Teks tersebut membahas tentang bahan-bahan alternatif yang digunakan untuk membuat tissue yang tidak berbahaya bagi kesehatan dan lingkungan. Bahan-bahan tersebut adalah kulit jeruk siam, biji kelor, minyak kelapa, dan air hujan sebagai pengganti bahan-bahan berbahaya seperti klorin dan natrium hidroksida yang biasa digunakan dalam pembuatan tissue konvensional.
Bab II Karya Tulis Ilmiah Tisu Berbahan Dasar Kulit Jeruk
1. BAB II
LANDASAN TEORI
A. Tissue
Tissue banyak digunakan, terutama untuk keperluan kebersihan seperti
menyeka keringat ataupun untuk membersihkan hidung apabila sedang flu.
“Tissue mulai dibuat sekitar tahun 1880-an dari bahan baku kulit kayu yang
dijadikan pulp (bubur kertas) dan sampai sekarang pun bahan baku dalam
pembuatan tissue masih menggunakan kayu.” (diarykonservasi.wordpress.com,
diunduh Desember 2014). Tissue mempunyai bentuk yang sederhana, tipis dan
ringan. Karena bentuknya yang ringan dan dikemas dalam bentuk yang praktis
maka menjadikan tissue mudah dibawa. Tidak hanya itu, alasan mengapa orang-
orang kini memilih tissue adalah karena harganya yang ekonomis serta
penggunaannya yang praktis.
Dengan segala kelebihannya itu, tissue kini menjadi bahan pelengkap utama
dalam keperluan pribadi seseorang. Namun dibalik kelebihannya itu, tissue
ternyata sangat berbahaya bagi kesehatan dan lingkungan. “Di dalam pembuatan
kertas tissue ditambahkan klor (zat pemutih) agar terlihat putih dan bersih. Zat ini
bersifat karsinogenetik (pemicu kanker)” (diarykonservasi.wordpress.com,
diunduh Desember 2014). Di samping berbahaya bagi kesehatan, ternyata tissue
juga berbahaya bagi lingkungan. Bahan baku pembuatan tissue yang merupakan
selulosa dari kayu, mengharuskan pihak industri untuk menebang lebih banyak
kayu untuk memenuhi permintaan pasar akan produk yang satu ini. Tindakan ini
akan memperparah pemanasan global yang terjadi. Tidak hanya itu, tindakan ini
ternyata dapat mengurangi populasi manusia. Hal ini dikarenakan, satu batang
pohon dapat memenuhi kebutuhan 2 orang manusia akan oksigen, apabila satu
batang pohon ditebang maka kebutuhan tersebut tidak akan terpenuhi, dan hal
tersebut sama saja membunuh 2 orang manusia. (unikbaca.com, diunduh
Desember 2014).
5
2. 6
Tabel 2.1
Pengolahan Kayu Hasil Penebangan Hutan
No. Hasil Pengolahan Jumlah
1. Pulp (kertas, tissue) 59,4 %
2. Mebel 39,4 %
3. Pembangunan 1,2 %
Tissue sangat berbahaya bagi kesehatan, oleh karena itu penulis membuat
tissue yang tidak berbahaya bagi kesehatan, dengan bahan-bahan yang penulis
gunakan adalah limbah yang tidak mencemari lingkungan. Karena bahan-bahan
yang digunakan adalah hasil limbah, maka otomatis tissue yang penulis buat ini
bernilai ekonomis lebih daripada tissue biasa. Bahan-bahan yang penulis gunakan
adalah kulit jeruk siam sebagai bahan alternatif, serta biji kelor, minyak kelapa,
dan air hujan sebagai bahan pengganti zat-zat kimia berbahaya yang digunakan
dalam pembuatan tissue.
B. Kulit Jeruk
Kulit jeruk siam memiliki tekstur yang tidak terlalu tebal serta mengandung
selulosa yang merupakan bahan pembuatan tissue. Selain itu, kulit jeruk memiliki
kandungan vitamin C, vitamin B1, senyawa limonen, pektin, lonalol, linalil,
terpinol, dan sitronela yang cukup baik. Sehingga kulit jeruk memiliki banyak
manfaat, mulai dari vitamin C berfungsi sebagai anti-oksidan bagi tubuh, senyawa
limonen yang berguna untuk memperlancar peredaran darah, pektin yang dapat
menurunkan tingkat kolesterol, serta komponen minyak atsiri (meliputi lonalol,
linalil, dan terpinol) yang dapat menstabilkan sistem syaraf, ditambah dengan
kandungan sitronela yang dapat menghindarkan dari gangguan nyamuk.
(syifacitrus.blogspot.com, diunduh Desember tahun 2014). Akan tetapi, kulit
jeruk siam memiliki kelemahan yaitu kandungan airnya yang cukup tinggi
mengakibatkan daya simpannya lebih pendek.
3. 7
Kulit jeruk siam memiliki kandungan minyak atsiri yang cukup tinggi.
Menurut (tentangjeruk.blogspot.com, diunduh Desember 2014) “Minyak atsiri
merupakan komponen terbesar minyak nabati yang bermanfaat bagi kesehatan”.
Selain nilai biologis kulit jeruk siam yang tergolong baik, kita pun tidak
mengeluarkan biaya lebih untuk memperoleh kulit jeruk siam ini melainkan kita
dapat memperolehnya secara cuma-cuma.
Berikut adalah tabel komposisi yang terkandung dalam kulit jeruk siam
(tentangjeruk.blogspot.com, diunduh Desember 2014).
Tabel 2.2
Komposisi Nutrisi/Kimia Kulit Jeruk Siam
No. Nutrisi Banyaknya (%)
1. Pektin 15-25 %
2. Senyawa Limonen 2,36 %
3. Minyak Atsiri 2,49 %
4. Sitronela Tidak diketahui
5. Kalori Tidak diketahui
6. Vitamin C Tidak diketahui
7. Vitamin B1 Tidak diketahui
Kesimpulannya adalah kandungan nutrisi terbesar dalam kulit jeruk adalah
kandungan zat pektin. Pektin merupakan semacam serat yang terdapat dalam kulit
jeruk. Serat inilah yang merupakan bahan utama dalam pembuatan tissue. Namun
dalam memproses kulit jeruk ini harus berhati-hati, karena zat pektin tersebut
mudah larut.
Walaupun kulit jeruk menempel pada buah jeruk, tetapi kandungan zat
diantara keduanya berbeda. Berikut adalah kandungan gizi buah jeruk siam seperti
yang bisa dilihat pada tabel berikut ini (Rukmana, 2004: 18).
4. 8
Tabel 2.3
Kandungan Unsur Gizi dan Kalori Buah Jeruk
No. Unsur Gizi Kadar/100 gram
1. Kalori (kal) 44.00
2. Protein (gram) 0.80
3. Lemak (gram) 0.20
4. Karbohidrat (gram) 10.90
5. Kalsium (mg) 33.00
6. Fosfor (mg) 23.00
7. Zat besi (mg) 0.40
8. Vitamin A (S.I) 420.00
9. Vitamin B1 (mg) 0.70
10. Vitamin C (mg) 31.00
11. Air (gram) 87.30
Kesimpulannya adalah terdapat beberapa kandungan zat dalam buah jeruk
yang sama dengan kandungan pada kulitnya. Kandungan zat tersebut adalah
vitamin C dan vitamin B1.
C. Biji Kelor ( Biji Tanaman Moringa oleifera)
Dalam proses pembuatan tissue, kita membutuhkan kaporit atau klorin yang
ditambahkan pada tissue agar tissue terlihat lebih putih dan bersih, selain itu
klorin juga berfungsi untuk menjernihkan air. Akan tetapi, klorin memiliki efek
buruk bagi tubuh. Zat ini bersifat karsinogenik atau pemicu kanker. Bahkan
pernyataan mengejutkan muncul dari (Hari, 2007: 28) yang menyatakan bahwa
“Klorin merupakan pembunuh dan penyebab kecacatan utama di zaman modern”.
Melihat hal tersebut, maka penulis mencoba mencari alternatif lain untuk
menggantikan peran klorin, yaitu dengan menggunakan biji kelor. Pilihan ini
didasarkan atas hasil penelitian yang dilakukan oleh The Environmental
Engineering Group di Universitas Leicester, Inggris dalam (blogspot.com,
diunduh Desember 2014) “Tanaman ini mengandung zat aktif rhamnosyloxy-
benzil-isothiocyanate, yang mampu mengadopsi dan menetralisir partikel-partikel
5. 9
lumpur serta logam yang terkandung dalam air limbah suspensi, dengan partikel
kotoran melayang didalam air”.
Selain memacu pada hasil penelitian tersebut, penulis lebih mudah
mendapatkan biji kelor dibandingkan klorin, karena biji kelor terdapat di
lingkungan sekitar.
Berikut adalah tabel komposisi yang terkandung dalam biji kelor
(repository.usu.ac.id, diunduh Desember 2014).
Tabel 2.4
Komposisi Nutrisi/Kimia pada Biji Kelor
No. Nutrisi Kadar/100 gram
1. Kadar air (%) 86.90
2. Kalori (kal) 26.00
3. Protein (gram) 2.50
4. Lemak (gram) 0.10
5. Karbohidrat (gram) 3.70
6. Serat (gram) 4.80
7. Mineral (gram) 2.00
8. Kalsium (mg) 30.00
9. Magnesium (mg) 24.00
Kesimpulannya adalah biji kelor merupakan bagian dari tanaman kelor
yang memiliki protein dengan konsentrasi tinggi. Protein biji kelor penting untuk
diketahui dalam proses penjernihan limbah cair, protein inilah yang berperan
sebagai penggumpal partikel-partikel penyebab kekeruhan.
D. Minyak Kelapa
Selain klorin, dalam pembuatan tissue juga dibutuhkan kristal NaOH
(natrium hidroksida). Akan tetapi, karena efek buruk yang ditimbulkan NaOH
akan mencemari lingkungan dan merusak keanekaragaman hayati (Sumartini,
2011: 299) maka penulis memutuskan untuk menggantinya dengan bahan
alternatif yaitu minyak kelapa.
6. 10
Berikut adalah tabel komposisi yang terdapat dalam minyak kelapa
(organisasi.org, diunduh Desember 2014)
Tabel 2.5
Komposisi Nutrisi/Kimia Minyak Kelapa
No. Nutrisi Kadar/100 gr
1. Energi/kkal 870
2. Protein/gr 1
3. Lemak/gr 98
4. Karbohidrat/gr 0
5. Kalsium/mg 3
6. Bdd / Food Edible 100 %
Kesimpulannya adalah kandungan energi dan lemak dalam komposisi
minyak kelapa tergolong tinggi dibandingkan dengan komposisi nutrisi lainnya.
E. Air Hujan
Akuades merupakan salah satu bahan yang dibutuhkan untuk membuat tissue.
Tetapi dikarenakan kesulitan penulis dalam memperoleh akuades ini, maka
penulis memutuskan untuk menggantinya dengan bahan alternatif yaitu air hujan.
Komposisi nutrisi dan kimia dalam air hujan murni hampir sama dengan akuades,
yaitu 99,9 % air dan 0,1 % mineral. Akuades merupakan air yang mengalami
proses penyulingan sebanyak satu kali. Alasan penulis menggantinya dengan air
hujan karena air hujan juga mengalami proses penyulingan sebanyak satu kali
oleh alam. Seperti yang tertulis dalam (irvuse.blogspot.com, diunduh Desember
tahun 2014) “Air hujan mengalami penguapan, pengembunan, lalu terjadilah
hujan. Proses ini lebih ilmiah disebut sebagai siklus hidrologi. Siklus ini meliputi
penguapan dari tanaman (transpirasi), penguapan dari air laut dan darat
(evaporasi), kemudian terkumpul menjadi awan menggumpal menjadi satu
kesatuan dan mengembun (kondensasi), hingga terjadilah hujan (presipitasi).
Praktisnya hal ini sangat mirip dengan proses air sekali suling (akuades) yang
dipanaskan terlebih dahulu, sehingga terjadilah penguapan, kemudian didinginkan
7. 11
dengan pendingin sehingga mengembun dan akhirnya timbul tetes-tetes air yang
kemudian dikumpulkan menjadi air sekali suling (akuades)”.
Akuades merupakan air yang tidak mengandung mineral, sama seperti air
hujan.
Langkah-langkah untuk mendapatkan air hujan murni atau tanpa mineral
(irvuse.blogspot.com, diunduh Desember tahun 2014) adalah sebagai berikut:
1. Ambil air hujan tanpa perantara apapun, termasuk talang air sekalipun
(gunakan plastik, ember, tanpa logam sedikitpun)
2. Jangan tampung hujan yang jatuh pertama (biarkan hujan berlangsung
beberapa saat)