SlideShare una empresa de Scribd logo
1 de 16
SPONDILITIS TB
ARMAYANI
1507101030059
BAGIAN SMF/BEDAH
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SYIAH KUALA
RSUD dr. ZAINOELABIDIN BANDAACEH
2020
BEDAH ORTOPEDI
ANATOMI
Gambar diakses dari internet
DEFINISI
Spondilitis tuberkulosa atau
tuberkulosis spinal disebut juga
Pott’s disease of the spine/
tuberculous vertebral osteomyelitis
Spondilitis tuberkulosis
adalah infeksi pada tulang
belakang yang disebabkan
oleh kuman Mycobacterium
tuberculosis
Vitriana (2012). Spondilitis Tuborkulosa. Jakarta FK –UI
Tutik K, Hapsari PN (2016). Pott’s Diaseas. Jurnal Respirasi. Vol.2 No.3 . Surabaya FK UNAIR.
EPIDIMIOLOGI
Insidensi di seluruh dunia sangat bervariasi, tergantung
kualitas fasilitas pelayanan kesehatan masyarakat dan
kondisi sosial masing-masing negara.
Di Amerika Utara, Eropa dan Saudi Arabia rata-rata kasus
pada usia dewasa (40-50 tahun)
Asia dan Afrika sebagian besar kasus pada anak-anak (50%
antara usia 1-20 tahun)
Area torako-lumbal (terutama T-10 dan lumbal atas) tempat
yang paling sering terlibat
Defisit neurologis muncul pada 10-47% kasus dengan
spondilitis tuberkulosa
Penyakit yang
tersebar di seluruh
dunia, dengan
angka kematian < 3
juta kasus setiap
tahunnya.
Vitriana (2012). Spondilitis Tuborkulosa. Jakarta FK –UI
Tutik K, Hapsari PN (2016). Pott’s Diaseas. Jurnal Respirasi. Vol.2 No.3 . Surabaya FK UNAIR.
ETIOLOGI
Mycobacterium
tuberculosis
Mycobacterium
afrcanum (wilayah
Afrika Barat)
Bovine tubercle
baccilus
Non-tuberculosus
mycobacteria
Vitriana (2012). Spondilitis Tuborkulosa. Jakarta FK -UI
USIA dan
JENIS
KELAMIN
LINGKUNG
AN
RAS
NUTRISI
FAKTOR
TOKSIS
PENYAKIT
FAKTOR RISIKO
Vitriana (2012). Spondilitis Tuborkulosa. Jakarta FK -UI
MANIFESTASI KLINIS
BB MENURUN
KERINGAT MALAM
DEMAM
MALAISE
NYERI
GIBBUS
DEVISIT NEUROLOGIS
INKONTINENSIA
UDEM
DISFAGIA
Tutik K, Hapsari PN (2016). Pott’s Diaseas. Jurnal Respirasi. Vol.2 No.3 . Surabaya FK UNAIR.
PATOFISIOLOGI
Vitriana (2012). Spondilitis Tuborkulosa. Jakarta FK -UI
PEMERIKSAAN
PENUJANG
PEMERIKSAAN
FISIK
ANAMNESIS
DIAGNOSIS
Keluhan utama dan tambahan (nyeri)
Riwayat penyakit sekarang (gejala TB, defisit
neurologi)
Riwayat penyakit dahulu (riwayat TB, HIV dll)
Riwayat penyakit keluaraga
Riwayat penggunaan obat
Riwayat kebiasaan sosial (lingkungan, sosoil
ekonomi, perokok dll)
Vital sign (febris)
Feel (gibus,skoliosis)
Look (nyeri,udem)
Movment (terbatas)
Pemeriksaan neurologis
(defisit+/-)
Laboratorium (leukositosis)
Kultur (mikobakterium tb)
Radiologi (kesan spondilitis)
Vitriana (2012). Spondilitis Tuborkulosa. Jakarta FK –UI
Tutik K, Hapsari PN (2016). Pott’s Diaseas. Jurnal Respirasi. Vol.2 No.3 . Surabaya FK UNAIR.
Pemeriksaan penunjang radiologi
MRI
Pemeriksaan penunjang radiologi
X-RAY
PENATALAKSANAAN
A. TERAPI KONSERVATIF
1. Pemberian nutrisi yang bergizi
2. Pemberian kemoterapi atau terapi anti tuberkulosa
Obat anti tuberkulosa yang utama adalah isoniazid (INH), rifamipicin
(RMP), pyrazinamide (PZA), streptomycin (SM) dan ethambutol (EMB).
Terapi dapat diberikan selama 6-12 bulan atau hingga foto rontgen
menunjukkan adanya resolusi tulang.
3. Istirahat tirah baring (resting)
Terapi pasien spondilitis tuberkulosa dapat pula berupa local rest pada
turning frame / plaster bed atau continous bed rest dapat dilakukan dengan
memakai gips untuk melindungi tulang belakangnya dalam posisi ekstensi
terutama pada keadaan yang akut atau fase aktif.
Vitriana (2012). Spondilitis Tuborkulosa. Jakarta FK -UI
B. TERAPI OPERATIF
Tindakan operasi juga dilakukan bila setelah 3-4 minggu
pemberian terapi obat antituberkulosa dan tirah baring (terapi
konservatif) dilakukan tetapi tidak memberikan respon yang baik.
INDIKASI:
1. Terdapat devisit neurologis berupa paraplegia
2. Diagnosa yang meragukan hingga diperlukan untuk
melakukan biopsi
3. Terdapat instabilitas setelah proses penyembuhan
4. Terdapat abses yang dapat dengan mudah didrainase
5. Untuk penyakit yang lanjut dengan kerusakan tulang yang
nyata dan mengancam atau kifosis berat saat ini
6. Penyakit yang rekuren
PENATALAKSANAAN
Vitriana (2012). Spondilitis Tuborkulosa. Jakarta FK -UI
KOMPLIKASI
1. Cedera corda spinalis (spinal cord injury). Dapat
terjadi karena adanya tekanan ekstradural
sekunder karena pus tuberkulosa, sekuestra
tulang, sekuester dari diskus intervertebralis
(contoh : Pott’s paraplegia) atau dapat juga
langsung karena keterlibatan korda spinalis oleh
jaringan granulasi tuberkulosa (contoh :
menigomyelitis). Jika cepat diterapi sering
berespon baik (berbeda dengan kondisi paralisis
pada tumor).
1. Empyema tuberkulosa karena rupturnya abses
paravertebral di torakal kedalam pleura.
Vitriana (2012). Spondilitis Tuborkulosa. Jakarta FK -UI
PROGNOSIS
Prognosa pasien dengan spondilitis tuberkulosa sangat
tergantung dari usia dan kondisi kesehatan umum pasien,
derajat berat dan durasi defisit neurologis serta terapi yang
diberikan.
Mortalitas pasien spondilitis tuberkulosa mengalami
penurunan seiring dengan ditemukannya kemoterapi
(menjadi kurang dari 5%, jika pasien didiagnosa dini dan
patuh dengan regimen terapi dan pengawasan ketat)
Angka kemungkinan kekambuhan pasien yang
diterapi antibiotik dengan regimen medis saat ini
dan pengawasan yang ketat hampir mencapai
0,001%
Vitriana (2012). Spondilitis Tuborkulosa. Jakarta FK -UI
SPONDILITIS TB

Más contenido relacionado

La actualidad más candente

Case Report diare Akut Dehidrasi Ringan Sedang ppt
Case Report diare Akut Dehidrasi Ringan Sedang pptCase Report diare Akut Dehidrasi Ringan Sedang ppt
Case Report diare Akut Dehidrasi Ringan Sedang pptSyscha Lumempouw
 
Efloresensi (modul kulit dan jaringan penunjang)
Efloresensi (modul kulit dan jaringan penunjang)Efloresensi (modul kulit dan jaringan penunjang)
Efloresensi (modul kulit dan jaringan penunjang)fikri asyura
 
Perbedaan EDH SDH SAH ICH Berdasar CT Scan.pptx
Perbedaan EDH SDH SAH ICH Berdasar CT Scan.pptxPerbedaan EDH SDH SAH ICH Berdasar CT Scan.pptx
Perbedaan EDH SDH SAH ICH Berdasar CT Scan.pptxAditAditya19
 
Case Report BPPV
Case Report BPPVCase Report BPPV
Case Report BPPVKharima SD
 
PETUNJUK TEKNIS MANAJEMEN TB ANAK
PETUNJUK TEKNIS MANAJEMEN TB ANAKPETUNJUK TEKNIS MANAJEMEN TB ANAK
PETUNJUK TEKNIS MANAJEMEN TB ANAKSurya Amal
 
Mengenal Lokasi Gangguan Neurologis
Mengenal Lokasi Gangguan NeurologisMengenal Lokasi Gangguan Neurologis
Mengenal Lokasi Gangguan NeurologisSeascape Surveys
 
PENATALAKSANAAN TERKINI PENYAKIT KULIT DALAM PRAKTEK SEHARI HARI
PENATALAKSANAAN TERKINI PENYAKIT KULIT DALAM PRAKTEK SEHARI HARI PENATALAKSANAAN TERKINI PENYAKIT KULIT DALAM PRAKTEK SEHARI HARI
PENATALAKSANAAN TERKINI PENYAKIT KULIT DALAM PRAKTEK SEHARI HARI Suharti Wairagya
 
Penatalaksanaan Kejang Demam - Konsensus IDAI
Penatalaksanaan Kejang Demam - Konsensus IDAIPenatalaksanaan Kejang Demam - Konsensus IDAI
Penatalaksanaan Kejang Demam - Konsensus IDAISeascape Surveys
 
Amblyopia DNP
Amblyopia DNP Amblyopia DNP
Amblyopia DNP dewi_putri
 

La actualidad más candente (20)

Skrofuloderma
SkrofulodermaSkrofuloderma
Skrofuloderma
 
Laporan kasus ii
Laporan kasus iiLaporan kasus ii
Laporan kasus ii
 
Case Report diare Akut Dehidrasi Ringan Sedang ppt
Case Report diare Akut Dehidrasi Ringan Sedang pptCase Report diare Akut Dehidrasi Ringan Sedang ppt
Case Report diare Akut Dehidrasi Ringan Sedang ppt
 
Efloresensi (modul kulit dan jaringan penunjang)
Efloresensi (modul kulit dan jaringan penunjang)Efloresensi (modul kulit dan jaringan penunjang)
Efloresensi (modul kulit dan jaringan penunjang)
 
Perbedaan EDH SDH SAH ICH Berdasar CT Scan.pptx
Perbedaan EDH SDH SAH ICH Berdasar CT Scan.pptxPerbedaan EDH SDH SAH ICH Berdasar CT Scan.pptx
Perbedaan EDH SDH SAH ICH Berdasar CT Scan.pptx
 
2. konjungtiva
2. konjungtiva2. konjungtiva
2. konjungtiva
 
Case Report BPPV
Case Report BPPVCase Report BPPV
Case Report BPPV
 
PETUNJUK TEKNIS MANAJEMEN TB ANAK
PETUNJUK TEKNIS MANAJEMEN TB ANAKPETUNJUK TEKNIS MANAJEMEN TB ANAK
PETUNJUK TEKNIS MANAJEMEN TB ANAK
 
kejang-demam-terbaru-presentasi-ppt
kejang-demam-terbaru-presentasi-pptkejang-demam-terbaru-presentasi-ppt
kejang-demam-terbaru-presentasi-ppt
 
Mengenal Lokasi Gangguan Neurologis
Mengenal Lokasi Gangguan NeurologisMengenal Lokasi Gangguan Neurologis
Mengenal Lokasi Gangguan Neurologis
 
Giovanni status bedah
Giovanni   status bedahGiovanni   status bedah
Giovanni status bedah
 
PENATALAKSANAAN TERKINI PENYAKIT KULIT DALAM PRAKTEK SEHARI HARI
PENATALAKSANAAN TERKINI PENYAKIT KULIT DALAM PRAKTEK SEHARI HARI PENATALAKSANAAN TERKINI PENYAKIT KULIT DALAM PRAKTEK SEHARI HARI
PENATALAKSANAAN TERKINI PENYAKIT KULIT DALAM PRAKTEK SEHARI HARI
 
Dermatofitosis
DermatofitosisDermatofitosis
Dermatofitosis
 
Otitis Media Akut
Otitis Media AkutOtitis Media Akut
Otitis Media Akut
 
Herniasi Otak
Herniasi OtakHerniasi Otak
Herniasi Otak
 
Penatalaksanaan Kejang Demam - Konsensus IDAI
Penatalaksanaan Kejang Demam - Konsensus IDAIPenatalaksanaan Kejang Demam - Konsensus IDAI
Penatalaksanaan Kejang Demam - Konsensus IDAI
 
Vertigo
VertigoVertigo
Vertigo
 
Syok pada anak
Syok pada anak Syok pada anak
Syok pada anak
 
Abses peritonsilar
Abses peritonsilarAbses peritonsilar
Abses peritonsilar
 
Amblyopia DNP
Amblyopia DNP Amblyopia DNP
Amblyopia DNP
 

Similar a SPONDILITIS TB

Similar a SPONDILITIS TB (20)

PPT_Spondilitis_TB.ppt
PPT_Spondilitis_TB.pptPPT_Spondilitis_TB.ppt
PPT_Spondilitis_TB.ppt
 
Osteomyelitis presentation
Osteomyelitis presentationOsteomyelitis presentation
Osteomyelitis presentation
 
Askep spondilitis tb
Askep spondilitis tbAskep spondilitis tb
Askep spondilitis tb
 
48401693 tb-tulang-dan-sendi
48401693 tb-tulang-dan-sendi48401693 tb-tulang-dan-sendi
48401693 tb-tulang-dan-sendi
 
Makalah TBC
Makalah TBCMakalah TBC
Makalah TBC
 
ASKEP TB.docx
ASKEP TB.docxASKEP TB.docx
ASKEP TB.docx
 
Lp tb paru
Lp tb paruLp tb paru
Lp tb paru
 
dr.-Hadi-Sudrajad-PRESENTASI-PIK-TB-SOLO-2018.ppt
dr.-Hadi-Sudrajad-PRESENTASI-PIK-TB-SOLO-2018.pptdr.-Hadi-Sudrajad-PRESENTASI-PIK-TB-SOLO-2018.ppt
dr.-Hadi-Sudrajad-PRESENTASI-PIK-TB-SOLO-2018.ppt
 
PPT World TB Day.pptx
PPT World TB Day.pptxPPT World TB Day.pptx
PPT World TB Day.pptx
 
Tuberkulosis tulang
Tuberkulosis tulangTuberkulosis tulang
Tuberkulosis tulang
 
Neural tube defect
Neural tube defectNeural tube defect
Neural tube defect
 
Osteoartikular tb
Osteoartikular tbOsteoartikular tb
Osteoartikular tb
 
Osteoartikular tb
Osteoartikular tbOsteoartikular tb
Osteoartikular tb
 
Tetanus=
Tetanus=Tetanus=
Tetanus=
 
Skenario 3 Blok 8 Infeksi Dentomaskilofasial
Skenario 3 Blok 8 Infeksi DentomaskilofasialSkenario 3 Blok 8 Infeksi Dentomaskilofasial
Skenario 3 Blok 8 Infeksi Dentomaskilofasial
 
Tb
TbTb
Tb
 
Paget's desease
Paget's deseasePaget's desease
Paget's desease
 
Konsensus nasional tuberculosis 2002
Konsensus nasional tuberculosis 2002Konsensus nasional tuberculosis 2002
Konsensus nasional tuberculosis 2002
 
cupdf.com_slide-lapkas-spondilitis-tb.ppt
cupdf.com_slide-lapkas-spondilitis-tb.pptcupdf.com_slide-lapkas-spondilitis-tb.ppt
cupdf.com_slide-lapkas-spondilitis-tb.ppt
 
Life Threatening in Odontogenic Infection.pptx
Life Threatening in Odontogenic Infection.pptxLife Threatening in Odontogenic Infection.pptx
Life Threatening in Odontogenic Infection.pptx
 

Más de shelladepari

PPT_Minggu7_SHELLA_BedahOrthopedi_KompartemenSyndrome.pptx
PPT_Minggu7_SHELLA_BedahOrthopedi_KompartemenSyndrome.pptxPPT_Minggu7_SHELLA_BedahOrthopedi_KompartemenSyndrome.pptx
PPT_Minggu7_SHELLA_BedahOrthopedi_KompartemenSyndrome.pptxshelladepari
 
PPT_Minggu 7_Isty Fakhrunnisa_Bedah Orthopedi_DDH -.pptx
PPT_Minggu 7_Isty Fakhrunnisa_Bedah Orthopedi_DDH -.pptxPPT_Minggu 7_Isty Fakhrunnisa_Bedah Orthopedi_DDH -.pptx
PPT_Minggu 7_Isty Fakhrunnisa_Bedah Orthopedi_DDH -.pptxshelladepari
 
Damayanti_Ika_Prasanti_G2A009057_Bab2KTI.pdf
Damayanti_Ika_Prasanti_G2A009057_Bab2KTI.pdfDamayanti_Ika_Prasanti_G2A009057_Bab2KTI.pdf
Damayanti_Ika_Prasanti_G2A009057_Bab2KTI.pdfshelladepari
 
cp119 juvenile-arthritis.pdf
cp119 juvenile-arthritis.pdfcp119 juvenile-arthritis.pdf
cp119 juvenile-arthritis.pdfshelladepari
 

Más de shelladepari (6)

PPT_Minggu7_SHELLA_BedahOrthopedi_KompartemenSyndrome.pptx
PPT_Minggu7_SHELLA_BedahOrthopedi_KompartemenSyndrome.pptxPPT_Minggu7_SHELLA_BedahOrthopedi_KompartemenSyndrome.pptx
PPT_Minggu7_SHELLA_BedahOrthopedi_KompartemenSyndrome.pptx
 
PPT_Minggu 7_Isty Fakhrunnisa_Bedah Orthopedi_DDH -.pptx
PPT_Minggu 7_Isty Fakhrunnisa_Bedah Orthopedi_DDH -.pptxPPT_Minggu 7_Isty Fakhrunnisa_Bedah Orthopedi_DDH -.pptx
PPT_Minggu 7_Isty Fakhrunnisa_Bedah Orthopedi_DDH -.pptx
 
Damayanti_Ika_Prasanti_G2A009057_Bab2KTI.pdf
Damayanti_Ika_Prasanti_G2A009057_Bab2KTI.pdfDamayanti_Ika_Prasanti_G2A009057_Bab2KTI.pdf
Damayanti_Ika_Prasanti_G2A009057_Bab2KTI.pdf
 
jra 3.pdf
jra 3.pdfjra 3.pdf
jra 3.pdf
 
JRA 2.pdf
JRA 2.pdfJRA 2.pdf
JRA 2.pdf
 
cp119 juvenile-arthritis.pdf
cp119 juvenile-arthritis.pdfcp119 juvenile-arthritis.pdf
cp119 juvenile-arthritis.pdf
 

SPONDILITIS TB

  • 1. SPONDILITIS TB ARMAYANI 1507101030059 BAGIAN SMF/BEDAH FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SYIAH KUALA RSUD dr. ZAINOELABIDIN BANDAACEH 2020 BEDAH ORTOPEDI
  • 3. DEFINISI Spondilitis tuberkulosa atau tuberkulosis spinal disebut juga Pott’s disease of the spine/ tuberculous vertebral osteomyelitis Spondilitis tuberkulosis adalah infeksi pada tulang belakang yang disebabkan oleh kuman Mycobacterium tuberculosis Vitriana (2012). Spondilitis Tuborkulosa. Jakarta FK –UI Tutik K, Hapsari PN (2016). Pott’s Diaseas. Jurnal Respirasi. Vol.2 No.3 . Surabaya FK UNAIR.
  • 4. EPIDIMIOLOGI Insidensi di seluruh dunia sangat bervariasi, tergantung kualitas fasilitas pelayanan kesehatan masyarakat dan kondisi sosial masing-masing negara. Di Amerika Utara, Eropa dan Saudi Arabia rata-rata kasus pada usia dewasa (40-50 tahun) Asia dan Afrika sebagian besar kasus pada anak-anak (50% antara usia 1-20 tahun) Area torako-lumbal (terutama T-10 dan lumbal atas) tempat yang paling sering terlibat Defisit neurologis muncul pada 10-47% kasus dengan spondilitis tuberkulosa Penyakit yang tersebar di seluruh dunia, dengan angka kematian < 3 juta kasus setiap tahunnya. Vitriana (2012). Spondilitis Tuborkulosa. Jakarta FK –UI Tutik K, Hapsari PN (2016). Pott’s Diaseas. Jurnal Respirasi. Vol.2 No.3 . Surabaya FK UNAIR.
  • 5. ETIOLOGI Mycobacterium tuberculosis Mycobacterium afrcanum (wilayah Afrika Barat) Bovine tubercle baccilus Non-tuberculosus mycobacteria Vitriana (2012). Spondilitis Tuborkulosa. Jakarta FK -UI
  • 7. MANIFESTASI KLINIS BB MENURUN KERINGAT MALAM DEMAM MALAISE NYERI GIBBUS DEVISIT NEUROLOGIS INKONTINENSIA UDEM DISFAGIA Tutik K, Hapsari PN (2016). Pott’s Diaseas. Jurnal Respirasi. Vol.2 No.3 . Surabaya FK UNAIR.
  • 8. PATOFISIOLOGI Vitriana (2012). Spondilitis Tuborkulosa. Jakarta FK -UI
  • 9. PEMERIKSAAN PENUJANG PEMERIKSAAN FISIK ANAMNESIS DIAGNOSIS Keluhan utama dan tambahan (nyeri) Riwayat penyakit sekarang (gejala TB, defisit neurologi) Riwayat penyakit dahulu (riwayat TB, HIV dll) Riwayat penyakit keluaraga Riwayat penggunaan obat Riwayat kebiasaan sosial (lingkungan, sosoil ekonomi, perokok dll) Vital sign (febris) Feel (gibus,skoliosis) Look (nyeri,udem) Movment (terbatas) Pemeriksaan neurologis (defisit+/-) Laboratorium (leukositosis) Kultur (mikobakterium tb) Radiologi (kesan spondilitis) Vitriana (2012). Spondilitis Tuborkulosa. Jakarta FK –UI Tutik K, Hapsari PN (2016). Pott’s Diaseas. Jurnal Respirasi. Vol.2 No.3 . Surabaya FK UNAIR.
  • 12. PENATALAKSANAAN A. TERAPI KONSERVATIF 1. Pemberian nutrisi yang bergizi 2. Pemberian kemoterapi atau terapi anti tuberkulosa Obat anti tuberkulosa yang utama adalah isoniazid (INH), rifamipicin (RMP), pyrazinamide (PZA), streptomycin (SM) dan ethambutol (EMB). Terapi dapat diberikan selama 6-12 bulan atau hingga foto rontgen menunjukkan adanya resolusi tulang. 3. Istirahat tirah baring (resting) Terapi pasien spondilitis tuberkulosa dapat pula berupa local rest pada turning frame / plaster bed atau continous bed rest dapat dilakukan dengan memakai gips untuk melindungi tulang belakangnya dalam posisi ekstensi terutama pada keadaan yang akut atau fase aktif. Vitriana (2012). Spondilitis Tuborkulosa. Jakarta FK -UI
  • 13. B. TERAPI OPERATIF Tindakan operasi juga dilakukan bila setelah 3-4 minggu pemberian terapi obat antituberkulosa dan tirah baring (terapi konservatif) dilakukan tetapi tidak memberikan respon yang baik. INDIKASI: 1. Terdapat devisit neurologis berupa paraplegia 2. Diagnosa yang meragukan hingga diperlukan untuk melakukan biopsi 3. Terdapat instabilitas setelah proses penyembuhan 4. Terdapat abses yang dapat dengan mudah didrainase 5. Untuk penyakit yang lanjut dengan kerusakan tulang yang nyata dan mengancam atau kifosis berat saat ini 6. Penyakit yang rekuren PENATALAKSANAAN Vitriana (2012). Spondilitis Tuborkulosa. Jakarta FK -UI
  • 14. KOMPLIKASI 1. Cedera corda spinalis (spinal cord injury). Dapat terjadi karena adanya tekanan ekstradural sekunder karena pus tuberkulosa, sekuestra tulang, sekuester dari diskus intervertebralis (contoh : Pott’s paraplegia) atau dapat juga langsung karena keterlibatan korda spinalis oleh jaringan granulasi tuberkulosa (contoh : menigomyelitis). Jika cepat diterapi sering berespon baik (berbeda dengan kondisi paralisis pada tumor). 1. Empyema tuberkulosa karena rupturnya abses paravertebral di torakal kedalam pleura. Vitriana (2012). Spondilitis Tuborkulosa. Jakarta FK -UI
  • 15. PROGNOSIS Prognosa pasien dengan spondilitis tuberkulosa sangat tergantung dari usia dan kondisi kesehatan umum pasien, derajat berat dan durasi defisit neurologis serta terapi yang diberikan. Mortalitas pasien spondilitis tuberkulosa mengalami penurunan seiring dengan ditemukannya kemoterapi (menjadi kurang dari 5%, jika pasien didiagnosa dini dan patuh dengan regimen terapi dan pengawasan ketat) Angka kemungkinan kekambuhan pasien yang diterapi antibiotik dengan regimen medis saat ini dan pengawasan yang ketat hampir mencapai 0,001% Vitriana (2012). Spondilitis Tuborkulosa. Jakarta FK -UI