SlideShare a Scribd company logo
1 of 20
BAB I

                         PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kepuasan kerja adalah bentuk perasaan dan ekspresi seseorang ketika
dia mampu/tidak mampu memenuhi harapan dari proses kerja dan
kinerjanya. Stigma ini senada dengan apa yang diungkapkan Colquit ;
“job satisfactions is a pleasurable emotional state resulting from the
appraisal of one’s job or job experience”..

kepuasan kerja adalah keadaan emosional yang menyenangkan yang
dihasilkan dari penilaian pekerjaan atau pengalaman kerja.

Dengan demikian ini dapat diartikan bahwa kepuasan kerja adalah
akumulasi dari proses transformasi emosi dan pikiran diri seorang yang
melahirkan sikap atau nilai terhadap sesuatu yang dikerjakan dan
diperolehnya dalam lingkungan kerja.

Kepuasan kerja menjadi urgent untuk diketahui oleh setiap pimpinan
baik pimpinan pada posisi ‘atas’ manajemen maupun mid manajemen.
Pentingnya bagi para manajer dan peneliti adalah sehubungan dengan
fakta bahwa : kepuasan kerja memiliki potensi untuk mempengaruhi
secara luas perilaku didalam organisasi        dan berperan untuk
kesejahteraan karyawan (George & Jones, 2008)

Dalam hal mengamati perilaku organisasi, kepuasan kerja memiliki
faktor-faktor penyebab kepuasan dan ketidakpuasan kerja, maka
tentunya pengamatan utama adalah pekerja atau karyawan yang yang
bekerja pada sebuah organisasi yang berarti erat kaitannya dengan
human resources. Akan banyak ditemukan kemudian beragam ekspresi
karyawan, ada yang murah senyum dan tertawa, ada yang suka
mengeluh, ada yang akrab dengan sesama mitra kerja, ada yang
senang mengisolasi diri, dan bahkan ada yang terbiasa berekspresi
emosional marah-marah atau kurang bersahabat dengan lingkungan
kerja.

Pentingnya memahami kepuasan kerja, sebagai evaluasi keseluruhan
dalam kerja dan kinerja organisasi dan juga banyak faktor yang
ditemukan dalam hal kepuasan dan ketidakpuasan kerja, dari latar



                                                                     1
2




inilah kemudian mendorong kami untuk mengangkat tema Kepuasan
kerja dalam makalah ini.

1.2 Pembatasan Masalah

Untuk memperjelas ruang lingkup pembahasan, maka masalah/kajian
yang dibahas dibatasi pada masalah/kajian;

   a. Pengertian Kepuasan kerja dalam Perilaku Organisasi
   b. Faktor – faktor penyebab kepuasan dan ketidakpuasan kerja.




1.3 Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang dan pembatasan masalah tersebut,
masalah-masalah yang dibahas dapat dirumuskan sebagai berikut :

   a. Apa pengertian kepuasan kerja ?
   b. Apa saja faktor-faktor penyebab kepuasan dan ketidakpuasan
      kerja ?
3




                                          BAB II

                                    PEMBAHASAN

    2.1 Definisi Kepuasan Kerja

          Pembahasan mengenai kepuasan kerja fokus utamanya pada
    sikap karyawan terhadap organisasi secara menyeluruh.                          Menurut
    Werther dan Davis “Job satisfactions is the favorableness or
    unfavorableness with which employes view their work”1 kepuasan kerja
    adalah keadaan yang meyenangkan atau tidak meyenangkan, di mana
    para karyawan memandang pekerjaan mereka.

          Menurut colquit        “ job satisfactions is a pleasurable emotional
    state resuning from the appraisal of one’s job or job experience”2.
    Menurut Schermerhorn memberikan pengertian “Job satisfactions is the
    degree to which an individual feels positively or negatively about his
    job”3 kepuasan kerja adalah tingkat di mana individu merasakan positif
    atau negatif tentang suatu pekerjaan.



1
 John R. Schermerhorn, James G. Hut And Richard N. Osborn, Organizational Behavior, Tenth
Edition (New York: John Wiley & Son, Inc, 2007),p.70

2
 Colquit, organizational Behavior, international edition ( Mcgraw;hill, 2009),p.104.
3. John R. Schermerhorn, James G. Hut And Richard N. Osborn, Organizational Behavior, Tenth
Edition (New York: John Wiley & Son, Inc, 2007),p.70

3
4




          Sesuai dengan pendapat Stepen P. Robbin dan Mary Coulter
    “Job satisfactions is a person with a high level of job satisfaction has a
    positive attitude toward his her job, while a person who is
    dissatisfaction has negative attitude”4 kepuasan kerja adalah seseorang
    yang mempunyai kepuasan yang tinggi akan melakukan tindakan positif
    terhadap pekerjaaanya, sebaliknya orang yang tidak puas akan
    menunjukkan tindakan negatif. Menyatakan bahwa kepuasan kerja
    dapat diduga dari sikap seseorang terhadap pekerjaanya. Ini beraarti
    sikap karyawaan yang menyukai pekerjaanya berarti puas terhadap
    pekerjaaanya, begitu pula sebaliknya orang yang tidak puas tidak akan
    menyukai pekerjaaanya. Konsekuensinya adalah orang yang puas
    akan bersikap posutif, misalnya rajin bekerja, sungguh-sungguh, dan
    mempunyai semagat kerja, sementara orang yang tidak puas akan
    berprilaku negatif, misalnya jarang masuk kerja, melalaikan tugas, dan
    malas.

          Gibson, Ivancevich dan Donnely mengatakan “ Job satisfaction
    an individual’s expression of personal well-being associated with doing
    the job assigned"5 kepuasan kerja adalah ungkapan perasaan
    seseorang tentang kesejahteraan untuk melakukan pekerjaan, bahwa
    kepuasan kerja adalah sikap seseorang terhadap pekerjaanya mereka.
    Sikap itu berasal dari persepsi mereka tentang pekerjaan, persepsi
    adalah proses kognitif (pemberian arti) yang digunakan oleh seseorang
    untuk menafsirkan dan memahami cara pandang individu dalam
    melihat    hal yang sama dengan cara yang berbeda-beda.                        Menurut
    Luthan,’s “Job satisfactions is a pleasurable or positive emotional state
    resulting from the apraisal of one”6 Kepuasan kerja adalah kepuasan


4
  Stephen P. Robbins and Mary Coulter, Management,Pearson International Edition,(New Jesery:
Pearson Prentice Hall,2007),p,421
5
  James L, Gibson, John M. Ivancevich, James H. Donnelly, Jr, Organizations Behavior Stucture
Process, (Chicago: Irwin Book Team, 1997),p,356
6
  Fred Luthan, Organizational Behavior, (New York: Mc Graw-Hill,2008),p,141
5




      kerja adalah hasil dari persepsi karyawan mengenai sebarapa baik
      pekerjaan mereka memberikan hal yang diniai penting.

            Berdasarkan pendapat dari para ahli mengenai definisi konsep
      dari kepuasan kerja menurut hemat penulis, kepuasan kerja adalah
      sikap positif dan perasaan yang menyenangkan terhadap pekerjaan ,
      gaji, peluang, supervisi dan rekan kerja.




      2.1.1 Dimensi Kepuasan Kerja

      Berdasarkan konsep dari para ahli                   terdapat tiga dimensi dalam
      kepuasan kerja; (1) kepuasan kerja merupakan respons emosional
      terhadap situasi kerja. Dengan demikia kepuasan kerja dapat dilihat
      dan diduga. (2) kepuasan kerja sering ditentukan menurut seberapa
      baik hasil yang dicapai memenuhi atau melampaui harapan. Misalnya,
      jika anggota organisasi merasa bahwa mereka bekerja teralu keras
      daripada yang lain dalam departemen, tetapi menerima penghargaan
      lebih sedikit, maka mereka mungkin akan memiliki sikap negatif
      terhadap pekerjaan, pimpinan dan atau rekan kerja mereka tidak kuas.
      Sebaliknya, jika mereka merasa bahwa mereka diperlakukan dengan
      baik dan dibayar dengan pantas, maka mereka mungkin akan memiliki
      sikap positif terhadap pekerjaan mereka. (3) kepuasan kerja mewakili
      beberapa sikap yang berhubungan selama bertahun-tahun, lima
      dimensi pekerjaan telah diidentifikasi untuk merepresentasikan karakter
      pekerjaan yang paling penting dimana karyawan memiliki respons
      afektif. “Kelima dimensi tersebut adalah: (1) pekerjaan itu sendiri,(2)
      gaji,(3) kesempatan promosi, (4) pengawasan, (5) rekan kerja”7

       1. Pekerjaan itu sendiri.



7
    Fred Luthan, Organizational Behavior, (New York: Mc Graw-Hill,2008),p,243
6




   Dalam hal ini dimana pekerjaan memberikan tugas yang menarik,
   kesempatan untuk belajar, dan kesempatan untuk menerima
   tanggung jawab. Berdasarkan penelitian bahwa umpan balik dari
   pekerjaan itu sendiri dan otonomi merupakan dua faktor motivasi
   utama yang berhubungan dengan perkerjaan. Setiap pekerjaan
   memerlukan suatu keterampilan tertentu sesuai dengan bidang nya
   masing-masing. Sukar tidaknya suatu pekerjaan serta perasaan
   seseorang bahwa keahliannya dibutuhkan dalam melakukan
   pekerjaan tersebut, akan meningkatkan atau mengurangi kepuasan
   kerja.

2. Gaji

   Sejumlah    upah yang diterima dan tingkat dimana hal ini bisa
   dipandang sebagai hal yang dianggap pantas          dibandingkan
   dengan orang lain dalam organisasi. Karyawan melihat gaji sebagai
   refleksi dari bagaimana manajemen memandang kontribusi mereka
   terhadap perusahaan. Penelitian mengindikasikan bahwa jika
   karyawaman fleksibel dalam memilih jenis benefit yang mereka
   sukai dalam sebuah paket total.

3. Promosi(Promotion)

   Merupakan faktor yang berhubungan dengan ada tidaknya
   kesempatan untuk memperoleh peningkatan karier selama bekerja.
   Kesempatan promosi sepertinya memiliki pengaruh yang berbeda
   pada kepuasan kerja. Hal ini dikarenakan promosi memiliki
   sejumlah bentuk yang berbeda dan memiliki sejumlah bentuk yang
   berbeda dan memiliki berbagai penghargaan.

4. Supervisi
7




      Kemampuan        atasan untuk memberikan bantuan teknis dan
      dukungan      perilaku   kepada    bawahan         yang   mengalami
      permasalahan dalam pekerjaannya. Ada dua dimensi gaya
      supervisi    yang mempengaruhi kepuasan kerja;pertama, berpusat
      pada      karyawan,   diukur   menurut   tingkat    dimana   atasan
      mengggunakan ketertarikan personal dan peduli pada karyawan.
      Kedua, partisipasi atau pengaruh seperti diilluastrasikan oleh
      manajer yang memungkinkan orang untuk berpartisipasi dalam
      pengambilan keputusan yang memperngaruhi pekerjaan mereka.




5. Rekan kerja

      Tingkat dimana rekan kerja pandai secara teknis dan mendukung
      secara sosial. Merupakan faktor yang berhubungan dengan
      hubungan antara pegawai dengan atasannya dan dengan pegawai
      lain, baik yang sama maupun yang berbeda jenis pekerjaannya.

2.1.2 Faktor -faktor yang mempengaruhi kepuasan kerja

 1. Kesempatan untuk maju. Dalam hal ini ada tidaknya kesempatan
       untuk memperoleh pengalaman dan peningkatan kemampuan
       selama kerja.
 2.    Keamanan kerja. Faktor ini sering disebut sebagai penunjang
       kepuasan kerja, baik bagi karyawan pria maupun wanita. Keadaan
       yang aman sangat mempengaruhi perasaan karyawan selama
       kerja.

 3.    Gaji, Gaji lebih banyak menyebabkan ketidakpuasan, dan jarang
       orang mengekspresikan kepuasan kerjanya dengan sejumlah
       uang yang diperolehnya.
8




4.   Perusahaan dan manajemen, Perusahaan dan manajemen yang
     baik adalah yang mampu memberikan situasi dan kondisi kerja
     yang stabil. Faktor ini yang menentukan kepuasan kerja
     karyawan.

5.   Supervisi, bagi karyawan supervisor dianggap sebagai figur ayah
     dan sekaligus atasannya. Supervisi yang buruk dapat berakibat
     absensi dan turn over.

6.   Faktor intrinsik dari pekerjaan, Atribut yang ada pada pekerjaan
     mensyaratkan ketrampilan tertentu. Sukar dan mudahnya serta
     kebanggaan akan tugas akan meningkatkan atau mengurangi
     kepuasan.

7.   Kondisi kerja, Termasuk di sini adalah kondisi tempat, ventilasi,
     penyinaran, kantin dan tempat parkir.

8.   Aspek sosial dalam pekerjaan, Merupakan salah satu sikap yang
     sulit   digambarkan    tetapi   dipandang   sebagai   faktor   yang
     menunjang puas atau tidak puas dalam kerja.

9.   Komunikasi, Komunikasi yang lancar antar karyawan dengan
     pihak manajemen banyak dipakai alasan untuk menyukai
     jabatannya. Dalam hal ini adanya kesediaan pihak atasan untuk
     mau mendengar, memahami dan mengakui pendapat ataupun
     prestasi karyawannya sangat berperan dalam menimbulkan rasa
     puas terhadap kerja.

10. Fasilitas
     Fasilitas rumah sakit, cuti, dana pensiun, atau perumahan
     merupakan standar suatu jabatan dan apabila dapat dipenuhi
     akan menimbulkan rasa puas.
9




   Berdasarkan indikator yang menimbulkan kepuasan kerja tersebut
di atas akan dapat dipahami sikap individu terhadap pekerjaan yang
dilakukan. Karena setiap individu akan memiliki tingkat kepuasan yang
berbeda-beda sesuai dengan sistem nilai yang berlaku pada dirinya.
Ini disebabkan adanya perbedaan persepsi pada masing-masing
individu. Semakin banyak aspek dalam pekerjaan yang sesuai dengan
keinginan individu tersebut maka semakin tinggi tingkat kepuasan
yang dirasakannya. Oleh karenanya sumber kepuasan seorang
karyawan secara subyektif menentukan bagaimana pekerjaan yang
dilakukan memuaskan. Meskipun untuk batasan kepuasan kerja ini
belum ada keseragaman tetapi yang jelas dapat dikatakan bahwa
tidak ada prinsip-prinsip ketetapan kepuasan kerja yang mengikat dari
padanya.




2.1.3      Teori Kepuasan Kerja

   Menurut Moh. As’Ad mengutip pendapat Wexley dan Yulk, ada 3
(tiga) macam teori tentang kepuasan kerja yaitu:

1. Discrepancy Theory

   Teori ini dipelopori oleh porter (1961). Porter mengukur kepuasan
   kerja seseorang dengan menghitung selisih antara apa yang
   seharusnya dengan kenyataannya yang dirasakan.

   Kemudian Locke (1969) menerangkan bahwa kepuasan kerja
   seseorang bergantung kepada discrepancy antara should be
   (expectation, needs or values) dengan apa yang menurut
   perasaannya atau persepsinya telah diperoleh atau dicapai melalui
   pekerjaan
10




        2. Equity Theory

            Teori ini dikembangkan oleh Adams (1963), prinsip teori ini adalah
            bahwa orang akan merasa puas atau tidak puas tergantung
            apakah ia merasakan adanya keadilan (equty) atau tidak atas
            suatu situasi. Perasaan equity dan inequity atas suatu situasi,
            diperoleh dengan orang yaitu dengan cara membandingkan dirinya
            dengan orang lain yang sekelas atau sekantor maupun ditempat
            lain.




        3. Two Factor Theory

            Teori ini pertama kali dikemukakan oleh Hezberg (1959), yaitu
            membagi situasi yang mempengaruhi sikap seseorang terhadap
            pekerjaannya menjadi dua kelompok yaitu Motivator and Hygiene
            factor. Motivator yaitu hal-hal pendorong berprestasi yang sifatnya
            instrinsik dalam arti bersumber dalam diri seseorang, yang terdiri
            dari pekerjaan seseorang, keberhasilan yang diraih, kesempatan
            bertumbuh, kemajuan dalam karir dan pengakuan orang lain.
            Sedangkan Hygiene factor yang bersifat ekstrinsik yang berarti
            bersumber dari luar diri seseorang dalam organisasi, hubungan
            karyawan dengan atasan, kondisi kerjam sistem imbalan yang
            berlaku dan kebijakan organisasi.8




       2.1.4 Peningkatan Kepuasan Kerja

               Kepuasan kerja bukan hanya mengurangi stress, tetapi juga
       dapat membantu meningkatkan kinerja, mengurangai perhatian
8
    Moh.As’Ad, Psikologi Industri, (Yogyakarta: Liberty, 2002), p.105-109
11




karyawan     dan ketidakhadiran. Berdasarkan pengetahuan terbaru,
berikut peningkataan kepuasan kerja:




2.1 Membuat Pekerjaan Menjadi Menyenangkan, dimana perusahaan
   dan organisasi membentuk budaya organisasi yang fun         atau
   menyenangkan bagi para karyawan sehingga membuat pekerjaan
   lebih menyenangkan, tetapi tidak menghilangkan kebosanan dan
   mengurangi kesempatan bagi ketidakpuasan.

2.2 Memiliki gaji,benefit dan kesempatan promosi yang adil, terdapat
   berbagai cara dimana organisasi secara khusus mencoba
   memmbuat karyawan mereka puas
2.3 Menyesuaikan orang dengan pekerjaan yang sesuai dengan
   minat dan kahlian mereka, memberikan pekerjaan yang sesuai
   merupakan hal yang paling penting untuk memuaskan karyawan,
   tetapi sering diabaikan. Tentu saja, ini diasumsikan bahwa
   organisasi mengetahui minay dan keahlian seseorang. Perusahan
   dengan manajemen SDM yang baik memberikan perhatian dalam
   menemukan minat dan eahlian dari orang yang akan dipekerjakan
   dan karyawan yang sudah ada, agar sesuai dengan pekerjaan
   mereka.

2.4 Mendesain Pekerjaan agar menarik dan menyenangkan, selain
   menemukan orang yang tepat dalam suatu pekerjaan dan juga
   menyarankan desain pekerjaan yang sesuai dengan orangnya.
   Desain kerja untu membantu memotivasi dan menyenangkan
   karyawan, contohnya adalah dengan memberikan tanggung jawab
   lebih dan embentuk lebh banyak variasi, arti, identitas, otonomi,
   dan uman balik.
12




2.1.5   Aspek-aspek pengukuran kepuasan kerja

Menurut Jewell dan Siegall (1998) beberapa aspek dalam mengukur
kepuasaan kerja:

   a.   Aspek psikologis, berhubungan dengan kejiwaan karyawan
        meliputi minat, ketentraman kerja, sikap terhadap kerja, bakat
        dan ketrampilan.

   b.   Aspek sosial, berhubungan dengan interaksi sosial, baik antar
        sesama karyawan dengan atasan maupun antar karyawan
        yang berbeda jenis kerjanya serta hubungan dengan anggota
        keluarga.

   c.   Aspek fisik, berhubungan dengan kondisi fisik lingkungan kerja
        dan kondisi fisik karyawan, meliputi jenis pekerjaan, pengaturan
        waktu kerja, pengaturan waktu istirahat, keadaan ruangan,
        suhu udara, penerangan, pertukaran udara, kondisi kesehatan
        karyawan dan umur.

   d.   Aspek       finansial   berhubungan      dengan   jaminan   serta
        kesejahteraan karyawan, yang meliputi sistem dan besar gaji,
        jaminan sosial, tunjangan, fasilitas dan promosi.




2.1.6 Beberapa Konsekuensi Kepuasan Kerja

Konsekuensi kerja dipengaruhi oleh hasil dari sebuah proses kinerja
yang melibatkan seluruh stakeholder dalam sebuah organisasi.
Kepuasan        atau     ketidakpuasan   kerja     melahirkan   beberapa
konsekuensi, diantaranya :

        a. Komitmen organisasi
13




                    Dalam teori umum, kepuasan kerja akan mengalami
                    peningkatan dalam kesanggupan untuk satu organisasi.
                    Sebaliknya ketidakpuasan kerja akan mendorong ke arah
                    permasalahan            termasuk          ketidakhadiran,     tardiness,
                    perputaran dan demonstrasi. Dalam berbagai penelitian
                    dimana kerja dan komitmen organisasi dengan bebas
                    mendukung keinginan karyawan meninggalkan organisasi
                    serta kognisi turnover adalah benar-benar berhubungan
                    dengan kepuasan kerja 9

                b. Organizational Citizenship Behavior (OCB)

                    Organizational Citizenship Behavior (OCB) adalah ketika
                    individu membantu individu lain secara hati-hati tanpa
                    mengharapkan penghargaan

                    Penelitian yang dilakukan oleh Pascal Pailledan Isabelle
                    Galois (2010) menunjukkan bahwa kepuasan kerja dapat
                    meningkatkan OCB dan dapat menurunkan niat untuk
                    meninggalkan organisasi (intention to leave an organization).

                    Dan diantara unsur-unsur penting mengenai OCB 10, meliputi
                    :

                        a. Azas mengutamakan orang lain : tindakan sukarela
                             dimana membantu orang lain dengan permasalahan
                             pekerjaan


9
    Meyer, J. P., Allen, N. J. & Smith, C. A.. ”Commitment Organizations and

Occcupations: Extension and Test of Three-Component Conceptualization”.

(Journal of Applied Psychology 1993)Vol. 78. p. 538-551
10
  George, J.M., & Jones, G.R.Understanding and managing Organizational Behavior (fifth
edition). (Upper Saddle River: New Jersey, Pearson Prentice Hall 2008).
14




                 b. Kehormatan : meliputi isyarat dimana membantu
                    orang    lain   mencegah      satu    masalah,    misalnya
                    merundingkan dengan orang lain sebelum melakukan
                    tindakan dimana akan mempengaruhi mereka

                 c. Ketelitian : melebihi dan di luar batas pekerjaan. Hal
                    ini merupakan perilaku yang tidak diperlukan dari
                    anggota dalam organisasi tetapi perlu untuk efektifitas
                    organisasi dan kemampuan bertahan.

                 d. Civic virtue : Keterlibatan konstruktif dan positif di
                    proses politis organisasi.

                 e. Peacemaking       :   tindakan        untuk      mencegah,
                    memecahkan, atau mengurangi hubungan antar
                    pribadi dan konflik antar-organisasi .




            c. Employee Well-being

              Penelitian    meyakinkan    dimana         kepuasan     pekerjaan
              mempengaruhi      keseluruhan      kesejahteraan      karyawan11.
              Perasaan bahagia, sehat dan sukses seorang karyawan
              adalah konsekuensi dari kepuasan kerja12.

              Tidak puas dengan satu pekerjaan untuk satu bagian utama
              dari satu masa kerja hampir bisa dipastikan dengan kurang
              baik mempengaruhi kesejahteraan dan kebahagiaan secara
              umum 13




11
     ibid
12
     ibid
13
     ibid
15




              d. Stres Kerja

                  Selain konsekuensi dari job satisfaction yang diuraikan
                  diatas, terdapat juga faktor lain yang penting untuk diketahui,
                  yaitu dampak stres terhadap job satisfaction. Dengan kata
                  lain orang yang tidak puas akan mengalami stres kerja tinggi
                  yang diistilahkan dengan ”distress” dan sebaliknya dengan
                  istilah “eustress” 14.




     2.1.7 Relevansi Kepuasan Kerja dalam Organisasi Pendidikan.
          Organisasi pendidikan sebagai institusi penyelenggara pendidikan
     mengharapkan suatu outcome pendidikan yang memuaskan yang
     meliputi antara lain :

               1. Pemerataan Pendidikan
               2. Kualitas Pendidikan
               3. Relevansi Pendidikan
               4. Efisiensi Pendidikan
               5. Efektivitas Pendidikan
        Organisasi      penyelenggara        pendidikan       sudah     barang       tentu
     melibatkan      masyarakat,      pemerintah      dan     orang    tua      di   dalam
     memperoleh outcome atau produktivitas pendidikan sbagaimana
     tersebut diatas. Hal ini apabila outcome tersebut diperoleh dengan
     memuaskan maka yang terlibat dalam penyelenggaraan pendidikan
     akan timbul kepuasan. Khusus bagi ketenagaan pendidikan dan non
     ketenagaan kependidikan (birokrasi pendidikan) merupakan suatu
     kepuasan kerja yang positif dan sebaliknya apabila outcome tersebut
     diperoleh kurang memuaskan maka akan timbul ketidakpuasan.
14
     Luthans, F. 1995. Organizational Behavior. Seventh Edition. McGraw-Hill,

Inc.,New York.
16




     Kepuasan kerja dan ketidakpuasan dalam penyelenggaraan
pendidikan akan menimbulkan perilaku individu dalam organisasi. Yang
merupakan interaksi dari karakteristik individu dan karakteristik
organisasi pendidikan. Dengan perkataan lain kepuasan harus menjadi
tujuan utama organisasi setelahnya produktivitas atau outcome
pendidikan.
     Selaras dengan era Otonomi Daerah (Undang Undang Nomor 22
Tahun    1999)        maka   bergulir       pula    era     Otonomi      Pendidikan
(desentralisasi)      yang   sudah   barang         tentu   merubah      paradigma
pendidikan lama ke paradigma pendidikan baru yang meliputi berbagai
aspek sebagai berikut:

        Paradigma Lama                               Paradigma Baru

•   Sentralistik                        •   Desentralistik
•   Kebijakan yang top down             •   Kebijakan yang bottom up
•   Orientasi pengembangan              •   Orientasi pengembangan holistik
    parsial pendidikan untuk                pendidikan                        untuk
    pertumbuhan          ekonomi,           mengembangkan                kesadaran
    stabilitas     politik    dan           untuk           bersatu          dalam
    teknologi perakitan                     kemajemukan                     budaya
•   Peran     serta    pemerintah           menjunjung          tinggi       moral,
    sangat dominan                          kemanusiaan          dan       agama,
•   Lemahnya peran instusi                  kesadaran        kreatif,     produktif,

    non sekolah                             kesadaran hukum.
                                        •   Meningkatkan          peran       serta
                                            masyarakat secara kualitatif dan
                                            kuantitatif.
                                        •   Pemberdayaan                   institusi
                                            masyarakat,       keluarga,       LSM,
                                            pesantren dan dunia usaha
17




     Demikian pula peneraan konsep manajemen berbasis sekolah
(school based management) yang selaras dengan otonomi pendidikan
merupakan kegiatan (action) dalam rangka memperoleh outcome
seperti halnya kualitas pendidikan. Dengan diperolehnya kualitas
pendidikan maka kepuasan yang terlibat dalam penyelenggaraan
pendidikan persekolahan akan merasakan pula. Apabila dengan
penerapan program life skill dengan pendekatan Brood Based
education (BBE). Selain masih menuntaskan program wajib belajar
pendidikan dasar sembilan tahun.
18




                            BAB III

             KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

3.1 Kesimpulan

   Dari uraian dan isi pengertian dan faktor kepuasaan kerja atau
   ketidak puasan kerja, makalah ini menyimpulkan bahwa faktor-
   faktor kepuasan kerja meliputi :       Kesempatan untuk maju,
   Keamanan kerja, Gaji, Perusahaan dan manajemen, Supervisi,
   Faktor intrinsik dari pekerjaan, Kondisi kerja, Aspek sosial dalam
   pekerjaan, Komunikasi dan Fasilitas
19




        Disisi lainnya konsekuensi dari ketidakpuasan kerja dapat
        diringkas sebagai berikut : ketidakhadiran, turn-over intentions,
        perputaran tenaga kerja (turnover) dan distress.

        Dalam organisasi pendidikan tingkat kepuasan kerja mengalami
        ukuran yang sama dari beberapa teori kepuasan kerja diatas,
        melibatkan organisasi lembaga dan kelembagaan pendidikan,
        tenaga dan ketenagaan pendidikan. Peran, wawasan dan daya
        serap tinggi dari seorang manajer dalam lingkungan pedidikan
        adalah sebagian dari hal utama yang harus dimiliki dalam
        mengamati dan mengontrol sebuah regulasi kerja dan kinerja.




    3.2 Rekomendasi

        Secara konsep dan teoritis kepuasan kerja dan faktor – faktor
        penyebab serta konsekuensi dari ketidakpuasan kerja dapat
        difahami yang tertuang dalam dominan banyak penelitian, maka
        penting kiranya ada upaya penelitian dan uji konsep terhadap
        materi dan penggunaan serta aplikasinya pada landai realitas
        lapangan.




                              DAFTAR PUSTAKA

John R. Schermerhorn, James G. Hut And Richard N. Osborn, Organizational
      Behavior, Tenth Edition (New York: John Wiley & Son, Inc, 2007),p.70

Colquit, organizational Behavior, international edition ( Mcgraw;hill, 2009)
20




Stephen P. Robbins and Mary Coulter, Management,Pearson International
         Edition,(New Jesery: Pearson Prentice Hall,2007)

James L, Gibson, John M. Ivancevich, James H. Donnelly, Jr, Organizations
      Behavior Stucture Process, (Chicago: Irwin Book Team, 1997)

Fred Luthan, Organizational Behavior, (New York: Mc Graw-Hill,2008)

Moh.As’Ad, (2002). Psikologi Industri, Yogyakarta: Liberty


George, J.M., & Jones, G.R.Understanding and managing Organizational
Behavior (fifth edition). (Upper Saddle River: New Jersey, Pearson Prentice Hall
2008).

Meyer, J. P., Allen, N. J. & Smith, C. A.. ”Commitment Organizations and

Occcupations: Extension and Test of Three-Component Conceptualization”.
(Journal of Applied Psychology 1993)

More Related Content

What's hot

Bab i, bab ii, babiii, babiv
Bab i, bab ii, babiii, babivBab i, bab ii, babiii, babiv
Bab i, bab ii, babiii, babiv
Alfan Fatoni
 
Pancasila dalam Kajian Sejarah Bangsa Indonesia
Pancasila dalam Kajian Sejarah Bangsa IndonesiaPancasila dalam Kajian Sejarah Bangsa Indonesia
Pancasila dalam Kajian Sejarah Bangsa Indonesia
Riska Yuliatiningsih
 
CONTOH PROPOSAL PKM-GAGASAN TERTULIS (PKM-GT) (DIDANAI DIKTI 2017)
CONTOH PROPOSAL PKM-GAGASAN TERTULIS (PKM-GT) (DIDANAI DIKTI 2017)CONTOH PROPOSAL PKM-GAGASAN TERTULIS (PKM-GT) (DIDANAI DIKTI 2017)
CONTOH PROPOSAL PKM-GAGASAN TERTULIS (PKM-GT) (DIDANAI DIKTI 2017)
Meda Aji Saputro
 
Proposal usaha presentasi
Proposal usaha  presentasiProposal usaha  presentasi
Proposal usaha presentasi
syukrillah5555
 
Contoh Power Point Hasil Penelitian
Contoh Power Point Hasil PenelitianContoh Power Point Hasil Penelitian
Contoh Power Point Hasil Penelitian
Indra IR
 
Contoh Proposal PKMK
Contoh Proposal PKMKContoh Proposal PKMK
Contoh Proposal PKMK
Hery budiyanto
 
Contoh analisis-kuesioner
Contoh analisis-kuesionerContoh analisis-kuesioner
Contoh analisis-kuesioner
Abdul Manap
 

What's hot (20)

Bab i, bab ii, babiii, babiv
Bab i, bab ii, babiii, babivBab i, bab ii, babiii, babiv
Bab i, bab ii, babiii, babiv
 
Pancasila sebagai konteks ketatanegaraan
Pancasila sebagai konteks ketatanegaraanPancasila sebagai konteks ketatanegaraan
Pancasila sebagai konteks ketatanegaraan
 
Pertanyaan presentasi
Pertanyaan presentasiPertanyaan presentasi
Pertanyaan presentasi
 
Esensi dan Urgensi Pancasila Sebagai Sistem Etika
Esensi dan Urgensi Pancasila Sebagai Sistem EtikaEsensi dan Urgensi Pancasila Sebagai Sistem Etika
Esensi dan Urgensi Pancasila Sebagai Sistem Etika
 
Review Materi Kuliah Perkim
Review Materi Kuliah PerkimReview Materi Kuliah Perkim
Review Materi Kuliah Perkim
 
Pancasila dalam Kajian Sejarah Bangsa Indonesia
Pancasila dalam Kajian Sejarah Bangsa IndonesiaPancasila dalam Kajian Sejarah Bangsa Indonesia
Pancasila dalam Kajian Sejarah Bangsa Indonesia
 
Contoh Artikel Konseptual
Contoh Artikel KonseptualContoh Artikel Konseptual
Contoh Artikel Konseptual
 
Makalah Ragam Bahasa Indonesia
Makalah Ragam Bahasa IndonesiaMakalah Ragam Bahasa Indonesia
Makalah Ragam Bahasa Indonesia
 
Contoh proposal pkm yang didanai dikti
Contoh proposal pkm yang didanai diktiContoh proposal pkm yang didanai dikti
Contoh proposal pkm yang didanai dikti
 
Contoh Review Jurnal Ilmiah (PENGARUH KEPEMIMPINAN, BUDAYA ORGANISASI DAN LIN...
Contoh Review Jurnal Ilmiah (PENGARUH KEPEMIMPINAN, BUDAYA ORGANISASI DAN LIN...Contoh Review Jurnal Ilmiah (PENGARUH KEPEMIMPINAN, BUDAYA ORGANISASI DAN LIN...
Contoh Review Jurnal Ilmiah (PENGARUH KEPEMIMPINAN, BUDAYA ORGANISASI DAN LIN...
 
Bab ii esensi dan urgensi identitas nasional sebagai salah satu determinan pe...
Bab ii esensi dan urgensi identitas nasional sebagai salah satu determinan pe...Bab ii esensi dan urgensi identitas nasional sebagai salah satu determinan pe...
Bab ii esensi dan urgensi identitas nasional sebagai salah satu determinan pe...
 
PROPOSAL PKM -SIMOK ( SINGKONG MONTOK )
PROPOSAL PKM -SIMOK ( SINGKONG MONTOK )PROPOSAL PKM -SIMOK ( SINGKONG MONTOK )
PROPOSAL PKM -SIMOK ( SINGKONG MONTOK )
 
Ppt proposal
Ppt proposalPpt proposal
Ppt proposal
 
CONTOH PROPOSAL PKM-GAGASAN TERTULIS (PKM-GT) (DIDANAI DIKTI 2017)
CONTOH PROPOSAL PKM-GAGASAN TERTULIS (PKM-GT) (DIDANAI DIKTI 2017)CONTOH PROPOSAL PKM-GAGASAN TERTULIS (PKM-GT) (DIDANAI DIKTI 2017)
CONTOH PROPOSAL PKM-GAGASAN TERTULIS (PKM-GT) (DIDANAI DIKTI 2017)
 
Proposal usaha presentasi
Proposal usaha  presentasiProposal usaha  presentasi
Proposal usaha presentasi
 
Contoh Presentasi Pengenalan Produk
Contoh Presentasi Pengenalan ProdukContoh Presentasi Pengenalan Produk
Contoh Presentasi Pengenalan Produk
 
Contoh Power Point Hasil Penelitian
Contoh Power Point Hasil PenelitianContoh Power Point Hasil Penelitian
Contoh Power Point Hasil Penelitian
 
Contoh Proposal PKMK
Contoh Proposal PKMKContoh Proposal PKMK
Contoh Proposal PKMK
 
Contoh analisis-kuesioner
Contoh analisis-kuesionerContoh analisis-kuesioner
Contoh analisis-kuesioner
 
Laporan hasil analisis
Laporan hasil analisisLaporan hasil analisis
Laporan hasil analisis
 

Viewers also liked

Analisis Kepuasan kerja karyawan di Suatu Departemen
Analisis Kepuasan kerja karyawan di Suatu DepartemenAnalisis Kepuasan kerja karyawan di Suatu Departemen
Analisis Kepuasan kerja karyawan di Suatu Departemen
viamedia21
 
Pengaruh kompetensi, motivasi dan kepuasan kerja terhadap prestasi kerja kary...
Pengaruh kompetensi, motivasi dan kepuasan kerja terhadap prestasi kerja kary...Pengaruh kompetensi, motivasi dan kepuasan kerja terhadap prestasi kerja kary...
Pengaruh kompetensi, motivasi dan kepuasan kerja terhadap prestasi kerja kary...
IRAWANPERWANDA
 
Budaya organisasi ... perilaku keorganisasian
Budaya organisasi ... perilaku keorganisasianBudaya organisasi ... perilaku keorganisasian
Budaya organisasi ... perilaku keorganisasian
Friskatriana
 

Viewers also liked (7)

Kepuasan kerja
Kepuasan kerjaKepuasan kerja
Kepuasan kerja
 
Analisis Kepuasan kerja karyawan di Suatu Departemen
Analisis Kepuasan kerja karyawan di Suatu DepartemenAnalisis Kepuasan kerja karyawan di Suatu Departemen
Analisis Kepuasan kerja karyawan di Suatu Departemen
 
Kepuasan kerja
Kepuasan kerjaKepuasan kerja
Kepuasan kerja
 
Pengaruh kompetensi, motivasi dan kepuasan kerja terhadap prestasi kerja kary...
Pengaruh kompetensi, motivasi dan kepuasan kerja terhadap prestasi kerja kary...Pengaruh kompetensi, motivasi dan kepuasan kerja terhadap prestasi kerja kary...
Pengaruh kompetensi, motivasi dan kepuasan kerja terhadap prestasi kerja kary...
 
Budaya organisasi ... perilaku keorganisasian
Budaya organisasi ... perilaku keorganisasianBudaya organisasi ... perilaku keorganisasian
Budaya organisasi ... perilaku keorganisasian
 
BMP EKMA4476 Audit SDM
BMP EKMA4476 Audit SDMBMP EKMA4476 Audit SDM
BMP EKMA4476 Audit SDM
 
Kuesioner
KuesionerKuesioner
Kuesioner
 

Similar to Kepuasan kerja final 1

Kepuasan kerja PIO
Kepuasan kerja PIOKepuasan kerja PIO
Kepuasan kerja PIO
Eky Yohana
 
Bab 2 09409131010
Bab 2 09409131010Bab 2 09409131010
Bab 2 09409131010
Syah Roni
 
Ringkasan Teori Tentang Kepuasan Kerja
Ringkasan Teori Tentang Kepuasan KerjaRingkasan Teori Tentang Kepuasan Kerja
Ringkasan Teori Tentang Kepuasan Kerja
IRAWANPERWANDA
 
Kepuasan kerja Psikologi Industri dan Organisasi
Kepuasan kerja Psikologi Industri dan OrganisasiKepuasan kerja Psikologi Industri dan Organisasi
Kepuasan kerja Psikologi Industri dan Organisasi
Eky Yohana
 
Nilai, sikap, kepuasan kerja, persepsi dan pengambilan keputusan individu
Nilai, sikap, kepuasan kerja, persepsi dan pengambilan keputusan individuNilai, sikap, kepuasan kerja, persepsi dan pengambilan keputusan individu
Nilai, sikap, kepuasan kerja, persepsi dan pengambilan keputusan individu
ILyas Modeong
 

Similar to Kepuasan kerja final 1 (20)

Kepuasan kerja PIO
Kepuasan kerja PIOKepuasan kerja PIO
Kepuasan kerja PIO
 
Makalah pio kepuasan kerja_Christi Natasia
Makalah pio kepuasan kerja_Christi NatasiaMakalah pio kepuasan kerja_Christi Natasia
Makalah pio kepuasan kerja_Christi Natasia
 
Bab 2 09409131010
Bab 2 09409131010Bab 2 09409131010
Bab 2 09409131010
 
Pemahaman kepuasan kerja
Pemahaman kepuasan kerjaPemahaman kepuasan kerja
Pemahaman kepuasan kerja
 
hubungan motivasi kerja dengan kepuasan kerja
hubungan motivasi kerja dengan kepuasan kerjahubungan motivasi kerja dengan kepuasan kerja
hubungan motivasi kerja dengan kepuasan kerja
 
KEPUASAN KERJA ABI AKBAR.ppt
KEPUASAN KERJA ABI AKBAR.pptKEPUASAN KERJA ABI AKBAR.ppt
KEPUASAN KERJA ABI AKBAR.ppt
 
Sikap dan Kepuasan Kerja
Sikap dan Kepuasan KerjaSikap dan Kepuasan Kerja
Sikap dan Kepuasan Kerja
 
Bab 3
Bab 3Bab 3
Bab 3
 
Ringkasan Teori Tentang Kepuasan Kerja
Ringkasan Teori Tentang Kepuasan KerjaRingkasan Teori Tentang Kepuasan Kerja
Ringkasan Teori Tentang Kepuasan Kerja
 
Kepuasan kerja
Kepuasan kerjaKepuasan kerja
Kepuasan kerja
 
Kepuasan Kerja_Kelompok 8.pdf
Kepuasan Kerja_Kelompok 8.pdfKepuasan Kerja_Kelompok 8.pdf
Kepuasan Kerja_Kelompok 8.pdf
 
Psikologi Industri dan Organisasi : Kepuasan Kerja
Psikologi Industri dan Organisasi : Kepuasan KerjaPsikologi Industri dan Organisasi : Kepuasan Kerja
Psikologi Industri dan Organisasi : Kepuasan Kerja
 
Psikologi Industri Dan Organisasi-Kepuasan Kerja
Psikologi Industri Dan Organisasi-Kepuasan KerjaPsikologi Industri Dan Organisasi-Kepuasan Kerja
Psikologi Industri Dan Organisasi-Kepuasan Kerja
 
Kepuasan Kerja Psikologi Industri dan Organisasi
Kepuasan Kerja Psikologi Industri dan OrganisasiKepuasan Kerja Psikologi Industri dan Organisasi
Kepuasan Kerja Psikologi Industri dan Organisasi
 
KepuasanKerja_PIOKelompok10.pdf
KepuasanKerja_PIOKelompok10.pdfKepuasanKerja_PIOKelompok10.pdf
KepuasanKerja_PIOKelompok10.pdf
 
Kepuasan kerja Psikologi Industri dan Organisasi
Kepuasan kerja Psikologi Industri dan OrganisasiKepuasan kerja Psikologi Industri dan Organisasi
Kepuasan kerja Psikologi Industri dan Organisasi
 
Kepuasan Kerja_20231018_081209_0000.pptx
Kepuasan Kerja_20231018_081209_0000.pptxKepuasan Kerja_20231018_081209_0000.pptx
Kepuasan Kerja_20231018_081209_0000.pptx
 
Artikel ilmiah
Artikel ilmiahArtikel ilmiah
Artikel ilmiah
 
Pertemuan 7 .pptx
Pertemuan 7 .pptxPertemuan 7 .pptx
Pertemuan 7 .pptx
 
Nilai, sikap, kepuasan kerja, persepsi dan pengambilan keputusan individu
Nilai, sikap, kepuasan kerja, persepsi dan pengambilan keputusan individuNilai, sikap, kepuasan kerja, persepsi dan pengambilan keputusan individu
Nilai, sikap, kepuasan kerja, persepsi dan pengambilan keputusan individu
 

Kepuasan kerja final 1

  • 1. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kepuasan kerja adalah bentuk perasaan dan ekspresi seseorang ketika dia mampu/tidak mampu memenuhi harapan dari proses kerja dan kinerjanya. Stigma ini senada dengan apa yang diungkapkan Colquit ; “job satisfactions is a pleasurable emotional state resulting from the appraisal of one’s job or job experience”.. kepuasan kerja adalah keadaan emosional yang menyenangkan yang dihasilkan dari penilaian pekerjaan atau pengalaman kerja. Dengan demikian ini dapat diartikan bahwa kepuasan kerja adalah akumulasi dari proses transformasi emosi dan pikiran diri seorang yang melahirkan sikap atau nilai terhadap sesuatu yang dikerjakan dan diperolehnya dalam lingkungan kerja. Kepuasan kerja menjadi urgent untuk diketahui oleh setiap pimpinan baik pimpinan pada posisi ‘atas’ manajemen maupun mid manajemen. Pentingnya bagi para manajer dan peneliti adalah sehubungan dengan fakta bahwa : kepuasan kerja memiliki potensi untuk mempengaruhi secara luas perilaku didalam organisasi dan berperan untuk kesejahteraan karyawan (George & Jones, 2008) Dalam hal mengamati perilaku organisasi, kepuasan kerja memiliki faktor-faktor penyebab kepuasan dan ketidakpuasan kerja, maka tentunya pengamatan utama adalah pekerja atau karyawan yang yang bekerja pada sebuah organisasi yang berarti erat kaitannya dengan human resources. Akan banyak ditemukan kemudian beragam ekspresi karyawan, ada yang murah senyum dan tertawa, ada yang suka mengeluh, ada yang akrab dengan sesama mitra kerja, ada yang senang mengisolasi diri, dan bahkan ada yang terbiasa berekspresi emosional marah-marah atau kurang bersahabat dengan lingkungan kerja. Pentingnya memahami kepuasan kerja, sebagai evaluasi keseluruhan dalam kerja dan kinerja organisasi dan juga banyak faktor yang ditemukan dalam hal kepuasan dan ketidakpuasan kerja, dari latar 1
  • 2. 2 inilah kemudian mendorong kami untuk mengangkat tema Kepuasan kerja dalam makalah ini. 1.2 Pembatasan Masalah Untuk memperjelas ruang lingkup pembahasan, maka masalah/kajian yang dibahas dibatasi pada masalah/kajian; a. Pengertian Kepuasan kerja dalam Perilaku Organisasi b. Faktor – faktor penyebab kepuasan dan ketidakpuasan kerja. 1.3 Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang dan pembatasan masalah tersebut, masalah-masalah yang dibahas dapat dirumuskan sebagai berikut : a. Apa pengertian kepuasan kerja ? b. Apa saja faktor-faktor penyebab kepuasan dan ketidakpuasan kerja ?
  • 3. 3 BAB II PEMBAHASAN 2.1 Definisi Kepuasan Kerja Pembahasan mengenai kepuasan kerja fokus utamanya pada sikap karyawan terhadap organisasi secara menyeluruh. Menurut Werther dan Davis “Job satisfactions is the favorableness or unfavorableness with which employes view their work”1 kepuasan kerja adalah keadaan yang meyenangkan atau tidak meyenangkan, di mana para karyawan memandang pekerjaan mereka. Menurut colquit “ job satisfactions is a pleasurable emotional state resuning from the appraisal of one’s job or job experience”2. Menurut Schermerhorn memberikan pengertian “Job satisfactions is the degree to which an individual feels positively or negatively about his job”3 kepuasan kerja adalah tingkat di mana individu merasakan positif atau negatif tentang suatu pekerjaan. 1 John R. Schermerhorn, James G. Hut And Richard N. Osborn, Organizational Behavior, Tenth Edition (New York: John Wiley & Son, Inc, 2007),p.70 2 Colquit, organizational Behavior, international edition ( Mcgraw;hill, 2009),p.104. 3. John R. Schermerhorn, James G. Hut And Richard N. Osborn, Organizational Behavior, Tenth Edition (New York: John Wiley & Son, Inc, 2007),p.70 3
  • 4. 4 Sesuai dengan pendapat Stepen P. Robbin dan Mary Coulter “Job satisfactions is a person with a high level of job satisfaction has a positive attitude toward his her job, while a person who is dissatisfaction has negative attitude”4 kepuasan kerja adalah seseorang yang mempunyai kepuasan yang tinggi akan melakukan tindakan positif terhadap pekerjaaanya, sebaliknya orang yang tidak puas akan menunjukkan tindakan negatif. Menyatakan bahwa kepuasan kerja dapat diduga dari sikap seseorang terhadap pekerjaanya. Ini beraarti sikap karyawaan yang menyukai pekerjaanya berarti puas terhadap pekerjaaanya, begitu pula sebaliknya orang yang tidak puas tidak akan menyukai pekerjaaanya. Konsekuensinya adalah orang yang puas akan bersikap posutif, misalnya rajin bekerja, sungguh-sungguh, dan mempunyai semagat kerja, sementara orang yang tidak puas akan berprilaku negatif, misalnya jarang masuk kerja, melalaikan tugas, dan malas. Gibson, Ivancevich dan Donnely mengatakan “ Job satisfaction an individual’s expression of personal well-being associated with doing the job assigned"5 kepuasan kerja adalah ungkapan perasaan seseorang tentang kesejahteraan untuk melakukan pekerjaan, bahwa kepuasan kerja adalah sikap seseorang terhadap pekerjaanya mereka. Sikap itu berasal dari persepsi mereka tentang pekerjaan, persepsi adalah proses kognitif (pemberian arti) yang digunakan oleh seseorang untuk menafsirkan dan memahami cara pandang individu dalam melihat hal yang sama dengan cara yang berbeda-beda. Menurut Luthan,’s “Job satisfactions is a pleasurable or positive emotional state resulting from the apraisal of one”6 Kepuasan kerja adalah kepuasan 4 Stephen P. Robbins and Mary Coulter, Management,Pearson International Edition,(New Jesery: Pearson Prentice Hall,2007),p,421 5 James L, Gibson, John M. Ivancevich, James H. Donnelly, Jr, Organizations Behavior Stucture Process, (Chicago: Irwin Book Team, 1997),p,356 6 Fred Luthan, Organizational Behavior, (New York: Mc Graw-Hill,2008),p,141
  • 5. 5 kerja adalah hasil dari persepsi karyawan mengenai sebarapa baik pekerjaan mereka memberikan hal yang diniai penting. Berdasarkan pendapat dari para ahli mengenai definisi konsep dari kepuasan kerja menurut hemat penulis, kepuasan kerja adalah sikap positif dan perasaan yang menyenangkan terhadap pekerjaan , gaji, peluang, supervisi dan rekan kerja. 2.1.1 Dimensi Kepuasan Kerja Berdasarkan konsep dari para ahli terdapat tiga dimensi dalam kepuasan kerja; (1) kepuasan kerja merupakan respons emosional terhadap situasi kerja. Dengan demikia kepuasan kerja dapat dilihat dan diduga. (2) kepuasan kerja sering ditentukan menurut seberapa baik hasil yang dicapai memenuhi atau melampaui harapan. Misalnya, jika anggota organisasi merasa bahwa mereka bekerja teralu keras daripada yang lain dalam departemen, tetapi menerima penghargaan lebih sedikit, maka mereka mungkin akan memiliki sikap negatif terhadap pekerjaan, pimpinan dan atau rekan kerja mereka tidak kuas. Sebaliknya, jika mereka merasa bahwa mereka diperlakukan dengan baik dan dibayar dengan pantas, maka mereka mungkin akan memiliki sikap positif terhadap pekerjaan mereka. (3) kepuasan kerja mewakili beberapa sikap yang berhubungan selama bertahun-tahun, lima dimensi pekerjaan telah diidentifikasi untuk merepresentasikan karakter pekerjaan yang paling penting dimana karyawan memiliki respons afektif. “Kelima dimensi tersebut adalah: (1) pekerjaan itu sendiri,(2) gaji,(3) kesempatan promosi, (4) pengawasan, (5) rekan kerja”7 1. Pekerjaan itu sendiri. 7 Fred Luthan, Organizational Behavior, (New York: Mc Graw-Hill,2008),p,243
  • 6. 6 Dalam hal ini dimana pekerjaan memberikan tugas yang menarik, kesempatan untuk belajar, dan kesempatan untuk menerima tanggung jawab. Berdasarkan penelitian bahwa umpan balik dari pekerjaan itu sendiri dan otonomi merupakan dua faktor motivasi utama yang berhubungan dengan perkerjaan. Setiap pekerjaan memerlukan suatu keterampilan tertentu sesuai dengan bidang nya masing-masing. Sukar tidaknya suatu pekerjaan serta perasaan seseorang bahwa keahliannya dibutuhkan dalam melakukan pekerjaan tersebut, akan meningkatkan atau mengurangi kepuasan kerja. 2. Gaji Sejumlah upah yang diterima dan tingkat dimana hal ini bisa dipandang sebagai hal yang dianggap pantas dibandingkan dengan orang lain dalam organisasi. Karyawan melihat gaji sebagai refleksi dari bagaimana manajemen memandang kontribusi mereka terhadap perusahaan. Penelitian mengindikasikan bahwa jika karyawaman fleksibel dalam memilih jenis benefit yang mereka sukai dalam sebuah paket total. 3. Promosi(Promotion) Merupakan faktor yang berhubungan dengan ada tidaknya kesempatan untuk memperoleh peningkatan karier selama bekerja. Kesempatan promosi sepertinya memiliki pengaruh yang berbeda pada kepuasan kerja. Hal ini dikarenakan promosi memiliki sejumlah bentuk yang berbeda dan memiliki sejumlah bentuk yang berbeda dan memiliki berbagai penghargaan. 4. Supervisi
  • 7. 7 Kemampuan atasan untuk memberikan bantuan teknis dan dukungan perilaku kepada bawahan yang mengalami permasalahan dalam pekerjaannya. Ada dua dimensi gaya supervisi yang mempengaruhi kepuasan kerja;pertama, berpusat pada karyawan, diukur menurut tingkat dimana atasan mengggunakan ketertarikan personal dan peduli pada karyawan. Kedua, partisipasi atau pengaruh seperti diilluastrasikan oleh manajer yang memungkinkan orang untuk berpartisipasi dalam pengambilan keputusan yang memperngaruhi pekerjaan mereka. 5. Rekan kerja Tingkat dimana rekan kerja pandai secara teknis dan mendukung secara sosial. Merupakan faktor yang berhubungan dengan hubungan antara pegawai dengan atasannya dan dengan pegawai lain, baik yang sama maupun yang berbeda jenis pekerjaannya. 2.1.2 Faktor -faktor yang mempengaruhi kepuasan kerja 1. Kesempatan untuk maju. Dalam hal ini ada tidaknya kesempatan untuk memperoleh pengalaman dan peningkatan kemampuan selama kerja. 2. Keamanan kerja. Faktor ini sering disebut sebagai penunjang kepuasan kerja, baik bagi karyawan pria maupun wanita. Keadaan yang aman sangat mempengaruhi perasaan karyawan selama kerja. 3. Gaji, Gaji lebih banyak menyebabkan ketidakpuasan, dan jarang orang mengekspresikan kepuasan kerjanya dengan sejumlah uang yang diperolehnya.
  • 8. 8 4. Perusahaan dan manajemen, Perusahaan dan manajemen yang baik adalah yang mampu memberikan situasi dan kondisi kerja yang stabil. Faktor ini yang menentukan kepuasan kerja karyawan. 5. Supervisi, bagi karyawan supervisor dianggap sebagai figur ayah dan sekaligus atasannya. Supervisi yang buruk dapat berakibat absensi dan turn over. 6. Faktor intrinsik dari pekerjaan, Atribut yang ada pada pekerjaan mensyaratkan ketrampilan tertentu. Sukar dan mudahnya serta kebanggaan akan tugas akan meningkatkan atau mengurangi kepuasan. 7. Kondisi kerja, Termasuk di sini adalah kondisi tempat, ventilasi, penyinaran, kantin dan tempat parkir. 8. Aspek sosial dalam pekerjaan, Merupakan salah satu sikap yang sulit digambarkan tetapi dipandang sebagai faktor yang menunjang puas atau tidak puas dalam kerja. 9. Komunikasi, Komunikasi yang lancar antar karyawan dengan pihak manajemen banyak dipakai alasan untuk menyukai jabatannya. Dalam hal ini adanya kesediaan pihak atasan untuk mau mendengar, memahami dan mengakui pendapat ataupun prestasi karyawannya sangat berperan dalam menimbulkan rasa puas terhadap kerja. 10. Fasilitas Fasilitas rumah sakit, cuti, dana pensiun, atau perumahan merupakan standar suatu jabatan dan apabila dapat dipenuhi akan menimbulkan rasa puas.
  • 9. 9 Berdasarkan indikator yang menimbulkan kepuasan kerja tersebut di atas akan dapat dipahami sikap individu terhadap pekerjaan yang dilakukan. Karena setiap individu akan memiliki tingkat kepuasan yang berbeda-beda sesuai dengan sistem nilai yang berlaku pada dirinya. Ini disebabkan adanya perbedaan persepsi pada masing-masing individu. Semakin banyak aspek dalam pekerjaan yang sesuai dengan keinginan individu tersebut maka semakin tinggi tingkat kepuasan yang dirasakannya. Oleh karenanya sumber kepuasan seorang karyawan secara subyektif menentukan bagaimana pekerjaan yang dilakukan memuaskan. Meskipun untuk batasan kepuasan kerja ini belum ada keseragaman tetapi yang jelas dapat dikatakan bahwa tidak ada prinsip-prinsip ketetapan kepuasan kerja yang mengikat dari padanya. 2.1.3 Teori Kepuasan Kerja Menurut Moh. As’Ad mengutip pendapat Wexley dan Yulk, ada 3 (tiga) macam teori tentang kepuasan kerja yaitu: 1. Discrepancy Theory Teori ini dipelopori oleh porter (1961). Porter mengukur kepuasan kerja seseorang dengan menghitung selisih antara apa yang seharusnya dengan kenyataannya yang dirasakan. Kemudian Locke (1969) menerangkan bahwa kepuasan kerja seseorang bergantung kepada discrepancy antara should be (expectation, needs or values) dengan apa yang menurut perasaannya atau persepsinya telah diperoleh atau dicapai melalui pekerjaan
  • 10. 10 2. Equity Theory Teori ini dikembangkan oleh Adams (1963), prinsip teori ini adalah bahwa orang akan merasa puas atau tidak puas tergantung apakah ia merasakan adanya keadilan (equty) atau tidak atas suatu situasi. Perasaan equity dan inequity atas suatu situasi, diperoleh dengan orang yaitu dengan cara membandingkan dirinya dengan orang lain yang sekelas atau sekantor maupun ditempat lain. 3. Two Factor Theory Teori ini pertama kali dikemukakan oleh Hezberg (1959), yaitu membagi situasi yang mempengaruhi sikap seseorang terhadap pekerjaannya menjadi dua kelompok yaitu Motivator and Hygiene factor. Motivator yaitu hal-hal pendorong berprestasi yang sifatnya instrinsik dalam arti bersumber dalam diri seseorang, yang terdiri dari pekerjaan seseorang, keberhasilan yang diraih, kesempatan bertumbuh, kemajuan dalam karir dan pengakuan orang lain. Sedangkan Hygiene factor yang bersifat ekstrinsik yang berarti bersumber dari luar diri seseorang dalam organisasi, hubungan karyawan dengan atasan, kondisi kerjam sistem imbalan yang berlaku dan kebijakan organisasi.8 2.1.4 Peningkatan Kepuasan Kerja Kepuasan kerja bukan hanya mengurangi stress, tetapi juga dapat membantu meningkatkan kinerja, mengurangai perhatian 8 Moh.As’Ad, Psikologi Industri, (Yogyakarta: Liberty, 2002), p.105-109
  • 11. 11 karyawan dan ketidakhadiran. Berdasarkan pengetahuan terbaru, berikut peningkataan kepuasan kerja: 2.1 Membuat Pekerjaan Menjadi Menyenangkan, dimana perusahaan dan organisasi membentuk budaya organisasi yang fun atau menyenangkan bagi para karyawan sehingga membuat pekerjaan lebih menyenangkan, tetapi tidak menghilangkan kebosanan dan mengurangi kesempatan bagi ketidakpuasan. 2.2 Memiliki gaji,benefit dan kesempatan promosi yang adil, terdapat berbagai cara dimana organisasi secara khusus mencoba memmbuat karyawan mereka puas 2.3 Menyesuaikan orang dengan pekerjaan yang sesuai dengan minat dan kahlian mereka, memberikan pekerjaan yang sesuai merupakan hal yang paling penting untuk memuaskan karyawan, tetapi sering diabaikan. Tentu saja, ini diasumsikan bahwa organisasi mengetahui minay dan keahlian seseorang. Perusahan dengan manajemen SDM yang baik memberikan perhatian dalam menemukan minat dan eahlian dari orang yang akan dipekerjakan dan karyawan yang sudah ada, agar sesuai dengan pekerjaan mereka. 2.4 Mendesain Pekerjaan agar menarik dan menyenangkan, selain menemukan orang yang tepat dalam suatu pekerjaan dan juga menyarankan desain pekerjaan yang sesuai dengan orangnya. Desain kerja untu membantu memotivasi dan menyenangkan karyawan, contohnya adalah dengan memberikan tanggung jawab lebih dan embentuk lebh banyak variasi, arti, identitas, otonomi, dan uman balik.
  • 12. 12 2.1.5 Aspek-aspek pengukuran kepuasan kerja Menurut Jewell dan Siegall (1998) beberapa aspek dalam mengukur kepuasaan kerja: a. Aspek psikologis, berhubungan dengan kejiwaan karyawan meliputi minat, ketentraman kerja, sikap terhadap kerja, bakat dan ketrampilan. b. Aspek sosial, berhubungan dengan interaksi sosial, baik antar sesama karyawan dengan atasan maupun antar karyawan yang berbeda jenis kerjanya serta hubungan dengan anggota keluarga. c. Aspek fisik, berhubungan dengan kondisi fisik lingkungan kerja dan kondisi fisik karyawan, meliputi jenis pekerjaan, pengaturan waktu kerja, pengaturan waktu istirahat, keadaan ruangan, suhu udara, penerangan, pertukaran udara, kondisi kesehatan karyawan dan umur. d. Aspek finansial berhubungan dengan jaminan serta kesejahteraan karyawan, yang meliputi sistem dan besar gaji, jaminan sosial, tunjangan, fasilitas dan promosi. 2.1.6 Beberapa Konsekuensi Kepuasan Kerja Konsekuensi kerja dipengaruhi oleh hasil dari sebuah proses kinerja yang melibatkan seluruh stakeholder dalam sebuah organisasi. Kepuasan atau ketidakpuasan kerja melahirkan beberapa konsekuensi, diantaranya : a. Komitmen organisasi
  • 13. 13 Dalam teori umum, kepuasan kerja akan mengalami peningkatan dalam kesanggupan untuk satu organisasi. Sebaliknya ketidakpuasan kerja akan mendorong ke arah permasalahan termasuk ketidakhadiran, tardiness, perputaran dan demonstrasi. Dalam berbagai penelitian dimana kerja dan komitmen organisasi dengan bebas mendukung keinginan karyawan meninggalkan organisasi serta kognisi turnover adalah benar-benar berhubungan dengan kepuasan kerja 9 b. Organizational Citizenship Behavior (OCB) Organizational Citizenship Behavior (OCB) adalah ketika individu membantu individu lain secara hati-hati tanpa mengharapkan penghargaan Penelitian yang dilakukan oleh Pascal Pailledan Isabelle Galois (2010) menunjukkan bahwa kepuasan kerja dapat meningkatkan OCB dan dapat menurunkan niat untuk meninggalkan organisasi (intention to leave an organization). Dan diantara unsur-unsur penting mengenai OCB 10, meliputi : a. Azas mengutamakan orang lain : tindakan sukarela dimana membantu orang lain dengan permasalahan pekerjaan 9 Meyer, J. P., Allen, N. J. & Smith, C. A.. ”Commitment Organizations and Occcupations: Extension and Test of Three-Component Conceptualization”. (Journal of Applied Psychology 1993)Vol. 78. p. 538-551 10 George, J.M., & Jones, G.R.Understanding and managing Organizational Behavior (fifth edition). (Upper Saddle River: New Jersey, Pearson Prentice Hall 2008).
  • 14. 14 b. Kehormatan : meliputi isyarat dimana membantu orang lain mencegah satu masalah, misalnya merundingkan dengan orang lain sebelum melakukan tindakan dimana akan mempengaruhi mereka c. Ketelitian : melebihi dan di luar batas pekerjaan. Hal ini merupakan perilaku yang tidak diperlukan dari anggota dalam organisasi tetapi perlu untuk efektifitas organisasi dan kemampuan bertahan. d. Civic virtue : Keterlibatan konstruktif dan positif di proses politis organisasi. e. Peacemaking : tindakan untuk mencegah, memecahkan, atau mengurangi hubungan antar pribadi dan konflik antar-organisasi . c. Employee Well-being Penelitian meyakinkan dimana kepuasan pekerjaan mempengaruhi keseluruhan kesejahteraan karyawan11. Perasaan bahagia, sehat dan sukses seorang karyawan adalah konsekuensi dari kepuasan kerja12. Tidak puas dengan satu pekerjaan untuk satu bagian utama dari satu masa kerja hampir bisa dipastikan dengan kurang baik mempengaruhi kesejahteraan dan kebahagiaan secara umum 13 11 ibid 12 ibid 13 ibid
  • 15. 15 d. Stres Kerja Selain konsekuensi dari job satisfaction yang diuraikan diatas, terdapat juga faktor lain yang penting untuk diketahui, yaitu dampak stres terhadap job satisfaction. Dengan kata lain orang yang tidak puas akan mengalami stres kerja tinggi yang diistilahkan dengan ”distress” dan sebaliknya dengan istilah “eustress” 14. 2.1.7 Relevansi Kepuasan Kerja dalam Organisasi Pendidikan. Organisasi pendidikan sebagai institusi penyelenggara pendidikan mengharapkan suatu outcome pendidikan yang memuaskan yang meliputi antara lain : 1. Pemerataan Pendidikan 2. Kualitas Pendidikan 3. Relevansi Pendidikan 4. Efisiensi Pendidikan 5. Efektivitas Pendidikan Organisasi penyelenggara pendidikan sudah barang tentu melibatkan masyarakat, pemerintah dan orang tua di dalam memperoleh outcome atau produktivitas pendidikan sbagaimana tersebut diatas. Hal ini apabila outcome tersebut diperoleh dengan memuaskan maka yang terlibat dalam penyelenggaraan pendidikan akan timbul kepuasan. Khusus bagi ketenagaan pendidikan dan non ketenagaan kependidikan (birokrasi pendidikan) merupakan suatu kepuasan kerja yang positif dan sebaliknya apabila outcome tersebut diperoleh kurang memuaskan maka akan timbul ketidakpuasan. 14 Luthans, F. 1995. Organizational Behavior. Seventh Edition. McGraw-Hill, Inc.,New York.
  • 16. 16 Kepuasan kerja dan ketidakpuasan dalam penyelenggaraan pendidikan akan menimbulkan perilaku individu dalam organisasi. Yang merupakan interaksi dari karakteristik individu dan karakteristik organisasi pendidikan. Dengan perkataan lain kepuasan harus menjadi tujuan utama organisasi setelahnya produktivitas atau outcome pendidikan. Selaras dengan era Otonomi Daerah (Undang Undang Nomor 22 Tahun 1999) maka bergulir pula era Otonomi Pendidikan (desentralisasi) yang sudah barang tentu merubah paradigma pendidikan lama ke paradigma pendidikan baru yang meliputi berbagai aspek sebagai berikut: Paradigma Lama Paradigma Baru • Sentralistik • Desentralistik • Kebijakan yang top down • Kebijakan yang bottom up • Orientasi pengembangan • Orientasi pengembangan holistik parsial pendidikan untuk pendidikan untuk pertumbuhan ekonomi, mengembangkan kesadaran stabilitas politik dan untuk bersatu dalam teknologi perakitan kemajemukan budaya • Peran serta pemerintah menjunjung tinggi moral, sangat dominan kemanusiaan dan agama, • Lemahnya peran instusi kesadaran kreatif, produktif, non sekolah kesadaran hukum. • Meningkatkan peran serta masyarakat secara kualitatif dan kuantitatif. • Pemberdayaan institusi masyarakat, keluarga, LSM, pesantren dan dunia usaha
  • 17. 17 Demikian pula peneraan konsep manajemen berbasis sekolah (school based management) yang selaras dengan otonomi pendidikan merupakan kegiatan (action) dalam rangka memperoleh outcome seperti halnya kualitas pendidikan. Dengan diperolehnya kualitas pendidikan maka kepuasan yang terlibat dalam penyelenggaraan pendidikan persekolahan akan merasakan pula. Apabila dengan penerapan program life skill dengan pendekatan Brood Based education (BBE). Selain masih menuntaskan program wajib belajar pendidikan dasar sembilan tahun.
  • 18. 18 BAB III KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 3.1 Kesimpulan Dari uraian dan isi pengertian dan faktor kepuasaan kerja atau ketidak puasan kerja, makalah ini menyimpulkan bahwa faktor- faktor kepuasan kerja meliputi : Kesempatan untuk maju, Keamanan kerja, Gaji, Perusahaan dan manajemen, Supervisi, Faktor intrinsik dari pekerjaan, Kondisi kerja, Aspek sosial dalam pekerjaan, Komunikasi dan Fasilitas
  • 19. 19 Disisi lainnya konsekuensi dari ketidakpuasan kerja dapat diringkas sebagai berikut : ketidakhadiran, turn-over intentions, perputaran tenaga kerja (turnover) dan distress. Dalam organisasi pendidikan tingkat kepuasan kerja mengalami ukuran yang sama dari beberapa teori kepuasan kerja diatas, melibatkan organisasi lembaga dan kelembagaan pendidikan, tenaga dan ketenagaan pendidikan. Peran, wawasan dan daya serap tinggi dari seorang manajer dalam lingkungan pedidikan adalah sebagian dari hal utama yang harus dimiliki dalam mengamati dan mengontrol sebuah regulasi kerja dan kinerja. 3.2 Rekomendasi Secara konsep dan teoritis kepuasan kerja dan faktor – faktor penyebab serta konsekuensi dari ketidakpuasan kerja dapat difahami yang tertuang dalam dominan banyak penelitian, maka penting kiranya ada upaya penelitian dan uji konsep terhadap materi dan penggunaan serta aplikasinya pada landai realitas lapangan. DAFTAR PUSTAKA John R. Schermerhorn, James G. Hut And Richard N. Osborn, Organizational Behavior, Tenth Edition (New York: John Wiley & Son, Inc, 2007),p.70 Colquit, organizational Behavior, international edition ( Mcgraw;hill, 2009)
  • 20. 20 Stephen P. Robbins and Mary Coulter, Management,Pearson International Edition,(New Jesery: Pearson Prentice Hall,2007) James L, Gibson, John M. Ivancevich, James H. Donnelly, Jr, Organizations Behavior Stucture Process, (Chicago: Irwin Book Team, 1997) Fred Luthan, Organizational Behavior, (New York: Mc Graw-Hill,2008) Moh.As’Ad, (2002). Psikologi Industri, Yogyakarta: Liberty George, J.M., & Jones, G.R.Understanding and managing Organizational Behavior (fifth edition). (Upper Saddle River: New Jersey, Pearson Prentice Hall 2008). Meyer, J. P., Allen, N. J. & Smith, C. A.. ”Commitment Organizations and Occcupations: Extension and Test of Three-Component Conceptualization”. (Journal of Applied Psychology 1993)