Peran UN Women dalam Penyelesaian Permasalahan Diskriminasi Perempuan di Afghanistan
1. Isu-Isu Hubungan Internasional 1
2020
PERAN (UN WOMEN) UNITED NATIONS WOMEN DALAM
PENYELESAIAN PERMASALAHAN DISKRIMINASI PEREMPUAN DI
AFGHANISTAN
Muhammad Yasir Abdad1
NIM. 20190510328
Abstrak
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan mengenai peran
UN Women dalam menyelesaikan masalah diskriminasi perempuan di Afghanistan.
Penelitian dimaksudkan guna menganalisis bagaimana langkah UN Women dalam
menyelesaikan permasalahan tersebut dengan metode pengumpulan data studi
literatur yang mana penulis menganalisis dan mengumpulkan data melalui buku,
jurnal, dan dokumen pendukung lain. Teori yang digunakan dalam penulisan ini
adalah seputar feminism dan organisasi internasional. Hasil penulisan dan
pengumpulan data ini menjelaskan bahwa peran yang dilakukan oleh UN Women
dimana organisasi ini dibawah naungan PBB adalah dengan memberi dukungan dan
program-program pengembangan kepada perempuan di Afghanistan. Dukungan
tersebut berupa membangun relasi untuk membangun ketahanan ekonomi,
pembangunan infrastruktur kesehatan, serta pembangunan sekolah untuk
menunjang hak pendidikan bagi perempuan di Afghanistan. Kesimpulan
menunjukkan terdapat perubahan yang baik ketika UN Women bergerak di
Afghanistan dengan kemampuannya untuk menanggulangi diskriminasi dengan
berbagai macam cara, perubahan tersebut berdampak pada perubahan positif bagi
perempuan di Afghanistan.
Keywords: UN Women, Afghanistan, diskriminasi, perempuan, feminisme.
1. Pendahuluan
Seiring dengan berkembangnya peradaban manusia, di era modern saat ini
perempuan sudah semakin meningkat keterlibatannya dalam berbagai bidang
kehidupan. Sebagai contoh, turut memberikan suaranya dalam penyaluran suara di
bidang politik, menjadi aktor penggerak ekonomi melalui perdagangan,
mengenyam pendidikan yang diinginkan, dan mendapatkan hak untuk masuk ke
dalam dunia kesehatan. Namun, seiring berjalannya waktu, tidak sedikit pula
diskriminasi terjadi kepada perempuan, semisal di dalam dunia kerja, perempuan
1 Mahasiswa Program S1 Ilmu Hubungan Internasional, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik,
Univesitas Muhammadiyah Yogyakarta. E-Mail: yazeerabdad@gmail.com
2. Isu-Isu Hubungan Internasional 2
2020
cenderung tidak diperhatikan kapasitas keterampilannya yang berdampak pada
kurangnya perlindungan HAM untuk perempuan.
Aturan yang berlaku bagi masyarakat Afghanistan sangat merugikan bagi
kalangan perempuan. Hal tersebut dapat dibuktikan dengan anggapan bahwa
perempuan tidak memiliki kompetensi yang cukup serta pembagian upah yang
tidak sebanding dengan hasil kerja juga menjadi salah satu isu diskriminasi
perempuan di bidang ekonomi.2 Terjadinya perang saudara yang di wilayah
Afghanistan berakibat pada menghilangnya hak asasi perempuan dan golongan.
Diskriminasi besar-besaran di terjadi saat kelompok Taliban mulai menguasai
wilayah Afghanistan. Taliban adalah kelompok beraliran Nasionalis Islam Sunni
yang kebanyakan menduduki wilayah selatan dan timur Afghanistan yang telah
lama menyebarkan aliran Islam garis keras. Pada masa pemerintahan Taliban tahun
1996-2001 penjaminan hak politik perempuan di Afghanistan tidak diberikan oleh
Taliban dikarenakan bagi mereka tugas seorang perempuan adalah bekerja di dapur
tanpa harus terjun ke ranah politik.3 Afghanistan adalah negara yang dipenuhi
dengan banyak rintangan dan tantangan sehingga dinilai tidak aman bagi
perempuan untuk menetap di wilayah tersebut yang disebabkan karena masih
kuatnya budaya patriarki, terorisme, dan adanya stereotip kepercayaan agama yang
cenderung merugikan perempuan.
2 Muhammad Hafil, Perempuan_Afghanistan Masih_Hadapi Diskriminasi dan_Kemiskinan,
Terdapat dalam _Republika:http://www.republika.co.id/berita/internasional/global/14/04/19/n49
c2g-perempuan-afghanistan-masih-hadapi-diskriminasi-dan-kemiskinan, Diakses pada: 13 Mei
2020 Pukul: 21.37
3 Ma’ruf Ali, 2005 dalam Antonius Yudi_Kristiyanto, Peran_United Nations Women Dalam
Mendukung_Peningkatan Partisipasi_Perempuan Pada Pemilu Presiden Afghanistan Tahun 2014
(Bandar Lampung: FISIPOL UNILA, 2018) hlm. 4
3. Isu-Isu Hubungan Internasional 3
2020
Pemerintah Afghanistan sebenarnya memiliki pandangan bahwa hal yang
dilakukan oleh organisasi Taliban sebagai tindakan yang merugikan rakyatnya
terutama perempuan, namun pada tahun 2014 pemerintahan Afghanistan justru
mendukung diberlakukannya undang-undang yang melegalkan seorang
perempuan/istri dipukul ketika dinilai tidak patuh terhadap suami, dan suami atau
laki-laki tersebut tidak akan dijatuhi hukuman oleh pemerintah setempat. Bahkan
jika perempuan yang dipukul tersebut melapor kepada penegak hukum saat terjadi
kekerasan, justru perempuan tersebut akan dijatuhi hukuman penjara karena tidak
diawasi oleh suaminya ketika keluar rumah.
Diskriminasi dan maraknya kekerasan menjadi alasan perempuan
Afghanistan untuk membentuk sebuah kelompok untuk membela hak kaumnya.
Mereka membentuk The Afghan Women’s Mission pada tahun 2000, dan berhasil
menjalin kerja sama dengan RAWA (The Revolutionary Association of The Women
of Afghan). Selanjutnya, WDC (Women Development Centers) didirikan ole
UNIFEM atau MOWA (Ministry of Women’s Affairs) pada tahun 2002.4 Organisasi-
organisasi tersebut dibuat dengan tujuan agar dapat memberi perlindungan
sekaligus menjadi media diskusi mereka dalam meperjuangkan hak perempuan.
Sebagai organisasi yang resmi bekerja di Afghanistan pada bulan Juli 2010
UN Women (United Nations Women) membawa visi dan misi untuk membela hak-
hak wanita dan kesetaraan gender.5 Kemudian, berdasar pada latar belakang yang
telah disampaikan di atas, maka dapat dirumuskan masalah mengenai “Bagaimana
4 Amelia,_C.M., Upaya United_Nations Women (UN Women) dalam Peyetaraan Gender di
Afghanistan, eJournal_Ilmu Hubungan Internasional: 2016, Vol.4, hlm. 89-102
5 UN_Women, UN Women_Engagement in Afghanistan. Terdapat dalam: https://asiapacific.
unwomen.org/en/countries/afghanistan/1/un-women-engagement-in-afghanistan_Diakses pada: 14
Mei Pukul: 13.28 WIB
4. Isu-Isu Hubungan Internasional 4
2020
peran UN Women dalam menyelesaikan permasalahan diskriminasi perempuan di
Afghanistan?”.
2. Kerangka Dasar Teori dan Konsep
2.1 Feminisme
Pada abad ke-20 sejak pernag Dunia I, teori feminism telah seiring
berkembangnya teori Hubungan Internasional dan secara khusus sejak gerakan
pembelaan hak pilih perempuan muncul di Amerika Serikat dan Inggris.6 Secara
general, terdapat tiga pendekatan teoritis mengenai kajian isu kesetaraan gender.
Pertama, feminism liberal yang menginginkan hak yang sama antara perempuan
dan laki-laki di semua bidang. Kedua, feminism marxis/sosialis yang memposisikan
perempuan lebih rendah dalam bidang ekonomi, politik, dan sosial pada sistem
kapital. Mereka beranggapan ketika perempuan ingin mendapat tempat yang sama
dengan laki-laki maka suistem ekonomi kapital harus terlebih dahulu dihancurkan.
Ketiga, feminism radikal yang menentang keras segala jenis kerja sama. Mereka
beranggapan baha patrialisme adalah sumber dari segala pendindasan yang
memiliki sistem hirarkis dimana seorang lelaki mendapatkan kekuasaan superior
dan economic previlage. Feminisme radikal menolak perempuan adalah sama
dengan laki-laki.7 Feminisme radikal ini memiliki kelebihan untuk mencapai
kekuasaan dengan cepat, namun tidak dapat memberikan panduan akomodasi
karakter perempuan yang tersebar di setiap negara di dunia, maka banyak dari kaum
feminis itu sendiri menolak adanya feminism radikal yang menyerukan kekerasan.
6 Scott Burchill and Andrew Linkater, Theories of International Relation (New York: 1996, ST
Martin’s Press)
7 Robert Jackson and Georg Sorensen, Pengantar Studi Ilmu Hubungan Internasional (Yogyakarta:
2016, Pustaka Pelajar)
5. Isu-Isu Hubungan Internasional 5
2020
Untuk menempatkan hirarki gender dan permasalahan mengenai masalah
hak perempuan, perubahan teori mengenai feminism sangat diperlukan. Kemudian
hal tersebut akan mengubah kajian kesetaraan gender dalam Hubungan
Internasional yang bersifat luas menjadi fokus pada permasalahan emansipasi
manusia.
2.2 Organisasi Internasional
Dalam bukunya yang berjudul Essentials of International Relation, Karen
Mingst mengatakan bahwa organisasi internasional adalah agen atau lembaga
internasiona yang dibentuk sekelompok negara anggota dan dikendalikan oleh
anggota-angotanya, yang berhubungan tujuan atau kepentingan bersama.8
Sementara itu, dalam buku International Organization disebutkan bahwa struktur
formal dalam organisasi internasional yang berkelanjutan dibentuk melalui
persetujuan di antara anggota yang terlibat disalamnya, baik pemerintah maupun
non pemerintah, yang sedikitnya berjumlah dua negara berdaulat dengan
tujuan_mencapai kepentingan bagi semua anggotanya.9
Ketika membahas mengenai peran international organization, Clive Archer
menyatakan bahwa international organization memiliki setidaknya tiga peran
utama, yaitu:
2.2.1 Organisasi internasional sebagai instrument yang dipakai untuk
meraih tujuan dari suatu politik luar negeri untuk suatu negara.
2.2.2 Organisai internasional sebagai arena yang berperan sebagai media
berkumpulnya anggota untuk membahas isu atau permasalahan yang
berkembang di dunia internasional.
8 Karen Mingst, Essenttials of International Relation (New York: 1999, W.W. Norton)
9 Clive Archer, International Organization (London:2001, Routledge)
6. Isu-Isu Hubungan Internasional 6
2020
2.2.3 Organisasi internasional merupakan actor independent yang dapat
menentukan tindakan atau keputusan independen tanpa adanya intervensi dari
pihak manapun.
Dari pengertian inilah fungsi organisasi internasional termasuk UN Women
(United Nations Women) adalah sangat penting keberadaannya. Dalam studi ilmu
hubungan internasional, fungsi tersebut dikatakan sangat penting dengan
pertimbangan bahwa IO (International Organization) tidak hanya bertindak
sebagai faktor yang memberikan pengaruh, namun aktor yang dapat dipengaruhi
dalam perkembangan studi hubungan internasional, terlebih ketika membahas
fenomena yang sedang terjadi di suatu negara.
3. Teknik Pengumpulan data
Dalam mengumpulkan data, penulis menggunakan metode studi literatur, yaitu
mencari, menganalisa dan mempelajari data yang terdapat dalam buku-buku atau
pustaka, jurnal, makalah, artikel, surat kabar, dokumen yang diterbitkan maupun
tidak diterbitkan baik secara resmi atau tidak resmi, situs web ataupun media lain
yang berkaitan dengan topik yang ditulis. Penulisan kali ini hanya difokuskan pada
peran UN Women dalam mengatasi permasalahan diskriminasi perempuan di
Afghanistan.
4. Hasil Penelitian
4.1 Bentuk-bentuk diskriminasi perempuan Afghanistan
Afghanistan merupakan sebuah negara yang dinilai sangat berbahaya bagi
wanita disebabkan oleh maraknya diskriminasi dan kemiskinan yang
berkepanjangan.10 Perempuan menjadi penerita terbesar akibat diskriminasi dan
10 Ahmad Khan, Women and Gender in Afghanistan (Virginia: 2012, The Civil-Military Centre)
7. Isu-Isu Hubungan Internasional 7
2020
krisis kemanusiaan.11 Keterbatasan akses dapat ditemui dalam aspek ekonomi,
kesehatan, dan pendidikan. Terkait pegadaan tenaga kerja, sebuah negara
diwajibkan untuk meniadakan tindakan diskriminasi kepada wanita di lingkungan
pekerja yang diantaranya berisi hak yang sama dalam mendapat pekerjaan, serta
jaminan sosial yang sama. Hal tersebut terdapat dalam Konvensi Wanita pasal 11
12 Namun sejak kelompok Taliban mulai menginvasi Afghanistan, yang terjadi
adalah pembatasan kinerja perempuan.
Dilihat dari aspek kesehatan, Afghanistan menempati peringkat ke-2 sebagai
negara dengan tingkat kematian ibu melahirkan dengan jumlah 15.000 mortalitas
setiap tahun.13 Kemudian, pada aspek pendidikan hanya terdapat 17% perempuan
Afghanistan yang terkonfirmasi sebagai warga melek huruf.14
4.2 Fungsi UN Women dalam penanggulangan diskriminasi perempuan
Afghanistan.
Dalam melaksanakan tugasnya, UN Women di Afghanistan juga
memiliki dua fungsi utama yaitu:
4.2.1 Menjadi media diskusi bagi kaum perempuan untuk menjalin kerja sama
yang saling menguntungkan.
4.2.2 Menjadi Lembaga independent dalam pelaksanaan kegiatan yang
menunjang penyelesaian permasalahan gender yaitu kegiatan sosial,
kemanusiaan, peace keeping dan operasi lainnya.15
11 Zachary Laub, The Taliban in Afghanistan ( New York: 2014, Council on Foreign Relation)
12 Tapi Ohmas Ihromi, Penghapusan Diskriminasi Terhadap Wanita (Bandung: 2000, Penerbit
Alumni)
13 Steven A, Zyck, Women & Gender in Afghanistan (Washington: 2012, Civil-Military Fusion
Center)
14 UNESCO, 2016, UNESCO Kabul's Enhancement of Literacy in Afghanistan (ELA) Program,
Terdapat dalam: https://www.youtube.com/watch?v=YF0ULat62FU Diakses pada: 14 Mei 2020
Pukul 23.11 WIB
15 Fitrah Awaliyah Rumadaul, Peran United Nations Women_Dalam menanggulangi_Diskriminasi
Terhadap Perempuan Di_Afghanistan, Global Political Studies Journal:2017 Vol.1 No.1. hlm. 72
8. Isu-Isu Hubungan Internasional 8
2020
4.3 Upaya penyelesaikan permasalahan diskriminasi perempuan di Afghanistan
yang dilakukan UN Women
Dalam penyelesaian permasalahan diskriminasi perempuan dan
kesetaraan gender di Afghanistan, UN Women mengambil langkah sebagai
berikut:
4.3.1 Mendukung penuh gerakan perempuan di bidang politik
Di ranah politik, UN Women sebagai organisasi internasional yang
berorientasi pada kesetaraan gender, mendukung penuh partisipasi aktif
perempuan dalam kancah perpolitikan. Pada pemilu tahun 2009 perempuan
diperbolehkan untuk turut andil menyuarakan pilihannya untuk memilih
presiden Afghanistan yang baru. UN Women juga telah meratifikasi Afghan
Womens Network (AWN) yang terdapat pada laporan CEDAW yang isinya
merupakan jejak pendapat masyarakat selama 10 tahun dalam pelaksanaan
konvensi di Afghanistan.16
4.3.2 Mendukung peran perempuan di bidang ekonomi
UN Women menjalin relasi dengan Ministry of Rural Rehabilitation and
Development yang menyuplai fasilitas pelatihan bagi perempuan untuk sarana
peningkatan kesadaran_dalam program_pencaharian. Pelatihan_ini fokus
kepada konsep kesetaraan gender_untuk memberi strategi dan metode yang
mengutamakan_pemberian kuasa terhadap wanita dalam perekonomian.17
4.3.3 Mendukung peran perempuan dalam pengembangan pendidikan
Berdasarkan pada laporan Afghan Goverment’s Ministry of Education
(MoE) pada 2011 anak perempuan merupakan 38% dari total populasi siswa di
16 Ibid, hlm. 72
17 Ibid, hlm. 72
9. Isu-Isu Hubungan Internasional 9
2020
Afghanistan. Tingkat melek huruf anak perempuan berusia 12-16 tahun
meningkat menjadi 37%. Dan sebanyak 9000 sekolah baru telah dibangun dan
beberapa diantaranya dikhususkan untuk pendidikan perempuan. Selain itu,
36% dari total guru yang dipekerjakan sejak tahun 2002 adalah dari kalangan
perempuan.18
4.3.4 Pembangunan inftrastruktur kesehatan
Ribuan mil jalan baru dibangun untuk akses menuju klinik dan rumah
sakit yang dibangun dengan dukungan internasional. Selain itu distribusi ponsel
yang massif untuk memudahkan wanita meminta bantuan medis atau saran
tanpa meninggalkan rumah. The Afghan Ministry of Public Health (MoPH)
mengatakan bahwa peluasan akses kesehatan terhadap perempuan merupakan
prioritas utama mereka. Menurut UK Department for International
Development (DFID), pada tahun 2002 hanya terdapat 10% populasi
Afghanistan yang memiliki akses kesehatan. Namun saat ini sebanyak 85%
warga Afghanistan telah memiliki akses ke fasilitas kesehatan.19
Dilaksanakannya kegiatan ataupun program pendidikan dan pembinaan
yang ditujukan kepada perempuan di Afghanistan merupakan bukti konkret UN
Women dalam upaya penyelesaian masalah diskriminasi perempuan
Afghanistan di ruang publik.
18 Steven A, Zyck, Women & Gender in Afghanistan (Washington: 2012, Civil-Military Fusion
Center)
19 Ibid, hlm. 5
10. Isu-Isu Hubungan Internasional 10
2020
5. Kesimpulan
UN Women adalah salah satu lembaga yang pergerakannya berfokus pada
kesetaraan gender dan pemberdayaan perempuan dibawah naungan PBB. Upaya-
upaya yang dilakukan UNWomen dalam menyelesaikan permasalahan diskriminasi
perempuan di Afghanistan adalah melalui program yang mendukung peningkatan
kesadaran perempuan dan kapasitasnya dalam memberikan perannya di bidang
ekonomi, kesehatan, pendidikan, bahkan sampai pada ranah politik.
Upaya yang dilakukan UN Women dapat dikatakan berhasil, sebab melalui
program pembangunan infrastruktur pendidikan yang baik sangat membantu
berjalannya proses belajar mengajar di Afghanistan. Semakin meningkatnya jumlah
fasilitas kesehatan yang didirikan oleh UN Women dan pemerintah Afghanistan
serta dukungan internasional berdampak pada semakin kecilnya angka kematian
ibu yang melahirkan.
Perempuan Afghanistan juga berkesempatan untuk berpendapat dan
membela hak mereka. Selain itu, saai ini juga perempuan Afghanistan dapat
menduduki kursi parlemen yang mana pada tahun awal kemunculan kelompok
Taliban kesempatan tersebut sangat terbatas bahkan mustahil didapatkan.
Selanjutnya, pada sektor ekonomi, perempuan Afghanistan juga telah banyak
terlibat, kondisi demikian berdampak pada ketahanan ekonomi perempuan
Afghanistan. UN Women memiliki peran untuk memberikan pelatihan-pelatihan
yang menunjang ketahanan ekonomi bagi perempuan di Afghanistan.
11. Isu-Isu Hubungan Internasional 11
2020
Daftar Pustaka
Buku:
Archer, C., 2001. International Organization. London: Routledge.
Ihromi, T. O., 2000. Penghapusan Diskriminasi Terhadap Wanita. Bandung:
Penerbit Alumni.
Linkater, S. B. a. A., 1996. Theories of International Relation. New York: ST
Martin's Press.
Mingst, K., 1999. Essenttials of International Relation. New York: W.W. Norton.
Sorensen, R. J. a. G., 2016. Pengantar Studi Hubungan Internasional. 5 ed.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Jurnal/Skripsi:
Amelia, C., 2016. Upaya United Nations Women (UN Women) dalam Peyetaraan
Gender di Afghanistan. eJournal Ilmu Hubungan Internasional,
Volume 4, pp. 86-102.
Kristiyanto, A. Y., 2018. Peran United Nations Women dalam Mendukung
Peningkatan Partisipasi Perempuan pada Pemilu Presiden
Afghanistan tahun 2014. Bandar Lampung, FISIPOL UNILA.
Rumadanul, F. A., 2017. Peran United Nations Women Dalam menanggulangi
Diskriminasi Terhadap Perempuan Di Afghanistan. Global Political
Studies, Volume 1, p. 72.
Laporan Resmi:
Khan, A., 2012. Women and Gender in Afghanistan , Virginia: The Civil-Military
Centre.
Lanub, Z., 2014. The Taliban in Afghanistan , New York: Council on Foreign
Relation.
Zyck, S. A., 2012. Women & Gender in Afghanistan , Washington: Civil-Military
Fusion Centre.
12. Isu-Isu Hubungan Internasional 12
2020
Website:
Hafil, M., 2014. Republika. [Online]
Available at:
http://www.republika.co.id/berita/internasional/global/14/04/19/n49c2
g-perempuan-afghanistan-masih-hadapi-diskriminasi-dan-kemiskinan
[Accessed 13 Mei 2020].
Unesco Kabul's Enhancement of Literacy in Afghanistan (ELA) Programme. 2016.
[Film] s.l.: UNESCO.
Women, U., 2010. UN Women Engagement in Afghanistan. [Online]
Available at:
https://asiapacific.unwomen.org/en/countries/afghanistan/1/un-
women-engagement-in-afghanistan
[Accessed 14 Mei 2020].