SlideShare una empresa de Scribd logo
1 de 74
Descargar para leer sin conexión
ANALISIS LAPORAN KEUANGAN
PT. ADARO ENERGY, Tbk and Subsidiaries
Periode 2010-2014
TUGAS MANAJEMEN KEUANGAN
DOSEN: DR. WAHYOE SOEDARMONO
DISUSUN OLEH :
ABDUL SALAM 122130001
NANTI SAGALA 122140105
ROESDANIEL IBRAHIM 122140128
REGAS PANJI PRATOMO 122140124
AYU PURNAMA 122140030
ALFIAN 122140002
TRI SANDY FAJAR 122140143
MAGISTER MANAGEMENT
TRISAKTI UNIVERSITY
JAKARTA
2015
2
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI....................................................................................................................................... 2
DAFTAR GAMBAR............................................................................................................................ 3
BAB 1 TENTANG PERUSAHAAN....................................................................................................... 4
1.1. Sejarah Perusahaan .......................................................................................................... 5
1.2. Visi dan Misi Perusahaan................................................................................................. 6
1.3. Nilai – Nilai Perusahaan.................................................................................................... 6
BAB 2 LAPORAN KEUANGAN PERUSAHAAN................................................................................... 7
2.1. Laporan Keuangan PT. Adaro Energy, Tbk tahun 2010-2011........................................... 7
2.2. Laporan Keuangan PT. Adaro Energy, Tbk tahun 2011-2012......................................... 15
2.3. Laporan Keuangan PT. Adaro Energy, Tbk tahun 2012-2014......................................... 24
2.4. Closing Price Tahun 2010-2014 ...................................................................................... 44
2.5. IHSG Tahun 2010-2014................................................................................................... 44
BAB 3 PERHITUNGAN ANALISIS RASIO ......................................................................................... 48
3.1. Tabel Perhitungan dan Formulasi Analisis Rasio............................................................ 48
3.2. Hasil Perhitungan Analisis Rasio..................................................................................... 54
BAB 4 ANALISIS LAPORAN KEUANGAN......................................................................................... 56
4.1. Rasio Likuiditas (Liquidity Ratio)..................................................................................... 56
4.2. Manajemen Aset (Asset Management).......................................................................... 38
4.3. Manajemen Piutang (Debt Management) ..................................................................... 40
4.4. Rasio Profitabilitas (Profitability Ratio) .......................................................................... 60
4.5. Market Value Ratio......................................................................................................... 63
4.6. Modal Kerja..................................................................................................................... 65
4.7. Analisis Persentase Pengembalian Investasi (% Return)................................................ 65
4.8. Analisis Kinerja Perusahaan dibandingkan Pesaing-Pesaingnya.................................... 65
BAB 5 KESIMPULAN & SARAN....................................................................................................... 70
5.1. Kesimpulan ..................................................................................................................... 70
5.2. Saran.............................................................................................................................. 72
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................................................... 50
3
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1 Logo PT. Adaro Energy,Tbk ............................................................................................ 6
Gambar 4.1 Tren Rasio Lancar PT. Adaro Energy, Tbk ................................................................. 56
Gambar 4.2 Tren Manajemen Aset ITO PT. Adaro Energy Tbk .................................................... 39
Gambar 4.3 Tren Manajemen Aset DSO PT. Adaro Energy, Tbk.................................................. 39
Gambar 4.4 Tren Manajemen Aset ICP PT. Adaro Energy, Tbk.................................................... 40
Gambar 4.5 Tren Manajemen Hutang Debt Ratio PT. Adaro Energy, Tbk ................................... 41
Gambar 4.6 Tren Ratio TIE PT. Adaro Energy, Tbk ....................................................................... 42
Gambar 4.7 Tren Profitabilitas Ratio PT. Adaro Energy Tbk......................................................... 63
Gambar 4.8 Tren Nilai Pasar Saham PT. Adaro Energy, Tbk.............Error! Bookmark not defined.
Gambar 4.9 Tren Modal Kerja PT. Adaro Energy, Tbk.................................................................. 45
Gambar 4.10 Tren Cash Conversion Cycle PT. Adaro Energy, Tbk ............................................... 46
4
BAB I
TENTANG PERUSAHAAN
1.1. Sejarah Perusahaan
Sejarah bisnis Adaro dimulai pada tahun 1992, ketika perusahaan ini mulai
memproduksi batubara yang kemudian dipasarkan dengan nama Envirocoal dari
konsesi seluas 258 km2 di kabupaten Tabalong, provinsi Kalimantan Selatan,
berdasarkan Perjanjian Karya Pengusahaan Pertambangan Batubara (PKP2B)
generasi pertama dengan Pemerintah Indonesia.
Sejak saat itu, Adaro menyusuri perjalanan panjang yang membuahkan banyak
kemajuan dan perkembangan. Perusahaan mulai beroperasi dengan memproduksi
1 juta ton batubara dua dekade lalu saat ini telah menjelma menjadi satu dari lima
pengekspor terbesar bagi pasar batubara termal dengan pengiriman lintas
samudera (seaborne) dan pemasok terbesar di pasar domestik. Pada akhir 2013,
dengan kapitalisasi pasar sebesar US$2,9 miliar, Adaro tetap bertahan sebagai
salah satu perusahaan pertambangan publik yang terbesar di Indonesia.
Pada tahun 2013, Adaro memproduksi 52,3 juta ton Envirocoal, sehingga total
produksi dari tiga pit di Kalimantan Selatan sampai saat ini mencapai 509 juta ton.
Dengan cadangan sebesar 900 juta tonne dan sumber daya batubara sebesar 4,9
miliar tonne di konsesi ini, menurut kajian JORC pada tahun 2012, Adaro berada di
posisi yang baik untuk dapat mencapai target produksi jangka menengahnya yang
telah ditetapkan sebesar 80 juta ton per tahun dan merealisasikan visinya untuk
menjadi kelompok perusahaan tambang dan energi Indonesia yang terkemuka.
Adaro juga menjalankan strategi untuk menciptakan nilai maksimal dari batubara
Indonesia dengan berfokus pada produksi batubara yang tumbuh secara organik,
meningkatkan efisiensi dan pengendalian biaya dan mengembangkan dan
melanjutkan integrasi divisi ketenagalistrikan.
Adaro berfokus pada pengembangan bisnisnya di Indonesia. Hal ini
dimanifestasikan dengan strategi yang didasarkan pada pertumbuhan, yaitu
pertumbuhan Indonesia, Asia Tenggara, Cina dan India. Adaro meyakini bahwa
seiring peningkatan kebutuhan listrik di negara-negara ini sebagai akibat
pertumbuhan populasi dan ekonomi, pilihan bahan bakar akan tetap jatuh pada
batubara dengan harganya yang terjangkau dan jumlahnya yang melimpah.
Dengan memiliki sumber daya batubara sampai 12.8 miliar ton, Adaro merupakan
salah satu dari segelintir produsen batubara di dunia yang dapat memberikan
5
pasokan batubara yang handal dan dalam jangka waktu yang panjang kepada
perusahaan-perusahaan listrik terkemuka yang sedang membangun pembangkit
listrik berbahan bakar batubara di seluruh wilayah Asia. Perjanjian pasokan jangka
panjang dengan perusahaan-perusahaan ini akan memungkinkan Adaro untuk
mencapai target produksi jangka menengahnya yang telah ditetapkan sebesar 80
juta tonne per tahun. Perusahaan juga akan berfokus untuk mengembangkan basis
konsumen yang ada dan bekerja bersama mereka untuk membangun pembangkit
listrik yang akan mengkonsumsi batubaranya.
Konsumen Adaro
Dari tiga lokasi penambangan di provinsi Kalimantan Selatan, Adaro memproduksi
salah satu batubara terbersih di dunia yang dikenal dengan nama Envirocoal.
Batubara ini merupakan batubara jenis subbituminus dengan nilai kalori sedang
dan kandungan sulfur, abu dan NOx yang sangat rendah.
Adaro dapat berbangga dengan catatan pertumbuhan yang berkelanjutan dalam
sejarah penambangannya di Kalimantan yang telah berjalan lebih dari dua dekade,
dan pada tahun 2014 Adaro berencana untuk menambang batubara dengan skala
produksi 54-56 juta ton.
Sebagian besar batubara Adaro dijual kepada perusahaan pembangkit listrik, dan
secara rata-rata, 25% penjualan batubara Adaro adalah untuk konsumen domestik
di Indonesia dan 75% untuk konsumen luar negeri yang sebagian besar berada di
wilayah Asia.
Dalam tiga tahun terakhir ini, Adaro telah mengakuisisi kepemilikan atas lima
properti batubara di Sumatera dan Kalimantan, yang saat ini tengah dipersiapkan
untuk penambangan dan akan memproduksi batubara dengan kualitas ramah
lingkungan yang serupa dengan Envirocoal.
Dengan adanya konsesi-konsesi baru tersebut serta tambang utamanya yang
berada di Tabalong, Adaro sebagai kontraktor pemerintah Indonesia memiliki
kendali atau opsi terhadap 12.8 miliar ton sumber daya batubara termal
(berdasarkan kajian JORC). Dari sumber daya tersebut, 1,1 miliar ton batubaranya
merupakan cadangan terbukti menurut JORC.
Produk Batubara Adaro
Batubara yag dihasilkan Adaro adalah jenis sub-bituminus dengan tingkat energi
sedang, yang merupakan salah satu bahan bakar fosil terbersih di dunia berkat
kandungan sulfur, abu dan nitrogennya yang sangat rendah. Merek dagang
batubara ini telah dikenal di pasar global dengan nama Envirocoal. Dalam waktu
6
dekat, batubara dari tambang Adaro lainnya dengan nama Ultima, Balangan dan
Wahau, yang juga berkarakteristik polutan rendah, akan ikut meramaikan pasar.
Envirocoal telah banyak digunakan sejak tahun 1992 di Eropa, Asia, Amerika serta
pasar domestik di Indonesia (lihat basis konsumen di sini) oleh pembangkit listrik,
pabrik semen, dan sektor industri yang dinaungi oleh peraturan lingkungan yang
ketat, atau untuk dicampur dengan batubara yang lebih umum dengan kandungan
sulfur dan abu yang tinggi.
Hasil pencampuran ini secara konsisten menunjukkan penurunan yang signifikan
terhadap dampak lingkungan jika dibandingkan dengan menggunakan batubara
biasa. Karena kualitasnya yang langka, Envirocoal juga memberikan manfaat
ekonomis dan teknis yang sangat tinggi melalui penghematan biaya operasional
dan perawatan dan pembakaran, dan peningkatan pada penanganan abu dan
efisiensi pembuangan abu, yang menjadikan Envirocoal sebagai bahan bakar padat
dengan biaya yang efektif dan paling ramah lingkungan.
Permintaan Envirocoal yang kokoh dan terus meningkat – Adaro berencana untuk
memproduksi 54-56 juta ton bagi konsumsi domestik dan ekspor pada 2014 – hal
ini menunjukan bahwa Envirocoal dapat bersaing dengan batubara berkalori lebih
tinggi berdasarkan energi per-unit yang dihasilkan.
Kandungan abu Envirocoal yang rendah dapat diartikan sebagai biaya
pemeliharaan yang lebih rendah untuk pulveriser, pipa batubara, tabung boiler dan
peralatan lainnya di sepanjang jalur batubara. Envirocoal juga memungkinkan
produsen listrik untuk memenuhi peraturan lingkungan tanpa keharusan untuk
memiliki mesin desulfurisasi gas buang (flue gas desulphurization – FGD), sehingga
dapat mengurangi kebutuhan modal dan biaya operasional secara signifikan.
Anak perusahaan Adaro yang utama – PT Adaro Indonesia – telah memproduksi
Envirocoal dari tiga tambang di wilayah konsesi di kabupaten Tabalong, provinsi
Kalimantan Selatan selama 21 tahun. Adaro umumnya menjual dua jenis
Envirocoal, yang dinamakan berdasarkan nilai kalori rata-ratanya: E5000, dari
tambang Tutupan dan Paringin, dan E4000, dari tambang Wara. Pada tahun 2013,
untuk memberikan pilihan yang lebih beragam bagi para konsumen, Adaro
memperkenalkan E4700, namun produk tersebut mulai dihentikan pada tahun
2014, setelah perusahaan memperkenalkan E4900 di kuartal keempat tahun 2013.
Juga pada tahun 2013, Adaro mengakusisi Balangan Coal Project, sebuah konsesi
yang terletak di lokasi strategis 11 kilometer arah tenggara dari konsesi PT Adaro
Indonesia di Tabalong. Tambang ini merupakan bagian dari cekungan geologi yang
sama dengan lokasi operasional Adaro di PT Adaro Indonesia, dan juga dengan
karakteristik batubara yang sama dengan Envirocoal (kandungan sulfur dan abu
7
yang rendah), namun dengan nilai kalori yang sedikit lebih tinggi dari E4000 yaitu
4.436 kcal/kg.
Batubara Adaro yang baru, Ultima, akan diproduksi oleh anak perusahaannya yaitu
PT Mustika Indah Permai, dari lokasi tambang di Sumatera Selatan yang diakusisi
belum lama ini. Batubara ini juga berkarakteristik polutan yang rendah –
kandungan sulfur dan abu yang relatif rendah – namun nilai kalorinya sedikit lebih
tinggi daripada Envirocoal E4000.
Dengan nilai kalori 4.281 kkal/kg (gar), Ultima membidik segmen yang berbeda.
Adaro yakin bahwa Ultima, yang akan diproduksi dengan standar keandalan dan
kualitas tinggi yang telah menjadi reputasi Adaro Indonesia, juga akan mendapat
sambutan hangat di pasar batubara Asia. MIP terus berupaya untuk mendapatkan
pesanan bagi Ultima dan sedang dalam proses untuk memasok para konsumen di
wilayah yang ditargetkan.
Sementara itu, PT Bhakti Energi Persada (BEP) yang juga merupakan salah satu
anak perusahaan Adaro, saat ini sedang mempersiapkan kegiatan penambangan di
konsesi yang baru diakusisi di Kalimantan Timur. Batubara yang akan diproduksi di
sini, yang dipasarkan dengan nama Wahau, berkarakteristik energi rendah, dengan
nilai kalori 3.500 kkal/kg, namun kandungan sulfur dan abunya juga rendah. BEP
akan dapat memanfaatkan keahlian Adaro yang mapan dalam mengembangkan
pasar global untuk batubara peringkat rendah yang ramah lingkungan
Cadangan dan Sumber Daya Batubara melalui Pertumbuhan Batubara
Adaro menjalankan strategi untuk menciptakan nilai maksimal dari batubara
Indonesia. Fokus perusahaan diarahkan pada pengembangan bisnis di Indonesia.
Strategi ini didasarkan pada pertumbuhan, yakni pertumbuhan Indonesia, Asia
Tenggara, Cina dan India. Adaro meyakini bahwa permintaan listrik negara-negara
ini akan terus meningkat seiring peningkatan jumlah penduduk dan pertumbuhan
ekonomi, sehingga pilihan bahan bakar akan tetap jatuh pada batubara dengan
harganya yang terjangkau dan jumlahnya yang melimpah.
Dengan demikian, Adaro memiliki pendekatan yang solid dan proaktif untuk
menumbuhkan sumber daya batubara (deposit yang berpotensi layak untuk
dikeluarkan) dan cadangan (bagian sumber daya batubara yang telah
teridentifikasi, yang dapat ditambang secara ekonomis dengan teknologi yang
ada). Pendekatan yang dilakukan Adaro memerlukan adanya peningkatan sumber
daya dan cadangan batubara baik di operasional tambang yang sudah berjalan di
Kalimantan Selatan serta dengan mengakusisi dan mengembangkan properti
batubara yang baru.
8
Gabungan hal-hal tersebut telah menopang pertumbuhan Adaro sampai memiliki
kendali atas 12.8 miliar ton sumber daya batubara, sehingga saat ini Adaro telah
menjadi salah satu dari segelintir produsen batubara di dunia yang dapat
memberikan pasokan batubara yang handal dan dalam jangka waktu yang panjang
kepada perusahaan-perusahaan listrik terkemuka yang sedang membangun
pembangkit listrik berbahan bakar batubara di seluruh wilayah Asia. Perjanjian
pasokan jangka panjang dengan perusahaan-perusahaan ini akan memungkinkan
Adaro untuk mencapai target produksi jangka menengahnya yang telah ditetapkan
sebesar 80 juta ton per tahun, dibandingkan dengan skala produksi saat ini yang
masih sekitar 50-55 juta ton per tahun.
Dalam hal pertumbuhan dari basis cadangan yang ada saat ini di konsesi Adaro
Indonesia di Kalimantan Selatan, Adaro berupaya untuk terus tumbuh secara
organik dengan membuat perencanaan penambangan yang terperinci. Dengan
semakin bertambahnya usia tambang Tutupan, tambang Wara diharapkan akan
menjadi pendorong utama pertumbuhan organic, didukung dengan kontribusi dari
tambang Paringin.
Fokus pada peluang pertumbuhan ini telah meningkatkan ukuran sumber daya
batubara inti Adaro di Kalimantan Selatan hingga 4% dari 4,7 miliar ton sumber
daya batubara yang terukur, tereka, dan terkira per akhir tahun 2012 menjadi 4,9
miliar ton per akhir tahun 2013. Sementara itu, bagian yang terukur sebagai
cadangan menurun 2% pada periode yang sama, dari 921 juta ton cadangan yang
terbukti dan terkira menjadi 900 juta ton.
Memperluas Konsesi Sampai ke Luar Kalimantan Selatan
Upaya untuk memperbesar basis cadangan dan sumber daya batubara melalui
akusisi terhadap deposit batubara yang belum dikembangkan (greenfield) di
Indonesia sangat penting bagi keberlangsungan perusahaan. Karena itu, selama
beberapa tahun terakhir telah berhasil menjalankan program untuk peningkatan
cadangan melalui diversifikasi produk, lokasi dan perizinan pertambangan.
Tim geologi yang berpengalaman didorong untuk menelusuri potensi batubara di
Indonesia, yang kemudian dinilai dengan seksama berdasarkan kualitas aset,
ukuran dan lokasinya. Adaro hanya akan mengakusisi deposit berkualitas tinggi
dengan cadangan yang cukup besar untuk dikembangkan dengan strategi yang
sama seperti yang dijalankan di Adaro Indonesia: biaya rendah, pertumbuhan
belanja modal yang rendah, dengan kendali atas rantai pasokan dan pertumbuhan
berkelanjutan yang sesuai dengan kebutuhan konsumen.
Secara keseluruhan, perusahaan telah menginvestasikan AS$744 juta untuk
program akusisi selama tiga tahun terakhir, yang sebagian besar telah rampung per
9
akhir tahun 2012. Program akuisisi ini telah meningkatkan total potensi sumber
daya batubara secara signifikan dan artinya Adaro telah meminimalisir risiko yang
dapat ditimbulkan oleh ketergantungan pada satu tambang tunggal karena saat ini
telah memiliki operasi di empat provinsi utama di Indonesia yang kaya akan
kandungan batubara: Kalimantan Selatan, Sumatera Selatan, Kalimantan Timur dan
Kalimantan Tengah.
Lokasi-lokasi baru ini sedang dipersiapkan untuk kegiatan penambangan, dan
informasi lebih lanjut mengenai proyek ini dapat dilihat pada bagian Investasi
untuk Masa Depan di laman ini.
Aset Batubara Adaro Energy
Aset Kepemilikan
Tahun
Akuisisi
Sumber Daya Cadangan Jenis Perizinan
Adaro Indonesia,
Kalimantan Selatan
100% 1982 4.7Bt 921 Mt
Batubara
Termal
PKP2B sampai
2022
IndoMet Coal Project
(IMC) perusahaan
patungan dengan BHP
Billiton, Kalimantan
Tengah
25% 2010
774Mt yang
berasal dari
lima dari tujuh
konsesi
n/a
Batubara
Kokas
PKP2B sampai 30
tahun setelah
penambangan
dimulai
Mustika Indah Permai
(MIP), Sumatra Selatan
75% 2011 282Mt 273Mt
Batubara
Termal
IUP sampai 2030
Bukit Enim Energi (BEE),
Sumatra Selatan
61% 2011
Penelitian
geologi masih
ditangguhkan
n/a
Batubara
Termal
IUP sampai 2031
Bhakti Energi Persada
(BEP), Kalimantan Timur
10,22% (opsi
kepemilikan
hingga 90%)
2012 7.9Bt n/a
Batubara
Termal
IUP sampai
2031-38
Proyek Batubara
Balangan, Kalimantan
Selatan
10,22% (opsi
untuk
kepemilikan
hingga 90%)
2013 172Mt n/a
Batubara
Termal
IUP sampai 2029
10
Tabel di atas menampilkan informasi yang terperinci mengenai sumber daya dan
cadangan batubara yang sudah diukur atau diperkirakan di properti yang dimiliki
oleh Adaro, yang dilengkapi dengan penjelasan singkat tentang sumber daya
batubara dan aktifitas eksplorasi di tambang-tambang ini.
Divisi eksplorasi Adaro, PT Adaro Eksplorasi Indonesia (AEI), merupakan komponen
utama dari kegiatan operasional Adaro. Sebelumnya, AEI hanya memfokuskan
aktifitasnya pada operasional PT Adaro Indonesia di Tabalong, Kalimantan Selatan.
Namun kini AEI telah melebarkan cakupannya seiring program akuisisi tambang
yang dilakukan Adaro di Sumatra Selatan dan Kalimantan Timur.
Mendukung PT Adaro Indonesia
Deposit batubara di Kalimantan Selatan yang ditambang oleh Adaro Indonesia
terletak di perbatasan timur laut cekungan Barito, yang meliputi sebagian besar
wilayah provinsi Kalimantan Tengah dan bagian barat Kalimantan Selatan, dimana
bagian baratnya berbatasan dengan Sesar Sunda dan bagian timurnya berbatasan
dengan lajur menanjak (upthrust) landasan batuan yang membentuk Jajaran
Meratus. Formasi Warukin adalah rangkaian utama yang mengandung batubara di
wilayah Adaro. Formasi ini dibagi menjadi tiga sub unit dimana permukaan
batubara utama terdapat pada lapisan sub unit paling atas.
Meskipun penambangan pada deposit batubara di bawah naungan Perjanjian
Karya Pengusahaan Batubara (PKP2B) telah berjalan selama 21 tahun, masih
terdapat potensi batubara di sana. AEI telah menemukan bahwa terdapat batubara
peringkat rendah di sisi barat cekungan Barito, yang strukturnya sederhana dan
dengan arus panas bumi yang tidak memadai untuk mengupgrade batubara. Adaro
yakin akan masih adanya potensi penemuan baru di cekungan ini dan AEI akan
terus mencari tempat yang tepat untuk eksplorasi. Adaro Indonesia
merampungkan rencana umur tambang pada tahun 2013, yang akan
memungkinkan evaluasi yang lebih terfokus terhadap sumber daya berikutnya di
setiap wilayah tambang.
Cadangan menunjukkan bahwa secara keseluruhan ada sedikit tambahan
perolehan sebanyak 30 juta ton, terutama karena peluncuran cadangan dengan
rencana penambangan lima tahun untuk Paringin Utara. Saat ini, penambangan
sedang dilakukan di Paringin Utara, namun jumlah cadangannya belum dilaporkan.
Cadangan Tutupan menurun sebesar 16 juta ton dan Wara 1 turun 10 juta ton.
Secara keseluruhan jumlah cadangan adalah sebesar 921 juta ton. Kualitas
cadangan batubara AI secara keseluruhan tetap stabil.
11
Sumatera Selatan :
Akuisisi PT Mustika Indah Permai (MIP) & PT Bukit Enim Energi (BEE)
Pada tahun 2012 AEI menyelesaikan kajian JORC untuk perkiraan sumber daya dan
cadangan MIP. Properti MIP seluas 2.000 hektar di kabupaten Lahat, Sumatera
Selatan, sesuai seperti yang diperkirakan: struktur geologinya sederhana dan
ketebalan dan kualitas lapisannya konsisten, dan MIP merupakan salah satu
deposit terbaik untuk penambangan terbuka di provinsi tersebut. Batubara MIP
akan dipasarkan dengan nama Ultima setelah infrastruktur tambangnya
diselesaikan.
Pada tahun 2013, perkiraan eksternal untuk sumber daya dan cadangan batubara
MIP telah dirampungkan oleh Marston Inc., anak perusahaan Golder. Sumber daya
MIP sedikit meningkat akibat perubahan model dalam skala kecil. Marston juga
memperkirakan kembali cadangan batubara MIP berdasarkan JORC. Hasilnya
adalah penurunan dalam skala kecil pada tonase cadangan sebagai akibat revisi
terhadap biaya pengalihan alur (diversi) sungai dan pengkinian asumsi harga.
Sejak Adaro mengakuisisi MIP, AEI telah membuat kajian lebih lanjut terhadap
potensi cekungan Sumatera Selatan, yang juga meliputi formasi Muara Enim yang
mengandung batubara yang izin pertambangannya (IUP) telah dimiliki BEE. Adaro
memiliki saham sebesar 61,04% di BEE, yang diakuisisi pada tahun 2011. AEI juga
mengevaluasi beberapa IUP dan Perjanjian Karya Pengusahaan Pertambangan
Batubara (PKP2B) di provinsi tersebut pada tahun 2012, sehingga memiliki
pengetahuan yang luas mengenai cekungan tersebut. Berkat hal ini, Adaro Energy
kini memahami potensi penggalian batubara di Sumatra Selatan, yang menguatkan
keputusannya untuk mengakuisisi MIP dan BEE.
Kalimantan Timur : Akuisisi PT Bhakti Energi Persada (BEP)
Kajian yang dilakukan AEI atas aspek geologi dari konsesi BEP di Kalimantan Timur
mengukuhkan bahwa melalui BEP, Adaro telah mengamankan sumber daya
batubara yang terbaik di wilayah Muara Wahau. Deposit batubara termal peringkat
rendah yang sangat besar ini berkarakteristik geologi yang sederhana. Di
Kalimantan Timur juga ada batubara peringkat rendah lainnya, namun AEI
meyakini bahwa BEP memiliki nisbah kupas yang paling rendah dan lokasi terbaik
untuk menyediakan batubara tambang terbuka dalam tonase besar bagi pasar
termal selama beberapa dekade ke depan. Lokasi BEP juga memiliki kelebihan
karena memungkinkan rute pengangkutan batubara yang langsung ke pantai.
AEI telah melakukan peninjauan kembali terhadap data geologi dan topografi BEP,
serta mengestimasi penilaian sumber daya batubara menurut JORC dengan
12
menggunakan metodologi tahun 2012. Saat ini diperkirakan bahwa total tonase
batubara in-situ untuk seluruh lapisan sebesar 7,96 miliar ton. Adaro masih
mempersiapkan laporan cadangan batubara untuk BEP. Adaro memiliki saham
sebesar 10,22% di BEP, dan memiliki opsi untuk memperoleh kepemilikan hingga
90,02%. Jika diasumsikan bahwa Adaro menggunakan opsi tersebut, tonase
sumber daya batubara yang dianggap milik Adaro akan mencapai 7,16 miliar ton.
Sumber daya batubara BEP berperingkat rendah, dengan total kelembaban
mencapai 46,9%, kadar abu 3,1% ARB, dan nilai kalori 3.354 kkal/kg ARB. Total
sulfur juga rendah pada 0,10% ARB.
Kalimantan Tengah : IndoMet Coal Project
Pada tahun 2010, Adaro Energy mengakuisisi 25% kepemilikan atas proyek
IndoMet Coal di Kalimantan Tengah. Sisa porsi kepemilikan sebesar 75% dimiliki
oleh BHP Billiton. Pada laporan tahunan 2012, BHP mengumumkan total sumber
daya batubara metalurgi (kokas) dan termal sebesar 774 juta ton, tapi melalui
revisi model geologi dan tambahan aktivitas pengeboran, sumber daya naik 64%
menjadi 1,271 juta ton dari 774 juta ton pada tahun 2013.
Gambar 1 Logo PT. Adaro Energy, Tbk
1.2. Visi & Misi
VISI PERUSAHAAN ADARO
Menjadi Kelompok Perusahaan Tambang dan Energi Indonesia yang terkemuka
MISI PERUSAHAAN ADARO
Adaro Menjalankan Usaha di Bidang pertambangan dan Energi Untuk :
1. Memuaskan Kebutuhan Pelanggan
2. Mengembangkan Karyawan
13
3. Menjalin Kemitraan dengan Pemasok
4. Mendukung pembangunan masyarakat dan Negara
5. Mengutamakan keselamatan dan Kelestarian Lingkungan
6. Memaksimalkan nilai bagi pemegang saham
Struktur Perusahaan
Adaro Energy didirikan pada tahun 2004 sebagai perseroan terbatas dengan nama
PT Padang Karunia. Pada bulan April 2008, nama perusahaan berubah menjadi PT
Adaro Energy Tbk dalam persiapan untuk menjadi perusahaan publik dalam
penawaran perdana yang dilakukan dengan hasil yang memuaskan pada bulan Juli
di tahun yang sama.
Adaro merupakan perusahaan grup yang terintegrasi secara vertikal. Selain anak
perusahaan pertambangan utamanya yang bernama PT Adaro Indonesia, Adaro
juga memiliki anak-anak perusahaan lainnya yang beroperasi di sepanjang rantai
pasokan batubara mulai dari tambang ke pelabuhan dan berlanjut ke pembangkit
listrik, yang meliputi penambangan, tongkang, pemuatan kapal, pengerukan, jasa
pelabuhan, pemasaran dan ketenagalistrikan.
Anak-anak perusahaan Adaro bersama dengan para kontraktor memproduksi
batubaranya dengan tingkat efisiensi yang tertinggi di sektornya dan biaya yang
rendah.
14
BAB 2
LAPORAN KEUANGAN PERUSAHAAN
2.1. Laporan Keuangan PT. Adaro Energy, Tbk tahun 2010-2009
15
16
17
18
19
20
2.2. Laporan Keuangan PT. Adaro Energy, Tbk tahun 2011-2010
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
2.3. Laporan Keuangan PT. Adaro Energy, Tbk tahun 2013-2012
31
32
33
34
35
36
37
2.4. Laporan Keuangan PT. Adaro Energy, Tbk tahun 2014-2013
38
39
40
41
42
43
44
2.5. Closing Price PT. Adaro Energy, Tbk Tahun 2014-2010
Prices
Date Open High Low Close Avg Vol
Adj
Close*
Dec 29, 2014 0.00094 Dividend
Dec 1, 2014 1,080.00 1,145.00 995.00 1,040.00 43,839,300 1,040.00
Nov 3, 2014 1,150.00 1,150.00 980.00 1,080.00 57,403,500 1,080.00
Oct 1, 2014 1,160.00 1,185.00 920.00 1,135.00 71,900,500 1,135.00
Sep 1, 2014 1,320.00 1,390.00 1,150.00 1,175.00 42,637,800 1,175.00
Aug 1, 2014 1,185.00 1,350.00 1,170.00 1,315.00 58,750,400 1,315.00
Jul 1, 2014 1,165.00 1,210.00 1,080.00 1,185.00 45,213,700 1,185.00
Jun 2, 2014 1,270.00 1,340.00 1,130.00 1,175.00 53,242,900 1,175.00
May 28, 2014 0.0011 Dividend
May 1, 2014 1,185.00 1,320.00 1,100.00 1,225.00 66,668,200 1,225.00
Apr 1, 2014 985.00 1,205.00 930.00 1,185.00 64,344,700 1,185.00
Mar 3, 2014 980.00 1,040.00 945.00 980.00 61,659,600 980.00
Feb 3, 2014 960.00 995.00 880.00 995.00 61,543,800 995.00
Jan 1, 2014 1,090.00 1,110.00 870.00 950.00 71,409,700 950.00
Dec 27, 2013 0.00125 Dividend
Dec 2, 2013 1,120.00 1,250.00 1,040.00 1,090.00 46,155,700 1,090.00
Nov 1, 2013 1,010.00 1,240.00 1,010.00 1,130.00 82,772,300 1,130.00
Oct 1, 2013 900.00 1,130.00 890.00 1,020.00 51,982,800 1,020.00
Sep 2, 2013 920.00 1,030.00 870.00 900.00 70,069,300 900.00
45
Aug 1, 2013 700.00 940.00 640.00 930.00 78,545,600 930.00
Jul 1, 2013 830.00 860.00 670.00 700.00 50,444,100 700.00
Jun 3, 2013 890.00 930.00 750.00 860.00 52,554,700 860.00
May 30, 2013 0.00126 Dividend
May 1, 2013 1,200.00 1,240.00 920.00 930.00 46,852,100 930.00
Apr 1, 2013 1,300.00 1,340.00 1,190.00 1,230.00 29,454,600 1,229.99
Mar 1, 2013 1,560.00 1,580.00 1,250.00 1,310.00 36,855,000 1,309.99
Feb 1, 2013 1,640.00 1,680.00 1,550.00 1,570.00 27,721,300 1,569.99
Jan 1, 2013 1,590.00 1,770.00 1,590.00 1,650.00 29,204,500 1,649.99
Dec 27, 2012 0.0011 Dividend
Dec 3, 2012 1,320.00 1,610.00 1,320.00 1,590.00 33,456,500 1,589.99
Nov 1, 2012 1,370.00 1,430.00 1,320.00 1,340.00 25,942,700 1,339.99
Oct 1, 2012 1,480.00 1,490.00 1,340.00 1,370.00 29,963,700 1,369.99
Sep 3, 2012 1,390.00 1,610.00 1,350.00 1,500.00 26,848,500 1,499.99
Aug 1, 2012 1,510.00 1,610.00 1,330.00 1,370.00 25,834,100 1,369.99
Jul 2, 2012 1,560.00 1,630.00 1,320.00 1,460.00 39,478,200 1,459.99
Jun 1, 2012 1,380.00 1,490.00 1,180.00 1,450.00 62,818,200 1,449.99
May 30, 2012 65.800003 Dividend
May 1, 2012 1,870.00 1,880.00 1,460.00 1,470.00 36,701,300 1,469.99
Apr 2, 2012 1,960.00 1,960.00 1,770.00 1,860.00 36,483,700 1,783.97
Mar 1, 2012 1,900.00 1,980.00 1,870.00 1,930.00 40,896,900 1,851.11
Feb 1, 2012 1,870.00 2,025.00 1,790.00 1,920.00 60,254,700 1,841.52
Jan 2, 2012 1,760.00 1,860.00 1,750.00 1,830.00 43,343,000 1,755.20
46
Dec 1, 2011 1,910.00 2,025.00 1,730.00 1,770.00 41,225,000 1,697.65
Nov 29, 2011 21.35 Dividend
Nov 1, 2011 1,990.00 2,150.00 1,830.00 1,910.00 55,160,000 1,831.93
Oct 3, 2011 1,610.00 2,150.00 1,500.00 2,025.00 82,228,800 1,920.41
Sep 5, 2011 1,990.00 2,125.00 1,430.00 1,720.00 90,738,200 1,631.16
Aug 1, 2011 2,675.00 2,700.00 1,990.00 2,025.00 74,306,900 1,920.41
Jul 1, 2011 2,500.00 2,700.00 2,450.00 2,650.00 45,169,800 2,513.12
Jun 1, 2011 2,425.00 2,500.00 2,250.00 2,450.00 40,360,700 2,323.45
May 30, 2011 20.50 Dividend
May 2, 2011 2,225.00 2,475.00 2,200.00 2,450.00 91,331,600 2,323.45
Apr 1, 2011 2,275.00 2,350.00 2,200.00 2,200.00 51,965,800 2,068.55
Mar 1, 2011 2,425.00 2,475.00 2,175.00 2,200.00 60,228,000 2,068.55
Feb 1, 2011 2,400.00 2,500.00 2,250.00 2,450.00 53,471,600 2,303.61
Jan 3, 2011 2,675.00 2,900.00 2,225.00 2,250.00 75,970,500 2,115.56
Dec 1, 2010 2,375.00 2,650.00 2,250.00 2,550.00 45,974,900 2,397.63
Nov 29, 2010 9.85 Dividend
Nov 1, 2010 2,125.00 2,500.00 2,100.00 2,325.00 70,574,600 2,186.08
Oct 1, 2010 2,050.00 2,300.00 2,000.00 2,100.00 63,251,900 1,966.16
Sep 1, 2010 1,870.00 2,150.00 1,760.00 2,025.00 119,488,700 1,895.94
Aug 2, 2010 2,050.00 2,150.00 1,880.00 1,900.00 61,193,700 1,778.90
Jul 1, 2010 1,970.00 2,100.00 1,940.00 2,000.00 54,380,400 1,872.53
Jun 3, 2010 17.00 Dividend
Jun 1, 2010 1,920.00 2,100.00 1,820.00 1,990.00 74,550,200 1,863.17
47
May 3, 2010 2,175.00 2,175.00 1,700.00 2,000.00 120,657,900 1,856.04
Apr 1, 2010 1,970.00 2,250.00 1,970.00 2,200.00 103,636,100 2,041.64
Mar 1, 2010 1,850.00 1,980.00 1,820.00 1,960.00 105,335,100 1,818.91
Feb 1, 2010 1,880.00 1,960.00 1,760.00 1,830.00 113,034,300 1,698.27
Jan 4, 2010 1,730.00 2,075.00 1,730.00 1,890.00 135,613,600 1,753.95
* Close price adjusted for dividends and splits.
Berdasarkan Data Closing Price tersebut dapat diketuhui selama rentang waktu 2010 s/d
2014 adalah sebagai berikut :
Averange : 1,612.00
Max : 2,650.00
Min : 700.00
Gambar : Closing Price
Berdasarkan grafik tersebut dapat diketahui bahwa ada tren harga saham yang cenderung
menurun walaupun terjadi fluktuatif ada kenaikan dan penurunan, namun berdasarkan
rentang waktu selama 5 tahun tersebut ada kecenderungan terus menurun hal ini
berbanding terbalik dengan kenaikan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang
cenderung terus mengalami kenaikan.
0
500
1000
1500
2000
2500
3000
01/01/2010
01/05/2010
01/09/2010
01/01/2011
01/05/2011
01/09/2011
01/01/2012
01/05/2012
01/09/2012
01/01/2013
01/05/2013
01/09/2013
01/01/2014
01/05/2014
01/09/2014
ClosingPrice
Closing Price
Close
Linear (Close)
48
BAB 3
PERHITUNGAN ANALISIS RASIO
3.1. Tabel Perhitungan dan Formulasi Analisis Rasio
NO RASIO RUMUS TAHUN
2014 2013 2012 2011 2010
I LIQUIDITY
1 Current Ratio
Current Asset 1,271,632 1,370,879 1,413,875 1,297,525 1,109,776
Current Liabilities 774,595 773,679 899,223 779,201 644,497
1.64 1.77 1.57 1.67 1.72
2
Quick or Acid Test
Ratio
Current Asset - 1,271,632 1,370,879 1,413,875 1,297,525 1,109,776
Inventories 96,743 102,747 64,487 52,420 32,045
Current Liabilities 774,595 773,679 899,223 779,201 644,497
1.52 1.64 1.50 1.60 1.67
II
ASSET MANAGEMENT / ACTIVITY
1
Inventory Turn
Over (ITO)
Cost of Good Sold
(COGS) 2,605,444 2,540,984 2,679,867 2,559,012 1,888,920
Inventories 96,743 64,487
49
102,747 52,420 32,045
26.9 24.7 41.6 48.8 58.9
2
Average
Collection Periode
(ACP)
Account
Receivable 285,560 309,565 474,013 471,342 275,426
Sales / 365 3,325,444 3,285,142 3,722,489 3,987,405 2,717,643
365 365 365 365 365
31 34 46 43 37
3
Average Payment
Periode (APP)
atau Account Payable 351,145 326,987 352,675 388,342 268,394
Payables Defferal
Period COGS / 365 2,605,444 2,540,984 2,679,867 2,559,012 1,888,920
365 365 365 365 365
49 47 48 55 52
4
Total Asset Turn
Over
Sales 3,325,444 3,285,142 3,722,489 3,987,405 2,717,643
Total Asset 6,413,648 6,695,951 6,649,448 5,658,961 4,470,119
0.52 0.49 0.56 0.70 0.61
III
DEBT MANAGEMENT
1
Debt Ratio
Total Liabilities 3,155,500 3,521,758 3,677,938 3,216,738 2,437,908
Total Assets 6,413,648 6,695,951 6,649,448 5,658,961 4,470,119
49% 53% 55% 57% 55%
50
2 Time Interest
Earned
Earning Before
Interest & Tax 515,077 540,838 832,071 1,122,369 640,740
Interest Charge 189,717 116,582 118,347 119,758 115,424
2.71 4.64 7.03 9.37 5.55
4 Debt to Equity
Ratio
Total Debt 3,155,500 3,521,758 3,677,938 3,216,738 2,437,908
Equity 3,258,148 3,174,193 2,971,510 2,442,223 2,032,211
97% 111% 124% 132% 120%
5 Debt to Total
Capital
Total Debt 3,155,500 3,521,758 3,677,938 3,216,738 2,437,908
(Total Debt +
Equity) 6,413,648 6,695,951 6,649,448 5,658,961 4,470,119
49% 53% 55% 57% 55%
IV
PROFITABILITY RATIO
1 Gross Profit
Margin
Gross Profits 720,000 744,158 1,042,622 1,428,393 828,723
Sales 3,325,444 3,285,142 3,722,489 3,987,405 2,717,643
22% 23% 28% 36% 30%
2 Profit Margin on
Sales
Net Income (loss)
(EAT) 183,540 231,997 383,307 552,103 246,856
Sales 3,325,444 3,285,142 3,722,489 3,987,405 2,717,643
6% 7% 10% 14% 9%
3 Net Profit Margin
Earnings Available
for Common
Stockholders 183,540 231,997 383,307 552,103 246,856
Sales 3,325,444 3,285,142 3,722,489 3,987,405 2,717,643
51
0.05519263 0.070620083 0.10297062 0.138461731 0.090834595
4 Earninng Per
Share (EPS)
Earnings Available
for Common
Stockholders 183,540 231,997 383,307 552,103 246,856
Number of shares
of common
stockholders 31,985,962,000 31,985,962,000 31,985,962,000 31,985,962,000 31,985,962,000
0.0000057 0.0000073 0.0000120 0.0000173 0.0000077
5
Return on Total
Assets (ROA)
Net Income (loss)
(EAT) 183,540 231,997 383,307 552,103 246,856
Total Assets 6413648 6695951 6649448 5658961 4470119
3% 3% 6% 10% 6%
6
Return on
Common Equity
(ROE)
Net Income (loss)
(EAT) 183,540 231,997 383,307 552,103 246,856
Common Equity 1,497,434 1,497,434 1,497,434 1,518,221 1,518,221
12% 15% 26% 36% 16%
V MARKET VALUE
1
Price Earning
Ratio (PER)
Closing Price 1040 1090 1590 1770 2550
Earning Per Share
(EPS) 0.0000057 0.0000073 0.0000120 0.0000173 0.0000077
181,243,328 150,280,816 132,681,322 102,544,548 330,412,075
2
Market/Book
(M/B) ratio
Closing Price 1040 1090 1590 1770 2550
Book Value Per
Share 0.0000468 0.0000468 0.0000468 0.0000475 0.0000475
22,214,936 23,282,962 33,963,219 37,290,456 53,723,538
3 Sum of Share
Outstanding
EAT 183,540 231,997 383,307 552,103 246,856
EPS 0.0000057 0.0000073 0.0000120 0.0000173 0.0000077
31,985,962,000 31,985,962,000 31,985,962,000 31,985,962,000
52
31,985,962,000
4 Book Value Per
Share
Common Equity 1,497,434 1,497,434 1,497,434 1,518,221 1,518,221
Sum of Share
Outstanding 31,985,962,000 31,985,962,000 31,985,962,000 31,985,962,000 31,985,962,000
0.0000468 0.0000468 0.0000468 0.0000475 0.0000475
VI
WORKING CAPITAL
1 Modal Kerja yang
Ada (MKA)
Current Asset- 1,271,632 1,370,879 1,413,875 1,297,525 1,109,776
Current Liabilities 774,595 773,679 899,223 779,201 644,497
497,037 597,200 514,652 518,324 465,279
2
Inventory
Conversion Period
(ICP)
Inventory 96,743 102,747 64,487 52,420 32,045
COGS/365 2,605,444 2,540,984 2,679,867 2,559,012 1,888,920
13.55 14.76 8.78 7.48 6.19
3
Receivable
Convention
Period (RCP) atau
Account
Receivable 285,560 309,565 474,013 471,342 275,426
Day Sales
Outstanding
(DSO) Sales / 365 3,325,444 3,285,142 3,722,489 3,987,405 2,717,643
31 34 46 43 37
4
Cash Conversion
Cycle (CCC)
(ICP- 13.55 14.76 8.78 7.48 6.19
DSO) - 31 34 46 43 37
APP 49
53
47 48 55 52
(67) (67) (86) (91) (83)
5 Kebutuhan Modal
Kerja (MKS)
CCC x (67) (67) (86) (91) (83)
(COGS / 365 ) 7,138 6,962 7,342 7,011 5,175
(1,310) (1,270) (1,724) (1,749) (1,172)
6
Selisih (MKA -
MKS)
(MKA -
497,037 597,200 514,652 518,324 465,279
MKS)
(1,310) (1,270) (1,724) (1,749) (1,172)
498,347 598,470 516,376 520,073 466,451
54
3.2.Ringkasan Hasil Perhitungan Analisis Rasio
Tabel
NO
RASIO TAHUN Keterangan
2014 2013 2012 2011 2010
I LIQUIDITY
1 Current Ratio 1.64 1.77 1.57 1.67 1.72
2 Quick or Acid Test Ratio
1.52 1.64 1.50 1.60 1.67
II ASSET MANAGEMENT
1 Turnover Ratio (ITO) 26.93 24.73 41.56 48.82 58.95
2 Average Collection Periode (ACP) 31.34 34.39 46.48 43.15 36.99
3 Average Payment Periode (APP) 49.19 46.97 48.03 55.39 51.86
4 Total Asset Turn Over 0.52 0.49 0.56 0.70 0.61
III DEBT MANAGEMENT
1 Debt Ratio 0.49 0.53 0.55 0.57 0.55
2 Time Interest Earned 2.71 4.64 7.03 9.37 5.55
3 Debt to Equity Ratio 0.97 1.11 1.24 1.32 1.20
4 Debt to Total Capital 0.49 0.53 0.55 0.57 0.55
IV PROFITABILITY
1 Gross Profit Margin (GPM) 22% 23% 28% 36% 30%
2 Profit Margin on Sales 6% 7% 10% 14% 9%
3 Net Profit Margin (NPM) 6% 7% 10% 14% 9%
4 Earning Per Share (EPS) 0.000006 0.000007 0.000012 0.000017 0.000008
5 Return on Total Assets (ROA) 3% 3% 6% 10% 6%
6 Return on Common Equity (ROE) 12% 15% 26% 36% 16%
V MARKET VALUE
55
1 Price Earning Ratio (PER) 181,243,328.32 150,280,816.48 132,681,322.23 102,544,548.28 330,412,074.65
2 Market / Book Ratio 22,214,936.00 23,282,961.77 33,963,219.47 37,290,455.57 53,723,537.68
3 Sum of Share Outstanding 31,985,962,000.00 31,985,962,000.00 31,985,962,000.00 31,985,962,000.00 31,985,962,000.00
4 Book Value per Share 0.000047 0.000047 0.000047 0.000047 0.000047
VI WORKING CAPITAL
1 Modal Kerja yang Ada (MKA) 497,037.00 597,200.00 514,652.00 518,324.00 465,279.00
2 Inventory Cenversion Periode (ICP) 13.55 14.76 8.78 7.48 6.19
3
Receivable Conversion Periode
(RCP) 31.34 34.39 46.48 43.15 36.99
4 Cash Conversion Cycle (CCC) -66.98 -66.61 -85.73 -91.06 -82.66
5 Kebutuhan Modal Kerja -1,309.96 -1,270.36 -1,724.48 -1,749.09 -1,172.02
6 Selisih (MKA-MKS) 498,346.96 598,470.36 516,376.48 520,073.09 466,451.02
56
BAB 4
ANALISIS LAPORAN KEUANGAN
4.1. Rasio Likuiditas (Liquidity Ratio)
Rasio likuiditas adalah rasio yang menunjukkan kemampuan pengelola perusahaan
dalam memenuhi kewajiban atau membayar hutang jangka pendeknya. Artinya
seberapa mampu perusahaan untuk membayar kewajiban atau hutangnya yang sudah
jatuh tempo. Jika perusahaan mampu memenuhi kewajibannya, maka perusahaan
dinilai sebagai perusahaan yang likuid. Sebaliknya, jika perusahaan tidak dapat
memenuhi kewajibannya, maka perusahaan dinilai sebagai perusahaan yang ilikuid.
Rasio ini digunakan oleh pemberi pinjaman untuk menentukan apakah aktiva lancar
yang dimiliki oleh perusahaan tersebut cukup untuk dapat dikonversikan menjadi tunai
guna melunasi hutang jangka pendeknya.
Gambar 4.1 Tren Rasio Liquiditas PT. Adaro Energy, Tbk
Berikut ini merupakan hasil analisis rasio dari PT. Adaro Energy, Tbk :
 Rasio Lancar / Current Ratio (CR)
Merupakan perbandingan Current Asset dengan Current Liabilities.Nilai Rasio
Lancar harus minimal 1 atau lebih dari 1 supaya dapat disebut likuid.Dari data
keuangan PT. Adaro Energy, Tbk tahun 2014-2010 didapat nilai yang berubah-
ubah dan cenderung menurun, hal ini dikarenakan penggunakan kewajiban
2014 2013 2012 2011 2010
Quick Ratio 1,64 1,77 1,57 1,67 1,72
Quick or Acid Test
Ratio
1,52 1,64 1,50 1,60 1,67
1,64
1,77
1,57
1,67
1,72
1,52
1,64
1,50
1,60
1,67
1,35
1,40
1,45
1,50
1,55
1,60
1,65
1,70
1,75
1,80
NilaiRasio
Liquidity Ratio
57
jangka pendek yang tidak efisien, perusahaan cenderung lebih menggunakan
kewajiban jangka pendeknya untuk investasi jangka panjang, jadi pengelolaan
yang tidak maching ini pada akhirnya menyebabkan fluktuasinya kedua rasio ini.
Sehingga dari data tersebut bisa dikatakan PT. Adaro Energy, Tbk memiliki rasio lancar
lebih dari 1 dimana kemampuan perusahaan untuk membayar hutang jangka
pendeknya adalah cukup baik, namun cukup berisiko karena masih rentan akan
fluktuasi ekononomi dan gejolak lain secara internal perusahaan.
 Rasio Cepat / Quick or Acid Test Ratio
Merupakan rasio yang menunjukkan nilai relatif antara selisih aktiva lancar
(Current Asset) dengan Inventory terhadap hutang lancar (Current Liabilities).
Dari hasil perhitungan tahun 2014-2010, karena rasio ini tidak
memperhitungkan nilai Inventory atau persediaan, maka dapat menyebabkan
nilai Rasio Cepat akan menjadi lebih kecil daripada Rasio Lancar. Komponen
persediaan dianggap tidak lancar untuk dapat segera digunakan memenuhi
kewajiban atau hutang yang segera jatuh tempo.
Dari grafik tersebut juga terlihat keidentikkan pergerakan tren rasio cepatnya
semakin menurun dan menjauhi angka 1 dan sempat minus pada tahun 2012
disebabkan adanya tambahan current liabilitias yang besar dan perlu di evaluasi
secara khusus, atau maka dapat dikatakan rasio cepat perusahaan PT. Adaro
Energy, Tbk adalah cukup baik.
4.2. Manajemen Aset (Asset Management)
Merupakan rasio yang menunjukkan seberapa efektif perusahaan dalam mengelola
aset / sumber dayanya supaya dapat menghasilkan keuntungan bagi perusahaan,
manajemen aset dikenal dalam istilah lain yaitu Turn Over Ratio. Rasio ini terdiri dari :
 Inventory Turn Over (ITO)
Merupakan perbandingan dari Cost Of Goods Sold dengan Inventories. Rasio ini
menunjukkan berapa kali barang dijual dan diadakan kembali selama satu
periode tertentu. Dari laporan keuangan PT. Adaro Energy, Tbk Tahun 2010-
2014 pada gambar 4.2, terlihat bahwa rasionya fluktuatif namun cenderung
terus menurun dan jauh dari standar rasio yang sehat atau di atas 1, sehingga
dapat dikatakan bahwa perusahaan kurang baik dalam mengelola
persediaannya. Dan perlu untuk dilakukan evaluasi lebih dalam penyebab dari
rasionya yang rendah.
58
Gambar 4.2 Tren Manajemen Aset PT. Adaro Energy, Tbk
 Average Collection Periode (ACP)/ DSO
Merupakan rasio yang mengetahui jangka waktu rata-rata penagihan piutang
menjadi kas yang berasal dari penjualan kredit perusahaan. Semakin besar nilai
ACP, maka semakin lama pengembalian hutang dari perusahaan yang membeli
secara kredit. Nilai ACP atau DSO yang cenderung naik pada hasil analisis
laporan keuangannya menunjukkan bahwa perusahaan baik dalam mengelola
piutangnya. Hal ini dilihat dari rata-rata pengumpulan piutang ini membutuhkan
waktu 35 hari.
 Average Payment Periode (APP)
2014 2013 2012 2011 2010
Inventory Turnover Ratio
(ITO)
26,93 24,73 41,56 48,82 58,95
Average Collection Periode
(ACP)
31,34 34,39 46,48 43,15 36,99
Average Payment Periode
(APP) atau
49,19 46,97 48,03 55,39 51,86
Total Asset Turn Over 0,52 0,49 0,56 0,70 0,61
26,93
24,73
41,56
48,82
58,95
31,34
34,39
46,48
43,15
36,99
49,19
46,97 48,03
55,39
51,86
0,52 0,49 0,56 0,70 0,61
-10,00
-5,00
0,00
5,00
10,00
15,00
20,00
25,00
30,00
35,00
40,00
45,00
50,00
55,00
60,00
65,00
NilaiRasio
Asset Management
59
Merupakan rasio yang menggunakan seberapa lama rata-rata jangka waktu
pembayaran utang. Semakin lama pembayaran piutang ini maka semakin bagus
untuk perusahaan. Karena penggunaannya diarahkan untuk kegiatan operasi
jangka pendek perusahaan. Dari Grafik tersebut dari 2014-2010 terlihat ada
penurunan yang artinya kecenderungan perusahaan membayaran
kewajibannya relatif baik. Namun secara industri masih belum dianalisis lebih
lanjut.
4.3. Manajemen Hutang (Debt Management)
Rasio untuk kategori ini digunakan oleh calon pemberi pinjaman untuk memperoleh
gambaran jelas mengenai resiko yang akan terjadi jika meminjamkan uang kepada
suatu perusahaan. Pemberi pinjaman ingin diyakinkan bahwa uang mereka akan
dibayarkan kembali sesuai dengan perjanjian ketika akad dilakukan. Rasio ini terbagi
atas :
Gambar 4.5 Tren Manajemen Hutang PT. Adaro Energy, Tbk
2014 2013 2012 2011 2010
Debt Ratio 0,49 0,53 0,55 0,57 0,55
Time Interest Earned (TIE) 2,71 4,64 7,03 9,37 5,55
Debt to Equity Ratio 0,97 1,11 1,24 1,32 1,20
Debt to Total Capital 0,49 0,53 0,55 0,57 0,55
0,49 0,53 0,55 0,57 0,55
2,71
4,64
7,03
9,37
5,55
0,97 1,11 1,24 1,32 1,20
0,49 0,53 0,55 0,57 0,55
0,00
1,00
2,00
3,00
4,00
5,00
6,00
7,00
8,00
9,00
10,00
NilaiRasio
Debt Management Ratio
60
 Debt Ratio
Merupakan perbandingan Total Debt dengan Total Asset. Rasio ini mengukur
total dana yang disediakan oleh kreditur. Jika nilai rasio ini tinggi maka resiko
akan semakin tinggi. Dari gambar tersebut, rasio pada tahun 2014-2010 makin
kedepannya makin turun. bahwa awalnya pada tahun 2010, 55% aset yang
dimiliki didanai dari hutang, dan di tahun 2014 menjadi 49% asetnya didanai
dari hutang. Berarti dapat dikatakan bahwa perusahaan masih dapat
memperhitungkan pinjaman hutang dan ini berakibat dalam pengelolaan
asetnya 49% didanai dari hutang.
 Times Interest Earned (TIE) Ratio
Merupakan perbandingan Earning Before Interest & Tax dengan Interest. Rasio
ini menunjukkan kemampuan perusahaan untuk membayar beban bunga. Nilai
rasio yang di tahun 2014-2010 sebesar 5.55 ke 2.71 maka perusahaan memiliki
kemampuan untuk membayar bunga hutang. Jadi perusahaan agaknya kesulitan
dalam memenuhi kewajibannya berupa pembayaran bunga. namun Perusahaan
PT. Adaro Energy, Tbk mempunyai nilai rasio yang rentan, sehingga bisa
dikatakan kurang baik.Namun memang yang masih perlu dievaluasi lebih lanjut
adalah antara mengapa penurunannya terjadi secara terus-menerus apakah
penurunan ini terjadi juga pada industri sejenis terutama kompetitornya
4.4. Rasio Profitabilitas (Profitability Ratio)
Rasio profitabilitas memberikan gambaran tentang kemampuan manajemen
perusahaan dalam menghasilkan laba untuk periode tertentu. Manajemen yang efektif
dan efisien mengelola sumber daya perusahaannya akan memberikan tingkat
profitabilitas yang berarti bagi pemilik kreditur, dan pihak manajemen sendiri. Rasio ini
terdiri dari :
61
 Gross Profit Margin (GPM)
Merupakan rasio yang melihat penggunaan sales terhadap gross profit
perusahaan sejauh mana pendapatan operasi/revenue/sales perusahaan dalam
menopang laba kotornya.
Dari grafik terlihat bahwa PT. Adaro Energy, Tbk dari tahun 2014-2010 ada
kecenderungan penurunan, hal ini menggambarkan bahwa sales perusahaan ini
mempunyai kinerja yang kurang baik.
 Profit Margin on Sales
Merupakan perbandingan antara Earning After Tax dengan Sales. Rasio ini
menunjukkan laba atas setiap penjualan dalam Rupiah. Dalam 5 tahun terakhir
nilai rasio PT. Adaro Energy, Tbk cenderung stabil pada range 0.06 – 0.09. Hal ini
menunjukkan bahwa perusahaan cenderung mempertahankan margin
keuntungan perusahaan pada range tersebut. Walaupun range ini diatas 5%
namun pergerakan rasio yang fluktuatif menandakan kinerja perusahaan masih
kurang baik. Seperti pada gambar
2014 2013 2012 2011 2010
Gross Profit Margin
(GPM)
0,22 0,23 0,28 0,36 0,30
Profit Margin on Sales 0,06 0,07 0,10 0,14 0,09
Net Profit Margin
(NPM)
0,06 0,07 0,10 0,14 0,09
0,06 0,07
0,10
0,14
0,09
0,06 0,07
0,10
0,14
0,09
0,00
0,05
0,10
0,15
0,20
0,25
0,30
0,35
0,40
NilaiRasio
Profitability Ratio
62
 Return on Total Asset (ROA)
Merupakan perbandingan antara Earning After Tax dengan Total Asset. Rasio ini
menunjukkan kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba atas aktiva
yang digunakan. Pada gambar terlihat bahwa PT. Adaro Energy, Tbk
mendapatkan rata-rata laba sebesar +/- 5% dari aset total yang dimilikinya, dan
cenderung menurun di range 3% - 12%, kenaikan yang sedikit dan penurunan
yang lebih lama ini berarti perusahaan tersebut mempunyai kemampuan yang
cukup baik untuk menghasilkan laba yang kurang baik atas aktiva yang
digunakan.
 Return on Common Equity (ROE)
Merupakan perbandingan antara Earning After Tax dengan Common Equity –
Preferred Stocks. Rasio ini mengukur tingkat pengembalian atas investasi bagi
pemegang saham biasa. Rasio ini mengukur tingkat pengembalian atas investasi
bagi pemegang saham biasa. Nilai rasio pada gambar yang cenderung
meningkat signifikan pada tahun 2010, kemudian terus mengalami penurunan
2014 2013 2012 2011 2010
Gross Profit Margin (GPM) 0,22 0,23 0,28 0,36 0,30
Profit Margin on Sales 0,06 0,07 0,10 0,14 0,09
Net Profit Margin (NPM) 0,06 0,07 0,10 0,14 0,09
Earninng Per Share (EPS) 0,00000574 0,00000725 0,00001198 0,00001726 0,00000772
0,22 0,23
0,28
0,36
0,30
0,06
0,07
0,10
0,14
0,09
0,06
0,07
0,10
0,14
0,09
0,00000574 0,00000725 0,00001198 0,00001726 0,00000772
0,00
0,05
0,10
0,15
0,20
0,25
0,30
0,35
0,40
NilaiRatio
Profitability Ratio
63
dari 2012-2014. Hal ini menunjukkan bahwa perusahaan mampu memberikan
tingkat pengembalian investasi yang kurang baik bagi pemegang saham biasa.
Gambar 4.7 Tren Profitabilitas Ratio PT. Adaro Energy, Tbk
4.5. Market Value Ratio
Rasio ini menunjukkan kinerja perusahaan dilihat oleh investor melalui pendapatan dan
harga saham di pasar modal. Hal ini terkait erat oleh laba dan nilai buku perusahaan
sehingga dapat dilihat prospek ke depannya seperti apa. Berikut merupakan analisis
market value dari perusahaan PT. Adaro Energy, Tbk :
1 2 3 4 5
Return on Total Assets
(ROA)
0,03 0,03 0,06 0,10 0,06
Return on Common
Equity (ROE)
0,12 0,15 0,26 0,36 0,16
0,03 0,03
0,06
0,10
0,06
0,12
0,15
0,26
0,36
0,16
0,00
0,05
0,10
0,15
0,20
0,25
0,30
0,35
0,40
NilaiRasio
Profitability Ratio
64
 Price Earning Ratio (PER)
Merupakan perbandingan Market Price per Share atau harga Saham saat ini di
pasar dengan Earning per Share atau keuntungan tahunan per saham. Dalam
kaitannya dengan kebijakan dividen yang dibuat perusahaan, menurut Deitiana
(2009) “PER adalah ukuran tingkat harga pasar per saham terhadap laba per
saham. PER menunjukan jumlah rupiah yang harus dibayar investor untuk setiap
1 rupiah laba periode berjalan. Maka semakin tinggi PER, semakin banyak
mereka membayar, sehingga semakin besar pula pendapatan yang mereka
harapkan”. Jika dilihat pada gambar tersebut dari tahun 2010 sangat tinggi
kemudian terus mengalami penurunan yang paling dalam di tahun 2011 ke
102,544,548.00 walaupun tetap mengalami kenaikan sedikit demi sedikit
namun tidak mampu melewati kenaikan yang terjadi pada tahun 2010. Hal ini
menunjukkan bahwa kondisi perusahaan masih kurang baik dan return yang
dihasilkan perusahaan cukup kecil.
 Market/Book
Merupakan perbandingan antara Market Price per Share dengan Book Value per
Share. Rasio ini menunjukkan seberapa besar tingkat imbal balik (return). Jika
melihat gambar, Market/Book PT. Adaro Energy, Tbk mempunyai rasio lebih
dari 1 di mulai tahun 2014-2010, terus mengalami penurunan. Sehingga
perusahaan kurang dapat memberikan penilaian harga saham yang kurang baik
2014 2013 2012 2011 2010
Price Earning Ratio (PER) 181.243.328,150.280.816,132.681.322,102.544.548,330.412.074,
Market/Book (M/B) ratio 22.214.936,023.282.961,733.963.219,437.290.455,553.723.537,6
181.243.328,32
150.280.816,48
132.681.322,23
102.544.548,28
330.412.074,65
22.214.936,00 23.282.961,77
33.963.219,47 37.290.455,57
53.723.537,68
0,00
50.000.000,00
100.000.000,00
150.000.000,00
200.000.000,00
250.000.000,00
300.000.000,00
350.000.000,00
NilaiRasio
Market Value
65
dan hal ini menjadi pertimbangan bagi investor untuk terus menanamkan
modalnya pada perusahaan ini.
4.6. Modal Kerja
Modal kerja merupakan aspek penting lainnya yang perlu diperhatikan dalam analisis
kinerja perusahaan. Hal ini berhubungan dengan pengelolaan investasi jangka pendek
(sumber dana) yang merupakan keputusan mendasar jumlah setiap kategori aktiva
lancar yang ditambah dan bagaimana aktiva lancar tersebut akan dibiayai. Modal kerja
dapat diartikan sebagai investasi dalam kas, surat-surat berharga, piutang dan
persediaan dikurangi hutang lancar yang digunakan untuk melindungi aktiva lancar.
Modal kerja berhubungan dengan :
 Inventory Conversion Period (ICP)
Adalah waktu rata-rata yang dibutuhkan untuk mengkonversi bahan baku
menjadi barang jadi dan kemudian menjual barang tersebut. Semakin besar nilai
ICP maka semakin lama waktu yang dibutuhkan suatu perusahaan untuk
mengkonversi bahan baku menjadi barang jadi sampai menjualnya. Nilai ICP
yang cenderung stabil dan menurun pada hasil laporan keuangannya
menunjukkan bahwa perusahaan memerlukan waktu lebih dari 500 hari di
tahun 2014-2010, jadi pengolalaan rasio ini kurang baik karena perputarannya
sangat lama atau butuh waktu dua (2) tahun lebih.
66
2014 2013 2012 2011 2010
Modal Kerja yang Ada (MKA) 497.037 597.200 514.652 518.324 465.279
Inventory Conversion Period
(ICP)
13,55 14,76 8,78 7,48 6,19
Day Sales Outstanding (DSO) 31,34 34,39 46,48 43,15 36,99
Cash Conversion Cycle (CCC) -66,98 -66,61 -85,73 -91,06 -82,66
Kebutuhan Modal Kerja (MKS) -1.309,96 -1.270,36 -1.724,48 -1.749,09 -1.172,02
-1.309,96 -1.270,36 -1.724,48 -1.749,09 -1.172,02
(100.000)
0
100.000
200.000
300.000
400.000
500.000
600.000
700.000
NilaiRasio
Working Capital
67
 Net Working Capital
Merupakan selisih antara modal kerja perusahaan dengan kewajiban lancar
yang dimilikinya.Dari hasil perhitungan PT. Adaro Energy, Tbk didapat nilai
selisih yang makin lama makin besar setiap tahunnya. Nilai idealnya adalah nol,
atau setidak-tidaknya selisihnya mendekati nol. Hal ini berarti perusahaan ini
memiliki nilai yang kurang baik karena perusahaan kurang efisien dalam
mengelola aset sehingga kurang dapat melunasi kewajiban perusahaan.
 Cash Conversion Cycle (CCC)
Merupakan jangka waktu perusahaan memulai pengeluaran tunai untuk sumber
daya (bahan baku dan pekerja) hingga terealisasikan penagihan atas penjualan
produk atau dapat dikatakan lamanya dana tertanam dalam bentuk modal
kerja. Semakin pendek waktu yang diperlukan maka semakin baik kinerja
perusahaan. Dari perhitungan data PT. Adaro Energy, Tbk tahun 2010 hingga
2014, nilainya cenderung fluktuatif, hal ini menunjukkan konversi pengeluaran
tunai hingga penagihan atas penjualan yang tidak stabil dan membutuhkan
waktu lebih dari dua tahun.
 Deviasi Working Capital
Merupakan alat kontrol mengenai penggunaan arus kas modal perusahaan, nilai
idealnya adalah nol atau semakin mendekati nol semakin baik, jika bernilai
positif semakin besar semakin tidak baik, sebaliknya jika bernilai negatif
semakin kecil semakin tidak baik pula. Pada tabel hasil perhitungan analisis rasio
angka deviasi PT. Adaro Energy, Tbk, terlihat bahwa pada tahun 2010-2014
nilainya terus turun. Terutama terendahnya pada tahun 2010 artinya defisit
arus kas, hal ini disebabkan karena nilai hutang lancar (current liabilities) dari
tahun ke tahun semakin besar dan lebih besar daripada aset lancar (current
asset). Hal ini berarti pengelolaan modal kerja perusahaan yang tidak baik.
68
ANALISIS HARGA SAHAM PT. ADARO ENERGY, Tbk
Memperhatikan grafik rata-rata tahunan IHSG dan Index Pertambangan terjadi perubahan
arah yang cukup signifikan pada semester kedua tahun 2012. Dimana Index Pertambangan
terkoreksi 50% dari IHSG. Hal ini salah satunya dampak kebijakan Tipping Off Bank Sentral
Amerika Serikat.
Para investor asing secara seperti Warrant Buffet, menarik dananya dari sektor ini untuk
ditanamkan di negaranya yang telah menaikan suku bunga deposito maupun obligasi
pemerintah. Hal ini terlihat pada pergerakan saham PT Adaro Energy, Tbk dan PT Bukit
Asam, Tbk yang searah dengan pergerakan harga Index Pertambangan.
498.346,96
598.470,36
516.376,48 520.073,09
466.451,02
0,00
100.000,00
200.000,00
300.000,00
400.000,00
500.000,00
600.000,00
700.000,00
1 2 3 4 5 6
NilaiRasio
Working Capital
Selisih (MKA-MKS)
69
70
BAB 5
KESIMPULAN & SARAN
5.1. Kesimpulan
Dalam menganalisis laporan keuangan PT. Adaro Energy, Tbk dalam berbagai aspek,
maka didapat kesimpulan sebagai berikut :
 Dari aspek Rasio Likuiditas, likuiditas perusahaan cenderung fluktuatif atau
kurang baik dalam mengelola hutang jangka pendek Karena rasio-rasio ini masih
diatas 1 atau 100% (seratus persen), dari perhitungan rasio likuiditas hanya
rata-rata masing 167% dan 159%. Hal ini jika perusahaan mengkover
pembayaran semua kewajibannya dan kemudian terjadi inflasi dan resesi
ekonomi maka perusahaan mampu bertahan namun sangat rentan, jika saja
rasionya diatas 2 atau 200%, maka perusahaan lebih kuat baik untuk sekedar
bertahan dari krisis maupun untuk terus melakukan ekspansi bisnisnya. Hal ini
akan mempengaruhi pertimbangan kreditur dalam memberikan pinjaman
kepada perusahaan.
 Dari aspek Manajemen Aset, jika melihat tren rasio ITO dan ACP dari tahun
2010-2014, terlihat kecenderungan yang sangat fluktuatif dengan nilai rasio
perputaran bahan baku hingga barang dijual adalah berkisar 30 s/d 60 kali
dalam setahun atau rata-rata dan ini tidak baik dalam pengelolaannya. Nilai dari
DSO, maka dapat dilihat bahwa nilainya semakin lama cenderung makin
menurun, tetapi secara kinerja masih kurang baik. penyebab mengapa rasio
likuiditas menjadi rendah. Piutang yang besar sebenarnya membuat nilai aset
lancar menjadi besar, namun piutang ini mestinya juga diimbangi dengan sales
yang besar pula. Perusahaan ini memiliki piutang yang besar dan terus
diimbangi dengan dengan salesnya yang besar, sehingga memiliki nilai DSO yang
rendah walaupun sedikit membaik. Kinerja ini menjadi pertimbangan bagi
manajemen untuk memperbaiki sales tahunannya yaitu dengan melakukan
ekspansi tambang-tambang batu bara baru yang lebih potensial dan menunjang
kinerja jangka panjang perusahaan. Sisi lain manajemen harusnya mampu
memberikan kinerja dengan melakukan kointegrasi bisnis agar efisien, biaya
sales menurun, memperbanyak kolaborasi dengan perusahaan pembangkit
listrik domestik sehingga dalam jangka panjang variable cost (biaya sewa kapal,
biaya pengiriman, biaya penyimpanan dll). perusahaan akan menjadi fixed cost
(mendirikan anak usaha atau kolaborasi) dan kemudian secara asset
perusahaan akan bertambah besar. Dengan demikian owner akan senang
71
karena asset perusahaan bertambah tanpa mengurangi nilai omset penjualan
perusahaan.
 Dari aspek Manajemen Hutang, perusahaan cenderung makin banyak
berhutang, sehingga lebih dari 50% asetnya berasal dari hutang. Hal ini dapat
dilihat pada Debt Ratio perusahaan, turun 2014 dan nilainya berkisar dari 49%
sampai. Hal ini tentunya akan juga mempengaruhi keputusan untuk
memberikan pinjaman dan juga besarnya pinjaman yang akan diberikan kepada
perusahaan. Namun dalam hal membayar hutang, nilai TIE menunjukkan
perusahaan mempunyai kemampuan yang cukup baik juga, namun memang di
antara tahun 2010-2013 terjadi kenaikan beban bunga. Namun pada tahun
2014 ada sedikit kenaikan tetapi dari sisi kinerja manajemen hutang cukup baik.
 Dari aspek Profitabilitas, perusahaan memiliki margin keuntungan yang
fluktuatif yaitu jika melihat nilai rasio Profit Margin On Sales, di angka kurang
dari 100%, walaupun pada tahun 2014 diangka 6% dari kenaikan laba, dan 2011
adalah puncak tertingginya. dan juga dalam pengelolaan asetnya (ROA)
perusahaan cenderung kurang stabil dalam menghasilkan keuntungan, bahkan
jika memperhatikan nilai ROE perusahaan sedikit mampu memberikan tingkat
pengembalian investasi yang semakin menurun dari tahun ke tahun bagi
pemegang saham biasa. Dengan demikian secara keseluruhan aspek
profitabilitas masih cukup baik.
Artinya PT. Adaro Energy, Tbk berdasarkan kinerjanya ini belum dapat
memberikan return yang baik bagi pemegang saham, kerana terjadi penuruun
ROA dan ROE ini tiap tahunnya maka setidaknya berpengaruh pada penurunan
harga sahamnya di bursa efek Indonesia.
 Dari aspek Market Value, kinerja perusahaan kurang baik dalam meningkatkan
image dan nilai perusahaan, hal ini dari nilai PER dan Market/Book Ratio yang
rendah. Rendahnya nilai PER berarti semakin banyak kurang investor
membayar, sehingga sulit mendapatkan return yang besar. Tentu saja dari
aspek ini dapat mempengaruhi pandangan investor untuk tidak menanamkan
sahamnya pada PT. Adaro Energy, Tbk ini.
 Dari aspek deviasi penggunaan modal kerja / Working Capital, nilainya
cenderung makin besar, hal ini menunjukkan bahwa perusahaan mempunyai
kekurangan dalam mengelola modal kerjanya dengan baik, besarnya hutang
lancar (current liabilities) yang tidak seimbang dengan aset lancar (current asset)
menyebabkan nilainya negatif dan semakin kecil dari tahun ke tahun. Sehingga
perusahaan bisa dikatakan mempunyai resiko likuiditas atau performa
perusahaan cukup baik. Terjadi penurunan pada tahun 2014 cukup significant
artinya sebesar 17% dibandingkan tahun 2013.
72
Perusahaan ini pengelolaan working capitalnya kurang baik.
 Secara umum, kinerja perusahaan masih dapat dikatakan kurang sehat karena
belum dapat menghasilkan keuntungan yang besar, nilai perusahaan yang kecil
di pasar, dan belum mampu memberikan pengembalian investasi yang besar,
atau dengan kata lain tingkat pengembalian investasinya rendah. Juga
perusahaan mempunyai resiko di dalam likuiditasnya dan rasio hutang yang
tinggi, sehingga menempatkan posisi perusahaan pada posisi yang beresiko.
Perusahaan mengalami masa-masa sukarnya pada tahun 2010 dimana terdapat
beban bunga yang besar dan perputaran aset yang melambat dan penjualanya
yang rendah, hal ini dimungkinkan karena pada saat memasuki tahun 2010,
ekonomi dunia sedang mengalami dua kejadian penting, yaitu: pertama, krisis
ekonomi kapitalisme global yang sangat mendalam dan struktural, dan kedua,
pergeseran kekuatan ekonomi dunia dari utara (AS dan eropa) ke Asia timur
(Tiongkok) dan amerika latin. Sehingga kondisi pasar domestik menjadi kurang
kondusif dan ditambah lagi stabilitas ekonomi dan politik di ujung tahun 2013
menjadi harapan bagi pemulihan ekonomi jika ada kepastian di Pemilu Legislatif
maupun Pilpres nantinya. Namun perusahaan mengalami pemulihan di tahun
2011, dan di tahun 2012 hingga 2013 perusahaan mempunyai kinerja cukup
baik, dan tahun 2014 kinerja perusahaan secara umum mengalami penurunan.
5.2. Saran
Berikut merupakan saran-saran untuk PT. Adaro Energy, Tbk dalam mengembangkan
perusahaan dilihat dari beberapa aspek rasio yang dikaji :
 Perusahaan sebaiknya meningkatkan rasio likuiditas dan profitabilitasnya
dengan cara mempercepat proses penagihan piutang, sehingga tidak
membebani arus kas perusahaan untuk membayar hutang jangka pendek,
karena bisa jadi rasio hutang meningkat dikarenakan aset lancar perusahaan
tidak dapat memenuhi pembayaran hutang jangka pendek. Dan senantiasa
mengkaji hutang yang dimilikinya karena perputarannya yang sangat lama dan
memperketat pemberian jaminan kredit, agar terhindar dari masalah kredit
atau kredit macet. Hal ini diharapkan perusahaan dapat mendapatkan laba yang
sesuai sehingga mampu mensejahterakan segala aspek perusahaan.
 Pemilihan rekan bisnis merupakan bagian yang vital dalam mendukung poin
sebelumnya mengenai rasio likuiditas, jadi perusahaan sebaiknya lebih selektif
lagi memilih rekan bisnis. Pemilihan rekan bisnis yang dimaksudkan adalah
memilih rekan bisnis yang dapat melakukan pembayaran lebih cepat, sehingga
dapat mengurangi beban arus kas dan perputaranya menjadi lebih cepat.
73
 Perusahaan sebaiknya mengurangi pembiayaan operasi dengan menggunakan
hutang. Apalagi jika hutang tersebut merupakan hutang jangka pendek, dengan
likuiditas yang rendah, maka perusahaan akan beresiko untuk kesulitan
membayar hutang jangka pendeknya. Dan perusahaan lebih tingkatkan lagi
penjualannya agar menyeimbangkan beban hutang yang besar.
 Perusahaan sebaiknya mengevaluasi kembali harga saham, yang kurang aktif
diperdagangkan karena jika dilihat dari kenaikan IHSG 5.369, kenaikan yang
terjadi di PT. Adaro Energy, Tbk hanya setengahnya atau berkisar 1.040.
minimal harganya sahamnya di atas IHSG .Hal ini bertujuan untuk memberikan
deviden yang besar dan membuka kesempatan bagi calon investor dapat
membeli sahamnya.
 Dalam menghadapi persaingan bisnis yang ketat, diharapkan PT. Adaro Energy
Tbk, dapat memaksimalkan potensi melalui :
- Pemanfaatan lokasi yang tepat untuk bisnis yang tepat dan berkualitas
- Menciptakan differensi dan menyasar kalangan investor-investor lokal
maupun internasional dengan membuka kerjasama yang intens di pusat-
pusat bisnis dunia, seperti china, amerika serikat, perancis, Arab Saudi,
dll.
- Terus memberikan edukasi dan menfasilitasi masyarakat agar image
perusahaan tumbuh dan besar. Sehingga secara tidak langsung akan
mempengaruhi peningkatan penjualan.
74
DAFTAR PUSTAKA
Houston, John F. dan Brigham. Eugene F, 2010. Essential of Financial Management, Edsi
II. Salemba Empat. Jakarta.
Harjito, D Agus dan Martono, 2005. Manajemen Keuangan..Edisi 5. Ekononisia UII.
Jogjakarta.
Margaretha, Farah. (2014). Dasar-dasar Manajemen Keuangan. Dian Rakyat, Jakarta.
Margaretha, Farah. (2011). Manajemen Keuangan Untuk Manajer Non Keuangan,
Erlangga, Jakarta.
Kasmir. (2008). Analisis Laporan Keuangan. Rajawali Pers, Jakarta.
Harahap, Sofyan Syafri. (2013). Analisis Kritis atas Laporan Keuangan. Rajawali Pers,
Jakarta.
Hartono, Jogiyanto. (2013). Teori Portofolio dan Analisis Investasi.. Edisi 8. BPFE,
Yogyakarta.
Anonim (2015).http://finance.yahoo.com/ADROJK/historical-price/
Anonim (2014).http:// Adaro Energy.com/

Más contenido relacionado

La actualidad más candente

Analisis leverage
Analisis leverageAnalisis leverage
Analisis leveragetitikefnita
 
Materi 4-return-yang-diharapkan-dan-risiko-portofolio1
Materi 4-return-yang-diharapkan-dan-risiko-portofolio1Materi 4-return-yang-diharapkan-dan-risiko-portofolio1
Materi 4-return-yang-diharapkan-dan-risiko-portofolio1Leo Dhunt
 
ANALISIS SWOT PADA PT.PERTAMINA (PERSERO)
ANALISIS SWOT PADA PT.PERTAMINA (PERSERO)ANALISIS SWOT PADA PT.PERTAMINA (PERSERO)
ANALISIS SWOT PADA PT.PERTAMINA (PERSERO)YolaRiyana
 
Jenis-Jenis Integrasi Perusahaan
Jenis-Jenis Integrasi PerusahaanJenis-Jenis Integrasi Perusahaan
Jenis-Jenis Integrasi PerusahaanMonang Sinaga
 
Keputusan investasi
Keputusan investasiKeputusan investasi
Keputusan investasitonyherman87
 
Contoh Laporan Studi Kelayakan Bisnis Mahasiswa
Contoh Laporan Studi Kelayakan Bisnis MahasiswaContoh Laporan Studi Kelayakan Bisnis Mahasiswa
Contoh Laporan Studi Kelayakan Bisnis MahasiswaSyafril Djaelani,SE, MM
 
Contoh perusahaan nasional, internasional, multinasional, globlal
Contoh perusahaan nasional, internasional, multinasional, globlalContoh perusahaan nasional, internasional, multinasional, globlal
Contoh perusahaan nasional, internasional, multinasional, globlalLailiya NR
 
Analisis biaya volume - laba
Analisis biaya   volume - labaAnalisis biaya   volume - laba
Analisis biaya volume - labaPuw Elroy
 
Bab 10 evaluasi pusat investasi
Bab 10 evaluasi pusat investasi Bab 10 evaluasi pusat investasi
Bab 10 evaluasi pusat investasi apryani rahmawati
 
Analisis Manajemen Strategi PT. Telekomunikasi Indonesia Tbk.
Analisis Manajemen Strategi PT. Telekomunikasi Indonesia Tbk.Analisis Manajemen Strategi PT. Telekomunikasi Indonesia Tbk.
Analisis Manajemen Strategi PT. Telekomunikasi Indonesia Tbk.Dena Purnama
 
Analisis sumber dan penggunaan dana (1)
Analisis sumber dan penggunaan dana (1)Analisis sumber dan penggunaan dana (1)
Analisis sumber dan penggunaan dana (1)radhi abdul halim
 
Jawaban uts m. keuangan i
Jawaban uts m. keuangan iJawaban uts m. keuangan i
Jawaban uts m. keuangan iyalifadli98
 
Manajemen keuangan part 4 of 5
Manajemen keuangan part 4 of 5Manajemen keuangan part 4 of 5
Manajemen keuangan part 4 of 5Judianto Nugroho
 
analisis strategi PT blue bird indonesia
analisis strategi PT blue bird indonesiaanalisis strategi PT blue bird indonesia
analisis strategi PT blue bird indonesiaElsa Rahmi Husin
 
kasus analisis laporan keuangan
kasus analisis laporan keuangankasus analisis laporan keuangan
kasus analisis laporan keuanganheroeaccygy
 
Pertemuan 3 (analisis lingkungan eksternal) MANAJEMEN STRATEGI SEKTOR PUBLIK
Pertemuan 3 (analisis lingkungan eksternal) MANAJEMEN STRATEGI SEKTOR PUBLIKPertemuan 3 (analisis lingkungan eksternal) MANAJEMEN STRATEGI SEKTOR PUBLIK
Pertemuan 3 (analisis lingkungan eksternal) MANAJEMEN STRATEGI SEKTOR PUBLIKnurul khaiva
 

La actualidad más candente (20)

Analisis leverage
Analisis leverageAnalisis leverage
Analisis leverage
 
Materi 4-return-yang-diharapkan-dan-risiko-portofolio1
Materi 4-return-yang-diharapkan-dan-risiko-portofolio1Materi 4-return-yang-diharapkan-dan-risiko-portofolio1
Materi 4-return-yang-diharapkan-dan-risiko-portofolio1
 
ANALISIS SWOT PADA PT.PERTAMINA (PERSERO)
ANALISIS SWOT PADA PT.PERTAMINA (PERSERO)ANALISIS SWOT PADA PT.PERTAMINA (PERSERO)
ANALISIS SWOT PADA PT.PERTAMINA (PERSERO)
 
Jenis-Jenis Integrasi Perusahaan
Jenis-Jenis Integrasi PerusahaanJenis-Jenis Integrasi Perusahaan
Jenis-Jenis Integrasi Perusahaan
 
Strategi Internasional - Manajemen Strategik
Strategi Internasional - Manajemen StrategikStrategi Internasional - Manajemen Strategik
Strategi Internasional - Manajemen Strategik
 
Keputusan investasi
Keputusan investasiKeputusan investasi
Keputusan investasi
 
Contoh Laporan Studi Kelayakan Bisnis Mahasiswa
Contoh Laporan Studi Kelayakan Bisnis MahasiswaContoh Laporan Studi Kelayakan Bisnis Mahasiswa
Contoh Laporan Studi Kelayakan Bisnis Mahasiswa
 
Contoh perusahaan nasional, internasional, multinasional, globlal
Contoh perusahaan nasional, internasional, multinasional, globlalContoh perusahaan nasional, internasional, multinasional, globlal
Contoh perusahaan nasional, internasional, multinasional, globlal
 
Analisis biaya volume - laba
Analisis biaya   volume - labaAnalisis biaya   volume - laba
Analisis biaya volume - laba
 
Bab 10 evaluasi pusat investasi
Bab 10 evaluasi pusat investasi Bab 10 evaluasi pusat investasi
Bab 10 evaluasi pusat investasi
 
Analisis Manajemen Strategi PT. Telekomunikasi Indonesia Tbk.
Analisis Manajemen Strategi PT. Telekomunikasi Indonesia Tbk.Analisis Manajemen Strategi PT. Telekomunikasi Indonesia Tbk.
Analisis Manajemen Strategi PT. Telekomunikasi Indonesia Tbk.
 
Soal jawab akuntansi lanjutan 2
Soal jawab akuntansi lanjutan 2Soal jawab akuntansi lanjutan 2
Soal jawab akuntansi lanjutan 2
 
Analisis sumber dan penggunaan dana (1)
Analisis sumber dan penggunaan dana (1)Analisis sumber dan penggunaan dana (1)
Analisis sumber dan penggunaan dana (1)
 
Jawaban uts m. keuangan i
Jawaban uts m. keuangan iJawaban uts m. keuangan i
Jawaban uts m. keuangan i
 
Manajemen keuangan part 4 of 5
Manajemen keuangan part 4 of 5Manajemen keuangan part 4 of 5
Manajemen keuangan part 4 of 5
 
BUSINESS UNIT STRATEGY
BUSINESS UNIT STRATEGYBUSINESS UNIT STRATEGY
BUSINESS UNIT STRATEGY
 
analisis strategi PT blue bird indonesia
analisis strategi PT blue bird indonesiaanalisis strategi PT blue bird indonesia
analisis strategi PT blue bird indonesia
 
kasus analisis laporan keuangan
kasus analisis laporan keuangankasus analisis laporan keuangan
kasus analisis laporan keuangan
 
Analisis teknikal
Analisis teknikalAnalisis teknikal
Analisis teknikal
 
Pertemuan 3 (analisis lingkungan eksternal) MANAJEMEN STRATEGI SEKTOR PUBLIK
Pertemuan 3 (analisis lingkungan eksternal) MANAJEMEN STRATEGI SEKTOR PUBLIKPertemuan 3 (analisis lingkungan eksternal) MANAJEMEN STRATEGI SEKTOR PUBLIK
Pertemuan 3 (analisis lingkungan eksternal) MANAJEMEN STRATEGI SEKTOR PUBLIK
 

Similar a Paper analisis laporan keuangan - PT Adaro Energy Tbk

Bppt outlook energi indonesia 2013
Bppt   outlook energi indonesia 2013Bppt   outlook energi indonesia 2013
Bppt outlook energi indonesia 2013Rattapong Rattahayo
 
Prosedur pemberian izin usaha pertambangan dinas pertambangan dan energi prov...
Prosedur pemberian izin usaha pertambangan dinas pertambangan dan energi prov...Prosedur pemberian izin usaha pertambangan dinas pertambangan dan energi prov...
Prosedur pemberian izin usaha pertambangan dinas pertambangan dan energi prov...Endilo_karokaro
 
Pt adaro , tugas power point
Pt adaro , tugas power pointPt adaro , tugas power point
Pt adaro , tugas power pointandhika80
 
Semen Indonesia Sustainibility Report 2013
Semen Indonesia Sustainibility Report 2013Semen Indonesia Sustainibility Report 2013
Semen Indonesia Sustainibility Report 2013Semen Indonesia
 
Prosedur perizinan pembuatan pltmh di kabupaten banjarnegara
Prosedur perizinan pembuatan pltmh di kabupaten banjarnegaraProsedur perizinan pembuatan pltmh di kabupaten banjarnegara
Prosedur perizinan pembuatan pltmh di kabupaten banjarnegaraMas Niban
 
Ketersediaan air hec hms pl-abieta-fb_putri
Ketersediaan air  hec hms pl-abieta-fb_putriKetersediaan air  hec hms pl-abieta-fb_putri
Ketersediaan air hec hms pl-abieta-fb_putriDanang Rumbaka
 

Similar a Paper analisis laporan keuangan - PT Adaro Energy Tbk (7)

Bppt outlook energi indonesia 2013
Bppt   outlook energi indonesia 2013Bppt   outlook energi indonesia 2013
Bppt outlook energi indonesia 2013
 
Prosedur pemberian izin usaha pertambangan dinas pertambangan dan energi prov...
Prosedur pemberian izin usaha pertambangan dinas pertambangan dan energi prov...Prosedur pemberian izin usaha pertambangan dinas pertambangan dan energi prov...
Prosedur pemberian izin usaha pertambangan dinas pertambangan dan energi prov...
 
Pt adaro , tugas power point
Pt adaro , tugas power pointPt adaro , tugas power point
Pt adaro , tugas power point
 
1 ikan-mas
1 ikan-mas1 ikan-mas
1 ikan-mas
 
Semen Indonesia Sustainibility Report 2013
Semen Indonesia Sustainibility Report 2013Semen Indonesia Sustainibility Report 2013
Semen Indonesia Sustainibility Report 2013
 
Prosedur perizinan pembuatan pltmh di kabupaten banjarnegara
Prosedur perizinan pembuatan pltmh di kabupaten banjarnegaraProsedur perizinan pembuatan pltmh di kabupaten banjarnegara
Prosedur perizinan pembuatan pltmh di kabupaten banjarnegara
 
Ketersediaan air hec hms pl-abieta-fb_putri
Ketersediaan air  hec hms pl-abieta-fb_putriKetersediaan air  hec hms pl-abieta-fb_putri
Ketersediaan air hec hms pl-abieta-fb_putri
 

Más de Roesdaniel Ibrahim, ST. CHt. (10)

Hypno learning teaser
Hypno learning   teaserHypno learning   teaser
Hypno learning teaser
 
Corporate Strategy
Corporate StrategyCorporate Strategy
Corporate Strategy
 
Paper kepemimpinan yang beretika (word)
Paper kepemimpinan yang beretika (word)Paper kepemimpinan yang beretika (word)
Paper kepemimpinan yang beretika (word)
 
Presentasi kepemimpinan yang beretika
Presentasi kepemimpinan yang beretikaPresentasi kepemimpinan yang beretika
Presentasi kepemimpinan yang beretika
 
Time Value Of Money
Time Value Of MoneyTime Value Of Money
Time Value Of Money
 
Tugas Paper Manajemen Pemasaran : Studi Kasus Nike,Inc
Tugas Paper Manajemen Pemasaran : Studi Kasus Nike,IncTugas Paper Manajemen Pemasaran : Studi Kasus Nike,Inc
Tugas Paper Manajemen Pemasaran : Studi Kasus Nike,Inc
 
Hubungan Buruh dan Perundingan Kolektif
Hubungan Buruh dan Perundingan KolektifHubungan Buruh dan Perundingan Kolektif
Hubungan Buruh dan Perundingan Kolektif
 
Wiraswasta dan Sikap Wirausaha
Wiraswasta dan Sikap WirausahaWiraswasta dan Sikap Wirausaha
Wiraswasta dan Sikap Wirausaha
 
Presentasi Study Case Pasca Trisakti Manajemen Pemasaran : ZARA
Presentasi Study Case Pasca Trisakti Manajemen Pemasaran : ZARAPresentasi Study Case Pasca Trisakti Manajemen Pemasaran : ZARA
Presentasi Study Case Pasca Trisakti Manajemen Pemasaran : ZARA
 
Presentasi Study Case Pasca Trisakti Manajemen Pemasaran : NIKE
Presentasi Study Case Pasca Trisakti Manajemen Pemasaran : NIKEPresentasi Study Case Pasca Trisakti Manajemen Pemasaran : NIKE
Presentasi Study Case Pasca Trisakti Manajemen Pemasaran : NIKE
 

Paper analisis laporan keuangan - PT Adaro Energy Tbk

  • 1. ANALISIS LAPORAN KEUANGAN PT. ADARO ENERGY, Tbk and Subsidiaries Periode 2010-2014 TUGAS MANAJEMEN KEUANGAN DOSEN: DR. WAHYOE SOEDARMONO DISUSUN OLEH : ABDUL SALAM 122130001 NANTI SAGALA 122140105 ROESDANIEL IBRAHIM 122140128 REGAS PANJI PRATOMO 122140124 AYU PURNAMA 122140030 ALFIAN 122140002 TRI SANDY FAJAR 122140143 MAGISTER MANAGEMENT TRISAKTI UNIVERSITY JAKARTA 2015
  • 2. 2 DAFTAR ISI DAFTAR ISI....................................................................................................................................... 2 DAFTAR GAMBAR............................................................................................................................ 3 BAB 1 TENTANG PERUSAHAAN....................................................................................................... 4 1.1. Sejarah Perusahaan .......................................................................................................... 5 1.2. Visi dan Misi Perusahaan................................................................................................. 6 1.3. Nilai – Nilai Perusahaan.................................................................................................... 6 BAB 2 LAPORAN KEUANGAN PERUSAHAAN................................................................................... 7 2.1. Laporan Keuangan PT. Adaro Energy, Tbk tahun 2010-2011........................................... 7 2.2. Laporan Keuangan PT. Adaro Energy, Tbk tahun 2011-2012......................................... 15 2.3. Laporan Keuangan PT. Adaro Energy, Tbk tahun 2012-2014......................................... 24 2.4. Closing Price Tahun 2010-2014 ...................................................................................... 44 2.5. IHSG Tahun 2010-2014................................................................................................... 44 BAB 3 PERHITUNGAN ANALISIS RASIO ......................................................................................... 48 3.1. Tabel Perhitungan dan Formulasi Analisis Rasio............................................................ 48 3.2. Hasil Perhitungan Analisis Rasio..................................................................................... 54 BAB 4 ANALISIS LAPORAN KEUANGAN......................................................................................... 56 4.1. Rasio Likuiditas (Liquidity Ratio)..................................................................................... 56 4.2. Manajemen Aset (Asset Management).......................................................................... 38 4.3. Manajemen Piutang (Debt Management) ..................................................................... 40 4.4. Rasio Profitabilitas (Profitability Ratio) .......................................................................... 60 4.5. Market Value Ratio......................................................................................................... 63 4.6. Modal Kerja..................................................................................................................... 65 4.7. Analisis Persentase Pengembalian Investasi (% Return)................................................ 65 4.8. Analisis Kinerja Perusahaan dibandingkan Pesaing-Pesaingnya.................................... 65 BAB 5 KESIMPULAN & SARAN....................................................................................................... 70 5.1. Kesimpulan ..................................................................................................................... 70 5.2. Saran.............................................................................................................................. 72 DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................................................... 50
  • 3. 3 DAFTAR GAMBAR Gambar 1 Logo PT. Adaro Energy,Tbk ............................................................................................ 6 Gambar 4.1 Tren Rasio Lancar PT. Adaro Energy, Tbk ................................................................. 56 Gambar 4.2 Tren Manajemen Aset ITO PT. Adaro Energy Tbk .................................................... 39 Gambar 4.3 Tren Manajemen Aset DSO PT. Adaro Energy, Tbk.................................................. 39 Gambar 4.4 Tren Manajemen Aset ICP PT. Adaro Energy, Tbk.................................................... 40 Gambar 4.5 Tren Manajemen Hutang Debt Ratio PT. Adaro Energy, Tbk ................................... 41 Gambar 4.6 Tren Ratio TIE PT. Adaro Energy, Tbk ....................................................................... 42 Gambar 4.7 Tren Profitabilitas Ratio PT. Adaro Energy Tbk......................................................... 63 Gambar 4.8 Tren Nilai Pasar Saham PT. Adaro Energy, Tbk.............Error! Bookmark not defined. Gambar 4.9 Tren Modal Kerja PT. Adaro Energy, Tbk.................................................................. 45 Gambar 4.10 Tren Cash Conversion Cycle PT. Adaro Energy, Tbk ............................................... 46
  • 4. 4 BAB I TENTANG PERUSAHAAN 1.1. Sejarah Perusahaan Sejarah bisnis Adaro dimulai pada tahun 1992, ketika perusahaan ini mulai memproduksi batubara yang kemudian dipasarkan dengan nama Envirocoal dari konsesi seluas 258 km2 di kabupaten Tabalong, provinsi Kalimantan Selatan, berdasarkan Perjanjian Karya Pengusahaan Pertambangan Batubara (PKP2B) generasi pertama dengan Pemerintah Indonesia. Sejak saat itu, Adaro menyusuri perjalanan panjang yang membuahkan banyak kemajuan dan perkembangan. Perusahaan mulai beroperasi dengan memproduksi 1 juta ton batubara dua dekade lalu saat ini telah menjelma menjadi satu dari lima pengekspor terbesar bagi pasar batubara termal dengan pengiriman lintas samudera (seaborne) dan pemasok terbesar di pasar domestik. Pada akhir 2013, dengan kapitalisasi pasar sebesar US$2,9 miliar, Adaro tetap bertahan sebagai salah satu perusahaan pertambangan publik yang terbesar di Indonesia. Pada tahun 2013, Adaro memproduksi 52,3 juta ton Envirocoal, sehingga total produksi dari tiga pit di Kalimantan Selatan sampai saat ini mencapai 509 juta ton. Dengan cadangan sebesar 900 juta tonne dan sumber daya batubara sebesar 4,9 miliar tonne di konsesi ini, menurut kajian JORC pada tahun 2012, Adaro berada di posisi yang baik untuk dapat mencapai target produksi jangka menengahnya yang telah ditetapkan sebesar 80 juta ton per tahun dan merealisasikan visinya untuk menjadi kelompok perusahaan tambang dan energi Indonesia yang terkemuka. Adaro juga menjalankan strategi untuk menciptakan nilai maksimal dari batubara Indonesia dengan berfokus pada produksi batubara yang tumbuh secara organik, meningkatkan efisiensi dan pengendalian biaya dan mengembangkan dan melanjutkan integrasi divisi ketenagalistrikan. Adaro berfokus pada pengembangan bisnisnya di Indonesia. Hal ini dimanifestasikan dengan strategi yang didasarkan pada pertumbuhan, yaitu pertumbuhan Indonesia, Asia Tenggara, Cina dan India. Adaro meyakini bahwa seiring peningkatan kebutuhan listrik di negara-negara ini sebagai akibat pertumbuhan populasi dan ekonomi, pilihan bahan bakar akan tetap jatuh pada batubara dengan harganya yang terjangkau dan jumlahnya yang melimpah. Dengan memiliki sumber daya batubara sampai 12.8 miliar ton, Adaro merupakan salah satu dari segelintir produsen batubara di dunia yang dapat memberikan
  • 5. 5 pasokan batubara yang handal dan dalam jangka waktu yang panjang kepada perusahaan-perusahaan listrik terkemuka yang sedang membangun pembangkit listrik berbahan bakar batubara di seluruh wilayah Asia. Perjanjian pasokan jangka panjang dengan perusahaan-perusahaan ini akan memungkinkan Adaro untuk mencapai target produksi jangka menengahnya yang telah ditetapkan sebesar 80 juta tonne per tahun. Perusahaan juga akan berfokus untuk mengembangkan basis konsumen yang ada dan bekerja bersama mereka untuk membangun pembangkit listrik yang akan mengkonsumsi batubaranya. Konsumen Adaro Dari tiga lokasi penambangan di provinsi Kalimantan Selatan, Adaro memproduksi salah satu batubara terbersih di dunia yang dikenal dengan nama Envirocoal. Batubara ini merupakan batubara jenis subbituminus dengan nilai kalori sedang dan kandungan sulfur, abu dan NOx yang sangat rendah. Adaro dapat berbangga dengan catatan pertumbuhan yang berkelanjutan dalam sejarah penambangannya di Kalimantan yang telah berjalan lebih dari dua dekade, dan pada tahun 2014 Adaro berencana untuk menambang batubara dengan skala produksi 54-56 juta ton. Sebagian besar batubara Adaro dijual kepada perusahaan pembangkit listrik, dan secara rata-rata, 25% penjualan batubara Adaro adalah untuk konsumen domestik di Indonesia dan 75% untuk konsumen luar negeri yang sebagian besar berada di wilayah Asia. Dalam tiga tahun terakhir ini, Adaro telah mengakuisisi kepemilikan atas lima properti batubara di Sumatera dan Kalimantan, yang saat ini tengah dipersiapkan untuk penambangan dan akan memproduksi batubara dengan kualitas ramah lingkungan yang serupa dengan Envirocoal. Dengan adanya konsesi-konsesi baru tersebut serta tambang utamanya yang berada di Tabalong, Adaro sebagai kontraktor pemerintah Indonesia memiliki kendali atau opsi terhadap 12.8 miliar ton sumber daya batubara termal (berdasarkan kajian JORC). Dari sumber daya tersebut, 1,1 miliar ton batubaranya merupakan cadangan terbukti menurut JORC. Produk Batubara Adaro Batubara yag dihasilkan Adaro adalah jenis sub-bituminus dengan tingkat energi sedang, yang merupakan salah satu bahan bakar fosil terbersih di dunia berkat kandungan sulfur, abu dan nitrogennya yang sangat rendah. Merek dagang batubara ini telah dikenal di pasar global dengan nama Envirocoal. Dalam waktu
  • 6. 6 dekat, batubara dari tambang Adaro lainnya dengan nama Ultima, Balangan dan Wahau, yang juga berkarakteristik polutan rendah, akan ikut meramaikan pasar. Envirocoal telah banyak digunakan sejak tahun 1992 di Eropa, Asia, Amerika serta pasar domestik di Indonesia (lihat basis konsumen di sini) oleh pembangkit listrik, pabrik semen, dan sektor industri yang dinaungi oleh peraturan lingkungan yang ketat, atau untuk dicampur dengan batubara yang lebih umum dengan kandungan sulfur dan abu yang tinggi. Hasil pencampuran ini secara konsisten menunjukkan penurunan yang signifikan terhadap dampak lingkungan jika dibandingkan dengan menggunakan batubara biasa. Karena kualitasnya yang langka, Envirocoal juga memberikan manfaat ekonomis dan teknis yang sangat tinggi melalui penghematan biaya operasional dan perawatan dan pembakaran, dan peningkatan pada penanganan abu dan efisiensi pembuangan abu, yang menjadikan Envirocoal sebagai bahan bakar padat dengan biaya yang efektif dan paling ramah lingkungan. Permintaan Envirocoal yang kokoh dan terus meningkat – Adaro berencana untuk memproduksi 54-56 juta ton bagi konsumsi domestik dan ekspor pada 2014 – hal ini menunjukan bahwa Envirocoal dapat bersaing dengan batubara berkalori lebih tinggi berdasarkan energi per-unit yang dihasilkan. Kandungan abu Envirocoal yang rendah dapat diartikan sebagai biaya pemeliharaan yang lebih rendah untuk pulveriser, pipa batubara, tabung boiler dan peralatan lainnya di sepanjang jalur batubara. Envirocoal juga memungkinkan produsen listrik untuk memenuhi peraturan lingkungan tanpa keharusan untuk memiliki mesin desulfurisasi gas buang (flue gas desulphurization – FGD), sehingga dapat mengurangi kebutuhan modal dan biaya operasional secara signifikan. Anak perusahaan Adaro yang utama – PT Adaro Indonesia – telah memproduksi Envirocoal dari tiga tambang di wilayah konsesi di kabupaten Tabalong, provinsi Kalimantan Selatan selama 21 tahun. Adaro umumnya menjual dua jenis Envirocoal, yang dinamakan berdasarkan nilai kalori rata-ratanya: E5000, dari tambang Tutupan dan Paringin, dan E4000, dari tambang Wara. Pada tahun 2013, untuk memberikan pilihan yang lebih beragam bagi para konsumen, Adaro memperkenalkan E4700, namun produk tersebut mulai dihentikan pada tahun 2014, setelah perusahaan memperkenalkan E4900 di kuartal keempat tahun 2013. Juga pada tahun 2013, Adaro mengakusisi Balangan Coal Project, sebuah konsesi yang terletak di lokasi strategis 11 kilometer arah tenggara dari konsesi PT Adaro Indonesia di Tabalong. Tambang ini merupakan bagian dari cekungan geologi yang sama dengan lokasi operasional Adaro di PT Adaro Indonesia, dan juga dengan karakteristik batubara yang sama dengan Envirocoal (kandungan sulfur dan abu
  • 7. 7 yang rendah), namun dengan nilai kalori yang sedikit lebih tinggi dari E4000 yaitu 4.436 kcal/kg. Batubara Adaro yang baru, Ultima, akan diproduksi oleh anak perusahaannya yaitu PT Mustika Indah Permai, dari lokasi tambang di Sumatera Selatan yang diakusisi belum lama ini. Batubara ini juga berkarakteristik polutan yang rendah – kandungan sulfur dan abu yang relatif rendah – namun nilai kalorinya sedikit lebih tinggi daripada Envirocoal E4000. Dengan nilai kalori 4.281 kkal/kg (gar), Ultima membidik segmen yang berbeda. Adaro yakin bahwa Ultima, yang akan diproduksi dengan standar keandalan dan kualitas tinggi yang telah menjadi reputasi Adaro Indonesia, juga akan mendapat sambutan hangat di pasar batubara Asia. MIP terus berupaya untuk mendapatkan pesanan bagi Ultima dan sedang dalam proses untuk memasok para konsumen di wilayah yang ditargetkan. Sementara itu, PT Bhakti Energi Persada (BEP) yang juga merupakan salah satu anak perusahaan Adaro, saat ini sedang mempersiapkan kegiatan penambangan di konsesi yang baru diakusisi di Kalimantan Timur. Batubara yang akan diproduksi di sini, yang dipasarkan dengan nama Wahau, berkarakteristik energi rendah, dengan nilai kalori 3.500 kkal/kg, namun kandungan sulfur dan abunya juga rendah. BEP akan dapat memanfaatkan keahlian Adaro yang mapan dalam mengembangkan pasar global untuk batubara peringkat rendah yang ramah lingkungan Cadangan dan Sumber Daya Batubara melalui Pertumbuhan Batubara Adaro menjalankan strategi untuk menciptakan nilai maksimal dari batubara Indonesia. Fokus perusahaan diarahkan pada pengembangan bisnis di Indonesia. Strategi ini didasarkan pada pertumbuhan, yakni pertumbuhan Indonesia, Asia Tenggara, Cina dan India. Adaro meyakini bahwa permintaan listrik negara-negara ini akan terus meningkat seiring peningkatan jumlah penduduk dan pertumbuhan ekonomi, sehingga pilihan bahan bakar akan tetap jatuh pada batubara dengan harganya yang terjangkau dan jumlahnya yang melimpah. Dengan demikian, Adaro memiliki pendekatan yang solid dan proaktif untuk menumbuhkan sumber daya batubara (deposit yang berpotensi layak untuk dikeluarkan) dan cadangan (bagian sumber daya batubara yang telah teridentifikasi, yang dapat ditambang secara ekonomis dengan teknologi yang ada). Pendekatan yang dilakukan Adaro memerlukan adanya peningkatan sumber daya dan cadangan batubara baik di operasional tambang yang sudah berjalan di Kalimantan Selatan serta dengan mengakusisi dan mengembangkan properti batubara yang baru.
  • 8. 8 Gabungan hal-hal tersebut telah menopang pertumbuhan Adaro sampai memiliki kendali atas 12.8 miliar ton sumber daya batubara, sehingga saat ini Adaro telah menjadi salah satu dari segelintir produsen batubara di dunia yang dapat memberikan pasokan batubara yang handal dan dalam jangka waktu yang panjang kepada perusahaan-perusahaan listrik terkemuka yang sedang membangun pembangkit listrik berbahan bakar batubara di seluruh wilayah Asia. Perjanjian pasokan jangka panjang dengan perusahaan-perusahaan ini akan memungkinkan Adaro untuk mencapai target produksi jangka menengahnya yang telah ditetapkan sebesar 80 juta ton per tahun, dibandingkan dengan skala produksi saat ini yang masih sekitar 50-55 juta ton per tahun. Dalam hal pertumbuhan dari basis cadangan yang ada saat ini di konsesi Adaro Indonesia di Kalimantan Selatan, Adaro berupaya untuk terus tumbuh secara organik dengan membuat perencanaan penambangan yang terperinci. Dengan semakin bertambahnya usia tambang Tutupan, tambang Wara diharapkan akan menjadi pendorong utama pertumbuhan organic, didukung dengan kontribusi dari tambang Paringin. Fokus pada peluang pertumbuhan ini telah meningkatkan ukuran sumber daya batubara inti Adaro di Kalimantan Selatan hingga 4% dari 4,7 miliar ton sumber daya batubara yang terukur, tereka, dan terkira per akhir tahun 2012 menjadi 4,9 miliar ton per akhir tahun 2013. Sementara itu, bagian yang terukur sebagai cadangan menurun 2% pada periode yang sama, dari 921 juta ton cadangan yang terbukti dan terkira menjadi 900 juta ton. Memperluas Konsesi Sampai ke Luar Kalimantan Selatan Upaya untuk memperbesar basis cadangan dan sumber daya batubara melalui akusisi terhadap deposit batubara yang belum dikembangkan (greenfield) di Indonesia sangat penting bagi keberlangsungan perusahaan. Karena itu, selama beberapa tahun terakhir telah berhasil menjalankan program untuk peningkatan cadangan melalui diversifikasi produk, lokasi dan perizinan pertambangan. Tim geologi yang berpengalaman didorong untuk menelusuri potensi batubara di Indonesia, yang kemudian dinilai dengan seksama berdasarkan kualitas aset, ukuran dan lokasinya. Adaro hanya akan mengakusisi deposit berkualitas tinggi dengan cadangan yang cukup besar untuk dikembangkan dengan strategi yang sama seperti yang dijalankan di Adaro Indonesia: biaya rendah, pertumbuhan belanja modal yang rendah, dengan kendali atas rantai pasokan dan pertumbuhan berkelanjutan yang sesuai dengan kebutuhan konsumen. Secara keseluruhan, perusahaan telah menginvestasikan AS$744 juta untuk program akusisi selama tiga tahun terakhir, yang sebagian besar telah rampung per
  • 9. 9 akhir tahun 2012. Program akuisisi ini telah meningkatkan total potensi sumber daya batubara secara signifikan dan artinya Adaro telah meminimalisir risiko yang dapat ditimbulkan oleh ketergantungan pada satu tambang tunggal karena saat ini telah memiliki operasi di empat provinsi utama di Indonesia yang kaya akan kandungan batubara: Kalimantan Selatan, Sumatera Selatan, Kalimantan Timur dan Kalimantan Tengah. Lokasi-lokasi baru ini sedang dipersiapkan untuk kegiatan penambangan, dan informasi lebih lanjut mengenai proyek ini dapat dilihat pada bagian Investasi untuk Masa Depan di laman ini. Aset Batubara Adaro Energy Aset Kepemilikan Tahun Akuisisi Sumber Daya Cadangan Jenis Perizinan Adaro Indonesia, Kalimantan Selatan 100% 1982 4.7Bt 921 Mt Batubara Termal PKP2B sampai 2022 IndoMet Coal Project (IMC) perusahaan patungan dengan BHP Billiton, Kalimantan Tengah 25% 2010 774Mt yang berasal dari lima dari tujuh konsesi n/a Batubara Kokas PKP2B sampai 30 tahun setelah penambangan dimulai Mustika Indah Permai (MIP), Sumatra Selatan 75% 2011 282Mt 273Mt Batubara Termal IUP sampai 2030 Bukit Enim Energi (BEE), Sumatra Selatan 61% 2011 Penelitian geologi masih ditangguhkan n/a Batubara Termal IUP sampai 2031 Bhakti Energi Persada (BEP), Kalimantan Timur 10,22% (opsi kepemilikan hingga 90%) 2012 7.9Bt n/a Batubara Termal IUP sampai 2031-38 Proyek Batubara Balangan, Kalimantan Selatan 10,22% (opsi untuk kepemilikan hingga 90%) 2013 172Mt n/a Batubara Termal IUP sampai 2029
  • 10. 10 Tabel di atas menampilkan informasi yang terperinci mengenai sumber daya dan cadangan batubara yang sudah diukur atau diperkirakan di properti yang dimiliki oleh Adaro, yang dilengkapi dengan penjelasan singkat tentang sumber daya batubara dan aktifitas eksplorasi di tambang-tambang ini. Divisi eksplorasi Adaro, PT Adaro Eksplorasi Indonesia (AEI), merupakan komponen utama dari kegiatan operasional Adaro. Sebelumnya, AEI hanya memfokuskan aktifitasnya pada operasional PT Adaro Indonesia di Tabalong, Kalimantan Selatan. Namun kini AEI telah melebarkan cakupannya seiring program akuisisi tambang yang dilakukan Adaro di Sumatra Selatan dan Kalimantan Timur. Mendukung PT Adaro Indonesia Deposit batubara di Kalimantan Selatan yang ditambang oleh Adaro Indonesia terletak di perbatasan timur laut cekungan Barito, yang meliputi sebagian besar wilayah provinsi Kalimantan Tengah dan bagian barat Kalimantan Selatan, dimana bagian baratnya berbatasan dengan Sesar Sunda dan bagian timurnya berbatasan dengan lajur menanjak (upthrust) landasan batuan yang membentuk Jajaran Meratus. Formasi Warukin adalah rangkaian utama yang mengandung batubara di wilayah Adaro. Formasi ini dibagi menjadi tiga sub unit dimana permukaan batubara utama terdapat pada lapisan sub unit paling atas. Meskipun penambangan pada deposit batubara di bawah naungan Perjanjian Karya Pengusahaan Batubara (PKP2B) telah berjalan selama 21 tahun, masih terdapat potensi batubara di sana. AEI telah menemukan bahwa terdapat batubara peringkat rendah di sisi barat cekungan Barito, yang strukturnya sederhana dan dengan arus panas bumi yang tidak memadai untuk mengupgrade batubara. Adaro yakin akan masih adanya potensi penemuan baru di cekungan ini dan AEI akan terus mencari tempat yang tepat untuk eksplorasi. Adaro Indonesia merampungkan rencana umur tambang pada tahun 2013, yang akan memungkinkan evaluasi yang lebih terfokus terhadap sumber daya berikutnya di setiap wilayah tambang. Cadangan menunjukkan bahwa secara keseluruhan ada sedikit tambahan perolehan sebanyak 30 juta ton, terutama karena peluncuran cadangan dengan rencana penambangan lima tahun untuk Paringin Utara. Saat ini, penambangan sedang dilakukan di Paringin Utara, namun jumlah cadangannya belum dilaporkan. Cadangan Tutupan menurun sebesar 16 juta ton dan Wara 1 turun 10 juta ton. Secara keseluruhan jumlah cadangan adalah sebesar 921 juta ton. Kualitas cadangan batubara AI secara keseluruhan tetap stabil.
  • 11. 11 Sumatera Selatan : Akuisisi PT Mustika Indah Permai (MIP) & PT Bukit Enim Energi (BEE) Pada tahun 2012 AEI menyelesaikan kajian JORC untuk perkiraan sumber daya dan cadangan MIP. Properti MIP seluas 2.000 hektar di kabupaten Lahat, Sumatera Selatan, sesuai seperti yang diperkirakan: struktur geologinya sederhana dan ketebalan dan kualitas lapisannya konsisten, dan MIP merupakan salah satu deposit terbaik untuk penambangan terbuka di provinsi tersebut. Batubara MIP akan dipasarkan dengan nama Ultima setelah infrastruktur tambangnya diselesaikan. Pada tahun 2013, perkiraan eksternal untuk sumber daya dan cadangan batubara MIP telah dirampungkan oleh Marston Inc., anak perusahaan Golder. Sumber daya MIP sedikit meningkat akibat perubahan model dalam skala kecil. Marston juga memperkirakan kembali cadangan batubara MIP berdasarkan JORC. Hasilnya adalah penurunan dalam skala kecil pada tonase cadangan sebagai akibat revisi terhadap biaya pengalihan alur (diversi) sungai dan pengkinian asumsi harga. Sejak Adaro mengakuisisi MIP, AEI telah membuat kajian lebih lanjut terhadap potensi cekungan Sumatera Selatan, yang juga meliputi formasi Muara Enim yang mengandung batubara yang izin pertambangannya (IUP) telah dimiliki BEE. Adaro memiliki saham sebesar 61,04% di BEE, yang diakuisisi pada tahun 2011. AEI juga mengevaluasi beberapa IUP dan Perjanjian Karya Pengusahaan Pertambangan Batubara (PKP2B) di provinsi tersebut pada tahun 2012, sehingga memiliki pengetahuan yang luas mengenai cekungan tersebut. Berkat hal ini, Adaro Energy kini memahami potensi penggalian batubara di Sumatra Selatan, yang menguatkan keputusannya untuk mengakuisisi MIP dan BEE. Kalimantan Timur : Akuisisi PT Bhakti Energi Persada (BEP) Kajian yang dilakukan AEI atas aspek geologi dari konsesi BEP di Kalimantan Timur mengukuhkan bahwa melalui BEP, Adaro telah mengamankan sumber daya batubara yang terbaik di wilayah Muara Wahau. Deposit batubara termal peringkat rendah yang sangat besar ini berkarakteristik geologi yang sederhana. Di Kalimantan Timur juga ada batubara peringkat rendah lainnya, namun AEI meyakini bahwa BEP memiliki nisbah kupas yang paling rendah dan lokasi terbaik untuk menyediakan batubara tambang terbuka dalam tonase besar bagi pasar termal selama beberapa dekade ke depan. Lokasi BEP juga memiliki kelebihan karena memungkinkan rute pengangkutan batubara yang langsung ke pantai. AEI telah melakukan peninjauan kembali terhadap data geologi dan topografi BEP, serta mengestimasi penilaian sumber daya batubara menurut JORC dengan
  • 12. 12 menggunakan metodologi tahun 2012. Saat ini diperkirakan bahwa total tonase batubara in-situ untuk seluruh lapisan sebesar 7,96 miliar ton. Adaro masih mempersiapkan laporan cadangan batubara untuk BEP. Adaro memiliki saham sebesar 10,22% di BEP, dan memiliki opsi untuk memperoleh kepemilikan hingga 90,02%. Jika diasumsikan bahwa Adaro menggunakan opsi tersebut, tonase sumber daya batubara yang dianggap milik Adaro akan mencapai 7,16 miliar ton. Sumber daya batubara BEP berperingkat rendah, dengan total kelembaban mencapai 46,9%, kadar abu 3,1% ARB, dan nilai kalori 3.354 kkal/kg ARB. Total sulfur juga rendah pada 0,10% ARB. Kalimantan Tengah : IndoMet Coal Project Pada tahun 2010, Adaro Energy mengakuisisi 25% kepemilikan atas proyek IndoMet Coal di Kalimantan Tengah. Sisa porsi kepemilikan sebesar 75% dimiliki oleh BHP Billiton. Pada laporan tahunan 2012, BHP mengumumkan total sumber daya batubara metalurgi (kokas) dan termal sebesar 774 juta ton, tapi melalui revisi model geologi dan tambahan aktivitas pengeboran, sumber daya naik 64% menjadi 1,271 juta ton dari 774 juta ton pada tahun 2013. Gambar 1 Logo PT. Adaro Energy, Tbk 1.2. Visi & Misi VISI PERUSAHAAN ADARO Menjadi Kelompok Perusahaan Tambang dan Energi Indonesia yang terkemuka MISI PERUSAHAAN ADARO Adaro Menjalankan Usaha di Bidang pertambangan dan Energi Untuk : 1. Memuaskan Kebutuhan Pelanggan 2. Mengembangkan Karyawan
  • 13. 13 3. Menjalin Kemitraan dengan Pemasok 4. Mendukung pembangunan masyarakat dan Negara 5. Mengutamakan keselamatan dan Kelestarian Lingkungan 6. Memaksimalkan nilai bagi pemegang saham Struktur Perusahaan Adaro Energy didirikan pada tahun 2004 sebagai perseroan terbatas dengan nama PT Padang Karunia. Pada bulan April 2008, nama perusahaan berubah menjadi PT Adaro Energy Tbk dalam persiapan untuk menjadi perusahaan publik dalam penawaran perdana yang dilakukan dengan hasil yang memuaskan pada bulan Juli di tahun yang sama. Adaro merupakan perusahaan grup yang terintegrasi secara vertikal. Selain anak perusahaan pertambangan utamanya yang bernama PT Adaro Indonesia, Adaro juga memiliki anak-anak perusahaan lainnya yang beroperasi di sepanjang rantai pasokan batubara mulai dari tambang ke pelabuhan dan berlanjut ke pembangkit listrik, yang meliputi penambangan, tongkang, pemuatan kapal, pengerukan, jasa pelabuhan, pemasaran dan ketenagalistrikan. Anak-anak perusahaan Adaro bersama dengan para kontraktor memproduksi batubaranya dengan tingkat efisiensi yang tertinggi di sektornya dan biaya yang rendah.
  • 14. 14 BAB 2 LAPORAN KEUANGAN PERUSAHAAN 2.1. Laporan Keuangan PT. Adaro Energy, Tbk tahun 2010-2009
  • 15. 15
  • 16. 16
  • 17. 17
  • 18. 18
  • 19. 19
  • 20. 20 2.2. Laporan Keuangan PT. Adaro Energy, Tbk tahun 2011-2010
  • 21. 21
  • 22. 22
  • 23. 23
  • 24. 24
  • 25. 25
  • 26. 26
  • 27. 27
  • 28. 28
  • 29. 29
  • 30. 30 2.3. Laporan Keuangan PT. Adaro Energy, Tbk tahun 2013-2012
  • 31. 31
  • 32. 32
  • 33. 33
  • 34. 34
  • 35. 35
  • 36. 36
  • 37. 37 2.4. Laporan Keuangan PT. Adaro Energy, Tbk tahun 2014-2013
  • 38. 38
  • 39. 39
  • 40. 40
  • 41. 41
  • 42. 42
  • 43. 43
  • 44. 44 2.5. Closing Price PT. Adaro Energy, Tbk Tahun 2014-2010 Prices Date Open High Low Close Avg Vol Adj Close* Dec 29, 2014 0.00094 Dividend Dec 1, 2014 1,080.00 1,145.00 995.00 1,040.00 43,839,300 1,040.00 Nov 3, 2014 1,150.00 1,150.00 980.00 1,080.00 57,403,500 1,080.00 Oct 1, 2014 1,160.00 1,185.00 920.00 1,135.00 71,900,500 1,135.00 Sep 1, 2014 1,320.00 1,390.00 1,150.00 1,175.00 42,637,800 1,175.00 Aug 1, 2014 1,185.00 1,350.00 1,170.00 1,315.00 58,750,400 1,315.00 Jul 1, 2014 1,165.00 1,210.00 1,080.00 1,185.00 45,213,700 1,185.00 Jun 2, 2014 1,270.00 1,340.00 1,130.00 1,175.00 53,242,900 1,175.00 May 28, 2014 0.0011 Dividend May 1, 2014 1,185.00 1,320.00 1,100.00 1,225.00 66,668,200 1,225.00 Apr 1, 2014 985.00 1,205.00 930.00 1,185.00 64,344,700 1,185.00 Mar 3, 2014 980.00 1,040.00 945.00 980.00 61,659,600 980.00 Feb 3, 2014 960.00 995.00 880.00 995.00 61,543,800 995.00 Jan 1, 2014 1,090.00 1,110.00 870.00 950.00 71,409,700 950.00 Dec 27, 2013 0.00125 Dividend Dec 2, 2013 1,120.00 1,250.00 1,040.00 1,090.00 46,155,700 1,090.00 Nov 1, 2013 1,010.00 1,240.00 1,010.00 1,130.00 82,772,300 1,130.00 Oct 1, 2013 900.00 1,130.00 890.00 1,020.00 51,982,800 1,020.00 Sep 2, 2013 920.00 1,030.00 870.00 900.00 70,069,300 900.00
  • 45. 45 Aug 1, 2013 700.00 940.00 640.00 930.00 78,545,600 930.00 Jul 1, 2013 830.00 860.00 670.00 700.00 50,444,100 700.00 Jun 3, 2013 890.00 930.00 750.00 860.00 52,554,700 860.00 May 30, 2013 0.00126 Dividend May 1, 2013 1,200.00 1,240.00 920.00 930.00 46,852,100 930.00 Apr 1, 2013 1,300.00 1,340.00 1,190.00 1,230.00 29,454,600 1,229.99 Mar 1, 2013 1,560.00 1,580.00 1,250.00 1,310.00 36,855,000 1,309.99 Feb 1, 2013 1,640.00 1,680.00 1,550.00 1,570.00 27,721,300 1,569.99 Jan 1, 2013 1,590.00 1,770.00 1,590.00 1,650.00 29,204,500 1,649.99 Dec 27, 2012 0.0011 Dividend Dec 3, 2012 1,320.00 1,610.00 1,320.00 1,590.00 33,456,500 1,589.99 Nov 1, 2012 1,370.00 1,430.00 1,320.00 1,340.00 25,942,700 1,339.99 Oct 1, 2012 1,480.00 1,490.00 1,340.00 1,370.00 29,963,700 1,369.99 Sep 3, 2012 1,390.00 1,610.00 1,350.00 1,500.00 26,848,500 1,499.99 Aug 1, 2012 1,510.00 1,610.00 1,330.00 1,370.00 25,834,100 1,369.99 Jul 2, 2012 1,560.00 1,630.00 1,320.00 1,460.00 39,478,200 1,459.99 Jun 1, 2012 1,380.00 1,490.00 1,180.00 1,450.00 62,818,200 1,449.99 May 30, 2012 65.800003 Dividend May 1, 2012 1,870.00 1,880.00 1,460.00 1,470.00 36,701,300 1,469.99 Apr 2, 2012 1,960.00 1,960.00 1,770.00 1,860.00 36,483,700 1,783.97 Mar 1, 2012 1,900.00 1,980.00 1,870.00 1,930.00 40,896,900 1,851.11 Feb 1, 2012 1,870.00 2,025.00 1,790.00 1,920.00 60,254,700 1,841.52 Jan 2, 2012 1,760.00 1,860.00 1,750.00 1,830.00 43,343,000 1,755.20
  • 46. 46 Dec 1, 2011 1,910.00 2,025.00 1,730.00 1,770.00 41,225,000 1,697.65 Nov 29, 2011 21.35 Dividend Nov 1, 2011 1,990.00 2,150.00 1,830.00 1,910.00 55,160,000 1,831.93 Oct 3, 2011 1,610.00 2,150.00 1,500.00 2,025.00 82,228,800 1,920.41 Sep 5, 2011 1,990.00 2,125.00 1,430.00 1,720.00 90,738,200 1,631.16 Aug 1, 2011 2,675.00 2,700.00 1,990.00 2,025.00 74,306,900 1,920.41 Jul 1, 2011 2,500.00 2,700.00 2,450.00 2,650.00 45,169,800 2,513.12 Jun 1, 2011 2,425.00 2,500.00 2,250.00 2,450.00 40,360,700 2,323.45 May 30, 2011 20.50 Dividend May 2, 2011 2,225.00 2,475.00 2,200.00 2,450.00 91,331,600 2,323.45 Apr 1, 2011 2,275.00 2,350.00 2,200.00 2,200.00 51,965,800 2,068.55 Mar 1, 2011 2,425.00 2,475.00 2,175.00 2,200.00 60,228,000 2,068.55 Feb 1, 2011 2,400.00 2,500.00 2,250.00 2,450.00 53,471,600 2,303.61 Jan 3, 2011 2,675.00 2,900.00 2,225.00 2,250.00 75,970,500 2,115.56 Dec 1, 2010 2,375.00 2,650.00 2,250.00 2,550.00 45,974,900 2,397.63 Nov 29, 2010 9.85 Dividend Nov 1, 2010 2,125.00 2,500.00 2,100.00 2,325.00 70,574,600 2,186.08 Oct 1, 2010 2,050.00 2,300.00 2,000.00 2,100.00 63,251,900 1,966.16 Sep 1, 2010 1,870.00 2,150.00 1,760.00 2,025.00 119,488,700 1,895.94 Aug 2, 2010 2,050.00 2,150.00 1,880.00 1,900.00 61,193,700 1,778.90 Jul 1, 2010 1,970.00 2,100.00 1,940.00 2,000.00 54,380,400 1,872.53 Jun 3, 2010 17.00 Dividend Jun 1, 2010 1,920.00 2,100.00 1,820.00 1,990.00 74,550,200 1,863.17
  • 47. 47 May 3, 2010 2,175.00 2,175.00 1,700.00 2,000.00 120,657,900 1,856.04 Apr 1, 2010 1,970.00 2,250.00 1,970.00 2,200.00 103,636,100 2,041.64 Mar 1, 2010 1,850.00 1,980.00 1,820.00 1,960.00 105,335,100 1,818.91 Feb 1, 2010 1,880.00 1,960.00 1,760.00 1,830.00 113,034,300 1,698.27 Jan 4, 2010 1,730.00 2,075.00 1,730.00 1,890.00 135,613,600 1,753.95 * Close price adjusted for dividends and splits. Berdasarkan Data Closing Price tersebut dapat diketuhui selama rentang waktu 2010 s/d 2014 adalah sebagai berikut : Averange : 1,612.00 Max : 2,650.00 Min : 700.00 Gambar : Closing Price Berdasarkan grafik tersebut dapat diketahui bahwa ada tren harga saham yang cenderung menurun walaupun terjadi fluktuatif ada kenaikan dan penurunan, namun berdasarkan rentang waktu selama 5 tahun tersebut ada kecenderungan terus menurun hal ini berbanding terbalik dengan kenaikan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang cenderung terus mengalami kenaikan. 0 500 1000 1500 2000 2500 3000 01/01/2010 01/05/2010 01/09/2010 01/01/2011 01/05/2011 01/09/2011 01/01/2012 01/05/2012 01/09/2012 01/01/2013 01/05/2013 01/09/2013 01/01/2014 01/05/2014 01/09/2014 ClosingPrice Closing Price Close Linear (Close)
  • 48. 48 BAB 3 PERHITUNGAN ANALISIS RASIO 3.1. Tabel Perhitungan dan Formulasi Analisis Rasio NO RASIO RUMUS TAHUN 2014 2013 2012 2011 2010 I LIQUIDITY 1 Current Ratio Current Asset 1,271,632 1,370,879 1,413,875 1,297,525 1,109,776 Current Liabilities 774,595 773,679 899,223 779,201 644,497 1.64 1.77 1.57 1.67 1.72 2 Quick or Acid Test Ratio Current Asset - 1,271,632 1,370,879 1,413,875 1,297,525 1,109,776 Inventories 96,743 102,747 64,487 52,420 32,045 Current Liabilities 774,595 773,679 899,223 779,201 644,497 1.52 1.64 1.50 1.60 1.67 II ASSET MANAGEMENT / ACTIVITY 1 Inventory Turn Over (ITO) Cost of Good Sold (COGS) 2,605,444 2,540,984 2,679,867 2,559,012 1,888,920 Inventories 96,743 64,487
  • 49. 49 102,747 52,420 32,045 26.9 24.7 41.6 48.8 58.9 2 Average Collection Periode (ACP) Account Receivable 285,560 309,565 474,013 471,342 275,426 Sales / 365 3,325,444 3,285,142 3,722,489 3,987,405 2,717,643 365 365 365 365 365 31 34 46 43 37 3 Average Payment Periode (APP) atau Account Payable 351,145 326,987 352,675 388,342 268,394 Payables Defferal Period COGS / 365 2,605,444 2,540,984 2,679,867 2,559,012 1,888,920 365 365 365 365 365 49 47 48 55 52 4 Total Asset Turn Over Sales 3,325,444 3,285,142 3,722,489 3,987,405 2,717,643 Total Asset 6,413,648 6,695,951 6,649,448 5,658,961 4,470,119 0.52 0.49 0.56 0.70 0.61 III DEBT MANAGEMENT 1 Debt Ratio Total Liabilities 3,155,500 3,521,758 3,677,938 3,216,738 2,437,908 Total Assets 6,413,648 6,695,951 6,649,448 5,658,961 4,470,119 49% 53% 55% 57% 55%
  • 50. 50 2 Time Interest Earned Earning Before Interest & Tax 515,077 540,838 832,071 1,122,369 640,740 Interest Charge 189,717 116,582 118,347 119,758 115,424 2.71 4.64 7.03 9.37 5.55 4 Debt to Equity Ratio Total Debt 3,155,500 3,521,758 3,677,938 3,216,738 2,437,908 Equity 3,258,148 3,174,193 2,971,510 2,442,223 2,032,211 97% 111% 124% 132% 120% 5 Debt to Total Capital Total Debt 3,155,500 3,521,758 3,677,938 3,216,738 2,437,908 (Total Debt + Equity) 6,413,648 6,695,951 6,649,448 5,658,961 4,470,119 49% 53% 55% 57% 55% IV PROFITABILITY RATIO 1 Gross Profit Margin Gross Profits 720,000 744,158 1,042,622 1,428,393 828,723 Sales 3,325,444 3,285,142 3,722,489 3,987,405 2,717,643 22% 23% 28% 36% 30% 2 Profit Margin on Sales Net Income (loss) (EAT) 183,540 231,997 383,307 552,103 246,856 Sales 3,325,444 3,285,142 3,722,489 3,987,405 2,717,643 6% 7% 10% 14% 9% 3 Net Profit Margin Earnings Available for Common Stockholders 183,540 231,997 383,307 552,103 246,856 Sales 3,325,444 3,285,142 3,722,489 3,987,405 2,717,643
  • 51. 51 0.05519263 0.070620083 0.10297062 0.138461731 0.090834595 4 Earninng Per Share (EPS) Earnings Available for Common Stockholders 183,540 231,997 383,307 552,103 246,856 Number of shares of common stockholders 31,985,962,000 31,985,962,000 31,985,962,000 31,985,962,000 31,985,962,000 0.0000057 0.0000073 0.0000120 0.0000173 0.0000077 5 Return on Total Assets (ROA) Net Income (loss) (EAT) 183,540 231,997 383,307 552,103 246,856 Total Assets 6413648 6695951 6649448 5658961 4470119 3% 3% 6% 10% 6% 6 Return on Common Equity (ROE) Net Income (loss) (EAT) 183,540 231,997 383,307 552,103 246,856 Common Equity 1,497,434 1,497,434 1,497,434 1,518,221 1,518,221 12% 15% 26% 36% 16% V MARKET VALUE 1 Price Earning Ratio (PER) Closing Price 1040 1090 1590 1770 2550 Earning Per Share (EPS) 0.0000057 0.0000073 0.0000120 0.0000173 0.0000077 181,243,328 150,280,816 132,681,322 102,544,548 330,412,075 2 Market/Book (M/B) ratio Closing Price 1040 1090 1590 1770 2550 Book Value Per Share 0.0000468 0.0000468 0.0000468 0.0000475 0.0000475 22,214,936 23,282,962 33,963,219 37,290,456 53,723,538 3 Sum of Share Outstanding EAT 183,540 231,997 383,307 552,103 246,856 EPS 0.0000057 0.0000073 0.0000120 0.0000173 0.0000077 31,985,962,000 31,985,962,000 31,985,962,000 31,985,962,000
  • 52. 52 31,985,962,000 4 Book Value Per Share Common Equity 1,497,434 1,497,434 1,497,434 1,518,221 1,518,221 Sum of Share Outstanding 31,985,962,000 31,985,962,000 31,985,962,000 31,985,962,000 31,985,962,000 0.0000468 0.0000468 0.0000468 0.0000475 0.0000475 VI WORKING CAPITAL 1 Modal Kerja yang Ada (MKA) Current Asset- 1,271,632 1,370,879 1,413,875 1,297,525 1,109,776 Current Liabilities 774,595 773,679 899,223 779,201 644,497 497,037 597,200 514,652 518,324 465,279 2 Inventory Conversion Period (ICP) Inventory 96,743 102,747 64,487 52,420 32,045 COGS/365 2,605,444 2,540,984 2,679,867 2,559,012 1,888,920 13.55 14.76 8.78 7.48 6.19 3 Receivable Convention Period (RCP) atau Account Receivable 285,560 309,565 474,013 471,342 275,426 Day Sales Outstanding (DSO) Sales / 365 3,325,444 3,285,142 3,722,489 3,987,405 2,717,643 31 34 46 43 37 4 Cash Conversion Cycle (CCC) (ICP- 13.55 14.76 8.78 7.48 6.19 DSO) - 31 34 46 43 37 APP 49
  • 53. 53 47 48 55 52 (67) (67) (86) (91) (83) 5 Kebutuhan Modal Kerja (MKS) CCC x (67) (67) (86) (91) (83) (COGS / 365 ) 7,138 6,962 7,342 7,011 5,175 (1,310) (1,270) (1,724) (1,749) (1,172) 6 Selisih (MKA - MKS) (MKA - 497,037 597,200 514,652 518,324 465,279 MKS) (1,310) (1,270) (1,724) (1,749) (1,172) 498,347 598,470 516,376 520,073 466,451
  • 54. 54 3.2.Ringkasan Hasil Perhitungan Analisis Rasio Tabel NO RASIO TAHUN Keterangan 2014 2013 2012 2011 2010 I LIQUIDITY 1 Current Ratio 1.64 1.77 1.57 1.67 1.72 2 Quick or Acid Test Ratio 1.52 1.64 1.50 1.60 1.67 II ASSET MANAGEMENT 1 Turnover Ratio (ITO) 26.93 24.73 41.56 48.82 58.95 2 Average Collection Periode (ACP) 31.34 34.39 46.48 43.15 36.99 3 Average Payment Periode (APP) 49.19 46.97 48.03 55.39 51.86 4 Total Asset Turn Over 0.52 0.49 0.56 0.70 0.61 III DEBT MANAGEMENT 1 Debt Ratio 0.49 0.53 0.55 0.57 0.55 2 Time Interest Earned 2.71 4.64 7.03 9.37 5.55 3 Debt to Equity Ratio 0.97 1.11 1.24 1.32 1.20 4 Debt to Total Capital 0.49 0.53 0.55 0.57 0.55 IV PROFITABILITY 1 Gross Profit Margin (GPM) 22% 23% 28% 36% 30% 2 Profit Margin on Sales 6% 7% 10% 14% 9% 3 Net Profit Margin (NPM) 6% 7% 10% 14% 9% 4 Earning Per Share (EPS) 0.000006 0.000007 0.000012 0.000017 0.000008 5 Return on Total Assets (ROA) 3% 3% 6% 10% 6% 6 Return on Common Equity (ROE) 12% 15% 26% 36% 16% V MARKET VALUE
  • 55. 55 1 Price Earning Ratio (PER) 181,243,328.32 150,280,816.48 132,681,322.23 102,544,548.28 330,412,074.65 2 Market / Book Ratio 22,214,936.00 23,282,961.77 33,963,219.47 37,290,455.57 53,723,537.68 3 Sum of Share Outstanding 31,985,962,000.00 31,985,962,000.00 31,985,962,000.00 31,985,962,000.00 31,985,962,000.00 4 Book Value per Share 0.000047 0.000047 0.000047 0.000047 0.000047 VI WORKING CAPITAL 1 Modal Kerja yang Ada (MKA) 497,037.00 597,200.00 514,652.00 518,324.00 465,279.00 2 Inventory Cenversion Periode (ICP) 13.55 14.76 8.78 7.48 6.19 3 Receivable Conversion Periode (RCP) 31.34 34.39 46.48 43.15 36.99 4 Cash Conversion Cycle (CCC) -66.98 -66.61 -85.73 -91.06 -82.66 5 Kebutuhan Modal Kerja -1,309.96 -1,270.36 -1,724.48 -1,749.09 -1,172.02 6 Selisih (MKA-MKS) 498,346.96 598,470.36 516,376.48 520,073.09 466,451.02
  • 56. 56 BAB 4 ANALISIS LAPORAN KEUANGAN 4.1. Rasio Likuiditas (Liquidity Ratio) Rasio likuiditas adalah rasio yang menunjukkan kemampuan pengelola perusahaan dalam memenuhi kewajiban atau membayar hutang jangka pendeknya. Artinya seberapa mampu perusahaan untuk membayar kewajiban atau hutangnya yang sudah jatuh tempo. Jika perusahaan mampu memenuhi kewajibannya, maka perusahaan dinilai sebagai perusahaan yang likuid. Sebaliknya, jika perusahaan tidak dapat memenuhi kewajibannya, maka perusahaan dinilai sebagai perusahaan yang ilikuid. Rasio ini digunakan oleh pemberi pinjaman untuk menentukan apakah aktiva lancar yang dimiliki oleh perusahaan tersebut cukup untuk dapat dikonversikan menjadi tunai guna melunasi hutang jangka pendeknya. Gambar 4.1 Tren Rasio Liquiditas PT. Adaro Energy, Tbk Berikut ini merupakan hasil analisis rasio dari PT. Adaro Energy, Tbk :  Rasio Lancar / Current Ratio (CR) Merupakan perbandingan Current Asset dengan Current Liabilities.Nilai Rasio Lancar harus minimal 1 atau lebih dari 1 supaya dapat disebut likuid.Dari data keuangan PT. Adaro Energy, Tbk tahun 2014-2010 didapat nilai yang berubah- ubah dan cenderung menurun, hal ini dikarenakan penggunakan kewajiban 2014 2013 2012 2011 2010 Quick Ratio 1,64 1,77 1,57 1,67 1,72 Quick or Acid Test Ratio 1,52 1,64 1,50 1,60 1,67 1,64 1,77 1,57 1,67 1,72 1,52 1,64 1,50 1,60 1,67 1,35 1,40 1,45 1,50 1,55 1,60 1,65 1,70 1,75 1,80 NilaiRasio Liquidity Ratio
  • 57. 57 jangka pendek yang tidak efisien, perusahaan cenderung lebih menggunakan kewajiban jangka pendeknya untuk investasi jangka panjang, jadi pengelolaan yang tidak maching ini pada akhirnya menyebabkan fluktuasinya kedua rasio ini. Sehingga dari data tersebut bisa dikatakan PT. Adaro Energy, Tbk memiliki rasio lancar lebih dari 1 dimana kemampuan perusahaan untuk membayar hutang jangka pendeknya adalah cukup baik, namun cukup berisiko karena masih rentan akan fluktuasi ekononomi dan gejolak lain secara internal perusahaan.  Rasio Cepat / Quick or Acid Test Ratio Merupakan rasio yang menunjukkan nilai relatif antara selisih aktiva lancar (Current Asset) dengan Inventory terhadap hutang lancar (Current Liabilities). Dari hasil perhitungan tahun 2014-2010, karena rasio ini tidak memperhitungkan nilai Inventory atau persediaan, maka dapat menyebabkan nilai Rasio Cepat akan menjadi lebih kecil daripada Rasio Lancar. Komponen persediaan dianggap tidak lancar untuk dapat segera digunakan memenuhi kewajiban atau hutang yang segera jatuh tempo. Dari grafik tersebut juga terlihat keidentikkan pergerakan tren rasio cepatnya semakin menurun dan menjauhi angka 1 dan sempat minus pada tahun 2012 disebabkan adanya tambahan current liabilitias yang besar dan perlu di evaluasi secara khusus, atau maka dapat dikatakan rasio cepat perusahaan PT. Adaro Energy, Tbk adalah cukup baik. 4.2. Manajemen Aset (Asset Management) Merupakan rasio yang menunjukkan seberapa efektif perusahaan dalam mengelola aset / sumber dayanya supaya dapat menghasilkan keuntungan bagi perusahaan, manajemen aset dikenal dalam istilah lain yaitu Turn Over Ratio. Rasio ini terdiri dari :  Inventory Turn Over (ITO) Merupakan perbandingan dari Cost Of Goods Sold dengan Inventories. Rasio ini menunjukkan berapa kali barang dijual dan diadakan kembali selama satu periode tertentu. Dari laporan keuangan PT. Adaro Energy, Tbk Tahun 2010- 2014 pada gambar 4.2, terlihat bahwa rasionya fluktuatif namun cenderung terus menurun dan jauh dari standar rasio yang sehat atau di atas 1, sehingga dapat dikatakan bahwa perusahaan kurang baik dalam mengelola persediaannya. Dan perlu untuk dilakukan evaluasi lebih dalam penyebab dari rasionya yang rendah.
  • 58. 58 Gambar 4.2 Tren Manajemen Aset PT. Adaro Energy, Tbk  Average Collection Periode (ACP)/ DSO Merupakan rasio yang mengetahui jangka waktu rata-rata penagihan piutang menjadi kas yang berasal dari penjualan kredit perusahaan. Semakin besar nilai ACP, maka semakin lama pengembalian hutang dari perusahaan yang membeli secara kredit. Nilai ACP atau DSO yang cenderung naik pada hasil analisis laporan keuangannya menunjukkan bahwa perusahaan baik dalam mengelola piutangnya. Hal ini dilihat dari rata-rata pengumpulan piutang ini membutuhkan waktu 35 hari.  Average Payment Periode (APP) 2014 2013 2012 2011 2010 Inventory Turnover Ratio (ITO) 26,93 24,73 41,56 48,82 58,95 Average Collection Periode (ACP) 31,34 34,39 46,48 43,15 36,99 Average Payment Periode (APP) atau 49,19 46,97 48,03 55,39 51,86 Total Asset Turn Over 0,52 0,49 0,56 0,70 0,61 26,93 24,73 41,56 48,82 58,95 31,34 34,39 46,48 43,15 36,99 49,19 46,97 48,03 55,39 51,86 0,52 0,49 0,56 0,70 0,61 -10,00 -5,00 0,00 5,00 10,00 15,00 20,00 25,00 30,00 35,00 40,00 45,00 50,00 55,00 60,00 65,00 NilaiRasio Asset Management
  • 59. 59 Merupakan rasio yang menggunakan seberapa lama rata-rata jangka waktu pembayaran utang. Semakin lama pembayaran piutang ini maka semakin bagus untuk perusahaan. Karena penggunaannya diarahkan untuk kegiatan operasi jangka pendek perusahaan. Dari Grafik tersebut dari 2014-2010 terlihat ada penurunan yang artinya kecenderungan perusahaan membayaran kewajibannya relatif baik. Namun secara industri masih belum dianalisis lebih lanjut. 4.3. Manajemen Hutang (Debt Management) Rasio untuk kategori ini digunakan oleh calon pemberi pinjaman untuk memperoleh gambaran jelas mengenai resiko yang akan terjadi jika meminjamkan uang kepada suatu perusahaan. Pemberi pinjaman ingin diyakinkan bahwa uang mereka akan dibayarkan kembali sesuai dengan perjanjian ketika akad dilakukan. Rasio ini terbagi atas : Gambar 4.5 Tren Manajemen Hutang PT. Adaro Energy, Tbk 2014 2013 2012 2011 2010 Debt Ratio 0,49 0,53 0,55 0,57 0,55 Time Interest Earned (TIE) 2,71 4,64 7,03 9,37 5,55 Debt to Equity Ratio 0,97 1,11 1,24 1,32 1,20 Debt to Total Capital 0,49 0,53 0,55 0,57 0,55 0,49 0,53 0,55 0,57 0,55 2,71 4,64 7,03 9,37 5,55 0,97 1,11 1,24 1,32 1,20 0,49 0,53 0,55 0,57 0,55 0,00 1,00 2,00 3,00 4,00 5,00 6,00 7,00 8,00 9,00 10,00 NilaiRasio Debt Management Ratio
  • 60. 60  Debt Ratio Merupakan perbandingan Total Debt dengan Total Asset. Rasio ini mengukur total dana yang disediakan oleh kreditur. Jika nilai rasio ini tinggi maka resiko akan semakin tinggi. Dari gambar tersebut, rasio pada tahun 2014-2010 makin kedepannya makin turun. bahwa awalnya pada tahun 2010, 55% aset yang dimiliki didanai dari hutang, dan di tahun 2014 menjadi 49% asetnya didanai dari hutang. Berarti dapat dikatakan bahwa perusahaan masih dapat memperhitungkan pinjaman hutang dan ini berakibat dalam pengelolaan asetnya 49% didanai dari hutang.  Times Interest Earned (TIE) Ratio Merupakan perbandingan Earning Before Interest & Tax dengan Interest. Rasio ini menunjukkan kemampuan perusahaan untuk membayar beban bunga. Nilai rasio yang di tahun 2014-2010 sebesar 5.55 ke 2.71 maka perusahaan memiliki kemampuan untuk membayar bunga hutang. Jadi perusahaan agaknya kesulitan dalam memenuhi kewajibannya berupa pembayaran bunga. namun Perusahaan PT. Adaro Energy, Tbk mempunyai nilai rasio yang rentan, sehingga bisa dikatakan kurang baik.Namun memang yang masih perlu dievaluasi lebih lanjut adalah antara mengapa penurunannya terjadi secara terus-menerus apakah penurunan ini terjadi juga pada industri sejenis terutama kompetitornya 4.4. Rasio Profitabilitas (Profitability Ratio) Rasio profitabilitas memberikan gambaran tentang kemampuan manajemen perusahaan dalam menghasilkan laba untuk periode tertentu. Manajemen yang efektif dan efisien mengelola sumber daya perusahaannya akan memberikan tingkat profitabilitas yang berarti bagi pemilik kreditur, dan pihak manajemen sendiri. Rasio ini terdiri dari :
  • 61. 61  Gross Profit Margin (GPM) Merupakan rasio yang melihat penggunaan sales terhadap gross profit perusahaan sejauh mana pendapatan operasi/revenue/sales perusahaan dalam menopang laba kotornya. Dari grafik terlihat bahwa PT. Adaro Energy, Tbk dari tahun 2014-2010 ada kecenderungan penurunan, hal ini menggambarkan bahwa sales perusahaan ini mempunyai kinerja yang kurang baik.  Profit Margin on Sales Merupakan perbandingan antara Earning After Tax dengan Sales. Rasio ini menunjukkan laba atas setiap penjualan dalam Rupiah. Dalam 5 tahun terakhir nilai rasio PT. Adaro Energy, Tbk cenderung stabil pada range 0.06 – 0.09. Hal ini menunjukkan bahwa perusahaan cenderung mempertahankan margin keuntungan perusahaan pada range tersebut. Walaupun range ini diatas 5% namun pergerakan rasio yang fluktuatif menandakan kinerja perusahaan masih kurang baik. Seperti pada gambar 2014 2013 2012 2011 2010 Gross Profit Margin (GPM) 0,22 0,23 0,28 0,36 0,30 Profit Margin on Sales 0,06 0,07 0,10 0,14 0,09 Net Profit Margin (NPM) 0,06 0,07 0,10 0,14 0,09 0,06 0,07 0,10 0,14 0,09 0,06 0,07 0,10 0,14 0,09 0,00 0,05 0,10 0,15 0,20 0,25 0,30 0,35 0,40 NilaiRasio Profitability Ratio
  • 62. 62  Return on Total Asset (ROA) Merupakan perbandingan antara Earning After Tax dengan Total Asset. Rasio ini menunjukkan kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba atas aktiva yang digunakan. Pada gambar terlihat bahwa PT. Adaro Energy, Tbk mendapatkan rata-rata laba sebesar +/- 5% dari aset total yang dimilikinya, dan cenderung menurun di range 3% - 12%, kenaikan yang sedikit dan penurunan yang lebih lama ini berarti perusahaan tersebut mempunyai kemampuan yang cukup baik untuk menghasilkan laba yang kurang baik atas aktiva yang digunakan.  Return on Common Equity (ROE) Merupakan perbandingan antara Earning After Tax dengan Common Equity – Preferred Stocks. Rasio ini mengukur tingkat pengembalian atas investasi bagi pemegang saham biasa. Rasio ini mengukur tingkat pengembalian atas investasi bagi pemegang saham biasa. Nilai rasio pada gambar yang cenderung meningkat signifikan pada tahun 2010, kemudian terus mengalami penurunan 2014 2013 2012 2011 2010 Gross Profit Margin (GPM) 0,22 0,23 0,28 0,36 0,30 Profit Margin on Sales 0,06 0,07 0,10 0,14 0,09 Net Profit Margin (NPM) 0,06 0,07 0,10 0,14 0,09 Earninng Per Share (EPS) 0,00000574 0,00000725 0,00001198 0,00001726 0,00000772 0,22 0,23 0,28 0,36 0,30 0,06 0,07 0,10 0,14 0,09 0,06 0,07 0,10 0,14 0,09 0,00000574 0,00000725 0,00001198 0,00001726 0,00000772 0,00 0,05 0,10 0,15 0,20 0,25 0,30 0,35 0,40 NilaiRatio Profitability Ratio
  • 63. 63 dari 2012-2014. Hal ini menunjukkan bahwa perusahaan mampu memberikan tingkat pengembalian investasi yang kurang baik bagi pemegang saham biasa. Gambar 4.7 Tren Profitabilitas Ratio PT. Adaro Energy, Tbk 4.5. Market Value Ratio Rasio ini menunjukkan kinerja perusahaan dilihat oleh investor melalui pendapatan dan harga saham di pasar modal. Hal ini terkait erat oleh laba dan nilai buku perusahaan sehingga dapat dilihat prospek ke depannya seperti apa. Berikut merupakan analisis market value dari perusahaan PT. Adaro Energy, Tbk : 1 2 3 4 5 Return on Total Assets (ROA) 0,03 0,03 0,06 0,10 0,06 Return on Common Equity (ROE) 0,12 0,15 0,26 0,36 0,16 0,03 0,03 0,06 0,10 0,06 0,12 0,15 0,26 0,36 0,16 0,00 0,05 0,10 0,15 0,20 0,25 0,30 0,35 0,40 NilaiRasio Profitability Ratio
  • 64. 64  Price Earning Ratio (PER) Merupakan perbandingan Market Price per Share atau harga Saham saat ini di pasar dengan Earning per Share atau keuntungan tahunan per saham. Dalam kaitannya dengan kebijakan dividen yang dibuat perusahaan, menurut Deitiana (2009) “PER adalah ukuran tingkat harga pasar per saham terhadap laba per saham. PER menunjukan jumlah rupiah yang harus dibayar investor untuk setiap 1 rupiah laba periode berjalan. Maka semakin tinggi PER, semakin banyak mereka membayar, sehingga semakin besar pula pendapatan yang mereka harapkan”. Jika dilihat pada gambar tersebut dari tahun 2010 sangat tinggi kemudian terus mengalami penurunan yang paling dalam di tahun 2011 ke 102,544,548.00 walaupun tetap mengalami kenaikan sedikit demi sedikit namun tidak mampu melewati kenaikan yang terjadi pada tahun 2010. Hal ini menunjukkan bahwa kondisi perusahaan masih kurang baik dan return yang dihasilkan perusahaan cukup kecil.  Market/Book Merupakan perbandingan antara Market Price per Share dengan Book Value per Share. Rasio ini menunjukkan seberapa besar tingkat imbal balik (return). Jika melihat gambar, Market/Book PT. Adaro Energy, Tbk mempunyai rasio lebih dari 1 di mulai tahun 2014-2010, terus mengalami penurunan. Sehingga perusahaan kurang dapat memberikan penilaian harga saham yang kurang baik 2014 2013 2012 2011 2010 Price Earning Ratio (PER) 181.243.328,150.280.816,132.681.322,102.544.548,330.412.074, Market/Book (M/B) ratio 22.214.936,023.282.961,733.963.219,437.290.455,553.723.537,6 181.243.328,32 150.280.816,48 132.681.322,23 102.544.548,28 330.412.074,65 22.214.936,00 23.282.961,77 33.963.219,47 37.290.455,57 53.723.537,68 0,00 50.000.000,00 100.000.000,00 150.000.000,00 200.000.000,00 250.000.000,00 300.000.000,00 350.000.000,00 NilaiRasio Market Value
  • 65. 65 dan hal ini menjadi pertimbangan bagi investor untuk terus menanamkan modalnya pada perusahaan ini. 4.6. Modal Kerja Modal kerja merupakan aspek penting lainnya yang perlu diperhatikan dalam analisis kinerja perusahaan. Hal ini berhubungan dengan pengelolaan investasi jangka pendek (sumber dana) yang merupakan keputusan mendasar jumlah setiap kategori aktiva lancar yang ditambah dan bagaimana aktiva lancar tersebut akan dibiayai. Modal kerja dapat diartikan sebagai investasi dalam kas, surat-surat berharga, piutang dan persediaan dikurangi hutang lancar yang digunakan untuk melindungi aktiva lancar. Modal kerja berhubungan dengan :  Inventory Conversion Period (ICP) Adalah waktu rata-rata yang dibutuhkan untuk mengkonversi bahan baku menjadi barang jadi dan kemudian menjual barang tersebut. Semakin besar nilai ICP maka semakin lama waktu yang dibutuhkan suatu perusahaan untuk mengkonversi bahan baku menjadi barang jadi sampai menjualnya. Nilai ICP yang cenderung stabil dan menurun pada hasil laporan keuangannya menunjukkan bahwa perusahaan memerlukan waktu lebih dari 500 hari di tahun 2014-2010, jadi pengolalaan rasio ini kurang baik karena perputarannya sangat lama atau butuh waktu dua (2) tahun lebih.
  • 66. 66 2014 2013 2012 2011 2010 Modal Kerja yang Ada (MKA) 497.037 597.200 514.652 518.324 465.279 Inventory Conversion Period (ICP) 13,55 14,76 8,78 7,48 6,19 Day Sales Outstanding (DSO) 31,34 34,39 46,48 43,15 36,99 Cash Conversion Cycle (CCC) -66,98 -66,61 -85,73 -91,06 -82,66 Kebutuhan Modal Kerja (MKS) -1.309,96 -1.270,36 -1.724,48 -1.749,09 -1.172,02 -1.309,96 -1.270,36 -1.724,48 -1.749,09 -1.172,02 (100.000) 0 100.000 200.000 300.000 400.000 500.000 600.000 700.000 NilaiRasio Working Capital
  • 67. 67  Net Working Capital Merupakan selisih antara modal kerja perusahaan dengan kewajiban lancar yang dimilikinya.Dari hasil perhitungan PT. Adaro Energy, Tbk didapat nilai selisih yang makin lama makin besar setiap tahunnya. Nilai idealnya adalah nol, atau setidak-tidaknya selisihnya mendekati nol. Hal ini berarti perusahaan ini memiliki nilai yang kurang baik karena perusahaan kurang efisien dalam mengelola aset sehingga kurang dapat melunasi kewajiban perusahaan.  Cash Conversion Cycle (CCC) Merupakan jangka waktu perusahaan memulai pengeluaran tunai untuk sumber daya (bahan baku dan pekerja) hingga terealisasikan penagihan atas penjualan produk atau dapat dikatakan lamanya dana tertanam dalam bentuk modal kerja. Semakin pendek waktu yang diperlukan maka semakin baik kinerja perusahaan. Dari perhitungan data PT. Adaro Energy, Tbk tahun 2010 hingga 2014, nilainya cenderung fluktuatif, hal ini menunjukkan konversi pengeluaran tunai hingga penagihan atas penjualan yang tidak stabil dan membutuhkan waktu lebih dari dua tahun.  Deviasi Working Capital Merupakan alat kontrol mengenai penggunaan arus kas modal perusahaan, nilai idealnya adalah nol atau semakin mendekati nol semakin baik, jika bernilai positif semakin besar semakin tidak baik, sebaliknya jika bernilai negatif semakin kecil semakin tidak baik pula. Pada tabel hasil perhitungan analisis rasio angka deviasi PT. Adaro Energy, Tbk, terlihat bahwa pada tahun 2010-2014 nilainya terus turun. Terutama terendahnya pada tahun 2010 artinya defisit arus kas, hal ini disebabkan karena nilai hutang lancar (current liabilities) dari tahun ke tahun semakin besar dan lebih besar daripada aset lancar (current asset). Hal ini berarti pengelolaan modal kerja perusahaan yang tidak baik.
  • 68. 68 ANALISIS HARGA SAHAM PT. ADARO ENERGY, Tbk Memperhatikan grafik rata-rata tahunan IHSG dan Index Pertambangan terjadi perubahan arah yang cukup signifikan pada semester kedua tahun 2012. Dimana Index Pertambangan terkoreksi 50% dari IHSG. Hal ini salah satunya dampak kebijakan Tipping Off Bank Sentral Amerika Serikat. Para investor asing secara seperti Warrant Buffet, menarik dananya dari sektor ini untuk ditanamkan di negaranya yang telah menaikan suku bunga deposito maupun obligasi pemerintah. Hal ini terlihat pada pergerakan saham PT Adaro Energy, Tbk dan PT Bukit Asam, Tbk yang searah dengan pergerakan harga Index Pertambangan. 498.346,96 598.470,36 516.376,48 520.073,09 466.451,02 0,00 100.000,00 200.000,00 300.000,00 400.000,00 500.000,00 600.000,00 700.000,00 1 2 3 4 5 6 NilaiRasio Working Capital Selisih (MKA-MKS)
  • 69. 69
  • 70. 70 BAB 5 KESIMPULAN & SARAN 5.1. Kesimpulan Dalam menganalisis laporan keuangan PT. Adaro Energy, Tbk dalam berbagai aspek, maka didapat kesimpulan sebagai berikut :  Dari aspek Rasio Likuiditas, likuiditas perusahaan cenderung fluktuatif atau kurang baik dalam mengelola hutang jangka pendek Karena rasio-rasio ini masih diatas 1 atau 100% (seratus persen), dari perhitungan rasio likuiditas hanya rata-rata masing 167% dan 159%. Hal ini jika perusahaan mengkover pembayaran semua kewajibannya dan kemudian terjadi inflasi dan resesi ekonomi maka perusahaan mampu bertahan namun sangat rentan, jika saja rasionya diatas 2 atau 200%, maka perusahaan lebih kuat baik untuk sekedar bertahan dari krisis maupun untuk terus melakukan ekspansi bisnisnya. Hal ini akan mempengaruhi pertimbangan kreditur dalam memberikan pinjaman kepada perusahaan.  Dari aspek Manajemen Aset, jika melihat tren rasio ITO dan ACP dari tahun 2010-2014, terlihat kecenderungan yang sangat fluktuatif dengan nilai rasio perputaran bahan baku hingga barang dijual adalah berkisar 30 s/d 60 kali dalam setahun atau rata-rata dan ini tidak baik dalam pengelolaannya. Nilai dari DSO, maka dapat dilihat bahwa nilainya semakin lama cenderung makin menurun, tetapi secara kinerja masih kurang baik. penyebab mengapa rasio likuiditas menjadi rendah. Piutang yang besar sebenarnya membuat nilai aset lancar menjadi besar, namun piutang ini mestinya juga diimbangi dengan sales yang besar pula. Perusahaan ini memiliki piutang yang besar dan terus diimbangi dengan dengan salesnya yang besar, sehingga memiliki nilai DSO yang rendah walaupun sedikit membaik. Kinerja ini menjadi pertimbangan bagi manajemen untuk memperbaiki sales tahunannya yaitu dengan melakukan ekspansi tambang-tambang batu bara baru yang lebih potensial dan menunjang kinerja jangka panjang perusahaan. Sisi lain manajemen harusnya mampu memberikan kinerja dengan melakukan kointegrasi bisnis agar efisien, biaya sales menurun, memperbanyak kolaborasi dengan perusahaan pembangkit listrik domestik sehingga dalam jangka panjang variable cost (biaya sewa kapal, biaya pengiriman, biaya penyimpanan dll). perusahaan akan menjadi fixed cost (mendirikan anak usaha atau kolaborasi) dan kemudian secara asset perusahaan akan bertambah besar. Dengan demikian owner akan senang
  • 71. 71 karena asset perusahaan bertambah tanpa mengurangi nilai omset penjualan perusahaan.  Dari aspek Manajemen Hutang, perusahaan cenderung makin banyak berhutang, sehingga lebih dari 50% asetnya berasal dari hutang. Hal ini dapat dilihat pada Debt Ratio perusahaan, turun 2014 dan nilainya berkisar dari 49% sampai. Hal ini tentunya akan juga mempengaruhi keputusan untuk memberikan pinjaman dan juga besarnya pinjaman yang akan diberikan kepada perusahaan. Namun dalam hal membayar hutang, nilai TIE menunjukkan perusahaan mempunyai kemampuan yang cukup baik juga, namun memang di antara tahun 2010-2013 terjadi kenaikan beban bunga. Namun pada tahun 2014 ada sedikit kenaikan tetapi dari sisi kinerja manajemen hutang cukup baik.  Dari aspek Profitabilitas, perusahaan memiliki margin keuntungan yang fluktuatif yaitu jika melihat nilai rasio Profit Margin On Sales, di angka kurang dari 100%, walaupun pada tahun 2014 diangka 6% dari kenaikan laba, dan 2011 adalah puncak tertingginya. dan juga dalam pengelolaan asetnya (ROA) perusahaan cenderung kurang stabil dalam menghasilkan keuntungan, bahkan jika memperhatikan nilai ROE perusahaan sedikit mampu memberikan tingkat pengembalian investasi yang semakin menurun dari tahun ke tahun bagi pemegang saham biasa. Dengan demikian secara keseluruhan aspek profitabilitas masih cukup baik. Artinya PT. Adaro Energy, Tbk berdasarkan kinerjanya ini belum dapat memberikan return yang baik bagi pemegang saham, kerana terjadi penuruun ROA dan ROE ini tiap tahunnya maka setidaknya berpengaruh pada penurunan harga sahamnya di bursa efek Indonesia.  Dari aspek Market Value, kinerja perusahaan kurang baik dalam meningkatkan image dan nilai perusahaan, hal ini dari nilai PER dan Market/Book Ratio yang rendah. Rendahnya nilai PER berarti semakin banyak kurang investor membayar, sehingga sulit mendapatkan return yang besar. Tentu saja dari aspek ini dapat mempengaruhi pandangan investor untuk tidak menanamkan sahamnya pada PT. Adaro Energy, Tbk ini.  Dari aspek deviasi penggunaan modal kerja / Working Capital, nilainya cenderung makin besar, hal ini menunjukkan bahwa perusahaan mempunyai kekurangan dalam mengelola modal kerjanya dengan baik, besarnya hutang lancar (current liabilities) yang tidak seimbang dengan aset lancar (current asset) menyebabkan nilainya negatif dan semakin kecil dari tahun ke tahun. Sehingga perusahaan bisa dikatakan mempunyai resiko likuiditas atau performa perusahaan cukup baik. Terjadi penurunan pada tahun 2014 cukup significant artinya sebesar 17% dibandingkan tahun 2013.
  • 72. 72 Perusahaan ini pengelolaan working capitalnya kurang baik.  Secara umum, kinerja perusahaan masih dapat dikatakan kurang sehat karena belum dapat menghasilkan keuntungan yang besar, nilai perusahaan yang kecil di pasar, dan belum mampu memberikan pengembalian investasi yang besar, atau dengan kata lain tingkat pengembalian investasinya rendah. Juga perusahaan mempunyai resiko di dalam likuiditasnya dan rasio hutang yang tinggi, sehingga menempatkan posisi perusahaan pada posisi yang beresiko. Perusahaan mengalami masa-masa sukarnya pada tahun 2010 dimana terdapat beban bunga yang besar dan perputaran aset yang melambat dan penjualanya yang rendah, hal ini dimungkinkan karena pada saat memasuki tahun 2010, ekonomi dunia sedang mengalami dua kejadian penting, yaitu: pertama, krisis ekonomi kapitalisme global yang sangat mendalam dan struktural, dan kedua, pergeseran kekuatan ekonomi dunia dari utara (AS dan eropa) ke Asia timur (Tiongkok) dan amerika latin. Sehingga kondisi pasar domestik menjadi kurang kondusif dan ditambah lagi stabilitas ekonomi dan politik di ujung tahun 2013 menjadi harapan bagi pemulihan ekonomi jika ada kepastian di Pemilu Legislatif maupun Pilpres nantinya. Namun perusahaan mengalami pemulihan di tahun 2011, dan di tahun 2012 hingga 2013 perusahaan mempunyai kinerja cukup baik, dan tahun 2014 kinerja perusahaan secara umum mengalami penurunan. 5.2. Saran Berikut merupakan saran-saran untuk PT. Adaro Energy, Tbk dalam mengembangkan perusahaan dilihat dari beberapa aspek rasio yang dikaji :  Perusahaan sebaiknya meningkatkan rasio likuiditas dan profitabilitasnya dengan cara mempercepat proses penagihan piutang, sehingga tidak membebani arus kas perusahaan untuk membayar hutang jangka pendek, karena bisa jadi rasio hutang meningkat dikarenakan aset lancar perusahaan tidak dapat memenuhi pembayaran hutang jangka pendek. Dan senantiasa mengkaji hutang yang dimilikinya karena perputarannya yang sangat lama dan memperketat pemberian jaminan kredit, agar terhindar dari masalah kredit atau kredit macet. Hal ini diharapkan perusahaan dapat mendapatkan laba yang sesuai sehingga mampu mensejahterakan segala aspek perusahaan.  Pemilihan rekan bisnis merupakan bagian yang vital dalam mendukung poin sebelumnya mengenai rasio likuiditas, jadi perusahaan sebaiknya lebih selektif lagi memilih rekan bisnis. Pemilihan rekan bisnis yang dimaksudkan adalah memilih rekan bisnis yang dapat melakukan pembayaran lebih cepat, sehingga dapat mengurangi beban arus kas dan perputaranya menjadi lebih cepat.
  • 73. 73  Perusahaan sebaiknya mengurangi pembiayaan operasi dengan menggunakan hutang. Apalagi jika hutang tersebut merupakan hutang jangka pendek, dengan likuiditas yang rendah, maka perusahaan akan beresiko untuk kesulitan membayar hutang jangka pendeknya. Dan perusahaan lebih tingkatkan lagi penjualannya agar menyeimbangkan beban hutang yang besar.  Perusahaan sebaiknya mengevaluasi kembali harga saham, yang kurang aktif diperdagangkan karena jika dilihat dari kenaikan IHSG 5.369, kenaikan yang terjadi di PT. Adaro Energy, Tbk hanya setengahnya atau berkisar 1.040. minimal harganya sahamnya di atas IHSG .Hal ini bertujuan untuk memberikan deviden yang besar dan membuka kesempatan bagi calon investor dapat membeli sahamnya.  Dalam menghadapi persaingan bisnis yang ketat, diharapkan PT. Adaro Energy Tbk, dapat memaksimalkan potensi melalui : - Pemanfaatan lokasi yang tepat untuk bisnis yang tepat dan berkualitas - Menciptakan differensi dan menyasar kalangan investor-investor lokal maupun internasional dengan membuka kerjasama yang intens di pusat- pusat bisnis dunia, seperti china, amerika serikat, perancis, Arab Saudi, dll. - Terus memberikan edukasi dan menfasilitasi masyarakat agar image perusahaan tumbuh dan besar. Sehingga secara tidak langsung akan mempengaruhi peningkatan penjualan.
  • 74. 74 DAFTAR PUSTAKA Houston, John F. dan Brigham. Eugene F, 2010. Essential of Financial Management, Edsi II. Salemba Empat. Jakarta. Harjito, D Agus dan Martono, 2005. Manajemen Keuangan..Edisi 5. Ekononisia UII. Jogjakarta. Margaretha, Farah. (2014). Dasar-dasar Manajemen Keuangan. Dian Rakyat, Jakarta. Margaretha, Farah. (2011). Manajemen Keuangan Untuk Manajer Non Keuangan, Erlangga, Jakarta. Kasmir. (2008). Analisis Laporan Keuangan. Rajawali Pers, Jakarta. Harahap, Sofyan Syafri. (2013). Analisis Kritis atas Laporan Keuangan. Rajawali Pers, Jakarta. Hartono, Jogiyanto. (2013). Teori Portofolio dan Analisis Investasi.. Edisi 8. BPFE, Yogyakarta. Anonim (2015).http://finance.yahoo.com/ADROJK/historical-price/ Anonim (2014).http:// Adaro Energy.com/