SlideShare una empresa de Scribd logo
1 de 32
PEMERIKSAAN
IMUNOLOGI
OLEH :
NUGROHO TRISTYANTO.S.Si., MM
Immunoassay
2
Sistem pemeriksaan yang
mempergunakan satu atau lebih
produk atau reagen imunologik
Prinsip dasar: ikatan antara molekul
imunoglobulin (Ab) dengan antigen
(Ag)
Hasil interaksi Ag – Ab (kompleks
imun) harus terlihat dan dapat diukur
Dasar
Reaksi Ag dengan Ab spesifik
Tujuan
Mendeteksi keberadaan Ag dalam serum
memakai Ab spesifik
Mendeteksi keberadaan Ab dalam serum
memakai Ag yang sesuai
4
 Manfaat
1. Menentukan status
imunitas
2. Memperkirakan
prevalensi penyakit
3. Mengetahui adanya
invasi mikroorganisme,
jika isolasi kuman tidak
dapat dilakukan
4. Menunjang diagnosis
penyakit
Macam :
1. Uji kualitatif hasil + / -
2. Uji kuantitatif hasil kadar
Pengenceran tertinggi hasil
+
(uji semikuantitatif)
Contoh :
 pengenceran 1 dalam 8: 1 vol
serum +7 vol pengencer: titer 1/ 8
sampel diencerkan 8 X
Bahan pemeriksaan
6
Serum, plasma, urin
Plasma hanya untuk pemeriksaan
tertentu saja.
Puasa: untuk metode aglutinasi.
Serum harus dihindarkan dari
hemolisis, lipemik & kontaminasi
bakteri (pengiriman < 2 jam)
Disimpan dalam
Suhu 2 – 8o
C : 48 jam
-20o
C s/d - 70o
C: > 48 jam
Diberi label
Teknik Pemeriksaan Imunoserologi
7
1. Imunopresipitasi
2. Aglutinasi, flokulasi
3. Fiksasi komplemen
4. Radioimmunoassay (RIA)
5. Enzyme immunoassay
(EIA) atau
Enzyme linked
immunosorbent assay
(ELISA)
6. Immunofluorescent (IF)
7. Immunochromatographic
technique (ICT)
Non
Labelli
ng
Labellin
g
Interaksi Antigen-Antibodi
Interaksi primer:
Pengikatan Ag-Ab tingkat molekuler
Memerlukan indikator/label (isotop, enzim,
floresen)
Sesuai utk pengukuran Ag/Ab dgn kadar
yg rendah
Interaksi sekunder:
Reaksi Ag-Ab bisa secara langsung atau
dgn bantuan komplemen
Prinsip dasar : reaksi presipitasi/ aglutinasi
Bila partikel Ag terikat latex atau eritrosit
→ aglutinasi
Primary immune phenomena
Secondary immune phenomena
+
Ag Ab
Kompleks Imun
IMUNOASSAI
NON LABEL
1. Imunopresipitasi
Interaksi sekunder → Ag-Ab komplek
tdk larut (presipitat)
Media : cair atau semisolid (gel)
Faktor yg mempengaruhi :
 Aviditas Ab → stabilitas komplek Ag-
Ab
 Suhu (optimal 0-37o
C)
 pH (netral = 6-7,5), pH < 6 ; >7,5 →
mudah disosiasi
 Molaritas (molaritas < 0,15 M) ;
>0,15 M → men-cegah presipitasi
Pembentukkan presipitat terjadi
apabila konsentrasi Ag dan Ab
seimbang (zona ekivalen = ZE)
Konsentrasi Ag berlebih →
Komplek Ag-Ab yg terbentuk larut
kembali disebut postzone effect
Konsentrasi Ab berlebih →
Komplek Ag-Ab yg terbentuk tetap
larut disebut prozone effect
ZE sempit → Ag bersifat mudah
larut
ZE lebar → Ag bersifat tdk mudah
larut, BM besar, & multikomponen
Ag
Imunopresipit
asi…
PRESIPITASIANTIGEN-ANTIBODI
Prozo
KONSENTRASI
ANTIGEN Postzone
Ekses
antibodi Seimbang
Ekses
antigen
2. Aglutinasi
Umumnya : Ag bentuk partikel + Ab
spesifik → Aglutinasi
Reaksi 2 tahap :
1. Ab dgn salah satu antigen binding site
(Fab) bereaksi dgn Ag
2. Fab yg lainnya berikatan dgn Ag lain yg
sudah berikatan dgn Ab gumpalan
(lattice)
Aglutinasi lebih mudah terjadi pada IgM
o/k pentamer dibanding IgA dan IgG
+Taha
p I
Ag Ab K.I
Aglutina
si
Tahap
II
Contoh-contoh pemeriksaan
aglutinasi
1. Aglutinasi direk
2. Aglutinasi indirek (pasif)
3. Aglutinasi pasif terbalik
4. Hambatan aglutinasi
3. Fiksasi komplemen
 Tahap :
1. Pengikatan sejumlah komplemen oleh
kompleks Ag – Ab
2. Penghancuran Eritrosit yg telah dilapisi
hemolisin oleh komplemen
 Interpretasi :
 tidak hemolisis
 hemolisis
 Contoh : Deteksi tripanosoma, virus
+
_
Tes Fiksasi
Komplemen
+
+
c
Ag
Ab
++
+
c
Ag
+
+
+
Fiksasi
komplemen
Eritrosit
Sistem hemolitik
Hemolisin tidak hemolisis?
Hemolisin
hemolisis
C - Komplemen
Eritrosit
 Imunoassai yang menggunakan indikator
utk melacak Ag atau Ab dengan
konsentrasi rendah
 Mampu melacak interaksi primer Ag-Ab
(initial binding)
 Sensitifitas analitik lebih tinggi dibanding
imunoassai non label
 Label yg digunakan :
 isotop : I125
, H3
, C14
 non isotop : enzim (ALP, HRP),
floresen (fluorescein, rhodamine),
kemiluminesen
 Selain uji kuantitatif, dpt digunakan pada
uji kualitatif (ANA tes, antitiroid Ab)
Imunoasai berlabel
Imunoassai Berlabel
Imunoassai berlabel homogen
Sinyal kadar analit diperoleh langsung dari
reaksi ikatan label dgn analit
Tidak memerlukan separasi Ag terikat dan
Ag bebas (B/F)
Imunoassai berlabel heterogen
Sinyal kadar analit diperoleh secara tdk
langsung
Memerlukan seperasi B/F
Lebih sensitif dibandingkan imunoassai
homogen
Imunoasai kompetitif
● Ab label dan analit direaksikan
sekaligus terhadap Ag
Imunoasai non kompetitif
● Ag analit yg diukur terikat antara Ab
phase solid & label Ab
● Lebih sensitif dibandingkan metode
kompetitif
Imunoasai Berlabel
1. Radioimunoassai (RIA/IRMA)
2. Imunofloresen (IF)
3. Enzyme Imunoassay
(EIA/ELISA)
4. Imunokromatografi (ICT)
1. Radioimunoasai
● Immunoassay berlabel radioisotop 
membedakan Ag yang terikat Ab dengan
Ag bebas.
● Sensitif & spesifik untuk ttk kadar bahan
yang amat rendah dalam serum
● Yang diukur : - γ-ray → I125
- β particle → H3
Radiolabel pada imunoassai dibagi 2
kelompok:
a.Radioimmunoassay (RIA): radiolabelisasi
pada Ag
b.Immunoradiometric Assay (IRMA):
radiolabelisasi pada Ab
● Kerugian:
 Bahaya efek radiasi bahan radioaktif
 Waktu paruh reagen singkat, γ dan β
counter mahal
● Keuntungan:
 Presisi baik and high sensitivity
 Isotope conjugation lebih mudah
 Signal detection tanpa optimalisasi
 Lebih stabil terhadap interferensi
environment (pH, suhu)
Prinsip dasar RIA
+
E
E
+
E
E
E
E E
E
Radiaton
counter
cuci
Ab pd fase
padat
Ag
berlab
el
Ag
2. Imunofloresen assay (IFA)
 Merupakan teknik untuk deteksi Ag/Ab
pada cairan tubuh atau jaringan/sel
 Prinsip :
Molekul yg mampu menyerap energi
radiasi dan memancarkannya kembali
dlm btk cahaya (floresensi)
 Memerlukan alat fluorometer/mikroskop
 Menggunakan label:
• Fluorescein → warna hijau
• Rhodamin → warna merah
Imunofloresen assay
Enzyme immunoassay
Immunoassay dengan menggunakan
label enzim
Relatif murah, banyak tersedia,
reagen bertahan lama, mudah
diotomatisasi, peralatan yang relatif
murah
Enzim yang digunakan dipilih
berdasakan jumlah molekul substrat
yang dapat dirubah per satu molekul
enzim, mudah dan cepat mendeteksi
serta stabil.
Dibaca dengan alat :
Spektrofotometer ( λ = 492 m) →
microELISA reader
Fluorometer/Luminometer
 Kerugian:
 Reaksi enzim lebih kompleks dari pada
label isotop
 Masih dipengaruhi faktor environment
(plasma constituents)
 Keuntungan:
 Mudah dikerjakan
 Relatif murah, simultan dgn
pemeriksaan yg lain
 Bahaya radioaktif (-)
One-step sandwich EIA
Imunokromatografi
Imunokromatografi
 Lateral flow test
 Membacanya cukup dgn mata saja
 Tidak membutuhkan substrat
 Penggunaan colloidal gold waktu
inkubasi pendek (<15 menit)
Kerugian :
 Nitrocelulose membrane tdk stabil
pada suhu ↑
Keuntungan :
 Prosedur cepat (<15 menit) dan
praktis
 Nilai diagnostik baik
 Stabil untuk jangka panjang
 Relatif tidak mahal
Prinsip dasar ICT
A. Melacak Analit (Ag)
a. Reaksi langsung (Double Antibody
Sandwich)/Asai Imunometrik  untuk
melacak analit yang besar dan memiliki
> 1 epitop (LH,hCG dan HIV)
b. Reaksi kompetitif/Hambatan kompetitif
(competitive Inhibition)  untuk
melacak molekul kecil dengan epitop
tunggal
B. Melacak Ab  Indirect Assay

Más contenido relacionado

La actualidad más candente

Verifikasi dan Validasi Metode Pemeriksaan Laboratorium Klinik Bagian 1
Verifikasi dan Validasi Metode Pemeriksaan Laboratorium Klinik Bagian 1Verifikasi dan Validasi Metode Pemeriksaan Laboratorium Klinik Bagian 1
Verifikasi dan Validasi Metode Pemeriksaan Laboratorium Klinik Bagian 1Suryanata Kesuma
 
Pengantar Sistem Informasi Laboratorium
Pengantar Sistem Informasi LaboratoriumPengantar Sistem Informasi Laboratorium
Pengantar Sistem Informasi LaboratoriumSetya Wijayanta
 
Isi atlas sedimen urin
Isi atlas sedimen urinIsi atlas sedimen urin
Isi atlas sedimen urinMita Yurike
 
Pemeriksaan faeses
Pemeriksaan faesesPemeriksaan faeses
Pemeriksaan faesesAmat Rajasa
 
Imunologi dasar bag.1
Imunologi dasar bag.1Imunologi dasar bag.1
Imunologi dasar bag.1tristyanto
 
Pewarnaan histokimia
Pewarnaan histokimiaPewarnaan histokimia
Pewarnaan histokimiaIrwin Septian
 
Pemeriksaan hematologi (darah rutin)
Pemeriksaan hematologi (darah rutin)Pemeriksaan hematologi (darah rutin)
Pemeriksaan hematologi (darah rutin)Rolly Scavengers
 
Pemeriksaan Tinja : Parasit Cacing
 Pemeriksaan Tinja : Parasit Cacing  Pemeriksaan Tinja : Parasit Cacing
Pemeriksaan Tinja : Parasit Cacing pjj_kemenkes
 
Reaksi imun terhadap infeksi bakteri dan parasit
Reaksi imun terhadap infeksi bakteri dan parasitReaksi imun terhadap infeksi bakteri dan parasit
Reaksi imun terhadap infeksi bakteri dan parasitSurya Seftiawan Pratama
 
Laporan pemeriksaan urine
Laporan pemeriksaan urineLaporan pemeriksaan urine
Laporan pemeriksaan urineSantos Tos
 
Pra analitik laboratorium
Pra analitik laboratoriumPra analitik laboratorium
Pra analitik laboratoriumIceteacassie
 
Fajar quality control urinalysis
Fajar quality control urinalysisFajar quality control urinalysis
Fajar quality control urinalysispdspatklinsby
 
Pemeriksaan hematologi
Pemeriksaan hematologi Pemeriksaan hematologi
Pemeriksaan hematologi fikri asyura
 

La actualidad más candente (20)

Verifikasi dan Validasi Metode Pemeriksaan Laboratorium Klinik Bagian 1
Verifikasi dan Validasi Metode Pemeriksaan Laboratorium Klinik Bagian 1Verifikasi dan Validasi Metode Pemeriksaan Laboratorium Klinik Bagian 1
Verifikasi dan Validasi Metode Pemeriksaan Laboratorium Klinik Bagian 1
 
LED (Laju Endap Darah)
LED (Laju Endap Darah)LED (Laju Endap Darah)
LED (Laju Endap Darah)
 
Pengantar Sistem Informasi Laboratorium
Pengantar Sistem Informasi LaboratoriumPengantar Sistem Informasi Laboratorium
Pengantar Sistem Informasi Laboratorium
 
Isi atlas sedimen urin
Isi atlas sedimen urinIsi atlas sedimen urin
Isi atlas sedimen urin
 
Pemeriksaan faeses
Pemeriksaan faesesPemeriksaan faeses
Pemeriksaan faeses
 
Imunologi dasar bag.1
Imunologi dasar bag.1Imunologi dasar bag.1
Imunologi dasar bag.1
 
Pewarnaan histokimia
Pewarnaan histokimiaPewarnaan histokimia
Pewarnaan histokimia
 
makalah fotometer
makalah fotometermakalah fotometer
makalah fotometer
 
Sistem komplemen
Sistem komplemenSistem komplemen
Sistem komplemen
 
MAKALAH UJI WIDAL
MAKALAH UJI WIDALMAKALAH UJI WIDAL
MAKALAH UJI WIDAL
 
Leukosit 2
Leukosit 2Leukosit 2
Leukosit 2
 
Pemeriksaan hematologi (darah rutin)
Pemeriksaan hematologi (darah rutin)Pemeriksaan hematologi (darah rutin)
Pemeriksaan hematologi (darah rutin)
 
Pemeriksaan Tinja : Parasit Cacing
 Pemeriksaan Tinja : Parasit Cacing  Pemeriksaan Tinja : Parasit Cacing
Pemeriksaan Tinja : Parasit Cacing
 
Pewarnaan BTA/BTTA
Pewarnaan BTA/BTTA Pewarnaan BTA/BTTA
Pewarnaan BTA/BTTA
 
Reaksi imun terhadap infeksi bakteri dan parasit
Reaksi imun terhadap infeksi bakteri dan parasitReaksi imun terhadap infeksi bakteri dan parasit
Reaksi imun terhadap infeksi bakteri dan parasit
 
Pengantar imunoasai
Pengantar imunoasaiPengantar imunoasai
Pengantar imunoasai
 
Laporan pemeriksaan urine
Laporan pemeriksaan urineLaporan pemeriksaan urine
Laporan pemeriksaan urine
 
Pra analitik laboratorium
Pra analitik laboratoriumPra analitik laboratorium
Pra analitik laboratorium
 
Fajar quality control urinalysis
Fajar quality control urinalysisFajar quality control urinalysis
Fajar quality control urinalysis
 
Pemeriksaan hematologi
Pemeriksaan hematologi Pemeriksaan hematologi
Pemeriksaan hematologi
 

Destacado

Destacado (19)

Pengkajian pada sistem IMUN DAN HEMATOLOGI
Pengkajian pada sistem IMUN DAN HEMATOLOGIPengkajian pada sistem IMUN DAN HEMATOLOGI
Pengkajian pada sistem IMUN DAN HEMATOLOGI
 
Widal test
Widal testWidal test
Widal test
 
Penyakit auto imun bag.8
Penyakit auto imun bag.8Penyakit auto imun bag.8
Penyakit auto imun bag.8
 
Kimia klinik jurnal 2
Kimia klinik jurnal 2Kimia klinik jurnal 2
Kimia klinik jurnal 2
 
Radioimmunoassay (ria)
Radioimmunoassay (ria)Radioimmunoassay (ria)
Radioimmunoassay (ria)
 
Pengkajian pada sistem imun
Pengkajian pada sistem imun Pengkajian pada sistem imun
Pengkajian pada sistem imun
 
elektroforesis gel
elektroforesis gelelektroforesis gel
elektroforesis gel
 
Ti11
Ti11Ti11
Ti11
 
Ti9
Ti9Ti9
Ti9
 
Kimia klinik referat 2
Kimia klinik referat 2Kimia klinik referat 2
Kimia klinik referat 2
 
Tibaru13
Tibaru13Tibaru13
Tibaru13
 
Tibaru15
Tibaru15Tibaru15
Tibaru15
 
Belibis a17 demam_tifoid
Belibis a17 demam_tifoidBelibis a17 demam_tifoid
Belibis a17 demam_tifoid
 
Kelompok 8 Kimia B ( Elektroforesis)
Kelompok 8 Kimia B ( Elektroforesis)Kelompok 8 Kimia B ( Elektroforesis)
Kelompok 8 Kimia B ( Elektroforesis)
 
Ppt sistem imun
Ppt sistem imunPpt sistem imun
Ppt sistem imun
 
PPT SIstem Imunitas / Sistem Kekebalan Tubuh
PPT SIstem Imunitas / Sistem Kekebalan TubuhPPT SIstem Imunitas / Sistem Kekebalan Tubuh
PPT SIstem Imunitas / Sistem Kekebalan Tubuh
 
Typhoid Fever
Typhoid FeverTyphoid Fever
Typhoid Fever
 
Rubell ppt
Rubell pptRubell ppt
Rubell ppt
 
Typhoid fever ppt
Typhoid fever pptTyphoid fever ppt
Typhoid fever ppt
 

Similar a Pemeriksan laboratorium imunologi

Tpibaru7
Tpibaru7Tpibaru7
Tpibaru7andreei
 
EbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbLISA_IRA-62909435[2].pptx
EbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbLISA_IRA-62909435[2].pptxEbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbLISA_IRA-62909435[2].pptx
EbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbLISA_IRA-62909435[2].pptxTetiPuspitasari1
 
Teknik-Dasar-ELISA-dan-Aplikasinya-untuk-Deteksi-Pathogen.pptx
Teknik-Dasar-ELISA-dan-Aplikasinya-untuk-Deteksi-Pathogen.pptxTeknik-Dasar-ELISA-dan-Aplikasinya-untuk-Deteksi-Pathogen.pptx
Teknik-Dasar-ELISA-dan-Aplikasinya-untuk-Deteksi-Pathogen.pptxandinovriani1
 
_ELISA-WPS Office.pptx
_ELISA-WPS Office.pptx_ELISA-WPS Office.pptx
_ELISA-WPS Office.pptxJiah20
 
Makalah pembuatan antiseptik
Makalah pembuatan antiseptikMakalah pembuatan antiseptik
Makalah pembuatan antiseptikShinta Prama
 
BUKU PENUNTUN PRAKTIKUM IMUNOSEROLOGI II (1).pdf
BUKU PENUNTUN PRAKTIKUM IMUNOSEROLOGI II (1).pdfBUKU PENUNTUN PRAKTIKUM IMUNOSEROLOGI II (1).pdf
BUKU PENUNTUN PRAKTIKUM IMUNOSEROLOGI II (1).pdfDdokebi18
 
Tibaru11
Tibaru11Tibaru11
Tibaru11andreei
 
Tibaru11
Tibaru11Tibaru11
Tibaru11andreei
 
Biomarker dalam epidemiologi lingkungan
Biomarker dalam epidemiologi lingkunganBiomarker dalam epidemiologi lingkungan
Biomarker dalam epidemiologi lingkunganArief Muhammad
 
Anti gen anti body
Anti gen   anti bodyAnti gen   anti body
Anti gen anti bodyPetrus Laba
 

Similar a Pemeriksan laboratorium imunologi (20)

11622916.ppt
11622916.ppt11622916.ppt
11622916.ppt
 
11622916.ppt
11622916.ppt11622916.ppt
11622916.ppt
 
Ti6
Ti6Ti6
Ti6
 
Tpibaru7
Tpibaru7Tpibaru7
Tpibaru7
 
EbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbLISA_IRA-62909435[2].pptx
EbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbLISA_IRA-62909435[2].pptxEbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbLISA_IRA-62909435[2].pptx
EbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbLISA_IRA-62909435[2].pptx
 
Tugas elisa gandi
Tugas elisa gandiTugas elisa gandi
Tugas elisa gandi
 
Teknik-Dasar-ELISA-dan-Aplikasinya-untuk-Deteksi-Pathogen.pptx
Teknik-Dasar-ELISA-dan-Aplikasinya-untuk-Deteksi-Pathogen.pptxTeknik-Dasar-ELISA-dan-Aplikasinya-untuk-Deteksi-Pathogen.pptx
Teknik-Dasar-ELISA-dan-Aplikasinya-untuk-Deteksi-Pathogen.pptx
 
_ELISA-WPS Office.pptx
_ELISA-WPS Office.pptx_ELISA-WPS Office.pptx
_ELISA-WPS Office.pptx
 
ELISA DAN RIA.pptx
ELISA DAN RIA.pptxELISA DAN RIA.pptx
ELISA DAN RIA.pptx
 
Makalah pembuatan antiseptik
Makalah pembuatan antiseptikMakalah pembuatan antiseptik
Makalah pembuatan antiseptik
 
BUKU PENUNTUN PRAKTIKUM IMUNOSEROLOGI II (1).pdf
BUKU PENUNTUN PRAKTIKUM IMUNOSEROLOGI II (1).pdfBUKU PENUNTUN PRAKTIKUM IMUNOSEROLOGI II (1).pdf
BUKU PENUNTUN PRAKTIKUM IMUNOSEROLOGI II (1).pdf
 
PERMUKAAN SEL
PERMUKAAN SELPERMUKAAN SEL
PERMUKAAN SEL
 
Tibaru11
Tibaru11Tibaru11
Tibaru11
 
Tibaru11
Tibaru11Tibaru11
Tibaru11
 
Biomarker dalam epidemiologi lingkungan
Biomarker dalam epidemiologi lingkunganBiomarker dalam epidemiologi lingkungan
Biomarker dalam epidemiologi lingkungan
 
Immunoassay
ImmunoassayImmunoassay
Immunoassay
 
Pemeriksaan hiv
Pemeriksaan hivPemeriksaan hiv
Pemeriksaan hiv
 
Antibody mikro
Antibody   mikroAntibody   mikro
Antibody mikro
 
Immunologi i
Immunologi iImmunologi i
Immunologi i
 
Anti gen anti body
Anti gen   anti bodyAnti gen   anti body
Anti gen anti body
 

Más de tristyanto

Respon imun pada infeksi bag.3
Respon imun pada infeksi bag.3Respon imun pada infeksi bag.3
Respon imun pada infeksi bag.3tristyanto
 
Prinsip pencegahan infeksi bag.6
Prinsip pencegahan infeksi bag.6Prinsip pencegahan infeksi bag.6
Prinsip pencegahan infeksi bag.6tristyanto
 
Konsep penyebab penyakit bag.7
Konsep penyebab penyakit bag.7Konsep penyebab penyakit bag.7
Konsep penyebab penyakit bag.7tristyanto
 
Imunologi tumor bag.9
Imunologi tumor bag.9Imunologi tumor bag.9
Imunologi tumor bag.9tristyanto
 
Imunologi kanker
Imunologi kankerImunologi kanker
Imunologi kankertristyanto
 
Autoimunitas power point
Autoimunitas power pointAutoimunitas power point
Autoimunitas power pointtristyanto
 
Respon imun pd penyakit menular bag.2
Respon imun pd penyakit menular bag.2Respon imun pd penyakit menular bag.2
Respon imun pd penyakit menular bag.2tristyanto
 
Virus hepatitis dan penyebab gangguan syaraf. bag.9
Virus hepatitis dan penyebab gangguan syaraf. bag.9Virus hepatitis dan penyebab gangguan syaraf. bag.9
Virus hepatitis dan penyebab gangguan syaraf. bag.9tristyanto
 
Virus hepatitis b
Virus hepatitis bVirus hepatitis b
Virus hepatitis btristyanto
 
Virus flu burung.bag 15
Virus flu burung.bag 15Virus flu burung.bag 15
Virus flu burung.bag 15tristyanto
 
Virus dbd. bag.16
Virus  dbd.  bag.16Virus  dbd.  bag.16
Virus dbd. bag.16tristyanto
 
Virologi. bag 1
Virologi.  bag 1Virologi.  bag 1
Virologi. bag 1tristyanto
 
Sifilis. bag. 13
Sifilis. bag. 13Sifilis. bag. 13
Sifilis. bag. 13tristyanto
 
Sars dan-mers-cov power point
Sars dan-mers-cov power pointSars dan-mers-cov power point
Sars dan-mers-cov power pointtristyanto
 
Reproduksi virus. bag.2
Reproduksi virus.  bag.2Reproduksi virus.  bag.2
Reproduksi virus. bag.2tristyanto
 
Persiapan pengambilan spesimen.bag.4
Persiapan pengambilan spesimen.bag.4Persiapan pengambilan spesimen.bag.4
Persiapan pengambilan spesimen.bag.4tristyanto
 
Penyakit viral bag.7
Penyakit viral bag.7Penyakit viral bag.7
Penyakit viral bag.7tristyanto
 
Infeksi nosokomial. bag.8
Infeksi nosokomial. bag.8Infeksi nosokomial. bag.8
Infeksi nosokomial. bag.8tristyanto
 

Más de tristyanto (20)

Judul
JudulJudul
Judul
 
Respon imun pada infeksi bag.3
Respon imun pada infeksi bag.3Respon imun pada infeksi bag.3
Respon imun pada infeksi bag.3
 
Prinsip pencegahan infeksi bag.6
Prinsip pencegahan infeksi bag.6Prinsip pencegahan infeksi bag.6
Prinsip pencegahan infeksi bag.6
 
Konsep penyebab penyakit bag.7
Konsep penyebab penyakit bag.7Konsep penyebab penyakit bag.7
Konsep penyebab penyakit bag.7
 
Imunologi tumor bag.9
Imunologi tumor bag.9Imunologi tumor bag.9
Imunologi tumor bag.9
 
Imunologi kanker
Imunologi kankerImunologi kanker
Imunologi kanker
 
Autoimunitas power point
Autoimunitas power pointAutoimunitas power point
Autoimunitas power point
 
Respon imun pd penyakit menular bag.2
Respon imun pd penyakit menular bag.2Respon imun pd penyakit menular bag.2
Respon imun pd penyakit menular bag.2
 
Virus hepatitis dan penyebab gangguan syaraf. bag.9
Virus hepatitis dan penyebab gangguan syaraf. bag.9Virus hepatitis dan penyebab gangguan syaraf. bag.9
Virus hepatitis dan penyebab gangguan syaraf. bag.9
 
Virus hepatitis b
Virus hepatitis bVirus hepatitis b
Virus hepatitis b
 
Virus flu burung.bag 15
Virus flu burung.bag 15Virus flu burung.bag 15
Virus flu burung.bag 15
 
Virus dbd. bag.16
Virus  dbd.  bag.16Virus  dbd.  bag.16
Virus dbd. bag.16
 
Virologi. bag 1
Virologi.  bag 1Virologi.  bag 1
Virologi. bag 1
 
Sifilis. bag. 13
Sifilis. bag. 13Sifilis. bag. 13
Sifilis. bag. 13
 
Sars dan-mers-cov power point
Sars dan-mers-cov power pointSars dan-mers-cov power point
Sars dan-mers-cov power point
 
Sars bag.14
Sars bag.14Sars bag.14
Sars bag.14
 
Reproduksi virus. bag.2
Reproduksi virus.  bag.2Reproduksi virus.  bag.2
Reproduksi virus. bag.2
 
Persiapan pengambilan spesimen.bag.4
Persiapan pengambilan spesimen.bag.4Persiapan pengambilan spesimen.bag.4
Persiapan pengambilan spesimen.bag.4
 
Penyakit viral bag.7
Penyakit viral bag.7Penyakit viral bag.7
Penyakit viral bag.7
 
Infeksi nosokomial. bag.8
Infeksi nosokomial. bag.8Infeksi nosokomial. bag.8
Infeksi nosokomial. bag.8
 

Pemeriksan laboratorium imunologi

  • 2. Immunoassay 2 Sistem pemeriksaan yang mempergunakan satu atau lebih produk atau reagen imunologik Prinsip dasar: ikatan antara molekul imunoglobulin (Ab) dengan antigen (Ag) Hasil interaksi Ag – Ab (kompleks imun) harus terlihat dan dapat diukur
  • 3. Dasar Reaksi Ag dengan Ab spesifik Tujuan Mendeteksi keberadaan Ag dalam serum memakai Ab spesifik Mendeteksi keberadaan Ab dalam serum memakai Ag yang sesuai
  • 4. 4  Manfaat 1. Menentukan status imunitas 2. Memperkirakan prevalensi penyakit 3. Mengetahui adanya invasi mikroorganisme, jika isolasi kuman tidak dapat dilakukan 4. Menunjang diagnosis penyakit
  • 5. Macam : 1. Uji kualitatif hasil + / - 2. Uji kuantitatif hasil kadar Pengenceran tertinggi hasil + (uji semikuantitatif) Contoh :  pengenceran 1 dalam 8: 1 vol serum +7 vol pengencer: titer 1/ 8 sampel diencerkan 8 X
  • 6. Bahan pemeriksaan 6 Serum, plasma, urin Plasma hanya untuk pemeriksaan tertentu saja. Puasa: untuk metode aglutinasi. Serum harus dihindarkan dari hemolisis, lipemik & kontaminasi bakteri (pengiriman < 2 jam) Disimpan dalam Suhu 2 – 8o C : 48 jam -20o C s/d - 70o C: > 48 jam Diberi label
  • 7. Teknik Pemeriksaan Imunoserologi 7 1. Imunopresipitasi 2. Aglutinasi, flokulasi 3. Fiksasi komplemen 4. Radioimmunoassay (RIA) 5. Enzyme immunoassay (EIA) atau Enzyme linked immunosorbent assay (ELISA) 6. Immunofluorescent (IF) 7. Immunochromatographic technique (ICT) Non Labelli ng Labellin g
  • 8. Interaksi Antigen-Antibodi Interaksi primer: Pengikatan Ag-Ab tingkat molekuler Memerlukan indikator/label (isotop, enzim, floresen) Sesuai utk pengukuran Ag/Ab dgn kadar yg rendah Interaksi sekunder: Reaksi Ag-Ab bisa secara langsung atau dgn bantuan komplemen Prinsip dasar : reaksi presipitasi/ aglutinasi Bila partikel Ag terikat latex atau eritrosit → aglutinasi
  • 9. Primary immune phenomena Secondary immune phenomena + Ag Ab Kompleks Imun
  • 11. 1. Imunopresipitasi Interaksi sekunder → Ag-Ab komplek tdk larut (presipitat) Media : cair atau semisolid (gel) Faktor yg mempengaruhi :  Aviditas Ab → stabilitas komplek Ag- Ab  Suhu (optimal 0-37o C)  pH (netral = 6-7,5), pH < 6 ; >7,5 → mudah disosiasi  Molaritas (molaritas < 0,15 M) ; >0,15 M → men-cegah presipitasi
  • 12. Pembentukkan presipitat terjadi apabila konsentrasi Ag dan Ab seimbang (zona ekivalen = ZE) Konsentrasi Ag berlebih → Komplek Ag-Ab yg terbentuk larut kembali disebut postzone effect Konsentrasi Ab berlebih → Komplek Ag-Ab yg terbentuk tetap larut disebut prozone effect ZE sempit → Ag bersifat mudah larut ZE lebar → Ag bersifat tdk mudah larut, BM besar, & multikomponen Ag Imunopresipit asi…
  • 14. 2. Aglutinasi Umumnya : Ag bentuk partikel + Ab spesifik → Aglutinasi Reaksi 2 tahap : 1. Ab dgn salah satu antigen binding site (Fab) bereaksi dgn Ag 2. Fab yg lainnya berikatan dgn Ag lain yg sudah berikatan dgn Ab gumpalan (lattice) Aglutinasi lebih mudah terjadi pada IgM o/k pentamer dibanding IgA dan IgG
  • 15. +Taha p I Ag Ab K.I Aglutina si Tahap II
  • 16. Contoh-contoh pemeriksaan aglutinasi 1. Aglutinasi direk 2. Aglutinasi indirek (pasif) 3. Aglutinasi pasif terbalik 4. Hambatan aglutinasi
  • 17. 3. Fiksasi komplemen  Tahap : 1. Pengikatan sejumlah komplemen oleh kompleks Ag – Ab 2. Penghancuran Eritrosit yg telah dilapisi hemolisin oleh komplemen  Interpretasi :  tidak hemolisis  hemolisis  Contoh : Deteksi tripanosoma, virus + _
  • 19.  Imunoassai yang menggunakan indikator utk melacak Ag atau Ab dengan konsentrasi rendah  Mampu melacak interaksi primer Ag-Ab (initial binding)  Sensitifitas analitik lebih tinggi dibanding imunoassai non label  Label yg digunakan :  isotop : I125 , H3 , C14  non isotop : enzim (ALP, HRP), floresen (fluorescein, rhodamine), kemiluminesen  Selain uji kuantitatif, dpt digunakan pada uji kualitatif (ANA tes, antitiroid Ab) Imunoasai berlabel
  • 20. Imunoassai Berlabel Imunoassai berlabel homogen Sinyal kadar analit diperoleh langsung dari reaksi ikatan label dgn analit Tidak memerlukan separasi Ag terikat dan Ag bebas (B/F) Imunoassai berlabel heterogen Sinyal kadar analit diperoleh secara tdk langsung Memerlukan seperasi B/F Lebih sensitif dibandingkan imunoassai homogen
  • 21. Imunoasai kompetitif ● Ab label dan analit direaksikan sekaligus terhadap Ag Imunoasai non kompetitif ● Ag analit yg diukur terikat antara Ab phase solid & label Ab ● Lebih sensitif dibandingkan metode kompetitif
  • 22. Imunoasai Berlabel 1. Radioimunoassai (RIA/IRMA) 2. Imunofloresen (IF) 3. Enzyme Imunoassay (EIA/ELISA) 4. Imunokromatografi (ICT)
  • 23. 1. Radioimunoasai ● Immunoassay berlabel radioisotop  membedakan Ag yang terikat Ab dengan Ag bebas. ● Sensitif & spesifik untuk ttk kadar bahan yang amat rendah dalam serum ● Yang diukur : - γ-ray → I125 - β particle → H3 Radiolabel pada imunoassai dibagi 2 kelompok: a.Radioimmunoassay (RIA): radiolabelisasi pada Ag b.Immunoradiometric Assay (IRMA): radiolabelisasi pada Ab
  • 24. ● Kerugian:  Bahaya efek radiasi bahan radioaktif  Waktu paruh reagen singkat, γ dan β counter mahal ● Keuntungan:  Presisi baik and high sensitivity  Isotope conjugation lebih mudah  Signal detection tanpa optimalisasi  Lebih stabil terhadap interferensi environment (pH, suhu)
  • 25. Prinsip dasar RIA + E E + E E E E E E Radiaton counter cuci Ab pd fase padat Ag berlab el Ag
  • 26. 2. Imunofloresen assay (IFA)  Merupakan teknik untuk deteksi Ag/Ab pada cairan tubuh atau jaringan/sel  Prinsip : Molekul yg mampu menyerap energi radiasi dan memancarkannya kembali dlm btk cahaya (floresensi)  Memerlukan alat fluorometer/mikroskop  Menggunakan label: • Fluorescein → warna hijau • Rhodamin → warna merah
  • 28. Enzyme immunoassay Immunoassay dengan menggunakan label enzim Relatif murah, banyak tersedia, reagen bertahan lama, mudah diotomatisasi, peralatan yang relatif murah Enzim yang digunakan dipilih berdasakan jumlah molekul substrat yang dapat dirubah per satu molekul enzim, mudah dan cepat mendeteksi serta stabil. Dibaca dengan alat : Spektrofotometer ( λ = 492 m) → microELISA reader Fluorometer/Luminometer
  • 29.  Kerugian:  Reaksi enzim lebih kompleks dari pada label isotop  Masih dipengaruhi faktor environment (plasma constituents)  Keuntungan:  Mudah dikerjakan  Relatif murah, simultan dgn pemeriksaan yg lain  Bahaya radioaktif (-)
  • 31. Imunokromatografi Imunokromatografi  Lateral flow test  Membacanya cukup dgn mata saja  Tidak membutuhkan substrat  Penggunaan colloidal gold waktu inkubasi pendek (<15 menit) Kerugian :  Nitrocelulose membrane tdk stabil pada suhu ↑ Keuntungan :  Prosedur cepat (<15 menit) dan praktis  Nilai diagnostik baik  Stabil untuk jangka panjang  Relatif tidak mahal
  • 32. Prinsip dasar ICT A. Melacak Analit (Ag) a. Reaksi langsung (Double Antibody Sandwich)/Asai Imunometrik  untuk melacak analit yang besar dan memiliki > 1 epitop (LH,hCG dan HIV) b. Reaksi kompetitif/Hambatan kompetitif (competitive Inhibition)  untuk melacak molekul kecil dengan epitop tunggal B. Melacak Ab  Indirect Assay