Teks tersebut membahas tentang olahraga tinju dalam perspektif Islam. Secara garis besar, teks menjelaskan bahwa tinju dianggap haram karena mengandung banyak bahaya bagi tubuh seperti cedera dan kematian. Namun, ada juga pendapat yang mengizinkan tinju asalkan tidak berbahaya dan tidak melanggar syariat Islam.
1. BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Bidang kesehatan sangat diperhatikan dalam Islam. Untuk mendapatkan badan sehat
bisa dijaga dan dimulai dengan olah raga. Banyak macam dan ragamnya olah raga itu. Bisa
jalan-jalan, lari, senam, berkuda, gulat, dll.
Islam menganjurkan kepada umatnya untuk memiliki jasmani yang kuat,dan salah
satu caranya adalah dengan berolahraga. Tujuan olahraga sebenarnya adalah perhatian
terhadap jasad dengan melatih otot, menguatakan jantung dan membuat badan memiliki
kemampuan tahan banting. Seperti yang kita ketahui bermacam-macam olahraga yang kita
kenal di Indonesia. Kita mengenal dua jenis olahraga kejam yaitu Tinju dan Gulat.
Sedangkan tujuan olahraga ini adalah melemahkan lawan dan mengalahkannya walaupun
dengan menghancurkan sebagian jasad lawan. Namun Apakah semua hal yang dinamai olah
raga di bolehkan dalam Islam.1
Allah Swt lebih mencintai suatu kaum yang kuat dibanding kaum yang lemah, untuk
memiliki fisik yang kuat diantaranya dengan olah raga. Kekuatan tubuh bermanfaat dalam
melaksanakan tugas-tugas keseharian, seperti sabda Rasulullah Saw, “Orang mukmin yang
kuat lebih baik dan lebih dicintai oleh Allah daripada orang mukmin yang lemah”.
Manfaat olah raga berfungsi untuk menyalurkan energi, menguatkan kepribadian dan
mengembangkan karakter yang baik, terjaga dari berbagai penyakit. Bagi orang yang rajin
berolah raga dapat memilki badan yang kuat dan berotot, sehingga tidak terkena penyakit
karena penyakit menyerang ketika badan kita lemah dengan kata lain penyakit tidak
menyerang tubuh orang yang rajin berolah raga dan kuat.
Selain manfaat di atas, olah raga juga dapat mencegah dari terserang penyakit jantung,
ini dibuktikan dari hasil riset tahun 1968 seperti yang dimuat di majalah Ikatan Dokter
Amerika. Disebutkan dalam riset itu bahwa olah raga dapat mempengaruhi bentuk jantung
yang tidak normal dan mengembalikannya normal kembali.
1
Anonimous, “Tinju Menurut Perspektif Islam”, (online) avaible: wordpress.com, diaskses pada tanggal 26
Oktober 2013
1
2. Hampir semua cabang olah raga memiliki resiko cedera yang tinggi, namun olahraga
yang langsung kontak dengan tubuh atau menjadikan anggota tubuh sebagai sasaran untuk
meraih kemenangan merupakan olah raga yang menyerempet pada cacat seumur hidup
bahkan kematian.2
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa Yang Dimaksud Dengan Pengertian Olahraga Tinju?
2. Apa Hukum dari Olahraga Tinju?
3. Apa Saja Bahaya Tinju dan Hukuman Bagi Yang Melakukannya Menurut Islam?
4. Tinjauan Hukum Islam Terhadap Gulat, Balapan Kuda dan Lain Sebagainya Yang
Berhadiah
2
Micky Jo, “Tinju, Olah Raga Beresiko Tinggi”, (online) avaible: Micky Jo.wordpress.com, diaskses pada
tanggal 26 Oktober 2013.
2
3. BAB II
PEMBAHASAN
A. PENGERTIAN DAN PERATURAN OLAHRAGA TINJU
Menurut kamus besar bahasa Indonesia olahraga adalah gerak tubuh untuk menguatkan
dan menyehatkan tubuh.3 Sedangkan tinju adalah kepalan tangan (untuk memukul).4 Kata
Tinju adalah terjemahan dari kata Inggris "boxing" atau "Pugilism". Kata Pugilism berasal
dari kata latin, pugilatus atau pinjaman dari kata yunani Pugno, Pignis, Pugnare, yang
menandakan segala sesuatu yang berbentuk kotak atau "Box" dalam bahasa Inggrisnya. Tinju
Manusia, kalau terkepal, berbentuk seperti kotak. Kata Yunani pugno berarti tangan terkepal
menjadi tinju, siap untuk pugnos, berkelahi, bertinju. Dalam mitologi, bapak dan Boxing
adalah Poliux, saudara kembar dari Castor, putera legendaris dari Jupiter dan Leda.5
Adapun macam Tinju ada 2 yaitu tinju bebas dan tinju yang di wasiti. Dalam setiap
pertandingan atau perlombaan pasti ada aturan-aturannya baik dari segi teknis ataupun dari
segi penilaian untuk menentukan pemenangnya. Adapun aturan-aturan tinju secara garis
besarnya adalah:
1. Tidak boleh memukul kepala bagian belakang
2. Tidak boleh memukul alat kelamin lawan tidak boleh mencaci maki / mengolok-olok
lawan
3. Tidak boleh memukul lawan yang sudah tidak berdaya atau menyerah
Pertandingan tinju saat ini merupakan salah satu jenis olahraga yang banyak sekali
penggemarnya. Apalagi sekarang bermunculan petinju-petinju kelas dunia yang beragama
Islam.
B. HUKUM OLAHRAGA TINJU
Ada beberapa perbedaan pendapat dalam menentukan hukum tinju. Ada yang tidak
memperbolehkan dan ada juga yang memperbolehkan. Yang tidak memperbolehkan
beralasan karena memang olahraga tinju lebih banyak mengandung madharat dari pada
3
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Ketiga, (Jakarta: Balai
Pustaka, 2002), hal. 796.
4
Ibid, hal 1198.
5
Anonimus, “TJ”, (online) avaible: Bocahrawalo.blogspot.com, diaskses pada tanggal 26 Oktober 2013.
3
4. faedahnya. Sedangkan yang memperbolehkan beranggapan bahwa olahraga tinju sebagai
bentuk melatih fisik agar siap berperang.
Sebelum kita mengetahui pendapat para ulama‟ kita perlu tahu bagaimana pandangan
yang terdapat didalam al-Qur‟an dan as-Sunnah terlebih dahulu, adapun penjelasannya
sebagai berikut:
1. Hukum yang terdapat dalam al-Qur‟an
Didalam al-Qur‟an menjelaskan bahwa hukum perlombaan tinju itu haram yang
diqiyaskan dengan hukum pembunuhan, hal ini tertulis jelas dalam surat an-Nisa‟: 29
Artinya:“Dan janganlah kamu membunuh dirimu. Sesungguhnya Allah adalah
Maha Penyayang kepadamu”.
Hal ini juga dijelaskan kembali dalam firman Allah (QS. Al-Baqarah: 195)
Artinya : “Dan belanjakanlah di jalan Allah, dan janganlah kamu menjatuhkan
dirimu sendiri ke dalam kebinasaan, dan berbuat baiklah, karena Sesungguhnya
Allah menyukai orang-orang yang berbuat baik”. (Q.S Al-Baqarah: 195).
Asbabun Nudzul Q.S. Al-Baqarah: 195: Al-laits bin Sa‟ad menceritakan dari
Aslam Abi Imran, dia berkata, “seseorang dari kelompok imigran muslim di
konstantinopel menyerang barisan musuh lalu diantara mereka ada yang terbakar. Ikut
pula bersama kami Abu Ayub al-Anshari, lalu orang-orang berkata, „orang itu telah
menjerumuskan dirinya ke dalam kebinasaan‟. Namun Abu-Ayub berkata, “kami
tahu ayat ini diturunkan berkaitan dengan kasus kami, kami telah menemui
Rasulullah. Kami mengalami kejadian bersama beliau dan kami menolong beliau.6
2. Hukum yang terdapat dalam as-Sunnah
Yang kita ketahui dalam olah raga tinju, seorang petinju menggunakan teknik
saling memukul dengan kedua tangan untuk saling menjatuhkan lawan.
Dalam hal ini terdapat dalam hadits Rasulullah s.a.w :
Artinya: “Dari Abi Sai’id Sa’ad bin Malik bin Sinaan Al-Khudri r.a. ia berkata,
bahwa Rasulullah s. a. w. Telah bersabda: “Janganlah engkau saling
memudharatkan (merugikan, menyusahkan, menyempitkan).” (HR. Ibnu Majjah)
Hal ini juga di perkuat dalam suatu hadits yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah
yaitu:
6
Departemen RI, Al-qur’an dan Terjemah, (Semarang: PT. Karya Toha Putra, 2002), hlm. 106
4
5. Artinya: “ Dari Abu Hurairah, dia berkata: “Rasulullah SAW bersabda:
“Apabila salah seorang bertengkar dengan saudaranya, hendaklah dia menghindari
memukul wajah.”
Jadi dari kedua keterangan di atas mengandung arti bahwa setiap perbuatan
manusia dimintai pertanggung jawaban di hari akhir kelak. Sebagaimana firman Allah
di QS. Yasin: 65
Artinya : “Pada hari ini Kami tutup mulut mereka; dan berkatalah kepada
Kami tangan mereka dan memberi kesaksianlah kaki mereka terhadap apa yang
dahulu mereka usahakan”
Dan adapun dibawah ini akan dijelaskan tentang beberapa pendapat yang tidak
memperbolehkan dan yang memperbolehkan.
1. Hukum yang tidak memperbolehkan
Fiqhi Islamy (Lembaga Fiqh Islam) yang berada dibawah naungan Rabithah
Alam Islamy dalam pertemuan ke-10, Sabtu 24 Shafar 1408 H/17 Oktober 1987 M
sampai Rabu 28 Shafar 1408 H/21 Oktober 1987 M silam telah menetapkan bahwa
permainan tinju tidak boleh dilakukan (haram hukumnya) dan tidak boleh dinamai
olahraga badan karena olahraga bertumpu pada latihan bukan menyakiti dan membuat
bahaya.7
Menurut Fatwa Lajnah Daimah (Kairo) nomor 16443, menyatakan bahwa
hukum perlombaan tinju itu tidak diperbolehkan (haram) dengan alasan mengandung
banyak bahaya bagi manusia. Fatwa di atas ditandatangani oleh Syaikh Abdul Aziz
bin Abdullah bin Baz selaku ketua Lajnah Daimah, Abdurrazzaq Afifi selaku wakil
ketua dan Shalih al Fauzan, Abdul Aziz lalu Syaikh serta Bakr Abu Zaid selaku
anggota.8
2. Hukum yang memperbolehkan
Pendapat yang membolehkan terdapat pada keputusan bahtsul masail syuriah
NU cabang Kraksaan, yag dihimpun dalam kitab Ahkamul Fuqoha halaman 26 yang
merupakan himpunan keputusan bahtsul masail NU disebutkan bahwa berdasar
keterangan dalam kitab Fatawa al-Kubra juz 3 halaman 272 hukum permainan tinju
boleh selama tidak berbahaya dan tidak mengandung mungkarot seperti taruhan,
pergaulan bebas antara laki-laki dan perempuan dan tidak termasuk syi‟ar orang fasiq.
Dalam buku persepakatan ulama‟ dalam hukum Islam yang diputuskan melalui
ijmak. Ulama‟ sepakat bahwa, bila komandan memberi izin kepada seorang tentara
7
8
http://www.suara-islam.com/news/konsultasi/fiqih/2667--hukum-tinju
http://210488.blogspot.com/2011/04/hukum-pertandingan-tinju-dalam-islam.html/
5
6. muslim untuk bertanding satu lawan satudengan seorang tentara musuh, tentara
muslim tadi boleh melakukannya.
Dari beberapa rincian keterangan-keterangan dapat di katakana bahwa tinju
lebih banyak kemudhorotannya dari pada kemashlahatannya.karena olahraga ini
membahayakan jasad dan tidak memberikan manfaat bagi badan. Secara Syar‟i.
“barra‟ berkata, “yang dimaksudkan kebinasaan ialah bila seseorang melakukan dosa,
berarti ia menjerumuskan dirinya ke dalam kebinasaan dan dia tidak bertobat
C. BAHAYA
TINJU
DAN
HUKUMAN
BAGI
YANG
MELAKUKANNYA
MENURUT PANDANGAN ISLAM
Seperti yang kita ketahui bahwa tujuan olahraga tinju ini adalah melemahkan lawan dan
mengalahkannya walaupun dengan menghancurkan sebagian jasad lawan. Dalam artian Tinju
membolehkan memukul wajah dan dada, sehingga menyebabkan kebutaan, gagar otak, patah
tulang sampai pada kematian tanpa ada tanggung jawab. Hal ini bertentangan dengan Tujuan
Olahraga yang sebenarnya yaitu perhatian terhadap jasad dengan melatih otot, menguatkan
jantung dan membuat badan memiliki kemampuan tahan banting. Maka dari itu para ahli
hukum Islam mengungkapkan bahwa tindak pidana atas selain jiwa adalah setiap perbuatan
menyakiti yang mengenai jasmani (badan) seseorang yang dilakukan oleh orang lain, dan
perbuatan tersebut tidak sampai menghilangkan nyawanya.9
Menurut resiko akibat pukulan tinju demikian hebatnya, maka dikalangan kedokteran,
ada yang pro ada pula yang kontra terhadap tinju. Dan pihak yang kontra menyarankan agar
tinju dinyatakan terlarang. Bahkan ada negara yang melarang pertandingan tinju di
negaranya, seperti Inggris kabarnya. Dan pernah pula terjadi unjuk rasa di Inggris untuk
menentang adu tinju itu.10
Berbeda dengan pembunuhan, pelukaan hanya mengakibatkan rusak, cedera, atau
hilangnya anggota badan, sedangkan si korban masih tetap hidup, oleh karena itu apabila
perbuatan tersebut termasuk pembunuhan. Hukumnya sudah ditetapkan Syara‟ yaitu:11
1. Hukuman Qishash
Dalam buku ensiklopedi islam menjelaskan qishash adalah sebuah prisip yang
diberlakukan
oleh
al-Qur‟an
untuk
9
menghukum
http://stitattaqwa.blogspot.com/2011/06/olah-raga-tinju.html
Masjfuk Zuhdi, Masail Fiqhiyah ,(Jakarta: Haji Mas Agung, 1992), hlm. 160
11
http://stitattaqwa.blogspot.com/2011/06/olah-raga-tinju.html
10
6
pelaku
tindak
kejahatan
7. penganiayaan. Ketika terjadi tindak pembunuhan dimana pihak kurban dan pihak
pelaku dalam status yang sama, maka pembunuhan terhadap pelaku merupakan
hukuman akibat tindak pembunuhan yang dilakukan terhadap pihak kurban, demikian
pelukaan-pelukaan ringan pada korban berakibat hukuman perlukuan yang setimpal
atas pelakunya. Berdasarkan dengan pemberlakuan prinsip hukum ini, secara
bijaksana Islam juga mengesahkan penggantian hukuman, berdasarkan adanya
pemaafan dari pihak korban dengan sejumlah ganti kerugian yang bersifat material
untuk tindak kejahatan penganiayaan.12 Seperti yang telah dijelaskan pada surat alMaidah ayat 45, sebagai berikut:
Artinya: “Dan kami Telah tetapkan terhadap mereka di dalamnya (At Taurat)
bahwasanya jiwa (dibalas) dengan jiwa, mata dengan mata, hidung dengan hidung,
telinga dengan telinga, gigi dengan gigi, dan luka luka (pun) ada kisasnya.
barangsiapa yang melepaskan (hak kisas) nya, Maka melepaskan hak itu (menjadi)
penebus dosa baginya. barangsiapa tidak memutuskan perkara menurut apa yang
diturunkan Allah, Maka mereka itu adalah orang-orang yang zalim”.
2. Hukuman Diyat
Yang dimaksud diat atau diayah disini adalah pembayaran ganti rugi (denda)
terhadap pihak kurban penganiayaan atau kurban pembunuhan; “penebus darah”.13
Dasar peraturan hukum ini terdapat dalam al-Qur‟an surat al-Maidah(5) ayat 49:
Artinya: “Dan hendaklah kamu memutuskan perkara di antara mereka
menurut apa yang diturunkan Allah, dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu
mereka. dan berhati-hatilah kamu terhadap mereka, supaya mereka tidak
memalingkan kamu dari sebahagian apa yang Telah diturunkan Allah kepadamu. jika
mereka berpaling (dari hukum yang Telah diturunkan Allah), Maka Ketahuilah
bahwa Sesungguhnya Allah menghendaki akan menimpakan mushibah kepada
mereka disebabkan sebahagian dosa-dosa mereka. dan Sesungguhnya kebanyakan
manusia adalah orang-orang yang fasik.”
3. Hukuman Kifarat.
Seperti halnya yang tertera pada firman Allah surat an-Nisa‟: 92
12
Cyril Glasse, Eksiklopedi Islam (Ringkas), terj. Ghufron A. Mas‟adi, (Jakarta: PT. Raja Grafindo, 2002), hlm.
328
13
Ibid, hlm. 75
7
8. Artinya: “Dan tidak layak bagi seorang mukmin membunuh seorang mukmin (yang
lain), kecuali Karena tersalah (Tidak sengaja), dan barangsiapa membunuh seorang
mukmin Karena tersalah (hendaklah) ia memerdekakan seorang hamba sahaya yang
beriman serta membayar diat yang diserahkan kepada keluarganya (si terbunuh itu),
kecuali jika mereka (keluarga terbunuh) bersedekah jika ia (si terbunuh) dari kaum
(kafir) yang ada perjanjian (damai) antara mereka dengan kamu, Maka (hendaklah si
pembunuh) membayar diat yang diserahkan kepada keluarganya (si terbunuh) serta
memerdekakan
hamba
sahaya
yang
beriman.
barangsiapa
yang
tidak
memperolehnya, Maka hendaklah ia (si pembunuh) berpuasa dua bulan berturutturut untuk penerimaan Taubat dari pada Allah. dan adalah Allah Maha mengetahui
lagi Maha Bijaksana”.
D. TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP GULAT, BALAPAN KUDA DAN
LAIN SEBAGAINYA YANG BERHADIAH
1. Gulat
Permainan gulat, dibolehkan atas dasar bahwa Rasulullah pernah melakukan
gulat dengan Rukanah seorang laki-laki yang terkenal kuatnya. Permainan ini
dilakukan beberapa kali. Apabila kita perhatikan gulat yang digelarkan (kecuali gulat
gaya bebas sekarang ini), tidak bertujuan mematikan lawan atau meng-KO-kannya
membuat lawan tidak dapat bergerak.
2. Balapan kuda (Pacuan Kuda)
Dalam sejarah kuda merupakan binatang yang amat penting; pertama, untuk
angkatan perang dan kedua, symbol prestise kehidupan kalangan masyarakat tertentu.
Al-Qur‟an surah An-Nahl ayat 8 menyebutkan:
Menurut Abi Zakariya Al-Anshary Al-Syafi‟I, pacuan kuda seperti
pertandingan lain, di benarkan sejauh dalam kategori sebagai pendorong zihad.
Olahraga berkuda dan pacuannya termasuk di antara olahraga yang menjadi
perhatian utama Islam, karena dapat membentuk mentalitas ksatria dan melatih
ketrampilan yang tinggi, dalam pemanfaatannya secara baik dan memfungsikannya
untuk berbagai tujuan mulia seperti jihad di jalan Allah dan mengusir musuh-musuh
agama dan umat.
Seperti yang diriwayatkan: “Telah bercerita kepada kami Ahmad bin Yunus
telah bercerita kepada kami Al Laits dari Nafi' dari 'Abdullah radliallahu 'anhuma
bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam berlomba pacuan kuda dengan kuda
yang tidak disiapkan sebagai kuda pacuan yang jaraknya antara Tsaniyatul Wada'
8
9. sampai ke masjid Bani Zurai'. Dan 'Abdullah bin 'Umar radliallahu 'anhuma termasuk
orang yang ikut dalam pacuan tersebut. Abu 'Abdullah Al Bukhariy berkata: "amadan
artinya ghooyatan (batas akhir) ", seperti firman Allah QS al-Hadid ayat 16 yang
artinya: ("Maka berlalulah masa yang panjang atas mereka"). (HR. Bukhari - 2657)
Rasulullah bahkan mengadakan lomba pacuan kuda dan memberi hadiah
kepada pemenangnya. Perlombaan di antara kuda disyariatkan, begitu pula dengan
pemberian hadiah kepada pemenang lomba juga disyariatkan.
3. Hukum Perlombaan Berhadiah. Syaikh Abdurrahman As Sa‟di rahimahullah berkata:
“Mengambil „iwadl (hadiah) dalam perlombaan ada tiga macam:
a. Perlombaan yang diperbolehkan tanpa hadiah dan tidak boleh mengambil hadiah
seperti perlombaan balap mobil, perahu dsb.
b. Perlombaan yang tidak boleh dilakukan baik dengan hadiah maupun tanpa
hadiah, yaitu setiap perlombaan yg menjerumuskan kepada dosa dan permusuhan.
c. Perlombaan yang diperbolehkan baik dengan hadiah ataupun tidak, yaitu
perlombaan dalam memanah, berkuda dan unta sebagaimana ditunjukkan oleh
hadits di atas.
Hukum Mengeluarkan Harta (hadiah) Dalam Perlombaan. Para ulama
menyebutkan tiga keadaan:
a. Hadiah dari gubernur atau yang semacamnya. Hukumnya boleh dengan ijma para
ulama.
b. Hadiah dari salah satu peserta lomba, seperti si A berkata kepada kpd si B: ayo
lawan aku dalam perlombaan, jika kamu menang saya akan memberikan hadiah
untukmu, dan jika kamu kalah maka kamu tidak ada kewajiban apa-apa.
Hukumnya juga boleh menurut seluruh ulama kecuali yg diriwayatkan dari Al
Qasim bin Muhammad. Namun yang shahih boleh karena ini sama dengan hadiah
dan tidak ada makna perjudian.
c. Hadiah dari semua peserta, dimana setiap peserta mengeluarkan uang dan yang
menang mengambil semua uang tsb. Hukumnya: terjadi khilaf para ulama:
jumhur menyatakan haram kecuali bila ada pihak ketiga yang disebut muhallil,
alasannya karena ini adalah bentuk perjudian karena hakikat perjudian adalah
seseorang berada diantara untung atau rugi. Dan ini ada dalam perlombaan seperti
itu.
9
10. Namun untuk perlombaan yang dicintai oleh Allah dan Rasul-Nya yaitu
perlombaan yang mendukung jihad seperti lomba memanah, dan berkuda,
syaikhul islam membolehkannya secara mutlak, dan beliau memandang bahwa itu
pengecualian dari perjudian karena mashlahatnya besar.
Perlombaan yang tanpa pertaruhan diperbolehkan hal ini karena sudah
kesepakatan para ulama. Perlombaan yang menggunakan pertaruhan di bagi
menjadi dua yaitu pertaruhan yang diharamkan dan pertaruhan yang dihalalkan.
Diharamkan apabila salah satu menang memperoleh hadiah dan yang kalah
berutang kepada temannya hal seperti ini sama dengan perjudian. Sedangkan
perlombaan yang dihalalkan adalah sebagai bertikut :
a. Dibolehkan mengambil hadiah apabila hadiah itu dari penguasa atau yang lain.
b. Hadiah dikeluarkan dari salah satu pihak yang berlomba
c. Petaruh itu boleh diambil apabila datang dua orang yang berlomba atau beberapa
pihak yang berlomba, sementara diantara mereka terdapat salah atau salah satu
pihak itu menerima hadiah itu bila dia menang dan tidak berhutang apabila ia
kalah.
10
11. BAB III
KESIMPULAN
Suatu kenyataan yang tidak bisa dibantah, bahwa tinju, gulat serta balapan kuda
adalah suatu cabang olah raga yang banyak ditonton oleh seluruh lapisan masyrakat, mulai
dari masyarakat awam sampai para pejabat pemerintah pusat. Melihat risiko akibat pukulan
tinju sedemikian hebatnya, maka di kalangan kedokteran, ada yang pro dan ada pula yang
kontra terhadap tinju. Dan pihak yang kontra menyarankan agar tinju dinyatakan terlarang.
Bahkan ada Negara yang melarang pertandingan tinju di negerinya, seperti Inggris kabarnya.
Dan pernah pula terjadi unjuk rasa di Inggris untuk menentang adu tinju itu.
Tujuan bertinju tidak sampai kepada kesehatan badan, dan telah berubah dari hakikat
tujuan olahraga Maka hukum Islam telah tegas bahwa segala sesuatu yang menyakiti badan
dan menyebabkan bahaya adalah haram hukumnya, baik yang berkedok olahraga ataupun
yang lainnya, termasuk tinju di dalamnya. Maka dari pembahasan diatas dapat sangat jelas
hukum untuk olahraga tinju itu hukumnya tidak diperbolehkan atau haram.
11