1. Dokumen tersebut membahas model Villagepreneurship (VP) untuk mendorong inovasi di desa, termasuk inovasi gagasan, produk, dan metode pemasaran.
2. Model VP dimulai dari ideasi berdasarkan potensi desa, dilanjutkan dengan tahap produksi, pemasaran, dan pendampingan.
3. Dokumen tersebut menyoroti pentingnya kolaborasi antarstakeholder dan sinergi untuk mengembangkan potensi desa menjadi keung
5. Tujuan VP
Mendorong penguatan inovasi di
desa pada 3 aspek: 1) Inovasi
Gagasan/Konseptual, 2) Inovasi
Produk, serta 3) Inovasi Metode
(pemasaran).
Memperkuat kapasitas personal
dan kelembagaan Bumdes melalui
pelatihan & pendampingan.
Meningkatkan nilai tambah potensi
desa agar dapat memberi efek
kesejahteraan yang lebih baik bagi
warga desa.
12. Komitmen Bersama? YESS .. !!
BUMDes
Pelaku Usaha/UMKM
Kementerian/Lembaga
Pemerintah Daerah
Swasta/BUMN
13. BUMDesa Tirta Mandiri, Ponggok Klaten, Jawa Tengah
o Dianugerahi 174 sumber mata air.
o Sampai 2001, tergolong desa miskin dengan
pendapatan 14 juta/thn.
o Tahun 2002 berdiri perusahaan AQUA, yg
memberi sharing Rp 1/liter Rp 200/thn
antara 2002-2008.
o 2009 berdiri BUMDes yg mengembangkan
parisisata berbasis air berkembang di sektor
lain (fotografi, kuliner, dll).
o 2015 pendapatan BUMDesa mencapai Rp 6,2
milyar/thn.
o Perbaikan layanan publik: BPJS dibayar Desa;
bantuan lauk pauk Rp 300 ribu/bulan untuk
lansia, dll.
Sumber: Kementerian Desa PDTT, Menuju Desa Mandiri, 2016
Memotivasi dengan Kisah Sukses
17. Hasil pemetaan
1. Potensi yang dapat dikembangkan adalah wisata,
diversifikasi produk turunan pohon aren dan ikan
2. Akses menuju desa cukup sulit karena kondisi jalan yang
tidak bagus.
3. Kegiatan usaha BUMDes dan UMKM masih belum
berkembang.
4. Pengelolaan objek wisata Gunung Parang dan Gunung
Bongkok masih dilakukan secara perorangan dan belum
mendapat perhatian serius dari Pemerintah Daerah
(belum memiliki Kompepar / Pokdarwis).
5. Dan seterusnya …
18. Obyek Wisata Desa Sajuta Batu
POTENSI DESA
PASANGGRAHAN
Desa Sajuta Batu merupakan objek wisata yang menyajikan
beragam spot menarik dan kebudayaan lokal. Mulai dari wisata
rekreasi, kuliner, budaya sampai minat tersedia di sana.
Dinamakan demikian karena terdapat banyak batuan alam,
dari yang kecil hingga gunung andesit setinggi 900 mdpl
19. Ide & Rencana Usaha
1. Pemasaran Wisata:
• Membentuk Kelembagaan Pengelola Wisata (Pokdarwis/
Kompepar).
• Ecotourism: Suatu bentuk perjalanan wisata ke area alami yang
dilakukan dengan tujuan mengkonservasi lingkungan dan
melestarikan kehidupan dan kesejahteraan penduduk setempat.
• Adrenalin junkie: spot utamanya adalah kawasan Gunung Parang
dan Gunung Bongkok.
2. Pengembangan proses produksi UMKM: dengan memberikan nilai lebih pada hasil produk aren
(inovasi produk), misalnya:
Pohon Aren : Gula aren cetakan, gula cair, gula cair, gula semut, kecap nira aren, sari kolang-
kaling, selai kolang-kaling, dodol , kolang kaling, bandrek instan, kerupuk kolang-kaling.
Ikan: Abon, ikan asin, ikan asap, nugget, bakso.
21. Kolaborasi Tahap Produksi
• Konsep tahap produk dan koordinasi dengan
stakeholders
LAN
• Penggunaan TTG dalam pembuatan produk gula semut,
kerupuk kolang kaling, abon ikan nila dan ikan asin
LIPI
• Pendamping kegiatan produk unggulan desaDinas PMD
• Budidaya pohon arenDinas Pangan dan Pertanian
• Ijin Industri Rumah TanggaDinas Kesehatan
• Pendamping kegiatan produk unggulan desaPendamping
• Legalitas Pembentukan Kelompok UsahaAparat Desa, BUMDes
22. Monev hasil produksi
Kualitas gula semut yang dihasilkan oleh masyarakat
belum memenuhi standar dan tidak seragam.
Dalam produksi kerupuk kolang kaling masyarakat
mencoba berinovasi untuk mengatasi adonan yang
lengket saat dikukus dengan menggunakan daun
pisang namun justru mempengaruhi hasil produksi
(warna kerupuk lebih gelap).
Abon ikan yang dihasilkan belum memenuhi standar
rasa (terlalu asin).
Secara umum pengemasan produk masih belum bisa
masuk ke pasar.
Ukuran produk belum menggunakan timbangan
terstandar.
23. Tahap 3: Marketing
Pameran ketahanan pangan yang
diselenggarakan oleh Dinas Pertanian
Jabar Expo 2019
Mouth to mouth
marketing;
direct selling;
dan Sosmed
promotion
25. Follow-up pasca pendampingan
Desa Pesanggrahan dan Desa Sukamulya
mendapatkan bantuan peralatan UMKM dari
Diskopperindag Kabupaten Purwakarta untuk
pengembangan produksi.
Saat ini melalui pendamping Kab Purwakarta,
sedang diinisiasi pembuatan proposal untuk
mendapatkan pendanaan dari Kementerian
Pariwisata yang ditujukan untuk pengembangan
pariwisata Desa Sukamulya dan Desa
Pesanggrahan
26. Lessons Learned
Creativity is the only currency dalam iklim persaingan yang semakin ketat.
Masyarakat desa membutuhkan ide kreatif untuk mengelola potensi desanya.
Sebesar apapun potensi desa, tanpa adanya kreativitas dan inovasi, tidak akan
memberi nilai tambah bagi kemajuan desa tersebut.
Alone we can do so little. Together we can do anything. Sinergi dan kolaborasi
adalah sebuah keniscayaan untuk mentransformasikan keunggulan komparatif
desa menjadi keunggulan kompetitif. Ibarat semen, pasir, dan kerakal, mereka
tidak akan menjadi beton yang kokoh jika tidak melebur menjadi satu. Banyak
program pendampingan desa yang gagal karena sifatnya yang parsial dan
terfragmentasi, sehingga tidak menghasilkan efek kohesi yang dahsyat bagi
desa.
Making the impossible possible itu sebenarnya bukanlah hal yang sulit, asal
ada kemauan untuk belajar, optimisme ditengah beragam keterbatasan, serta
determinasi untuk merealisasikan mimpi-mimpi membangun desa.
Everything seems impossible until it’s done. Think big, act small, do it now.
Langkah sebesar apapun selalu dimulai dari hal yang kecil. Jangan lihat capaian
saat ini yang terkesan belum “wow”, tapi coba bandingkan dengan kondisi
sebelumnya dan perhatikan bahwa perubahan itu telah nyata terjadi. Tinggal
yang dibutuhkan adalah konsistensi untuk merawat komitmen melanjutkan
perubahan, sehingga dari yang kecil akan bisa di-scaling-up menjadi lebih besar.
27. Penutup
BUMDes dan UMKM sebagai pelaku ekonomi desa perlu
bersatu dalam membangun desa dengan memanfaatkan
potensi yang ada untuk kesejahteraan masyarakat;
Perlu dibangun pelembagaan yang professional untuk
memfasilitasi kerjasama BUMDes dengan UMKM;
Intervensi dan pendampingan pemerintah dan pihak-pihak
terkait perlu dilakukan secara intensif, terus menerus, dan
bersifat kolaboratif (melibatkan berbagai pihak sacara
terkoordinasi dan berkesinambungan)