1. Cerita Dewa Ruci menggambarkan hubungan harmonis antara manusia dan Tuhan, yang ditunjukkan melalui hubungan Bima dan Dewa Ruci.
2. Bima mencari air suci Prawitasari untuk melakukan samadi. Ia mengalahkan berbagai rintangan roh jahat sebelum bertemu Dewa Suksma Ruci.
3. Pertemuan Bima dengan Dewa Suksma Ruci menandakan ia telah mencapai kesadaran spiritual tertinggi dan
1. MAKNA AJARAN DEWA RUCI
Orang Jawa menganggap cerita wayang merupakan cermin dari pada
kehidupannya.
Dewa Ruci yang merupakan cerita asli wayang Jawa memberikan
gambaran yang jelas mengenai hubungan harmonis antara Kawula dan
Gusti, yang diperagakan oleh Bima atau Aria Werkudara dan Dewa Ruci.
Pencarian air suci Prawitasari
Guru Durna memberitahukan Bima untuk menemukan air suci
Prawitasari. Prawita dari asal kata Pawita artinya bersih, suci; sari
artinya inti. Jadi Prawitasari pengertiannya adalah inti atau sari dari
pada ilmu suci.
Hutan Tikbrasara dan Gunung Reksamuka
Air suci itu dikatakan berada dihutan Tikbrasara, dilereng Gunung
Reksamuka. Tikbra artinya rasa prihatin; sara berarti tajamnya pisau,
ini melambangkan pelajaran untuk mencapai lendeping cipta (tajamnya
cipta). Reksa berarti mamalihara atau mengurusi; muka adalah wajah,
jadi yang dimaksud dengan Reksamuka dapat diartikan: mencapai sari
ilmu sejati melalui samadi.
1. Sebelum melakukan samadi orang harus membersihkan atau
menyucikan badan dan jiwanya dengan air.
2. Pada waktu samadi dia harus memusatkan ciptanya dengan fokus
pandangan kepada pucuk hidung. Terminologi mistis yang dipakai
adalah mendaki gunung Tursina, Tur berarti gunung, sina berarti
tempat artinya tempat yang tinggi.
Pandangan atau paningal sangat penting pada saat samadi. Seseorang
yang mendapatkan restu dzat yang suci, dia bisa melihat kenyataan
antara lain melalui cahaya atau sinar yang datang kepadanya waktu
samadi. Dalam cerita wayang digambarkan bahwasanya Resi
Manukmanasa dan Bengawan Sakutrem bisa pergi ketempat suci
melalui cahaya suci.
Raksasa Rukmuka dan Rukmakala
2. Di hutan, Bima diserang oleh dua raksasa yaitu Rukmuka dan
Rukmala. Dalam pertempuran yang hebat Bima berhasil membunuh
keduanya, ini berarti Bima berhasil menyingkirkan halangan untuk
mencapai tujuan supaya samadinya berhasil.
Rukmuka : Ruk berarti rusak, ini melambangkan hambatan yang
berasal dari kemewahan makanan yang enak (kemukten).
Rukmakala : Rukma berarti emas, kala adalha bahaya, menggambarkan
halangan yang datang dari kemewahan kekayaan material antara lain:
pakaian, perhiasan seperti emas permata dan lain-lain (kamulyan)
Bima tidak akan mungkin melaksanakan samadinya dengan sempurna
yang ditujukan kepada kesucian apabila pikirannya masih dipenuhi oleh
kamukten dan kamulyan dalam kehidupan, karena kamukten dan
kamulyan akan menutupi ciptanya yang jernih, terbunuhnya dua
raksasa tersebut dengan gamblang menjelaskan bahwa Bima bisa
menghapus halangan-halangan tersebut.
Samudra dan Ular
Bima akhirnya tahu bahwa air suci itu tidak ada di hutan , tetapi
sebenarnya berada didasar samudra. Tanpa ragu-ragu sedikitpun dia
menuju ke samudra. Ingatlah kepada perkataan Samudra Pangaksama
yang berarti orang yang baik semestinya memiliki hati seperti luasnya
samudra, yang dengan mudah akan memaafkan kesalahan orang lain.
Ular adalah simbol dari kejahatan. Bima membunuh ular tersebut
dalam satu pertarungan yang seru. Disini menggambarkan bahwa dalam
pencarian untuk mendapatkan kenyataan sejati, tidaklah cukup bagi
Bima hanya mengesampingkan kamukten dan kamulyan, dia harus juga
menghilangkan kejahatan didalam hatinya. Untuk itu dia harus
mempunyai sifat-sifat sebagai berikut:
1. Rila: dia tidak susah apabila kekayaannya berkurang dan tidak iri
kepada orang lain.
2. Legawa : harus selalu bersikap baik dan benar.
3. Nrima : bersyukur menerima jalan hidup dengan sadar.
4. Anoraga : rendah hati, dan apabila ada orang yang berbuat jahat
kepadanya, dia tidak akan membalas, tetap sabar.
5. Eling : tahu mana yang benar dan salah dan selalu akan berpihak
kepada kebaikan dan kebenaran.
3. 6. Santosa : selalu beraa dijalan yang benar, tidak pernah berhenti
untuk berbuat yang benar antara lain : melakukan samadi. Selalu
waspada untuk menghindari perbuatan jahat.
7. Gembira : bukan berarti senang karena bisa melaksanakan kehendak
atau napsunya, tetapi merasa tentram melupakan kekecewaan dari pada
kesalahan-kesalahan dari kerugian yang terjadi pada masa lalu.
8. Rahayu : kehendak untuk selalu berbuat baik demi kepentingan
semua pihak.
9. Wilujengan : menjaga kesehatan, kalau sakit diobati.
10. Marsudi kawruh : selalu mencari dan mempelajari ilmu yang benar.
11. Samadi.
12. Ngurang-ngurangi: dengan antara lain makan pada waktu sudah
lapar, makan tidak perlu banyak dan tidak harus memilih makanan
yang enak-enak: minum secukupnya pada waktu sudah haus dan tidak
perlu harus memilih minuman yang lezat; tidur pada waktu sudah
mengantuk dan tidak perlu harus tidur dikasur yang tebal dan nyaman;
tidak boleh terlalu sering bercinta dan itu pun hanya boleh dilakukan
dengan pasangannya yang sah.
Pertemuan dengan Dewa Suksma Ruci
Sesudah Bima mebunuh ular dengan menggunakan kuku Pancanaka,
Bima bertemu dengan Dewa kecil yaitu Dewa Suksma Ruci yang
rupanya persis seperti dia. Bima memasuki raga Dewa Suksma Ruci
melalui telinganya yang sebelah kiri. Didalam, Bima bisa melihat dengan
jelas seluruh jagad dan juga melihat dewa kecil tersebut.
Pelajaran spiritual dari pertemuan ini adalah :
Bima bermeditasi dengan benar, menutup kedua matanya, mengatur
pernapasannya, memusatkan perhatiannya dengan cipta hening dan
rasa hening.
Kedatangan dari dewa Suksma Ruci adalah pertanda suci, diterimanya
samadi Bima yaitu bersatunya kawula dan Gusti.
Didalam paningal (pandangan didalam) Bima bisa melihat segalanya
segalanya terbuka untuknya (Tinarbuka) jelas dan tidak ada rahasia
lagi. Bima telah menerima pelajaran terpenting dalam hidupnya yaitu
bahwa dalam dirinya yang terdalam, dia adalah satu dengan yang suci,
4. tak terpisahkan. Dia telah mencapai kasunyatan sejati. Pengalaman ini
dalam istilah spiritual disebut �mati dalam hidup� dan juga disebut
�hidup dalam mati�. Bima tidak pernah merasakan kebahagiaan
seperti ini sebelumnya. Mula-mula di tidak mau pergi tetapi kemudian
dia sadar bahwa dia harus tetap melaksanakan pekerjaan dan
kewajibannya, ketemu keluarganya dan lain-lain.
Arti simbolis pakaian dan perhiasan Bima
Bima mengenakan pakaian dan perhiasan yang dipakai oleh orang yang
telah mencapai kasunytan-kenyataan sejati. Gelang Candrakirana
dikenakan pada lengan kiri dan kanannya. Candra artinya bulan, kirana
artinya sinar. Bima yang sudah tinarbuka, sudah menguasai sinar suci
yang terang yang terdapat didalam paningal.
Batik poleng : kain batik yang mempunyai 4 warna yaitu; merah, hitam,
kuning dan putih. Yang merupakan simbol nafsu, amarah, alumah,
supiah dan mutmainah. Disini menggambarkan bahwa Bima sudah
mampu untuk mengendalikan nafsunya.
Tusuk konde besar dari kayu asem
Kata asem menunjukkan sengsem artinya tertarik, Bima hanya tertarik
kepada laku untuk kesempurnaan hidup, dia tidak tertarik kepada
kekeyaan duniawi.
Tanda emas diantara mata.
Artiya Bima melaksanakan samadinya secara teratur dan mantap.
Kuku Pancanaka
Bima mengepalkan tinjunya dari kedua tangannya.
Melambangkan :
1. Dia telah memegang dengan kuat ilmu sejati.
2. Persatuan orang-orang yang bermoral baik adalah lebih kuat, dari
persatuan orang-orang yang tidak bertanggung jawab, meskipun jumlah
orang yang bermoral baik itu kalah banyak.
Contohnya lima pandawa bisa mengalahkan seratus korawa. Kuku
pancanaka menunjukkan magis dan wibawa seseorang yang telah
mencapai ilmu sejati.