Dokumen tersebut membahas tentang jamur/cendawan, termasuk definisi fungi, habitat fungi yang tersebar luas di bumi, dan kemampuan fungi untuk hidup di berbagai material organik baik hidup maupun mati. Juga disebutkan bahwa banyak fungi hidup di tanah berhumus meskipun ada juga yang menyerang organisme hidup.
Biologi jamur : klasifikasi, karakter, dan fungsi jamur. istik, .pptx
Jamur dan Cabai
1. 1
BABI
PENDAHULUAN
Jamur merupakan organisme yang mudah dijumpai dan banyak terdapat dialam bebas,
misalnya di hutan atau kebun. Jamur dapat tumbuh dimana-mana, terutama pada musim
hujan. Jamur sering juga disebut dengan Supa (Sunda) atau Mushroom (Inggris). Varietas
jamur yang ada di alam ini sangat banyak, masing-masing mempunyai ciri yang berbeda.
Jamur merupakan organisme yang tidak berklorofil sehingga jamur tidak dapat
menyediakan makanan sendiri dengan cara fotosintesis seperti pada tanaman berkloprofil.
Oleh karena itu, jamur mengambil zat-zat makanan yang sudah jadi yang dibuat/ dihasilkan
oleh organisme lain untuk kebutuhan hidupnya. Karena ketergantungan terhadap organisme
lain inilah maka jamur digolongkan sebagai tanaman heterotrofik. Jenis jamur dapat
dibedakan berdasarkan sifat hidup dan hubungannya dengan keadaan lingkungan. Sifat-sifat
itu antara lain sebagai berikut.
1. Simbiotik, yaitu hidup berdampingan dengan tanaman lain. Apabila hubungan ini saling
menguntungkan maka disebut simbiotik mutualisme,tetapi bila satu pihak diuntungkan
sedangkan pihak lain dirugikan disebut simbiotik komensalisme. Contoh Amanita
phalloides (jamur kematian).
2. Parasit, yaitu mengambil makanan dari tumbuhan lain yang masih hidup. Contoh
Omphalotus olearius.
3. Saprofit, yaitu hidup pada zat organic yang tidak diperlukan lagi (misalnya sampah).
Contoh Marcolepiota procera.
4. Parasit dan sekaligus bersifat saprofit. Contoh Pleurotus cornucopiae.
Selain berdasarkan sifat hidupnya, jamur dapat dibedakan pula berdasarkan
kemungkinannya untuk dimakan. Sifat-sifat itu adalah sebagai berikut.
1. Mematikan, yaitu jenis jamur yang apabila dikonsumsi dapat mengakibatkan kematian.
Contoh Amanita verna.
2. Beracun, yaitu jenis jamur yang apabila dikonsumsi dapat berakibat keracunan. Contoh
Amanita muscaria.
2. 2
3. Tidak dapat dimakan, yaitu jenis jamur yang tidak dapat dikonsumsi. Contoh
Cystolepiota adulterine.
4. Enak dimakan, yaitu jenis jamur yang dapat dikonsumsi. Contoh Amanitaspissa.
5. Sangat enak dimakan, yaitu jenis jamur yang dapat dikonsumsi dan rasanya sangat
enak/lezat. Contoh Cantharellus lutescens.
Untuk mengetahui bahwa suatu jamur dapat dimakan atau tidak, berikut ini disajikan
pengujian jamur secara sederhana.
1. Pada saat jamur dimasak, kedalam tempat untuk memasak jamur itudimasukkan barang-
barang yang terbuat dari logam perak (misalnyasendok atau garpu). Bila logam ini
menghitam maka jamur diduga mengandungracun.
2. Nasi yang berwarna putih dimasukkan ke dalam masakan jamur. Bila warna nasi berubah
menjadi kuning maka jamur diduga mengandung racun.
3. Apabila getah jamur yang beracun dicampurkan dengan bawang putih maka bawang
putih akan berwarna kehitaman.
Senyawa racun yang terdapat pada jamur dan akibat yang ditimbulkanantara lain
sebagai berikut.
1. Amaroksin, yaitu racun jamur yang dapat mematikan karena merusak sel-sel hatio dan
ginjal.
2. Kholin, yaitu racun jamur yang sangat berbahaya dan mematikan.
3. Gyromitrin, yaitu racun yang menyerang system syaraf.
4. Philosibin, yaitu racun yang menyebabakan orang penderita melamun.
5. Muskarin,yaituracunyangmenyebabkanpusing.
6. Falin,yaitujamuryangmenyebabkanpusing.
Cabai merah merupakan salah satu komoditas sayuran yang mempunyainilai
ekonomis cukup penting. Salah satu faktor yang menentukan keberhasilan usahatani cabai
merah adalah ketersediaan benih bermutu tinggi. Untuk mendapatkan benih tersebut, selain
diperlukan benih sumber dengan mutu genetik tinggi, perlu diperhatikan juga cara budidaya
tanaman yang optimal,pemeliharaan,panen,pascapanen,danpenyimpananbenihyangbaik.
Dari standar pengujian laboratorium dapat dikatakan bahwa benih bermutu tinggi
adalah benih yang mempunyai daya kecambah lebih dari 80% dan kadar air 7 –10%. Mutu
benih perlu dijaga untuk memaksimumkan daya tumbuh (vigor) awal dan daya tumbuh
maksimum benih tersebut selama penyimpanan sampaibenih siap untuk ditanam. Selain
3. 3
kualitas benih, faktor lain yang harusdiperhatikan dalam usaha produksi benih adalah cara
pembudidayaan tanaman induk, seperti pemupukan, pemeliharaan, pencegahan serangan
hama dan penyakit yang tepat, serta pembersihan gulma secara intensif untuk mencegah
kompetisi dan tercampurnya benih yang diusahakan dengan benih tanaman lain.
Saat budidaya tanaman cabai, permukaan tanah yang paling ideal untuk tanaman
cabai adalah datar dengan kemiringan lahan 0-10 derajat dan membutuhkan sinar matahari
penuh serta pH tanah yang optimal antara 5,5 sampai 7. Sekarang ini, harga cabai sering
berubah-ubah, kadang bisa melonjak tinggi, atau malah merosot dratis. Akan tetapi cabai
sudah menjadi bahan pokok masakan, tentu banyak yang mencari cabai tersebut walaupun
masih sedikit stok yangadadipasaran.
Salah satu faktor penghambat peningkatan produksi cabai adalah adanya serangan
hama dan penyakit yang fatal. Kehilangan hasil produksi cabai karenaserangan penyakit busuk
buah (Colletotrichum spp), bercak daun (Cercospora sp) dan cendawan tepung (Oidium sp.)
berkisar antara 5% - 30%. Strategi pengendalian hama dan penyakit pada tanaman cabai
diajurkan penerapanpengendalian secara terpadu. Komponen Pengendalian Hama dan
Penyakit secaraTerpadu (PHPT) ini mencakup pengendalian kultur teknik, hayati
(biologi),varietas yang tahan (resisten), fisik dan mekanik, peraturan-peraturan, dan cara
kimiawi.
HamaTanamanCabai:
1. Ulat Grayak (Spodoptera litura)
Serangga dewasa dari hama ini adalah kupu-kupu, berwarna agak gelap dengan garis
agak putih pada sayap depan. Meletakkan telur secara berkelompok di atas daun atau
tanaman dan ditutup dengan bulu-bulu. Jumlah telur tiap betina antara 5-500 butir. Telur
akan menetas menjadi ulat (larva), mula-mula hidup ber-kelompok dan kemudian
menyebar. Ciri khas dari larva (ulat) grayak ini adalah terdapat bintik-bintik segitiga
berwarna hitam dan bergaris-garis kekuningan pada sisinya. Larva akan menjadi pupa
(kepompong) yang dibentuk di bawah permukaan tanah. Daur hidup dari telur menjadi kupu-
kupu berkisar antara 30-61 hari. Stadium yang membahayakan dari hama Spodoptera
litura adalah larva(ulat). Menyerang bersama-sama dalam jumlah yang sangat besar. Ulat
ini memangsa segala jenis tanaman (polifag), termasuk menyerang tanaman cabai.
Serangan ulat grayak terjadi di malam hari, karena kupu-kupu maupun larvanya aktif di
malam hari. Pada siang hari bersembunyi di tempat yang teduh atau dipermukaan daun
bagian bawah. Hama ulat grayak merusak di musim kemarau dengan cara memakan
daun mulai dari bagian tepi hingga bagian atas maupun bawah daun cabai. Serangan
4. 4
hama ini menyebabkan daun-daun berlubang secaratidak beraturan; sehingga
menghambat proses fotosintesis dan akibatnya produksi buahcabaimenurun.
2. KutuDaun(Myzus persicae Sulz)
Kutu daun atau sering disebut Aphid tersebar di seluruh dunia. Hama ini memakan
segala jenis tanaman (polifag), lebih dari 100 jenis tanaman inang,termasuk tanaman cabai.
Kutudaunberkembangbiakdengan2cara,yaitudenganperkawinan biasa dan tanpa perkawinan
atau telur-telurnya dapat berkembangmenjadi anak tanpa pembuahan (partenogenesis).
Daur hidup hama ini berkisarantara 7 - 10 hari. Hama ini menyerang tanaman cabai
dengan cara mengisap cairan daun, pucuk, tangkai bunga ataupun bagian tanaman
lainnya. Seranganberat menyebabkan daun-daun melengkung, keriting, belang-belang
kekuningan(klorosis) dan akhirnya rontok sehingga produksi cabai menurun. Kehadiran
kutu daun di kebun cabai, tidak hanya menjadi hama tetapi jugaberfungsi sebagai penular
(penyebar) berbagai penyakit virus. Di samping itu, kutu daun mengeluarkan cairan
manis (madu) yang dapat menutupi permukaan daun. Cairan manis ini akan ditumbuhi
cendawan jelaga berwarna hitam sehingga menghambat proses fotosintesis. Serangan
kutu daun menghebat pada musim kemarau.
Penyakit Tanaman Cabai :
1. Layu Bakteri (Pseudomonas solana-cearum E.F. Smith) Bakteri layu mempunyai banyak
tanaman inang, diantaranya adalah tomat,kentang, kacang tanah dan cabai. Penyebaran
penyakit layu bakteri dapat melaluibenih, bibit, bahan tanaman yang sakit, residu
tanaman, irigasi (air), serangga,nematoda dan alat-alat pertanian. Bakteri layu biasanya
menghebat pada tanamancabai di dataran rendah. Gejala kelayuan tanaman cabai terjadi
mendadak, danakhirnya menyebabkan kematian tanaman dalam beberapa hari kemudian.
Bakteri layu menyerang sistem perakaran tanaman cabai. Bila pangkal batang cabai yang
diserang, dipotong atau dibelah, kemudian direndam dalam gelas berisi air bening, maka
setelah beberapa menit digoyang-goyangkan akan keluar cairan berwarna coklat susu
atau berkas pembuluh batangnya berwarna coklat berlendir (slimebakteri). Gejala yang
dapat diamati secara visual pada tanaman cabai adalah kelayuan tanaman mulai dari
bagian pucuk, kemudian menjalar ke seluruh bagian tanaman. Daun menguning dan
akhirnya mengering serta rontok. Penyakit bakteri layu dapat menyerang tanaman cabai
pada semua tingkatan umur, tetapi paling peka adalah tanaman muda atau menjelang fase
berbunga maupun berbuah.
5. 5
2. LayuFusarium (Fusarium oxysporum Sulz.)
Layu Fusarium disebabkan oleh organisme cendawan bersifat tular tanah.Biasanya
penyakit ini muncul pada tanah-tanah yang ber pH rendah (masam).Gejala serangan yang
dapat diamati adalah terjadinya pemucatan warna tulang-tulang daun di sebelah atas,
kemudian diikuti dengan merunduknya tangkai-tangkai daun; sehingga akibat lebih
lanjut seluruh tanaman layu dan mati. Gejala kelayuan tanaman seringkali sulit
dibedakan dengan serangan bakteri layu (P.solanacearum). Untuk membuktikan
penyebab layu tersebut dapat dilakukandengan cara memotong pangkal batang tanaman
yang sakit, kemudian direndamdalam gelas berisi air bening (jernih). Biarkan rendaman
batang tadi sekitar 5-15menit, kemudian digoyang-goyangkan secara hati-hati. Bila dari
pangkal batangkeluar cairan putih dan terlihat suatu cincin berwarna coklat dari berkas
pembuluhnya,halitumenandakanadanyaseranganFusarium.
3. Bercak Daun dan Buah (Collectrotichum capsici (Syd). Butl. et. Bisby). Bercak daun dan
buah cabai sering disebut penyakit Antraknose atau "patek". Penyakit ini menjadi
masalah utama di musim hujan. Disebabkan oleh cendawan Gloesporium piperatum
Ell.et. Ev dan Colletotrichum capsici. Cendawan G.piperatum umumnya menyerang
buah muda dan menyebabkan mati ujung. Gejalaserangan penyakit ini ditandai dengan
terbentuknya bintik-bintik kecil kehitamandan berlekuk, serta tepi bintik berwarna
kuning. Di bagian lekukan akan terusmembesardanmemanjangyangbagiantengahnyaberwarna
gelap. Cendawan C.capsici lebih sering menyebabkan buah cabai membusuk. Gejala awal serangan
ditandai dengan terbentuknya bercak coklat-kehitaman pada buah, kemudian meluas
menjadi busuk-lunak. Pada bagian tengah bercak terdapat titik-titik hitamyang
merupakan kumpulan dari konidium cendawan. Serangan yang beratmenyebabkan buah
cabai mengkerut dan mengering menyerupai "mummi"dengan warna buah seperti jerami.
6. 6
BAB II
ISI
2.1 Fungi/jamur/cendawan
Fungi adalah kata jamak dari kata Fungus yang berasal dari bahasa latih Fungour . Kata ini
awalnya digunakan untuk jamur yang berpendar pada malam hari. Dalam penggunaannya
kata ini meluas penggunaannya meliputi thallus seperti tumbuhan tidak berklorofil
contohnya mold dan organisme yang sejenis dengan jamur. Fungi tumbuh di habitat yang
tersebar luas. Ditemukan hampir disetiap tempat di bumi pada material organik baik hidup
maupun mati. banyak fungi hidup di tanah berhumus. Tetapi banyak juga yang menyerang
organisme hidup, dan dapat hidup di jaringan tumbuhan dan hewan.
Fungi dapat tumbuh pada berbagai habitat, tidak berklorofil dan seperti hewan, tidak
dapat memproduksi makanan sendiri. Fungi memanfaatkan makanan dari sumber eksternal
(Vasishta & Sinha,2007).
Seperti hewan, jamur adalah organisme heterotrof yang mengkonsumsi bahan-bahan
organik. Hidup sebagai saprofit yaitu dengan mengkonsumsi bahan-bahan organik dari hewan atau
tumbuhan yang telah mati. Terdapat juga fungi yang hidup sebagai parasit dan mengubah
jaringan tumbuhan atau hewan hidup. Pada prosesnya, fungi melepaskan enzim ke
lingkungannya, sehingga molekul makanan diubah menjadi lebih sederhana dan nutrisinya
dapat diserap ke dalam sel (Moore, 1982).
Jamur merupakan tumbuhan yang tidak berklorofil sehingga tidak dapat melakukan
fotosintesis untuk menghasilkan makanan sendiri. Jamur hidup dengan cara mengambil zat-
zat makanan, seperti selulosa, glukosa, lignin, protein, dan senyawa pati dari organisme lain.
Dengan bantuan enzim yang diproduksi oleh hifa (bagian jamur yang bentuknya seperti
benang halus, panjang, dan kadangbercabang). Bahan makanan tersebut diuraikan menjadi
senyawa yang dapat diserap untuk pertumbuhan. Oleh karena itu, jamur digolongkan sebagai
tanaman heterotrofik, yaitu tanaman yang kehidupannya tergantung pada organisme
lain(Parjimo dan Andoko, 2007).
Fungi atau cendawan adalah organisme heterotrofik. Mereka memerlukan senyawa
organik untuk nutrisinya. Bila mereka hidup dari benda organik mati yang terlarut, mereka
disebut sporofit . Fungi memiliki berbagai macam penampilan tertgantung pada spesiesnya
(Pelczar, 1986).
7. 7
Dalam Campbell (2003), Fungi adalah eukariota, dan sebagian besaradalah eukariota
multiseluler. Meskipun fungi pernah dikelompokkan ke dalam kingdom tumbuhan, fungi
adalah organisme unik yang umumnya berbeda dari eukariota lainnya ditinjau dari cara
memperoleh makanan, organisasi struktural serta pertumbuhan dan reproduksi.
2.2 Fungi/jamur/cendawan endofit
Cendawan yang hidup pada bagian dalam jaringan tanaman sehat tanpa menimbulkan gejala
penyakit pada tanaman inang dikenal dengan istilah cendawan endofit (Carrol, 1990),
sebaliknya yang menimbulkan gejala penyakit disebut dengan pathogen (Agrios, 1997).
Cendawan endofit telah diisolasi lebih dari 300 spesies tanaman. Sebagian besar cendawan
endofit berasal dari kelas ascomycetes, sebagian juga dari kelas basidiomycetes dan
deuteromycetes. Beberapa genus cendawan yang tergolong endofit
adalah: Acremonium, Aspergillus, Trichoderma, Gliocladium, Beauveria, Penicillium, dan
Phyllosticta (Amin 1994, diacu dalam Amin et al., 1997; Bayman et al., 1997). Cendawan
endofit diketahui dapat ditransmisi secara horizontal melalui spora dan secara vertikal
melalui pertumbuhan hifa dalam biji (Clay & Schardl, 2002; Saikkonen etal., 1998).
Fungi endofit dapat menjalin kehidupan bersama dengan tumbuhan inang,dan mampu
melindungi tumbuhan inang dari beberapa patogen virulen,diantaranya adalah Acremonium
coenophialum. Berbagai senyawa antibiotika yang sangat berguna yang dihasilkan oleh fungi
endofit antara lain siklosporin oleh Acremonium luzulae, dan senyawa taxol oleh Taxomyces
andreanae.
Endofit mendapat perhatian besar akhir-akhir ini antara lain karena keberadaannya
sangat berlimpah dan beragam, serta ditemukan dalam seluruh famili tanaman, baik tanaman
pertanian maupun rumput-rumputan (Faeth, 2002). Selain itu juga diketahui bahwa asosiasi
endofit dengan tanaman inang bersifat mutualisme (Carroll, 1988; Clay, 1988).
Simbiosis mutualistik ini menyebabkan berkurangnya kerusakan pada sel atau
jaringan tanaman, meningkatkan kemampuan bertahan hidup dan fotosintesis sel jaringan
tanaman yang terinfeksi pathogen tanah (Sinclair &Cerkaukas, 1996). Dalam simbiosis ini,
cendawan endofit membantu tanaman lebih toleran terhadap faktor abiotik dan biotik.
Cendawan endofit menghasilkan mikotoksin atau metabolit lainnya yang
menyebabkan perubahan fisiologi dan biokimia inang (Clay, 1988) sehingga keberadaan
endofit dalam jaringan tanaman dapat berperan langsung dalam menghambat perkembangan
pathogen dalam tanaman (Nierre, 2002). Endofit jugamemiliki kemampuan menginduksi
terbentuknya metabolit sekunder yang bersifat toksik terhadap herbivora
8. 8
(Clay,1988;Chanway, 1996). Mikotoksin endofit bermanfaat pada tanaman berkayu dan
rumput-rumputan sebagai ketahananterinduksi terhadap serangga herbivora (Carroll, 1988;
Cheplick & Clay, 1988).
Cendawan endofit akar dan batang mempunyai kesamaan tempat hidupyaitu sama-
sama di dalam jaringan tanaman, dimana di dalam jaringan akar danbatang dipengaruhi
lingkungan fisik yang sama (Fisher et al., 1991)Jamur endofit adalah jamur yang terdapat di
dalam sistem jaringan tumbuhan seperti daun, bunga, ranting ataupun akar tumbuhan. Jamur
menginfeksi tumbuhan sehat pada jaringan tertentu dan mampu menghasilkan mikotoksin,
enzim serta antibiotika (Tombe, 2008). Purwanto (2008)menyebutkan bahwa endofit
merupakan mikroorganisme yang sebagai atauseluruh hidupnya berada di dalam jaringan
hidup tanaman inang.
Setiap tanaman tingkat tinggi umumnya mengandung beberapa mikrobaendofit yang
mampu memproduksi senyawa metabolit sekunder sesuai dengantanaman inangnya. Hal ini
merupakan peluang yang sangat besar dari tanamaninangnya tersebut. Dari sekitar 300.000
jenis tanaman yang tersebar dimuka bumi,masing-masing tanaman mengandung satu atau
lebih mikroba endofit (Radji,2005).Jamur endofit hidup bersimbiosis mutualisme, dalam hal
ini jamur endofitmendapatkan nutrisi dari hasil metabolisme tanaman dan memproteksi
tanaman melawan herbivore, serangga, atau jaringan yang pathogen, sedangkan tanaman
mendapatkan derivate nutrisi dan senyawa aktif yang diperlukan selama hidupnya
(Simarmata dkk, 2007).
Menurut Worang (2003), Asosiasi jamur endofit dengan tumbuhaninangnya dapat
digolongkan dalam dua kelompok, yaitu mutualisme konstitutif dan induktif. Mutualisme
konstitutif merupakan asosiasi yang erat antara jamurdengan tumbuhan terutama rumput-
rumputan. Pada kelompok ini jamur endofitmenginfeksi ovula (benih) inang, dan
penyebarannya melalui benih serta organpenyerbukan inang. Mutualisme induktif adalah
asosiasi antar jamur dengantumbuhan inang, yang penyebarannya terjadi secara bebas
melalui air dan udara.Ditinjau dari segi taksonomi dan ekologi, jamur ini merupakan
organisme yang sangatheterogen.Purwanto (2000), menambahkan bahwasanya mikroorganisme
endofitmengeluarkan suatu metabolit sekunder yang merupakan senyawa antibiotik
itusendiri. Metabolit sekunder merupakan senyawa yang disintesis oleh suatumikroba, tidak
untuk memenuhi kebutuhan primernya (tumbuh dan berkembang)melainkan untuk
mempertahankan eksistensinya dalam berinteraksi denganlingkungannya. Metabolit sekunder
yang dihasilkan oleh mikroorganisme endofitmerupakan senyawa antibiotik yang mampu
9. 9
melindungi tanaman dari seranganhama insekta, mikroba pathogen, atau hewan
pemangsanya, sehingga dapatdimanfaatkan sebagai agen biokontrol.
2.3 TanamanCabai(Capsicum annumL.)
Cabai (Capsicum annum L.) merupakan komoditas yang memiliki nilai ekonomi yang
tinggi di Indonesia dan diusahakan secara komersial baik dalamskala besar maupun kecil.
Daerah-daerah sentra pertanaman cabai di Indonesiatersebar mulai dari Sumatera Utara
sampai Sulawesi Selatan dengan rata-rata totalproduksi cabai di sentra pertanaman berkisar
841.015 ton per tahun (Winarsih &Syarifudin, 2001).Budidaya tanaman cabai mempunyai
resiko tinggi akibat adanya seranganorganisme pengganggu tanaman (OPT) yang dapat menyebabkan
kegagalan panen. Cendawan adalah OPT yang dapat menurunkan kualitas dan kuantitas
produksi cabai sampai 100% (Asian Vegetable Research and DevelopmentCenter, 1990;
Syamsudin, 2003). Beberapa cendawan penyebab penyakit pada tanaman cabai adalah
Gleosporium piperantum dan Colletotrichum capsici penyebab penyakit antraknosa atau
busuk buah, Gleospora capsici penyakit bercakdaundan Fusarium spp. penyebab penyakit layu
Fusarium dan penyakit rebah kecambah (Semangun, 1996; Syamsuddin, 2003).
2.4 Fungi/jamur/cendawan endofit tanaman cabai (Capsicum annumL.)
Pengendalian biologi dengan memanfaatkan agen pengendali hayati(APH) merupakan
alternative untuk mengurangi penggunaan perstisida kimia.Penggunaan APH semakin
berkembang karena selain membatasi pertumbuhandan perkembangan OPT dalam waktu
relative lama, APH juga mempunyaikeunggulan dalam menjaga keseimbangan ekosistem
lingkungan pertanian(Soesanto, 2002). Trichoderma harzianum merupakan salah satu cendawan
potensial untuk dikembangkan sebagai APH dalam upaya mencari alternative pengganti
penggunaan pestisida kimia (Widyastuti et al., 2001; Winarsih &Syarifudin, 2001).
Jenis-jenis jamur yang termasuk ke dalam jamur endofit pada tanaman cabai (Capsicum
annum L.) :
1. Aspergillus niger
Klasifikasi : Aspergillus niger
Kingdom : Fungi
Divisi : Ascomycota
Kelas : Eurotiomycetes
Ordo : Eurotiales
Famili : Trichocomaceae
10. 10
Genus : Aspergillus
Spesies : Aspergillus niger
Dalam metabolismenya A. niger dapat menghasilkan asam sitrat sehingga fungi ini
banyak digunakan sebagai model fermentasi karena fungi ini tidak menghasilkan mikotoksin
sehingga tidak membahayakan. A. niger dapat tumbuh dengan cepat, oleh karena itu A.
niger banyak digunakan secara komersial dalam produksi asam sitrat, asam glukonat, dan
pembuatan berapa enzim seperti amilase, pektinase, amiloglukosidase, dan selulase. Selain
itu, A. niger juga menghasilkan gallic acid yang merupakan senyawa fenolik yang biasa digunakan
dalam industri farmasi dan juga dapat menjadi substrat untuk memproduksi senyawa antioksi
dan dalam industri makanan.
A. niger dalam pertumbuhannya berhubungan langsung dengan zat makanan yang terdapat
dalam substrat,molekul sederhana yang terdapat disekeliling hifa dapat langsung diserap
sedangkan molekul yang lebihkompleksharus dipecah dahulu sebelum diserap ke dalamsel,dengan
menghasilkan beberapa enzim ekstra seluler seperti protease, amilase, mananase, dan α-
glaktosidase. Bahan organik dari substrat digunakan oleh Aspergillus niger untuk aktivitas
transport molekul, pemeliharaan struktur sel, danmobilitas sel.
2. Trichoderma sp.
Klasifikasi : Trichoderma sp.
Kingdom :Fungi
Divisi : Ascomycota
Kelas : Sordariomycetes
Ordo : Hyporcreales
Famili : Hypocreaceae
Genus :Trichoderma
Spesies :Trichoderma sp.
Trichoderma sp. Merupakan sejenis cendawan/fungi yang termasuk kelas ascomycetes.
Trichoderma sp. Memiliki aktifitas antifungal. Dalam, Trichoderma banyak ditemukan di
tanah hutan maupun tanah pertanian atau pada substrat berkayu. Suhu optimum untuk
tumbuhnya Trichoderma berbeda-beda setiap spesiesnya. Ada beberapa spesies yang dapat
tumbuh pada temperatur rendah ada pula yang tumbuh pada temperatur yang cukup tinggi, kisarannya
sekitar 7o
C-41o
C. Trichoderma yang dikultur dapatbertumbuh cepat pada suhu 25-30o
Cnamun
pada suhu 35o
C cendawan ini tidak dapat tumbuh. Perbedaan suhu mempengaruhi produksi
beberapa enzim seperti karboksi metil selulose dan xilanase.
11. 11
Pada Trichoderma yang dikultur, morfologi koloninya bergantung padamedia tempat
bertumbuh. Pada media yang nutrisinya terbatas, koloni tampak transparan sedangkan pada
media yang nutrisinya lebih banyak, koloni dapat terlihat lebih putih. Konidia dapat terbentuk
dalam satu minggu, warnanya dapat kuning, hijau atau putih. Pada beberapa spesies dapat
diproduksisemacam bau seperti permen atau kacang.
Reproduksi aseksual Trichoderma menggunakan konidia. Konidia terdapatpada struktur
konidiofor. Konidiofor ini memiliki banyak cabang. Cabang utama akan membentuk cabang. Ada
yang berpasangan ada yang tidak.Cabang tersebut kemudian akan bercabang lagi, pada ujung
cabang terdapatfialid. Fialid dapat berbentuk silindris, lebarnya dapat sama dengan
batangutama ataupun lebih kecil. Fialid dapat terletak pada ujung cabang konidioforataupun
padacabangutama.
Konidia secara umum kering, namun, pada beberapa spesies dapatberwujud cairan
yang berwarna hijau bening atau kuning. Bentuknya secaraumum adalah elips, jarang
ditemukan bentuk globosa. Secara umum konidia bertekstur halus. Pada Trichoderma juga
ditemukan struktur klamidiospora. Klamidiosporaini diproduksi oleh semua spesies
Trichoderma. Bentuknyasecaraumum subglobosa uniseluler dan berhifa, pada beberapa spesies,
klamidiosporanya berbentuk multiseluler. Kemampuan Trichoderma dalam memproduks
iklamidiospora merupakan aspek penting dalam proses sporulasi.
Pada sebuah penelitian ditemukan bahwa Trichoderma merupakansalahsatu jamur yang
dapat menjadi agen biokontrol karena bersifat antagonis bagi jamur lainnya, terutama yang
bersifat pathogen. Aktivitas antagonis yangdimaksud dapat meliputi persaingan, parasitisme,
predasi, atau pembentukantoksin seperti antibiotic. Untuk keperluan biteknologi, agen
biokontrol inidapat diisolasi dari Trichoderma dan digunakan untuk menangani masalah
kerusakan tanaman akibat pathogen.
Kemampuan dan mekanisme Trichoderma dalam menghambatpertumbuhan pathogen
secara rinci bervariasi pada setiap sesiesnya.Perbedaan kemampuan inin disebabkan oleh
faktor ekologi yang membuat produksi bahan metabolit yang bervariasi pula. Trichoderma
Memproduksi metabolit yang bersifat volatil dan nonvolatil. Metabolit nonvolatile lebih
efektif dibandingkan dengan yang volatil.
Metabolit yang dihasilkan Trichoderma dapat berdifusi melalui membran dialisis
yang kemudian dapat menghambat pertumbuhan beberapa pathogen. Salah satu contoh metabolit
tersebut adalah monooksigenase yang muncul saat adanya kontak antar jenis Trichoderma, dan
semakin optimal pada pH 4.Ketiadaan metabolit ini tidak akan mengubah morfologi dari
12. 12
Trichoderma namun hanya akan menurunkan kemampuan penghambat pathogen. Trichoderma
harzianum merupakan jenis cendawan nonmikoriza yangdapat ditemukan hampir di semua
macam tanah dan di berbagai habitat. Trichoderma tumbuh sangat baik dan berlimpah di
dalam tanah dan sekitarperakaran yang sehat dan bermanfaat dengan menyerang pathogen yang adadi
sekitar perakaran tanaman (Subba-Rao, 1986; Prabowo et al., 2006;Wijaya, 2002). Cendawan
ini berperan pula sebagai biodekomposer karenamampu memanfaatkan bahan organik di
alam terutama selulosa sebagaisumber karbon dan energi untuk kebutuhan hidupnya
(Harman, 2001; Martin,1977; Winarsih & Syarifudin, 2001; Widyastuti et al., 2001).
Cendawan T. Harzianum diketahui mempunyai kemampuan antagonis yang tinggi
dalam menghambat perkembangan cendawan patogen tular tanah. Mekanisme antagonis yang
terjadi belum dapat dijelaskan secara pasti,namun diperkirakan ada tiga fenomena yang
bekerja secara sinergis yaitu kompetisi ruang tumbuh dan nutrisi, mekanisme antibiosis dan
interaksisistem hifa. (Harjono & Widyastuti ,2001a; Lorito1998; Harjono &Widyastuti,
2001b; Sudheim& Transmo, 1987;Winarsih & Syafrudin, 2001).
3. Gliocladium spp .Menurut Alexopoulus and Mims (1979),Gliocladium spp.
diklasifikasikan:
Kingdom : fungi
Divisio : Amastigomycota
Sub Divisi: Deuteromycotina
Class : Deuteromycetes
Ordo : Hypocreales
Famili : Hypocreaceae
Genus : Gliocladium
Species: Gliocladium spp.
Gliocladium spp. adalah cendawan antagonis yang bersifat mikroparasitdantelahbanyak
digunakan sebagai agens pengendali hayati patogen tulartanah (soil borne)/cendawan penyebab
penyakit tanaman.
Koloni tumbuh sangat cepat dan mencapai diameter 5-8 cm dalam waktulima hari pada
suhu 20° C di medium OA. Perbedaannya dengan T. Viride adalah fialidanya seperti tertekan dan
memunculkan satu tetes besar konidium berwarna hijau, yang membentuk massa lendir, pada
setiap gulungan. Konidiumnya berbentuk bulat telur pendek, berdinding halus, agak besar,
dan kebanyakan berukuran (4,5-6) x (3,5-4) μm (Soesanto, 2008).
Gliocladium virens merupakan jamur tanah yang umum dan tersebar diberbagai jenis
tanah, misalnya tanah hutan, dan pada beragam rizosfertanaman. Pertumbuhan optimum
13. 13
jamur antagonis terjadi pada suhu 25-32°C.Jamur parasit nekrotof ini mampu tumbuh baik
sebagai pesaing saprotof dari jamur lainnya (Soesanto, 2008).
Jamur sangat toleran terhadap CO2. Pada medium yang mengandung NaCl5%, jamur
tampak mengalami penurunan pertumbuhan dan pensporaan.Kebutuhan nutrisi dari jamur
antagonis nekrotof tidak berbeda dengan jamursaprotof. Pada stadium awal infeksi
mikoparasit, tampak terjadi perubahankelenturan plasmalema haustorium inang, yang
memampukan glukosa dannutrisi lain diserap dari sitoplasma inang. Jamur antagonis
Gliocladium virens tidak berpengaruh antagonisme terhadap jamur mikoriza asbuskular
(Soesanto, 2008).
Gliocladium spp. mudah ditemukan di dalam tanah, namun demikian jumlahnya
sangat sedikit sehingga tidak menimbulkan efek yang diharapkan.Pada pengendalian hayati,
perkecambahan konidia atau klamidospora akanmemudahkan agensia hayati seperti
Gliocladium virens dapat menghambatpenyebab penyakit seperti Rhizoctonia spp., Phytium
spp.,Sclerotium rolsfii penyebab damping offdan penyebab penyakit akar, diduga enzimnya
betaglucanase. G. Virens mampumenekan Sclerotium rolsfii sampai85%secara in-vitro. G. virens
dapat mengeluarkan antibiotik gliotoksin, glioviridin, danviridin yang bersifat fungistatik.
Gliotoksin dapat menghambat cendawan danbakteri, sedangkan viridin dapat menghambat
cendawan. G. Virens dapat tumbuh baik pada substrat organik, media kering, dan kondisi
asam sampaisedikit basa (Winarsih, 2007).
Kemasan Gliocladium dengan merek GL-21 pertama kali terdaftar sebagaifungisida
pada tahun 1990 oleh WR Grace & Co (Columbia, MD) untuk mengendalikan penyakit
damping-off, terutama yang disebabkan oleh Pythium dan Rhizoctonia sp. G. Virens
memiliki potensi besar sebagai agenpengendalian biologi untuk patogen tanah (Mahar, 2009).
Beberapa ciri morfologi jamur Gliocladium spp. Yang menonjol antara lain :
1. Koloninya berwarna hijau muda dengan miselia panjang dan halus.
2. Bentuk monokonidia dilihat dengan mikroskop berbentuk bulat.
3. Jamur tersebut merupakan salah satu jenis jamur bersifat parasit terhadap jenis jamur
lain.
4. Gliocladium spp. Merupakan agens biologi yang bersifat parasit terhadap jamur
pathogen yang membunuh jamur dengan enzim-enzim ataubersifat meracuni.
5. Cara kerja jamur ini langsung memarasit, memproduksi antibiotic dansecara aktif
melawan atau membunuh pathogen penyakit, diantaranya :Busuk hitam, Rebah
kecambah, Layu oleh Fusarium sp., Pythium sp, Rhyzoctonia sp.,Sclerotium sp.
14. 14
Antraknosa, Bercak daun dan embuntepung pada tanaman Semangka, Ketimun, Melon,
Cabe, Tomat,Kentang, Kobis, Jeruk, Mangga dan lain-lain.
Penambahan Gliocladium sp ke dalam tanah sangat diperlukan karenauntuk menamah
populasinya untuk mengendalikan cendawan patogen, karenasemangkin banyak populasi
Gliocladium di dalam tanah daya antagonisnyaakan semangkin besar, hal ini karena jumlah
cendawan yang memarasitpatogen akan semangkin banyak ruang yang ditempati oleh
Gliocladium sp, semangkin luas sehingga jamur tidak berkesempatan untuk mendekati
tanaman, selain itu antibiotik yang dihasillkan akan semangkin baik untuk membunuh
patogen. Penggunaan Gliocompost 1kg/m2. Mikroorganisme tanah seperti Gliocladium spp.
dan bakteri dapat bertindak sebagaidekomposer dan juga sebagai agen pengendali hayati
patogen tanaman hal inimemberikan harapan untuk mengurangi penggunaan fungisida
sintetik. Namun populasi mikrorganisme tersebut di dalam tanah sedikit sehingga perlu
melakukan inokulasi atau mengoptimalkan lingkungan hidupnya (Silvia,1998).
4. Penicillium sp.
Kingdom :Fungi
Divisi :Ascomycota
Class :Eurotiomycetes
Ordo :Eurotiales
Family :Trichocomaceae
Genus : Penicillium
Species: Penicillium sp.
Penicillium sp.adalah genus fungi dari ordo Hypomycetes, filum Ascomycota.
Penicillium sp. memiliki ciri hifa bersepta dan membentuk badan spora yang disebut
konidium. Konidium berbeda dengan sporangim,karena tidak memiliki selubung pelindung
seperti sporangium. Tangkai konidium disebut konidiofor, dan spora yang dihasilkannya
disebut konidia.Konidium ini memiliki cabang-cabang yang disebut phialides sehingga
tampak membentuk gerumbul. Lapisan dari phialides yang merupakan tempatpembentukan
dan pematangan spora disebut sterigma. Beberapa jenis Penicillium sp. yang terkenal antara
lain P. Notatum yang digunakan sebagai produsen antibiotik dan P. Camembertii yang digunakan
untukmembuatkejubiru (Purves dan Sadava, 2003).
15. 15
2.5 Mekanisme Perlindungan Tanaman Oleh Fungi Biokontrol
Penicillium dan Aspergillus melayani dalam produksi beberapa
enzimbiotechnologically diproduksi dan makromolekul lain, seperti asam glukonat,sitrat, dan
tartrat, serta beberapa pectinases, lipase, amilase, selulase, danprotease. Dua genus ini
(Penicillium dan Aspergillus)merupakancendawan yang bersifat antagonisme yang mempunyai
daya antibiotic yang berperandalamketahanantanaman.
Genus Penicillium mengeluarkan substansi racun citrimun (CH13H14O5) berupa
kristal dan genus Aspergillus mengeluarkan aflatoksin (C12H12O6) (Djafaruddin, 2000.)
Penicillium dan Aspergillus mempunyai pengaruh terhadap mikroorganisme pathogen
tanaman. Ketahanan tanaman cabai meningkat karena jalinan hifa cendawan Penicillium
dan Aspergillus dapat menjadi penghalang bagi serangan jamur tanah (Gerdemann, 1975
dalamYulianto, 1989) Trichoderma sp.dan Gliocladium sp. merupakan jamur (fungi)
filament(benang) dengan anggota spesies yang banyak digunakan dalam perlindungantanaman alami
sebagai fungi biokontrol. Sebagian besar dilaporkan sebagaipelindung tanaman terhadap
penyakit tanaman yang disebabkan oleh jamurpatogen (Harman, 2006), tetapi ada juga yang telah
dilaporkan dapatmelindungi tanaman terhadap nematoda (cacing kecil) (Sharonet
al.,2009),bakteri (Watanabeet al.,2005) dan virus (Hanson dan Howell, 2004).Berbagai hama
dan penyakit tanaman yang dapat dikendalikan oleh Trichoderma sp.dan Gliocladium sp.
merupakan hama dan penyakit yangbanyak menyerang tanaman hortikultura dan perkebunan
penting. Sebagaicontoh, berbagai galur dari spesies-spesies tertentu Trichoderma sp. dan
Gliocladium sp. dapat melindungi tanaman kapas, tembakau dan timun terhadap Rhisoctonia
solani (Hanson dan Howell, 2004, Luet al., 2004), strawberi terhadap Botrytis cinerea (Sanz et
al.,2005), jagung terhadap Pythium ultimum dan Colletotrichum graminicola (Harmanet
al.,2004a,Harmanet al., 2004b, Harman, 2006), kelapa sawit terhadap Ganodermaboninense
(Susanto et al.,2005), padi terhadap bakteri Burkholderia glumae, Burkholderia plantarii,
dan Acidovorax spp. (Watanabe et al.,2005), pisang terhadap Fusarium sp. (Nugroho et
al.,2002), bayam dan kangkung terhadap Albugo candida dan Albugo ipmoeae-panduratae
(Marlina et al.,2006, Marlina, 2007, Ifriadi, 2005). Kemampuan Trichoderma sp. dan
Gliocladium sp. untuk melindungi tanaman melibatkan beberapa mekanisme yang terkait
dengan sifat biokimiawi spesies tersebut. Semua galur Trichoderma sp. dan Gliocladiumsp.
yang merupakan fungi biokontrol efektif, akan tumbuh semakin baik disekitar perakaran
tanaman yang sehat, sehingga terjadi simbiose mutualistisantara fungi biokontrol tersebut
dengan tanaman yang dilindunginya. Oleh karena itu, mekanisme perlindungan tanaman oleh
16. 16
Trichoderma sp.dan Gliocladium sp. tidak hanya melibatkan serangan terhadap patogen
pengganggu, tetapi juga melibatkan produksi beberapa metabolit sekunder yang berfungsi
meningkatkan pertumbuhan tanaman dan akar, dan memacu mekanisme pertahanan tanaman itu
sendiri (Shoresh & Harman, 2008,Conteras-Cornejoet al., 2009).
Mekanisme penyerangan terhadap patogen tanaman antara lain adalahmelalui proses
mikoparasitisme, yang melibatkan produksi berbagai enzim(biokatalis) hidrolitik (pemecah
berbagai senyawa polimer) (Lorito et al., 1993, Brunner et al., 2003, Brunner et al., 2005,
Suarezet al.,2004), dansekresi (produksi dan pengeluaran) senyawa antifungi, antibakteri
danantinematoda (Vinaleet al.,2006, Donget al.,2005, Degenkolbet al.,2008). Selain itu, fungi
biokontrol juga menghasilkan hormon pertumbuhantanaman, dan asam-asam organik yang
membantu pelarutan fosfat danmineral, sehingga mudah diserap tanaman (Benitez et al.
,2004, Zadwornyet al., 2008).
Kerja sinergis antara fungi biokontrol dengan tanaman inang yangdilindunginya,
terlihat dari kemampuan galur-galur Trichoderma Biokontrol untuk menginduksi tanaman
memproduksi senyawa-senyawa perlindungandiri. Ibarat antibodi bagi hewan mamalia,
tanaman pun memproduksisenyawa defensif untuk melindungi diri berupa fitoaleksin dan
terpenoid.Hanson dan Howell (2004) menunjukkan bahwa endoxilanase, suatu
enzimhidrolitik, yang dihasilkan T. Virens mampu menginduksi peningkatanproduksi
fitoaleksin dan terpenoid oleh tanaman. Berbeda dengan patogentanaman yang juga
menginduksi peningkatan produksi senyawa defensif tanaman tersebut, endoxilanase dan
senyawa penginduksi lainnya yang dihasilkan T. Virens tidak menyebabkan nekrosis, atau
kematian tanaman sel.Jadi efek endoxilanase dari T. Virens terhadap tanaman inangnya,
ibarat efek vaksin terhadap mamalia. Penelitian terbaru dari Shoreshet al.(2010) memperkuat
temuan Hanson dan Howell tersebut, yakni kemampuan fungibiokontrol untuk memicu
tanaman memproduksi berbagai senyawa, yangmembantu tanaman tersebut tidak saja
mengatasi gangguan patogen, tetapi juga mengatasi berbagai stress lingkungan.
Mikoparasitisme sebagai salah satu mekanisme penyerangan fungibiokontrol terhadap
fungi patogen, dipengaruhi oleh kemampuan fungibiokontrol menghasilkan enzim hidrolitik
(biokatalis pemecah berbagaipolimer). Salah satu golongan enzim hidrolitik yang dianggap
cukup pentingperanannya pada proses mikoparasitisme dari beberapa fungi patogen
adalahenzim-enzim kitinolitik, yang terdiri dari kitinase (Luet al.,2004, Viterboet al.,2001,
Viterboet al.,2002, Steyaertet al., 2004, Seidl, 2008).
17. 17
Menurut Harman (1998) dalam Gultom (2008), mekanisme utama pengendalian
patogen tanaman yang bersifat tular tanah dengan menggunakan cendawan Trichoderma spp.
dapat terjadi melalui :
a. Mikoparasit (memarasit miselium cendawan lain dengan menembusdinding sel dan
masuk kedalam sel untuk mengambil zat makanan daridalam sel sehingga cendawan
akan mati).
b. Menghasilkan antibiotik seperti alametichin, paracelsin, trichotoxin yangdapat
menghancurkan sel cendawan melalui pengrusakan terhadappermeabilitas membran sel,
dan enzim chitinase, laminarinase yang dapatmenyebabkan lisis dinding sel.
c. Mempunyai kemampuan berkompetisi memperebutkan tempat hidup dansumbermakanan.
d. Mempunyai kemampuan melakukan interfensi hifa. Hifa Trichodermaspp.Akan
mengakibatkan perubahan permeabilitas dinding sel.
18. 18
BAB III
PENUTUP
Jamur endofit adalah jamur yang terdapat di dalam sistem jaringantumbuhan seperti
daun, bunga, ranting ataupun akar tumbuhan. Jamur menginfeksi tumbuhan sehat pada
jaringan tertentu dan mampu menghasilkanmikotoksin, enzim serta antibiotika.
Penggunaan Agen Pengendalian Hayati semakin berkembang karena selain membatasi
pertumbuhan dan perkembangan Organisme Pengganggu Tanaman dalam waktu relative lama, APH
juga mempunyai keunggulan dalam menjaga keseimbangan ekosistem lingkungan pertanian.
Jenis-jenis jamur yang termasuk ke dalam jamur endofit pada tanaman cabai (Capsicum
annum L.) yaitu, Aspergillus niger, Trichoderma sp., Gliocladiumspp., dan Penicillium sp.
Dalam pengendalian fungi biokontrolnya, genus Penicillium mengeluarkan substansi
racun citrimun (CH13H14O5) berupa kristal dan genus Aspergillus mengeluarkan aflatoksin
(C12H12O6) (Djafaruddin, 2000.) Penicillium dan Aspergillus mempunyai pengaruh
terhadap mikroorganisme pathogen tanaman.Ketahanan tanaman cabai meningkat karena
jalinan hifa cendawan Penicillium dan Aspergillus dapat menjadi penghalang bagi serangan
jamur tanah. Mekanisme penyerangan terhadap patogen tanaman antara lain adalah melalui
prosesmikoparasitisme, yang melibatkan produksi berbagai enzim (biokatalis)
hidrolitik (pemecah berbagai senyawa polimer) dan sekresi (produksi dan
pengeluaran)senyawa antifungi, antibakteri dan antinematoda. Selain itu, fungi biokontrol
juga menghasilkan hormon pertumbuhan tanaman, dan asam-asam organik yang membantu
pelarutan fosfat dan mineral, sehingga mudah diserap tanaman.
19. 19
DAFTAR PUSTAKA
Istikorini, 2008, Potensi Cendawan Endofit untuk Mengendalikan Penyakit Antraknosa Pada
Cabai (Capsicum annuum L.), dikutip
darihttp://repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/40844/Bab%201%202008
yis.pdf?sequence=3,diaksespadatanggal21November2011.
Lestari, C.E, 2011, Cendawan Endofit, dikutip dari
http://epilestari.blogspot.com/2011/03/cendawan-endofit.html,diakses padatanggal 29
November, 2011.
Suriawiria, Unus. 1986. Pengantar Untuk Mengenal dan Menanam Jamur .Bandung: Penerbit
Angkasa.
YA, Cahyana, dkk. 2007. Jamur Tiram. Jakarta. Penebar Swadaya
http://zaifbio.wordpress.com/author/zaifbio/simbiosis-fungi-endofit-dan-inang/
http:/www.plantamor.com/