Dokumen tersebut membahas tentang sumber daya alam Indonesia yang kaya akan keanekaragaman hayati seperti tumbuhan, hewan, dan mikroorganisme. Namun, aktivitas manusia yang tidak bertanggung jawab telah menyebabkan berkurangnya kualitas lingkungan hidup dan keanekaragaman hayati. Dokumen ini juga menjelaskan upaya konservasi sumber daya alam dan keanekaragaman hayati di Indonesia, seperti pengawetan plasma nutfah dan p
1. BAB I
PENDAHULUAN
Indonesia sebagai Negara yang memiliki salah satu dari tiga hutan tropis terbesar di dunia
yang berpengaruh terhadap perubahan iklim global, mempunyai peranan yang penting dalam
ekosistem dunia sehingga harus dijaga kelestariannya. Selain itu, Indonesia dikaruniai potensi
alam yang berlimpah. Potensi itu terlihat dari keindahan alam, ketersediaan sumber daya air,
lahan, hutan, energi dan mineral, serta keanekaragaman hayati yang sangat spesifik dan unik.
Kespesifikasian ini dapat membedakan potensi masing-masing daerah sehingga menjadi ciri bagi
daerah tersebut.
Sumber daya alam tersebut digolongkan kedalam dua bagian yaitu sumber daya alam yang
dapat pulih kembali (renewable) dan sumber daya alam yang tidak dapat pulih kembali (non
renewable). Selama pembangunan berlangsung, kedua jenis sumber daya alam tersebut telah
digunakan, tetapi karena penggunaannya dengan cara yang tidak bijaksana, maka banyak sumber
daya alam dan lingkungan hidup yang semakin berkurang dalam segi kualitas maupun kuantitas,
sehingga manfaat yang dirasakan bagi manusia menjadi berkurang.
1
2. BAB II
SUMBER DAYA ALAM
A. Pengelolaan dan Pelestarian Kekayaan Bumi Indonesia
Semua sumber daya alam merupakan anugerah Tuhan Yang Maha Esa yang disediakan
bagi kelangsungan hidup manusia di dunia. Namun, keberadaan mereka sangat terbatas, sehingga
perlu diperhatikan dalam penggunaan dan pengelolaannya agar generasi penerus dapat
menikmatinya. Dengan mengetahui lebih jauh tentang manfaat, potensi dan kuantitas
keanekaragaman hayati dan sumber daya hasil bumi, diharapkan pengelolaan berjalan secara
bijaksana, sehingga kekayaan bumi Indonesia masih terpelihara hingga generasi berikutnya.
1. Keanekaragaman Hayati
Keanekaragaman hayati (biodiversity) meliputi keanekaragaman dari semua species
tumbuhan, hewan dan mikroorganisme, serta proses-proses ekosistem dan ekologis dimana
mereka menjadi bagiannya. Istilah ini dapat ditunjukkan baik pada tingkat genetik, species,
maupun ekosistem atau habitat. Di antara ketiga keanekaragaman tersebut, keanekaragaman
tingkat genetik paling tinggi dibandingkan keanekaragaman tingkat species dan habitat.
Indonesia adalah negara yang kaya berbagai flora dan fauna selain Meksiko, Kolumbia,
Brasil, Zaire, dan Madagaskar. Sekitar 17% dari jenis organisme di dunia terdapat di Indonesia.
Banyak pulau di Indonesia yang telah terisolasi dalam jangka waktu lama sehingga hewan dan
tumbuhan yang ada mengalami evolusi yang berbeda. Akibatnya muncul species lokal yang unik
dan khas atau endemik.
a. Pengaruh Aktifitas Manusia Terhadap Tingkat Keanekaragaman Hayati
Meningkatnya aktivitas manusia dalam kegiatan eksploitasi sumber daya alam menjadikan
ancaman bertambah serius. Perubahan penggunaan lahan dapat mengakibatakan berkurangnya
keanekaraman ekosistem dan cenderung mengarah ke sistem monokultur. Pencemaran akibat
penggunaan herbisida dapat menyebabkan matinya tanaman yang bermanfaat. Penggunaan
pestisida menyebabkan kematian serangga yang berguna dan berpengaruh terhadap hewan lain.
Perubahan iklim akibat meningkatnya gas rumah kaca akan mempengaruhi berbagai ekosistem
2
3. yang ada di bumi. Selain itu, introduksi species asing dalam suatu ekosistem dapat pula
menyebabkan punahnya species asli.
b. Kerusakan Habitat
Suatu habitat dapat hilang atau rusak akibat aktivitas manusia seperti perladangan
berpindah, pembukaan hutan, eksploitasi kayu hutan, dan perubahan berbagai ekosistem alami
menjadi daerah pertanian, peternakan, pemukiman, atau pariwisata. Hilangnya habitat hutan
untuk pembukaan lahan pertanian maupun pemukiman akan mengakibatkan hilangnya sejumlah
species yang hidup didalamnya. Punahnya species berarti juga hilangnya seperangkat gen yang
membawa sifat-sifat khas dari species tersebut.
c. Berkurangnya Jenis Species
Species tumbuhan dan satwa dapat hilang atau punah karena faktor alam dan ulah manusia.
Species yang tahan dengan perubahan lingkungan secara alami akan terus sintas, sementara yang
tidak tahan akan punah, karena seleksi alam. Laju kepunahan jenis akibat meningkatnya aktivitas
manusia antara lain adalah perburuan hewan dan tumbuhan liar yang langka, perdagangan satwa
liar serta langka, dan kerusakan habitat dan pencemaran yang merusak lingkungan.
d. Hilangnya Gen
Kerusakan habitat dan punahnya species akan memberikan dampak terhadap penurunan
keanekaragaman genetis yang lambat laun akan sampai pada kemusnahan gen-gen dengan sifat
yang berpotensi. Berkurangnya keanekaragaman jenis mahluk hidup karena kepunahan jumlah
jenis atau varletas dapat dikatakan suatu erosi gen.
e. Konservasi Keanekaragaman Hayati
Ancaman berkungnya keanekaragaman hayati khususnya species, sudah lama menjadi
perhatian manusia. Salah satu usaha pelestarian keanekaragaman di Indonesia dikeluarkannya
Undang-undang Nomor 5 tentang ketentuan-ketentuan Pokok Kehutanan. Terbitnya Undang-
undang Nomor Tahun 1990 tentang konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistem, telah
memberikan arahan yang jelas dalam meletakkan strategi pengelolaan keanekaragaman hayati di
Indonesia.
3
4. f. Strategi Konservasi Indonesia
Berdasarkan Undang-undang Nomor 5 Tahun 1982, strategi konservasi yang ada sekarang
ini setidaknya mencakup tiga hal pokok, yakni perlindungan proses ekologis yang penting dalam
sistem-sistem penyangga kehidupan, pengawetan keanekaragaman sumber plasma nutfah, dan
pemanfaatan jenis dan ekosistem secara lestari.
2. Sumber Daya Lahan
Sumber daya lahan merupakan sumber daya alam tak terbaharukan (non-renewable natural
resources), yaitu lahan yang di dalamnya mengandung semua unsur sumber daya yang berada di
dalam maupun di permukaan bumi. Karakteristik sumber daya lahan ini dipengaruhi oleh
ketinggian, kelerengan, jenis batuan, jenis tanah, hidrologi, fauna, flora, iklim, geografis, dan
bencana alam. Adanya perbedaan faktor tersebut menyebabkan adanya peruntukan lahan yang
berbeda sesuai dengan fungsinya.
Terdapat dua permasalahan mendasar yang dihadapi pemerintah berkaitan masalah
konversi lahan. Permasalahan pertama yaitu sangat timpangnya land rent antar wilayah (Jawa vs
luar Jawa, kota vs desa, sawah vs lahan kering). Hal ini menyebabkan konversi lahan pertanian
menjadi terkonsentrasi di Jawa, lahan sawah dan perkotaan. Permasalahan kedua yaitu tingginya
laju urbanisasi. Meningkatnya permintaan lahan akibat adanya pertumbuhan penduduk dapat
menyebabkan penurunan luas baku lahan pertanian dan meningkatnya intensitas usaha tani di
DAS hulu. Pemanfaatan sumber daya tak terbarukan ini harus dilakukan secara bijaksana sesuai
dengan kebutuhan yang tidak berlebihan agar tidak merusak lingkungan.
3. Bahan mineral, Energi dan Minyak Bumi
Selain sumber daya lahan, ada juga bahan mineral, energi dan minyak bumi merupakan
sumber daya alam yang tak terbarukan atau sumber daya geologi. Ketersediaan sumber daya
geologi di Indonesia ini tergantung dari kondisi geologi setempat, sehingga penyebarannya tidak
merata di Indonesia. Bahan mineral, energi dan minyak bumi merupakan barang komoditi yang
memiliki nilai ekonomi tinggi dan dapat meningkatkan devisa negara.
Sumber daya mineral diperoleh dari hasil pelapukan batuan yang terdiri dari mineral logam
dan mineral non logam. Contoh mineral logam adalah tembaga, besi, nikel, dll. Sedangkan
contoh mineral non logam adalah kuarsa, muskovit, batu pasir, bentonit, lempung, dll.
4
5. Sumber daya energi adalah sumber daya alam yang menghasilkan energi seperti minyak
bumi, gas alam, batubara, panas bumi, mineral radioaktif, angin, gelombang air laut, dan radiasi
matahari. Pemanfaatan sumber daya energi tersebut digunakan dalam berbagai sektor, antara lain
energi listrik, industri, transportasi, dll. Permintaan sumber daya energi ini semakin meningkat
sesuai dengan jumlah penduduk dan roda pembangunan yang semakin meningkat pula.
4. Analisa Plasma Nutfah
Plasma nutfah atau sumber daya genetik diartikan sebagai bahan tanaman, hewan,
mikroba, atau mahluk lain yang mengandung satuan-satuan fungsional. Manfaat plasma nutfah
bagi manusia adalah untuk pangan, sandang, papan dan obat-obatan, baik langsung maupun
melalui proses-proses tertentu. Di bawah ini akan dibahas tentang beberapa hal yang dapat
dijadikan dasar kekuatan dalam melestarikan plasma nutfah (keanekaragaman hayati). Selain
kekuatan juga akan dievaluasi beberapa hal yang menjadikan suatu kelemahan yang harus dicari
solusinya
a. Tantangan
Pemerintah pada tahun 1976 telah membentuk Komisi Pelestarian Plasma Nutfah Nasional
(KPPPN). Sejak tahun 1998, komisi tersebut berganti nama menjadi Komisi Nasional Plasma
Nutfah (Komnas Plasma Nutfah). Indonesia memilki Undang-undang Nomor 29 tahun 2000
tentang perlindungan Varietas Tanaman (PVT) yang disahkan pada tanggal 20 Desember 2000
(Dwiyanto da Setiadi, 2003). Penguasaan hak PVT dipegang oleh negara yang dilaksanakan oleh
pemerintah. Untuk mencegah kemungkinan pengambilan hak PVT terhadap varietas lokal milik
masyarakat tersebut. Pemerintah berkewajiban memberi penamaan yang bersifat spesifik lokasi
yang berkaitan dengan deskripsi, asal-usul dan lokasi.
Hasil karya para pemulia tanaman maupun peneliti dari kegiatan penelitian, pengamatan,
dan percobaan merupakan sumbangan yang berharga terutama bagi ketahanan pangan dunia.
Walaupun hasil penelitian tersebut sudah dipublikasi dalam bentuk jurnal, majalah, atau media
lain, tetapi perlu adanya sosialisasi yang lebih luas terutama pada masyarakat umum.
b. Kelemahan
Masalah plasma nutfah sangat kompleks. Banyak masyarakat terutama yang tinggal di
daerah, yang belum menyadari dan memahami arti, fungsi, dan manfaat plasma nutfah.
5
6. Akibatnya, plasma nutfah terancam kepunahan. Di pihak lain tanpa kita sadari, banyak negara di
dunia yang telah memanfaatkan plasma nutfah asli Indonesia.
World Research Institute (1992) melaporkan bahwa Indonesia telah kehilangan lebih dari 72%
potensi hutan alam, atau rata-rata 3,4 juta hektar setiap tahun. Data resmi pemerintah
menyebutkan dari luas kawasan hutan 144 juta hektar pada tahun 1950-an telah menyusut drastis
menjadi 92,4 juta hektar pada akhir tahun 2000-an.
c. Peluang
Banyak sekali peluang dan manfaat yang dapat diperoleh dari kekayaan sumber daya
hayati yang ada di Indonesia. Keanekaragaman yang tinggi dapat meningkatkan jumlah trofik
pada rantai makanan dan memunginkan terjadinya hubungan simbiosis (naturalistik, parasitisme,
komensalisme dll). Selain itu, dengan keanekaragaman spesies yang lebih tinggi, maka dapat
meningkatkan kemantapan pada suatu komunitas.
Dalam bioteknologi, keanekaragaman hayati merupakan sumber daya hayati yang
memungkinkan perluasan pemanfaatannya dengan dasar genetika. Dengan dilakukannya metode
penyisipan gen ke organisme lain atau organisme lain yang memiliki hubungan kekerabatan,
dapat dihasilkan individu baru dengan nilai manfaat yang lebih tinggi
d. Ancaman
Dengan semakin bertambahnya penduduk, maka kebutuhan akan sandang, pangan dan
papan akan semakin meningkat pula. Bahan dasar dan kebutuhan tersebut didapatkan dari alam
lingkungan. Akibatnya, alam lingkungan terutama keanekaragaman hayati akan terancam dalam
kuantitas maupun kualitas. Selain itu, dengan tingkat pendidikan yang rendah dan adanya
keterbatasan alat, tidak dapat menunjang dalam usaha pelestarian keanekaragaman hayati di
Indonesia
Pemerintah bekerja sama dengan PBB, LSM, sektor swasta dan lembaga-lembaga
keuangan, perlu :
1. Melakukan penilaian nasional tentang keadaan keragaman hayati.
2. Menyusun strategi nasional untuk melestarikan keragaman hayati dan menggunakannya
secara berkelanjutan, dan memasukkan strategi tersebut ke dalam strategi keseluruhan
pembangunan nasional.
6
7. 3. Melakukan riset jangka panjang tentang arti penting keragaman hayati bagi ekosistem
yang menghasilkan barang-barang dan manfaat lingkungan.
4. Mendorong metode tradisional dalam mengelola pertanian, agro kehutanan, kehutanan,
padang rumput dan satwa liar, yang menggunakan, memelihara atau meningkatkan
keragaman hayati. Melibatkan kelompok-kelompok masyarakat, termasuk perempuan,
dalam melestarikan dan mengelola ekosistem.
5. Melaksanakan pemerataan manfaat dari penggunaan sumber daya genetik dan hayati
antara penghasil dan pemakai sumber daya tersebut. Penduduk asli dan masyarakatnya
harus ikut menikmati manfaat ekonomi dan manfaat komersialnya.
6. Melindungi habitat alami. Banyak daerah dapat dilindungi lebih lanjut dengan
menggalakkkan pembangunan berwawasan lingkungan di sekitar habitat tersebut.
7. Menggalakkan rehabilitasi ekosistem yang rusak dan pemulihan spesies yang terancam
punah.
8. Mengembangkan pemanfaatan bioteknologi yang berkelanjutan, dan cara-cara untuk
mengalihkannya secara aman dan adil, terutama ke negara-negara berkembang.
E. Konservasi Plasma Nutfah
Konservasi plasma nutfah melalui bank gen secara ex situ merupakan cara pelestarian
yang aman dan efisien (Ford-Liyod & Jackson, 1986). Hal ini sudah dilaksanakan dalam
mengkonservasi plasma nutfah padi (Silitonga, 2004). Alternatif lain yaitu konservasi ditempat
asal (in situ conservation) yang merupakan pelengkap bank gen dan konservasi lekat lahan (on-
farm conservation) dari varietas tradisional (lokal). Konservasi ini bersifat dinamis, karena
disamping melestarikan petani juga dapat mengembangkan varietas tersebut. Hal ini telah
dilakukan oleh lembaga swadaya masyarakat (LSM) SPTN-HPS di DI Yogyakarta dan Yayasan
Padi Indonesia (YPI) di Kalimantan Timur.
Kurangnya sosialisasi terhadap masyarakat dapat menyebabkan kurangnya kepedulian
masyarakat terhadap sumber daya alam hayati. Dalam upaya peningkatan kepedulian masyarakat
dalam pelestarian dan pemanfaatan plasma nutfah, dapat dilakukan melalui penyuluhan dan
sarasehan (stadium generale). Sosialisasi dan diskusi dilakukan dengan melibatkan kelompok
akademisi, penentu kebijakan, organisasi profesi dan stakeholder dari dunia usaha dan LSM.
7
8. BAB III
KESIMPULAN
Indonesia sebagai Negara yang memiliki salah satu dari tiga hutan tropis terbesar di dunia
yang berpengaruh terhadap perubahan iklim global, mempunyai peranan yang penting dalam
ekosistem dunia sehingga harus dijaga kelestariannya.
Sumber daya alam digolongkan ke dalam dua bagian yaitu sumber daya alam yang dapat
pulih kembali (renewable) dan sumber daya alam yang tidak dapat pulih kembali (non
renewable). Banyak hal yang dapat menjadikan ancaman kian bertambah serius yang membuat
sumber daya alam terancam punah, seperti meningkatnya aktivitas manusia dalam kegiatan
eksploitasi sumber daya alam, habitat dapat rusak akibat aktivitas manusia seperti perladangan
berpindah, pembukaan hutan, eksploitasi kayu hutan, spesies akan hilang akibat perburuan
hewan dan tumbuhan liar yang langka, perdagangan satwa liar, dan perubahan penggunaan
lahan dapat mengakibatakan berkurangnya keanekaraman ekosistem.
Berdasarkan Undang-undang Nomor 5 Tahun 1982, strategi konservasi yang ada sekarang
ini setidaknya mencakup tiga hal pokok, yakni perlindungan proses ekologis yang penting dalam
sistem-sistem penyangga kehidupan, pengawetan keanekaragaman sumber plasma nutfah, dan
pemanfaatan jenis dan ekosistem secara lestari.
Keberadaan sumber daya alam itu sangat terbatas, sehingga perlu diperhatikan dalam
penggunaan dan pengelolaannya agar generasi penerus dapat menikmatinya. Dengan
mengatasnamakan pembangunan, sehingga banyak lahan pertanian yang dijadikan pemukiman,
industri, dsb. Sehingga lahan untuk penampungan air tanah menjadi rusak tatanannya. Dan arti
lahan yang menurut masyarakat itu dimanfaatkan untuk kebutuhan ekonominya saja seharusnya
sekarang masyarakat sadar akan perbuatannya dan memperhatikan kelestarian ekologis.
8