Dokumen tersebut merupakan bab pendahuluan skripsi yang membahas latar belakang masalah pengaruh penjualan kredit, perputaran piutang, dan periode penagihan piutang terhadap profitabilitas PT Intraco Penta Tbk periode 2010-2014. Dokumen ini menjelaskan pentingnya manajemen piutang bagi perusahaan dan mendefinisikan konsep-konsep kunci yang akan dianalisis.
1. PENGARUH PENJUALAN KREDIT, PERPUTARAN
PIUTANG DAN PERIODE PENAGIHAN PIUTANG
TERHADAP PROFITABILITAS
PT. INTRACO PENTA TBK PERIODE 2010 – 2014
SKRIPSI
ELYKA RITA
1112500632
PROGRAM STUDI STRATA-1 AKUNTANSI
SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI INDONESIA
JAKARTA
2016
2. BAB 1
PENDAHULUAN
1.1Latar Belakang Masalah
Perkembangan ekonomi mendorong peningkatan dan pertumbuhan dalam
dunia usaha. Banyak perusahaan melakukan penjualan secara kredit agar dapat
menjual lebih banyak barang atau jasa (Warren,dkk : 2009), hal ini berarti akan
timbul piutang atas penjualan kredit tersebut. Dengan demikian, banyak piutang
yang dapat dimanfaatkan untuk memperoleh keuntungan yang lebih banyak.
Dibidang perdagangan, untuk mencapai hal tersebut salah satunya menentukan
kebijakan penjualan yang menguntungkan bagi perusahaan. Sebagian besar
perusahaan memiliki tren untuk memberikan fasilitas kredit bagi pelanggannya.
Berawal dari aktivitas perusahaan, yakni penjualan ( penjualan kredit yang tujuan
utamanya adalah menjaga kelangsungan perusahaan dalam kondisi sulit ) maka
piutang timbul. Piutang sebagai asset yang materiil bagi perusahaan, karena
sebagian besar penjualan umumnya dilakukan secara kredit.
Dengan diterapkannya kebijakan penjualan secara kredit akan
mempermudah perusahaan dalam menjual produknya dan mempermudah
perusahaan untuk mendapatkan pelanggan yang lebih banyak serta memperluas
pangsa pasarnya dalam melakukan ekspansi.
Penjualan kredit akan mempengaruhi permintaan terhadap suatu produk
yang ditawarkan, terutama disaat kondisi perekonomian belum sepenuhnya pulih
seperti sekarang ini, ditambah lagi persaingan yang semakin ketat. Saat ini
pembeli lebih memilih untuk membeli produk secara kredit karena sebagian besar
dari mereka tidak mempunyai kondisi keuangan yang kuat.
3. Dengan diterapkannya kebijakan kredit, maka akan timbul piutang.
Perusahaan harus menunggu saatnya piutang dilunasi, karena ada tenggang waktu
antara saat penyerahan barang sampai dengan diterimanya uang. Piutang usaha
biasanya dapat ditagih dalam waktu 30 – 60 hari (Kieso,dkk:2002). Apabila
pelunasaan piutang tidak lancar, maka akan menganggu posisi keuangan karena
modal kerja banyak tertahan dalam bentuk piutang tersebut. Rasio keuangan
seringkali digunakan untuk mengevaluasi profitabilitas perusahaan. Rasio yang
digunakan untuk menilai profitabilitas piutang adalah rasio perputaran piutang.
Rasio ini mengukur berapa kali, secara rata – rata, piutang berhasil ditagih selama
suatu periode. Dengan adanya siklus piutang yang baik dan memenuhi standar,
maka hal – hal yang tidak diinginkan perusaahan seperti piutang tak tertagih dapat
dihindari, karena dengan adanya standar yang ditetapkan, manajemen perusahaan
akan lebih terarah dalam menjalankan kebijakan perusahaan. Perputaran yang
tidak stabil berdampak pada proses cepat atau lambatnya piutang menjadi kas
Masalah piutang ini menjadi penting manakala perusahaan harus menilai
dan mempertimbangkan berapa besarnya jumlah piutang yang optimal. Mengingat
pentingnya suatu piutang tersebut, piutang perusahaan harus dikelola secara
efisien dengan biaya – biaya yang ditimbulkan karena adanya piutang. Semakin
besar piutang semakin besar pula biaya-biaya (Carrying Cost) yang dikeluarkan
perusahaan. Oleh karena itu setiap perusahaan mengambil kebijaksanaan untuk
memberikan kredit yang sudah ditetapkan dan diharapkan untuk para konsumen
atau pelanggan agar mereka membayar utang tepat pada waktu yang telah
ditentukan. Mengingat bahwa piutang merupakan suatu bentuk investasi yang
cukup besar bagi perusahaan dan memberikan banyak manfaat bagi perusahaan,
maka diperlukan adanya manajemen piutang yang lebih baik sehingga keuntungan
– keuntungan yang didapatkan lebih meningkat. Selain itu piutang juga dapat
mengukur kemampuan perusahaan dengan keseluruhan dana atau modal yang
ditanamkan dalam aktiva yang digunakan untuk operasi perusahaan dan
menghasilkan keuntungan atau laba yang besar bagi perusahaan.
Bagian penagihan piutang menjadi bagian yang penting dalam
melancarkan distribusi pendapatan perusahaan. Kemampuan perusahaan untuk
menagih piutang dan membayar utang adalah salah satu ukuran kinerja
4. perusahaan sehingga perusahaan dapat bertahan di pasar untuk melayani
kebutuhan konsumen.
Berdasarkan latar belakang permasalahan yang diuraikan diatas,
maka penulis tertarik mempelajari lebih dalam mengenai fenomena tersebut
dengan membuat karya tulis dengan judul “Pengaruh Penjualan Kredit,
Perputaran Piutang dan Periode Penagihan Piutang terhadap Profitabilitas
PT. Intraco Penta Tbk periode 2010 – 2014”
1.2. Perumusan Masalah Pokok
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dijabarkan pada poin
sebelumnya, rumusan masalah penelitian ini adalah :
“ Apakah penjualan kredit, perputaran piutang usaha & periode
penagihan piutang berpengaruh terhadap profitabilitas PT. Intraco Penta Tbk
periode 2010 – 2014 “
1.3. Tujuan dan Kegunaan Penilitian
1.3.1. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian yang dilakukan di PT. Intraco Penta, Tbk
adalah :
1. Untuk menguji pengaruh penjualan kredit, perputaran piutang
dan penagihan piutang usaha yang diterapkan di PT Intraco
Penta Tbk terhadap profitabilitas perusahaan.
1.3.2. Kegunaan Penilitian
1. Bagi Manajemen Perusahaan
Penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan
masukan yang bermanfaat bagi perusahaan serta sumbangan
pemikiran yang diharapkan berguna bagi perusahaan setelah
5. membandingkan teori dengan praktek yang telah diterapkan,
khususnya mengenai penjualan kredit, perputaran piutang usaha
dan penagihan piutang usaha terhadap profitabilitas.
2. Bagi Pihak Lain yang Berkepentingan
Penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai media
informasi & penetapan mengenai penjualan kredit, perputaran
usaha, dan penagihan piutang usaha terhadap profitabilitas.
3. Bagi Peneliti Selanjutnya
Penelitian ini dapat dijadikan koreksi dan pertimbangan
untuk menghasilkan penelitian yang lebih sempurna.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1. Review Hasil Penelitian Terdahulu
Peneltian pertama dilakukan oleh Rina Yuliani Fakultas Ekonomi
dan Bisnis Universitas Brawijaya Malang yang berjudul “Pengaruh
Perputaran Piutang terhadap Profitabilitas Pada Perusahaan PT. Univeler
6. Indonesia, Tbk Tahun 2005 – 2012” didapati hasil penelitian sebagai
berikut : Hasil pengujian
menunjukkan bahwa tingkat perputaran piutang memiliki pengaruh
signifikan terhadap profitabilitas. Hasil ini dapat dilihat pada R Square
sebesar 0,795 yang berarti hubungan antara perputaran piutang dengan
profitabilitas mempunyai hubungan yang sangat kuat. Hasil penelitian ini
diperkuat dengan hasil pengujian hipotesis melalui Uji-t yang
menunjukkan signifikansi tingkat perputaran piutang sebesar 0,018 berada
dibawah 0,05 yang berarti tingkat perputaran piutang berpengaruh
signifikan terhadap profitabilitas (ROA). Jadi Hipotesis penelitian yang
menyatakan bahwa perputaran dan pengumpulan piutang bersama – sama
mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap profitabilitas perusahaan
terbukti benar.
Penelitian kedua dilakukan oleh Luh Komang Suarnami, I Wayan
Suwendra, Wayan Cipta, Jurusan Manajemen Universitas Pendidikan
Ganesha, Singaraja yang berjudul “ Pengaruh Perputaran Piutang dan
Periode Pengumpulan Piutang Terhadap Profitabilitas Pada Perusahaan
Pembiayaan “ didapati hasil penelitian sebagai berikut : Hasil analisis jalur
menunjukkan bahwa (1) perputaran piutang dan periode pengumpulan
piutang berpengaruh positif dan signifikan terhadap profitabilitas sebesar
75,6%, (2) perputaran piutang tidak berpengaruh signifikan terhadap
profitabilitas dan (3) periode pengumpulan piutang berpengaruh positif
dan signifikan terhadap profitabilitas sebesar 48,3%.
Penelitian ketiga dilakukan oleh Roristua Pandiangan, Fakultas
Ekonomi Universitas Soetomo Medan yang berjudul “ Rasio Perputaran dan
Periode Penagihan Piutang Usaha Terhadap Rasio Lancar Perusahan Barang
Produksi “. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak ada pengaruh (secara
parsial) rasio perputaran piutang usaha terhadap rasio lancar pada perusahaan
perdagangan besar barang produksi yang terdaftar di BEI dan hal ini
menunjukkan bahwa tingkat kepatuhan dan kesadaran debitur perusahaan sangat
7. baik. Sehingga manajemen perusahaan objek penelitian tidak khawatir terjadinya
piutang tak tertagih dan mengalihkan perhatiannya dari perputaran piutang usaha
ke hal – hal lain yang lebih penting dan hasil penelitian menunjukkan bahwa ada
pengaruh (secara parsial) periode penagihan piutang usaha terhadap rasio lancar
pada perusahaan perdagangan besar barang produksi yang terdaftar di BEI. Hal ini
menjelaskan bahwa manajemen perusahaan objek penelitian harus
mengkonsentrasikan perhatiannya terhadap periode penagihan piutang usaha,
karena semakin cepat piutang usaha ditagih maka akan mengurangi resiko piutang
tak tertagih. Hasil penelitian ini sesuai dengan teori menurut Warren et al. (2004)
dan Weygandt et al. (2004) dimana kemampuan perusahaan mengkonversi
piutang menjadi kas dan setara kas. Oleh karena itu, perputaran piutang usaha dan
periode penagihan piutang dapat menjadi perhatian dari manajemen perusahaan
sehingga perusahan dapat menjaga eksistensinya dalam memenuhi kebutuhan
konsumen.
Penelitian keempat dilakukan oleh M.S.K Ifurueze, International
university, Bamenda yang berjudul “ The Impact of Effective Management Of
Credit Sales On Profitability and Liquidity of Food and Beverage Industries in
Nigeria “. The study centered mainly on the effect of each of the individual
components of credit sales, profitability, liquidity and activity level of the
companies under study which include the credit sales percentage, gross profit
margin, net profit margin, return on capital employed, debtors collection period,
debtors turnover, acid test ratio and return on current assets. Also the credit policy
variables were examined which include credit standards, credit terms and
collection policy and procedures. Data were obtain ed from the Annual reports
and Accounts of the selected companies of year (2007-2011). The relevant data
were subjected to statistical analysis. Analysis of variance (ANOVA) was used in
testing the hypotheses. The study revealed that when credit sales are effectively
managed profitability is at a desirable level. Lastly, the finding revealed that when
a firm’s debtors turnover is favourable, liquidity is at a desirable level.
8. Penelitian yang kelima dilakukan oleh Ksenija Denčić-Mihajlov,
University of Niš, Faculty of Economic, Serbia dengan judul “ Impact of Accounts
Receivable Management on the Profitability during the Financial Crisis:
Evidence From Serbia “.
The competitive nature of the business environment requires firms to adjust their
strategies and apply financial policies to survive and enable growth. In most
firms,receivables represent large financial sources invested in asset and involve
significant volume of transactions and decisions. This paper investigates how
public companies listed at the regulated market in the Republic of Serbia manage
their accounts receivables during the recession times. A sample of 108 firms is
used, which are the most successful Serbian firms listed at the Prime and
Standard Listing as well as the Multilateral Trading Platform of the Belgrade
Stock Exchange. The accounts receivables policies are examined in the crisis
period of 2008-2011. In order to explore the relation between accounts
receivables and firm’s profitability, the short-term effects are tested. The study
shows that between accounts receivables and two dependent variables on
profitability, return on total asset and operating profit margin, there is a positive
but no significant relation. This suggests that the impact of receivables on firm’s
profitability is changing in times of a crisis.
2.2. Landasan Teori
2.2.1. Pengertian Penjualan Kredit
Menurut Warren et al. yang diterjemahkan oleh Farahmita dkk.
(2006, h.300) “penjualan adalah jumlah yang dibebankan kepada
pelanggan untuk barang dagang yang dijual, baik secara tunai maupun
9. kredit”. Definisi penjualan tersebut menekankan bahwa penjualan
merupakan suatu proses pembebanan sejumlah biaya baik secara tunai
maupun kredit kepada pelanggan atas barang atau jasa yang
didapatkannya.
Istilah kredit berasal dari bahasa Yunani “Credere” yang berarti
kepercayaan. Selain itu dalam bahasa latin terdapat istilah Crediturn yang
berarti kepercayaan akan kebenaran. Dibidang ekonomi, istilah kredit
diartikan sebagai kemampuan untuk memperoleh barang atau jasa dengan
janji membayar dikemudian hari.
Definisi penjualan kredit menurut Kieso (2007 : 386 ) adalah janji
lisan dari pembeli untuk membayar jasa yang dijual, biasanya ditagih 30 –
60 hari dan merupakan piutang terbuka yang berasal dari pelunasan utang
jangka pendek. Sedangkan Soemarso (2009:160) menerangkan bahwa
penjualan kredit adalah suatu kegiatan atau transaksi antar perusahaan
dengan pembeli yang berupa barang atau jasa yang dipesan oleh pembeli
dengan jangka waktu pembayarannya 30 hari atau lebih.
Dari definisi yang diberikan tersebut maka dapat disimpulkan
bahwa penjualan kredit adalah suatu kegiatan atau transaksi antar
perusahaan dengan menjual barang atau jasa secara kredit dan jangka
waktu pembayarannya 30 hari atau lebih.
2.2.1.1. Manfaat Penjualan Kredit
Gunawan Adisaputra (2003: 43) mengemukakan manfaat penjualan
kredit, antara lain:
1. Upaya untuk meningkatkan omzet penjualan.
2. Meningkatkan keuntungan.
3. Meningkatkan hubungan dagang antara perusahaan dengan para
langganan.
10. 4. Manfaat keuntungan berupa selisih bunga modal pinjaman yang harus
dibayarakan kepada bank sebagai sumber dana pembelanjaan piutang.
Dalam melakukan penjualan kredit perusahaan juga harus memperhatikan
resiko – resiko kredit. Faktor – faktor yang harus diperhatikan dalam menilai
resiko kredit dikenal dengan sebutan 5 C yakni :
1. Kepribadian (character) : digunakan untuk memperkirakan kemungkinan
bahwa pelanggan mau memenuhi kewajibannya.
2. Kemampuan (capacity) : merupakan penelitian subjektif atas kemampuan
pelanggan untuk membayar.
3. Modal (capital) : diukur dengan posisi keuangan perusahaan secara umum
yang disimpulkan dari analisis rasio keuangan.
4. Kolateral (collateral) : diberikan oleh pelanggan dalam bentuk aktiva
sebagai jaminan keamanan atas kredit yang diberikan.
5. Kondisi (conditions) : berhubungan dengan dampak kecenderungan
ekonomi secara umum terhadap perubahan atas perkembangan khusus di
sektor ekonomi tertentu yang mungkin berpengaruh terhadap kemampuan
pelanggan untuk memenuhi kewajibannya.
2.2.2. Pengertian Piutang
Menurut Warren, et. all (2009:437) menyatakan bahwa yang dimaksud
dengan “piutang adalah seluruh uang yang diklaim terhadap entitas lain, termasuk
perorangan, perusahaan dan organisasi lain”. Sedangkan menurut Hery (2014: 29)
” jumlah yang akan ditagih dari pelanggan sebagai akibat penjualan barang atau
jasa secara kredit”. S. Munawir (2007:15) berpendapat bahwa “ piutang dagang
(piutang usaha) menunjukkan piutang yang timbul dari penjualan barang – barang
atau jasa – jasa yang dihasilkan perusahaan. Dalam kegiatan perusahaan yang
normal, biasanya piutang dagang (piutang usaha) akan dilunasi dalam jangka
11. waktu kurang dari satu tahun, sehingga dikelompokkan dalam aktiva lancar.
Riyanto (2008: 85) mengemukakan bahwa penjualan kredit tidak segera
menghasilkan penerimaan kas, tetapi menimbulkan piutang langganan. Piutang
merupakan hak untuk menagih sejumlah uang dari si penjual kepada si pembeli
yang timbul karena adanya suatu transaksi. Piutang menurut Horne (2005 : 258)
mengatakan “piutang meliputi jumlah uang yang dipinjam dari perusahaan oleh
pelanggan yang telah membeli barang atau memakai jasa secara kredit. Dari
definisi yang telah diungkapkan, dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan
piutang adalah seluruh tagihan kepada pihak lain dalam bentuk uang sebagai
akibat penjualan barang atau jasa yang dilakukan secara kredit.
2.2.2.1. Jenis Piutang
Warren, et. all (2009: 437) mengklasifikasikan piutang kedalam tiga kategori
yaitu piutang usaha,wesel tagih, dan piutang lain-lain sebagai berikut :
1. Piutang Usaha
Banyak perusahaan melakukan penjualan secara kredit agar dapat menjual lebih
banyak barang atau jasa. Piutang seperti ini biasanya diharapkan dapat ditagih
dalam waktu dekat, misalnya 30 atau 60 hari.
2. Wesel Tagih
Wesel tagih adalah pernyataan jumlah utang pelanggan dalam bentuk tertulis dan
formal. Wesel tagih sering digunakan untuk periode kredit lebih dari 60 hari.
Selain itu, wesel tagih dapat digunakan untuk melunasi piutang pelanggan. Wesel
tagih dan piutang usaha yang dihasilkan dari transaksi penjualan terkadang
disebut piutang dagang (trade receivable)
3. Piutang lain-lain
Piutang lain-lain biasanya dikelompokkan secara terpisah di neraca. Jika piutang
tersebut diharapkan akan ditagih dalam waktu satu tahun, maka piutang tersebut
digolongkan sebagai aset lancar. Jika diperkirakan tertagih lebih dari setahun,
12. maka digolongkan sebagai aset tidak lancar dan dilaporkan dibawah pos Investasi.
Piutang lainnya mencakup piutang bunga, piutang pajak, dan piutang karyawan.
2.2.2.2. Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Besarnya Piutang
Besar kecilnya piutang dipengaruhi oleh beberapa faktor. Faktor-faktor tersebut
diantaranya seperti yang dikemukakan oleh Bambang Riyanto (2008: 85-87)
sebagai berikut :
1. Volume Penjualan Kredit
Makin besar proporsi penjualan kredit dari keseluruhan penjualan memperbesar
jumlah investasi dalam piutang.
2. Syarat Pembayaran Penjualan Kredit
Syarat pembayaran penjualan kredit dapat bersifat ketat atau lunak. Apabila
perusahaan menetapkan syarat pembayaran yang ketat berarti bahwa perusahaan
lebih mengutamakan keselamatan kredit daripada pertimbangan profitabilitas.
Syarat yang ketat misalnmya dalam bentuk batas waktu pembayaran yang pendek,
pembebanan bunga yang berat pada pembayaran piutang yang terlambat.
3. Ketentuan Tentang Pembatasan Kredit
Dalam penjualan kredit perusahaan dapat menetapkan batas maksimal atau
plafond bagi kredit yang diberikan kepada para langganannya. Makin tinggi
plafond yang ditetapkan bagi masing-masing langganan berarti makin besar pula
dana yang diinvestasikan dalam piutang, begitu pula sebaliknya.
4. Kebijaksanaan dalam Mengumpulkan Piutang
Perusahaan yang menjalankan kebijaksanaan secara aktif, maka perusahaan harus
mengeluarkan uang yang lebih besar untuk membiayai aktivitas pengumpulan
piutang, tetapi dengan menggunakan cara ini, maka piutang yang ada akan lebih
cepat tertagih, sehingga akan lebih memperkecil jumlah piutang perusahaan.
Sebaliknya, jika perusahaan menggunakan kebijaksanaan secara pasif, maka
13. pengumpulan piutang akan lebih lama, sehingga jumlah piutang perusahaan akan
lebih besar.
5. Kebiasaan Membayar Dari Para Langganan
Kebiasaan para langganan untuk membayar dalam periode Cash Discount akan
mengakibatkan jumlah piutang lebih kecil, sedangkan langanan membayar
periode setelah Cash Discount akan mengakibatkan jumlah piutang lebih besar
karena jumlah dana yang tertanam dalam piutang lebih lama untuk menjadi kas.
2.2.2.3. Resiko Yang Mungkin Timbul Dalam Piutang
Dengan penjualan kredit, diharapkan volume penjualan akan lebih besar jika
dibandingkan dengan penjualan yang dilakukan secara lebih besar jika
dibandingkan dengan penjualan yang dilakukan secara tunai saja. Akan tetapi
penjualan kredit sedikit banyak akan menimbulkan resiko tidak dibayarkannya
piutang oleh sebagian dari langganan perusahaan. Menurut Mujati Suaidah
(2008:8), adapun risiko tersebut diantaranya adalah:
a. Resiko Tidak Dibayarkannya Seluruh Jumlah Piutang.
Resiko ini adalah resiko yang paling berat yang harus ditanggung oleh perusahaan
yang menjual secara kredit, karena tidak dibayarkannya seluruh jumlah piutang,
sehingga perusahaan akan menanggung kerugian sebesar jumlah piutang tersebut.
Resiko tersebut bisa terjadi bila seorang langganan sengaja menipu, melarikan
diri, atau bangkrut usahanya yang menyebabkan piutang tersebut tidak terbayar
seluruhnya.
b. Resiko Tidak Dibayarkannya Sebagian Piutang.
Walaupun piutang telah dibayar sebagian, tetapi hal ini juga menimbulkan
kerugian bagi perusahaan, karena kemungkinan sebagian dari piutang tersebut
tidak dibayar.
c. Resiko Keterlambatan Didalam Melunasi Piutang.
14. Resiko keterlambatan dalam melunasi piutang lebih ringan bila dibandingkan
kedua resiko diatas, karena pada akhirnya piutang yang telah diberikan oleh
perusahaan akan dibayar oleh pihak debitur.
d. Resiko Tertanamnya Modal Dalam Piutang
Apabila perusahaan memberikan piutang maka dengan sendirinya terdapat modal
yang tertanam dalam piutang tersebut. Apabila investasi dalam piutang terlalu
besar jumlahnya akan mengakibatkan kontinuitas perusahaan.
2.2.2.4. Pengakuan dan Pencatatan
Pengakuan pendapatan dari penjualan kredit berdasarkan kriteria
pengakuan pendapatan, yakni pendapatan diakui ketika terjadi realisasi yaitu
sumber daya bukan kas ditukar dengan kas atau hak atas kas dan pendapatan
diperoleh ketika proses perolehan sudah selesai.
Menurut Mulyadi (2008:261) pencatatan piutang dapat dilakukan dengan
salah satu dari 4 (empat) metode berikut ini :
1. Metode Konvesional
Dalam metode ini posting kedalam kartu piutang dilakukan atas dasar data
yang dicatat dalam jurnal. Berbagai transaksi yang mempengaruhi piutang
adalah
a. Transaksi penjualan kredit, transaksi diposting dalam kartu piutang
atas dasar data yang telah dicatat dalam jurnal penjualan kredit.
b. Transaksi retur penjualan, posting transaksi berkurangnya piutang dari
transaksi retur penjualan di posting kedalam kartu piutang atas dasar
data yang telah dicatat dalam jurnal retur penjualan.
15. c. Transaksi Penerimaan Kas dari Piutang, transaksi berkurangnya
piutang dari pelunasan piutang oleh debitur di psoting kedalam kartu
piutang atas dasar data yang telah dicatat dalam jurnal umum.
d. Transaksi Penghapusan Piutang, transaksi berkurangnya piutang dari
transaksi penghapusan piutang di posting kedalam kartu piutang atas
dasar data yang dicatat dalam jurnal umum.
2. Metode Posting Langsung
Metode ini dibagi menjadi 2 (dua) golongan yakni :
a. Metode Posting Harian
Posting langsung kedalam kartu piutang dengan tulisan tangan;Jurnal
hanya menunjukkan jumlah total harian saja (tidak rinci). Dalam
metode ini, faktur penjualan yang merupakan dasar untuk pencatatan
atas timbulnya piutang, di posting langsung setiap hari secara rinci
kedalam kartu piutang. Jurnal penjualan diisi dengan jumlah total
penjualan harian yang merupakan jumlah faktur penjualan selama
sehari. Faktur yang diterima dari bagian penagihan diterima oleh
bagian piutang dalam batch disertai dengan pita daftar total (pre-list
tape). Jumlah faktur penjualan yang tercantum dalam pita daftar total
tersebut dicatat dalam jurnal penjualan. Selanjutnya, setiap bulan
jurnal penjualan tersebut di posting ke rekening control piutang dalam
buku besar. Setiap bulan pula diadakan rekonsiliasi antara rekening
kontrol piutang dengan daftar saldo (trial balance) yang disusun dari
kartu piutang. Ada dua cara menangani media yang akan diposting
kedalam kartu piutang :
1. Media disortasi menurut abjad sebelum di posting satu per satu
kedalam kartu piutang, dan kemudian dibuat pita pembuktian
ketelitian posting dari kartu piutang kemudian dicocokan dengan
pita daftar total yang menyertai media pada saat diterima bagian
16. penagihan. Pencocokkan ini dimaksudkan untuk membuktikan
ketelitian posting yang telah dilakukan.
2. Posting kedalam kartu piutang sesuai dengan urutan pada waktu
diterima dari bagian penagihan.
b. Metode Posting Periodik
1. Posting ditunda.
Pada metode ini faktur penjualan yang diterima dari bagian
penagihan, oleh bagian piutang disimpan sementara menunggu
beberapa hari, untuk nantinya secara sekaligus di posting kedalam
kartu piutang bersama – sama dalam sekali periode posting dengan
menggunakan mesin pembukuan.
2. Penagihan Bersiklus
Dalam metode ini pada akhir bulan, dilakukan kegiatan posting
yang meliputi :
Posting media yang dikumpulkan selama sebulan tersebut
kedalam pernyataan piutang dan kartu piutang
Mencatat dan menghitung saldo kartu piutang, metode ini
membagi pekerjaan posting kedalam kartu piutang dan
pernyataan piutang tersebut tersebar merata kedalam hari
kerja selama sebulan. Setiap pelanggan akan menerima
pernyataan piutang pada tanggal hari kerja yang sama
setiap bulan.
3. Metode Pencatatan Tanpa Buku Pembantu (ledgerless
bookkeeping)
Dalam metode ini faktur penjualan beserta dokumen
pendukungnya yang diterima dari bagian penagihan, oleh bagian
piutang diarsipkan menurut nama pelanggan dalam arsip faktur
17. yang belum bayar (unpaid invoice file). Pada saat diterima
pembayarannya ada 2 (dua) cara yang ditempuh sebagai berikut :
a. Jika pelanggan membayar penuh jumlah yang tercantum dalam
faktur penjualan, faktur yang bersangkutan diambil dari arsip
faktur yang belum dibayar dan dicap “lunas”, kemudian
dipindahkan kedalam arsip faktur yang telah dibayar.
b. Jika pelanggan hanya membayar sebagian jumlah dalam faktur,
jumlah kas yang diterima dan sisa yang belum dibayar oleh
pelanggan dicatat pada faktur tersebut. Kemudian dibuat faktur
tiruan yang berisi informasi yang sama dengan faktur aslinya,
dan faktur tiruan tersebut kemudian disimpan dalam arsip
faktur yang telah dibayar dan faktur asli disimpan kembali
kedalam faktur yang belum dibayar.
4. Metode Pencatatan Piutang dengan Komputer
Metode pencatatan ini menggunakan batch sistem. Dalam sistem
ini, dokumen sumber yang mengubah piutang dan sekaligus di
posting setiap hari untuk memmutakhirkan catatan piutang. Dalam
sistem ini dibentuk 2 (dua) macam arsip : arsip transaksi
(transaction file) dan arsip induk (master file) dan pencatatan
piutangnya dilakukan secara hari ini dan setiap hari pula, arsip
transaksi digunakan untuk memutakhirkan arsip induk piutang.
a. Ayat jurnal untuk mengakui piutang dari penjuaan barang atau
jasa adalah :
Tgl Keterangan Debit Kredit
XX-XX-
XXXX
Piutang XXX
18. Penjualan XXX
b. Ayat jurnal untuk penerimaan kas saat piutang sudah dibayar
adalah :
Tgl Keterangan Debit Kredit
XX-XX-
XXXX
Kas XXX
Piutang XXX
c. Ayat jurnal untuk pembebanan piutang tak tertagih adalah :
Metode langsung :
Tgl Keterangan Debit Kredit
XX-XX-
XXXX
Beban Piutang
Tak Tertagih
XXX
Piutang XXX
Metode penyisihan :
Tgl Keterangan Debit Kredit
XX-XX-
XXXX
Beban piutang
tak tertagih
XXX
19. Penyisihan
Piutang tak
tertagih
XXX
d. Ayat jurnal untuk penghapusan piutang adalah :
Metode langsung
Tgl Keterangan Debit Kredit
XX-XX-
XXXX
Beban piutang
tak tertagih
XXX
Piutang XXX
Metode Penyisihan
Tgl Keterangan Debit Kredit
XX-XX-
XXXX
Beban
Penyisihan
Piutang tak
tertagih
XXX
Penyisihan
Piutang tak
tertagih
XXX
Namun apabila setelah piutang dihapus, pelanggan melakukan
pembayaran, maka ayat jurnalnya adalah :
Metode langsung
20. Tgl Keterangan Debit Kredit
XX-XX-XXXX Piutang XXX
Beban Piutang
tak tertagih
XXX
Tgl Keterangan Debit Kredit
XX-XX-XXXX Kas XXX
Piutang XXX
Metode penyisihan
Tgl Keterangan Debit Kredit
XX-XX-XXXX Penyisihan
Piutang tak
tertagih
XXX
Beban
Penyisihan
Piutang tak
tertagih
XXX
Tgl Keterangan Debit Kredit
XX-XX-
XXXX
Kas XXX
21. Piutang XXX
2.2.2.5. Pengelolaan Piutang
Piutang merupakan asset yang cukup material. Oleh karena
itu diperlukan manajemen piutang yang efektif dan efisien agar
jumlah dana yang diinvestasikan dalam piutang sesuai dengan
tingkat kemampuan piutang sesuai dengan tingkat kemampuan
perusahaan sehingga tidak mengganggu aliran kas.
Menurut Mulyadi (2008:211) dalam bukunya “Sistem
Akuntansi” menerangkan bahwa pemisaha fungsi – fungsi piutang
pun perlu dilakukan antara lain adalah :
a. Fungsi Penjualan
Fungsi ini bertanggung jawab untuk menerima surat order dari
pembeli, mengedit order dari pelanggan untuk menambahkan
informasi yang belum ada pada surat order tersebut, meminta
otorisasi kredit tersebut, menentukan tanggal pengiriman dan
dari gudang mana akan dikirim , dan mengisi surat order
pengiriman.
b. Fungsi Kredit
Fungsi ini bertanggung jawab untuk meneliti status kredit
pelanggan dan memberikan otorisasi kredit kepada pelanggan.
c. Fungsi Gudang
Fungsi gudang bertanggung jawab untuk menyimpan barang
yang dipesan oleh pelanggan, serta menyerahkan barang ke
fungsi pengiriman.
d. Fungsi Pengiriman
22. Fungsi ini bertanggung jawab untuk menyerahkan barang atas
surat order pengiriman yang diterima dari fungsi penjualan.
e. Fungsi Penagihan
Fungsi ini bertanggung jawab untuk membuat dan
mengirimkan faktur penjualan kepada pelanggan, serta
menyediakan copy faktur bagi kepentingan pencatatan transaksi
penjualan oleh fungsi akuntansi.
f. Fungsi Akuntasi
Fungsi ini bertanggung jawab untuk mencatat piutang yang
timbul dari penjualan kredit dan membuat serta mengirimkan
pernyataan piutang kepada para debitur serta membuat laporan
penjualan.
2.2.3. Perputaran Piutang Usaha
Menurut Warren, et. all (2005: 407) Perputaran piutang usaha (account
receivable turnover) mengukur seberapa sering piutang usaha berubah menjadi
kas dalam setahun. Menurut Stice et al. yang diterjemahkan oleh Akbar (2009,
h.798) “perputaran piutang menggambarkan rata - rata jumlah penjualan/siklus
penagihan yang dilaksanakan perusahaan selama tahun berjalan. Semakin tinggi
perputaran, semakin cepat periode penagihan piutang”
Menurut Agnes Sawir (2005: 16) perputaran piutang atau receivable turn
over adalah rasio yang menunjukkan sejauh mana kecepatan perputaran piutang.
Van Horne dan Wachowicz (1997: 140) juga berpendapat bahwa rasio perputaran
piutang menginformasikan berapa kali piutang diputar (diubah menjadi kas)
dalam setahun. Kasmir (2010: 131) menyatakan, perputaran piutang (turnover
receivable) merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur berapa lama
penagihan piutang selama satu periode. Martono dan Harjito (2003) juga
menambahkan, perputaran piutang adalah periode terikatnya piutang sejak
terjadinya piutang sampai piutang tersebut dapat ditagih dalam bentuk uang kas
23. dan akhirnya dapat dibelikan kembali menjadi persediaan dan dijual secara kredit
menjadi piutang kembali. Sartono (2010:119) menyatakan bahwa semakin cepat
periode berputarnya piutang menunjukkan semakin cepat penjualan kredit dapat
kembali menjadi kas. Riyanto (2001) menyatakan bahwa perputaran piutang
adalah rasio yang memperlihatkan lamanya waktu untuk mengubah piutang
menjadi kas. Sedangkan Bramasto (2007) menyatakan bahwa perputaran piutang
berasal dari lamanya piutang diubah menjadi kas, piutang timbul karena adanya
transaksi penjualan barang atau jasa secara kredit.
Berdasarkan pendapat beberapa ahli di atas dapat disimpulkan bahwa
perputaran piutang adalah periode terikatnya piutang yang menunjukkan berapa
kali piutang tersebut berputar selama periode tertentu sejak terjadinya piutang
sampai piutang tertagih kembali kedalam kas perusahaan. Agar peputaran piutang
dalam perusahaan efektif dan efisien maka manajemen perusahaan harus bisa
mengelola perputaran piutang dengan baik. Piutang dalam perusahaan harus selalu
dalam keadaan berputar selama periode tertentu agar terhindar dari terjadinya bad
debt. Perusahaan dapat melakukan suatu tindakan untuk mempercepat perputaran
piutang. Semakin tinggi tingkat perputaran piutang maka semakin tinggi pula
profitabilitas pada perusahaan, karena dengan perputaran piutang yang tinggi
menyebabkan investasi yang sedikit pada piutang; sehingga akan lebih cepat
menjadi kas yang kemudian digunakan untuk investasi kembali dan dapat
meminimalkan risiko kerugian piutang (bad debts).
Tingkat perputaran piutang (Receivable Turnover) dapat diketahui dengan
membagi jumlah penjualan kredit (credit sales). selama periode tertentu dengan
jumlah rata – rata piutang (Average Receivable).
2.2.4. Periode Penagihan Piutang
Rumusnya : Perputaran Piutang = Penjualan Kredit Bersih
Rata – Rata Piutang
24. Hanafi (2010: 563) menyatakan, rata-rata periode pengumpulan
piutang adalah periode dari penjualan kredit terjadi sampai penjualan tersebut
dibayarkan. Menurut Munawir (2004) jangka waktu pengumpulan piutang adalah
jangka waktu yang menunjukkan waktu rata-rata yang diperlukan untuk menagih
piutang. Sartono (2009) menambahkan “periode pengumpulan piutang yaitu rata-
rata hariyang diperlukan untuk merubah piutang menjadi kas”. Dari pengertian di
atas dapat disimpulkan bahwa periode pengumpulan piutang adalah waktu yang
dibutuhkan bagi perusahaan untuk mengumpulkan piutang menjadi kas. Periode
pengumpulan piutang dapat memberikan tolok ukur mengenai lamanya waktu
piutang yang beredar. Apabila rata-rata jangka waktu penagihan piutang terlalu
lama, hal ini disebabkan oleh pengendalian piutang yang kurang terkontrol.
Semakin lama hari pengumpulan piutang maka akan berdampak buruk pada
profitabilitas perusahaan. Sedangkan, semakin cepat hari pengumpulan piutang
maka akan berdampak baik bagi profitabilitas perusahaan.
Periode terikatnya modal dalam piutang atau rata – rata pengumpulan
piutang (Average Collection Period) dapat dihitung dengan membagi tahun
dalam hari dengan turnovernya. Dengan menganalisa rata – rata waktu pencairan
piutang usaha harus membandingkan dengan jangka waktu kredit yang diberikan
oleh perusahaan kepada pelanggannya. Jika ternyata rata – rata waktu pencairan
piutang usaha lebih lama dari jangka waktu kredit yang diberikan, berarti terdapat
banyak pelanggan yang terlambat membayar hutangnya.
2.2.4.1. Kebijakan Penagihan Piutang
Sejumlah teknik penagihan piutang yang biasanya dilakukan oleh
perusahaan bilamana langganan atau pembeli belum membayar sampai dengan
waktu yang telah ditentukan adalah sebagai berikut:
1. Melalui surat formal atau elektronik
Rumusnya : Periode rata – rata = 360
Pengumpulan Piutang Perputaran Piutang
25. 2. Melalui telepon
3. Kunjungan atau pertemuan regular
4. Tindakan hukum
2.2.5. Pengertian Profitabilitas
Menurut Sartono (2001: 120) “profitabilitas adalah kemampuan
perusahaan memperoleh laba dalam hubungannnya dengan penjualan, total aktiva
maupun modal sendiri”. Profitabilitas menurut Riyanto (2001) adalah kemampuan
perusahaan untuk menghasilkan laba selama periode tertentu. Husnan (2001)
menyatakan bahwa profitabilitas adalah kemampuan suatu perusahaan dalam
menghasilkan keuntungan (profit) pada tingkat penjualan, aset, dan modal saham
tertentu. Profitabilitas adalah kemampuan perusahaan dalam memperoleh laba
atau keuntungan (Raharjaputra, 2009:195), dimana hubungannya dengan
penjualan, 455 total aktiva, maupun modal sendiri. Sedangkan menurut
Wiagustini (2010:76) profitabilitas adalah menunjukkan kemampuan perusahaan
memperoleh laba atau ukuran efektivitas pengelolaan manajemen perusahaan.
Kemampuan memperoleh laba bisa diukur dari modal sendiri maupun dari seluruh
dana yang diinvestasikan ke dalam perusahaan (Wiagustini, 2010:77).
Berdasarkan beberapa pengertian di atas, maka secara umum profitabilitas adalah
kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba yang diukur melalui rasio
keuangan. Rasio profitabilitas adalah rasio yang digunakan untuk mengukur
kemampuan perusahaan menghasilkan laba dan juga untuk mengetahui efektifitas
perusahaan dalam mengelola sumber-sumber daya yang dimilikinya. Prihadi
(2008: 51) menyatakan perhitungan profitabilitas dapat dikelompokkan kedalam
tiga jenis, antara lain:
1. Tingkat profitabilitas yang dikaitkan dengan pendapatan (penjualan), return on
sales (ROS),
2. Tingkat profitabilitas yang dikaitkan dengan penggunaan aset, return on asset
(ROA),
26. 3. Tingkat profitabilitas yang dikaitkan dengan modal sendiri, return on equity
(ROE).
Menurut Munawir (2007: 89) ROI (Return On Investment) adalah
satu bentuk dari rasio profitabilitas yang dimaksudkan untuk dapat mengukur
kemampuan perusahaan dengan keseluruhan dana yang ditanamkan dalam aktiva
yang digunakan untuk operasi perusahaan untuk menghasilkan keuntungan.
Syamsuddin (2007: 63) menyatakan, Return on Investment (ROI) atau yang
sering juga disebut dengan “return on total assets” adalah pengukuran
kemampuan perusahaan secara keseluruhan didalam menghasilkan keuntungan
dengan jumlah keseluruhan aktiva yang tersedia dalam perusahaan. Semakin
tinggi ratio ini, semakin baik keadaan suatu perusahaan. Prihadi (2008: 68)
menyatakan, Return on asset (ROA, laba atas aset) mengukur tingkat laba
terhadap aset yang digunakan dalam menghasilkan laba tersebut. Sedangkan
Sartono (2009: 65) mengemukakan Return on Investment (ROI) atau Return on
Total Assets, adalah ratio antara laba setelah pajak/ Earning After Tax (EAT)
dengan total aktiva. Dengan demikian rasio ini menghubungkan keuntungan yang
diperoleh dari operasi perusahaan (net operating income) dengan jumlah investasi
atau aktiva yang digunakan untuk menghasilkan keuntungan tersebut (net
operating assets).
Rumus dalam mengukur ROA :
2.2.6. Kerangka Teoritis
2.2.6.1 Identifikasi Variabel – Variable Penelitian
Masalah yang terkait dalam penelitian ini adalah apakah penjualan kredit,
perputaran piutang dan periode penagihan piutang terhadap profitabilitas
ROA= Laba Setelah Pajak
Jumlah Aktiva
27. perusahaan PT. Intraco Penta, Tbk. Maka variable yang terdapat dalam penelitian
ini :
Penjualan kredit, Perputaran piutang & periode penagihan piutang sebagai
variabel independen.
ROA sebagai variabel dependen.
2.3. Hubungan antar Variabel Penelitian
Dengan timbulnya penjualan kredit maka akan menjadi piutang,
sehingga mengharuskan perusahaan bekerja lebih optimal lagi, yang
kemudian berhubungan dengan perputaran dan penagihannya agar
tidak membuat perusahaan terganggu terutama arus kasnya.
Tingkat perputaran piutang yang tinggi akan secara otomatis
membuat rata – rata pengumpulan piutang akan menjadi lebih cepat
sehingga resiko piutang tak tertagih berkurang.
Perputaran piutang yang tinggi mengindikasikan jumlah
penjualan yang tinggi pula dan mempengaruhi pendapatan secara
mutlak.
Berdasarkan uraian diatas, maka disimpulkan bahwa penjualan
kredit, perputaran piutang dan periode penagihan piutang
berhubungan dengan kemampuan perusahaan dalam mencetak laba.
28. 2.4. Hipotesis Penelitian
Y
X1 X2 X3
Hipotesis
1. Faktor penjualan kredit memberikan pengaruh terhadap Profitabilitas
2. Faktor Perputaran Piutang memberikan Pengaruh terhadap
Profitabilitas
3. Faktor Periode Penagihan piutang memberikan Pengaruh terhadap
Profitabilitas.
Profitabilitas
Periode
Penagihan
Perputaran
Piutang
Penjualan
Kredit
29. DAFTAR PUSAKA
Gunawan Adisaputra. 2003. Analisa Laporan Keuangan. Yogyakarta: Liberty.
Hanafi, Mamduh M. 2004. Manajemen Keuangan. Yogyakarta: BPFE.
30. Hery. 2014. Akuntansi Aset, Liabilitas, dan Ekuitas. Jakarta: Grasindo.
Horne, James C. Van, dan John M. Wachowicz. 2005. Fundamentals of Financial
Management. Buku satu. Edisi pertama. Jakarta: Salemba.
Hunan, Suad dan Enny Pudjiastuti. 2007. Dasar – Dasar Manajemen Keuangan.
Edisi Keempat. Yogyakarta: UMP AMP YKPN.
Kasmir. 2010. Analisa Laporan Keuangan. Edisi ketiga. Jakarta: Rajawali Pers.
Kieso, Donald E., Jerry J. Weygandt, dan Terry D. Warfield. 2002. Akuntansi
Intermediete Terjemahan Emil Salim, Jilid 1, Edisi Kesepuluh. Jakarta: Erlangga.
Kieso, Donald E., Jerry J. Weygandt, dan Terry D. Warfield. 2007. Akuntansi
Intermediete, Jilid 1, Edisi 12. Jakarta: Salemba Empat.
Martono dan Agus Harjito. 2003. Manajemen Keuangan, Edisi Pertama.
Yogyakarta: Penerbit Ekomisia.
Mulyadi. 2008. Sistem Akuntansi. Jakarta: Salemba Empat.
Munawir. 2004. Analisis Laporan Keuangan, Edisi Ke-4. Yogyakarta: Liberty.
Munawir. 2007. Analisis Laporan Keuangan. Yogyakarta: Liberty.
Suarnami, Luh Komang, dkk. 2014. Pengaruh Perputaran Piutang dan Periode
Pengumpulan Piutang Terhadap Profitabilitas Pada Perusahaan Pembiayaan.
Jurusan Manajemen Universitas Pendidikan Ganesha, Singaraja.
Prihadi, Toto. 2008. Deteksi Cepat Kondisi Keuangan (Analisis Rasio Keuangan).
Jakarta: PPM.
31. Riyanto, Bambang. 2001. Dasar-Dasar Pembelanjaan Perusahaan. Yogyakarta:
BPFE
Riyanto, Bambang. 2008. Dasar – Dasar Pembelanjaan Perusahaan. Yogyakarta:
BPFE.
Sartono, Agus. 2001. Manajemen Keuangan Teori dan Aplikasi, Edisi Empat.
Yogyakarta: BPFE.
Sartono, Agus. 2009. Manajemen Keuangan Soal dan Penyelesaiannya.
Yogyakarta: BPFE.
Sawir, Agnes. 2005. Analisis Kinerja Keuangan dan Perencanaan Keuangan
Perusahaan. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Singgih Santoso. 2004. Buku Latihan SPSS Statistik Parametik. Edisi Kedua.
Jakarta: Elex Media Komputindo.
S. Munawir. 2007. Analisa Laporan Keuangan Edisi Keempat. Yogyakarta:
Liberty.
Syamsuddin, Lukman. 2007. Manajemen Keuangan Perusahaan. Jakarta: PT Raja
Grafindo Persada.
Soemarso. S. R. 2009. Akuntansi Suatu Pengantar. Edisi Kelima. Jakarta:
Salemba Empat.
Stice, Stice, dan Skousen. 2009. Akuntansi Keuangan-Intermediate Accounting.
Buku dua, Edisi enam belas. Jakarta: Salemba Empat.
Wahid Sulaiman. 2002. Jalan Pintas Menguasai SPSS. Yogyakarta: Andi.
32. Warren, Reeve, dan Fess. 2005. Accounting-Pengantar Akuntansi, Buku satu,
Edisi dua puluh satu. Jakarta: Salemba Empat.
Warren, Reeve, dan Fess. 2006. Accounting-Pengantar Akuntansi, Buku satu,
Edisi dua puluh satu. Jakarta: Salemba Empat.
Warren, Reeve, dkk. 2009.Pengantar Akuntansi Buku 1. Jakarta: Salemba Empat.
www.idx.co.id
www.intracopenta.com
Yuliani, Rina. 2013. Pengaruh Perputaran Piutang Terhadap Profitabilitas Pada
Perusahaan Pt. Unilever Indonesia Tbk. Tahun 2005 – 2012. Fakultas Ekonomi
dan Bisnis Universitas Brawijaya Malang.
33.
34. BAB III
PROSEDUR PENELITIAN
3.1. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di PT. Intraco Penta, Tbk (INTA) didirikan tanggal 10
Mei 1975 dan memulai kegiatan usaha komersialnya pada tahun 1975. Kantor pusat
INTA terletak Jl. Raya Cakung Cilincing KM 3,5 Jakarta 14130, sedangkan cabang-
cabang INTA terletak di beberapa kota di Indonesia. Intraco Penta, Tbk. (INTA) adalah
salah satu perusahaan distributor alat-alat berat terkemuka di Indonesia. Untuk menjadi
partner yang memenuhi seluruh kebutuhan pelanggan, INTA juga menawarkan layanan
pendukung lainnya, yang mencakup persediaan suku cadang, perawatan, dan perbaikan.
Setelah berada di bisnis ini selama tiga puluh delapan tahun, INTA telah mendapat
kepercayaan dari para pelaku, termasuk yang terkenal produsenalat-alat berat Volvo,
Ingersoll-Rand, Bobcat dan pelanggannya, yang terdiri dari perusahaan-perusahaan di
bidang pertambangan, konstruksi / infrastruktur, kehutanan, agro-bisnis, minyak dan gas,
dan industri umum. INTA telah memanfaatkan kepercayaan yang telah dibangun dengan
para pelaku dan pelanggan dengan memposisikan diri sebagai sebuah perusahaan yang
menawarkan produk dengan kualitas terbaik dan layanan yang dapat diandalkan.
Sejumlah besar lini produk yang didistribusikan oleh INTA menjadi pemimpin dalam
penetrasi pasar.
Pada tahun 1993, INTA mencatatkan sahamnya di Bursa Efek Indonesia (sebelumnya
Bursa Efek Jakarta). Memulai sebagai perusahaan dagang di Jakarta, INTA telah terus
memperluas jaringannya di seluruh Indonesia. Sekarang ini memiliki lebih dari 30
cabang dari Sumatera ke Papua. Perluasan ini telah didukung oleh tenaga kerja yang
berkualifikasi lebih dari 800 karyawan pada akhir 2008.
Sebagai perusahaan yang berfokus pada pelanggan, INTA menuju kepada
penyedia layanan total (total solution provider) melalui ‘channel of solution’ yang
dimilikinya. Solusi total ini akan sepenuhnya terwujud melalui anak perusahaan INTA
35. Intan Baruprana Finance (IBF) dan afiliasinya: Kasuari, Terrafactor Indonesia, dan
Columbia Chrome Indonesia. IBF sendiri, dengan spesialisasinya di bidangn
pembiayaan alat berat, telah dipilih sebagai salah satu perusahaan multifinance terbaik
untuk beberapa tahun berturut-turut oleh media bisnis terkemuka di Indonesia.
Lokasi penelitian ini dipilih karena dianggap sebagai tempat yang tepat bagi
peneliti untuk memperoleh data yang diperlukan, yaitu berupa gambaran umum
perusahaan, bidang usaha dan dokumen – dokumen lain yang berkaitan dengan variabel
penelitian. Penelitian ini dilakukan pada bulan Februari 2016 sampai dengan selesai.
3.2. Populasi dan Sample Penelitian
3.2.1. Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan perdagangan besar yang terdaftar di
BEI. Data yang digunakan adalah data sekunder, data sekunder adalah data yang didapat
tidak secara langsung dari objek penelitian. Peneliti mendapatkan data yang sudah jadi
yang dikumpulkan oleh pihak lain.
3.2.2. Sample
Dalam pengambilan sampel, digunakan teknik pengambilan sampel Non Probability
Sampling, dimana setiap unsur yang terdapat dalam populasi tidak memiliki kesempatan
atau peluang yang sama untuk dipilih sebagai sampel, Sampel yang dipilih adalah PT.
Intraco Penta, Tbk. Pemilihan unit sampling ini didasarkan pada penilaian subjektif.
3.3. Strategi dan Metode Penelitian
3.3.1. Strategi Penelitian
Strategi Penlitian yang digunakan adalah asosiatif. Strategi asosiatif merupakan
penelitian yang bertujuan untuk mengetahui hubungan antara dua variabel atau lebih.
Dengan penelitian ini maka akan dapat dibangun suatu teori yang dapat berfungsi untuk
menjelaskan, meramalkab dan mengontrol suatu gejala.
3.3.2. Metode penelitian
36. Metode penelitian yang digunakan adalah metode kuantitatif (data berbentuk
angka). Strategi dan metode penelitian ini dipilih sesuai dengan tujuan penelitian yang
akan dicapai, yaitu untuk memperoleh jawaban yang tepat mengenai adakah pengaruh
penjualan kredit, perputaran piutang & periode penagihan piutang usaha terhadap
profitabilitas perusahaan di PT. Intraco Penta Tbk periode 2010 – 2014.
3.4. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah melalui dua cara, yakni peneliti
melakukan pengumpulan data yang diperoleh melalui media cetak dengan cara membaca
buku-buku dan literatur yang berhubungan dengan penelitian dan melalui media internet
dengan cara mengunduh data yang dibutuhkan melalui situs resmi Bursa Efek Indonesia
www.idx.co.id. Pengumpulan data ini dilakukan pada bulan februari 2016.
3.5. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional
3.5.1. Definisi Operasional
1. ROA
ROA diukur dengan membagi laba setelah pajak dengan total asset. ROA
merupakan variabel yang berpengaruh jika terjadi piutang dalam perusahaan.
Rumus :
ROA = Laba Setelah Pajak
Jumlah Aktiva
2. Perputaran Piutang
Perputaran piutang dihitung berdasarkan selisih penjualan bersih dengan
rata – rata piutang perusahaan.
Rumus :
Perputaran Piutang = Penjualan Kredit Bersih
Rata – Rata Piutang
37. 3. Periode Pengumpulan Piutang
Rumus :
Periode rata – rata = 360
Pengumpulan Piutang Perputaran Piutang
3.5.2. Penyajian data
Data akan disajikan dalam bentuk tabel dan grafik agar data yang
disajikan dapat mudah dipahami.
3.5.3. Analisis Statistik Data
Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini dan dianggap sesuai
yaitu menggunakan SPSS dengan metode sebagai berikut :
1. Analisis Regresi Linear Berganda
Regresi linear bertujuan untuk mengetahui pengaruh satu atau dua lebih
variabel bebas (Independent) dilambangkan dengan X terhadap satu variabel
terikat (Dependent) dilambangkan dengan Y.
Mencari persamaan regresi dengan rumus :
Y = ɑ + b1X1 + b2X2 + b3X3
Dimana b1 = halaman 317
Dimana b1 = (Ʃx²3).(Ʃx1y) – (Ʃx1.x2)(Ʃx3y)
(Ʃx2
1).( Ʃx2
2) – (Ʃx1.x2)2
Dimana b2 = (Ʃx²2).(Ʃx2y) – (Ʃx1.x2)(Ʃx2y)
38. (Ʃx2
1).( Ʃx2
2) – (Ʃx1.x2)2
Dimana b3 = (Ʃx²1).(Ʃx3y) – (Ʃx1.x2)(Ʃx1y)
(Ʃx2
1).( Ʃx2
2) – (Ʃx1.x2)2
Dimana ɑ = ƩY – b1(ƩX1) – b2(ƩX2) – b3(ƩX3)
n n n n
Keterangan :
Y = variabel terikat
X1 = variabel bebas pertama
X2 = variabel bebas kedua
X3 = variabel bebas ketiga
ɑ & b1, b2 serta b3 = konstanta
n = jumlah data
2. Analisis Koefisiensi Korelasi
Buku halaman251, 263
Untuk memberikan interprestasi koefisiensi korelasi mempunyai nilai
antara -1, 0 dan 1 :
a. Apabila r = -1 maka korelasi negatif sempurna, artinya terjadi hubungan
bertolak belakang antara variabel X dan variabel Y, bila variabel X naik,
maka variabel Y turun. Apabila penjualan kredit naik, tingkat perputaran
piutang naik dan periode penagihan piutang naik maka profitabilitas
menurun dan sebaliknya.
b. Apabila r = 0 maka hubungan variabel X dan Y adalah tidak ada atau
dikatakan lemah, maka dapat dikatakan tidak ada hubungan. Apabila
penjualan kredit, tingkat perputaran piutang naik dan periode penagihan
piutang dan profitablitas tidak ada hubungan.
39. c. Apabila r = 1 maka korelasi positif sempurna, artinya terjadi hubungan
searah variabel X dan variabel Y, bila variabel X naik maka variabel Y
naik. Apabila penjualan kredit naik, tingkat perputaran piutang naik dan
periode penagihan piutang naik, maka profitabilitas akan naik &
sebaliknya.
Interval Koefisien Tingkat Hubungan
0,00 - 0,199 Sangat lemah
0,20 - 0,399 Lemah
0,40 - 0,599 Cukup
0,60 - 0,799 Kuat
0,80 - 0,100 Sangat kuat
Menurut : Syofian (2013:251)
3. Koefisien Determinasi
Koefisien determinasi (KD) adalah angka yang menyatakan atau digunakan
untuk mengetahui kontribusi atau sumbangan dalam presentase yang diberikan
oleh sebuah variabel atau lebih X (bebas) terhadap variabel Y (terikat).
Rumus :
KD = r2
x 100%
Keterangan :
KD = Koefisien Determinasi
r = Koefisien Korelasi
40. 4. Pengujian Hipotesis
Tujuan dilakukan pengujian hipotesis adalah untuk mengetahui adakah
hubungan antara penjualan kredit, tingkat perputaran piutang, periode
penagihan piutang usaha dan profitabilitas. Langkah – langkah yang
dilakukan dalam melakukan pengujian hipotesis adalah sebagai berikut :
a. Ho : 0 Tidak terdapat pengaruh positif yang signifikan penjualan
kredit, tingkat perputaran piutang dan periode penagihan piutang
terhadap profitabilitas PT. Intraco Penta Tbk periode 2010 – 2014.
Ha : 0 Terdapat pengaruh positif yang signifikan penjualan kredit,
tingkat perputaran piutang dan periode penagihan piutang terhadap
profitabilitas PT. Intraco Penta Tbk periode 2010 – 2014.
b. Menentuka populasi (N), sample (n), taraf nyata (ɑ) atau tingkat
keyakinan (1- ɑ) taraf nyata (ɑ) = 5 % dan tingkat keyakinan (1- ɑ) =
95 %
c. Memilih uji statistik
41. BAB IV
HASIL PENELITIAN
4.1. Deskripsi Objek Penelitian
4.1.1. Sejarah Berdirinya Perusahaan
Pada tahun 1970, Halex Halim bersama dengan tiga orang kerabat yakni
Sucipto Halim, Wahab Firmansyah, dan Simin Kusumo mendirikan PT Intraco
Penta, Tbk (INTA). Bermula sebagai sebuah toko sederhana di Jakarta Pusat
yang yang menjual suku cadang alat berat, kini INTA telah berkembang menjadi
perusahaan yang mendistribusikan alat berat segmen khusus. Kepercayaan
yang besar dari para mitra usaha membuat INTA dipercaya untuk memasarkan
berbagai merek alat berat dengan reputasi yang tinggi di pasar internasional.
Beberapa merek alat berat yang dipasarkan INTA antara lain Volvo, Bobcat,
Mahindra, SDLG, dan Sinotruk. Dengan keenam merek handal tersebut, INTA
berusaha memberikan layanan terbaik sebagai Penyedia Solusi Total di bidang
alat berat. Konsep ini menjadi dasar bagi Perseroan untuk terus melakukan
inovasi dan transformasi, sesuai dengan kebutuhan industri terkini. Didukung
pengalaman selama 44 tahun serta jaringan distribusi di 44 titik, PT Intraco
Penta, Tbk senantiasa bertransformasi untuk mewujudkan keberadaan
perseroan sebagai pendukung pembangunan ekonomi lokal. SEKILAS INTA
INTA AT A GLANCE 9 Berbekal konsep tersebut, INTA telah mensinergikan
setiap bidang usaha yang digeluti, yakni pemasaran alat berat, penyewaan alat
berat, pembiayaan, tambang, manufaktur, engineering hingga kontraktor
tambang. Peluang yang besar di luar sektor tambang telah mendorong
Perseroan untuk melakukan ekspansi usaha selama lima tahun terakhir.
Sehingga hari ini, INTA juga melayani perusahaan di berbagai sektor lainnya
seperti agribisnis, minyak dan gas, infrastruktur dan konstruksi, serta industri
umum. Bisnis perkebunan dan pertanian yang berkembang pesat mendorong
INTA menyediakan produk pilihan untuk melayani sektor ini melalui Mahindra,
42. merek andalan sektor pertanian asal India. Dalam menjalankan usaha, INTA
selalu termotivasi untuk mendukung kesuksesan mitra dan pelanggan. Dengan
prinsip tersebut, Perseroan yakin akan dapat berkembang bersama-sama
dengan setiap pemangku kepentingan. Prinsip ini pula yang telah teruji berhasil
mendatangkan pertumbuhan secara berkesinambungan kepada Perseroan.
Berbekal komitmen yang kuat serta prinsip maju bersama mitra, hingga tahun
2014 aset INTA telah mencapai Rp5,775 triliun, atau naik 21,76% dibandingkan
dengan aset 2013 yang sebesar Rp4,742 triliun. Untuk mencapai Tata Kelola
Perusahaan yang baik serta memberikan nilai tambah bagi masyarakat, pada
tahun 1993 INTA mencatatkan 7,74% saham atau setara dengan 29 juta saham
di Bursa Efek Indonesia. Pada akhir 2014, saham INTA ditutup pada level Rp279
per saham, naik 7,3% dari harga saham di awal tahun 2014 yang sebesar Rp269
per saham. Demi meningkatkan tingkat likuiditas di pasar primer, pada tahun
2011 Perseroan melakukan pemecahan saham dengan rasio 1:5. Dengan
begitu, jumlah saham INTA yang beredar di pasar modal meningkat menjadi 2,16
miliar saham. Kinerja harga saham yang baik membuat saham Perseroan,
dengan kode saham INTA, berhasil masuk jajaran indeks LQ45 di Bursa Efek
Indonesia pada tahun 2012. Perjalanan INTA juga ditandai oleh berdirinya
anakanak usaha baru yang bertujuan mendukung bisnis inti . Pada tahun 2012,
Perseroan mendirikan dua anak perusahaan sekaligus yakni PT Intraco Penta
Prima Servis (IPPS) yang berfokus pada penjualan dan layanan merek Volvo
dan SDLG, serta PT Intraco Penta Wahana (IPW) yang berfokus pada penjualan
dan layanan merek Sinotruk, Bobcat, Doosan dan Mahindra. Dengan kehadiran
kedua perusahaan ini, Perseroan berharap kegiatan usaha pemasaran setiap
merek-merek alat berat dapat dilakukan dengan lebih fokus dan terarah. Anak
usaha lainnya ialah PT Inta Resources yang bertujuan menangkap setiap
peluang di bidang energi dan sumber daya alam. Perjalanan Perseroan tahun
lalu juga ditandai oleh berdirinya INTA Institute, sebuah lembaga pendidikan
yang didedikasikan kepada generasi penerus bangsa yang terpanggil untuk
menyalurkan keahliannya di bidang bisnis alat berat. Seluruh kegiatan bisnis
Perseroan ini ditopang oleh jaringan distribusi yang hingga 31 Desember 2014
43. mencapai 44 titik di seluruh Indonesia. Selanjutnya, INTA bertujuan membangun
ekonomi lokal melalui strategi Penyedia Solusi Total serta senantiasa
bekerjasama dengan pemerintah setempat serta para mitra usaha.
4.1.2 Jejak Langkah PT. Intraco Penta, Tbk
1970
UD Intraco, sebuah usaha dagang yang bergerak di bidang perdagangan
suku cadang, didirikan di Jakarta.
1975
Menjadi Perusahan Terbatas [PT], dan mengubah nama menjadi PT
Intraco Penta.
1982
Ditunjuk menjadi penyalur dari NV PD Pamitran, distributor alat berat
Clark Equipment.
1984
Dipercaya untuk menjual Renault truk.
1991
Menambah daftar produk alat berat, Farm Tractor Lamborghini dan Bell.
1992
Mengakuisisi NV PD Pamitran sekaligus menjadi pemegang merek untuk
VME, P&H/PPM, dan Bobcat.
1993
Tercatat di Bursa Efek Jakarta [sekarang Bursa Efek Indonesia] pada 30
Juni, dengan 29 juta lembar saham untuk memperoleh Rp29 miliar.
44. 2001
Memulai implementasi SAP untuk Teknologi informartika Perusahaan –
system ERP yang terintegrasi.
2003
Mengakuisisi Intan Baruprana Finance [IBF]. Setelah akuisisi, bidang
bisnis IBFN menjadi perusahaan pembiayaan alat-alat berat.
2004
Mencatat peningkatan penjualan sebesar 50% dan pertumbuhan
pendapatan sebesar 240%.
2005
Modal INTA naik sebesar 133%.
2006
Total aset Intan Baruprana Finance (IBF) meningkat lima kali lipat, dimana
IBF juga dinilai sebagai salah satu perusahaan leasing terbaik di
Indonesia untuk tiga kali berturut-turut.
2007
Mencanangkan Decade of Innovation sebagai tema strategis Perusahaan,
dalam upayanya untuk melanjutkan pertumbuhan dan meraih peluang
bisnis lainnya.
2008
INTA mencetak rekor total pendapatan dengan meraih lebih dari Rp1
triliun, kenaikan pendapatan bersih 141%.
2009
Inta mempertahankan total pendapatan di atas Rp1 triliun, sementara laba
bersih naik sebesar 63,3%, meskipun permintaan lebih rendah akibat
krisis ekonomi global dan ditunjuk sebagai dealer Mahindra & SDLG.
2010
45. INTA mengakuisisi Terra Factor Indonesia [TFI] dan Columbia Chrome
Indonesia [CCI] dengan nilai transaksi sebesar Rp170 miliar, dan
membentuk Unit Usaha Syariah di IBF.
2011
Inta mencetak rekor baru dalam kinerja keuangan, dengan mencapai total
aset Rp3,7 triliun dan pendapatan Rp3 triliun. INTA dipercaya untuk
menjadi distributor tunggal di Indonesia untuk memasarkan produk merek
Sinotruk dari Cina.
2012
INTA masuk jajaran Indeks LQ45 di Bursa Efek Indonesia, sekaligus
termasuk ke dalam daftar 50 Perusahaan Terbaik Indonesia versi majalah
Forbes Indonesia dan menjadi Top Performing Company versi majalah
Investor.
2013
INTA melalui PT Intraco Penta Prima Servis [IPPS] memenangkan
kompetisi antar mekanik South East Asia HUB Volvo Master Champion
2013-2014 yang diadakan Volvo Construction Equipment untuk level Asia
Tenggara dan Asia Pasifik [termasuk Australia dan Selandia Baru].
2014
Pada 2 Mei 2014, INTA meresmikan INTA Institute, suatu lembaga
pendidikan yang bertujuan mempersiapkan tenaga kerja yang unggul dan
berkualitas di bidang alat berat. INTA institute bertempat di lahan seluas
8.000 m2 di Cakung.Di tahun yang sama, IBFN mencatatkan sahamnya di
Bursa Efek Indonesia pada 22 Desember 2014 dengan kode saham IBFN.
Dalam IPO ini, IBFN melepas 21,05% saham ke publik dengan perolehan
dana sebesar Rp192 miliar. Sebagian besar dari dana ini akan digunakan
untuk modal kerja pembiayaan.
46. 4.1.3. Struktur Organisasi PT. Intraco Penta, Tbk
Anggaran dasar Perseroan menetapkan bahwa Perseroan diurus oleh
suatu Direksi dibawah pengawasan Dewan Komisaris yang semuanya
diangkat oleh Rapat Umum Pemegang Saham. Tugas dan wewenang dewan
komisaris dan direksi diatur dalam anggaran dasar Perseroan.
Adapun struktur organisasi PT. Intraco Penta, Tbk , terdiri atas dewan
komisaris, dewan direksi dan komite audit dengan susunan sebagai berikut :
Dewan Komisaris
Komisaris Utama : Tn. Halex Halim
Komisaris Independen : Tn. Tonny Surya Kusnadi
Komisaris : Ny. Leni Halim
Dewan Direksi
Presiden Direktur : Tn. Petrus Halim
Direktur Keuangan : Tn. Fred Lopez Manibog
Direktur Penjualan : Tn. Willy Rumondor
Direktur Pemasaran : Tn. Jimmy Halim
4.1.4. Anak Perusahaan PT. Intraco Penta, Tbk
1. PT. Intraco Penta Prima Servis
PT Intraco Penta Prima Servis (IPPS) didirikan pada bulan Agustus
2012 sebagai sebuah perusahaan perdagangan alat berat, dengan
tujuan mengelola dealership Volvo dan SDLG di INTA Group. IPPS
47. mengelola produk-produk berkualitas tinggi, yang terkenal karena
keamanannya, ramah lingkungan dan efisiensi yang tinggi. IPPS
bertanggung jawab untuk pengembangan, promosi, pemasaran dan
seluruh kegiatan usaha yang terkait dengan Volvo dan SDLG di
Kalimantan, Sulawesi dan Maluku, yang dioperasikan di 12 jaringan
distribusi yang ada kantornya dan di 27 titik layanan purna jual untuk
memastikan respon yang sangat baik demi memenuhi kebutuhan
pelanggan, pengendalian yang lebih baik atas peralatan dan kualitas
tinggi atas layanan purna pasar. Didukung oleh lebih dari 712 tenaga
kerja yang berpengalaman dan karyawan terlatih, dilengkapi dengan
program pengembangan pelatihan dan karyawan yang dilakukan
secara terus menerus.
2. PT. Intraco Penta Wahana
PT lntraco Penta Wahana (IPW) didirikan pada Februari 2012
sebagai perusahaan transportasi dan perdagangan peralatan
konstruksi. IPW melalui Inta adalah distributor tunggal atas Sinotruk
(produsen dan eksportir terbesar truk berat di China), Bobcat (pemain
penting di dunia peralatan compact), Mahindra (produsen traktor
pertanian terbesar ke-3 di dunia ), dan Doosan (produsen kompresor
udara portabel dan produser sumber cahaya penerangan). IPW
memiliki distribusi yang luas dan layanan purna jual di seluruh
Indonesia dan didukung oleh lebih dari 214 karyawan. Keunggulan IPW
adalah mampu menawarkan layanan purna jual yang amat luas.
3. PT. Intan Baruprana Finance
PT Intan Baruprana Finance (IBFN) merupakan salah satu anak
perusahaan INTA Group dan juga merupakan salah satu 10
perusahaan terbesar multi finance di Indonesia dengan didukung aset
senilai lebih dari 3 triliun rupiah pada tahun 2014. IBFN didirikan pada
tahun 1991, dan diakuisisi oleh INTA Group pada tahun 2003 untuk
48. mendukung bisnis alat berat Group. IBFN ditargetkan untuk menjadi
perusahaan Go Public yang berjalan dengan baik dan independen.
IBFN melakukan diversifikasi ke sektor industri lain di luar batu bara
dan pertambangan, dan diversifikasi ke produk dan merek lainnya.
Setelah menjadi perusahaan terbuka pada tahun 2014, visi IBFN
adalah menjadi perusahaan Tier Satu di industri keuangan di Indonesia.
Sebagai perusahaan pembiayaan, IBFN menawarkan berbagai layanan
pembiayaan meliputi alat berat baru, alat bekas, perbaikan dan
pemeliharaan, serta fasilitas pendukung operasional pelanggan.
4. PT Karya Lestari Sumber Alam
Rekam jejak PT Karya Lestari Sumber Alam (KASUARI) sejak
berdirinya 1998 termasuk aplikasi dan pemeliharaan peralatan
pertambangan, sebagai hal penting untuk menjadi kontraktor
pertambangan nasional yang sangat kompeten. Solusi yang ditawarkan
adalah eksplorasi tambang, perencanaan tambang, pembangunan
infrastruktur, eksploitasi tambang, dan reboisasi. KASUARI telah
menangani proyek termasuk pertambangan emas di Jawa Barat,
pertambangan nikel di Maluku Utara, dan pertambangan batu bara di
Kalimantan Timur dan Sumatera.
5. PT Columbia Chrome Indonesia
PT Columbia Chrome Indonesia (CCI) berfokus pada pembuatan
komponen alat-alat berat, seperti layanan hard chrome plating dan
fabrikasi alat berat seperti perangkat truk. CCI didirikan pada tahun
1991 sebagai sebuah perusahaan investasi asing dan berubah menjadi
sebuah perusahaan investasi domestik pada tahun 1995. CCI dimulai
sebagai spesialis plating dan hidrolik dimana saat ini kehandalan CCI
sudah diakui diantara perusahaan konstruksi global. CCI memiliki 4
cabang yang berlokasi di Jakarta, Balikpapan, Sangatta, dan Tanjung.
Lini bisnis CCI adalah Chromplate (melakukan plating permukaan),
49. Chromtach (memproduksi peralatan tambahan pada alat berat),
Chromtail (memproduksi peralatan tambahan pada truk), dan Chromlite
(memproduksi lampu penerangan portable).
6. PT. Inta Resources
Untuk memasuki bisnis pertambangan, pada 2011 INTA
mendirikan PT Inta Resources (IR) sebagai perusahaan yang bergerak
di bidang solusi energi dan sumber daya. Pendirian perusahaan ini
merupakan langkah strategis yang disiapkan INTA untuk masuk ke
bisnis energi dan sumber daya secara langsung di saat yang tepat
sambil tetap memegang komitmen sebagai Penyedia Solusi Total
dimana bisnis energi dan sumber daya merupakan strategi jangka
panjang untuk meningkatkan keuntungan kepada para pemangku
kepentingan.
7. PT Terra Factor Indonesia
PT Terra Factor Indonesia adalah salah satu perusahaan
penyewaan alat berat dan penjualan alat berat bekas terbesar di
Indonesia. Terrafactor telah membangun tingkat tinggi kepercayaan dan
kepuasan pelanggan melalui penyediaan peralatan dan kehandalan,
serta layanan premium. Lini bisnis yang berkembang dari
pertambangan, minyak dan gas dan industri konstruksi. Kunci
pelayanan Terrafactor adalah menghasilkan produk yang berkualitas
tinggi dan yang handal, memberikan solusi terhadap keterbatasan
bujet, solusi untuk pekerjaan musiman, sementara atau spesifik,
menawarkan paket perawatan yang bebas dari kesulitan, pemasaran
yang luas dan dukungan jaringan.
50. 4.2. Deskripsi Data
Data yang diperoleh oleh penulis adalah neraca dan laporan laba rugi, data
tersebut diperoleh dari laporan keuangan PT. Intraco Penta Tbk selama 5 tahun, yaitu
dari tahun 2010 sampai dengan tahun 2014.
4.2.1. Perkembangan Penjualan PT. Intraco Penta Tbk
Berikut ini adalah tabel yang disajikan oleh penulis untuk menunjukan
gambaran penjualan pada PT. Intraco Penta Tbk. Berdasarkan data laporan keuangan
PT. Intraco Penta Tbk dalam kurun waktu 5 tahun yaitu selama periode 2010 – 2014.
Tabel 4.2. Penjualan PT. Intraco Penta Tbk
Selama Periode 2010 - 2014
Penjulan (Dalam Jutaan Rupiah)
Tahun
Penjualan Peningkatan Penjualan
(Dalam Jutaan Rupiah) (Dalam Jutaan Rupiah)
2010 1,833,181 ‐
2011 3,000,323 1,167,142
2012 2,592,824 ‐407,499
2013 2,570,668 ‐22,156
2014 1,671,141 ‐899,527
Total Peningkatan Penjualan ‐162,040
Peningkatan Penjualan Rata‐Rata ‐40,510
Sumber : data diolah dari Laporan Keuangan PT Intraco Penta Tbk, periode 2010‐2014
Pada penjelasan tabel 4.2. Penjualan bersih yang terjadi pada PT. Intraco
Penta Tbk yaitu mengalami perubahan yang fluktuatif setiap tahunnya. Penjualan bersih
mengalami kenaikan adalah pada tahun 2011 yaitu sebesar Rp 3,000,323,000,000,-
sedangkan penjualan terendah terjadi pada tahun 2014 sebesar Rp
51. 1,671.141,,000,000,- dengan kecenderungan penurunan penjualan rata – rata -Rp
40,510,000,000, per tahun dan dapat pula digambarkan dalam bentuk grafik sebagai
berikut :
Penjualan Bersih (Dalam Jutaan Rupiah)
. Gambar 4.1. Grafik Penjualan PT. Intraco Penta Tbk Periode 2010 – 2014
4.2.2. Perkembangan Tingkat Perputaran Piutang PT. Intraco Penta Tbk
Penulis akan meneliti mengenai perhitungan piutang rata – rata , perputaran
piutang dan laba usaha (profit) PT. Intraco Penta Tbk. Untuk menyajikan perputaran
piutang usaha PT. Intraco Penta Tbk dapat digunakan perhitungan yaitu penjualan
bersih PT. Intraco Penta Tbk dibagi dengan piutang rata – rata PT. Intraco Penta Tbk,
1,833,181
3,000,323
2,592,824
2,570,668
1,671,141
2010 2011 2012 2013 2014
52. dimana piutang rata – rata PT. Intraco Penta Tbk diperoleh dari hasil perhitungan
piutang awal PT. Intraco Penta Tbk ditambahkan dengan piutang akhir PT. Intraco
Penta Tbk lalu dibagi dua. Dengan mengetahui perputaran piutang, maka akan
diketahui berapa kali piutang usaha dapat ditagih oleh perusahaan, karena semakin
cepat perputaran piutang usaha suatu perusahaan maka semakin baik kondisi
keuangan perusahaa, berikut ini perhitungan piutang rata – rata PT. Intraco Penta Tbk
dalam kurun waktu 5 tahun yaitu selama periode 2010 – 2014 yang ditunjukkan dalam
tabel 4.3.
Tabel 4.3. Perhitungan Data Tahunan Piutang Rata – Rata PT. Intraco Penta Tbk
periode 2010 – 2014
(Dalam Jutaan Rupiah)
Tahun Piutang Awal Piutang Akhir Piutang Rata‐Rata
2010 209,309 234,260 221,785
2011 234,260 562,895 398,578
2012 562,895 485,697 524,296
2013 485,697 646,691 566,194
2014 646,691 730,198 688,445
Sumber : data diolah dari Laporan Keuangan PT. Intraco Penta Tbk Periode 2010 - 2014
Hasil perhitungan diatas menunjukkan bahwa piutang rata – rata tertinggi
diperoleh PT. Intraco Penta Tbk pada tahun 2014 yaitu sebesar Rp. 688,445,000,000,-
yang didapat dari piutang awal tahun 2014 sebesar Rp. 646,691,000,000,- ditambah
piutang akhir tahun 2014 sebesar Rp. 730,198,000,000,- lalu dibagi dua, sedangkan
piutang rata – rata terendah pada tahun 2010 yaitu sebesar Rp. 221,785,000,000,-
yang didapat dari piutang awal tahun 2010 sebesar Rp. 209,309,000,000,- dan
ditambah piutang akhir tahun 2010 sebesar Rp. 234,260,000,000 lalu dibagi dua.
53. Setelah mendapatkan hasil perhtungan piutang rata – rata pada tabel 4.3.
dan sudah tersedianya data penjualan bersih selama 5 tahun pada PT. Intraco Penta
Tbk pada tabel 4.2, maka tingkat perputaran piutang dapat diketahui dengan rumus
sebagai berikut :
Perputaran Piutang = Penjualan Bersih = ... Kali
Piutang Rata ‐ rata
Perhitungan nilai tingkat perputaran piutang PT. Intraco Penta Tbk periode 2010 –
2014 akan dibahas dalam tabel 4.4 berikut ini :
Tabel 4.4. Perhitungan Data Tahunan Perputaran Piutang PT. Intraco Penta Tbk
periode 2010 - 2014
Tahun Penjualan Bersih
Piutang Rata ‐ Rata Perputaran Piutang Peningkatan
(Dalam Jutaan Rupiah)
(Dalam Kali) Perputaran Piutang
2010 1,833,181 221,785 8.27 ‐
2011 3,000,323 398,578 7.53 (0.74)
2012 2,592,824 524,296 4.95 (2.58)
2013 2,570,668 566,194 4.54 (0.41)
2014 1,671,141 688,445 2.43 (2.11)
Total Peningkatan Perputaran Piutang
(5.84)
Peningkatan Perputaran Piutang Rata ‐ Rata
(1.46)
Sumber : data diolah dari Laporan Keuangan PT. Intraco Penta Tbk Periode 2010 – 2014
54. Dari perhitungan tingkat perputaran piutang diatas, dapat pula digambarkan
dalam bentuk grafik sebagai berikut :
Berdasarkan tabel dan grafik diatas, dapat diketahui bahwa perputaran piutang
PT. Intraco Penta Tbk periode 2010 – 2014 adalah fluktuasi. Perputaran piutang
terendah terjadi pada tahun 2014 yaitu sebesar 2,43 kali sedangkan perputaran piutang
terjadi pada tahun 2010 yaitu sebesar 8,27 kali, dengan kecenderungan penurunan
tingkat perputaran piutang rata – rata sebesar 1,46 kali.
4.2.3. Perkembangan Pengumpulan Piutang Usaha PT. Intraco Penta Tbk
Periode terikatnya modal dalam piutang atau rata – rata pengumpulan piutang
(Average Collection Period) dapat dihitung dengan membagi tahun dalam hari dengan
turnovernya.
8.27
7.53
4.95
4.54
2.43
2010 2011 2012 2013 2014
Tingkat
Perputaran Piutang (Dalam Kali)
Rumusnya : Periode rata – rata = 360
Pengumpulan Piutang Perputaran Piutang
55. Perhitungan nilai periode rata – rata pengumpulan piutang PT. Intraco Penta Tbk
periode 2010 – 2014 akan dibahas dalam tabel 4.5 berikut ini :
Tabel 4.5. Data Tahunan Periode Rata - Rata Pengumpulan Piutang PT. Intraco
Penta Tbk Periode 2010 - 2014
Tahun
Perputaran Piutang Periode Peningkatan Periode
(Dalam Kali)
Pengumpulan Piutang
(Hari)
Pengumpulan Piutang
(Hari)
2010 8.27 44 ‐
2011 7.53 48 4
2012 4.95 73 25
2013 4.54 79 6
2014 2.43 148 69
Total Peningkatan Periode Pengumpulan Piutang 105
Peningkatan Periode Pengumpulan Piutang Rata ‐ Rata 26
Sumber : data diolah dari Laporan Keuangan PT. Intraco Penta Tbk Periode 2010 – 2014
56. Perhitungan periode penagihan piutang diatas, dapat pula digambarkan
dalam bentuk grafik sebagai berikut :
Dari tabel dan grafik diatas menunjukkan bahwa periode rata – rata
pengumpulan piutang terlama adalah tahun 2014 yaitu 148 hari sedangkan periode rata
– rata tercepat adalah tahun 2010 yaitu 44 hari.
44
48
73
79
148
2010 2011 2012 2013 2014
Periode Rata ‐ Rata Pengumpulan
Piutang (Hari)
57. 4.2.4. Perkembangan Laba Usaha PT. Intraco Penta Tbk
Berikut ini adalah tabel yang disajikan untuk menunjukkan gambaran usaha PT.
Intraco Penta Tbk. Berdasarkan data laporan keuangan PT. Intraco Penta Tbk
khususnya pada neraca dan laba rugi dalam kurun waktu 5 tahun yaitu periode 2010 –
2014.
Tabel 4.6. Data Tahunan Laba Usaha PT. Intraco Penta Tbk Periode 2010 –
2014
Pada tabel 4.6 diatas menunjukkan laba usaha tertinggi yang diperoleh PT.
Intraco Penta Tbk adalah pada tahun 2011 yaitu sebessar Rp 120,214,000,000,-
sedangkan laba terendah pada tahun 2013 yaitu sebesar Rp 242,631,000,000,- hal ini
menunjukkan bahwa laba usaha PT. Intraco Penta Tbk selama 5 tahun menunjukkan
hasil yang fluktuatif.
Berikut ini adalah tabel yang dapat menunjukkan perkembangan naik atau turun
nilai laba usaha yang terjadi pada PT. Intraco Penta Tbk periode 2010 – 2014.
Tahun
Laba Usaha
(Dalam Jutaan Rupiah)
2010 83,081
2011 120,214
2012 12,430
2013 ‐ 242,631
2014 ‐ 80,600
Sumber : data diolah dari Laporan Keuangan PT. Intraco Penta Tbk
Periode 2010 - 2014
58. Tabel 4.7. Perkembangan Laba Usaha PT. Intraco Penta Tbk Periode 2010 – 2014
(Dalam Jutaan Rupiah)
Tahun
Laba Usaha Peningkatan
(Dalam Jutaan Rupiah) Laba Usaha
2010 83,081 ‐
2011 120,214 37,133
2012 12,430 ‐107,784
2013 ‐ 242,631 ‐255,061
2014 ‐80,600 162,031
Total Peningkatan Laba Usaha ‐163,681
Peningkatan Laba Usaha Rata ‐ Rata ‐40,920
Sumber : data diolah dari Laporan Keuangan PT. Intraco Penta Tbk Periode 2010 –
2014
Pada tabel 4.7. diatas dijelaskan kenaikan dan penurunan yang terjadi pada PT.
Intraco Penta Tbk periode 2010 – 2014. Pada tahun 2010 laba usaha yang diperoleh
PT. Intraco Penta Tbk yaitu sebesar Rp 83,081,000,000, kemudian pada tahun 2011
menunjukkan peningkatan sebesar Rp 37,133,000,000 sehingga laba usaha pada
tahun 2011 menjadi Rp 120,214,000,000. Pada tahun 2012, laba usaha menurun
sebesar Rp 107,784,000,000 sehingga laba usaha pada tahun 2012 menjadi Rp
12,430,000,000. Pada tahun 2013, PT Intraco Penta Tbk mengalami penurunan
kembali laba usaha sebesar Rp 255,061,000,000 sehingga pada tahun 2013 PT.
Intraco Penta Tbk merugi sebesar Rp. 242,631,000,000. Pada Tahun 2014, PT. Intraco
Penta Tbk mengalami penurunan kerugian sebesar Rp 162,031,000,000 sehingga
pada tahun 2014 merugi sebesar Rp 80,600,000,000. Kecenderungan penurunan laba
usaha rata – rata sebesar Rp 40,920,000,000 per tahun.
59. Selain dari tabel diatas, dapat diketahui nilai laba usaha tertinggi dan terendah
yang diperoleh selama 5 tahun PT. Intraco Penta Tbk periode 2010 – 2014 yaitu
dengan melihat gambar grafik dibawah ini :
4.2.4.1. Analisis ROA
ROA merupakan kemampuan untuk menghasilkan laba dari total aktiva yang
dimiliki oleh perusahaan pada satu periode tertentu. Rasio ini diperoleh dengan cara
membagi laba setelah pajak dengan total aktiva perusahaan. Adapun tabel perhitungan
ROA PT. Intraco Penta Tbk Periode 2010 – 2014 adalah sebagai berikut :
Tabel 4.8. ROA PT. Intraco Penta Tbk Periode 2010 – 2014
Tahun
Laba Usaha Total ROA
(Dalam Jutaan Rupiah) Aktiva (Dalam %)
2010 83,081 1,634,904 0.05
2011 120,214 3,737,918 0.03
2012 12,430 4,268,975 0.00
2013 ‐242,631 4,742,849 ‐0.05
2014 ‐80,600 5,774,709 ‐0.01
Terendah ‐0.05
Tertinggi 0.05
Sumber : data diolah dari Laporan Keuangan PT. Intraco Penta Tbk Periode 2010 -
2014
83,081 120,214
12,430
‐242,631
‐80,600
2010 2011 2012 2013 2014
Laba Usaha
(Dalam Jutaan Rupiah)