2. PENDAHULUAN
Corporate governance adalah seperangkat tata hubungan antara
manajemen, direksi, dewan komisaris, pemegang saham dan para pemangku
kepentingan (stakeholders) lainnya yang mengatur dan mengarahkan kegiatan
perusahaan (OECD, 2004). Good Corporate Governance (GCG) diperlukan untuk
menjaga kelangsungan hidup perusahaan melalui pengelolaan yang didasarkan
pada asas transparansi, akuntabilitas, responsibilitas, independensi serta
kewajaran dan kesetaraan.
Etika bisnis tidak disangkal lagi memiliki peran yang sangat besar
dalam hal tersebut. Menerapkan etika bisnis secara konsisten sehingga dapat
mewujudkan iklim usaha yang sehat, efisien dan transparan merupakan salah
satu sumbangsih besar yang dapat diberikan oleh dunia usaha untuk mendorong
terciptanya pasar yang efisien, transparan dan mampu memberikan manfaat yang
besar bagi seluruh stakeholder-nya. Saat ini seringkali muncul pertanyaan apakah
etika bisnis merupakan suatu hal yang penting bagi perusahaan dalam
menjalankan kegiatan bisnisnya. Etika bisnis dianggap sebagai suatu hal yang
merepotkan yang seandainya tidak diindahkan pun suatu bisnis tetap dapat
berjalan dengan baik dan memberikan keuntungan. Oleh karena itu sudah
selayaknya perusahaan menerapkan suatu prinsip Good Corporate Governance
yang dapat digunakan sebagai salah satu alatnya.
2
3. PROFIL
PERUSAHAAN
3○Perusahaan besar ini pertama kali didirikan pada
tanggal 20 Februari 1957 dengan nama PT. Astra
International Incorporation (AII), oleh Drs. Tjia Kian
Tie, Wiliam Soerjadja (Tjia Kiang Liong), dan
E.Hariman (Liem Peng Hong). Pada awalnya PT
Astra International bergerak dalam bidang usaha
ekspor-impor hasil bumi, inventaris alat-alat kereta
api untuk PKA (sekarang PJKA),serta bahan-bahan
untuk proyek pengembangan PLTA Jatiluhur.
○Berkat usaha patungan antara Pemerintah
Indonesia, maka pada tanggal 25 Februari 1969
berdirilah PT. Gaya Motor. Pada tanggal 1 Juli
1969 PT. Astra International Incorporation (AII)
mendapatkan pengakuan resmi dari Pemerintah
Republik Indonesia sebagai agen tunggal
kendaraan bermotor merek “Toyota” untuk seluruh
wilayah Indonesia. Pada tahun 1990, Perseroan
mengubah namanya menjadi PT Astra International
Tbk. dan telah tercatat di Bursa Efek Jakarta sejak
tanggal 4 April 1990.
4. TINJAUAN
PUSTAKA
○Istilah Good Corporate Governance pertama kali
diperkenalkan oleh Cadbury Committee di tahun 1992 yang
menggunakan istilah tersebut dalam laporan mereka yang
kemudian dikenal sebagai Cadbury Report.
○Good Corporate Governance (GCG) diperlukan untuk
menjaga kelangsungan hidup perusahaan melalui
pengelolaan yang didasarkan pada asas transparansi,
akuntabilitas, responsibilitas, independensi serta kewajaran
dan kesetaraan. Di Indonesia, penerapan Good Corporate
Governance telah dibuatkan pedomannya oleh Komite
Nasional Kebijakan Governance (KNKG) melalui bukunya
yang baru dirilis tahun 2006 lalu berjudul “Pedoman Umum
Good Corporate Governance Indonesia”.
4
5. TINJAUAN
PUSTAKA
○GCG bagi suatu perusahaan dimaksudkan sebagai pedoman
manajemen dan pegawai dalam menjalankan praktek bisnis
yang memenuhi persyaratan Good Governance. Sedangkan
tujuannya adalah :
1. Memaksimalkan value Perusahaan dengan cara
meningkatkan prinsip keterbukaan, akuntabilitas, dipercaya
dan dapat dipertanggung jawabkan.
2. Memastikan pengelolaan Perusahaan dilakukan secara
profesional, transparan, dan efisien.
3. Mewujudkan kemandirian dalam membuat keputusan sesuai
dengan peran dan tanggung jawab masing-masing pimpinan
dalam Perusahaan tersebut.
4. Memastikan setiap pegawai dalam perusahaan berperan
sesuai wewenang dan tanggung jawab yang telah
ditetapkan.
5. Mewujudkan praktek bisnis yang sejalan dengan prinsip-
prinsip Good Corporate Governance secara konsisten.
5
6. PEMBAHASAN
Pendekatan Astra terhadap tata kelola didasarkan pada
kepercayaan bahwa penerapan praktik tata kelola
perusahaan yang baik dalam Perusahaan maka akan
tertanam pada manajemen dan karyawan: visi, proses dan
struktur yang diperlukan dalam mengambil keputusan yang
mendorong Astra untuk tumbuh secara berkelanjutan.
Prinsip dan kebijakan tata kelola Astra berlandaskan pada
filosofi Perusahaan, yaitu Catur Dharma, dan bersumber
pada Pedoman Good Corporate Governance (GCG)
Indonesia, peraturan perundang-undangan dan praktik
yang berlaku di Indonesia maupun internasional. Sebagai
perusahaan induk, Astra terus memberikan pengarahan
dan pedoman kepada anak-anak perusahaan dalam
mematuhi prosedur tata kelola perusahaan yang baik,
diselaraskan dengan kegiatan usaha masing-masing anak
perusahaan sehingga kebijakan dan prosedur GCG yang
tepat dapat diterapkan untuk mendorong Grup Astra
tumbuh secara berkelanjutan.
6
7. 7
Untuk memastikan roda bisnis berjalan dengan baik, segala potensi dan
resiko harus diidentifikasi sebelumnya. Fungsi manajemen risiko
merupakan tanggung jawab seluruh jajaran manajemen pada setiap
unit bisnis; dengan tugas mengidentifikasi dan mengelola risiko sesuai
dengan wewenang yang melekat pada masing-masing unit terkait.
Dalam hal ini, Risk Management Advisory (RMA) berfungsi untuk
membantu pihak manajemen dalam membangun kerangka kerja
Enterprise Risk Management (ERM) yang kuat sesuai dengan profil
risiko dan kebutuhan masingmasing bisnis. Berikut ini adalah beberapa
risiko utama yang berpotensi mengakibatkan dampak yang kurang
menguntungkan bagi kegiatan operasional bisnis dan bagaimana
pengendaliannya.
8. 8
Divisi Risk Management Advisory (RMA) setiap tahun melakukan penilaian atas
kecukupan Enterprise Risk Management (ERM) di semua unit bisnis. Sebagai
bagian dari penilaian tersebut, dilakukan tinjauan atas efektivitas dan konsistensi
kegiatan manajemen risiko serta dibuat rekomendasi untuk tindak lanjut ke depan.
RMA juga mengkaji dan membuat rekomendasi atas kecukupan dan efektivitas
Business Continuity Plan dan cakupan asuransi di unit-unit ini.
Sebuah sistem manajemen harus melalui tahap pengendalian, PT. Astra
International Tbk,menerapkan konsep three lines of defence, dimana:
1. Pihak manajemen bertanggung jawab atas pengawasan pengendalian untuk
memastikan bahwa penyimpangan yang terjadi dapat teridentifikasi dan
dilakukan tindak lanjut dengan tepat waktu;
2. Fungsi manajemen risiko dan pengendalian lainnya melakukan pemantauan
secara berkala terhadap kegiatan pengendalian yang berjalan; dan
3. Auditor internal and eksternal melakukan proses audit dalam rangka
pemeriksaan terhadap struktur dan proses pengendalian yang berjalan.
9. 9
Divisi Hubungan Masyarakat (Humas) Astra membuka saluran komunikasi dalam
rangka menyelenggarakan keterbukaan informasi yang efektif sesuai dengan
kebutuhan para pemangku kepentingan Perusahaan dan ketentuan perundangan
yang berlaku. Humas melayani fungsi komunikasi dengan pemangku kepentingan
di lingkungan internal Perusahaan, yaitu karyawan, anak perusahaan dan kantor
cabang, serta pihak eksternal masyarakat, pemerintah dan media massa. Humas
juga bertugas mengelola dan mengembangkan komunikasi internal yang kokoh
sebagai sebuah investasi dalam menciptakan organisasi yang berjalan dengan
baik.
Selain itu tentunya diperlukan upaya yang lebih dalam menjangkau secara merata
sejumlah 185.580 karyawan yang tersebar luas di seluruh nusantara. Media
informasiyang digunakan bervariasi, terdiri dari publikasi internal berupa Majalah
Astra yang terbit secara bulanan dan Majalah Dinding Astra yang terbit dua bulan
sekali, hingga Astranet yang dikelola melalui kerja sama dengan Corporate
Organization and Human Capital Development (CHCD), sebagai sarana informasi
penting terkait perkembangan Perseroan dan melibatkan partisipasi aktif karyawan
dalam menyumbang informasi dan saran kepada manajemen tentang kebutuhan
dan kondisi di lingkungan Perusahaan.
10. 10
Sebagai warga korporasi (corporate citizen), Perusahaan memiliki tekad
dan upaya untuk mencapai cita-cita “Sejahtera bersama Bangsa”. Astra
ingin menjadi institusi bisnis yang mendatangkan kemaslahatan, baik
kepada pemegang saham maupun bagi seluruh pemangku kepentingan
yang ada di bumi pertiwi Indonesia. Astra meneguhkan niatnya untuk
menjadi warga korporasi yang baik (good corporate citizen), yang
bersikap dan berperilaku selaras dengan hukum, peraturan dan etika,
mengimplementasikan sistem manajemen yang efektif, serta
memberikan manfaat bagi masyarakat luas. Dalam rangka membangun
Astra sebagai good corporate citizen, Astra telah menyusun Astra Good
Corporate Governance sebagai suatu pedoman perilaku untuk menjadi
panduan bagi segenap insan Astra dalam bersikap dan berperilaku
secara pantas dan semestinya dalam mencapai cita-cita “Sejahtera
Bersama Bangsa”.
11. 11
Astra Code of Conduct merupakan bagian dari Astra Good Corporate
Governance. Astra telah memiliki Code of Conduct sejak tahun 2001.
Pada tahun 2012, Astra melakukan revisi atas Astra Code of Conduct
setelah dilakukan penelaahan kembali dan penyesuaian kebijakan
dengan peraturan dan praktik-praktik yang berlaku saat ini. Astra Code
of Conduct memuat hal-hal sebagai berikut:
1. Pedoman etika bisnis dan etika kerja
2. Pedoman Direksi dan Dewan Komisaris
3. Pedoman Sekretaris Perusahaan
4. Pedoman audit dan manajemen risiko
5. Pedoman securities dealing rules
6. Pedoman transaksi afiliasi dan transaksi benturan kepentingan
7. Pedoman kebijakan donasi
12. 12
Astra Code of Conduct berlaku bagi
Perusahaan, Direktur, Komisaris dan
karyawan Perusahaan. Penyimpangan
terhadap Astra Code of Conduct
dikenakan sanksi sesuai dengan
ketentuan yang berlaku. Oleh karena
konsisten dalam menjalankan code of
conduct yang merupakan bagian dari
GCG serta kegiatan – kegiatan CSR
yang sesuai dengan kebutuhan target
yang dituju, mala selama ini tidak ada
isu – isu signifikasn yang mengganggu
perkembangan bisnis Astra.
13. KESIMPULAN
• Keberlangsungan eksistensi perusahaan tidak hanya diukur oleh
performa keuangan, peningkatan keuntungan akan tetapi juga
performa internal perusahaan (etika dan Good Corporate Governance
[GCG] ) dan performa kepedulian sosial perusahaan.
• Prinsip Good Governance merupakan kaidah, norma ataupun
pedoman harus digunakan oleh pimpinan perusahaan dan para
pegawai agar segala tindakan maupun keputusan yang dilakukannya
adalah dalam rangka mendukung kepentingan perusahaan dan
pemegang saham. Kaidah, norma ataupun pedoman yang digunakan
harus mengikuti kaidah yang telah ditetapkan oleh Pemerintah
maupun ketentuan pengelolaan perusahaan yang telah ditetapkan
pada perusahan publik. Agar praktek-praktek good governance
menjadi tindakan yang nyata dari pimpinan dan para pegawainya,
maka diperlukan suatu pedoman Good Corporate Governance (GCG).
• Setiap perusahaan harus memastikan bahwa prinsip GCG diterapkan
pada setiap aspek bisnis dan di semua jajaran perusahaan. Prinsip
GCG (2006) yaitu transparansi, akuntabilitas, responsibilitas,
independensi serta kewajaran dan kesetaraan diperlukan untuk
mencapai kesinambungan usaha (sustainability) perusahaan dengan
memperhatikan pemangku kepentingan (stakeholders).
13
14. 14
• PT. Astra International Tbk, saat ini telah memiliki 6 bidang usaha : Otomotif,
Jasa Keuangan, Alat Berat dan Pertambangan, Agribisnis, Infrastruktur dan
Logistik dan Teknologi Informasi. Dalam menjalankan roda perusahaan,
manajemen Astra mempercayai dan memahami bahwa setiap keputusan
bisnis yang diambil harus berdasarkan pada Catur Dharma. Sepanjang
sejarah Astra, nilai-nilai falsafah tersebut selalu menjadi acuan manajemen.
Dan dengan berjalannya waktu nilai-nilai tersebut semakin terinternalisasi dan
tercermin dalam semua aspek operasional perusahaan.
• Keadaan perkembangan bisnis yang semakin kompleks mendorong
diawalinya suatu inisiatif pada akhir tahun 2006 untuk menyusun Pedoman
Good Coorporate Governance(GCG) yang juga menjadi acuan anggota
Direksi dan anggota Dewan Komisaris dalam menjalankan perusahaan agar
senantiasa memperhatikan peraturan perundang-undangan, anggaran dasar
Perseroan serta prinsip GCG yaitu transparansi, akuntabilitas, responsibilitas
dan kesetaraan.
15. 15
• Pedoman GCG PT. Astra International Tbk, di susun berdasarkan kepada
pedoman yang diterbitkan oleh Komite Nasional Kebijakan Governance
(KNKG) melalui bukunya yang baru dirilis tahun 2006 berjudul “Pedoman
Umum Good Corporate Governance Indonesia”.
• Astra Code of Conduct merupakan bagian dari Astra Good Corporate
Governance. Astra telah memiliki Code of Conduct sejak tahun 2001. Pada
tahun 2012, Astra melakukan revisi atas Astra Code of Conduct setelah
dilakukan penelaahan kembali dan penyesuaian kebijakan dengan peraturan
dan praktik-praktik yang berlaku saat ini. Oleh karena konsisten dalam
menjalankan code of conduct yang merupakan bagian dari GCG serta
kegiatan – kegiatan CSR yang sesuai dengan kebutuhan target yang dituju,
mala selama ini tidak ada isu – isu signifikasn yang mengganggu
perkembangan bisnis Astra.