1. LATAR BELAKANG
Pertumbuhan penduduk dan aktvitas pembangunan yang tinggi, serta adanya
eksploitasi sumberdaya alam secara intensif dan berlebihan, memberikan peringatan
kepada kita untuk menyusun suatu strategi yang lebih baik dalam mengelola
sumberdaya alam air. Karena kita tahu sendiri air merupakan salah satu unsur yang
sangat penting bagi kelangsungan hidup manusia maupun mahkluk hidup lainnya
Strategi ini harus diproyeksikan terhadap matra waktu berjangka pendek dan
berjangka panjang. Peningkatan jumlah penduduk cenderung meningkatkan
permintaan akan sumber daya air, dilain pihak yang terjadi justru sebaliknya, yakni
air menjadi sumber daya yang keberadaannya semakin tak berketentuan.
Indonesia merupakan negara tropis karena sebagian besar wilayahnya
mempunyai curah hujan yang cukup tinggi. Meskipun potensi curah hujan cukup
tinggi, namun pada kenyataannya besarnya aliran mantap (base flow) yang terjadi
secara kontinyu setiap tahun, hanya sekitar 25 – 30% dari aliran permukaan total.
Sementara itu, pertumbuhan penduduk dan peningkatan pendapatan akan
memacu
pertumbuhan
sektor-sektor
lainnya
(termasuk
sektor
industri).
Pertumbuhan tersebut memerlukan tersedianya air tawar dalam jumlah yang cukup
besar, baik untuk irigasi, untuk mencukupi kebutuhan hidup, pembangkit listrik,
kebutuhan industri, dan lain-lain, sedangkan ketersediaan sumberdaya air relatif
tetap.
Pertumbuhan industri yang kurang terencana akan menghasilkan buangan
air limbah ke sungai, sehingga dikhawatirkan tingkat pencemaran air terutama di
sungai-sungai utama akan meningkat bila upaya pengendaliannya tidak memadai.
Kerusakan hutan, alih fungsi lahan melalui perambahan kawasan hutan, perluasan
kawasan budidaya, dan permukiman serta industri dapat merusak ekosistem dan
kesetimbangan daur/siklus lingkungan, termasuk diantaranya siklus hidrologi. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa pengurangan luas hutan dari 36% menjadi 25%,
15% dan 0% akan menaikkan puncak banjir berturut-turut 12,7%, 58,7% dan
90,4%, dan meningkatkan laju erosi sebesar 10%, 60% dan 90%.
Melihat
persoalan
di
atas,
maka
pengelolaan,
pelestarian
dan
penanggulangan serta pengamanan sumber air baku harus dilakukan. Pemanfaatan
2. sumber-sumber air harus mengikuti perhitungan dan kaidah-kaidah yang berlaku.
Oleh karena itulah maka dibuat beberapa parameter untuk standar air bersih.
Air bersih memegang peranan yang sangat penting dalam kehidupan
manusia, terutama untuk pemenuhan kebutuhan pokok hidupnya seperti minum,
mandi, mencuci dan kebutuhan lainnya. Air yang digunakan untuk keperluan
sehari-hari harus memenuhi persyaratan kesehatan. Jenis air minum meliputi air
yang didistribusikan melalui pipa untuk keperluan rumah tangga, air yang
didistribusikan melalui tangki air, air kemasan dan air yang digunakan untuk
produksi bahan makanan dan minuman yang disajikan kepada masyarakat. Dalam
beberapa peraturan disebutkan bahwa baik air bersih ataupun air minum harus
memenuhi persyaratan fisik, kimia, mikrobiologi, dan radioaktif.
Tujuan utama penyediaan air bersih adalah untuk memenuhi kebutuhan air
bersih bagi penduduk saat ini dan masa yang akan datang. Dengan adanya
pertambahan penduduk dari tahun ketahun serta peningkatan sosial ekonomi
masyarakat, maka akan meningkat pula pemakaian air bersih. Sehingga perlu
adanya pendekatan perencanaan dengan memperhatikan pertambahan penduduk
serta kegiatan sosial ekonomi di masa yang akan datang, untuk selanjutnya
diperkirakan kebutuhan air bersihnya berdasarkan standar kebutuhan air untuk
masyarakat setempat
PARAMETER KUALITAS AIR
Pengelolaan kualitas air adalah upaya pemeliharaan air sehingga tercapai
kualitas yang diinginkan sesuai fungsi peruntukannya untuk menjamin agar kualitas
air tetap dalam kondisis alamiahnya. Berikut faktor penentu parameter kualiatas air:
a. Parameter Fisik:
Parameter fisik menyatakan kondisi fisik air atau keberadaan bahan yang
dapat diamati secara visual/kasat mata.
1. Suhu / Temperatur(oC)
Penyebab : temperatur ambien, buangan industri, kanopi hutan yang hilang
Dampak : mempengaruhi spesies biologis, kelarutan dan reaksi kimia,
viskositas air
Pengukuran : termometer
3. 2. Konduktivitas (μs/cm)
Konduktivitas diukur dengan menggunakan konduktiviti-meter
3. Kekeruhan / Turbiditas
Penyebab : erosi material koloid : tanah liat, pecahan batuan, oksida logam
dari tanah, fiber sayuran, mikroorganisme
Dampak : air keruh, sedimen (bila jumlahnya yang banyak)
Perhitungan: photometrical dengan alat turbidimeter
4. warna
Penyebab :
a. Kontak air dengan organik debris : daun, rumput, kayu, tanin, asam humus.
b. Besi : air kemerahan, Mangan : air kecoklatan
c. Buangan industri tekstil, dyes, pulp & paper, makanan, bahan kimia,
pertambangan, penyulingan.
Dampak : tidak estetik, tidak bisa dipakai untuk proses industri misal kertas,
tekstil, plastik, dsb; mengurangi keefektifan klorin sebagai desinfektan
Pengukuran : perbandingan dengan standar warna
5. Rasa dan Bau
Penyebab : mineral, logam, garam dari tanah, produk akhir dari reaksi
biologis, kandungan air limbah
Misal bahan alkaline penyebab rasa pahit, garam logam penyebab asin dan
pahit, bahan inorganik penyebab bau.
Dampak : tidak estetis, bahkan karsinogen
Pengukuran : kromatografi, treshold odor number (TON)
6. Suspended Solid
Penyebab : partikel organik dan anorganik, minyak, lemak.
Dampak : tidak estetis, beberapa penyebab penyakit.
Pengukuran : gravimetri (sampel diuapkan dan ditimbang residunya
7. TSS (mg/L)
(TSS) diukur dengan cara kertas saring dialiri 100 ml akuades dan
dimasukkan dalam oven pada suhu 105oC selama 1 jam. Kemudian dimasukkan
dalam desikator selama 15 menit dan ditimbang (a gram). Kertas saring tersebut
4. dialiri 250 ml contoh air dan dimasukkan dalam oven pada suhu 1050C selama 1
jam, dimasukkan desikator selama 15 menit dan ditimbang (b gram).
TSS (mg / L) = (b - a)x (1)
b. Parameter Kimia:
Parameter kimia menyatakan kandungan unsur/senyawa kimia dalam air.
1. pH air
Menunjukkan kadar asam atau basa dala suatu larutan melalui konsentrasi
ion hydrogen (H+) Ph sangat penting sebagai parameter kualitas air karena ia
mengontrol tipe dan laju kecepatan reaksi beberapa bahan di dalam air.
Pengukuran:
- Kolorimetri dengan kertas PH sebagai indikator (tidak menunjukkan nilai
tetapi petunjuk perubahan nilai PH)
- Potensiometri dengan PH meter
2. Nutrien / hara
3. Kesadahan
Kesadahan merupakan petunjuk kemampuan air untuk membentuk busa
apabila dicampur dengan sabun. Pada air berkesadahan rendah, air akan dapat
membentuk busa apabila dicampur dengan sabun, sedangkan pada air
berkesadahan tinggi tidak akan terbentuk busa. Disamping itu, kesadahan juga
merupakan petunjuk yang penting dalam hubungannya dengan usaha untuk
memanipulasi nilai pH.
4. DO (mg/L)
5. KMnO4 (mg/L)
6. Bahan Organik (BOD, COD, TOC)
Kandungan bahan organik (TOM) diukur dengan cara 100 ml contoh air
ditambah 10 ml larutan KMnO4 0,1 N dan 10 ml larutan H2SO4 pekat,
kemudian dipanaskan sampai mendidih dan dibiarkan mendidih selama 10
menit. Suhu diatur antara 40-60oC dan dititrasi dengan larutan asam oksalat 0,1
N sampai tidak berwarna dan dicatat volumenya. Larutan tersebut kemudian
dititrasi dengan larutan KMnO4 0,1 N sampai berwarna merah muda dan dicatat
volume KMnO4
7. Mineral atau Logam
5. Logam tersebut antara lain: Hg, Ag, Pb, Cu, Zn, Cd, Cr, Mn, Ca, Sb, Al, Ba,
Bi, Co, Mg, Se, Si, Ni, Ti, V, As, Au, Fe, K, La, Li, Mo dan Na.
. Pencemaran nitrat
"Contohnya, pencemaran nitrat yang disebabkan penggunaan pupuk
nitrogen (urea) pada pertanian. Bila sering terminum hingga ambang batas yang
ditentukan akan menyebabkan methaemoglobinameia, yaitu penyakit yang
mengubah hemoglobin di dalam darah menjadi methaemoglobin, sehingga
darah kekurangan oksigen.
Flourida (F)
Senyawa kimia ini secara alami ada pada air dalam berbagai konsentrasi.
Pada kosentrasi kecil (1,5 mg/l) akan bermanfaat pada kesehatan gigi. Namun
bila lebih dari 2 mg/l, akan menyebabkan kerusakan gigi (gigi bercak-bercak).
"Bila lebih besar lagi 3-6 mg/l menyebabkan kerusakan pada tulang. Dosis
fluorida di dalam air maksimal 0,8 mg/l," jelasnya.
Air Raksa
Yaitu logam berat berunsur racun bagi tubuh. Limbah merkurium akibat
industri pernah menimbulkan korban jiwa pada kasus Minamata, Jepang (1950).
Kadmium (Cd)
Air minum biasanya mengandung kadmium (Cd) dengan kosentrasi 1 ug
atau kadang-kadang mencapai 5 ug. WHO telah mengeluarkan rekomendasi,
kadar Cd dalam air minum sebesar 0,01 mg/l sedangkan Peraturan Pemerintah
No. 20/1990 kadar maksimum Cd dalam air minum sebesar 0,005 mg/l.
Selenium
Biasanya ditemukan di daerah seleniferous (tadah hujan). Di daerah
semacam itu kandungan selenium dalam air tanah (sumur) ataupun permukaan
bisa tinggi. WHO menetapkan kadar selenium pada air minum sebesar 0,01
mg/l sedangkan Peraturan Pemerintah No. 20/1990 merekomendasikan kadar
selenium yang diperbolehkan sebesar 0,001 mg/l.
Melenyapkan Bakteri dan Logam Berat
Untuk mengatasi kondisi air tanah yang tercemar dan terhindar dari dampak
buruk logam dan bakteri, seperti E-coli, Arie Herlambang, peneliti air dari
6. BPPT memberikan beberapa langkah untuk mendapatkan air bersih bebas
kuman dan logam, yaitu :
Untuk sumur terbuka, salah satu cara mengatasi bakteri dengan kaporit
dalam jumlah tepat. Untuk satu sumur cukup dengan satu sendok makan,
bekteri di dalam sumur sudah mati.
Untuk sumur pompa, kaporit sebagai desinfektan dapat diberikan di bak
penampungan. Selain sebagai desinfektan, pada daerah berkadar besi dan
mangan yang tinggi, kaporit juga berfungsi untuk mengoksidasi logam yang
terkandung dalam air.
Biasanya air akan berwarna merah atau kekuning-kuningan tanda telah
terjadi oksidasi. Biarkan saja sebentar agar mengendap. Setelah itu baru
disaring.
Untuk lebih menggumpalkan endapan, bisa juga menambahkan tawas,
kemudian diaduk satu arah. Biarkan selama lima belas menit, endapan masih
melayang-layang akan menggumpal dan lebih mudah disaring.
Kadar kaporit yang digunakan, jangan sampai berbau menyengat. Karena
bila memasuki paru bisa terjadi oksidasi, dan berefek karsinogen. Selain itu
kaporit yang berlebihan juga bisa membunuh mikroorganisme baik dalam
tubuh.
c. Parameter Mikrobiologi
Parameter mikrobiologis menyatakan kandungan mikroorganisme dalam
air. Berdasarkan hasil pengukuran atau pengujian, air sungai dapat dinyatakan
dalam kondisi baik atau cemar. Sebagai acuan dalam menyatakan kondisi tersebut
adalah baku mutu air, sebagaimana diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 82
tahun 2001.
1. Bakteri
Salah satu indikator kualitas mikrobiologi untuk air bersih maupun air
minum adalah kelompok Bakteri Ciliform (Total Coli atau E. Coli / Fecal Coli).
Terdeteksinya bakteri total Coli dalam air mengindikasikan bahwa air tersebut
tercemar oleh kotoran manusia dan hewan. Sedangkan Fecal Coli merupakan
indikator yang lebih spesifik yaitu mengindikasikan adanya kontaminasi
7. kotoran manusia. Peraturan mengenai kualitas air bersih dan air minum dilihat
dari kandungan bakteriologinya adalah sebagai berikut.
Kualitas Mikrobiologi
Total Coli
Fecal Coli
a.
Air Bersih (Permenkes
Air Minum (Kepmenkes
416/1990)
10
0
907/2002)
0
0
Virus Kolera
•
Penyebab penyakit kolera.
•
Penularan melalui air, makanan dan oleh lalat.
b.
Salmonella typhi
•
Penyebab penyakit demam typhoid.
•
Penularan melalui air, makanan.
c.
Sighella dysentriae
•
Penyebab penyakit disentri basiler.
Penularan melalui air dengan cara focal oral. Juga melalui kontak. dengan
susu, makanan dengan bantuan lalat
2. Virus
•
Penyebab penyakit hepatitis infektiosa
• Penularan melalui air, susu, makanan.
Standar Kualitas Air Menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI No
416/Men.kes/Per/IX/1990
8. No
Parameter
Satuan
Kadar Maksimum
Gol A
Gol B
A.
1
2
3
4
5
Fisika
Bau
TDS
Kekeruhan
TSS
Suhu Air
mg/l
NTU
mg/l
O
C
Tak Berbau
1500
25
O
Suhu Udara + 3 C
Suhu Udara + 3 C
B.
1
2
3
4
5
6
Kimia
Air Raksa (Hg)*
Arsen (As)*
Besi (Fe)
Flourida (F )
Kadmium (Cd)*
Kesadahan (CaCO3)
mg/l
mg/l
mg/l
mg/l
mg/l
mg/l
0.001
0.05
1
1.5
0.005
500
0.001
0.05
5
1.5
0.01
500
7
8
9
10
11
Klorida (Cl )
+6
Kromium (Cr )*
Mangan (Mn)
Natrium (Na)
Nitrat (NO3 )
mg/l
mg/l
mg/l
mg/l
mg/l
600
0.05
0.5
200
10
600
0.05
0.5
12
13
14
18
19
20
21
22
23
24
25
Ket :
-
-
Nitrit (NO2 )
Perak (Ag)
pH
Selenium (Se)*
Seng (Zn)
Sianida (CN)*
Sulfat (SO4)
Timbal (Pb)*
Deterjen
Zat Organik (KMnO4)
Minyak & Lemak
* Zat Kimia Beracun
mg/l
1
mg/l
0.05
6.5 - 9.0
mg/l
0.01
mg/l
15
mg/l
0.1
mg/l
400
mg/l
0.05
mg/l
0.5
mg/l
10
mg/l
- = Tidak Ada Satuan
1500
25
O
10
1
0.05
6.5 - 8.5
0.01
5
0.05
400
0.1
0.5
10
-
Pencemaran Air
Sumber Pencemaran Air
Banyak penyebab pencemaran air tetapi secara umum dapat dikategorikan
sebagai sumber kontaminan langsung dan tidak langsung. Sumber langsung
meliputi efluen yang keluar dari industri, TPA (tempat Pembuangan Akhir
Sampah), dan sebagainya. Sumber tidak langsung yaitu kontaminan yang memasuki
badan air dari tanah, air tanah, atau atmosfer berupa hujan. Tanah dan air tanah
mengandung mengandung sisa dari aktivitas pertanian seperti pupuk dan pestisida.
Kontaminan dari atmosfer juga berasal dari aktivitas manusia yaitu pencemaran
udara yang menghasilkan hujan asam.
Pencemar
Pencemar air dapat diklasifikasikan sebagai organik, anorganik, radioaktif, dan
9. asam/basa. Saat ini hampir 10 juta zat kimia telah dikenal manusia, dan hampir
100.000 zat kimia telah digunakan secara komersial. Kebanyakan sisa zat kimia
tersebut dibuang ke badan air atau air tanah. Pestisida, deterjen, PCBs, dan PCPs
(polychlorinated phenols), adalah salah satu contohnya. Pestisida dgunakan di
pertanian, kehutanan dan rumah tangga. PCB, walaupun telah jarang digunakan di
alat-alat baru, masih terdapat di alat-alat elektronik lama sebagai insulator, PCP
dapat ditemukan sebagai pengawet kayu, dan deterjen digunakan secara luas
sebagai zat pembersih di rumah tangga.
Dampak Pencemaran Air
Pencemaran air berdampak luas, misalnya dapat meracuni sumber air
minum, meracuni makanan hewan, ketidakseimbangan ekosistem sungai dan danau,
pengrusakan hutan akibat hujan asam, dan sebagainya.
Di badan air, sungai dan danau, nitrogen dan fosfat (dari kegiatan pertanian)
telah menyebabkan pertumbuhan tanaman air yang di luar kendali (eutrofikasi
berlebihan). Ledakan pertumbuhan ini menyebabkan oksigen, yang seharusnya
digunakan bersama oleh seluruh hewan/tumbuhan air, menjadi berkurang. Ketika
tanaman air tersebut mati, dekomposisi mereka menyedot lebih banyak oksigen.
Sebagai akibatnya, ikan akan mati, dan aktivitas bakteri menurun.
Langkah Penyelesaian
Dalam keseharian kita, kita dapat mengurangi pencemaran air, dengan cara
mengurangi jumlah sampah yang kita produksi setiap hari (minimize), mendaur
ulang (recycle), mendaur pakai (reuse).
Kita pun perlu memperhatikan bahan kimia yang kita buang dari rumah kita.
Karena saat ini kita telah menjadi "masyarakat kimia", yang menggunakan ratusan
jenis zat kimia dalam keseharian kita, seperti mencuci, memasak, membersihkan
rumah, memupuk tanaman, dan sebagainya.
Menjadi konsumen yang bertanggung jawab merupakan tindakan yang
bijaksana. Sebagai contoh, kritis terhadap barang yang dikonsumsi, apakah nantinya
akan menjadi sumber pencemar yang persisten, eksplosif, korosif dan beracun, atau
degradable (dapat didegradasi) alam? Apakah barang yang kita konsumsi nantinya
10. dapat meracuni manusia, hewan, dan tumbuhan, aman bagi mahluk hidup dan
lingkungan?
Teknologi dapat kita gunakan untuk mengatasi pencemaran air. Instalasi
pengolahan air bersih, instalasi pengolahan air limbah, yang dioperasikan dan
dipelihara baik, mampu menghilangkan substansi beracun dari air yang tercemar.
Walaupun demikian, langkah pencegahan tentunya lebih efektif dan bijaksana.
KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 907/MENKES/SK/VII/2002
TENTANG SYARAT-SYARAT DAN PENGAWASAN KUALITAS AIR
MINUM
MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA,
Menimbang:
a. bahwa dalam rangka meningkatkan derajat kesehatan masyarakat, perlu
dilaksanakan berbagai upaya kesehatan termasuk pengawasan kualitas air minum
yang dikonsumsi oleh masyarakat;
b. bahwa agar air minum yang di konsumsi masyarakat tidak menimbulkan
gangguan kesehatan perlu menetapkan persyaratan kesehatan kualitas air minum;
c. bahwa sehubungan dengan huruf a dan b tersebut diatas, perlu ditetapkan
Keputusan Menteri Kesehatan tentang Syarat-syarat dan Pengawasan Kualitas Air
Minum;
Mengingat:
1. Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1984 tentang Wabah Penyakit Menular
(Lembaran Negara Tahun 1984 Nomor 20, Tambahan Lembaran Negara Nomor
3273);
2. Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1992 tentang Perumahan dan
Permukiman (Lembaran Negara Tahun 1992 Nomor 23, Tambahan
Lembaran Negara Nomor 3469);
3. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan (Lembaran
Negara Tahun 1992 Nomor 100, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3495);
4. Undang-undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen
(Lembaran Negara Tahun 1999 Nomor 42, Tambahan Lembaran Negara Nomor
3821);
5. Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah
(Lembaran Negara Tahun 1999 Nomor 60, Tambahan Lembaran Negara Nomor
3839);
6. Peraturan Pemerintah Nomor 22 Tahun 1982 Tentang Tata Pengaturan
Air (Lembaran Negara Tahun 1982 Nomor 37, Tambahan Lembaran Negara
Nomor 3225);
7. Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1999 tentang Analisis Mengenai
Dampak Lingkungan Hidup (Lembaran Negara Tahun 1999 Nomor 59,
Tambahan Lembaran Negara Nomor 3838);
11. 8. Peraturan Pemerintah Nomor 25 Tahun 2000 tentang Kewenangan
Pemerintah dan Pemerintah Propinsi sebagai Daerah Otonom (Lembaran
Negara Tahun 2000 Nomor 54, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3952);
9. Peraturan Peme, rintah Nomor 20 Tahun 2001 tentang Pembinaan dan
Pengawasan Atas Penyelenggaraan Pemerintah Daerah (Lembaran Negara
Tahun 2001 Nomor 41, Tambahan Lembaran Negara 4190);
10. Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan
Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air (Lembaran Negara Tahun 2001
Nomor 153, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4161);
11.
Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
1277/Menkes/SK/XI/2001 tentang Organisasi can Tata Kerja Departemen
Kesehatan;
MEMUTUSKAN:
Menetapkan: KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
TENTANG SYARAT-SYARAT DAN PENGAWASAN KUALITAS AIR
MINUM.
BAB I KETENTUAN UMUM
Pasal 1
Dalam Keputusan ini yang dimaksud dengan :
1.
Air Minum adalah air yang melalui proses pengolahan atau tanpa proses
pengolahan yang memenuhi syarat kesehatan dan dapat langsung di minum.
2.
Sampel Air adalah air yang diambil sebagai contoh yang digunakan untuk
keperluan pemeriksaan laboratorium.
3.
Pengelola Penyediaan Air Minum adalah Badan Usaha yang mengelola air
minum untuk keperluan masyarakat.
4. Dinas Kesehatan adalah Diras Kesehatan Kabupaten/Kota.
BAB II RUANG LINGKUP DAN PERSYARATAN
(1) Jenis air minum meliputi :
a. Air yang didistribusikan melalui pipa untuk keperluan rumah tangga;
b. Air yang didistribusikan melalui tangki air;
c. Air kemasan;
d. Air yang digunakan untuk produksi bahan makanan dan minuman yang
disajikan kepada masyarakat; harus memenuhi syarat kualitas air minum.
(2) Persyaratan kualitas air minum sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi
persyaratan bakteriologis, kimiawi, radioaktif dan fisik.
(3) Persyaratan kualitas air minum sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
tercantum dalam Lampiran I Keputusan ini.
BAB III PEMBINAAN DAN PENGAWASAN
Pasal 3
Menteri Kesehatan melakukan pembinaan teknis terhadap segala kegiatan yang
berhubungan dengan penyelenggaraan persyaratan kualitas air minum.
Pasal 4
(1) Pengawasan kualitas air minum dilaksanakan oleh Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota melalui kegiatan:
a. Inspeksi sanitasi dan pengambilan sampel air termasuk air pada sumber air
baku, proses produksi, jaringan distribusi, dan air minum isi ulang dan air
minum dalam kemasan.
b. Pemeriksaan air dilakukan di tempat/di lapangan dan atau di laboratorium.
12. c. Analisis hasil pemeriksaan laboratorium dan pengamatan lapangan.
d. Memberi rekomendasi untuk mengatasi masalah yang ditemui dari hasil
kegiatan a, b, c yang ditujukan kepada pengelola penyediaan air minum.
e. Tindak lanjut upaya penanggulangan/perbaikan dilakukan oleh pengelola
penyediaan air minum.
f. Penyuluhan kepada masyarakat.
(2) Hasil pengawasan sebagaimana dimaksud ayat (1) wajib dilaporkan secara
berkala oleh Kepala Dinas kepada Bupati/Wali Kota.
(3) Tata cara penyelenggara pengawasan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dan
ayat (2) sebagaimana tercantum pada Lampiran II Keputusan ini.
Pasal 5
(1) Dalam pelaksanaan pengawasan kualitas air minum, Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota dapat menentukan parameter kualitas air yang akan diperiksa,
sesuai dengan kebutuhan dan kondisi daerah tangkapan air, instalasi pengolahan air
dan jaringan perpipaan.
(2) Pemilihan parameter sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan setelah
dilakukan pemeriksaan kondisi awal kualitas air minum dengan mengacu pada
Lampiran II Keputusan ini.
Pasal 6
Pemeriksaan sampel air minum dilaksanakan di laboratorium pemeriksaan kualitas
air yang ditunjuk oleh Pemerintah Kabupaten/Kota.
Pasal 7
(1) Dalam
keadaan
khusus/darurat
dibawah
pengawasan
Pemerintah
Kabupaten/Kota, apabila terjadi penyimpangan dari syarat-syarat kualitas air
minum yang ditetapkan dibolehkan sepanjang tidak membahayakan kesehatan.
(2) Keadaan khusus/darurat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) yaitu suatu
kondisi yang tidak seperti keadaan biasanya, dimana telah terjadi sesuatu diluar
keadaan normal misalnya banjir, gempa bumi, kekeringan dan sejenisnya.
Pasal 8
Pemerintah Kabupaten/Kota daiam melakukan pengawasan dapat mengikut
sertakan instansi terkait, asosiasi pengelola air minum, lembaga swadaya
masyarakat dan organisasi profesi yang terkait.
Pasal 9
(1) Pengelola penyediaan air minum harus :
(a) menjamin air minum yang diproduksinya memenuhi syarat kesehatan, dengan
melaksanakan pemeriksaan secara berkala terhadap kualitas air yang diproduksi
mulai dari :
- pemeriksaan instalasi pengolahan air;
- pemeriksaan pada jaringan pipa distribusi;
- pemeriksaan pada pipa sambungan ke konsumen;
- pemeriksaan pada proses isi ulang dan kemasan.
(b) melakukan pengamanan terhadap sumber air baku yang dikelolanya dari
segala bentuk pencemaran peraturan perundangan yang berlaku.
(2) Kegiatan pengawasan oleh pengelola sebagaimana di maksuokan pada ayat
(1) di laksanakan sesuai pedoman sebagaimana terlampir dalam Lampiran III
Keputusan ini.
BAB IV PEMBIYAAAN
Pasal 10
13. Pembiayaan pemeriksaan sampel air minum sebagaimana dimaksudkan dalam
Keputusan ini dibebankan kepada pihak pengelola air minum, pemerintah maupun
swasta dan masyarakat, sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang
berlaku.
BAB V SANKSI
Pasal 11
Setiap Pengelola Penyediaan Air Minum yang melakukan perbuatan yang
bertentangan dengan ketentuan-ketentuan dalam Keputusan ini yang dapat
mengakibatkan gangguan kesehatan masyarakat dan merugikan kepentingan
umum dapat dikenakan sanksi administratif dan/ atau sanksi pidana berdasarkan
peraturan yang berlaku.
BAB VI KETENTUAN PERALIHAN
Pasal 12
Semua pengelola Penyediaan Air Minum yang telah ada harus menyesuaikan
dengan ketentuan yang diatur dalam Keputusan ini selambat-lambatnya dalam
waktu 2 (dua) tahun setelah ditetapkannya Keputusan ini.
Pasal 13
Ketentuan pelaksanaan Keputusan Menteri Kesehatan ini, ditetapkan lebih lanjut
dengan Peraturan Daerah.
BAB VII KETENTUAN PENUTUP
Pasal 14
Dengan ditetapkannya Keputusan ini, maka Peraturan Menteri Kesehatan Nomor
416/MENKES/Per/IX/1990 tentang Syarat-syarat dan Pengawasan Kualitas Air,
sepanjang menyangkut air minum dinyatakan tidak berlaku lagi.
Lampiran I
KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN RI
Nomor : 907/MENKES/SK/VII/2002
Tanggal : 29 Juli 2002
PERSYARATAN KUALITAS AIR MINUM
14. 1. BAKTERIOLOGIS
Parameter
Satuan
1
a. Air Minum
E.Coli atau fecal coli
2
Jumlah per
100 ml sampel
b.
Air yang masuk
sistem distribusi
E.Coli atau fecal coli
Jumlah per
100 ml sampel
Total Bakteri Coliform
Jumlah per
100 ml sampel
c.
Air pada sistem
distribusi
E.Coli atau fecal coli
Jumlah per
100 ml sampel
Total Bakteri Coliform
Jumlah per
100 ml sampel
Kadar Maksimum yang
Keterangan
diperbolehkan
3
4
0
0
0
0
0
2. KIMIAWI
2.1. Bahan kimia yang memiliki pengaruh langsung pada kesehatan.
A. Bahan Anorganik
Kadar Maksimum yang
Parameter
Satuan
Keterangan
diperbolehkan
1
2
3
4
Antimon
(mg/liter)
0.005
Air Raksa
(mg/liter)
0.001
Arsenic
(mg/liter)
0.01
Barium
(mg/liter)
0.7
Boron
(mg/liter)
0,3
Kadmium
(mg/liter)
0,003
Kromium (Valensi 6)
(mg/liter)
0,05
Tembaga
(mg/liter)
2
Sianida
(mg/liter)
0.07
Fluorida
(mg/liter)
1,5
Timbal
(mg/liter)
0.01
Molybdenum
(mg/liter)
0.07
Nikel
(mg/liter)
0.02
Nitrat( sebagai N03)
(mg/liter)
50
Nitrit( sebagai NO 2 )
(mg/liter)
3
Selenium
(mg/liter)
0.01
19. air minum yang diselenggarakan secara terus menerus dan berkesinambungan agar
air yang digunakan oleh penduduk dari penyediaan air minum yang ada, terjamin
kualitasnya, sesuai dengan persyaratan kualitas air minum yang tercantum dalam
Keputusan ini.
Pengawasan kualitas air minum dalam hal ini meliputi :
1. Air minum yang diproduksi oleh suatu perusahaan, baik pemerintah maupun
swasta yang didistribusikan ke masyarakat dengan sistem perpipaan.
2. Air minum yang diproduksi oleh suatu perusahaan, baik pemerintah maupun
swasta, didistribusikan kepada masyarakat dengan kemasan dan atau isi ulang.
Kegiatan pengawasan ini dilakukan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten/ Kota, yang
meiputi:
1) Pengamatan lapangan atau inspeksi sanitasi :
Pada air minum perpipaan maupun air minum kemasan, dilakukan pada seluruh unit
pengolahan air minum, mulai dari sumber air baku, instalasi pengolahan, proses
pengemasan bagi air minum kemasan, dan jaringan distribusi sampai dengan
sambungan rumah bagi air minum perpipaan.
2) Pengambilan sampel :
Jumlah, frekuensi, dan titik sampel air minum harus dilaksanakan sesuai kebutuhan,
dengan ketentuan minimal sebagai berikut :
a) Untuk Penyediaan Air Minum Perpipaan :
(1) Pemeriksaan kualitas bakteriogi :
Jumlah minimal sampel air minum perpipaan pada jaringan distribusi adalah :
Penduduk yang dilayani
Jumlah minimal sampel per bulan
< 5000 jiwa
1 sampel
5000 s/d 10.000 jiwa
1 sampel per 5000 jiwa
> 100.000 jiwa
1 sampel per 10.000 jiwa, ditambah 10
sampel tambahan
(2) Pemeriksaan kualitas kimiawi :
Jumlah sampel air minum perpipaan pada jaringan distribusi minimal 10% dari
jumlah sampel untuk pemeriksaan bakteriologi.
(3) Titik pengambilan sampel air:
Harus dipilih sedemikian rupa sehingga mewakili secara keseluruhan dari sistem
penyediaan air minum tersebut, termasuk sampel air baku.
(4) Pada saat pengambilan sampel, sisa khlor pada sampel air minimal 0,2mg/I,
jika bahan khlor digunakan sebagai desinfektan.
b) Untuk Penyediaan Air Minum Kemasan dan atau Isi Ulang
Jumlah dan frekuensi sampel air minum harus dilaksanakan sesuai kebutuhan
dengan ketentuan minimal sebagai berikut:
(1) Pemeriksaan kualitas Bakteriologi :
Jumlah minimal sampel air minum pada penyediaan air minum kemasan dan atau
isi ulang adalah sebagai berikut:
- Air baku diperiksa minimal satu sampel tiga bulan sekali;
- Air yang siap dimasukkan kedalam kemasan/botol isi ulang, minimal satu
sampel sebulan sekali.
- Air dalam kemasan minimal dua sampel sebulan sekali
(2) Pemeriksaan kualitas kimiawi:
Jumlah minimal sampel air minum adalah sebagai berikut:
- Air baku diperiksa minimal satu sampel tiga bulan sekali
20. - Air yang siap dimasukkan kedalam kemasan/botol isi ulang minimal satu
sampel sebulan sekali.
- Air dalam kemasan minimal satu sampel sebulan sekali
(3) Pemeriksaan kualitas air minum:
Dilakukan di lapangan, dan di Laboratorium Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota, atau
laboratorium lainnya yang ditunjuk.
(4) Hasil pemeriksaan laboratorium harus disampaikan kepada pemakai jasa,
selambat-lambatnya 7 hari untuk pemeriksaan mikrobiologik dan 10 hari untuk
pemeriksaan kualitas kimiawi.
(5) Pengambilan dan pemeriksaan sampel air minum dapat dilakukan sewaktuwaktu bila diperlukan karena adanya dugaan terjadinya pencemaran air minum
yang menyebabkan terjadinya gangguan kesehatan atau kejadian luar biasa pada
para konsumen.
(6) Parameter kualitas air yang diperiksa :
Dalam rangka pengawasan kualitas air minum secara rutin yang dilakukan oleh
Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota, maka parameter kualitas air minimal yang harus
diperiksa di Laboratorium adalah sebagai berikut :
- Parameter yang berhubungan langsung dengan kesehatan:
a) Parameter Mikrobilogi :
1)
E. Coli
2)
Total Bakteri Koliform
b)
Kimia an-organik
1)
Arsen
5)
Nitrit, (Sebagai NO Z)
2)
Fluorida
6)
Nitrat, (Sebagai N03)
3)
Kromium (Valensi 6)
7) Sianida
4)
Kadmium
8) Selenium
Parameter yang tidak langsung berhubungan dengan kesehatan :
a)
Parameter Fisik :
1)
Bau
4) Kekeruhan
2)
Warna
5) Rasa
3)
Total zat padat terlarut (TDS)
6) Suhu
b)
Parameter Kimiawi:
1)
Aluminium
7) Seng
2)
Besi
8) Sulfat
3)
Kesadahan
9) Tembaga
4)
Khlorida
10) Sisa Khlor
5)
Mangan
11) Amonia
6)
PH
(7) Parameter kualitas air minum lainnya selain dari parameter yang tersebut pada
lampiran II ini, dapat dilakukan pemeriksaan bila diperlukan, terutama karena
adanya indikasi pencemaran oleh bahan tersebut.
(8) Pada awal beroperasinya suatu sistem penyediaan air minum, jumlah para meter
yang diperiksa minimal seperti yang tercantum pada Lampiran II point c.4, untuk
pemeriksaan selanjutnya dilakukan sesuai dengan ketentuan pengambilan sampel
pada angka 2 butir a dan b Keputusan ini.
(9) Bila parameter yang teracantum dalam Lampiran II ini tidak dapat diperiksa di
laboratorium kabupaten/kota, maka pemeriksaannya dapat dirujuk ke laboratorium
propinsi atau laboratorium yang ditunjuk sebagai laboratorium rujukan.
21. (10) Bahan kimia yang diperbolehkan digunakan untuk pengolahan air, termasuk
bahan kimia tambahan lainnya hanya boleh digunakan setelah mendapatkan
rekomendasi dari Dinas Kesehatan setempat.
(11) Hasil pengawasan kualitas air wajib dilaporkan secara berkala oleh Kepala
Dinas Kesehatan setempat kepada Pemerintah Kabupaten/Kota setempat secara
rutin, minimal setiap 3 (tiga) bulan sekali, dan apabila terjadi kejadian luar biasa
karena terjadinya penurunan kualitas air minum dari penyediaan air minum fersebut
maka pelaporannya wajib langsung dilakukan, dengan tembusan kepada Dinas
Kesehatan Propinsi dan Direktur JenderaL.
Lampiran III
KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN RI
Nomor :907/Menkes/SK/VII/2002
Tanggal : 29 Juli 2002
PELAKSANAAN PENGAWASAN INTERNAL KUALITAS AIR OLEH
PENGELOLA PENYEDIAAN AIR MINUM
Untuk menjamin kualitas air minum yang diproduksi memenuhi persyaratan,
Pengelola Air Minum dengan sistem perpipaan wajib mengadakan pengawasan
internal terhadap kualitas air yang diproduksinya, sesuai dengan ketentuan sebagai
berikut :
1. Untuk produksi air minum sebesar : <200.000 M3/Tahun/Unit produksi:
Pada setiap reservoir (Tandon Air) dilakukan pemeriksaan parameter:
- Sisa Khlor dilakukan minimal satu kali sehari - pH, dilakukan minimal satu
kali per minggu
- Daya hantar Listrik (DHL), Alkalinitas, kesadahan Total, COz Agresif, dan
Suhu, dilakukan minimal satu kali per minggu
- Besi dan Mangan, dilakukan minimal satu kali per bulan bila menjadi masalah
Pada jaringan pipa distribusi dilakukan pemeriksaan parameter:
- Sisa Khlor, minimal satu kali sehari, pada outlet reservoir dan konsumen
terjauh, sisa khlor > 0.2 mg/l
- pH, minimal satu kali perminggu
- Daya Hantar Listrik (DHL), minimal satu kali perbulan.
- Kekeruhan, minimal satu kali perminggu.
- Total Bakteri Coliforms/E. Coli, minimal satu bulan sekali pada outlet reservoir
dan konsumen terjauh.
2. Untuk produksi air minum sebesar : >200.000 M3/Tahun/Unit produksi :
Pada setiap reservoir (Tandon Air)/Stasiun Khlorinasi(1) (3)(1) (3) dilakukan
pemeriksaan parameter:
- Sisa Khlor dilakukan minimal satu kali sehari
- pH, Daya hantar Lisrik (DHL), Alkalinitas, kesadahan Total, COz Agresif, dan
Suhu, dilakukan minimal satu kali perminggu
- Besi dan Mangan, dilakukan minimal satu kali sebulan bila menjadi masalah.
Pada jaringan pipa distribusi dilakukan pemeriksaan parameter: - Sisa
Khlor/ORP(2) , pada outlet reservoir sampai dengan konsumen terjauh, sisa khlor >
0,2 mg/I, dilakukan pemeriksaan sebanyak satu sampel per 15.000 M3 produksi air
minum.
- Total Bakteri Coliforms/E.Coli, dilakukan pemeriksaan sebanyak satu sampel per
15.000 M3 produksi air minum
22. - pH, Daya Hantar Listrik (DHL), Kekeruhan, dilakukan pemeriksaan sebanyak
satu sampel per 15.00 M3 produksi air minum.
3. Kualitas Air Baku :
Pemeriksaan kualitas air baku air minum dilakukan minimal dua kali per tahun,
meliputi parameter :
- Total Bakteri Coliforms/E.Coli
- pH, DO, Bahan Organik , Alkalinitas, Kesadahan Total, COZ agresif, Suhu, DHL.
- Besi dan Mangan, dilakukan bila menjadi masalah.
Langkah-langkah menjamin kualitas air minum oleh pengelola penyediaan air
minum melalui sistem perpipaan, diantaranya
a) Memperbaiki dan menjaga kualitas air sesuai petunjuk yang diberikan Dinas
Kesehatan berdasarkan hasil pemeriksaan yang telah dilakukan.
b) Melakukan pemeliharaan jaringan perpipaan dari kebocoran dan melakukan
usaha-usaha untuk mengatasi korosifitas air di dalam jaringan perpipaan secara
rutin.
c) Membantu petugas Dinas Kesehatan setempat dalam pelaksanaan pengawasan
kualitas air dengan memberi kemudahan petugas memasuki tempat-tempat
dimana tugas pengawasan kualitas air diiaksanakan.
d) Mencatat hasil pemeriksaan setiap sampel air, meliputi tempat pengambilan
sampel (permukiman, jalan, nomor rumah, titik sampling), waktu pengambilan,
hasil analisa pemeriksaan laboratorium termasuk metode yang dipakai, dan
penyimpangan parameter.
e) Mengirimkan duplikat pencatatan kepada Dinas Kesehatan setempat. Dokumen
ini harus disimpan arsipnya untuk masa selama minimal 5 tahun.
MENTERI KESEHATAN RI,
ttd.
Dr. ACHMAD SUJUDI
(1)
Untuk memastikan efisiensi proses khlorinasi sebelum didistribusikan.
(3)
Berlaku jika khlor dipakai sebagai desinfektan, jika tidak sampel khlor bebas
diganti menjadi tambahan Fecal/Total coli.
(2)
Untuk pemeriksaan rutin sisa Khlor dapat digantikan sebagian dengan
pengukuran ORP, hanya jika telah terbukti terdapat hubungan antara sisa Chlor dan
ORP dan secara rutin dikalibrasi, menurut sumber airnya
PERATURAN DAERAH KOTA PANGKALPINANG NOMOR 12 Tahun
2002 TENTANG PENGAWASAN KUALITAS AIR 2002
BAB III
SYARAT-SYARAT
Pasal 3
(01) Kualitas air harus memenuhi syarat-syarat kesehatan yang meliputi persyaratan
fisika, kimia, bakteriologi dan radioaktif.
(02) Persyaratan Kualitas Air sebagaimana dimaksud ayat (1) pasal ini ditetapkan
sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Pasal 4
(01) Air yang wajib diperiksakan ke Laboratorium adalah:
a. Air yang dikelola oleh perusahaan air minum
23. b. Air yang dikelola oleh perusahaan produksi air minum
c. Air yang digunakan untuk kegiatan ekonomis (Tempat-Tempat Umum dan
Tempat Pengelolaan Makanan dan Minuman)
(02) Air yang belum tercantum pada ayat (1) pasal ini akan ditetapkan lebih lanjut
oleh Walikota.
(03) Kualitas air harus memenuhi syarat kesehatan yang meliputi persyaratan
Fisika, Kimia, Bakteriologi dan Radioaktif.
a. Kualitas air yang dimaksud sesuai dengan ketentuan Peraturan Menteri
Kesehatan.
b. Jumlah parameter yang perlu diperiksa di laboratorium sesuai dengan
kemampuan dan fasilitas yang tersedia, terdiri dari:
1). Air Minum / Air Bersih
(a). Parameter yang berhubungan dengan kesehatan secara langsung:
1. Bakteriologi :
1.1. Coliform Total
1.2. Coliform Tinja
2. Kimia An-Organik:
2.1. Arsen
2.5. Kromium, Valensi 6
2.2. Nitrit, sebagai N
2.6. Selenium
2.3. Fluorida
2.7. Nitrat, sebagai N
2.4. Sianida
2.8. Kadmium
3. Kimia Organik : Zat Organik (KMnO4)
(b). Parameter yang berhubungan secara tidak langsung dengan kesehatan:
1. Fisika
1.1. Bau
1.2. Warna
1.3. Jumlah zat padat terlarut (Total Dissolvid Solid)
1.4. Kekeruhan
1.5. Rasa
1.6. Suhu
2. Kimia An-Organik:
2.1. Alumunium
2.6. Sulfat
2.2. pH
2.7. Khlorida
2.3. Besi
2.8. Tembaga
2.4. Seng
2.9. Mangan
2.5. Kesadahan
2). Kolam renang
(a). Bakteriologi :
1. Jumlah kuman
2. Total coli
(b). Kimia :
24. 1. Aluminium
2. Kebasaan (CaCO3)
3. Oksigen Terabsorsi (O2)
4. pH
5. Sisa Khlor
6. Tembaga
(c). Fisika
1. Bau
2. Benda Terapung
3. Kejernihan
3). Pemandian Umum:
(a). Bakteriologi : Total Coli
(b). Kimia :
1. Deterjen
2. Oksigen terlarut (O2)
3. pH
(c). Fisika :
1. Bau
2. Kejerniha
3. Minyak.
c. Pemeriksaan kualitas air sebagaimana dimaksud dalam butir b, dilakukan secara bertahap
dan terus ditingkatkan sehingga tercapai pelaksanaan pemeriksaan sesuai ketentuan
dimaksud butir a.
d. Parameter yang tidak dapat diperiksa pada butir b dirujuk ke laboratorium yang lebih tinggi
tingkat kemampuannya sesuai dengan kebutuhan.
Pasal 5
Disamping melayani sebagaimana dimaksud pada pasal 4 ayat (1), Dinas/Instansi, swasta dan
masyarakat umum juga dapat memanfaatkan jasa laboratorium tersebut dengan dipungut biaya
pemeriksaan.