SlideShare a Scribd company logo
1 of 9
1
I. PENDAHULUAN
Konsep strategi harus diartikan sebagai suatu konsep pemikiran untuk dapat
dibahas oleh semua pihak berkepentingan (urban stakeholders) sehingga tercapai
kesepakatan, bukan sebagai suatu pemikiran sepihak pemerintah pusat.
Diharapkan konsep ini memperoleh tanggapan dan masukan dari seluruh kalangan
terkait dalam penyediaan air bersih, sehingga dapat dijadikan pedoman bagi kita
ke depan dalam merumuskan program dan kegiatan pengembangan air bersih
perkotaan.
Penyediaan air bersih perkotaan sebagai bagian prasarana dan sarana
perkotaan harus diselaraskan dengan strategi pengembangan perkotaan masa
mendatang. Di mana visi pegembangan perkotaan 2020 ingin mewujudkan
kawasan perkotaan layak huni, berkeadilan sosial, berkembang secara
berkelanjutan sesuai potensinya serta saling memperkuat mewujudkan
pengembangan wilayah serasi dan seimbang, dilaksanakan oleh petaruh
(stakeholders) secara bersama-sama. Namun, konsep strategi penyediaan air
bersih perkotaan ini sejauh mungkin harus memperlihatkan faktor-faktor realita
kehidupan masyarakat saat ini, perubahan-perubahan struktural sedang
berlangsung, dan prospek tantangan dan masalah yang dapat diperkirakan akan
mempengaruhi penyediaan air bersih perkotaan ke depan. Realita kehidupan
tersebut meliputi antara lain masih banyaknya penduduk kota yang hidup dalam
kemiskinan serta masih terbatasnya kemampuan keuangan pemerintah dan
masyarakat perkotaan. Perubahan struktural dimaksud meliputi perubahan dalam
pola pikir, pola hubungan, dan pola tindak yang menyertai perubahan diakibatkan
oleh langkah desentralisasi, demokratisasi dan reformasi dalam kehidupan yang
terjadi di tanah air.
Prospek tantangan dan permasalahan penyediaan air bersih perkotaan yang
diperkirakan akan dihadapi masyarakat perkotaan antara lain lompatan
pertumbuhan penduduk kota, tingkat pencemaran lingkungn kota, minimnya
pilihan sumber air baku di kota, tingginya tingkat kebutuhan air bersih, dan
rendahnya kerja sama antar kota.
2
II. PERUBAHAN POLA PIKIR, POLA HUBUNGAN, DAN POLA
TINDAK
Strategi penyediaan air bersih diperkotaan sebagai bagian dari utilitas kota
tidak lepas dari perubahan-perubahan fundamental terjadi di perkotaan, yang
menuntut pergeseran dalam pola pikir, pola hubungan dan pola tindak terhadap
sesama pelaku, masyarakat dan lingkungan sekelilingnya. Perubahan mendasar
yang perlu disadari tersebut sekurang-kurangnya tetapi tidak terbatas pada hal-hal
sebagai berikut :
1. Pedoman disesuaikan dengan kondisi daerah
Pembangunan penyediaan air bersih perkotaan akan menunjukkan ciri-ciri
yang lebih beraneka ragam dan bervariasi, disesuaikan dengan kebutuhan dan
selera keinginan masing-masing daerah dan kota. Sehingga pedoman dari
pusat tidak lagi diterapkan secara seragam bagi semua daerah dan kota di
Indonesia tanpa mengindahkan diferensiasi permasalahan dan pemecahan
persoalan pembangunan perkotaan.
2. Pelayanan memperhatikan kebutuhan dan kemampuan majemuk
Setiap pelayanan air bersih pada masyarakat perkotaan akan memperhatikan
kebutuhan dan kemampuan majemuk masyarakat sehingga perlu dilayani
melalui pelbagai perangkat pelayanan. Pada prinsipnya masyarakat yang
mendapatkan manfaat langsung dari pelayanan pemerintah perlu membayar
kontribusinya bagi pelayanan yang diperolehnya, dan berlaku bagi aparat
pemerintah sendiri. Di lain pihak tidak akan ada kelompok masyarakat yang
tidak dilayani hanya oleh karena faktor ketidak mampuan. Sehingga perlu
diupayakan pelayanan khusus bagi yang kurang mampu.
3. Pembangunan prasarana sarana dalam kerangka “program pembangunan kota
terpadu” (P2KT)
Pembangunan sarana dan prasarana air bersih yang menitikberatkan pada
investasi fisik, khususnya investasi publik sebagai bagian dari pembangunan
prasarana dan sarana perkotaan bersifat menyeluruh meliputi aspek ekonomi,
sosial, fisik, lingkungan, budaya dan manajemennya. Dalam aplikasi
praktisnya maka pendekatan “program pembangunan prasarana kota terpadu’
3
(P3KT) dikembangkan hingga kini akan bergeser pada pendekatan “program
pembangunan kota terpadu” (P2KT). Dalam kerangka baru ini, kota tidak
harus mampu dalam membangun dan penyediaan prasarana dan sarana
kotanya, tetapi harus mampu dalam mengelola seluruh sumber dayanya dan
bersama pelaku pembangunan menciptakan kota layak huni, kompetitif secara
ekonomis, layak meminjam, dan berkelanjutan.
4. Penyediaan prasarana sarana untuk peningkatan daya saing kota
Dalam era berkembangnya teknologi komunikasi dan transportasi, kota-kota
dapat langsung saling terkait dengan pasar internasional dan bekerja sama
atau bersaing dengan kota-kota lain di dunia melalui kemitraan dan
penanaman modal dalam dan luar negeri. Ketersediaan prasarana air bersih
sebagai salah satu prasarana perkotaan akan mempengaruhi daya saing kota
tersebut terhadap kota-kota lainnya dalam merebut peluang-peluang di atas.
III. ISU PENYEDIAAN AIR BERSIH PERKOTAAN
1. Pertumbuhan penduduk perkotaan
Permasalahan penyediaan prasarana dan sarana air bersih tidak dapat
dilepaskan dari perkembangan perkotaan. Peningkatan laju pertumbuhan
penduduk perkotaan, sebagai salah satu aspek penting dalam perkembangan
kota, dalam periode 1990-1995 mencapai 4,76 % pertahun. Berdasarkan
keadaan tersebut, pada akhir tahun 2018 atau akhir PJP II penduduk
perkotaan diperkirakan sekitar separuh dari penduduk nasional (52%) akan
berada di kawasan perkotaan. Tingkat pertumbuhan kota yang demikian
tinggi akan menimbulkan berbagai dampak pada proses pembangunan kota
khususnya proses pemenuhan kebutuhan dasar (basic needs) kota.
2. Perubahan pola spasial kota
Kota yang menghadapi permasalahan internal mengakibatkan antara lain
terjadinya perubahan pola spasial kota dengan berkembangnya kawasan-
kawasan budidaya yang sering kali mengkonversi lahan resapan air, lahan
pertanian, dan hutan/taman kota. Pertumbuhan kawasan permukiman,
kawasan bisnis skala besar dan sedang diiringi dengan pertumbuhan
4
prasarana transportasi yang mengikuti kebutuhan riil kota mengakibatkan
perencanaan penyediaan air bersih kota sering kali harus direvisi. Hal ini
berdampak pada kebutuhan pembangunan baru atau rehabilitasi prasarana dan
sarana air bersih perkotaan yang pada gilirannya membutuhkan biaya.
3. Batas administratif kota/kabupaten
Wilayah antar perkotaan dibatasi oleh batasan administratif (administratif
boundaries) untuk membedakan daerah administratif pemerintahan
kota/kabupaten. Perencanaan maupun pelaksanaan proyek penyediaan air
bersih perkotaan yang kaku terhadap batasan administratif akan menyebabkan
pelayanan air bersih pada kawasan tertentu menjadi terhambat. Kawasan
berdekatan dengan pelayanan kota namun secara administratif bukan wilayah
kota tersebut harus menunggu pengembangan jaringan pelayanan air bersih
kota berdekatan di mana kawasan tersebut secara administratif termasuk di
dalamnya. Pendekatan penyediaan prasarana dan sarana air bersih yang kaku
seperti ini di samping akan menyebabkan pelayanan pada masyarakat
terlambat, juga menyebabkan investasi jaringan tidak efisien dan efektif.
4. Pilihan sumber air baku di perkotaan
Pembangunan kota yang lebih diarahkan pada pertumbuhan ekonomi kota
akan meningkatkan luas area terbangun untuk aktivitas bisnis yang pada
gilirannya mendorong terjadinya konversi lahan resapan dan hutan/taman
lindung yang bermanfaat sebagai pemasok air baku kota. Hal ini
mengakibatkan sumber air berlokasi di kota sebagai air baku untuk
penyediaan air bersih kota semakin langka. Lokasi air baku yang layak teknis,
hygienis, ekonomis pada umunya berada di luar wilayah perkotaan. Bila
keadaan memaksa, pengambilan air baku penyediaan air bersih di kota masih
dapat dilakukan namun membutuhkan pengolahan lebih komplit hingga
berdampak pada biaya tinggi.
5. Tingkat pencemaran lingkungan perkotaan
Pesatnya pertumbuhan kota tidak disertai dengan penyediaan prasarana dan
sarana dasar perkotaan secara langsung akan berdampak pada tingginya
5
tingkat pencemaran lingkungan perkotaan. Pencemaran pada lingkungan
terutama pada badan air dan tanah terjadi sebagai dampak pembuangan sisa
aktifitas masyarakat berupa limbah kawasan industri, permukiman, dan
kawasan bisnis. Limbah cair atau padat diproduksi sebagai sisa aktifitas
manusia akan menurunkan kualitas badan air permukaan dan dalam kurun
waktu tertentu mencemari air tanah.
6. Kinerja teknis penyediaan air bersih
Peningkatan jumlah penduduk terutama perkotaan secara langsung akan
menuntut pelayanan minimum kebutuhan dasar (basic needs) air bersih.
Kebutuhan ini akan lebih mendesak dengan kecenderungan pertumbuhan
populasi penduduk kota sampai akhir PJP II diperkirakan lebih dari separuh
penduduk (52%) tinggal di wilayah perkotaan. Sementara itu, kondisi
pencapaian sasaran cakupan pelayanan baru saat ini mencapai 50%. Kinerja
teknis penyediaan air bersih semakin memprihatinkan dengan tingginya rata-
rata kehilangan air teknis maupun non teknis di mana diperkirakan saat ini
mencapai rata-rata 37%.
7. Kinerja manajemen penyediaan air besih
Pengeloaan air minum PDAM pada masa yang akan datang diharapkan
berperan sebagai pelaku utama pembangunan air bersih perkotaan bekerja
sama dengan pemerintah daerah. Berdasarkan hasil evaluasi kinerja PDAM
tahun 2010 oleh BPPSPAM, terlihat dari 335 PDAM yang dievaluasi
sebanyak 145 PDAM dikategorikan dalam kondisi sehat, 103 PDAM dalam
kondisi kurang sehat dan 87 PDAM dalam kondisi sakit. Dibandingkan
dengan tahun sebelumnya, terjadi peningkatan terhadap kinerja PDAM di
Indonesia.
Akan tetapi, umumnya kemampuan SDM dalam pengelolaan prasarana dan
sarana air bersih masih terbatas sebagai akibat penempatan personil kurang
sesuai keahlian dan rasio pegawai terhadap jumlah konsumen relatif tinggi.
6
IV. KONSEP KEBIJAKAN DAN STRATEGI PENYEDIAAN AIR BERSIH
PERKOTAAN
Dengan memperhatikan visi dan misi serta gambaran upaya penanganan
terhadap berbagai masalah tersebut di atas, maka disusun suatu konsep kebijakan
umum dan konsep strategi penyediaan dan pengelolaan air bersih perkotaan.
1. Konsep Umum Kebijakan Air Bersih Perkotaan
a. Mendorong terciptanya hubungan profesional antara pemilik aset air
bersih (Pemda) dengan aparat pengelola (PDAM)
1) Pemisahan kepemilikan aset (Pemda) dengan manajemen (PDAM).
2) Membatasi pengaruh politik dalam pengelolaan air bersih PDAM.
3) Mendorong pelaksanaan performance contract antara Pemda dengan
aparat PDAM atau Pemda dengan pihak swasta.
4) Regrouping pelaksanaan pelayanan antar PDAM untuk mencapai
kondisi ideal.
5) Mengubah bentuk retribusi deviden PDAM pada Pemda menjadi
kontribusi jasa pengoperasian.
b. Membuat kerangka peraturan dalam pelayanan air bersih
1) Memanfaatkan pelajaran dari pengalaman banyak negara.
2) Melakukan dan meneliti bentuk kerjasama optimal.
3) Mempersiapkan bentuk-bentuk kontrak standar.
4) Membuka proses seleksi bagi banyak pihak agar kompetisi lebih
terbuka.
5) Membuat peraturan dan ketentuan yang jelas dalam kontrak.
6) Mendorong PDAM melaksanakan kontrak pada pihak swasta
(monitoring apakah standar pelayanan tercapai dan audit keuangan).
c. Merampingkan manajemen keuangan sektor air bersih
1) Pembiayaan investasi diarahkan secara Swadana PDAM.
2) Melakukan penyaringan bantuan hibah atau pinjaman pada PDAM
pada saat transisi.
3) Mendorong PDAM memahami peluang pembiayaan alternatif.
7
4) Membuka akses PDAM pada capital markets.
d. Menyederhanakan kebijakan tarif
1) Menyederhanakan struktur tarif.
2) Menentukan harga dasar air.
3) Mengutamakan penyambungan pada masyarakat penghasilan rendah.
4) Melaksanakan penyesuaian tarif secara otomatis.
5) Mempertimbangkan penyertaan biaya sanitasi.
e. Meningkatkan kualitas perencanaan, desain dan pelaksanaan proyek
1) Meningkatkan kualitas perencanaan.
2) Meningkatkan kualitas bantuan teknis.
3) Meningkatkan kualitas proses pengadaan barang dan material.
4) Meningkatkan kompetisi dalam pengadaan barang dan jasa.
f. Mendorong terwujudnya industri penyediaan air bersih melalui
peningkatan peran asosiasi profesional
1) Mendorong pembuatan data base kualitas air produksi.
2) Mendorong PDAM memahami peran peningkatan SDM dalam
pengelolaan perusahaan.
3) Mewujudkan perusahaan menjadi pusat referensi.
2. Strategi Pengembangan Penyediaan Air Bersih Perkotaan
a. Penanganan penyediaan dan pengelolaan air bersih perkotaaan program
mendesak dan jangka pendek
1) Kebijakan penyediaan prasarana dan sarana air bersih perkotaan
diarahkan pada pemulihan kinerja pelayanan yang menjamin
kenyamanan pelayanan terutama di kota-kota metropolitan dan besar
melalui :
 Pemanfaatan kapasitas sisa (idle capacity).
 Perbaikan meter air.
 Peningkatan pemeliharaan jaringan.
 Perbaikan manajemen penagihan.
8
 Penjadwalan (rescheduling) dan pemutihan utang.
 Pengaturan dan restrukturisasi tarif air minum.
2) Kebijakan dan strategi air bersih sebagai upaya menjamin
kelangsungan kegiatan-kegiatan dan program-program sedang
berjalan. Hal ini dilakukan melalui :
 Mengintegrasikan manajemen pengelolaan air baku dalam satu
lembaga pengelola yang efektif dan efisien.
 Meningkatkan kerjasama teknis dan manajemen pengelolaan air
antar kota/kabupaten.
 Mendorong pembentukan forum-forum komunikasi pelanggan.
 Meningkatkan efektifitas unit pengaduan.
 Meningkatkan sosialisasi tarif melalui lembaga konsumen dan
lembaga non pemerintah lainnya.
b. Penanganan pembangunan prasarana-sarana air bersih kota berkelanjutan
(jangka menengah dan panjang)
1) Meningkatkan kompetensi Pemerintah Pusat di bidang penyediaan air
bersih melalui :
 Pembentukan forum komunikasi antara semua pelaku
pembangunan prasarana dan sarana kota di tingkat pusat dan
daerah, dengan melibatkan DPR di daerah.
 Sosialisasi skenario perencanaan (scenarioplanning) dalam
penyusunan agenda pembangunan infrastruktur kota.
2) Mendorong peningkatan kapasitas pemerintah daerah dalam
pengelolaan pembangunan prasarana dan sarana air bersih yang lebih
efisien dan efektif melalui penyelenggaraan :
 Pelatihan pengembangan dan pengelolaan pembangunan,
termasuk pelatihan untuk meningkatkan kemampuan dalam
menggali sumber daya pembiayaan lokal.
 Pelatihan pengembangan dan pengelolaan air bersih perkotaan.
9
 Penyiapan terbentuknya lembaga-lembaga yang mepunyai peran
strategis dalam menyalurkan sumber daya pendanaan dan
pelayanan untuk peningkatan kapasitas kemampuan teknis dalam
pembangunan prasarana dan sarana air bersih.
 Peningkatan peran pusat pelatihan dalam rangka peningkatan
kapasitas pelaku pembangunan.
3) Mendorong kemampuan pemerintah kota/kabupaten dalam
peningkatan penyediaan prasarana-prasarana air bersih perkotaan
melalui :
 Mendorong kerjasama pemerintah dan swasta (KPS) dalam
pengelolaan air minum.
 Mendorong manajemen pengelolaan menerapkan sistem reward
& punishment.
 Mendorong pemerintah kota/kabupaten menerapkan skenario
perencanaan kota secara konsisten sesuai kebutuhan masyarakat.
 Meningkatkan pelaksanaan operasi dan pemeliharaan sarana.
 Melaksanakan rasionalisasi pegawai sesuai kebutuhan manajemen
pengelolaan air bersih.

More Related Content

What's hot

What's hot (20)

Kebijakan dan Strategi penanganan drainase perkotaan
Kebijakan dan Strategi penanganan drainase perkotaanKebijakan dan Strategi penanganan drainase perkotaan
Kebijakan dan Strategi penanganan drainase perkotaan
 
Peraturan Presiden tentang Percepatan Penyediaan Air Minum dan Sanitasi
Peraturan Presiden tentang Percepatan Penyediaan Air Minum dan SanitasiPeraturan Presiden tentang Percepatan Penyediaan Air Minum dan Sanitasi
Peraturan Presiden tentang Percepatan Penyediaan Air Minum dan Sanitasi
 
KLHS
KLHSKLHS
KLHS
 
Kelembagaan Dalam Pengelolaan Air Limbah
Kelembagaan Dalam Pengelolaan Air LimbahKelembagaan Dalam Pengelolaan Air Limbah
Kelembagaan Dalam Pengelolaan Air Limbah
 
3. ppt bu anastutik
3. ppt bu anastutik3. ppt bu anastutik
3. ppt bu anastutik
 
Kebijakan dan strategi pengembangan sistem pengelolaan air limbah permukiman
Kebijakan dan strategi pengembangan sistem pengelolaan air limbah permukimanKebijakan dan strategi pengembangan sistem pengelolaan air limbah permukiman
Kebijakan dan strategi pengembangan sistem pengelolaan air limbah permukiman
 
Penyusunan Rencana Tata Ruang dan Dokumen Perencanaan Pembangunan Daerah
Penyusunan Rencana Tata Ruang dan Dokumen Perencanaan Pembangunan DaerahPenyusunan Rencana Tata Ruang dan Dokumen Perencanaan Pembangunan Daerah
Penyusunan Rencana Tata Ruang dan Dokumen Perencanaan Pembangunan Daerah
 
Permen PU 01 2014 Standar Pelayanan Minimal Bidang Pekerjaan Umum dan Penataa...
Permen PU 01 2014 Standar Pelayanan Minimal Bidang Pekerjaan Umum dan Penataa...Permen PU 01 2014 Standar Pelayanan Minimal Bidang Pekerjaan Umum dan Penataa...
Permen PU 01 2014 Standar Pelayanan Minimal Bidang Pekerjaan Umum dan Penataa...
 
Pola Penanganan Drainase Perkotaan
Pola Penanganan Drainase PerkotaanPola Penanganan Drainase Perkotaan
Pola Penanganan Drainase Perkotaan
 
Pola Penanganan Air Limbah Permukiman
Pola Penanganan Air Limbah PermukimanPola Penanganan Air Limbah Permukiman
Pola Penanganan Air Limbah Permukiman
 
Perencanaan pengelolaan air limbah dengan sistem terpusat
Perencanaan pengelolaan air limbah dengan sistem terpusatPerencanaan pengelolaan air limbah dengan sistem terpusat
Perencanaan pengelolaan air limbah dengan sistem terpusat
 
Sistem pengelolaan persampahan
Sistem pengelolaan persampahanSistem pengelolaan persampahan
Sistem pengelolaan persampahan
 
Bab 2 gambaran umum
Bab 2 gambaran umumBab 2 gambaran umum
Bab 2 gambaran umum
 
Drainase
DrainaseDrainase
Drainase
 
Perka BIG No. 3 Tahun 2016 tentang Spesifikasi Teknis Penyajian Peta Desa
Perka BIG No. 3 Tahun 2016 tentang Spesifikasi Teknis Penyajian Peta DesaPerka BIG No. 3 Tahun 2016 tentang Spesifikasi Teknis Penyajian Peta Desa
Perka BIG No. 3 Tahun 2016 tentang Spesifikasi Teknis Penyajian Peta Desa
 
proyeksi air bersih
proyeksi air bersihproyeksi air bersih
proyeksi air bersih
 
Manual C Penyusunan Strategi Sanitasi Kota
Manual C Penyusunan Strategi Sanitasi KotaManual C Penyusunan Strategi Sanitasi Kota
Manual C Penyusunan Strategi Sanitasi Kota
 
Panduan Identifikasi Kawasan Permukiman Kumuh
Panduan Identifikasi Kawasan Permukiman KumuhPanduan Identifikasi Kawasan Permukiman Kumuh
Panduan Identifikasi Kawasan Permukiman Kumuh
 
Instrumen Lengkap Pengendalian Pemanfaatan Ruang
Instrumen Lengkap Pengendalian Pemanfaatan RuangInstrumen Lengkap Pengendalian Pemanfaatan Ruang
Instrumen Lengkap Pengendalian Pemanfaatan Ruang
 
Rencana Induk Persampahan (Master Plan)
Rencana Induk  Persampahan (Master Plan)Rencana Induk  Persampahan (Master Plan)
Rencana Induk Persampahan (Master Plan)
 

Similar to strategi penyediaan air bersih dalam rangka pengembangan wilayah perkotaan

Bab 33 -percepatan pembangunan infrastruktur
Bab 33 -percepatan pembangunan infrastrukturBab 33 -percepatan pembangunan infrastruktur
Bab 33 -percepatan pembangunan infrastruktur
Nhinie Indasari
 
Ppwp 1a
Ppwp 1aPpwp 1a
Ppwp 1a
gunjul
 
Pembiayaan pembangunan-infrastruktur-dan-permukiman
Pembiayaan pembangunan-infrastruktur-dan-permukimanPembiayaan pembangunan-infrastruktur-dan-permukiman
Pembiayaan pembangunan-infrastruktur-dan-permukiman
Claudia Larasati
 
Men seminar050601 reformasiperkotaan
Men seminar050601 reformasiperkotaanMen seminar050601 reformasiperkotaan
Men seminar050601 reformasiperkotaan
Sari Faizah
 
Presentasi musrenbang kota solok 25 maret 2014
Presentasi musrenbang kota solok   25 maret 2014 Presentasi musrenbang kota solok   25 maret 2014
Presentasi musrenbang kota solok 25 maret 2014
Anton Setiadi
 
Diseminasi Pergub 122thn2005 Jan
Diseminasi  Pergub 122thn2005  JanDiseminasi  Pergub 122thn2005  Jan
Diseminasi Pergub 122thn2005 Jan
Yose Rizal
 
2022.11.10 Rapat Koordinasi Pokja AMPL Daerah NTT.pdf
2022.11.10 Rapat Koordinasi Pokja AMPL Daerah NTT.pdf2022.11.10 Rapat Koordinasi Pokja AMPL Daerah NTT.pdf
2022.11.10 Rapat Koordinasi Pokja AMPL Daerah NTT.pdf
RayneriusKapu
 
PERWAL_32_Pedoman_Teknis_Prodamas_Plus_TA_2022__27_MEI.pdf
PERWAL_32_Pedoman_Teknis_Prodamas_Plus_TA_2022__27_MEI.pdfPERWAL_32_Pedoman_Teknis_Prodamas_Plus_TA_2022__27_MEI.pdf
PERWAL_32_Pedoman_Teknis_Prodamas_Plus_TA_2022__27_MEI.pdf
SupliyerJakarta
 

Similar to strategi penyediaan air bersih dalam rangka pengembangan wilayah perkotaan (20)

Bab i pendahuluan
Bab i pendahuluanBab i pendahuluan
Bab i pendahuluan
 
Tugas health policy management manda
Tugas health policy management mandaTugas health policy management manda
Tugas health policy management manda
 
Bab 33 -percepatan pembangunan infrastruktur
Bab 33 -percepatan pembangunan infrastrukturBab 33 -percepatan pembangunan infrastruktur
Bab 33 -percepatan pembangunan infrastruktur
 
Materi Tentang Kerjasama Antar Kota Metropolitan Dengan Kota Pendukungnya
Materi Tentang Kerjasama Antar Kota Metropolitan Dengan Kota PendukungnyaMateri Tentang Kerjasama Antar Kota Metropolitan Dengan Kota Pendukungnya
Materi Tentang Kerjasama Antar Kota Metropolitan Dengan Kota Pendukungnya
 
Ppwp 1a
Ppwp 1aPpwp 1a
Ppwp 1a
 
Kumpulan Makalah tentang Perencanaan Kota
Kumpulan Makalah tentang Perencanaan KotaKumpulan Makalah tentang Perencanaan Kota
Kumpulan Makalah tentang Perencanaan Kota
 
Pembiayaan pembangunan-infrastruktur-dan-permukiman
Pembiayaan pembangunan-infrastruktur-dan-permukimanPembiayaan pembangunan-infrastruktur-dan-permukiman
Pembiayaan pembangunan-infrastruktur-dan-permukiman
 
Men seminar050601 reformasiperkotaan
Men seminar050601 reformasiperkotaanMen seminar050601 reformasiperkotaan
Men seminar050601 reformasiperkotaan
 
Bab 2 konsep dan kriteria penyusunan
Bab 2 konsep dan kriteria penyusunanBab 2 konsep dan kriteria penyusunan
Bab 2 konsep dan kriteria penyusunan
 
Alternatif Pola Pembiayaan Air Minum dan Sanitasi
Alternatif Pola Pembiayaan Air Minum dan Sanitasi Alternatif Pola Pembiayaan Air Minum dan Sanitasi
Alternatif Pola Pembiayaan Air Minum dan Sanitasi
 
Materi kementerian pekerjaan umum sesi pleno 1 konferensi sanitasi air minum ...
Materi kementerian pekerjaan umum sesi pleno 1 konferensi sanitasi air minum ...Materi kementerian pekerjaan umum sesi pleno 1 konferensi sanitasi air minum ...
Materi kementerian pekerjaan umum sesi pleno 1 konferensi sanitasi air minum ...
 
Ppt e gov
Ppt e govPpt e gov
Ppt e gov
 
Sumber Pendanaan Hibah untuk Program Sanitasi Kota dan Kabupaten
Sumber Pendanaan Hibah untuk Program Sanitasi Kota dan KabupatenSumber Pendanaan Hibah untuk Program Sanitasi Kota dan Kabupaten
Sumber Pendanaan Hibah untuk Program Sanitasi Kota dan Kabupaten
 
Dita Nurlaila Pratiwi 20333016 .INFRASTRUKTUR EPP Prodi EP UGK
Dita Nurlaila Pratiwi 20333016 .INFRASTRUKTUR EPP Prodi EP UGKDita Nurlaila Pratiwi 20333016 .INFRASTRUKTUR EPP Prodi EP UGK
Dita Nurlaila Pratiwi 20333016 .INFRASTRUKTUR EPP Prodi EP UGK
 
Presentasi musrenbang kota solok 25 maret 2014
Presentasi musrenbang kota solok   25 maret 2014 Presentasi musrenbang kota solok   25 maret 2014
Presentasi musrenbang kota solok 25 maret 2014
 
Diseminasi Pergub 122thn2005 Jan
Diseminasi  Pergub 122thn2005  JanDiseminasi  Pergub 122thn2005  Jan
Diseminasi Pergub 122thn2005 Jan
 
Masukan untuk RPJPD Kota Kotamubagu 2025-2045
Masukan untuk RPJPD Kota Kotamubagu 2025-2045Masukan untuk RPJPD Kota Kotamubagu 2025-2045
Masukan untuk RPJPD Kota Kotamubagu 2025-2045
 
2022.11.10 Rapat Koordinasi Pokja AMPL Daerah NTT.pdf
2022.11.10 Rapat Koordinasi Pokja AMPL Daerah NTT.pdf2022.11.10 Rapat Koordinasi Pokja AMPL Daerah NTT.pdf
2022.11.10 Rapat Koordinasi Pokja AMPL Daerah NTT.pdf
 
PERWAL_32_Pedoman_Teknis_Prodamas_Plus_TA_2022__27_MEI.pdf
PERWAL_32_Pedoman_Teknis_Prodamas_Plus_TA_2022__27_MEI.pdfPERWAL_32_Pedoman_Teknis_Prodamas_Plus_TA_2022__27_MEI.pdf
PERWAL_32_Pedoman_Teknis_Prodamas_Plus_TA_2022__27_MEI.pdf
 
Target Pembangunan Sanitasi Nasional 2015-2019
Target Pembangunan Sanitasi Nasional 2015-2019Target Pembangunan Sanitasi Nasional 2015-2019
Target Pembangunan Sanitasi Nasional 2015-2019
 

Recently uploaded

Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptxBab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
ssuser35630b
 
Aksi Nyata Sosialisasi Profil Pelajar Pancasila.pdf
Aksi Nyata Sosialisasi Profil Pelajar Pancasila.pdfAksi Nyata Sosialisasi Profil Pelajar Pancasila.pdf
Aksi Nyata Sosialisasi Profil Pelajar Pancasila.pdf
JarzaniIsmail
 
Modul 2 - Bagaimana membangun lingkungan belajar yang mendukung transisi PAUD...
Modul 2 - Bagaimana membangun lingkungan belajar yang mendukung transisi PAUD...Modul 2 - Bagaimana membangun lingkungan belajar yang mendukung transisi PAUD...
Modul 2 - Bagaimana membangun lingkungan belajar yang mendukung transisi PAUD...
pipinafindraputri1
 

Recently uploaded (20)

Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptxBab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
 
Intellectual Discourse Business in Islamic Perspective - Mej Dr Mohd Adib Abd...
Intellectual Discourse Business in Islamic Perspective - Mej Dr Mohd Adib Abd...Intellectual Discourse Business in Islamic Perspective - Mej Dr Mohd Adib Abd...
Intellectual Discourse Business in Islamic Perspective - Mej Dr Mohd Adib Abd...
 
MODUL AJAR IPAS KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
MODUL AJAR IPAS KELAS 6 KURIKULUM MERDEKAMODUL AJAR IPAS KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
MODUL AJAR IPAS KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
 
MODUL PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
 
Kanvas BAGJA prakarsa perubahan Ahyar.pdf
Kanvas BAGJA prakarsa perubahan Ahyar.pdfKanvas BAGJA prakarsa perubahan Ahyar.pdf
Kanvas BAGJA prakarsa perubahan Ahyar.pdf
 
Sesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptx
Sesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptxSesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptx
Sesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptx
 
power point bahasa indonesia "Karya Ilmiah"
power point bahasa indonesia "Karya Ilmiah"power point bahasa indonesia "Karya Ilmiah"
power point bahasa indonesia "Karya Ilmiah"
 
Pelaksana Lapangan Pekerjaan Jalan .pptx
Pelaksana Lapangan Pekerjaan Jalan .pptxPelaksana Lapangan Pekerjaan Jalan .pptx
Pelaksana Lapangan Pekerjaan Jalan .pptx
 
7.PPT TENTANG TUGAS Keseimbangan-AD-AS .pptx
7.PPT TENTANG TUGAS Keseimbangan-AD-AS .pptx7.PPT TENTANG TUGAS Keseimbangan-AD-AS .pptx
7.PPT TENTANG TUGAS Keseimbangan-AD-AS .pptx
 
Membaca dengan Metode Fonik - Membuat Rancangan Pembelajaran dengan Metode Fo...
Membaca dengan Metode Fonik - Membuat Rancangan Pembelajaran dengan Metode Fo...Membaca dengan Metode Fonik - Membuat Rancangan Pembelajaran dengan Metode Fo...
Membaca dengan Metode Fonik - Membuat Rancangan Pembelajaran dengan Metode Fo...
 
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 CGP 10.pptx
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 CGP 10.pptxDEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 CGP 10.pptx
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 CGP 10.pptx
 
Modul Projek - Batik Ecoprint - Fase B.pdf
Modul Projek  - Batik Ecoprint - Fase B.pdfModul Projek  - Batik Ecoprint - Fase B.pdf
Modul Projek - Batik Ecoprint - Fase B.pdf
 
Prov.Jabar_1504_Pengumuman Seleksi Tahap 2_CGP A11 (2).pdf
Prov.Jabar_1504_Pengumuman Seleksi Tahap 2_CGP A11 (2).pdfProv.Jabar_1504_Pengumuman Seleksi Tahap 2_CGP A11 (2).pdf
Prov.Jabar_1504_Pengumuman Seleksi Tahap 2_CGP A11 (2).pdf
 
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptx
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptxRefleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptx
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptx
 
Sosialisasi PPDB SulSel tahun 2024 di Sulawesi Selatan
Sosialisasi PPDB SulSel tahun 2024 di Sulawesi SelatanSosialisasi PPDB SulSel tahun 2024 di Sulawesi Selatan
Sosialisasi PPDB SulSel tahun 2024 di Sulawesi Selatan
 
Tim Yang Lolos Pendanaan Hibah Kepedulian pada Masyarakat UI 2024
Tim Yang Lolos Pendanaan Hibah Kepedulian pada Masyarakat  UI 2024Tim Yang Lolos Pendanaan Hibah Kepedulian pada Masyarakat  UI 2024
Tim Yang Lolos Pendanaan Hibah Kepedulian pada Masyarakat UI 2024
 
Program Kerja Public Relations - Perencanaan
Program Kerja Public Relations - PerencanaanProgram Kerja Public Relations - Perencanaan
Program Kerja Public Relations - Perencanaan
 
Aksi Nyata Sosialisasi Profil Pelajar Pancasila.pdf
Aksi Nyata Sosialisasi Profil Pelajar Pancasila.pdfAksi Nyata Sosialisasi Profil Pelajar Pancasila.pdf
Aksi Nyata Sosialisasi Profil Pelajar Pancasila.pdf
 
Modul 2 - Bagaimana membangun lingkungan belajar yang mendukung transisi PAUD...
Modul 2 - Bagaimana membangun lingkungan belajar yang mendukung transisi PAUD...Modul 2 - Bagaimana membangun lingkungan belajar yang mendukung transisi PAUD...
Modul 2 - Bagaimana membangun lingkungan belajar yang mendukung transisi PAUD...
 
Modul Ajar Bahasa Inggris - HOME SWEET HOME (Chapter 3) - Fase D.pdf
Modul Ajar Bahasa Inggris - HOME SWEET HOME (Chapter 3) - Fase D.pdfModul Ajar Bahasa Inggris - HOME SWEET HOME (Chapter 3) - Fase D.pdf
Modul Ajar Bahasa Inggris - HOME SWEET HOME (Chapter 3) - Fase D.pdf
 

strategi penyediaan air bersih dalam rangka pengembangan wilayah perkotaan

  • 1. 1 I. PENDAHULUAN Konsep strategi harus diartikan sebagai suatu konsep pemikiran untuk dapat dibahas oleh semua pihak berkepentingan (urban stakeholders) sehingga tercapai kesepakatan, bukan sebagai suatu pemikiran sepihak pemerintah pusat. Diharapkan konsep ini memperoleh tanggapan dan masukan dari seluruh kalangan terkait dalam penyediaan air bersih, sehingga dapat dijadikan pedoman bagi kita ke depan dalam merumuskan program dan kegiatan pengembangan air bersih perkotaan. Penyediaan air bersih perkotaan sebagai bagian prasarana dan sarana perkotaan harus diselaraskan dengan strategi pengembangan perkotaan masa mendatang. Di mana visi pegembangan perkotaan 2020 ingin mewujudkan kawasan perkotaan layak huni, berkeadilan sosial, berkembang secara berkelanjutan sesuai potensinya serta saling memperkuat mewujudkan pengembangan wilayah serasi dan seimbang, dilaksanakan oleh petaruh (stakeholders) secara bersama-sama. Namun, konsep strategi penyediaan air bersih perkotaan ini sejauh mungkin harus memperlihatkan faktor-faktor realita kehidupan masyarakat saat ini, perubahan-perubahan struktural sedang berlangsung, dan prospek tantangan dan masalah yang dapat diperkirakan akan mempengaruhi penyediaan air bersih perkotaan ke depan. Realita kehidupan tersebut meliputi antara lain masih banyaknya penduduk kota yang hidup dalam kemiskinan serta masih terbatasnya kemampuan keuangan pemerintah dan masyarakat perkotaan. Perubahan struktural dimaksud meliputi perubahan dalam pola pikir, pola hubungan, dan pola tindak yang menyertai perubahan diakibatkan oleh langkah desentralisasi, demokratisasi dan reformasi dalam kehidupan yang terjadi di tanah air. Prospek tantangan dan permasalahan penyediaan air bersih perkotaan yang diperkirakan akan dihadapi masyarakat perkotaan antara lain lompatan pertumbuhan penduduk kota, tingkat pencemaran lingkungn kota, minimnya pilihan sumber air baku di kota, tingginya tingkat kebutuhan air bersih, dan rendahnya kerja sama antar kota.
  • 2. 2 II. PERUBAHAN POLA PIKIR, POLA HUBUNGAN, DAN POLA TINDAK Strategi penyediaan air bersih diperkotaan sebagai bagian dari utilitas kota tidak lepas dari perubahan-perubahan fundamental terjadi di perkotaan, yang menuntut pergeseran dalam pola pikir, pola hubungan dan pola tindak terhadap sesama pelaku, masyarakat dan lingkungan sekelilingnya. Perubahan mendasar yang perlu disadari tersebut sekurang-kurangnya tetapi tidak terbatas pada hal-hal sebagai berikut : 1. Pedoman disesuaikan dengan kondisi daerah Pembangunan penyediaan air bersih perkotaan akan menunjukkan ciri-ciri yang lebih beraneka ragam dan bervariasi, disesuaikan dengan kebutuhan dan selera keinginan masing-masing daerah dan kota. Sehingga pedoman dari pusat tidak lagi diterapkan secara seragam bagi semua daerah dan kota di Indonesia tanpa mengindahkan diferensiasi permasalahan dan pemecahan persoalan pembangunan perkotaan. 2. Pelayanan memperhatikan kebutuhan dan kemampuan majemuk Setiap pelayanan air bersih pada masyarakat perkotaan akan memperhatikan kebutuhan dan kemampuan majemuk masyarakat sehingga perlu dilayani melalui pelbagai perangkat pelayanan. Pada prinsipnya masyarakat yang mendapatkan manfaat langsung dari pelayanan pemerintah perlu membayar kontribusinya bagi pelayanan yang diperolehnya, dan berlaku bagi aparat pemerintah sendiri. Di lain pihak tidak akan ada kelompok masyarakat yang tidak dilayani hanya oleh karena faktor ketidak mampuan. Sehingga perlu diupayakan pelayanan khusus bagi yang kurang mampu. 3. Pembangunan prasarana sarana dalam kerangka “program pembangunan kota terpadu” (P2KT) Pembangunan sarana dan prasarana air bersih yang menitikberatkan pada investasi fisik, khususnya investasi publik sebagai bagian dari pembangunan prasarana dan sarana perkotaan bersifat menyeluruh meliputi aspek ekonomi, sosial, fisik, lingkungan, budaya dan manajemennya. Dalam aplikasi praktisnya maka pendekatan “program pembangunan prasarana kota terpadu’
  • 3. 3 (P3KT) dikembangkan hingga kini akan bergeser pada pendekatan “program pembangunan kota terpadu” (P2KT). Dalam kerangka baru ini, kota tidak harus mampu dalam membangun dan penyediaan prasarana dan sarana kotanya, tetapi harus mampu dalam mengelola seluruh sumber dayanya dan bersama pelaku pembangunan menciptakan kota layak huni, kompetitif secara ekonomis, layak meminjam, dan berkelanjutan. 4. Penyediaan prasarana sarana untuk peningkatan daya saing kota Dalam era berkembangnya teknologi komunikasi dan transportasi, kota-kota dapat langsung saling terkait dengan pasar internasional dan bekerja sama atau bersaing dengan kota-kota lain di dunia melalui kemitraan dan penanaman modal dalam dan luar negeri. Ketersediaan prasarana air bersih sebagai salah satu prasarana perkotaan akan mempengaruhi daya saing kota tersebut terhadap kota-kota lainnya dalam merebut peluang-peluang di atas. III. ISU PENYEDIAAN AIR BERSIH PERKOTAAN 1. Pertumbuhan penduduk perkotaan Permasalahan penyediaan prasarana dan sarana air bersih tidak dapat dilepaskan dari perkembangan perkotaan. Peningkatan laju pertumbuhan penduduk perkotaan, sebagai salah satu aspek penting dalam perkembangan kota, dalam periode 1990-1995 mencapai 4,76 % pertahun. Berdasarkan keadaan tersebut, pada akhir tahun 2018 atau akhir PJP II penduduk perkotaan diperkirakan sekitar separuh dari penduduk nasional (52%) akan berada di kawasan perkotaan. Tingkat pertumbuhan kota yang demikian tinggi akan menimbulkan berbagai dampak pada proses pembangunan kota khususnya proses pemenuhan kebutuhan dasar (basic needs) kota. 2. Perubahan pola spasial kota Kota yang menghadapi permasalahan internal mengakibatkan antara lain terjadinya perubahan pola spasial kota dengan berkembangnya kawasan- kawasan budidaya yang sering kali mengkonversi lahan resapan air, lahan pertanian, dan hutan/taman kota. Pertumbuhan kawasan permukiman, kawasan bisnis skala besar dan sedang diiringi dengan pertumbuhan
  • 4. 4 prasarana transportasi yang mengikuti kebutuhan riil kota mengakibatkan perencanaan penyediaan air bersih kota sering kali harus direvisi. Hal ini berdampak pada kebutuhan pembangunan baru atau rehabilitasi prasarana dan sarana air bersih perkotaan yang pada gilirannya membutuhkan biaya. 3. Batas administratif kota/kabupaten Wilayah antar perkotaan dibatasi oleh batasan administratif (administratif boundaries) untuk membedakan daerah administratif pemerintahan kota/kabupaten. Perencanaan maupun pelaksanaan proyek penyediaan air bersih perkotaan yang kaku terhadap batasan administratif akan menyebabkan pelayanan air bersih pada kawasan tertentu menjadi terhambat. Kawasan berdekatan dengan pelayanan kota namun secara administratif bukan wilayah kota tersebut harus menunggu pengembangan jaringan pelayanan air bersih kota berdekatan di mana kawasan tersebut secara administratif termasuk di dalamnya. Pendekatan penyediaan prasarana dan sarana air bersih yang kaku seperti ini di samping akan menyebabkan pelayanan pada masyarakat terlambat, juga menyebabkan investasi jaringan tidak efisien dan efektif. 4. Pilihan sumber air baku di perkotaan Pembangunan kota yang lebih diarahkan pada pertumbuhan ekonomi kota akan meningkatkan luas area terbangun untuk aktivitas bisnis yang pada gilirannya mendorong terjadinya konversi lahan resapan dan hutan/taman lindung yang bermanfaat sebagai pemasok air baku kota. Hal ini mengakibatkan sumber air berlokasi di kota sebagai air baku untuk penyediaan air bersih kota semakin langka. Lokasi air baku yang layak teknis, hygienis, ekonomis pada umunya berada di luar wilayah perkotaan. Bila keadaan memaksa, pengambilan air baku penyediaan air bersih di kota masih dapat dilakukan namun membutuhkan pengolahan lebih komplit hingga berdampak pada biaya tinggi. 5. Tingkat pencemaran lingkungan perkotaan Pesatnya pertumbuhan kota tidak disertai dengan penyediaan prasarana dan sarana dasar perkotaan secara langsung akan berdampak pada tingginya
  • 5. 5 tingkat pencemaran lingkungan perkotaan. Pencemaran pada lingkungan terutama pada badan air dan tanah terjadi sebagai dampak pembuangan sisa aktifitas masyarakat berupa limbah kawasan industri, permukiman, dan kawasan bisnis. Limbah cair atau padat diproduksi sebagai sisa aktifitas manusia akan menurunkan kualitas badan air permukaan dan dalam kurun waktu tertentu mencemari air tanah. 6. Kinerja teknis penyediaan air bersih Peningkatan jumlah penduduk terutama perkotaan secara langsung akan menuntut pelayanan minimum kebutuhan dasar (basic needs) air bersih. Kebutuhan ini akan lebih mendesak dengan kecenderungan pertumbuhan populasi penduduk kota sampai akhir PJP II diperkirakan lebih dari separuh penduduk (52%) tinggal di wilayah perkotaan. Sementara itu, kondisi pencapaian sasaran cakupan pelayanan baru saat ini mencapai 50%. Kinerja teknis penyediaan air bersih semakin memprihatinkan dengan tingginya rata- rata kehilangan air teknis maupun non teknis di mana diperkirakan saat ini mencapai rata-rata 37%. 7. Kinerja manajemen penyediaan air besih Pengeloaan air minum PDAM pada masa yang akan datang diharapkan berperan sebagai pelaku utama pembangunan air bersih perkotaan bekerja sama dengan pemerintah daerah. Berdasarkan hasil evaluasi kinerja PDAM tahun 2010 oleh BPPSPAM, terlihat dari 335 PDAM yang dievaluasi sebanyak 145 PDAM dikategorikan dalam kondisi sehat, 103 PDAM dalam kondisi kurang sehat dan 87 PDAM dalam kondisi sakit. Dibandingkan dengan tahun sebelumnya, terjadi peningkatan terhadap kinerja PDAM di Indonesia. Akan tetapi, umumnya kemampuan SDM dalam pengelolaan prasarana dan sarana air bersih masih terbatas sebagai akibat penempatan personil kurang sesuai keahlian dan rasio pegawai terhadap jumlah konsumen relatif tinggi.
  • 6. 6 IV. KONSEP KEBIJAKAN DAN STRATEGI PENYEDIAAN AIR BERSIH PERKOTAAN Dengan memperhatikan visi dan misi serta gambaran upaya penanganan terhadap berbagai masalah tersebut di atas, maka disusun suatu konsep kebijakan umum dan konsep strategi penyediaan dan pengelolaan air bersih perkotaan. 1. Konsep Umum Kebijakan Air Bersih Perkotaan a. Mendorong terciptanya hubungan profesional antara pemilik aset air bersih (Pemda) dengan aparat pengelola (PDAM) 1) Pemisahan kepemilikan aset (Pemda) dengan manajemen (PDAM). 2) Membatasi pengaruh politik dalam pengelolaan air bersih PDAM. 3) Mendorong pelaksanaan performance contract antara Pemda dengan aparat PDAM atau Pemda dengan pihak swasta. 4) Regrouping pelaksanaan pelayanan antar PDAM untuk mencapai kondisi ideal. 5) Mengubah bentuk retribusi deviden PDAM pada Pemda menjadi kontribusi jasa pengoperasian. b. Membuat kerangka peraturan dalam pelayanan air bersih 1) Memanfaatkan pelajaran dari pengalaman banyak negara. 2) Melakukan dan meneliti bentuk kerjasama optimal. 3) Mempersiapkan bentuk-bentuk kontrak standar. 4) Membuka proses seleksi bagi banyak pihak agar kompetisi lebih terbuka. 5) Membuat peraturan dan ketentuan yang jelas dalam kontrak. 6) Mendorong PDAM melaksanakan kontrak pada pihak swasta (monitoring apakah standar pelayanan tercapai dan audit keuangan). c. Merampingkan manajemen keuangan sektor air bersih 1) Pembiayaan investasi diarahkan secara Swadana PDAM. 2) Melakukan penyaringan bantuan hibah atau pinjaman pada PDAM pada saat transisi. 3) Mendorong PDAM memahami peluang pembiayaan alternatif.
  • 7. 7 4) Membuka akses PDAM pada capital markets. d. Menyederhanakan kebijakan tarif 1) Menyederhanakan struktur tarif. 2) Menentukan harga dasar air. 3) Mengutamakan penyambungan pada masyarakat penghasilan rendah. 4) Melaksanakan penyesuaian tarif secara otomatis. 5) Mempertimbangkan penyertaan biaya sanitasi. e. Meningkatkan kualitas perencanaan, desain dan pelaksanaan proyek 1) Meningkatkan kualitas perencanaan. 2) Meningkatkan kualitas bantuan teknis. 3) Meningkatkan kualitas proses pengadaan barang dan material. 4) Meningkatkan kompetisi dalam pengadaan barang dan jasa. f. Mendorong terwujudnya industri penyediaan air bersih melalui peningkatan peran asosiasi profesional 1) Mendorong pembuatan data base kualitas air produksi. 2) Mendorong PDAM memahami peran peningkatan SDM dalam pengelolaan perusahaan. 3) Mewujudkan perusahaan menjadi pusat referensi. 2. Strategi Pengembangan Penyediaan Air Bersih Perkotaan a. Penanganan penyediaan dan pengelolaan air bersih perkotaaan program mendesak dan jangka pendek 1) Kebijakan penyediaan prasarana dan sarana air bersih perkotaan diarahkan pada pemulihan kinerja pelayanan yang menjamin kenyamanan pelayanan terutama di kota-kota metropolitan dan besar melalui :  Pemanfaatan kapasitas sisa (idle capacity).  Perbaikan meter air.  Peningkatan pemeliharaan jaringan.  Perbaikan manajemen penagihan.
  • 8. 8  Penjadwalan (rescheduling) dan pemutihan utang.  Pengaturan dan restrukturisasi tarif air minum. 2) Kebijakan dan strategi air bersih sebagai upaya menjamin kelangsungan kegiatan-kegiatan dan program-program sedang berjalan. Hal ini dilakukan melalui :  Mengintegrasikan manajemen pengelolaan air baku dalam satu lembaga pengelola yang efektif dan efisien.  Meningkatkan kerjasama teknis dan manajemen pengelolaan air antar kota/kabupaten.  Mendorong pembentukan forum-forum komunikasi pelanggan.  Meningkatkan efektifitas unit pengaduan.  Meningkatkan sosialisasi tarif melalui lembaga konsumen dan lembaga non pemerintah lainnya. b. Penanganan pembangunan prasarana-sarana air bersih kota berkelanjutan (jangka menengah dan panjang) 1) Meningkatkan kompetensi Pemerintah Pusat di bidang penyediaan air bersih melalui :  Pembentukan forum komunikasi antara semua pelaku pembangunan prasarana dan sarana kota di tingkat pusat dan daerah, dengan melibatkan DPR di daerah.  Sosialisasi skenario perencanaan (scenarioplanning) dalam penyusunan agenda pembangunan infrastruktur kota. 2) Mendorong peningkatan kapasitas pemerintah daerah dalam pengelolaan pembangunan prasarana dan sarana air bersih yang lebih efisien dan efektif melalui penyelenggaraan :  Pelatihan pengembangan dan pengelolaan pembangunan, termasuk pelatihan untuk meningkatkan kemampuan dalam menggali sumber daya pembiayaan lokal.  Pelatihan pengembangan dan pengelolaan air bersih perkotaan.
  • 9. 9  Penyiapan terbentuknya lembaga-lembaga yang mepunyai peran strategis dalam menyalurkan sumber daya pendanaan dan pelayanan untuk peningkatan kapasitas kemampuan teknis dalam pembangunan prasarana dan sarana air bersih.  Peningkatan peran pusat pelatihan dalam rangka peningkatan kapasitas pelaku pembangunan. 3) Mendorong kemampuan pemerintah kota/kabupaten dalam peningkatan penyediaan prasarana-prasarana air bersih perkotaan melalui :  Mendorong kerjasama pemerintah dan swasta (KPS) dalam pengelolaan air minum.  Mendorong manajemen pengelolaan menerapkan sistem reward & punishment.  Mendorong pemerintah kota/kabupaten menerapkan skenario perencanaan kota secara konsisten sesuai kebutuhan masyarakat.  Meningkatkan pelaksanaan operasi dan pemeliharaan sarana.  Melaksanakan rasionalisasi pegawai sesuai kebutuhan manajemen pengelolaan air bersih.