1. Hadis ini menyebutkan tujuh golongan orang yang akan diberi naungan oleh Allah SWT pada hari kiamat, yaitu imam yang adil, pemuda yang taat beribadah, orang yang hatinya terpaut dengan masjid, dua orang yang saling mencintai karena Allah, orang yang berzikir sambil menangis, lelaki yang menolak godaan wanita cantik, dan orang yang bersedekah secara diam-diam.
2. Semua golongan ini memil
1. Allah SWT berfirman:
Dan sembahlah Tuhanmu sampai datang keyakinan padamu (mati)” Al-Hijr 99
Diriwayatkan dari Abu Sa‟id Al-Khudri dari Abu Hurairah RA bahwa Rasulullah SAW
bersabda :
Yang artinya : Tujuh orang yang akan diberi naungan oleh Allah SWT pada hari tiada
naungan melainkan naungan-Nya.
1. Imam yang adil.
2. Pemuda yang tumbuh dengan gemar melakukan ibadah kepada Allah SWT.
3. Seorang yang hatinya selalu bergantung (berhubungan) dengan masjid (apabila
keluar sampai dia kembali).
4. Dua orang yang saling mencintai karena Allah SWT, mereka berkumpul dan
berpisah karena-Nya.
5. Seorang yang berzikir kepada Allah sendirian maka kedua matanya berlinang air
mata.
6. Seorang lelaki yang diajak seorang wanita yang berkedudukan & cantik jelita dan ia
menjawab, “Sesungguhnya aku takut kepada Allah”.
7. Seseorang yang bersedekah dengan suatu pemberian secara tersembunyi, hingga
-tangan kirinya tidak tahu apa yang diberikan oleh tangan kanannya.
Penjelasan:
Ketujuh orang yang tersebut dalam hadits di atas, walaupun lahiriah amalan mereka
berbeda-beda bentuknya, akan tetapi semua amalan mereka itu mempunyai satu sifat yang
sama yang membuat mereka semua mendapat naungan Allah Ta‟ala. Sifat itu adalah
mereka sanggup menyelisihi dan melawan hawa nafsu mereka guna mengharapkan
keridhaan Allah dan ketaatan kepada-Nya.
1.
Pemimpin yang adil.
2. Dari Aisyah radliallahu 'anha; bahwa orang-orang Qurasy diresahkan seorang wanita
bani Makhzum yang mencuri. kemudian mereka berujar; 'tidak ada yang bisa bicara
dengan
Rasulullah
Shallallahu'alaihiwasallam
dan
tidak
ada
yang
berani
(mengutarakan masalah ini) kepadanya selain Usamah bin Zaid, kekasih Rasulullah
shallallahu 'alaihi wasallam.' Akhirnya Usamah berbicara kepada Rasulullah
shallallahu 'alaihi wasallam, tetapi Rasulullah bertanya; "apakah kamu hendak
memberikan syafa'at (pembelaan) dalam salah satu perkara had (hukuman) Allah?"
kemudian beliau berdiri dan berkhutbah: "Wahai manusia, hanyasanya orang-orang
sebelum kalian tersesat karena, sesungguhnya mereka jika mencuri orang terhormat
mereka membiarkannya, namun jika yang mencurinya orang lemah, mereka
menegakkan hukuman terhadapnya. Demi Allah, kalaulah Fathimah binti Muhammad
Shallallahu'alaihiwasallam mencuri, niscaya Muhammad yang memotong tangannya."
[muttafaq alaih]
2.
Pemuda yang tumbuh dengan gemar melakukan ibadah kepada Allah SWT.
Hal itu karena dorongan dan ajakan kepada syahwat di masa muda mencapai pada
puncaknya, karenanya kebanyakan awal penyimpangan itu terjadi di masa muda. Tapi
tatkala seorang pemuda sanggup untuk meninggalkan semua syahwat yang Allah
Ta‟ala haramkan karena mengharap ridha Allah, maka dia sangat pantas mendapatkan
keutamaan yang tersebut dalam hadits di atas, yaitu dinaungi oleh Allah di padang
mahsyar.
3.
Orang yang berdzikir kepada Allah dalam keadaan sendiri hingga kedua
matanya basah karena menangis.
Ini adalah amalan yang sangat berat dan tidak akan dirasakan kecuali oleh orang yang
mempunyai kekuatan iman dan orang yang takut kepada Allah ketika dia sendiri
maupun ketika dia bersama orang lain. Dan tangisan yang lahir dari kedua sifat ini
merupakan tangisan karena takut kepada Allah Ta‟ala.
4.
Lelaki yang hatinya terpaut dengan masjid.
Sungguh Allah Ta‟ala telah memuji semua orang yang memakmurkan masjid secara
umum di dalam firman-Nya:
3. “Bertasbih kepada Allah di masjid-masjid yang telah diperintahkan untuk dimuliakan
dan disebut nama-Nya di dalamnya, pada waktu pagi dan waktu petang. Laki-laki
yang tidak dilalaikan oleh perniagaan dan tidak (pula) oleh jual beli dari mengingati
Allah, dan (dari) mendirikan sembahyang, dan (dari) membayarkan zakat. Mereka
takut kepada suatu hari yang (di hari itu) hati dan penglihatan menjadi goncang.
(Meraka mengerjakan yang demikian itu) supaya Allah memberikan balasan kepada
mereka (dengan balasan) yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan, dan
supaya Allah menambah karunia-Nya kepada mereka. Dan Allah memberi rezki
kepada siapa yang dikehendaki-Nya tanpa batas.” (QS. An-Nur: 36-38)
Terkaitnya hati dengan masjid hanya akan didapatkan oleh siapa saja yang menuntun
jiwanya menuju ketaatan kepada Allah. Hal itu karena jiwa pada dasarnya cenderung
memerintahkan sesuatu yang jelek. Sehingga jika dia meninggalkan semua ajakan dan
seruan jiwa yang jelek itu dan lebih mendahulukan kecintaan kepada Allah, maka
pantaslah dia mendapatkan pahala yang sangat besar.
5.
Dua orang yang saling mencintai karena Allah, sehingga mereka tidak bertemu
dan tidak juga berpisah kecuali karena Allah.
Kedua orang ini telah berjihad dalam melawan hawa nafsu mereka. Hal itu karena
hawa nafsu itu menyeru untuk saling mencintai karena selain Allah karena adanya
tujuan-tujuan duniawiah. Makna „mereka tidak bertemu dan tidak juga berpisah kecuali
karena Allah‟ adalah keduanya bersatu dan bermuamalah karena keduanya mencintai
Allah. Karenanya kapan salah seorang di antara mereka berubah dari sifat ini
(mencintai Allah), maka temannya itu akan meninggalkannya dan menjauh darinya
karena dia telah meninggalkan sifat yang menjadi sebab awalnya mereka saling
menyayangi. Sehingga jadilah ada dan tidak adanya cinta dan sayang di antara
keduanya berputar dan ditentukan oleh ketaatan kepada Allah dan berpegang teguh
kepada sunnah Rasul-Nya shallallahu alaihi wasallam.
4. “Jika ada istri dari salah seorang di antara kalian minta izin kepada kalian untuk
pergi ke masjid, maka janganlah kalian melarangnya.” Lalu Bilal bin Abdullah
berkata: “Demi Allah, sungguh kami akan melarangnya.” Kemudian Abdullah (bin
Umar) menemuinya dan mencelanya dengan celaan yang belum pernah aku
dengarkan (celaan) semacam itu, seraya beliau berkata, „Aku beritahu engkau ucapan
Rasulullah sallallahu „alaihi wa sallam, tapi kamu justeru mengatakan, „Demi Allah
sungguh kami akan melarangnya!” (HR. Muslim, no. 667)
6.
Lelaki yang diajak (berzina) oleh seorang wanita yang mempunyai kedudukan
lagi cantik lalu dia berkata, ‘Aku takut kepada Allah’.
Yakni: Dia diminta oleh wanita yang mengumpulkan status social yang tinggi, harta
yang melimpah, dan kecantikan yang luar biasa untuk berzina dengannya. Akan tetapi
dia menolak permintaan dan ajakan tersebut karena takut kepada Allah. Maka ini tanda
yang sangat nyata menunjukkan dia lebih mendahulukan kecintaan kepada Allah
daripada kecintaan kepada hawa nafsu. Dan orang yang sanggup melakukan ini akan
termasuk ke dalam firman Allah Ta‟ala:
“Dan adapun orang-orang yang takut kepada kebesaran Tuhannya dan menahan diri
dari keinginan hawa nafsunya.” (QS. An-Naziat: 40)
Dan pemimpin setiap lelaki dalam masalah ini adalah Nabi Yusuf alaihis salam.
7.
Orang yang bersedekah dengan sembunyi-sembunyi, hingga tangan kirinya tidak
mengetahui apa yang diinfakkan oleh tangan kanannya.
Yakni dia berusaha semaksimal mungkin agar sedekah dan dermanya tidak diketahui
oleh siapapun kecuali Allah, sampai-sampai diibaratkan dengan kalimat „hingga tangan
kirinya
tidak
mengetahui
apa
yang
diinfakkan
oleh
tangan
kanannya‟.
Karenanya disunnahkan dalam setiap zakat, infak, dan sedekah agar orang yang
mempunyai harta menyerahkannya secara langsung kepada yang berhak menerimanya
dan tidak melalui wakil dan perantara. Karena hal itu akan lebih menyembunyikan
sedekahnya. Juga disunnahkan dia memberikannya kepada kerabatnya sendiri sebelum
kepada orang lain, agar sedekahnya juga bisa dia sembunyikan.
Setan menggoda dalam 3 keadaan: Sebelum, ketika, dan setelah.
5. Kemudian, penyebutan 7 golongan dalam hadits ini tidaklah menunjukkan pembatasan.
Karena telah shahih dalam hadits lain adanya golongan lain yang Allah lindungi pada hari
kiamat selain dari 7 golongan di atas. Di antaranya adalah orang yang memberikan
kelonggaran dalam penagihan utang. Dari Jabir radhiallahu anhu: Nabi shallallahu alaihi
wasallam bersabda:
“Barangsiapa yang memberikan kelonggaran kepada orang yang berutang atau
menggugurkan utangnya, maka Allah akan menaunginya di bawah naungan-Nya.” (HR.
Muslim no. 5328)