SlideShare a Scribd company logo
1 of 19
Download to read offline
KETERBUKAAN KONTRAK
DALAM EITI
Tim Penyusun
Resa Raditio, SH., MH
Dyah Paramitha, SH., LL.M
	
  	
  	
  	
  	
  	
  	
  	
  	
  	
  	
  	
  	
  	
   	
   	
  	
  	
  	
  	
  	
  	
  	
  	
  	
  	
  	
  	
  	
  	
  	
  	
  	
  	
  	
  	
  	
  	
  	
  	
  	
  	
  	
  	
  	
  	
  	
  	
  	
  	
  	
  	
  	
  	
  	
   	
  
" 1
Latar Belakang
Saat ini EITI sedang menyusun sebuah tinjauan strategis untuk memperbaiki standar EITI di
masa depan. Salah satu proposal yang diangkat adalah mengenai dorongan atau permintaan mem-
buka kontrak antara pemerintah dan perusahaan ekstraktif. Dewan EITI saat ini sedang mengum-
pulkan pandangan dari Negara pelaksana EITI perihal hal ini. Jika disetujui, maka keputusan ter-
hadap topik ini akan dimasukkan sebagai bagian dari keputusan Dewan dalam Konferensi Global
EITI ke-6 yang akan diselenggarakan di Sydney bulan Mei 2013.1
Standar EITI akan melingkupi informasi tentang kontrak antara Pemerintah dengan perusa-
haan ekstraktif. Beberapa stakeholder mempertimbangkan bahwa pembukaan kontrak diminta su-
paya memudahkan pembaca laporan EITI untuk dapat membandingkan data penerimaan dengan
term financial yang tertera dalam kontrak (termasuk insentif, bagian pemerintah dalam proyek-
proyek, provisi atas sosial dan lingkungan, dan seterusnya). Sementara beberapa stakeholder yang
lain menyatakan kekhawatiran bahwa membuka kontrak akan membuka juga informasi yang rele-
van secara komersial yang akan merusak kompetisi dan pengembangan bisnis.2
Beberapa Negara seperti Liberia, Republik Kongo dan Afghanistan telah membuat komit-
men untuk transparansi kontrak. Pemerintah mereka secara terbuka telah membuka kontrak (me-
lalui website)3 dan menunjukkan term yang terkait dengan pemberian izin ekplorasi dan eksploitasi.
Beberapa stakeholder berargumentasi bahwa Negara pelaksana EITI seharusnya mempublikasi kon-
trak dalam website pemerintah. Sebagian stakeholder yang lain mendorong, tetapi menyerahkan
sepenuhnya kepada Negara pelaksana, sebagian yang lain lagi tidak menyebut setuju atau tidak. 4
Adapun opsi-opsi yang diberikan dari Dewan EITI terkait dengan keterbukaan kontrak ini
antara lain: 5
Opsi 1: Standar EITI di masa depan seharusnya mensyaratkan bahwa semua negara pelaksana
EITI untuk secara umum membuka setiap kontrak di website pemerintah secara terpusat, yang juga
" 2
1	
  Notulensi	
  Diskusi	
  Contract	
  Disclosure	
  di	
  Sekretariat	
  EITI,	
  Kementerian	
  Koordinator	
  Bidang	
  Perekonomian	
  Gedung	
  BUMN	
  
lantai	
  8,	
  21	
  Desember	
  2012	
  
2	
  Ibid
3	
  Contoh	
  pada	
  website	
  Ministry	
  of	
  Mines	
  Islamic	
  of	
  Afghanistan	
  http://mom.gov.af/en/page/1384
4	
  Ibid	
  
5	
  Lihat	
  Surat	
  Sekretariat	
  EITI	
  Indonesia,	
  tertanggal	
  18	
  Desember	
  2012
mencantumkan persyaratan dalam kontrak sesuai dengan izin dan operasi eksplorasi dan eksploi-
tasi.
Opsi 2 : Standar EITI di masa depan seharusnya mensyaratkan bahwa semua negara pelaksana
EITI untuk secara umum membuka setiap kontrak di website pemerintah yang juga mencantumkan
persyaratan dalam kontrak sesuai dengan izin dan operasi eksplorasi dan eksploitasi, dengan be-
berapa pengecualian. Pengecualian tersebut mungkin termasuk membatasi pembukaan rencana
kontrak di masa depan, dan/atau kontrak yang menghasilkan penerimaan yang signifikan yang dila-
porkan dalam EITI, dan/atau memungkinkan untuk mengubah redaksi atas informasi yang sensitif
secara komersial.
Opsi 3 : Standar EITI di masa depan seharusnya mendorong (tetapi tidak mensyaratkan) bahwa
semua Negara pelaksana EITI untuk secara umum membuka setiap kontrak di website pemerintah
tunggal yang juga mencantumkan persyaratan dalam kontrak sesuai dengan izin dan operasi eksplo-
rasi dan eksploitasi.
Opsi 4: Standar EITI di masa depan hanya menyatakan bahwa Negara pelaksana berkeinginan un-
tuk secara umum membuka setiap kontrak di website pemerintah tunggal yang juga mencantumkan
persyaratan dalam kontrak sesuai dengan izin dan operasi eksplorasi dan eksploitasi. Peraturan EITI
tidak akan memandatkan atau mendorong untuk membuka hal ini.
Sengketa informasi di Komisi Informasi terkait dengan dokumen PSC antara Yayasan Pusat
Pengembangan Informasi Publik (YPIP) dan BP Migas6 beberapa waktu lalu merupakan hal yang
dapat kita pelajari. Dalam hal ini, YPIP meminta beberapa dokumen kontrak, diantaranya kontrak
Bagi Hasil Chevron Indonesia akan tetapi tidak diberikan oleh BP Migas dengan alasan bahwa PSC
termasuk informasi yang dikecualikan berdasarkan UU lain sebagaimana diatur pada Pasal 17 huruf
j UU No. 14 Tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi Publik juncto Pasal 22 PP No. 35 Tahun
2004 tentang Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi. Akan tetapi, putusan Komisi Informasi
No.356/IX/KIP-PS-M-A/2011 memutuskan bahwa informasi yang dimohon dalam perkara a quo
adalah merupakan informasi yang terbuka untuk sebagian, dan memerintahkan BP Migas untuk
menghitamkan sebagian. Dengan adanya putusan atas kasus tersebut di Komisi Informasi Pusat
(KIP) maka sudah selayaknya kontrak-kontrak non-pengadaan seperti Kontrak Karya, PKP2B, dan
PSC dinyatakan terbuka kepada publik.
" 3
6	
  Sesuai	
  dengan	
  Perpres	
   No.	
  95	
  tahun	
  2012,	
   dan	
  Keputusan	
   Menteri	
  No.	
  3135/K/08/MPF/2012	
  tentang	
  pengalihan	
  
tugas,	
  fungsi,	
  dan	
  organisasi	
  dalam	
  pelaksanaan	
  kegiatan	
  usaha	
  minyak	
  hulu,	
  BP	
  Migas	
  sekarang	
   berubah	
  menjadi	
  Sa-­‐
tuan	
  Kerja	
  Sementara	
  Pelaksana	
  Kegiatan	
  Usaha	
  Hulu	
  Minyak	
  dan	
  Gas	
  Bumi	
  /	
  SKSP	
  Migas).
Kontrak-Kontrak Pertambangan di Indonesia
Production Sharing Contract (PSC)
Production Sharing Contract (PSC) adalah skema pengelolaan sumber daya minyak dan gas
(migas) dengan berpedoman kepada bagi hasil produksi, antara pemilik sumber daya dan investor.
PSC dimulai tahun 1960-an terinspirasi dengan model pengelolaan bagi hasil di pertanian yang su-
dah turun temurun di Indonesia. Kontrak Bagi Hasil diberikan untuk mencari dan mengembangkan
cadangan hidrokarbon di area tertentu sebelum berproduksi secara komersial. PSC berlaku untuk
beberapa tahun tergantung pada syarat kontrak, tergantung penemuan minyak dan gas dalam jumlah
komersial dalam suatu periode tertentu, meskipun pada umumnya periode ini diperpanjang.
PSC dimulai di Indonesia 1966 antara Pertamina dan IIAPCO, dan kemudian model PSC
terus berlanjut di Indonesia dari generasi ke generasi. PSC merupakan salah satu bentuk Kontrak
Kerja Sama (KKS) yang diatur di dalam UU Migas No. 22 tahun 2001. Ruang lingkup UU ini tidak
hanya sebatas pada aspek migasnya tapi juga merambah pada aspek hukum, ekonomi, dan aspek
fiskal.7 Model PSC di Indonesia telah mengalami beberapa kali perubahan yang secara garis besar
terbagi menjadi 4 (empat) generasi. Prinsip-prinsip PSC pada tiap generasi tergambar pada tabel di
bawah ini.
Tabel 1. Perbandingan Model PSC Indonesia Berdasarkan Generasi
Generasi PSC Prinsip Utama
Generasi I (1964-1977) - Manajemen operasi berada di tangan Pertamina
- Kontraktor menyediakan seluruh biaya operasi perminyakan
- Kontraktor akan memperolah kembali seluruh biaya operasinya dengan
ketentuan maksimum 40% setiap tahun
- Dari 60% dibagi menjadi Pertamina 65% dan Kontraktor 35%
- Pertamina membayar pajak pendapatan kontraktor kepada pemerintah
- Kontraktor wajib memenuhi kebutuhan Bahan Bakar Minyak (BBM) untuk
dalam negeri secara proporsional (maksimum 25% bagiannya) dengan harga
US$ 0.20/barel
- Semua peralatan dan fasilitas yang dibeli oleh kontraktor menjadi milik Per-
tamina
- Interest kontraktor ditawarkan kepada Perusahaan Nasional Indonesia sete-
lah dinyatakan komersial
- Sejak tahun 1974 sampai dengan tahun 1977, kontraktor diwajibkan mem-
berikan tambahan pembayaran kepada pemerintah (karena pada tahun
1973/1974 terjadi lonjakan harga minyak dunia
" 4
7	
  Project	
  Economics	
  Analysis	
  in	
  Production	
  Sharing	
  Contract,	
  
http://informasi-­‐training.com/projects-­‐economics-­‐analysis-­‐in-­‐production-­‐sharing-­‐contract.	
  diakses	
  pada	
  6	
  September	
  2012
Generasi PSC Prinsip Utama
Generasi II (1978-1987) - Tidak ada batas pengembalian biaya operasi (cost recovery) yang diperhi-
tungkan oleh kontraktor. Hal ini karena diterapkannya GAAP/Generally
Accepted Accounting Procedure)
- Setelah dikurangi biaya-biaya, pembagian hasil menjadi minyak : 65,91%
untuk Pertamina; 34,09% untuk kontraktor. Sedangkan gas : 31,80% untuk
Pertamina; 68,20% untuk kontraktor
- Kontraktor membayar pajak 56% secara langsung kepada pemerintah. Hal
ini karena tahun 1976, Pemerintah Amerika Serikat mengeluarkan IRS Ruling
yang antara lain menetapkan bahwa penyetoran 60% Net Operating Income
PSCdianggap sebagai royalti, sehingga disarankan kontraktor membayar
pajak secara langsung kepada pemerintah.
- Kontraktor mendapat insentif, yaitu harga ekspor penuh minyak Domestic
Market Obligation (DMO) setelah lima tahun pertama produksi
- Insentif pengembangan 20% dari modal yang dikeluarkan untuk fasilitas
produksi
Generasi III (1988-2002) - Kontraktor membayar pajak sebesar 48%. Ketentuan tarif pajak baru ini telah
dikeluarkan pemerintah sejak 1984, namun peraturan tersebut baru dapat
diterapkan untuk kontrak yg ditandatangani tahun 1988, karena dalam pe-
rundingan, pihak kontraktor maish cenderung menggunakan peraturan
pajak lama.
- Pembagian hasil menjadi : Minyak 71,15% untuk Pertamina; 28,85% untuk
Kontraktor. Gas 42,31% untuk Pertamina; 57,69% untuk Kontraktor.
Generasi IV (2002-
sekarang)
- Para pihak yang berkontrak adalah Badan Pelaksana (BPMIGAS) dengan
Badan Usaha dan/atau Badan Usaha Tetap
- Pembagian hasil : Minyak, 85% untuk Badan Pelaksana dan 15% untuk Kon-
traktor (BU/BUT). Gas, 70% untuk Badan Pelaksana dan 30% untuk Kon-
traktor (BU/BUT)
- Kontraktor membayar pajak penghasilan sebesar 48%
- Kontraktor wajib memenuhi kebutuhan pasar dalam negeri-Domestic Market
Obligation (DMO) sebesar 25% dari bagian kontraktor.
- Terdapat ketentuan penyertaan modal (participating interest) sebesar 10% un-
tuk Pemerintah Daerah
Sumber: Salim (2004).
!
Kontrak Karya (KK) dan Perjanjian Karya Pengusahaan Batu Bara (PKP2B)
Dalam Pasal 1 Keputusan Menteri Pertambangan dan Energi Nomor
1409.K/201/M.PE/1996 tentang Tata Cara Pengajuan Pemrosesan Pemberian Kuasa Pertambangan,
izin Prinsip, Kontrak Karya dan Perjanjian Karya Pengusahaan Pertambangan Batubara telah diten-
tukan pengertian kontrak karya. Kontrak Karya (KK) adalah:8
“suatu perjanjian antara Pemerintah Republik Indonesia dengan perusahaan swasta asing
atau patungan antara asing dengan nasional (dalam rangka PMA)”
Ismail Suny mengartikan Kontrak Karya sebagai berikut:
“Kerja sama modal asing dalam bentuk kontrak karya (contract of work) terjadi apabila
penanaman modal asing membentuk satu badan hukum Indonesia dan badan hukum Indone-
sia ini mengadakan kerja sama dengan satu badan hukum yang mempergunakan modal na-
sional”
" 5
8	
  H.	
  Salim	
  HS.	
  Hukum	
  Pertambangan	
  di	
  Indonesia.	
  Jakarta:	
  Rajawali	
  Pers,	
  2010.	
  Hal.	
  127
Definisi tersebut ada kesamaan dengan definisi yang dikemukakan oleh Sri Woelan Aziz. Ia men-
gartikan Kontrak Karya adalah:
“suatu kerja sama di mana pihak asing membentuk suatu badan hukum Indonesia dan badan
hukum Indonesia ini bekerja sama dengan badan hukum Indonesia yang menggunakan modal
nasional”
Kedua pandangan di atas melihat bahwa badan hukum asing yang bergerak dalam bidang
kontrak karya harus melakukan kerja sama dengan badan hukum Indonesia yang menggunakan
modal nasional. Namun, di dalam peraturan perundang-undangan tidak mengharuskan kerja sama
dengan badan hukum Indonesia di dalam pelaksanaan kontrak karya. Pertanyaannya sekarang ba-
gaimana dengan kontrak karya yang seluruh modalnya dari pihak asing, seperti halnya PT Freeport
Indonesia. Sumber pembiayaan perusahaan ini 100% dari pihak asing, dan perusahaan ini tidak
bekerja sama dengan modal domestik.9
Dengan demikian, definisi kontrak karya di atas perlu dilengkapi dan disempurnakan menjadi:
“Suatu perjanjian yang dibuat antara Pemerintah Indonesia dengan kontraktor asing
semata-mata dan/atau merupakan patungan antara badan hukum asing dengan badan hukum
domestik untuk melakukan kegiatan eksplorasi maupun eksploitasi dalam bidang pertamban-
gan umum, sesuai dengan jangkaa waktu yang disepakati oleh kedua belah pihak.”
Definisi ini merupakan definisi yang lengkap karena di dalam kontrak karya tidak hanya mengatur
hubungan hukum antara para pihak, namun juga mengatur tentang objek kontrak karya.
Dengan demikian, dapat dikemukakan unsur-unsur yang melekat dalam kontrak karya,
yaitu:10
1. Adanya kontraktual, yaitu perjanjian yang dibuat oleh para pihak;
2. Adanya subjek hukum, yaitu Pemerintah Indonesia/Pemerintah Daerah (provinsi/kabupaten/
kota) dengan kontraktor asing semata-mata dan/atau gabungan antara pihak asing dengan
pihak Indonesia;
3. Adanya objek, yaitu eksplorasi dan eksploitasi;
4. Dalam bidang pertambangan umum; dan
5. Adanya jangka waktu di dalam kontrak.
Sedangkan Perjanjian Karya Pengusahaan Pertambangan Batu Bara (PKP2B) merupakan
salah satu jenis kontrak dalam pengusahaan pertambangan, khususnya dalam bidang batubara. Per-
janjian ini dibuat antara Pemerintah Indonesia dengan perusahaan kontraktor swasta. Istilah perjan-
jian karya kita temukan dalam Pasal 10 ayat (2) dan ayat (3) UU Nomor 11 Tahun 1967 tentang
" 6
9	
  H.	
  Halim	
  HS.,	
  Ibid.,	
  hal	
  129.
10	
  H.	
  Halim	
  HS.,	
  Ibid.,	
  hal.	
  130.
Pertambangan. Namun, kontruksi yang digunakan dalam ketentuan itu tidak hanya perjanjian dalam
pertambangan batubara semata-mata, tetapi juga dalam bidang pertambangan emas, tembaga dan
perak dll.11
Perjanjian Perdata yang Memiliki Sifat Publik
Dalam beberapa tradisi hukum administrasi, dikenal adanya penyerahan kewenangan penye-
lenggaraan sektor pemerintahan atau pelayanan publik kepada pihak ketiga, yang disebut dengan
“delegasi”. Salah satu bentuk delegasi yang berbentuk perjanjian adalah Konsesi. Menurut Prajudi,
konsesi merupakan kombinasi dari izin dan dispensasi yang diikuti oleh pelimpahan kewenangan
pemerintahan secara terbatas kepada penerima konsesi. Ini berbeda dari pengertian konsesi secara
umum yang dianut oleh lembaga keuangan seperti World Bank. 12
Dalam tulisannya, Prajudi telah memberikan peringatan bahwa sistem konsesi rawan untuk
disalah gunakan, karena besarnya kekuasaan yang dimiliki penerima konsesi.13 Prajudi memberikan
contoh dimana beberapa konsesi memberikan penerimanya kewenangan untuk membuat lapangan
terbang, merelokasi penduduk, membentuk satuan pengamanan internal, dan membangun infra-
struktur seperti telepon, jalan-jalan dan pembangkit listrik.14
Syarifudin15 menganggap bahwa tugas-tugas yang diemban oleh penerima konsesi dan ter-
cantum dalam perjanjian konsesi pada hakekatnya merupakan tugas-tugas pemerintahan. Dengan
demikian, menurut Syarifuddn, penerima konsesi dapat dianggap sebagai pejabat publik yang men-
gerjakan tugas-tugas pemerintahan.16 Apabila penerima konsesi merupakan pejabat publik menurut
" 7
11	
  H.	
  Halim	
  HS.,	
  Ibid.,	
  hal.	
  225.
12	
  Dalam	
  artian	
  umum,	
  konsesi,	
  bersama	
   affermage	
  dan	
  kontrak	
  manajemen	
  sering	
  diartikan	
  sebagai	
  model	
  dari	
  partisipasi	
  
sektor	
  privat.	
  Menurut	
  World	
  Bank,	
  sebuah	
  Konsesi,	
  “…gives	
  a	
  private	
  operator	
  responsibility	
  not	
  only	
  for	
  the	
  operation	
  and	
  
maintenance	
  of	
  assets	
   but	
   also	
  for	
  6inancing	
  and	
  managing	
  investment.	
  Asset	
   ownership	
  typically	
  rests	
   with	
  the	
   government	
  
from	
  a	
  legal	
   perspective,	
  however,	
  and	
  rights	
  to	
  all	
  the	
  assets,	
  	
  including	
  those	
  created	
  by	
  the	
  operator,	
  typically	
  revert	
  to	
  the	
  
government	
  when	
  the	
   arrangement	
  ends—often	
  after	
  25	
  or	
  30	
  years.”	
  Lihat	
  Public-­‐Private	
   Infrastructure	
  Advisory	
  Facility,	
  
Approaches	
  to	
  private	
  participation	
  in	
  water	
  services	
  :	
  a	
  toolkit	
  (International	
  Bank	
  for	
  Reconstruction	
  and	
  Development	
  and	
  
the	
  World	
  Bank	
  2006)	
  p.	
  10	
  Namun	
  demikian,	
  sebenarnya	
  pengertian	
  konsesi	
  yang	
  diambil	
  dari	
  sistem	
  hukum	
  Perancis	
  oleh	
  
World	
  Bank	
  ini	
  terkandung	
  delegasi	
  kekuasaan	
  pemerintahan.	
  Karakter	
  delegasi	
  tersebut	
  jarang	
  didiskusikan	
  oleh	
  lembaga	
  
keuangan	
  internasional.	
  Dalam:	
  Mova	
   Al’Afghani,	
  Seri	
  Anotasi	
  Pasal	
  11	
   (1)	
  (e)	
  Draft	
  versi	
  01:	
  Perjanjian	
   Badan	
   Publik	
  
dengan	
  Pihak	
  Ketiga	
  Anotasi	
  Pasal	
  11	
  ayat	
  (1)	
  (e)	
  Undang-­‐Undang	
  Nomor	
  14	
  Tahun	
  2008,	
  hal	
  4.
13	
  Atmosudirdjo,	
  P.,	
  Hukum	
  administrasi	
  negara	
  (Ghalia	
  Indonesia	
   1981)	
   at	
  p.98-­‐99	
  Dalam:	
  Mova	
   Al’Afghani.	
  Seri	
  Anotasi	
  
Pasal	
  11	
  (1)	
  (e)	
  Draft	
  versi	
  01,	
  Ibid.,	
  hal.	
  5
14	
  Ibid	
  at	
  p	
  98	
  	
  Dalam:	
  Mova	
  Al’Afghani.	
  Seri	
  Anotasi	
  Pasal	
  11	
  (1)	
  (e)	
  Draft	
  versi	
  01,	
  Ibid.
15 	
   Syafrudin,	
   “Perizinan	
   Untuk	
   Berbagai	
   Kegiatan”,	
   tidak	
   dipublikasikan,	
   sebagaimana	
   dikutip	
   oleh	
   Pudyatmoko	
   dalam	
  
Pudyatmoko,	
  Y.S.,	
   Perizinan:	
   Problem	
   dan	
   Upaya	
   Pembenahan	
   (Grasindo	
  2009)	
   	
   Dalam:	
   Mova	
   Al’Afghani.	
  Seri	
   Anotasi	
  
Pasal	
  11	
  (1)	
  (e)	
  Draft	
  versi	
  01.,	
  Ibid.
16 	
  Marbun,	
  S.F.,	
  Peradilan	
  administrasi	
  negara	
  dan	
  upaya	
  administra1f	
  di	
  Indonesia	
  (UII	
  Press	
  2003)	
  p.60	
   	
  Dalam:	
  
Mova	
  Al’Afghani.	
  Seri	
  Anotasi	
  Pasal	
  11	
  (1)	
  (e)	
  DraF	
  versi	
  01.,	
  Ibid.
teori hukum administrasi negara, maka keputusan pejabat konsesi merupakan Keputusan Tata
Usaha Negara yang dapat dibatalkan oleh Pengadilan Tata Usaha Negara. Instrumen delegasinya
sendiri – yang berbentuk kontrak konsesi – pada hakekatnya merupakan bentuk lain dari kombinasi
izin, dispensasi dan delegasi, yang mana pada hakikatnya merupakan dokumen publik. Namun de-
mikian, para penulis kontemporer seperti Simatupang beranggapan bahwa kontrak konsesi bukan
merupakan Keputusan TUN yang bisa ditelaah oleh Pengadilan TUN.17
Para ahli administrasi negara membedakan antara kontrak kontrak yang memiliki dimensi
publik – seperti konsesi yang didalamnya terdapat delegasi kewenangan dengan kontrak-kontrak
perdata murni yang tidak memiliki aspek delegasi. Menurut Hadjon18 dkk, kontrak-kontrak dimana
negara menundukkan dirinya secara privat dan bertingkah laku seperti layaknya subyek hukum per-
data lainnya, seperti kontrak jual-beli, sewa-menyewa atau pengalihan aset tidak tunduk kepada
hukum publik, walaupun mekanismenya bisa didahului oleh dan diatur dalam aturan pemerintahan
mengenai penggunaan anggaran negara atau penggunaan aset negara.19 Walaupun kontrak-kontrak
tersebut didahului oleh keputusan TUN, menurut UU PTUN keputusan termaksud tidak termasuk
ke dalam yurisdiksi TUN.20
Akibat hukum dari penerimaan delegasi ini setidaknya ada dua. Pertama, pihak swasta pen-
erima delegasi sejauh melaksanakan kewenangan yang diperolehnya dari pemerintah merupakan
pejabat publik yang putusannya secara teoritis dapat dikategorikan sebagai putusan TUN dan ja-
batannya dianggap sebagai Badan Publik. Kedua, dokumen dimana didalamnya terdapat delegasi
kewenangan tersebut secara teoritis dapat dikategorikan sebagai dokumen publik, baik karena isi-
nya maupun karena penerima delegasinya merupakan Badan Publik.
Sistem pengadaan barang dan jasa tidak menjadi penentu apakah suatu kontrak berisi dele-
gasi kewenangan pemerintahan ataupun tidak. Yang dapat menjadi patokan adalah isinya sendiri.
Apabila suatu kontrak mengandung kewenangan yang bersumber dari hukum publik, baik itu pera-
turan perundang-undangan maupun keputusan TUN yang mana kekuasaan pihak yang berkontrak
tersebut menjadi hilang apabila hukum publik yang menjadi sumber kewenangannya dicabut, maka
kontrak tersebut berisi kewenangan penyelenggaraan pemerintahan.
" 8
17 	
  Simatupang,	
  D.P.,	
  Jawaban	
   Tentang	
  Konsesi	
  (Email	
   Correspondence	
   2011)	
   	
  Dalam:	
  Seri	
  Anotasi	
  Pasal	
   11	
  (1)	
   (e)	
   Draft	
  
versi	
  01.,	
  Ibid.
18	
  Hadjon,	
  P.M.	
  and	
  others,	
  Pengantar	
  Hukum	
  Administrasi	
  Indonesia	
  (Introduction	
  to	
  Indonesian	
  Administrative	
  Law)	
  
(Gadjah	
  Mada	
  University	
  Press	
  1993)	
  p.	
  166-­‐167.	
  Dalam:	
  Seri	
  Anotasi	
  Pasal	
  11	
  (1)	
  (e)	
  Draft	
  versi	
  01.,	
  Ibid.
19	
  ibid	
  p.	
  166-­‐167.	
  Dalam:	
  Seri	
  Anotasi	
  Pasal	
  11	
  (1)	
  (e)	
  Draft	
  versi	
  01.,	
  Ibid.
20	
  Undang	
  Undang	
  No.	
  5	
  Tahun	
  1986	
  Tentang	
  Peradilan	
  Tata	
  Usaha	
  Negara	
  Article	
  2.b.	
  Pasal	
  ini	
  mengecualikan	
  tindakan	
  per-­‐
data	
  dan	
  penjelasannya	
  mengacu	
  pada	
  kegiatan	
  jual	
  beli	
  biasa.	
  Pasal	
   ini	
  dan	
  penjelasannya	
  tidak	
  mengatur	
  perihal	
  tindakan	
  
perdata	
  yng	
  didalamnya	
  terkandung	
  delegasi	
  kewenangan.	
  	
  Dalam:	
  Seri	
  Anotasi	
  Pasal	
  11	
  (1)	
  (e)	
  Draft	
  versi	
  01.,	
  Ibid.
Klausul Kerahasiaan dalam kontrak
ICEL dalam hal ini telah melakukan telaah terhadap sejumlah dokumen PSC21, KK22 dan
PKP2B23, khususnya terkait dengan klausul kerahasiaan (confidentiality clause) pada dokumen
tersebut, sebagaimana contoh di bawah ini:
“Not disclose any geological, geophysical, petrophysical, engineering, well logs and completion,
status reports and any other data as CONTRACTOR may compile during the term hereof to third
parties without GOI’s written concern. This paragraph shall survive after the life of this CON-
TRACT”24.
“Not disclose all original data resulting from Petroleum Operations including but not limited to
geological, geophysical, petrophysical, engineering, well and completion logs, status reports and
any other data as CONTRACTOR may compile during the term hereof to third parties without
informing CONTRACTOR and getting the consent of CONTRACTOR for disclosure such data”.
Klausul tersebut di atas pada umunya tercantum pada hampir semua PSC yang ada di Indo-
nesia . Dalam hal ini, informasi yang dirahasiakan pada PSC cukup jelas yakni mencakup well log
atau data detail mengenai sumur yang di bor, dimana informasi tersebut tidak terdapat pada kontrak,
melainkan pada dokumen tersendiri. Sedangkan pada putusan Komisi Informasi (KI) antara YPIP
dengan BP Migas sendiri ada informasi yang dikecualikan akan tetapi dokumen Production Sharing
Contract (PSC) itu sendiri terbuka.
Sementara itu, pada Kontrak Karya dan PKP2B, menurut kajian yang dilakukan ICEL pada
beberapa contoh KK dan PKP2B yang ada, tidak ditemukan adanya klausul khusus mengenai in-
formasi rahasia yang dinyatakan tertutup oleh kedua belah pihak dalam isi kontrak-kontrak tersebut.
Gambaran umum isi dari PSC, KK dan PKP2B, terlampir pada Lampiran I.
Di tingkat internasional, pada Model Mining Development Agreement (MMDA) yang diga-
gas oleh Mining Law Committee pada International Bar Association, dihasilkan suatu model
dokumen kontrak pertambangan umum yang didalamnya menyatakan bahwa kontrak merupakan
dokumen publik dan mengadopsi prinsip EITI, sebagaimana berikut ini25:
" 9
22 	
  Persetujuan	
  Modidikasi	
  dan	
  Perpanjangan	
  Kontrak	
  Karya,	
  15	
  Januari	
  1996	
  antara	
  Pemerintah	
  Indonesia	
   dan	
  PT	
  Interna-­‐
tional	
  Nickel	
  Indonesia	
  (PT	
  INCO),	
  Kontrak	
  Karya	
  Pemerintah	
  Indonesia	
  dan	
  PT	
  Nusa	
  Halmahera	
  Minerals
23	
  PKP2B	
  antara	
  Perusahaan	
  Negara	
  Tambang	
  Batubara	
  dan	
  PT	
  Arutmin	
  Indonesia,	
  PKP2B	
  antara	
  Pemerintah	
  Indonesia	
  dan	
  
PT	
  Kalteng	
  Coal
24	
  PSC-­‐	
  BP	
  MIGAS-­‐PT	
  Pertamina	
  EP	
  Cepu-­‐Mobil	
  Cepu-­‐AMPOLEX.	
  Contract	
  Area	
  Cepu	
  2005,,	
  Pasal	
  5.1.2.1.	
  dan	
  52.6
25	
  Model	
  Mining	
  Development	
  Agreement,	
  http://www.mmdaproject.org/?p=1676
This Contract a Public Document
a. This Agreement and the Documents required to be submitted under Section 2.4, by any past
and present Parties is a public document, and shall be open to free inspection by members
of the public at the appropriate State office and at the files designated in the following sub-
section (e), and at the Company’s office in the State during normal office hours.
b. There shall be a presumption that any information regarding this Agreement, or the activi-
ties taken under this Agreement is public, other than Confidential Information.
c. All reports and submissions by the Company to the State, and all responses by the State, are
freely available on request to the State or the Company, provided that Confidential Informa-
tion may be redacted prior to disclosure.
d. The Company shall maintain document files to facilitate public access to this Agreement and
the Documents, and informed participation in all Consultation required by this Agreement.
These files shall contain this Agreement, the Documents, all adopted updates and amend-
ments thereto, and information on payments and reporting under Section 30.0 of this
Agreement. These files shall be maintained at the following locations and shall be open to
all members of the public during normal business hours:
e. On payment of a reasonable fee prescribed by the State, any member of the Public shall be
entitled to obtain a copy of this Agreement from the appropriate State office or at the Com-
pany’s offices listed above.
The term “Confidential Information” does not mean or include information that:
a. becomes publicly available without wrongful disclosure;
b. was obtained by a Party from a Third Party who is not known by the obtaining Party to be
under any obligation of confidentiality with respect to such information;
c. is required to be disclosed by Applicable Law, by any law to which the Company or its Af-
filiates is subject, by any court proceeding or arbitral award, or by any applicable rule of a
stock exchange;
d. is disclosed to Affiliates, professional advisers, potential providers of finance, bona fide po-
tential purchasers; or
e. Confidential Information specifically related to any part of the Mining Area that is relin-
quished from the provisions of this Agreement.
f. The Company and the State shall implement the Extractive Industries Transparency Initia-
tive (EITI) and, where appropriate, the Company shall contribute to the State’s implementa-
tion of the EITI by becoming an EITI supporting company.
g. The Company and the State shall each comply with requirements of the Extractive Industries
Transparency Initiative with respect to all payments and reporting to be made by either of
them pursuant to this Agreement. Breach by one Party of these provisions shall not excuse
compliance by the other Party.
Sedangkan mengenai informasi rahasia, MMDA menyebutkan bahwa informasi rahasia
terkait dengan informasi personal, hak atas kekayaan intelektual, yang pada prinsipnya mengacu
pada ketentuan Undang-undang Keterbukaan Informasi Publik. Klausul informasi rahasia pada
MMDA adalah sebagai berikut:
" 10
Certain Information Confidential
a. Confidential Information shall be retained by the State and the Company in strictest confi-
dence and shall not be disclosed to any third party without the express prior written consent
of the other Party, which consent shall not be unreasonably withheld, conditioned or de-
layed, provided that the Company’s consent shall be deemed given if not withheld in writing
within 24 hours after the State notifies the Company in writing of an emergency situation
where disclosure is required to protect the health, safety, and security of the citizens
b. “Confidential Information” shall mean:
c. Information that is by law confidential under Applicable Law;
d. Personnel matters, health records of individual employees, or other documents in which
employees or others have a reasonable expectation of privacy and other matters that involve
the privacy of individuals;
e. Confidential technical or proprietary information regarding equipment, process innovations,
or business secrets;
f. Confidential legal matters, including advice from attorneys;
g. The Company’s intellectual property related to the Project, including geological information
and mineral reserves;
h. Information (other than Confidential Information) obtained in the course of an audit as set
forth in Section 11.0 above;
i. Information disclosed to the other Party to this Agreement designated as “Confidential” by
Notice to the other Party at the time of its initial disclosure to such Party, provided that such
designation shall be deemed to be a representation that the disclosing Party has reasonably
determined after review of such information that maintaining the confidentiality of such in-
formation is necessary to protect business secrets or proprietary information .
Dalam kontrak non pengadaan, transparansi dan akuntabilitas berfungsi penting dalam
rangka mencegah praktik mark down. Kontrak non-pengadaan seperti kontrak karya (production
sharing contract) atau tukar guling (ruilslag) misalnya memang merupakan salah satu yang ter-
masuk perjanjian perdata, namun kerap ditengarai menimbulkan kerugian negara karena peneri-
maan negara tidak sepadan dengan besarnya nilai konsesi yang diberikan atau nilai aset yang dile-
pas kepada investor. Dengan transparansi dan akuntabilitas terdapat kewajiban pemerintah untuk
mengungkap informasi dalam batas tertentu baik tentang objek maupun nilai kontrak berikut profil
orang atau badan usaha dengan siapa pemerintah berkontrak (buyer profile), disitulah kepentingan
publik muncul dalam perjanjian perdata seperti ini.26 Sehingga, penerapan prinsip transparansi dan
akuntabilitas tidak saja penting dalam mencegah kerugian keuangan negara, tetapi juga untuk
mencegah beralihnya aset negara secara tidak sah.
Penyalahgunaan kontrak dengan tujuan untuk merugikan keuangan negara menjadi fenom-
ena yang sering kita jumpai di masyarakat. Banyaknya praktik korupsi dengan cara konspirasi
yang menggunakan kontrak sebagai instrumen terjadi karena transparansi dan akuntabilitas tidak
" 11
26	
  Tengku	
  Nathan	
  Machmud,	
  The	
  Indonesian	
  Production	
  Sharing	
  Contract	
  (An	
  Investor’s	
  Perspective),	
  Kluwer	
  Law	
  Inter-­‐
national,	
  The	
  Hague,	
  2000,	
  p.	
  189
dijalankan secara konsisten. Kontrak pemerintah sering tidak terkontrol karena memang tidak ada
aturan yang jelas tentang bagaimana mekanisme pengawasan dapat diterapkan. Inilah yang men-
gakibatkan kita tercengang dan marah melihat betapa besarnya keuangan dan atau aset negara telah
tergerogoti baik melalui kontrak atau perjanjian-perjanian perdata yang sifatnya non-pengadaan.
Dalam situasi seperti ini upaya penindakkan karenanya menjadi langkah dominan dalam rangka
pemulihan kerugian negara. Sementara kebijakan dalam rangka penerapan prinsip transparansi dan
akuntabilitas ke dalam suatu aturan hukum yang kongkrit terabaikan.
Mengapa Transparansi Kontrak?
Transparansi Kontrak sangat penting bagi pengelolaan yang bertanggung jawab pada sum-
ber daya alam dan juga potensi pertumbuhan dan pembangunan ekonomi yang dapat menghasilkan
sumber daya alam. Pemerintah, warga negara, dan investor semua memiliki banyak keuntungan dari
transparansi kontrak ini. Pemerintah akan dapat menegosiasikan kontrak yang lebih baik jika
mereka memiliki akses ke kontrak. Selain mereka, koordinasi antar instansi pemerintah dalam
memberlakukan dan mengelola kontrak akan dibuat lebih mudah. Dan terutama kecurigaan
masyarakat dari ketakutan yang tersembunyi dari kontrak akan berkurang.27
Dalam kerangka hukum yang mengatur industri ekstraktif, kontrak merupakan bagian ter-
penting yang hilang. Kontrak merupakan salah satu bagian dalam memahami "rantai nilai" dari be-
berapa poin yang saling berhubungan untuk pengembangan sumber daya alam. Pada setiap titik da-
lam rantai dari keputusan untuk mengeksploitasi dan eksplorasi sumber daya, pengumpulan penda-
patan, dan yang pada akhirnya pendapatan belanja negara ada peluang penting untuk meningkatkan
atau mengurangi nilai untuk sumber daya alam. Transparansi kontrak tidak akan menjadi obat mu-
jarab untuk meningkatkan pengelolaan sumber daya alam. Tetapi tanpa akses ke kontrak, gambaran
lengkap dari rantai nilai merupakan sesuatu yang mustahil, dan partisipasi masyarakat yang ikut
dalam proses itu juga menjadi rusak. Transparansi informasi di dalam kontrak sangat penting untuk
penegakan hukum yang efektif yang ada di dalam kontrak, yang paling krusial yaitu penegakkan
hukum untuk pelanggaran sosial dan lingkungan, di mana masyarakat dapat memantau kepatuhan.28
Transparansi kontrak juga akan membantu pemerintah mendapatkan kesepakatan yang lebih
baik bagi sumber daya mereka, memberikan insentif bagi pemerintah dan perusahaan untuk mem-
buat penawaran dalam jangka waktu yang panjang dan mencegah korupsi. Asimetri informasi da-
" 12
27 	
  Peter	
  Rosenblum	
  and	
  Susan	
  Maples.	
  Contract	
   ConJidential:	
  Ending	
  Secret	
  Deals	
  in	
  the	
   Extractive	
   Industries.	
  Revenue	
  
Watch	
  Institute.	
  Hal.	
  15.
28	
  Peter	
  Rosenblum	
  and	
  Susan	
  Maples.	
  Ibid.,	
  Hal.	
  16
pat menyebabkan sub-optimal penawaran, bahkan jika pemerintah sedang melakukan negosiasi un-
tuk kepentingan warganya. Transparansi Kontrak merupakan salah satu faktor penting dalam men-
ciptakan level of playing antara perusahaan dan pemerintah. Ketika warga memiliki informasi lebih
lanjut tentang kebijakan pemerintah dan tindakannya, pemerintah memiliki insentif yang lebih besar
untuk merespon kepentingan masyarakat, sehingga mengurangi masalah principal-agent. Akses
publik yang lebih luas akan memberikan peluang pemerintah untuk memenuhi insentif sebagai kon-
stituen sebanyak mungkin. Ini pada gilirannya akan menyebabkan kontrak lebih tahan lama dan
mengurangi kebutuhan untuk renegosiasi dari waktu ke waktu.29
Di Indonesia sendiri, pada industri pertambangan minerba, pelaksanaan Kontrak Karya di-
harapkan terlaksana dengan itikad baik sesuai dengan tahapan-tahapan yang ada, yaitu periode
penyelidikan umum, eksplorasi, studi kelayakan. Kontruksi dan eksploitasi (operasi) yang harus
dipenuhi oleh pihak kontraktor. Sedangkan pada pihak Pemerintah, agar terpenuhi persyaratan
sahnya Kontrak Karya, diperlukan persetujuan dari Presiden dan Dewan Perwakilan Rakyat (DPR),
yang pada saat penandatanganannya dapat diwakili oleh Menteri Pertambangan dan Sumber Daya
Energi.30 Karena Kontrak Karya (KK) tersebut harus mendapat persetujuan salah satunya dari DPR
maka sudah selayaknya dokumen Kontrak Karya tersebut menjadi dokumen terbuka. Sedangkan di
dalam, klausul KK dan PKP2B tidak ada klausul yang menyatakan larangan untuk memberi infor-
masi tanpa izin. Selain itu, Indonesia juga telah memiliki UU Keterbukaan Informasi Publik No. 14
tahun 2008 yang dapat dipergunakan oleh Pemerintah dalam rangka mendorong keterbukaan
dokumen kontrak dan mengecualikan informasi yang rahasia secara proporsional.
Praktek Keterbukaan Kontrak di Negara-Negara Lain
Kontrak Iron Ore Mittal Steel dengan Liberia
Banyak kontrak yang dihasilkan menjadi domain publik bukan melalui kebijakan pemerin-
tah atau secara praktik, namun melalui upaya pemberdayaan masyarakat di negara-negara tuan ru-
mah (host country) yang menggunakan koneksi mereka untuk mendapatkan akses keterbukaan kon-
" 13
29	
  Peter	
  Rosenblum	
  and	
  Susan	
  Maples.	
  Ibid.
30 	
  Made	
  Ester	
  Ida	
   Oka	
   Patty.	
  Pelaksanaan	
   Kontrak	
  Karya	
  antara	
  Pemerintah	
  Republik	
  Indonesia	
  dengan	
   Perseroan	
  
Terbatas	
   (PT)	
   Avocet	
   Bolaang	
  Mongondow.	
   Tesis.	
   Semarang:Program	
   Pascasarjana	
   Magister	
  Kenotariatan	
   Universitas	
  
Diponegoro,	
  2008.	
  Hal.	
  X.
trak. Warga masyarakat lokal di Liberia yang peduli pada nasib Pertambangan mampu mendapatkan
akses ke kontrak pertambangan bijih besi bernilai juta-juta dolar dengan Mittal Steel.31
The Sustainable Development Institute (SDI), sebuah LSM lokal Liberia yang bekerja pada
isu-isu sumber daya alam, meminta Pusat Hak Asasi Manusia Columbia untuk menganalisis kon-
trak. SDI menerbitkan memorandum yang ditulis Pusat HAM tersebut dalam media massa
nasional.32 Mittal menanggapi dengan iklan surat kabar sendiri, menyatakan bahwa kesimpulan da-
lam memorandum adalah palsu.33 Mittal menyatakan bahwa perjanjian dengan Liberia "cermin
dasarnya seperti itu dilakukan di tempat lain.”34 Global Witness, LSM tersebut didedikasikan untuk
mengekspos eksploitasi sumber daya alam yang korup dan sistem perdagangan internasional, menu-
lis sebuah analisis yang lebih rinci tentang kontrak Mittal, menambahkan lebih lanjut untuk me-
nekan renegosiasi.35
Pada tanggal 16 Januari 2006, Presiden Ellen Johnson-Sirleaf menerapkan kebijakan untuk
meninjau semua kontrak dan konsesi yang diadakan oleh pemerintahan sebelumnya.36 Review Ke-
bijakan adalah bagian dari strategi nasional untuk memfasilitasi pembangunan kembali di Liberia
setelah empat belas tahun dari perang saudara, dan itu tidak terbatas pada kontrak sumber daya
alam. Pemerintah transisi sebelum Sirleaf terdahulu dikenal sangat korup, sampai pada titiknya
bahwa masyarakat internasional mengembangkan program khusus untuk Liberia, yang disebut Ban-
tuan Pemerintahan Program Ekonomi dan Manajemen atau "GEMAP."37 GEMAP dirancang untuk
membangun kembali pembangunan di Liberia. Peninjauan kontrak dan renegosiasi sudah menjadi
bagian dari program ini.
" 14
31	
  Allegedly,	
  a	
  civil	
  servant	
  was	
  disaffected	
  and	
  leaked	
  the	
  contract.	
  Some	
  say	
  the	
  government	
  ofdicial	
  did	
  not	
  receive	
  an	
  ade-­‐
quate	
  bribe;	
  others	
  believed	
  he	
  was	
  blowing	
  the	
  whistle	
  on	
  a	
  bad	
  contract.	
  From	
  interviews	
  in	
  Monrovia	
  in	
  August	
  2006	
  and	
  
August	
  2008.	
  Dalam:	
  Peter	
  Rosenblum	
  and	
  Susan	
  Maples.	
  Ibid.,	
  Hal.	
  52
32	
  “Issues	
  in	
  the	
  Mineral	
  Development	
  Agreement	
  Between	
  the	
  Government	
  of	
  the	
  Republic	
  of	
  Liberia	
  and	
  Mittal	
  Steel	
  Hold-­‐
ings”	
  Daily	
  Observer	
  (April	
  13,	
  2006)	
  at	
  p.6.	
  Dalam:	
  Peter	
  Rosenblum	
  and	
  Susan	
  Maples.	
  Ibid.
33	
  “Misrepresentations	
  of	
  Mittal	
  Steel	
  MDA”	
  Daily	
  Observer	
  (April	
  19,	
  2006)	
  at	
  p.6.	
  Dalam:	
  Peter	
  Rosenblum	
  and	
  Susan	
  Maples.	
  
Ibid.
34	
  “Government-­‐sponsored	
  Review	
  Calls	
  for	
  Renegotiating	
   Liberia’s	
  Mittal	
  Deal”	
  The	
   Associated	
  Press,	
  October	
  3,	
  2006.	
  Da-­‐
lam:	
  Peter	
  Rosenblum	
  and	
  Susan	
  Maples.	
  Hal.,	
  Ibid
35 	
   “Heavy	
   Mittal?”	
   Global	
   Witness	
   (October	
   2006)	
   available	
   at	
   http://www.globalwitness.org/	
  
media_library_detail.php/156/en/heavy_mittal	
  (last	
  visited	
  July	
  31,	
  2009).	
  Dalam:	
  Peter	
  Rosenblum	
  and	
  Susan	
  Maples.	
  Ibid
36	
  Speech	
  by	
  President	
  Ellen	
  Johnson-­‐Sirleaf:	
  “Remarks	
  by	
  Her	
  Excellency	
  Madam	
  Ellen	
  Johnson-­‐Sirleaf,	
  President	
  of	
  the	
  Re-­‐
public	
  of	
  Liberia,	
  on	
   the	
  Occasion	
   of	
  the	
   Formal	
  Launching	
   of	
  the	
   Extractive	
   Industries	
  Transparency	
  Initiative	
   in	
  Liberia”	
  
(July	
  10,	
  2007).	
  Dalam:	
  Peter	
  Rosenblum	
  and	
  Susan	
  Maples.	
  Ibid
37	
  For	
  more	
  information	
  about	
  GEMAP,	
  seehttp://www.gemapliberia.org/	
  (last	
  visited	
  on	
  March	
  26,	
  2009).	
  Dalam:	
  Peter	
  Ro-­‐
senblum	
  and	
  Susan	
  Maples.	
  Ibid
Lebih khusus lagi, Johnson-Sirleaf segera menyelidiki dan meninjau ulang kontrak Mittal
Steel. Media yang digunakan berupa dukungan media dan LSM internaional untuk memperkuat po-
sisi tawar Liberia dalam melakukan peninjauan Kontrak yang lebih besar.38 Perubahan dalam kon-
trak yang dinegosiasi ulang bervariasi, diantaranya adalah manfaat fiskal yang meningkat bagi Li-
beria untuk meningkatkan peran Pemerintah dalam hak dan perlindungan, khususnya yang berkai-
tan penting dengan infrastruktur, seperti kereta api dan pelabuhan. Meskipun perjanjian masih jauh
dari apa yang diharapkan oleh masyarakat sipil pendukung keterbukaan, namun Kontrak ini jauh
lebih baik daripada itu sebelumnya.39
Peninjauan Kontrak Tambang di Republik Kongo
Pada tanggal 11 Juni 2007, Kementerian Pertambangan Republik Kongo secara resmi men-
injau kembali 61 kontrak pertambangan yang ditandatangani selama penjajahan (1996-2002) dan
proses transisi (2003-2006).40 Tuntutan politik dalam negeri yang mendorong agar kontrak terbuka
untuk publik dan negosiasi ulang mereka sangat tinggi. Sebuah laporan Bank Dunia yang terkuak
kepada publik mengatakan bahwa pertambangan merupakan sumber pendapatan terbesar bagi ne-
gara. Beberapa pejabat pemerintah berharap untuk menarik lebih banyak perusahaan terkemuka
dengan membatalkan kontrak dengan perusahaan-perusahaan yang tidak memiliki niat atau kapasi-
tas untuk melakukan penambangan operasional.41
Pada awal proses peninjauan kontrak, Kementrian Pertambangan berkomitmen untuk mem-
buka kontrak-kontrak yang sedang direnegosiasi. The Carter Center diminta untuk "mengawasi"
proses peninjauan kontrak, dan salah satu andil dari keterlibatan The Carter Center adalah komit-
men pemerintah untuk membuat kepercayaan terhadap publik.42 Meskipun pemerintah telah mem-
" 15
38	
  For	
  a	
  much	
  more	
  detailed	
  account	
  of	
  Liberia’s	
  renegotiation	
  of	
  the	
  Mittal	
  contract,	
  see	
  “Getting	
  a	
  Better	
  Deal	
  from	
  the	
  Ex-­‐
tractive	
  Sector:	
  Concession	
  Negotiations	
  in	
  Liberia	
  2006–2008”	
  by	
  The	
  Revenue	
  Watch	
  Institute	
  (February	
  2009)	
  available	
  at	
  
http://revenuewatch.org/images/RWIGetting-­‐a-­‐Better-­‐Deal-­‐dinal0226.pdf.	
  Dalam:	
  Peter	
  Rosenblum	
  and	
  Susan	
  Maples.	
  Ibid
39 	
  Global	
  Witness,	
  Update	
   on	
  the	
   Renegotiation	
   of	
  the	
  Mineral	
   Development	
  Agreement	
  between	
  Mittal	
   Steel	
  and	
  the	
   Gov-­‐
ernment	
  of	
  Liberia,	
  August	
  2007.	
  Dalam:	
  Peter	
  Rosenblum	
  and	
  Susan	
  Maples.	
  Ibid
40 	
   See	
   “Transparency	
  Fears	
  Lead	
  to	
   Review	
  of	
  Congo	
  Mining	
   Contracts”	
   Financial	
   Times,	
  January	
  3,	
  2007,	
   describing	
   the	
  
leaked	
  World	
  Bank	
  report	
  and	
  its	
  warning	
   that	
  the	
  country	
  had	
  sold	
  the	
   national	
  assets	
  without	
  a	
  valuation	
  of	
  their	
  worth,	
  
a n d	
   l i k e l y	
   f o r	
   f a r	
   l e s s	
   t h a n	
   t h e i r	
   v a l u e .	
   A v a i l a b l e	
   a t	
  
http://www.ft.com/cms/s/c918d3a29a8a11dbbbd20000779e2340,Authorised=false.html?_i_location=http:/www.ft.com/c
ms/s/0/c918d3a29a8a11dbbbd20000779e2340.html%3Fnclick_check%3D1&_i_referer=&nclick_check=1	
   (last	
   checked	
  
March	
  26,	
  2009).	
  Dalam:	
  Peter	
  Rosenblum	
  and	
  Susan	
  Maples.	
  Ibid
41	
  Discussions	
  with	
  Congolese	
  officials	
  were	
  ongoing	
  during	
  a	
  Columbia-­‐Carter	
  Center	
  joint	
  effort	
  to	
  assist	
  the	
  Congo	
  in	
  
d e s i g n i n g	
   a	
   t r a n s p a r e n t	
   a n d	
   b e n e fi c i a l	
   r e v i e w	
   p r o c e s s .	
   F o r	
   d e t a i l s ,	
   s e e	
  
hQp://www.cartercenter.org/countries/democraSc_republic_of_congo.html	
   (last	
   visited	
   March	
   26,	
   2009).	
   Dalam:	
  
Peter	
  Rosenblum	
  and	
  Susan	
  Maples.	
  Ibid
42	
  LeQers	
  between	
  The	
  Carter	
  Center	
  and	
  the	
  Congolese	
  government	
  are	
  on	
  file	
  with	
  the	
  author.	
  Dalam:	
  Peter	
  Rosen-­‐
blum	
  and	
  Susan	
  Maples.	
  Ibid
buat kontrak secara publik, publikasi kontrak yang ditinjau ulang merupakan suatu tanda tertinggi
dalam transparansi terutama langkah-langkah yang diambil oleh pemerintah.43
Transparansi Kontrak dan EITI
Extractive Industries Transparansi Initiative (EITI), pada dasarnya merupakan standar
global untuk mentransparankan pembayaran-pembayaran perusahaan dan penerimaan pemerintah
dimana kegiatan operasi industri ekstraktif berlangsung. Rekonsiliasi laporan pembayaran oleh Pe-
rusahaan dengan laporan penerimaan oleh Pemerintah yang berbasis unit produksi dalam satu sa-
tuan kontrak, kemudian dipublikasi. Laporan publikasi tersebut harapannya akan menghadirkan in-
formasi publik yang menggambarkan adanya transparansi pembayaran-pembayaran dan
penerimaan-penerimaan dari tiap unit produksi dari industri migas dan pertambangan.
Untuk mengetahui apakah informasi dan skema pembayaran/penerimaan tersebut telah se-
suai dengan ketentuan Kontrak yang berlaku, maka sudah tentu dibutuhkan adanya Keterbukaan
Kontrak. Karena dasar dari segala pembayaran dan penerimaan tersebut (baik jenis pembayaran,
mekanisme dan aliran pembayaran/penerimaan, hingga skema-skema pembayaran setiap unit pro-
duksi) tercantum di dalam Kontrak. Sehingga, keterbukaan kontrak dalam EITI, akan melengkapi
tools ini untuk mencapai derajat transparansi yang lebih tinggi. Di sisi lain, Keterbukaan kontrak
dalam EITI akan menumbuhkan kepercayaan masyarakat terhadap EITI sebagai sebuah tools yang
bermanfaat dalam mendorong transparansi tata kelola sumberdaya ekstraktif secara lebih luas.
Sementara itu, skema pelaksanaan Keterbukaan Kontrak dalam EITI dapat saja dilakukan
secara bertahap. Melalui ketentuan dan kesepakatan jumlah perusahaan yang diwajibkan mela-
porkan EITI-sebagaimana diputuskan secara multipihak, Keterbukaan Kontrak misalnya dapat di-
wajibkan hanya bagi perusahaan-perusahaan dengan batas materialitas tertentu dari total jumlah pe-
rusahaan yang wajib melaporkan kepada EITI. Selain dari pihak Perusahaan, Keterbukaan Kontrak
juga dapat dilakukan oleh Pemerintah sebagai salah satu pihak yang berkontrak dalam hal ini. Ter-
lebih, Pemerintah merupakan badan publik yang terkena kewajiban untuk menyediakan kontrak-
kontrak yang dilakukan dengan pihak ketiga, sebagaimana kewajiban yang ditegaskan dalam
Undang-Undang Nomor.14/2008 tentang Keterbukaan Informasi Publik.#
" 16
43 	
  All	
  but	
  the	
  Tenke	
   Fungurume	
  Mining	
  Convention,	
  with	
  Freeport	
  McMoRan	
  as	
  operator	
  and	
  Lundin	
  Mining	
  joint	
  venture	
  
partner,	
  were	
   eventually	
  made	
  public	
  on	
  the	
   Ministry	
  of	
  Finance	
   website.	
  They	
  remain	
  available	
  on	
  the	
   Ministry	
  of	
  Mines	
  
website,	
  where	
  they	
  can	
  still	
  be	
  found	
  under	
  the	
  heading	
  “Contracts	
  de	
  partenariat”	
  on	
  the	
  DRC	
  Ministry	
  of	
  Finance	
  website	
  
http://www.mindinrdc.cd/	
  (last	
  visited	
  July	
  31,	
  2009).	
  Dalam:	
  Peter	
  Rosenblum	
  and	
  Susan	
  Maples.	
  Ibid
Lampiran I
Gambaran Umum Isi PSC44
I. Scope and Definitions
II. Term
III. Exclusion of Areas
IV. Rights and Obligations of the Parties
V. Recovery of Operating Costs and Handling of Production
VI. Valuation of Crude Oil
VII. Compensation, Production Bonus and Equipment and Services Assistance
VIII. Payments
IX. Title of Equipment
X. Consultation and Arbitration
XI. Employment and Training of Indonesian Personnle
XII. Termination
XIII. Books, Accounts and Audits
XIV. Other Provisions
XV. Participation
XVI. Effectiveness
Exhibit
Exhibit A : Description of Contract Area
Exhibit B : Map of Contract Area
Exhibit C: Accounting Procedure
Exhibit D: Memorandum of Participation
Gambaran Umum Isi Kontrak Karya45
1. Definisi
2. Kelanjutan perusahaan sebagai kontraktor tunggal pemerintah di wilayaj kontrak karya
3. Kesanggupan perusahaan
4. Pelaksanaan operasi
5. Syarat-syarat pelaporan
6. Pengendalian operasi dan pengembangan lanjutan
7. Pemasaran
8. Fasilitas Impor dan re-ekspor
9. Pajak-pajak dan lain-lain kewajiban keuangan perusahaan
10. Pelaporan, inspeksi dan program kerja
" 17
44	
  PSC	
  PERTAMINA	
  	
  dan	
  APEX	
  (Yapen)	
  Ltd.	
  Contract	
  Area:	
  Yapen	
  Block,	
  27	
  September	
  1999
45 	
  Persetujuan	
  Modifikasi	
  dan	
  Perpanjangan	
  Kontrak	
  Karya,	
  15	
  Januari	
  1996	
  antara	
  Pemerintah	
  Indonesia	
  dan	
  PT	
  In-­‐
ternaSonal	
  Nickel	
  Indonesia	
  (PT	
  INCO).
11. Pertukaran alat pembayaran
12. Hak-hak khusus pemerintah
13. Kesempatan kerja dan pelatihan tenaga kerja Indonesia
14. Ketentuan-ketentuan kemudahan
15. Keadaan kahar
16. Kelalaian
17. Penyelesaian sengketa
18. Pengakhiran
19. Kerjasama para pihak
20. Promosi kepentingan nasional
21. Kerjasama daerah dalam pengadaan prasarana tambahan
22. Pengelolaan dan perlindungan terhadap lingkungan hidup
23. Pengembangan usaha setempat
24. Pengalihan hak
25. Pembiayaan
26. Jangka waktu
27. Pilihan hukum
28. Ketentuan lain-lain
Lampiran A – Wilayah Kontrak Karya
Lampiran B – Peta Wilayah Kontrak Karya
Lampiran C- Iuran Tetap Untuk Berbagai Tahap Kegiatan
Lampiran D- Iuran Eksploitasi /Produksi atas Produksi Mineral
Lampiran E – Metoda Perhitungan Iuran Eksploitasi /Produksi
Lampiran F – Aturan eMenghitung Pajak Penghasilan
Lampiran G – Kontrak Karya 1968
Gambaran Umum Isi PKP2B46
Preamble
Article
1. Definitions
2. Agreement Area
3. Modus Operandi
4. Work Programs, Expenditures and Reports
5. Financing and Security Deposit
6. General Survey Period
7. Exploration Period
" 18
46	
  PKP2B	
  antara	
  Perusahaan	
  Negara	
  Tambang	
  Batubara	
  dan	
  PT	
  Arutmin	
  Indonesia
8. Feasibility Studies Period
9. Construction Period
10. Taxes and Sharing of Production
11. Marketing
12. Protection Against Waste and Pollution
13. Equipment
14. Payment to Batubara
15. Books, Accounts and Audits
16. Payments and Currency
17. Employment and Training of Indonesian Personnel
18. Enabling Provisions
19. Suspension of Operations
20. Force Majeure
21. Settlement of Disputes
22. Termination
23. Co-operation in regard to Regional Infrastructures
24. Participation and Promotion of national Interest
25. Miscellaneous Provisions
26. Revision of certain Terms of This Agreement
27. Assignment
28. Term
" 19

More Related Content

What's hot

Contoh surat gugatan wanprestasi
Contoh surat gugatan wanprestasiContoh surat gugatan wanprestasi
Contoh surat gugatan wanprestasiNasria Ika
 
Dasar-Dasar Hukum Pertanahan
Dasar-Dasar Hukum PertanahanDasar-Dasar Hukum Pertanahan
Dasar-Dasar Hukum PertanahanLeks&Co
 
Contoh duplik tergugat (peradilan semu)
Contoh duplik tergugat (peradilan semu)Contoh duplik tergugat (peradilan semu)
Contoh duplik tergugat (peradilan semu)Taufik Budi Permana
 
Hukum Perumahan dan Hukum Rumah Susun Pasca UU Cipta Kerja
Hukum Perumahan dan Hukum Rumah Susun Pasca UU Cipta KerjaHukum Perumahan dan Hukum Rumah Susun Pasca UU Cipta Kerja
Hukum Perumahan dan Hukum Rumah Susun Pasca UU Cipta KerjaLeks&Co
 
Konsolidasi Tanah
Konsolidasi TanahKonsolidasi Tanah
Konsolidasi Tanahushfia
 
Perjanjian Kerjasama Kemitraan Perkebunan Sawit_Standard
Perjanjian Kerjasama Kemitraan Perkebunan Sawit_StandardPerjanjian Kerjasama Kemitraan Perkebunan Sawit_Standard
Perjanjian Kerjasama Kemitraan Perkebunan Sawit_StandardGLC
 
Contoh Perjanjian Penyediaan Jaringan dan Jasa Telekomunikasi Terbaru (Beli P...
Contoh Perjanjian Penyediaan Jaringan dan Jasa Telekomunikasi Terbaru (Beli P...Contoh Perjanjian Penyediaan Jaringan dan Jasa Telekomunikasi Terbaru (Beli P...
Contoh Perjanjian Penyediaan Jaringan dan Jasa Telekomunikasi Terbaru (Beli P...GLC
 
Grand design pasar minggu
Grand design pasar mingguGrand design pasar minggu
Grand design pasar mingguCahyo jojo
 
Makalah Hukum Laut dan PPPK (By. Wartono)
Makalah Hukum Laut dan PPPK (By. Wartono)Makalah Hukum Laut dan PPPK (By. Wartono)
Makalah Hukum Laut dan PPPK (By. Wartono)Luhur Moekti Prayogo
 
Permasalahan Hukum di Sektor Perumahan/Properti di Indonesia dan Upaya Pengua...
Permasalahan Hukum di Sektor Perumahan/Properti di Indonesia dan Upaya Pengua...Permasalahan Hukum di Sektor Perumahan/Properti di Indonesia dan Upaya Pengua...
Permasalahan Hukum di Sektor Perumahan/Properti di Indonesia dan Upaya Pengua...Leks&Co
 
format akta hibah tanah
format akta hibah tanahformat akta hibah tanah
format akta hibah tanahDisa Izdihar
 
Undang-undang Rumah Susun Terbaru
Undang-undang Rumah Susun TerbaruUndang-undang Rumah Susun Terbaru
Undang-undang Rumah Susun TerbaruLeks&Co
 
Poin-Poin Penting Dalam UU Cipta Kerja
Poin-Poin Penting Dalam UU Cipta Kerja Poin-Poin Penting Dalam UU Cipta Kerja
Poin-Poin Penting Dalam UU Cipta Kerja Leks&Co
 
Hukum Properti pasca UU Cipta Kerja
Hukum Properti pasca UU Cipta KerjaHukum Properti pasca UU Cipta Kerja
Hukum Properti pasca UU Cipta KerjaLeks&Co
 
Pergub Nomor 123 Tahun 2019
Pergub Nomor 123 Tahun 2019Pergub Nomor 123 Tahun 2019
Pergub Nomor 123 Tahun 2019shirizkiku
 
SYARAT DAN KETENTUAN PEMBANGUNAN DAN PENGEMBANGAN PROPERTI
SYARAT DAN KETENTUAN PEMBANGUNAN DAN PENGEMBANGAN PROPERTISYARAT DAN KETENTUAN PEMBANGUNAN DAN PENGEMBANGAN PROPERTI
SYARAT DAN KETENTUAN PEMBANGUNAN DAN PENGEMBANGAN PROPERTILeks&Co
 
Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi NAD
Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi NADRencana Tata Ruang Wilayah Provinsi NAD
Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi NADPenataan Ruang
 
Materi pengadaan tanah
Materi pengadaan tanahMateri pengadaan tanah
Materi pengadaan tanahAkram Naufal
 
Draft perjanjian sewa menyewa_ (Beli Perjanjian, Hub: 08118887270 (WA))
Draft perjanjian sewa menyewa_ (Beli Perjanjian, Hub: 08118887270 (WA))Draft perjanjian sewa menyewa_ (Beli Perjanjian, Hub: 08118887270 (WA))
Draft perjanjian sewa menyewa_ (Beli Perjanjian, Hub: 08118887270 (WA))GLC
 
RPJMN II (2010-2014) Buku I
RPJMN II (2010-2014) Buku IRPJMN II (2010-2014) Buku I
RPJMN II (2010-2014) Buku IDadang Solihin
 

What's hot (20)

Contoh surat gugatan wanprestasi
Contoh surat gugatan wanprestasiContoh surat gugatan wanprestasi
Contoh surat gugatan wanprestasi
 
Dasar-Dasar Hukum Pertanahan
Dasar-Dasar Hukum PertanahanDasar-Dasar Hukum Pertanahan
Dasar-Dasar Hukum Pertanahan
 
Contoh duplik tergugat (peradilan semu)
Contoh duplik tergugat (peradilan semu)Contoh duplik tergugat (peradilan semu)
Contoh duplik tergugat (peradilan semu)
 
Hukum Perumahan dan Hukum Rumah Susun Pasca UU Cipta Kerja
Hukum Perumahan dan Hukum Rumah Susun Pasca UU Cipta KerjaHukum Perumahan dan Hukum Rumah Susun Pasca UU Cipta Kerja
Hukum Perumahan dan Hukum Rumah Susun Pasca UU Cipta Kerja
 
Konsolidasi Tanah
Konsolidasi TanahKonsolidasi Tanah
Konsolidasi Tanah
 
Perjanjian Kerjasama Kemitraan Perkebunan Sawit_Standard
Perjanjian Kerjasama Kemitraan Perkebunan Sawit_StandardPerjanjian Kerjasama Kemitraan Perkebunan Sawit_Standard
Perjanjian Kerjasama Kemitraan Perkebunan Sawit_Standard
 
Contoh Perjanjian Penyediaan Jaringan dan Jasa Telekomunikasi Terbaru (Beli P...
Contoh Perjanjian Penyediaan Jaringan dan Jasa Telekomunikasi Terbaru (Beli P...Contoh Perjanjian Penyediaan Jaringan dan Jasa Telekomunikasi Terbaru (Beli P...
Contoh Perjanjian Penyediaan Jaringan dan Jasa Telekomunikasi Terbaru (Beli P...
 
Grand design pasar minggu
Grand design pasar mingguGrand design pasar minggu
Grand design pasar minggu
 
Makalah Hukum Laut dan PPPK (By. Wartono)
Makalah Hukum Laut dan PPPK (By. Wartono)Makalah Hukum Laut dan PPPK (By. Wartono)
Makalah Hukum Laut dan PPPK (By. Wartono)
 
Permasalahan Hukum di Sektor Perumahan/Properti di Indonesia dan Upaya Pengua...
Permasalahan Hukum di Sektor Perumahan/Properti di Indonesia dan Upaya Pengua...Permasalahan Hukum di Sektor Perumahan/Properti di Indonesia dan Upaya Pengua...
Permasalahan Hukum di Sektor Perumahan/Properti di Indonesia dan Upaya Pengua...
 
format akta hibah tanah
format akta hibah tanahformat akta hibah tanah
format akta hibah tanah
 
Undang-undang Rumah Susun Terbaru
Undang-undang Rumah Susun TerbaruUndang-undang Rumah Susun Terbaru
Undang-undang Rumah Susun Terbaru
 
Poin-Poin Penting Dalam UU Cipta Kerja
Poin-Poin Penting Dalam UU Cipta Kerja Poin-Poin Penting Dalam UU Cipta Kerja
Poin-Poin Penting Dalam UU Cipta Kerja
 
Hukum Properti pasca UU Cipta Kerja
Hukum Properti pasca UU Cipta KerjaHukum Properti pasca UU Cipta Kerja
Hukum Properti pasca UU Cipta Kerja
 
Pergub Nomor 123 Tahun 2019
Pergub Nomor 123 Tahun 2019Pergub Nomor 123 Tahun 2019
Pergub Nomor 123 Tahun 2019
 
SYARAT DAN KETENTUAN PEMBANGUNAN DAN PENGEMBANGAN PROPERTI
SYARAT DAN KETENTUAN PEMBANGUNAN DAN PENGEMBANGAN PROPERTISYARAT DAN KETENTUAN PEMBANGUNAN DAN PENGEMBANGAN PROPERTI
SYARAT DAN KETENTUAN PEMBANGUNAN DAN PENGEMBANGAN PROPERTI
 
Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi NAD
Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi NADRencana Tata Ruang Wilayah Provinsi NAD
Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi NAD
 
Materi pengadaan tanah
Materi pengadaan tanahMateri pengadaan tanah
Materi pengadaan tanah
 
Draft perjanjian sewa menyewa_ (Beli Perjanjian, Hub: 08118887270 (WA))
Draft perjanjian sewa menyewa_ (Beli Perjanjian, Hub: 08118887270 (WA))Draft perjanjian sewa menyewa_ (Beli Perjanjian, Hub: 08118887270 (WA))
Draft perjanjian sewa menyewa_ (Beli Perjanjian, Hub: 08118887270 (WA))
 
RPJMN II (2010-2014) Buku I
RPJMN II (2010-2014) Buku IRPJMN II (2010-2014) Buku I
RPJMN II (2010-2014) Buku I
 

Similar to KONTRAK EKSTRAKTIF

Peluang dan Tantangan Keterbukaan Kontrak dalam Pelaksanaan Standar EITI
Peluang dan Tantangan Keterbukaan Kontrak dalam Pelaksanaan Standar EITIPeluang dan Tantangan Keterbukaan Kontrak dalam Pelaksanaan Standar EITI
Peluang dan Tantangan Keterbukaan Kontrak dalam Pelaksanaan Standar EITIPublish What You Pay (PWYP) Indonesia
 
Tata Kelola Industri Migas.pptx
Tata Kelola Industri Migas.pptxTata Kelola Industri Migas.pptx
Tata Kelola Industri Migas.pptxAlmiraNaswa
 
Psc gross split - cost recovery
Psc   gross split - cost recoveryPsc   gross split - cost recovery
Psc gross split - cost recoverySampe Purba
 
BAB 10 PAJAK INTERNASIONAL
BAB 10 PAJAK INTERNASIONALBAB 10 PAJAK INTERNASIONAL
BAB 10 PAJAK INTERNASIONALEmilia Wati
 
Presentasi ptk 066 gross split 2019
Presentasi ptk 066 gross split   2019Presentasi ptk 066 gross split   2019
Presentasi ptk 066 gross split 2019FIKRI ARIF
 
Makalah SEI full version - WOrld Trade Organization
Makalah SEI full version - WOrld Trade OrganizationMakalah SEI full version - WOrld Trade Organization
Makalah SEI full version - WOrld Trade OrganizationFuad Nasir
 
Substansi uu cipta kerja (7 oktober 2020)
Substansi uu cipta kerja (7 oktober 2020)Substansi uu cipta kerja (7 oktober 2020)
Substansi uu cipta kerja (7 oktober 2020)RepublikaDigital
 
FPCI dengan FEED Design Competition
FPCI dengan FEED Design CompetitionFPCI dengan FEED Design Competition
FPCI dengan FEED Design CompetitionAlex Iskandar
 
Kajian Hukum dan Kelembagaan. Solid Waste Management Project
Kajian Hukum dan Kelembagaan. Solid Waste Management ProjectKajian Hukum dan Kelembagaan. Solid Waste Management Project
Kajian Hukum dan Kelembagaan. Solid Waste Management ProjectOswar Mungkasa
 
Pokok-Pokok Pikiran Usulan Koalisi Masyarakat Sipil dalam Revisi UU Migas 22/...
Pokok-Pokok Pikiran Usulan Koalisi Masyarakat Sipil dalam Revisi UU Migas 22/...Pokok-Pokok Pikiran Usulan Koalisi Masyarakat Sipil dalam Revisi UU Migas 22/...
Pokok-Pokok Pikiran Usulan Koalisi Masyarakat Sipil dalam Revisi UU Migas 22/...Publish What You Pay (PWYP) Indonesia
 
Oleh Oleh dari Katowice, Buku Panduan yang Belum Tuntas Ditulis
Oleh Oleh dari Katowice, Buku Panduan yang Belum Tuntas DitulisOleh Oleh dari Katowice, Buku Panduan yang Belum Tuntas Ditulis
Oleh Oleh dari Katowice, Buku Panduan yang Belum Tuntas DitulisDicky Edwin Hindarto
 
Makalah pajak internasional
Makalah pajak internasionalMakalah pajak internasional
Makalah pajak internasionalebethha
 

Similar to KONTRAK EKSTRAKTIF (20)

Presentation kps
Presentation kpsPresentation kps
Presentation kps
 
Peluang dan Tantangan Keterbukaan Kontrak dalam Pelaksanaan Standar EITI
Peluang dan Tantangan Keterbukaan Kontrak dalam Pelaksanaan Standar EITIPeluang dan Tantangan Keterbukaan Kontrak dalam Pelaksanaan Standar EITI
Peluang dan Tantangan Keterbukaan Kontrak dalam Pelaksanaan Standar EITI
 
Tata Kelola Industri Migas.pptx
Tata Kelola Industri Migas.pptxTata Kelola Industri Migas.pptx
Tata Kelola Industri Migas.pptx
 
Psc gross split - cost recovery
Psc   gross split - cost recoveryPsc   gross split - cost recovery
Psc gross split - cost recovery
 
BAB 10 PAJAK INTERNASIONAL
BAB 10 PAJAK INTERNASIONALBAB 10 PAJAK INTERNASIONAL
BAB 10 PAJAK INTERNASIONAL
 
Presentasi ptk 066 gross split 2019
Presentasi ptk 066 gross split   2019Presentasi ptk 066 gross split   2019
Presentasi ptk 066 gross split 2019
 
12 masalah pam jakarta
12 masalah pam jakarta12 masalah pam jakarta
12 masalah pam jakarta
 
Aspek Transparansi dan Partisipasi dalam Revisi Undang-Undang Migas
Aspek Transparansi dan Partisipasi dalam Revisi Undang-Undang MigasAspek Transparansi dan Partisipasi dalam Revisi Undang-Undang Migas
Aspek Transparansi dan Partisipasi dalam Revisi Undang-Undang Migas
 
Makalah SEI full version - WOrld Trade Organization
Makalah SEI full version - WOrld Trade OrganizationMakalah SEI full version - WOrld Trade Organization
Makalah SEI full version - WOrld Trade Organization
 
Substansi uu cipta kerja (7 oktober 2020)
Substansi uu cipta kerja (7 oktober 2020)Substansi uu cipta kerja (7 oktober 2020)
Substansi uu cipta kerja (7 oktober 2020)
 
Transparansi Kontrak dalam Industri Ekstaktif Indonesia
Transparansi Kontrak dalam Industri Ekstaktif IndonesiaTransparansi Kontrak dalam Industri Ekstaktif Indonesia
Transparansi Kontrak dalam Industri Ekstaktif Indonesia
 
FPCI dengan FEED Design Competition
FPCI dengan FEED Design CompetitionFPCI dengan FEED Design Competition
FPCI dengan FEED Design Competition
 
Kajian Hukum dan Kelembagaan. Solid Waste Management Project
Kajian Hukum dan Kelembagaan. Solid Waste Management ProjectKajian Hukum dan Kelembagaan. Solid Waste Management Project
Kajian Hukum dan Kelembagaan. Solid Waste Management Project
 
Surat PWYP Indonesia Open Contract EITI
Surat PWYP Indonesia Open Contract EITISurat PWYP Indonesia Open Contract EITI
Surat PWYP Indonesia Open Contract EITI
 
Pokok-Pokok Pikiran Usulan Koalisi Masyarakat Sipil dalam Revisi UU Migas 22/...
Pokok-Pokok Pikiran Usulan Koalisi Masyarakat Sipil dalam Revisi UU Migas 22/...Pokok-Pokok Pikiran Usulan Koalisi Masyarakat Sipil dalam Revisi UU Migas 22/...
Pokok-Pokok Pikiran Usulan Koalisi Masyarakat Sipil dalam Revisi UU Migas 22/...
 
Analisis Ganti Rugi atas Ketidaksesuaian Takaran BBM di SPBU Pertamina
Analisis Ganti Rugi atas Ketidaksesuaian Takaran BBM di SPBU Pertamina Analisis Ganti Rugi atas Ketidaksesuaian Takaran BBM di SPBU Pertamina
Analisis Ganti Rugi atas Ketidaksesuaian Takaran BBM di SPBU Pertamina
 
Oleh Oleh dari Katowice, Buku Panduan yang Belum Tuntas Ditulis
Oleh Oleh dari Katowice, Buku Panduan yang Belum Tuntas DitulisOleh Oleh dari Katowice, Buku Panduan yang Belum Tuntas Ditulis
Oleh Oleh dari Katowice, Buku Panduan yang Belum Tuntas Ditulis
 
Prinsip Konstruksi.pptx
Prinsip Konstruksi.pptxPrinsip Konstruksi.pptx
Prinsip Konstruksi.pptx
 
PP 79 2010
PP 79 2010PP 79 2010
PP 79 2010
 
Makalah pajak internasional
Makalah pajak internasionalMakalah pajak internasional
Makalah pajak internasional
 

More from Publish What You Pay (PWYP) Indonesia

Akses Informasi Publik dan Keterbukaan Kontrak/Izin Industri Ekstraktif di 6 ...
Akses Informasi Publik dan Keterbukaan Kontrak/Izin Industri Ekstraktif di 6 ...Akses Informasi Publik dan Keterbukaan Kontrak/Izin Industri Ekstraktif di 6 ...
Akses Informasi Publik dan Keterbukaan Kontrak/Izin Industri Ekstraktif di 6 ...Publish What You Pay (PWYP) Indonesia
 
Opportunities and Challenges of Contract Transparancy in the Implementation o...
Opportunities and Challenges of Contract Transparancy in the Implementation o...Opportunities and Challenges of Contract Transparancy in the Implementation o...
Opportunities and Challenges of Contract Transparancy in the Implementation o...Publish What You Pay (PWYP) Indonesia
 
Acces to Public Information and Openess of Extractive Industry Contract / lic...
Acces to Public Information and Openess of Extractive Industry Contract / lic...Acces to Public Information and Openess of Extractive Industry Contract / lic...
Acces to Public Information and Openess of Extractive Industry Contract / lic...Publish What You Pay (PWYP) Indonesia
 
Tata Kelola Pelayanan Informasi Publik pada Masa Darurat Kesehatan Masyarakat...
Tata Kelola Pelayanan Informasi Publik pada Masa Darurat Kesehatan Masyarakat...Tata Kelola Pelayanan Informasi Publik pada Masa Darurat Kesehatan Masyarakat...
Tata Kelola Pelayanan Informasi Publik pada Masa Darurat Kesehatan Masyarakat...Publish What You Pay (PWYP) Indonesia
 
Legal Framework of Contract Disclosure of Oil and Gas, Mineral and Coal Secto...
Legal Framework of Contract Disclosure of Oil and Gas, Mineral and Coal Secto...Legal Framework of Contract Disclosure of Oil and Gas, Mineral and Coal Secto...
Legal Framework of Contract Disclosure of Oil and Gas, Mineral and Coal Secto...Publish What You Pay (PWYP) Indonesia
 

More from Publish What You Pay (PWYP) Indonesia (20)

Newsletter Voicing for Life April 2020 - English Version
Newsletter Voicing for Life April 2020 - English VersionNewsletter Voicing for Life April 2020 - English Version
Newsletter Voicing for Life April 2020 - English Version
 
Newsletter Voicing for Life Desember 2019
Newsletter Voicing for Life Desember 2019Newsletter Voicing for Life Desember 2019
Newsletter Voicing for Life Desember 2019
 
Newsletter Voicing for Life Desember 2019 - English Version
Newsletter Voicing for Life Desember 2019 - English VersionNewsletter Voicing for Life Desember 2019 - English Version
Newsletter Voicing for Life Desember 2019 - English Version
 
Newsletter Voicing for Life April 2020
Newsletter Voicing for Life April 2020Newsletter Voicing for Life April 2020
Newsletter Voicing for Life April 2020
 
Revenue and Fiscal System of Oil and Gas in Indonesia
Revenue and Fiscal System of Oil and Gas in IndonesiaRevenue and Fiscal System of Oil and Gas in Indonesia
Revenue and Fiscal System of Oil and Gas in Indonesia
 
Akses Informasi Publik dan Keterbukaan Kontrak/Izin Industri Ekstraktif di 6 ...
Akses Informasi Publik dan Keterbukaan Kontrak/Izin Industri Ekstraktif di 6 ...Akses Informasi Publik dan Keterbukaan Kontrak/Izin Industri Ekstraktif di 6 ...
Akses Informasi Publik dan Keterbukaan Kontrak/Izin Industri Ekstraktif di 6 ...
 
Opportunities and Challenges of Contract Transparancy in the Implementation o...
Opportunities and Challenges of Contract Transparancy in the Implementation o...Opportunities and Challenges of Contract Transparancy in the Implementation o...
Opportunities and Challenges of Contract Transparancy in the Implementation o...
 
Acces to Public Information and Openess of Extractive Industry Contract / lic...
Acces to Public Information and Openess of Extractive Industry Contract / lic...Acces to Public Information and Openess of Extractive Industry Contract / lic...
Acces to Public Information and Openess of Extractive Industry Contract / lic...
 
Newsletter - Open Contracting - Juli 2020
Newsletter - Open Contracting - Juli 2020Newsletter - Open Contracting - Juli 2020
Newsletter - Open Contracting - Juli 2020
 
Newsletter - Open Contracting - July 2020
Newsletter - Open Contracting - July 2020Newsletter - Open Contracting - July 2020
Newsletter - Open Contracting - July 2020
 
Newsletter - Open Contracting - Mei 2020
Newsletter - Open Contracting - Mei 2020Newsletter - Open Contracting - Mei 2020
Newsletter - Open Contracting - Mei 2020
 
Newsletter - Open Contracting - May 2020
Newsletter - Open Contracting - May 2020Newsletter - Open Contracting - May 2020
Newsletter - Open Contracting - May 2020
 
Newsletter - Open Contracting - April 2020
Newsletter - Open Contracting - April 2020Newsletter - Open Contracting - April 2020
Newsletter - Open Contracting - April 2020
 
Newsletter - Open Contracting - Desember 2019
Newsletter - Open Contracting - Desember 2019Newsletter - Open Contracting - Desember 2019
Newsletter - Open Contracting - Desember 2019
 
Tata Kelola Pelayanan Informasi Publik pada Masa Darurat Kesehatan Masyarakat...
Tata Kelola Pelayanan Informasi Publik pada Masa Darurat Kesehatan Masyarakat...Tata Kelola Pelayanan Informasi Publik pada Masa Darurat Kesehatan Masyarakat...
Tata Kelola Pelayanan Informasi Publik pada Masa Darurat Kesehatan Masyarakat...
 
Contract Disclosure and Beneficial Ownership Transparency
Contract Disclosure and Beneficial Ownership TransparencyContract Disclosure and Beneficial Ownership Transparency
Contract Disclosure and Beneficial Ownership Transparency
 
Legal Framework of Contract Disclosure of Oil and Gas, Mineral and Coal Secto...
Legal Framework of Contract Disclosure of Oil and Gas, Mineral and Coal Secto...Legal Framework of Contract Disclosure of Oil and Gas, Mineral and Coal Secto...
Legal Framework of Contract Disclosure of Oil and Gas, Mineral and Coal Secto...
 
Keterbukaan Kontrak dan Pengungkapan Beneficial Ownership
Keterbukaan Kontrak dan Pengungkapan Beneficial OwnershipKeterbukaan Kontrak dan Pengungkapan Beneficial Ownership
Keterbukaan Kontrak dan Pengungkapan Beneficial Ownership
 
Newsletter - Open Contracting - Desember 2019
Newsletter - Open Contracting - Desember 2019Newsletter - Open Contracting - Desember 2019
Newsletter - Open Contracting - Desember 2019
 
Newletter - Open Contracting - April 2020
Newletter - Open Contracting - April 2020Newletter - Open Contracting - April 2020
Newletter - Open Contracting - April 2020
 

Recently uploaded

mata pelajaran geografi ANTROPOSFER 2.ppt
mata pelajaran geografi ANTROPOSFER 2.pptmata pelajaran geografi ANTROPOSFER 2.ppt
mata pelajaran geografi ANTROPOSFER 2.pptMuhammadNorman9
 
emka_Slide Recall Modul Melakukan Perencanaan PBJP Level 1 V3.1.pptx
emka_Slide Recall Modul Melakukan Perencanaan PBJP Level 1 V3.1.pptxemka_Slide Recall Modul Melakukan Perencanaan PBJP Level 1 V3.1.pptx
emka_Slide Recall Modul Melakukan Perencanaan PBJP Level 1 V3.1.pptxAmandaJesica
 
UUD NRI TAHUN 1945 TENTANG HAK DAN KEWAJIBAN PASAL 28D AYAT 1
UUD NRI TAHUN 1945 TENTANG HAK DAN KEWAJIBAN PASAL 28D AYAT 1UUD NRI TAHUN 1945 TENTANG HAK DAN KEWAJIBAN PASAL 28D AYAT 1
UUD NRI TAHUN 1945 TENTANG HAK DAN KEWAJIBAN PASAL 28D AYAT 1RomaDoni5
 
Administrasi_pengelolaan_hibah Pemerintah
Administrasi_pengelolaan_hibah PemerintahAdministrasi_pengelolaan_hibah Pemerintah
Administrasi_pengelolaan_hibah PemerintahAnthonyThony5
 
MAKALAH KELOMPOK II (1).pdf Prinsip Negara Hukum
MAKALAH KELOMPOK II (1).pdf Prinsip Negara HukumMAKALAH KELOMPOK II (1).pdf Prinsip Negara Hukum
MAKALAH KELOMPOK II (1).pdf Prinsip Negara Hukumbrunojahur
 
Materi Membangun Budaya Ber-Integritas Antikorupsi bagi ASN .pptx
Materi Membangun Budaya Ber-Integritas Antikorupsi bagi ASN .pptxMateri Membangun Budaya Ber-Integritas Antikorupsi bagi ASN .pptx
Materi Membangun Budaya Ber-Integritas Antikorupsi bagi ASN .pptxBudyHermawan3
 
Permen PANRB Nomor 3 Tahun 2023 - Tentang Penetapan Angka Kredit
Permen PANRB Nomor 3 Tahun 2023 - Tentang Penetapan Angka KreditPermen PANRB Nomor 3 Tahun 2023 - Tentang Penetapan Angka Kredit
Permen PANRB Nomor 3 Tahun 2023 - Tentang Penetapan Angka KreditYOSUAGETMIRAJAGUKGUK1
 
INDIKATOR DAN SUB INDIKATOR MCP PELAYANAN PUBLIK.pdf
INDIKATOR DAN SUB INDIKATOR MCP PELAYANAN PUBLIK.pdfINDIKATOR DAN SUB INDIKATOR MCP PELAYANAN PUBLIK.pdf
INDIKATOR DAN SUB INDIKATOR MCP PELAYANAN PUBLIK.pdfNetraHartana
 

Recently uploaded (8)

mata pelajaran geografi ANTROPOSFER 2.ppt
mata pelajaran geografi ANTROPOSFER 2.pptmata pelajaran geografi ANTROPOSFER 2.ppt
mata pelajaran geografi ANTROPOSFER 2.ppt
 
emka_Slide Recall Modul Melakukan Perencanaan PBJP Level 1 V3.1.pptx
emka_Slide Recall Modul Melakukan Perencanaan PBJP Level 1 V3.1.pptxemka_Slide Recall Modul Melakukan Perencanaan PBJP Level 1 V3.1.pptx
emka_Slide Recall Modul Melakukan Perencanaan PBJP Level 1 V3.1.pptx
 
UUD NRI TAHUN 1945 TENTANG HAK DAN KEWAJIBAN PASAL 28D AYAT 1
UUD NRI TAHUN 1945 TENTANG HAK DAN KEWAJIBAN PASAL 28D AYAT 1UUD NRI TAHUN 1945 TENTANG HAK DAN KEWAJIBAN PASAL 28D AYAT 1
UUD NRI TAHUN 1945 TENTANG HAK DAN KEWAJIBAN PASAL 28D AYAT 1
 
Administrasi_pengelolaan_hibah Pemerintah
Administrasi_pengelolaan_hibah PemerintahAdministrasi_pengelolaan_hibah Pemerintah
Administrasi_pengelolaan_hibah Pemerintah
 
MAKALAH KELOMPOK II (1).pdf Prinsip Negara Hukum
MAKALAH KELOMPOK II (1).pdf Prinsip Negara HukumMAKALAH KELOMPOK II (1).pdf Prinsip Negara Hukum
MAKALAH KELOMPOK II (1).pdf Prinsip Negara Hukum
 
Materi Membangun Budaya Ber-Integritas Antikorupsi bagi ASN .pptx
Materi Membangun Budaya Ber-Integritas Antikorupsi bagi ASN .pptxMateri Membangun Budaya Ber-Integritas Antikorupsi bagi ASN .pptx
Materi Membangun Budaya Ber-Integritas Antikorupsi bagi ASN .pptx
 
Permen PANRB Nomor 3 Tahun 2023 - Tentang Penetapan Angka Kredit
Permen PANRB Nomor 3 Tahun 2023 - Tentang Penetapan Angka KreditPermen PANRB Nomor 3 Tahun 2023 - Tentang Penetapan Angka Kredit
Permen PANRB Nomor 3 Tahun 2023 - Tentang Penetapan Angka Kredit
 
INDIKATOR DAN SUB INDIKATOR MCP PELAYANAN PUBLIK.pdf
INDIKATOR DAN SUB INDIKATOR MCP PELAYANAN PUBLIK.pdfINDIKATOR DAN SUB INDIKATOR MCP PELAYANAN PUBLIK.pdf
INDIKATOR DAN SUB INDIKATOR MCP PELAYANAN PUBLIK.pdf
 

KONTRAK EKSTRAKTIF

  • 1. KETERBUKAAN KONTRAK DALAM EITI Tim Penyusun Resa Raditio, SH., MH Dyah Paramitha, SH., LL.M                                                                                                                 " 1
  • 2. Latar Belakang Saat ini EITI sedang menyusun sebuah tinjauan strategis untuk memperbaiki standar EITI di masa depan. Salah satu proposal yang diangkat adalah mengenai dorongan atau permintaan mem- buka kontrak antara pemerintah dan perusahaan ekstraktif. Dewan EITI saat ini sedang mengum- pulkan pandangan dari Negara pelaksana EITI perihal hal ini. Jika disetujui, maka keputusan ter- hadap topik ini akan dimasukkan sebagai bagian dari keputusan Dewan dalam Konferensi Global EITI ke-6 yang akan diselenggarakan di Sydney bulan Mei 2013.1 Standar EITI akan melingkupi informasi tentang kontrak antara Pemerintah dengan perusa- haan ekstraktif. Beberapa stakeholder mempertimbangkan bahwa pembukaan kontrak diminta su- paya memudahkan pembaca laporan EITI untuk dapat membandingkan data penerimaan dengan term financial yang tertera dalam kontrak (termasuk insentif, bagian pemerintah dalam proyek- proyek, provisi atas sosial dan lingkungan, dan seterusnya). Sementara beberapa stakeholder yang lain menyatakan kekhawatiran bahwa membuka kontrak akan membuka juga informasi yang rele- van secara komersial yang akan merusak kompetisi dan pengembangan bisnis.2 Beberapa Negara seperti Liberia, Republik Kongo dan Afghanistan telah membuat komit- men untuk transparansi kontrak. Pemerintah mereka secara terbuka telah membuka kontrak (me- lalui website)3 dan menunjukkan term yang terkait dengan pemberian izin ekplorasi dan eksploitasi. Beberapa stakeholder berargumentasi bahwa Negara pelaksana EITI seharusnya mempublikasi kon- trak dalam website pemerintah. Sebagian stakeholder yang lain mendorong, tetapi menyerahkan sepenuhnya kepada Negara pelaksana, sebagian yang lain lagi tidak menyebut setuju atau tidak. 4 Adapun opsi-opsi yang diberikan dari Dewan EITI terkait dengan keterbukaan kontrak ini antara lain: 5 Opsi 1: Standar EITI di masa depan seharusnya mensyaratkan bahwa semua negara pelaksana EITI untuk secara umum membuka setiap kontrak di website pemerintah secara terpusat, yang juga " 2 1  Notulensi  Diskusi  Contract  Disclosure  di  Sekretariat  EITI,  Kementerian  Koordinator  Bidang  Perekonomian  Gedung  BUMN   lantai  8,  21  Desember  2012   2  Ibid 3  Contoh  pada  website  Ministry  of  Mines  Islamic  of  Afghanistan  http://mom.gov.af/en/page/1384 4  Ibid   5  Lihat  Surat  Sekretariat  EITI  Indonesia,  tertanggal  18  Desember  2012
  • 3. mencantumkan persyaratan dalam kontrak sesuai dengan izin dan operasi eksplorasi dan eksploi- tasi. Opsi 2 : Standar EITI di masa depan seharusnya mensyaratkan bahwa semua negara pelaksana EITI untuk secara umum membuka setiap kontrak di website pemerintah yang juga mencantumkan persyaratan dalam kontrak sesuai dengan izin dan operasi eksplorasi dan eksploitasi, dengan be- berapa pengecualian. Pengecualian tersebut mungkin termasuk membatasi pembukaan rencana kontrak di masa depan, dan/atau kontrak yang menghasilkan penerimaan yang signifikan yang dila- porkan dalam EITI, dan/atau memungkinkan untuk mengubah redaksi atas informasi yang sensitif secara komersial. Opsi 3 : Standar EITI di masa depan seharusnya mendorong (tetapi tidak mensyaratkan) bahwa semua Negara pelaksana EITI untuk secara umum membuka setiap kontrak di website pemerintah tunggal yang juga mencantumkan persyaratan dalam kontrak sesuai dengan izin dan operasi eksplo- rasi dan eksploitasi. Opsi 4: Standar EITI di masa depan hanya menyatakan bahwa Negara pelaksana berkeinginan un- tuk secara umum membuka setiap kontrak di website pemerintah tunggal yang juga mencantumkan persyaratan dalam kontrak sesuai dengan izin dan operasi eksplorasi dan eksploitasi. Peraturan EITI tidak akan memandatkan atau mendorong untuk membuka hal ini. Sengketa informasi di Komisi Informasi terkait dengan dokumen PSC antara Yayasan Pusat Pengembangan Informasi Publik (YPIP) dan BP Migas6 beberapa waktu lalu merupakan hal yang dapat kita pelajari. Dalam hal ini, YPIP meminta beberapa dokumen kontrak, diantaranya kontrak Bagi Hasil Chevron Indonesia akan tetapi tidak diberikan oleh BP Migas dengan alasan bahwa PSC termasuk informasi yang dikecualikan berdasarkan UU lain sebagaimana diatur pada Pasal 17 huruf j UU No. 14 Tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi Publik juncto Pasal 22 PP No. 35 Tahun 2004 tentang Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi. Akan tetapi, putusan Komisi Informasi No.356/IX/KIP-PS-M-A/2011 memutuskan bahwa informasi yang dimohon dalam perkara a quo adalah merupakan informasi yang terbuka untuk sebagian, dan memerintahkan BP Migas untuk menghitamkan sebagian. Dengan adanya putusan atas kasus tersebut di Komisi Informasi Pusat (KIP) maka sudah selayaknya kontrak-kontrak non-pengadaan seperti Kontrak Karya, PKP2B, dan PSC dinyatakan terbuka kepada publik. " 3 6  Sesuai  dengan  Perpres   No.  95  tahun  2012,   dan  Keputusan   Menteri  No.  3135/K/08/MPF/2012  tentang  pengalihan   tugas,  fungsi,  dan  organisasi  dalam  pelaksanaan  kegiatan  usaha  minyak  hulu,  BP  Migas  sekarang   berubah  menjadi  Sa-­‐ tuan  Kerja  Sementara  Pelaksana  Kegiatan  Usaha  Hulu  Minyak  dan  Gas  Bumi  /  SKSP  Migas).
  • 4. Kontrak-Kontrak Pertambangan di Indonesia Production Sharing Contract (PSC) Production Sharing Contract (PSC) adalah skema pengelolaan sumber daya minyak dan gas (migas) dengan berpedoman kepada bagi hasil produksi, antara pemilik sumber daya dan investor. PSC dimulai tahun 1960-an terinspirasi dengan model pengelolaan bagi hasil di pertanian yang su- dah turun temurun di Indonesia. Kontrak Bagi Hasil diberikan untuk mencari dan mengembangkan cadangan hidrokarbon di area tertentu sebelum berproduksi secara komersial. PSC berlaku untuk beberapa tahun tergantung pada syarat kontrak, tergantung penemuan minyak dan gas dalam jumlah komersial dalam suatu periode tertentu, meskipun pada umumnya periode ini diperpanjang. PSC dimulai di Indonesia 1966 antara Pertamina dan IIAPCO, dan kemudian model PSC terus berlanjut di Indonesia dari generasi ke generasi. PSC merupakan salah satu bentuk Kontrak Kerja Sama (KKS) yang diatur di dalam UU Migas No. 22 tahun 2001. Ruang lingkup UU ini tidak hanya sebatas pada aspek migasnya tapi juga merambah pada aspek hukum, ekonomi, dan aspek fiskal.7 Model PSC di Indonesia telah mengalami beberapa kali perubahan yang secara garis besar terbagi menjadi 4 (empat) generasi. Prinsip-prinsip PSC pada tiap generasi tergambar pada tabel di bawah ini. Tabel 1. Perbandingan Model PSC Indonesia Berdasarkan Generasi Generasi PSC Prinsip Utama Generasi I (1964-1977) - Manajemen operasi berada di tangan Pertamina - Kontraktor menyediakan seluruh biaya operasi perminyakan - Kontraktor akan memperolah kembali seluruh biaya operasinya dengan ketentuan maksimum 40% setiap tahun - Dari 60% dibagi menjadi Pertamina 65% dan Kontraktor 35% - Pertamina membayar pajak pendapatan kontraktor kepada pemerintah - Kontraktor wajib memenuhi kebutuhan Bahan Bakar Minyak (BBM) untuk dalam negeri secara proporsional (maksimum 25% bagiannya) dengan harga US$ 0.20/barel - Semua peralatan dan fasilitas yang dibeli oleh kontraktor menjadi milik Per- tamina - Interest kontraktor ditawarkan kepada Perusahaan Nasional Indonesia sete- lah dinyatakan komersial - Sejak tahun 1974 sampai dengan tahun 1977, kontraktor diwajibkan mem- berikan tambahan pembayaran kepada pemerintah (karena pada tahun 1973/1974 terjadi lonjakan harga minyak dunia " 4 7  Project  Economics  Analysis  in  Production  Sharing  Contract,   http://informasi-­‐training.com/projects-­‐economics-­‐analysis-­‐in-­‐production-­‐sharing-­‐contract.  diakses  pada  6  September  2012
  • 5. Generasi PSC Prinsip Utama Generasi II (1978-1987) - Tidak ada batas pengembalian biaya operasi (cost recovery) yang diperhi- tungkan oleh kontraktor. Hal ini karena diterapkannya GAAP/Generally Accepted Accounting Procedure) - Setelah dikurangi biaya-biaya, pembagian hasil menjadi minyak : 65,91% untuk Pertamina; 34,09% untuk kontraktor. Sedangkan gas : 31,80% untuk Pertamina; 68,20% untuk kontraktor - Kontraktor membayar pajak 56% secara langsung kepada pemerintah. Hal ini karena tahun 1976, Pemerintah Amerika Serikat mengeluarkan IRS Ruling yang antara lain menetapkan bahwa penyetoran 60% Net Operating Income PSCdianggap sebagai royalti, sehingga disarankan kontraktor membayar pajak secara langsung kepada pemerintah. - Kontraktor mendapat insentif, yaitu harga ekspor penuh minyak Domestic Market Obligation (DMO) setelah lima tahun pertama produksi - Insentif pengembangan 20% dari modal yang dikeluarkan untuk fasilitas produksi Generasi III (1988-2002) - Kontraktor membayar pajak sebesar 48%. Ketentuan tarif pajak baru ini telah dikeluarkan pemerintah sejak 1984, namun peraturan tersebut baru dapat diterapkan untuk kontrak yg ditandatangani tahun 1988, karena dalam pe- rundingan, pihak kontraktor maish cenderung menggunakan peraturan pajak lama. - Pembagian hasil menjadi : Minyak 71,15% untuk Pertamina; 28,85% untuk Kontraktor. Gas 42,31% untuk Pertamina; 57,69% untuk Kontraktor. Generasi IV (2002- sekarang) - Para pihak yang berkontrak adalah Badan Pelaksana (BPMIGAS) dengan Badan Usaha dan/atau Badan Usaha Tetap - Pembagian hasil : Minyak, 85% untuk Badan Pelaksana dan 15% untuk Kon- traktor (BU/BUT). Gas, 70% untuk Badan Pelaksana dan 30% untuk Kon- traktor (BU/BUT) - Kontraktor membayar pajak penghasilan sebesar 48% - Kontraktor wajib memenuhi kebutuhan pasar dalam negeri-Domestic Market Obligation (DMO) sebesar 25% dari bagian kontraktor. - Terdapat ketentuan penyertaan modal (participating interest) sebesar 10% un- tuk Pemerintah Daerah Sumber: Salim (2004). ! Kontrak Karya (KK) dan Perjanjian Karya Pengusahaan Batu Bara (PKP2B) Dalam Pasal 1 Keputusan Menteri Pertambangan dan Energi Nomor 1409.K/201/M.PE/1996 tentang Tata Cara Pengajuan Pemrosesan Pemberian Kuasa Pertambangan, izin Prinsip, Kontrak Karya dan Perjanjian Karya Pengusahaan Pertambangan Batubara telah diten- tukan pengertian kontrak karya. Kontrak Karya (KK) adalah:8 “suatu perjanjian antara Pemerintah Republik Indonesia dengan perusahaan swasta asing atau patungan antara asing dengan nasional (dalam rangka PMA)” Ismail Suny mengartikan Kontrak Karya sebagai berikut: “Kerja sama modal asing dalam bentuk kontrak karya (contract of work) terjadi apabila penanaman modal asing membentuk satu badan hukum Indonesia dan badan hukum Indone- sia ini mengadakan kerja sama dengan satu badan hukum yang mempergunakan modal na- sional” " 5 8  H.  Salim  HS.  Hukum  Pertambangan  di  Indonesia.  Jakarta:  Rajawali  Pers,  2010.  Hal.  127
  • 6. Definisi tersebut ada kesamaan dengan definisi yang dikemukakan oleh Sri Woelan Aziz. Ia men- gartikan Kontrak Karya adalah: “suatu kerja sama di mana pihak asing membentuk suatu badan hukum Indonesia dan badan hukum Indonesia ini bekerja sama dengan badan hukum Indonesia yang menggunakan modal nasional” Kedua pandangan di atas melihat bahwa badan hukum asing yang bergerak dalam bidang kontrak karya harus melakukan kerja sama dengan badan hukum Indonesia yang menggunakan modal nasional. Namun, di dalam peraturan perundang-undangan tidak mengharuskan kerja sama dengan badan hukum Indonesia di dalam pelaksanaan kontrak karya. Pertanyaannya sekarang ba- gaimana dengan kontrak karya yang seluruh modalnya dari pihak asing, seperti halnya PT Freeport Indonesia. Sumber pembiayaan perusahaan ini 100% dari pihak asing, dan perusahaan ini tidak bekerja sama dengan modal domestik.9 Dengan demikian, definisi kontrak karya di atas perlu dilengkapi dan disempurnakan menjadi: “Suatu perjanjian yang dibuat antara Pemerintah Indonesia dengan kontraktor asing semata-mata dan/atau merupakan patungan antara badan hukum asing dengan badan hukum domestik untuk melakukan kegiatan eksplorasi maupun eksploitasi dalam bidang pertamban- gan umum, sesuai dengan jangkaa waktu yang disepakati oleh kedua belah pihak.” Definisi ini merupakan definisi yang lengkap karena di dalam kontrak karya tidak hanya mengatur hubungan hukum antara para pihak, namun juga mengatur tentang objek kontrak karya. Dengan demikian, dapat dikemukakan unsur-unsur yang melekat dalam kontrak karya, yaitu:10 1. Adanya kontraktual, yaitu perjanjian yang dibuat oleh para pihak; 2. Adanya subjek hukum, yaitu Pemerintah Indonesia/Pemerintah Daerah (provinsi/kabupaten/ kota) dengan kontraktor asing semata-mata dan/atau gabungan antara pihak asing dengan pihak Indonesia; 3. Adanya objek, yaitu eksplorasi dan eksploitasi; 4. Dalam bidang pertambangan umum; dan 5. Adanya jangka waktu di dalam kontrak. Sedangkan Perjanjian Karya Pengusahaan Pertambangan Batu Bara (PKP2B) merupakan salah satu jenis kontrak dalam pengusahaan pertambangan, khususnya dalam bidang batubara. Per- janjian ini dibuat antara Pemerintah Indonesia dengan perusahaan kontraktor swasta. Istilah perjan- jian karya kita temukan dalam Pasal 10 ayat (2) dan ayat (3) UU Nomor 11 Tahun 1967 tentang " 6 9  H.  Halim  HS.,  Ibid.,  hal  129. 10  H.  Halim  HS.,  Ibid.,  hal.  130.
  • 7. Pertambangan. Namun, kontruksi yang digunakan dalam ketentuan itu tidak hanya perjanjian dalam pertambangan batubara semata-mata, tetapi juga dalam bidang pertambangan emas, tembaga dan perak dll.11 Perjanjian Perdata yang Memiliki Sifat Publik Dalam beberapa tradisi hukum administrasi, dikenal adanya penyerahan kewenangan penye- lenggaraan sektor pemerintahan atau pelayanan publik kepada pihak ketiga, yang disebut dengan “delegasi”. Salah satu bentuk delegasi yang berbentuk perjanjian adalah Konsesi. Menurut Prajudi, konsesi merupakan kombinasi dari izin dan dispensasi yang diikuti oleh pelimpahan kewenangan pemerintahan secara terbatas kepada penerima konsesi. Ini berbeda dari pengertian konsesi secara umum yang dianut oleh lembaga keuangan seperti World Bank. 12 Dalam tulisannya, Prajudi telah memberikan peringatan bahwa sistem konsesi rawan untuk disalah gunakan, karena besarnya kekuasaan yang dimiliki penerima konsesi.13 Prajudi memberikan contoh dimana beberapa konsesi memberikan penerimanya kewenangan untuk membuat lapangan terbang, merelokasi penduduk, membentuk satuan pengamanan internal, dan membangun infra- struktur seperti telepon, jalan-jalan dan pembangkit listrik.14 Syarifudin15 menganggap bahwa tugas-tugas yang diemban oleh penerima konsesi dan ter- cantum dalam perjanjian konsesi pada hakekatnya merupakan tugas-tugas pemerintahan. Dengan demikian, menurut Syarifuddn, penerima konsesi dapat dianggap sebagai pejabat publik yang men- gerjakan tugas-tugas pemerintahan.16 Apabila penerima konsesi merupakan pejabat publik menurut " 7 11  H.  Halim  HS.,  Ibid.,  hal.  225. 12  Dalam  artian  umum,  konsesi,  bersama   affermage  dan  kontrak  manajemen  sering  diartikan  sebagai  model  dari  partisipasi   sektor  privat.  Menurut  World  Bank,  sebuah  Konsesi,  “…gives  a  private  operator  responsibility  not  only  for  the  operation  and   maintenance  of  assets   but   also  for  6inancing  and  managing  investment.  Asset   ownership  typically  rests   with  the   government   from  a  legal   perspective,  however,  and  rights  to  all  the  assets,    including  those  created  by  the  operator,  typically  revert  to  the   government  when  the   arrangement  ends—often  after  25  or  30  years.”  Lihat  Public-­‐Private   Infrastructure  Advisory  Facility,   Approaches  to  private  participation  in  water  services  :  a  toolkit  (International  Bank  for  Reconstruction  and  Development  and   the  World  Bank  2006)  p.  10  Namun  demikian,  sebenarnya  pengertian  konsesi  yang  diambil  dari  sistem  hukum  Perancis  oleh   World  Bank  ini  terkandung  delegasi  kekuasaan  pemerintahan.  Karakter  delegasi  tersebut  jarang  didiskusikan  oleh  lembaga   keuangan  internasional.  Dalam:  Mova   Al’Afghani,  Seri  Anotasi  Pasal  11   (1)  (e)  Draft  versi  01:  Perjanjian   Badan   Publik   dengan  Pihak  Ketiga  Anotasi  Pasal  11  ayat  (1)  (e)  Undang-­‐Undang  Nomor  14  Tahun  2008,  hal  4. 13  Atmosudirdjo,  P.,  Hukum  administrasi  negara  (Ghalia  Indonesia   1981)   at  p.98-­‐99  Dalam:  Mova   Al’Afghani.  Seri  Anotasi   Pasal  11  (1)  (e)  Draft  versi  01,  Ibid.,  hal.  5 14  Ibid  at  p  98    Dalam:  Mova  Al’Afghani.  Seri  Anotasi  Pasal  11  (1)  (e)  Draft  versi  01,  Ibid. 15   Syafrudin,   “Perizinan   Untuk   Berbagai   Kegiatan”,   tidak   dipublikasikan,   sebagaimana   dikutip   oleh   Pudyatmoko   dalam   Pudyatmoko,  Y.S.,   Perizinan:   Problem   dan   Upaya   Pembenahan   (Grasindo  2009)     Dalam:   Mova   Al’Afghani.  Seri   Anotasi   Pasal  11  (1)  (e)  Draft  versi  01.,  Ibid. 16  Marbun,  S.F.,  Peradilan  administrasi  negara  dan  upaya  administra1f  di  Indonesia  (UII  Press  2003)  p.60    Dalam:   Mova  Al’Afghani.  Seri  Anotasi  Pasal  11  (1)  (e)  DraF  versi  01.,  Ibid.
  • 8. teori hukum administrasi negara, maka keputusan pejabat konsesi merupakan Keputusan Tata Usaha Negara yang dapat dibatalkan oleh Pengadilan Tata Usaha Negara. Instrumen delegasinya sendiri – yang berbentuk kontrak konsesi – pada hakekatnya merupakan bentuk lain dari kombinasi izin, dispensasi dan delegasi, yang mana pada hakikatnya merupakan dokumen publik. Namun de- mikian, para penulis kontemporer seperti Simatupang beranggapan bahwa kontrak konsesi bukan merupakan Keputusan TUN yang bisa ditelaah oleh Pengadilan TUN.17 Para ahli administrasi negara membedakan antara kontrak kontrak yang memiliki dimensi publik – seperti konsesi yang didalamnya terdapat delegasi kewenangan dengan kontrak-kontrak perdata murni yang tidak memiliki aspek delegasi. Menurut Hadjon18 dkk, kontrak-kontrak dimana negara menundukkan dirinya secara privat dan bertingkah laku seperti layaknya subyek hukum per- data lainnya, seperti kontrak jual-beli, sewa-menyewa atau pengalihan aset tidak tunduk kepada hukum publik, walaupun mekanismenya bisa didahului oleh dan diatur dalam aturan pemerintahan mengenai penggunaan anggaran negara atau penggunaan aset negara.19 Walaupun kontrak-kontrak tersebut didahului oleh keputusan TUN, menurut UU PTUN keputusan termaksud tidak termasuk ke dalam yurisdiksi TUN.20 Akibat hukum dari penerimaan delegasi ini setidaknya ada dua. Pertama, pihak swasta pen- erima delegasi sejauh melaksanakan kewenangan yang diperolehnya dari pemerintah merupakan pejabat publik yang putusannya secara teoritis dapat dikategorikan sebagai putusan TUN dan ja- batannya dianggap sebagai Badan Publik. Kedua, dokumen dimana didalamnya terdapat delegasi kewenangan tersebut secara teoritis dapat dikategorikan sebagai dokumen publik, baik karena isi- nya maupun karena penerima delegasinya merupakan Badan Publik. Sistem pengadaan barang dan jasa tidak menjadi penentu apakah suatu kontrak berisi dele- gasi kewenangan pemerintahan ataupun tidak. Yang dapat menjadi patokan adalah isinya sendiri. Apabila suatu kontrak mengandung kewenangan yang bersumber dari hukum publik, baik itu pera- turan perundang-undangan maupun keputusan TUN yang mana kekuasaan pihak yang berkontrak tersebut menjadi hilang apabila hukum publik yang menjadi sumber kewenangannya dicabut, maka kontrak tersebut berisi kewenangan penyelenggaraan pemerintahan. " 8 17  Simatupang,  D.P.,  Jawaban   Tentang  Konsesi  (Email   Correspondence   2011)    Dalam:  Seri  Anotasi  Pasal   11  (1)   (e)   Draft   versi  01.,  Ibid. 18  Hadjon,  P.M.  and  others,  Pengantar  Hukum  Administrasi  Indonesia  (Introduction  to  Indonesian  Administrative  Law)   (Gadjah  Mada  University  Press  1993)  p.  166-­‐167.  Dalam:  Seri  Anotasi  Pasal  11  (1)  (e)  Draft  versi  01.,  Ibid. 19  ibid  p.  166-­‐167.  Dalam:  Seri  Anotasi  Pasal  11  (1)  (e)  Draft  versi  01.,  Ibid. 20  Undang  Undang  No.  5  Tahun  1986  Tentang  Peradilan  Tata  Usaha  Negara  Article  2.b.  Pasal  ini  mengecualikan  tindakan  per-­‐ data  dan  penjelasannya  mengacu  pada  kegiatan  jual  beli  biasa.  Pasal   ini  dan  penjelasannya  tidak  mengatur  perihal  tindakan   perdata  yng  didalamnya  terkandung  delegasi  kewenangan.    Dalam:  Seri  Anotasi  Pasal  11  (1)  (e)  Draft  versi  01.,  Ibid.
  • 9. Klausul Kerahasiaan dalam kontrak ICEL dalam hal ini telah melakukan telaah terhadap sejumlah dokumen PSC21, KK22 dan PKP2B23, khususnya terkait dengan klausul kerahasiaan (confidentiality clause) pada dokumen tersebut, sebagaimana contoh di bawah ini: “Not disclose any geological, geophysical, petrophysical, engineering, well logs and completion, status reports and any other data as CONTRACTOR may compile during the term hereof to third parties without GOI’s written concern. This paragraph shall survive after the life of this CON- TRACT”24. “Not disclose all original data resulting from Petroleum Operations including but not limited to geological, geophysical, petrophysical, engineering, well and completion logs, status reports and any other data as CONTRACTOR may compile during the term hereof to third parties without informing CONTRACTOR and getting the consent of CONTRACTOR for disclosure such data”. Klausul tersebut di atas pada umunya tercantum pada hampir semua PSC yang ada di Indo- nesia . Dalam hal ini, informasi yang dirahasiakan pada PSC cukup jelas yakni mencakup well log atau data detail mengenai sumur yang di bor, dimana informasi tersebut tidak terdapat pada kontrak, melainkan pada dokumen tersendiri. Sedangkan pada putusan Komisi Informasi (KI) antara YPIP dengan BP Migas sendiri ada informasi yang dikecualikan akan tetapi dokumen Production Sharing Contract (PSC) itu sendiri terbuka. Sementara itu, pada Kontrak Karya dan PKP2B, menurut kajian yang dilakukan ICEL pada beberapa contoh KK dan PKP2B yang ada, tidak ditemukan adanya klausul khusus mengenai in- formasi rahasia yang dinyatakan tertutup oleh kedua belah pihak dalam isi kontrak-kontrak tersebut. Gambaran umum isi dari PSC, KK dan PKP2B, terlampir pada Lampiran I. Di tingkat internasional, pada Model Mining Development Agreement (MMDA) yang diga- gas oleh Mining Law Committee pada International Bar Association, dihasilkan suatu model dokumen kontrak pertambangan umum yang didalamnya menyatakan bahwa kontrak merupakan dokumen publik dan mengadopsi prinsip EITI, sebagaimana berikut ini25: " 9 22  Persetujuan  Modidikasi  dan  Perpanjangan  Kontrak  Karya,  15  Januari  1996  antara  Pemerintah  Indonesia   dan  PT  Interna-­‐ tional  Nickel  Indonesia  (PT  INCO),  Kontrak  Karya  Pemerintah  Indonesia  dan  PT  Nusa  Halmahera  Minerals 23  PKP2B  antara  Perusahaan  Negara  Tambang  Batubara  dan  PT  Arutmin  Indonesia,  PKP2B  antara  Pemerintah  Indonesia  dan   PT  Kalteng  Coal 24  PSC-­‐  BP  MIGAS-­‐PT  Pertamina  EP  Cepu-­‐Mobil  Cepu-­‐AMPOLEX.  Contract  Area  Cepu  2005,,  Pasal  5.1.2.1.  dan  52.6 25  Model  Mining  Development  Agreement,  http://www.mmdaproject.org/?p=1676
  • 10. This Contract a Public Document a. This Agreement and the Documents required to be submitted under Section 2.4, by any past and present Parties is a public document, and shall be open to free inspection by members of the public at the appropriate State office and at the files designated in the following sub- section (e), and at the Company’s office in the State during normal office hours. b. There shall be a presumption that any information regarding this Agreement, or the activi- ties taken under this Agreement is public, other than Confidential Information. c. All reports and submissions by the Company to the State, and all responses by the State, are freely available on request to the State or the Company, provided that Confidential Informa- tion may be redacted prior to disclosure. d. The Company shall maintain document files to facilitate public access to this Agreement and the Documents, and informed participation in all Consultation required by this Agreement. These files shall contain this Agreement, the Documents, all adopted updates and amend- ments thereto, and information on payments and reporting under Section 30.0 of this Agreement. These files shall be maintained at the following locations and shall be open to all members of the public during normal business hours: e. On payment of a reasonable fee prescribed by the State, any member of the Public shall be entitled to obtain a copy of this Agreement from the appropriate State office or at the Com- pany’s offices listed above. The term “Confidential Information” does not mean or include information that: a. becomes publicly available without wrongful disclosure; b. was obtained by a Party from a Third Party who is not known by the obtaining Party to be under any obligation of confidentiality with respect to such information; c. is required to be disclosed by Applicable Law, by any law to which the Company or its Af- filiates is subject, by any court proceeding or arbitral award, or by any applicable rule of a stock exchange; d. is disclosed to Affiliates, professional advisers, potential providers of finance, bona fide po- tential purchasers; or e. Confidential Information specifically related to any part of the Mining Area that is relin- quished from the provisions of this Agreement. f. The Company and the State shall implement the Extractive Industries Transparency Initia- tive (EITI) and, where appropriate, the Company shall contribute to the State’s implementa- tion of the EITI by becoming an EITI supporting company. g. The Company and the State shall each comply with requirements of the Extractive Industries Transparency Initiative with respect to all payments and reporting to be made by either of them pursuant to this Agreement. Breach by one Party of these provisions shall not excuse compliance by the other Party. Sedangkan mengenai informasi rahasia, MMDA menyebutkan bahwa informasi rahasia terkait dengan informasi personal, hak atas kekayaan intelektual, yang pada prinsipnya mengacu pada ketentuan Undang-undang Keterbukaan Informasi Publik. Klausul informasi rahasia pada MMDA adalah sebagai berikut: " 10
  • 11. Certain Information Confidential a. Confidential Information shall be retained by the State and the Company in strictest confi- dence and shall not be disclosed to any third party without the express prior written consent of the other Party, which consent shall not be unreasonably withheld, conditioned or de- layed, provided that the Company’s consent shall be deemed given if not withheld in writing within 24 hours after the State notifies the Company in writing of an emergency situation where disclosure is required to protect the health, safety, and security of the citizens b. “Confidential Information” shall mean: c. Information that is by law confidential under Applicable Law; d. Personnel matters, health records of individual employees, or other documents in which employees or others have a reasonable expectation of privacy and other matters that involve the privacy of individuals; e. Confidential technical or proprietary information regarding equipment, process innovations, or business secrets; f. Confidential legal matters, including advice from attorneys; g. The Company’s intellectual property related to the Project, including geological information and mineral reserves; h. Information (other than Confidential Information) obtained in the course of an audit as set forth in Section 11.0 above; i. Information disclosed to the other Party to this Agreement designated as “Confidential” by Notice to the other Party at the time of its initial disclosure to such Party, provided that such designation shall be deemed to be a representation that the disclosing Party has reasonably determined after review of such information that maintaining the confidentiality of such in- formation is necessary to protect business secrets or proprietary information . Dalam kontrak non pengadaan, transparansi dan akuntabilitas berfungsi penting dalam rangka mencegah praktik mark down. Kontrak non-pengadaan seperti kontrak karya (production sharing contract) atau tukar guling (ruilslag) misalnya memang merupakan salah satu yang ter- masuk perjanjian perdata, namun kerap ditengarai menimbulkan kerugian negara karena peneri- maan negara tidak sepadan dengan besarnya nilai konsesi yang diberikan atau nilai aset yang dile- pas kepada investor. Dengan transparansi dan akuntabilitas terdapat kewajiban pemerintah untuk mengungkap informasi dalam batas tertentu baik tentang objek maupun nilai kontrak berikut profil orang atau badan usaha dengan siapa pemerintah berkontrak (buyer profile), disitulah kepentingan publik muncul dalam perjanjian perdata seperti ini.26 Sehingga, penerapan prinsip transparansi dan akuntabilitas tidak saja penting dalam mencegah kerugian keuangan negara, tetapi juga untuk mencegah beralihnya aset negara secara tidak sah. Penyalahgunaan kontrak dengan tujuan untuk merugikan keuangan negara menjadi fenom- ena yang sering kita jumpai di masyarakat. Banyaknya praktik korupsi dengan cara konspirasi yang menggunakan kontrak sebagai instrumen terjadi karena transparansi dan akuntabilitas tidak " 11 26  Tengku  Nathan  Machmud,  The  Indonesian  Production  Sharing  Contract  (An  Investor’s  Perspective),  Kluwer  Law  Inter-­‐ national,  The  Hague,  2000,  p.  189
  • 12. dijalankan secara konsisten. Kontrak pemerintah sering tidak terkontrol karena memang tidak ada aturan yang jelas tentang bagaimana mekanisme pengawasan dapat diterapkan. Inilah yang men- gakibatkan kita tercengang dan marah melihat betapa besarnya keuangan dan atau aset negara telah tergerogoti baik melalui kontrak atau perjanjian-perjanian perdata yang sifatnya non-pengadaan. Dalam situasi seperti ini upaya penindakkan karenanya menjadi langkah dominan dalam rangka pemulihan kerugian negara. Sementara kebijakan dalam rangka penerapan prinsip transparansi dan akuntabilitas ke dalam suatu aturan hukum yang kongkrit terabaikan. Mengapa Transparansi Kontrak? Transparansi Kontrak sangat penting bagi pengelolaan yang bertanggung jawab pada sum- ber daya alam dan juga potensi pertumbuhan dan pembangunan ekonomi yang dapat menghasilkan sumber daya alam. Pemerintah, warga negara, dan investor semua memiliki banyak keuntungan dari transparansi kontrak ini. Pemerintah akan dapat menegosiasikan kontrak yang lebih baik jika mereka memiliki akses ke kontrak. Selain mereka, koordinasi antar instansi pemerintah dalam memberlakukan dan mengelola kontrak akan dibuat lebih mudah. Dan terutama kecurigaan masyarakat dari ketakutan yang tersembunyi dari kontrak akan berkurang.27 Dalam kerangka hukum yang mengatur industri ekstraktif, kontrak merupakan bagian ter- penting yang hilang. Kontrak merupakan salah satu bagian dalam memahami "rantai nilai" dari be- berapa poin yang saling berhubungan untuk pengembangan sumber daya alam. Pada setiap titik da- lam rantai dari keputusan untuk mengeksploitasi dan eksplorasi sumber daya, pengumpulan penda- patan, dan yang pada akhirnya pendapatan belanja negara ada peluang penting untuk meningkatkan atau mengurangi nilai untuk sumber daya alam. Transparansi kontrak tidak akan menjadi obat mu- jarab untuk meningkatkan pengelolaan sumber daya alam. Tetapi tanpa akses ke kontrak, gambaran lengkap dari rantai nilai merupakan sesuatu yang mustahil, dan partisipasi masyarakat yang ikut dalam proses itu juga menjadi rusak. Transparansi informasi di dalam kontrak sangat penting untuk penegakan hukum yang efektif yang ada di dalam kontrak, yang paling krusial yaitu penegakkan hukum untuk pelanggaran sosial dan lingkungan, di mana masyarakat dapat memantau kepatuhan.28 Transparansi kontrak juga akan membantu pemerintah mendapatkan kesepakatan yang lebih baik bagi sumber daya mereka, memberikan insentif bagi pemerintah dan perusahaan untuk mem- buat penawaran dalam jangka waktu yang panjang dan mencegah korupsi. Asimetri informasi da- " 12 27  Peter  Rosenblum  and  Susan  Maples.  Contract   ConJidential:  Ending  Secret  Deals  in  the   Extractive   Industries.  Revenue   Watch  Institute.  Hal.  15. 28  Peter  Rosenblum  and  Susan  Maples.  Ibid.,  Hal.  16
  • 13. pat menyebabkan sub-optimal penawaran, bahkan jika pemerintah sedang melakukan negosiasi un- tuk kepentingan warganya. Transparansi Kontrak merupakan salah satu faktor penting dalam men- ciptakan level of playing antara perusahaan dan pemerintah. Ketika warga memiliki informasi lebih lanjut tentang kebijakan pemerintah dan tindakannya, pemerintah memiliki insentif yang lebih besar untuk merespon kepentingan masyarakat, sehingga mengurangi masalah principal-agent. Akses publik yang lebih luas akan memberikan peluang pemerintah untuk memenuhi insentif sebagai kon- stituen sebanyak mungkin. Ini pada gilirannya akan menyebabkan kontrak lebih tahan lama dan mengurangi kebutuhan untuk renegosiasi dari waktu ke waktu.29 Di Indonesia sendiri, pada industri pertambangan minerba, pelaksanaan Kontrak Karya di- harapkan terlaksana dengan itikad baik sesuai dengan tahapan-tahapan yang ada, yaitu periode penyelidikan umum, eksplorasi, studi kelayakan. Kontruksi dan eksploitasi (operasi) yang harus dipenuhi oleh pihak kontraktor. Sedangkan pada pihak Pemerintah, agar terpenuhi persyaratan sahnya Kontrak Karya, diperlukan persetujuan dari Presiden dan Dewan Perwakilan Rakyat (DPR), yang pada saat penandatanganannya dapat diwakili oleh Menteri Pertambangan dan Sumber Daya Energi.30 Karena Kontrak Karya (KK) tersebut harus mendapat persetujuan salah satunya dari DPR maka sudah selayaknya dokumen Kontrak Karya tersebut menjadi dokumen terbuka. Sedangkan di dalam, klausul KK dan PKP2B tidak ada klausul yang menyatakan larangan untuk memberi infor- masi tanpa izin. Selain itu, Indonesia juga telah memiliki UU Keterbukaan Informasi Publik No. 14 tahun 2008 yang dapat dipergunakan oleh Pemerintah dalam rangka mendorong keterbukaan dokumen kontrak dan mengecualikan informasi yang rahasia secara proporsional. Praktek Keterbukaan Kontrak di Negara-Negara Lain Kontrak Iron Ore Mittal Steel dengan Liberia Banyak kontrak yang dihasilkan menjadi domain publik bukan melalui kebijakan pemerin- tah atau secara praktik, namun melalui upaya pemberdayaan masyarakat di negara-negara tuan ru- mah (host country) yang menggunakan koneksi mereka untuk mendapatkan akses keterbukaan kon- " 13 29  Peter  Rosenblum  and  Susan  Maples.  Ibid. 30  Made  Ester  Ida   Oka   Patty.  Pelaksanaan   Kontrak  Karya  antara  Pemerintah  Republik  Indonesia  dengan   Perseroan   Terbatas   (PT)   Avocet   Bolaang  Mongondow.   Tesis.   Semarang:Program   Pascasarjana   Magister  Kenotariatan   Universitas   Diponegoro,  2008.  Hal.  X.
  • 14. trak. Warga masyarakat lokal di Liberia yang peduli pada nasib Pertambangan mampu mendapatkan akses ke kontrak pertambangan bijih besi bernilai juta-juta dolar dengan Mittal Steel.31 The Sustainable Development Institute (SDI), sebuah LSM lokal Liberia yang bekerja pada isu-isu sumber daya alam, meminta Pusat Hak Asasi Manusia Columbia untuk menganalisis kon- trak. SDI menerbitkan memorandum yang ditulis Pusat HAM tersebut dalam media massa nasional.32 Mittal menanggapi dengan iklan surat kabar sendiri, menyatakan bahwa kesimpulan da- lam memorandum adalah palsu.33 Mittal menyatakan bahwa perjanjian dengan Liberia "cermin dasarnya seperti itu dilakukan di tempat lain.”34 Global Witness, LSM tersebut didedikasikan untuk mengekspos eksploitasi sumber daya alam yang korup dan sistem perdagangan internasional, menu- lis sebuah analisis yang lebih rinci tentang kontrak Mittal, menambahkan lebih lanjut untuk me- nekan renegosiasi.35 Pada tanggal 16 Januari 2006, Presiden Ellen Johnson-Sirleaf menerapkan kebijakan untuk meninjau semua kontrak dan konsesi yang diadakan oleh pemerintahan sebelumnya.36 Review Ke- bijakan adalah bagian dari strategi nasional untuk memfasilitasi pembangunan kembali di Liberia setelah empat belas tahun dari perang saudara, dan itu tidak terbatas pada kontrak sumber daya alam. Pemerintah transisi sebelum Sirleaf terdahulu dikenal sangat korup, sampai pada titiknya bahwa masyarakat internasional mengembangkan program khusus untuk Liberia, yang disebut Ban- tuan Pemerintahan Program Ekonomi dan Manajemen atau "GEMAP."37 GEMAP dirancang untuk membangun kembali pembangunan di Liberia. Peninjauan kontrak dan renegosiasi sudah menjadi bagian dari program ini. " 14 31  Allegedly,  a  civil  servant  was  disaffected  and  leaked  the  contract.  Some  say  the  government  ofdicial  did  not  receive  an  ade-­‐ quate  bribe;  others  believed  he  was  blowing  the  whistle  on  a  bad  contract.  From  interviews  in  Monrovia  in  August  2006  and   August  2008.  Dalam:  Peter  Rosenblum  and  Susan  Maples.  Ibid.,  Hal.  52 32  “Issues  in  the  Mineral  Development  Agreement  Between  the  Government  of  the  Republic  of  Liberia  and  Mittal  Steel  Hold-­‐ ings”  Daily  Observer  (April  13,  2006)  at  p.6.  Dalam:  Peter  Rosenblum  and  Susan  Maples.  Ibid. 33  “Misrepresentations  of  Mittal  Steel  MDA”  Daily  Observer  (April  19,  2006)  at  p.6.  Dalam:  Peter  Rosenblum  and  Susan  Maples.   Ibid. 34  “Government-­‐sponsored  Review  Calls  for  Renegotiating   Liberia’s  Mittal  Deal”  The   Associated  Press,  October  3,  2006.  Da-­‐ lam:  Peter  Rosenblum  and  Susan  Maples.  Hal.,  Ibid 35   “Heavy   Mittal?”   Global   Witness   (October   2006)   available   at   http://www.globalwitness.org/   media_library_detail.php/156/en/heavy_mittal  (last  visited  July  31,  2009).  Dalam:  Peter  Rosenblum  and  Susan  Maples.  Ibid 36  Speech  by  President  Ellen  Johnson-­‐Sirleaf:  “Remarks  by  Her  Excellency  Madam  Ellen  Johnson-­‐Sirleaf,  President  of  the  Re-­‐ public  of  Liberia,  on   the  Occasion   of  the   Formal  Launching   of  the   Extractive   Industries  Transparency  Initiative   in  Liberia”   (July  10,  2007).  Dalam:  Peter  Rosenblum  and  Susan  Maples.  Ibid 37  For  more  information  about  GEMAP,  seehttp://www.gemapliberia.org/  (last  visited  on  March  26,  2009).  Dalam:  Peter  Ro-­‐ senblum  and  Susan  Maples.  Ibid
  • 15. Lebih khusus lagi, Johnson-Sirleaf segera menyelidiki dan meninjau ulang kontrak Mittal Steel. Media yang digunakan berupa dukungan media dan LSM internaional untuk memperkuat po- sisi tawar Liberia dalam melakukan peninjauan Kontrak yang lebih besar.38 Perubahan dalam kon- trak yang dinegosiasi ulang bervariasi, diantaranya adalah manfaat fiskal yang meningkat bagi Li- beria untuk meningkatkan peran Pemerintah dalam hak dan perlindungan, khususnya yang berkai- tan penting dengan infrastruktur, seperti kereta api dan pelabuhan. Meskipun perjanjian masih jauh dari apa yang diharapkan oleh masyarakat sipil pendukung keterbukaan, namun Kontrak ini jauh lebih baik daripada itu sebelumnya.39 Peninjauan Kontrak Tambang di Republik Kongo Pada tanggal 11 Juni 2007, Kementerian Pertambangan Republik Kongo secara resmi men- injau kembali 61 kontrak pertambangan yang ditandatangani selama penjajahan (1996-2002) dan proses transisi (2003-2006).40 Tuntutan politik dalam negeri yang mendorong agar kontrak terbuka untuk publik dan negosiasi ulang mereka sangat tinggi. Sebuah laporan Bank Dunia yang terkuak kepada publik mengatakan bahwa pertambangan merupakan sumber pendapatan terbesar bagi ne- gara. Beberapa pejabat pemerintah berharap untuk menarik lebih banyak perusahaan terkemuka dengan membatalkan kontrak dengan perusahaan-perusahaan yang tidak memiliki niat atau kapasi- tas untuk melakukan penambangan operasional.41 Pada awal proses peninjauan kontrak, Kementrian Pertambangan berkomitmen untuk mem- buka kontrak-kontrak yang sedang direnegosiasi. The Carter Center diminta untuk "mengawasi" proses peninjauan kontrak, dan salah satu andil dari keterlibatan The Carter Center adalah komit- men pemerintah untuk membuat kepercayaan terhadap publik.42 Meskipun pemerintah telah mem- " 15 38  For  a  much  more  detailed  account  of  Liberia’s  renegotiation  of  the  Mittal  contract,  see  “Getting  a  Better  Deal  from  the  Ex-­‐ tractive  Sector:  Concession  Negotiations  in  Liberia  2006–2008”  by  The  Revenue  Watch  Institute  (February  2009)  available  at   http://revenuewatch.org/images/RWIGetting-­‐a-­‐Better-­‐Deal-­‐dinal0226.pdf.  Dalam:  Peter  Rosenblum  and  Susan  Maples.  Ibid 39  Global  Witness,  Update   on  the   Renegotiation   of  the  Mineral   Development  Agreement  between  Mittal   Steel  and  the   Gov-­‐ ernment  of  Liberia,  August  2007.  Dalam:  Peter  Rosenblum  and  Susan  Maples.  Ibid 40   See   “Transparency  Fears  Lead  to   Review  of  Congo  Mining   Contracts”   Financial   Times,  January  3,  2007,   describing   the   leaked  World  Bank  report  and  its  warning   that  the  country  had  sold  the   national  assets  without  a  valuation  of  their  worth,   a n d   l i k e l y   f o r   f a r   l e s s   t h a n   t h e i r   v a l u e .   A v a i l a b l e   a t   http://www.ft.com/cms/s/c918d3a29a8a11dbbbd20000779e2340,Authorised=false.html?_i_location=http:/www.ft.com/c ms/s/0/c918d3a29a8a11dbbbd20000779e2340.html%3Fnclick_check%3D1&_i_referer=&nclick_check=1   (last   checked   March  26,  2009).  Dalam:  Peter  Rosenblum  and  Susan  Maples.  Ibid 41  Discussions  with  Congolese  officials  were  ongoing  during  a  Columbia-­‐Carter  Center  joint  effort  to  assist  the  Congo  in   d e s i g n i n g   a   t r a n s p a r e n t   a n d   b e n e fi c i a l   r e v i e w   p r o c e s s .   F o r   d e t a i l s ,   s e e   hQp://www.cartercenter.org/countries/democraSc_republic_of_congo.html   (last   visited   March   26,   2009).   Dalam:   Peter  Rosenblum  and  Susan  Maples.  Ibid 42  LeQers  between  The  Carter  Center  and  the  Congolese  government  are  on  file  with  the  author.  Dalam:  Peter  Rosen-­‐ blum  and  Susan  Maples.  Ibid
  • 16. buat kontrak secara publik, publikasi kontrak yang ditinjau ulang merupakan suatu tanda tertinggi dalam transparansi terutama langkah-langkah yang diambil oleh pemerintah.43 Transparansi Kontrak dan EITI Extractive Industries Transparansi Initiative (EITI), pada dasarnya merupakan standar global untuk mentransparankan pembayaran-pembayaran perusahaan dan penerimaan pemerintah dimana kegiatan operasi industri ekstraktif berlangsung. Rekonsiliasi laporan pembayaran oleh Pe- rusahaan dengan laporan penerimaan oleh Pemerintah yang berbasis unit produksi dalam satu sa- tuan kontrak, kemudian dipublikasi. Laporan publikasi tersebut harapannya akan menghadirkan in- formasi publik yang menggambarkan adanya transparansi pembayaran-pembayaran dan penerimaan-penerimaan dari tiap unit produksi dari industri migas dan pertambangan. Untuk mengetahui apakah informasi dan skema pembayaran/penerimaan tersebut telah se- suai dengan ketentuan Kontrak yang berlaku, maka sudah tentu dibutuhkan adanya Keterbukaan Kontrak. Karena dasar dari segala pembayaran dan penerimaan tersebut (baik jenis pembayaran, mekanisme dan aliran pembayaran/penerimaan, hingga skema-skema pembayaran setiap unit pro- duksi) tercantum di dalam Kontrak. Sehingga, keterbukaan kontrak dalam EITI, akan melengkapi tools ini untuk mencapai derajat transparansi yang lebih tinggi. Di sisi lain, Keterbukaan kontrak dalam EITI akan menumbuhkan kepercayaan masyarakat terhadap EITI sebagai sebuah tools yang bermanfaat dalam mendorong transparansi tata kelola sumberdaya ekstraktif secara lebih luas. Sementara itu, skema pelaksanaan Keterbukaan Kontrak dalam EITI dapat saja dilakukan secara bertahap. Melalui ketentuan dan kesepakatan jumlah perusahaan yang diwajibkan mela- porkan EITI-sebagaimana diputuskan secara multipihak, Keterbukaan Kontrak misalnya dapat di- wajibkan hanya bagi perusahaan-perusahaan dengan batas materialitas tertentu dari total jumlah pe- rusahaan yang wajib melaporkan kepada EITI. Selain dari pihak Perusahaan, Keterbukaan Kontrak juga dapat dilakukan oleh Pemerintah sebagai salah satu pihak yang berkontrak dalam hal ini. Ter- lebih, Pemerintah merupakan badan publik yang terkena kewajiban untuk menyediakan kontrak- kontrak yang dilakukan dengan pihak ketiga, sebagaimana kewajiban yang ditegaskan dalam Undang-Undang Nomor.14/2008 tentang Keterbukaan Informasi Publik.# " 16 43  All  but  the  Tenke   Fungurume  Mining  Convention,  with  Freeport  McMoRan  as  operator  and  Lundin  Mining  joint  venture   partner,  were   eventually  made  public  on  the   Ministry  of  Finance   website.  They  remain  available  on  the   Ministry  of  Mines   website,  where  they  can  still  be  found  under  the  heading  “Contracts  de  partenariat”  on  the  DRC  Ministry  of  Finance  website   http://www.mindinrdc.cd/  (last  visited  July  31,  2009).  Dalam:  Peter  Rosenblum  and  Susan  Maples.  Ibid
  • 17. Lampiran I Gambaran Umum Isi PSC44 I. Scope and Definitions II. Term III. Exclusion of Areas IV. Rights and Obligations of the Parties V. Recovery of Operating Costs and Handling of Production VI. Valuation of Crude Oil VII. Compensation, Production Bonus and Equipment and Services Assistance VIII. Payments IX. Title of Equipment X. Consultation and Arbitration XI. Employment and Training of Indonesian Personnle XII. Termination XIII. Books, Accounts and Audits XIV. Other Provisions XV. Participation XVI. Effectiveness Exhibit Exhibit A : Description of Contract Area Exhibit B : Map of Contract Area Exhibit C: Accounting Procedure Exhibit D: Memorandum of Participation Gambaran Umum Isi Kontrak Karya45 1. Definisi 2. Kelanjutan perusahaan sebagai kontraktor tunggal pemerintah di wilayaj kontrak karya 3. Kesanggupan perusahaan 4. Pelaksanaan operasi 5. Syarat-syarat pelaporan 6. Pengendalian operasi dan pengembangan lanjutan 7. Pemasaran 8. Fasilitas Impor dan re-ekspor 9. Pajak-pajak dan lain-lain kewajiban keuangan perusahaan 10. Pelaporan, inspeksi dan program kerja " 17 44  PSC  PERTAMINA    dan  APEX  (Yapen)  Ltd.  Contract  Area:  Yapen  Block,  27  September  1999 45  Persetujuan  Modifikasi  dan  Perpanjangan  Kontrak  Karya,  15  Januari  1996  antara  Pemerintah  Indonesia  dan  PT  In-­‐ ternaSonal  Nickel  Indonesia  (PT  INCO).
  • 18. 11. Pertukaran alat pembayaran 12. Hak-hak khusus pemerintah 13. Kesempatan kerja dan pelatihan tenaga kerja Indonesia 14. Ketentuan-ketentuan kemudahan 15. Keadaan kahar 16. Kelalaian 17. Penyelesaian sengketa 18. Pengakhiran 19. Kerjasama para pihak 20. Promosi kepentingan nasional 21. Kerjasama daerah dalam pengadaan prasarana tambahan 22. Pengelolaan dan perlindungan terhadap lingkungan hidup 23. Pengembangan usaha setempat 24. Pengalihan hak 25. Pembiayaan 26. Jangka waktu 27. Pilihan hukum 28. Ketentuan lain-lain Lampiran A – Wilayah Kontrak Karya Lampiran B – Peta Wilayah Kontrak Karya Lampiran C- Iuran Tetap Untuk Berbagai Tahap Kegiatan Lampiran D- Iuran Eksploitasi /Produksi atas Produksi Mineral Lampiran E – Metoda Perhitungan Iuran Eksploitasi /Produksi Lampiran F – Aturan eMenghitung Pajak Penghasilan Lampiran G – Kontrak Karya 1968 Gambaran Umum Isi PKP2B46 Preamble Article 1. Definitions 2. Agreement Area 3. Modus Operandi 4. Work Programs, Expenditures and Reports 5. Financing and Security Deposit 6. General Survey Period 7. Exploration Period " 18 46  PKP2B  antara  Perusahaan  Negara  Tambang  Batubara  dan  PT  Arutmin  Indonesia
  • 19. 8. Feasibility Studies Period 9. Construction Period 10. Taxes and Sharing of Production 11. Marketing 12. Protection Against Waste and Pollution 13. Equipment 14. Payment to Batubara 15. Books, Accounts and Audits 16. Payments and Currency 17. Employment and Training of Indonesian Personnel 18. Enabling Provisions 19. Suspension of Operations 20. Force Majeure 21. Settlement of Disputes 22. Termination 23. Co-operation in regard to Regional Infrastructures 24. Participation and Promotion of national Interest 25. Miscellaneous Provisions 26. Revision of certain Terms of This Agreement 27. Assignment 28. Term " 19