Cerita ini menceritakan tentang perjalanan Inay bersama dua kakak kelasnya, Ariska dan Ugik, dalam mengikuti bimbingan belajar. Awalnya Ugik terlihat dingin pada Inay, namun lama kelamaan Inay mulai mengenal sifat Ugik yang sebenarnya dan mereka pun mulai akrab. Suatu hari, Ugik mengantar Inay pulang dan sejak saat itu Inay merasakan perasaan yang membuatnya bingung. Cerita ber
1. Rasa yang terpendam dalam hati, biarlah melekat
Hanya bisa berharap akan hilang dengan bergulirnya waktu
Ketika bel berbunyi yang menandakan jam pelajaran telah usai, dia lekas-lekas
keluar dan melangkah menemui kakak kelas yang sedari tadi menunggunya.
Panggillah dia Inay, yang selalu tampil sibuk tanpa kerjaan. Tapi, Sekarang dirinya
tengah disibukkan dengan bimbingan yang cukup menyita banyak waktu. Dan teman-
teman satu bimbingannya tidak lain adalah kakak kelasnya sendiri, yaitu Ariska dan
Ugik. Meskipun dia masih kelas X, dia tidak pernah malu dan selalu berusaha akrab
dengan mereka semua. Meskipun kak Ugik selalu bersifat dingin padanya, tapi lain
halnya dengan Ariska. Dua sosok yang bertolak belakang.
Saat Inay menghampiri mereka, Ariska lansung menyapanya. '' Inay, ikut aku
dulu yuk ke parkiran!''. Pintanya sedikit memohon
'' ok dah.'' jawabnya singkat
Setelah mengambil sepeda motor, Ariska dan Inay masih menunggu Ugik yang
juga mengambil sepeda motornya di parkiran. Setelah mereka semua berkumpul,
mereka lansung berangkat ke tempat bimbingan yang kebetulan berada di MTS
HIDAYAH. Disanalah tempat bimbingannya berlansung dan guru yang mengajari
mereka adalah mas Purwinda. Mereka sering memanggilnya dengan sebutan akrab
yaitu mas Pur. dia orangnya baik, lucu dan menyenangkan, sehingga tidak pernah ada
kata bosan untuk mengikuti bimbingannya.
Saat mereka sampai di tempat tujuan, mereka belum melihat mas Pur. Jadi,
mereka menunggunya di Mushalla yang masih dalam tahap renovasi. Akhirnya yang
ditunggupun datang dan lansung menyapa mereka semua, '' sudah berapa lama
nunggunya?''
''Masih barusan mas'' jawab Ugik
2. merekapun lansung masuk dan memulai bimbingannya. Meskipun materi hari ini sulit
untuk Inay pahami, karena 3 kali ia tidak menghadiri pertemuan sebelumnya. Tapi
Inay selalu terlihat mencoba bertanya dan terus mencoba memahaminya. Sementara
disisi lain, 2 kakak kelasnya terlihat sangat memahami materi tersebut. Saat
mengerjakan soal yang diberikan oleh mas Pur, Inay sempatkan untuk mencuri-curi
waktu melihat lelaki yang sekarang ini tengah ada disampingnya. Saat itu, yang
terlintas dibenaknya adalah mengapa lelaki yang notabennya adalah kakak kelasnya
ini selalu memberi kesan cuek, pendiam, tertutup, dengan sikap dinginnya. Meskipun
sikapnya seperti itu, ia terus berusaha untuk mengenalnya lebih dekat lagi. Sikap yang
dimilikinya sangat membuat Inay penasaran dan selalu ingin mencari tahu tentang
dirinya. Ugik memang bisa dibilang memiliki fisik yang tampan, jadi tak heran
banyak kaum hawa yang mencintainya. Tampil rapi, bersih, dan indah serasa
melengkapi ketampanan wajahnya. Hal itu juga yang membuat anak MTS HIDAYAH
suka dan bersikap sok kenal kepadanya. Tapi, dia malah tidak menanggapinya.
Entahlah apa yang sebenarnya ia rasakan pada saat itu. Sekali lagi, Ugik terkesan
lelaki yang aneh dan susah ditebak, lebih jelasnya '' misterius''.
'' bagaimana Inay, sudah selesai?'' tanya mas Pur yang sekaligus menyadarkannya
dari lamunan, lamunan yang membuatnya lalai mengerjakan tugas.
'' hehehe belum mas, saya belum mengerti dan saya juga belum sepenuhnya
paham.'' jawabnya dengan perasaan malu.
'' iya sudah, jika kamu banyak berlatih, pasti kamu nanti bisa. Sekarang kamu
tanya ke Ariska atau Ugik dulu.'' perintahnya
Dengan sigap Inay lansung bertanya kepada Ariska, dan mencoba memahami
yang digambarkannya. Saat 2 jam bimbingan, akhirnya mereka siap-siap untuk
pulang. Tapi, sebelumnya mas Pur bertanya kepada mereka tentang bimbingan
minggu depan. '' minggu depan bimbingannya mau dimana ? Masih disini atau pindah
?''
'' minggu depan kami libur mas. Bagaimana kita pindah saja ke rumahnya saya, di
Sumber.'' jawab Ugik yang mencoba memberi usulan.
'' ahh.... Jangan Ugik. Rumahmu jauh. Akukan juga tidak tahu rumahmu.'' jawab
Ariska yang menolak usulan Ugik.
Sementara Inay hanya bisa diam dan mendengarkan usulan mereka. Karna ia
hanya adik kelas mereka dan ia juga tidak mau terkesan banyak tingkah.
'' ya..... Sudah. Kita bicarakan lain waktu saja. Nanti saya informasikan lagi.'' jelas
3. mas Pur yang sekaligus menhentikan debatan antara Ugik dan Ariska.
Saat perjalanan pulang, terlihat Ugik yang tengah berada di belakangnya. Dia
mengendarai sepeda motornya sangat cepat dan lansung belok di pertigaan. Saat itu
Inay baru ingat, kalau Ugik masih ada les di AIRLANGGA. Saat itu Inay memutar
memori otaknya tentang Ugik dan sifat anehnya. Seperti dalam beberapa kali
bimbingan, mereka belum sempat berkenalan dan saling tegur sapa dengannya. Dia
terlalu cuek untuk diajak berkenalan. Dan jika Inay paksakan mungkin hanya sifat
dinginyalah yang dia peroleh.
Setelah beberapa hari liburan di rumah, akhirnya tiba saatnya dia bimbingan lagi.
Tapi, Inay masih menuggu informasi selengkapnya dari Ariska atau mas Pur tentang
tempat pelaksanaanya. Setelah sekian lama dia menunggu, tiba-tiba Handphonenya
berbunyi, dan dia lekas-lekas lansung membuka pesan baru dari Ariska. Ariska
memberitahukan kalau bimbingannya di rumah mas Pur yang tempatnya di dekat
Pasar Dringu.
Setelah mendapat pesan baru dari Ariska, dia lekas-lekas mempersiapkan
semuanya, mulai dari baju, buku yang harus di bawa, tas, alat tulis, dan tak lupa tas
kresek yang selalu ia bawa karna sekarang yang sedang musim hujan.
Saat tiba di Pasar wonoasih, Inay lansung menghampiri Ugik dan Ariska yang
sedari tadi sudah menunggunya. Saat itu, yang bias Inay lakukan hanyalah minta
maaf, “ maaf ya kak, aku tadi masih nungguin angkot.”
“iya tidak apa-apa dek. Ngomong-ngomong kamu tahu Pasar Dringu itu
dimana ?” Tanya Ariska yang membuat Inay terlihat bingung sendiri.
“apa? Pasar Dringu? Saya tidak tahu, apalagi saya tidak pernah kelayapan.kalau
Pasar Muneng saya tahu.” Jawanya yang disertai candaan meski ia tahu ini bukan saat
yang tepat untuk bercanda.
“ooohh, iya sudah kalau begitu. Ugik jangan sampai nyasar ya,,,,!” ucap Ariska
yang seraya menghidupkan mesin sepeda motornya. Sementara Ugik sudah berlalu
tanpa ada sepatah jawaban apapun. “Dasar cowok aneh, sekali aneh tetap saja aneh”
ucap Inay dalam hati.
Satelah beberapa lama perjalanan akhirnya merekapun sampai di Pasar Dringu.
Dan mereka mengikuti aba-aba selanjutnya dari mas Pur. Setelah merasakan rasa
kebingungan menunggu di teras depan rumahnya. Rumah yang sederhana dan
berjajar dengan banyak rumah lainnya sehingga member kesan seperti perumahan
atau lebih tepatnya kost.
4. Saat tiba disana, Ariska dan Ugik lansung memarkir sepeda motornya di teras
depan. Akhirnya mas Pur mempersilahkan mereka semua masuk dan duduk di dalam
tanpa ada kursi ataupun meja, hanya beralaskan karpet biru yang panjang. Materi hari
ini sangatlah penting dan juga menyenangkan. Banyak sekali yang mereka peroleh
hari ini. Seperti, revolusi bintang atau sering disebut dengan kelahiran bintang-
bintang, mulai dari katai putih hingga bintang maha raksasa. Materi hari ini juga
membahas tentang hari kelahiran merka semua. Dan dapat disimpulkan bahwa “Inay
lebih tua dari pada Ariska, sedangkan untuk menentukan hari apa mereka dilahirkan.
Hal yang membuat Inay merasa senang ialah, inilah hari pertama ia berbicara dengan
Ugik, si cowok misterius. Tidak terasa bimbingan yang menyenangkan itu harus
berakhir dengan bergulirnya waktu. Akhirnya merekapun siap-siap pulang. Tapi,
sebelumnya tak lupa berpamitan kepada mas Pur dan isterinya yang terlihat cantik
dengan baju yang ia pakai.
Saat di tengah perjalanan, tiba-tiba saja Ugik menegur Inay. “ Inay, kamu
pulangnya dengan siapa?”
“naik angkot.” Jawabnya singkat
“ memangnya ada tah angkot jam segini?” Tanya Ugik lagi
“ kurang tahu aku, akukan baru sekarang pulang magrib seperti ini.” Jelas Inay
yang mulai resah
Akhirnya Ugik mencoba menghentikan sepsda motor yang dikendarai Ariska.
“Riska, berhenti!” perintah Ugik
“apa?” Tanyanya bingung
“ Inay bareng aku saja, kasihan sekarang sudah malam, takutnya tidak ada
angkot.” Jelasya pada Ariska.
“ iya,,, sudah. Aku duluan ya,,,,” pamit Ariska setelah aku turun dari
boncengannya.
Sementara, Ugik masih memperbaiki tasnya, karena saat itu hujanpun mulai
mengalir.
“ kakak rumahnya dimana ?” Tanya Inay yang memecahkan keheningan diantara
mereka berdua.
“di Sumber dek, kamu sendiri dimana?” tanyanya balik
“di Muneng kak.” Jawanya singkat
Setelah Ugik selesai memperbaiki tasnya, Inay pun lansung naik dan duduk
berboncengan dengan Ugik.
5. Di sepanjang perjalanan, mereka tidak lagi saling berbicara. Ugik sangat
konsentrasi dengan menyetir sepeda motornya. Sementara, Inay malah senyum-
senyum sendiri melihat kenampakan itu. Dari hari ini Ugik berhasil mengubah kesan
yang dulunya cuek berubah menjadi perhatian. Buktinya Ugik masih memikirkan Inay
jika kalau harus pulang malam dan menunggu angkot. Selama perjalanan entah
mengapa hatinya Inay merasakan kesenangan yang lama sudah ia tak rasakan lagi.
Tiba-tiba perasaan itu dating, dan membuatnya bingung.”perasaan apa ini? Kenapa
aku merasakan senang yang berlebihan seperti ini.” Tanyanya dalam hati.
Tak terasa kini mereka sudah sampai lampu merah di Laweyan. Tiba-tiba Ugik
membuka kaca helmnya, memperlahatkan wajah tampannya. “ dimana rumanya
adek ?” tanyanya
“turun disini saja kak.”pinta Inay karena ia tak ingin tambah merepotkan Ugik
dengan harus mengantarkannya pulang sampai ke rumahnya, apalagi dia telah melihat
sosok yang tak asing lagi olehnya, yaitu ayahnya sendiri.
Setelah Inay turun dari boncengannya, tak lupa ia berterima kasih pap Ugik,”
terima kasih ya kak, sudah diantar pulang.”
“iya,sama-sama.” Jawab Ugik singkat seraya pergi dan menghilang dari
pandangannya.
Sementara Inay menghampiri ayahnya dan pulang menuju rumahnya.
Sejak peristiwa itu, Inay masih merasakan kebahagiaan yang menimpanya itu.
Rasa senang yang amat-amat dalam yang ia rasakan dan ia juga bingung mengapa dia
bias seperti itu. Perasaan yang hinggap di hatinya, dan peristiwa itu seperti mimpi
yang aku yakin takkan terulang yang kedua kalinya. Dari peristiwa itu juga tahap
demi tahap Inay mulai akrab dengan Ugik dan mulai ada komunikasi diantara mereka.
Inay pun mulai mengenal sosok Ugik, mulai dari nomor handphonenya, akun
facebooknya, hingga sifat-sifatnya yang belum diketahui sebelumnya, dan juga hal
yang privasi sekalipun.
Tiga minggu berikutnya, mereka bimbingan dan sudah mulai akrab satu sama
lain. Jadi, mereka mempunyai banyak waktu untuk belajar bersama. Saat mereka
belajar sudah tidak ada lagi sikap dingin ataupun sikap cueknya. Setelah beberapa
hari, mereka mendapatkan briving tentang OSN yang akan dilaksanakan mulai besok.
Semua telah terjadwal dengan sama rata, sementara Inay, Ugik dan Ariska kebagian
hari Rabu. Pemberitahuan itu lantas membuat mereka kaget, karna yang mereka tahu,
OSN yang mereka ikuti adalah hari Kamis. Sejak saat di umumkannya pemberitahuan
6. tersebut, mereka menambah jam belejarnya.
Saat pulang sekolah, mereka mengadakan belajar bersama, mengingat besok
giliran mereka OSN. Sebelum belajar, mereka sempatkan untuk shalat terlebih dahulu.
Setelah selesai shalat, mereka memulai belejar bersama. Tapi, Ugik tidak ikut belajar.
Dia sibuk dengan kesibukannya mendownload sesuatu dari Handphonenya.
Tangannya begitu lincah meminkan Handphone yang dia pegang saat ini. Inay dan
Ariska pun tidak berani menegurnya. Tiba-tiba Ugik menggumal sendiri “ huhuh
lemot, sial sial harus diulang lagi.”
Saat itu aku tersadar bahwa dirinya tak sepenuhnya pendiam, ada saatnya dia juga
cerewet seperti saat ini. Setelah mereka merasa cukup bekajar hari ini, mereka pulang
ke rumah masing-masing.
Saat pagi telah datang, matahari bersinar dari ufuk timur. Inay terbangun dari
tidur nyenyaknya. Meski badannya susah untuk bangun tapi, ia tersadar kalau hari ini
adalah hari dimana dirinya harus mengikuti OSN bersama Ugik, dan Ariska. Akhirnya
ia bangun dan langsung mempersiapkan segala sesuatu yang harus ia bawa. Setelah
semua terasa lengkap, dai pergi tapi sebelumnya dia meminta doa restu kepada
ibunya, bukan doa restu untuk kawin melainkan untuk hari ini yang akan ia jalani.
Akhirnya ia berangkat dengan bekal ilmu seadanya yang ia punya dari belajar selama
bimbingan.
Saat tiba di tempat OSN yang kebetulan berada di SMKN 1 PROBOLINGGO.
Selama mengikuti Olimpiade tersebut, Inay mencoba tenang. Yang dibuat aneh
mengapa pandangannya tak pernah lepas dari sosok Ugik yang sekarang tampil rapi
dan bersih sehingga menambah ketampanan lelaki itu. Saat waktu menunjukkan
bahwa OSn tersebut telah usai. Mereka semua bergegas pulang menuju rumah
masing-masing. Mereka tak ingin kembali ke sekolah untuk hari ini, karna energy
mereka telah habis terkuras OSN tadi.
Saat Inay menunggu angkot yang tak kunjung tampak. Tiba-tiba ia dikagetkan
dengan bunyi klakson sepeda motor. Setelah ia menoleh, ternyata bunyi tadi berasal
dari Ugik yang tengah lewat di depannya seraya melemparkan senyum manisnya.
Inay hanya bisa membalas dengan senyuman. Dia merasakan hatinya kacau. Ada rasa
lega karena ia sudah tidak ada beban tentang OSN, tapi separuh hatinya sedih dan
hancur karna ia menyadari bahwa inilah pertemuannya yang terakhir dan saat inilah ia
mendapatkan senyuman termanis dari Ugik, yang tanpa ia sadari bahwa dirinya mulai
menyukainya.
7. Pandangan itu semakin lama, semakin tak terlihat lagi. Masa-masa itu begitu
indah untuk dilupakan. Meski ia menyadari detik ini semuanya tak akan sama lagi
seperti yang dulu, saat masih bisa bersama dengannya. Yang ada saat ini hanya Inay
sendiri memendang sosok yang sudah tak tampak itu. Mungki bisa dibilang Inay
sangat merasakan kehilangan.
perasaan yang tak sempat ia katakana. Sifat Ugik masih sangat melekat di
hatinya, kekaguman karena sifatnya yang MISTERIUS. Ia hanya bisa
mengunggkapan perasaannya pada secarik kertas yang ia simpan dengan rapi di dalam
kotak hadiah bekas.
Bila bola kehidupan ini terus berputar
Berikan aku setitik harapan
Yang bisa membuat hati ini bergetar
bergetar karena takut kehilangan
Izinkan aku melihat indahnya pelangi
Saat aku dalam kesunyian malam
Izinkan aku memiliki rasa cinta
Yang terus menyala meski harus terpendam