Artikel ini membahas penggunaan metode tutor sebaya untuk meningkatkan pembelajaran TIK di SMA Muhammadiyah Kudus. Metode ini digunakan karena keterbatasan sarana labor komputer. Siswa dibagi menjadi kelompok kecil dan masing-masing memilih tutor untuk membantu anggota kelompok lain. Penelitian ini bertujuan mengetahui apakah metode tutor sebaya dapat meningkatkan hasil belajar siswa dalam mata pelajaran TIK.
1. PROPOSAL
PERANAN TUTOR SEBAYA UNTUK
MENINGKATKAN KEMAMPUAN SISWA DALAM BELAJAR
TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI DI LABOR
KOMPUTER SMA MUHAMMADIYAH KUDUS
OLEH :
NAMA : EDY KUSMANTO, S.Kom
NO PESERTA : 15
2. 2
PROPOSAL
PERANAN TUTOR SEBAYA UNTUK
MENINGKATKAN KEMAMPUAN SISWA DALAM BELAJAR
TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI DI LABOR
KOMPUTER SMA MUHAMMADIYAH KUDUS
Oleh :
Edy Kusmanto, S.Kom
I. PENDAHULUAN
Artikel ini mendiskusikan atau membahas tentang peer-teaching
untuk meningkatkan kualitas pembelajaran terutama TIK. Namun demikian
sejak TIK menjadi mata pelajaran baru di sekolah terdapat banyak masalah
dalam proses belajar mengajar, jumlah guru yang sedikit dan fasilitas Lab.
komputer menjadi masalah serius di sekolah. Dengan demikian perlu sekali
untuk mendapatkan metode yang tepat dalam mencapai pembelajaran yang
berhasil.
Peer teaching adalah salah satu metode yang digunakan di SMA
Muhammadiyah Kudus, untuk memecahkan kekurangan dari para guru dan
fasilitas Lab. Komputer. Melalui metode ini para guru memudahkan melihat
murid yang mempunyai kemampuan yang lebih baik dari murid yang lain
dalam menyelesaikan latihan dan tugas kemampuan computer.
Penerapan metode peer-teaching dalam pelajaran TIK dapat
membawa dampak yang positif bagi murid dan dapat juga meningkatkan
kemampuan dan kreatifitas murid dalam memahami pelajaran dan
menggunakan computer.
A. Latar Belakang Masalah.
Di era globalisasi sekarang ini pengunaan teknologi informasi
merupakan sarat mutlak untuk menjawab tantangan zaman. Jika sampai
ketinggalan teknologi dan informasi maka kita semakin jauh tertinggal dari
bangsa-bangsa lain, sedangkan perkembangan teknologi dan informasi bangsa
kita masih tertinggal dari bangsa-bangsa lain di dunia. Agar ketertinggalan
teknologi dan informasi tidak semakin jauh, pemerintah telah memasukkan
3. 3
mata pelajaran Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) sebagai mata
pelajaran pokok di sekolah-sekolah.
B. Identifikasi Masalah
Dengan masuknya mata pelajaran TIK di dalam kurikulum pendidikan
sekarang, maka sekolah-sekolah dituntut untuk dapat melaksanakan
pendidikan komputer sebagai salah satu materi dalam mata pelajaran tersebut.
Agar siswa dapat belajar TIK, sekolah juga harus dapat menyediakan labor
komputer yang memadai sebagai sarana dalam proses belajar dan
pembelajaran TIK. Akan tetapi dalam kenyataan yang ditemukan dilapangan
masih banyaknya sekolah-sekolah yang belum dapat melengkapi sarana
prasarana pembelajaran komputer dengan baik.
Kekurangan sarana dan prasarana sekolah juga dialami di SMA
Muhammadiyah Kudus, khususnya pada mata pelajaran TIK yang
membutuhkan labor komputer dan peralatannya. Labor komputer di SMA
Muhammadiyah Kudus memiliki 20 unit komputer, digunakan oleh siswa
pada saat mata pelajaran TIK dengan jumlah siswa berkisar antara 36 sampai
40 orang dalam satu kelas.
Pada setiap pembelajaran di labor komputer SMA Muhammadiyah
Kudus materi disampaikan dengan cara membagi dua kelompok siswa, hal ini
dilakukan karena sarana komputer yang tidak cukup untuk seluruh siswa yang
berjumlah 36-40 siswa sementara komputer yang ada berkisar 17-20 unit dan
itu pun terkadang sering terjadi kemacetan saat sedang digunakan. Karena
keterbatasan waktu dan tenaga pendidik pembelajaran komputer diberikan
secara klasikal, artinya seluruh siswa dalam sekelas belajar sekaligus sehingga
siswa menggunakan satu unit komputer berdua bahkan bertiga.
Kondisi pembelajaran dengan mengunakan satu komputer untuk
berdua atau bertiga menimbulkan beberapa permasalahan. Diantaranya adalah
keterbatasan waktu bagai siswa untuk mengunakan komputer dalam
mengerjakan latihan-latihan dan tugas-tugas yang diberikan guru, ruang
menjadi sempit oleh meja dan komputer maka jika ada siswa yang bertanya
terasa sulit untuk dihampiri terlebih jika satu kelas masuk secara bersamaan.
Sehingga apa yang diharapkan menjadi tujuan pendidikan khusunya TIK tidak
4. 4
dapat tercapai dengan baik, hal ini terlihat dengan hasil yang dicapai dalam
proses pembelajaran masih jauh dari sasaran yang diharapkan.
C. Pembatasan Masalah
Penelitian ini akan difokuskan pada upaya untuk mengatasi faktor
internal yang menjadi penyebab rendahnya tingkat kemampuan dan kreatifitas
siswa di SMA Muhammadiyah Kudus
D. Pemecahan Masalah
Untuk mengatasi permasalahan-masalahan yang ditimbulkan oleh
kurangnya sarana prasarana labor komputer. Maka di SMA Muhammadiyah
Kudus mengunakan metode tutor sebaya untuk mata pelajaraan TIK di labor
komputer. Melalui tutor sebaya, siswa bukan dijadikan sebagai obyek
pembelajaran tetapi menjadi subyek pembelajaran, yaitu siswa diajak untuk
menjadi tutor atau sumber belajar dan tempat bertanya bagi temannya. Dengan
cara demikian siswa yang menjadi tutor dapat mengulang dan menjelaskan
kembali materi sehingga menjadi lebih memahaminya.
E. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar Belakang terebut di atas dapat di rumuskan
permasalahan sebagai berikut, apakah model pembelajaran Tutor Sebaya
dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran TIK di SMA
Muhammadiyah Kudus.
F. Tujuan
Tujuan yang diharapkan dari penelitian ini adalah :
1. Model Tutor Sebaya untuk meningkatkan hasil belajar siswa pada mata
pelajaran TIK di SMA Muhammadiyah Kudus
2. Memberi informasi pada guru sejawat, model pembelajaran Tutor Sebaya
dapat meningkatkan hasil belajar peserta didik
3. Bahan penelitian lebih lanjut yang diterapkan pada mata pelajaran yang
lain.
G. Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapkan penulis lakukan adalah Model
pembelajaran Tutor Sebaya dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada mata
pelajaran TIK di SMA Muhammadiyah Kudus
5. 5
II. KAJIAN TEORI
A. Kajian Teori
Di dalam pembelajaran terdapat tujuan, kegiatan belajar, media
pembelajaran, metode mengajar dan evaluasi. Kegiatan belajar yang dapat
dilakukan oleh seorang siswa untuk mencapai tujuan khusus yang telah
ditetapkan banyak sekali ragamnya. Mulai dari kegiatan yang paling dasar,
seperti membaca, mendengarkan, menulis, sampai kegiatan-kegiatan lain yang
lebih kompleks yang mengintegrasikan kegiatan-kegiatan dasar tersebut
(Degeng, 1988:150).
B. Kerangka Berpikir
Mata pelajaran Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK)
menyangkut teknologi di bidang informasi dan komunikasi yang meliputi
hardware, sofware, internet. Seperti halnya mata pelajaran yang memiliki
karakteristik yang khas dalam pembelajarannya, maka TIK pun memiliki
karakteristik tertentu (BNSP:2006). Karateristik mata pelajaran TIK adalah
sebang berikut:
1. Teknologi Informasi dan Komunikasi merupakan kajian terpadu tentang
data, informasi, pengolahan, dan metode penyampaiannya. Keterpaduan
berarti masing-masing komponen saling terkait bukan merupakan bagian
yang terpisah-pisah atau parsial.
2. Materi Teknologi Informasi dan Komunikasi berupa tema-tema esensial,
aktual dan global yang berkembang dalam kemajuan teknologi pada masa
ini, sehingga mata pelajaran TIK merupakan mata pelajaran yang dapat
mewarnai perkembangan perilaku dalam kehidupan.
3. Tema-tema esensial dalam TIK merupakan perpaduan dari cabang-cabang
ilmu komputer, matematik, teknik elektronika, telekomunikasi, dan
informasi itu sendiri. Tema-tema esensial tersebut berkaitan dengan
kebutuhan pokok akan informasi sebagai ciri abad 21 seperti pengolahan
kata, pengolahan angka, pembuatan presentasi, internet dan e-mail. Tema-
tema esensial tersebut berkatan dengan aspek kehidupan sehari-hari.
6. 6
C. Hipotesis
Dengan menggunakan model Tutor Sebaya dapat meningkatkan
kemampuan siswa. Hasil belajar merupakan hasil dari proses komplek. Hal ini
disebabkan beberapa faktor yang terkandung di dalamnya, diantaranya
kurangnya sarana untuk pembelajaran mata pelajaran TIK di SMA
Muhammadiyah Kudus.
III. METODE PENELITIAN
Salah satu metode yang dianggap mampu membuat suasana
pembelajaran yang menarik dan lebih menyenangkan adalah dengan metode
kelompok model tutor sebaya. Melalui metode ini siswa bisa berdialog dan
berinteraksi dengan sesama siswa secara terbuka dan interaktif di bawah
bimbingan guru sehingga siswa terpacu untuk menguasai bahan ajar yang
disajikan sesuai Standar Kompetensi Lulusan (SKL) yang telah ditetapkan.
A. Seting Penelitian
Kelompok terbimbing dengan model tutor sebaya merupakan kelompok
yang beranggotakan 3-5 siswa pada setiap kelas di bawah bimbingan guru
dengan menggunakan tutor sebaya. Tutor sebaya adalah siswa di kelas
tertentu yang memiliki kemampuan di atas rata-rata anggotanya yang
memiliki tugas untuk membantu kesulitan anggota dalam memahami materi
ajar. Dengan menggunakan model tutor sebaya diharapkan setiap anggota
lebih mudah dan leluasa dalam menyampaikan masalah yang dihadapi
sehingga siswa yang bersangkutan terpacu semangatnya untuk mempelajari
materi ajar dengan baik.
Untuk menghidupkan suasana kompetitif, setiap kelompok harus terus
dipacu untuk menjadi kelompok yang terbaik. Oleh karena itu, selain
aktivitas anggota kelompok, peran ketua kelompok atau tutor sangat besar
pengaruhnya terhadap keberhasilan kelompok dalam mempelajari materi
ajar yang disajikan. Ketua kelompok dipilih secara demokratis oleh seluruh
siswa. Misalnya, jika di suatu kelas terdapat 40 siswa, berarti ada 9
kelompok dengan catatan ada satu kelompok yang terdiri atas 4-5 siswa.
7. 7
Sebelum kelompok terbentuk, siswa perlu mengajukan calon tutor. Seorang
tutor hendaknya memiliki kriteria (Sawali Tuhusetya : 2007):
1. Memiliki kemampuan akademis di atas rata-rata siswa satu kelas.
2. Mampu menjalin kerja sama dengan sesama siswa.
3. Memiliki motivasi tinggi untuk meraih prestasi akademis yang baik.
4. Memiliki sikap toleransi dan tenggang rasa dengan sesama.
5. Memiliki motivasi tinggi untuk menjadikan kelompok diskusinya
sebagai yang terbaik.
6. Bersikap rendah hati, pemberani, dan bertanggung jawab.
7. Suka membantu sesamanya yang mengalami kesulitan.
Tutor atau ketua kelompok memiliki tugas dan tanggung jawab sebagai
berikut:
1. Memberikan tutorial kepada anggota terhadap materi ajar yang sedang
dipelajari dan mengkoordinir rekannya dalam megerjakan latihan dan
tugas yang di berikan guru.
2. Menyampaikan permasalahan kepada guru pembimbing apabila ada
materi ajar yang belum dikuasai.
3. Menyusun jadwal bersama anggota kelompok, baik pada saat tatap muka
di kelas maupun di luar kelas, atau dilabor komputer secara rutin dan
insidental untuk memecahkan masalah yang dihadapi.
4. Melaporkan perkembangan akademis kelompoknya kepada guru
pembimbing pada setiap materi yang dipelajari.
B. Subyek Penelitian
Subyek dari penelitian yaitu siswa SMA Muhammadiyah Kudus.
Sebagaimana yang terkandung dalam Standar Kompetesi (SK) dan
Kompetensi Dasar (KD) mata pelajaran TIK, siswa diberikan materi pelajaran
komputer sesuai dengan kompetensi. Materi pembelajaran yang harus
diajarkan untuk tingkat SMA . Adapun materi yang harus disampaikan antara
lain pengenalan program, sistem pengunaan komputer dan praktek praktek
program aplikasi lainnya. Ini juga dilakukan di SMA Muhammadiyah Kudus.
Akan tetapi pada saat praktek dengan mengunakan komputer sering
timbul masalah karena siswa tidak dapat lagi bekerja dengan baik. Ini
8. 8
disebabkan mereka tidak mendapatkan komputer sebagai sarana praktek
mereka. Mereka mengunakan komputer dengan perbandingan satu komputer
untuk 2 atau 3 orang siswa. Sedangkan guru juga memiliki permasalahan
karena banyaknya siswa yang harus diajarkan secara langsung dalam
mengerjakan latihan praktek mengunakan komputer, sehingga mengakibatkan
hilangnya kosentrasi guru dalam membimbing siswa, karena banyaknya yang
harus diajarkan.
C. Sumber Data
Sumber data langsung dari siswa sebagai subyek sekaligus obyek penelitian
dan ditambah dengan literatur yang lain.
D. Teknik dan Alat Pengumpulan Data
Dalam metode tutor sebaya di SMA Muhammadiyah Kudus. Siswa
dibagi kedalam beberapa kelompok kerja. Masing-masing kelompok terdiri
dari 5-6 orang, sehingga pada setiap kelas terdiri dari 7-8 orang tutor. Ketua
kelompok sebagai tutor dipilih langsung oleh guru setelah memperhatikan
siswa-siswa mana saja yang memiliki kemampuan cepat dalam menangkap
pelajaran TIK, dan dapat membimbing rekan-rekannya dalam mengerjakan
latihan atau tugas yang diberikan oleh guru.
Ketua kelompok yang telah diberikan tugas untuk membimbing rekan-
rekannya haruslah mereka yang bisa dengan cepat megerjakan latihan dan
tugas-tugas mengunakan komputer, mereka yang akan menjadi tutor bagi
siswa yang lainya. Jika terjadi ketidak mengertian dari siswa maka mereka
dapat bertanya dulu kepada ketua kelompok atau tutor sebaya. Apabila ketua
kelompok tidak mampu membantu mengerjakanya barulah mereka bertanya
kepada guru.
Ketika mereka belajar dengan “Tutor Sebaya”, peserta didik juga
mengembangkan kemampuan yang lebih baik untuk mendengarkan,
berkonsentrasi, dan memahami apa yang dipelajari dengan cara yang
bermakna. Penjelasan Tutor Sebaya kepada temannya lebih memungkinkan
berhasil dibandingkan guru. Peserta didik melihat masalah dengan cara yang
berbeda dibandingkan orang dewasa dan mereka menggunakan bahasa yang
9. 9
lebih akrab. Dalam penggunaan metode pembelajaran tentunya memiliki
kelebihan dan kekurangan, seperti halnya tutor sebaya.
E. Validitas Data
Guru diharapkan tetap mengawasi dan mendampingi tutor sebaya
untuk membantu teman-temannya. Guru harus melakukan kegiatan evaluasi
dan menampung keluhan-keluhan, kesulitan-kesulitan yang meliputi:
o Evaluasi kegiatan tutor;
o Evaluasi kemampuan siswa, disamping peniliaan yang telah diberikan oleh
tutor.
o Menampung dan menjawab setiap kesulitan siswa dan tutor.
o Memberikan penghargaan kepada tutor
G. Indikator Kinerja
Evaluasi kinerja siswa gunakan bentuk asesmen dan evaluasi autentik yang
tidak hanya mengukur aspek verbal dan kognitif siswa, namun juga mengukur
karakter, keterampilan, kewaspadaan dan cara berfikirnya dalam mengatasi
masalah. Dalam konteks edukatif serta sebagai media untuk menumbuhkan
motivasi belajar. (Suyanto dan Harmanto, 2005)
H. Prosedur Penelitian
Dalam perspektif psikologi pendidikan, mengajar pada prinsipnya
berarti proses perbuatan seseorang (guru) yang membuat orang lain (siswa)
belajar, artinya mengubah seluruh dimensi prilakunya. Prilaku ini meliputi
tingkah laku yang bersifat terbuka seperti keterampilan membaca (ranah
karsa), juga bersifat tertutup seperti berfikir (ranah cipta)dan perasaan (ranah
rasa). Guru sebagai pendidik ataupun pengajar merupakan faktor penentu
kesuksesan setiap usaha pendidikan(Syah Muhobbin : 2006)
Peran guru adalah mengawasi kelancaran pelaksanaan metode ini
dengan memberi pengarahan dan lain-lain. Tutor sebaya dikenal dengan
pembelajaran teman sebaya atau antar peserta didik, hal ini bisa terjadi ketika
peserta didik yang lebih mampu menyelesaikan pekerjaannya sendiri dan
kemudian membantu peserta didik lain yang kurang mampu. Agar proses
pembelajaran yang dilakukan tutor sebaya dapat terlaksanakan dengan lancar
10. 10
perlu adanya tutor yang benar-benar mampu untuk mengajar temannya. Oleh
karena itu, guru harus menyeleksi siswa yang akan dijadikan tutor. Cara
pertama adalah siswa yang memiliki nilai terbaik dikumpulkan dan diseleksi
oleh guru untuk dipilih beberapa orang sebagai tutor. Kedua, guru melatih
beberapa orang yang memiliki kemampuan lebih atau guru dan guru
menunjuk mereka untuk dapat menjadi tutor bagi rekan-rekannya.
Pada saat mengerjakan latihan ini akan memakan waktu khusus tiap
harinya harus dialokasikan agar peserta didik saling membantu dalam belajar
baik satu-satu atau dalam kelompok kecil. Uraian di atas adalah beberapa
kelebihan dari metode tutor sebaya sementara kekurangan metode ini antara
lain :
- Tidak semua siswa dapat menjelaskan kepada temannya.
- Tidak semua siswa dapat menjawab pertanyaan
temannya.
III . PENUTUP
1. Kesimpulan.
Berdasarkan uraian yang telah penulis kemukakan, maka penulis dapat
mengambil kesimpulan :
Keterbatasan sarana prasarana pembelajaran TIK di sekolah-sekolah
membawa dampak terhadap proses dan hasil pembelajaran. Kurangnya
komputer dan kelengkapan lainnya di labor komputer di SMA
Muhammadiyah Kudus dapat membuat siswa malas untuk belajar TIK. Untuk
mencari jalan keluarnya maka dilakukanlah tindakan dengan mengunakan
metode Tutor sebaya dalam pembelajar TIK di labor komputer.
Tutor sebaya merupakan cara meningkatkan kreativitas siswa dalam
proses belajar TIK. Siswa menjadi termotivasi untuk belajar komputer dengan
bibingan teman-teman mereka sendiri. Mereka juga menjadi termotivasi untuk
saling memberi tahu dan saling bertukar informasi yang mereka miliki. Tutor
sebaya juga menjadi sebuah solusi bagi guru untuk dapat mengajarkan
komputer, karena guru TIK tidak memiliki waktu yang cukup untuk
membantu siswa dalam latihan-latihan dengan mengunakan komputer.
11. 11
Turor sebaya juga dapat menjawab permasalahan sehubungan dengan
kurangnya komputer di labor komputer SMA Muhammadiyah Kudus.
Komputer yang jumlahnya terbatas harus dapat digunakan secara bersama
oleh siswa, sehingga ada kemungkinan siswa tidak pernah mendapatkan
komputer. Dengan tutor sebaya dan pembagian kelompok, membuat
pembagian kerja menjadi teratur sehingga semua anggota kelompok dapat
menggunakan komputer untuk mengerjakan latihan dan tugas.
2. Saran.
Saran yang dapat penulis berikan adalah dalam proses belajar
mengajar sebaiknya mengembangkan kreativitas siswa, dan guru di harapkan
dapat memperhatikan, memberi bimbingan kepada siswa untuk dapat, bisa
mengunakan komputer dengan baik dan lancar komputer. Disamping itu
diharapkan guru-guru dapat mencari metode-metode pembelajaran yang baik
untuk kelancaran prases pembelajaran disekolah.
Sehubungan dengan mata pelajaran TIK penulis harapkan adanya kerja
sama semua pihak untuk dapat mengatasi permasalahan seperti kurangnya
sarana dan prasaran. Kurangnya tenaga pengajar. Dan sering dijumpainya
permasalahan-permasalahnya yang berhubungan dengan alat di labor
komputer.
12. 12
DAFTAR PUSTAKA
Syah, Nuhibbin. 2006. Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, Bandung :
PT Rasda karya.
Degeng, I N. S. 1988. Ilmu Pengajaran: Taksonomi variabel. Jakarta : Depdikbud
Dirjen Dikti P2LPTK.
Harmanto dan Suyanto, Totok. 2005. Peningkatan Perolehan Belajar Mahasiswa
Melalui Rekonstruksi Matakuliah Dasar dan Konsep Pendidikan Moral dengan
Pendekatan Kontekstual. Surabaya: Tidak diterbitkan.
BNSP. 2006. Petenjuk Teknis Pengembangan Silabus Mata Pelajaran Teknologi
Informasi dan Komunikasi. Debniknas
SMK Swadayat. 2007. Penerapan Metode Tutor Sebaya dalam upaya
mengoptimalkan pemebelajaran mata pelajaran KKPI. Alamat Web :
http://smkswadayatmg.wordpress.com/xmlrpc.php.
Tuhuserta Sawali. 2007. Diskusi Kelompok Terbimbing Model Tutor Sebaya.
Alamat Web :http://sawali.infotutor sebayaDiskusi Kelompok Terbimbing
Model Tutor Sebaya _ Catatan Sawali Tuhusetya.htm