Konsep, standar, dan prosedur saling berhubungan dan bergantung satu sama lain dalam pelaksanaan audit. Konsep merupakan dasar untuk pengembangan standar, sedangkan standar menjadi acuan untuk pengembangan prosedur audit yang dapat diimplementasikan secara praktis. Dengan kata lain, konsep → standar → prosedur.
2. Menyajikan informasi
Lap Keu yang berguna untuk
Hasil akhir dari proses pengambilan
akuntansi (Neraca, keputusan oleh
R/L, dal Aliran Kas berbagai pihak
Dengan diaudit lap keu
dapat berguna dan
meningkatkan keyakinan
para pemakai lap keu
Lap keu yang berguna Lap keu yang berkualitas
bagi pengambil keputusan
Lap keu yang memenuhi kriteria :
1.Relevani (Keberpautan)
2.Realibilitas (Keterandalan)
3. 1. Bila lap keu punya nilai prediktif
Relevansi (prediktive value)
2. Bila lap keu mempunyai nilai
balikan (feetback value) dan
3. Bila lap keu disajikan tepat waktu
1. Keterujian (verifiability)
Reliability 2. Kenetralan (Neutrality)
3. Ketepatan penyimpulan
(refresentation faithfullness)
Para pemakai laporan dengan melihat laporan auditor
independen dapat memastikan bahwa lap keu yang diaudit
telah memenuhi kedua kriteria tsb (relevansi dan reliability)
sehingga pemakai lap keu lebih yakin terhadap kualitas lap
keu yang telah di audit.
4. Ada empat alasan yang dapat menjawab
pertanyaan mengapa audit atas laporan
keuangan diperlukan
Perbedaan kepentingan
Konsekuensi
Kompleksitas
Keterbatasan akses
5. 1.Perbedaan
kepentingan
Manajemen sebagai pembuat dan penyaji
laporan keuangan
Manajemen mempunyai kepentingan untuk
mempertahankan jabatannya, manajemen akan
berusaha agar laporan keuangan perusahaan
yang dipimpinnya memperlihatkan kinerja yang
baik
Misalnya mengubah metode perlakuan akuntansi
sehingga laba menjadi lebih besar
Ada perbedaan
kepentingan yang dapat
menimbulkan konflik
Para pemakai laporan keuangan
Pemegang saham lebih senang kebijakan
dividen yang liberal yang memberi dividen lebih
besar
6. 2. Konsekuensi
Investor, kreditor, dan para pembuat keputusan ekonomi lainnya
sangat mengandalkan laporan keuangan yang dipublikasikan.
Mereka menginginkan agar laporan keuangan berisi sebanyak
mungkin informasi yang relevan untuk pengambilan keputusan.
Mereka menginginkan adanya pengungkapan (disclosure) yang
memadai.
Para pemakai laporan keuangan mengandalkan auditor independen
untuk memastikan bahwa laporan keuangan disusun sesuai prinsip
akuntansi yang berterima umum dan berisi pengungkapan yang
diperlukan bagi para pemakai yang berpengetahuan dan mengerti
tentang laporan keuangan
7. 3. Kompleksitas
Dunia bisnis yang selalu berkembang pesat mengakibatkan
permasalahan akuntansi dan proses penyajian laporan keuangan
semakin kompleks.
Peningkatan kompleksitas ini mengakibatkan semakin tingginya
risiko kesalahan interpretasi dan penyajian laporan keuangan.
Hal ini menyulitkan para pemakai laporan keuangan dalam
mengevaluasi kualitas laporan keuangan.
Oleh karena itu, mereka mengandalkan laporan auditor independen
atas laporan keuangan auditan untuk memastikan kualitas laporan
keuangan yang bersangkutan.
8. 4. Keterbatasan Akses
(Remoteness)
Ada jarak antara pemakai dengan aktivitas perusahaan yang
mengeluarkan laporan keuangan.
Jika para pemakai ingin mengakses data secara langsung, maka
mereka akan menghadapi kendala waktu, biaya, ketelitian, dan
tenaga.
Oleh karena itu, mereka mempercayakan pemeriksaan kepada
pihak ketiga yaitu auditor independen
Empat kondisi (alasan) di atas secara bersama-sama membentuk adanya
Empat kondisi (alasan) di atas secara bersama-sama membentuk adanya
risiko informasi (information risk), yaitu risiko bahwa laporan keuangan
risiko informasi (information risk), yaitu risiko bahwa laporan keuangan
mungkin tidak benar, tidak lengkap, atau bias. Oleh karena itu, dapat
mungkin tidak benar, tidak lengkap, atau bias. Oleh karena itu, dapat
dikatakan bahwa audit laporan keuangan dapat meningkatkan kredibilitas
dikatakan bahwa audit laporan keuangan dapat meningkatkan kredibilitas
laporan keuangan dengan cara menekan risiko informasi
laporan keuangan dengan cara menekan risiko informasi
9. Menurut Sofyan Safri Harahap kebutuhan permintaan jasa audit lebih
banyak karena terpaksa antara lain seperti:
1.Ketentuan bank dalam pemberian kredit
2.Ketentuan Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan
(BAPEPAM-
LK) bagi perusahaan yang go public
3.Ketentuan tender, penawaran, pendaftaran rekanan
4.Keadaan terpaksa karena terjadinya kecurangan
5.Ketentuan organisasi yang diatur dalam anggaran dasar.
Manfaat ekonomi audit
10. MANFAAT EKONOMIS AUDIT
MANFAAT EKONOMIS AUDIT
1. Meningkatkan kredibilitas perusahaan
2. Meningkatkan efisiensi dan kejujuran
3. Meningkatkan efisiensi operasional perusahaan
4. Mendorong efisiensi pasar modal
11. 1. Meningkatkan kredibilitas perusahaan
Sumbangan auditor adalah memberikan keterpercayaan terhadap
laporan keuangan atau menjadikan laporan keuangan lebih handal
sehingga dapat digunakan untuk pengambilan keputusan.
laporan keuangan perusahaan itu akan lebih dipercaya oleh para
pemakai laporan keuangan dari pada laporan keuangan yang tidak
diaudit
Kredibilitas perusahaan di mata pemakai laporan keuangan
akan meningkat.
Dengan demikian, para pemakai, terutama para investor dan
kreditor, akan memandang bahwa risiko investasi atas
perusahaan tersebut relatif rendah daripada perusahaan yang
laporan keuangannya tidak diaudit
12. 2. Meningkatkan efisiensi dan kejujuran
3. Meningkatkan efisiensi operasional perusahaan
Audit laporan keuangan yang dilakukan secara berfrekuensi
teratur akan membawa dampak positif bagi efisiensi dan
kejujuran karyawan. Bila karyawan mengetahui bahwa audit
independen akan dilakukan, maka ia akan berusaha
menekan sekecil mungkin kesalahan dalam proses
akuntansi dan mengurangi kesalahan penilaian aktiva. Di
samping itu, auditor independen, berdasar pengujiannya,
dapat memberikan rekomendasi-rekomendasi untuk
memperbaiki pengendalian internal dan untuk meningkatkan
efisiensi operasional perusahaan klien
13. 4. Meningkatkan efisiensi operasional perusahaan
Audit vang dilakukan secara efektif akan menghasilkan
laporan keuangan auditan yang berkualitas, relevan
(berpaut) dan handal atau reliable.
Dengan demikian, pasar modal, yang menggunakan
informasi yang dihasilkan laporan keuangan sebagai sumber
informasi utamanya, akan dapat berjalan secara efisien.
Pasar modal yang efisien akan menghasilkan alokasi
sumber daya yang efisien pula sehingga perekonomian
nasional akan berjalan secara efisien.
Manfaat audit dari sisi
pengawasan
14. MANFAAT AUDIT DARI SISI PENGAWASAN
3
1
Reporting Control
Preventive Control Setiap kesalahan perhitungan,
Tenaga akuntansi akan penyajian atau pengungkapan yang
bekerja lebih berhati-hati tidak dikoreksi dalam keuangan
dan akurat bila mereka akan disebutkan dalam laporan
pemeriksaan. Dengan demikian
menyadari akan diaudit
pembaca laporan keuangan
terhindar dari informasi yang keliru
atau menyesatkan
2
Detective Control
Suatu penyimpangan atau kesalahan yang terjadi
lazimnya akan dapat diketahui dan dikoreksi melalui
suatu proses audit.
15. KETERBATASAN AUDIT LAPORAN
KEUANGAN
1 2
batasan ekonomi yang kerangka kerja akuntansi yang
ditetapkan untuk penyusunan laporan
wajar keuangan
Biaya yang memadai (reasonable cost).
Prinsip akuntansi alternatif (alternative accounting
Pembatasan biaya audit dapat
principles). PABU memang memperbolehkan
menimbulkan terbatasnya pengujian, atau
penggunaan prinsip akuntansi alternatif.
penarikan sampel dari catatan akuntansi
Pengguna laporan keuangan harus mempunyai
atau data pendukung yang dilakukan
pengetahuan yang luas tentang pilihan akuntansi
secara selektif.
yang dipilih oleh perusahaan dan akibatnya
Jumlah waktu yang memadai (reasonable length terhadap laporan keuangan.
of time). Biasanya laporan auditor banyak
perusahaan akan terbit dalam waktu tiga sampai Estimasi akuntansi (accounting estimates).
lima minggu setelah tanggal neraca. Hambatan Estimasi adalah bagian yang melekat dengan
waktu ini dapat mempengaruhi jumlah bukti
proses akuntansi, dan tidak seorang pun
yang diperoleh tentang peristiwa dan transaksi
setelah tanggal neraca yang berdampak pada termasuk auditor dapat meramalkan bagaimana
laporan keuangan. Lebih lagi, hanya tersedia hasil suatu estimasi itu. Suatu audit tidak
waktu yang demikian singkat untuk memisahkan dapatmenambahkan ketepatan dan kepastian
ketidakpastian yang ada pada tanggal laporan pada laporan keuangan apabila faktor- faktor
keuangan tersebut tidak ada, karena hanya berupa estimasi.
16. PEMISAHAN TANGGUNG JAWAB MANAJEMEN DAN
AUDITOR
2 1
Manajemen Auditor Independen
Manajemen bertanggung jawab atas Auditor independen bertanggung
pembuatan dan isi laporan jawab untuk memberikan pendapat
keuangan yang dimuat dalam asersi mengenai kewajaran laporan
atau pernyataan manajemen keuangan yang dihasilkan
manajemen
Manajemen Auditor Independen
1.Tanggungjawab Membuat laporan keuangan Mengaudit laporan keuangan
utama
2.Hasil Akhir Laporan keuangan Laporan Auditor Independen
3.Kriteria dasar Standar Akuntansi Keuangan Standar Auditing
tanggung jawab
17. HUBUNGAN YANG HARUS DIPERTAHANKAN OLEH AUDITOR
Manajemen
Dewan komisaris (board of directors)
Auditor internal
Pemegang saham
18. Auditor perlu mengembangkan
hubungan yang saling percaya
dan saling menghargai dengan
manajemen. Dengan demikian,
auditor dengan mudah dapat
memperoleh data yang diperlukan
Manajemen
Auditor harus menjaga hubungan
baik dengan direktur, staf kantor,
controller, dan personel kunci lain.
Meskipun demikian, auditor tetap
harus menjaga independensi dan
obyektivitasnya
19. Apabila dewan komisaris
sebagian besar terdiri atas
direktur, atau staf manajemen
lain, maka hubungannya seperti
antara auditor dengan
manajemen.
Dewan komisaris
Apabila dewan komisaris terdiri
(board of directors) atas beberapa anggota di luar
manajemen perusahaan, biasa
membentuk dewan komite yang
berperan penting pada rapat
umum pemegang saham untuk
menentukan kantor akuntan
publik yang dipilih
20. Fungsi komite audit antara lain:
1.Membantu dewan komisaris dalam memenuhi kewajiban
dan tanggung jawabnya.
2.Mengawasi kebijakan dan praktik akuntansi, dan
pelaporan keuangan perusahaan.
3.Memperkuat independensi akuntan publik.
4.Menentukan kantor akuntan publik yang ditunjuk untuk
melaksanakan audit.
5.Mendiskusikan lingkup audit dengan auditor.
6.Melakukan komunikasi dengan auditor mengenai
masalah-masalah tertentu yang berkaitan dengan
pelaksanaan audit seperti pembatasan lingkup audit
oleh manajemen.
7.Menelaah laporan keuangan dan laporan audit bersama
auditor independen
23. Hubungan antara Konsep, Standar, dan Prosedur
Teori auditing merupakan tuntunan
untuk melaksanakan audit yang
bersifat normatif. Dalam melakukan
audit, seorang auditor menerapkan
prosedur audit sesuai dengan standar
yang diterima oleh umum
Untuk menetapkan standar, diperlukan
konsep yang mendasarinya sehingga
standar tersebut dapat dijabarkan
dalam prosedur yang dapat digunakan
pada audit.
Konsep dasar sangat diperlukan
karena merupakan dasar untuk
pembuatan standar, yakni pengarah
dan pengukur kualitas dari mana
prosedur-prosedur audit diturunkan
24. Dengam demikian dapat ditafsirkan bahwa standar akan lebih banyak
jumlahnya dari pada konsep dasar darimana standar tersebut diturunkan,
prosedur tentunya akan lebih banyak jumlahnya daripada standar
1. Konsep Konsep adalah abstraksi-abstraksi yang
diturunkan dari pengalaman dan observasi,
dan dirancang untuk memahami kesamaan-
kesamaan di dalam suatu subyek, dan
perbedaan-perbedaannya dengan subyek
yang lain
2. Standar Auditing Standar auditing adalah pengukur kualitas
dan tujuan, sehingga jarang berubah
3. Prosedur prosedur audit adalah metode-metode atau
teknik-teknik rinci untuk melaksanakan
Audit standar, sehingga prosedur akan berubah
bila lingkungan auditnya berubah
25. Lima (5) konsep dasar yang menyusun teori Auditing menurut
Mautz dan Sharaf
1 5
Bukti Etika perilaku
(Evidence) (Ethical
conduct)
2 4
Kehati-hatian dalam Independensi
pemeriksaan (Independence)
(Due audit care)
3
Penyajian atau pengungkapan
yang wajar
(Fair presentation)
26. 1 Tujuan memperoleh dan mengevaluasi bukti adalah
Bukti untuk memperoleh pengertian sebagai dasar untuk
(Evidence) memberikan kesimpulan atas pemeriksaan yang
dituangkan dalam pendapat auditor
Authoritarianisme. Bukti diperoleh berdasar informasi dari
pihak lain. Misalnya keterangan lisan manajemen dan
karyawan, dan pihak luar lainnya, serta keterangan tertulis
berupa dokumen.
Cara Mistikisme. Bukti dihasilkan dari intuisi. Misalnya
peroleh pemeriksaan buku besar, penelaahan terhadap keterangan
bukti dari pihak luar
Rasionalisasi. Rasionalisasi merupakan pemikiran asumsi
yang diterima. Misalnya penghitungan kembali oleh auditor,
dan pengamatan terhadap pengendalian intern, melakukan
penelusuran pada prosedur pembukuan yang dilakukan
Empirikisme. Empirikisme merupakan pengalaman yang
sering terjadi. Misalnya perhitungan dan pengujian secara fisik.
Pragmatisme. Pragmatisme merupakan hasil praktik.
Misalnya kejadian setelah tanggal selesainya pekerjaan
lapangan (subsequent event).
27. 2 Due care artinya melakukan pekerjaan
Kehati-hatian dalam dengan sangat hati-hati dan selalu
pemeriksaan mengindahkan norma-norma profesi
(Due audit care) dan norma moral yang berlaku.
Konsep kehati-hatian dalam
seorang auditor tidak
seorang auditor tidak pemeriksaan, didasarkan pada isu
akan
akan lepas
lepas daridari pokok tingkat kehati-hatian yang
kemungkinan
kemungkinan diharapkan pada auditor yang
berbuat kesalahan
berbuat kesalahan
bertanggungjawab
sebagai seorang
Dalam auditing disebut sebagai
sebagai seorang
profesional
profesional auditor
auditor prudent auditor. Tanggung jawab yang
dituntut melakukan
dituntut melakukan dimaksud adalah tanggung jawab
pekerjaannya
pekerjaannya profesional dalam melaksanakan
dengan
dengan tingkat
tingkat tugasnya. Konsep ini lebih dikenal
kehati-hatian
kehati-hatian yangyang
tinggi
dengan konsep konservatif.
tinggi
sejauh mana batas tanggung jawab atas
sejauh mana batas tanggung jawab atas
tingkat kehati-hatian tersebut ?
tingkat kehati-hatian tersebut ?
28. garis besar pemikirannya mengenai tanggungjawab kehati hatian oleh
seorang prudent audit practitioner
a. The prudent audit practitioner will take steps to obtain any
knowledge readily available which will enable him or her to
foresee unreasonable risk or harm to others
b. Any unusual circumstances or relationships should be considered
by the auditor in planning and performing the audit
c. The prudent auditor must recognize unfamilliar situations and take
any precautionary measures warranted by the circumstances
d. The pruden t auditor will keep abreas t ofdevelopmen t in his or
her area of competence
e. The prudent auditor will recognize the necessity for reviewing the
work of assistants and will perform such review with full
understanding of its importance
29. 3
Dijabarkan 3 subkonsep
Penyajian atau
pengungkapan yang wajar
(Fair presentation) 1. Accounting propriety: berhubungan
dengan penerapan prinsip
akuntansi tertentu dalam kondisi
tertentu
Konsep ini menuntut adanya
informasi laporan keuangan
yang bebas (tidak memihak), 2. Adequate disclosure: berkaitan
tidak bias, dan mencermin dengan jumlah dan luas
kan posisi keuangan, hasil pengungkapan atau penyajian
operasi, dan aliran kas informasi.
perusahaan.
3. Audit obligation: berkaitan dengan
kewajiban auditor untuk
independen dalam memberikan
pendapat
30. 4 Independensi merupakan suatu
Independensi sikap mental yang dimiliki auditor
untuk tidak memihak dalam
(Independence) melakukan audit. Masyarakat
pengguna jasa audit memandang
bahwa auditor akan independen
terhadap laporan keuangan yang
diperiksa dan pembuat dan
pemakai laporan keuangan. Jika
Konsep independensi berkaitan dengan
posisi auditor terhadap kedua hal
tersebut tidak independen maka
hasil kerja auditor menjadi tidak
berarti sama sekali
independensi pada diri independensi pada
pribadi auditor secara seluruh auditor secara
individual (practitioner- bersama-sama dalam
independence), profesi (profession-
independence)
31. Practitioner independence
merupakan pikiran, sikap tidak memihak, dan percaya
diri yang mempengaruhi pendekatan auditor dalam
pemeriksaan. Untuk itu auditor harus independen dalam
menggunakan teknik dan prosedur audit (programming
independence), harus independen dalam memilih
aktivitas, berhubungan secara personal, kebijakan
manajemen yang akan diperiksanya (investigative
independence), dan harus independen dalam
mengemukakan fakta hasil pemeriksaannya yang
tercermin dalam pemberian pendapat dan rekomendasi
yang diberikannya (reporting independence)
Profession independence
merupakan persepsi yang timbul oleh anggota
masyarakat keuangan/ bisnis dan masyarakat umum
tentang profesi akuntan sebagai kelompok
32. 5 Etika dalam auditing berkaitan dengan
Etika perilaku perilaku yang ideal seorang auditor
(Ethical profesional yang independen dalam
conduct) melaksanakan audit
33. STANDAR AUDITING
1. Ikatan Akuntan Indonesia telah menetapkan dan mengesahkan
standar auditing yang terdiri atas sepuluh standar.
2. Standar auditing merupakan suatu kaidah agar mutu auditing dapat
dicapai sebagaimana mestinya.
3. Standar auditing ini harus diterapkan dalam setiap audit atas laporan
keuangan yang dilakukan auditor independen.
4. Standar ini dapat diterapkan tanpa memandang ukuran besar-
kecilnya usaha klien, bentuk organisasi bisnis, jenis industri, maupun
apakah itu organisasi bisnis yang berorientasi laba maupun
organisasi nirlaba.
5. Setiap standar dalam standar auditing ini saling berkaitan erat dan
saling tergantung antara yang satu dengan yang lainnya. Standar
tersebut dengan segala bahasannya dituangkan ke dalam sebuah
buku yaitu buku Standar Profesional Akuntan Publik (SPAP).
34. Pertama, bagian yang mengatur
tentang mutu profesional auditor
independen atau persyaratan
pribadi auditor (standar umum).
Kedua, bagian yang mengatur
mengenai pertimbangan-
STANDAR pertimbangan yang harus
AUDITING digunakan dalam pelaksanaan audit
(standar pekerjaan lapangan)
Ketiga, bagian yang mengatur
tentang pertimbangan-
pertimbangan yang digunakan
dalam penyusunan laporan audit
(standar pelaporan).
35. Standar Umum
1.Audit harus dilaksanakan oleh seorang atau lebih
yang memiliki keahlian dan pelatihan teknis yang
cukup sebagai auditor.
2.Dalam semua hal yang berhubungan dengan
perikatan, independensi dalam sikap mental harus
dipertahankan oleh auditor.
3.Dalam pelaksanaan audit dan penyusunan
laporannya, auditor wajib menggunakan kemahiran
profesionalnya dengan cermat dan seksama
36. Standar Pekerjaan Lapangan
1.Pekerjaan harus direncanakan sebaik-baiknya dan jika
digunakan asisten harus disupervisi dengan semestinya.
2.Pemahaman yang memadai atas struktur pengendalian
intern harus diperoleh untuk merencanakan audit dan
menentukan sifat, saat, dan lingkup pengujian
yang akan dilakukan.
3.Bukti audit kompeten yang cukup harus diperoleh melalui
inspeksi, pengamatan, permintaan pertanyaan, dan
konfirmasi sebagai dasar yang memadai untuk menyatakan
pendapat atas laporan keuangan yang diaudit
37. Standar Pelaporan
1.Laporan audit harus menyatakan apakah laporan keuangan telah disusun
sesuai dengan prinsip akuntansi berterima umum di Indonesia
2.Laporan audit harus menunjukkan atau menyatakan, jika ada, ketidak
konsistenan penerapan prinsip akuntansi dalam penyusunan laporan
keuangan periode berjalan dibandingkan dengan penerapan prinsip
akuntansi tersebut dalam periode sebelumnya.
3.Pengungkapan informatif dalam laporan keuangan harus dipandang
memadai, kecuali dinyatakan lain dalam laporan auditor.
4.Laporan audit harus memuat suatu pernyataan pendapat mengenai
laporan keuangan secara keseluruhan atau suatu asersi bahwa pernyataan
demikian tidak dapat diberikan. Jika pendapat secara keseluruhan tidak
dapat diberikan, maka alasannya harus dinyatakan. Dalam hal nama auditor
dikaitkan dengan laporan keuangan, maka laporan auditor harus memuat
petunjuk yang jelas mengenai sifat pekerjaan audit yang dilaksanakan, jika
ada, dan tingkat tanggung jawab yang dipikul oleh auditor.
38. STANDAR UMUM
1. Audit harus dilaksanakan oleh seorang atau lebih yang
memiliki keahlian dan pelatihan teknis yang cukup sebagai
auditor.
Kompetensi ini ditentukan oleh tiga faktor
yaitu:
a.Pendidikan formal dalam bidang
akuntansi di suatu perguruan tinggi
Standar
pertama ini
termasuk ujian profesi auditor.
menuntut
kompetensi b.Pelatihan yang bersifat praktis dan
teknis pengalaman dalam bidang auditing.
c. Pendidikan profesional yang
berkelanjutan selama menekuni karir
auditor profesional.
39. STANDAR UMUM
2. Dalam semua hal yang berhubungan dengan perikatan,
independensi dalam sikap mental harus dipertahankan oleh
auditor.
a. Independence infact (independensi
senyatanya).
Ada tiga
aspek b. Independence in appearance
independen (independensi dalam penampilan).
si
c. Independence in competence
(independensi dari keahlian atau
kompetensinya).
40. Independence infact (independensi senyatanya)
Auditor benar-benar tidak mempunyai kepentingan ekonomis dalam
perusahaan yang dilihat dari keadaan yang sebenarnya, misalnya
apakah ia sebagai direksi, komisaris, persero, atau mempunyai
hubungan keluarga dengan pihak itu semua. Untuk menjadi independen,
auditor harus mempunyai kejujuran yang tinggi. Jadi ada keterkaitan erat
antara independensi infact dengan obyektivitas
Independence in appearance (independensi dalam penampilan)
Kebebasan yang dituntut bukan saja dari fakta yang ada, tetapi juga harus bebas
dari kepentingan yang kelihatannya cenderung dimilikinya dalam perusahaan
tersebut. Hal ini dapat berupa hubungan yang intim, pengaruh yang besar dan
Iain-lain. Independensi dalam penampilan merupakan pandangan pihak-lain
terhadap diri auditor sehubungan dengan pelaksanaan audit. Auditor harus
menjaga kedudukannya sedemikian rupa sehingga pihak lain akan mempercayai
sikap independensi dan obyektivitasnya. Meskipun auditor independen telah
menjalankan audit dengan baik secara independen dan obyektif, pendapatnya
yang dinyatakan dalam laporan audit tidak akan dipercaya oleh para pemakai
jasa auditor independen bila ia tidak mampu mempertahankan independensi
dalam penampilan. Oleh karena itu, independensi dalam penampilan sangat
penting bagi perkembangan profesi auditor.
41. Independence in competence (independensi dari keahlian atau
kompetensinya) Independensi dari sudut keahlian berhubungan erat
dengan kompetensi atau kemampuan auditor dalam melaksanakan dan
menyelesaikan tugasnya. Auditor yang awam dalam electronic data
processing system tidak memenuhi independensi keahlian bila ia
mengaudit perusahaan yang pengolahan datanya menggunakan sistem
informasi akuntansi terkomputerisasi. Independensi dari sudut pandang
keahlian terkait erat dengan kecakapan profesional auditor. Dalam
melaksanakan tugas pemeriksaannya, ia wajib menggunakan segala
kemahiran jabatannya sebagai pemeriksa yang ahli dengan seksama dan
hati-hati. Baik dalam merencanakan, melaksanakan pemeriksaan maupun
sewaktu menyusun laporan hasil pemeriksaan.
42. STANDAR UMUM
3. Dalam pelaksanaan audit dan penyusunan laporannya, auditor
wajib meiiggunakan kemahiran profesionalnya dengan cermat
dan seksama.
menuntut auditor untuk cermat dan
seksama dalam melaksanakan audit dan
dalam mengeluarkan laporan atas
temuan-temuannya. Oleh karena itu,
auditor yang berpengalaman harus
Standar mengkaji secara kritis pekerjaan dan
ketiga
judgement yang dibuat oleh para stafnya.
Kualitas jasa yang diberikan auditor
sangat tergantung pada kecermatan dan
keseksamaan dalam melaksanakan audit
dan dalam menyusun laporan audit.
43. STANDAR PEKERJAAN LAPANGAN
4. Pekerjaan harus direncanakan sebaik-baiknya dan jika
digunakan asisten harus disupervisi dengan semestinya
Pekerjaan mengaudit harus direncanakan
secara memadai agar audit dapat
dilaksanakan secara efisien dan efektif.
Perencanaan meliputi pengembangan
strategi audit dan perancangan program
Standar audit untuk melaksanakan audit. Meskipun
keempat
auditor boleh mempekerjakan para
asisten, tetapi tanggung jawab atas
pekerjaan tersebut tetap berada di tangan
auditor. Oleh karena itu, auditor harus
mengarahkan, mengendalikan, dan
mengawasi para asistennya.
44. STANDAR PEKERJAAN LAPANGAN
5. Pemahaman yang memadai atas struktur pengendalian intern
harus diperoleh untuk merencanakan audit dan menentukan
sifat, saat, dan lingkup pengujian yang akan dilakukan.
Pemahaman mengenai struktur
pengendalian intern klien akan digunakan
untuk:
1.Mengidentifikasi salah saji yang
Standar
kelima potensial.
2.Mempertimbangkan faktor yang
mempengaruhi risiko salah saji yang
material.
3.Merancang pengujian substantif
45. STANDAR PEKERJAAN LAPANGAN
6. Bukti audit kompeten yang cukup harus diperoleh melalui
inspeksi, pengamatan, permintaan pertanyaan, dan konfirmasi
sebagai dasar yang memadai untuk menyatakan petidapat
atas laporan keuangan yang diaudit.
Audit harus menghimpun evidential matter
(hal-hal yang bersifat membuktikan) dan
tidak sekedar evident atau bukti konkrit
sebagai dasar untuk menyatakan
Standar pendapat atas laporan keuangan klien.
kelima Yang dimaksud dengan evidential matter
misalnya pengetahuan yang ada di pikiran
auditor mengenai uang yang sebenarnya
dikeluarkan untuk membeli suatu aktiva
46. Sebagai contoh A mengeluarkan uang Rp
100.000.000,00 untuk membeli mesin tetapi ia
memperoleh kuitansi atas pembelian itu sebesar Rp
150.000.000,00.
Auditor harus berusaha mencari dan menemukan
evidential matter (Rp 100.000.000,00) dan tidak
sekedar evident yang berupa cek sebesar Rp
150.000.000,00 tersebut.
Auditor harus menggunakan judgement profesional
dalam menentukan kecukupan jumlah, kualitas, dan
kompetensi bukti yang diperlukan.
47. Perbandingan antara evidence dan evidential matter
No. Evidence Evidential Matter
1. Ada di luar benak atau Ada di dalam benak atau
kesadaran auditor kesadaran intelektual dan
mental auditor
2. Bersifat konkrit, empiris Bersifat abstrak
3. Realitas objektif Realitas subjektif
4. Realitas Substantif Realitas Bentuk
48. STANDAR LAPORAN
7. Laporan audit harus menyatakan apakah laporan keuangan
telah disusun sesuai dengan prinsip akuntansi berterima
umum di Indonesia
Standar ini mengharuskan auditor untuk
mengidentifikasikan dan menggunakan
Standar prinsip akuntansi yang berterima umum di
ketujuh
Indonesia sebagai kriteria yang dipakai
untuk mengevaluasi asersi-asersi yang
dibuat oleh manajemen
49. STANDAR LAPORAN
8. Laporan audit harus menunjukkan atau menyatakan,jika ada,
ketidak konsistenan penerapan prinsip akuntansi dalam
penyusunan laporan keuangan periode berjalan dibandingkan
dengan penerapan prinsip akuntansi tersebut dalam periode
sebelumnya.
Konsistensi merupakan suatu konsep di
dalam akuntansi yang menuntut
diterapkannya standar secara terus-menerus,
Standar tidak diubah-ubah kecuali dengan alasan
delapan yang dapat dibenarkan misalnya agar laporan
keuangan dapat menyajikan posisi keuangan
perusahaan yang sebenarnya dan untuk
menghindari informasi yang menyesatkan.
Konsistensi sangat diperlukan untuk
mendukung komparabilitas laporan keuangan
dari suatu periode ke periode berikutnya.
50. STANDAR LAPORAN
9. Pengungkapan informatif dalam laporan keuangan harus
dipandang memadai, kecuali dinyatakan lain dalam laporan audit
Standar ini berkaitan erat dengan informasi
tambahan sebagai pendukung dan
pelengkap laporan keuangan. Informasi
Standar tambahan tersebut dapat dinyatakan dalam
sembilan bentuk catatan atas laporan keuangan
maupun bentuk pengungkapan lainnya.
Laporan audit tidak perlu menyatakan hal
ini apabila pengungkapan informatif sudah
memadai.
51. STANDAR LAPORAN
10. Laporan audit harus memuat suatu pernyataan pendapat
mengenai laporan keuangan secara keseluruhan atau suatu
asersi bahwa pernyataan demikian tidak dapat diberikan. Jika
pendapat secara keseluruhan tidak dapat diberikan, maka
alasannya harus dinyatakan. Dalam hal nama auditor dikaitkan
dengan laporan keuangan, maka laporan auditor harus memuat
petunjuk yangjelas mengenai sifat pekerjaan audit yang
dilaksanakan, jika ada, dan tingkat tanggung jawab yang dipikul
oleh auditor
bertujuan untuk mencegah terjadinya salah tafsir tentang
tingkat tanggung jawab yang dipikul auditor bila namanya
dikaitkan dengan laporan keuangan.
Auditor harus menyatakan bahwa ia tidak dapat memberikan
pendapatnya atas laporan keuangan yang tidak diaudit
tetapi namanya dikaitkan dengan laporan keuangan
Standar tersebut.
sepuluh Auditor juga harus menyatakan bahwa ia tidak dapat
memberikan pendapatnya meskipun seandainya melakukan
beberapa prosedur audit apabila ia tidak independen
terhadap klien
52. Hubungan kesepuluh standar dengan konsep
auditing
Standar
Standar didasari
didasari konsep
konsep kehati-hatian,
kehati-hatian,
Umum
Umum independensi, dan etika
independensi, dan etika
Standar
Standar
pekerjaan
pekerjaan didasari konsep bukti
didasari konsep bukti
lapangan
lapangan
Standar
Standar konsep penyajian atau pengungkapan
konsep penyajian atau pengungkapan
pelaporan
pelaporan yang wajar
yang wajar
53. Standar auditing seperti yang dikemukakan dalam buku
Standar Profesional Akuntan Publik (SPAP) adalah
merupakan pedoman audit atas laporan keuangan
historis. Standar tersebut dirinci ke dalam bentuk
Pernyataan Standar Auditing (PSA). Dengan demikian
PSA merupakan penjabaran lebih lanjut masing-masing
standar yang terdapat dalam standar auditing.
53
54. PSA berisi ketentuan-ketentuan dan pedoman-pedoman
utama yang harus diikuti oleh akuntan publik dalam
melaksanakan penugasan audit. Kepatuhan terhadap PSA
tersebut bersifat wajib (mandatory).
Termasuk di dalam PSA adalah Interpretasi Pemyataan
Standar Auditing (IPSA).
IPSA merupakan interpretasi resmi yang dikeluarkan oleh
IAI.
IPSA memberikan jawaban atas keragu-raguan, dalam
penafsiran ketentuan-ketentuan yang dimuat dalam PSA,
sehingga merupakan perluasan lebih lanjut berbagai
ketentuan dalam PSA.
Pelaksanaan atas tafsiran tersebut juga bersifat wajib
(mandatory).
54
55. Jadi PSA merupakan landasan operasional. Untuk tidak
menimbulkan tafsiran yang berbeda terhadap PSA maka
disediakan wahananya berupa IPSA. Dengan demikian
secara hirarki antara Standar Auditing, Pernyataan Standar
Auditing, dan Interpretasi Pernyataan Standar Auditing
55
56. Hirarki antara Standar Auditing, Pernyataan Standar Auditing, dan
Interpretasi Pernyataan Standar Auditing
Standar Auditing
Landasan Konseptual
Standar Umum Standar Pekerjaan Lapangan Standar Pelaporan
Landasan operasional
Pernyataan Standar Auditing Pernyataan Standar Auditing
(PSA) (PSA)
Interpretasi Pernyataan Interpretasi Pernyataan
Standar Auditing (IPSA) Standar Auditing (IPSA)
56