Teks tersebut membahas tentang filsafat sebagai ilmu untuk bertanya dan persyaratan ilmiah suatu ilmu. Ia juga membahas filsafat ilmu dan filsafat ilmu komunikasi serta bagaimana komunikasi memenuhi kriteria sebagai ilmu. Teks tersebut menjelaskan bahwa filsafat bertujuan memperluas pandangan melalui pertanyaan, sedangkan ilmu memberikan jawaban dengan batasan lingkup. Filsafat ilmu menganalisis ilmu dari segi ontologi
1. BAB I
PE NDA H ULUAN
a. Filsafat Sebagai Ilmu Untuk Bertanya
Filsafat pada dasarnya adalah perbuatan manusia 1 dan tiap-tiap
manusia akan berlaku sebagai filsuf pada waktu ia dalam
kehidupan sehari-harinya menginsyafi (menyadari) akan tujuan
hidupnya dan makna semua perbuatannya. Filsafat bukanlah
suatu hikmah tersembunyi ataupun suatu ilmu yang sangat sukar.
Andaikata seseorang belum mengenal istilah filsafat, orang itu
dapat mewujudkan perilaku filsafati ataupun mempunyai watak
filsafati. Namun ada perbedaan diantara suatu ilmu yang sulit dan
filsafat yang dilaksanakan setiap manusia. Ilmu- ilmu mencoba
merumuskan jawaban atas pertanyaan-pertanyaan dan
memerlukan keahlian tertentu. Sedangkan filsafat tidak
1
Prof. Dr. C.A. van Peursen: Filsafat Sebagai Seni Untuk Bertanya. Dikutip dari buku
B. Arief Sidharta. Apakah Filsafat dan Filsafat Ilmu Itu?, Pustaka Sutra, Bandung
2008. Hal 7-11.
1
2. bermaksud membentuk keahlian, melainkan untuk memperluas
cakrawala pandangan manusia. Dalam filsafat terdapat dua aspek,
yaitu ilmu sebagai jawaban terhadap pertanyaan, dan filsafat
sebagai pertanyaan pada jawaban 2.
2. Filsafat
Karena filsafat bersifat pertanyaan pada jawaban, maka pertama-
tama filsafat mendekatkan kembali manusia pada kenyataan yang
lengkap. Contoh: apakah jatuh cinta boleh hanya dijelaskan
sebagai proses kelenjar saja dalam ilmu kedokteran, atau sebagai
kelakuan lahiriah saja dalam bidang Psikologi? Disini filsafat
bertanya apakah ilmu spesialisasi menjauhkan kita dari kenyataan
jika kita lupa bahwa pandangan sebuah ilmu adalah khusus dan
sempit. Kedua, filsafat mengintegrasikan ilmu, dimana ilmu- ilmu
yang terpisah seperti: Ilmu Alam memandang sinar-sinar yang
dipancarkan elektro-magnetik. Ilmu Hayat berkata bahwa
matahari terdiri atas tenaga cahaya yang dapat dipergunakan oleh
sel-sel hijau untuk fotosintesis, yaitu untuk menyusun bahan
ibid
2
3. organis. Antropologi kebudayaan memandang matahari sebagai
symbol atau arti yang menguasai beberapa agama yang primitif.
Dan filsafat bertanya: apakah ada beberapa matahari? Hanaya
satu saja. Maka pertanyaan filsafati menunjukkan bahwa
pengetahuan ilmiah itu tidak terpisah. Ini berarti filsafat
memberikan integrasi, layaknya sebuah UNIVERSITAS,
dibandingkan dengan MULTIVERSITAS 3.
3. Ilmu
Ilmu adalah seluruh usaha sadar untuk menyelidiki, menemukan
dan meningkatkan pemahaman manusia dari berbagai segi
kenyataan dalam alam manusia. Segi-segi ini dibatasi agar
dihasilkan rumusan-rumusan yang pasti. Ilmu memberikan
kepastian dengan membatasi lingkup pandangannya, dan
kepastian ilmu- ilmu diperoleh dari keterbatasannya. Contoh: Ilmu
Alam hanya bisa menjadi pasti setelah lapangannya dibatasi
kedalam hal yang bahani (materiil saja) atau ilmu psikologi hanya
bisa meramalkan perilaku manusia jika membatasi lingkup
Ibid
3
4. pandangannya ke dalam segi umum dari perilaku manusia yang
kongkrit. Berkenaan dengan contoh ini, ilmu- ilmu alam menjawab
pertanyaan tentang berapa jauhnya matahari dari bumi, atau ilmu
psikologi menjawab apakah seorang pemudi sesuai untuk menjadi
perawat 4. Ilmu sendiri berasal dari bahasa Arab “Ilm” yang berarti
yang berarti memahami, mengerti, atau mengetahui 5.
2. Persyaratan ilmiah ilmu
Pengetahuan ilmu atau ilmu pengetahuan (lazim disebut ilmu saja)
bertujuan untuk “tahu secara mendalam”. Terdapat sejumlah
persyaratan agar suatu pengetahuan layak disebut ilmu, dan
persyaratan ini disebut ilmiah 6. Sifat ilmiah sebagai persyaratan
ilmu banyak terpengaruh paradigm ilmu- ilmu alam yang lahir
terlebih dahulu.
a. Obyektif. Ilmu harus memiliki obyek kajian yang terdiri dari
Ibid.
4
Wahid, Ramli Abdul. Ulumul Qu’ran, Grafindo, Jakarta, 1996, hal. 7.
5
6
Vardiansyah, Dani. Filsafat Ilmu Komunikasi: Suatu Pengantar, Indeks, Jakarta
2008. Halaman 8.
5. satu golongan masalah yang sama sifat hakikatnya, tampak
dari luar maupun bentuknya dari dalam. Obyeknya dapat
bersifat ada, atau mungkin ada karena masih harus diuji
keberadaannya. Dalam mengkaji obyek, yang dicari adalah
kebenaran, yakni persesuaian antara tahu dengan obyek, dan
karenanya disebut kebenaran obyektif; bukan subyektif
berdasarkan subyek peneliti atau subyek penunjang penelitian.
b. Metodis adalah upaya-upaya yang dilakukan untuk
meminimalisasi kemungkinan terjadinya penyimpangan dalam
mencari kebenaran. Konsekuensi dari upaya ini adalah harus
terdapat cara tertentu untuk menjamin kepastian kebenaran.
Metodis berasal dari kata Yunani “Metodos” yang berarti: cara,
jalan. Secara umum metodis berarti metode tertentu yang
digunakan dan umumnya merujuk pada metode ilmiah.
c. Sistematis. Dalam perjalanannya mencoba mengetahui dan
menjelaskan suatu obyek, ilmu harus terurai dan terumuskan
dalam hubungan yang teratur dan logis sehingga membentuk
6. suatu sistem yang berarti secara utuh, menyeluruh, terpadu ,
mampu menjelaskan rangkaian sebab akibat menyangkut
obyeknya. Pengetahuan yang tersusun secara sistematis dalam
rangkaian sebab akibat merupakan syarat ilmu yang ketiga.
d. Universal. Kebenaran yang hendak dicapai adalah kebenaran
universal yang bersifat umum (tidak bersifat tertentu). Contoh:
semua segitiga bersudut 180º. Karenanya universal merupakan
syarat ilmu yang keempat. Belakangan ilmu- ilmu sosial
menyadari kadar ke-umum-an (universal) yang dikandungnya
berbeda demgan ilmu- ilmu alam mengingat obyeknya adalah
tindakan manusia. Karena itu untuk mencapai tingkat
universalitas dalam ilmu- ilmu sosial, harus tersedia konteks
dan tertentu pula.
Dengan demikian apabila pengetahuan hendak disebut ilmu, ia
harus memenuhi sifat ilmiah sebagai syarat ilmu, yaitu: obyektif,
metodis, sistematis, dan universal.
7. BAB I I
PEMBAHASAN
Pada bab pertama, telah dipaparkan bagaimana filsafat berlaku
sebagai ilmu untuk bertanya, dan juga telah diulas dengan singkat
persyaratan ilmiah suatu ilmu. Pada bagian pembahasan kita akan
mengulas lebih dalam lagi filsafat ilmu dan filsafat ilmu komunikasi,
serta membahas bagaimana bidang kajian komunikasi memenuhi
persyaratan sebagai ilmu pengetahuan dan dinamakan ilmu
komunikasi.
a. Filsafat Ilmu
Filsafat ilmu merupakan bagian dari filsafat yang menjawab
beberapa pertanyaan mengenai hakikat ilmu. Pemikiran secara
filsafati memungkinkan orang menganalisis segala sesuatunya
dalam tiga wilayah yaitu “ada”, “pengetahuan”, dan “nilai” 7.
Vardiansyah, Dani. Filsafat Ilmu Komunikasi: Suatu Pengantar, Indeks,
7
Jakarta 2008. Halaman 20.
8. a. Ontologi. Berada dalam wilayah ada. Berasal dari bahasa
Yunani onto (ada) dan logos (teori) sehingga ontology dapat
diartikan sebagai ilmu tentang ada. Dalam wilayah ini
pertanyaan-pertanyaan yang bersangkutan adalah: apakah
obyek yang ditelaah ilmu? Bagaimanakan hakikat dari obyek
itu? Bagaimana hubungan antara obyek tadi dengan daya
tangkap manusia (seperti berpikir, merasa, mengindra) yang
membuahkan pengetahuan dan ilmu?
b. Epistemologi. Berada dalam wilayah pengetahuan. Berasal dari
kata Yunani episteme (pengetahuan) dan logos (teori) yang
berarti teori tentang pengetahuan. Pertanyaan yang
menyangkut wilayah ini antara lain: bagaimanakah proses yang
memungkinkan ditimbanya pengetahuan menjadi ilmu?
Bagaimanakah prosedurnya? Hal- hal apa yang harus
diperhatikan agar kita mendapat pengetahuan yang benar?
(Filsafat Metodologi), apa yang dimaksudkan dengan kebenaran
itu sendiri? Apa kriterianya? (logika).
9. c. Aksiologis. Berada dalam wilayah nilai. Berasal dari kata
Yunani axion (nilai) dan logos (teori) yang berarti teori tentang
nilai. Pertanyaan di wilayah ini menyangkut antara lain: untuk
apa pengetahuan ilmu itu digunakan? Bagaimana kaitan antara
cara penggunaannya dengan kaidah-kaidah moral? Bagaimana
penentuan obyek yang ditelaah berdasarkan pilihan- pilihan
moral? Bagaimana kaitan metode ilmiah yang digunakan
dengan norma-norma moral dan professional? (filsafat etika).
Dari sini kita bisa melihat bahwa filsafat ilmu diartikan sebagai
cabang filsafat yang mencoba mengkaji ilmu pengetahuan dari segi
cara-cara perolehan dan pemanfaatannya 8.
b. Filsafat Ilmu Komunikasi
a. Ontologi Komunikasi dan Ilmu Komunikasi
Berdasarkan sejarahnya, semenjak ada kehidupan di muka
bumi komunikasi antar organisme yang hidup dilakukan untuk
mengungkapkan kebutuhan organis melalui sinyal-sinyal
Ibid
8
10. kimiawi. Seiring dengan kehidupan berevolusi, maka
komunikasi juga. Sinyal-sinyal kimiawi primitif membuka
perluang terjadinya perilaku yang lebih rumit, contohnya
seperti tarian kawin pada ikan. Selain untuk seks, binatang
berkomunikasi demi menunjukkan keunggulan. Sekitar 250
juta tahun yang lalu terjadi tahap penting dalam evolusi, yaitu
adanya “otak reptil”. Otak ini bereaksi terhadap dunia luar
hanya dengan memicu reaksi-reaksi fisiologis yang kita kenal
sebagai “emosi”. Pada mamalia awal dan kemudian manusia
otak lalu berkembang secara cemerlang, dimana otak reptil
pemicu emosi ini dilapisi dengan segundukan sel otak tingkat
“tinggi”. Otak reptil ini kemudian dinamakan system limbik,
yang menentukan reaksi emosional dasar kita. Sistem ini dapat
dipicu oleh panca indera seperti: penglihatan, bunyi, bau, kata ,
atau ingatan 9. Pada manusia, emosi ini kemudian diungkapkan
dalam bentuk bahasa untuk berkomunikasi. S. Langer
berpendapat bahwa bahasa bermula sebagai tindakan
Gonnick, Larry. Kartun (Non) Komunikasi, Kepustakaan Populer Gramedia
9
2007, Jakarta. Hal 12-29.
11. emosional – ungkapan yang meluap-luap, yang menggugah hati
para pendengarnya 10. Sehingga komunikasi dapat dikatakan
sebagai jalinan yang menghubungkan manusia 11.
Ilmu komunikasi adalah usaha penyampaian pesan antar
manusia. Hal ini disesuaikan oleh dua hal dimana 1) sesuai
dengan obyek materianya yang berada dalam rumpun ilmu
sosial maka ilmu komunikasi harus terjadi antar manusia 2)
Ilmu komunikasi menggunakan paradigm dimana pesan
disampaikan dengan sengaja, dilatarbelakangi oleh motif
komunikasi dan usaha untuk mewujudkannya 12.
Obyek material ilmu komunikasi adalah manusia dan
tindakannya dalam konteks sosial 13, sementara obyek formanya
adalah komunikasi itu sendiri sebagai usaha penyampaian
Langer, S. Mind, An Essay on Human Feelings. John Hopkins Press, 1973,
10
Baltimore.
11
Littlejohn, Stephen W. Theories of Human Communication, 2004. Albuquerque,
New Mexico.
Vardiansyah, Dani. Filsafat Ilmu Komunikasi: Suatu Pengantar, Indeks, Jakarta
12
2008. Halaman 20.
13
Tebba, Sudirman. Filsafat dan Etika Komunikasi, Pustaka IrVan, Banten 2008. Hal
57.
12. pesan antar manusia 14.
b. Epistemologi Ilmu Komunikasi
Ilmu komunikasi sebagai ilmu sosial yang berada dalam
rumpun empiris (paham yang menekankan pengalaman sebagai
sumber utama pengetahuan) dapat dikembangkan berdasarkan
paradigm positivist (menyatakan bahwa ilmu dibangun
berdasarkan fakta empirik sensual: teramati, terukur, teruji,
terulang, dan teramalkan karenanya sangat kuantitatif) dan
anti- positivist (ilmu menggunakan pendekatan kualitatif dan
mencoba menyatukan obyek-subyek). Ilmu komunikasi berlatar
positivist cenderung objektif, kebenaran ada pada objeknya.
Sedangkan ilmu komunikasi berlatar antipositivist bersifat
intersubjektif. Postivisme dan antipositivisme menurunkan
jenis penelitian yang berbeda – penelitian komunikasi
kuantitatif berlatar positivist yang obyektif, sedangkan
penelitian komunikasi kualitatif lebih berlatar antipositivist
Vardiansyah, Dani. Filsafat Ilmu Komunikasi: Suatu Pengantar, Indeks, Jakarta
14
2008. Halaman 20.
13. yang intersubyektif dimana kebenaran merupakan kesepakatan
antar subyek menyangkut interpretasi atas obyek. Empat
strategi pengumpulan dan pengolahan data penelitian yang
utama:
• Eksperimen: lazim digunakan pada penelitian kuantitatif
dimana diciptakan situasi laboratories untuk mengontrol
variabel secara ketat dalam melihat pengaruh antar- variabel
yang diteliti.
• Survey: dilakukan dengan menyebarkan kuesioner atau
wawancara, dengan tujuan untuk mengetahui: siapa mereka,
apa yang mereka pikir, rasakan, atau kecenderungan suatu
tindakan. Survey lazim dilakukan untuk penelitian
kuantitatif maupun kualitatif. Dalam penelitian kuantitatif,
survey lebih merupa pertanyaan tertutup, sementara dalam
penelitian kualitatif berupa wawancara mendalam dengan
pertanyaan terbuka.
• Analisis teks: penelitian dimana obyek yang dikaji adalah
14. teks dalam pengertian luas. Analisis teks lazim dilakukan
untuk penelitian kuantitatif dan kualitatif.
• Partisipasi-observasi: lazim dilakukan pada penelitan
kualitatif. Dalam strategi penelitian ini, subyek peneliti
menyatukan diri dengan subyek penelitain berikut obyek
penelitiannya dalam kurun tertentu.
c. Aksiologi dalam ilmu komunikasi
Aksiologis mempertanyakan nilai: bagaimana dan untuk tujuan
apa ilmu komunikasi itu digunakan. Penilaian ini menjadi
terkait oleh nilai etis atau moral. Hanya tindakan manusia yang
sengaja yang dapat dikenakan penilaian etis. Akar tindakan
manusia adalah falsafah hidup: kesatuan nilai- nilai yang
menurut manusia yang memilikinya memiliki derajat teragung
yang jika terwujud ia yakin akan bahagia. Dalam aksiologi ilmu
komunikasi pertanyaan utama adalah untuk tujuan apa
praktisi komunikasi menggunakan ilmunya tergantung pada
pokok jawaban atas pertanyaan pokok falsafah hidup individu
15. manusianya: apakah ilmunya akan digunakan untuk kebaikan
dan kemaslahatan umat, atau sebaliknya? Demikian pula
halnya dengan ilmuwan komunikasi, falsafah hidupnya akan
menentukan dalam:
(a) Memilih obyek penelitian
(b) Cara melakukan penelitian
(c) Menggunakan produk hasil penelitiannya.
16. BAB II I
KES I MP U LAN
Kelayakan komunikasi sebagai ilmu
Dalam menentukan apakah Komunikasi layak menjadi ilmu maka
bab sebelumnya telah membahas syarat-syarat ilmu dalam
kaitannya dengan komunikasi. Syarat ilmu antara lain
menyatakan bahwa ia harus memiliki objek kajian, dimana objek
kajian tersebut harus terdiri satu golongan masalah yang sama
sifat hakikatnya. Secara ontologis obyek material ilmu komunikasi
hanya mengkaji penyampaian pesan antar manusia. Penyampaian
pesan kepada yang bukan manusia berada di luar obyek kajiannya.
Pesan adalah segala hasil penggunaan akal budi manusia yang
disampaikan untuk mewujudkan motif komunikasi, tanpa motif
maka sesuatu tidak dinilai sebagai pesan, karenanya tidak berada
dalam kajian ilmu komunikasi. Syarat ilmu yang kedua
menyatakan bahwa ilmu harus bersistem, dimana obyeknya itu
17. tersusun dalam satu rangkaian sebab akibat yang tersusun secara
sistematis. Dalam komunikasi sistem ini digambarkan sebagai; 1)
mengapa manusia menyampaikan pesan karena terdorong oleh
motif komunikasi. 2) Dari mana datangnya motif komunikasi
karena adanya konsepsi kebahagiaan yang lahir dari naluri
manusia sebagai paduan arah bertindak. 3) Dari mana konsepsi
kebahagiaan diturunkan dari falsafah hidupnya. 4) Dari mana
datangnya falsafah hidup? Diturunkan dari peralatan rohaniahnya
yang bekerja secara simultan yaitu: hati nurani, akal, budi, dan
seperangkat naluri. 5) Dari mana datangnya peralatan rohaniah
yang bekerja secara simultan Dari manusia. 6) Darimana
datangnya manusia berhenti, bukan kajian ilmu komunikasi
sebagai pencarian sebab mengapa manusia menyampaikan pesan.
Syarat yang ketiga ilmu adalah adalah metodis, dimana harus
tersedia cara tertentu untuk membangun suatu ilmu, dan metode
ini berdasarkan metode ilmiah. Sesuai dengan latar filsafat
ilmunya, ilmu komunikasi mengenal dua macam metode penelitian,
yaitu kuantitatif- positivist dan kualitatif anti- positivist. Kedua
18. metode penelitian dengan dasar filsafat masing-masing
menurunkan cara membangun ilmu yang berbeda dengan tujuan
yang juga berbeda. Ilmu komunikasi dengan latar postivisme
mencari generalisasi dan obyektifitas universal, dimana hasilnya
bebas nilai. Sebaliknya ilmu komunikasi berlatar antipositivisme
mencari intersubyektifitas guna membangun ilmu secara
ideografik, dan hasil penelitiannya justru terkait nilai. Syarat ilmu
yang keempat adalah universalitas, hal ini berlaku untuk ilmu
komunikasi bagi kuantitatif- positivis namun tidak berlaku bagi
kualitatif- antipositivis karena mereka tidak berprentensi untuk
membangun generalisasi universal. Kuantitatif positivis yang
berlatar ilmu alam, system sebab-akibat cenderung mekanistis:
setiap sebab menimbulkan akibat yang pasti, terduga, dan
teramalkan, sebaliknya kualitatif- antipositivis, system sebab-
akibat cenderung humanistis: setiap sebab belum tentu
menimbulkan akibat yang sama dan tak terduga, karena sangat
tergantung pada factor situasional dan kondisional yang ada.
Misalnya, sebab X membuat seseorang tertawa, disaat lain saat,
19. sebab yang sama pada orang yang sama justru membuatnya
menangis.
Menggunakan pemaparan persyaratan ilmu, maka disimpulkan
bahwa komunikasi merupakan ilmu karena memenuhi syarat-
syarat ilmu pada umumnya, namun secara khusus tidak persis
sama. Pengandaian ini membuat komunikasi meredefinisikan
empat persyaratan ilmu dengan mencabangkan syarat yang
keempat, dimana universalitas tidak diharuskan. Namun hal ini
diperlukan agar ilmu komunikasi bisa berkembang dan menjadi
otonom, karena persyaratan mekanistis tidak bisa diterapkan pada
manusia seutuhnya. Hal ini dikarenakan otak manusia yang terus
berkembang. Perkembangan ini mengakibatkan perubahan
perilaku manusia dalam upayanya beradaptasi dengan lingkungan
sekitar.
20. D afta r Pustaka
1. Vardiansyah, Dani. Filsafat Ilmu Komunikasi: Suatu
Pengantar, Indeks, Jakarta 2008.
2. Sidharta, B Arief. Apakah Filsafat dan Filsafat Ilmu Itu?,
Pustaka Sutra, Bandung 2008.
3. Tebba, Sudirman. Filsafat dan Etika Komunikasi, Pustaka
IrVan, Banten 2008.
4. Wahid, Ramli Abdul. Ulumul Qu’ran, Grafindo, Jakarta, 1996,
hal. 7.
5. Gonnick, Larry. Kartun (Non) Komunikasi, Kepustakaan
Populer Gramedia 2007, Jakarta. Hal 12-29.
6. Langer, S. Mind, An Essay on Human Feelings. John Hopkins
Press, 1973, Baltimore.
7. Littlejohn, Stephen W. Theories of Human Communication,
2004. Albuquerque, New Mexico.
21. Kata Penganta r
Tugas makalah individual dengan judul “Komunikasi sebagai ilmu
pengetahuan” dibuat dengan tujuan mendalami bagaimana
komunikasi sebagai sebuah disiplin diakui sebagai ilmu menurut
kajian ilmiahnya. Dalam makalah ini akan dijelaskan konsep-konsep
dasar yang terkait dengan filsafat ilmu sebagai cabang filsafat yang
mengkaji teori pengetahuan dan etika pada kajian penggunaan ilmu
komunikasi.
Makalah ini terdiri dari tiga bagian utama yaitu pendahuluan,
pembahasan dan ditutup dengan kesimpulan.
Penulis mengucapkan terima kasih atas perhatian Bapak Drs. Hadi
Surantio, MSi sebagai dosen Filsafat Ilmu Komunikasi karena telah
meluangkan waktunya untuk menilai tugas ini.
Tertanda,
23. D afta r Isi
BAB I ...........................................................................................................1
PENDAHUL UAN ...................................................................................... 1
a.Filsafat Sebagai Ilmu Untuk Bertanya ................................................... 1
2. Persyaratan ilmiah ilmu ........................................................................... 4
BAB II ........................................................................................................ 7
PEMBAHASAN ......................................................................................... 7
a.Filsafat Ilmu ................................................................................................. 7
b.Filsafat Ilmu Komunikasi ......................................................................... 9
KESIMPULAN ........................................................................................ 16
Kelayakan komunikasi sebagai ilmu ....................................................... 16
Daftar Pustaka ....................................................................................... 20
Kata Pengantar ...................................................................................... 21
Daftar Isi ................................................................................................. 23
BAB I ...........................................................................................................1
PENDAHUL UAN ...................................................................................... 1
a.Filsafat Sebagai Ilmu Untuk Bertanya ................................................... 1
2. Persyaratan ilmiah ilmu ........................................................................... 4
BAB II ........................................................................................................ 7
PEMBAHASAN ......................................................................................... 7
a.Filsafat Ilmu ................................................................................................. 7
b.Filsafat Ilmu Komunikasi ......................................................................... 9
KESIMPULAN ........................................................................................ 16
Kelayakan komunikasi sebagai ilmu ....................................................... 16
Daftar Pustaka ....................................................................................... 20
Kata Pengantar ...................................................................................... 21
Daftar Isi ................................................................................................. 23
24. BAB I ...........................................................................................................1
PENDAHUL UAN ...................................................................................... 1
a.Filsafat Sebagai Ilmu Untuk Bertanya ................................................... 1
2. Persyaratan ilmiah ilmu ........................................................................... 4
BAB II ........................................................................................................ 7
PEMBAHASAN ......................................................................................... 7
a.Filsafat Ilmu ................................................................................................. 7
b.Filsafat Ilmu Komunikasi ......................................................................... 9
KESIMPULAN ........................................................................................ 16
Kelayakan komunikasi sebagai ilmu ....................................................... 16
Daftar Pustaka ....................................................................................... 20
Kata Pengantar ...................................................................................... 21
Daftar Isi ................................................................................................. 23
Makalah Filsafat Komunikasi
Siska Doviana * NIM 44205120085
Universitas Mercu Buana