SlideShare una empresa de Scribd logo
1 de 46
Descargar para leer sin conexión
Kementerian Koordinator
Bidang Kesejahteraan Rakyat
    Republik Indonesia




                              Mereka Berani Melawan Pemiskinan




                                                                 Mereka Berani
                                                                 Melawan PeMiskinan
Kementerian Koordinator
Bidang Kesejahteraan Rakyat
    Republik Indonesia




         Mereka Berani
       Melawan Pemiskinan


Kementrian Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat
                Republik Indonesia
                       2011
II   Mereka Berani Melawan Pemiskinan                                                         Mereka Berani Melawan Pemiskinan   III




                                        Mereka Berani Melawan Pemiskinan

                                        Tim Penulis: Fakhrulsyah Mega, Luh Nyoman Dewi
                                        Triandayani, Yaury G.P. Tetanel
                                        Penata Letak: Imam Saptaji
                                        Desain Sampul: Imam Saptaji
                                        Cetakan pertama: 2011

                                        Diterbikan Oleh:
                                        Kementerian Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat
                                        Republik Indonesia
                                        Alamat Jl. Merdeka Barat No. 3
                                        Jakarta Pusat Jakarta, 10110
                                        Daerah Khusus Ibukota Jakarta, Indonesia

                                        No Telepon 021 - 3459-417 021 - 3483 2049



                                        Dicetak Oleh: Origami ‘Art
                                        Isi di luar tanggung jawab percetakan

                                        Hak cipta dilindungi oleh undang-undang.
                                        Dilarang mengutip atau memperbanyak sebagian atau
                                        seluruh isi buku ini tanpa izin tertulis dari Penerbit.

                                        Perpustakaan Nasional Katalog Dalam Terbitan (KDT)

                                        Mereka Berani Melawan Pemiskinan
                                        82 + VI hal, 16x23,5
IV    Mereka Berani Melawan Pemiskinan                                                                Mereka Berani Melawan Pemiskinan       V



                                                           Daftar Isi

                                                           Ucapan Terimakasih                                                               IV

                                                           Kata Sambutan                                                                 VI-VII
                                                           Selayang Pandang Daerah Inovatif Melawan Pemiskinan                               1

                                                           Dari Tanah Kembali ke Tanah ke Tanah                                             12
                                                           Meretas asa Lewat Gerbang Swara: Ruang Nyata Partisipasi
                                                           Masyarakat Dalam Pembangunan Daerah                                              17

Terima kasih kepada berbagai pihak yang telah              Jaminan Kesehatan Sebagai Wujud Pemenuhan Hak atas Kesehatan
membantu terbitnya buku ini, “Dan Pihak-pihak lain         yang Layak Bagi Warga Miskin di Kabupaten Jembrana                               20
yang tidak dapat disebutkan satu per satu”:
                                                           Kebumen Pelopor Kedaulatan Rakyat Atas Pembangunan
                                                           Melalui Kuota Anggaran Kecamatan                                                 25
a    Ibu Wakil Walikota Banda Aceh
                                                           Ketika Rakyat dan Pemerintah Bersatu Melawan Pemiskinan                          30
a    Bapak Wakil Bupati Serdang Bedagai
                                                           Rakyat Miskin di Makassar, Sejak Lahir Hingga
a    Bapak Kepala Bappeda Kabupaten Jembrana
                                                           Akhir Hayat Hidupnya Bebas!                                                      34
a    Bapak Kepala Bappeda Kota Kupang
                                                           Menjadikan Banda Aceh Kota Ramah Jender                                          39
a    Bapak Kepala Bappeda Lombok Tengah
                                                           “Pelembagaan Partisipasi Rakyat Dalam Pembangunan Bisa!”                         46
a    Bapak Ketua Wakil Bupati Garut
                                                           Perempuan Juga Berhak Dalam Pembangunan
a    Bapak Plh. Kepala Bappeda Kabupaten Kebumen

a    Bapak Staf Khusus Bupati Kabupaten Gunung Kidul       di Kabupaten Gunung Kidul                                                        55

a    Bappeda Kabupaten Gunung Kidul                        Pemenuhan Hak Atas Rumah Layak Huni bagi Kaum Miskin                             62

a    Bapak Kepala Bappeda Kota Surakarta                   Dari Desa Bangun Subang                                                          66

a    Bapak Kabag. Sosbud Bappeda Kabupaten Sukabumi        Tran sparansi Anggaran: Langkah Kecil Dengan Dampak Besar                        71

a    Koordiator Daerah Program SAPA di 15 kabupaten/kota   Reforma Agraria Jalan Baik Menggusur Pemiskinan                                  78
VI      Mereka Berani Melawan Pemiskinan                                                                                    Mereka Berani Melawan Pemiskinan   VII



SaMButan DePutI MenKoKeSRa                                                     dan berkeadilan”. Untuk mencapainya pemerintah telah pula menetapkan
                                                                               3 (tiga sasaran pembangunan nasional yakni; (1) Pembangunan




S
                                                                               Kesejahteraan Rakyat mencakup bidang; ekonomi, pendidikan, kesehatan,
        yukur Alhamdulillah Kita panjatkan pada Tuhan Yang Maha Esa
                                                                               dan pangan, (2) Perkuatan Pembangunan Demokrasi mencakup bidang
        atas terbitnya buku yang sudah lama Saya dambakan ini, dimana
                                                                               ; kualitas demokrasi, dan (3) Pembangunan Keadilan/Hukum mencakup
        sejak awal program SAPA dijalankan Saya ingin melihat apakah
                                                                               bidang ; Penegakan hukum.
ada daerah yang berani berinovasi dalam meningkatkan kualitas
                                                                                  Pembangunan     bidang kesejahteraan rakyat pada Kabinet Indonesia
kesejahteraan masyarakat miskin dan atau melawan pemiskinan.
                                                                               Bersatu II terfokus pada lima program utama yakni penanggulangan
     Konstitusi Negara kita menjamin kehidupan warganya secara utuh dalam
                                                                               kemiskinan, pendidikan, kesehatan, lingkungan hidup dan penanggulangan
menjalani kehidupannya secara humanis, sejahtera lahir batin, serta memiliki
                                                                               bencana, serta kebudayaan, kreativitas dan inovasi teknologi. Untuk mencapai
kemandirian. Itulah tujuan berdirinya sebuah negara, yang seluruh warga
                                                                               kelima program tersebut maka kebijakan KabinetIndonersia Bersatu II ini
negaranya berhak atas kehidupan yang adil, sejahtera dan bermartabat. Itu
                                                                               bertumpu pada inclusive growthyaknipro-poor, pro-job, pro-growth dan
artinya negara wajib melindungi, memajukan dan memenuhi hak-hak dasar
                                                                               pro-environment. pro-poor, pro-job dan pro-justice menjadi prioritas utama
warganya dengan tanpa diskriminasi baik laki-laki maupun perempuan, kaum
                                                                               guna diimplementasikan secara sungguh-sungguh dan dilengkapi dengan
marginal dan komunitas difable, dan atau kelompok minoritas lainnya.
                                                                               pro-environment untuk menunjang pembangunan berkelanjutan.
     Sebagai negera ketiga berpenduduk besar didunia setelahCina dan India,
                                                                                  Inovasi dan atau kebijakan yang berani melawan pemiskinan oleh
kualitas dan derajat kesejahteraan penduduk Indonesia termasuk rendah
                                                                               pemerintah daerah sebagaimana yang tergambarkan dalam buku ini
jika dibandingkan dengan potensi sumberdaya alam dan sumberdaya
                                                                               patut diberikan apresiasi oleh kita semua. Saya secara pribadi dan
manusia produktifnya. Data BPS yang dikeluarkan pada bulan Maret, tahun
                                                                               sebagai deputi Menkokesra bidang Penanggulangan Kemiskinan dan
2011 menunjukkan jumlah penduduk miskin di Indonesia sebesar 30,02
                                                                               Pemberdayaan Masyarakat mengucapkan selamat                atas prestasi yang
juta jiwa atau sekitar 12,49 %. Angka tersebut meskipun menunjukkan
                                                                               dicapai dan mendukung sepenuhnya atas inovasi yang telah dilakukan ini.
kecenderungan penurunan dari tahun ke tahun, sebagai dampak dari
                                                                               Sepatutnya kita belajar dari keberhasilan daerah-daerah ini, karena
berbagai intervensi kebijakan dan program yang dilakukan pemerintah
                                                                               dengan keterbatasan anggaran yang dimiliki oleh masing-masing daerah,
dan pemerintah daerah, namun perubahannya belum signifikan jika
                                                                               kekhasan karakteristik kemiskinan mampu melakukan terobosan dalam
dibandingkan dengan meningkatnya alokasi anggaran penanggulangan
                                                                               kebijakandan program penanggulangan kemisknan, terutama yang terkait
kemiskinan setiap tahunnya dalam APBN dan APBD.
                                                                               dengan pemenuhan hak dasar kepada masyarakat miskin.
     Pemerintah sejak tahun 2005 memandang Kemiskinan merupakan
                                                                                  Selamat kepada Pemerintah daerah yang sudah berhasil menemukan cara
tantangan seluruh pemangku kepentingan pembangunan bangsa. Artinya,
                                                                               baru untuk membebaskan masyarakat dari belenggu kemiskinan, semoga
kemiskinan tidak lagi dilihat sebagai tolok ukur gagalnya Pemerintah
                                                                               kedepan dapat diikuti oleh pemerintah daerah lainnya. Terimakasih
melindungi dan memenuhi hak-hak dasar warganya melainkan menjadi
tantangan global pemangku kepentingan dalam mewujudkan masyarakat
adil, makmur, sejahtera, mandiri dan bermartabat.
                                                                                                                                            DR. Sujana Royat
     Rencana Pembangunan Jangka Menengah 2010–2014 Pemerintah
                                                                                                                                Deputi Menkokesra Bidang
telah menetapkan arah kebijakan pembangunan Indonesia dalam lima
                                                                                            Penanggulangan Kemiskinan dan Pemberdayaan Masyarakat
tahun kedepan adalah “terwujudnya Indonesia yang sejahtera,demokratis
Mereka Berani Melawan Pemiskinan   1



SeLaYanG PanDanG DaeRaH
InoVatIF MeLaWan PeMISKInan



  Sejak otonomi daerah diterapkan pada tahun 1999, salah satu harapan
yang disematkan bagi setiap daerah adalah semakin membaiknya kondisi
dan kualitas kesejahteraan masyarakat. Walaupun kita tahu, bahwa upaya
untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat bukanlah merupakan
suatu upaya semudah membalik telapak tangan. Penanggulangan
kemiskinan membutuhkan keterlibatan berbagai pihak didalamnya baik
yang berasal dari pemerintah, dunia usaha, organisasi masyarakat sipil,
tidak terkecuali adalah masyarakat miskin itu sendiri. Pemikiran yang
masih membebankan upaya penanggulangan kemiskinan pada satu pihak
sudah saatnya ditinggalkan, karena persoalan kemiskinan yang dihadapi
bukan hanya sekedar persoalan kurangnya pendapatan, pekerjaan yang
bersifat informal, ataupun keterbatasan sarana infrastruktur dasar, akan
tetapi juga menyangkut persoalan kerawanan, keterisolasian, serta
kerentanan dalam berbagai aspek kehidupan.
  Oleh sebab itu, persoalan kemiskinan yang dihadapi oleh berbagai
daerah di Indonesia memiliki karakteristik dan keunikan tersendiri, serta
membutuhkan strategi yang berbeda dalam merespon dan menyelesaikan
persoalan tersebut. Dalam otonomi daerah, kondisi tersebut memberikan
peluang yang seluas-luasnya kepada pimpinan didaerah untuk melakukan
terobosan dan inovasi untuk menurunkan jumlah penduduk miskin, dan
pada saat yang bersamaan meningkatkan kualitas kesejahteraan dengan
memperbaiki sistem layanan publik bagi masyarakat secara luas. Walaupun
demikian, upaya untuk membangun kerjasama multipihak tersebut,
bukanlah sesuatu yang mudah. Setidaknya dibutuhkan keterbukaan, sikap
untuk berbagi, serta kerelaan dari berbagai pihak untuk menerima kritik
dan input tentang kebijakan dan program penanggulangan kemiskinan
yang dilakukan selama ini.
2      Mereka Berani Melawan Pemiskinan                                                                                         Mereka Berani Melawan Pemiskinan   3


    Terkait dengan hal tersebut, maka sejak tahun 2007, Kementrian                    mudah, hal ini disebabkan oleh beberapa pandangan dan penilaian
Koordinator Kesejahteraan Rakyat bersama 15 pemerintah kabupaten/                     yang dimiliki oleh berbagai pihak. Misalnya pandangan bahwa dengan
kota dan berbagai kelompok organisasi masyarakat sipil ditingkat pusat                bekerjasama tersebut akan membuka borok yang dilakukan oleh birokrasi
dan daerah mengikatkan diri dalam Program SAPA Indonesia. Program                     dan unsur non pemerintah akan mempermalukan mereka didepan publik
SAPA Indonesia bertujuan untuk mengembangkan berbagai inovasi dalam                   masih ada sampai saat ini. Walaupun demikian, terdapat juga beberapa
penanggulangan kemiskinan, memberdayakan masyarakat miskin dan                        daerah yang bahkan memberikan peran yang lebih kepada unsur non
perempuan, mensinergikan database dan mengintegrasikannya dalam                       pemerintah dalam struktur TKPKD, seperti yang dilakukan di Kota
perencanaan dan penganggaran, serta melakukan advokasi terhadap                       Surakarta, Kabupaten Lombok Tengah, Kabupaten Kebumen, Kabupaten
perubahan kebijakan dan program pembangunan untuk berpihak pada                       Gunungkidul, serta Kota Makassar. Peran lebih yang dimaksudkan disini
masyarakat miskin baik pada tingkat nasional maupun daerah. Disamping                 tidak hanya pada posisi struktural dalam kelembagaan TKPKD akan tetapi
itu, Program SAPA sendiri merupakan suatu model kerjasama multipihak                  juga dalam membangun sinergisitas antar pihak.
yang terintegrasi antara pemerintah pusat, pemerintah daerah, serta                     Walaupun TKPKD di 15 kabupaten/kota telah menunjukkan dinamika
organisasi masyarakat sipil.                                                          yang lebih baik dari TKPKD lainnya, namun upaya untuk meningkatkan
    Dalam      mengimplementasikan               programnya,   mitra-mitra    yang    peran dalam mempengaruhi kebijakan dan program pembangunan,
tergabung      dalam       Program        SAPA    memanfaatkan    instrumen    Tim    khususnya yang terkait dengan kemiskinan masih menghadapi kendala
Koordinasi Penanggulangan Kemiskinan Daerah (TKPKD) yang dibentuk                     yang cukup besar. Beberapa persoalan penting yang dihadapi oleh
melalui peraturan presiden. TKPKD dipilih                 sebagai wadah untuk         TKPKD dan sekaligus juga merupakan tantangan dalam model kerjasama
mengkonsolidasikan gagasan, kebijakan, serta program bukan hanya                      multipihak ini meliputi membangun koordinasi yang efektif, pengendalian
karena aspek legalitas kelembagaannya, melainkan                 kelembagaan    ini   kebijakan dan program penanggulangan kemiskinan, sinkronisasi data
dapat mengakomodasi keterlibatan unsur lain selain pemerintah dalam                   dan target penanggulangan kemiskinan, keterbatasan anggaran, serta
forum tersebut. Saat ini di 15 kabupaten/kota yang menjadi daerah                     memastikan pelaksanaan kebijakan dan program penanggulangan
sasaran Program SAPA telah memiliki TKPKD dengan kondisi kelembagaan                  kemiskinan memiliki kaitan antara satu pihak dengan pihak lainnya dan
yang berbeda-beda.                                                                    memberikan pengaruh yang besar dalam penurunan jumlah penduduk
    Perbedaan kelembagaan tersebut menjadi dinamika tersendiri dalam                  miskin.
pelaksanaan program, serta menentukan bagaimana relasi dan kedudukan                    Ditengah tantangan yang dihadapi dalam mempromosikan kerjasama
antara berbagai pihak yang terlibat dalam membangun kerjasama                         multipihak dalam pengurangan jumlah penduduk miskin melalui TKPKD,
multipihak. Setidaknya ada beberapa aspek yang membedakan TKPKD                       beberapa inovasi dan terobosan berhasil dilakukan oleh pemerintah
yang berada di daerah sasaran Program SAPA, misalnya keterwakilan                     daerah.Terobosan dan langkah-langkah yang dilakukan oleh pemerintah
unsur non pemerintah, pembagian peran dari masing-masing pihak, serta                 daerah tersebut dalam kurun waktu 3 tahun telah memperlihatkan hasil
peran TKPKD dalam mempengaruhi penyusunan kebijakan dan program                       dengan menurunnya jumlah penduduk miskin. Berikut ini adalah data
penanggulangan kemiskinan di daerah.                                                  mengenai perkembangan penurunan jumlah penduduk miskin di 15
    Aspek keterwakilan merupakan satu spirit penting yang dijamin regulasi,           kabupaten/ kota.
untuk memastikan keterlibatan berbagai pihak dalam penanggulangan
kemiskinan. Namun untuk mewujudkan hal tersebut bukanlah hal yang
4       Mereka Berani Melawan Pemiskinan                                                                                                        Mereka Berani Melawan Pemiskinan    5


                                                                                           dalam akses pelayanan dasar serta rendahnya kepemilikan asset produktif
    Grafik 1. Persentase Jumlah Penduduk Miskin di Daerah Sasaran Program SAPA Indonesia   dapat dijumpai di Kota Banda Aceh, Kabupaten Serdang Bedagai,
                                                                                           Kabupaten Bandung, Tasikmalaya, Surakarta, Kabupaten Jembrana,
                                                                                           Kota Kupang, dan          Kota      Makassar. Disamping melihat penurunan
                                                                                           persentase jumlah penduduk miskin, aspek lain yang perlu diperhatikan
                                                                                           dalam penanggulangan kemiskinan adalah perbaikan kesenjangan
                                                                                           pada masyarakat miskin. Berikut ini adalah gambaran mengenai indeks
                                                                                           keparahan kemiskinan di 15 Kabupaten/kota                     yang menjadi sasaran
                                                                                           Program SAPA Indonesia.


                                                                                             Grafik 2.Grafik Keparahan Kemiskinan di 15 Kabupaten Sasaran Program SAPA Indonesia.




    Sumber Data : Data & Informasi Kemiskinan BPS



    Berdasarkan grafik diatas terlihat bahwa persentase penduduk
miskin di 15 kabupaten /kota yang menjadi daerah sasaran Program
SAPA mengalami penurunan dalam kurun waktu 3 tahun. Walaupun
menunjukkan penurunan jumlah penduduk miskin dalam beberapa tahun,
namun masih ada kabupaten/kota yang memiliki angka kemiskinan yang
cukup tinggi (diatas 20 %). Misalnya di Kota Tasikmalaya, Kabupaten
Kebumen, Kabupaten Gunungkidul, serta Kabupaten Lombok Tengah.                                Sumber Data : Data & Informasi Kemiskinan BPS

Sedangkan angka kemiskinan yang relatif lebih rendah berada di Kota
Banda Aceh, Kabupaten Serdang Bedagai, Kabupaten Bandung, Kabupaten                          Indeks keparahan kemiskinan merupakan suatu instrumen untuk
Jembrana, serta Kota Makasssar.                                                            melihat tingkat kedalaman kemiskinan yang terjadi disuatu daerah
    Sebagaimana telah dijelaskan diatas, kondisi kemiskinan di berbagai                    dengan melihat kesenjangan atau gap pendapatan masyarakat miskin
daerah sasaran Program SAPA berbeda-beda. Misalnya kondisi kemiskinan                      dengan garis kemiskinan yang ditetapkan disuatu daerah. Berdasarkan
yang disebabkan oleh keterbatasan infrastruktur dasar dan keterisolasian                   data diatas, secara umum terlihat bahwa indeks keparahan kemiskinan
yang disebabkan oleh kondisi geografis yang sulit dijangkau dapat                          mengalami penurunan diseluruh daerah, kecuali di Kota Tasikmalaya yang
dijumpai di Kabupaten Kebumen, Gunungkidul, Sukabumi, dan Lombok                           mengalami peningkatan. Informasi ini juga menggambarkan bahwa upaya
Tengah. Sedangkan kondisi kemiskinan lainnya seperti ketidakmampuan                        yang dilakukan pemerintah daerah tidak hanya terkonsentrasi dalam
6       Mereka Berani Melawan Pemiskinan                                                                                                   Mereka Berani Melawan Pemiskinan   7


penurunan jumlah penduduk miskin, akan tetapi juga perlu berkonsetrasi                 pembangunan manusia pada setiap daerah dapat dikatakan masih
dalam memperbaiki dan menjaga kualitas kesejahteraannya sehingga                       sangat lambat, jika dibandingkan dengan kebijakan, program, serta
tidak terdapat kesenjangan yang terlalu besar ditingkat masyarakat.                    anggaran yang dialokasikan untuk menyelesaikan persoalan-persoalan
Beberapa daerah yang memiliki indeks keperahan tertinggi terdapat di                   pemenuhan hak dasar di masyarakat. Hal ini menunjukkan juga bahwa
Kota Tasikmalaya, Kabupaten Kebumen, serta Kabupaten Lombok Tengah.                    upaya peanggulangan kemiskinan yang dilakukan harus memiliki fokus
Sedangkan, daerah yang memiliki indeks keparahan yang kecil terdapat                   yang jelas dengan kebijakan, program, dan pendekatan yang lebih sesuai
di Kabupaten Jembrana & Kota Makassar.                                                 dengan kondisi masyarakat untuk mencapai target yang diinginkan.
                                                                                       Walaupun memiliki indeks pembangunan yang tinggi, akan tetapi
    Grafik. 3 Perkembangan Indeks Pembangunan Manusia di Daerah Sasaran Program SAPA   perkembangan setiap indikator indeks pembangunan manusia yang
                                                                                       dimiliki oleh setiap daerah berbeda-beda. Misalnya dalam angka harapan
                                                                                       hidup yang disajikan dibawah ini.


                                                                                         Grafik Angka Harapan Hidup Tahun 2009 di 15 Kabupaten / Kota




    Sumber Data : Indeks Pembangunan Manusia BPS



    Indeks pembangunan manusia merupakan salah satu instrumen
yang digunakan untuk melihat kondisi dan kualitas kesejahteraan suatu
bangsa secara lebih komprehensif. Indikator yang diukur dalam indeks                     Sumber Data : Indeks Pembangunan Manusia BPS

pembangunan manusia terdiri dari 3 indikator utama yaitu kesehatan
(harapan hidup), pendidikan (melek huruf dan rata-rata lama sekolah),                    Indikator harapan hidup merupakan suatu indikator yang memiliki
serta ekonomi (daya beli). Berdasarkan data diatas, terlihat bahwa                     keterkaitan dengan berbagai aspek dalam bidang kesehatan seperti
indeks pembangunan manusia di hampir seluruh daerah program SAPA                       kesehatan lingkungan, tingkat kesakitan, serta kualitas asupan gizi
mengalami peningkatan yakni diatas 70, kecuali di Lombok Tengah yaitu                  yang sangat menentukan dalam usia seseorang. Dengan mengetahui
sebesar 60,26. Walaupun demikian, percepatan peningkatan indeks                        prasyarat mendasar dalam suatu indikator yang memiliki keterkaitan
8      Mereka Berani Melawan Pemiskinan                                                                                                   Mereka Berani Melawan Pemiskinan   9


dengan indikator lain, maka pemerintah daerah dapat menyusun                          menghasilkan pelayanan publik yang baik, dalam berbagai kasus justru
kebijakan dan program yang tepat untuk menyelesaikan permasalahan                     ditemukan angka kemiskinan yang cukup besar pada daerah daerah tersebut.
tersebut. Beberapa inovasi yang dilakukan oleh pemerintah daerah di                   Berikut ini adalah gambaran mengenai profil anggaran kabupaten / kota yang
wilayah sasaran SAPA masih berkutat pada penyelesaian dampak dengan                   menjadi daerah sasaran Program SAPA.
memberikan jaminan pelayanan kesehatan bagi masyarakat, akan tetapi
belum melakukan terobosan agar masyarakat tidak sakit. Oleh sebab                       Grafik.Perkembangan APBD 15 Kabupaten/ Kota Tahun 2008-2009 ( Dalam Juta Rupiah).

itu, ukuran keberhasilan dalam pelayanan kesehatan tidak hanya jumlah
orang yang ditangani atau mendapat pelayanan akan tetapi juga semakin
menurunnya orang yang mengajukan klaim untuk mendapatkan pelayanan
kesehatan gratis tersebut.
    Data pada grafik angka harapan hidup pada tahun 2009, menunjukkan
bahwa pencapaian indeks pembangunan manusia yang tinggi disuatu daerah
belum tentu menandai bahwa indikator-indikator yang menyertainya juga
secara otomatis baik. Pada contoh diatas, meskipun Kabupaten Gunungkidul
dan Kabupaten Garut memiliki angka indeks pembangunan manusia yang
hampir sama, akan tetapi jika dilihat secara mendalam pada indikator
harapan hidupnya, usia harapan hidup pada kabupaten Gunungkidul lebih
tinggi dibandingkan dengan Kabupaten Garut.
    Selain    memahami          akar masalah yang menyebabkan kemiskinan,
pengambil kebijakan juga harus memiliki komitmen yang kuat dalam                        Sumber Data : Statistik Keuangan Daerah BPS

penanggulangan kemiskinan. Salah satu indikator yang seringkali digunakan
untuk melihat keberpihakan                pemerintah   terhadap   masyarakat miskin     Berdasarkan data diatas, terlihat bahwa peningkatan anggaran
adalah alokasi anggaran pembangunan. Saat inikondisi penganggaran di                  pembangunan atau APBD diseluruh daerah sebenarnya sangat kecil setiap
Indonesia dihadapkan pada dilemma untuk mendanai program-program                      tahunnya, hanya beberapa daerah saja yang mengalami peningkatan
penanggulangan kemiskinan ditengah keterbatasan anggaran. Walaupun                    anggaran yang cukup tinggi yaitu di Kabupaten Serdang Bedagai,
dihadapkan pada kondisi demikian, beberapa daerah yang menjadi sasaran                Bandung, Sukabumi, Ciamis, Subang, serta Kota Kupang. Walaupun
Program SAPA mampu melakukan inovasi program penanggulangan                           demikian, jika dilihat dari sumber pendapatan, kontribusi pemerintah
kemiskinan dengan memberikan layanan pendidikan, kesehatan, serta                     pusat masih sangat tinggi dibandingkan dengan kemampuan daerah
pelayanan publik lainnya secara maksimal pada masyarakat miskin. Sehingga             dalam membiayai pembangunan didaerahnya. Sistem transfer keuangan
sampai pada suatu titik kesimpulan, bahwa pengaturan anggaran merupakan               yang masih mendasarkan pada input base yang dianut oleh Indonesia
kunci utama, dan bukan tergantung pada besar-kecilnya anggaran                        pada satu sisi menjamin bahwa setiap daerah akan mendapatkan alokasi
pembangunan. Banyak contoh yang dikemukakan dalam penelitian otonomi                  anggaran dengan menggunakan sejumlah formulasi pembagian anggaran,
daerah yang dilakukan oleh berbagai institusi menunjukkan bahwa tidak                 akan tetapi pada aspek lain belum memperhitungkan aspek kinerja dari
semua daerah yang memiliki anggaran pembangunan yang besar dapat                      anggaran yang diberikan kepada daerah. Hal ini menyebabkan antara
10       Mereka Berani Melawan Pemiskinan                                                                                                 Mereka Berani Melawan Pemiskinan   11


daerah yang melakukan inovasi dan daerah yang tidak melakukan inovasi                          belanja pegawai, belanja barang dan jasa, serta belanja modal untuk
akan mendapatkan perlakuan yang sama. Oleh sebab itu, dimasa depan                             melaksanakan program dan kegiatan pemerintah daerah.
sistem transfer daerah yang berbasis pada input perlu dirubah dengan                              Pada data yang ditampilkan pada grafiks menunjukkan bahwa belanja
mekanisme transfer yang berbasis pada kinerja. Berikut ini adalah                              tidak langsung di semua daerah meningkat, kecuali di Kabupaten Serdang
profil mengenai          perbandingan alokasi anggaran pembangunan di 15                       Bedagai. Beberapa daerah menunjukkan perimbangan antara belanja
kabupaten/kota yang menjadi daerah sasaran Program SAPA.                                       langsung dan tidak langsung seperti di Kota Makassar dan Kupang. Tetapi
                                                                                               ada juga daerah yang memiliki kesenjangan alokasi antara anggaran belanja
     Grafik. 5 Perbandingan Penerimaan APBD dengan Belanja Tidak Langsung Pada Tahun 2009 di   tidak langsung dan belanja langsung yang cukup tinggi seperti yang terjadi
15 Kabupaten / Kota                                                                            di Kabupaten Bandung, Ciamis, Subang, Garut, Sukabumi, serta Kota Banda
                                                                                               Aceh. Kondisi ini menunjukkan bahwa pemerintah daerah perlu meninjau
                                                                                               kembali kebijakan penganggaran, termasuk didalamnya adalah melakukan
                                                                                               efisiensi   terhadap   pengelolaan   anggaran,   serta     mengintegrasikan
                                                                                               perencanaan antar sektor agar dapat mengoptimalkan alokasi anggaran
                                                                                               yang tersedia dalam penanggulangan kemiskinan.
                                                                                                  Apresiasi lebih pantas diberikan kepada daerah sasaran Program
                                                                                               SAPA, walaupun berada pada kondisi “keterbatasan anggaran”, namun
                                                                                               TKPKD dan pemerintah daerah mampu melakukan terobosan dalam
                                                                                               kebijakan dan program penanggulangan kemiskinan, terutama yang
                                                                                               terkait dengan pemenuhan hak dasar kepada masyarakat yang secara
                                                                                               detil akan dikupas dalam buku ini. Beberapa inovasi dan terobosan
                                                                                               yang dihasilkan oleh pemerintah daerah justru ketika dihadapkan pada
                                                                                               kondisi daerah yang sangat terbatas baik secara keuangan, sumberdaya,
     Sumber Data : Statistik Keuangan Daerah BPS                                               infrastruktur, maupun dibayangi dengan resiko kegagalan. Inovasi dan
                                                                                               terobosan yang dihasilkan memang belum sempurna dan masih memiliki
     Jika disederhanakan ada dua komponen terbesar dalam APBD yaitu                            berbagai kekurangan, akan tetapi hal ini telah menginspirasi berbagai
belanja langsung dan belanja tidak langsung. Belanja tidak langsung                            pemerintah daerah di Indonesia bahwa hal tersebut dapat diwujudkan
adalah belanja yang              dianggarkan       tidak   terkait langsung dengan             ditengah kondisi keterbatasan yang dihadapi oleh pemerintah daerah.
pelaksanaan program. Belanja tidak langsung terdiri dari belanja
pegawai berupa gaji dan tunjangan yang ditetapkan dengan undang-
undang, belanja bunga, belanja hibah, belanja bantuan sosial, belanja
bagi hasil kepada propinsi, /kabupaten /kota dan pemerintah desa,
belanja bantuan keuangan, serta belanja tak terduga. Sedangkan, belanja
langsung adalah bagian belanja yang dianggarkan yang terkait langsung
dengan pelaksanaan program. Komponen belanja langsung terdiri dari
12      Mereka Berani Melawan Pemiskinan                                                                              Mereka Berani Melawan Pemiskinan   13



DaRI tanaH KeMBaLI Ke tanaH                                                dibumi parahiyangan, ungkapan itu bukanlah merupakan suatu ucapan
                                                                           yang bermakna kematian, tetapi merupakan suatu upaya nyata yang coba
                                                                           dilakukan oleh pemerintah Kabupaten Bandung dalam penanggulangan
     Mang Usep buruh tani di Desa Paranggong, Mang Diding petani penyewa
                                                                           kemiskinan.
tanah Desa Kertasari, dan Nyi Ntis buruh tani palawija Desa Cipelah pada
                                                                             Kita semua tahu bahwa tanah bagi Petani adalah aset utama dan
hari itu seperti mendapatkan “durian runtuh” ketika aparat Pemerintah
                                                                           menjadi simbol seorang petani. Jika sekarang masih banyak Petani yang
Kabupaten Bandung memberikan sebidang tanah untuk dikelola sebagai
                                                                           masuk kategori miskin itu disebabkan oleh ketidak-adilan Negara dalam
lahan produksi pertanian yang selama ini mereka hanya menggarap
                                                                           melindungi dan memenuhi hak atas tanah bagi kaum tani. Itu artinya
dan atau menyewa tanah terlantar milik perusahaan perkebunan dan
                                                                           sebab kemiskinan di negeri yang sangat subur sumber daya alamnya
tuan tanah. Sebuah asa telah lama ditunggu akhirnya datang juga, “sim
                                                                           (tanah) bukan hanya disebabkan oleh penyebab tunggal sebagaimana
kuring mah sangat bersyukur antaran Bapak Bupati ges mereka lahan ka
                                                                           yang selama ini dibayangkan oleh banyak perencana pembangunan, tetapi
kuring, hatur nuhun bapak bupati”. Itulah ungkapan perasaan para petani
                                                                           dapat disebabkan oleh banyak faktor yang membutuhkan pemahaman
yang telah mendapatkan tanah dari Pemerintah Kabupaten Bandung se
                                                                           dan langkah yang konkrit dalam menyelesaikan akar masalah kemiskinan.
bagai wujud dari kebijakan reforma agraria (RA). Pemerintah Kabupaten
                                                                           Bagi kaum tani, penyebab mereka tetap miskin adalah ketiadaan
Bandung menyebutnya “dari tanah kembali ketanah”. Ungkapan tersebut
                                                                           kepemilikan asset yang dapat digunakan sebagai faktor produksi dalam
juga dipahami oleh kaum tani di kawasan perkebunan yang terhampar
                                                                           peningkatan   pendapatan    masyarakat    miskin.     Berdasarkan        kondisi
                                                                           geografi dan topografi yang dimiliki, Kabupaten       Bandung merupakan
                                                                           salah satu daerah yang memiliki potensi dalam agrobisnis dan pertanian.
                                                                           Hal ini disebabkan kondisi tanah dan iklim yang sangat mendukung dalam
                                                                           pengembangan produk pertanian unggulan dalam skala yang cukup besar
                                                                           seperti teh, cokelat, dan lain-lain. Potensi pengembangan pertanian dan
                                                                           perkebunan dalam skala besar inilah yang jika tidak dikelola dengan baik,
                                                                           dapat menyebabkan konflik dalam pengelolaan sumberdaya alam (tanah)
                                                                           antara masyarakat dan dunia usaha. Menurut Bapak Yayan Agustian dari
                                                                           Bappeda Kabupaten Bandung, setidaknya terdapat beberapa hal yang
                                                                           menjadi sumber dalam konflik agraria di Kabupaten Bandung :


                                                                             1. Perusahaan tidak mengusahakan usaha agribisnis perkebunan
                                                                                 dengan benar.
                                                                             2. Perusahaan terlibat kredit macet dan pengusaha sudah sulit
                                                                                 dihubungi.
                                                                             3. Terdapat garapan lahan HGU (hak guna usaha) oleh masyarakat
                                                                                 dengan tidak terkendali dan liar.
                                                                             4. Konflik internal dalam perusahaan perkebunan.
14      Mereka Berani Melawan Pemiskinan                                                                                                     Mereka Berani Melawan Pemiskinan            15


     5. pengalihan HGU kepada pihak lain melalui proses pencabutan HGU
        oleh yang berwenang mengalami banyak permasalahan.
     6. Perusahaan perkebunan akan mengalihkan HGU menjadi HGB (hak
        guna bangunan).
     7. Pengaruh harga komoditi perkebunan yang fluktuatif serta biaya
        produksi meningkat.
     8. Belum terdapat jaminan regulasi baru yang merangsang investasi
        di bidang perkebunan.


     Salah satu permasalahan adalah penguasaan lahan/tanah dalam
jumlah yang cukup besar namun tidak dikelola dengan baik. Penguasaan
tanah dalam jumlah cukup besar oleh pihak-pihak tertentu di Kabupaten
Bandung disinyalir telah memberikan kontribusi yang cukup besar
terhadap kemiskinan masyarakat. Setidaknya ada 2 persoalan mendasar
dalam pengelolaan tanah perkebunan yang memiliki dampak langsung
pada kemiskinan masyarakat di Kabupaten Bandung yaitu upah buruh
perkebunan / tani yang sangat rendah di lokasi perkebunan, baik           Seorang Buruh Tani rela menyewa lahan gersang berukuran kurang dari setengah hektar untuk memperbaiki hidup,
                                                                          Meski demikian, usahanya itu tidak membuat keadaannya lebih baik.
yang dimiliki oleh badan usaha milik negara (BUMN) atau swasta, serta
pengelolaan tanah terlantar yang dimiliki oleh pemegang hak guna usaha
untuk perkebunan.                                                             Berbeda dengan Desa Kertasari, permasalahan tanah di Desa
     Menyadari kondisi tersebut, pemerintah daerah bekerjasama dengan     Paranggong lebih didominasi oleh konflik dalam pengelolaan tanah
organisasi masyarakat sipil melakukan upaya reforma agraria sebagai       terlantar antara masyarakat miskin dengan pemegang HGU yang berasal
bagian penting dalam menyelesaikan permasalahan kemiskinan di             dari pihak swasta. Tanah yang dikuasai oleh pemegang HGU tidak dikelola
Kabupaten Bandung. Pemerintah Kabupaten Bandung menetapkan 3              sebagaimana mestinya dan cenderung dibiarkan menjadi terlantar selama
desa sebagai percontohan dalam upaya tersebut, yaitu Desa Paranggong,     bertahun tahun. Melihat kondisi ini, masyarakat miskin berupaya untuk
DesaKertasari, serta Desa Cipelah. Ketiga desa tersebut memiliki          mengelola tanah pertanian tersebut. Namun pemilik HGU melarang
persoalan yang berbeda dalam pelaksanaan reforma agraria. Pada Desa       masyarakat miskin dan buruh tani yang bekerja di lahan yang dikuasai.
Kertasari upaya yang dilakukan adalah melakukan redistribusi tanah yang       Terkait       dengan beberapa konflik dalam pengelolaan tanah diatas,
dimiliki PTPN VIII kepada masyarakat miskin. Tanah yang diredistribusi    menunjukkan bahwa upaya dalam reforma agraria bukanlah merupakan
merupakan tanah-tanah yang disinyalir merupakan tanah terlantar yang      suatu hal yang mudah dilakukan dan melibatkan berbagai kebijakan
tidak dikelola oleh PTPN VII. Bersamaan dengan habisnya HGU (hak guna     dan kepentingan berbagai pihak didalamnya. Redistribusi lahan pada
usaha) yang dimiliki oleh PTPN VIII pada tahun 1987 dan sampai saat       masyarakat miskin, barulah sebuah langkah awal dalam penyelesaian
ini belum diperpanjang, dijadikan sebagai momentum untuk melakukan        kemiskinan.           Langkah          selanjutnya           yang       perlu       dilakukan          adalah
reforma agraria di Desa Kertasari.                                        memberdayakan masyarakat miskin agar memiliki kemampuan dalam
16      Mereka Berani Melawan Pemiskinan                                                                                                         Mereka Berani Melawan Pemiskinan   17


mengelola dan menjadikan tanah tersebut sebagai basis produksi dalam            MeRetaS aSa LeWat GeRBanG
peningkatan pendapatan keluarga.
     Selain itu, dibutuhkan keberanian dari pemerintah daerah dalam
                                                                                SWaRa: RuanG nYata PaRtISIPaSI
melakukan reforma agraria sesuai dengan kewenangan yang diberikan               MaSYaRaKat DaLaM PeMBanGunan
undang-undang atau peraturan pemerintah. Mahalnya biaya untuk
                                                                                DaeRaH
mengurus pengalihan hak penggunaan tanah menjadi satu tantangan
tersendiri, pemerintah Kabupaten Bandung mengambil langkah untuk
membiayai proses administrasi dalam pengalihan hak pengelolaan tanah                Serdang Bedagai merupakan kabupaten pemekaran dari Deli Serdang
terlantar kepada masyarakat miskin. Biaya pengurusan administrasi               yang didasarkan pada Undang-undang nomor: 36 tahun 2003 tanggal 18
dalam pengalihan hak pengelolaan tanah yang cukup mahal serta ketidak           Desember 2003 dan diresmikan oleh Menteri Dalam Negeri pada 7 Januari
jelasan kebijakan pemerintah pusat pada pengelolaan lahan terlantar             2004 (yang kemudian ditetapkan sebagai hari jadi Serdang Bedagai).
dituding sebagai salah satu masalah yang menyebabkan reforma agraria            Dengan potensi luas wilayah 1.900 km2 dengan panjang garis pantai 95
sebagai instrumen penanggulangan kemiskinan tidak dapat berjalan                Km, terdiri dari 17 kecamatan dan 237desa dan 6 kelurahan yang dihuni
secara optimal.                                                                 sekitar 594.383 jiwa (data BPS tahun 2011).
     Terkait dengan status tanah yang diberikan kepada masyarakat miskin,           Visi yang diusung oleh Pemerintah Kabupaten Serdang Bedagai adalah
merupakan hak pakai dan bukan merupakan hak milik. Hal ini dilakukan            menjadikan Serdang Bedagai sebagai salah satu kabupaten terbaik di
agar tanah yang sudah diberikan tidak diperjual-belikan dikemudian hari         Indonesia dengan masyarakatnya yang Pancasilais, modern, religius dan
dan menyebabkan masyarakat miskin terjebak kembali dalam perangkap              kompetitif.
kemiskinan. Besaran atau luas tanah yang diberikan kepada masyarakat
miskin berbeda-beda dan diberikan dengan mempertimbangkan kebiasaan
dan sejarah pengelolaan tanah yang dilakukan oleh masyarakat. Misalnya
untuk Desa Paranggong, luasan tanah yang diberikan kepada masyarakat
berdasarkan luasan tanah yang dikelola oleh masyarakat miskin sebelum
redistribusi tanah dilakukan oleh pemerintah Kabupaten Bandung.
     Langkah selanjutnya yang dilakukan oleh pemerintah Kabupaten
Bandung       adalah       mengkonsolidasikan   SKPD   yang   terkait   untuk
meningkatkan keberdayaan masyarakat miskin dalam pengelolaan tanah
untuk pertanian dalam skala kecil. Upaya yang dilakukan mulai dari
pemberiaan modal usaha, pemberian bibit tanaman, dan sarana produksi,
hingga upaya untuk memperbaiki infrastruktur pertanian. Upaya ini
diharapkan dapat menjadi langkah awal dalam mendisain kebijakan
reforma agraria sebagai instrumen dalam penanggulangan kemiskinan
yang efektif diKabupaten Bandung.

                                                                                “tenaga kerja sebagai sumbangsih masyarakat dalam pembangunan”
18       Mereka Berani Melawan Pemiskinan                                                                                                                   Mereka Berani Melawan Pemiskinan   19


     Untuk mewujudkan visi tersebut, Pemerintah Kabupaten Serdang                                                 prinsip: Dari, Oleh dan Untuk Masyarakat (DOM).
Bedagai menyadari bahwa mereka tidak dapat bekerja sendiri, tetapi                                                  Sejak diluncurkan, hingga tahun 2009, sebanyak 3.945 kegiatan telah
harus melibatkan partisipasi masyarakat dalam proses pembangunan.                                                 dilakukan dengan nilai Rp.45.5 miliar. Meliputi pembangunan irigasi,
Berangkat pada pemikiran tersebut, Pemerintah Kabupaten Serdang                                                   jalan, gorong-gorong dan rumah ibadah. Semua aktivitas pembangunan
Bedagai        mencanangkan               strategi       pembangunan               yang       melibatkan          tersebut sepenuhnya melibatkan partisipasi masyarakat yang didasarkan
partisipasi masyarakat yang diberi nama “Gerakan Pembangunan Swadaya                                              pada kebutuhan mereka. Di bidang pertanian, kabupaten ini surplus beras
Masyarakat” atau yang lebih dikenal dengan “Gerbang Swara”.                                                       125 ribu ton per tahun dan menjadi lumbung bagi Sumut. Keberhasilan di
                                                                                                                  bidang ketahanan pangan ini telah meraih penghargaan Ketahanan Pangan
Gerbang Swara (Gerakan Pembangunan Swadaya Masyarakat)                                                            tingkat nasional tiga tahun berturut-turut, 2008, 2009 dan 2010.
     Gerbang Swara yang merupakan gerakan kolaborasi antara masyarakat                                              Dalam konteks pembangunan pendidikan di Serdang Bedagai,
dan Pemerintah Daerah dalam pembangunan mulai diluncurkan pada                                                    partisipasi masyarakat dilakukan dalam bentuk hibah bagi pendirian/
tahun 2005.                                                                                                       pembangunan gedung sekolah. Hibah tersebut berupa pemberian lahan
     Tujuan       Gerbang         Swara       adalah       menggerakkan              seluruh        potensi       bagi pendirian gedung sekolah. Beberapa lahan sekolah yang merupakan
dan      prakarsa        masyarakat           Serdang         Bedagai         untuk       berpartisipasi          hibah masyarakat secara perseorangan maupun kelompok di ataranya:
dalam pembangunan sehingga pembangunan                                      dapat berjalan secara                 TK Pembinaan Negeri Kecamatan Teluk Mengkudu, SMP Negeri 2 Teluk
berkelanjutan. Melalui “Gerbang Swara” masyarakat bukan sekadar menjadi                                           Mengkudu, SMA Negeri 1 Teluk Mengkudu, TK Pembina Negeri Kecamatan
objek pembangunan, tetapi menjadi pelaku (subyek) pembangunan.                                                    SeiRampah, SMP Negeri 3 Sei Rampah dan Sanggar Kegiatan Belajar (SKB)
Dengan kata lain, pembangunan diterapkan dengan menggunakan                                                       Serdang Bedagai.
                                                                                                                    Selain masyarakat      yang    berpartisipasi dalam         pembangunan
                                                                                                                  pendidikan, dunia usaha dan perkebunan juga memberikan partisipasinya.
                                                                                                                  Dunia usaha dan perkebunan berpartisipasi dalam pembangunan sekolah,
                                                                                                                  diantaranya: SMA Negeri 1 Pantai Cermin, SMA Negeri 2 Perbaungan, SMA
                                                                                                                  Negeri 1 Bintang Bayu, SMA Negeri 1 Dolok Merawan, SMA Negeri 1 Tebing
                                                                                                                  Tinggi dan Sekolah Luar Biasa (SLB) Kecamatan Pegajahan.
                                                                                                                    Pembelajaran yang dapat ditarik dari gerakan “Gerbang Swara” yang
                                                                                                                  dilakukan oleh Pemerintah Kabupaten Serdang Bedagai adalah bahwa
                                                                                                                  pembangunan akan lebih berhasil dan berkelanjutan apabila: bertumpu
                                                                                                                  kepada pemberdayaan dan penguatan partisipasi masyarakat dalam
                                                                                                                  pembangunan. Pemerintah hanya menjadi dinamisator dan fasilitator,
                                                                                                                  sedangkan masyarakat menjadi aktor dari semua kegiatan pembangunan
                                                                                                                  yang dilakukan. Dengan kata lain pembangunan yang dilakukan dengan
                                                                                                                  berpegang pada prinsip “Dari, Oleh dan Untuk Masyarakat (DOM)”.



“wujud nyata kemitraan pemerintah-masyarakat dalam pembangunan: Bupati dan Wakil Bupati bergotong royong dengan
masyarakat”
20      Mereka Berani Melawan Pemiskinan                                                                                                    Mereka Berani Melawan Pemiskinan   21


JaMInan KeSeHatan SeBaGaI WuJuD
PeMenuHan HaK ataS KeSeHatan
YanG LaYaK BaGI WaRGa MISKIn DI
KaBuPaten JeMBRana

     Membicarakan Kabupaten Jembrana, terlepas dari permasalahan yang
dihadapi saat ini, selalu dikaitkan dengan inovasi yang dilakukan pada
mata kepemimpinan Bupati I Gede Winasa dengan jaminan kesehatan
gratis-nya. Dengan gagasan jaminan kesehatan gratis-nya, Kabupaten
Jembrana menjadi pelopor pemberian jaminan kesehatan gratis pada
masanya. Walaupun pada masa pasca kepemimpinan Bupati I Gede
Winasa jaminan kesehatan yang dikenal dengan nama Jaminan Kesehatan
                                                                         Deputi Perlindungan Sosial dan Perumahan Rakyat, DR Adang Setiana Pantau Langsung Program JKJ
Jembrana ini menemui kendala terkait dengan keberlanjutannya, tetapi
gagasan tentang pemberian jaminan kesehatan gratis yang dimotori oleh
pemerintah kabupaten/kota dapat dijadikan sebuah pembelajaran bagi            2) Peserta JKJ
kabupaten/kota lainnya. Apa yang dimaksud dengan Jaminan Kesehatan            Peserta JKJ adalah seluruh masyarakat Jembrana terutama keluarga
Jembrana, bagaimana memulai dan mengelolanya?                            miskin (Gakin) dan masyarakat umum yang belum terbiayai oleh sistem
                                                                         pelayanan asuransi kesehatan (ASKES untuk masyarakat PNS, Jamsostek
Apakah Program Jaminan Kesehatan Jembrana?                               untuk karyawan perusahan swasta dan asuransi swadana lainnya). Semua
     Program Jaminan Kesehatan Jembrana dirintis sejak Februari 2002,    masyarakat mempunyai hak atas premi yang disubsidi oleh pemerintah
dan mulai beroperasi pada Februari 2003. Program ini berupa pemberian    Kabupaten Jembrana pada Lembaga JKJ untuk pelayanan kesehatan
asuransi kesehatan kepada seluruh masyarakat Kabupaten Jembrana,         tingkat I (PPK-1) pada Puskesmas dan Praktek Dokter/Bidan Swasta yang
dan ini bertujuan: 1) meringankan beban masyarakat dalam pembiayaan      menerima JKJ
kesehatan; 2) memberikan kualitas pelayanan kesehatan yang lebih baik
kepada masyarakat; dan 3) menciptakan kompetisi pelayanan yang sehat          3) PPK (Pemberi Pelayanan Kesehatan)
antara pemberi pelayanan kesehatan (PPK) baik negeri maupun swasta.           Pemberi pelayanan kesehatan yang mengadakan kontrak dengan
                                                                         lembaga JKJ yaitu : Puskesmas, Praktek Dokter Swasta, Praktek Bidan
Program JKJ terdiri atas beberapa komponen, yakni:                       Antara PPK JKJ dengan Lembaga JKJ mempunyai hubungan kontrak dimana
     1) Lembaga JKJ                                                      kedua belah pihak mempunyai hak dan kewajiban. Apabila PPK JKJ tidak
     Lembaga JKJ adalah lembaga asuransi kesehatan masyarakat Jembrana   memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat sebagaimana
yang dibentuk berdasarkan Surat Keputusan Bupati Jembrana Nomor :        pada kontrak maka pihak Lembaga JKJ dapat memberikan sanksi berupa
572 Tahun 2002, tanggal 18 Desember 2002                                 skorsing selama beberapa bulan, apabila sanksi tetap dilanggar maka
22        Mereka Berani Melawan Pemiskinan                                                                               Mereka Berani Melawan Pemiskinan     23


                                                                                 Bank Pembangunan Daerah Cabang Negara di Jembrana (BPD Negara).
                                                                            e    Transaksi     pembayaran     menggunakan        sistem       klaim,        tidak
                                                                                 menggunakan sistem kapitasi seperti aturan JPKM. Dokter umum
                                                                                 mengklaim per pasien sebesar Rp 27.000,- dan Dokter Gigi
                                                                                 mengklaim per pasien sebesar Rp 30.000,-.
                                                                            e    Pembayaran klaim dilakukan oleh Badan Pelaksana JKJ atas dasar
                                                                                 pengajuan klaim oleh PPK. Pengajuan klaim diverifikasi oleh Tim
                                                                                 Verifikasi JKJ, setelah disetujui baru dibayar oleh kasir.
                                                                            e    Ketentuan administrasi bagi seluruh PPK telah tertuang dalam
                                                                                 kontrak, dan diadakan sosialisasi pada pertemuan rutin masing-
                                                                                 masing PPK.
                                                                            e    PPK wajib mengirim laporan data pasien, dan data kesehatan lainnya
                                                                                 sebagai bahan pemantauan kesehatan wilayah oleh Dinas Kesehatan
                                                                                 dan Kesejahteraan sosial Kabupaten Jembrana.
                                                                            e    Diberlakukan      demokratisasi    pelayanan        kesehatan         kepada
                                                                                 masyarakat, dimana masyarakat dapat memilih PPK yang dapat
                                                                                 memberikan pelayanan yang lebih baik tanpa dibatasi wilayah, serta
“layanan kesehatan JKJ”                                                          bisa di PPK negeri maupun swasta.


pihak Lembaga JKJ dapat melakukan pemutusan hubungan kontrak                Peran Serta ASKES di Kabupaten Jembrana
                                                                            Peran Serta ASKES :
Sumber Pembiayaan                                                           e    Untuk rawat jalan tingkat pertama (PPK-1) kapitasi Puskesmas
     Pembiayaan JKJ dilakukan melalui pengalihan subsidi yang semula             disetorkan ke JKJ untuk tambahan pembiayaan PPK-1 untuk program
diberikan kepada puskesmas dan rumah sakit, kini dialihkan kepada                JKJ. Peserta ASKES juga mendapatkan kartu JKJ, yang dapat di
masyarakat langsung dalam bentuk premi biaya rawat jalan tingkat                 pergunakan untuk pelayanan kesehatan rawat jalan tingkat pertama
pertama melalui lembaga Jaminan Kesehatan Jembrana (JKJ). Selain dari            (PPK-1) pada praktek dokter swasta atau puskesmas.
APBD pembiayaan juga berasal dari dana-dana Gakin, yang sebelumnya          e    Untuk pelayanan kesehatan lanjutan PPK-2 dan PPK-3, peserta ASKES
diberikan ke Puskesmas kemudian dialihkan ke JKJ.                                tetap mendapat pelayanan pada Rumah Sakit sesuai dengan aturan
                                                                                 pada PT. ASKES.
      Manajemen Pengelolaan JKJ
      Manajemen/pengelolaan JKJ menggunakan prinsip-prinsip JPKM yang       Monitoring Program JKJ
telah disempurnakan sesuai dengan program JKJ yaitu :                           Monitoring program JKJ di lakukan oleh Dinas Kesehatan dan
                                                                            Kesejahteraan Sosial Kabupaten Jembrana dan Badan Pengawas Daerah
e       Semua dana untuk pelayanan kesehatan disetor ke rekening JKJ pada   Kabupaten Jembrana.
24      Mereka Berani Melawan Pemiskinan                                                                                  Mereka Berani Melawan Pemiskinan   25


Keberlanjutan                                                                 KeBuMen PeLoPoR KeDauLatan RaKYat
     Setelah berjalan selama lebih dari lima tahun, Program JKJ mendapatkan
kendala berupa keberlanjutan program. Selama masa kepemimpinan
                                                                              ataS PeMBanGunan MeLaLuI Kuota
Bupati Winasa kendala tersebut tidak muncul ke permukaan. Setelah             anGGaRan KeCaMatan
Bapak I Gede Winasa tidak lagi menjabat sebagai Bupati Jembrana,
program JKJ mulai menghadapi kendala terkait dengan keberlanjutannya.
Ketika berlangsung proses transisi ke pemerintahan baru (yang tidak lagi         Secara politik kedaulatan rakyat hanya terjadi saat setiap warga
dipimpin oleh Bapak Winasa), peserta JKJ menghadapi masalah ketidak           negara menentukan pilihan politiknya di bilik suara Pemilu Legislatif,
jelasan pelayanan. Hal ini dikarenakan belum jelasnya pembiayaan JKJ          Pemilu Presiden, dan Pemilu Kepala daerah, setelah itu kedaulatan
apakah akan terus dibiayai dari APBD Kabupaten, atau hanya dari APBD          rakyat dijalankan oleh wakilnya di gedung Dewan Perakilan Rakyat.
propinsi. Informasi yang kami peroleh, pembiayaan JKJ akan dibiayai dari      Berbeda dengan Kabupaten Kebumen, sebuah terobosan dimulai dengan
APBD propinsi, yakni melalui mekanisme jaminan kesehatan propinsi.            melembagakan kedaulatan rakyat melalui jalur perencanaan pembangunan
     Belajar dari pengalaman Kabupaten Jembrana dengan Progran JKJ-           yakni perencanaan partisipatif dan kuota anggaran kecamatan.
nya, ketika pemerintah daerah membuat sebuah inovasi, jaminan akan               Perencanaan merupakan kunci dari keberhasilan yang diraih, tidak
keberlanjutan menjadi hal yang penting.                                       terkecuali   dengan   perencanaan   pembangunan            atau    musyawarah
                                                                              perencanaan    pembangunan       yang merupakan         kegiatan rutin yang
                                                                              dilakukan oleh pemerintah     daerah setiap tahunnya. Salah satu kunci
                                                                              keberhasilan dalam perencanaan pembangunan adalah dengan melibatkan
                                                                              masyarakat dalam menyusun usulan kegiatan yang menjadi rencana
                                                                              kerja pemerintah dalam waktu satu tahun.            Dalam Undang-Undang
                                                                              perencanaan pembangunan No 25 Tahun 2004 disebutkan dengan tegas
                                                                              bahwa masyarakat berhak diikutsertakan dalam seluruh proses yang
                                                                              terkait dengan tahapan penyusunan perencanaan pembangunan tersebut.
                                                                              Walaupun demikian, dalam prakteknya masyarakat seringkali tidak
                                                                              dilibatkan, bahkan hanya menjadi pelengkap dalam tahapan perencanaan
                                                                              pembangunan tersebut.
                                                                                 Tidak dilibatkannya masyarakat ditingkat desa dalam pelaksanaan
                                                                              musrenbang dilatarbelakangi oleh sejumlah pandangan yang dimiliki oleh
                                                                              birokrasi pemerintah, bahwa masyarakat desa tidak mampu memahami
                                                                              proses teknokrasi tersebut, masyarakat seringkali mengusulkan sesuatu
                                                                              yang tidak dapat didanai, dan sejumlah alasan lainnya. Fakta lainnya adalah
                                                                              penurunan partisipasi masyarakat dalam kegiatan perencanaan pembangunan
                                                                              juga disebabkan usulan dalam kegiatan musrenbang tidak pernah dipenuhi
                                                                              oleh pemerintah daerah, hal inilah yang menyebabkan ketidakpedulian
26       Mereka Berani Melawan Pemiskinan                                                                                                              Mereka Berani Melawan Pemiskinan      27


                                                                                                               Kuota     kecamatan     merupakan   instrumen    yang      efektif,        bukan
                                                                                                             hanya untuk meningkatkan partisipasi masyarakat desa dalam forum
                                                                                                             perencanaan pembangunan, akan tetapi juga meningkatkan percepatan
                                                                                                             pembangunan ditingkat kecamatan. Pelaksanaan mekanisme kuota
                                                                                                             kecamatan mengalami beberapa tahapan penyempurnaan, terutama
                                                                                                             yang terkait dengan perluasan penerapan kuota kecamatan di Kabupaten
                                                                                                             Kebumen. Salah satu aspek penting yang disorot dalam kuota kecamatan
                                                                                                             adalah kriteria atau indikator yang digunakan dalam pemberian kuota
                                                                                                             kecamatan. Saat ini pemberian indikator kecamatan masih menggunakan
                                                                                                             indikator   kewilayahan   dan   pertumbuhan    ekonomi       sebagai         dasar
                                                                                                             pemberian kuota kecamatan, akan tetapi pemerintah daerah juga
                                                                                                             mulai memikirkan untuk memasukkan kinerja camat sebagai salah satu
                                                                                                             indikator dalam pemberian kuota kecamatan. Indikator kinerja kecamatan
                                                                                                             yang diusulkan sangat terkait dengan indikator pemenuhan hak dasar
                                                                                                             seperti angka kematian bayi, angka kematian ibu, jumlah angka putus
                                                                                                             sekolah, pertumbuhan penduduk miskin, serta indikator pertumbuhan
                                                                                                             ekonomi. Pada awalnya para camat setuju dengan penerapan indikator
                                                                                                             tersebut, akan tetapi setelah dievaluasi oleh tim, banyak camat               yang
“proses perencanaan dan penganggaran yang partisipatif tercermin dalam pembahasan anggaran yang melibatkan
seluruh stakeholder”                                                                                         memiliki kinerja yang rendah. Kinerja camat yang rendah menyebabkan
                                                                                                             suatu kecamatan memperoleh alokasi anggaran kuota kecamatan yang
masyarakat jika diundang dalam musrenbang ditingkat desa.                                                    rendah. Pada sisi ini para camat memang dituntut untuk memperbaiki
     Berkaca pada kondisi tersebut, Pemerintah Kabupaten Kebumen melakukan                                   kinerjanya secara kolektif baik pada tingkat kecamatan maupun ditingkat
sejumlah terobosan dan perbaikan terhadap mekanisme pelaksanaan                                              desa. Penurunan alokasi anggaran kuota kecamatan ini sempat membuat
musrenbang di tingkat desa, kecamatan, bahkan juga di tingkat kabupaten.                                     ketegangan antara pemerintah kabupaten (dalam hal ini Bappeda), para
Langkah pertama yang dilakukan adalah memastikan hak masyarakat                                              camat, serta DPRD. Namun setelah dilakukan dialog dengan melibatkan
untuk terlibat dalam setiap perencanaan musrenbang mau pun penyusunan                                        berbagai pemangku kepentingan, akhirnya semua pihak dapat memahami
kebijakan pembangunan lainnya melalui penetapan peraturan daerah tentang                                     proses tersebut.
partisipasi masyarakat. Langkah kedua yang dilakukan adalah dengan                                             Sisi positif lain dari pelaksanaan kuota kecamatan adalah kualitas
menetapkan kuota kecamatan yang merupakan kebijakan daerah untuk                                             usulan masyarakat dalam musrenbang semakin meningkat. Masyarakat
menyediakan alokasi anggaran pada tingkat kecamatan untuk memberikan                                         tidak lagi hanya mengusulkan kegiatan-kegiatan yang terkait dengan
jaminan terhadap pelaksanaan usulan masarakat dalam musrenbang tingkat                                       pembangunan sarana fisik semata, akan tetapi juga mulai memikirkan
desa. Alokasi anggaran yang disediakan untuk kuota kecamatan tersebut                                        usulan yang terkait dengan pembangunan manusia ditingkat perdesaan.
sebesar 30 %. Langkah ketiga adalah mensinergikan dokumen RPJM Desa                                          Partisipasi dalam musrenbang juga mulai melibatkan perempuan dalam
dengan dokumen RKP Desa serta dengan perencanaan program lainnya.                                            setiap proses, bahkan keterwakilan perempuan dalam setiap proses
28       Mereka Berani Melawan Pemiskinan                                                                         Mereka Berani Melawan Pemiskinan   29


                                                                         kegiatan dari SKPD yang bersangkutan, maka alokasi anggaran untuk
                                                                         SKPD tersebut akan ditingkatkan. Hal ini dirasakan cukup efektif untuk
                                                                         mensiasati keterbatasan anggaran serta keinginan pemerintah daerah
                                                                         untuk tetap mendukung pelaksanaan kuota kecamatan. Sehingga walaupun
                                                                         persentase kuota kecamatan diturunkan, akan tetapi pada saat bersamaan
                                                                         ditingkatkan alokasi anggarannya pada kegiatan SKPD.
                                                                           Selain tantangan dari minimnya alokasi anggaran ditingkat desa,
                                                                         tantangan lainnya adalah komitmen pemerintah daerah dalam hal ini
                                                                         SKPD agar meningkatkan porsi kegiatan yang menjadi usulan masyarakat
                                                                         dibandingkan dengan kegiatan rutin, pengawalan pelaksanaan program
                                                                         atau kegiatan yang telah disepakati dalam musrenbang, serta perlu
                                                                         adanya fokus yang jelas dalam mengembangkan potensi ke wilayahan
                                                                         yang dimiliki oleh masing-masing kecamatan. Terkait dengan pengawalan
                                                                         pelaksanaan kegiatan ditingkat masyarakat, pemerintah daerah juga
                                                                         membangun kerjasama dengan organisasi masyarakat sipil. Peran
                                                                         organisasi masyarakat sipil sangat efektif tidak hanya dalam melakukan

“pembahasan kuota kecamatan dalam rapat pembahasan anggaran”
                                                                         pengawalan   pelaksanaan   kegiatan,   akan   tetapi     juga     melakukan
                                                                         pemberdayaan dan pendampingan secara langsung pada pemerintah
                                                                         ditingkat desa dan masyarakat dalam pelaksanaan kuota kecamatan.
perencanaan pembangunan diberikan afirmasi dalam pengiriman delegasi
untuk mengikuti musrenbang ditingkat kecamatan dan kabupaten. Selain
itu, desa–desa yang dapat memanfaatkan anggaran kuota kecamatan
diwajibkan untuk menyusun atau telah memiliki dokumen RPJMDes dan
RPKDes.
     Salah satu tantangan dalam pelaksanaan kuota kecamatan ini adalah
ketersediaan anggaran pada APBD. Dalam beberapa tahun terakhir, jumlah
anggaran yang dialokasikan oleh pemerintah pusat cenderung menurun,
hal ini menyebabkan pemerintah kabupaten melakukan rasionalisasi
terhadapalokasi anggaran pada kuota kecamatan, serta melakukan
perubahan pada mekanisme penganggarannya. Anggaran kuota kecamatan
kemudian diintegrasikan dengan tupoksi dari SKPD. Hal ini menyebabkan
SKPD harus melakukan sosialisasi pada masyarakat tentang kebijakan,
program, serta kegiatan yang akan dilakukan dalam waktu 1 tahun dengan
masyarakat. Jika semakin banyak usulan masyarakat yang terkait dengan
30       Mereka Berani Melawan Pemiskinan                                                                                                         Mereka Berani Melawan Pemiskinan   31



KetIKa RaKYat Dan PeMeRIntaH                                                                           permasalahan dan kebutuhan masyarakat, terutama masyarakat miskin.
                                                                                                       Kelompok masyarakat sipil mengambil posisi oposisi terhadap pemerintah.
BeRSatu MeLaWan PeMISKInan                                                                             Tetapi kondisi ini mulai berubah sekitar tahun 2006. Kehadiran pejabat
                                                                                                       pemerintah daerah yang berpikiran “terbuka” akan kehadiran kelompok
                                                                                                       masyarakat sipil, membuka peluang bagi kelompok masyarakat sipil
     Kolaborasi pemerintah daerah dengan kelompok masyarakat sipil
                                                                                                       untuk dapat memberikan masukan kepada pemerintah daerah. Beberapa
di level desa pada awalnya bukanlah sesuatu yang mudah diwujudkan.
                                                                                                       kelompok masyarakat sipil yang kemudian menggabungkan diri dalam
Perbedaan pandangan tentang masing-masing menjadi salah satu
                                                                                                       sebuah wadah yang diberi nama “konsorsium lombok tengah” yang
kendala. Perbedaan persepsi tersebut semakin diperparah dengan adanya
                                                                                                       pada awalnya berada dalam posisi yang selalu “berkonfrontasi” dengan
perbedaan dalam memandang apa yang dibutuhkan oleh masyarakat,
                                                                                                       pemerintah karena tidak adanya ruang dialog damai, akhirnya menjadi
terutama masyarakat miskin. Pemerintah yang masih dipengaruhi
                                                                                                       mitra sejajar pemerintah dalam proses perumusan kebijakan di Lombok
pemikiran bahwa merekalah yang paling tahu kebutuhan masyarakat
                                                                                                       Tengah. Hal ini dimungkinkan karena kehadiran orang-orang di jajaran
karena mereka pengayom masyarakat, melakukan perencanaan program
                                                                                                       pemerintah Lombok Tengah yang memberi ruang bagi adanya peran
tanpa melibatkan kelompok-kelompok masyarakat sipil. Sedangkan
                                                                                                       kelompok masyarakat sipil dalam proses perumusan kebijakan.
kelompok masyarakat sipil yang dipengaruhi pemikiran bahwa pemerintah
selalu salah, semakin tidak terlibat dalam proses perencanaan. Akibatnya,
                                                                                                       Konsorsium Lombok Tengah dan Perubahan yang terjadi
kebijakan dan program yang dihasilkan oleh pemerintah tidak menjawab
                                                                                                         Sejak tahun 2006 hingga sekarang, Konsorsium OMS (Organisasi
                                                                                                       Masyarakat Sipil) Lombok Tengah telah banyak melakukan kegiatan-
                                                                                                       kegiatan pendampingan fasilitasi maupun program yang berkaitan dengan
                                                                                                       proses pemberdayaan masyarakat sipil.
                                                                                                         Konsorsium juga senantiasa berupaya untuk mendorong supaya
                                                                                                       pemerintah Kabupaten Lombok Tengah mengeluarkan kebijakan yang
                                                                                                       berpihak kepada masyarakat, terutama orang miskin dan perempuan.
                                                                                                       Upaya ini dilakukan melalui kegiatan-kegiatan: diskusi, hearing dan
                                                                                                       audensi dengan Pemda (eksekutif dan legislatif) tentang berbagai persoalan
                                                                                                       yang menyangkut publik, membuat media informasi (Tabloid) sebagai
                                                                                                       sarana komunikasi di tengah masyarakat, melakukan koordinasi dengan
                                                                                                       pelaku pembangunan, terutama yang ada di Kabupaten Lombok Tengah,
                                                                                                       seperti Dinas/Instansi yang ada, DPRD, program-program kemiskinan,
                                                                                                       program-program pemerintah pusat lainnya, bersama masyarakat desa
                                                                                                       mengawal hasil perencanaan dan pembangunan, bersama dengan Pemda
                                                                                                       dan stakeholder lainnya menyusun indikator kemiskinan Lombok Tengah
                                                                                                       sebagai indikator lokal. Bersama dengan Dinas Kesehatan, melaksanakan
                                                                                                       verifikasi data kemiskinan Kabupaten Lombok Tengah pada tahun 2008.
“musrenbang kecamatan” : “pemerintah menyadari pentingnya keterlibatan masyarakat dalam pembangunan”
32       Mereka Berani Melawan Pemiskinan                                                                                                        Mereka Berani Melawan Pemiskinan   33


                                                                                                       Bagaimana Mewujudkan Kolaborasi Pemda dan Kelompok Masyarakat
                                                                                                       Sipil
                                                                                                          Kolaborasi antara Pemerinta Daerah dan kelompok masyarakat sipil
                                                                                                       dimungkinkan terjadi apabila kedua belah pihak melepaskan ego masing-
                                                                                                       masing demi mencapai tujuan yang sama. Sesungguhnya, kedua belah
                                                                                                       pihak memiliki tujuan yang sama. Kondisi ini terjadi di Kabupaten Lombok
                                                                                                       Tengah, dimana terjadi kolaborasi yang baik antara Pemerintah Kabupaten
                                                                                                       dengan Konsorsium OMS (Organisasi Masyarakat Sipil) Lombok Tengah.
                                                                                                          Konsorsium OMS Lombok Tengah yang sekarang berpusat di Kota
                                                                                                       Praya Kabupaten Lombok Tengah, Nusa Tenggara Barat pada awalnya
                                                                                                       merupakan gabungan atau kumpulan dari 24 Lembaga Swadaya
                                                                                                       Masyarakat/Organisasi Masyarakat Sipil. Lembaga ini terbentuk pada awal
                                                                                                       tahun 2006, yang waktu pembentukannya difasilitasi oleh Pemerintah
                                                                                                       Daerah Kabupaten Lombok Tengah yakni Bappeda, dengan kegiatan
                                                                                                       pertama mengawal dan memfasilitasi penyusunan Rencana Strategis Desa
                                                                                                       seluruh desa dan kelurahan di Kabupaten Lombok Tengah (dulu, 124
                                                                                                       desa). Selanjutnya, kerjasama tersebut terus dibina dan berjalan tidak
                                                                                                       hanya dalam memfasilitasi penyusunan Renstra Desa, tetapi juga dalam
“musrenbang kecamatan” : “pemerintah menyadari pentingnya keterlibatan masyarakat dalam pembangunan”
                                                                                                       setiap proses perumusan kebijakan dan perencanaan pembangunan.


     Melalui kolaborasi yang baik antara Pemerintah Kabupaten Lombok                                   Penutup
Tengah dengan konsorsium OMS Lombok Tengah telah dicapai beberapa                                         Catatan penting yang dapat ditarik dari pengalaman Pemerintah
perubahan penting, diantaranya: 1) tersusunnya Renstra Desa di 124                                     Kabupaten Lombok Tengah adalah bahwa pelibatan OMS dalam proses
Desa di seluruh Lombok Tengah yang difasilitasi secara partisipatif oleh                               perencanaan pembangunan daerah dan juga proses-proses perumusan
Konsorsium Lombok Tengah dan                           Program-Program               Penanggulangan    kebijakan lainnya, menghasilkan program dan kebijakan yang lebih
Kemiskinan (P2KP, PPK, SCBD dll); 2) terbukanya ruang partisipasi bagi                                 sensitif atas kebutuhan masyarakat, utamanya masyarakat miskin. Untuk
masyarakat sipil dalam Tim Koordinasi Penanggulangan Kemiskinan                                        mewujudkan kolaborasi yang baik antara OMS dan Pemerintah Daerah
Daerah (TKPKD), sehingga TKPKD menjadi lebih partisipatif; 3) adanya                                   dibutuhkan komitmen dan perubahan cara pandang dari masing-masing
peta program-program penanggulangan kemiskinan di seluruh desa (perlu                                  pihak agar tercipta kesamaan cara pandang dan tujuan.             Sikap “anti”
update sesuai kondisi terkini); 4) ada monev untuk program-program                                     pemerintah dalam diri OMS, dan sebaliknya, sikap “anti” OMS, harus
Penanggulangan Kemiskinan (khususnya jamkesmas dan raskin); 5)                                         dihilangkan demi mencapai tujuan bersama, memajukan masyarakat.
ada kompilasi indikator kemiskinan lokal sebagai upaya mendefinisikan                                  Walaupun proses tersebut membutuhkan waktu yang panjang, tetapi
postur dan kemiskinan yang lebih faktual sebagai dasar delivery program-                               dengan adanya komitmen masing-masing pihak, hal tersebut dapat
program kemiskinan di Lombok Tengah.                                                                   dicapai, dan terbukti di Kabupaten Lombok Tengah.
34       Mereka Berani Melawan Pemiskinan                                                                                     Mereka Berani Melawan Pemiskinan   35



RaKYat MISKIn DI MaKaSSaR,                                                            Menyadari posisi sebagai pusat pelayanan di KTI, Pemerintah Kota
                                                                                    Makasar selalu berupaya untuk meningkatkan pelayanan publik di
SeJaK LaHIR HInGGa aKHIR                                                            daerahnya, terutama terkait dengan pelayanan pendidikan dan kesehatan.
HaYat HIDuPnYa BeBaS!                                                               Upaya ini dilakukan pula oleh Pemimpin Daerah Kota Makasar dibawah
                                                                                    kepemimpinan Walikota Ilham       Arief       Sirajuddin melalui program
                                                                                    “unggulan” IASMO Bebas.


     (Bebas biaya bersalin, bebas biaya antar jenazah dan pemakaman, bebas biaya    Program IASMO Bebas
kesehatan, bebas biaya pendidikan dan bebas pendampingan hukum bagi warga miskin)     IASMOadalah akronim dari “Ilham Arief Sirajuddin dan Soepomo ”tidak
                                                                                    hanya sebagai aikon kampanye pilkada walikota dan wakil walikota
     Kota Makassar merupakan kota terbesar keempat di Indonesia dan                 Makassar, melainkan    juga sebagai program unggulan yang di “jual”
terbesar di Kawasan Timur Indonesia yang memiliki luas areal 175,79                 kepada rakyat Kota Makassar. Ketika pasangan ini memenangkan pilkada
km2 dengan penduduk 1.112.688, sehingga kota ini sudah menjadi kota                 dan menjadi Walikota dan Wakil Walikota Makasar, aikon kampanye
Metropolitan. Sebagai pusat pelayanan di Kawasan Indonesia Timur (KTI),             tersebut menjadi Kebijakan utama pemerintah Kota Makasar.
Kota Makassar berperan sebagai pusat perdagangan dan jasa, pusat                      Program ini memberikan jaminan pemenuhan hak kaum miskin atas
kegiatan industri, pusat kegiatan pemerintahan, simpul jasa angkutan                biaya persalinan, akte kelahiran, KK, dan KTP; bebas biaya sekolah dan
barang dan penumpang baik darat, laut maupun udara dan pusat                        pengobatan; bebas biaya bantuan hukum; dan bebas biaya pengantaran
pelayanan pendidikan dan kesehatan.                                                 jenazah dan pemakaman.
                                                                                      Di bidang pendidikan, IASMO Bebas mencakup sekolah gratis (sekolah
                                                                                    bersubsidi penuh) dan menetapkan bahwa sekolah gratis (sekolah
                                                                                    bersubsidi penuh) adalah sekolah yang ditetapkan oleh pemerintah
                                                                                    Kota Makasar berupa SD dan SLTP dalam wilayah Kota Makasar, yang
                                                                                    melakukan proses belajar-mengajar dengan tidak memungut biaya
                                                                                    apa pun dari siswa. Siswa benar-benar digratiskan dari semua bentuk
                                                                                    pembayaran, baik biaya sekolah maupun seluruh biaya proses belajar
                                                                                    mengajar lainnya, kecuali seragam sekolah. Sasaran program ini 70%
                                                                                    siswa tidak mampu atau orang tua miskin SD, SMP, SMA.
                                                                                      Selain sekolah gratis, program IASMO Bebas di bidang pendidikan
                                                                                    juga memberikan pendidikan gratis, yakni: membebaskan biaya sekolah
                                                                                    pada jenjang pendidikan dasar bagi seluruh siswa baik miskin atau
                                                                                    kaya, sehingga menjamin kelancaran pelaksanaan proses pembelajaran
                                                                                    dalam upaya peningkatan mutu pendidikan dasar SD dan SLTP. Sasaran
                                                                                    program pendidikan gratis adalahsemua siswa SD dan SMP. Sedangkan
                                                                                    yang   menjadi   pelaksana   adalah   Dinas    Pendidikan      dan     Sekolah.
“partisipasi masyarakat dalam proses perencanaan”
36      Mereka Berani Melawan Pemiskinan                                                                                                          Mereka Berani Melawan Pemiskinan   37


Dinas Pendidikan berfungsi sebagai pengendali program, sedangkan
sekolah mendistribusikan berbagai kebutuhan dan operasional proses
pembelajaran.
     Untuk mendapatkan pelayanan gratis ini, calon siswa harus melengkapi
beberapa persyaratan, diantaranya: ijasah, kartu keluarga, dan akte
kelahiran. Sedangkan persyaratan yang dibutuhkan untuk memperoleh
beasiswa adalah: fotocopy kartu keluarga, fotocopy KTP, dan fotocopy
raport yang telah dilegalisir.
     Melalui kebijakan tersebut, hal positif yang        dirasakan adalah
keringanan pembiayaan sekolah, namun belum serta merta meningkatkan
angka partisipasi sekolah secara signifikan mengingat daya tampung
sekolah yang sangat terbatas dibandingkan dengan calon siswa yang
hendak melanjutkan ke sekolah, baik SD atau sederajat, maupun SMP
atau sederajat.
     Di bidang kesehatan, IASMO Bebas memberikan program pelayanan
kesehatan gratis, yang mencakup: (i) pelayanan kesehatan dasar di
Puskesmas dan jaringannnya; dan (ii) pelayanan kesehatan lanjutan di RS
Umum Daya.
     Pelayanan kesehatan dasar di Puskesmas meliputi: (1) pemeriksaan
dokter, pengobatan dan konsultasi kesehatan; (2) pelayanan laboratorium;
(3) tindakan medik dasar (umum & gigi dan mulut); (4) pelayanan kesehatan
Ibu dan Anak (KIA) dan KB; (5) surat keterangan lahir; (6) surat keterangan
sakit; (7) pelayanan tindak medik khusus; (8) persalinan anak; dan (9) rawat
inap (Puskesmas perawatan). Sedangkan pelayanan kesehatan lanjutan di
RSU Daya meliputi: (1) pelayanan lanjutan KIA dan KB; (2) pelayanan surat
keterangan; (3) pelayanan pemeriksaan laboratorium tingkat lanjutan;
dan (4) pelayanan rawat inap kelas III.
     Guna menunjang program ini, Pemerintah Kota Makasar dan Pemerintah
Propinsi Sulwesia Selatan mengalokasikan anggaran pelayanan gratis di
Puskesmas pada tahun 2010 sebesar RP.18,108 miliar (APBD Kota sebesar
Rp.10,865 miliar (60%); dan APBD Propinsi sebesar Rp.6,189 (40%)), dari
total dana kesehaan sebesar Rp. 37,161 miliar. Alokasi anggaran untuk
RSU Daya sebesar Rp.4,829 miliar (APBD Propinsi sebesar Rp.1,975 miliar
(40%) dan APBD Kota Rp.2,854 miliar (60%)).
                                                                               “dialog dengan pengguna layanan sebagai upaya peningkatan kualitas pelayanan kesehatan”
MELAWAN PEMISKINAN
MELAWAN PEMISKINAN
MELAWAN PEMISKINAN
MELAWAN PEMISKINAN
MELAWAN PEMISKINAN
MELAWAN PEMISKINAN
MELAWAN PEMISKINAN
MELAWAN PEMISKINAN
MELAWAN PEMISKINAN
MELAWAN PEMISKINAN
MELAWAN PEMISKINAN
MELAWAN PEMISKINAN
MELAWAN PEMISKINAN
MELAWAN PEMISKINAN
MELAWAN PEMISKINAN
MELAWAN PEMISKINAN
MELAWAN PEMISKINAN
MELAWAN PEMISKINAN
MELAWAN PEMISKINAN
MELAWAN PEMISKINAN
MELAWAN PEMISKINAN
MELAWAN PEMISKINAN

Más contenido relacionado

Más de SatuDunia Foundation

Ubah kebijakan media dan telematika di indonesia upload
Ubah kebijakan media dan telematika di indonesia uploadUbah kebijakan media dan telematika di indonesia upload
Ubah kebijakan media dan telematika di indonesia uploadSatuDunia Foundation
 
Policy Paper NGOs Kebijakan Telematika
Policy Paper NGOs Kebijakan TelematikaPolicy Paper NGOs Kebijakan Telematika
Policy Paper NGOs Kebijakan TelematikaSatuDunia Foundation
 
Indepth report belajar dari gerakan sosial digital di indonesia
Indepth report belajar dari gerakan sosial digital di indonesiaIndepth report belajar dari gerakan sosial digital di indonesia
Indepth report belajar dari gerakan sosial digital di indonesiaSatuDunia Foundation
 
Indepth report belajar dari kasus lapindo
Indepth report belajar dari kasus lapindoIndepth report belajar dari kasus lapindo
Indepth report belajar dari kasus lapindoSatuDunia Foundation
 
Konglomerasi media di Era Digital dan Kebebasan Informasi
Konglomerasi media di Era Digital dan Kebebasan InformasiKonglomerasi media di Era Digital dan Kebebasan Informasi
Konglomerasi media di Era Digital dan Kebebasan InformasiSatuDunia Foundation
 
Laporan akhir tahun ruu konvergensi telematika 2011
Laporan akhir tahun ruu konvergensi telematika 2011Laporan akhir tahun ruu konvergensi telematika 2011
Laporan akhir tahun ruu konvergensi telematika 2011SatuDunia Foundation
 
Presentation media briefing (firdaus cahyadi)
Presentation media briefing (firdaus cahyadi)Presentation media briefing (firdaus cahyadi)
Presentation media briefing (firdaus cahyadi)SatuDunia Foundation
 
Warta tkpkd lombok tengah edisi ii
Warta tkpkd lombok tengah edisi iiWarta tkpkd lombok tengah edisi ii
Warta tkpkd lombok tengah edisi iiSatuDunia Foundation
 
2 peta-jalan-percepatan-pencapaian-tujuan-pembangunan-milenium-di-indonesia -...
2 peta-jalan-percepatan-pencapaian-tujuan-pembangunan-milenium-di-indonesia -...2 peta-jalan-percepatan-pencapaian-tujuan-pembangunan-milenium-di-indonesia -...
2 peta-jalan-percepatan-pencapaian-tujuan-pembangunan-milenium-di-indonesia -...SatuDunia Foundation
 
1 laporan-pencapaian-tujuan-pembangunan-milenium-indonesia-2010 -201011181321...
1 laporan-pencapaian-tujuan-pembangunan-milenium-indonesia-2010 -201011181321...1 laporan-pencapaian-tujuan-pembangunan-milenium-indonesia-2010 -201011181321...
1 laporan-pencapaian-tujuan-pembangunan-milenium-indonesia-2010 -201011181321...SatuDunia Foundation
 
Konvergensi industri media dan hak publik
Konvergensi industri media dan hak publikKonvergensi industri media dan hak publik
Konvergensi industri media dan hak publikSatuDunia Foundation
 
Hiv aids dan media sosial aditya wardana
Hiv aids dan media sosial  aditya wardanaHiv aids dan media sosial  aditya wardana
Hiv aids dan media sosial aditya wardanaSatuDunia Foundation
 

Más de SatuDunia Foundation (20)

Posterkursuskm 02-2012
Posterkursuskm 02-2012Posterkursuskm 02-2012
Posterkursuskm 02-2012
 
Ubah kebijakan media dan telematika di indonesia upload
Ubah kebijakan media dan telematika di indonesia uploadUbah kebijakan media dan telematika di indonesia upload
Ubah kebijakan media dan telematika di indonesia upload
 
Policy Paper NGOs Kebijakan Telematika
Policy Paper NGOs Kebijakan TelematikaPolicy Paper NGOs Kebijakan Telematika
Policy Paper NGOs Kebijakan Telematika
 
Indepth report belajar dari gerakan sosial digital di indonesia
Indepth report belajar dari gerakan sosial digital di indonesiaIndepth report belajar dari gerakan sosial digital di indonesia
Indepth report belajar dari gerakan sosial digital di indonesia
 
A-Z Konvergensi Telematika
A-Z Konvergensi TelematikaA-Z Konvergensi Telematika
A-Z Konvergensi Telematika
 
Komik publikasi KM 2012
Komik publikasi KM 2012 Komik publikasi KM 2012
Komik publikasi KM 2012
 
Indepth report belajar dari kasus lapindo
Indepth report belajar dari kasus lapindoIndepth report belajar dari kasus lapindo
Indepth report belajar dari kasus lapindo
 
Konglomerasi media di Era Digital dan Kebebasan Informasi
Konglomerasi media di Era Digital dan Kebebasan InformasiKonglomerasi media di Era Digital dan Kebebasan Informasi
Konglomerasi media di Era Digital dan Kebebasan Informasi
 
Mapping Media Policy in Indonesia
Mapping Media Policy in IndonesiaMapping Media Policy in Indonesia
Mapping Media Policy in Indonesia
 
Laporan akhir tahun ruu konvergensi telematika 2011
Laporan akhir tahun ruu konvergensi telematika 2011Laporan akhir tahun ruu konvergensi telematika 2011
Laporan akhir tahun ruu konvergensi telematika 2011
 
Presentation media briefing (firdaus cahyadi)
Presentation media briefing (firdaus cahyadi)Presentation media briefing (firdaus cahyadi)
Presentation media briefing (firdaus cahyadi)
 
120216 digital (mujtaba hamdi)
120216 digital (mujtaba hamdi)120216 digital (mujtaba hamdi)
120216 digital (mujtaba hamdi)
 
Warta tkpkd lombok tengah edisi ii
Warta tkpkd lombok tengah edisi iiWarta tkpkd lombok tengah edisi ii
Warta tkpkd lombok tengah edisi ii
 
Id mdgr2007 bahasa
Id mdgr2007 bahasaId mdgr2007 bahasa
Id mdgr2007 bahasa
 
Id mdgr2007 advokasi_bahasa
Id mdgr2007 advokasi_bahasaId mdgr2007 advokasi_bahasa
Id mdgr2007 advokasi_bahasa
 
2 peta-jalan-percepatan-pencapaian-tujuan-pembangunan-milenium-di-indonesia -...
2 peta-jalan-percepatan-pencapaian-tujuan-pembangunan-milenium-di-indonesia -...2 peta-jalan-percepatan-pencapaian-tujuan-pembangunan-milenium-di-indonesia -...
2 peta-jalan-percepatan-pencapaian-tujuan-pembangunan-milenium-di-indonesia -...
 
1 laporan-pencapaian-tujuan-pembangunan-milenium-indonesia-2010 -201011181321...
1 laporan-pencapaian-tujuan-pembangunan-milenium-indonesia-2010 -201011181321...1 laporan-pencapaian-tujuan-pembangunan-milenium-indonesia-2010 -201011181321...
1 laporan-pencapaian-tujuan-pembangunan-milenium-indonesia-2010 -201011181321...
 
Sapa edisi 1 desember 2011
Sapa edisi 1 desember 2011Sapa edisi 1 desember 2011
Sapa edisi 1 desember 2011
 
Konvergensi industri media dan hak publik
Konvergensi industri media dan hak publikKonvergensi industri media dan hak publik
Konvergensi industri media dan hak publik
 
Hiv aids dan media sosial aditya wardana
Hiv aids dan media sosial  aditya wardanaHiv aids dan media sosial  aditya wardana
Hiv aids dan media sosial aditya wardana
 

MELAWAN PEMISKINAN

  • 1. Kementerian Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat Republik Indonesia Mereka Berani Melawan Pemiskinan Mereka Berani Melawan PeMiskinan
  • 2. Kementerian Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat Republik Indonesia Mereka Berani Melawan Pemiskinan Kementrian Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat Republik Indonesia 2011
  • 3. II Mereka Berani Melawan Pemiskinan Mereka Berani Melawan Pemiskinan III Mereka Berani Melawan Pemiskinan Tim Penulis: Fakhrulsyah Mega, Luh Nyoman Dewi Triandayani, Yaury G.P. Tetanel Penata Letak: Imam Saptaji Desain Sampul: Imam Saptaji Cetakan pertama: 2011 Diterbikan Oleh: Kementerian Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat Republik Indonesia Alamat Jl. Merdeka Barat No. 3 Jakarta Pusat Jakarta, 10110 Daerah Khusus Ibukota Jakarta, Indonesia No Telepon 021 - 3459-417 021 - 3483 2049 Dicetak Oleh: Origami ‘Art Isi di luar tanggung jawab percetakan Hak cipta dilindungi oleh undang-undang. Dilarang mengutip atau memperbanyak sebagian atau seluruh isi buku ini tanpa izin tertulis dari Penerbit. Perpustakaan Nasional Katalog Dalam Terbitan (KDT) Mereka Berani Melawan Pemiskinan 82 + VI hal, 16x23,5
  • 4. IV Mereka Berani Melawan Pemiskinan Mereka Berani Melawan Pemiskinan V Daftar Isi Ucapan Terimakasih IV Kata Sambutan VI-VII Selayang Pandang Daerah Inovatif Melawan Pemiskinan 1 Dari Tanah Kembali ke Tanah ke Tanah 12 Meretas asa Lewat Gerbang Swara: Ruang Nyata Partisipasi Masyarakat Dalam Pembangunan Daerah 17 Terima kasih kepada berbagai pihak yang telah Jaminan Kesehatan Sebagai Wujud Pemenuhan Hak atas Kesehatan membantu terbitnya buku ini, “Dan Pihak-pihak lain yang Layak Bagi Warga Miskin di Kabupaten Jembrana 20 yang tidak dapat disebutkan satu per satu”: Kebumen Pelopor Kedaulatan Rakyat Atas Pembangunan Melalui Kuota Anggaran Kecamatan 25 a Ibu Wakil Walikota Banda Aceh Ketika Rakyat dan Pemerintah Bersatu Melawan Pemiskinan 30 a Bapak Wakil Bupati Serdang Bedagai Rakyat Miskin di Makassar, Sejak Lahir Hingga a Bapak Kepala Bappeda Kabupaten Jembrana Akhir Hayat Hidupnya Bebas! 34 a Bapak Kepala Bappeda Kota Kupang Menjadikan Banda Aceh Kota Ramah Jender 39 a Bapak Kepala Bappeda Lombok Tengah “Pelembagaan Partisipasi Rakyat Dalam Pembangunan Bisa!” 46 a Bapak Ketua Wakil Bupati Garut Perempuan Juga Berhak Dalam Pembangunan a Bapak Plh. Kepala Bappeda Kabupaten Kebumen a Bapak Staf Khusus Bupati Kabupaten Gunung Kidul di Kabupaten Gunung Kidul 55 a Bappeda Kabupaten Gunung Kidul Pemenuhan Hak Atas Rumah Layak Huni bagi Kaum Miskin 62 a Bapak Kepala Bappeda Kota Surakarta Dari Desa Bangun Subang 66 a Bapak Kabag. Sosbud Bappeda Kabupaten Sukabumi Tran sparansi Anggaran: Langkah Kecil Dengan Dampak Besar 71 a Koordiator Daerah Program SAPA di 15 kabupaten/kota Reforma Agraria Jalan Baik Menggusur Pemiskinan 78
  • 5. VI Mereka Berani Melawan Pemiskinan Mereka Berani Melawan Pemiskinan VII SaMButan DePutI MenKoKeSRa dan berkeadilan”. Untuk mencapainya pemerintah telah pula menetapkan 3 (tiga sasaran pembangunan nasional yakni; (1) Pembangunan S Kesejahteraan Rakyat mencakup bidang; ekonomi, pendidikan, kesehatan, yukur Alhamdulillah Kita panjatkan pada Tuhan Yang Maha Esa dan pangan, (2) Perkuatan Pembangunan Demokrasi mencakup bidang atas terbitnya buku yang sudah lama Saya dambakan ini, dimana ; kualitas demokrasi, dan (3) Pembangunan Keadilan/Hukum mencakup sejak awal program SAPA dijalankan Saya ingin melihat apakah bidang ; Penegakan hukum. ada daerah yang berani berinovasi dalam meningkatkan kualitas Pembangunan bidang kesejahteraan rakyat pada Kabinet Indonesia kesejahteraan masyarakat miskin dan atau melawan pemiskinan. Bersatu II terfokus pada lima program utama yakni penanggulangan Konstitusi Negara kita menjamin kehidupan warganya secara utuh dalam kemiskinan, pendidikan, kesehatan, lingkungan hidup dan penanggulangan menjalani kehidupannya secara humanis, sejahtera lahir batin, serta memiliki bencana, serta kebudayaan, kreativitas dan inovasi teknologi. Untuk mencapai kemandirian. Itulah tujuan berdirinya sebuah negara, yang seluruh warga kelima program tersebut maka kebijakan KabinetIndonersia Bersatu II ini negaranya berhak atas kehidupan yang adil, sejahtera dan bermartabat. Itu bertumpu pada inclusive growthyaknipro-poor, pro-job, pro-growth dan artinya negara wajib melindungi, memajukan dan memenuhi hak-hak dasar pro-environment. pro-poor, pro-job dan pro-justice menjadi prioritas utama warganya dengan tanpa diskriminasi baik laki-laki maupun perempuan, kaum guna diimplementasikan secara sungguh-sungguh dan dilengkapi dengan marginal dan komunitas difable, dan atau kelompok minoritas lainnya. pro-environment untuk menunjang pembangunan berkelanjutan. Sebagai negera ketiga berpenduduk besar didunia setelahCina dan India, Inovasi dan atau kebijakan yang berani melawan pemiskinan oleh kualitas dan derajat kesejahteraan penduduk Indonesia termasuk rendah pemerintah daerah sebagaimana yang tergambarkan dalam buku ini jika dibandingkan dengan potensi sumberdaya alam dan sumberdaya patut diberikan apresiasi oleh kita semua. Saya secara pribadi dan manusia produktifnya. Data BPS yang dikeluarkan pada bulan Maret, tahun sebagai deputi Menkokesra bidang Penanggulangan Kemiskinan dan 2011 menunjukkan jumlah penduduk miskin di Indonesia sebesar 30,02 Pemberdayaan Masyarakat mengucapkan selamat atas prestasi yang juta jiwa atau sekitar 12,49 %. Angka tersebut meskipun menunjukkan dicapai dan mendukung sepenuhnya atas inovasi yang telah dilakukan ini. kecenderungan penurunan dari tahun ke tahun, sebagai dampak dari Sepatutnya kita belajar dari keberhasilan daerah-daerah ini, karena berbagai intervensi kebijakan dan program yang dilakukan pemerintah dengan keterbatasan anggaran yang dimiliki oleh masing-masing daerah, dan pemerintah daerah, namun perubahannya belum signifikan jika kekhasan karakteristik kemiskinan mampu melakukan terobosan dalam dibandingkan dengan meningkatnya alokasi anggaran penanggulangan kebijakandan program penanggulangan kemisknan, terutama yang terkait kemiskinan setiap tahunnya dalam APBN dan APBD. dengan pemenuhan hak dasar kepada masyarakat miskin. Pemerintah sejak tahun 2005 memandang Kemiskinan merupakan Selamat kepada Pemerintah daerah yang sudah berhasil menemukan cara tantangan seluruh pemangku kepentingan pembangunan bangsa. Artinya, baru untuk membebaskan masyarakat dari belenggu kemiskinan, semoga kemiskinan tidak lagi dilihat sebagai tolok ukur gagalnya Pemerintah kedepan dapat diikuti oleh pemerintah daerah lainnya. Terimakasih melindungi dan memenuhi hak-hak dasar warganya melainkan menjadi tantangan global pemangku kepentingan dalam mewujudkan masyarakat adil, makmur, sejahtera, mandiri dan bermartabat. DR. Sujana Royat Rencana Pembangunan Jangka Menengah 2010–2014 Pemerintah Deputi Menkokesra Bidang telah menetapkan arah kebijakan pembangunan Indonesia dalam lima Penanggulangan Kemiskinan dan Pemberdayaan Masyarakat tahun kedepan adalah “terwujudnya Indonesia yang sejahtera,demokratis
  • 6. Mereka Berani Melawan Pemiskinan 1 SeLaYanG PanDanG DaeRaH InoVatIF MeLaWan PeMISKInan Sejak otonomi daerah diterapkan pada tahun 1999, salah satu harapan yang disematkan bagi setiap daerah adalah semakin membaiknya kondisi dan kualitas kesejahteraan masyarakat. Walaupun kita tahu, bahwa upaya untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat bukanlah merupakan suatu upaya semudah membalik telapak tangan. Penanggulangan kemiskinan membutuhkan keterlibatan berbagai pihak didalamnya baik yang berasal dari pemerintah, dunia usaha, organisasi masyarakat sipil, tidak terkecuali adalah masyarakat miskin itu sendiri. Pemikiran yang masih membebankan upaya penanggulangan kemiskinan pada satu pihak sudah saatnya ditinggalkan, karena persoalan kemiskinan yang dihadapi bukan hanya sekedar persoalan kurangnya pendapatan, pekerjaan yang bersifat informal, ataupun keterbatasan sarana infrastruktur dasar, akan tetapi juga menyangkut persoalan kerawanan, keterisolasian, serta kerentanan dalam berbagai aspek kehidupan. Oleh sebab itu, persoalan kemiskinan yang dihadapi oleh berbagai daerah di Indonesia memiliki karakteristik dan keunikan tersendiri, serta membutuhkan strategi yang berbeda dalam merespon dan menyelesaikan persoalan tersebut. Dalam otonomi daerah, kondisi tersebut memberikan peluang yang seluas-luasnya kepada pimpinan didaerah untuk melakukan terobosan dan inovasi untuk menurunkan jumlah penduduk miskin, dan pada saat yang bersamaan meningkatkan kualitas kesejahteraan dengan memperbaiki sistem layanan publik bagi masyarakat secara luas. Walaupun demikian, upaya untuk membangun kerjasama multipihak tersebut, bukanlah sesuatu yang mudah. Setidaknya dibutuhkan keterbukaan, sikap untuk berbagi, serta kerelaan dari berbagai pihak untuk menerima kritik dan input tentang kebijakan dan program penanggulangan kemiskinan yang dilakukan selama ini.
  • 7. 2 Mereka Berani Melawan Pemiskinan Mereka Berani Melawan Pemiskinan 3 Terkait dengan hal tersebut, maka sejak tahun 2007, Kementrian mudah, hal ini disebabkan oleh beberapa pandangan dan penilaian Koordinator Kesejahteraan Rakyat bersama 15 pemerintah kabupaten/ yang dimiliki oleh berbagai pihak. Misalnya pandangan bahwa dengan kota dan berbagai kelompok organisasi masyarakat sipil ditingkat pusat bekerjasama tersebut akan membuka borok yang dilakukan oleh birokrasi dan daerah mengikatkan diri dalam Program SAPA Indonesia. Program dan unsur non pemerintah akan mempermalukan mereka didepan publik SAPA Indonesia bertujuan untuk mengembangkan berbagai inovasi dalam masih ada sampai saat ini. Walaupun demikian, terdapat juga beberapa penanggulangan kemiskinan, memberdayakan masyarakat miskin dan daerah yang bahkan memberikan peran yang lebih kepada unsur non perempuan, mensinergikan database dan mengintegrasikannya dalam pemerintah dalam struktur TKPKD, seperti yang dilakukan di Kota perencanaan dan penganggaran, serta melakukan advokasi terhadap Surakarta, Kabupaten Lombok Tengah, Kabupaten Kebumen, Kabupaten perubahan kebijakan dan program pembangunan untuk berpihak pada Gunungkidul, serta Kota Makassar. Peran lebih yang dimaksudkan disini masyarakat miskin baik pada tingkat nasional maupun daerah. Disamping tidak hanya pada posisi struktural dalam kelembagaan TKPKD akan tetapi itu, Program SAPA sendiri merupakan suatu model kerjasama multipihak juga dalam membangun sinergisitas antar pihak. yang terintegrasi antara pemerintah pusat, pemerintah daerah, serta Walaupun TKPKD di 15 kabupaten/kota telah menunjukkan dinamika organisasi masyarakat sipil. yang lebih baik dari TKPKD lainnya, namun upaya untuk meningkatkan Dalam mengimplementasikan programnya, mitra-mitra yang peran dalam mempengaruhi kebijakan dan program pembangunan, tergabung dalam Program SAPA memanfaatkan instrumen Tim khususnya yang terkait dengan kemiskinan masih menghadapi kendala Koordinasi Penanggulangan Kemiskinan Daerah (TKPKD) yang dibentuk yang cukup besar. Beberapa persoalan penting yang dihadapi oleh melalui peraturan presiden. TKPKD dipilih sebagai wadah untuk TKPKD dan sekaligus juga merupakan tantangan dalam model kerjasama mengkonsolidasikan gagasan, kebijakan, serta program bukan hanya multipihak ini meliputi membangun koordinasi yang efektif, pengendalian karena aspek legalitas kelembagaannya, melainkan kelembagaan ini kebijakan dan program penanggulangan kemiskinan, sinkronisasi data dapat mengakomodasi keterlibatan unsur lain selain pemerintah dalam dan target penanggulangan kemiskinan, keterbatasan anggaran, serta forum tersebut. Saat ini di 15 kabupaten/kota yang menjadi daerah memastikan pelaksanaan kebijakan dan program penanggulangan sasaran Program SAPA telah memiliki TKPKD dengan kondisi kelembagaan kemiskinan memiliki kaitan antara satu pihak dengan pihak lainnya dan yang berbeda-beda. memberikan pengaruh yang besar dalam penurunan jumlah penduduk Perbedaan kelembagaan tersebut menjadi dinamika tersendiri dalam miskin. pelaksanaan program, serta menentukan bagaimana relasi dan kedudukan Ditengah tantangan yang dihadapi dalam mempromosikan kerjasama antara berbagai pihak yang terlibat dalam membangun kerjasama multipihak dalam pengurangan jumlah penduduk miskin melalui TKPKD, multipihak. Setidaknya ada beberapa aspek yang membedakan TKPKD beberapa inovasi dan terobosan berhasil dilakukan oleh pemerintah yang berada di daerah sasaran Program SAPA, misalnya keterwakilan daerah.Terobosan dan langkah-langkah yang dilakukan oleh pemerintah unsur non pemerintah, pembagian peran dari masing-masing pihak, serta daerah tersebut dalam kurun waktu 3 tahun telah memperlihatkan hasil peran TKPKD dalam mempengaruhi penyusunan kebijakan dan program dengan menurunnya jumlah penduduk miskin. Berikut ini adalah data penanggulangan kemiskinan di daerah. mengenai perkembangan penurunan jumlah penduduk miskin di 15 Aspek keterwakilan merupakan satu spirit penting yang dijamin regulasi, kabupaten/ kota. untuk memastikan keterlibatan berbagai pihak dalam penanggulangan kemiskinan. Namun untuk mewujudkan hal tersebut bukanlah hal yang
  • 8. 4 Mereka Berani Melawan Pemiskinan Mereka Berani Melawan Pemiskinan 5 dalam akses pelayanan dasar serta rendahnya kepemilikan asset produktif Grafik 1. Persentase Jumlah Penduduk Miskin di Daerah Sasaran Program SAPA Indonesia dapat dijumpai di Kota Banda Aceh, Kabupaten Serdang Bedagai, Kabupaten Bandung, Tasikmalaya, Surakarta, Kabupaten Jembrana, Kota Kupang, dan Kota Makassar. Disamping melihat penurunan persentase jumlah penduduk miskin, aspek lain yang perlu diperhatikan dalam penanggulangan kemiskinan adalah perbaikan kesenjangan pada masyarakat miskin. Berikut ini adalah gambaran mengenai indeks keparahan kemiskinan di 15 Kabupaten/kota yang menjadi sasaran Program SAPA Indonesia. Grafik 2.Grafik Keparahan Kemiskinan di 15 Kabupaten Sasaran Program SAPA Indonesia. Sumber Data : Data & Informasi Kemiskinan BPS Berdasarkan grafik diatas terlihat bahwa persentase penduduk miskin di 15 kabupaten /kota yang menjadi daerah sasaran Program SAPA mengalami penurunan dalam kurun waktu 3 tahun. Walaupun menunjukkan penurunan jumlah penduduk miskin dalam beberapa tahun, namun masih ada kabupaten/kota yang memiliki angka kemiskinan yang cukup tinggi (diatas 20 %). Misalnya di Kota Tasikmalaya, Kabupaten Kebumen, Kabupaten Gunungkidul, serta Kabupaten Lombok Tengah. Sumber Data : Data & Informasi Kemiskinan BPS Sedangkan angka kemiskinan yang relatif lebih rendah berada di Kota Banda Aceh, Kabupaten Serdang Bedagai, Kabupaten Bandung, Kabupaten Indeks keparahan kemiskinan merupakan suatu instrumen untuk Jembrana, serta Kota Makasssar. melihat tingkat kedalaman kemiskinan yang terjadi disuatu daerah Sebagaimana telah dijelaskan diatas, kondisi kemiskinan di berbagai dengan melihat kesenjangan atau gap pendapatan masyarakat miskin daerah sasaran Program SAPA berbeda-beda. Misalnya kondisi kemiskinan dengan garis kemiskinan yang ditetapkan disuatu daerah. Berdasarkan yang disebabkan oleh keterbatasan infrastruktur dasar dan keterisolasian data diatas, secara umum terlihat bahwa indeks keparahan kemiskinan yang disebabkan oleh kondisi geografis yang sulit dijangkau dapat mengalami penurunan diseluruh daerah, kecuali di Kota Tasikmalaya yang dijumpai di Kabupaten Kebumen, Gunungkidul, Sukabumi, dan Lombok mengalami peningkatan. Informasi ini juga menggambarkan bahwa upaya Tengah. Sedangkan kondisi kemiskinan lainnya seperti ketidakmampuan yang dilakukan pemerintah daerah tidak hanya terkonsentrasi dalam
  • 9. 6 Mereka Berani Melawan Pemiskinan Mereka Berani Melawan Pemiskinan 7 penurunan jumlah penduduk miskin, akan tetapi juga perlu berkonsetrasi pembangunan manusia pada setiap daerah dapat dikatakan masih dalam memperbaiki dan menjaga kualitas kesejahteraannya sehingga sangat lambat, jika dibandingkan dengan kebijakan, program, serta tidak terdapat kesenjangan yang terlalu besar ditingkat masyarakat. anggaran yang dialokasikan untuk menyelesaikan persoalan-persoalan Beberapa daerah yang memiliki indeks keperahan tertinggi terdapat di pemenuhan hak dasar di masyarakat. Hal ini menunjukkan juga bahwa Kota Tasikmalaya, Kabupaten Kebumen, serta Kabupaten Lombok Tengah. upaya peanggulangan kemiskinan yang dilakukan harus memiliki fokus Sedangkan, daerah yang memiliki indeks keparahan yang kecil terdapat yang jelas dengan kebijakan, program, dan pendekatan yang lebih sesuai di Kabupaten Jembrana & Kota Makassar. dengan kondisi masyarakat untuk mencapai target yang diinginkan. Walaupun memiliki indeks pembangunan yang tinggi, akan tetapi Grafik. 3 Perkembangan Indeks Pembangunan Manusia di Daerah Sasaran Program SAPA perkembangan setiap indikator indeks pembangunan manusia yang dimiliki oleh setiap daerah berbeda-beda. Misalnya dalam angka harapan hidup yang disajikan dibawah ini. Grafik Angka Harapan Hidup Tahun 2009 di 15 Kabupaten / Kota Sumber Data : Indeks Pembangunan Manusia BPS Indeks pembangunan manusia merupakan salah satu instrumen yang digunakan untuk melihat kondisi dan kualitas kesejahteraan suatu bangsa secara lebih komprehensif. Indikator yang diukur dalam indeks Sumber Data : Indeks Pembangunan Manusia BPS pembangunan manusia terdiri dari 3 indikator utama yaitu kesehatan (harapan hidup), pendidikan (melek huruf dan rata-rata lama sekolah), Indikator harapan hidup merupakan suatu indikator yang memiliki serta ekonomi (daya beli). Berdasarkan data diatas, terlihat bahwa keterkaitan dengan berbagai aspek dalam bidang kesehatan seperti indeks pembangunan manusia di hampir seluruh daerah program SAPA kesehatan lingkungan, tingkat kesakitan, serta kualitas asupan gizi mengalami peningkatan yakni diatas 70, kecuali di Lombok Tengah yaitu yang sangat menentukan dalam usia seseorang. Dengan mengetahui sebesar 60,26. Walaupun demikian, percepatan peningkatan indeks prasyarat mendasar dalam suatu indikator yang memiliki keterkaitan
  • 10. 8 Mereka Berani Melawan Pemiskinan Mereka Berani Melawan Pemiskinan 9 dengan indikator lain, maka pemerintah daerah dapat menyusun menghasilkan pelayanan publik yang baik, dalam berbagai kasus justru kebijakan dan program yang tepat untuk menyelesaikan permasalahan ditemukan angka kemiskinan yang cukup besar pada daerah daerah tersebut. tersebut. Beberapa inovasi yang dilakukan oleh pemerintah daerah di Berikut ini adalah gambaran mengenai profil anggaran kabupaten / kota yang wilayah sasaran SAPA masih berkutat pada penyelesaian dampak dengan menjadi daerah sasaran Program SAPA. memberikan jaminan pelayanan kesehatan bagi masyarakat, akan tetapi belum melakukan terobosan agar masyarakat tidak sakit. Oleh sebab Grafik.Perkembangan APBD 15 Kabupaten/ Kota Tahun 2008-2009 ( Dalam Juta Rupiah). itu, ukuran keberhasilan dalam pelayanan kesehatan tidak hanya jumlah orang yang ditangani atau mendapat pelayanan akan tetapi juga semakin menurunnya orang yang mengajukan klaim untuk mendapatkan pelayanan kesehatan gratis tersebut. Data pada grafik angka harapan hidup pada tahun 2009, menunjukkan bahwa pencapaian indeks pembangunan manusia yang tinggi disuatu daerah belum tentu menandai bahwa indikator-indikator yang menyertainya juga secara otomatis baik. Pada contoh diatas, meskipun Kabupaten Gunungkidul dan Kabupaten Garut memiliki angka indeks pembangunan manusia yang hampir sama, akan tetapi jika dilihat secara mendalam pada indikator harapan hidupnya, usia harapan hidup pada kabupaten Gunungkidul lebih tinggi dibandingkan dengan Kabupaten Garut. Selain memahami akar masalah yang menyebabkan kemiskinan, pengambil kebijakan juga harus memiliki komitmen yang kuat dalam Sumber Data : Statistik Keuangan Daerah BPS penanggulangan kemiskinan. Salah satu indikator yang seringkali digunakan untuk melihat keberpihakan pemerintah terhadap masyarakat miskin Berdasarkan data diatas, terlihat bahwa peningkatan anggaran adalah alokasi anggaran pembangunan. Saat inikondisi penganggaran di pembangunan atau APBD diseluruh daerah sebenarnya sangat kecil setiap Indonesia dihadapkan pada dilemma untuk mendanai program-program tahunnya, hanya beberapa daerah saja yang mengalami peningkatan penanggulangan kemiskinan ditengah keterbatasan anggaran. Walaupun anggaran yang cukup tinggi yaitu di Kabupaten Serdang Bedagai, dihadapkan pada kondisi demikian, beberapa daerah yang menjadi sasaran Bandung, Sukabumi, Ciamis, Subang, serta Kota Kupang. Walaupun Program SAPA mampu melakukan inovasi program penanggulangan demikian, jika dilihat dari sumber pendapatan, kontribusi pemerintah kemiskinan dengan memberikan layanan pendidikan, kesehatan, serta pusat masih sangat tinggi dibandingkan dengan kemampuan daerah pelayanan publik lainnya secara maksimal pada masyarakat miskin. Sehingga dalam membiayai pembangunan didaerahnya. Sistem transfer keuangan sampai pada suatu titik kesimpulan, bahwa pengaturan anggaran merupakan yang masih mendasarkan pada input base yang dianut oleh Indonesia kunci utama, dan bukan tergantung pada besar-kecilnya anggaran pada satu sisi menjamin bahwa setiap daerah akan mendapatkan alokasi pembangunan. Banyak contoh yang dikemukakan dalam penelitian otonomi anggaran dengan menggunakan sejumlah formulasi pembagian anggaran, daerah yang dilakukan oleh berbagai institusi menunjukkan bahwa tidak akan tetapi pada aspek lain belum memperhitungkan aspek kinerja dari semua daerah yang memiliki anggaran pembangunan yang besar dapat anggaran yang diberikan kepada daerah. Hal ini menyebabkan antara
  • 11. 10 Mereka Berani Melawan Pemiskinan Mereka Berani Melawan Pemiskinan 11 daerah yang melakukan inovasi dan daerah yang tidak melakukan inovasi belanja pegawai, belanja barang dan jasa, serta belanja modal untuk akan mendapatkan perlakuan yang sama. Oleh sebab itu, dimasa depan melaksanakan program dan kegiatan pemerintah daerah. sistem transfer daerah yang berbasis pada input perlu dirubah dengan Pada data yang ditampilkan pada grafiks menunjukkan bahwa belanja mekanisme transfer yang berbasis pada kinerja. Berikut ini adalah tidak langsung di semua daerah meningkat, kecuali di Kabupaten Serdang profil mengenai perbandingan alokasi anggaran pembangunan di 15 Bedagai. Beberapa daerah menunjukkan perimbangan antara belanja kabupaten/kota yang menjadi daerah sasaran Program SAPA. langsung dan tidak langsung seperti di Kota Makassar dan Kupang. Tetapi ada juga daerah yang memiliki kesenjangan alokasi antara anggaran belanja Grafik. 5 Perbandingan Penerimaan APBD dengan Belanja Tidak Langsung Pada Tahun 2009 di tidak langsung dan belanja langsung yang cukup tinggi seperti yang terjadi 15 Kabupaten / Kota di Kabupaten Bandung, Ciamis, Subang, Garut, Sukabumi, serta Kota Banda Aceh. Kondisi ini menunjukkan bahwa pemerintah daerah perlu meninjau kembali kebijakan penganggaran, termasuk didalamnya adalah melakukan efisiensi terhadap pengelolaan anggaran, serta mengintegrasikan perencanaan antar sektor agar dapat mengoptimalkan alokasi anggaran yang tersedia dalam penanggulangan kemiskinan. Apresiasi lebih pantas diberikan kepada daerah sasaran Program SAPA, walaupun berada pada kondisi “keterbatasan anggaran”, namun TKPKD dan pemerintah daerah mampu melakukan terobosan dalam kebijakan dan program penanggulangan kemiskinan, terutama yang terkait dengan pemenuhan hak dasar kepada masyarakat yang secara detil akan dikupas dalam buku ini. Beberapa inovasi dan terobosan yang dihasilkan oleh pemerintah daerah justru ketika dihadapkan pada kondisi daerah yang sangat terbatas baik secara keuangan, sumberdaya, Sumber Data : Statistik Keuangan Daerah BPS infrastruktur, maupun dibayangi dengan resiko kegagalan. Inovasi dan terobosan yang dihasilkan memang belum sempurna dan masih memiliki Jika disederhanakan ada dua komponen terbesar dalam APBD yaitu berbagai kekurangan, akan tetapi hal ini telah menginspirasi berbagai belanja langsung dan belanja tidak langsung. Belanja tidak langsung pemerintah daerah di Indonesia bahwa hal tersebut dapat diwujudkan adalah belanja yang dianggarkan tidak terkait langsung dengan ditengah kondisi keterbatasan yang dihadapi oleh pemerintah daerah. pelaksanaan program. Belanja tidak langsung terdiri dari belanja pegawai berupa gaji dan tunjangan yang ditetapkan dengan undang- undang, belanja bunga, belanja hibah, belanja bantuan sosial, belanja bagi hasil kepada propinsi, /kabupaten /kota dan pemerintah desa, belanja bantuan keuangan, serta belanja tak terduga. Sedangkan, belanja langsung adalah bagian belanja yang dianggarkan yang terkait langsung dengan pelaksanaan program. Komponen belanja langsung terdiri dari
  • 12. 12 Mereka Berani Melawan Pemiskinan Mereka Berani Melawan Pemiskinan 13 DaRI tanaH KeMBaLI Ke tanaH dibumi parahiyangan, ungkapan itu bukanlah merupakan suatu ucapan yang bermakna kematian, tetapi merupakan suatu upaya nyata yang coba dilakukan oleh pemerintah Kabupaten Bandung dalam penanggulangan Mang Usep buruh tani di Desa Paranggong, Mang Diding petani penyewa kemiskinan. tanah Desa Kertasari, dan Nyi Ntis buruh tani palawija Desa Cipelah pada Kita semua tahu bahwa tanah bagi Petani adalah aset utama dan hari itu seperti mendapatkan “durian runtuh” ketika aparat Pemerintah menjadi simbol seorang petani. Jika sekarang masih banyak Petani yang Kabupaten Bandung memberikan sebidang tanah untuk dikelola sebagai masuk kategori miskin itu disebabkan oleh ketidak-adilan Negara dalam lahan produksi pertanian yang selama ini mereka hanya menggarap melindungi dan memenuhi hak atas tanah bagi kaum tani. Itu artinya dan atau menyewa tanah terlantar milik perusahaan perkebunan dan sebab kemiskinan di negeri yang sangat subur sumber daya alamnya tuan tanah. Sebuah asa telah lama ditunggu akhirnya datang juga, “sim (tanah) bukan hanya disebabkan oleh penyebab tunggal sebagaimana kuring mah sangat bersyukur antaran Bapak Bupati ges mereka lahan ka yang selama ini dibayangkan oleh banyak perencana pembangunan, tetapi kuring, hatur nuhun bapak bupati”. Itulah ungkapan perasaan para petani dapat disebabkan oleh banyak faktor yang membutuhkan pemahaman yang telah mendapatkan tanah dari Pemerintah Kabupaten Bandung se dan langkah yang konkrit dalam menyelesaikan akar masalah kemiskinan. bagai wujud dari kebijakan reforma agraria (RA). Pemerintah Kabupaten Bagi kaum tani, penyebab mereka tetap miskin adalah ketiadaan Bandung menyebutnya “dari tanah kembali ketanah”. Ungkapan tersebut kepemilikan asset yang dapat digunakan sebagai faktor produksi dalam juga dipahami oleh kaum tani di kawasan perkebunan yang terhampar peningkatan pendapatan masyarakat miskin. Berdasarkan kondisi geografi dan topografi yang dimiliki, Kabupaten Bandung merupakan salah satu daerah yang memiliki potensi dalam agrobisnis dan pertanian. Hal ini disebabkan kondisi tanah dan iklim yang sangat mendukung dalam pengembangan produk pertanian unggulan dalam skala yang cukup besar seperti teh, cokelat, dan lain-lain. Potensi pengembangan pertanian dan perkebunan dalam skala besar inilah yang jika tidak dikelola dengan baik, dapat menyebabkan konflik dalam pengelolaan sumberdaya alam (tanah) antara masyarakat dan dunia usaha. Menurut Bapak Yayan Agustian dari Bappeda Kabupaten Bandung, setidaknya terdapat beberapa hal yang menjadi sumber dalam konflik agraria di Kabupaten Bandung : 1. Perusahaan tidak mengusahakan usaha agribisnis perkebunan dengan benar. 2. Perusahaan terlibat kredit macet dan pengusaha sudah sulit dihubungi. 3. Terdapat garapan lahan HGU (hak guna usaha) oleh masyarakat dengan tidak terkendali dan liar. 4. Konflik internal dalam perusahaan perkebunan.
  • 13. 14 Mereka Berani Melawan Pemiskinan Mereka Berani Melawan Pemiskinan 15 5. pengalihan HGU kepada pihak lain melalui proses pencabutan HGU oleh yang berwenang mengalami banyak permasalahan. 6. Perusahaan perkebunan akan mengalihkan HGU menjadi HGB (hak guna bangunan). 7. Pengaruh harga komoditi perkebunan yang fluktuatif serta biaya produksi meningkat. 8. Belum terdapat jaminan regulasi baru yang merangsang investasi di bidang perkebunan. Salah satu permasalahan adalah penguasaan lahan/tanah dalam jumlah yang cukup besar namun tidak dikelola dengan baik. Penguasaan tanah dalam jumlah cukup besar oleh pihak-pihak tertentu di Kabupaten Bandung disinyalir telah memberikan kontribusi yang cukup besar terhadap kemiskinan masyarakat. Setidaknya ada 2 persoalan mendasar dalam pengelolaan tanah perkebunan yang memiliki dampak langsung pada kemiskinan masyarakat di Kabupaten Bandung yaitu upah buruh perkebunan / tani yang sangat rendah di lokasi perkebunan, baik Seorang Buruh Tani rela menyewa lahan gersang berukuran kurang dari setengah hektar untuk memperbaiki hidup, Meski demikian, usahanya itu tidak membuat keadaannya lebih baik. yang dimiliki oleh badan usaha milik negara (BUMN) atau swasta, serta pengelolaan tanah terlantar yang dimiliki oleh pemegang hak guna usaha untuk perkebunan. Berbeda dengan Desa Kertasari, permasalahan tanah di Desa Menyadari kondisi tersebut, pemerintah daerah bekerjasama dengan Paranggong lebih didominasi oleh konflik dalam pengelolaan tanah organisasi masyarakat sipil melakukan upaya reforma agraria sebagai terlantar antara masyarakat miskin dengan pemegang HGU yang berasal bagian penting dalam menyelesaikan permasalahan kemiskinan di dari pihak swasta. Tanah yang dikuasai oleh pemegang HGU tidak dikelola Kabupaten Bandung. Pemerintah Kabupaten Bandung menetapkan 3 sebagaimana mestinya dan cenderung dibiarkan menjadi terlantar selama desa sebagai percontohan dalam upaya tersebut, yaitu Desa Paranggong, bertahun tahun. Melihat kondisi ini, masyarakat miskin berupaya untuk DesaKertasari, serta Desa Cipelah. Ketiga desa tersebut memiliki mengelola tanah pertanian tersebut. Namun pemilik HGU melarang persoalan yang berbeda dalam pelaksanaan reforma agraria. Pada Desa masyarakat miskin dan buruh tani yang bekerja di lahan yang dikuasai. Kertasari upaya yang dilakukan adalah melakukan redistribusi tanah yang Terkait dengan beberapa konflik dalam pengelolaan tanah diatas, dimiliki PTPN VIII kepada masyarakat miskin. Tanah yang diredistribusi menunjukkan bahwa upaya dalam reforma agraria bukanlah merupakan merupakan tanah-tanah yang disinyalir merupakan tanah terlantar yang suatu hal yang mudah dilakukan dan melibatkan berbagai kebijakan tidak dikelola oleh PTPN VII. Bersamaan dengan habisnya HGU (hak guna dan kepentingan berbagai pihak didalamnya. Redistribusi lahan pada usaha) yang dimiliki oleh PTPN VIII pada tahun 1987 dan sampai saat masyarakat miskin, barulah sebuah langkah awal dalam penyelesaian ini belum diperpanjang, dijadikan sebagai momentum untuk melakukan kemiskinan. Langkah selanjutnya yang perlu dilakukan adalah reforma agraria di Desa Kertasari. memberdayakan masyarakat miskin agar memiliki kemampuan dalam
  • 14. 16 Mereka Berani Melawan Pemiskinan Mereka Berani Melawan Pemiskinan 17 mengelola dan menjadikan tanah tersebut sebagai basis produksi dalam MeRetaS aSa LeWat GeRBanG peningkatan pendapatan keluarga. Selain itu, dibutuhkan keberanian dari pemerintah daerah dalam SWaRa: RuanG nYata PaRtISIPaSI melakukan reforma agraria sesuai dengan kewenangan yang diberikan MaSYaRaKat DaLaM PeMBanGunan undang-undang atau peraturan pemerintah. Mahalnya biaya untuk DaeRaH mengurus pengalihan hak penggunaan tanah menjadi satu tantangan tersendiri, pemerintah Kabupaten Bandung mengambil langkah untuk membiayai proses administrasi dalam pengalihan hak pengelolaan tanah Serdang Bedagai merupakan kabupaten pemekaran dari Deli Serdang terlantar kepada masyarakat miskin. Biaya pengurusan administrasi yang didasarkan pada Undang-undang nomor: 36 tahun 2003 tanggal 18 dalam pengalihan hak pengelolaan tanah yang cukup mahal serta ketidak Desember 2003 dan diresmikan oleh Menteri Dalam Negeri pada 7 Januari jelasan kebijakan pemerintah pusat pada pengelolaan lahan terlantar 2004 (yang kemudian ditetapkan sebagai hari jadi Serdang Bedagai). dituding sebagai salah satu masalah yang menyebabkan reforma agraria Dengan potensi luas wilayah 1.900 km2 dengan panjang garis pantai 95 sebagai instrumen penanggulangan kemiskinan tidak dapat berjalan Km, terdiri dari 17 kecamatan dan 237desa dan 6 kelurahan yang dihuni secara optimal. sekitar 594.383 jiwa (data BPS tahun 2011). Terkait dengan status tanah yang diberikan kepada masyarakat miskin, Visi yang diusung oleh Pemerintah Kabupaten Serdang Bedagai adalah merupakan hak pakai dan bukan merupakan hak milik. Hal ini dilakukan menjadikan Serdang Bedagai sebagai salah satu kabupaten terbaik di agar tanah yang sudah diberikan tidak diperjual-belikan dikemudian hari Indonesia dengan masyarakatnya yang Pancasilais, modern, religius dan dan menyebabkan masyarakat miskin terjebak kembali dalam perangkap kompetitif. kemiskinan. Besaran atau luas tanah yang diberikan kepada masyarakat miskin berbeda-beda dan diberikan dengan mempertimbangkan kebiasaan dan sejarah pengelolaan tanah yang dilakukan oleh masyarakat. Misalnya untuk Desa Paranggong, luasan tanah yang diberikan kepada masyarakat berdasarkan luasan tanah yang dikelola oleh masyarakat miskin sebelum redistribusi tanah dilakukan oleh pemerintah Kabupaten Bandung. Langkah selanjutnya yang dilakukan oleh pemerintah Kabupaten Bandung adalah mengkonsolidasikan SKPD yang terkait untuk meningkatkan keberdayaan masyarakat miskin dalam pengelolaan tanah untuk pertanian dalam skala kecil. Upaya yang dilakukan mulai dari pemberiaan modal usaha, pemberian bibit tanaman, dan sarana produksi, hingga upaya untuk memperbaiki infrastruktur pertanian. Upaya ini diharapkan dapat menjadi langkah awal dalam mendisain kebijakan reforma agraria sebagai instrumen dalam penanggulangan kemiskinan yang efektif diKabupaten Bandung. “tenaga kerja sebagai sumbangsih masyarakat dalam pembangunan”
  • 15. 18 Mereka Berani Melawan Pemiskinan Mereka Berani Melawan Pemiskinan 19 Untuk mewujudkan visi tersebut, Pemerintah Kabupaten Serdang prinsip: Dari, Oleh dan Untuk Masyarakat (DOM). Bedagai menyadari bahwa mereka tidak dapat bekerja sendiri, tetapi Sejak diluncurkan, hingga tahun 2009, sebanyak 3.945 kegiatan telah harus melibatkan partisipasi masyarakat dalam proses pembangunan. dilakukan dengan nilai Rp.45.5 miliar. Meliputi pembangunan irigasi, Berangkat pada pemikiran tersebut, Pemerintah Kabupaten Serdang jalan, gorong-gorong dan rumah ibadah. Semua aktivitas pembangunan Bedagai mencanangkan strategi pembangunan yang melibatkan tersebut sepenuhnya melibatkan partisipasi masyarakat yang didasarkan partisipasi masyarakat yang diberi nama “Gerakan Pembangunan Swadaya pada kebutuhan mereka. Di bidang pertanian, kabupaten ini surplus beras Masyarakat” atau yang lebih dikenal dengan “Gerbang Swara”. 125 ribu ton per tahun dan menjadi lumbung bagi Sumut. Keberhasilan di bidang ketahanan pangan ini telah meraih penghargaan Ketahanan Pangan Gerbang Swara (Gerakan Pembangunan Swadaya Masyarakat) tingkat nasional tiga tahun berturut-turut, 2008, 2009 dan 2010. Gerbang Swara yang merupakan gerakan kolaborasi antara masyarakat Dalam konteks pembangunan pendidikan di Serdang Bedagai, dan Pemerintah Daerah dalam pembangunan mulai diluncurkan pada partisipasi masyarakat dilakukan dalam bentuk hibah bagi pendirian/ tahun 2005. pembangunan gedung sekolah. Hibah tersebut berupa pemberian lahan Tujuan Gerbang Swara adalah menggerakkan seluruh potensi bagi pendirian gedung sekolah. Beberapa lahan sekolah yang merupakan dan prakarsa masyarakat Serdang Bedagai untuk berpartisipasi hibah masyarakat secara perseorangan maupun kelompok di ataranya: dalam pembangunan sehingga pembangunan dapat berjalan secara TK Pembinaan Negeri Kecamatan Teluk Mengkudu, SMP Negeri 2 Teluk berkelanjutan. Melalui “Gerbang Swara” masyarakat bukan sekadar menjadi Mengkudu, SMA Negeri 1 Teluk Mengkudu, TK Pembina Negeri Kecamatan objek pembangunan, tetapi menjadi pelaku (subyek) pembangunan. SeiRampah, SMP Negeri 3 Sei Rampah dan Sanggar Kegiatan Belajar (SKB) Dengan kata lain, pembangunan diterapkan dengan menggunakan Serdang Bedagai. Selain masyarakat yang berpartisipasi dalam pembangunan pendidikan, dunia usaha dan perkebunan juga memberikan partisipasinya. Dunia usaha dan perkebunan berpartisipasi dalam pembangunan sekolah, diantaranya: SMA Negeri 1 Pantai Cermin, SMA Negeri 2 Perbaungan, SMA Negeri 1 Bintang Bayu, SMA Negeri 1 Dolok Merawan, SMA Negeri 1 Tebing Tinggi dan Sekolah Luar Biasa (SLB) Kecamatan Pegajahan. Pembelajaran yang dapat ditarik dari gerakan “Gerbang Swara” yang dilakukan oleh Pemerintah Kabupaten Serdang Bedagai adalah bahwa pembangunan akan lebih berhasil dan berkelanjutan apabila: bertumpu kepada pemberdayaan dan penguatan partisipasi masyarakat dalam pembangunan. Pemerintah hanya menjadi dinamisator dan fasilitator, sedangkan masyarakat menjadi aktor dari semua kegiatan pembangunan yang dilakukan. Dengan kata lain pembangunan yang dilakukan dengan berpegang pada prinsip “Dari, Oleh dan Untuk Masyarakat (DOM)”. “wujud nyata kemitraan pemerintah-masyarakat dalam pembangunan: Bupati dan Wakil Bupati bergotong royong dengan masyarakat”
  • 16. 20 Mereka Berani Melawan Pemiskinan Mereka Berani Melawan Pemiskinan 21 JaMInan KeSeHatan SeBaGaI WuJuD PeMenuHan HaK ataS KeSeHatan YanG LaYaK BaGI WaRGa MISKIn DI KaBuPaten JeMBRana Membicarakan Kabupaten Jembrana, terlepas dari permasalahan yang dihadapi saat ini, selalu dikaitkan dengan inovasi yang dilakukan pada mata kepemimpinan Bupati I Gede Winasa dengan jaminan kesehatan gratis-nya. Dengan gagasan jaminan kesehatan gratis-nya, Kabupaten Jembrana menjadi pelopor pemberian jaminan kesehatan gratis pada masanya. Walaupun pada masa pasca kepemimpinan Bupati I Gede Winasa jaminan kesehatan yang dikenal dengan nama Jaminan Kesehatan Deputi Perlindungan Sosial dan Perumahan Rakyat, DR Adang Setiana Pantau Langsung Program JKJ Jembrana ini menemui kendala terkait dengan keberlanjutannya, tetapi gagasan tentang pemberian jaminan kesehatan gratis yang dimotori oleh pemerintah kabupaten/kota dapat dijadikan sebuah pembelajaran bagi 2) Peserta JKJ kabupaten/kota lainnya. Apa yang dimaksud dengan Jaminan Kesehatan Peserta JKJ adalah seluruh masyarakat Jembrana terutama keluarga Jembrana, bagaimana memulai dan mengelolanya? miskin (Gakin) dan masyarakat umum yang belum terbiayai oleh sistem pelayanan asuransi kesehatan (ASKES untuk masyarakat PNS, Jamsostek Apakah Program Jaminan Kesehatan Jembrana? untuk karyawan perusahan swasta dan asuransi swadana lainnya). Semua Program Jaminan Kesehatan Jembrana dirintis sejak Februari 2002, masyarakat mempunyai hak atas premi yang disubsidi oleh pemerintah dan mulai beroperasi pada Februari 2003. Program ini berupa pemberian Kabupaten Jembrana pada Lembaga JKJ untuk pelayanan kesehatan asuransi kesehatan kepada seluruh masyarakat Kabupaten Jembrana, tingkat I (PPK-1) pada Puskesmas dan Praktek Dokter/Bidan Swasta yang dan ini bertujuan: 1) meringankan beban masyarakat dalam pembiayaan menerima JKJ kesehatan; 2) memberikan kualitas pelayanan kesehatan yang lebih baik kepada masyarakat; dan 3) menciptakan kompetisi pelayanan yang sehat 3) PPK (Pemberi Pelayanan Kesehatan) antara pemberi pelayanan kesehatan (PPK) baik negeri maupun swasta. Pemberi pelayanan kesehatan yang mengadakan kontrak dengan lembaga JKJ yaitu : Puskesmas, Praktek Dokter Swasta, Praktek Bidan Program JKJ terdiri atas beberapa komponen, yakni: Antara PPK JKJ dengan Lembaga JKJ mempunyai hubungan kontrak dimana 1) Lembaga JKJ kedua belah pihak mempunyai hak dan kewajiban. Apabila PPK JKJ tidak Lembaga JKJ adalah lembaga asuransi kesehatan masyarakat Jembrana memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat sebagaimana yang dibentuk berdasarkan Surat Keputusan Bupati Jembrana Nomor : pada kontrak maka pihak Lembaga JKJ dapat memberikan sanksi berupa 572 Tahun 2002, tanggal 18 Desember 2002 skorsing selama beberapa bulan, apabila sanksi tetap dilanggar maka
  • 17. 22 Mereka Berani Melawan Pemiskinan Mereka Berani Melawan Pemiskinan 23 Bank Pembangunan Daerah Cabang Negara di Jembrana (BPD Negara). e Transaksi pembayaran menggunakan sistem klaim, tidak menggunakan sistem kapitasi seperti aturan JPKM. Dokter umum mengklaim per pasien sebesar Rp 27.000,- dan Dokter Gigi mengklaim per pasien sebesar Rp 30.000,-. e Pembayaran klaim dilakukan oleh Badan Pelaksana JKJ atas dasar pengajuan klaim oleh PPK. Pengajuan klaim diverifikasi oleh Tim Verifikasi JKJ, setelah disetujui baru dibayar oleh kasir. e Ketentuan administrasi bagi seluruh PPK telah tertuang dalam kontrak, dan diadakan sosialisasi pada pertemuan rutin masing- masing PPK. e PPK wajib mengirim laporan data pasien, dan data kesehatan lainnya sebagai bahan pemantauan kesehatan wilayah oleh Dinas Kesehatan dan Kesejahteraan sosial Kabupaten Jembrana. e Diberlakukan demokratisasi pelayanan kesehatan kepada masyarakat, dimana masyarakat dapat memilih PPK yang dapat memberikan pelayanan yang lebih baik tanpa dibatasi wilayah, serta “layanan kesehatan JKJ” bisa di PPK negeri maupun swasta. pihak Lembaga JKJ dapat melakukan pemutusan hubungan kontrak Peran Serta ASKES di Kabupaten Jembrana Peran Serta ASKES : Sumber Pembiayaan e Untuk rawat jalan tingkat pertama (PPK-1) kapitasi Puskesmas Pembiayaan JKJ dilakukan melalui pengalihan subsidi yang semula disetorkan ke JKJ untuk tambahan pembiayaan PPK-1 untuk program diberikan kepada puskesmas dan rumah sakit, kini dialihkan kepada JKJ. Peserta ASKES juga mendapatkan kartu JKJ, yang dapat di masyarakat langsung dalam bentuk premi biaya rawat jalan tingkat pergunakan untuk pelayanan kesehatan rawat jalan tingkat pertama pertama melalui lembaga Jaminan Kesehatan Jembrana (JKJ). Selain dari (PPK-1) pada praktek dokter swasta atau puskesmas. APBD pembiayaan juga berasal dari dana-dana Gakin, yang sebelumnya e Untuk pelayanan kesehatan lanjutan PPK-2 dan PPK-3, peserta ASKES diberikan ke Puskesmas kemudian dialihkan ke JKJ. tetap mendapat pelayanan pada Rumah Sakit sesuai dengan aturan pada PT. ASKES. Manajemen Pengelolaan JKJ Manajemen/pengelolaan JKJ menggunakan prinsip-prinsip JPKM yang Monitoring Program JKJ telah disempurnakan sesuai dengan program JKJ yaitu : Monitoring program JKJ di lakukan oleh Dinas Kesehatan dan Kesejahteraan Sosial Kabupaten Jembrana dan Badan Pengawas Daerah e Semua dana untuk pelayanan kesehatan disetor ke rekening JKJ pada Kabupaten Jembrana.
  • 18. 24 Mereka Berani Melawan Pemiskinan Mereka Berani Melawan Pemiskinan 25 Keberlanjutan KeBuMen PeLoPoR KeDauLatan RaKYat Setelah berjalan selama lebih dari lima tahun, Program JKJ mendapatkan kendala berupa keberlanjutan program. Selama masa kepemimpinan ataS PeMBanGunan MeLaLuI Kuota Bupati Winasa kendala tersebut tidak muncul ke permukaan. Setelah anGGaRan KeCaMatan Bapak I Gede Winasa tidak lagi menjabat sebagai Bupati Jembrana, program JKJ mulai menghadapi kendala terkait dengan keberlanjutannya. Ketika berlangsung proses transisi ke pemerintahan baru (yang tidak lagi Secara politik kedaulatan rakyat hanya terjadi saat setiap warga dipimpin oleh Bapak Winasa), peserta JKJ menghadapi masalah ketidak negara menentukan pilihan politiknya di bilik suara Pemilu Legislatif, jelasan pelayanan. Hal ini dikarenakan belum jelasnya pembiayaan JKJ Pemilu Presiden, dan Pemilu Kepala daerah, setelah itu kedaulatan apakah akan terus dibiayai dari APBD Kabupaten, atau hanya dari APBD rakyat dijalankan oleh wakilnya di gedung Dewan Perakilan Rakyat. propinsi. Informasi yang kami peroleh, pembiayaan JKJ akan dibiayai dari Berbeda dengan Kabupaten Kebumen, sebuah terobosan dimulai dengan APBD propinsi, yakni melalui mekanisme jaminan kesehatan propinsi. melembagakan kedaulatan rakyat melalui jalur perencanaan pembangunan Belajar dari pengalaman Kabupaten Jembrana dengan Progran JKJ- yakni perencanaan partisipatif dan kuota anggaran kecamatan. nya, ketika pemerintah daerah membuat sebuah inovasi, jaminan akan Perencanaan merupakan kunci dari keberhasilan yang diraih, tidak keberlanjutan menjadi hal yang penting. terkecuali dengan perencanaan pembangunan atau musyawarah perencanaan pembangunan yang merupakan kegiatan rutin yang dilakukan oleh pemerintah daerah setiap tahunnya. Salah satu kunci keberhasilan dalam perencanaan pembangunan adalah dengan melibatkan masyarakat dalam menyusun usulan kegiatan yang menjadi rencana kerja pemerintah dalam waktu satu tahun. Dalam Undang-Undang perencanaan pembangunan No 25 Tahun 2004 disebutkan dengan tegas bahwa masyarakat berhak diikutsertakan dalam seluruh proses yang terkait dengan tahapan penyusunan perencanaan pembangunan tersebut. Walaupun demikian, dalam prakteknya masyarakat seringkali tidak dilibatkan, bahkan hanya menjadi pelengkap dalam tahapan perencanaan pembangunan tersebut. Tidak dilibatkannya masyarakat ditingkat desa dalam pelaksanaan musrenbang dilatarbelakangi oleh sejumlah pandangan yang dimiliki oleh birokrasi pemerintah, bahwa masyarakat desa tidak mampu memahami proses teknokrasi tersebut, masyarakat seringkali mengusulkan sesuatu yang tidak dapat didanai, dan sejumlah alasan lainnya. Fakta lainnya adalah penurunan partisipasi masyarakat dalam kegiatan perencanaan pembangunan juga disebabkan usulan dalam kegiatan musrenbang tidak pernah dipenuhi oleh pemerintah daerah, hal inilah yang menyebabkan ketidakpedulian
  • 19. 26 Mereka Berani Melawan Pemiskinan Mereka Berani Melawan Pemiskinan 27 Kuota kecamatan merupakan instrumen yang efektif, bukan hanya untuk meningkatkan partisipasi masyarakat desa dalam forum perencanaan pembangunan, akan tetapi juga meningkatkan percepatan pembangunan ditingkat kecamatan. Pelaksanaan mekanisme kuota kecamatan mengalami beberapa tahapan penyempurnaan, terutama yang terkait dengan perluasan penerapan kuota kecamatan di Kabupaten Kebumen. Salah satu aspek penting yang disorot dalam kuota kecamatan adalah kriteria atau indikator yang digunakan dalam pemberian kuota kecamatan. Saat ini pemberian indikator kecamatan masih menggunakan indikator kewilayahan dan pertumbuhan ekonomi sebagai dasar pemberian kuota kecamatan, akan tetapi pemerintah daerah juga mulai memikirkan untuk memasukkan kinerja camat sebagai salah satu indikator dalam pemberian kuota kecamatan. Indikator kinerja kecamatan yang diusulkan sangat terkait dengan indikator pemenuhan hak dasar seperti angka kematian bayi, angka kematian ibu, jumlah angka putus sekolah, pertumbuhan penduduk miskin, serta indikator pertumbuhan ekonomi. Pada awalnya para camat setuju dengan penerapan indikator tersebut, akan tetapi setelah dievaluasi oleh tim, banyak camat yang “proses perencanaan dan penganggaran yang partisipatif tercermin dalam pembahasan anggaran yang melibatkan seluruh stakeholder” memiliki kinerja yang rendah. Kinerja camat yang rendah menyebabkan suatu kecamatan memperoleh alokasi anggaran kuota kecamatan yang masyarakat jika diundang dalam musrenbang ditingkat desa. rendah. Pada sisi ini para camat memang dituntut untuk memperbaiki Berkaca pada kondisi tersebut, Pemerintah Kabupaten Kebumen melakukan kinerjanya secara kolektif baik pada tingkat kecamatan maupun ditingkat sejumlah terobosan dan perbaikan terhadap mekanisme pelaksanaan desa. Penurunan alokasi anggaran kuota kecamatan ini sempat membuat musrenbang di tingkat desa, kecamatan, bahkan juga di tingkat kabupaten. ketegangan antara pemerintah kabupaten (dalam hal ini Bappeda), para Langkah pertama yang dilakukan adalah memastikan hak masyarakat camat, serta DPRD. Namun setelah dilakukan dialog dengan melibatkan untuk terlibat dalam setiap perencanaan musrenbang mau pun penyusunan berbagai pemangku kepentingan, akhirnya semua pihak dapat memahami kebijakan pembangunan lainnya melalui penetapan peraturan daerah tentang proses tersebut. partisipasi masyarakat. Langkah kedua yang dilakukan adalah dengan Sisi positif lain dari pelaksanaan kuota kecamatan adalah kualitas menetapkan kuota kecamatan yang merupakan kebijakan daerah untuk usulan masyarakat dalam musrenbang semakin meningkat. Masyarakat menyediakan alokasi anggaran pada tingkat kecamatan untuk memberikan tidak lagi hanya mengusulkan kegiatan-kegiatan yang terkait dengan jaminan terhadap pelaksanaan usulan masarakat dalam musrenbang tingkat pembangunan sarana fisik semata, akan tetapi juga mulai memikirkan desa. Alokasi anggaran yang disediakan untuk kuota kecamatan tersebut usulan yang terkait dengan pembangunan manusia ditingkat perdesaan. sebesar 30 %. Langkah ketiga adalah mensinergikan dokumen RPJM Desa Partisipasi dalam musrenbang juga mulai melibatkan perempuan dalam dengan dokumen RKP Desa serta dengan perencanaan program lainnya. setiap proses, bahkan keterwakilan perempuan dalam setiap proses
  • 20. 28 Mereka Berani Melawan Pemiskinan Mereka Berani Melawan Pemiskinan 29 kegiatan dari SKPD yang bersangkutan, maka alokasi anggaran untuk SKPD tersebut akan ditingkatkan. Hal ini dirasakan cukup efektif untuk mensiasati keterbatasan anggaran serta keinginan pemerintah daerah untuk tetap mendukung pelaksanaan kuota kecamatan. Sehingga walaupun persentase kuota kecamatan diturunkan, akan tetapi pada saat bersamaan ditingkatkan alokasi anggarannya pada kegiatan SKPD. Selain tantangan dari minimnya alokasi anggaran ditingkat desa, tantangan lainnya adalah komitmen pemerintah daerah dalam hal ini SKPD agar meningkatkan porsi kegiatan yang menjadi usulan masyarakat dibandingkan dengan kegiatan rutin, pengawalan pelaksanaan program atau kegiatan yang telah disepakati dalam musrenbang, serta perlu adanya fokus yang jelas dalam mengembangkan potensi ke wilayahan yang dimiliki oleh masing-masing kecamatan. Terkait dengan pengawalan pelaksanaan kegiatan ditingkat masyarakat, pemerintah daerah juga membangun kerjasama dengan organisasi masyarakat sipil. Peran organisasi masyarakat sipil sangat efektif tidak hanya dalam melakukan “pembahasan kuota kecamatan dalam rapat pembahasan anggaran” pengawalan pelaksanaan kegiatan, akan tetapi juga melakukan pemberdayaan dan pendampingan secara langsung pada pemerintah ditingkat desa dan masyarakat dalam pelaksanaan kuota kecamatan. perencanaan pembangunan diberikan afirmasi dalam pengiriman delegasi untuk mengikuti musrenbang ditingkat kecamatan dan kabupaten. Selain itu, desa–desa yang dapat memanfaatkan anggaran kuota kecamatan diwajibkan untuk menyusun atau telah memiliki dokumen RPJMDes dan RPKDes. Salah satu tantangan dalam pelaksanaan kuota kecamatan ini adalah ketersediaan anggaran pada APBD. Dalam beberapa tahun terakhir, jumlah anggaran yang dialokasikan oleh pemerintah pusat cenderung menurun, hal ini menyebabkan pemerintah kabupaten melakukan rasionalisasi terhadapalokasi anggaran pada kuota kecamatan, serta melakukan perubahan pada mekanisme penganggarannya. Anggaran kuota kecamatan kemudian diintegrasikan dengan tupoksi dari SKPD. Hal ini menyebabkan SKPD harus melakukan sosialisasi pada masyarakat tentang kebijakan, program, serta kegiatan yang akan dilakukan dalam waktu 1 tahun dengan masyarakat. Jika semakin banyak usulan masyarakat yang terkait dengan
  • 21. 30 Mereka Berani Melawan Pemiskinan Mereka Berani Melawan Pemiskinan 31 KetIKa RaKYat Dan PeMeRIntaH permasalahan dan kebutuhan masyarakat, terutama masyarakat miskin. Kelompok masyarakat sipil mengambil posisi oposisi terhadap pemerintah. BeRSatu MeLaWan PeMISKInan Tetapi kondisi ini mulai berubah sekitar tahun 2006. Kehadiran pejabat pemerintah daerah yang berpikiran “terbuka” akan kehadiran kelompok masyarakat sipil, membuka peluang bagi kelompok masyarakat sipil Kolaborasi pemerintah daerah dengan kelompok masyarakat sipil untuk dapat memberikan masukan kepada pemerintah daerah. Beberapa di level desa pada awalnya bukanlah sesuatu yang mudah diwujudkan. kelompok masyarakat sipil yang kemudian menggabungkan diri dalam Perbedaan pandangan tentang masing-masing menjadi salah satu sebuah wadah yang diberi nama “konsorsium lombok tengah” yang kendala. Perbedaan persepsi tersebut semakin diperparah dengan adanya pada awalnya berada dalam posisi yang selalu “berkonfrontasi” dengan perbedaan dalam memandang apa yang dibutuhkan oleh masyarakat, pemerintah karena tidak adanya ruang dialog damai, akhirnya menjadi terutama masyarakat miskin. Pemerintah yang masih dipengaruhi mitra sejajar pemerintah dalam proses perumusan kebijakan di Lombok pemikiran bahwa merekalah yang paling tahu kebutuhan masyarakat Tengah. Hal ini dimungkinkan karena kehadiran orang-orang di jajaran karena mereka pengayom masyarakat, melakukan perencanaan program pemerintah Lombok Tengah yang memberi ruang bagi adanya peran tanpa melibatkan kelompok-kelompok masyarakat sipil. Sedangkan kelompok masyarakat sipil dalam proses perumusan kebijakan. kelompok masyarakat sipil yang dipengaruhi pemikiran bahwa pemerintah selalu salah, semakin tidak terlibat dalam proses perencanaan. Akibatnya, Konsorsium Lombok Tengah dan Perubahan yang terjadi kebijakan dan program yang dihasilkan oleh pemerintah tidak menjawab Sejak tahun 2006 hingga sekarang, Konsorsium OMS (Organisasi Masyarakat Sipil) Lombok Tengah telah banyak melakukan kegiatan- kegiatan pendampingan fasilitasi maupun program yang berkaitan dengan proses pemberdayaan masyarakat sipil. Konsorsium juga senantiasa berupaya untuk mendorong supaya pemerintah Kabupaten Lombok Tengah mengeluarkan kebijakan yang berpihak kepada masyarakat, terutama orang miskin dan perempuan. Upaya ini dilakukan melalui kegiatan-kegiatan: diskusi, hearing dan audensi dengan Pemda (eksekutif dan legislatif) tentang berbagai persoalan yang menyangkut publik, membuat media informasi (Tabloid) sebagai sarana komunikasi di tengah masyarakat, melakukan koordinasi dengan pelaku pembangunan, terutama yang ada di Kabupaten Lombok Tengah, seperti Dinas/Instansi yang ada, DPRD, program-program kemiskinan, program-program pemerintah pusat lainnya, bersama masyarakat desa mengawal hasil perencanaan dan pembangunan, bersama dengan Pemda dan stakeholder lainnya menyusun indikator kemiskinan Lombok Tengah sebagai indikator lokal. Bersama dengan Dinas Kesehatan, melaksanakan verifikasi data kemiskinan Kabupaten Lombok Tengah pada tahun 2008. “musrenbang kecamatan” : “pemerintah menyadari pentingnya keterlibatan masyarakat dalam pembangunan”
  • 22. 32 Mereka Berani Melawan Pemiskinan Mereka Berani Melawan Pemiskinan 33 Bagaimana Mewujudkan Kolaborasi Pemda dan Kelompok Masyarakat Sipil Kolaborasi antara Pemerinta Daerah dan kelompok masyarakat sipil dimungkinkan terjadi apabila kedua belah pihak melepaskan ego masing- masing demi mencapai tujuan yang sama. Sesungguhnya, kedua belah pihak memiliki tujuan yang sama. Kondisi ini terjadi di Kabupaten Lombok Tengah, dimana terjadi kolaborasi yang baik antara Pemerintah Kabupaten dengan Konsorsium OMS (Organisasi Masyarakat Sipil) Lombok Tengah. Konsorsium OMS Lombok Tengah yang sekarang berpusat di Kota Praya Kabupaten Lombok Tengah, Nusa Tenggara Barat pada awalnya merupakan gabungan atau kumpulan dari 24 Lembaga Swadaya Masyarakat/Organisasi Masyarakat Sipil. Lembaga ini terbentuk pada awal tahun 2006, yang waktu pembentukannya difasilitasi oleh Pemerintah Daerah Kabupaten Lombok Tengah yakni Bappeda, dengan kegiatan pertama mengawal dan memfasilitasi penyusunan Rencana Strategis Desa seluruh desa dan kelurahan di Kabupaten Lombok Tengah (dulu, 124 desa). Selanjutnya, kerjasama tersebut terus dibina dan berjalan tidak hanya dalam memfasilitasi penyusunan Renstra Desa, tetapi juga dalam “musrenbang kecamatan” : “pemerintah menyadari pentingnya keterlibatan masyarakat dalam pembangunan” setiap proses perumusan kebijakan dan perencanaan pembangunan. Melalui kolaborasi yang baik antara Pemerintah Kabupaten Lombok Penutup Tengah dengan konsorsium OMS Lombok Tengah telah dicapai beberapa Catatan penting yang dapat ditarik dari pengalaman Pemerintah perubahan penting, diantaranya: 1) tersusunnya Renstra Desa di 124 Kabupaten Lombok Tengah adalah bahwa pelibatan OMS dalam proses Desa di seluruh Lombok Tengah yang difasilitasi secara partisipatif oleh perencanaan pembangunan daerah dan juga proses-proses perumusan Konsorsium Lombok Tengah dan Program-Program Penanggulangan kebijakan lainnya, menghasilkan program dan kebijakan yang lebih Kemiskinan (P2KP, PPK, SCBD dll); 2) terbukanya ruang partisipasi bagi sensitif atas kebutuhan masyarakat, utamanya masyarakat miskin. Untuk masyarakat sipil dalam Tim Koordinasi Penanggulangan Kemiskinan mewujudkan kolaborasi yang baik antara OMS dan Pemerintah Daerah Daerah (TKPKD), sehingga TKPKD menjadi lebih partisipatif; 3) adanya dibutuhkan komitmen dan perubahan cara pandang dari masing-masing peta program-program penanggulangan kemiskinan di seluruh desa (perlu pihak agar tercipta kesamaan cara pandang dan tujuan. Sikap “anti” update sesuai kondisi terkini); 4) ada monev untuk program-program pemerintah dalam diri OMS, dan sebaliknya, sikap “anti” OMS, harus Penanggulangan Kemiskinan (khususnya jamkesmas dan raskin); 5) dihilangkan demi mencapai tujuan bersama, memajukan masyarakat. ada kompilasi indikator kemiskinan lokal sebagai upaya mendefinisikan Walaupun proses tersebut membutuhkan waktu yang panjang, tetapi postur dan kemiskinan yang lebih faktual sebagai dasar delivery program- dengan adanya komitmen masing-masing pihak, hal tersebut dapat program kemiskinan di Lombok Tengah. dicapai, dan terbukti di Kabupaten Lombok Tengah.
  • 23. 34 Mereka Berani Melawan Pemiskinan Mereka Berani Melawan Pemiskinan 35 RaKYat MISKIn DI MaKaSSaR, Menyadari posisi sebagai pusat pelayanan di KTI, Pemerintah Kota Makasar selalu berupaya untuk meningkatkan pelayanan publik di SeJaK LaHIR HInGGa aKHIR daerahnya, terutama terkait dengan pelayanan pendidikan dan kesehatan. HaYat HIDuPnYa BeBaS! Upaya ini dilakukan pula oleh Pemimpin Daerah Kota Makasar dibawah kepemimpinan Walikota Ilham Arief Sirajuddin melalui program “unggulan” IASMO Bebas. (Bebas biaya bersalin, bebas biaya antar jenazah dan pemakaman, bebas biaya Program IASMO Bebas kesehatan, bebas biaya pendidikan dan bebas pendampingan hukum bagi warga miskin) IASMOadalah akronim dari “Ilham Arief Sirajuddin dan Soepomo ”tidak hanya sebagai aikon kampanye pilkada walikota dan wakil walikota Kota Makassar merupakan kota terbesar keempat di Indonesia dan Makassar, melainkan juga sebagai program unggulan yang di “jual” terbesar di Kawasan Timur Indonesia yang memiliki luas areal 175,79 kepada rakyat Kota Makassar. Ketika pasangan ini memenangkan pilkada km2 dengan penduduk 1.112.688, sehingga kota ini sudah menjadi kota dan menjadi Walikota dan Wakil Walikota Makasar, aikon kampanye Metropolitan. Sebagai pusat pelayanan di Kawasan Indonesia Timur (KTI), tersebut menjadi Kebijakan utama pemerintah Kota Makasar. Kota Makassar berperan sebagai pusat perdagangan dan jasa, pusat Program ini memberikan jaminan pemenuhan hak kaum miskin atas kegiatan industri, pusat kegiatan pemerintahan, simpul jasa angkutan biaya persalinan, akte kelahiran, KK, dan KTP; bebas biaya sekolah dan barang dan penumpang baik darat, laut maupun udara dan pusat pengobatan; bebas biaya bantuan hukum; dan bebas biaya pengantaran pelayanan pendidikan dan kesehatan. jenazah dan pemakaman. Di bidang pendidikan, IASMO Bebas mencakup sekolah gratis (sekolah bersubsidi penuh) dan menetapkan bahwa sekolah gratis (sekolah bersubsidi penuh) adalah sekolah yang ditetapkan oleh pemerintah Kota Makasar berupa SD dan SLTP dalam wilayah Kota Makasar, yang melakukan proses belajar-mengajar dengan tidak memungut biaya apa pun dari siswa. Siswa benar-benar digratiskan dari semua bentuk pembayaran, baik biaya sekolah maupun seluruh biaya proses belajar mengajar lainnya, kecuali seragam sekolah. Sasaran program ini 70% siswa tidak mampu atau orang tua miskin SD, SMP, SMA. Selain sekolah gratis, program IASMO Bebas di bidang pendidikan juga memberikan pendidikan gratis, yakni: membebaskan biaya sekolah pada jenjang pendidikan dasar bagi seluruh siswa baik miskin atau kaya, sehingga menjamin kelancaran pelaksanaan proses pembelajaran dalam upaya peningkatan mutu pendidikan dasar SD dan SLTP. Sasaran program pendidikan gratis adalahsemua siswa SD dan SMP. Sedangkan yang menjadi pelaksana adalah Dinas Pendidikan dan Sekolah. “partisipasi masyarakat dalam proses perencanaan”
  • 24. 36 Mereka Berani Melawan Pemiskinan Mereka Berani Melawan Pemiskinan 37 Dinas Pendidikan berfungsi sebagai pengendali program, sedangkan sekolah mendistribusikan berbagai kebutuhan dan operasional proses pembelajaran. Untuk mendapatkan pelayanan gratis ini, calon siswa harus melengkapi beberapa persyaratan, diantaranya: ijasah, kartu keluarga, dan akte kelahiran. Sedangkan persyaratan yang dibutuhkan untuk memperoleh beasiswa adalah: fotocopy kartu keluarga, fotocopy KTP, dan fotocopy raport yang telah dilegalisir. Melalui kebijakan tersebut, hal positif yang dirasakan adalah keringanan pembiayaan sekolah, namun belum serta merta meningkatkan angka partisipasi sekolah secara signifikan mengingat daya tampung sekolah yang sangat terbatas dibandingkan dengan calon siswa yang hendak melanjutkan ke sekolah, baik SD atau sederajat, maupun SMP atau sederajat. Di bidang kesehatan, IASMO Bebas memberikan program pelayanan kesehatan gratis, yang mencakup: (i) pelayanan kesehatan dasar di Puskesmas dan jaringannnya; dan (ii) pelayanan kesehatan lanjutan di RS Umum Daya. Pelayanan kesehatan dasar di Puskesmas meliputi: (1) pemeriksaan dokter, pengobatan dan konsultasi kesehatan; (2) pelayanan laboratorium; (3) tindakan medik dasar (umum & gigi dan mulut); (4) pelayanan kesehatan Ibu dan Anak (KIA) dan KB; (5) surat keterangan lahir; (6) surat keterangan sakit; (7) pelayanan tindak medik khusus; (8) persalinan anak; dan (9) rawat inap (Puskesmas perawatan). Sedangkan pelayanan kesehatan lanjutan di RSU Daya meliputi: (1) pelayanan lanjutan KIA dan KB; (2) pelayanan surat keterangan; (3) pelayanan pemeriksaan laboratorium tingkat lanjutan; dan (4) pelayanan rawat inap kelas III. Guna menunjang program ini, Pemerintah Kota Makasar dan Pemerintah Propinsi Sulwesia Selatan mengalokasikan anggaran pelayanan gratis di Puskesmas pada tahun 2010 sebesar RP.18,108 miliar (APBD Kota sebesar Rp.10,865 miliar (60%); dan APBD Propinsi sebesar Rp.6,189 (40%)), dari total dana kesehaan sebesar Rp. 37,161 miliar. Alokasi anggaran untuk RSU Daya sebesar Rp.4,829 miliar (APBD Propinsi sebesar Rp.1,975 miliar (40%) dan APBD Kota Rp.2,854 miliar (60%)). “dialog dengan pengguna layanan sebagai upaya peningkatan kualitas pelayanan kesehatan”