SlideShare una empresa de Scribd logo
1 de 94
Descargar para leer sin conexión
MANAJEMEN DAN PENDOKUMENTASIAN ASUHAN
KEBIDANAN BAYI BARU LAHIR DENGAN
ASFIKSIA RINGAN DI BPM SAKINAH
KABUPATEN MUNA
TAHUN 2016
KARYA TULIS ILMIAH
Diajukan sebagai salah satu syarat Dalam menyelesaikan
Program Studi Diploma III Kebidanan
OLEH :
JAYANTI SAKTI
NIM : AK. 130239
AKADEMI KEBIDANAN
YAYASAN KESEHATAN NASIONAL
BAU-BAU
2016
ii
HALAMAN PERSETUJUAN KARYA TULIS ILMIAH
MANAJEMEN DAN PENDOKUMENTASIAN ASUHAN KEBIDANAN
BAYI BARU LAHIR DENGAN ASFIKSIA RINGAN
DI BPM SAKINAH KABUPATEN MUNA
TAHUN 2016
Oleh :
JAYANTI SAKTI
NIM : AK. 130239
Karya Tulis Ilmiah ini diterima dan disetujui, untuk diuji dan dipertahankan
dihadapan Tim Penguji Karya Tulis Ilmiah Akademi Kebidanan
Yayasan Kesehatan Nasional Bau-bau
Pembimbing I Pembimbing II
Hj.suprihatin,S.ST.M.Kes Wa Ode Siti Amzia,S.ST.M.Kes
Mengetahui,
Direktur AKBID Yayasan Kesehatan Nasional Bau-Bau
Sapril, SKM., M.Sc
ii
iii
HALAMAN PENGESAHAN
MANAJEMEN DAN PENDOKUMENTASIAN ASUHAN KEBIDANAN
BAYI BARU LAHIR DENGAN ASFIKSIA RINGAN
DI BPS SAKINAH KABUPATEN MUNA
TAHUN 2016
Oleh :
JAYANTI SAKTI
NIM : AK. 130239
Telah Dipertahankan di Hadapan tim Penguji pada :
Hari / Tanggal : Rabu, 28 September 2016
Waktu : Jam, .............. Wita
Tempat : Kampus AKBID YKN
Telah diperbaiki dan dinyatakan telah memenuhi syarat
Pembimbing :
1. Hj.Suprihatin,S.ST.M.Kes (.................................)
2. Wa Ode Siti Amzia, S.ST., M.Kes (.................................)
Penguji
1. Endah Catur Rini, S.ST., M.Kes (................................)
Mengetahui,
Direktur AKBID Yayasan Kesehatan Nasional Bau-Bau
Sapril, SKM, M.Sc
RIWAYAT HIDUP
I. IDENTITAS DIRI
Nama : JAYANTI SAKTI
Tempat Tanggal Lahir : Raha, 01 Oktober 1994
Suku/Bangsa : Muna/Indonesia
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Alamat : Desa Matalagi, Kec. Wakorumba Utara,
Kabupaten Buton Utara
II. IDENTITAS ORANG TUA
Nama Ibu/Ayah : Wa Imaaka/ La Zeni
Pekerjaan Ibu/Ayah : IRT/Wiraswasta
Alamat : Desa Matalagi, Kec. Wakorumba Utara,
Kabupaten Buton Utara
III. RIWAYAT PENDIDIKAN
1. Lulus SD Negeri 6 Wakorut : Tamat tahun 2007
2. Lulus SMP Negeri 1 Raha : Tamat tahun 2010
3. Lulus SMA Negeri 1 Raha : Tamat tahun 2013
4. Akademi Kebidanan YKN Bau Bau Kabupaten Buton tahun 2013
sampai sekarang.
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas
limpahan berkat dan rahmat yang telah diberikan kepada penulis sehingga
dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini yang merupakan salah satu
syarat dalam menyelesaikan pendidikan di Akademi Kebidanan Yayasan
Kesehatan Nasional Bau-Bau dengan judul : “Manajemen dan
Pendokumenasian Asuhan Kebidanan Bayi Baru Lahir Dengan Asfiksia
Ringan Di BPM Sakinah Kabupaten Muna Tahun 2016”.
Dalam penyusunan dan penulisan Karya Tulis Ilmiah ini, penulis
menghadapi banyak kesulitan dan hambatan. Namun atas bantuan dari
berbagai pihak, akhirnya Karya Tulis Ilmiah ini dapat diselesaikan dengan
baik. Pada kesempatan ini penulis tak lupa menyampaikan rasa hormat
dan terimakasih yang sedalam – dalamnya kepada :
1. Bapak Ketua Yayasan Akademi Kebidanan Yayasan Kesehatan
Nasional Bau – Bau
2. Bapak Direktur Akademi Kebidanan Yayasan Kesehatan Nasional
Bau – Bau
3. Ibu Hj.Suprihatin,S.ST. M.Kes Selaku pembimbing I dan Ibu Wa Ode
Siti Amzia,S.ST.M.Kes Selaku pembimbing II yang telah banyak
memberikan bimbingan sejak awal sampai dengan terselesaikannya
penulisan Karya Tulis ini
4. Ibu Endah Catur Rini,S.ST.M.Kes Selaku Penguji yang telah
memberikan masukan dalam penulisan Karya Tulis ini
5. Pengelola Akademi Kebidanan Yayasan Kesehatan Nasional Bau –
Bau
6. Seluruh Dosen dan Staf Pengajar Akademi Kebidanan Yayasan
Kesehatan Nasional Bau – Bau yang telah mengarahkan dan
memberikan ilmu pengetahuan selama berada dibangku kuliah
7. Kepada ibu Hj.Suprihatin,S.ST.M.Kes yang telah memberikan izin
untuk melakukan penelitian ditempatnya
8. Teristimewa untuk kedua orang tua saya tercinta dan saudara –
saudaraku terimakasih atas doa, pengorbanan, bantuan, motivasi dan
kasih sayang yang begitu besar yang telah diberikan selama penulis
menempuh pendidikan hingga selesai.
9. Seluruh rekan – rekan mahasiswa angkatan 2013 Akademi Kebidanan
Yayasan Kesehatan Nasional Bau-Bau yang tidak bisa penulis
sebutkan satu persatu namanya yang telah banyak membantu selama
menempuh pendidikan di Akademi Kebidanan Yayasan Kesehatan
Nasional Bau – Bau. Terimakasih atas kekompakan dan
kebersamaannya selama mengikuti pendidikan.
Penulis menyadari bahwa Karya Tulis Ilmiah ini masih jauh dari
kesempurnaan baik isi, bahasa maupun materi. Oleh karena itu dengan
segala kerendahan hati penulis mengharapkan kritik dan saran yang
sifatnya membangun demi kesempurnaan Karya Tulis ini. Harapan penulis
semoga Tuhan Yang Maha Esa senantiasa melimpahkan rahmat-Nya
kepada kita semua. Akhir kata semoga Karya Tulis ini bermanfaat bagi
yang membutuhkan.
Raha, 11 September 2016
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman Judul................................................................................... i
Lembar Persetujuan........................................................................... ii
Lembar Pengesahan.......................................................................... iii
Riwayat Hidup.................................................................................... iv
Kata Pengantar.................................................................................. v
Daftar Isi............................................................................................. viii
Daftar Tabel........................................................................................x
Intisari.................................................................................................xi
BAB I Pendahuluan......................................................................1
A. Latar Belakang..............................................................1
B. Rumusan masalah………............................................. 3
C. Tujuan Studi Kasus...................................................... 4
D. Manfaat Studi Kasus………...…………………………. 5
BAB II Tinjauan Pustaka.............................................................. 7
A. Telaah pustaka............................................................ 7
B. Tinjauan Teori Tentang asuhan Kebidanan.............. 27
C. Pendokumentasian Hasil asuhan kebidanan............ 37
BAB III Metodologi........................................................................ 38
A. Jenis Penelitian……………………………………….... 38
B. Lokasi Studi Kasus…………......................................... 38
C. Waktu Studi Kasus........................................................ 38
D. Subjek Studi Kasus....................................................... 38
E. Metode Pengambilan Data…………………...……...…. 39
F. Teknik Penagmbilan Data............................................. 39
BAB IV Hasil Pembahasan Dan Studi Kasus................................42
A. Hasil Pembahasan…..…………………………………. 42
B. Tinjauan teori Tentang asuhan kebidanan…………. 44
C. Studi Kasus................................................................... 55
BAB V Kesimpulan dan Saran..................................................... 79
A. Kesimpulan...................................................................79
B. Saran............................................................................ 80
Daftar Pustaka
Lampiran-lampiran
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Penilaian APGAR SCORE………………............................12
Tabel 2.2 Interpretasi Nilai APGAR....................................................13
INTISARI
Jayanti Sakti (AK.130239) “Manajemen Dan Pendokumentasian Bayi
Baru Lahir Dengan Asfiksia Ringan di BPM Sakinah Kab.Muna tahun
2016”dibawah bimbingan Ibu Suprihatin dan Ibu Waode Sitti Amzia
(xi + 80 halaman + 2 tabel + lampiran)
Latar Belakang : Asfiksia adalah keadaan dimana bayi baru lahir tidak
dapat bernafas secara spontan dan teratur segera setelah lahir. Saat
dilahirkan bayi biasanya aktif dan segera sesudah tali pusat dijepit bayi
menangis yang merangsang pernapasan. Akan tetapi beberapa bayi
mengalami depresi saat dilahirkan dengan menunjukkan gejala tonus otot
yang menurun dan mengalami kesulitan mempertahankan pernafasan
yang wajar. Bila proses ini berlangsung terlalu jauh dapat mengakibatkan
kerusakan otak atau kematian (Handayani,2012)
Penyebab utama kematian neonatal dini adalah Berat Bayi Lahir Rendah
(BBLR) sebanyak 35%, asfiksia 33,6%, dan tetanus 31,4% (Manuaba,
2012).
Tujuan Penulisan : Mampu melaksanakan penanganan awal pada bayi
baru lahir dengan asfiksia ringan di BPM Sakinah Kab.Muna tahun 2016
Metode Telaah : Menggunakan studi kepustakaan dan studi kasus.
Hasil Penilitian : Pemeriksaan fisik yang dilakukan didapatkan hasil bayi
menangis lemah, warna kulit kemerahan namun bibir tampak sianosis,
tonus otot baik sehingga setelah dilakukan penanganan awal asfiksia
ringan dan selanjutnya dapat dilakukan manajemen perawatan bayi
normal. Pada asfiksia ringan didapat nilai APGAR 7-8 dari pemeriksaan
fisik didapatkan hasil frekuensi jantung lebih dari 100 x/menit, tonus otot
baik, bayi tampak sianosis, dan reflex iritabilitas tidak ada. Hal ini sesuai
dengan teori yang dinyatakan oleh Saifuddin (2010). Setelah bayi
menangis spontan setelah dilakukan penanganan awal maka selanjutnya
dilakukan asuhan yaitu pemantauan dan perawatan tali pusat.
Kesimpulan : Dari pengkajian, interpretasi data, diagnosa potensial,
perlunya tindakan segera/kolaborasi, rencana tindakan, pelaksanaan
sampai dengan evaluasi tidak ada kesenjangan yang berarti dan semua
permasalahan teratasi.
Kata Kunci : Asfiksia
Daftar Pustaka : 14 (2008-2015)
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Asfiksia adalah keadaan dimana bayi baru lahir tidak dapat bernafas
secara spontan dan teratur segera setelah lahir. Saat dilahirkan bayi
biasanya aktif dan segera sesudah tali pusat dijepit bayi menangis yang
merangsang pernapasan. Akan tetapi beberapa bayi mengalami depresi
saat dilahirkan dengan menunjukkan gejala tonus otot yang menurun dan
mengalami kesulitan mempertahankan pernafasan yang wajar. Bila proses
ini berlangsung terlalu jauh dapat mengakibatkan kerusakan otak atau
kematian (Handayani,2012)
Berbagai upaya pembangunan di bidang kesehatan diarahkan untuk
meningkatkan kelangsungan hidup bayi dan balita. Bayi menjadi fokus
dalam setiap program kesehatan karena dalam masa pertumbuhan dan
perkembangannya setiap saat menghadapi ancaman bagi kelangsungan
hidupnya seperti kesakitan dan kematian akibat berbagai masalah
kesehatan. Angka Kematian Bayi (AKB) adalah jumlah kematian bayi
dalam usia 28 hari pertama kehidupan per 1.000 kelahiran hidup. Angka
ini merupakan salah satu indikator utama derajat kesehatan suatu bangsa
(Sunarsi, 2012).
Menurut Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI), angka
kematian bayi (AKB) di Indonesia mengalami penurunan dari tahun ke
2
tahun yaitu dari sebesar 35 per 1.000 kelahiran hidup pada tahun 2002,
menjadi sebesar 34 per 1.000 kelahiran hidup pada tahun 2007, dan
terakhir menjadi 32 per 1.000 kelahiran hidup pada tahun 2012. Bila
dibandingkan dengan negara-negara lainnya yang tergabung dalam
Association of Southeast Asian Nations (ASEAN), seperti Singapura (3 per
1.000 kelahiran hidup), Brunei Darussalam (8 per 1.000 kelahiran hidup),
Malaysia (10 per 1.000 kelahiran hidup), Vietnam (18 per 1.000 kelahiran
hidup), dan Thailand (20 per 1.000 kelahiran hidup), AKB di Indonesia
masih tergolong tinggi. Penyebab utama kematian neonatal dini ini adalah
Berat Bayi Lahir Rendah (BBLR) sebanyak 35%, asfiksia 33,6%, dan
tetanus 31,4% (Manuaba, 2012).
Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Tenggara mencatat bahwa AKB
pada tahun 2013 sebesar 172 per 1.000 kelahiran hidup, kemudian
menurun pada tahun 2014 menjadi 152 per 1.000 kelahiran hidup .
Tingginya AKB ini, salah satunya disebabkan oleh asfiksia (Dinkes
Sulawesi Tenggara, 2014).
Data dari di BPM Sakinah , bayi baru lahir dengan asfiksia ringan
pada tahun 2015 adalah sebanyak 3 bayi (17%) dari jumlah total 17
persalinan, dan pada tahun 2016 dari januari-agustus berjumlah 2 bayi
(22%) dari 9 persalinan. Faktor terbesar penyebab kasus asfiksia ini
adalah ketuban pecah dini (KPD), kehamilan lewat waktu postterm, dan
partus lama atau partus macet (Register Persalinan BPM Sakinah 2015-
2016).
3
Menurut Winkjosastro (2013), bahwa asfiksia adalah keadaan
dimana bayi baru lahir tidak dapat bernafas secara spontan dan teratur
segera setelah lahir. Saat dilahirkan bayi biasanya aktif dan segera
sesudah tali pusat dijepit bayi menangis yang merangsang pernapasan.
Akan tetapi beberapa bayi mengalami depresi saat dilahirkan dengan
menunjukkan gejala tonus otot yang menurun dan mengalami kesulitan
mempertahankan pernafasan yang wajar. Bila proses ini berlangsung
terlalu jauh dapat mengakibatkan kerusakan otak atau kematian.
Bidan sebagai tenaga kesehatan yang sangat erat hubungannya
dengan kesehatan ibu dan bayi harus mampu dan kompeten dalam
melakukan asuhannya, salah satunya adalah penanganan terhadap
asfiksia neonatorum, seperti yang telah tertuang dalam standar asuhan
pelayanan kebidanan ke-24. Dalam melakukan prosedur resusitasi, bidan
harus memperhatikan sejauh mana tindakan yang menjadi
kewenangannya, dalam hal ini bidan dapat melaksanakan penanganan
awal bayi baru lahir dengan asfiksia. Berdasarkan gambaran latar
belakang tersebut, maka penulis tertarik untuk melakukan studi kasus
mengenai “Manajemen Dan Pendokumentasian Asuhan Kebidanan Bayi
Baru Lahir dengan Asfiksia Ringan di BPM Sakinah Kab. Muna tahun
2016”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan permasalahan yang diuraikan pada latar belakang di
atas dan kenyataan yang ditemukan di lapangan, maka penulis
4
mengidentifikasikan masalah sebagai berikut: “Manajemen Dan
Pendokumentsian Asuhan Kebidanan bayi baru lahir dengan asfiksia
Ringan di BPM Sakinah Kab.Muna tahun 2016?”.
C. Tujuan Studi Kasus
1. Tujuan Umum
Mampu melaksanakan Manajemen Dan Pendokumentasian
Asuhan Kebidanan pada bayi baru lahir dengan asfiksia ringan.
2. Tujuan Khusus
a. Mampu melaksanakan pengkajian dan analisa data pada bayi
Ny’’R’’ di BPM sakinah kab. Muna.
b. Mampu merumuskan diagnosa/masalah aktual pada bayi Ny”R”
di BPM Sakinah Kab.Muna
c. Mampu menentukan dan merumuskan diagnosa/masalah
potensial pada bayi Ny”R” di BPM Sakinah Kab.muna.
d. Mampu melaksanakan identifikasi perlunya tindakan segera
pada bayi Ny”R” di BPM Sakinah Kab.Muna.
e. Mampu menentukan rencana asuhan kebidanan pada bayi
Ny”R” di BPM Sakinah Kab.Muna
f. Mampu melaksanakan tindakan asuhan kebidanan pada bayi
Ny”R” di BPM Sakinah Kab.Muna
g. Mampu melaksanakan evaluasi asuhan kebidanan pada bayi
Ny”R’ di BPM Sakinah Kab.Muna.
5
h. Mampu melaksanakan asuhan kebidanan pada bayi Ny”R”di
BPM Sakinah Kab.Muna.
D. Manfaat Studi Kasus
1. Manfaat Teoritis
a. Sebagai bahan masukan dalam bidang ilmu kesehatan
khususnya tentang bayi baru lahir dengan asfiksia ringan
b. Sebagai bahan masukan bagi penulis lain untuk
mengembangkan studi kasus berikutnya.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Institusi Pendidikan
Dapat menambah wawasan dan ilmu pengetahuan bagi
mahasiswa kebidanan dalam mengatasi masalah bayi baru
lahir khususnya masalah asfiksia ringan serta dapat
digunakan sebagai bahan bacaan diperpustakaan dan
bahan untuk studi kasus selanjutnya.
b. Bagi Lahan Praktek
Dapat dijadikan sebagai bahan masukan dan acuan
informasi untuk meningkatkan asuhan manajemen
kebidanan yang diterapkan klien dalam mengatasi masalah
bayi baru lahir serta memberikan perawatan bayi baru lahir
dengan benar.
6
c. Bagi Penulis
Sebagai kontribusi pengetahuan dan pengalaman bagi
penulis dalam mengaplikasiakn ilmu yang telah diperoleh
selama mengikuti pendidikan.
7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Telaah Pustaka
1. Definisi Asfiksia Neonatorum
Asfiksia adalah suatu keadaan yang ditandai dengan terjadinya
gangguan pertukaran udara pernapasan, mengakibatkan oksigen
darah berkurang (hipoksia) disertai dengan peningkatan
karbondioksida (hiperkapneu). Dengan demikian organ tubuh
mengalami kekurangan oksigen (hipoksia) dan terjadi kematian.
Secara klinis keadaan asfiksia sering disebut anoksia atau hipoksia
(Handayani, 2012). Sedangkan menurut Walyani (2014), bahwa
asfiksia neonatorum adalah keadaan dimana bayi tidak dapat segera
bernafas secara spontan dan teratur setelah lahir.
Asfiksia adalah keadaan bayi tidak bernapas secara spontan dan
teratur segera setelah lahir. Seringkali bayi yang sebelumnya
mengalami gawat janin akan mengalami asfiksia sesudah persalinan.
Masalah ini mungkin berkaitan dengan keadaan ibu, tali pusat, atau
masalah pada bayi selama atau sesudah persalinan (Saputra, 2014).
Asfiksia neonatorum adalah keadaan gawat bayi yang tidak dapat
bernafas spontan dan teratur, sehingga dapat menurunkan oksigen
dan makin meningkatkan karbondioksida yang menimbulkan akibat
buruk dalam kehidupan lebih lanjut (Manuaba, 2012). Keadaan dimana
tidak hanya segera setelah lahir bayi tidak dapat bernapas secara
8
spontan dan teratur, melainkan keadaan bayi yang sudah terdekteksi
gawat janin sebelum lahir yang umumnya akan mengalami asfiksi pada
saat dilahirkan (JNPK-KR, 2008).
1. Etiologi dan Faktor Resiko
Hampir sebagian besar asfiksia pada bayi baru lahir merupakan
kelanjutan dari hipoksia janin. Diagnosis hipoksia janin dapat dibuat
dalam persalinan dengan ditemukannya tanda-tanda gawat janin
(Rukiyah dkk, 2013). Hipoksia janin yang dapat menyebaban
asfiksia neonatorum terjadi karena gangguan pertukaran gas serta
transport oksigen dari ibu ke janin sehingga terjadi gangguan dalam
persediaan oksigen dan dalam menghilangkan karbondioksida
(CO2). Gangguan ini dapat berlangsung secara menahun akibat
kondisi atau kelainan pada ibu selama kehamilan atau secara
mendadak karena hal-hal yang diderita ibu dalam persalinan
(Saifuddin, 2010).
Asfiksia neonatorum ini dapat terjadi selama kehamilan, proses
persalinan dan atau periode setelah lahir. Gangguan aliran darah
pada janin ikut berpengaruh terhadap terjadinya asfiksia, karena
janin sangat berpengaruh terhadap plasenta dan tali pusat untuk
mengalirkan oksigen, asupan makanan dan pembuangan produk
sisa yang dibawa keluar masuk oleh darah (Walyani, 2014).
9
a. Faktor-faktor penyebab asfiksia diantaranya:
1) Faktor ibu
Apabila ibu mengalami hipoksia, maka janin juga akan
mengalami hipoksia yang dapat berkelanjutan menjadi
asfiksia dan komplikasi lainnya (Saputra, 2014).
Faktor-faktor dari ibu yang dapat menyebabkan asfiksia
meliputi :
a) Gizi ibu yang buruk
b) Preeklampsia dan eklampsia
Preeklampsia merupakan penyakit dengan tanda-tanda
hipertensi, oedema, proteinuria yang timbul karena
kehamilan. Pada preeklampsia terjadi pennurunan
cardiac output akibat vasopasme pembuluh darah
sehingga menyebabkan kerusakan endotel yang
mnegakibatkan gangguan keseimbangan antar adar
hormone, vasokontriktor (endotelin, tromboksan,
angiostensin) dan vasodilatasor (nitritoksida dan
prostasiklin), serta gangguan pada sistem pembekuan
darah. Vasokontriksi yang meluas menyebabkan
hipertensi, bila suplai darah ke plasma berkurang maka
janin akan mengalami hipoksia, yang berakibat gangguan
pertukanan gas oksigen dan karbondioksida sehingga
terjadi asfiksia.
10
c) Umur ibu < 16 tahun dan atau > 35 tahun
d) Perdarahan abnormal (plasenta previa atau solusio
plasenta)
e) Partus lama atau partus macet
Persalinan yang berlangsung 12 jam atau lebih tanpa
kelahiran bayi. Ibu mengalami kelelahan, janin dapat
mengalami asfiksia ringan sampai kematian. Penyebab
partus lama antara lain: dispospotion chepalo pelvic
(CPD), malpresentasi atau malposisi, kerja uterus yang
tidak efisien.
f) Demam selama persalinan akibat infeksi berat (malaria,
sifilis, TBC, HIV)
g) Kehamilan lewat waktu (lebih 42 minggu kehamilan)
h) Ketuban pecah dini
2) Faktor tali pusat
a) Lilitan tali pusat
b) Tali pusat pendek
c) Simpul tali pusat
d) Prolapsus tali pusat
3) Faktor Janin
a) Bayi prematur (sebelum 37 minggu kehamilan)
b) Persalinan dengan tindakan (sungsang, gemelli, dystocia
bahu, ekstraksi vakum, ekstraksi forcep)
11
c) Air ketuban bercampur mekonium
d) Berat bayi lahir rendah (BBLR)
e) Pertumbuhan janin terhambat
f) Kelainan kongenital.
2. Patofisiologi Asfiksia
Sebelum lahir paru-paru janin tidak berfungsi sebagai sumber
sirkulasi oksigen (O2) dan karbondioksida (CO2). Hampir seluruh
darah dari jantung kanan tidak dapat melalui paru-paru karena
pembuluh darah janin berada pada fase kontriksi, sehingga darah
dialirkan melalui pembuluh yang bertekanan lebih rendah yaitu
duktus arteriosus kemudian masuk ke aorta. Setelah lahir cairan
yang mengisi alveoli akan diserap ke dalam jaringan paru sehingga
alveoli dapat terisi udara. Hal ini akan mengalirkan oksigen
mengalir ke dalam pembuluh darah di sekitar alveoli (Hidayat,
2008).
Arteri dan vena umbilikalis akan menutup sehingga
menurunan tahanan pada sirkulasi plasenta dan meningkatkan
tekanan darah sistemik. Akibat tekanan udara dan peningkatan
kadar oksigen di alveoli, pembuluh darah akan mengalami relaksasi
sehingga aliran tekanan darah berkurang. Keadaan ini
menyebabkan tekanan pada arteri pulmonaris lebih rendah
dibandingkan tekanan sistemik sehingga aliran darah paru
meningkat sedangkan aliran darah pada duktus arteriosus
12
menurun. Oksigen yang diabsorpsi oleh pembuluh darah di vena
pulmonaris pada alveoli dan darah yang banyak mengandung
banyak oksigen kembali ke bagian jantung kiri, kemudian dipompa
ke seluruh tubuh bayi (Hidayat, 2008).
Asfiksia neonatorum dapat terjadi karena kurangnya
kemampuan fungsi organ bayi seperti pengembangan paru-paru,
proses terjadinya asfiksia ini dapat terjadi pada kehamilan,
persalinan atau segera setelah bayi lahir. Gangguan pertukaran
gas terjadi karena penyempitan arteri pulmunal, peningkatan
tahanan pembuluh darah di paru, penurunan aliran darah pada
paru dan lain-lain (Hidayat, 2008).
Asfiksia neonatorum dapat terjadi pada kehamilan dan
sebelum atau selama persalinan, hal ini berkaitan dengan adanya
gangguan aliran darah di plasenta atau tali pusat, yaitu ditandai
dengan adanya deselerasi frekuensi jantung janin. Selain itu,
masalah asfiksia yang terjadi setelah persalinan adalah
berhubungan dengan jalan napas dan atau paru-paru, misalnya
sulit menyingkirkan benda asing seperti mekonium dari alveolus.
Mekonium ini akan menghambat oksigen masuk ke dalam paru-
paru, kemudian mengakibatkan arteriol di paru-paru tetap kontriksi,
sehingga terjadi penurunan aliran darah ke paru-paru dan pasokan
oksigen ke jaringan pun berkurang (Saifuddin, 2009).
13
3. Klasifikasi Asfiksia Neonatorum
Asfiksia diklasifikasikan berdasarkan penilaian Apparance,
Pulse, Grimance, Activity, dan Respiration (APGAR) menjadi:
a. Asfiksia berat dengan nilai Apgar 0-3
Memerlukan resusitasi segera secara aktif dan pemberian
oksigen terkendali.
b. Asfiksia sedang dengan nilai Apgar 4-6
Memerlukan resusitasi atau pemberian okigen sampai bayi
dapat bernafas normal kembali.
c. Bayi normal atau sedikit asfiksia dengan nilai Apgar 7-10
Bayi dianggap sehat dan tidak memerlukan tindakan khusus
(Saifuddin, 2009).
Tabel 2.1
Penilaian APGAR
Nilai 0 1 2
Apparance
(warna kulit)
Biru atau
pucat
Tubuh pucat dan
kaki, tangan biru
Seluruh tubuh
kemerahan
Pulse
(Denyut
jantung)
Tidak
ada
<100 >100
Grimace
(respon
refleks)
Tidak
ada
Lambat,
menangis
merintih
Menangis kuat
Activity
(tonus otot)
Tidak
ada
Lemah Aktif
Respiratory
(Pernafasan)
Tidak
ada
Lambat, tidak
teratur
Baik, menangis kuat
(Sumber: Saifuddin, “Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan
Maternal dan Neonatal”, Tahun 2009).
14
Table 2.2
Interprestasi Nilai APGAR
Nilai APGAR Interprestasi Catatan
7-10 Asfiksia Ringan Memerlukan penanganan awal pada
abyi baru lahir
4-6 Asfiksia
Sedang
Memerlukan tindakan medis segera
seperti penghisapan lendir yang
menyumbat jalan napas, atau
pemberian oksigen intuk membantu
bernapas.
0-3 Asfiksia Berat Memerluakan tindakan yang lebih
intensif, resusitasi segera
(Sumber: Prawirohardjo, “Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan
Maternal dan Neonatal”, Tahun 2009).
Pemantauan nilai APGAR dilakukan pada menit ke-1 dan
menit ke-5, bila nilai APGAR masih kurang dari 7 penilaian
dialnjutkan tiap 5 menit sampai skor mencapai 7. Nilai APGAR
berguna untuk menilai keberhasilan resusitasi bayi baru lahir dan
menentukan prognosis.
4. Manifestasi Klinis
Gejala asfiksia yang khas antara lain meliputi bayi tidak
bernafas atau pernafasan megap-megap yang dalam, bayi terlihat
lemas, sianosis, sukar bernafas/tarikan dinding dada ke dalam yang
kuat dan suara merintih (Saifuddin, 2009). Menurut Wahyuningsih
(2008), bahwa asfiksia biasanya merupakan akibat hipoksia janin
yang menimbulkan tanda-tanda klinis pada janin berupa gawat
janin, tanda-tanda tersebut meliputi:
a. Denyut jantung janin > 100 kali/menit atau < 100 kali/menit,
bunyi jantung tidak teratur.
15
b. Mekonium dalam air ketuban pada persalinan presentasi kepala
Tanda dan gejala setelah bayi lahir :
a. Tonus otot lemah karena kekurangan oksigen pada otak, otot,
dan organ lain.
b. Apneu, terbagi dua:
1) Apneu primer : pernapasan cepat, denyut nadi menurun dan
tonus otot menurun.
2) Apneu sekunder : apabila apneu berlanjut, bayi akan
menunjukkan pernafasan megap-megap yang dalam, denyut
jantung terus menurun, bayi terlihat lemah (pasif),
pernapasan makin lama makin lemah.
c. Takipneu (pernafasan cepat) karena kegagalan absorpsi cairan
paru-paru.
d. Bradikardi (penurunan frekuensi jantung) karena kekurangan
oksigen pada otot-otot jantung atau sel-sel otak
e. Tekanan darah rendah karena kekurangan oksigen pada otot
jantung, kehilangan darah atau kekurangan aliran darah yang
kembali ke plasenta sebelum dan selama proses persalinan.
f. Sianosis (warna kebiruan) karena kekurangan oksigen di dalam
darah
g. Penurunan kesadaran terhadap stimulus
h. Kejang.
16
5. Diagnosis
Menurut Manuaba (2012), bahwa diagnosis asfiksia dapat dibuat
sejak proses persalinan karena sebagian besar asfiksia merupakan
kelanjutan dari hipoksia janin, dengan ditemukannya tanda-tanda
gawat janin, antara lain :
a. Denyut jantung janin
Dalam keadaan normal, frekuensi jantung janin adalah antara
120 – 160 kali per menit dengan bunyi jantung regular atau
teratur, selama his frekuensi ini bisa turun dan akan kembali
normal ketika his menghilang. Perlu diwaspadai apabila
frekuensi jantung sampai berada di bawah 120 kali per menit
dan melebihi 160 kali per menit dengan bunyi jantung ireguler
atau tidak beraturan.
b. Mekonium dalam air ketuban
Pada persalinan dengan presentasi kepala keadaan ini
menunjukkan gangguan oksigenasi dan harus diwaspadai dan
dapat berindikasi untuk mengakhiri persalinan. Berbeda bila
cairan ketuban bercampur dengan mekonium pada kasus
presentasi sungsang, hal ini tidak menimbulkan kewaspadaan.
c. Pemeriksaan pH darah janin yang diambil melalui penyayatan
kecil pada kulit kepala janin dengan menggunaan amnioskop
yang dimasukkan lewat serviks turun sampai kebawah. Apabila
pH turun sampai dibawah 7,3 maka dianggap berbahaya oleh
beberapa penulis
17
d. Berat Bayi Lahir Rendah (BBLR).
Menurut Depkes (2008), bahwa pada saat bayi baru lahir dapat
pula dilakukan penilaian awal untuk menentukan apakah bayi lahir
normal atau mengalami kegawatdaruratan. Penilaian ini dilakukan
untuk mengefektifkan waktu mengingat asfiksia terjadi karena
gangguan pertukaran gas atau pengangkutan oksigen, jika hal ini
berlangsung lebih lama maka akan terjadi asfiksia yang lebih berat
dimana dapat mempengaruhi fungsi sel tubuh dan bila tidak teratasi
dapat menyebabkan kematian.
Adapun parameter yang digunakan untuk melakukan penilaian
ini, yaitu:
1) Bayi tidak bernapas atau bernapas megap-megap
2) Kulit bayi pucat (sianosis)
3) Tonus otot lemah.
6. Penatalaksanaan
Bayi baru lahir dalam apneu primer dapat memulai pola
pernapasan, walaupun mungkin tidak teratur dan tidak efektif,
tanpa intervensi khusus. Namun, ada bayi baru lahir dalam apneu
sekunder tidak akan bernapas sendiri. Oleh karena itu diperlukan
tindakan pernapasan buatan berupa pemberian Ventilasi Tekanan
Positif (VTP) dan pemberian oksigen untuk membantu bayi
memulai pernapasan (Saifuddin, 2009).
Penanganan pada asfiksia adalah dengan melakukan tindakan
resusitasi. Pada asuhan persalinan normal, persiapan peralatan
18
resusitasi merupakan bagian penting baik itu pada keadaan ada
atau tanpa faktor resiko untuk terjadinya asfiksia, mengingat
apabila dalam beberapa menit saja bayi baru lahir tidak segera
bernafas, maka bayi akan mengalami kerusakan otak atau
meninggal (Saputra, 2014).
Menurut Walyani (2015), bahwa pada bayi prematur yaitu bayi
dengan usia gestasi kurang dari 37 minggu membutuhkan
persiapan khusus karena bayi prematur memiliki paru-paru yang
belum matang, kemungkinan lebih sulit dilakukan ventilasi dan
mudah mengalami kerusakan karena pemberian ventilasi tekanan
positif (VTP) serta memiliki pembuluh darah imatur dalam otak yang
mudah mengalami perdarahan. Selain itu, bayi prematur memiliki
volume darah sedikit yang dapat meningkatkan resiko syok
hipovolemik. Kulit yang tipis serta area permukaan tubuh yang luas
dapat mempercepat kehilangan panas dan rentan terhadap infeksi.
Sehingga diperlukan persiapan sebelum melakukan resusitasi.
Adapun hal-hal yang harus dipersiapkan yaitu:
1) Persiapan keluarga, informasikan kepada keluarga
mengenai kemungkinan-kemungkinan yang dapat terjadi
pada ibu dan bayi.
2) Persiapan tempat resusitasi, ada beberapa hal yang harus
diperhatikan, yaitu:
19
a) Gunakan lampu sorot 60 watt dan dengan jarak 60 cm
dari meja resusitasi. Hal ini berguna untuk menjaga agar
bayi tetap hangat.
b) Meja resusitasi sebaiknya datar, rata, cukup keras, bersih
dan kering. Sebaiknya tidak dekat dengan sumber angin
(jendela/pendingin ruangan). Di atas meja resusitasi
sebaiknya sudah disiapkan kain untuk mengganjal bahu
setinggi 3 cm dan gelarkan kain untuk menyelimuti bayi
agar tetap kering dan hangat.
3) Persiapan alat resusitasi
Menurut Saifuddin (2009), bahwa alat-alat yang akan
digunakan untuk melakukan resusitasi sebaiknya dalam
keadaan siap pakai. Di bawah ini beberapa alat yang harus
disiapkan sebelum melakukan pertolongan persalinan, yaitu:
a) Alat penghisap lendir DeLee, bola karet atau suction
b) Alat ventilasi, diantaranya : tabung dan sungkup atau
balon dan sungkup.
c) Kotak alat resusitasi
d) Sarung tangan
e) Jam tangan
Untuk menentukan bahwa bayi membutuhkan resusitasi atau tidak,
dibutuhkan penilaian awal dan harus dipastikan bahwa setiap langkah
20
dilakukan dengan benar dan efektif sebelum melakukan langkah
selanjutnya.
Pelaksanaan resusitasi mengikuti algoritma resusitasi neonatal.
Berikut ini adalah diagram alur untuk menentukan apakah bayi yang
lahir diperlukan resusitasi atau tidak.
Menurut Saifuddin (2009), bahwa pada pemeriksaan atau penilaian
awal dilakukan dengan menjawab empat pertanyaan:
a. Apakah bayi cukup bulan?
b. Apakah air ketuban tanpa mekonium?
c. Apakah bayi bernapas atau menangis?
d. Apakah tonus otot bayi baik atau kuat?
Bila semua jawaban “ya” maka bayi dapat langsung dimasukkan
dalam prosedur perawatan rutin, yaitu berupa asuhan bayi normal dan
tidak dipisahkan dari ibunya. Bayi dikeringkan, diletakkan di dada
ibunya dan diselimuti dengan kain linen kering untuk menjaga
kehangatan bayi. Bila terdapat jawaban “tidak” dari salah satu
pertanyaan diatas maka bayi memerlukan satu atau beberapa tindakan
resusitasi berikut ini secara berurutan:
a. Penanganan awal (JAIKAN)
1) Menjaga kehangatan bayi
a) Letakan bayi yang sudah diselimuti kain pernel diatas
kain yang telah digelar di meja resusitasi
21
b) Jaga bayi tetap diselimuti kain pernel dengan wajah dan
dada terbuka dan dibawah sinar pemancar panas, yaitu
dengan menggunakan lampu 60 watt dengan jarak 60 cm
dari meja resusitasi.
2) Mengatur posisi bayi
a) Baringkan bayi terlentang, dengan kepala bayi di dekat
penolong.
b) Ganjal bahu agar kepala bayi sedikit ekstensi.
3) Isap lendir
Untuk menghisap lendir dapat menggunakan DeLee atau
pun bola karet. Dalam penggunaan kedua alat ini terdapat
sedikit perbedaan.
Menggunakan alat penghisap DeLee:
a) Penghisapan dimulai dari mulut, kemudian ke hidung
b) Lakukan penghisapan saat alat penghisap ditarik keluar,
bukan saat memasukan.
c) Jangan lakukan penghisapan lebih dari 5 cm ke dalam
mulut atau lebih dari 3 cm ke dalam hidung, karena dapat
mengakibatkan denyut jantung bayi melambat, atau
bahkan tiba-tiba berhenti bernafas. Untuk penghisapan di
hidung, tidak boleh melewati cuping hidung.
22
Menggunakan bola karet penghisap:
a) Tekan terlebih dahulu bola sebelum melakukan
penghisapan ke dalam mulut dan hidung
b) Masukan ujung penghisap ke dalam mulut dan lepaskan
tekanan pada bola, dengan begitu lendir akan terhisap.
c) Kemudian lakukan langkah yang sama ketika akan
melakukan penghisapan ke dalam hidung sampai cuping
hidung dan lepaskan tekanan.
4) Keringkan dan rangsang taktil
a) Keringkan bayi dengan kain pernel kering dari mulai
muka, kepala kemudian bagian tubuh lainnya dengan
sedikit tekanan. Tekanan ini disebut dengan rangsang
taktil, dimana tekanan ini dapat merangsang bayi untuk
bernafas. Selain itu untuk merangsang bayi bernafas bisa
dengan menepuk/menyentil telapak kaki atau menggosok
punggung/ perut/ dada/ tungkai bayi dengan telapak
tangan.
b) Ganti kain yang basah dengan kain pernel yang kering
c) Selimuti bayi, tanpa menutupi muka dan dada, agar bisa
terpantau pernafasannya.
5) Atur kembali posisi kepala bayi
Atur kembali posisi kepala bayi sedikit ekstensi seperti
semula.
23
6) Lakukan penilaian kembali
Lakukan penilaian kembali, apakah bayi sudah bisa
bernapas normal, megap-megap atau tidak bernafas
a) Jika bayi bernapas normal, maka lakukan asuhan pasca
resusitasi.
b) Jika bayi megap-megap atau tidak bernapas, mulai
lakukan ventilasi bayi.
b. Ventilasi tekanan Positif (VTP)
Langkah-langkah dalam melakukan VTP menurut Saifuddin
(2009), yaitu:
1) Pastikan bayi dalam posisi yang benar.
2) Kecepatan memompa (kecepatan ventilasi) dan tekanan
ventilasi harus sesuai agar VTP efektif. Kecepatan ventilasi
sebaiknya 40-60 kali/menit.
3) Tekanan ventilasi yang dibutuhkan setelah napas pertama
setelah lahir, membutuhkan 30-40 cmH2O. Setelah napas
pertama, membutuhkan 15-20 cmH2O. bayi dengan kondisi
atau penyakit paru-paru yang berkibat turunnya komplikasi,
membutuhkan 20-40 cmH2O. Tekanan ventilasi hanya dapat
diatur apabila mengguanakan balon yang mempunyai
pengukuran tekanan.
4) Observasi gerak dada bayi
24
Adanya gerakan dada bayi turun naik merupakan bukti
bahwa sungkup terpasang dengan benar dan paru-paru
mengembang.
5) Penilaian suara napas bilateral
Suara didengar dengan menggunakan stetoskop. Adanya
suara napas di kedua paru-paru merupakan indikasi bahwa
bayi mendapat ventilasi yang benar.
c. Kompresi dada
Menurut Walyani (2014), bahwa kompresi dada dilakukan jika
frekuensi denyut jantung kurang dari 60 kali/menit.
Ada dua teknik kompresi dada, yaitu :
1) Menggunakan kedua ibu jari untuk menekan sternum, ibu jari
tagan melingkari dada dan menopang punggung.
2) Ujung jari tengah dan telunjuk/jari manis dari 1 tangan
menekan sternum, tangan lainnya menopang punggung.
Prosedur tindakan:
 Mutlak harus ada 2 orang penolong. Penolong pertama
bertugas memberikan ventilasi menggunakan ambu bag,
semenara penolong yang la in bertugas memberikan
penekanan pada jantuung bayi.
 Posisikan kedua ibu jari penolong saling bersebelahan di
atas 1/3 bawah sternum, tepat berada di bawah garis
yang ditarik antara kedua puting.
25
 Tekan sternum dengan kedalaman 1/3 diameter
anteroposterior dada dengan frekuensi 90 kali/menit
dielingi ventilasi. Perbandingan kompresi dengan
ventilasi 3:1 atau 3 kali kompresi dan 1 kali ventilasi
setiap dua detik.
 Ketika jeda kompresi, jangan pindahkan kedua jari
penolong.
 Setelah 30 detik, penolong ahrus menghentikan kompresi
dan mengevaluasi frekuensi jantung selama6 detik.
 Apabila frekuensi jantung >60 kal/menit, kompresi
jantung dapat dihentikan namun VTP tetap dilanjutkan
sapai ada pernapasan spontan.
3) Koordinasi VTP dan kompresi dada
Menurut (Prambudi (2013), bahwa:
a) Dalam satu siklus : 3 kompresi + 1 ventilasi (3:1) dalam 2
detik
b) Frekuensi : 90 kompresi + 30 ventilasi dalam 1 menit
(berarti 120 kali dalam satu menit).
c) Untuk memastikan frekuensi kompresi dada dan ventilasi
yang tepat, pelaku kompresi dapat mengucapkan “satu –
dua – tiga – pompa“.
26
7. Asuhan pasca resusitasi
Menurut Hidayat (2008), bahwa setelah resusitasi berhasil
dilakukan, bayi dapat segera dirawat gabung bersama ibunya dan
tetap mendapatkan perawatan intensif, dengan cara:
a. Hindari kehilangan panas
1) lakukan kontak kulit dengan dada ibu (metode kanguru), dan
selimuti bayi.
2) Letakkan dibawah radiant heater atau dibawah sinar lampu,
jika tersedia
b. Periksa dan hitung napas dalam semenit :
Jika bayi sianosis atau sukar bernapas (frekuensi <30 atau >60
kali permenit, tarikan dinding dada ke dalam atau merintih)
berikan oksigen lewat nasal kanul.
c. Ukur suhu aksila
1) Jika suhu 36o
C atau lebih, teruskan metode kanguru dan
mulai pemberian ASI
2) Jika suhu <36o
C, lakukan penanganan hipotermi
d. Mendorong ibu mulai menyusui karena bayi yang mendapat
resusitasi cenderung hipoglikemia
1) Jika kekuatan menghisap baik, proses penyembuhan
optimal.
2) Jika menghisap kurang baik, rujuk kekamar bayi atau
ketempat pelayanan yang dituju
27
e. Lakukan pemantauan yang sering dalam 24 jam pertama. Jika
bayi kembali pada keadaan, rujuk kekamar bayi atau ketempat
pelayanan yang dituju.
B. Tinjauan Teori Tentang Asuhan Kebidanan
1. Pengertian
Manajemen asuhan kebidanan atau sering disebut manajemen
asuhan kebidanan adalah suatu metode berfikir dan bertindak secara
sistematis dan logis dalam memberi asuhan kebidanan, agar
menguntungkan kedua belah pihak baik klien maupun pemberi
asuhan.
Manajemen kebidanan merupakan proses pemecahan masalah
yang digunakan sebagai metode untuk mengorganisasikan pikiran dan
tindakan berdasarkan teori ilmiah, temuan-temuan, keterampilan,
dalam rangkaian tahap-tahap yang logis untuk pengambiln suatu
keputusan yang berfokus terhadap klien.
Kebidanan diadaptasi dari sebuah konsep yang dikembangkan
oleh Helen Varney dalam buku Varney’s Midwifery, edisi ketiga tahun
1997, menggambarkan proses manajemen asuhan kebidanan yang
terdiri dari tujuh langkah yang berturut secara sistematis dan siklik.
Varney menjelaskan bahwa proses pemecahan masalah yang
ditemukan oleh perawat dan bidan pada tahun 1970-an. Proses ini
memperkenalkan sebuah metode pengorganisasian pemikiran dan
28
tindakan dengan urutan yang logis dan menguntungkan baik bagi
klien maupun bagi tenaga kesehatan. Proses manajemen kebidanan
ini terdiri dari tujuh langkah yang berurutan, dan setiap langkah
disempurnakan secara berkala. Proses dimulai dari pengumpulan data
dasar dan berakhir dengan evaluasi. Ke-tujuh langkah tersebut
membentuk suau kerangka lenkap yang dapat diaplikasikan dalam
situasi apapun. Akan tetapi setiap langkah dapat diuraikan lagi
menjadi langkah-langkah yang lebih detail dan ini bias berubah sesuai
dengan kebutuhan klien. (Saminem, 2010; h. 39)
2. Langkah dalam manajemen kebidanan menurut Varney
Tahap pengumpulan data dasar (langkah I)
Pada langkah pertama dikumpulkan semua informasi (data) yang
akurat dan lengkap dari semua sumber yag berkaitan dengan kondisi
klien. Untuk memperoleh data dilakukan dengan cara
Anamnesis, anamnesis dilakukan untuk mendapatkan biodata,
riwayat menstruasi, riwayat kesehatan , riwayat kehamilan,
persalinan dan nifas, bio- psiko- sioso-spiritual, serta pengetahuan
klien.
a. Identitas
Identitas bayi didapat dari anamnesa yang dilakukan oleh bidan
terhadap orang tua bayi untuk memperoleh informasi tentang
identitas bayi baru lahir, seperti umur bayi, jam kelahiran bayi, jenis
kelamin bayi dan anak keberapa.
29
b. Riwayat Antenatal
1) Data ini penting untuk diketahui oleh bidan sebagai data
acuan untuk memprediksi apakah terdapat penyulit pada
kehamilan saat bayi masih dalam kandungan
2) Kesehatan janin dikaji untuk mengetahui kondisi janin saat ini
3) Keluhan trismester 1, 2 dan 3 dikaji untuk mengetahui keluhan
yang pernah dirasakan oleh orang tua bayi saat hamil
4) Frekuensi ANC selama kehamilan trismester 1, 2 dan 3 dikaji
untuk mengetahui seberapa sering orang tua bayi pernah
memeriksakan diri saat hamil
5) Pola nutrisi dikaji untuk mengetahui asupan nutrisi pada orang
tua bayi
6) Perilaku kesehatan dikaji untuk mengetahui apakah orang tua
bayi pernah merokok, mengonsumsi alkohol, obat-obatan atau
jamu selama hamil
c. Riwayat Proses Persalinan
1) Data ini penting untuk diketahui oleh bidan sebagai data acuan
untuk memprediksi apakah terdapat penyulit saat terjadinya
proses kelahiran bayi.
2) Tempat lahir dikaji untuk mengetahui dimanakah bayi dilahirkan
30
3) Ditolong oleh dikaji untuk mengetahui siapakah yang menolong
kelahiran bayi
4) Jenis persalinan dikaji untuk mengetahui bagaimana cara bayi
dilahirkan
5) Lama persalinan dikaji untuk mengetahui seberapa lama proses
persalinan
6) Tanggal lahir dikaji untuk mengetahui kapan bayi di
7) Lahirkan dan pukul untuk mengetahui waktu bayi dilahirkan
8) BB dikaji untuk mengetahui berapakah berat badan bayi, PB
dikaji untuk mengetahui berapakah panjang badan bayi dan nilai
apgar digunakan untuk menilai apakah bayi sudah dalam
keadaan normal atau tidak.
9) Jenis kelamin dikaji untuk mengetahui apa jenis kelamin bayi
10) Cacat bawaan dikaji untuk mengetahui apakah bayi lahir dalam
keadaan cacat atau tidak
11) Masa gestasi dikaji untuk mengetahui apakah bayi lahir cukup
bulan atau tidak
12) Resusitasi dikaji untuk mengetahui apakah bayi telah dilakukan
tindakan resusitasi atau tidak
a. Pola Kebutuhan Sehari-hari
Nutrisi dikaji untuk mengetahui apa saja yang diberikan untuk
memenuhi kebutuhan nutrisi pasien. Nutrisi yang diberikan pada bayi
dengan berat badan lahir rendah (BBLR) juga akan berbeda, sebab
31
kapsitas lambung BBLR sangat kecil sehingga minum harus sering
diberikan tiap jam. Perhatikan juga apakah selama pemberian minum
bayi menjadi cepat lelah, menjadi biru atau perut menjadi besar/
kembung (Prawirohardjo,2009)
b. Pola eliminasi dikaji untuk mengetahui apakah bayi telah BAK dan
BAB. Pada bayi dengan berat badan lahir rendah (BBLR) kita mengkaji
pola eliminasi, sebab pada bayi BBLR kebutuhan nutrisi yang diberikan
berbeda dengan bayi yang berat badannya normal, oleh sebab itu akan
berpengaruh juga pada frekuensi BAB dan BAK nya setiap harinya.
c. Pola istirahat dikaji untuk mengetahui apakah kebutuhan istirahat bayi
telah terpenuhi atau tidak. Bayi yang mengalami berat badan lahir
rendah (BBLR) memiliki pola tidur yang lebih banyak dari bayi normal,
sebab nutrisi yang dikonsumsi sangat cukup dan memiliki frekuensi
yang ditetapkan setiap jam, sehingga bayi lebih sering tertidur nyenyak
dengan nutrisi yang cukup.
d. Personal hygine dikaji untuk mengetahui bagaimana kebersihan pada
diri bayi. Pada bayi dengan berat badan lahir rendah (BBLR) personal
hygine juga perlu dikaji sebab kebersihan pada bayi sangat diutamakan
untuk pencegahan infeksi.
Pemeriksaan fisik sesuai dengan kebutuhan dan pemeriksaan tanda-
tanda vital, meliputi
32
a. Pemeriksaan khusus (inspeksi, palpasi, auskultasi, dan perkusi).
1) Pemeriksaan penunjang (laboratorium dan cacatan terbaru serat
cacatan sebelumnya). Pemeriksaan fisik
a) Kepala
Bentuk simetris atau tidak, UUB dan UUK datar atau tidak,
keadaan rambut bersih atau tidak, adakah caput succedenum
dan cephal hematome.
b) Wajah
Terdapat odema atau tidak, kebersihan muka simetris atau
tidak dan warna kemerahan atau tidak
c) Mata
Simetris atau tidak, adakah pembengkakan pada kelopak
mata,konjungtiva merah muda atau pucat, sklera putih atau
tidak, adakah bulu mata atau tidak, adakah kotoran mata atau
tidak
d) Hidung
Bentuk, lubang hidung, pernafasan cuping hidung, dan
pengeluaran
e) Mulut
Bentuk bibir, lidah, palatum, reflek rooting
f) Telinga
Simetris atau tidak, lubang telinga, adakah cairan atau tidak
33
g) Leher
Bendungan vena jugularis, pembesaran kelenjar tyroid,
pembesaran kelenjar getah bening, reflek menelan, kepala
bebas berputar
h) Dada
Bentuk dada, pengembangan rongga dada, suara jantung,
suara paru-paru
i) Ketiak
Kebersihan, pembesaran kelenjar limfe
j)Perut
Bentuk simetris atau tidak, adakah bising usus, keadaan tali
pusat, kembung,adakah benjolan, adakah pembesaran hati
k) Punggung
Fleksibilitas tulang punggung, tonjolan tulang punggung,
lipatan bokong
l) Anus
Adakah lubang anus atau tidak
m) Genetalia
Adakah labia mayor dan labia minor, adakah klitoris dan
orifisium uretra
n) Ekstermitas
Pergerakan dan jari-jari tangan dan kaki
34
o) Neuro
Reflek moro, rooting, glabela, gland, plantar, tonik leher,
menghisap
p) Eliminasi
BAK dan BAB
a. Interpretasi data dasar (langkah II)
Pada langkah kedua dilakukan identifikasi terhadap diagnosis atau
masalah berdasarkan interpretasi yang benar atas data- data yang
telah dikumpulkan. Data dasar tersebut kemudian diinterpretasi
sehingga dapat dirumuskan diagnosis dan masalah yang spesifik.
Baik rumusan diagnosis maupun masalah, keduanya harus ditangani.
Meskipun masalah tidak dapat dartiakn sebagai diagnosis, tetapi tetap
membutuhkan penanganan.
b.Identifikasi diagnosis/ masalah potensial dan antisipasi
penanganannya (langkah III)
Pada langkah ketiga mengidentifikasi masalah potensial atau
diagnosis potensial berdasarkan diagnosis/ masalah yang sudah
diidentifikasi. Langkah ini membutuhkan antisipasi, bila
memungkinkan dilakukan pencegahan. Bidan diharapkan dapat
waspada dan bersiap- siap mencegah diagnosis masalah potensial I
menjadi kenyataan. Langkah ini penting dituntut untuk mampu
menagntisipasi masalah potensial tidak hanya merumuskan masalah
35
potensial yang akan terjadi, tetapi juga merumuskan tindakan
antisipasi agar masalah atau diagnosis tersebut tidak terjadi.
Langhkah ini bersifat antisipasi yang rasional/ logis.
c. Tindakan segera atau kolaborasi (langkah IV)
Bidan mengidentifikasi perlunya bidan atau dokter melakukan
konsultassi atau penanganan segera bersama anggota tim kaesehatn
lain dengan kondisi klien. Langkah keempat mencerminkan
keseimangan proses manajemen kebidanan. Jadi, manajemen tidak
hanya berlangsung seama asuhan primer periodic atau kunjungan
prenatal saja, tetapi juga selama wanita tersebut dalam dampingan
bidan. Misalnya, pada waktu wanita tersebut dalam persalinan.
d. Rencana asuhan menyeluruh (langkah V)
Pada langkah kelima direncanakan asuhan menyuluruh yang
ditentukan berdasarkan langkah- langkah sebelumnya. Langkah ini
merupakan kelautan manajemen untuk masalah atau diagnosis yang
telah diidentikasi atau dantispasi atau diantisipasi. Pada langkah ini
informasi data yang tidak lengkap dapat dilengkapi rencana asuhan
yang menyuluruh tidak hanya meliputi segala hal yang sudah
teridentifikasi dari kondisi klien atau dari setiap masalah yang terkait,
tetapi juga dari kerangka pedoman antisipasi untuk klien tersebut.
Pedoman antisipasi ini mencakup perkiraan tentang hal yang akan
terjadi berikutnya: apakah dibutuhkan penyuluhan, konseling, dan
36
apakah bidan perlu merujuk klien bila ada sejumlah masalah terkait
sosial, ekonomi, kultural, atau psikososial.
e. Pelaksanaan langsung asuhan dengan efisien dan aman (langkakh
VI)
Pada langkah keenam, rencana asuhan menyuluuh dilakua
denangn efisien dan aman. Pelaksanaan ini bisa dilakukan seluruhnya
oleh bidan atau sebagian dikerjakan oleh klien atau anggota tim
kesehatan lainnya walua bidan tidak melakukan nya sendiri, namun ia
tetap memikul tangung jawab untuk mengarahkan pelaksanaanya
(misalnya dengan memastikan bahwa langkah tersebut benar-benar
terlaksana)
f. Evaluasi ( langkah VII)
Evaluasi dilakukan secara siklus dan dengan mengkaji ulang
aspek asuhan yang tidak efektif untuk mengetahui faktor mana yang
menguntungkan atau menghambat keberhasilan asuhan yang
diberikan. Pada langkah terakhir, dilakukan evaluasi keefektifan
asuhan yang sudah diberikan. Ini meliputi evaluasi pemenuhan
kebutuhan akan banuan apkah benar- benar telah terpenuhi
sebagaimana diidentifkasi didalam diagnosis dan masalah. Rencana
tersebut dapat dianggap efektif jika memang benar efektif dalam
pelaksanaanya. (Soepardan.2009; h.97)
37
C. Pendokumentasian Hasil Asuhan Kebidanan
Metode 4 langkah pendokumentasian disebut SOAP ini dari proses
pemikiran penatalaksanaan kebidanan. Dipakai untuk
pendokumentasian hasil asuhan klien dalam rekaman medis sebagai
catatan perkembanagan I (satu) kemajuan yaitu:
1. Subjektif (S)
Apa yang dikatakan, disampaikan, dikeluhkan oleh klien.
2. Objektif (O)
Apa yang dilihat dan diraba oleh badan saat melakukan
pemeriksaan dan dari hasil pemeriksaan laboratorium.
3. Assesment (A)
Kesimpulan apa yang dibuat berdasarkan data subyektif dan
obyektif sebagai hasil pengembangan keputusan klinik terhadap
klien tersebut.
4. Planning (P)
Apa yang dilakukan berdasrkan hasil kesimpulan dan evaluasi
terhadap keputusan klinik yang diambil atau memenuhi kebutuhan
klien (Saminen,2008).
38
BAB III
METEDOLOGI PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis karya tulis ini adalah studi kasus, studi kasus adalah studi yang
dilakukan dengan cara meneliti suatu permasalahan melalui suatu
proses yang terdiri dari unit tunggal (Notoatmodjo, 2005).
Metode yang digunakan dalam studi kasus ini adalah metode
deskriptif yaitu suatu metode yang dilakukan dengan tujuan utama
untuk memaparkaan atau membuat gambaran tentang gambaran
tentang keadaan secara objektif.
B. Lokasi Studi Kasus
Lokasi studi kasus merupakan tempat dimana pengambilan kasus
tersebut akan dilaksanakan (Notoatmodjo, 2005). Dalam penelitian ini,
lokasi studi kasus dilakukan di BPM Sakinah Jl. Agus Salim
Kecamatan Katobu.
C. Waktu Studi Kasus
Waktu studi kasus adalah jangka waktu yang dibutuhkan penulis untuk
memperoleh data studi kasus yang dilaksanakan. Studi kasus ini
dilakukan pada tanggal 3 September – 4 September 2016.
D. Subjek Studi Kasus
Dalam penulisan studi kasus ini subjek merupakan hal atau orang
yang akan dijadikan sebagai pengambilan kasus ((Notoatmodjo,
2005).. subjek studi kasus ini dilakukan pada bayi Ny’’R’’
39
E. Metode Pengambilan Data
1. Melakukan pengkajian melalui anamnesa untuk mendapatkan data
subjektif, melakukan penilaian awal dan pemeriksaan fisik untuk
mendapatkan data objektif.
2. Melakukan penatalaksanaan penanganan awal pada bayi baru lahir
dengan asfiksia sesuai dengan Standar Operasional Prosedur
(SOP) yang berlaku dimulai dari awal kelahiran bayi hingga 2 jam
pasca penanganan awal dengan panduan job sheet.
F. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan penulis adalah
1. Data primer
Adalah materi atau kumpulan fakta yang dikumpulan sendiri oleh
peneliti pada saat berlangsung suatu penelitian (Nursalam,2003).
a. Pemeriksaan fisik
Menurut (Nursalam, 2003) pemeriksaan fisik dipergunakan
untuk mengetahui keadaan fisik pasien sistematis dengan cara
1) Inspeksi
Adalah suatu proses observasi yang dilakukan sistematik
dengan menggunakan indra penglihatan, pendengaran, dan
penciuman sebagai suatu alat untuk mengumpulkan data,
inspeksi pada kasus ini dilakukan secara berurutan mulai
dari kepala sampai kaki dan memriksa conjungtiva, pada
mata ibu nifas dengan anemia sedang kelihatan. Pucat.
40
2) Palpasai
Palpasi teknik yang menggunakan indra peraba tangan, jari,
adalah suatu istrumen yang sensintif yang digunakan untuk
mengumpulkan data tentang temperature, turgor,bentuk,
kelembapan, vibrasi, dan ukuran. Dalam hal ini palpasi
dilakukan meliputi nadi, temperature dan pengukuran TFU
3) Perkusi
Adalah suatu pemeriksaan dengan jalan mengetuk untuk
membandingkan kiri kana pada setiap permukaan tubuh
dengan tujuan menghasilkan suara. Perkusi yang bertujuan
untuk mengidentifikasi, lokasi, ukuran, bentuk dan
konsistensi jaringan. Pada kasus ini dilakukan perkusi
dengan pemeriksaan reflex patella.
4) Auskultasi
Adalah pemeriksaan dengan jalan mendengarkan suatu
yang dihasilkan oleh tubuh dengan menggunakan
stetoskop. Pemeriksaan ini dilakukan untuk mengetahui
tekanan darah pesien yaitu dengan menggunakan
staseskop.
b. Wawancara
Adalah suatu metode yang digunakan untuk mengumpulkan
data dimana peneliti mendapatkan keterngan atau pendirian
secara lisan dari seseorang sasaran peneliti (responden) atau
41
bercakap – cakap berhadapan muka dengan orang tersebut
(face to face) (Notoatmodjo, 2002). Wawancara dilakukan pada
ibu nifas dengan anemia sedang, dan keluarga serta tenaga
kesehatan atau bidan.
c. Observasi
Adalah teknik pengumpulan data dengan cara mengamati
subjek dan melakukan berbagai macam pemeriksaan yang
berhubungan dengan kasus yang diambil. Observasi dapat
berupa pemeriksaan umum, pemeriksaan dan pemeriksaan
penunjang
Pelaksanaan observasi pada ibu nifas dengan anemia sedang
meliputi keadaan umum, tanda – tanda vital, tinggi fundus uteri,
lochea, muka, konjungtiva dan kadar hemoglobin.
2. Data sekunder
Adalah data yang diperoleh selain dari pemeriksaan fisik atau
terapi diperoleh dari keterangan keluarga sama lingkungannya,
mempelajari status dan dokumentasi pasien, catatan dalam
kebidanan dan studi (Notoatmodjo, 2012).
a. Studi dokumentasi
Dokumen adalah semua bentuk sumber infoemasi yang
berhubungan dengan dokumen. Dalam studi kasus ini dokumen
merupakan buku catatan ream medic yang didapatkan dari
BPM Sakinah.
42
b. Studi kepustakaan
Adalah bahan – bahan pustaka yang sangat penting dan
menunjang latar belakang teoritis dari studi penelitian. Pada
kasus ini mengambil sudi kepustakaan dari buku, laporan
penelitian, majalah ilmiah, jurnal dan sumber terbaru yang
berhubungan dengan anemia sedang.
Alat – alat yang digunakan
Alat dan bahan yang dibutuhkan dalam pengambilan data antara lain :
1. Alat dan bahan dalam pengambilan data
a. Format pengkajian pada ibu nifas
b. Buku tulis
c. Pulpent
2. Alat dan bahan dalam melakukan pemeriksaan fisik dan observasi
a. Timbangan berat badan
b. Alat pengukuran tinggi badan
c. Tensimeter
d. Stasteskop
e. Sarung tangan
f. Thermometer
g. Jam tangan
3. Alat untuk pedokumntasian adalah mengguabakan lembar
observasi
42
BAB IV
HASIL PEMBAHASAN DAN STUDI KASUS
A. Hasil Pembahasan
Pada bab ini menguraikan tentang bagaimana penerapan
manajemen dan pendokumentasian asuhan kebidanan yang dimulai
dari pengumpulan data dasar,identifikasi diagnosa dan masalah
aktual,diagnosa potensial,menilai perlunya tindakan segera,kolaborasi
dan konsultasi,rencana asuhan,pelaksanaan asuhan hingga evaluasi
keefektifan asuhan kebidanan serta pendokumentasian yang
dilakukan.
Berdasarkan karakteristiknya, asfiksia diklasifikasikan menjadi
asfiksia ringan, asfiksia sedang, dan asfiksia berat. Karakteristik ini
dinilai berdasarkan penilaian APGAR, yaitu pada asfiksia ringan
dengan nilai APGAR 7-8, pada pemeriksaan fisik yang dilakukan
didapatkan hasil bayi menangis lemah, warna kulit kemerahan namun
bibir tampak sianosis, tonus otor baik sehingga setelah dilakukan
penanganan awal dapat dilakukan manajemen perawatan bayi
normal. Pada asfiksia ringan didapat nilai APGAR 7-8 dari
pemeriksaan fisik didapatkan hasil frekuensi jantung lebih dari 100
x/menit, tonus otot baik, bayi tampak sianosis, dan reflex iritabilitas
tidak ada. Hal ini sesuai dengan teori yang dinyatakan oleh Saifuddin
(2010).
43
Setelah bayi menangis spontan setelah dilakukan penanganan awal
maka selanjutnya dilakukan asuhan yaitu pemantauan dan perawatan
tali pusat untuk meyakinkan tidak terjadinya perdarahan tali pusat
kemudian dilakukan inisiasi menyusu dini (IMD) selama satu jam.
Setelah satu jam IMD dilakukan pemberian vitamin K1 1 mg
intramuscular di paha kanan bayi dan memberikan salep mata
antibiotika.
Pelaksanaan Asuhan Pada Bayi Baru Lahir Dengan asfiksia
Ringan pada bayi Ny’’R” di BPM Sakinah Tanggal 5 Septyember 2016
Kabupaten Muna
Pengukuran berat badan bertujuan untuk menilai apakah
pemberian nutrisi dan cairan sudah adekuat, mengidentifikasi masalah
yang masalah yang berhubungan dengan BBLR, memantau
pertumbuhan, serta menghitung dosis obat dan jumlah cairan.
Pengukuran dilakukan dua kali seminggu (kecuali kalau diperlukan
lebih sering) sampai berat badan meningkat pada tiga kali penilaian
berturut-turut dan kemudian dinilai seminggu sekali selama bayi masih
dirawat di rumah sakit. Kenaikan berat badan minimum 15
gr/kgBB/hari selama tiga hari.
Peralatan yang digunakan adalah timbangan dengan ketepatan 5-10
gr yang dibuat khusus untuk menimbang bayi. Alat timbangan harus
44
ditera sesuai petunjuk,atau lakukan peneraan sekali seminggu atau
setiap kali alat dipindahkan tempatnya jika buku petunjuk tidak ada.
Cara penimbangan adalah : sebelumnya beri alas kain yang bersih di
atas papan timbangan, letakkan bayi dalam keadaan telanjang
dengan hati-hati di atas alas, tunggu sampai bayi tenang untuk
ditimbang, selanjutnya baca skala berat badan sampai 5-10 gr
terdekat. Catat berat badan dan hitung kenaikan/penurunan berat
badan.
B. Tinjauan Teori Tentang Asuhan Kebidanan
1. Pengertian
Manajemen asuhan kebidanan atau sering disebut manajemen
asuhan kebidanan adalah suatu metode berfikir dan bertindak secara
sistematis dan logis dalam memberi asuhan kebidanan, agar
menguntungkan kedua belah pihak baik klien maupun pemberi
asuhan.
Manajemen kebidanan merupakan proses pemecahan masalah
yang digunakan sebagai metode untuk mengorganisasikan pikiran
dan tindakan berdasarkan teori ilmiah, temuan-temuan,
keterampilan, dalam rangkaian tahap-tahap yang logis untuk
pengambiln suatu keputusan yang berfokus terhadap klien.
Kebidanan diadaptasi dari sebuah konsep yang dikembangkan
oleh Helen Varney dalam buku Varney’s Midwifery, edisi ketiga tahun
45
1997, menggambarkan proses manajemen asuhan kebidanan yang
terdiri dari tujuh langkah yang berturut secara sistematis dan siklik.
Varney menjelaskan bahwa proses pemecahan masalah yang
ditemukan oleh perawat dan bidan pada tahun 1970-an. Proses ini
memperkenalkan sebuah metode pengorganisasian pemikiran dan
tindakan dengan urutan yang logis dan menguntungkan baik bagi
klien maupun bagi tenaga kesehatan. Proses manajemen kebidanan
ini terdiri dari tujuh langkah yang berurutan, dan setiap langkah
disempurnakan secara berkala. Proses dimulai dari pengumpulan
data dasar dan berakhir dengan evaluasi. Ke-tujuh langkah tersebut
membentuk suau kerangka lenkap yang dapat diaplikasikan dalam
situasi apapun. Akan tetapi setiap langkah dapat diuraikan lagi
menjadi langkah-langkah yang lebih detail dan ini bias berubah
sesuai dengan kebutuhan klien. (Saminem, 2010; h. 39)
2. Langkah dalam manajemen kebidanan menurut Varney
Tahap pengumpulan data dasar (langkah I)
Pada langkah pertama dikumpulkan semua informasi (data)
yang akurat dan lengkap dari semua sumber yag berkaitan dengan
kondisi klien. Untuk memperoleh data dilakukan dengan cara:
Anamnesis, anamnesis dilakukan untuk mendapatkan biodata,
riwayat menstruasi, riwayat kesehatan , riwayat kehamilan,
persalinan dan nifas, bio- psiko- sioso-spiritual, serta pengetahuan
klien.
46
a. Identitas
Identitas bayi didapat dari anamnesa yang dilakukan oleh
bidan terhadap orang tua bayi untuk memperoleh informasi
tentang identitas bayi baru lahir, seperti umur bayi, jam kelahiran
bayi, jenis kelamin bayi dan anak keberapa.
b. Riwayat Antenatal
1) Data ini penting untuk diketahui oleh bidan sebagai data
acuan untuk memprediksi apakah terdapat penyulit pada
kehamilan saat bayi masih dalam kandungan.
2) Kesehatan janin dikaji untuk mengetahui kondisi janin saat ini
3) Keluhan trismester 1, 2 dan 3 dikaji untuk mengetahui
keluhan yang pernah dirasakan oleh orang tua bayi saat
hamil
4) Frekuensi ANC selama kehamilan trismester 1, 2 dan 3 dikaji
untuk mengetahui seberapa sering orang tua bayi pernah
memeriksakan diri saat hamil
5) Pola nutrisi dikaji untuk mengetahui asupan nutrisi pada
orang tua bayi
6) Perilaku kesehatan dikaji untuk mengetahui apakah orang tua
bayi pernah merokok, mengonsumsi alkohol, obat-obatan
atau jamu selama hamil
c. Riwayat Proses Persalinan
47
1) Data ini penting untuk diketahui oleh bidan sebagai data
acuan untuk memprediksi apakah terdapat penyulit saat
terjadinya proses kelahiran bayi.
2) Tempat lahir dikaji untuk mengetahui dimanakah bayi
dilahirkan
3) Ditolong oleh dikaji untuk mengetahui siapakah yang
menolong kelahiran bayi
4) Jenis persalinan dikaji untuk mengetahui bagaimana cara
bayi dilahirkan
5) Lama persalinan dikaji untuk mengetahui seberapa lama
proses persalinan
6) Tanggal lahir dikaji untuk mengetahui kapan bayi di
7) Lahirkan dan pukul untuk mengetahui waktu bayi dilahirkan
8) BB dikaji untuk mengetahui berapakah berat badan bayi, PB
dikaji untuk mengetahui berapakah panjang badan bayi dan
nilai apgar digunakan untuk menilai apakah bayi sudah dalam
keadaan normal atau tidak.
9) Jenis kelamin dikaji untuk mengetahui apa jenis kelamin bayi
10) Cacat bawaan dikaji untuk mengetahui apakah bayi lahir
dalam keadaan cacat atau tidak
11) Masa gestasi dikaji untuk mengetahui apakah bayi lahir
cukup bulan atau tidak
48
12) Resusitasi dikaji untuk mengetahui apakah bayi telah
dilakukan tindakan resusitasi atau tidak
a. Pola Kebutuhan Sehari-hari
Nutrisi dikaji untuk mengetahui apa saja yang diberikan untuk
memenuhi kebutuhan nutrisi pasien. Nutrisi yang diberikan pada bayi
dengan berat badan lahir rendah (BBLR) juga akan berbeda, sebab
kapsitas lambung BBLR sangat kecil sehingga minum harus sering
diberikan tiap jam. Perhatikan juga apakah selama pemberian minum
bayi menjadi cepat lelah, menjadi biru atau perut menjadi besar/
kembung (Prawirohardjo,2009)
b. Pola eliminasi dikaji untuk mengetahui apakah bayi telah BAK dan
BAB. Pada bayi dengan berat badan lahir rendah (BBLR) kita mengkaji
pola eliminasi, sebab pada bayi BBLR kebutuhan nutrisi yang diberikan
berbeda dengan bayi yang berat badannya normal, oleh sebab itu
akan berpengaruh juga pada frekuensi BAB dan BAK nya setiap
harinya.
c. Pola istirahat dikaji untuk mengetahui apakah kebutuhan istirahat
bayi telah terpenuhi atau tidak. Bayi yang mengalami berat badan lahir
rendah (BBLR) memiliki pola tidur yang lebih banyak dari bayi normal,
sebab nutrisi yang dikonsumsi sangat cukup dan memiliki frekuensi
yang ditetapkan setiap jam, sehingga bayi lebih sering tertidur nyenyak
dengan nutrisi yang cukup.
49
d. Personal hygine dikaji untuk mengetahui bagaimana kebersihan
pada diri bayi. Pada bayi dengan berat badan lahir rendah (BBLR)
personal hygine juga perlu dikaji sebab kebersihan pada bayi sangat
diutamakan untuk pencegahan infeksi.
Pemeriksaan fisik sesuai dengan kebutuhan dan pemeriksaan tanda-
tanda vital, meliputi
a. Pemeriksaan khusus (inspeksi, palpasi, auskultasi, dan perkusi).
1) Pemeriksaan penunjang (laboratorium dan cacatan terbaru
serat cacatan sebelumnya). Pemeriksaan fisik
a) Kepala :
Bentuk simetris atau tidak, UUB dan UUK datar atau tidak,
keadaan rambut bersih atau tidak, adakah caput
succedenum dan cephal hematome.
b) Wajah
Terdapat odema atau tidak, kebersihan muka simetris atau
tidak dan warna kemerahan atau tidak
c) Mata
Simetris atau tidak, adakah pembengkakan pada
kelopak mata,konjungtiva merah muda atau pucat, sklera
putih atau tidak, adakah bulu mata atau tidak, adakah
kotoran mata atau tidak
d) Hidung
50
Bentuk, lubang hidung, pernafasan cuping hidung, dan
pengeluaran
e) Mulut
Bentuk bibir, lidah, palatum, reflek rooting
f) Telinga
Simetris atau tidak, lubang telinga, adakah cairan atau tidak
g) Leher
Bendungan vena jugularis, pembesaran kelenjar tyroid,
pembesaran kelenjar getah bening, reflek menelan, kepala
bebas berputar
h) Dada
Bentuk dada, pengembangan rongga dada, suara jantung,
suara paru-paru
i) Ketiak
Kebersihan, pembesaran kelenjar limfe
j) Perut
Bentuk simetris atau tidak, adakah bising usus, keadaan
tali pusat, kembung,adakah benjolan, adakah pembesaran
hati
k) Punggung
Fleksibilitas tulang punggung, tonjolan tulang punggung,
lipatan bokong
51
l) Anus
Adakah lubang anus atau tidak
m) Genetalia
Adakah labia mayor dan labia minor, adakah klitoris dan
orifisium uretra
n) Ekstermitas
Pergerakan dan jari-jari tangan dan kaki
o) Neuro
Reflek moro, rooting, glabela, gland, plantar, tonik leher,
menghisap
p) Eliminasi
BAK dan BAB
a. Interpretasi data dasar (langkah II)
Pada langkah kedua dilakukan identifikasi terhadap diagnosis
atau masalah berdasarkan interpretasi yang benar atas data- data
yang telah dikumpulkan. Data dasar tersebut kemudian diinterpretasi
sehingga dapat dirumuskan diagnosis dan masalah yang spesifik. Baik
rumusan diagnosis maupun masalah, keduanya harus ditangani.
Meskipun masalah tidak dapat dartiakn sebagai diagnosis, tetapi tetap
membutuhkan penanganan.
b. Identifikasi diagnosis/ masalah potensial dan antisipasi
penanganannya (langkah III)
52
Pada langkah ketiga mengidentifikasi masalah potensial atau
diagnosis potensial berdasarkan diagnosis/ masalah yang sudah
diidentifikasi. Langkah ini membutuhkan antisipasi, bila memungkinkan
dilakukan pencegahan. Bidan diharapkan dapat waspada dan bersiap-
siap mencegah diagnosis masalah potensial I menjadi kenyataan.
Langkah ini penting dituntut untuk mampu menagntisipasi masalah
potensial tidak hanya merumuskan masalah potensial yang akan
terjadi, tetapi juga merumuskan tindakan antisipasi agar masalah atau
diagnosis tersebut tidak terjadi. Langhkah ini bersifat antisipasi yang
rasional/ logis.
c. Tindakan segera atau kolaborasi (langkah IV)
Bidan mengidentifikasi perlunya bidan atau dokter melakukan
konsultassi atau penanganan segera bersama anggota tim kaesehatn
lain dengan kondisi klien. Langkah keempat mencerminkan
keseimangan proses manajemen kebidanan. Jadi, manajemen tidak
hanya berlangsung seama asuhan primer periodic atau kunjungan
prenatal saja, tetapi juga selama wanita tersebut dalam dampingan
bidan. Misalnya, pada waktu wanita tersebut dalam persalinan.
d. Rencana asuhan menyeluruh (langkah V)
Pada langkah kelima direncanakan asuhan menyuluruh yang
ditentukan berdasarkan langkah- langkah sebelumnya. Langkah ini
merupakan kelautan manajemen untuk masalah atau diagnosis yang
telah diidentikasi atau dantispasi atau diantisipasi. Pada langkah ini
53
informasi data yang tidak lengkap dapat dilengkapi rencana asuhan
yang menyuluruh tidak hanya meliputi segala hal yang sudah
teridentifikasi dari kondisi klien atau dari setiap masalah yang terkait,
tetapi juga dari kerangka pedoman antisipasi untuk klien tersebut.
Pedoman antisipasi ini mencakup perkiraan tentang hal yang akan
terjadi berikutnya: apakah dibutuhkan penyuluhan, konseling, dan
apakah bidan perlu merujuk klien bila ada sejumlah masalah terkait
sosial, ekonomi, kultural, atau psikososial.
e. Pelaksanaan langsung asuhan dengan efisien dan aman (langkakh VI)
Pada langkah keenam, rencana asuhan menyeluruh dilakua
dengan efisien dan aman. Pelaksanaan ini bisa dilakukan seluruhnya
oleh bidan atau sebagian dikerjakan oleh klien atau anggota tim
kesehatan lainnya walau bidan tidak melakukan nya sendiri, namun ia
tetap memikul tangung jawab untuk mengarahkan pelaksanaanya
(misalnya dengan memastikan bahwa langkah tersebut benar-benar
terlaksana)
f. Evaluasi ( langkah VII)
Evaluasi dilakukan secara siklus dan dengan mengkaji ulang
aspek asuhan yang tidak efektif untuk mengetahui faktor mana yang
menguntungkan atau menghambat keberhasilan asuhan yang
diberikan.
Pada langkah terakhir, dilakukan evaluasi keefektifan asuhan
yang sudah diberikan. Ini meliputi evaluasi pemenuhan kebutuhan
54
akan banuan apkah benar- benar telah terpenuhi sebagaimana
diidentifkasi didalam diagnosis dan masalah. Rencana tersebut dapat
dianggap efektif jika memang benar efektif dalam pelaksanaanya.
(Soepardan.2009; h.97)
2.Pendokumentasian Hasil Asuhan Kebidanan
Metode 4 langkah pendokumentasian disebut SOAP ini dari proses
pemikiran penatalaksanaan kebidanan. Dipakai untuk
pendokumentasian hasil asuhan klien dalam rekaman medis sebagai
catatan perkembanagan I (satu) kemajuan yaitu:
1. Subjektif (S)
Apa yang dikatakan, disampaikan, dikeluhkan oleh klien.
2. Objektif (O)
Apa yang dilihat dan diraba oleh badan saat melakukan
pemeriksaan dan dari hasil pemeriksaan laboratorium.
3. Assesment (A)
Kesimpulan apa yang dibuat berdasarkan data subyektif dan
obyektif sebagai hasil pengembangan keputusan klinik terhadap
klien tersebut.
4. Planning (P)
Apa yang dilakukan berdasrkan hasil kesimpulan dan evaluasi
terhadap keputusan klinik yang diambil atau memenuhi kebutuhan
klien (Saminen,2008).
55
C.Studi Kasus
ASUHAN KEBIDANAN BAYI BARU LAHIR PADA BY “ R” UMUR 1
HARI DENGAN ASFIKSIA RINGAN DI BPM SAKINAH
TANGGAL 5 – 09 – 2016
No Register : 050916
Tanggal Masuk : 3 September 2016, jam 05.00
Tanggal Pengkajian : 04 September 2016, jam 09.10
Nama Pengkaji : Jayanti Sakti
LANGKAH I IDENTIFIKASI DATA DASAR
A. IDENTITAS BAYI
Nama : bayi ny R
Umur : 1 hari
Tanggal/ jam lahir : 4 - 09 – 2016 , 10.05 wita
Berat badan : 3500 gram
Jenis kelamin : laki-laki
Anak : 7 ( tujuh )
B. IDENTITAS AYAH / IBU
Nama ayah / ibu ; TN “ H”/ ny “ R”
Umur ayah/ ibu : 42 thn / 38 thn
Suku ayah / ibu :makasar / maros
56
Agama ayah/ ibu :islam / islam
Pendidikan ayah / ibu : SI / SI
Pekerjaan ayah / ibu : PNS / IRT
Alamat : Jln LR.Cendana
C. KELUHAN BAYI
Bayi mengalami susah bernafas
D. DATA BIOLOGIS/ PSIKOLOGIS
1. Riwayat obstetric ibu
- Riwayat kehamilan : GVIIPVIAO
- Permulaan kehamilan : HPHT 22 – 11 – 2015, TP 29 –
08 – 2016
- Pemeriksaan kehamilan : 4 kali selama kehamilan di BPM
Sakinah
- Imunisasi TT pada umur kehamilan 32 minggu TT1 di BPM
Sakinah
- Ibu tidak mengalami gangguan kesehatan yang berat, hanya
ketidaknyamanan yang fisiologis.
- Pegobatan : tidak mengkonsumsi Fe, kalak,
selam kehamilan
- Obat/ jamu yang diminum : tidak ada
57
2. Riwayat persalinan
Bayi lahir tanggal 04 – 09 – 2016, jam 10 . 05 wita, secara
spontan, bayi tidak menangis spontan dengan presentasi
belakang kepala, BBL : 3500 gram, PB : 50 cm
Apgar scour : 7/8
TANDA 0 1 2
JUMLAH
NILAI
Menit I
Frekwensi
jantung
Usaha
bernapas
Tonus otot
Refleks
Warna
Tidak ada
Tidak ada
Lumpuh
Tak
bereaksi
Bru/ pucat
< 100
Lambat,
Tidak
teratur
Ext. Fleksi
sedikit
Gerakan
aktif
Tubuh
kemerah
an,
tangan
dan
kakai
biru
> 100
Menangis
kuat
Gerakan
aktif
Menangis
Kemerahan
1
2
2
1
1
Menit II Frekwensi Tidak ada < 100 > 100 1
58
jantung
Usaha
bernapas
Tonus otot
Refleks
Warna
Tidak ada
Lumpuh
Tidak
bereaksi
Biru/ Pucat
Lambat,
Tidak
teratur
Ext. Fleksi
sedikit
Gerakan
aktif
Tubuh
kemerah
an,
tangan
dan kaki
biru
Menangis
kuat
Gerakan
aktif
Menangis
Kemerahan
1
2
2
2
a. Partus di BPM Sakinah
b. Ditolong oleh bidan dan mahasiswa
c. Tidak ada penyulit
d. Keadaan bayi saat lahir
- Jenis kelamin laki – laki
- Bayi lahir tanggal 04 – 09 – 2016
- Usia kehamilan 40 minggu 2 hari
- Ada tanda asfiksia ringan
- Plasenta lengkap
59
E. KEADAAN BAYI
1. Keadaan umum bayi kurang baik
2. Pengeluaran meconium (+)
3. BAK (+), BAB (+)
4. Riwayat pemantauan kebutuhan dasar.
a. Nutrisi
- Jenis : susu formula
- Frekwensi : sering diberikan tiap bayi
menangis atau bangun/ sesuai kebutuhan
- Cara pemberian : botol susu
- Kemampuan mengisap kurang baik
- Keadaan bayi baik.
b. Eliminasi
- Kebiasaan BAK : baik dan lancar
- Frekwensi BAK : 4 – 6 kali/hari
- Warna / bau : kuning muda / amoniak
- Loyer diganti : setiap kali BAK
BAB
- Kebiasaan : baik
- Frekwensi : 2 x / hari
- Warna/ konstitensi : coklat kehitaman / lunak
- Loyer diganti : setiap BAB
60
c. Mandi
1. Kebiasaan 1 kali // hari
2. Rambut bayi tampak bersih
3. Mata tampak bersih
4. Hidung dan telinga tampak bersih
5. Kuku tangan dan kaki agak panjang lembut dan bersih
6. Genitalia dan anus bersih
7. Pakaaian diganti tiap kali basah dan habis mandi
d. Tidur
1. Bayi sering tidur dan terbangun karena haus, lapar, dan
celananya basah
2. Waktu tidur bayi biasanya pada pagi hari dan siang hari,
sedangkan malam hari bayi sering terbangun.
F. DATA PSIKOSOSIAL
1. Pola emosional bayi
a. Bayi menangis jika lapar dan celananya basah
b. Bayi gelisah pada saat tidur bila haus.
2. Pola emosional orang tua
a. Orang tua sangat senang atas kelahiran bayinya.
b. Orang tua terharap agar bayinya dapat tumbuh kembang
dengan baik.
61
G. PEMERIKSAAN UMUM
1. Keadaan umum bayi baik
2. BBL : 3.500 gram
3. PB : 50 cm
4. Tonus otot : aktif
Pemeriksaan Tanda – Tanda Vital
1. Pernafasan : 35 kali/menit
Normal : 40 – 60 kali / menit
2. Nadi : 120 kali / menit
Normal : 100 – 160 kali / menit
3. Suhu : 36,50
C
Normal : 36,5 – 370
C
H. PEMERIKSAAN FISIK
1. Kepala / wajah
o Rambut : hitam
o Sutura : Nampak terbentuk dan teraba jelas
o Ubun – ubun :tampak, teraba lembek
o Muka : tidak pucat
o Rambut hitam, tipis dan lurus, ubun-ubun teraba lembek,
sutura teraba jelas, tidak ada tanda-tandacaput.
2. Mata
- Simetris kiri dan kanan
- Mata tampak bersih
62
- Konjungtiva merah muda
- Sklera tidak ikterus
- Simetris kiri dan kanan, konjungtif merah muda, tidak ada
strabismus dan tampak bersih
3. Hidung
- Simetris kiri dan kanan
- Hidung tampak bersih
- Simetris kiri dan kanan, tidak ada secret pada hidung, hidung
tampak bersih
4. Telinga
- Simetris kiri dan kanan
- Telinga nampak bersih
- Tidak ada kalainan pada telinga
- Letak telinga normal, telinga bersih, tidak secret
5. Mulut / bibir
- Bibir lembab agak pucat
- Reflex mengisap tidak ada
6. Leher
- Tidak ada kelainan
- Tonus otot leher baik
- Tidak ada pembesaran kelenjar tiroid dan tidak ada
63
7. Dada
- Simetris kiri dan kanan
- Mengembang simetris bersamaan dengan respirasi
- Pergerakan dada mengikuti gerak napas, tidak ada penonjolan
tulang dada
8. Perut
- Tidak ada benjolan pada perut
- Tali pusat masih basah
- Tali pusat terbungkus kassa steril
- Keadaan tali pusat masih basah dan dibungkus dengan kain
kasa ( belum puput ) tali pusat tidak basah, tidak ada
pembengkakan disekitar tali pusat
9. Pinggul
Tidak ada fraktur dan penonjolan dan tidak ada kelainan
10. Punggung dan bokong
- Tidak ada kelainan
- Tampak adanya lipatan pada bokong
- Tidak ada fraktur dan penonjolan dan tidak ada kelainan
11. Genitalia
- Kebersihan baik
- Tidak ada kelainan pada genitallia
- Keadaan uretra normal, keadaan skrotum normal dan testis
dua / lengkap
64
12. Kulit
- Warna kulit kemerahan, tidak ada tanda- tanda ikterus, turgor
kulit baik dan sianosis
- Tidak ada rambut lanugo
13. Anus
- Lubang anus ada
- Anus bersih
- Tidak ada kelainan pada anus
14.Ekstremitas
- Tangan : - Simertis kiri dan kanan
- Pergerakan baik
- Jari – jari tangan lengkap
- Refleks moro dan menggenggam baik
- Kaki : - Simetris kiri dan kanan
- Pergerakan baik
- Tidak ada kelainan
- Jari – jari kaki lengkap
- Refleks babinsky baik
I.PEMERIKSAAN ANTROPOMETRI
- Sub.oxipito-bregmatika : 32 cm
- Sirk.Fronto Oksipitalis : 34 cm
- Sirk.Mento Oksipitalis : 35 cm
- Lingkar dada : 32 cm
65
- Lingkar perut : 30 cm
- Lingkar lengan atas : 9 cm
MENILAI SISTIM REFLEKS
1. Refleks genggam : bayi bereaksi terhadap sentuhan pada
tangannya sehingga bereaksi untuk menggenggam
2. Refleks morro : bayi bereaksi terhadap tepukan tangan
3. Refleks rooting : bayi tidak bereaksi terhadap sentuhan
pada bibirnya
4. Refleks sucking : bayi tidak mengisap dengan baik
5. Refleks swallowing : bayi tidak menelan dengan baik saat
disusui
6. Refleks babinsky : bayi bereaksi terhadap sentuhan pada
telapak kaki sehingga telapak kaki bayi melengkung atau
membentuk huruf C
PEMERIKSAAN LABORATORIUM
Tidak dilakukan
LANGKAH II IDENTIFIKASI DIAGNOSA / MASALAH AKTUAL
Diagnosa : Bayi baru lahir cukup bulan, sesuai masa kehamilan dengan
asfiksia ringan
1. Bayi baru lahir cukup bulan, sesuai masa kehamilan
Dasar :
Data subjektif :
66
a. HPHT :22-11-2015
b. Bayi lahir tanggal 04 – 09 – 2016, jam 10.05 Wita
Data objektif
a. TP :29-08-2016
b. Umur kehamilan 41 minggu
c. Tidak terdapat rambut lanugo
Analisis dan interpertasi
Cukup bulan (term infant) jika masa gestasi259 sampai 294 hari(37-42
minggu) (Marmi, 2012 : 04).
2. Asfiksia ringan
Dasar :
Data objektif :
a. Keadaan umum bayi lemah
b. Menangis : lemah
c. Bibir tampak sianosis /kebiruan
d. Pergerakan/tonus otot : baik
e. APGAR : 7/8
Analisis dan interpertasi
1) Asfiksia adalah kegagalan napas secara spontan dan teratur pada
saat lahir atau beberapa saat setelah lahir yang ditandai dengan
hipoksemia, hiperkarbia, dan asidosis (Saputra, 2014)
2) Pada asfiksia sedang tanda dan gejala yang sering muncul adalah
sebagai berikut : takipnea dengan napas lebih dari 60 kali/menit,
67
bayi tampak sianosis, adanya retraksi sela iga, bayi merintih
(grunting), adanya pernafasan cuping hidung dan bayi kurang
aktifitas (Dewi, 2010).
LANGKAH III IDENTIFIKASI DIAGNOSA DAN MASALAH POTENSIAL
Potensial terjadinya asfiksia sedang dan hipotermi
1. Asfiksia sedang
Dasar :
Data Subjektif : -
Data Objektif :
a. APGAR skor 7/8
b. Terdapat lender dan cairan dalam hidung dan mulut.
c. Bayi lahir tidak langsung menangis
Analisa dan interprestasi
1) Adanya lender yang banyak pada saluran nafas (mulut dan
hidung)dapt menghambat jalan nafas sehingga proses resporasi
terganggu dan menimbulkan asfiksia sedang dan tanpa
pertolongan yang lebih lanjut akan berpotensi terjadi asfiksia berat
(Viona, 2012).
2) Asfiksia sedang adalah keadaan gawat bayi yang tidak dapat
bernafas spontan dan teratur, sehingga dapat menurunkan
oksigen dan makin meningkatkan karbondioksida yang
68
menimbulkan akibat buruk dalam kehidupan lebih lanjut ditandai
dengan Apgar Score <7 (Manuaba, 2012)
2. Potensial terjadi hipotermi
Dasar :
Data Subjektif : -
Data Objektif :
a. Tubuh bayi masih basah oleh lender dan cairan ketuban
b. Suhu 36,5 0
C.
c. Bibir tampak kebiruan/sianosis
Analisa dan interprestasi
Hipotermi adalah bayi dengan suhu dibawah normal, dimana suhu
normal pada bayi adalah 36,5 0
C – 37,50
C. gejala awal hipotermi
apabila suhu < 36,5 0
C atau kedua kai dan tangan teraba dingin
(Marmi, 2013).
LANGKAH IV PERLUNYA TINDAKAN SEGERA / KOLABORASI
Tindakan segera untuk penanganan awal bayi asfiksia ringan adalah
menjaga kehangatan, atur posisi, isap lender, melakukan rangsangan
taktil, keringkan, atur kembali posisi dan nilai bayi.
LANGKAH V RENCANA ASUHAN
Tujuan :
1. Asfiksia pada bayi teratasi
69
2. Bayi dalam keadaan baik
3. Tidak ada hipotermi
Kriteria keberhasilan:
1. Asfiksia teratasi ditandai dengan bayi menangis kuat, pernafasan
lancer dan teratur, seluruh tubuh kemerahan, pergerakan aktif
2. Bayi dalam keadaan baik yang ditandai dengan keadaan umum bayi
baik, tanda – tanda vital dalam batas normal yaitu :
Nadi : 120 - 160 kali/menit
Pernafasan : 40 – 60 kali/menit
Suhu : 36,5 0
C – 37,50
C
3. Kehangatan tubuh bayi terjaga
Rencana tindakan
1. Beritahu ibu/keluarga hasil pemeriksaan
Rasional : agar keluarga kooperatif atau member dukungan dengan
tindakan yang akan dilakukan selanjutnya
2. Penanganan awal bayi asfiksia (JAIKAN) :
a. Jaga kehangatan bayi letakan bayi dibawah lampu
Rasional : agar bayi tidak kehilangan pasans dan tidak terjadi
hipotermi
b. Atur posisi kepala
Rasional : untuk membantu mencegah fleksi leher, penyumbatan
jalan nafas, dan untuk membuka jalan nafas agar pernafasan bayi
lancer dan teratur
70
c. Isap lender
Rasional : membebaskan saluran nafas dari sumbatan lender
sehingga bayi dapt bernafas secara normal.
d. Keringkan dan berikan rangsangan
Rasional : upaya ini merupakan cara untuk mengaktifkan berbagai
reflex protektif pada tubuh bayi baru lahir. Mengeringkan tubuh bayi
juga merupakan tindakan stimulasi. Hal ini biasanya cukup untuk
merangsang terjadinya pernafasan spontan.
e. Atur kembali posisi kepala
Rasional : untuk memudahkan membungkus bayi dan menilai
kembali pernafasan bayi.
f. Lakukan penilaian
Rasional : untuk menilai kembali bayi apakah asfiksia telah teratasi
atau belum.
3. Penanganan lanjutan :
a. Bungkus tali pusat
Rasional : mengurangi terjadinya infeksi pada neonatorium
b. Berikan suntikan vitamin K 1 mg
Rasional : mencegah pendarahan pada otak akibat defisiensi
vitamin K
c. Berikan salep mata oxytetracylline 1%
Rasional : mencegah terjadinya konjutivitis pada bayi
d. Timbang berat badan bayi
71
Rasional : erat badan bayi sebagai indicator perkembangan bayi
dan merupakan pedoman pemberian nutrisi selanjutnya.
LANGKAH VI IMPLEMENTASI ASUHAN KEBIDANAN
Tanggal 04 – 09– 2016 Jam 09.10 Wita
1. Memberitahu ibu/keluarga hasil pemeriksaan, dimana bayi tidak
segera menangis dan keadaan umum bayi lemah, keluarga tenang
dan mempercayakan sepenuhnya pada bidan.
2. Melakukan tindakan awal penanganan bayi asfiksia (JAIKAN) :
a. Menjaga kehangatan bayi dengan segera menyelimuti bayi dan
bayi terbungkur kain bersih, hangat dan kering.
b. Mengatur posisi kepala bayi sedikit ektensi, posisi kepala bayi
sedkit ekstensi dengan ganjalan sarung setinggi ± 5 cm pada bayi.
c. Mengisap lendir mulai dari mulut bayi sampai 5 cm kedalam rongga
mulut dan hidung sampai 3 cm kedalam hidung, lender telah
dibersihkan.
d. Mengeringkan tubuh bayi dan memberikan rangsangan taktil
dengan menepuk dan menyentil telapak kaki serta menggosok
punggung bayi, dan bayi pun telah dikeringkan dan diberikan
wangsangan taktil.
e. Mengatur kembali posisi kepala bayi dengan melepaskan ganjalan
yang ada pada bahu dan mengganti sarung bayi dengan sarung
72
bersih, hangat dan kering, sarung telah diganti dan posisi kepala
kembali normal.
f. Melakukan penilaian yaitu menangis, tonus otot, pernafasan, warna
kulit, dan laju jantungbayi, bayi masih menagis lemah, tonus otot
baik, pernafasan baik, tubuh kemerahan, dan ekstermitas kebiruan,
laju jantung 120 kali/menit
3. Penanganan lanjutan :
a. Membungkus tali pusat , tali pusat telah terbungkus dengan kasa
stril
b. Memberikan suntikan vitamin K sebanyak 0,5 cc secara Intraa
Muskuler (IM) pada 1/3 paha kiri bayi, bayi telah mendapatkan
suntikan vitamin K sebanyak 0,5 cc.
c. Memberikan salep mata oxytetracylline 1% pda mata kiri dan kanan
bayi, mata bayi telah diberikan salep mata
d. Menimbang berat badan bayi, berat badan bayi 3500 gram
LANGKAH VII. EVALUASI
Tanggal 04 – 09 – 2016 Jam 09.10 Wita
1. Kondisi bayi dalam kedaan baik dan tanda – tanda vital bayi normal.
Denyut jantung : 120 x / menit
Pernafasan : 46 x / menit
Suhu : 36.5 0
C
73
2. Bayi didekatkan pada ibunya untuk disusui dengan tetap menjaga
kehangatan bayi
3. Bayi dapat mengisap dengan baik
4. Tidak ada tanda-tanda asfiksia
74
PENDOKUMENTASIAN ASUHAN KEBIDANAN BAYI BARU LAHIR
PADA NY “ R” UMUR 1 HARI DENGAN ASFIKSIA RINGAN
DI BPM SAKINAH KABUPATEN MUNA
TANGGAL 05 – 09 – 2016
No Register : 050916
Tanggal Masuk : 3 September 2016, jam 05.00
Tanggal Pengkajian : 04 September 2016, jam 09.10
Nama Pengkaji : Jayanti Sakti
A. IDENTITAS BAYI
Nama : bayi ny R
Umur : 1 hari
Tanggal/ jam lahir : 4 - 09 – 2016 , 10.05 wita
Berat badan : 3500 gram
Jenis kelamin : laki-laki
Anak : 7 ( tujuh )
B. IDENTITAS AYAH / IBU
Nama ayah / ibu ; TN “ H”/ ny “ R”
Umur ayah/ ibu : 42 thn / 38 thn
Suku ayah / ibu :makasar / maros
Agama ayah/ ibu :islam / islam
Pendidikan ayah / ibu : SI / SI
Pekerjaan ayah / ibu : PNS / IRT
Alamat : Jln LR.Cendana
75
SUBJEKTIF ( S )
1. Ibu mnagatakn bayi lahir tanggal 04 – 09 – 2016
2. Ibu mengatakan umur kehamilan cukup bulan
3. Ibu mengtakan haid terakhir 22 – 11 – 2016
4. Ibu mengatakan selam hamil mengkinsumsi obat – obatan yang
diberikan oleh bidan
OBJEKTIF ( O )
1. TP :29-08-2016
2. Umur kehamilan 41 minggu
3. Keadaan umum bayi kurang baik
4. BBL : 3500 gram
5. PB : 50 cm
6. Pemeriksaan Tanda – Tanda Vital
Pernafasan : 35 kali/menit
4. Nadi : 120 kali / menit
5. Suhu : 36,50
C
7. Pemeriksaan fisik ada kelainan
Warna bibir tampak sianosis/kebiruan, bayi menangis lemah
ASSESMENT (A)
Bayi baru lahir cukup bulan, sesuai masa kehamilan dengan asfiksia
ringan
76
Potensial terjadinya asfiksia sedang dan hipotermi.
Tindakan segera untuk penanganan awal bayi asfiksia ringan adalah
menjaga kehangatan, atur posisi, isap lender, melakukan rangsangan
taktil, keringkan, atur kembali posisi dan nilai bayi.
PLANNING (P)
Tanggal 05 – 09– 2016 Jam 09.10 Wita
1. Memberitahu ibu/keluarga hasil pemeriksaan, dimana bayi tidak
segera menangis dan keadaan umum bayi lemah, keluarga tenang
dan mempercayakan sepenuhnya pada bidan.
2. Melakukan tindakan awal penanganan bayi asfiksia (JAIKAN) :
a. Menjaga kehangatan bayi dengan segera menyelimuti bayi dan
bayi terbungkur kain bersih, hangat dan kering.
b. Mengatur posisi kepala bayi sedikit ektensi, posisi kepala bayi
sedkit ekstensi dengan ganjalan sarung setinggi ± 5 cm pada bayi.
c. Mengisap lendir mulai dari mulut bayi sampai 5 cm kedalam rongga
mulut dan hidung sampai 3 cm kedalam hidung, lender telah
dibersihkan.
d. Mengeringkan tubuh bayi dan memberikan rangsangan taktil
dengan menepuk dan menyentil telapak kaki serta menggosok
punggung bayi, dan bayi pun telah dikeringkan dan diberikan
wangsangan taktil.
77
e. Mengatur kembali posisi kepala bayi dengan melepaskan ganjalan
yang ada pada bahu dan mengganti sarung bayi dengan sarung
bersih, hangat dan kering, sarung telah diganti dan posisi kepala
kembali normal.
f. Melakukan penilaian yaitu menangis, tonus otot, pernafasan, warna
kulit, dan laju jantungbayi, bayi masih menagis lemah, tonus otot
baik, pernafasan baik, tubuh kemerahan, dan ekstermitas kebiruan,
laju jantung 120 kali/menit
Penanganan lanjutan :
a. Membungkus tali pusat , tali pusat telah terbungkus dengan kasa
stril
b. Memberikan suntikan vitamin K sebanyak 0,5 cc secara Intraa
Muskuler (IM) pada 1/3 paha kiri bayi, bayi telah mendapatkan
suntikan vitamin K sebanyak 0,5 cc.
c. Memberikan salep mata oxytetracylline 1% pda mata kiri dan kanan
bayi, mata bayi telah diberikan salep mata
d. Menimbang berat badan bayi, berat badan bayi 3500 gram
Evaluasi (E)
Tanggal 04 – 09 – 2016 Jam 09.10 Wita
1. Kondisi bayi dalam kedaan baik dan tanda – tanda vital bayi normal.
Denyut jantung : 120 x / menit
Pernafasan : 46 x / menit
Suhu : 36.5 0
C
78
2. Bayi didekatkan pada ibunya untuk disusui dengan tetap menjaga
kehangatan bayi
3. Bayi dapat mengisap dengan baik
4. Tidak ada tanda-tanda asfiksia
79
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
Setelah mempelajari teori-teori dan pengalaman langsung dari
lahan praktek melalui Karya Tulis Ilmiah pada By. “R” Umur 1 Hari
Dengan Asfiksia Ringan Di BPM Sakinah tanggal 05 September 2016
maka penulis menarik kesimpulan dan saran sebagai berikut :
A. Kesimpulan
1. Pengumpukan data dasar dengan cara melakukan anamnesa dan
pemeriksaan fisik telah dilakukan didapatkan bayi ny R, umur 1 hari
lahir tanggal 4 - 09 – 2016 , 10.05 wita, gram , Jenis kelamin laki-laki,
bayi tidak menangis spontan dengan presentasi belakang kepala, BBL
: 3500 gram, PB : 50 cm, Apgar scour : 7/8
2. Hasil identifikasi diagnosa dan masalah aktual pada Bayi Ny “R”
Diagnosa : Bayi baru lahir cukup bulan, sesuai masa kehamilan
dengan asfiksia ringan
3. Dari hasil identifikasi diagnosa/masalah potensial terjadinya asfiksia
sedang dan hipotermi. Tindakan segera untuk penanganan awal bayi
asfiksia ringan adalah menjaga kehangatan, atur posisi, isap lender,
melakukan rangsangan taktil, keringkan, atur kembali posisi dan nilai
bayi.
4. Pelaksanaan asuhan yang diberikan pada Ny Bayi Ny.“R” Kondisi bayi
dalam kedaan baik dan tanda – tanda vital bayi normal, bayi
didekatkan pada ibunya untuk disusui dengan tetap menjaga
kehangatan bayi, bayi dapat mengisap dengan baik, dan tidak ada
tanda-tanda asfiksia
B. Saran
Berdasarkan kesimpulan diatas, maka penulis dapat mengemukan
beberapa saran antara lain :
1. Diharapkan bagi profesi bidan dapat mengetahui penatalaksanaan
asfiksia, memberikan asuhan yang sesuai dan apabila menemukan
masalah/komplikasi dapat segera mengambil keputusan klinik dalam
penanganannya.
2. Diharapkan klien (ibu bersalin) dapat segera memeriksakan diri bila
menemukan atau merasakan kelainan-kelainan pada dirinya dan
persalinannya agar dapat dipantau dan ditangani seefisien mungkin.
3. Diharapkan setiap institusi pendidikan kebidanan dapat meningkatkan
dan mengembangkan metode pelaksanaan manajemen asuhan
kebidanan dalam memecahkan masalah. Mengingat metode tersebut
sangat bermanfaat dalam membina petugas kesehatan guna
menciptakan sumber daya manusia yang berpotensi dan profesional
4. Diharapkan dapat menjadi tambahan pengalaman yang berharga bagi
penulis untuk memperluas dan menambah wawasan dalam asuhan
kebidanan.
5. Diharapkan dapat menjadi tambahan dan informasi untuk bidan di
BPS Sakinah sehingga dapat memberikan ilmu untuk mahasiswa.
DAFTAR PUSTAKA
Asri, D. (2010) Asuhan Persalinan Normal. Yogyakarta:Nuha Medika.
Handayani, D. (2012) Perawatan Bayi Baru Lahir. Jakarta:Aspirasi
Pemuda.
Hidayat, A.Aziz Alimul. 2008. Pengantar ilmu keperawatan 1. Jakarta:
Salemba Medika.
JNPK-KR. 2008. Asuhan Persalinan Normal. Jakarta.
Manuaba, Ida Bagus Gede. 2012. Buku Ajar Obstetri Patologi Untuk
Mahasiswa Kebidanan. Jakarta: EGC.
Rizema Putra, S. (2012) Asuhan Neonatus Bayi dan Balita. Yogyakarta:D-
Medika.
Rukiyah dan Lia. 2013. Asuhan Neonatus, Bayi dan Anak Balita. Jakarta:
TIM.
Saifuddin, AB. 2009. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan
Maternal dan Neonatal. Jakarta: PT Bina Pustaka.
Saifuddin, Abdul Bari. 2010. Ilmu Kebidanan. Jakarta: PT Bina Pustaka
Sarwono Prawirohardjo.
Saputra, L. (2014) Catatan Ringkas Asuhan Neonatus Bayi dan Balita.
Tangerang:Binarupa Aksara.
Sunarsih. 2012. Asuhan Kehamilan Untuk Kebidanan. Jakarta: Salemba
Medika
Siwi Walyani, E. (2015) Konsep dan Asuhan Kebidanan Maternal dan
Neonatal. Yogyakarta:Pustaka Baru.
Wahyuningsih, E. (2008) Pengkajian Pediatric : Seri Pedoman Praktis,
Ed.4. Jakarta:EGC.
Walyani dan Purwoastuti. 2014. Asuhan Kebidanan Kegawatdaruratan
Maternal & Neonatal. Yogyakarta: Pustakabarupress.

Más contenido relacionado

La actualidad más candente

IDENTIFIKASI KEJADIAN RISIKO TINGGI PADA IBU HAMIL DI PUSKESMAS KATOBU KABUPA...
IDENTIFIKASI KEJADIAN RISIKO TINGGI PADA IBU HAMIL DI PUSKESMAS KATOBU KABUPA...IDENTIFIKASI KEJADIAN RISIKO TINGGI PADA IBU HAMIL DI PUSKESMAS KATOBU KABUPA...
IDENTIFIKASI KEJADIAN RISIKO TINGGI PADA IBU HAMIL DI PUSKESMAS KATOBU KABUPA...Warnet Raha
 
KTI LIA AKMALIAH
KTI LIA AKMALIAH KTI LIA AKMALIAH
KTI LIA AKMALIAH Yondy Arion
 
KARAKTERISTIK IBU DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BALITADI WILAYAH KERJA PUSKESMAS...
KARAKTERISTIK IBU DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BALITADI WILAYAH KERJA PUSKESMAS...KARAKTERISTIK IBU DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BALITADI WILAYAH KERJA PUSKESMAS...
KARAKTERISTIK IBU DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BALITADI WILAYAH KERJA PUSKESMAS...Warnet Raha
 
Karya tulis ilmiah
Karya tulis ilmiahKarya tulis ilmiah
Karya tulis ilmiahIINMARSALENA
 
Kti mitra tanjung
Kti mitra tanjungKti mitra tanjung
Kti mitra tanjungMitraTajung
 
Asuhan kebidanan pada ibu nifas terhadap ny
Asuhan kebidanan pada ibu nifas terhadap nyAsuhan kebidanan pada ibu nifas terhadap ny
Asuhan kebidanan pada ibu nifas terhadap nyLIAMAIASTUTI
 

La actualidad más candente (18)

Kti wa marwani AKBID YKN BAU BAU
Kti wa marwani AKBID YKN BAU BAUKti wa marwani AKBID YKN BAU BAU
Kti wa marwani AKBID YKN BAU BAU
 
IDENTIFIKASI KEJADIAN RISIKO TINGGI PADA IBU HAMIL DI PUSKESMAS KATOBU KABUPA...
IDENTIFIKASI KEJADIAN RISIKO TINGGI PADA IBU HAMIL DI PUSKESMAS KATOBU KABUPA...IDENTIFIKASI KEJADIAN RISIKO TINGGI PADA IBU HAMIL DI PUSKESMAS KATOBU KABUPA...
IDENTIFIKASI KEJADIAN RISIKO TINGGI PADA IBU HAMIL DI PUSKESMAS KATOBU KABUPA...
 
KTI LIA AKMALIAH
KTI LIA AKMALIAH KTI LIA AKMALIAH
KTI LIA AKMALIAH
 
Karya tulis ilmiah wa hara
Karya tulis  ilmiah wa haraKarya tulis  ilmiah wa hara
Karya tulis ilmiah wa hara
 
Kti cici zalmiati
Kti cici zalmiatiKti cici zalmiati
Kti cici zalmiati
 
KARAKTERISTIK IBU DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BALITADI WILAYAH KERJA PUSKESMAS...
KARAKTERISTIK IBU DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BALITADI WILAYAH KERJA PUSKESMAS...KARAKTERISTIK IBU DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BALITADI WILAYAH KERJA PUSKESMAS...
KARAKTERISTIK IBU DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BALITADI WILAYAH KERJA PUSKESMAS...
 
Karya tulis ilmiah
Karya tulis ilmiahKarya tulis ilmiah
Karya tulis ilmiah
 
Kti rini AKBID YKN BAU BAU
Kti rini AKBID YKN BAU BAUKti rini AKBID YKN BAU BAU
Kti rini AKBID YKN BAU BAU
 
Kti habibah
Kti habibahKti habibah
Kti habibah
 
Kti ika febrianti AKBID YKN BAU BAU
Kti ika febrianti AKBID YKN BAU BAUKti ika febrianti AKBID YKN BAU BAU
Kti ika febrianti AKBID YKN BAU BAU
 
Kti eva seno safitri
Kti eva seno safitriKti eva seno safitri
Kti eva seno safitri
 
Kti irnawati baco akbid paramata
Kti irnawati baco akbid paramataKti irnawati baco akbid paramata
Kti irnawati baco akbid paramata
 
Kti mitra tanjung
Kti mitra tanjungKti mitra tanjung
Kti mitra tanjung
 
Kti kiki andriani (iii a) akbid paramata
Kti kiki andriani  (iii a)  akbid paramata Kti kiki andriani  (iii a)  akbid paramata
Kti kiki andriani (iii a) akbid paramata
 
Kti endang satuni
Kti endang satuniKti endang satuni
Kti endang satuni
 
Kti agustina akbid ykn
Kti agustina akbid yknKti agustina akbid ykn
Kti agustina akbid ykn
 
Kti agustina akbid ykn
Kti agustina akbid yknKti agustina akbid ykn
Kti agustina akbid ykn
 
Asuhan kebidanan pada ibu nifas terhadap ny
Asuhan kebidanan pada ibu nifas terhadap nyAsuhan kebidanan pada ibu nifas terhadap ny
Asuhan kebidanan pada ibu nifas terhadap ny
 

Destacado

LEMBAR KONSULTASI ASUHAN KEBIDANAN KARYA TULIS ILMIAH
LEMBAR KONSULTASI ASUHAN KEBIDANAN  KARYA TULIS ILMIAHLEMBAR KONSULTASI ASUHAN KEBIDANAN  KARYA TULIS ILMIAH
LEMBAR KONSULTASI ASUHAN KEBIDANAN KARYA TULIS ILMIAHWarnet Raha
 
MANAJEMENDANPENDOKUMENTASIANASUHANKEBIDANAN PADABAYINY.“L” DENGANASFIKSIASEDA...
MANAJEMENDANPENDOKUMENTASIANASUHANKEBIDANAN PADABAYINY.“L” DENGANASFIKSIASEDA...MANAJEMENDANPENDOKUMENTASIANASUHANKEBIDANAN PADABAYINY.“L” DENGANASFIKSIASEDA...
MANAJEMENDANPENDOKUMENTASIANASUHANKEBIDANAN PADABAYINY.“L” DENGANASFIKSIASEDA...Warnet Raha
 
Kti fidartin akbid paramata AKBID PARAMATA RAHA
Kti fidartin akbid paramata AKBID PARAMATA RAHA Kti fidartin akbid paramata AKBID PARAMATA RAHA
Kti fidartin akbid paramata AKBID PARAMATA RAHA Operator Warnet Vast Raha
 
Cover dan lain lain
Cover dan lain lainCover dan lain lain
Cover dan lain lainWarnet Raha
 
Kti dina rianti
Kti dina riantiKti dina rianti
Kti dina riantiDINARIANTI
 
ANALISIS FAKTOR RISIKO KEJADIAN RETENSIO PLASENTA DI RUANG DELIMA RUMAH SAKIT...
ANALISIS FAKTOR RISIKO KEJADIAN RETENSIO PLASENTA DI RUANG DELIMA RUMAH SAKIT...ANALISIS FAKTOR RISIKO KEJADIAN RETENSIO PLASENTA DI RUANG DELIMA RUMAH SAKIT...
ANALISIS FAKTOR RISIKO KEJADIAN RETENSIO PLASENTA DI RUANG DELIMA RUMAH SAKIT...Warnet Raha
 
FAKTOR RISIKO PENYEBAB ASFIKSIA NEONATORUM DI RUANG TERATAI RSUD KABUPATEN MU...
FAKTOR RISIKO PENYEBAB ASFIKSIA NEONATORUM DI RUANG TERATAI RSUD KABUPATEN MU...FAKTOR RISIKO PENYEBAB ASFIKSIA NEONATORUM DI RUANG TERATAI RSUD KABUPATEN MU...
FAKTOR RISIKO PENYEBAB ASFIKSIA NEONATORUM DI RUANG TERATAI RSUD KABUPATEN MU...Warnet Raha
 
TINJAUAN EFEK SAMPING KONTRASEPSI PIL PADA AKSEPTOR KB DI KELURAHAN PALAGGA W...
TINJAUAN EFEK SAMPING KONTRASEPSI PIL PADA AKSEPTOR KB DI KELURAHAN PALAGGA W...TINJAUAN EFEK SAMPING KONTRASEPSI PIL PADA AKSEPTOR KB DI KELURAHAN PALAGGA W...
TINJAUAN EFEK SAMPING KONTRASEPSI PIL PADA AKSEPTOR KB DI KELURAHAN PALAGGA W...Warnet Raha
 

Destacado (20)

LEMBAR KONSULTASI ASUHAN KEBIDANAN KARYA TULIS ILMIAH
LEMBAR KONSULTASI ASUHAN KEBIDANAN  KARYA TULIS ILMIAHLEMBAR KONSULTASI ASUHAN KEBIDANAN  KARYA TULIS ILMIAH
LEMBAR KONSULTASI ASUHAN KEBIDANAN KARYA TULIS ILMIAH
 
MANAJEMENDANPENDOKUMENTASIANASUHANKEBIDANAN PADABAYINY.“L” DENGANASFIKSIASEDA...
MANAJEMENDANPENDOKUMENTASIANASUHANKEBIDANAN PADABAYINY.“L” DENGANASFIKSIASEDA...MANAJEMENDANPENDOKUMENTASIANASUHANKEBIDANAN PADABAYINY.“L” DENGANASFIKSIASEDA...
MANAJEMENDANPENDOKUMENTASIANASUHANKEBIDANAN PADABAYINY.“L” DENGANASFIKSIASEDA...
 
Kti fidartin akbid paramata AKBID PARAMATA RAHA
Kti fidartin akbid paramata AKBID PARAMATA RAHA Kti fidartin akbid paramata AKBID PARAMATA RAHA
Kti fidartin akbid paramata AKBID PARAMATA RAHA
 
Jurnal ilmiah 5235125319-jumat-3
Jurnal ilmiah 5235125319-jumat-3Jurnal ilmiah 5235125319-jumat-3
Jurnal ilmiah 5235125319-jumat-3
 
Kti sarifa milawati AKBID YKN BAU BAU
Kti sarifa milawati AKBID YKN BAU BAUKti sarifa milawati AKBID YKN BAU BAU
Kti sarifa milawati AKBID YKN BAU BAU
 
makalah Keputihan
makalah Keputihanmakalah Keputihan
makalah Keputihan
 
Cover dan lain lain
Cover dan lain lainCover dan lain lain
Cover dan lain lain
 
Makalah leukorea akbid paramata
Makalah leukorea akbid paramataMakalah leukorea akbid paramata
Makalah leukorea akbid paramata
 
Kti
KtiKti
Kti
 
Kti wahyu andriyani
Kti wahyu andriyaniKti wahyu andriyani
Kti wahyu andriyani
 
Keputihan
KeputihanKeputihan
Keputihan
 
Pengetahuan dan keputihan
Pengetahuan dan keputihanPengetahuan dan keputihan
Pengetahuan dan keputihan
 
Kti dina rianti
Kti dina riantiKti dina rianti
Kti dina rianti
 
Kti setiya rahayu
Kti setiya rahayuKti setiya rahayu
Kti setiya rahayu
 
ANALISIS FAKTOR RISIKO KEJADIAN RETENSIO PLASENTA DI RUANG DELIMA RUMAH SAKIT...
ANALISIS FAKTOR RISIKO KEJADIAN RETENSIO PLASENTA DI RUANG DELIMA RUMAH SAKIT...ANALISIS FAKTOR RISIKO KEJADIAN RETENSIO PLASENTA DI RUANG DELIMA RUMAH SAKIT...
ANALISIS FAKTOR RISIKO KEJADIAN RETENSIO PLASENTA DI RUANG DELIMA RUMAH SAKIT...
 
Rahmaningsih
RahmaningsihRahmaningsih
Rahmaningsih
 
FAKTOR RISIKO PENYEBAB ASFIKSIA NEONATORUM DI RUANG TERATAI RSUD KABUPATEN MU...
FAKTOR RISIKO PENYEBAB ASFIKSIA NEONATORUM DI RUANG TERATAI RSUD KABUPATEN MU...FAKTOR RISIKO PENYEBAB ASFIKSIA NEONATORUM DI RUANG TERATAI RSUD KABUPATEN MU...
FAKTOR RISIKO PENYEBAB ASFIKSIA NEONATORUM DI RUANG TERATAI RSUD KABUPATEN MU...
 
TINJAUAN EFEK SAMPING KONTRASEPSI PIL PADA AKSEPTOR KB DI KELURAHAN PALAGGA W...
TINJAUAN EFEK SAMPING KONTRASEPSI PIL PADA AKSEPTOR KB DI KELURAHAN PALAGGA W...TINJAUAN EFEK SAMPING KONTRASEPSI PIL PADA AKSEPTOR KB DI KELURAHAN PALAGGA W...
TINJAUAN EFEK SAMPING KONTRASEPSI PIL PADA AKSEPTOR KB DI KELURAHAN PALAGGA W...
 
Kti siti aisah akbid paramata
Kti siti aisah akbid paramataKti siti aisah akbid paramata
Kti siti aisah akbid paramata
 
Kti sitti mayansari
Kti sitti mayansariKti sitti mayansari
Kti sitti mayansari
 

Similar a Kti jayanti sakti AKBID YKN RAHA

Kti minarni akbid paramata raha
Kti minarni akbid paramata rahaKti minarni akbid paramata raha
Kti minarni akbid paramata rahaWarnet Raha
 
Kti wa ode oma abdid paramata raha 2015
Kti wa ode oma abdid paramata raha 2015 Kti wa ode oma abdid paramata raha 2015
Kti wa ode oma abdid paramata raha 2015 Warnet Raha
 
Karya tulis ilmiah asri akbid paramata raha
Karya tulis ilmiah asri akbid paramata rahaKarya tulis ilmiah asri akbid paramata raha
Karya tulis ilmiah asri akbid paramata rahaSeptian Muna Barakati
 
FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERTOLONGAN PERSALINAN PADA IBU BERSALI...
FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERTOLONGAN PERSALINAN PADA IBU BERSALI...FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERTOLONGAN PERSALINAN PADA IBU BERSALI...
FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERTOLONGAN PERSALINAN PADA IBU BERSALI...Warnet Raha
 
129964225 65634330-kti-pengetahuan-ibu-hamil-tentang-kehamilan-risiko-tinggi-...
129964225 65634330-kti-pengetahuan-ibu-hamil-tentang-kehamilan-risiko-tinggi-...129964225 65634330-kti-pengetahuan-ibu-hamil-tentang-kehamilan-risiko-tinggi-...
129964225 65634330-kti-pengetahuan-ibu-hamil-tentang-kehamilan-risiko-tinggi-...Operator Warnet Vast Raha
 
MANAJEMEN DAN PENDOKUMENTASIAN ASUHAN KEBIDANAN PADA BAYI NY. ”I” DENGAN BAYI...
MANAJEMEN DAN PENDOKUMENTASIAN ASUHAN KEBIDANAN PADA BAYI NY. ”I” DENGAN BAYI...MANAJEMEN DAN PENDOKUMENTASIAN ASUHAN KEBIDANAN PADA BAYI NY. ”I” DENGAN BAYI...
MANAJEMEN DAN PENDOKUMENTASIAN ASUHAN KEBIDANAN PADA BAYI NY. ”I” DENGAN BAYI...Warnet Raha
 
Kti kadek juwita malasari
Kti kadek juwita malasariKti kadek juwita malasari
Kti kadek juwita malasariKADEKJUWITA
 
IDENTIFIKASI PENYEBAB KEMATIAN BAYI DI RUANG TERATAI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH ...
IDENTIFIKASI PENYEBAB KEMATIAN BAYI DI RUANG TERATAI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH ...IDENTIFIKASI PENYEBAB KEMATIAN BAYI DI RUANG TERATAI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH ...
IDENTIFIKASI PENYEBAB KEMATIAN BAYI DI RUANG TERATAI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH ...Warnet Raha
 

Similar a Kti jayanti sakti AKBID YKN RAHA (20)

Kti nur isma
Kti nur ismaKti nur isma
Kti nur isma
 
Kti kartika nur auliana
Kti kartika nur aulianaKti kartika nur auliana
Kti kartika nur auliana
 
Kti amalia febriyani
Kti amalia febriyaniKti amalia febriyani
Kti amalia febriyani
 
Kti minarni akbid paramata raha
Kti minarni akbid paramata rahaKti minarni akbid paramata raha
Kti minarni akbid paramata raha
 
Kti wa ode oma abdid paramata raha 2015
Kti wa ode oma abdid paramata raha 2015 Kti wa ode oma abdid paramata raha 2015
Kti wa ode oma abdid paramata raha 2015
 
Kti hasriani
Kti hasrianiKti hasriani
Kti hasriani
 
Ikke pdf
Ikke pdfIkke pdf
Ikke pdf
 
Karya tulis ilmiah asri akbid paramata raha
Karya tulis ilmiah asri akbid paramata rahaKarya tulis ilmiah asri akbid paramata raha
Karya tulis ilmiah asri akbid paramata raha
 
Karya tulis ilmiah asri akbid paramata raha
Karya tulis ilmiah asri akbid paramata rahaKarya tulis ilmiah asri akbid paramata raha
Karya tulis ilmiah asri akbid paramata raha
 
Karya tulis ilmiah asri akbid paramata raha
Karya tulis ilmiah asri akbid paramata rahaKarya tulis ilmiah asri akbid paramata raha
Karya tulis ilmiah asri akbid paramata raha
 
FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERTOLONGAN PERSALINAN PADA IBU BERSALI...
FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERTOLONGAN PERSALINAN PADA IBU BERSALI...FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERTOLONGAN PERSALINAN PADA IBU BERSALI...
FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERTOLONGAN PERSALINAN PADA IBU BERSALI...
 
129964225 65634330-kti-pengetahuan-ibu-hamil-tentang-kehamilan-risiko-tinggi-...
129964225 65634330-kti-pengetahuan-ibu-hamil-tentang-kehamilan-risiko-tinggi-...129964225 65634330-kti-pengetahuan-ibu-hamil-tentang-kehamilan-risiko-tinggi-...
129964225 65634330-kti-pengetahuan-ibu-hamil-tentang-kehamilan-risiko-tinggi-...
 
Kti isma ekawati
Kti isma ekawatiKti isma ekawati
Kti isma ekawati
 
Kti isma ekawati
Kti isma ekawatiKti isma ekawati
Kti isma ekawati
 
MANAJEMEN DAN PENDOKUMENTASIAN ASUHAN KEBIDANAN PADA BAYI NY. ”I” DENGAN BAYI...
MANAJEMEN DAN PENDOKUMENTASIAN ASUHAN KEBIDANAN PADA BAYI NY. ”I” DENGAN BAYI...MANAJEMEN DAN PENDOKUMENTASIAN ASUHAN KEBIDANAN PADA BAYI NY. ”I” DENGAN BAYI...
MANAJEMEN DAN PENDOKUMENTASIAN ASUHAN KEBIDANAN PADA BAYI NY. ”I” DENGAN BAYI...
 
Kti kadek juwita malasari
Kti kadek juwita malasariKti kadek juwita malasari
Kti kadek juwita malasari
 
Karya tulis ilmiah asri akbid paramata raha
Karya tulis ilmiah asri akbid paramata rahaKarya tulis ilmiah asri akbid paramata raha
Karya tulis ilmiah asri akbid paramata raha
 
Karya tulis ilmiah asri akbid paramata raha
Karya tulis ilmiah asri akbid paramata rahaKarya tulis ilmiah asri akbid paramata raha
Karya tulis ilmiah asri akbid paramata raha
 
IDENTIFIKASI PENYEBAB KEMATIAN BAYI DI RUANG TERATAI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH ...
IDENTIFIKASI PENYEBAB KEMATIAN BAYI DI RUANG TERATAI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH ...IDENTIFIKASI PENYEBAB KEMATIAN BAYI DI RUANG TERATAI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH ...
IDENTIFIKASI PENYEBAB KEMATIAN BAYI DI RUANG TERATAI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH ...
 
Kti dahlia
Kti dahliaKti dahlia
Kti dahlia
 

Más de Septian Muna Barakati (20)

Dokomen polisi
Dokomen polisiDokomen polisi
Dokomen polisi
 
Dokumen perusahaan
Dokumen perusahaanDokumen perusahaan
Dokumen perusahaan
 
Dokumen polisi 3
Dokumen polisi 3Dokumen polisi 3
Dokumen polisi 3
 
Dosa besar
Dosa besarDosa besar
Dosa besar
 
Ekosistem padang lamun
Ekosistem padang lamunEkosistem padang lamun
Ekosistem padang lamun
 
Faktor faktor yang mempengaruhi penduduk
Faktor faktor yang mempengaruhi pendudukFaktor faktor yang mempengaruhi penduduk
Faktor faktor yang mempengaruhi penduduk
 
E
EE
E
 
Faktor
FaktorFaktor
Faktor
 
Fho...................
Fho...................Fho...................
Fho...................
 
555555555555555 (2)
555555555555555 (2)555555555555555 (2)
555555555555555 (2)
 
99 nama allah swt beserta artinya
99 nama allah swt beserta artinya99 nama allah swt beserta artinya
99 nama allah swt beserta artinya
 
10 impact of global warming
10 impact of global warming10 impact of global warming
10 impact of global warming
 
10 dampak pemanasan global
10 dampak pemanasan global10 dampak pemanasan global
10 dampak pemanasan global
 
5 w 1h penyakit hiv
5 w 1h  penyakit hiv5 w 1h  penyakit hiv
5 w 1h penyakit hiv
 
1
11
1
 
555555555555555
555555555555555555555555555555
555555555555555
 
Lamaran kerja mirna
Lamaran kerja mirnaLamaran kerja mirna
Lamaran kerja mirna
 
Curiculum vitae 2
Curiculum vitae 2Curiculum vitae 2
Curiculum vitae 2
 
Cv al fajri
Cv al fajriCv al fajri
Cv al fajri
 
Daftar isi ayu
Daftar isi ayuDaftar isi ayu
Daftar isi ayu
 

Kti jayanti sakti AKBID YKN RAHA

  • 1. MANAJEMEN DAN PENDOKUMENTASIAN ASUHAN KEBIDANAN BAYI BARU LAHIR DENGAN ASFIKSIA RINGAN DI BPM SAKINAH KABUPATEN MUNA TAHUN 2016 KARYA TULIS ILMIAH Diajukan sebagai salah satu syarat Dalam menyelesaikan Program Studi Diploma III Kebidanan OLEH : JAYANTI SAKTI NIM : AK. 130239 AKADEMI KEBIDANAN YAYASAN KESEHATAN NASIONAL BAU-BAU 2016
  • 2. ii HALAMAN PERSETUJUAN KARYA TULIS ILMIAH MANAJEMEN DAN PENDOKUMENTASIAN ASUHAN KEBIDANAN BAYI BARU LAHIR DENGAN ASFIKSIA RINGAN DI BPM SAKINAH KABUPATEN MUNA TAHUN 2016 Oleh : JAYANTI SAKTI NIM : AK. 130239 Karya Tulis Ilmiah ini diterima dan disetujui, untuk diuji dan dipertahankan dihadapan Tim Penguji Karya Tulis Ilmiah Akademi Kebidanan Yayasan Kesehatan Nasional Bau-bau Pembimbing I Pembimbing II Hj.suprihatin,S.ST.M.Kes Wa Ode Siti Amzia,S.ST.M.Kes Mengetahui, Direktur AKBID Yayasan Kesehatan Nasional Bau-Bau Sapril, SKM., M.Sc
  • 3. ii
  • 4. iii HALAMAN PENGESAHAN MANAJEMEN DAN PENDOKUMENTASIAN ASUHAN KEBIDANAN BAYI BARU LAHIR DENGAN ASFIKSIA RINGAN DI BPS SAKINAH KABUPATEN MUNA TAHUN 2016 Oleh : JAYANTI SAKTI NIM : AK. 130239 Telah Dipertahankan di Hadapan tim Penguji pada : Hari / Tanggal : Rabu, 28 September 2016 Waktu : Jam, .............. Wita Tempat : Kampus AKBID YKN Telah diperbaiki dan dinyatakan telah memenuhi syarat Pembimbing : 1. Hj.Suprihatin,S.ST.M.Kes (.................................) 2. Wa Ode Siti Amzia, S.ST., M.Kes (.................................) Penguji 1. Endah Catur Rini, S.ST., M.Kes (................................) Mengetahui, Direktur AKBID Yayasan Kesehatan Nasional Bau-Bau Sapril, SKM, M.Sc
  • 5. RIWAYAT HIDUP I. IDENTITAS DIRI Nama : JAYANTI SAKTI Tempat Tanggal Lahir : Raha, 01 Oktober 1994 Suku/Bangsa : Muna/Indonesia Jenis Kelamin : Perempuan Agama : Islam Alamat : Desa Matalagi, Kec. Wakorumba Utara, Kabupaten Buton Utara II. IDENTITAS ORANG TUA Nama Ibu/Ayah : Wa Imaaka/ La Zeni Pekerjaan Ibu/Ayah : IRT/Wiraswasta Alamat : Desa Matalagi, Kec. Wakorumba Utara, Kabupaten Buton Utara III. RIWAYAT PENDIDIKAN 1. Lulus SD Negeri 6 Wakorut : Tamat tahun 2007 2. Lulus SMP Negeri 1 Raha : Tamat tahun 2010 3. Lulus SMA Negeri 1 Raha : Tamat tahun 2013 4. Akademi Kebidanan YKN Bau Bau Kabupaten Buton tahun 2013 sampai sekarang.
  • 6. KATA PENGANTAR Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas limpahan berkat dan rahmat yang telah diberikan kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini yang merupakan salah satu syarat dalam menyelesaikan pendidikan di Akademi Kebidanan Yayasan Kesehatan Nasional Bau-Bau dengan judul : “Manajemen dan Pendokumenasian Asuhan Kebidanan Bayi Baru Lahir Dengan Asfiksia Ringan Di BPM Sakinah Kabupaten Muna Tahun 2016”. Dalam penyusunan dan penulisan Karya Tulis Ilmiah ini, penulis menghadapi banyak kesulitan dan hambatan. Namun atas bantuan dari berbagai pihak, akhirnya Karya Tulis Ilmiah ini dapat diselesaikan dengan baik. Pada kesempatan ini penulis tak lupa menyampaikan rasa hormat dan terimakasih yang sedalam – dalamnya kepada : 1. Bapak Ketua Yayasan Akademi Kebidanan Yayasan Kesehatan Nasional Bau – Bau 2. Bapak Direktur Akademi Kebidanan Yayasan Kesehatan Nasional Bau – Bau 3. Ibu Hj.Suprihatin,S.ST. M.Kes Selaku pembimbing I dan Ibu Wa Ode Siti Amzia,S.ST.M.Kes Selaku pembimbing II yang telah banyak memberikan bimbingan sejak awal sampai dengan terselesaikannya penulisan Karya Tulis ini 4. Ibu Endah Catur Rini,S.ST.M.Kes Selaku Penguji yang telah memberikan masukan dalam penulisan Karya Tulis ini 5. Pengelola Akademi Kebidanan Yayasan Kesehatan Nasional Bau – Bau 6. Seluruh Dosen dan Staf Pengajar Akademi Kebidanan Yayasan Kesehatan Nasional Bau – Bau yang telah mengarahkan dan memberikan ilmu pengetahuan selama berada dibangku kuliah 7. Kepada ibu Hj.Suprihatin,S.ST.M.Kes yang telah memberikan izin untuk melakukan penelitian ditempatnya
  • 7. 8. Teristimewa untuk kedua orang tua saya tercinta dan saudara – saudaraku terimakasih atas doa, pengorbanan, bantuan, motivasi dan kasih sayang yang begitu besar yang telah diberikan selama penulis menempuh pendidikan hingga selesai. 9. Seluruh rekan – rekan mahasiswa angkatan 2013 Akademi Kebidanan Yayasan Kesehatan Nasional Bau-Bau yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu namanya yang telah banyak membantu selama menempuh pendidikan di Akademi Kebidanan Yayasan Kesehatan Nasional Bau – Bau. Terimakasih atas kekompakan dan kebersamaannya selama mengikuti pendidikan. Penulis menyadari bahwa Karya Tulis Ilmiah ini masih jauh dari kesempurnaan baik isi, bahasa maupun materi. Oleh karena itu dengan segala kerendahan hati penulis mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun demi kesempurnaan Karya Tulis ini. Harapan penulis semoga Tuhan Yang Maha Esa senantiasa melimpahkan rahmat-Nya kepada kita semua. Akhir kata semoga Karya Tulis ini bermanfaat bagi yang membutuhkan. Raha, 11 September 2016 Penulis
  • 8. DAFTAR ISI Halaman Judul................................................................................... i Lembar Persetujuan........................................................................... ii Lembar Pengesahan.......................................................................... iii Riwayat Hidup.................................................................................... iv Kata Pengantar.................................................................................. v Daftar Isi............................................................................................. viii Daftar Tabel........................................................................................x Intisari.................................................................................................xi BAB I Pendahuluan......................................................................1 A. Latar Belakang..............................................................1 B. Rumusan masalah………............................................. 3 C. Tujuan Studi Kasus...................................................... 4 D. Manfaat Studi Kasus………...…………………………. 5 BAB II Tinjauan Pustaka.............................................................. 7 A. Telaah pustaka............................................................ 7 B. Tinjauan Teori Tentang asuhan Kebidanan.............. 27 C. Pendokumentasian Hasil asuhan kebidanan............ 37 BAB III Metodologi........................................................................ 38 A. Jenis Penelitian……………………………………….... 38 B. Lokasi Studi Kasus…………......................................... 38 C. Waktu Studi Kasus........................................................ 38 D. Subjek Studi Kasus....................................................... 38 E. Metode Pengambilan Data…………………...……...…. 39 F. Teknik Penagmbilan Data............................................. 39 BAB IV Hasil Pembahasan Dan Studi Kasus................................42 A. Hasil Pembahasan…..…………………………………. 42 B. Tinjauan teori Tentang asuhan kebidanan…………. 44 C. Studi Kasus................................................................... 55
  • 9. BAB V Kesimpulan dan Saran..................................................... 79 A. Kesimpulan...................................................................79 B. Saran............................................................................ 80 Daftar Pustaka Lampiran-lampiran
  • 10. DAFTAR TABEL Tabel 2.1 Penilaian APGAR SCORE………………............................12 Tabel 2.2 Interpretasi Nilai APGAR....................................................13
  • 11. INTISARI Jayanti Sakti (AK.130239) “Manajemen Dan Pendokumentasian Bayi Baru Lahir Dengan Asfiksia Ringan di BPM Sakinah Kab.Muna tahun 2016”dibawah bimbingan Ibu Suprihatin dan Ibu Waode Sitti Amzia (xi + 80 halaman + 2 tabel + lampiran) Latar Belakang : Asfiksia adalah keadaan dimana bayi baru lahir tidak dapat bernafas secara spontan dan teratur segera setelah lahir. Saat dilahirkan bayi biasanya aktif dan segera sesudah tali pusat dijepit bayi menangis yang merangsang pernapasan. Akan tetapi beberapa bayi mengalami depresi saat dilahirkan dengan menunjukkan gejala tonus otot yang menurun dan mengalami kesulitan mempertahankan pernafasan yang wajar. Bila proses ini berlangsung terlalu jauh dapat mengakibatkan kerusakan otak atau kematian (Handayani,2012) Penyebab utama kematian neonatal dini adalah Berat Bayi Lahir Rendah (BBLR) sebanyak 35%, asfiksia 33,6%, dan tetanus 31,4% (Manuaba, 2012). Tujuan Penulisan : Mampu melaksanakan penanganan awal pada bayi baru lahir dengan asfiksia ringan di BPM Sakinah Kab.Muna tahun 2016 Metode Telaah : Menggunakan studi kepustakaan dan studi kasus. Hasil Penilitian : Pemeriksaan fisik yang dilakukan didapatkan hasil bayi menangis lemah, warna kulit kemerahan namun bibir tampak sianosis, tonus otot baik sehingga setelah dilakukan penanganan awal asfiksia ringan dan selanjutnya dapat dilakukan manajemen perawatan bayi normal. Pada asfiksia ringan didapat nilai APGAR 7-8 dari pemeriksaan fisik didapatkan hasil frekuensi jantung lebih dari 100 x/menit, tonus otot baik, bayi tampak sianosis, dan reflex iritabilitas tidak ada. Hal ini sesuai dengan teori yang dinyatakan oleh Saifuddin (2010). Setelah bayi menangis spontan setelah dilakukan penanganan awal maka selanjutnya dilakukan asuhan yaitu pemantauan dan perawatan tali pusat. Kesimpulan : Dari pengkajian, interpretasi data, diagnosa potensial, perlunya tindakan segera/kolaborasi, rencana tindakan, pelaksanaan sampai dengan evaluasi tidak ada kesenjangan yang berarti dan semua permasalahan teratasi. Kata Kunci : Asfiksia Daftar Pustaka : 14 (2008-2015)
  • 12. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Asfiksia adalah keadaan dimana bayi baru lahir tidak dapat bernafas secara spontan dan teratur segera setelah lahir. Saat dilahirkan bayi biasanya aktif dan segera sesudah tali pusat dijepit bayi menangis yang merangsang pernapasan. Akan tetapi beberapa bayi mengalami depresi saat dilahirkan dengan menunjukkan gejala tonus otot yang menurun dan mengalami kesulitan mempertahankan pernafasan yang wajar. Bila proses ini berlangsung terlalu jauh dapat mengakibatkan kerusakan otak atau kematian (Handayani,2012) Berbagai upaya pembangunan di bidang kesehatan diarahkan untuk meningkatkan kelangsungan hidup bayi dan balita. Bayi menjadi fokus dalam setiap program kesehatan karena dalam masa pertumbuhan dan perkembangannya setiap saat menghadapi ancaman bagi kelangsungan hidupnya seperti kesakitan dan kematian akibat berbagai masalah kesehatan. Angka Kematian Bayi (AKB) adalah jumlah kematian bayi dalam usia 28 hari pertama kehidupan per 1.000 kelahiran hidup. Angka ini merupakan salah satu indikator utama derajat kesehatan suatu bangsa (Sunarsi, 2012). Menurut Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI), angka kematian bayi (AKB) di Indonesia mengalami penurunan dari tahun ke
  • 13. 2 tahun yaitu dari sebesar 35 per 1.000 kelahiran hidup pada tahun 2002, menjadi sebesar 34 per 1.000 kelahiran hidup pada tahun 2007, dan terakhir menjadi 32 per 1.000 kelahiran hidup pada tahun 2012. Bila dibandingkan dengan negara-negara lainnya yang tergabung dalam Association of Southeast Asian Nations (ASEAN), seperti Singapura (3 per 1.000 kelahiran hidup), Brunei Darussalam (8 per 1.000 kelahiran hidup), Malaysia (10 per 1.000 kelahiran hidup), Vietnam (18 per 1.000 kelahiran hidup), dan Thailand (20 per 1.000 kelahiran hidup), AKB di Indonesia masih tergolong tinggi. Penyebab utama kematian neonatal dini ini adalah Berat Bayi Lahir Rendah (BBLR) sebanyak 35%, asfiksia 33,6%, dan tetanus 31,4% (Manuaba, 2012). Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Tenggara mencatat bahwa AKB pada tahun 2013 sebesar 172 per 1.000 kelahiran hidup, kemudian menurun pada tahun 2014 menjadi 152 per 1.000 kelahiran hidup . Tingginya AKB ini, salah satunya disebabkan oleh asfiksia (Dinkes Sulawesi Tenggara, 2014). Data dari di BPM Sakinah , bayi baru lahir dengan asfiksia ringan pada tahun 2015 adalah sebanyak 3 bayi (17%) dari jumlah total 17 persalinan, dan pada tahun 2016 dari januari-agustus berjumlah 2 bayi (22%) dari 9 persalinan. Faktor terbesar penyebab kasus asfiksia ini adalah ketuban pecah dini (KPD), kehamilan lewat waktu postterm, dan partus lama atau partus macet (Register Persalinan BPM Sakinah 2015- 2016).
  • 14. 3 Menurut Winkjosastro (2013), bahwa asfiksia adalah keadaan dimana bayi baru lahir tidak dapat bernafas secara spontan dan teratur segera setelah lahir. Saat dilahirkan bayi biasanya aktif dan segera sesudah tali pusat dijepit bayi menangis yang merangsang pernapasan. Akan tetapi beberapa bayi mengalami depresi saat dilahirkan dengan menunjukkan gejala tonus otot yang menurun dan mengalami kesulitan mempertahankan pernafasan yang wajar. Bila proses ini berlangsung terlalu jauh dapat mengakibatkan kerusakan otak atau kematian. Bidan sebagai tenaga kesehatan yang sangat erat hubungannya dengan kesehatan ibu dan bayi harus mampu dan kompeten dalam melakukan asuhannya, salah satunya adalah penanganan terhadap asfiksia neonatorum, seperti yang telah tertuang dalam standar asuhan pelayanan kebidanan ke-24. Dalam melakukan prosedur resusitasi, bidan harus memperhatikan sejauh mana tindakan yang menjadi kewenangannya, dalam hal ini bidan dapat melaksanakan penanganan awal bayi baru lahir dengan asfiksia. Berdasarkan gambaran latar belakang tersebut, maka penulis tertarik untuk melakukan studi kasus mengenai “Manajemen Dan Pendokumentasian Asuhan Kebidanan Bayi Baru Lahir dengan Asfiksia Ringan di BPM Sakinah Kab. Muna tahun 2016”. B. Rumusan Masalah Berdasarkan permasalahan yang diuraikan pada latar belakang di atas dan kenyataan yang ditemukan di lapangan, maka penulis
  • 15. 4 mengidentifikasikan masalah sebagai berikut: “Manajemen Dan Pendokumentsian Asuhan Kebidanan bayi baru lahir dengan asfiksia Ringan di BPM Sakinah Kab.Muna tahun 2016?”. C. Tujuan Studi Kasus 1. Tujuan Umum Mampu melaksanakan Manajemen Dan Pendokumentasian Asuhan Kebidanan pada bayi baru lahir dengan asfiksia ringan. 2. Tujuan Khusus a. Mampu melaksanakan pengkajian dan analisa data pada bayi Ny’’R’’ di BPM sakinah kab. Muna. b. Mampu merumuskan diagnosa/masalah aktual pada bayi Ny”R” di BPM Sakinah Kab.Muna c. Mampu menentukan dan merumuskan diagnosa/masalah potensial pada bayi Ny”R” di BPM Sakinah Kab.muna. d. Mampu melaksanakan identifikasi perlunya tindakan segera pada bayi Ny”R” di BPM Sakinah Kab.Muna. e. Mampu menentukan rencana asuhan kebidanan pada bayi Ny”R” di BPM Sakinah Kab.Muna f. Mampu melaksanakan tindakan asuhan kebidanan pada bayi Ny”R” di BPM Sakinah Kab.Muna g. Mampu melaksanakan evaluasi asuhan kebidanan pada bayi Ny”R’ di BPM Sakinah Kab.Muna.
  • 16. 5 h. Mampu melaksanakan asuhan kebidanan pada bayi Ny”R”di BPM Sakinah Kab.Muna. D. Manfaat Studi Kasus 1. Manfaat Teoritis a. Sebagai bahan masukan dalam bidang ilmu kesehatan khususnya tentang bayi baru lahir dengan asfiksia ringan b. Sebagai bahan masukan bagi penulis lain untuk mengembangkan studi kasus berikutnya. 2. Manfaat Praktis a. Bagi Institusi Pendidikan Dapat menambah wawasan dan ilmu pengetahuan bagi mahasiswa kebidanan dalam mengatasi masalah bayi baru lahir khususnya masalah asfiksia ringan serta dapat digunakan sebagai bahan bacaan diperpustakaan dan bahan untuk studi kasus selanjutnya. b. Bagi Lahan Praktek Dapat dijadikan sebagai bahan masukan dan acuan informasi untuk meningkatkan asuhan manajemen kebidanan yang diterapkan klien dalam mengatasi masalah bayi baru lahir serta memberikan perawatan bayi baru lahir dengan benar.
  • 17. 6 c. Bagi Penulis Sebagai kontribusi pengetahuan dan pengalaman bagi penulis dalam mengaplikasiakn ilmu yang telah diperoleh selama mengikuti pendidikan.
  • 18. 7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Telaah Pustaka 1. Definisi Asfiksia Neonatorum Asfiksia adalah suatu keadaan yang ditandai dengan terjadinya gangguan pertukaran udara pernapasan, mengakibatkan oksigen darah berkurang (hipoksia) disertai dengan peningkatan karbondioksida (hiperkapneu). Dengan demikian organ tubuh mengalami kekurangan oksigen (hipoksia) dan terjadi kematian. Secara klinis keadaan asfiksia sering disebut anoksia atau hipoksia (Handayani, 2012). Sedangkan menurut Walyani (2014), bahwa asfiksia neonatorum adalah keadaan dimana bayi tidak dapat segera bernafas secara spontan dan teratur setelah lahir. Asfiksia adalah keadaan bayi tidak bernapas secara spontan dan teratur segera setelah lahir. Seringkali bayi yang sebelumnya mengalami gawat janin akan mengalami asfiksia sesudah persalinan. Masalah ini mungkin berkaitan dengan keadaan ibu, tali pusat, atau masalah pada bayi selama atau sesudah persalinan (Saputra, 2014). Asfiksia neonatorum adalah keadaan gawat bayi yang tidak dapat bernafas spontan dan teratur, sehingga dapat menurunkan oksigen dan makin meningkatkan karbondioksida yang menimbulkan akibat buruk dalam kehidupan lebih lanjut (Manuaba, 2012). Keadaan dimana tidak hanya segera setelah lahir bayi tidak dapat bernapas secara
  • 19. 8 spontan dan teratur, melainkan keadaan bayi yang sudah terdekteksi gawat janin sebelum lahir yang umumnya akan mengalami asfiksi pada saat dilahirkan (JNPK-KR, 2008). 1. Etiologi dan Faktor Resiko Hampir sebagian besar asfiksia pada bayi baru lahir merupakan kelanjutan dari hipoksia janin. Diagnosis hipoksia janin dapat dibuat dalam persalinan dengan ditemukannya tanda-tanda gawat janin (Rukiyah dkk, 2013). Hipoksia janin yang dapat menyebaban asfiksia neonatorum terjadi karena gangguan pertukaran gas serta transport oksigen dari ibu ke janin sehingga terjadi gangguan dalam persediaan oksigen dan dalam menghilangkan karbondioksida (CO2). Gangguan ini dapat berlangsung secara menahun akibat kondisi atau kelainan pada ibu selama kehamilan atau secara mendadak karena hal-hal yang diderita ibu dalam persalinan (Saifuddin, 2010). Asfiksia neonatorum ini dapat terjadi selama kehamilan, proses persalinan dan atau periode setelah lahir. Gangguan aliran darah pada janin ikut berpengaruh terhadap terjadinya asfiksia, karena janin sangat berpengaruh terhadap plasenta dan tali pusat untuk mengalirkan oksigen, asupan makanan dan pembuangan produk sisa yang dibawa keluar masuk oleh darah (Walyani, 2014).
  • 20. 9 a. Faktor-faktor penyebab asfiksia diantaranya: 1) Faktor ibu Apabila ibu mengalami hipoksia, maka janin juga akan mengalami hipoksia yang dapat berkelanjutan menjadi asfiksia dan komplikasi lainnya (Saputra, 2014). Faktor-faktor dari ibu yang dapat menyebabkan asfiksia meliputi : a) Gizi ibu yang buruk b) Preeklampsia dan eklampsia Preeklampsia merupakan penyakit dengan tanda-tanda hipertensi, oedema, proteinuria yang timbul karena kehamilan. Pada preeklampsia terjadi pennurunan cardiac output akibat vasopasme pembuluh darah sehingga menyebabkan kerusakan endotel yang mnegakibatkan gangguan keseimbangan antar adar hormone, vasokontriktor (endotelin, tromboksan, angiostensin) dan vasodilatasor (nitritoksida dan prostasiklin), serta gangguan pada sistem pembekuan darah. Vasokontriksi yang meluas menyebabkan hipertensi, bila suplai darah ke plasma berkurang maka janin akan mengalami hipoksia, yang berakibat gangguan pertukanan gas oksigen dan karbondioksida sehingga terjadi asfiksia.
  • 21. 10 c) Umur ibu < 16 tahun dan atau > 35 tahun d) Perdarahan abnormal (plasenta previa atau solusio plasenta) e) Partus lama atau partus macet Persalinan yang berlangsung 12 jam atau lebih tanpa kelahiran bayi. Ibu mengalami kelelahan, janin dapat mengalami asfiksia ringan sampai kematian. Penyebab partus lama antara lain: dispospotion chepalo pelvic (CPD), malpresentasi atau malposisi, kerja uterus yang tidak efisien. f) Demam selama persalinan akibat infeksi berat (malaria, sifilis, TBC, HIV) g) Kehamilan lewat waktu (lebih 42 minggu kehamilan) h) Ketuban pecah dini 2) Faktor tali pusat a) Lilitan tali pusat b) Tali pusat pendek c) Simpul tali pusat d) Prolapsus tali pusat 3) Faktor Janin a) Bayi prematur (sebelum 37 minggu kehamilan) b) Persalinan dengan tindakan (sungsang, gemelli, dystocia bahu, ekstraksi vakum, ekstraksi forcep)
  • 22. 11 c) Air ketuban bercampur mekonium d) Berat bayi lahir rendah (BBLR) e) Pertumbuhan janin terhambat f) Kelainan kongenital. 2. Patofisiologi Asfiksia Sebelum lahir paru-paru janin tidak berfungsi sebagai sumber sirkulasi oksigen (O2) dan karbondioksida (CO2). Hampir seluruh darah dari jantung kanan tidak dapat melalui paru-paru karena pembuluh darah janin berada pada fase kontriksi, sehingga darah dialirkan melalui pembuluh yang bertekanan lebih rendah yaitu duktus arteriosus kemudian masuk ke aorta. Setelah lahir cairan yang mengisi alveoli akan diserap ke dalam jaringan paru sehingga alveoli dapat terisi udara. Hal ini akan mengalirkan oksigen mengalir ke dalam pembuluh darah di sekitar alveoli (Hidayat, 2008). Arteri dan vena umbilikalis akan menutup sehingga menurunan tahanan pada sirkulasi plasenta dan meningkatkan tekanan darah sistemik. Akibat tekanan udara dan peningkatan kadar oksigen di alveoli, pembuluh darah akan mengalami relaksasi sehingga aliran tekanan darah berkurang. Keadaan ini menyebabkan tekanan pada arteri pulmonaris lebih rendah dibandingkan tekanan sistemik sehingga aliran darah paru meningkat sedangkan aliran darah pada duktus arteriosus
  • 23. 12 menurun. Oksigen yang diabsorpsi oleh pembuluh darah di vena pulmonaris pada alveoli dan darah yang banyak mengandung banyak oksigen kembali ke bagian jantung kiri, kemudian dipompa ke seluruh tubuh bayi (Hidayat, 2008). Asfiksia neonatorum dapat terjadi karena kurangnya kemampuan fungsi organ bayi seperti pengembangan paru-paru, proses terjadinya asfiksia ini dapat terjadi pada kehamilan, persalinan atau segera setelah bayi lahir. Gangguan pertukaran gas terjadi karena penyempitan arteri pulmunal, peningkatan tahanan pembuluh darah di paru, penurunan aliran darah pada paru dan lain-lain (Hidayat, 2008). Asfiksia neonatorum dapat terjadi pada kehamilan dan sebelum atau selama persalinan, hal ini berkaitan dengan adanya gangguan aliran darah di plasenta atau tali pusat, yaitu ditandai dengan adanya deselerasi frekuensi jantung janin. Selain itu, masalah asfiksia yang terjadi setelah persalinan adalah berhubungan dengan jalan napas dan atau paru-paru, misalnya sulit menyingkirkan benda asing seperti mekonium dari alveolus. Mekonium ini akan menghambat oksigen masuk ke dalam paru- paru, kemudian mengakibatkan arteriol di paru-paru tetap kontriksi, sehingga terjadi penurunan aliran darah ke paru-paru dan pasokan oksigen ke jaringan pun berkurang (Saifuddin, 2009).
  • 24. 13 3. Klasifikasi Asfiksia Neonatorum Asfiksia diklasifikasikan berdasarkan penilaian Apparance, Pulse, Grimance, Activity, dan Respiration (APGAR) menjadi: a. Asfiksia berat dengan nilai Apgar 0-3 Memerlukan resusitasi segera secara aktif dan pemberian oksigen terkendali. b. Asfiksia sedang dengan nilai Apgar 4-6 Memerlukan resusitasi atau pemberian okigen sampai bayi dapat bernafas normal kembali. c. Bayi normal atau sedikit asfiksia dengan nilai Apgar 7-10 Bayi dianggap sehat dan tidak memerlukan tindakan khusus (Saifuddin, 2009). Tabel 2.1 Penilaian APGAR Nilai 0 1 2 Apparance (warna kulit) Biru atau pucat Tubuh pucat dan kaki, tangan biru Seluruh tubuh kemerahan Pulse (Denyut jantung) Tidak ada <100 >100 Grimace (respon refleks) Tidak ada Lambat, menangis merintih Menangis kuat Activity (tonus otot) Tidak ada Lemah Aktif Respiratory (Pernafasan) Tidak ada Lambat, tidak teratur Baik, menangis kuat (Sumber: Saifuddin, “Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal”, Tahun 2009).
  • 25. 14 Table 2.2 Interprestasi Nilai APGAR Nilai APGAR Interprestasi Catatan 7-10 Asfiksia Ringan Memerlukan penanganan awal pada abyi baru lahir 4-6 Asfiksia Sedang Memerlukan tindakan medis segera seperti penghisapan lendir yang menyumbat jalan napas, atau pemberian oksigen intuk membantu bernapas. 0-3 Asfiksia Berat Memerluakan tindakan yang lebih intensif, resusitasi segera (Sumber: Prawirohardjo, “Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal”, Tahun 2009). Pemantauan nilai APGAR dilakukan pada menit ke-1 dan menit ke-5, bila nilai APGAR masih kurang dari 7 penilaian dialnjutkan tiap 5 menit sampai skor mencapai 7. Nilai APGAR berguna untuk menilai keberhasilan resusitasi bayi baru lahir dan menentukan prognosis. 4. Manifestasi Klinis Gejala asfiksia yang khas antara lain meliputi bayi tidak bernafas atau pernafasan megap-megap yang dalam, bayi terlihat lemas, sianosis, sukar bernafas/tarikan dinding dada ke dalam yang kuat dan suara merintih (Saifuddin, 2009). Menurut Wahyuningsih (2008), bahwa asfiksia biasanya merupakan akibat hipoksia janin yang menimbulkan tanda-tanda klinis pada janin berupa gawat janin, tanda-tanda tersebut meliputi: a. Denyut jantung janin > 100 kali/menit atau < 100 kali/menit, bunyi jantung tidak teratur.
  • 26. 15 b. Mekonium dalam air ketuban pada persalinan presentasi kepala Tanda dan gejala setelah bayi lahir : a. Tonus otot lemah karena kekurangan oksigen pada otak, otot, dan organ lain. b. Apneu, terbagi dua: 1) Apneu primer : pernapasan cepat, denyut nadi menurun dan tonus otot menurun. 2) Apneu sekunder : apabila apneu berlanjut, bayi akan menunjukkan pernafasan megap-megap yang dalam, denyut jantung terus menurun, bayi terlihat lemah (pasif), pernapasan makin lama makin lemah. c. Takipneu (pernafasan cepat) karena kegagalan absorpsi cairan paru-paru. d. Bradikardi (penurunan frekuensi jantung) karena kekurangan oksigen pada otot-otot jantung atau sel-sel otak e. Tekanan darah rendah karena kekurangan oksigen pada otot jantung, kehilangan darah atau kekurangan aliran darah yang kembali ke plasenta sebelum dan selama proses persalinan. f. Sianosis (warna kebiruan) karena kekurangan oksigen di dalam darah g. Penurunan kesadaran terhadap stimulus h. Kejang.
  • 27. 16 5. Diagnosis Menurut Manuaba (2012), bahwa diagnosis asfiksia dapat dibuat sejak proses persalinan karena sebagian besar asfiksia merupakan kelanjutan dari hipoksia janin, dengan ditemukannya tanda-tanda gawat janin, antara lain : a. Denyut jantung janin Dalam keadaan normal, frekuensi jantung janin adalah antara 120 – 160 kali per menit dengan bunyi jantung regular atau teratur, selama his frekuensi ini bisa turun dan akan kembali normal ketika his menghilang. Perlu diwaspadai apabila frekuensi jantung sampai berada di bawah 120 kali per menit dan melebihi 160 kali per menit dengan bunyi jantung ireguler atau tidak beraturan. b. Mekonium dalam air ketuban Pada persalinan dengan presentasi kepala keadaan ini menunjukkan gangguan oksigenasi dan harus diwaspadai dan dapat berindikasi untuk mengakhiri persalinan. Berbeda bila cairan ketuban bercampur dengan mekonium pada kasus presentasi sungsang, hal ini tidak menimbulkan kewaspadaan. c. Pemeriksaan pH darah janin yang diambil melalui penyayatan kecil pada kulit kepala janin dengan menggunaan amnioskop yang dimasukkan lewat serviks turun sampai kebawah. Apabila pH turun sampai dibawah 7,3 maka dianggap berbahaya oleh beberapa penulis
  • 28. 17 d. Berat Bayi Lahir Rendah (BBLR). Menurut Depkes (2008), bahwa pada saat bayi baru lahir dapat pula dilakukan penilaian awal untuk menentukan apakah bayi lahir normal atau mengalami kegawatdaruratan. Penilaian ini dilakukan untuk mengefektifkan waktu mengingat asfiksia terjadi karena gangguan pertukaran gas atau pengangkutan oksigen, jika hal ini berlangsung lebih lama maka akan terjadi asfiksia yang lebih berat dimana dapat mempengaruhi fungsi sel tubuh dan bila tidak teratasi dapat menyebabkan kematian. Adapun parameter yang digunakan untuk melakukan penilaian ini, yaitu: 1) Bayi tidak bernapas atau bernapas megap-megap 2) Kulit bayi pucat (sianosis) 3) Tonus otot lemah. 6. Penatalaksanaan Bayi baru lahir dalam apneu primer dapat memulai pola pernapasan, walaupun mungkin tidak teratur dan tidak efektif, tanpa intervensi khusus. Namun, ada bayi baru lahir dalam apneu sekunder tidak akan bernapas sendiri. Oleh karena itu diperlukan tindakan pernapasan buatan berupa pemberian Ventilasi Tekanan Positif (VTP) dan pemberian oksigen untuk membantu bayi memulai pernapasan (Saifuddin, 2009). Penanganan pada asfiksia adalah dengan melakukan tindakan resusitasi. Pada asuhan persalinan normal, persiapan peralatan
  • 29. 18 resusitasi merupakan bagian penting baik itu pada keadaan ada atau tanpa faktor resiko untuk terjadinya asfiksia, mengingat apabila dalam beberapa menit saja bayi baru lahir tidak segera bernafas, maka bayi akan mengalami kerusakan otak atau meninggal (Saputra, 2014). Menurut Walyani (2015), bahwa pada bayi prematur yaitu bayi dengan usia gestasi kurang dari 37 minggu membutuhkan persiapan khusus karena bayi prematur memiliki paru-paru yang belum matang, kemungkinan lebih sulit dilakukan ventilasi dan mudah mengalami kerusakan karena pemberian ventilasi tekanan positif (VTP) serta memiliki pembuluh darah imatur dalam otak yang mudah mengalami perdarahan. Selain itu, bayi prematur memiliki volume darah sedikit yang dapat meningkatkan resiko syok hipovolemik. Kulit yang tipis serta area permukaan tubuh yang luas dapat mempercepat kehilangan panas dan rentan terhadap infeksi. Sehingga diperlukan persiapan sebelum melakukan resusitasi. Adapun hal-hal yang harus dipersiapkan yaitu: 1) Persiapan keluarga, informasikan kepada keluarga mengenai kemungkinan-kemungkinan yang dapat terjadi pada ibu dan bayi. 2) Persiapan tempat resusitasi, ada beberapa hal yang harus diperhatikan, yaitu:
  • 30. 19 a) Gunakan lampu sorot 60 watt dan dengan jarak 60 cm dari meja resusitasi. Hal ini berguna untuk menjaga agar bayi tetap hangat. b) Meja resusitasi sebaiknya datar, rata, cukup keras, bersih dan kering. Sebaiknya tidak dekat dengan sumber angin (jendela/pendingin ruangan). Di atas meja resusitasi sebaiknya sudah disiapkan kain untuk mengganjal bahu setinggi 3 cm dan gelarkan kain untuk menyelimuti bayi agar tetap kering dan hangat. 3) Persiapan alat resusitasi Menurut Saifuddin (2009), bahwa alat-alat yang akan digunakan untuk melakukan resusitasi sebaiknya dalam keadaan siap pakai. Di bawah ini beberapa alat yang harus disiapkan sebelum melakukan pertolongan persalinan, yaitu: a) Alat penghisap lendir DeLee, bola karet atau suction b) Alat ventilasi, diantaranya : tabung dan sungkup atau balon dan sungkup. c) Kotak alat resusitasi d) Sarung tangan e) Jam tangan Untuk menentukan bahwa bayi membutuhkan resusitasi atau tidak, dibutuhkan penilaian awal dan harus dipastikan bahwa setiap langkah
  • 31. 20 dilakukan dengan benar dan efektif sebelum melakukan langkah selanjutnya. Pelaksanaan resusitasi mengikuti algoritma resusitasi neonatal. Berikut ini adalah diagram alur untuk menentukan apakah bayi yang lahir diperlukan resusitasi atau tidak. Menurut Saifuddin (2009), bahwa pada pemeriksaan atau penilaian awal dilakukan dengan menjawab empat pertanyaan: a. Apakah bayi cukup bulan? b. Apakah air ketuban tanpa mekonium? c. Apakah bayi bernapas atau menangis? d. Apakah tonus otot bayi baik atau kuat? Bila semua jawaban “ya” maka bayi dapat langsung dimasukkan dalam prosedur perawatan rutin, yaitu berupa asuhan bayi normal dan tidak dipisahkan dari ibunya. Bayi dikeringkan, diletakkan di dada ibunya dan diselimuti dengan kain linen kering untuk menjaga kehangatan bayi. Bila terdapat jawaban “tidak” dari salah satu pertanyaan diatas maka bayi memerlukan satu atau beberapa tindakan resusitasi berikut ini secara berurutan: a. Penanganan awal (JAIKAN) 1) Menjaga kehangatan bayi a) Letakan bayi yang sudah diselimuti kain pernel diatas kain yang telah digelar di meja resusitasi
  • 32. 21 b) Jaga bayi tetap diselimuti kain pernel dengan wajah dan dada terbuka dan dibawah sinar pemancar panas, yaitu dengan menggunakan lampu 60 watt dengan jarak 60 cm dari meja resusitasi. 2) Mengatur posisi bayi a) Baringkan bayi terlentang, dengan kepala bayi di dekat penolong. b) Ganjal bahu agar kepala bayi sedikit ekstensi. 3) Isap lendir Untuk menghisap lendir dapat menggunakan DeLee atau pun bola karet. Dalam penggunaan kedua alat ini terdapat sedikit perbedaan. Menggunakan alat penghisap DeLee: a) Penghisapan dimulai dari mulut, kemudian ke hidung b) Lakukan penghisapan saat alat penghisap ditarik keluar, bukan saat memasukan. c) Jangan lakukan penghisapan lebih dari 5 cm ke dalam mulut atau lebih dari 3 cm ke dalam hidung, karena dapat mengakibatkan denyut jantung bayi melambat, atau bahkan tiba-tiba berhenti bernafas. Untuk penghisapan di hidung, tidak boleh melewati cuping hidung.
  • 33. 22 Menggunakan bola karet penghisap: a) Tekan terlebih dahulu bola sebelum melakukan penghisapan ke dalam mulut dan hidung b) Masukan ujung penghisap ke dalam mulut dan lepaskan tekanan pada bola, dengan begitu lendir akan terhisap. c) Kemudian lakukan langkah yang sama ketika akan melakukan penghisapan ke dalam hidung sampai cuping hidung dan lepaskan tekanan. 4) Keringkan dan rangsang taktil a) Keringkan bayi dengan kain pernel kering dari mulai muka, kepala kemudian bagian tubuh lainnya dengan sedikit tekanan. Tekanan ini disebut dengan rangsang taktil, dimana tekanan ini dapat merangsang bayi untuk bernafas. Selain itu untuk merangsang bayi bernafas bisa dengan menepuk/menyentil telapak kaki atau menggosok punggung/ perut/ dada/ tungkai bayi dengan telapak tangan. b) Ganti kain yang basah dengan kain pernel yang kering c) Selimuti bayi, tanpa menutupi muka dan dada, agar bisa terpantau pernafasannya. 5) Atur kembali posisi kepala bayi Atur kembali posisi kepala bayi sedikit ekstensi seperti semula.
  • 34. 23 6) Lakukan penilaian kembali Lakukan penilaian kembali, apakah bayi sudah bisa bernapas normal, megap-megap atau tidak bernafas a) Jika bayi bernapas normal, maka lakukan asuhan pasca resusitasi. b) Jika bayi megap-megap atau tidak bernapas, mulai lakukan ventilasi bayi. b. Ventilasi tekanan Positif (VTP) Langkah-langkah dalam melakukan VTP menurut Saifuddin (2009), yaitu: 1) Pastikan bayi dalam posisi yang benar. 2) Kecepatan memompa (kecepatan ventilasi) dan tekanan ventilasi harus sesuai agar VTP efektif. Kecepatan ventilasi sebaiknya 40-60 kali/menit. 3) Tekanan ventilasi yang dibutuhkan setelah napas pertama setelah lahir, membutuhkan 30-40 cmH2O. Setelah napas pertama, membutuhkan 15-20 cmH2O. bayi dengan kondisi atau penyakit paru-paru yang berkibat turunnya komplikasi, membutuhkan 20-40 cmH2O. Tekanan ventilasi hanya dapat diatur apabila mengguanakan balon yang mempunyai pengukuran tekanan. 4) Observasi gerak dada bayi
  • 35. 24 Adanya gerakan dada bayi turun naik merupakan bukti bahwa sungkup terpasang dengan benar dan paru-paru mengembang. 5) Penilaian suara napas bilateral Suara didengar dengan menggunakan stetoskop. Adanya suara napas di kedua paru-paru merupakan indikasi bahwa bayi mendapat ventilasi yang benar. c. Kompresi dada Menurut Walyani (2014), bahwa kompresi dada dilakukan jika frekuensi denyut jantung kurang dari 60 kali/menit. Ada dua teknik kompresi dada, yaitu : 1) Menggunakan kedua ibu jari untuk menekan sternum, ibu jari tagan melingkari dada dan menopang punggung. 2) Ujung jari tengah dan telunjuk/jari manis dari 1 tangan menekan sternum, tangan lainnya menopang punggung. Prosedur tindakan:  Mutlak harus ada 2 orang penolong. Penolong pertama bertugas memberikan ventilasi menggunakan ambu bag, semenara penolong yang la in bertugas memberikan penekanan pada jantuung bayi.  Posisikan kedua ibu jari penolong saling bersebelahan di atas 1/3 bawah sternum, tepat berada di bawah garis yang ditarik antara kedua puting.
  • 36. 25  Tekan sternum dengan kedalaman 1/3 diameter anteroposterior dada dengan frekuensi 90 kali/menit dielingi ventilasi. Perbandingan kompresi dengan ventilasi 3:1 atau 3 kali kompresi dan 1 kali ventilasi setiap dua detik.  Ketika jeda kompresi, jangan pindahkan kedua jari penolong.  Setelah 30 detik, penolong ahrus menghentikan kompresi dan mengevaluasi frekuensi jantung selama6 detik.  Apabila frekuensi jantung >60 kal/menit, kompresi jantung dapat dihentikan namun VTP tetap dilanjutkan sapai ada pernapasan spontan. 3) Koordinasi VTP dan kompresi dada Menurut (Prambudi (2013), bahwa: a) Dalam satu siklus : 3 kompresi + 1 ventilasi (3:1) dalam 2 detik b) Frekuensi : 90 kompresi + 30 ventilasi dalam 1 menit (berarti 120 kali dalam satu menit). c) Untuk memastikan frekuensi kompresi dada dan ventilasi yang tepat, pelaku kompresi dapat mengucapkan “satu – dua – tiga – pompa“.
  • 37. 26 7. Asuhan pasca resusitasi Menurut Hidayat (2008), bahwa setelah resusitasi berhasil dilakukan, bayi dapat segera dirawat gabung bersama ibunya dan tetap mendapatkan perawatan intensif, dengan cara: a. Hindari kehilangan panas 1) lakukan kontak kulit dengan dada ibu (metode kanguru), dan selimuti bayi. 2) Letakkan dibawah radiant heater atau dibawah sinar lampu, jika tersedia b. Periksa dan hitung napas dalam semenit : Jika bayi sianosis atau sukar bernapas (frekuensi <30 atau >60 kali permenit, tarikan dinding dada ke dalam atau merintih) berikan oksigen lewat nasal kanul. c. Ukur suhu aksila 1) Jika suhu 36o C atau lebih, teruskan metode kanguru dan mulai pemberian ASI 2) Jika suhu <36o C, lakukan penanganan hipotermi d. Mendorong ibu mulai menyusui karena bayi yang mendapat resusitasi cenderung hipoglikemia 1) Jika kekuatan menghisap baik, proses penyembuhan optimal. 2) Jika menghisap kurang baik, rujuk kekamar bayi atau ketempat pelayanan yang dituju
  • 38. 27 e. Lakukan pemantauan yang sering dalam 24 jam pertama. Jika bayi kembali pada keadaan, rujuk kekamar bayi atau ketempat pelayanan yang dituju. B. Tinjauan Teori Tentang Asuhan Kebidanan 1. Pengertian Manajemen asuhan kebidanan atau sering disebut manajemen asuhan kebidanan adalah suatu metode berfikir dan bertindak secara sistematis dan logis dalam memberi asuhan kebidanan, agar menguntungkan kedua belah pihak baik klien maupun pemberi asuhan. Manajemen kebidanan merupakan proses pemecahan masalah yang digunakan sebagai metode untuk mengorganisasikan pikiran dan tindakan berdasarkan teori ilmiah, temuan-temuan, keterampilan, dalam rangkaian tahap-tahap yang logis untuk pengambiln suatu keputusan yang berfokus terhadap klien. Kebidanan diadaptasi dari sebuah konsep yang dikembangkan oleh Helen Varney dalam buku Varney’s Midwifery, edisi ketiga tahun 1997, menggambarkan proses manajemen asuhan kebidanan yang terdiri dari tujuh langkah yang berturut secara sistematis dan siklik. Varney menjelaskan bahwa proses pemecahan masalah yang ditemukan oleh perawat dan bidan pada tahun 1970-an. Proses ini memperkenalkan sebuah metode pengorganisasian pemikiran dan
  • 39. 28 tindakan dengan urutan yang logis dan menguntungkan baik bagi klien maupun bagi tenaga kesehatan. Proses manajemen kebidanan ini terdiri dari tujuh langkah yang berurutan, dan setiap langkah disempurnakan secara berkala. Proses dimulai dari pengumpulan data dasar dan berakhir dengan evaluasi. Ke-tujuh langkah tersebut membentuk suau kerangka lenkap yang dapat diaplikasikan dalam situasi apapun. Akan tetapi setiap langkah dapat diuraikan lagi menjadi langkah-langkah yang lebih detail dan ini bias berubah sesuai dengan kebutuhan klien. (Saminem, 2010; h. 39) 2. Langkah dalam manajemen kebidanan menurut Varney Tahap pengumpulan data dasar (langkah I) Pada langkah pertama dikumpulkan semua informasi (data) yang akurat dan lengkap dari semua sumber yag berkaitan dengan kondisi klien. Untuk memperoleh data dilakukan dengan cara Anamnesis, anamnesis dilakukan untuk mendapatkan biodata, riwayat menstruasi, riwayat kesehatan , riwayat kehamilan, persalinan dan nifas, bio- psiko- sioso-spiritual, serta pengetahuan klien. a. Identitas Identitas bayi didapat dari anamnesa yang dilakukan oleh bidan terhadap orang tua bayi untuk memperoleh informasi tentang identitas bayi baru lahir, seperti umur bayi, jam kelahiran bayi, jenis kelamin bayi dan anak keberapa.
  • 40. 29 b. Riwayat Antenatal 1) Data ini penting untuk diketahui oleh bidan sebagai data acuan untuk memprediksi apakah terdapat penyulit pada kehamilan saat bayi masih dalam kandungan 2) Kesehatan janin dikaji untuk mengetahui kondisi janin saat ini 3) Keluhan trismester 1, 2 dan 3 dikaji untuk mengetahui keluhan yang pernah dirasakan oleh orang tua bayi saat hamil 4) Frekuensi ANC selama kehamilan trismester 1, 2 dan 3 dikaji untuk mengetahui seberapa sering orang tua bayi pernah memeriksakan diri saat hamil 5) Pola nutrisi dikaji untuk mengetahui asupan nutrisi pada orang tua bayi 6) Perilaku kesehatan dikaji untuk mengetahui apakah orang tua bayi pernah merokok, mengonsumsi alkohol, obat-obatan atau jamu selama hamil c. Riwayat Proses Persalinan 1) Data ini penting untuk diketahui oleh bidan sebagai data acuan untuk memprediksi apakah terdapat penyulit saat terjadinya proses kelahiran bayi. 2) Tempat lahir dikaji untuk mengetahui dimanakah bayi dilahirkan
  • 41. 30 3) Ditolong oleh dikaji untuk mengetahui siapakah yang menolong kelahiran bayi 4) Jenis persalinan dikaji untuk mengetahui bagaimana cara bayi dilahirkan 5) Lama persalinan dikaji untuk mengetahui seberapa lama proses persalinan 6) Tanggal lahir dikaji untuk mengetahui kapan bayi di 7) Lahirkan dan pukul untuk mengetahui waktu bayi dilahirkan 8) BB dikaji untuk mengetahui berapakah berat badan bayi, PB dikaji untuk mengetahui berapakah panjang badan bayi dan nilai apgar digunakan untuk menilai apakah bayi sudah dalam keadaan normal atau tidak. 9) Jenis kelamin dikaji untuk mengetahui apa jenis kelamin bayi 10) Cacat bawaan dikaji untuk mengetahui apakah bayi lahir dalam keadaan cacat atau tidak 11) Masa gestasi dikaji untuk mengetahui apakah bayi lahir cukup bulan atau tidak 12) Resusitasi dikaji untuk mengetahui apakah bayi telah dilakukan tindakan resusitasi atau tidak a. Pola Kebutuhan Sehari-hari Nutrisi dikaji untuk mengetahui apa saja yang diberikan untuk memenuhi kebutuhan nutrisi pasien. Nutrisi yang diberikan pada bayi dengan berat badan lahir rendah (BBLR) juga akan berbeda, sebab
  • 42. 31 kapsitas lambung BBLR sangat kecil sehingga minum harus sering diberikan tiap jam. Perhatikan juga apakah selama pemberian minum bayi menjadi cepat lelah, menjadi biru atau perut menjadi besar/ kembung (Prawirohardjo,2009) b. Pola eliminasi dikaji untuk mengetahui apakah bayi telah BAK dan BAB. Pada bayi dengan berat badan lahir rendah (BBLR) kita mengkaji pola eliminasi, sebab pada bayi BBLR kebutuhan nutrisi yang diberikan berbeda dengan bayi yang berat badannya normal, oleh sebab itu akan berpengaruh juga pada frekuensi BAB dan BAK nya setiap harinya. c. Pola istirahat dikaji untuk mengetahui apakah kebutuhan istirahat bayi telah terpenuhi atau tidak. Bayi yang mengalami berat badan lahir rendah (BBLR) memiliki pola tidur yang lebih banyak dari bayi normal, sebab nutrisi yang dikonsumsi sangat cukup dan memiliki frekuensi yang ditetapkan setiap jam, sehingga bayi lebih sering tertidur nyenyak dengan nutrisi yang cukup. d. Personal hygine dikaji untuk mengetahui bagaimana kebersihan pada diri bayi. Pada bayi dengan berat badan lahir rendah (BBLR) personal hygine juga perlu dikaji sebab kebersihan pada bayi sangat diutamakan untuk pencegahan infeksi. Pemeriksaan fisik sesuai dengan kebutuhan dan pemeriksaan tanda- tanda vital, meliputi
  • 43. 32 a. Pemeriksaan khusus (inspeksi, palpasi, auskultasi, dan perkusi). 1) Pemeriksaan penunjang (laboratorium dan cacatan terbaru serat cacatan sebelumnya). Pemeriksaan fisik a) Kepala Bentuk simetris atau tidak, UUB dan UUK datar atau tidak, keadaan rambut bersih atau tidak, adakah caput succedenum dan cephal hematome. b) Wajah Terdapat odema atau tidak, kebersihan muka simetris atau tidak dan warna kemerahan atau tidak c) Mata Simetris atau tidak, adakah pembengkakan pada kelopak mata,konjungtiva merah muda atau pucat, sklera putih atau tidak, adakah bulu mata atau tidak, adakah kotoran mata atau tidak d) Hidung Bentuk, lubang hidung, pernafasan cuping hidung, dan pengeluaran e) Mulut Bentuk bibir, lidah, palatum, reflek rooting f) Telinga Simetris atau tidak, lubang telinga, adakah cairan atau tidak
  • 44. 33 g) Leher Bendungan vena jugularis, pembesaran kelenjar tyroid, pembesaran kelenjar getah bening, reflek menelan, kepala bebas berputar h) Dada Bentuk dada, pengembangan rongga dada, suara jantung, suara paru-paru i) Ketiak Kebersihan, pembesaran kelenjar limfe j)Perut Bentuk simetris atau tidak, adakah bising usus, keadaan tali pusat, kembung,adakah benjolan, adakah pembesaran hati k) Punggung Fleksibilitas tulang punggung, tonjolan tulang punggung, lipatan bokong l) Anus Adakah lubang anus atau tidak m) Genetalia Adakah labia mayor dan labia minor, adakah klitoris dan orifisium uretra n) Ekstermitas Pergerakan dan jari-jari tangan dan kaki
  • 45. 34 o) Neuro Reflek moro, rooting, glabela, gland, plantar, tonik leher, menghisap p) Eliminasi BAK dan BAB a. Interpretasi data dasar (langkah II) Pada langkah kedua dilakukan identifikasi terhadap diagnosis atau masalah berdasarkan interpretasi yang benar atas data- data yang telah dikumpulkan. Data dasar tersebut kemudian diinterpretasi sehingga dapat dirumuskan diagnosis dan masalah yang spesifik. Baik rumusan diagnosis maupun masalah, keduanya harus ditangani. Meskipun masalah tidak dapat dartiakn sebagai diagnosis, tetapi tetap membutuhkan penanganan. b.Identifikasi diagnosis/ masalah potensial dan antisipasi penanganannya (langkah III) Pada langkah ketiga mengidentifikasi masalah potensial atau diagnosis potensial berdasarkan diagnosis/ masalah yang sudah diidentifikasi. Langkah ini membutuhkan antisipasi, bila memungkinkan dilakukan pencegahan. Bidan diharapkan dapat waspada dan bersiap- siap mencegah diagnosis masalah potensial I menjadi kenyataan. Langkah ini penting dituntut untuk mampu menagntisipasi masalah potensial tidak hanya merumuskan masalah
  • 46. 35 potensial yang akan terjadi, tetapi juga merumuskan tindakan antisipasi agar masalah atau diagnosis tersebut tidak terjadi. Langhkah ini bersifat antisipasi yang rasional/ logis. c. Tindakan segera atau kolaborasi (langkah IV) Bidan mengidentifikasi perlunya bidan atau dokter melakukan konsultassi atau penanganan segera bersama anggota tim kaesehatn lain dengan kondisi klien. Langkah keempat mencerminkan keseimangan proses manajemen kebidanan. Jadi, manajemen tidak hanya berlangsung seama asuhan primer periodic atau kunjungan prenatal saja, tetapi juga selama wanita tersebut dalam dampingan bidan. Misalnya, pada waktu wanita tersebut dalam persalinan. d. Rencana asuhan menyeluruh (langkah V) Pada langkah kelima direncanakan asuhan menyuluruh yang ditentukan berdasarkan langkah- langkah sebelumnya. Langkah ini merupakan kelautan manajemen untuk masalah atau diagnosis yang telah diidentikasi atau dantispasi atau diantisipasi. Pada langkah ini informasi data yang tidak lengkap dapat dilengkapi rencana asuhan yang menyuluruh tidak hanya meliputi segala hal yang sudah teridentifikasi dari kondisi klien atau dari setiap masalah yang terkait, tetapi juga dari kerangka pedoman antisipasi untuk klien tersebut. Pedoman antisipasi ini mencakup perkiraan tentang hal yang akan terjadi berikutnya: apakah dibutuhkan penyuluhan, konseling, dan
  • 47. 36 apakah bidan perlu merujuk klien bila ada sejumlah masalah terkait sosial, ekonomi, kultural, atau psikososial. e. Pelaksanaan langsung asuhan dengan efisien dan aman (langkakh VI) Pada langkah keenam, rencana asuhan menyuluuh dilakua denangn efisien dan aman. Pelaksanaan ini bisa dilakukan seluruhnya oleh bidan atau sebagian dikerjakan oleh klien atau anggota tim kesehatan lainnya walua bidan tidak melakukan nya sendiri, namun ia tetap memikul tangung jawab untuk mengarahkan pelaksanaanya (misalnya dengan memastikan bahwa langkah tersebut benar-benar terlaksana) f. Evaluasi ( langkah VII) Evaluasi dilakukan secara siklus dan dengan mengkaji ulang aspek asuhan yang tidak efektif untuk mengetahui faktor mana yang menguntungkan atau menghambat keberhasilan asuhan yang diberikan. Pada langkah terakhir, dilakukan evaluasi keefektifan asuhan yang sudah diberikan. Ini meliputi evaluasi pemenuhan kebutuhan akan banuan apkah benar- benar telah terpenuhi sebagaimana diidentifkasi didalam diagnosis dan masalah. Rencana tersebut dapat dianggap efektif jika memang benar efektif dalam pelaksanaanya. (Soepardan.2009; h.97)
  • 48. 37 C. Pendokumentasian Hasil Asuhan Kebidanan Metode 4 langkah pendokumentasian disebut SOAP ini dari proses pemikiran penatalaksanaan kebidanan. Dipakai untuk pendokumentasian hasil asuhan klien dalam rekaman medis sebagai catatan perkembanagan I (satu) kemajuan yaitu: 1. Subjektif (S) Apa yang dikatakan, disampaikan, dikeluhkan oleh klien. 2. Objektif (O) Apa yang dilihat dan diraba oleh badan saat melakukan pemeriksaan dan dari hasil pemeriksaan laboratorium. 3. Assesment (A) Kesimpulan apa yang dibuat berdasarkan data subyektif dan obyektif sebagai hasil pengembangan keputusan klinik terhadap klien tersebut. 4. Planning (P) Apa yang dilakukan berdasrkan hasil kesimpulan dan evaluasi terhadap keputusan klinik yang diambil atau memenuhi kebutuhan klien (Saminen,2008).
  • 49. 38 BAB III METEDOLOGI PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis karya tulis ini adalah studi kasus, studi kasus adalah studi yang dilakukan dengan cara meneliti suatu permasalahan melalui suatu proses yang terdiri dari unit tunggal (Notoatmodjo, 2005). Metode yang digunakan dalam studi kasus ini adalah metode deskriptif yaitu suatu metode yang dilakukan dengan tujuan utama untuk memaparkaan atau membuat gambaran tentang gambaran tentang keadaan secara objektif. B. Lokasi Studi Kasus Lokasi studi kasus merupakan tempat dimana pengambilan kasus tersebut akan dilaksanakan (Notoatmodjo, 2005). Dalam penelitian ini, lokasi studi kasus dilakukan di BPM Sakinah Jl. Agus Salim Kecamatan Katobu. C. Waktu Studi Kasus Waktu studi kasus adalah jangka waktu yang dibutuhkan penulis untuk memperoleh data studi kasus yang dilaksanakan. Studi kasus ini dilakukan pada tanggal 3 September – 4 September 2016. D. Subjek Studi Kasus Dalam penulisan studi kasus ini subjek merupakan hal atau orang yang akan dijadikan sebagai pengambilan kasus ((Notoatmodjo, 2005).. subjek studi kasus ini dilakukan pada bayi Ny’’R’’
  • 50. 39 E. Metode Pengambilan Data 1. Melakukan pengkajian melalui anamnesa untuk mendapatkan data subjektif, melakukan penilaian awal dan pemeriksaan fisik untuk mendapatkan data objektif. 2. Melakukan penatalaksanaan penanganan awal pada bayi baru lahir dengan asfiksia sesuai dengan Standar Operasional Prosedur (SOP) yang berlaku dimulai dari awal kelahiran bayi hingga 2 jam pasca penanganan awal dengan panduan job sheet. F. Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data yang digunakan penulis adalah 1. Data primer Adalah materi atau kumpulan fakta yang dikumpulan sendiri oleh peneliti pada saat berlangsung suatu penelitian (Nursalam,2003). a. Pemeriksaan fisik Menurut (Nursalam, 2003) pemeriksaan fisik dipergunakan untuk mengetahui keadaan fisik pasien sistematis dengan cara 1) Inspeksi Adalah suatu proses observasi yang dilakukan sistematik dengan menggunakan indra penglihatan, pendengaran, dan penciuman sebagai suatu alat untuk mengumpulkan data, inspeksi pada kasus ini dilakukan secara berurutan mulai dari kepala sampai kaki dan memriksa conjungtiva, pada mata ibu nifas dengan anemia sedang kelihatan. Pucat.
  • 51. 40 2) Palpasai Palpasi teknik yang menggunakan indra peraba tangan, jari, adalah suatu istrumen yang sensintif yang digunakan untuk mengumpulkan data tentang temperature, turgor,bentuk, kelembapan, vibrasi, dan ukuran. Dalam hal ini palpasi dilakukan meliputi nadi, temperature dan pengukuran TFU 3) Perkusi Adalah suatu pemeriksaan dengan jalan mengetuk untuk membandingkan kiri kana pada setiap permukaan tubuh dengan tujuan menghasilkan suara. Perkusi yang bertujuan untuk mengidentifikasi, lokasi, ukuran, bentuk dan konsistensi jaringan. Pada kasus ini dilakukan perkusi dengan pemeriksaan reflex patella. 4) Auskultasi Adalah pemeriksaan dengan jalan mendengarkan suatu yang dihasilkan oleh tubuh dengan menggunakan stetoskop. Pemeriksaan ini dilakukan untuk mengetahui tekanan darah pesien yaitu dengan menggunakan staseskop. b. Wawancara Adalah suatu metode yang digunakan untuk mengumpulkan data dimana peneliti mendapatkan keterngan atau pendirian secara lisan dari seseorang sasaran peneliti (responden) atau
  • 52. 41 bercakap – cakap berhadapan muka dengan orang tersebut (face to face) (Notoatmodjo, 2002). Wawancara dilakukan pada ibu nifas dengan anemia sedang, dan keluarga serta tenaga kesehatan atau bidan. c. Observasi Adalah teknik pengumpulan data dengan cara mengamati subjek dan melakukan berbagai macam pemeriksaan yang berhubungan dengan kasus yang diambil. Observasi dapat berupa pemeriksaan umum, pemeriksaan dan pemeriksaan penunjang Pelaksanaan observasi pada ibu nifas dengan anemia sedang meliputi keadaan umum, tanda – tanda vital, tinggi fundus uteri, lochea, muka, konjungtiva dan kadar hemoglobin. 2. Data sekunder Adalah data yang diperoleh selain dari pemeriksaan fisik atau terapi diperoleh dari keterangan keluarga sama lingkungannya, mempelajari status dan dokumentasi pasien, catatan dalam kebidanan dan studi (Notoatmodjo, 2012). a. Studi dokumentasi Dokumen adalah semua bentuk sumber infoemasi yang berhubungan dengan dokumen. Dalam studi kasus ini dokumen merupakan buku catatan ream medic yang didapatkan dari BPM Sakinah.
  • 53. 42 b. Studi kepustakaan Adalah bahan – bahan pustaka yang sangat penting dan menunjang latar belakang teoritis dari studi penelitian. Pada kasus ini mengambil sudi kepustakaan dari buku, laporan penelitian, majalah ilmiah, jurnal dan sumber terbaru yang berhubungan dengan anemia sedang. Alat – alat yang digunakan Alat dan bahan yang dibutuhkan dalam pengambilan data antara lain : 1. Alat dan bahan dalam pengambilan data a. Format pengkajian pada ibu nifas b. Buku tulis c. Pulpent 2. Alat dan bahan dalam melakukan pemeriksaan fisik dan observasi a. Timbangan berat badan b. Alat pengukuran tinggi badan c. Tensimeter d. Stasteskop e. Sarung tangan f. Thermometer g. Jam tangan 3. Alat untuk pedokumntasian adalah mengguabakan lembar observasi
  • 54. 42 BAB IV HASIL PEMBAHASAN DAN STUDI KASUS A. Hasil Pembahasan Pada bab ini menguraikan tentang bagaimana penerapan manajemen dan pendokumentasian asuhan kebidanan yang dimulai dari pengumpulan data dasar,identifikasi diagnosa dan masalah aktual,diagnosa potensial,menilai perlunya tindakan segera,kolaborasi dan konsultasi,rencana asuhan,pelaksanaan asuhan hingga evaluasi keefektifan asuhan kebidanan serta pendokumentasian yang dilakukan. Berdasarkan karakteristiknya, asfiksia diklasifikasikan menjadi asfiksia ringan, asfiksia sedang, dan asfiksia berat. Karakteristik ini dinilai berdasarkan penilaian APGAR, yaitu pada asfiksia ringan dengan nilai APGAR 7-8, pada pemeriksaan fisik yang dilakukan didapatkan hasil bayi menangis lemah, warna kulit kemerahan namun bibir tampak sianosis, tonus otor baik sehingga setelah dilakukan penanganan awal dapat dilakukan manajemen perawatan bayi normal. Pada asfiksia ringan didapat nilai APGAR 7-8 dari pemeriksaan fisik didapatkan hasil frekuensi jantung lebih dari 100 x/menit, tonus otot baik, bayi tampak sianosis, dan reflex iritabilitas tidak ada. Hal ini sesuai dengan teori yang dinyatakan oleh Saifuddin (2010).
  • 55. 43 Setelah bayi menangis spontan setelah dilakukan penanganan awal maka selanjutnya dilakukan asuhan yaitu pemantauan dan perawatan tali pusat untuk meyakinkan tidak terjadinya perdarahan tali pusat kemudian dilakukan inisiasi menyusu dini (IMD) selama satu jam. Setelah satu jam IMD dilakukan pemberian vitamin K1 1 mg intramuscular di paha kanan bayi dan memberikan salep mata antibiotika. Pelaksanaan Asuhan Pada Bayi Baru Lahir Dengan asfiksia Ringan pada bayi Ny’’R” di BPM Sakinah Tanggal 5 Septyember 2016 Kabupaten Muna Pengukuran berat badan bertujuan untuk menilai apakah pemberian nutrisi dan cairan sudah adekuat, mengidentifikasi masalah yang masalah yang berhubungan dengan BBLR, memantau pertumbuhan, serta menghitung dosis obat dan jumlah cairan. Pengukuran dilakukan dua kali seminggu (kecuali kalau diperlukan lebih sering) sampai berat badan meningkat pada tiga kali penilaian berturut-turut dan kemudian dinilai seminggu sekali selama bayi masih dirawat di rumah sakit. Kenaikan berat badan minimum 15 gr/kgBB/hari selama tiga hari. Peralatan yang digunakan adalah timbangan dengan ketepatan 5-10 gr yang dibuat khusus untuk menimbang bayi. Alat timbangan harus
  • 56. 44 ditera sesuai petunjuk,atau lakukan peneraan sekali seminggu atau setiap kali alat dipindahkan tempatnya jika buku petunjuk tidak ada. Cara penimbangan adalah : sebelumnya beri alas kain yang bersih di atas papan timbangan, letakkan bayi dalam keadaan telanjang dengan hati-hati di atas alas, tunggu sampai bayi tenang untuk ditimbang, selanjutnya baca skala berat badan sampai 5-10 gr terdekat. Catat berat badan dan hitung kenaikan/penurunan berat badan. B. Tinjauan Teori Tentang Asuhan Kebidanan 1. Pengertian Manajemen asuhan kebidanan atau sering disebut manajemen asuhan kebidanan adalah suatu metode berfikir dan bertindak secara sistematis dan logis dalam memberi asuhan kebidanan, agar menguntungkan kedua belah pihak baik klien maupun pemberi asuhan. Manajemen kebidanan merupakan proses pemecahan masalah yang digunakan sebagai metode untuk mengorganisasikan pikiran dan tindakan berdasarkan teori ilmiah, temuan-temuan, keterampilan, dalam rangkaian tahap-tahap yang logis untuk pengambiln suatu keputusan yang berfokus terhadap klien. Kebidanan diadaptasi dari sebuah konsep yang dikembangkan oleh Helen Varney dalam buku Varney’s Midwifery, edisi ketiga tahun
  • 57. 45 1997, menggambarkan proses manajemen asuhan kebidanan yang terdiri dari tujuh langkah yang berturut secara sistematis dan siklik. Varney menjelaskan bahwa proses pemecahan masalah yang ditemukan oleh perawat dan bidan pada tahun 1970-an. Proses ini memperkenalkan sebuah metode pengorganisasian pemikiran dan tindakan dengan urutan yang logis dan menguntungkan baik bagi klien maupun bagi tenaga kesehatan. Proses manajemen kebidanan ini terdiri dari tujuh langkah yang berurutan, dan setiap langkah disempurnakan secara berkala. Proses dimulai dari pengumpulan data dasar dan berakhir dengan evaluasi. Ke-tujuh langkah tersebut membentuk suau kerangka lenkap yang dapat diaplikasikan dalam situasi apapun. Akan tetapi setiap langkah dapat diuraikan lagi menjadi langkah-langkah yang lebih detail dan ini bias berubah sesuai dengan kebutuhan klien. (Saminem, 2010; h. 39) 2. Langkah dalam manajemen kebidanan menurut Varney Tahap pengumpulan data dasar (langkah I) Pada langkah pertama dikumpulkan semua informasi (data) yang akurat dan lengkap dari semua sumber yag berkaitan dengan kondisi klien. Untuk memperoleh data dilakukan dengan cara: Anamnesis, anamnesis dilakukan untuk mendapatkan biodata, riwayat menstruasi, riwayat kesehatan , riwayat kehamilan, persalinan dan nifas, bio- psiko- sioso-spiritual, serta pengetahuan klien.
  • 58. 46 a. Identitas Identitas bayi didapat dari anamnesa yang dilakukan oleh bidan terhadap orang tua bayi untuk memperoleh informasi tentang identitas bayi baru lahir, seperti umur bayi, jam kelahiran bayi, jenis kelamin bayi dan anak keberapa. b. Riwayat Antenatal 1) Data ini penting untuk diketahui oleh bidan sebagai data acuan untuk memprediksi apakah terdapat penyulit pada kehamilan saat bayi masih dalam kandungan. 2) Kesehatan janin dikaji untuk mengetahui kondisi janin saat ini 3) Keluhan trismester 1, 2 dan 3 dikaji untuk mengetahui keluhan yang pernah dirasakan oleh orang tua bayi saat hamil 4) Frekuensi ANC selama kehamilan trismester 1, 2 dan 3 dikaji untuk mengetahui seberapa sering orang tua bayi pernah memeriksakan diri saat hamil 5) Pola nutrisi dikaji untuk mengetahui asupan nutrisi pada orang tua bayi 6) Perilaku kesehatan dikaji untuk mengetahui apakah orang tua bayi pernah merokok, mengonsumsi alkohol, obat-obatan atau jamu selama hamil c. Riwayat Proses Persalinan
  • 59. 47 1) Data ini penting untuk diketahui oleh bidan sebagai data acuan untuk memprediksi apakah terdapat penyulit saat terjadinya proses kelahiran bayi. 2) Tempat lahir dikaji untuk mengetahui dimanakah bayi dilahirkan 3) Ditolong oleh dikaji untuk mengetahui siapakah yang menolong kelahiran bayi 4) Jenis persalinan dikaji untuk mengetahui bagaimana cara bayi dilahirkan 5) Lama persalinan dikaji untuk mengetahui seberapa lama proses persalinan 6) Tanggal lahir dikaji untuk mengetahui kapan bayi di 7) Lahirkan dan pukul untuk mengetahui waktu bayi dilahirkan 8) BB dikaji untuk mengetahui berapakah berat badan bayi, PB dikaji untuk mengetahui berapakah panjang badan bayi dan nilai apgar digunakan untuk menilai apakah bayi sudah dalam keadaan normal atau tidak. 9) Jenis kelamin dikaji untuk mengetahui apa jenis kelamin bayi 10) Cacat bawaan dikaji untuk mengetahui apakah bayi lahir dalam keadaan cacat atau tidak 11) Masa gestasi dikaji untuk mengetahui apakah bayi lahir cukup bulan atau tidak
  • 60. 48 12) Resusitasi dikaji untuk mengetahui apakah bayi telah dilakukan tindakan resusitasi atau tidak a. Pola Kebutuhan Sehari-hari Nutrisi dikaji untuk mengetahui apa saja yang diberikan untuk memenuhi kebutuhan nutrisi pasien. Nutrisi yang diberikan pada bayi dengan berat badan lahir rendah (BBLR) juga akan berbeda, sebab kapsitas lambung BBLR sangat kecil sehingga minum harus sering diberikan tiap jam. Perhatikan juga apakah selama pemberian minum bayi menjadi cepat lelah, menjadi biru atau perut menjadi besar/ kembung (Prawirohardjo,2009) b. Pola eliminasi dikaji untuk mengetahui apakah bayi telah BAK dan BAB. Pada bayi dengan berat badan lahir rendah (BBLR) kita mengkaji pola eliminasi, sebab pada bayi BBLR kebutuhan nutrisi yang diberikan berbeda dengan bayi yang berat badannya normal, oleh sebab itu akan berpengaruh juga pada frekuensi BAB dan BAK nya setiap harinya. c. Pola istirahat dikaji untuk mengetahui apakah kebutuhan istirahat bayi telah terpenuhi atau tidak. Bayi yang mengalami berat badan lahir rendah (BBLR) memiliki pola tidur yang lebih banyak dari bayi normal, sebab nutrisi yang dikonsumsi sangat cukup dan memiliki frekuensi yang ditetapkan setiap jam, sehingga bayi lebih sering tertidur nyenyak dengan nutrisi yang cukup.
  • 61. 49 d. Personal hygine dikaji untuk mengetahui bagaimana kebersihan pada diri bayi. Pada bayi dengan berat badan lahir rendah (BBLR) personal hygine juga perlu dikaji sebab kebersihan pada bayi sangat diutamakan untuk pencegahan infeksi. Pemeriksaan fisik sesuai dengan kebutuhan dan pemeriksaan tanda- tanda vital, meliputi a. Pemeriksaan khusus (inspeksi, palpasi, auskultasi, dan perkusi). 1) Pemeriksaan penunjang (laboratorium dan cacatan terbaru serat cacatan sebelumnya). Pemeriksaan fisik a) Kepala : Bentuk simetris atau tidak, UUB dan UUK datar atau tidak, keadaan rambut bersih atau tidak, adakah caput succedenum dan cephal hematome. b) Wajah Terdapat odema atau tidak, kebersihan muka simetris atau tidak dan warna kemerahan atau tidak c) Mata Simetris atau tidak, adakah pembengkakan pada kelopak mata,konjungtiva merah muda atau pucat, sklera putih atau tidak, adakah bulu mata atau tidak, adakah kotoran mata atau tidak d) Hidung
  • 62. 50 Bentuk, lubang hidung, pernafasan cuping hidung, dan pengeluaran e) Mulut Bentuk bibir, lidah, palatum, reflek rooting f) Telinga Simetris atau tidak, lubang telinga, adakah cairan atau tidak g) Leher Bendungan vena jugularis, pembesaran kelenjar tyroid, pembesaran kelenjar getah bening, reflek menelan, kepala bebas berputar h) Dada Bentuk dada, pengembangan rongga dada, suara jantung, suara paru-paru i) Ketiak Kebersihan, pembesaran kelenjar limfe j) Perut Bentuk simetris atau tidak, adakah bising usus, keadaan tali pusat, kembung,adakah benjolan, adakah pembesaran hati k) Punggung Fleksibilitas tulang punggung, tonjolan tulang punggung, lipatan bokong
  • 63. 51 l) Anus Adakah lubang anus atau tidak m) Genetalia Adakah labia mayor dan labia minor, adakah klitoris dan orifisium uretra n) Ekstermitas Pergerakan dan jari-jari tangan dan kaki o) Neuro Reflek moro, rooting, glabela, gland, plantar, tonik leher, menghisap p) Eliminasi BAK dan BAB a. Interpretasi data dasar (langkah II) Pada langkah kedua dilakukan identifikasi terhadap diagnosis atau masalah berdasarkan interpretasi yang benar atas data- data yang telah dikumpulkan. Data dasar tersebut kemudian diinterpretasi sehingga dapat dirumuskan diagnosis dan masalah yang spesifik. Baik rumusan diagnosis maupun masalah, keduanya harus ditangani. Meskipun masalah tidak dapat dartiakn sebagai diagnosis, tetapi tetap membutuhkan penanganan. b. Identifikasi diagnosis/ masalah potensial dan antisipasi penanganannya (langkah III)
  • 64. 52 Pada langkah ketiga mengidentifikasi masalah potensial atau diagnosis potensial berdasarkan diagnosis/ masalah yang sudah diidentifikasi. Langkah ini membutuhkan antisipasi, bila memungkinkan dilakukan pencegahan. Bidan diharapkan dapat waspada dan bersiap- siap mencegah diagnosis masalah potensial I menjadi kenyataan. Langkah ini penting dituntut untuk mampu menagntisipasi masalah potensial tidak hanya merumuskan masalah potensial yang akan terjadi, tetapi juga merumuskan tindakan antisipasi agar masalah atau diagnosis tersebut tidak terjadi. Langhkah ini bersifat antisipasi yang rasional/ logis. c. Tindakan segera atau kolaborasi (langkah IV) Bidan mengidentifikasi perlunya bidan atau dokter melakukan konsultassi atau penanganan segera bersama anggota tim kaesehatn lain dengan kondisi klien. Langkah keempat mencerminkan keseimangan proses manajemen kebidanan. Jadi, manajemen tidak hanya berlangsung seama asuhan primer periodic atau kunjungan prenatal saja, tetapi juga selama wanita tersebut dalam dampingan bidan. Misalnya, pada waktu wanita tersebut dalam persalinan. d. Rencana asuhan menyeluruh (langkah V) Pada langkah kelima direncanakan asuhan menyuluruh yang ditentukan berdasarkan langkah- langkah sebelumnya. Langkah ini merupakan kelautan manajemen untuk masalah atau diagnosis yang telah diidentikasi atau dantispasi atau diantisipasi. Pada langkah ini
  • 65. 53 informasi data yang tidak lengkap dapat dilengkapi rencana asuhan yang menyuluruh tidak hanya meliputi segala hal yang sudah teridentifikasi dari kondisi klien atau dari setiap masalah yang terkait, tetapi juga dari kerangka pedoman antisipasi untuk klien tersebut. Pedoman antisipasi ini mencakup perkiraan tentang hal yang akan terjadi berikutnya: apakah dibutuhkan penyuluhan, konseling, dan apakah bidan perlu merujuk klien bila ada sejumlah masalah terkait sosial, ekonomi, kultural, atau psikososial. e. Pelaksanaan langsung asuhan dengan efisien dan aman (langkakh VI) Pada langkah keenam, rencana asuhan menyeluruh dilakua dengan efisien dan aman. Pelaksanaan ini bisa dilakukan seluruhnya oleh bidan atau sebagian dikerjakan oleh klien atau anggota tim kesehatan lainnya walau bidan tidak melakukan nya sendiri, namun ia tetap memikul tangung jawab untuk mengarahkan pelaksanaanya (misalnya dengan memastikan bahwa langkah tersebut benar-benar terlaksana) f. Evaluasi ( langkah VII) Evaluasi dilakukan secara siklus dan dengan mengkaji ulang aspek asuhan yang tidak efektif untuk mengetahui faktor mana yang menguntungkan atau menghambat keberhasilan asuhan yang diberikan. Pada langkah terakhir, dilakukan evaluasi keefektifan asuhan yang sudah diberikan. Ini meliputi evaluasi pemenuhan kebutuhan
  • 66. 54 akan banuan apkah benar- benar telah terpenuhi sebagaimana diidentifkasi didalam diagnosis dan masalah. Rencana tersebut dapat dianggap efektif jika memang benar efektif dalam pelaksanaanya. (Soepardan.2009; h.97) 2.Pendokumentasian Hasil Asuhan Kebidanan Metode 4 langkah pendokumentasian disebut SOAP ini dari proses pemikiran penatalaksanaan kebidanan. Dipakai untuk pendokumentasian hasil asuhan klien dalam rekaman medis sebagai catatan perkembanagan I (satu) kemajuan yaitu: 1. Subjektif (S) Apa yang dikatakan, disampaikan, dikeluhkan oleh klien. 2. Objektif (O) Apa yang dilihat dan diraba oleh badan saat melakukan pemeriksaan dan dari hasil pemeriksaan laboratorium. 3. Assesment (A) Kesimpulan apa yang dibuat berdasarkan data subyektif dan obyektif sebagai hasil pengembangan keputusan klinik terhadap klien tersebut. 4. Planning (P) Apa yang dilakukan berdasrkan hasil kesimpulan dan evaluasi terhadap keputusan klinik yang diambil atau memenuhi kebutuhan klien (Saminen,2008).
  • 67. 55 C.Studi Kasus ASUHAN KEBIDANAN BAYI BARU LAHIR PADA BY “ R” UMUR 1 HARI DENGAN ASFIKSIA RINGAN DI BPM SAKINAH TANGGAL 5 – 09 – 2016 No Register : 050916 Tanggal Masuk : 3 September 2016, jam 05.00 Tanggal Pengkajian : 04 September 2016, jam 09.10 Nama Pengkaji : Jayanti Sakti LANGKAH I IDENTIFIKASI DATA DASAR A. IDENTITAS BAYI Nama : bayi ny R Umur : 1 hari Tanggal/ jam lahir : 4 - 09 – 2016 , 10.05 wita Berat badan : 3500 gram Jenis kelamin : laki-laki Anak : 7 ( tujuh ) B. IDENTITAS AYAH / IBU Nama ayah / ibu ; TN “ H”/ ny “ R” Umur ayah/ ibu : 42 thn / 38 thn Suku ayah / ibu :makasar / maros
  • 68. 56 Agama ayah/ ibu :islam / islam Pendidikan ayah / ibu : SI / SI Pekerjaan ayah / ibu : PNS / IRT Alamat : Jln LR.Cendana C. KELUHAN BAYI Bayi mengalami susah bernafas D. DATA BIOLOGIS/ PSIKOLOGIS 1. Riwayat obstetric ibu - Riwayat kehamilan : GVIIPVIAO - Permulaan kehamilan : HPHT 22 – 11 – 2015, TP 29 – 08 – 2016 - Pemeriksaan kehamilan : 4 kali selama kehamilan di BPM Sakinah - Imunisasi TT pada umur kehamilan 32 minggu TT1 di BPM Sakinah - Ibu tidak mengalami gangguan kesehatan yang berat, hanya ketidaknyamanan yang fisiologis. - Pegobatan : tidak mengkonsumsi Fe, kalak, selam kehamilan - Obat/ jamu yang diminum : tidak ada
  • 69. 57 2. Riwayat persalinan Bayi lahir tanggal 04 – 09 – 2016, jam 10 . 05 wita, secara spontan, bayi tidak menangis spontan dengan presentasi belakang kepala, BBL : 3500 gram, PB : 50 cm Apgar scour : 7/8 TANDA 0 1 2 JUMLAH NILAI Menit I Frekwensi jantung Usaha bernapas Tonus otot Refleks Warna Tidak ada Tidak ada Lumpuh Tak bereaksi Bru/ pucat < 100 Lambat, Tidak teratur Ext. Fleksi sedikit Gerakan aktif Tubuh kemerah an, tangan dan kakai biru > 100 Menangis kuat Gerakan aktif Menangis Kemerahan 1 2 2 1 1 Menit II Frekwensi Tidak ada < 100 > 100 1
  • 70. 58 jantung Usaha bernapas Tonus otot Refleks Warna Tidak ada Lumpuh Tidak bereaksi Biru/ Pucat Lambat, Tidak teratur Ext. Fleksi sedikit Gerakan aktif Tubuh kemerah an, tangan dan kaki biru Menangis kuat Gerakan aktif Menangis Kemerahan 1 2 2 2 a. Partus di BPM Sakinah b. Ditolong oleh bidan dan mahasiswa c. Tidak ada penyulit d. Keadaan bayi saat lahir - Jenis kelamin laki – laki - Bayi lahir tanggal 04 – 09 – 2016 - Usia kehamilan 40 minggu 2 hari - Ada tanda asfiksia ringan - Plasenta lengkap
  • 71. 59 E. KEADAAN BAYI 1. Keadaan umum bayi kurang baik 2. Pengeluaran meconium (+) 3. BAK (+), BAB (+) 4. Riwayat pemantauan kebutuhan dasar. a. Nutrisi - Jenis : susu formula - Frekwensi : sering diberikan tiap bayi menangis atau bangun/ sesuai kebutuhan - Cara pemberian : botol susu - Kemampuan mengisap kurang baik - Keadaan bayi baik. b. Eliminasi - Kebiasaan BAK : baik dan lancar - Frekwensi BAK : 4 – 6 kali/hari - Warna / bau : kuning muda / amoniak - Loyer diganti : setiap kali BAK BAB - Kebiasaan : baik - Frekwensi : 2 x / hari - Warna/ konstitensi : coklat kehitaman / lunak - Loyer diganti : setiap BAB
  • 72. 60 c. Mandi 1. Kebiasaan 1 kali // hari 2. Rambut bayi tampak bersih 3. Mata tampak bersih 4. Hidung dan telinga tampak bersih 5. Kuku tangan dan kaki agak panjang lembut dan bersih 6. Genitalia dan anus bersih 7. Pakaaian diganti tiap kali basah dan habis mandi d. Tidur 1. Bayi sering tidur dan terbangun karena haus, lapar, dan celananya basah 2. Waktu tidur bayi biasanya pada pagi hari dan siang hari, sedangkan malam hari bayi sering terbangun. F. DATA PSIKOSOSIAL 1. Pola emosional bayi a. Bayi menangis jika lapar dan celananya basah b. Bayi gelisah pada saat tidur bila haus. 2. Pola emosional orang tua a. Orang tua sangat senang atas kelahiran bayinya. b. Orang tua terharap agar bayinya dapat tumbuh kembang dengan baik.
  • 73. 61 G. PEMERIKSAAN UMUM 1. Keadaan umum bayi baik 2. BBL : 3.500 gram 3. PB : 50 cm 4. Tonus otot : aktif Pemeriksaan Tanda – Tanda Vital 1. Pernafasan : 35 kali/menit Normal : 40 – 60 kali / menit 2. Nadi : 120 kali / menit Normal : 100 – 160 kali / menit 3. Suhu : 36,50 C Normal : 36,5 – 370 C H. PEMERIKSAAN FISIK 1. Kepala / wajah o Rambut : hitam o Sutura : Nampak terbentuk dan teraba jelas o Ubun – ubun :tampak, teraba lembek o Muka : tidak pucat o Rambut hitam, tipis dan lurus, ubun-ubun teraba lembek, sutura teraba jelas, tidak ada tanda-tandacaput. 2. Mata - Simetris kiri dan kanan - Mata tampak bersih
  • 74. 62 - Konjungtiva merah muda - Sklera tidak ikterus - Simetris kiri dan kanan, konjungtif merah muda, tidak ada strabismus dan tampak bersih 3. Hidung - Simetris kiri dan kanan - Hidung tampak bersih - Simetris kiri dan kanan, tidak ada secret pada hidung, hidung tampak bersih 4. Telinga - Simetris kiri dan kanan - Telinga nampak bersih - Tidak ada kalainan pada telinga - Letak telinga normal, telinga bersih, tidak secret 5. Mulut / bibir - Bibir lembab agak pucat - Reflex mengisap tidak ada 6. Leher - Tidak ada kelainan - Tonus otot leher baik - Tidak ada pembesaran kelenjar tiroid dan tidak ada
  • 75. 63 7. Dada - Simetris kiri dan kanan - Mengembang simetris bersamaan dengan respirasi - Pergerakan dada mengikuti gerak napas, tidak ada penonjolan tulang dada 8. Perut - Tidak ada benjolan pada perut - Tali pusat masih basah - Tali pusat terbungkus kassa steril - Keadaan tali pusat masih basah dan dibungkus dengan kain kasa ( belum puput ) tali pusat tidak basah, tidak ada pembengkakan disekitar tali pusat 9. Pinggul Tidak ada fraktur dan penonjolan dan tidak ada kelainan 10. Punggung dan bokong - Tidak ada kelainan - Tampak adanya lipatan pada bokong - Tidak ada fraktur dan penonjolan dan tidak ada kelainan 11. Genitalia - Kebersihan baik - Tidak ada kelainan pada genitallia - Keadaan uretra normal, keadaan skrotum normal dan testis dua / lengkap
  • 76. 64 12. Kulit - Warna kulit kemerahan, tidak ada tanda- tanda ikterus, turgor kulit baik dan sianosis - Tidak ada rambut lanugo 13. Anus - Lubang anus ada - Anus bersih - Tidak ada kelainan pada anus 14.Ekstremitas - Tangan : - Simertis kiri dan kanan - Pergerakan baik - Jari – jari tangan lengkap - Refleks moro dan menggenggam baik - Kaki : - Simetris kiri dan kanan - Pergerakan baik - Tidak ada kelainan - Jari – jari kaki lengkap - Refleks babinsky baik I.PEMERIKSAAN ANTROPOMETRI - Sub.oxipito-bregmatika : 32 cm - Sirk.Fronto Oksipitalis : 34 cm - Sirk.Mento Oksipitalis : 35 cm - Lingkar dada : 32 cm
  • 77. 65 - Lingkar perut : 30 cm - Lingkar lengan atas : 9 cm MENILAI SISTIM REFLEKS 1. Refleks genggam : bayi bereaksi terhadap sentuhan pada tangannya sehingga bereaksi untuk menggenggam 2. Refleks morro : bayi bereaksi terhadap tepukan tangan 3. Refleks rooting : bayi tidak bereaksi terhadap sentuhan pada bibirnya 4. Refleks sucking : bayi tidak mengisap dengan baik 5. Refleks swallowing : bayi tidak menelan dengan baik saat disusui 6. Refleks babinsky : bayi bereaksi terhadap sentuhan pada telapak kaki sehingga telapak kaki bayi melengkung atau membentuk huruf C PEMERIKSAAN LABORATORIUM Tidak dilakukan LANGKAH II IDENTIFIKASI DIAGNOSA / MASALAH AKTUAL Diagnosa : Bayi baru lahir cukup bulan, sesuai masa kehamilan dengan asfiksia ringan 1. Bayi baru lahir cukup bulan, sesuai masa kehamilan Dasar : Data subjektif :
  • 78. 66 a. HPHT :22-11-2015 b. Bayi lahir tanggal 04 – 09 – 2016, jam 10.05 Wita Data objektif a. TP :29-08-2016 b. Umur kehamilan 41 minggu c. Tidak terdapat rambut lanugo Analisis dan interpertasi Cukup bulan (term infant) jika masa gestasi259 sampai 294 hari(37-42 minggu) (Marmi, 2012 : 04). 2. Asfiksia ringan Dasar : Data objektif : a. Keadaan umum bayi lemah b. Menangis : lemah c. Bibir tampak sianosis /kebiruan d. Pergerakan/tonus otot : baik e. APGAR : 7/8 Analisis dan interpertasi 1) Asfiksia adalah kegagalan napas secara spontan dan teratur pada saat lahir atau beberapa saat setelah lahir yang ditandai dengan hipoksemia, hiperkarbia, dan asidosis (Saputra, 2014) 2) Pada asfiksia sedang tanda dan gejala yang sering muncul adalah sebagai berikut : takipnea dengan napas lebih dari 60 kali/menit,
  • 79. 67 bayi tampak sianosis, adanya retraksi sela iga, bayi merintih (grunting), adanya pernafasan cuping hidung dan bayi kurang aktifitas (Dewi, 2010). LANGKAH III IDENTIFIKASI DIAGNOSA DAN MASALAH POTENSIAL Potensial terjadinya asfiksia sedang dan hipotermi 1. Asfiksia sedang Dasar : Data Subjektif : - Data Objektif : a. APGAR skor 7/8 b. Terdapat lender dan cairan dalam hidung dan mulut. c. Bayi lahir tidak langsung menangis Analisa dan interprestasi 1) Adanya lender yang banyak pada saluran nafas (mulut dan hidung)dapt menghambat jalan nafas sehingga proses resporasi terganggu dan menimbulkan asfiksia sedang dan tanpa pertolongan yang lebih lanjut akan berpotensi terjadi asfiksia berat (Viona, 2012). 2) Asfiksia sedang adalah keadaan gawat bayi yang tidak dapat bernafas spontan dan teratur, sehingga dapat menurunkan oksigen dan makin meningkatkan karbondioksida yang
  • 80. 68 menimbulkan akibat buruk dalam kehidupan lebih lanjut ditandai dengan Apgar Score <7 (Manuaba, 2012) 2. Potensial terjadi hipotermi Dasar : Data Subjektif : - Data Objektif : a. Tubuh bayi masih basah oleh lender dan cairan ketuban b. Suhu 36,5 0 C. c. Bibir tampak kebiruan/sianosis Analisa dan interprestasi Hipotermi adalah bayi dengan suhu dibawah normal, dimana suhu normal pada bayi adalah 36,5 0 C – 37,50 C. gejala awal hipotermi apabila suhu < 36,5 0 C atau kedua kai dan tangan teraba dingin (Marmi, 2013). LANGKAH IV PERLUNYA TINDAKAN SEGERA / KOLABORASI Tindakan segera untuk penanganan awal bayi asfiksia ringan adalah menjaga kehangatan, atur posisi, isap lender, melakukan rangsangan taktil, keringkan, atur kembali posisi dan nilai bayi. LANGKAH V RENCANA ASUHAN Tujuan : 1. Asfiksia pada bayi teratasi
  • 81. 69 2. Bayi dalam keadaan baik 3. Tidak ada hipotermi Kriteria keberhasilan: 1. Asfiksia teratasi ditandai dengan bayi menangis kuat, pernafasan lancer dan teratur, seluruh tubuh kemerahan, pergerakan aktif 2. Bayi dalam keadaan baik yang ditandai dengan keadaan umum bayi baik, tanda – tanda vital dalam batas normal yaitu : Nadi : 120 - 160 kali/menit Pernafasan : 40 – 60 kali/menit Suhu : 36,5 0 C – 37,50 C 3. Kehangatan tubuh bayi terjaga Rencana tindakan 1. Beritahu ibu/keluarga hasil pemeriksaan Rasional : agar keluarga kooperatif atau member dukungan dengan tindakan yang akan dilakukan selanjutnya 2. Penanganan awal bayi asfiksia (JAIKAN) : a. Jaga kehangatan bayi letakan bayi dibawah lampu Rasional : agar bayi tidak kehilangan pasans dan tidak terjadi hipotermi b. Atur posisi kepala Rasional : untuk membantu mencegah fleksi leher, penyumbatan jalan nafas, dan untuk membuka jalan nafas agar pernafasan bayi lancer dan teratur
  • 82. 70 c. Isap lender Rasional : membebaskan saluran nafas dari sumbatan lender sehingga bayi dapt bernafas secara normal. d. Keringkan dan berikan rangsangan Rasional : upaya ini merupakan cara untuk mengaktifkan berbagai reflex protektif pada tubuh bayi baru lahir. Mengeringkan tubuh bayi juga merupakan tindakan stimulasi. Hal ini biasanya cukup untuk merangsang terjadinya pernafasan spontan. e. Atur kembali posisi kepala Rasional : untuk memudahkan membungkus bayi dan menilai kembali pernafasan bayi. f. Lakukan penilaian Rasional : untuk menilai kembali bayi apakah asfiksia telah teratasi atau belum. 3. Penanganan lanjutan : a. Bungkus tali pusat Rasional : mengurangi terjadinya infeksi pada neonatorium b. Berikan suntikan vitamin K 1 mg Rasional : mencegah pendarahan pada otak akibat defisiensi vitamin K c. Berikan salep mata oxytetracylline 1% Rasional : mencegah terjadinya konjutivitis pada bayi d. Timbang berat badan bayi
  • 83. 71 Rasional : erat badan bayi sebagai indicator perkembangan bayi dan merupakan pedoman pemberian nutrisi selanjutnya. LANGKAH VI IMPLEMENTASI ASUHAN KEBIDANAN Tanggal 04 – 09– 2016 Jam 09.10 Wita 1. Memberitahu ibu/keluarga hasil pemeriksaan, dimana bayi tidak segera menangis dan keadaan umum bayi lemah, keluarga tenang dan mempercayakan sepenuhnya pada bidan. 2. Melakukan tindakan awal penanganan bayi asfiksia (JAIKAN) : a. Menjaga kehangatan bayi dengan segera menyelimuti bayi dan bayi terbungkur kain bersih, hangat dan kering. b. Mengatur posisi kepala bayi sedikit ektensi, posisi kepala bayi sedkit ekstensi dengan ganjalan sarung setinggi ± 5 cm pada bayi. c. Mengisap lendir mulai dari mulut bayi sampai 5 cm kedalam rongga mulut dan hidung sampai 3 cm kedalam hidung, lender telah dibersihkan. d. Mengeringkan tubuh bayi dan memberikan rangsangan taktil dengan menepuk dan menyentil telapak kaki serta menggosok punggung bayi, dan bayi pun telah dikeringkan dan diberikan wangsangan taktil. e. Mengatur kembali posisi kepala bayi dengan melepaskan ganjalan yang ada pada bahu dan mengganti sarung bayi dengan sarung
  • 84. 72 bersih, hangat dan kering, sarung telah diganti dan posisi kepala kembali normal. f. Melakukan penilaian yaitu menangis, tonus otot, pernafasan, warna kulit, dan laju jantungbayi, bayi masih menagis lemah, tonus otot baik, pernafasan baik, tubuh kemerahan, dan ekstermitas kebiruan, laju jantung 120 kali/menit 3. Penanganan lanjutan : a. Membungkus tali pusat , tali pusat telah terbungkus dengan kasa stril b. Memberikan suntikan vitamin K sebanyak 0,5 cc secara Intraa Muskuler (IM) pada 1/3 paha kiri bayi, bayi telah mendapatkan suntikan vitamin K sebanyak 0,5 cc. c. Memberikan salep mata oxytetracylline 1% pda mata kiri dan kanan bayi, mata bayi telah diberikan salep mata d. Menimbang berat badan bayi, berat badan bayi 3500 gram LANGKAH VII. EVALUASI Tanggal 04 – 09 – 2016 Jam 09.10 Wita 1. Kondisi bayi dalam kedaan baik dan tanda – tanda vital bayi normal. Denyut jantung : 120 x / menit Pernafasan : 46 x / menit Suhu : 36.5 0 C
  • 85. 73 2. Bayi didekatkan pada ibunya untuk disusui dengan tetap menjaga kehangatan bayi 3. Bayi dapat mengisap dengan baik 4. Tidak ada tanda-tanda asfiksia
  • 86. 74 PENDOKUMENTASIAN ASUHAN KEBIDANAN BAYI BARU LAHIR PADA NY “ R” UMUR 1 HARI DENGAN ASFIKSIA RINGAN DI BPM SAKINAH KABUPATEN MUNA TANGGAL 05 – 09 – 2016 No Register : 050916 Tanggal Masuk : 3 September 2016, jam 05.00 Tanggal Pengkajian : 04 September 2016, jam 09.10 Nama Pengkaji : Jayanti Sakti A. IDENTITAS BAYI Nama : bayi ny R Umur : 1 hari Tanggal/ jam lahir : 4 - 09 – 2016 , 10.05 wita Berat badan : 3500 gram Jenis kelamin : laki-laki Anak : 7 ( tujuh ) B. IDENTITAS AYAH / IBU Nama ayah / ibu ; TN “ H”/ ny “ R” Umur ayah/ ibu : 42 thn / 38 thn Suku ayah / ibu :makasar / maros Agama ayah/ ibu :islam / islam Pendidikan ayah / ibu : SI / SI Pekerjaan ayah / ibu : PNS / IRT Alamat : Jln LR.Cendana
  • 87. 75 SUBJEKTIF ( S ) 1. Ibu mnagatakn bayi lahir tanggal 04 – 09 – 2016 2. Ibu mengatakan umur kehamilan cukup bulan 3. Ibu mengtakan haid terakhir 22 – 11 – 2016 4. Ibu mengatakan selam hamil mengkinsumsi obat – obatan yang diberikan oleh bidan OBJEKTIF ( O ) 1. TP :29-08-2016 2. Umur kehamilan 41 minggu 3. Keadaan umum bayi kurang baik 4. BBL : 3500 gram 5. PB : 50 cm 6. Pemeriksaan Tanda – Tanda Vital Pernafasan : 35 kali/menit 4. Nadi : 120 kali / menit 5. Suhu : 36,50 C 7. Pemeriksaan fisik ada kelainan Warna bibir tampak sianosis/kebiruan, bayi menangis lemah ASSESMENT (A) Bayi baru lahir cukup bulan, sesuai masa kehamilan dengan asfiksia ringan
  • 88. 76 Potensial terjadinya asfiksia sedang dan hipotermi. Tindakan segera untuk penanganan awal bayi asfiksia ringan adalah menjaga kehangatan, atur posisi, isap lender, melakukan rangsangan taktil, keringkan, atur kembali posisi dan nilai bayi. PLANNING (P) Tanggal 05 – 09– 2016 Jam 09.10 Wita 1. Memberitahu ibu/keluarga hasil pemeriksaan, dimana bayi tidak segera menangis dan keadaan umum bayi lemah, keluarga tenang dan mempercayakan sepenuhnya pada bidan. 2. Melakukan tindakan awal penanganan bayi asfiksia (JAIKAN) : a. Menjaga kehangatan bayi dengan segera menyelimuti bayi dan bayi terbungkur kain bersih, hangat dan kering. b. Mengatur posisi kepala bayi sedikit ektensi, posisi kepala bayi sedkit ekstensi dengan ganjalan sarung setinggi ± 5 cm pada bayi. c. Mengisap lendir mulai dari mulut bayi sampai 5 cm kedalam rongga mulut dan hidung sampai 3 cm kedalam hidung, lender telah dibersihkan. d. Mengeringkan tubuh bayi dan memberikan rangsangan taktil dengan menepuk dan menyentil telapak kaki serta menggosok punggung bayi, dan bayi pun telah dikeringkan dan diberikan wangsangan taktil.
  • 89. 77 e. Mengatur kembali posisi kepala bayi dengan melepaskan ganjalan yang ada pada bahu dan mengganti sarung bayi dengan sarung bersih, hangat dan kering, sarung telah diganti dan posisi kepala kembali normal. f. Melakukan penilaian yaitu menangis, tonus otot, pernafasan, warna kulit, dan laju jantungbayi, bayi masih menagis lemah, tonus otot baik, pernafasan baik, tubuh kemerahan, dan ekstermitas kebiruan, laju jantung 120 kali/menit Penanganan lanjutan : a. Membungkus tali pusat , tali pusat telah terbungkus dengan kasa stril b. Memberikan suntikan vitamin K sebanyak 0,5 cc secara Intraa Muskuler (IM) pada 1/3 paha kiri bayi, bayi telah mendapatkan suntikan vitamin K sebanyak 0,5 cc. c. Memberikan salep mata oxytetracylline 1% pda mata kiri dan kanan bayi, mata bayi telah diberikan salep mata d. Menimbang berat badan bayi, berat badan bayi 3500 gram Evaluasi (E) Tanggal 04 – 09 – 2016 Jam 09.10 Wita 1. Kondisi bayi dalam kedaan baik dan tanda – tanda vital bayi normal. Denyut jantung : 120 x / menit Pernafasan : 46 x / menit Suhu : 36.5 0 C
  • 90. 78 2. Bayi didekatkan pada ibunya untuk disusui dengan tetap menjaga kehangatan bayi 3. Bayi dapat mengisap dengan baik 4. Tidak ada tanda-tanda asfiksia
  • 91. 79 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN Setelah mempelajari teori-teori dan pengalaman langsung dari lahan praktek melalui Karya Tulis Ilmiah pada By. “R” Umur 1 Hari Dengan Asfiksia Ringan Di BPM Sakinah tanggal 05 September 2016 maka penulis menarik kesimpulan dan saran sebagai berikut : A. Kesimpulan 1. Pengumpukan data dasar dengan cara melakukan anamnesa dan pemeriksaan fisik telah dilakukan didapatkan bayi ny R, umur 1 hari lahir tanggal 4 - 09 – 2016 , 10.05 wita, gram , Jenis kelamin laki-laki, bayi tidak menangis spontan dengan presentasi belakang kepala, BBL : 3500 gram, PB : 50 cm, Apgar scour : 7/8 2. Hasil identifikasi diagnosa dan masalah aktual pada Bayi Ny “R” Diagnosa : Bayi baru lahir cukup bulan, sesuai masa kehamilan dengan asfiksia ringan 3. Dari hasil identifikasi diagnosa/masalah potensial terjadinya asfiksia sedang dan hipotermi. Tindakan segera untuk penanganan awal bayi asfiksia ringan adalah menjaga kehangatan, atur posisi, isap lender, melakukan rangsangan taktil, keringkan, atur kembali posisi dan nilai bayi. 4. Pelaksanaan asuhan yang diberikan pada Ny Bayi Ny.“R” Kondisi bayi dalam kedaan baik dan tanda – tanda vital bayi normal, bayi didekatkan pada ibunya untuk disusui dengan tetap menjaga
  • 92. kehangatan bayi, bayi dapat mengisap dengan baik, dan tidak ada tanda-tanda asfiksia B. Saran Berdasarkan kesimpulan diatas, maka penulis dapat mengemukan beberapa saran antara lain : 1. Diharapkan bagi profesi bidan dapat mengetahui penatalaksanaan asfiksia, memberikan asuhan yang sesuai dan apabila menemukan masalah/komplikasi dapat segera mengambil keputusan klinik dalam penanganannya. 2. Diharapkan klien (ibu bersalin) dapat segera memeriksakan diri bila menemukan atau merasakan kelainan-kelainan pada dirinya dan persalinannya agar dapat dipantau dan ditangani seefisien mungkin. 3. Diharapkan setiap institusi pendidikan kebidanan dapat meningkatkan dan mengembangkan metode pelaksanaan manajemen asuhan kebidanan dalam memecahkan masalah. Mengingat metode tersebut sangat bermanfaat dalam membina petugas kesehatan guna menciptakan sumber daya manusia yang berpotensi dan profesional 4. Diharapkan dapat menjadi tambahan pengalaman yang berharga bagi penulis untuk memperluas dan menambah wawasan dalam asuhan kebidanan. 5. Diharapkan dapat menjadi tambahan dan informasi untuk bidan di BPS Sakinah sehingga dapat memberikan ilmu untuk mahasiswa.
  • 93. DAFTAR PUSTAKA Asri, D. (2010) Asuhan Persalinan Normal. Yogyakarta:Nuha Medika. Handayani, D. (2012) Perawatan Bayi Baru Lahir. Jakarta:Aspirasi Pemuda. Hidayat, A.Aziz Alimul. 2008. Pengantar ilmu keperawatan 1. Jakarta: Salemba Medika. JNPK-KR. 2008. Asuhan Persalinan Normal. Jakarta. Manuaba, Ida Bagus Gede. 2012. Buku Ajar Obstetri Patologi Untuk Mahasiswa Kebidanan. Jakarta: EGC. Rizema Putra, S. (2012) Asuhan Neonatus Bayi dan Balita. Yogyakarta:D- Medika. Rukiyah dan Lia. 2013. Asuhan Neonatus, Bayi dan Anak Balita. Jakarta: TIM. Saifuddin, AB. 2009. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. Jakarta: PT Bina Pustaka. Saifuddin, Abdul Bari. 2010. Ilmu Kebidanan. Jakarta: PT Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. Saputra, L. (2014) Catatan Ringkas Asuhan Neonatus Bayi dan Balita. Tangerang:Binarupa Aksara. Sunarsih. 2012. Asuhan Kehamilan Untuk Kebidanan. Jakarta: Salemba Medika
  • 94. Siwi Walyani, E. (2015) Konsep dan Asuhan Kebidanan Maternal dan Neonatal. Yogyakarta:Pustaka Baru. Wahyuningsih, E. (2008) Pengkajian Pediatric : Seri Pedoman Praktis, Ed.4. Jakarta:EGC. Walyani dan Purwoastuti. 2014. Asuhan Kebidanan Kegawatdaruratan Maternal & Neonatal. Yogyakarta: Pustakabarupress.