ini adalah bahan ajar dosen teknik pertambangan UNPAR Kalimantan Tengah
bahan ajar yg bagus buat to mahasiswa pertambangan di seluruh indonesia.
silahkan mendownload to bahan ajar anda sekalian.
2. EKSPLORASI (EXPLORASI)
Seluruh kegiatan eksplorasi pada dasarnya
bertujuan untuk meningkatkan potensi sumberdaya
mineral (resources) yang terdapat di bumi menjadi
cadangan terukur yang siap untuk ditambang
(mineable reserve). Tahapan eksplorasi ini
mencakup kegiatan untuk mencari di mana
keterdapatan suatu endapan mineral, menghitung
berapa banyak dan bagaimana kondisinya.
Eksplorasi terdiri atas :
Eksplorasi Pendahuluan (Prospeksi)
Eksplorasi Detil
4. EKSPLORASI PENDAHULUAN
Secara umum aliran kegiatan pencarian/eksplorasi
endapan bahan galian dimulai dengan kegiatan
prospeksi atau eksplorasi pendahuluan yang
meliputi kegiatan persiapan di kantor (kompilasi
foto udara, citra landsat, SLAR, peta-peta yang
sudah ada, atau laporan yang tersedia) sampai
kepada survei geologi awal yang terdiri dari
peninjauan lapangan, pemetaan geologi
regional, pengambilan conto (scout sampling) serta
memetakan mineralisasi endapan untuk
mengetahui apakah kegiatan eksplorasi bisa
dilanjutkan atau tidak. (Gambar 2)
6. TAHAPAN EKPLORASI PENDAHULUAN
Skala peta 1 : 50.000 sampai 1 :25.000
Studi Literatur
Studi terhadap data dan peta-peta yang sudah ada (dari
survei-survei terdahulu), catatan-catatan lama, laporan-
laporan temuan dll, lalu dipilih daerah yang akan disurvei.
Setelah pemilihan lokasi ditentukan langkah
berikutnya, studi faktor-faktor geologi regional dan provinsi
metalografi dari peta geologi regional sangat penting untuk
memilih daerah eksplorasi, karena pembentukan endapan
bahan galian dipengaruhi dan tergantung pada proses-
proses geologi yang pernah terjadi, dan tanda-tandanya
dapat dilihat di lapangan.
7. TAHAPAN EKPLORASI PENDAHULUAN
Survei dan Pemetaan
Jika peta dasar (peta topografi) dari daerah eksplorasi sudah tersedia, maka
survei dan pemetaan singkapan (outcrop) atau gejala geologi lainnya sudah
dapat dimulai (peta topografi skala 1:50.000 atau 1:25.000). Tetapi jika belum
ada, maka perlu dilakukan pemetaan topografi lebih dahulu. Kalau di daerah
tersebut sudah ada peta geologi, maka hal ini sangat menguntungkan, karena
survei bisa langsung ditujukan untuk mencari tanda-tanda endapan yang dicari
(singkapan), melengkapi peta geologi dan mengambil conto dari singkapan-
singkapan yang penting.
Selain singkapan-singkapan batuan pembawa bahan galian atau batubara
(sasaran langsung), yang perlu juga diperhatikan adalah perubahan/batas
batuan, orientasi lapisan batuan sedimen (jurus dan kemiringan), orientasi sesar
dan tanda-tanda lainnya. Hal-hal penting tersebut harus diplot pada peta dasar .
8. EKSPLORASI DETAIL (RINCI)
Kegiatan selanjutnya adalah melakukan
eksplorasi detail (rinci) yang meliputi
pemetaan geologi rinci serta pengambilan
conto dengan jarak yang relatif rapat sesuai
dengan sifat endapan bahan galian
termaksud. Conto-conto yang diperoleh
kemudian dianalisis di laboratorium untuk
ditentukan kadar, sifat fisik lain yang
menunjang kegiatan penambangan.
9. TAHAPAN EKPLORASI DETIL
Kegiatan utama dalam tahap ini adalah sampling dengan jarak yang lebih
dekat (rapat), yaitu dengan memperbanyak test pit atau lubang bor untuk
mendapatkan data yang lebih teliti mengenai penyebaran dan ketebalan
cadangan (volume cadangan), penyebaran kadar/kualitas secara mendatar
maupun tegak.
Dari sampling yang rapat tersebut dihasilkan cadangan terhitung dengan
klasifikasi terukur, dengan kesalahan yang kecil (< 20%), sehingga dengan
demikian perencanaan tambang yang dibuat menjadi lebih teliti dan resiko
dapat dihindarkan.
Pengetahuan atau data yang lebih akurat mengenai kedalaman, ketebalan,
kemiringan, dan penyebaran cadangan secara 3-Dimensi (panjang-lebar-
tebal) serta data mengenai kekuatan batuan sampling, kondisi air tanah, dan
penyebaran struktur (kalau ada) akan sangat memudahkan perencanaan
kemajuan tambang, lebar/ukuran bahwa bukaan atau kemiringan lereng
tambang. Juga penting untuk merencanakan produksi bulanan/tahunan dan
pemilihan peralatan tambang maupun prioritas bantu lainnya.
10. PEMBORAN EKSPLORASI
Tujuan dari pemboran ini bisa bermacam-macam, antara lain bisa
digunakan untuk :
1. Pengambilan conto (sampling) pada kegiatan eksplorasi
2. Produksi/konstruksi (mis. pada air tanah, minyak bumi)
3. Peledakan (pada kegiatan penambangan material keras).
Faktor-faktor yang mempengaruhi di dalam pemilihan cara pemboran ini
adalah :
1. tujuan
2. topografi dan geografi
3. litologi dan struktur geologi
4. biaya yang tersedia (dan waktu)
5. peralatan dan keterampilan.
11. PEMBORAN EKSPLORASI
Jenis pemboran atau jenis mesin bor (berdasarkan mekanisme pemecahan
batuannya) :
1. perkusif (tumbukan)
2. rotasi
3. perkusif-rotasi
Jenis-jenis mesin bor dan cara bekerjanya :
1. cable tool machine (bor mesin tumbuk percusive),
2. jet drilling
3. rotary drilling with mud
4. air rotary method
5. down the hole drilling method
6. reserve circulation drilling.
13. RINCIAN KEGIATAN EKPLORASI
Cara-cara pengambilan conto itu adalah dengan :
1. Pemboran Inti (Core Drilling)
Alat bor putar (rotary drill) harus dilengkapi dengan mata bor
berlubang (hollow drill bit), tabung inti bor (core barrel) dan
penangkap inti bor (core catcher). Arah pengeboran dapat
vertikal maupun horisontal, tetapi yang paling sering adalah
pengeboran vertikal hingga mencapai batuan dasar (bedrock)
dengan pola pengeboran dan jarak bor (spasi) yang
teratur, sehingga akan diperoleh sejumlah inti bor yang
representatif. Dengan demikian bentuk, letak atau posisi
endapan bahan galiannya dapat diketahui dengan pasti. Bila
kesemua inti bor itu telah selesai diselidiki di laboratorium, maka
akan diketahui pula mutu atau kadar mineral berharganya dan
sifat-sifat fisik-mekanik-kimia-mineraloginya secara lengkap.
15. REVERSE CIRCULATION DRILLING (RC DRILLING)
Cara kerja pemboran RC dilakukan dengan cara
penyaluran udara melalui batang bor yang didukung
dengan batuan angin/ compressor. Sistem sirkuasi yang
dilakukan dengan cara penyaluran udara melalui tekanan
yang menciptakan udara menekan batuan sehingga
menghasilkan cutting (sampel batuan yang berbentuk
butiran-butiran kecil) yang kemudian disalurkan melalui
selang sample yang menempel pada bagian mesin
kerangka atas batang bor yang kemudian tersalurkan
kebagian dalam siklon sampai conto batuan tersebut
jatuh melalui celah dibagian bawah dan dikumpulkan
dalam kantong sampel. Kemiringan pemboran RC ini
menggunakan kemiringan Minimum 45° dan maximum
90°. Cara pengerjaan RC drilling adalah pemboran
dengan tegak lurus searah dengan strikenya
17. Mesin Siklon
cutting mengalir kebagian dalam
siklon sampai mereka jatuh
melalui celah di bagian bawah dan
dikumpulkan dalam kantong
sample untuk selanjutnya dibawa
ke laboratorium untuk diuji kadar
Au (emas) dan juga Ag (perak).
19. DIAMOND CORE DRILLING
Diamond Drilling adalah sistem pemboran dalam ≥ 500 meter
yang merupakan suatu lanjutan dari Pemboran RC (Reverse
Circulation) mata bor diamond drilling ini terbuat dari intan/
diamond. Diamond Drilling ini digunakan pada saat sudah berada
pada kondisi batuan yang berair atau ketika hasil dari lanjutan
pemboran RC (Reverse Circulation) yang tidak memenuhi
kualifikasi standar sampel apabila terkontaminasi oleh air. Cara
kerja Diamond drilling untuk mendapatkan sample inti batuan
(Core) yang tujuannya untuk mengetahui lithologi batuan secara
jelas dan dapat mengetahui klas-klas pada batuan, klas-klas
pada batuan merupakan pembeda batuan yang dari hasil sampel
pemboran diamond drilling. Perbedaan antara diamond drilling
dan RC drilling adalah diamond menggunakan air (sum) yang
membantu cara kerja drilling tersebut, sedangkan RC drilling
menggunakan tenaga angin. Alat yang digunakan pada
pemboran diamond ini yaitu MD 400.
20. Gambar 9 Hasil Diamond
Drilling (Core)
Gambar 8 Kegiatan Diamond
Drilling MD 400
21. RINCIAN KEGIATAN EKPLORASI
2. PENGGALIAN SUMUR UJI (TEST PIT) ATAU SUMURAN DALAM (TEST
SHAFT)
Bila daerah penyelidikan relatif datar, maka dibuat sejumlah sumur uji untuk
endapan bahan galian yang diperkirakan dangkal, atau sumuran dalam bila
diperkirakan letak endapan bahan galiannya cukup dalam (>5 m).
Penggalian kedua macam sumur itu harus memakai pola yang teratur
(sistematis), misalnya pola empat persegi panjang atau bujur sangkar
dengan jarak yang teratur pula, misalnya 100 x 200 m atau 100 x 100 m
yang kemudian dapat dibuat semakin rapat bila seandainya menginginkan
data atau contoh (samples) yang lebih banyak. Kedalaman sumur uji atau
sumuran dalam harus mampu mencapai batuan dasar (bedrock)nya agar
dapat diketahui variasi ketebalan dan bentuk endapan bahan galiannya.
Contoh tanah atau batuan yang terkumpul kemudian dianalisis di
laboratorium.
Jika jumlah kedua sumuran itu banyak dan ukuran penampangnya
besar, maka volume tanah atau batuan yang tergali juga besar. Oleh sebab
itu bila maksud dan tujuan penggalian kedua sumur itu sudah
tercapai, maka tanah atau batuan hasil galian itu harus ditimbunkan kembali
ke dalam sumur yang bersangkutan.
22. RINCIAN KEGIATAN EKPLORASI
3. PENGGALIAN TEROWONGAN BUNTU (ADIT)
Kalau topografi daerah penyelidikan berbukit-bukit, maka untuk
mengumpulkan data dan informasi mengenai keadaan endapan bahan
galiannya dapat dilakukan dengan menggali sejumlah terowongan buntu
(adit) di lereng-lereng bukit. Penggaliannya juga harus menggunakan pola
yang teratur dengan jarak-jarak yang teratur. Awalnya jarak (spasi)
horisontal dan vertikal terowongan buntu boleh sedikit jarang, misalnya 100
x 100 m atau 100 x 200 m. Jika ternyata endapan bahan galian itu
menunjukkan mutu atau kadar mineral berharga yang meyakinkan
(promising), maka jarak pengalian terowongan buntu itu dapat dibuat lebih
rapat.
Volume tanah atau batuan yang tergali bisa sedikit, tetapi bisa juga banyak
tergantung dari jumlah dan ukuran terowongan buntu yang digali. Harus
diupayakan agar tanah atau batuan hasil galian itu tidak meluncur terlalu
jauh di lereng bukit yang bersangkutan agar tidak mencemari lingkungan
hidup dan pada waktunya nanti bisa lebih mudah ditimbunkan kembali
kedalaman terowongan buntu.
23. TAHAPAN PEKERJAAN EKPLORASI
TAHAP PERSIAPAN
1. Penetapan Tujuan
- Melokalisir suatu endapan bahan galian :
a. Eksplorasi pendahuluan/prospeksi
b. Eksplorasi detail
- Endapan/bijih yang dicari : Sulfida, timah, bauksit, nikel,
emas/perak, minyak/gas bumi, endapan golongan C, dll
- Sifat tanah dan batuan :
Untuk penambangan, Untuk konstruksi dan dll.
2. Studi Pustaka
- Peta dasar sudah tersedia/belum
- Peta geologi/topografi (satelit, udara, darat)
- Analisis regional : sejarah, struktur/tektonik, dan morfologi
24. TAHAPAN PEKERJAAN EKPLORASI
- Laporan-laporan penyelidikan terdahulu.
- Teori-teori dan metode-metode lapangan yang ada.
- Geografi : kesampaian daerah (desa/kota terdekat, transportasi),
iklim/musim (cuaca, curah hujan/banjir), sifat angin, keadaan
laut, gelombang, dll, tumbuhan, binatang, dan komunikasi.
- Sosial-budaya-adat : sifat
penduduk, kebiasaan, pengetahuan/pendidikan,mata pencaharian, dll.
- Hukum : pemilikan tanah, ganti rugi, dan perizinan.
3. Pemilihan Metode
- Cara tidak langsung : geofisika, geokimia
- Cara langsung : pemetaan langsung dan pemboran
- Gabungan cara langsung dan tak langsung
4. Pemilihan Alat
- Tergantung pada: metode yang dipilih, keadaan lapangan, waktu, alat yang
tersedia, biaya, dan ketelitian yang diinginkan
25. TAHAPAN PEKERJAAN EKPLORASI
5. Pemilihan Anggota Tim/Tenaga Ahli : geologis, geofisik, exploration
geologist, geochemist, operator alat, dll.
6. Biaya : Rencana anggaran biaya untuk melakukan kegiatan ekplorasi.
7. Pemilihan Waktu : Penentuan waktu dimulai dan berakhir kegiatan ekplorasi.
8. Penyiapan Peralatan/Perbekalan : peta dasar, alat surveying/ukur atau GPS
(Global Positioning System), alat kerja : ( alat geofisika, alat
sampling, palu, altimeter, alat bor, kompas, meteran, kantong
conto, geochemical kit, dll ), alat tulis, alat komunikasi, keperluan sehari-hari
dan obat-obatan/P3K.
TAHAP KEGIATAN EKPLORASI
1. Rencana Pemetaan : Perencanaan lintasan, perencanaan tenaga
pendukung, yang didasarkan pada keadaan geologi regional.
2. Rencana Survey Geofisika dan Geokimia : Perencanaan
lintasan, perencanaan jarak/interval pengambilan data yang didasarkan pada
keadaan umum model badan bijih.
26. TAHAPAN PEKERJAAN EKPLORASI
3. Perencanaan Sampling melalui pembuatan parit uji, sumuran
uji, pemboran ekplorasi yang mencakup :
a. jumlah parit uji, sumuran uji dan titik pemboran ekplorasi.
b. interval/spacing antara paritan (lokasi)
c. kedalaman/panjang sumuran/paritan, kedalaman lubang bor
d. keamanan (kerja dan lingkungan)
e. interval/metode sampling
f. tenaga kerja.
4. Perencanaan Pemboran Inti, meliputi : target tubuh bijih yang
ditembus, lokasi (pengaruh pada kesampaian titik bor, dan
pemindahan/moving alat), kondisi lokasi (pengaruh sumber
air, keamanan), kedalaman masing-masing lubang, jenis alat yang
digunakan termasuk spesifikasi, jumlah tenaga kerja, alat transportasi
dan jumlah (panjang) core box.
27. TUGAS :
1. Jelaskan perbedaan ekplorasi pendahuluan dengan
ekplorasi detil!
2. Apa yang dimaksud dengan
sumberdaya, cadangan, dan morfologi?
3. Jelaskan metode tidak langsung dan metode
langsung pada kegiatan ekplorasi !
4. Apa yang dimaksud dengan SR, Cut Off Grade
(COG), BCM, LCM dan BESR ?
Tugas ditulis tangan dalam kertas folio
bergaris, dikumpul pada hari selasa, 3 April 2012.