Dokumen tersebut membahas tentang berbagai perspektif global seperti perbedaan antara negara maju, berkembang dan terbelakang, serta hubungan antarnegara yang saling tergantung. Dokumen ini juga membahas mengenai pertumbuhan penduduk dan berbagai tantangan yang dihadapi seperti kesenjangan sosial, ekonomi dan lingkungan.
3. Negara yang
terbelakang
Negara maju
Negara
Negara yang
sedang
berkembang
Negara di
Afrika
Negara di
Amerika Latin
Negara di Asia
Mesir
Maroko
Afrika Selatan
Negara Asia
Tenggara
Eropa Barat
Amerika
Utara
4. Perbedaan dan pembedaan
kategori antara kelompok negara
terbelakang dan negara yang
sedang berkembang serta dengan
negara yang maju, terletak pada
kualitas SDM-nya.
Kualitas SDM dalam kemampuan
menguasai dan menerapkan
IPTEK, tercermin kondisi sosial
(kesehatan, demografi), budaya
(kebodohan), ekonomi (miskin,
kaya) dan kemampuan
memanfaatkan SDA serta
lingkungannya
Konsep ‘sumber daya dibatasi
secara budaya’ (culturally defined
resources)
5. Negara-bangsa dan masyarakat yang
hanya memiliki SDA yang terbatas,
mampu memanfaatkan sumber daya
yang terbatas
Pengelompokkan negara, bangsa dan
masyarakat yang terbelakang, sedang
berkembang dan maju, terutama bagi
yang berpredikat negara maju, tidak
berarti bahwa dapat memenuhi
segala kehidupannya sendiri
Harus memerlukan ‘sesuatu’ dari
pihak, negara, bangsa dan
masyarakat lain
Negara maju, bahan mentah atau
bahan dasar yang diprosesnya tidak
selalu tersedia di dalam negerinya
sendiri, ke dalamnya termasuk
kebutuhan energi
6. Barang industri yang diproduksi
negara maju tidak akan
seluruhnya dikonsumsi sendiri,
bahkan sebagian besar harus
dipasarkan
Sehingga dibutuhkan pasar untuk
melemparkan barang hasil industri
Akan terbentuk jaringan dan
jalinan yang disebut ‘saling
ketergantungan’ (interdependensi)
Jaringan, jalinan dan mekanisme
ini merupakan salah satu
fenomena global positif
antarnegara di dunia
Saling ketergantungan, tidak
hanya di bidang ekonomi,
melainkan juga di bidang sosial,
budaya dan politik
7. dalam bidang kesehatan, olahraga,
kesenian ilmu pengetahuan,
teknologi, pemerintahan, kedaulatan
rakyat, HAM, dll menjadi tuntutan
bagi teriptanya masyarakat global
yang selaras, serasi serta seimbang
Indonesia memiliki keunggulan
(advantage) di bidang tertentu, namun
juga memiliki kelemahan
(disadvantage) di bidang lainnya
Karenanya Indonesia memerlukan
bantuan dari negara sahabat dan
tetangga, namun juga dapat
menyumbangkan sesuatu kepada
negara-negara lain sesuai dengan
kemampuan yang kita miliki
Disinilah kedudukan dan makna
saling ketergantungan bagi warga
global yang makin lama akan makin
berkembang
8. Saling ketergantungan yang
harmonis dan seimbang antara
bangsa, negara serta masyarakat,
merupakan harapan yang ideal
kenyataannya, di antara negara,
bangsa dan masyarakat yang
terbelakang serta sedang
berkembang dengan negara,
bangsa dan msyarakat yang telah
maju, merupakan dua kutub antara
yang lemah dan yang kuat, atau
antara yang dikuasai
(Subordinasi) dengan yang
menguasai (superioritas)
Adanya kelompok negara, bangsa
dan masyarakat yang kuat-berkuasa
dengan yang lemah-dikuasai
menjadi hambatan untuk
menciptakan suasana yang
harmonis-seimbang, bahkan yang
terjadi justru suasana konflik
9. Perbendaan kepentingan dan
upaya mempertahankan ‘status
quo’ dari pihak yang kuat dan
memikili kekuasaan, suasana
konflik ini berkelanjutan, tidak
jarang menimbulkan perang panas
yang mengganggu perdamaian
Sejak Sumpah Pemuda 28
Oktober 1928 mengikrarkan ‘Satu
Nusa, Satu Bangsa, Satu Bahasa,
Satu Tanah Air, Indonesia’
Setelah Indonesia memiliki
kedaulatan sendiri, ‘Bhinneka
Tunggal Ika’ dijadikan sebagai
lambang persatuan-kesatuan dari
kondisi Indonesia yang majemuk
suku bangsa, adat, agama maupun
tingkat kemampuan ekonominya
10. Diperkuat oleh Pancasila sebagai
filsafat bangsa dan negara, secara
ideal, konflik dan perpecahan
bangsa tidak perlu terjadi
Namun dalam perjalanan sejarah
sejak kemerdekaan sampai saat ini
bahkan mungkin di hari-hari
mendatang, nilai Bhinneka
Tunggal Ika, persatuan-kesatuan
itu selalu mendapat ujian dan
cobaan.
Prasangka yang mengarah pada
konflik merupakan ancaman
terhadap persatuan dan kesatuan
Hal ini karena pengaruh-pengaruh
kepentingan individu, kelompok,
bangsa, antarbangsa, bahkan elite
tingkat global
Karena perbedaan kepentingan
elite tertentu menyebabkan
terjadinya konflik
11. Kepentingan menyejahterahkan
masyarakat terabaikan demi
mempertahankan kepentingan
elite yang merupakan kelompok
kecil di tengah masyarakat luas
Sehingga suasana tidak menentu
yang mengganggu persatuan-kesatuan
bangsa, dan
membahayakan eksistensi bangsa
dalam jangka panjang, khususnya
bangsa Indonesia
Penduduk yang terus meningkat,
banyak hal yang harus
diperhatikan dan diperhitungkan
yaitu dari pihak penduduk sendiri
maupun dari pihak lingkungan
Dari pihak penduduk; harus
diperhatikan kebutuhan
aspirasinya yang juga pasti
mengalami pertumbuhan
12. Lingkungan; sebagai tempat
tinggal dan kegiatan serta sumber
daya juga diperhitungkan
kemampuan dan daya
tampungnya
Kebutuhan penduduk yang
majemuk (multi aspek) secara
kuantitatif maupun kualitatif akan
terus tumbuh dan berkembang
Pertumbuhan dan perkembangan
itu tidak terlepas dari pengaruh
kontak antarmanusia pada lingkup
lokal, nasional dan regional
bahkan global
Kontak antar manusia secara
langsung melalui interaksi sosial
dan alat transportasi dari kawasan
ke kawasan lainnya,
meningkatkan kebutuhan ekonomi
serta nonekonomi
13. Kebutuhan ekonomi setidaknya
meliputi pangan, sandang,
kendaraan dan papan
Kebutuhan sandang, tidak hanya
terbatas pada bahannya,
melainkan juga menyangkut jenis
yang dipengaruhi oleh
perkembangan mode
Kebutuhan pangan, tidak hanya
terikat makanan tradisional
setempat, melainkan juga jenis
makanan mengglobal yang
dikelola perusahaan seperti Mac
Donald, Burger King, Kentucky
Fried Chicken, Pizza Hut, dll
Kebutuhan yang menuntut
kecepatan, sehingga kendaraan
bermotor juga menjadi kebutuhan
primer yang tidak dapat diabaikan
14. Kebutuhan penduduk sesuai
dengan martabat manusia yang
wajar, tidak terpisahkan dari
rumah yang memenuhi syarat
kesehatan
Persoalan perumahan belum
terpenuhi terutama masyarakat
miskin di dunia termasuk
Indonesia
David Macarov; …., seperlima
dari ras umat manusia hidup
dalam kemiskinan yang
memprihatinkan (acute), dan
sampai sekitar 40% dari penduduk
dunia tidak memiliki kehidupan
yang wajar (standar) yang
meliputi kecukupan pangan,
persediaan air yang aman dan
memadai, tempat berlindung yang
memenuhi syarat, dan kesempatan
yang terjamin terhadap pelayanan
pendidikan dan pemeliharaan
kesehatan (H.F. Didsbury:1996:57)
15. Dengan demikian, kemiskinan
yang dialami umat manusia
merupakan masalah global, 40%
peduduk dunia ada dalam tingkat
miskin yang serius, martabat
kemanusiaan yang
mengkhawatirkan, terutama
pangan, persediaan air dan papan
Kontak antarmanusia yang tidak
langsung melalui media
informasi, juga meningkatkan
aspirasi penduduk terhadap
kebutuhan hidup nonekonomi
yang meliputi pendidikan,
kesehatan, rekreasi, dll.
Bagi masyarakat ekonomi kuat,
pemenuhan aspirasi tersebut tidak
menjadi masalah, namun bagi
masyarakat miskin, jangankan
memenuhi aspirasi yang tarafnya
tinggi, untuk memenuhi
kebutuhan dasar (basic needs)
masih sangat sukar dicapai
16. Kenyataan tersebut merupakan
masalah kemanusiaan yang harus
mendapat perhatian, terutama dari
mereka yang membuat dan
mengambil kebijakan serta
keputusan
Kebutuhan penduduk (ekonomi
dan nonekonomi) termasuk
aspirasinya menuntut tempat serta
sumber daya untuk menjaminnya.
Ditinjau dari dua sisi; kebutuhan
dengan aspirasi di satu sisi,
sedangkan lingkungan dengan
sumber daya di sisi yang lainnya,
dapat dihadapkan pada suatu
kesenjangan
Kebutuhan dan aspirasi penduduk
cenderung hampir tidak ada
batasnya, sedangkan lingkungan
dan sumber daya memiliki daya
dukung yang terbatas
17. Oleh karena itu, jika tidak
diperhitungkan, direncanakan, dan
dikelola dengan baik, akan
menimbulkan kesenjangan (sosial,
ekonomi dan lingkungan)
Kesenjangan sosial berupa tingkat
kesehatan dan pedidikan yang
rendah, kriminalitas yang tinggi
Kesenjangan ekonomi berupa
kemiskinan, kelaparan,
pengangguran, gelandangan dll.
Kesenjangan lingkungan berupa
pencemaran lingkungan alam,
banjir, kekeringan, tanah longsor,
Berbagai kesenjangan tersebut
dewasa ini bukan lagi hanya
masalah nasional dan regional,
namun telah menjadi masalah
global
18. Hubungan pertumbuhan
penduduk dengan segala
kebutuhan dan aspirasi termasuk
interaksi sosial serta pemanfaatan
sumber daya lingkungannya, baik
melalui alam pikiran masyarakat
maupun perundang-undangan,
terdapat nilai, norma, peraturan
serta hukum yang menjaga
keserasian dan keseimbangan
Namun, karena tuntutan
kebutuhan dan aspirasi yang
berkembang cepat, maka nilai,
norma, peraturan serta hukum
telah tidak mampu
mengakomodasi tuntutan tersebut
Fenomena pergeseran khususnya
pergeseran nilai dan norma tidak
dapat dihindarkan
19. Kontak antar manusia yang makin
intensif, arus informasi yang
makin cepat, menjadi faktor
pendorong pergeseran nilai dan
norma itu
Dalam suasana demikian, dituntut
pemikiran dan gagasan baru untuk
mengantisipasi serta
mengakomodasinya
Memutlakan suatu nilai, norma,
peraturan dan hukum untuk
berlaku dalam segala jaman serta
keadaan, merupakan ketetapan
yang tidak sesuai dengan
perkembangan tuntutan
Sebagai makhluk ciptaan Tuhan,
memiliki martabat selaku pribadi,
anggota keluarga dan masyarakat,
warna negara-bangsa, maupun
warga dunia, memiliki hak dasar
sesuai martabatnya
20. Hak dasar itu dikonsepkan
sebagai Hak Asasi Manusia
(HAM)
HAM meliputi aspek yang luas.
Dalam hal ini lebih memberi
penekanan pada Hak-Hak Asasi
Manusia dalam Masyarakat Dunia
seperti yang disunting T. Mulia
Lubis (1993)
Merupakan kenyataan bahwa
anggota masyarakat lapisan
bawah yang lemah, sangat sukar
untuk mendapat perlakuan dan
pelayanan HAM secara wajar
Pihak yang kuat dan berkuasa
tidak jarang melakukan
pelanggaran HAM terhadap yang
lemah
21. Untuk mengatasi pelanggaran atas
HAM harus dimulai dari tiap
individu. Artinnya masing-masing
individu menghayati benar hak dan
kewajiban diri sendiri serta hak dan
kewajiban orang lain
Maka pendidikan memegang peran
sangat penting. Yang dikenal
dengan ‘pendidikan politik.’
Karena banyaknya masalah
(meliputi sosial, ekonomi, budaya,
politik, lingkungan hidup, HAM)
dalam kehidupan yang menimpa
manusia, maka kita memerlukan
bantuan pihak lain dalam
pemecahannya
Sebaliknnya kita tidak berpangku
tangan melihat pihak lain
mengalami masalah, sehingga
terbentuk kerja sama
22. Dengan demikian, dalam
kehidupan yang mengglobal, kerja
sama dan saling ketergantungan
merupakan proses serta dinamika
yang makin bermakna
Dalam proses perjalanan, bangsa
Indonesia tidak selamanya
medatar dan menaik, melainkan
melalui masa surut bahkan
terpuruk
Bentuk kerja sama dilakukan
dalam berbagai bidang, karena
bangsa Indonesia tidak akan
mampu menyelesaikan
masalahnya sendiri tanpa kerja
sama dengan bangsa lain
23. Sehingga ciri proses globalisasi
benar-benar dimaknai dalam
kerjasama dan saling
ketergantungan antarbangsa
Dalam proses serta mekanisme
kerja sama dan saling
ketergantungan, kita bangsa
Indonesia tidak boleh
menyampingkan jati diri dan
kemandirian kita sendiri
Jati diri merupakan karakter
internal bangsa Indonesia dan
menjadi modal dasar
mengantisipasi masalah regional,
internasional serta global yang
mengganggu dan mengancam
24. Indonesia memiliki pegangan
‘cinta perdamaian, namun lebih
cinta kemerdekaan.’
Salah satu nilai yang melekat pada
diri warga negara Indonesia
adalah ‘kemandirian’
Kemandirian memperkuat kita di
tengah bangsa-bangsa lain, karena
merupakan kekuatan internal yang
menjaga diri dari pendiktean
permainan pihak lain yang
bermaksud mencari keuntungan
dari kelemahan kita
Dengan jati diri, kemandirian dan
kewibawaan selaku warga negara
di tengah perkembangan dan arus
global, sehingga bangsa Indonesia
tidak terpuruk larut ke dalam
dampak negatif fenomena isu-isu
global
25. Kita tidak boleh melupakan
hal-hal mendasar sebagai
bangsa-negara Indonesia,
meskipun kita harus memiliki
perhatian, kepedulian dan
wawasan yang luas tentang
proses globalisasi yang sedang
melanda kehidupan dunia ini
Kita sepakat dengan Paker dan
Jorlinmek (R.E. Gross &
Thomas L. Dynneson:
1991:1880, bahwa kita harus
‘berpikir secara global,
sementara bertindak secara
lokal’ (Think Globally while
acting locally)