwa Utama Raya PT. Satwa Utama Raya sebagai perusahaan mitra adalah sebuah perusahaan yang berafiliasi dengan Satwa Utama Group. Perusahaan ini baru berdiri pada tahun 2005 di Medan tetapi telah banyak melakukan kemitraan dengan peternak dikota Medan, Kabupaten Langkat, Deli Serdang dan Serdang Bedagai. Sebagai perusahaan mitra, PT.Satwa Utama Raya menanamkan investasi kepada peternak ayam broiler pola kemitraan dalam bentuk penyediaan input produksi berupa bibit (DOC), pakan, obat-obatan, vaksin dan vitamin (OVK) dan pemasaran hasil. Perusahaan ini juga menyediakan petugas penyuluh lapangan dan Technical Support (TS) bagi peternak mitra dalam hal peningkatan sekaligus pengawasan manajemen budidaya ayam broiler (Nasir, 2011). Total Biaya Produksi Produksi merupakan sesuatu yang penting yang tidak dapat diabaikan. Produksi diartikan sebagai seperangkat prosedur dan kegiatan yang terjadi dalam penetapan produk atau jasa (Rahardi et al, 2000). Produksi yang efisien Universitas Sumatera Utara
  • 14. dipengaruhi beberapa faktor seperti strain ayam, lingkungan, pemeliharaan ternak, tatalaksana pengawasan terhadap penyakit, pemeliharaan bahan makanan yang digunakan dan susunan bahan pakan dalam ransum (Tobing, 2000). Fadilah (2004) menyatakan, dalam usaha peternakan broiler, komponen faktor produksi yang umumnya memberikan kontribusi yang cukup nyata adalah biaya bibit, biaya pakan dan biaya operasional yang meliputi biaya tenaga kerja, biaya obat-obatan, vaksin dan vitamin serta biaya bahan penunjang seperti biaya sekam, listrik dan bahan bakar. Biaya produksi adalah nilai dari semua faktor produksi yang digunakan, baik dalam bentuk benda maupun jasa selama prose produksi berlangsung. Biaya produksi yang digunakan terdri dari sewa tanah, bunga modal, biaya sarana produksi untuk bibit, pupuk dan obat- obatan serta sejumlah tenaga kerja (Soekartawi, 1993). Biaya produksi merupakan seluruh biaya yang dikeluarkan untuk menjalankan proses usaha. Jika seluruh biaya produksi usaha ternak dapat diketahui, maka keadaan harga persatuan produksi akan mudah diperhitungkan. Untuk menghitung keadaan harga persatuan produksi haruslah diketahui terlebih dahulu jumlah seluruh biaya yang dikeluarkan dibagi dengan banyaknya produksi daging yang dihasilkan akan menghasilkan angka atau nilai biaya persatuan produksi (Sudarmono, 2003). Teori produksi yang sederhana menggambarkan hubungan diantara tingkat produksi suatu barang dengan jumlah tenaga kerja yang digunakan untuk menghasilkan berbagai tingkat produksi barang tersebut. Dalam analisis ini Universitas Sumatera Utara
  • 15. dimisalkan bahwa faktor-faktor produksi lainnya adalah tetap jumlahnya yaitu modal dan tanah jumlahnya dianggap tidak berubah ( Sukirno, 2005 ). Total biaya produksi atau total pengeluaran yaitu biaya-biaya yang dikeluarkan untuk menghasilkan suatu produk, diperoleh dengan cara menghitung biaya pembelian bibit, sewa kandang dan peralatan, biaya pakan, biaya obat- obatan dan biaya tenaga kerja (Suharto, 1990). Input usaha ternak, adalah semua faktor produksi (dalam satuan fisik) yang diperlukan untuk menghasilkan suatu produk peternakan. Misal: pakan ternak, tenaga kerja. Nilai input usaha ternak, adalah semua korbanan ekonomis (dalam satuan uang) yang diperlukan untuk menghasilkan satu produk produk peternakan, misal: biaya pakan, biaya tenaga kerja, biaya obat-obatan ternak, serta lahan dan lain-lain. Output usahata ternak, adalah penerimaan dalam satuan uang yang diperoleh dari hasil panenan usahatani ternak, misal: nilai pertambahan bobot badan, nilai penjualan susu, nilai penjualan telur ayam, nilai penjualan anakan ternak dan lain-lain (Soekartawi, 1995). Biaya produksi adalah biaya-biaya yang dikeluarkan untuk memperoleh faktor-faktor produksi yang akan digunakan untuk menghasilkan barang-barang produksi yang dijual. Biaya produksi dapat dibagi menjadi dua, yaitu : biaya tetap (FC) dan biaya variabel (VC). Biaya tetap adalah biaya yang jumlahnya tidak tergantung dari banyak sedikitnya jumlah output, sedangkan biaya variabel adalah biaya yang besarnya berubah-ubah tergantung dari banyak sedikitnya output yang dihasilkan. Biaya tetap dan biaya variabel ini jika dijumlahkan hasilnya merupakan biaya total (TC) yang merupakan keseluruhan biaya yang dikeluarkan untuk menghasilkan produksi. Jadi, TC = TFC + TVC (Nuraini, 2001). Universitas Sumatera Utara
  • 16. Biaya tetap umumnya didefenisikan sebagai biaya yang relatif tetap jumlahnya, dan terus dikeluarkan walaupun produksi yang diperoleh banyak atau sedikit. Jadi besarnya biaya tetap ini tidak tergantung kepada besar kecilnya produksi yang diperoleh. Disisi lain biaya tidak tetap atau biaya variable didefenisikan sebagai biaya yang besar kecilnya dipengaruhi oleh produksi yang diperoleh (Soekartawi, 1995). Menurut Soedjana (2007) biaya tetap adalah biaya produksi yang dikeluarkan oleh petani atau peternak dan tidak dipengaruhi oleh besar kecilnya produksi dalam suatu siklus produksi, misalnya biaya kandang, peralatan, perbaikan, depresiasi, dan upah manajer. Biaya operasional atau biaya variabel adalah biaya yang berubah-ubah sesuai dengan perubahan produksi, seperti biaya pakan konsentrat, hijauan, mineral, obat-obatan, serta tenaga pemelihara atau buruh. Total nilai penjualan biasanya dihitung setiap tahun dan untuk menentukan besarnya pajak yang harus dibayar. Cara seperti ini dilakukan di negara yang sudah maju dan digunakan juga untuk mengelompokkan skala usaha kecil, menengah, dan besar. Biaya tetap (overhead) merupakan biaya yang tidak langsung berkaitan dengan jumlah ayam pedaging yang dipelihara. Biaya ini harus tetap dibayar. Misalnya: pajak bumi dan bangunan, sewa tanah, sewa kandang (apabila disewa), pembayaran kembali pinjaman, gaji pegawai bulanan, energi untuk penerangan bangunan kantor, penyusutan kandang dan peralatan peternakan. Biaya variabel adalah biaya yang dikeluarkan seiring dengan pertambahan jumlah ayam yang dipelihara, semakin besar ayam yang dipelihara sama dengan komponen biaya variabel per unit, yaitu : biaya ransum, bibit, pemeliharaan, buruh harian, dan lain- Universitas Sumatera Utara
  • 17. lain yang sumber biaya peternakan merupakan penjualan dari biaya variabel tiap unit produksi (Rasyaf, 1995). Biaya tidak tetap (variable cost) adalah jenis biaya yang besar kecilnya tergantung pada banyak sedikitnya volume produksi, apabila volume produksi bertambah maka biaya variabel akan meningkat, sebaliknya apabila volume produksi berkurang maka biaya variabel akan menurun, yang termasuk dalam biaya variabel adalah biaya-biaya langsung seperti bahan baku, tenaga kerja langsung, pakan dan lain-lain. Biaya total (total cost) adalah jumlah biaya tetap total ditambah dengan biaya variabel total pada masing-masing tingkat atau volume produksi (Jumingan, 2006). Total Pendapatan Usaha Ternak Pendapatan usahatani merupakan selisih antara penerimaan dan semua biaya atau dengan kata lain pendapatan yang meliputi pendapatan kotor atau penerimaan total dan pendapatan bersih. Pendapatan kotor/penerimaan total adalah nilai produksi komoditas pertanian secara keseluruhan sebelum dikurangi biaya produksi (Rahim, 2008). Pendapatan usaha ternak merupakan selisih antara penerimaan dan semua biaya, yang dapat dirumuskan sebagai berikut (Soekartawi, 1995): Pd = TR – TC …………………………………………………….. (3.1) dimana : Pd = pendapatan usahaternak TR = total penerimaan TC = total biaya Nilai Total Pendapatan adalah merupakan jumlah uang yang diterima dari penjualan suatu produk yaitu perkalian antara jumlah harga (P) dan jumlah barang Universitas Sumatera Utara
  • 18. (Q) atau dapat dirumuskan sebagai TR = P x Q, dimana TR adalah total revenue (total pendapatan ), P adalah harga jual produk dan Q adalah jumlah barang (Sukoco, 2011). Penerimaan dalam suatu peternakan terdiri dari: 1. Hasil produksi utama berupa penjualan ayam ras pedaging, baik itu berat hidup atau dalam berat karkas. 2. Hasil menjual feses atau alas litter yang laku dijual kepada petani sayur-mayur (Rasyaf, 1995). Menurut Boediono (2002), penerimaan (revenue) adalah penerimaan produsen dari hasil penjualan output. Ada dua konsep penerimaan yang penting untuk produsen (1) Total Revenue (TR), yaitu penerimaan total produsen dari hasil penjualan outputnya. TR adalah output kali harga jual output; (2) Marginal Revenue (MR), yaitu kenaikan dari TR yang disebabkanoleh tambahan penjualan satu unit output. Kadarsan (1995) menyatakan penerimaan adalah nilai hasil dan output karena perusahaan telah menjual atau menyerahkan sejumlah barang atau jasa kepada pihak pembeli. Selanjutnya dikatakan penerimaan perusahaan bersumber dari penjualan hasil usaha, seperti panen tanaman dan barang olahannya serta panen dari peternakan. Semua hasil agribisnis yang dipakai untuk konsumsi keluarga harus dihitung dan dimasukkan sebagai penerimaan perusahaan walaupun akhirnya dipakai pemilik perusahaan secara pribadi. Tujuan pencatatan penerimaan ini adalah untuk memperlihatkan sejelas mungkin berapa besar penerimaan dan penjualan hasil operasional dan penerimaan lain-lain diperusahaan tersebut. Universitas Sumatera Utara
  • 19. Tingkat pendapatan usaha peternakan ayam ras pedaging ditentukan oleh besarnya dari hasil penjualan daging dan besarnya biaya produksi. Pendapatan usaha peternakan ayam ras pedaging selain dipengaruhi oleh faktor harga, juga sangat tergantung pada tingkat produksi, biaya pakan, DOC, tenaga kerja serta biaya kandang dan peralatan (Rani Hastuti, 2002). Analisis Laba-Rugi Laporan laba rugi (income statement) merupakan laporan keuangan yang menggambarkan hasil usaha perusahaan dalam suatu periode tertentu. Dalam laporan laba rugi ini tergambar jumlah pendapatan dan sumber-sumber pendapatan yang diperoleh. Kemudian juga tergambar jumlah biaya dan jenis-jenis biaya yang dikeluarkan selama periode tertentu. Dari jumlah pendapatan dan jumlah biaya ini terdapat selisih yang disebut laba atau rugi. Jika jumlah pendapatan lebih besar dari jumlah biaya, perusahaan dikatakan laba. Kasmir dan Jakfar (2003) menyatakan laporan laba-rugi menggambarkan besarnya pendapatan yang diperoleh dari satu periode keperiode berikutnya. Kemudian akan tergambar jenis-jenis biaya yang akan dikeluarkan beserta jumlahnya dalam periode yang sama. Jumingan (2006), laporan laba-rugi memperlihatkan hasil yang diperoleh dari penjualan jasa barang atau jasa dan ongkos-ongkos yang timbul dalam proses pencapaian hasil tersebut. Laporan ini juga memperlihatkan adanya pendapatan bersih atau kerugian bersih sebagai hasil dari operasi perusahaan selama periode tertentu. Laporan ini merupakan laporan aktivitas dan hasil dari aktivitas itu, atau merupakan ringkasan yang logis dari penghasilan dan biaya dari suatu perusahaan untuk periode tertentu. Besarnya laba ditentukan berdasarkan selisih antara nilai Universitas Sumatera Utara
  • 20. penjualan (total revenue) dengan total biaya (biaya tetap ditambah biaya variabel) pada tingakat volume produksi tertentu. Perlu diperhatikan bahwa volume penjualan yang menghasilkan laba hanyalah volume penjualan yang berada diatas titik impas. Return of Cost R/C adalah singkatan dari return of cost ratio yaitu perbandingan (nisbah) antara penerimaan dan biaya. Analisis R/C ratio perbandingan antara penerimaan dan biaya total, yang menurut (Soekartawi, 2002) persamaannya dapat ditulis: a = R/C ..................................................................................................................( ) dimana: R = Py.Y C = FC+VC a = {(Py.Y)/(FC+VC)} R = penerimaan C = biaya Py = harga output Y = output FC = biaya tetap (fixed cost) VC = biaya variabel (variable cost) Dan nanti hasil dari R/C ratio dikategorikan menjadi 3, yaitu a. Bila R / C > 1, maka artinya usahaternak mendapatkan keuntungan b. Bila R / C < 1, maka usahaternak mengalami kerugian c. Bila R / C = 1, maka usahaternak impas (tidak untung/tidak rugi) Menurut Kadarsan (1995), R/C rasio adalah rasio penerimaan atas biaya yang menunjukkan besarnya penerimaan yang akan diperoleh dari setiap rupiah yang dikeluarkan dalam produksi usaha ternak. Analisis ini dapat digunakan untuk mengukur tingkat keuntungan relatif kegiatan usaha ternak, artinya dari angka rasio tersebut dapat diketahui, apakah suatu usaha ternak menguntungkan atau tidak. Nilai R/C rasio tidak mempunyai satuan. Usaha ternak dikatakan Universitas Sumatera Utara
  • 21. menguntungkan bila nilai R/C rasio lebih besar dari satu, yang berarti setiap satu rupiah biaya yang dikeluarkan untuk usaha ternak akan memberikan penerimaan lebih besar dari satu rupiah. Sebaliknya, usaha ternak dikatakan tidak menguntungkan bila nilai R/C rasio lebih kecil dari satu. Hal ini berarti setiap satu rupiah biaya yang dikeluarkan akan memberikan penerimaan kurang dari satu rupiah. Semakin besar nilai R/C, maka semakin baik usaha ternak tersebut. Usaha ternak dikatakan impas bila nilai R/C rasio sama dengan satu. Rumus yang digunakan : R/C Rasio = 𝑇𝑅 𝑇𝐶 Dengan kriteria : R/C Rasio > 1 : Usaha untung R/C Rasio = 1 : Usaha impas atau tidak untung dan tidak rugi R/C Rasio < 1 : Usaha rugi Dalam suatu analisis usaha tani, sering digunakan return of cost ratio (R/C) yaitu perbandingan antara jumlah penerimaan dengan jumlah biaya. R/C tidak mempunyai satuan, nilai R/C dapat dibagi menjadi 3 kategori secara teoritis yaitu : 1. Nilai R/C = 1 usahatani impas. 2. Nilai R/C > 1 usahatani menguntungkan. 3. Nilai R/C < 1 usahatani tidak menguntungkan/rugi. (Rumapea, 2010). Universitas Sumatera Utara
  • 22. Break Event Point Break event point adalah suatu keadaan dimana dalam suatu operasi perusahaan tidak dapat untung maupun rugi/impas (penghasilan = total biaya). BEP amatlah penting kalau kita membuat usaha agar kita tidak mengalami kerugian, apa itu usaha jasa atau manufaktur, diantara manufaktur, diantara manfaat BEP adalah: 1. Alat perencanaan untuk menghasilkan laba. 2. Memberikan informasi mengenai berbagai tingkat volume penjualan, serta hubungannya dengan kemungkinan memperoleh laba menurut tingkat penjualan yang bersangkutan. 3. Mengevaluasi laba dari perusahaan secara keseluruhan. Analisis break event point (BEP) atau nilai impas adalah suatu teknis analisis untuk mempelajari hubungan antara biaya tetap, biaya variabel, keuntungan, volume penjualan. Break event point dalam penelitian merupakan pengukuran dimana kapasitas riil pengolahan bahan baku menjadi output menghasilkan total penerimaan (revenue) yang sama dengan pengeluaran (Soekartawi, 2006). Break event point adalah titik dimana total pendapatan sama dengan total biaya, titik dimana laba sama dengan nol. Dapat diambil kesimpulan bahwa analisis break event point adalah suatu cara atau alat atau teknik yang digunakan untuk mengetahui volume kegiatan produksi (usaha) dimana dari volume produksi tersebut perusahaan tidak memperoleh laba dan juga tidak menderita rugi. Suatu perusahaan dikatakan break event apabila setelah dibuat perhitungan laba-rugi dari suatu periode kerja atau dari suatu kegiatan usaha tertentu, perusahaan itu tidak memperoleh laba, tetapi juga tidak menderita kerugian (Sigit, 1990). Universitas Sumatera Utara
  • 23. Sunarjono (2000) mendefinisikan break event point adalah titik pulang pokok dimana total revenue sama dengan total cost. Dilihat dari jangka waktu pelaksanaan sebuah usahatani, terjadinya titik pulang pokok TR = TC tergantung pada arus lama penerimaan sebuah usahatani dapat menutupi segala biaya operasi dan pemeliharaan beserta biaya modal lainnya. Universitas Sumatera Utara