SlideShare una empresa de Scribd logo
1 de 20
Descargar para leer sin conexión
YAYASAN SATU
KARSA KARYA
BULETIN
Edisi IV/Juni 2016
Kemandirian Ekonomi
untuk Kedaulatan Diri
Perempuan
Pendidikan Ramah
Anak Butuh
Dukungan Orang Tua
Upaya Menurunkan
Angka Kekerasan Anak
di Sekolah
Pendidikan Ramah
Anak Butuh
Dukungan Orang Tua
Kemandirian Ekonomi
untuk Kedaulatan Diri
Perempuan
Upaya Menurunkan
Angka Kekerasan Anak
di Sekolah
Angka Kekerasan
Tinggi, Pemerintah dan
Masyarakat Perlu
Bersinergi
Angka Kekerasan
Tinggi, Pemerintah dan
Masyarakat Perlu
Bersinergi
2
DAFTAR ISI
Tim Redaksi
Alamat Redaksi:
Penanggungjawab : Kangsure SUROTO | Pemimpin Redaksi : Ana Susi Yuniasri | Dewan Redaksi :
Lusiningtias, Dewangga Saputra, Muhammad Histiraludin, Antonia Satrianti, Wahid Kurniawan, Sri
Wahyuni | Editor : Eko Bani | Layout : A. Supadmi | Distribusi: Divisi Pengelolaan Data & Informasi
Singopuran Rt.04/Rw.02 Kartasura Sukoharjo 57164 - Jawa Tengah | Telp./Fax.: *62-271784928 |
eMail: office@yskk.org | Website: www.yskk.org
02Salam Redaksi
03Fokus Utama
07Sekolah MANTAP
09Ekonomi Kerakyatan
11Kepemimpinan Perempuan
13Jejak Langkah
14Gagasan
15Profil
17Tips Sang Inovator
18Kabar Program
20 Agenda Program
Pendidikan Ramah Anak Butuh
Dukungan Orang Tua
Upaya Menurunkan Angka Kekerasan
Anak di Sekolah
Kemandirian Ekonomi untuk
Kedaulatan Diri
Perempuan
Kekerasan Terhadap Perempuan &
Anak, Butuh Sinergi Berbagai Pihak
Mencegah Kekerasan Terhadap Anak
Murjikem, Berdayakan Korban KDRT
dengan Kekuatan Jejaring
Pahami Karakter Anak, Menjadi Kunci
PAUD
Pembaca yang Budiman,
Perempuan dan anak sangat rentan
mengalami kekerasan baik fisik dan psikis.
Untuk mencegahnya dibutuhkan upaya yang
terus-menerus dan berdampingan antara
orangtua, masyarakat dan pemerintah.
MEDIUM Edisi IV akan mengupas tentang
parenting education yang diterapkan
Lembaga PAUD dalam menggalang partisipasi
orangtua untuk mewujudkan pendidikan yang
ramah anak, upaya yang dapat dilakukan
untuk menurunkan angka kekerasan di
sekolah, dan informasi lainnya.
Semoga apa yang kami kupas melalui buletin
ini dapat meningkatkan pemahaman pembaca
terkait kekerasan terhadap perempuan dan
anak dalam berbagai konteks. Selamat
membaca! Semoga bermanfaat,
Salam Redaksi,
From
the People of Japan
YAYASAN SATU
KARSA KARYA
Pendidikan Ramah Anak Butuh
Dukungan Orang Tua
emenuhan dan
perlindungan hak anak
Padalah sebuah komitmen
yang harus diwujudkan bersama.
Pemerintah Indonesia pada tahun
1990 telah meratifikasi Konvensi
Hak Anak sebagai sebuah langkah
untuk upaya pemenuhan dan
perlindungan terhadap hak anak.
Konvensi hak anak ini memuat
berbagai hak yang harus
dihormati dan dipenuhi oleh
segala pihak. Terkait pemenuhan
hak atas pendidikan, tertuang
pada pasal 28 Konvensi Hak Anak
(KHA) yang menekankan bahwa
negara mengakui hak anak atas
pendidikan dan untuk
mewujudkannya hak ini secara
bertahap dan berdasarkan
kesempatan yang sama. Negara
juga harus mengambil langkah
yang tepat untuk memastikan
bahwa disiplin sekolah
dilaksanakan dengan cara yang
sesuai dengan martabat
kemanusiaan anak.
Komitmen di atas sebenarnya
semakin menegaskan komitmen
Pemerintah Indonesia yang
tertuang dalam Undang-Undang
Dasar 1945 pada pasal 28C yang
mengamanahkan bahwa “Setiap
orang berhak mengembangkan
diri melalui pemenuhan
kebutuhan dasar, berhak
mendapat pendidikan dan
memperoleh manfaat dari ilmu
pengetahuan dan teknologi, seni
dan budaya, demi meningkatkan
kualitas hidupnya dan demi
kesejahteraan umat manusia.”
Baik dalam konteks pemenuhan
hak sebagai warga negara dan
sebagai anak, pendidikan
dipandang penting untuk
dipenuhi oleh negara. Lalu
pendidikan yang seperti apakah
sehingga anak dapat berkembang
dan bertumbuh sesuai dengan
hak-haknya? Karena satu sisi
negara harus memberikan
pendidikan yang sekaligus
menjamin bahwa dalam proses
pendidikan tersebut memenuh
dan melindungi hak-hak anak.
Hal ini tertuang dalam KHA pasal
28B yang menyebutkan “Setiap
FOKUS UTAMA
3
©Amy Supadmi | 2016
Oleh: Dewangga Saputra, Pelaksana Divisi Pemberdayaan Anak YSKK
anak berhak atas kelangsungan
hidup, tumbuh dan berkembang
serta berhak atas perlindungan
dari kekerasan dan diskriminiasi.”
Hal ini diperkuat dalam pasal 19
(1) KHA, bahwa negara akan
mengambil semua langkah
legislatif, administratif, sosial dan
pendidikan untuk melindungi
anak dari semua bentuk
kekerasan fisik dan mental, cidera
atau penyalahgunaan,
penelantaran dan perlakuan salah
atau eksploitasi, termasuk
penyalahgunaan seksual,
sementara berada dalam asuhan
orangtua, wali atau orang lain
yang memelihara anak.
Guna menjamin implementasi
pemenuhan dan perlindungan
anak di lapangan, pemerintah
Indonesia mengeluarkan UU
Nomor 23 tahun 2002 tentang
perlindungan anak, dan secara
khusus di sektor pendidikan
menerbitkan UU Nomor 20 tahun
2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional serta Peraturan Menteri
Pemberdayaan Perempuan dan
Perlindungan Anak (Permen PP
dan PA) Nomor 5 tahun 2011
tentang Pemenuhan Hak
Pendidikan Anak.
Meski demikian, berbagai
tindakan yang tidak responsif
pada perlindungan anak tetap
terjadi, hal ini tampak dari
pemberitaan-pemberitaan yang
mewarnai media massa baik
kasus kekerasan terhadap anak,
eksploitasi, penelantaran, dsb. Di
sektor pendidikan sendiri
berdasarkan data Komisi
Perlindungan Anak Indonesia
tahun 2013 terdapat 6.812 kasus
tindak kekerasan yang terjadi di
lingkungan sekolah. Sekolah
sebagai salah satu lingkungan
pendidikan bagi anak, sudah
semestinya menjadi tempat
terbaik, teraman dan ternyaman
bagi anak-anak untuk tumbuh
dan berkembang. Lembaga
pendidikan berkewajiban untuk
menjamin anak terbebas dari
ancaman dalam proses
mengembangkan segala potensi
yang dimilikinya dan wajib
memenuhi hak-hak anak dalam
proses di sekolah.
Hal ini pula yang harus
diperhatikan oleh Kabupaten
Sukoharjo yang sejak Desember
2014 lalu mencanangkan untuk
menjadi Kabupaten Layak Anak.
Kabupaten/Kota Layak Anak
(KLA) adalah salah satu upaya
yang dilakukan untuk pemenuhan
dan perlindungan hak anak.
Program ini diarahkan agar
kabupaten/kota memiliki sistem
pembangunan berbasis hak anak
melalui pengintegrasian
komitmen dan sumberdaya
pemerintah, masyarakat dan
dunia usaha yang terencana
secara menyeluruh dan
berkelanjutan dalam kebijakan,
program dan kegiatan untuk
menjamin terpenuhinya hak anak.
Upaya tersebut tentu harus
berpegang pada berbagai
indikator yang perlu dipenuhi
agar Sukoharjo bisa disebut
sebagai kabupaten yang layak
anak.
Terkhusus di sektor pendidikan
hal-hal yang harus diperhatikan
untuk menciptakan layak anak
meliputi: angka partisipasi
pendidikan anak usia dini,
persentase wajib belajar
pendidikan 12 tahun, persentase
sekolah ramah anak, jumlah
sekolah yang memiliki program,
sarana dan prasarana perjalanan
FOKUS UTAMA
4
anak ke dan dari sekolah serta
tersedianya fasilitas untuk
kegiatan kreatif dan rekreatif
yang ramah anak, di luar sekolah
yang dapat diakses semua anak.
Sekolah Ramah Anak
Sejak Jenjang PAUD
Mendasarkan dari indikator di
atas jelas bahwa sekolah memiliki
tanggungjawab menciptakan
lingkungan belajar yang aman
dan nyaman bagi anak.
Penyelenggara pendidikan harus
sangat memperhatikan
kebutuhan dan hak-hak anak
dalam penyelenggaraan
pendidikan. Saat ini program
sekolah ramah anak sedang
digaungkan dari pusat hingga di
daerah. Sekolah ramah anak
merupakan sebuah satuan
pendidikan yang mampu
menjamin, memenuhi,
menghargai hak-hak anak, dan
perlindungan anak dari
kekerasan, diskriminasi, dan
perlakuan salah lainnya serta
mendukung partisipasi anak
terutama dalam perencanaan,
kebijakan, pembelajaran, dan
mekanisme pengaduan.
Pendidikan mendasar yang
penting dipenuhi saat ini dimulai
dari pendidikan anak usia dini
(PAUD). Berbicara pendidikan
anak usia dini yang ramah, tentu
akan terkait aspek akses PAUD
serta sekolah itu sendiri, maka
pelaksanaan program sekolah
ramah anak perlu dilakukan
mulai jenjang PAUD. PAUD
merupakan jenjang pendidikan
pertama seorang anak mengenal
lingkungan sekolah dan
diharapkan menjadi pelopor
layanan pendidikan yang ramah
untuk anak didiknya.
Di Kabupaten Sukoharjo pada
tahun 2015, menurut data Bidang
PNFI capaian APK 30,34 persen
(usia 0-6 tahun) atau 77,22
persen (usia 3-6 tahun). Di
Sukoharjo terdapat 647 Lembaga
PAUD yang melayani 32.756 anak
pada usia 0-6 tahun atau 31.660
anak pada usia 3-6 tahun. Dari
data tersebut akses anak usia dini
terhadap pendidikan di
Kabupaten Sukoharjo sudah
semakin terbuka. Jumlah anak
yang dilayani di jenjang PAUD ini
tidaklah sedikit sehingga perlu
memastikan anak-anak
mendapatkan pendidikan aman,
nyaman dan menyenangkan.
Program sekolah ramah anak
dirasa perlu dilakukan mulai dari
jenjang pendidikan anak sedini
mungkin. PAUD merupakan
jenjang pendidikan pertama
seorang anak mengenal
lingkungan sekolah dan
diharapkan menjadi pelopor
layanan pendidikan yang ramah
untuk anak didiknya. Diharapkan
dengan adanya Program Sekolah
Ramah Anak ini, anak-anak dapat
tumbuh dan berkembang dengan
segala keceriannya perlu
memastikan pendidikan mereka
tanpa ada kekerasan, tanpa ada
rasa takut sehingga anak mampu
mengeskpresikan dan
mengaktualisasikan dirinya
secara positif dalam berbagai
bentuk.
Butuh Dukungan Orang
Tua
Terselenggaranya sekolah ramah
anak di PAUD tentunya menjadi
tanggungjawab berbagai pihak
baik penyelenggara pendidikan,
masyarakat sekitar, dan tentu
orang tua/wali murid.
Penyelenggara pendidikan
termasuk didalamnya pendidik
sebagai elemen yang bersentuhan
langsung dalam proses stimulasi
tumbuh kembang anak usia dini
pendidik diharapkan dapat
memenuhi hak-hak anak di PAUD.
Masyarkaat memiliki peran dalam
menciptakan lingkungan
masyarakat di sekitar sekolah
yang mendukung terhadap
program ramah anak.
Begitu pula orang tua, adalah
elemen penting dalam
mewujudkan pendidikan anak
sejak usia dini yang ramah. Ada
berbagai bentuk dukungan orang
tua yang dapat dilakukan untuk
mendukung program ramah anak.
Mulai dari mendukung
lingkungan yang sehat di sekolah
dengan berpartisipasi dalam
menjaga kebersihan sekolah,
menyediakan menu sehat untuk
FOKUS UTAMA
5
Kegiatan Parenting Education yang diselenggarakan salah satu lembaga PAUD
dan YSKK beberapa waktu lalu mengangkat tema tentang Hak Anak.
anak, tidak merokok di
lingkungan sekolah. Atau dengan
menciptakan lingkungan yang
bebas kekerasan seperti selalu
bersikap ramah, murah senyum
kepada setiap anak, tidak
berbicara kasar pada anak, tidak
memarahi anak didepan teman-
temannya dan tidak
mencubit/menjewer anak.
Pentingnya dukungan orangtua
sangatlah berdampak penting
untuk mewujudkan program
sekolah ramah anak. Terkait
dengan hal itu maka perlu ada
strategi yang dikembangkan
untuk mendorong peran serta
orangtua dalam mewujudkan
PAUD Ramah Anak. Strategi yang
dilakukan Taman Pintar-Pos
PAUD di Kecamatan Weru untuk
mendorong dukungan orangtua
dengan menggunakan media
Parenting Education.
Parenting Education adalah
sebuah sarana transfer
pengetahuan, sikap dan
keterampilan kepada para
orangtua terkait dengan
pengasuhan anak usia dini.
Parenting education diyakini
mampu mentransfer mengenai
pendidikan ramah anak kepada
orangtua. Bahasan yang
diangkatpun beragam mulai dari
sosialisasi mengenai hak-hak
anak hingga diskusi mengenai
tips-tips mengasuh anak usia dini.
ungkap Pendidik PAUD Nurul
Amal, Bunda Istiyana.
“Parenting education,
menjadi sarana bagi
pendidik untuk
sosialisasi tentang hak
anak, untuk
menyampaikan
kepada orangtua agar
kekerasan tidak
terjadi lagi pada anak
seperti membentak
atau mencubit anak,”
Melalui kegiatan yang
dilaksanakan rutin bulanan ini
lahir berbagai kegiatan orangtua
guna mendukung program
sekolah ramah anak. Seperti
program penghijauan lingkungan
sekolah dengan tanaman buah
dan sayur, membuat mainan dari
barang bekas yang ramah
lingkungan atau program menu
sehat untuk anak. Kegiatan-
kegiatan tersebut diprogramkan
secara bersama sama antara
pendidik dan orangtua.
Melalui parenting education
jugalah pola pengasuhan yang
ramah anak di lingkungan
sekolah dapat dilanjutkan oleh
orangtua di lingkungan keluarga.
Orangtuapun akan tahu, sadar
dan siap untuk berkomitmen
mengasuh anak dengan kasih
sayang dan penuh keramahan.
Diharapkan kerjasama segenap
pihak termasuk pendidik dan
orangtua dapat mewujudkan
Sekolah Ramah Anak ini,
termasuk di jenjang PAUD.
Sekolah Ramah Anak sekolah
yang aman, nyaman dan
menyenangkan untuk anak.
FOKUS UTAMA
6
Sebagian besar anak menghabiskan waktu di dalam lingkungan keluarga,
untuk itu orangtua perlu memahami pola asuh yang sesuai anak.
Upaya Menurunkan Angka Kekerasan
Anak di Sekolah
ndonesia telah memiliki regulasi
tentang perlindungan anak yakni
Iundang-undang 23 Tahun 2002.
Aturan tersebut dilahirkan dari
keprihatinan mendalam atas
berbagai kasus yang menimpa anak
dan pelaku tidak dihukum secara
adil. Meski demikian tujuan umum
perlindungan anak agar ada jaminan
pemenuhan hak-hak kelangsungan
hidup, tumbuh kembang,
perlindungan, dan partisipasi anak.
Sehingga setiap anak akan tumbuh
secara optimal dengan potensi yang
dimiliki. Sementara tujuan khusus
yang ingin diraih: (a). Menjamin
perlindungan khusus bagi anak dari
berbagai tindak perlakuan tidak
patut, termaksud kekerasan,
penelantaran, dan eksploitasi. (b).
Menjamin perlindungan hukum baik
dalam bentuk pembelaan
pendampingan bagi anak yang
berhadapan dengan hukum agar hak-
haknya tetap terpenuhi, dan
terlindungi dari tindak diskriminasi.
(c). Mengakui dan menjamin hak
anak dari komunitas minoritas untuk
menikmati bu daya, menggunakan
bahasa, dan melaksanakan ajaran
agamanya.
Berdasarkan data yang dikutip dari
Komisi Perlindungan Anak Indonesia
(KPAI), jumlah kekerasan terhadap
anak tiap tahun terus bertambah.
Tahun 2011 sebanyak 2178 kasus,
tahun 2012 sebanyak 3512 kasus,
tahun 2013 sebanyak 4311 kasus,
tahun tahun 2014 sebanyak 5066
kasus dan di tahun 2015 hingga
Bulan April tercatat sebanyak 6.006
kasus. Anak-anak bisa menjadi
korban atau pelaku kekerasan. Lokus
kekerasan pada anak ada 3, yaitu di
lingkungan keluarga, di lingkungan
sekolah dan di lingkungan
masyarakat. Hasil monitoring dan
evaluasi KPAI tahun 2012 di 9
provinsi menunjukkan bahwa 91
persen anak menjadi korban
kekerasan di lingkungan keluarga,
87.6 persen di lingkungan sekolah
dan 17.9 persen di lingkungan
masyarakat. Angka kekerasan anak di
sekolah tidak cukup signifikan
turunnya karena hingga 2015
berdasar data International Center
for Research on Women (ICRW)
kekerasan yang terjadi di lingkungan
sekolah tetap tinggi yakni 84 persen.
Kasus kekerasan yang marak di
sekolah yang ditangani Komisi
Perlindungan Anak Indonesia (KPAI)
hingga akhir 2015 meliputi:
kekerasan fisik, seksual verbal, psikis
dan cyber bullying. Sedangkan untuk
pelaku kekerasan di sekolah, KPAI
menemukan 79 kasus bullying dan
103 kasus tawuran yang pelakunya
justru anak-anak. Dan angka ini
meningkat dibanding tahun
sebelumnya yang hanya ditemukan
67 kasus anak-anak pelaku bullying
Oleh: Muhammad Histiraludin, Kadiv Pemberdayaan Anak YSKK
SEKOLAH MANTAP
7
©YSKK/P.D&I/Amy Supadmi | 2016
Sebanyak 78.3 persen anak menjadi
pelaku kekerasan dan sebagian besar
disebabkan mereka pernah menjadi
korban kekerasan sebelumnya atau
pernah melihat kekerasan yang
dilakukan kepada anak lain dan
menirunya. Pelaku kekerasan pada
anak bisa dibagi menjadi tiga.
Pertama, orang tua, keluarga, atau
orang yang dekat di lingkungan
rumah. Kedua, tenaga kependidikan
yaitu guru dan orang-orang yang ada
di lingkungan sekolah seperti
cleaning service, tukang kantin,
satpam, sopir antar jemput yang
disediakan sekolah. Ketiga, orang
yang tidak dikenal. Artinya, anak
rentan menjadi korban kekerasan
justru di lingkungan rumah dan
sekolah. Lingkungan yang mengenal
anak-anak tersebut cukup dekat.
Dari penjelasan diatas terlihat,
lingkungan pendidikan memberi
pengaruh yang signifikan. Setidaknya
ada 1764 kasus dalam dunia
pendidikan dan sekolah menjadi
salah satu lokus terjadinya
kekerasan.
Meski demikian, sudah banyak
satuan pendidikan yang memiliki
upaya untuk meminimalisir
terjadinya kekerasan. Bagi mereka,
lingkungan pendidikan harus steril
dari kasus kekerasan. Hal ini
ditegaskan oleh Kepala Sekolah SDN
Kleco 1 Surakarta Joko Sudibyo dan
SMPN 16 Bandarlampung Purwadi.
“Sebagai lembaga pendidikan, kami
terus berupaya meminimalisir
bahkan menghapuskan kasus
kekerasan terhadap anak baik yang
dilakukan orang dewasa maupun
anak” ujar Joko Sudibyo yang ditemui
diruang kerjanya. Sebagai kepala
sekolah yang baru 1 tahun menjabat,
Joko terus menerus mengingatkan
guru untuk menjaga sikap pada
anak-anak. Termasuk mengawasi
anak-anak saat istirahat. Selain itu,
dalam berbagai kesempatan dirinya
juga menyampaikan tentang UUPA
sehingga guru memahami betul
fungsi pendidikan yang diembannya.
Salah satu jalan keluar bila muncul
masalah, harus diselesaikan secara
kekeluargaan. “Semua anak yang
terlibat pertengkaran, perkelahian
atau kasus lainnya kami undang ke
kantor beserta orang tuanya. Agar
semua tahu dan menyadari apa yang
terjadi untuk kemudian diselesaikan
secara kekeluargaan,” ungkap
mantan kepala sekolah SDN Bratan 1
Surakarta ini.
Sedangkan SMPN 16 Bandarlampung
mengantisipasi terjadinya kekerasan
terhadap anak dengan mengeluarkan
buku siswa. Buku ini merupakan
buku kontrol yang dipegang tiap
siswa dan berisi tentang catatan
perilakunya selama disekolah. “Yang
bisa dicatat disitu berupa point atas
pelanggaran yang dilakukannya.
Tidak hanya perkelahian tapi
termasuk jajan saat jam pelajaran,
membolos, hingga membuang
sampah sembarangan juga kena
point” urai Purwadi. Guru yang
memergoki perilaku siswa tersebut
langsung meminta buku siswa dan
menuliskan kesalahan serta dibubuhi
paraf. Bila point mencapai 50 akan
dipanggil ke BK beserta orang tua,
point 75 akan dibuat surat perjanjian
tidak mengulangi hingga permintaan
pengunduran diri.
Buku siswa diberikan saat awal
tahun ajaran dan orang tua siswa
juga diberitahukan. Buku itu tiap
bulan direkap di BK sehingga meski
buku tersebut hilang, rekapan masih
tersimpan jelas. Menghilangkan buku
ini juga termasuk pelanggaran yang
harus dicatat. Kini pria asal Jawa itu
tengah mendorong perubahan
perilaku tidak hanya di sekolah
tetapi juga dirumah, dilingkungan
tempat ibadah bahkan di media
sosial. Perkembangan teknologi
menjadi bagian yang tidak bisa
dihindarkan sehingga menjadi salah
satu hal yang ikut diperhatikan.
“Membully di medsos itu yang paling
rawan dan kami tidak boleh abai
mendidik perilaku anak termasuk di
medos” ujarnya yang dihubungi via
telepon.
Anak-anak SMPN 16 Bandarlampung
juga menandai nama akun
medsosnya dengan tambahan
“spanambelas”. Artinya ada
kebanggaan yang disandang.
“Menyandang nama spanambelas itu
harus menjaga citra atau ibaratnya
semacam duta anti bullying. Nama
itu membuat mereka harus menjaga
karena banyak alumni yang juga
turut menjaga adik kelasnya. Kalau
ada yang membully, bisa dilaporkan
ke sekolahan” urai pria yang sangat
ramah ini panjang lebar. Maka dari
itu Purwadi tidak jemu berpesan
dalam berbagai kesempatan,
pemakaian nama itu harus diiringi
rasa tanggungjawab menjaga citra
dan perilaku maupun tutur kata.
Etika pergaulan baik dalam
kehidupan dunia nyata ataupun
maya harus berstandar sama, punya
moral. Meski tidak mudah, Purwadi
menyadari hal itu menjadi salah satu
tugas sebagai pendidik. Setiap waktu
terus memikirkan langkah terbaik
agar anak-anak didiknya tumbuh dan
berperilaku positif.
Kedua kepala sekolah yang
berpredikat MANTAP (Manajemen
Transparan, Akuntabel dan
Partisipatif) rupanya tidak sekedar
menerapkan MANTAP dalam tata
kelola sekolah. Namun juga
melakukan upaya yang terbaik bagi
anak-anak didik mereka. Keduanya
menjawab tantangan terberat yakni
perkembangan teknologi yang makin
massif dan menjangkau ke semua
lapisan masyarakat sehingga
berpengaruh signifikan terhadap
pola pikir, cara berkomunikasi
hingga perilaku anak didik. Bagi
keduanya, sekolah harus mampu
membentuk pribadi anak yang
seutuhnya sesuai potensi dan
kemampuan yang dimiliki dengan
karakter diri yang kuat. Dengan
demikian tidak aka nada lagi
kekerasan yang terjadi baik di
sekolah, lingkungan maupun di
rumah.
SEKOLAH MANTAP
8
©YSKK/P.D&I/Amy Supadmi | 2016
Kemandirian Ekonomi untuk Kedaulatan
Diri Perempuan
emandirian ekonomi yang
dimiliki oleh seorang
Kperempuan akan
meningkatkan harga diri dan
posisi tawarnya baik dalam
keluarga maupun masyarakat.
Kekerasan dalam rumah tangga
misalnya, seringkali terjadi
karena ketergantungan ekonomi
perempuan pada laki-laki
sangat tinggi.
Data yang dirilis oleh Badan Pusat
Statistik Kabupaten Gunungkidul
Tahun 2015, persentase angka
kemiskinan di Kabupaten
Gunungkidul mencapai 20,83% dari
698.825 jiwa. Salah satu dampak dari
kemiskinan ini salah satunya adalah
mendorong terjadinya migrasi
karena lapangan pekerjaan yang
kurang memadai. Hal ini didukung
dengan sering terjadinya kekeringan
di wilayah Kabupaten Gunungkidul
khususnya bagian selatan, sehingga
hasil pertanian yang menjadi andalan
utama mata pencaharian penduduk
tidak mampu mendukung
perekonomian keluarga.
Kemiskinan ini mendorong
penduduk mencari sumber
kehidupan di luar Kabupaten
Gunungkidul, atau sering disebut
penduduk lokal “merantau” .
Meskipun tidak ada data secara pasti,
kebanyakan yang merantau adalah
kaum laki-laki (suami/anak laki-
laki/bapak), sedangkan kaum
perempuan sebagian besar akan
tetap tinggal di desa untuk mengurus
urusan domestik, merawat keluarga,
ternak dan pertanian.
Persoalannya kemudian adalah
perempuan-perempuan ini seringkali
mereka belum tentu mendapatkan
kiriman uang dari suami mereka,
sedangkan satu sisi kaum
perempuan ini sangat tergantung
terhadap kiriman sang suami.
Mereka (perempuan) harus bertahan
dengan kebutuhan mereka, dan tidak
sedikit pula berakhir pada
perceraian. Hal ini menimbulkan
krisis ekonomi dalam keluarga, dan
inilah salah satu kondisi riil mengapa
kekerasan ekonomi terjadi terhadap
perempuan.
Selain kondisi di atas, kondisi lain
yang nampak adalah perempuan
harus ikut ambil bagian dalam
pemenuhan kebutuhan keluarga
namun juga masih dibebani denggan
urusan domestik sehingga terjadi
double burden di rumah. Fakta lain,
tahun 2008 tercatat 21.849
perempuan (Analisis Statistik
Gender, 2008) menjadi kepala
keluarga, karena akibat perceraian,
karena suami meninggal, dsb. Ini
tentu perempuan harus bertanggung
jawab untuk memenuhi kebutuhan
keluarga. Sisi lain perempuan tidak
9
EKONOMI KERAKYATAN
Oleh: Ana Susi Y.,Kadiv Pengelolaan Data & Informasi YSKK
memiliki “kuasa” terhadap kekayaan
keluarga yang dikelola serta tidak
memiliki akses ekonomi di ruang
publik karena keterbatasan
ketrampilan, keterbatasan jaringan,
keterbatasan pasar, keterbatasan di
bidang Teknologi Informasi (TI). Ini
semakin memiskinkan perempuan
sehingga pemenuhan hak ekonomi
perempuan tidak terpenuhi.
Kondisi di atas tentu saja telah
terpetakan oleh Pemerintah Daerah
Kabupaten Gunungkidul, dan
Pemerintah Kabupaten Gunungkidul
sendiri menargetkan untuk
menurunkan kemiskinan 15,6%
sampai dengan tahun 2021. Upaya
yang nampak seperti
penyelenggaraan Desa PRIMA,
Pembentukan kelompok-kelompok
produktif yang berbasis perempuan,
pelatihan ketrampilan teknis dan
usaha menengah kecil mikro
(UMKM), serta bantuan peralatan
untuk meningkatkan produktifitas
perempuan di sektor ekonomi.
Selain dari pemerintah daerah,
inisiasi dari masyarakat untuk
terlibat dalam menghadapi persoalan
di atas sangatlah dibutuhkan.
Keprihatinan terhadap kondisi
perempuan dan kemiskinan di 3
desa: Desa Watusigar Kecamatan
Ngawen, Desa Kampung Kecamatan
Ngawen dan Desa Semin Kecamatan
Semin mendorong beberapa aktivis
perempuan di desa melakukan
upaya-upaya konkrit untuk
mengatasi persoalan yang dihadapi
perempuan ini . Aktivis perempuan
ini merangkul perempuan-
perempuan di desa untuk
mengkonsilidasikan diri dalam
sebuah kelompok ekonomi produktif
dan sekarang telah menjelma diri
menjadi koperasi. Terdapat 3
koperasi perempuan yang diinisiasi
di desa Masing-masing, dimana saat
ini 3 koperasi tersebut telah
beranggotakan kurang lebih 250
orang. 3 koperasi tersebut adalah
Koperasi Karya Perempuan Mandiri
(KPM) di Desa Watusigar, Koperasi
Mitra Usaha Perempuan (MUP) di
Desa Kampung Kec. Ngawen, serta
Koperasi Sekar Arum (SA) di Desa
Semin kec. Semin.
Gerakan ekonomi produktif yang
diinisiasi ini ingin meningkatkan
posisi tawar perempuan di sektor
ekonomi. Ketika perempuan
memiliki sumber penghasilan sendiri
yang mampu memberikan
sumbangan bagi perekonomian
keluarga dan desa. Maka
kesejahteraaan perempuan dapat
terpenuhi. Koperasi sendiri memiliki
dua fungsi strategis yakni fungsi
produktif dan fungsi pendidikan bagi
anggotanya.
Fungsi Ekonomi Produktif berbicara
bagaimana koperasi mampu
memfasilitasi anggotanya secara
konsisten dan berkelanjutan
melakukan usaha produktif. Jalan
panjang harus mereka tempuh
dengan melunturkan stigma
masyarakat bahwa mereka bukan
“kelompok ubyang ubyung”
(kelompok kesana kemari) yang
tidak bermanfaat. Didampingi YSKK,
ketiga kelompok ini memberikan
wadah bagi perempuan dan
sekaligus mendorong perempuan
untuk mengembangkan usaha
produktif atau mendorong
bertumbuhnya perempuan
pengusaha di pedesaan. Usaha yang
dibangunpun didekatkan dengan
kehidupan mereka yaitu
meningkatkan nilai tambah hasil
pertanian yang mereka hasilkan.
Misalnya hasil bumi singkong,
mereka tidak harus menjual dalam
bentuk singkong saja namun bisa
diolah dan diinovasikan produknya
misalnya menjadi keripik balado,
keripik berasa, dsb.
Fungsi Pendidikan merupakan fungsi
dimana koperasi menjadi wadah bagi
perempuan untuk memperkaya
pengetahuan, ketrampilan serta
sikap anggota koperasi. Saling
bertukar pengalaman dan perasaan
serta menemukan solusi bersama
inilah yang menjadi kekuatan dan
pengikat antar anggota koperasi.
Sampai sekarang 3 koperasi ini
secara rutin menyelenggarakan
pertemuan sebulan sekali dan terus
berupaya menjaga konsistensi
pertemuan. Pertemuan inilah yang
menjadi sarana memperkaya diri
dan mengasah pikir perempuan.
Melalui pertemuan ini pengurus
menggulirkan persoalan-persoalan
yang up to date tidak hanya
persoalan mengenai ekonomi
produktif namun juga terhadap
persoalan perempuan lain seperti
kekerasan rumah tangga,
pembangunan desa, tehnologi
informasi, dsb. Meskipun pengurus
masih terbatas juga pengetahuannya,
tidak sedikit pula pengurus
melakukan konsultasi dengan
ekternal resource seperti YSKK,
Pemerintah Desa dan Kabupaten, dsb
untuk memperkaya wacana mereka.
Salah satu keunikan yang dilakukan
oleh salah satu Koperasi, yaitu
Koperasi Wanita KPM membuka
ruang konsultasi bagi anggotanya.
Ruang konsultasi ini memang tidak
sengaja ditemukan, pengurus belajar
dari pengalaman berelasi dengan
anggota ketika setiap anggota ke
sekretariat koperasi selain
memberikan angsuran pinjaman
anggota, mereka juga curhat
(curahan hati) ke pengurus. Isi dari
curhat sendiri beraneka ragam;
tentang usaha, tentang kesehatan,
tentang persoalan rumah tangga.
Belajar dari sinilah kemudian KPM
selalu membuka ruang konsultasi
dengan anggota. Ruang konsultasi ini
sangat bermanfaat karena bisa
membantu perempuan dalam
menghadapi persoalan, namun juga
melalui ruang konsultasi ini
memberikan pemahaman bagi
pengurus tentang persoalan-
persoalan yang dihadapi perempuan.
Peta persoalan ini yang kemudian
bisa menjadi bahan diskusi dengan
anggota serta pihak lain.
3 koperasi perempuan punya impian
besar untuk menjadi holding
company-nya hasil produk
perempuan. 3 dari 2 koperasi
perempuan sedang mempersiapkan
diri untuk menguatkan koperasi
sebagai pusat bisnis perempuan
serta meningkatkan kapasitas
perempuan dalam produktivitas
usahanya. Koperasi Karya
Perempuan Mandiri (KPM) misalnya
telah mengujicobakan koperasi
sebagai bisnis center, dan telah
membangun relasi dengan jaringan
pertokoan oleh-oleh. Dan hasil uji
tersebut masih perlu dibenahi agar
mampu mendukung tujuan utama
mereka agar menguntungkan bagi
perempuan.
EKONOMI KERAKYATAN
10
11
KEPEMIMPINAN PEREMPUAN
Angka Kekerasan Tinggi, Pemerintah dan Masyarakat
Perlu Bersinergi
Oleh: Sri Wahyuni, Pelaksana Divisi Pemberdayaan Perempuan YSKK
asus-kasus kekerasan
seksual terhadap
Kperempuan dan anak
seperti sebuah fenomena gunung
es yang kelihatan hanya bagian
atasnya saja, tetapi faktanya masih
banyak kasus-kasus yang tidak
terungkap ke permukaan.
Beberapa waktu belakangan ini
aksi kekerasan kembali marak
bermunculan bahkan semakin hari
jumlah angkanya semakin
meningkat. Pelaku kekerasannya
pun sangat beragam dan berasal
dari berbagai latar belakang, dan
mayoritas bisa dibilang berasal dari
lingkungan terdekat korban
(keluarga, teman, ataupun pacar).
Pun demikian yang terjadi di
Kabupaten Gunungkidul.
Berdasarkan data yang dihimpun
Badan Pemberdayaan Masyarakat,
Perempuan & Keluarga Berencana
(BPMP&KB) Kab. Gunungkidul,
jumlah kekerasan terhadap
perempuan tahun 2014 sebanyak
40 kasus, tahun 2015 meningkat
menjadi 44 kasus. Bahkan
Kepolisian Resor (Polres)
Gunungkidul mencatat selama
tahun 2016 terjadi 26 kasus
kekerasan terhadap perempuan
dan anak. Sementara itu Women
Crisis Center Rifka Anisa merilis
data yang tidak kalah mengejutkan.
Tercatat pada tahun 2015 kasus
kekerasan yang rentan menimpa
perempuan dan anak tersebut
melonjak hingga 313 kasus. Atau
meningkat 61 kasus dibandingkan
tahun 2014. Dari 313 kasus
15 diantaranya merupakan kasus
kekerasan yang dialami anak-anak
dan remaja putri berusia rata-rata
8-17 tahun.
Terjadinya kasus-kasus kekerasan
seksual terhadap perempuan dan
anak tentunya tidak terlepas dari
banyak faktor, diantaranya
keegoisan orang tua, lemahnya
kontrol pendidik terhadap anak-
anak didik, abainya tanggungjawab
masyarakat, lemahnya komitmen
dan kinerja sebagian birokrat, serta
lemahnya kontrol anggota dewan.
Kecenderungan kasus kekerasan
terhadap perempuan dan anak
yang terus meningkat di Kabupaten
yang mendapat julukan “Kota
Thiwul” ini semakin mengundang
keprihatinan banyak pihak. Baik
©Amy Supadmi | 2016
pemerintah, kepolisian, dinas-dinas
terkait dengan isu perempuan dan
anak, serta tak terkecuali lembaga
swadaya masyarakat (LSM).
Angka kekerasan terhadap
perempuan dan anak dapat ditekan
apabila ada sinergitas berbagai
pihak untuk bersama melakukan
pencegahan dan tindakan jika
terjadi kekerasan. Pasalnya kasus
kekerasan terhadap perempuan
dan anak memang sudah
seharusnya menjadi perhatian
seluruh elemen masyarakat,
terlebih bagi pemerintah baik dari
level desa, daerah bahkan sampai
ke pusat.
Yayasan Satu Karsa Karya (YSKK)
sebagai salah satu organisasi
masyarakat sipil yang fokus dalam
isu perempuan dan anak, tahun
2015 lalu mengkonsolidasikan
kembali pos data dan informasi
perempuan dan anak tingkat desa
yang telah dirintis sejak tahun
2012. Pos data dan informasi yang
diberi tajuk TIFA (Tim Informasi
dan Advokasi) dan TAPA (Tim
Advokasi Perempuan dan Anak) ini
tersebar di 8 desa yang terletak di
5 kecamatan Kabupaten
Gunungkidul. Delapan desa
tersebut antara lain 2 desa di
Kecamatan Ngawen yakni
Watusigar dan Sambirejo, 2 desa di
Kecamatan Semin yaitu Semin dan
Kalitekuk, 2 Desa di Kecamatan
Karangmojo yaitu Ngawis dan
Karangmojo, desa Kemiri di
Kecamatan Tanjungsari, dan desa
Natah di Kecamatan Nglipar.
Pos informasi ini selain sebagai
pusat data dan informasi tentang
perempuan dan anak di tingkat
desa, para kader perempuan yang
kebetulan mendominasi
kepengurusan di dalam tim ini
sepakat untuk melakukan upaya
pencegahan dan penanganan kasus
kekerasan terhadap perempuan
dan anak yang terjadi di desa
mereka. Sebagai elemen
masyarakat yang turut
bertanggung jawab terhadap nasib
generasi penerus bangsa,
kelompok perempuan tingkat desa
bersama dengan pemerintah desa
melalui pos informasi ini
mengupayakan pencegahan di
tingkat masyarakat dengan
melakukan sosialisasi-sosialisasi
kekerasan terhadap perempuan
dan anak baik di kalangan remaja,
forum-forum PKK serta forum
RT/RW di padukuhan-padukuhan.
Melalui kegiatan semacam ini
diharapkan kesadaran kritis
masyarakat mengenai pentingnya
menekan dan mencegah terjadinya
kekerasan dapat terbangun.
Hal ini serupa dengan yang
dilakukan TIFA Desa Ngawis yang
dipelopori Murjikem, selama
kurang lebih 1 tahun sudah
melakukan pendampingan korban
KDRT yang ada di Desa tersebut.
Selain itu juga rutin melakukan
sosialisasi-sosialisasi anti
kekerasan terhadap perempuan
dan anak melalui forum-forum
padukuhan yang ada. Dalam
melakukan sosialisasi, TIFA ini
menggandeng beberapa pihak
berkepentingan dan kompeten di
bidangnya masing-masing.
Upaya-upaya preventif dan
penanganan kasus kekerasan
terhadap perempuan dan anak ini
jelas tidak bisa hanya dilakukan
sendiri oleh satu kelompok atau
elemen saja. Butuh sinergi antar
pihak agar sistem pencegahan dan
penanganan kekerasan dapat
berjalan dengan optimal. Hal ini
dibuktikan tim TIFA yang ada di
Desa Ngawis, Kecamatan
Karangmojo dalam melakukan
penanganan kasus kekerasan yang
terjadi di Desa Ngawis. Mereka
berjejaring dengan beberapa pihak
diantaranya kepolisian dalam
upaya hukum dan pengamanan,
pemerintah desa, tokoh agama,
tokoh masyarakat, serta dinas
terkait seperti BPMP&KB
Kabupaten Gunungkidul kaitannya
dengan akses penguatan ekonomi
pasca penanganan kasus.
Sinergi semacam ini jelas menjadi
kebutuhan mutlak dalam upaya
pencegahan dan penanganan kasus
kekerasan terhadap perempuan
dan anak. Karena tanpa adanya
sinergi antar pihak (keluarga,
masyarakat, sekolah, aparat
penegak hukum, serta pemerintah
mulai dari level desa, daerah,
sampai dengan pusat), maka
niscaya angka kekerasan di
Kabupaten Gunungkidul tidak bisa
ditekan.
KEPEMIMPINAN PEREMPUAN
12
“Dalam bekerja atau
menangani kasus
kekerasan yang ada di
level desa pun kita (TIFA)
tidak bisa bekerja
sendirian, karena susah.
Makanya kita selalu
melibatkan pemerintah
desa, tokoh-tokoh
masyarakat, BPMPKB,
bahkan juga pihak
Polsek (Kepolisian
Sektor) untuk
mendukung serta
bersama-sama dengan
kami mengurai masalah
kekerasan terhadap
perempuan dan anak,”
ujar Ketua TIFA Desa Ngawis,
Murjikem.
Kelompok perempuan saat audiensi dengan
Kaukus Perempuan Parlemen Gunungkidul.
JEJAK LANGKAH
13
Sebuah Upaya Membangun PAUD Ramah Anak
ersoalan akses Pendidikan Anak Usia Dini sekiranya bukan menjadi persoalan urgent lagi, namun
persoalan baru adalah bagaimana meningkatkan kualitas layanan PAUD. Salah satu aspek yang
Pperlu diperhatikan adalah bagaimana pendidikan yang diselenggarakan ramah terhadap anak,
dimana sekolah secara sadar berupaya menjamin dan memenuhi seluruh aspek kehidupan anak. Hal ini
kemudianmenjadilandasanpikirYSKKmendorongLPAUDuntukmenyelenggarakanPAUDRamahAnak.
Mengembangkan
Indeks PAUD
Ramah Anak
Memperkuat
kapasitas pengelola
dan kelembagaan
PAUD agar Ramah
Anak
Membangun
sinergitas dengan
berbagai pihak
Mendorong
kebijakan PAUD
yang Ramah Anak
Strategi yang digunakan:
GAGASAN
14
emakin meningkatnya
angka kekerasan terhadap
Sanak, baik yang terjadi
dalam keluarga, di sekitar
lingkungan, serta di sekolah
dengan pelaku orang dewasa
maupun anak. Sebagai orang tua,
dimana merupakan orang yang
paling dekat dengan anak
sungguh harus memperhatikan
dan mengupayakan untuk
melakukan pencegahan
kekerasan minimal terhadap anak
sendiri. Sebagai orang tua tentu
tidak mungkin untuk mengurung
anak agar terhindar kekerasan,
dan tindakan ini sendiri
merupakan bentuk kekerasan.
Lalu bagaimana orang tua dapat
melakukan pencegahan
kekerasan terhadap anak?
Tindakan pencegahan anak
antara anak usia dini dengan
anak usia SD sampai SMA tentu
akan berbeda. Orang tua perlu
mengambil tindakan preventif
yang sesuai dengan tingkat
perkembangan dan pemahaman
anak. Setidaknya ada 3 upaya
sederhana yang dapat dilakukan
oleh orang tua untuk pencegahan
kekerasan pada anak di usia di
bawah 6 tahun.
Pertama, orang tua perlu
mengenali lingkungan sekolah
tempat anak bersekolah.
Mengenali ini bermakna bahwa
orang tua tidak begitu saja
menyerahkan dan tidak tahu
menahu mengenai dinamika yang
terjadi di sekolah. Orang tua
punya tanggung jawab untuk
memonitoring perkembangan
anak di sekolah. Untuk
melakukan ini tentu saja orang
tua harus mengenali lingkungan
sekolahnya, mengenali
pendidiknya, bagaimana pola-
pola pendidik dalam
mendampingi anak, mengenali
teman-teman dari anaknya dan
orang tuanya. Sehingga memang
orang tua harus menyempatkan
diri ke sekolah untuk bisa
berkumpul dengan orang tua lain
dan menjadi penting untuk
mengenal bagaimana mereka, dan
melalui berkumpul ini orang tua
jadi tahu dinamika yang terjadi di
sekolah. Selain itu juga perlu
memastikan selama di lingkungan
sekolah dijaga aman oleh pihak di
sekolah. Misalnya apakah guru
masih menunggui ketika anak
belum dijemput orang tua.
Kedua, mengenali lingkungan
tempat anak sering bermain. Hal
ini penting karena anak usia dini
memang menjadi masa
bersosialisasi. Anak perlu
bermain dengan teman sebaya.
Ketika bermain awasi. Selain itu
orang tua juga harus mengenali
orang-orang yang tinggal di
dekatnya, dan tentu ketika
mengetahui gelagat yang tidak
baik dari orang lain bisa
melaporkan ke pihak yang
berwenang.
Ketiga, membangun komunikasi
dengan anak. Anak usia dini tentu
masih memiliki keterbatasan
pemahaman mengenai apakah
kekekerasan itu dan bagaimana
kekerasan terjadi. Ini akan mudah
kalau dengan anak yang usianya
lebih besar. Komunikasi tentu
harus menggunakan dengan
bahasa yang dipahami oleh anak.
Dengan pertanyaan yang
sederhana tentu sebagai orang
tua mampu mendeteksi gejala-
gejala kekerasan yang terjadi.
Orang tua harus menyempatkan
diri berkomunikasi dengan anak.
Misalnya: di sekolah hari ini
kegiatannya apa? Kegiatan apa
yang tidak kamu suka? Dsb.
Untuk meminimalisir dan
mencegah tindak kekerasan
terhadap anak memang sangat
membutuhkan partisipasi dan
kesadaran banyak pihak. Dalam
UU No 35 tahun 2014 tentang
perlindungan anak disana
disebutkan siapa saja yang
memiliki kewajiban untuk
melakukan pemenuhan terhadap
hak anak, yaitu negara,
pemerintah Daerah, Masyarakat
dan Orangtua. Maka sangat
penting untuk kemudian semua
komponen – komponen ini
bersatu dan membangun
kesadaran yang sama akan
pentingnya perlindungan dan
pemenuhan hak anak. Dengan
demikian maka kekerasan
terhadap anak akan dapat
diminimalisir.
“ Setiap anak dilahirkan dalam keadaan fithrah, maka kedua orang
tuanyalah yang membuat dia (memiliki karakter) yahudi, atau
(memiliki karakter) nasrani atau (memiliki karakter) majusi.”
( HR. Muslim )
Mencegah Kekerasan Terhadap Anak
Oleh: Lusiningtias, Kadiv Pemberdayaan Perempuan YSKK
PROFIL
15
Murjikem
Berdayakan
Korban KDRT
dengan Kekuatan
Jejaring
“Sudah bukan saatnya lagi perempuan yang menjadi korban KDRT (Kekerasan Dalam
Rumah Tangga) berdiam diri dan memendam luka. Kita perlu mendorong mereka untuk
keluar rumah, bersosialisasi. Paling tidak ketika bersosialisasi dengan orang lain—yang
senasib, mereka punya semangat untuk maju,” terang Murjikem, perempuan paruh baya
yang merupakan Ketua Tim Informasi dan Advokasi (TIFA) Desa Ngawis, Karangmojo,
©Amy Supadmi | 2016
Siang itu, Selasa (29/03)
perempuan kelahiran 1 Oktober
1965 itu sedang sibuk
memisahkan kacang tanah dari
batangnya bersama dua
perempuan lainnya. Ia
menuturkan setelah menjalani
aktivitas di luar rumah, ia akan
disibukkan dengan ladang
pertaniannya. Seperti pagi itu, ia
telah menghadiri pertemuan UPK
(Unit Pengelola Keuangan) di
kecamatan.
Kekerasan dalam rumah tangga
yang dialami perempuan dan
anak memang masih menjadi hal
tabu bagi masyarakat di sekitar
tempat tinggalnya. Korban KDRT
lebih memilih untuk menyimpan
luka itu rapat-rapat dibandingkan
mencari bantuan untuk melawan.
“Jangankan melindungi diri
sendiri, masyarakat sendiri belum
tahu KDRT itu seperti apa,” ujar
perempuan yang penbawaannya
ramah ini. Bersama dengan
anggota TIFA ia
mensosialisasikan berbagai hal
terkait KDRT melalui pertemuan-
pertemuan informal seperti PKK,
rapat desa, arisan dan lain
sebagainya. Selain itu, dalam
melakukan pendekatan kepada
korban ia tidak bisa secara serta
merta mendapatkan informasi.
Akan tetapi melalui proses yang
panjang, karena harus mengubah
pola pikir korban.
PROFIL
16
Menurutnya menangani korban
KDRT membutuhkan kesabaran
yang luar biasa. Karena dari
pengalaman yang ia miliki,
korban seringkali berhenti di
tengah jalan—tidak melanjutkan
proses advokasi—karena takut
dengan suami yang dalam hal ini
melakukan tindak kekerasan.
“Pernah ada korban yang
disembunyikan di rumah
orangtuanya agar tidak bertemu
dengan pelaku yang pada saat itu
adalah suami. Untuk melakukan
ini kami (TIFA) bekerja sama
dengan pemerintah desa. Akan
tetapi, malamnya si korban ini
justru kabur bersama anaknya,
yang kemungkinan besar
bertemu dengan suaminya,”
kenangnya.
Kendati demikian, TIFA Desa
Ngawis, Karangmojo,
Gunungkidul yang telah diinisiasi
sejak tahun 2009 telah mampu
memberikan meningkatkan
kapasitas korban KDRT melalui
pelatihan yang diselenggarakan
BPMP&KB Kabupaten
Gunungkidul.
Perempuan-perempuan korban
yang kami dampingi ini lebih
banyak yang kategori ditinggal
suami karena faktor ekonomi.
Suami merantau dan tidak
kembali. Agar mereka berdaya
kami membangun jejaring dengan
BPMP&KB kabupaten.
Alhamdulillah ada alumni
peningkatan kapasitas yang
membuka salon dan ramai,” tutur
Murjikem.
Selain dengan BPMP&KB, TIFA
Desa Ngawis juga berjejaring
dengan Dinsos, Diperindagkop,
dan lain sebagainya. Melalui
jejaring yang dibangun, TIFA Desa
Ngawis menjadi rujukan data &
informasi bagi instansi
pemerintahan dalam mengakses
data terkait perempuan dan anak.
Perempuan dapat meminimalisir
terjadinya kekerasan dalam
rumah tangga ketika mereka
dapat mandiri secara finansial
maupun wawasan. Untuk itu Ibu
dari dua orang anak perempuan
ini ingin perempuan—baik
korban KDRT maupun bukan,
Perempuan Mandiri
untuk mandiri. “Jangan hanya
mengandalkan lelaki atau suami,
selama masih diberi kesehatan
harus selalu berusaha melakukan
kegiatan yang berarti bagi diri
sendiri, oranglain dan
masyarakat,” ujarnya di lain
kesempatan.
Ia tidak menampik perempuan
yang telah berkeluarga akan
memiliki kesibukan dalam
mengurus rumah tangga. Tapi hal
tersebut dapat dikomunikasikan
dengan suami, agar ketikga
perempuan memiliki aktivitas di
luar rumah tidak menganggu
perannya sebagai seorang istri
dan ibu.
“Saya ini kalau ada aktivitas di
luar rumah dari pagi sampai sore
bahkan malam, suami tidak akan
bertanya ataupun mengeluh.
Karena sejak awal sudah ada
komunikasi yang baik antara saya
sebagai istri dan suami. Kan kalau
semua diawali dengan baik,
mengerjakan apa-apa juga enak,
hati dan pikiran tenang,”
pungkasnya.
Murjikem saat terlibat dalam kegiatan konsolidasi TIFA-TAPA, 9 Februari 2016, di Balai Desa Ngawis, Karangmojo,
Gunungkidul.
TIPS SANG INOVATOR
17
Bunda Rida Panca Rahmawati, Bunda
Sri Hartini, Bunda Rahmasari Mega
Angkasa, merupakan pendidik
Taman Pintar Candi Asri, Desa
Ngreco Kecamatan Weru Kabupaten
Sukoharjo. Ketiga bunda ini tidak
muluk-muluk dalam
mengimplementasikan PAUD yang
Ramah Terhadap Anak, namun untuk
memperhatikan terpenuhinya Hak-
Hak Anak dalam penyelenggaraan
bermain dan belajar di lingkup TP.
Candi Asri. Nah, apa saja yang perlu
diperhatikan pendidik! Yuks simak
tips mereka.
1. Bunda harus RAMAH
Menjadi Bunda Pendidik Anak
Usia Dini (AUD) harus banyak
senyum, dan menunjukkan sikap
yang hangat baik terhadap anak
maupun orang tua anak. Sikap
kehangatan yang ditunjukkan
akan membuat anak merasa
nyaman berada di sekitar orang-
orang dewasa dan akan
merangsang kedekatan. Dan
orang tua yang menitipkan
anaknya untuk didampingipun
akan nyaman dan aman pula,
karena menyerahkan anak
mereka ke orang yang dipercaya.
2. Pahami Karakter Anak
Memahami karakter anak
haruslah dilakukan oleh para
Bunda Pendidik AUD, karena
dengan memahami karakter
anak satu demi satu akan mudah
dengan orang tua murid selama 5
menit, dan perlu juga melibatkan
anak. Melalui komunikasi yang
terbuka ini akan memungkinkan
orang tua dan atau pendidik
untuk saling memberikan
masukan bahkan supporting
untuk perkembangan anak
mereka.
5. Bunda harus kreatif
Bunda pendidik juga harus
kreatif. Dengan kreatif, anak
tidak akan pernah bosan, bahkan
dapat merangsang anak untuk
kreatif pula. Metode yang
monoton tentu akan
berpengaruh terhadap motivasi
anak untuk mengikuti proses
dengan baik.
6. Jadilah anak ketika bersama
dengan anak-anak
Dan tips yang terakhir ketika
bunda pendidik bersama dengan
anak, maka jadilah anak. Bahasa
lisan dan bahasa tubuh juga
harus yang mudah diterima oleh
anak. Misalnya kalau berbicara
dengan anak tentu bunda
pendidik perlu mensejajarkan
diri dengan anak, dan bukan
anak yang menengadah ke atas.
Kalau mau mengajarkan
berguling-guling, maka bunda
pendidik pun harus berguling-
guling. Menjadi bunda PAUD itu
enak, karena selalu tertawa dan
bahagia.
Pahami Karakter Anak,
Menjadi Kunci PAUD
membangun komunikasi dengan
anak. Hal ini menekankan
prinsip bahwa setiap anak
adalah unik. Memahami karakter
anak akan membantu para
bunda pendidik untuk
menentukan metode pendekatan
yang efektif untuk
mentransformasi tata nilai,
sikap, serta pengetahuan ke
anak.
3. Hargai pendapat dan hak-hak
anak
Yang penting lagi adalah ketika
melakukan proses bermain dan
belajar baik di kelas maupun di
luar kelas hargai pendapat serta
melibatkan anak dalam
pengambilan keputusan. Sebagai
misal dalam merencanakan
kegiatan pun anak pantas untuk
dilibatkan, apa yang mereka
inginkan. Kecenderungannya
adalah ketika melakukan
kegiatan dengan mendengarkan
pendapat anak membuat anak
termotivasi. Inilah menjadi tugas
bunda pendidik untuk
menyesuaikan keinginan anak
dengan tema-tema (tahapan
pencapaian indikator) dalam
proses belajar dan bermain.
4. Bangunlah Komunikasi yang
terbuka
Komunikasi yang terbuka antara
pendidik – orang tua (wali siswa)
– anak didik haruslah dilakukan.
Menyempatkan diri berbicara
©YSKK/P.D&I/Amy Supadmi | 2016
KABAR PROGRAM
18
Sukoharjo – “Mendongeng itu
s a r a n a a t a u m e d i a u n t u k
membentuk karakter anak melalui
c e r i t a . A k t iv i t a s t e r s e b u t
memerlukan metode maupun
strategi, salah satunya metode CAS-
CIS-CUS.” Kata pendidik PAUD
Lazuardi Kamila Solo, Muhammad
Nasyir. Hal tersebut terungkap
dalam acara Temu Inspiratif
Pendidik PAUD yang difasilitasi
P r o g r a m P A U D D i v i s i
Pemberdayaan Anak Yayasan Satu
KarsaKarya(YSKK)Sukoharjo.
Kegiatan ini dilaksanakan pada
Sabtu, 23 April 2016 di Taman
Pintar Permata Hati Desa Ngreco,
Weru, Sukoharjo, Jawa Tengah.
Workshop kali ini difasilitatori
Dewangga Saputra dan Antonia
Satrianti selaku pendamping PAUD
di beberapa desa di Kecamatan
Weru. Sekitar 21 perempuan
pendidik PAUD aktif mengikuti
Kegiatan ini dari jam 8.30 hingga
15.00.
K a k N a s y i r m e n g a t a k a n
mendongeng itu tidak perlu banyak
jenis suara dan tokoh, “Dalam
mendongeng terlalu banyak jenis
suara dan tokoh malah akan
merusak konsentrasi pendongeng.
Sehingga cukup dua tokoh dan dua
jenis suara saja, agar anak-anak
mudah menyerap pesan moral
dalam dongeng yang ibu-ibu
sampaikan. Dan dalam mendongeng
cukupgunakanCAS-CIS-CUSsaja”.
L e b i h l a n j u t , K a k N a s y i r
menjelaskan, “CAS singkatan dari
Cipta Aksi Super; CIS, Cipta
Imajinasi Super; dan CUS, Cipta
Usulan Super. CAS merupakan
pembuka dongeng dengan aksi yang
menggugah perhatian anak-anak.
CIS adalah imajinasi pendidik saat
menjelaskan cerita dongengnya.
Sementara CUS adalah internalisasi
pesan moral dongeng kepada anak-
anaksebagaipenutupdongeng”urai
Selesai mendengarkan presentasi
Tips dan Trik Mendongeng, para
pendidik praktik membuat dongeng
dan diperagakan di depan peserta
untuk dievaluasi. Tiga peserta
membawakan dongeng yang
dibuatnya dan mendapatkan
penghargaandaripenyelenggara.
Yatmini, salah satu pendidik PAUD
Permata Hati di akhir acara
mengatakan, “kegiatan semacam ini
p e n t i n g d i l a k u k a n u n t u k
menyegarkan dan memperbarui
strategi pembelajaran PAUD yang
s e r i n g d i l a k u k a n d e n g a n
mendongeng. Ke depan kami
berharap pelatihan mendongeng
dilakukan beberapa kali setiap
tahunnya.”(BonnieEB)
Mendongeng
dengan
CAS-CIS-CUS
Stakeholders sekolah turut
berperan serta dalam
menciptakan lingkungan sekolah
yang baik. Dalam hal ini,
keberadaan stakeholders seperti
orang tua siswa, komite sekolah
dan sekolah. Salah satu sekolah
dampingan YSKK, SDN Kleco 1
Surakarta , terdapat 1 komunitas
lagi yang turut mewarnai
dialektika dalam tata kelola
sekolah yakni paguyuban kelas.
Paguyuban itu semacam
organisasi orang tua siswa dalam
setiap kelas. Pada Senin, 11 April
2016 diselenggarakan pertemuan
Komite Sekolah membahas
sinergi antara sekolah, komite
sekolah maupun paguyuban wali
murid kelas. Hal ini dilakukan
dilatarbelakangi selama ini yang
berperan aktif berkomunikasi
dengan orang tua yakni
paguyuban kelas, dan jalur
komunikasi dengan komite
sekolah belum terbangun dengan
baik.
Disisi lain, secara formal
kelembagaan yang diakui secara
resmi sesuai PP 17 Tahun 2010
tentang Penyelenggaraan dan
Pengelolaan Pendidikan yakni
Komite Sekolah. Maka dari itu,
dibutuhkan sinergi dan penataan
yang jelas bagaimana kedudukan,
fungsi maupun mekanisme
hubungan antara orang tua siswa,
paguyuban, sekolah dan komite
sekolah. “Kami ingin
menginventarisir kebutuhan apa
yang memang harus dibenahi
agar dimasa mendatang
komunikasi yang terjalin antar
stakeholders di SDN Kleco bisa
makin baik” tegas Trijono, Ketua
Komite Sekolah SDN Kleco 1
Surakarta. Dalam pertemuan
tersebut terungkap beberapa hal
yang akan dibenahi sehingga
komunikasi yang terbangun
makin baik.
Penting(kah)
Sinergisitas
Stakeholder Sekolah
KABAR PROGRAM
19
Wonosari – Kelompok perempuan
di Kabupaten Gunungkidul
memerlukan kapasitas tertentu
dalam partisipasinya mengawal
pelaksanaan Undang-Undang
Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa
(UU Desa). Hal tersebut
mengemuka dalam acara Seminar
Pengawalan Implementasi UU Desa
di Bangsal Sewoko Projo, Wonosari
pada Kamis (7/4).
Seminar ini menghadirkan 4
(empat) narasumber. Muhammad
Farkhan, Kasi Keuangan dan
Kekayaan Bagian Administrasi
Pemerintahan Desa; Tri Sutarno,
Kepala Desa Semin, Semin; Melisa
Rachmat, kader perempuan Desa
Sambirejo, Ngawen; dan
Lusiningtias, Kepala Divisi
Pemberdayaan Perempuan YSKK.
Melisa Rocmat (29 tahun)
mengatakan, kelompok perempuan
dan pemerintah desa perlu
bersinergi untuk mengawal
implementasi UU Desa. “Pertama,
perempuan harus tahu cara
membaca dokumen desa seperti
APBDes, RPJMDes, dan lainnya.
Kedua, pemerintah desa harus
menyediakan informasi tersebut
bagi masyarakat.”
Melisa menambahkan, “Perempuan
bisa mengawal UU Desa dengan
terlibat Musrenbangdes, untuk itu
harus memiliki dokumen desa.
Sehingga mereka dapat
memastikan usulan dan program
yang diprioritaskan bagi
kesejahteraan perempuan”. Melisa
menandaskan, sebelum terlibat
Musrenbangdes perempuan harus
menyiapkan basis data dan
informasi yang kuat terkait
perempuan dan anak agar
usulannya tidak dimentahkan oleh
perangkat desa.
Peran berbagai pihak untuk
mengawasi implementasi UU Desa
sangat diperlukan, tak terkecuali
kelompok perempuan. Terlebih
pada 2016 ini sebanyak 144 desa
se-Gunungkidul akan mengelola
dana desa sebesar Rp.
207.654.264.960,-. Agar dana desa
sebesar itu juga menyasar kepada
kelompok perempuan.(red)
Modal
Perempuan
Mengawal UU
Desa
Sukoharjo – Beberapa pepatah
bijak mengatakan, “Yang terucap
akan lenyap tertiup angin dan tak
berjejak, sedangkan yang tertulis
akan abadi.” Sejarawan, filsuf, dan
penulis Amerika Serikat
mengatakan, “Scripta manent verba
volant: kata-kata tertulis, abadi;
kata-kata terucap, lenyap.” Di sisi
lain, sebagai lembaga
pemberdayaan masyarakat sejak
2001, Yayasan Satu Karsa Karya
(YSKK) juga berkepentingan
mengendapkan hasil-hasil
pergumulannya dengan
masyarakat dalam bentuk
dokumentasi tertulis. Agar
tranformasi sosial yang terjadi di
masyarakat karena bersinggungan
dengan YSKK bisa menyebar luas
kepada masyarakat pembaca.
Filosofi dan tujuan itulah yang
mendasari Divisi Pengelolaan Data
dan Informasi (PD & I)
menyelenggarakan Dapur Inovasi –
Menulis Dokumentatif Catatan
Lapangan. Kegiatan tersebut
diselenggarakan pada Jumat (8/4)
di ruang pertemuan YSKK. Dapur
Inovasi kali ini difasilitasi oleh Ana
Susi Yuniasri selaku Kepala Divisi
PD & I. ”Catatan lapangan penting
dibuat menyesuaikan kebutuhan
lembaga. Sebab, hal tersebut akan
menjadi sumber informasi dan
memudahkan lembaga dalam
mengelolan data dan informasi
yang dihasilkan dari aktivitas
teman-teman pelaksana program.”
kata Ana Susi dalam pembukaan
Dapur Inovasi seri kedua ini.
Dapur Inovasi kali ini diikuti semua
Badan Pelaksana Program YSKK,
dari direktur eksektif, kepala divisi
hingga para pengelola/pelaksana
program. Kegiatan diawali
pemaparan singkat mengenai
kerangka penulisan catatan
lapangan yang dikonstruksi sesuai
kebutuhan lembaga. Selesai
mendengarkan pemaparan singkat,
peserta menanyakan beberapa hal
untuk memperdalam pemahaman
tentang penulisan dokumentatif
catatan lapangan. Aktivitas
dilanjutkan dengan proses
menuliskan aktivitas yang
dilakukan para peserta selama
seminggu terakhir. Dari hasil
penulisan, beberapa teman
menunjukkan peningkatan
signifikan dalam menulis catatan
lapangan.
Di akhir kegiatan, Kepala Divisi PD
& I berharap Dapur Inovasi kali ini
dapat membantu pelaksana
program menuliskan aktivitas
lapangannya secara terstruktur,
runtut, dan sistematis. Sehingga
aktivitas pemberdayaan
masyarakat YSKK dapat tersebar
luas ke masyarakat luar secara
informatif. Di sisi lain, imbuh Susi,
materi Dapur Inovasi kali juga
untuk menguatkan kapasitas para
pelaksana program. (Bonnie EB)
Menulis Catatan
Lapangan itu
Penting!
AGENDA PROGRAM
20
Divisi Pemberdayaan Perempuan
Divisi Pemberdayaan Anak
1) Workshop Pengembangan Usaha Koperasi dengan tema :“Gairah Koperasi Dalam
MembangunEkonomiPerempuan”–Mei2016
2) PelatihanKewirausahaanBagiAnggotaKoperasi–Juli2016
3) WorkshopKelembagaanPosInformasiPerempuandanAnakTingkatDesa–Mei2016
Tujuan dari kegiatan ini antara lain : 1) Mempersiapkan restrukturisasi Koperasi, 2)
Meningkatkan kemampuan pengurus koperasi dalam melakukan penggalangan modal
swadana,3)Mereviewkembalitujuan besarkoperasiperempuan.Kegiatan inidirencanakan
akan dilaksanakan pada minggu kedua bulan mei 2016 dan diikuti oleh 30 orang yang
merupakanpengurus,pengawasdananggotadari3KoperasiWanitayangdidampingiYSKK.
Dandifasilitasiolehtimdivisipemberdayaanperempuan.
Tujuan dari kegiatan ini adalah 1) Meningkatkan motivasi anggota koperasi dalam
mengelola usaha, 2) Meningkatkan kemampuan anggota koperasi dalam menyusun rencana
usaha. Hasil dari pelatihan ini antara lain 1) anggota koperasi memiliki motivasi yang kuat
untukmengelolausaha,2)anggotakoperasimemilikirancanganpengembanganusaha.
Tujuan dari kegiatan ini adalah 1) Merumuskan bentuk kelembagaan Pos Informasi
perempuan dan anak tingkat desa, seperti struktur kelembagaan, program dan kegiatan 2)
Merumuskanruanglingkupaktivitasdariposinformasi.HasilDarikegiataniniantaralain1)
Adanya rumusan bentuk/konsep kelembagaan pos informasi perempuan dan anak, 2)
adanya rumusan ruang lingkup aktivitas dari pos informasi perempuan dan anak tingkat
desa.
1) SeminarPendidikan–Mei2016
2) PertemuanStakeholderPAUDtingkatKecamatanWeru–April2016
3) PenelitianPenyusunanIndeksSekolahMANTAP–April-Juni2016
Seminar pendidikan yang digelar di Surakarta dengan mengambil tema “Mewujudkan Tata
Kelola Pendidikan Sebagai Alat Ukur Performance Sekolah, Mungkinkah ?” ini bertujuan
untuk membedah bagaimana konsep MBS yang dimaksudkan oleh UU No 20 tahun 2003
tentang Sistem Pendidikan Nasional, mendapat gambaran tata kelola satuan pendidikan
yang sudah menerapkan MBS dan tantangan yang dihadapi, serta memperoleh gambaran
sejauh mana partisipasi masyarakat dalam tata kelola satuan pendidikan terutama
memenuhiprinsipakuntabilitasdanpartisipasi.
Tujuandarikegiatanpertemuanstakeholderiniadalahmensosialisasikanmengenaikondisi
Pendidikan Anak Usia Dini dan perkembangan PAUD di Kecamatan Weru, serta mendorong
peransertastakeholderdalammendukungkeberlanjutanPAUDdiKecamatanWeru.
Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan indikator tata kelola sekolah yang
manajemennya sudah TAP sekaligus merumuskan ukuran, rentang nilai, batas atas batas
bawahpoinTAP.

Más contenido relacionado

La actualidad más candente

Rencana Aksi Nasional Perlindungan Anak 2015-2019
Rencana Aksi Nasional Perlindungan Anak 2015-2019Rencana Aksi Nasional Perlindungan Anak 2015-2019
Rencana Aksi Nasional Perlindungan Anak 2015-2019ECPAT Indonesia
 
RPJMN 2015-2019 Bidang Pendidikan
RPJMN 2015-2019 Bidang PendidikanRPJMN 2015-2019 Bidang Pendidikan
RPJMN 2015-2019 Bidang PendidikanDadang Solihin
 
MENAGIH PEMERINTAH UNTUK MEMBERIKAN PEMENUHAN HAK-HAK (KOMPENSASI) BAGI KORBA...
MENAGIH PEMERINTAH UNTUK MEMBERIKAN PEMENUHAN HAK-HAK (KOMPENSASI) BAGI KORBA...MENAGIH PEMERINTAH UNTUK MEMBERIKAN PEMENUHAN HAK-HAK (KOMPENSASI) BAGI KORBA...
MENAGIH PEMERINTAH UNTUK MEMBERIKAN PEMENUHAN HAK-HAK (KOMPENSASI) BAGI KORBA...ECPAT Indonesia
 
Profil Sanitasi Madrasah 2020
Profil Sanitasi Madrasah 2020Profil Sanitasi Madrasah 2020
Profil Sanitasi Madrasah 2020Reza Hendrawan
 
Proposal SKRIPSI Hukum Tata Negara
Proposal SKRIPSI Hukum Tata Negara Proposal SKRIPSI Hukum Tata Negara
Proposal SKRIPSI Hukum Tata Negara DELA ASFARINA
 
PPaparan rakor-15-paparan-1
PPaparan rakor-15-paparan-1PPaparan rakor-15-paparan-1
PPaparan rakor-15-paparan-1btkipkalteng
 
Manuskrip skripsi percepatan Kota Layak Anak
Manuskrip skripsi percepatan Kota Layak AnakManuskrip skripsi percepatan Kota Layak Anak
Manuskrip skripsi percepatan Kota Layak AnakDELA ASFARINA
 
Draf panduan desa ramah anak provinsi jawa tengah final (1)
Draf panduan desa ramah anak provinsi jawa tengah final (1)Draf panduan desa ramah anak provinsi jawa tengah final (1)
Draf panduan desa ramah anak provinsi jawa tengah final (1)verdalena
 
Modul6 isi-17 juli20-r2
Modul6 isi-17 juli20-r2Modul6 isi-17 juli20-r2
Modul6 isi-17 juli20-r2PusdiklatKKB
 
Baldwine Honest in Tugas Issue Kritis
Baldwine Honest in Tugas Issue KritisBaldwine Honest in Tugas Issue Kritis
Baldwine Honest in Tugas Issue KritisBaldwine Honest
 
Profil Sanitasi Sekolah 2020
Profil Sanitasi Sekolah 2020Profil Sanitasi Sekolah 2020
Profil Sanitasi Sekolah 2020Reza Hendrawan
 
Salinan Permen 30 tahun 2021 Tentang Kekerasan Seksual
Salinan Permen 30 tahun 2021 Tentang Kekerasan SeksualSalinan Permen 30 tahun 2021 Tentang Kekerasan Seksual
Salinan Permen 30 tahun 2021 Tentang Kekerasan SeksualCIkumparan
 
3. bahan tayang kebijakan dan strategi bkb hi
3. bahan tayang kebijakan dan strategi bkb hi3. bahan tayang kebijakan dan strategi bkb hi
3. bahan tayang kebijakan dan strategi bkb hiPusdiklatKKB
 
Hasbi Sjamsir Pentingnya Manajemen PAUD
Hasbi Sjamsir Pentingnya Manajemen PAUDHasbi Sjamsir Pentingnya Manajemen PAUD
Hasbi Sjamsir Pentingnya Manajemen PAUDHASBISJAMSIR1
 
Modul5 isi-17 juli20-r2
Modul5 isi-17 juli20-r2Modul5 isi-17 juli20-r2
Modul5 isi-17 juli20-r2PusdiklatKKB
 
Konvensi hak anak dan implementasinya di aceh
Konvensi hak anak dan implementasinya di acehKonvensi hak anak dan implementasinya di aceh
Konvensi hak anak dan implementasinya di acehSulaiman Zuhdi Manik
 

La actualidad más candente (20)

Rencana Aksi Nasional Perlindungan Anak 2015-2019
Rencana Aksi Nasional Perlindungan Anak 2015-2019Rencana Aksi Nasional Perlindungan Anak 2015-2019
Rencana Aksi Nasional Perlindungan Anak 2015-2019
 
Panduan mpls 2018
Panduan mpls 2018Panduan mpls 2018
Panduan mpls 2018
 
RPJMN 2015-2019 Bidang Pendidikan
RPJMN 2015-2019 Bidang PendidikanRPJMN 2015-2019 Bidang Pendidikan
RPJMN 2015-2019 Bidang Pendidikan
 
MENAGIH PEMERINTAH UNTUK MEMBERIKAN PEMENUHAN HAK-HAK (KOMPENSASI) BAGI KORBA...
MENAGIH PEMERINTAH UNTUK MEMBERIKAN PEMENUHAN HAK-HAK (KOMPENSASI) BAGI KORBA...MENAGIH PEMERINTAH UNTUK MEMBERIKAN PEMENUHAN HAK-HAK (KOMPENSASI) BAGI KORBA...
MENAGIH PEMERINTAH UNTUK MEMBERIKAN PEMENUHAN HAK-HAK (KOMPENSASI) BAGI KORBA...
 
Penguatan Administrasi Lembaga PKBM
Penguatan Administrasi Lembaga PKBMPenguatan Administrasi Lembaga PKBM
Penguatan Administrasi Lembaga PKBM
 
Profil Sanitasi Madrasah 2020
Profil Sanitasi Madrasah 2020Profil Sanitasi Madrasah 2020
Profil Sanitasi Madrasah 2020
 
Proposal SKRIPSI Hukum Tata Negara
Proposal SKRIPSI Hukum Tata Negara Proposal SKRIPSI Hukum Tata Negara
Proposal SKRIPSI Hukum Tata Negara
 
PPaparan rakor-15-paparan-1
PPaparan rakor-15-paparan-1PPaparan rakor-15-paparan-1
PPaparan rakor-15-paparan-1
 
Manuskrip skripsi percepatan Kota Layak Anak
Manuskrip skripsi percepatan Kota Layak AnakManuskrip skripsi percepatan Kota Layak Anak
Manuskrip skripsi percepatan Kota Layak Anak
 
PENGEMBANGAN BUDAYA BACA MELALUI Taman Bacaan Masyarakat (TBM)
PENGEMBANGAN BUDAYA BACAMELALUI Taman Bacaan Masyarakat (TBM)PENGEMBANGAN BUDAYA BACAMELALUI Taman Bacaan Masyarakat (TBM)
PENGEMBANGAN BUDAYA BACA MELALUI Taman Bacaan Masyarakat (TBM)
 
Draf panduan desa ramah anak provinsi jawa tengah final (1)
Draf panduan desa ramah anak provinsi jawa tengah final (1)Draf panduan desa ramah anak provinsi jawa tengah final (1)
Draf panduan desa ramah anak provinsi jawa tengah final (1)
 
Modul6 isi-17 juli20-r2
Modul6 isi-17 juli20-r2Modul6 isi-17 juli20-r2
Modul6 isi-17 juli20-r2
 
Baldwine Honest in Tugas Issue Kritis
Baldwine Honest in Tugas Issue KritisBaldwine Honest in Tugas Issue Kritis
Baldwine Honest in Tugas Issue Kritis
 
Petunjuk teknis pkh
Petunjuk teknis pkhPetunjuk teknis pkh
Petunjuk teknis pkh
 
Profil Sanitasi Sekolah 2020
Profil Sanitasi Sekolah 2020Profil Sanitasi Sekolah 2020
Profil Sanitasi Sekolah 2020
 
Salinan Permen 30 tahun 2021 Tentang Kekerasan Seksual
Salinan Permen 30 tahun 2021 Tentang Kekerasan SeksualSalinan Permen 30 tahun 2021 Tentang Kekerasan Seksual
Salinan Permen 30 tahun 2021 Tentang Kekerasan Seksual
 
3. bahan tayang kebijakan dan strategi bkb hi
3. bahan tayang kebijakan dan strategi bkb hi3. bahan tayang kebijakan dan strategi bkb hi
3. bahan tayang kebijakan dan strategi bkb hi
 
Hasbi Sjamsir Pentingnya Manajemen PAUD
Hasbi Sjamsir Pentingnya Manajemen PAUDHasbi Sjamsir Pentingnya Manajemen PAUD
Hasbi Sjamsir Pentingnya Manajemen PAUD
 
Modul5 isi-17 juli20-r2
Modul5 isi-17 juli20-r2Modul5 isi-17 juli20-r2
Modul5 isi-17 juli20-r2
 
Konvensi hak anak dan implementasinya di aceh
Konvensi hak anak dan implementasinya di acehKonvensi hak anak dan implementasinya di aceh
Konvensi hak anak dan implementasinya di aceh
 

Destacado

Faktor penyebab kekerasan di lingkungan sekolah 2003
Faktor penyebab kekerasan di lingkungan sekolah 2003Faktor penyebab kekerasan di lingkungan sekolah 2003
Faktor penyebab kekerasan di lingkungan sekolah 2003Nurdin M Top
 
Makalah kekerasan sekolah presentasi yogo
Makalah kekerasan sekolah presentasi yogoMakalah kekerasan sekolah presentasi yogo
Makalah kekerasan sekolah presentasi yogoyogo arif prakoso
 
Faktor penyebab kekerasan di lingkungan sekolah 2003
Faktor penyebab kekerasan di lingkungan sekolah 2003Faktor penyebab kekerasan di lingkungan sekolah 2003
Faktor penyebab kekerasan di lingkungan sekolah 2003Nurdin M Top
 
Apa itu Bullying? - Presentasi sudah dong goes to school indonesia
Apa itu Bullying? - Presentasi sudah dong goes to school   indonesiaApa itu Bullying? - Presentasi sudah dong goes to school   indonesia
Apa itu Bullying? - Presentasi sudah dong goes to school indonesiaSudah Dong
 
Bullying Presentation
Bullying PresentationBullying Presentation
Bullying Presentationdreamingmoi
 
Bullying Powerpoint
Bullying PowerpointBullying Powerpoint
Bullying PowerpointPrissykrissy
 
Anti-bullying Presentation #1
Anti-bullying Presentation #1Anti-bullying Presentation #1
Anti-bullying Presentation #1itunaschool
 

Destacado (11)

Faktor penyebab kekerasan di lingkungan sekolah 2003
Faktor penyebab kekerasan di lingkungan sekolah 2003Faktor penyebab kekerasan di lingkungan sekolah 2003
Faktor penyebab kekerasan di lingkungan sekolah 2003
 
Makalah kekerasan sekolah presentasi yogo
Makalah kekerasan sekolah presentasi yogoMakalah kekerasan sekolah presentasi yogo
Makalah kekerasan sekolah presentasi yogo
 
Sekolah ramah anak
Sekolah ramah anakSekolah ramah anak
Sekolah ramah anak
 
Anti Kekerasan Sekolah
Anti Kekerasan SekolahAnti Kekerasan Sekolah
Anti Kekerasan Sekolah
 
Faktor penyebab kekerasan di lingkungan sekolah 2003
Faktor penyebab kekerasan di lingkungan sekolah 2003Faktor penyebab kekerasan di lingkungan sekolah 2003
Faktor penyebab kekerasan di lingkungan sekolah 2003
 
Bullying di sekolah
Bullying di sekolahBullying di sekolah
Bullying di sekolah
 
Apa itu Bullying? - Presentasi sudah dong goes to school indonesia
Apa itu Bullying? - Presentasi sudah dong goes to school   indonesiaApa itu Bullying? - Presentasi sudah dong goes to school   indonesia
Apa itu Bullying? - Presentasi sudah dong goes to school indonesia
 
Bullying Presentation
Bullying PresentationBullying Presentation
Bullying Presentation
 
Bullying Powerpoint
Bullying PowerpointBullying Powerpoint
Bullying Powerpoint
 
Anti-bullying Presentation #1
Anti-bullying Presentation #1Anti-bullying Presentation #1
Anti-bullying Presentation #1
 
Bully Powerpoint
Bully PowerpointBully Powerpoint
Bully Powerpoint
 

Similar a MEDIUM (Media Inovasi Perubahan Masyarakat) Edisi IV

Sekolah Ramah Anak Dalam Satuan Pendidikan.pptx
Sekolah Ramah Anak Dalam Satuan Pendidikan.pptxSekolah Ramah Anak Dalam Satuan Pendidikan.pptx
Sekolah Ramah Anak Dalam Satuan Pendidikan.pptxalbert63083
 
Materi Tentang Sekolah Ramah Anak ( SRAA )
Materi Tentang Sekolah Ramah Anak ( SRAA )Materi Tentang Sekolah Ramah Anak ( SRAA )
Materi Tentang Sekolah Ramah Anak ( SRAA )KaniaRismayanti2
 
Juknis-SEKOLAH_RAMAH_ANAK__SAFIN_PRESENTASI.pdf
Juknis-SEKOLAH_RAMAH_ANAK__SAFIN_PRESENTASI.pdfJuknis-SEKOLAH_RAMAH_ANAK__SAFIN_PRESENTASI.pdf
Juknis-SEKOLAH_RAMAH_ANAK__SAFIN_PRESENTASI.pdfMEffendi5
 
Pedoman_SRA_Update.pdf
Pedoman_SRA_Update.pdfPedoman_SRA_Update.pdf
Pedoman_SRA_Update.pdfssuser638382
 
Pedoman_SRA_Update.pdf
Pedoman_SRA_Update.pdfPedoman_SRA_Update.pdf
Pedoman_SRA_Update.pdfArifPriyanto9
 
JUKNIS PAUD TERPADU
JUKNIS PAUD TERPADUJUKNIS PAUD TERPADU
JUKNIS PAUD TERPADUifulmoch
 
Pedoman Pengelolaan PAUD Terpadu
Pedoman Pengelolaan PAUD TerpaduPedoman Pengelolaan PAUD Terpadu
Pedoman Pengelolaan PAUD TerpaduFKIP UHO
 
Materi umum 1.2b panduan pbp
Materi umum 1.2b panduan pbpMateri umum 1.2b panduan pbp
Materi umum 1.2b panduan pbpEko Supriyadi
 
Materi umum 1.7 peran keluarga dalam pembelajaran siswa
Materi umum 1.7 peran keluarga dalam pembelajaran siswaMateri umum 1.7 peran keluarga dalam pembelajaran siswa
Materi umum 1.7 peran keluarga dalam pembelajaran siswaEko Supriyadi
 
MODEL'S 3rd Issue
MODEL'S 3rd IssueMODEL'S 3rd Issue
MODEL'S 3rd Issuefandyyy
 
Materi DP3AK dan PKK Jatim 2022 (2022_07_19 03_02_00 UTC).pptx
Materi  DP3AK dan PKK Jatim 2022 (2022_07_19 03_02_00 UTC).pptxMateri  DP3AK dan PKK Jatim 2022 (2022_07_19 03_02_00 UTC).pptx
Materi DP3AK dan PKK Jatim 2022 (2022_07_19 03_02_00 UTC).pptxCVARRODAHAdvertising1
 
Materi SPA dan KLA.pdf
Materi SPA dan KLA.pdfMateri SPA dan KLA.pdf
Materi SPA dan KLA.pdfariecahyono2
 

Similar a MEDIUM (Media Inovasi Perubahan Masyarakat) Edisi IV (20)

Sekolah Ramah Anak Dalam Satuan Pendidikan.pptx
Sekolah Ramah Anak Dalam Satuan Pendidikan.pptxSekolah Ramah Anak Dalam Satuan Pendidikan.pptx
Sekolah Ramah Anak Dalam Satuan Pendidikan.pptx
 
Materi Tentang Sekolah Ramah Anak ( SRAA )
Materi Tentang Sekolah Ramah Anak ( SRAA )Materi Tentang Sekolah Ramah Anak ( SRAA )
Materi Tentang Sekolah Ramah Anak ( SRAA )
 
Juknis-SEKOLAH_RAMAH_ANAK__SAFIN_PRESENTASI.pdf
Juknis-SEKOLAH_RAMAH_ANAK__SAFIN_PRESENTASI.pdfJuknis-SEKOLAH_RAMAH_ANAK__SAFIN_PRESENTASI.pdf
Juknis-SEKOLAH_RAMAH_ANAK__SAFIN_PRESENTASI.pdf
 
Panduan SRA.pdf
Panduan SRA.pdfPanduan SRA.pdf
Panduan SRA.pdf
 
Pedoman_SRA_Update.pdf
Pedoman_SRA_Update.pdfPedoman_SRA_Update.pdf
Pedoman_SRA_Update.pdf
 
Pedoman_SRA_Update.pdf
Pedoman_SRA_Update.pdfPedoman_SRA_Update.pdf
Pedoman_SRA_Update.pdf
 
JUKNIS PAUD TERPADU
JUKNIS PAUD TERPADUJUKNIS PAUD TERPADU
JUKNIS PAUD TERPADU
 
Kpf individu
Kpf individuKpf individu
Kpf individu
 
Propsal paud-nusa-indah-limpas
Propsal paud-nusa-indah-limpasPropsal paud-nusa-indah-limpas
Propsal paud-nusa-indah-limpas
 
Pedoman Pengelolaan PAUD Terpadu
Pedoman Pengelolaan PAUD TerpaduPedoman Pengelolaan PAUD Terpadu
Pedoman Pengelolaan PAUD Terpadu
 
Materi umum 1.2b panduan pbp
Materi umum 1.2b panduan pbpMateri umum 1.2b panduan pbp
Materi umum 1.2b panduan pbp
 
Hhhh
HhhhHhhh
Hhhh
 
Lala
LalaLala
Lala
 
Materi umum 1.6 kemitraan sekolah dengan keluarga dan masyarakat
Materi umum   1.6 kemitraan sekolah dengan keluarga dan masyarakatMateri umum   1.6 kemitraan sekolah dengan keluarga dan masyarakat
Materi umum 1.6 kemitraan sekolah dengan keluarga dan masyarakat
 
Kemitraan sekolah dengan keluarga dan masyarakat
Kemitraan sekolah dengan keluarga dan masyarakatKemitraan sekolah dengan keluarga dan masyarakat
Kemitraan sekolah dengan keluarga dan masyarakat
 
Materi umum 1.7 peran keluarga dalam pembelajaran siswa
Materi umum 1.7 peran keluarga dalam pembelajaran siswaMateri umum 1.7 peran keluarga dalam pembelajaran siswa
Materi umum 1.7 peran keluarga dalam pembelajaran siswa
 
Buku juknis sarana pkbm
Buku juknis sarana pkbmBuku juknis sarana pkbm
Buku juknis sarana pkbm
 
MODEL'S 3rd Issue
MODEL'S 3rd IssueMODEL'S 3rd Issue
MODEL'S 3rd Issue
 
Materi DP3AK dan PKK Jatim 2022 (2022_07_19 03_02_00 UTC).pptx
Materi  DP3AK dan PKK Jatim 2022 (2022_07_19 03_02_00 UTC).pptxMateri  DP3AK dan PKK Jatim 2022 (2022_07_19 03_02_00 UTC).pptx
Materi DP3AK dan PKK Jatim 2022 (2022_07_19 03_02_00 UTC).pptx
 
Materi SPA dan KLA.pdf
Materi SPA dan KLA.pdfMateri SPA dan KLA.pdf
Materi SPA dan KLA.pdf
 

Más de Yayasan Satu Karsa Karya (YSKK)

Penelitian - Dampak Pandemi terhadap Perempuan Pelaku Usaha Mikro-Kecil di Gu...
Penelitian - Dampak Pandemi terhadap Perempuan Pelaku Usaha Mikro-Kecil di Gu...Penelitian - Dampak Pandemi terhadap Perempuan Pelaku Usaha Mikro-Kecil di Gu...
Penelitian - Dampak Pandemi terhadap Perempuan Pelaku Usaha Mikro-Kecil di Gu...Yayasan Satu Karsa Karya (YSKK)
 
Ringkasan Kebijakan Penguatan Keterwakilan Perempuan Dalam Politik dan Pemer...
Ringkasan Kebijakan Penguatan Keterwakilan Perempuan  Dalam Politik dan Pemer...Ringkasan Kebijakan Penguatan Keterwakilan Perempuan  Dalam Politik dan Pemer...
Ringkasan Kebijakan Penguatan Keterwakilan Perempuan Dalam Politik dan Pemer...Yayasan Satu Karsa Karya (YSKK)
 
Usulan Naskah Kebijakan - Revitalisasi Dewan Pendidikan & Komite Sekolah
Usulan Naskah Kebijakan - Revitalisasi Dewan Pendidikan & Komite Sekolah Usulan Naskah Kebijakan - Revitalisasi Dewan Pendidikan & Komite Sekolah
Usulan Naskah Kebijakan - Revitalisasi Dewan Pendidikan & Komite Sekolah Yayasan Satu Karsa Karya (YSKK)
 

Más de Yayasan Satu Karsa Karya (YSKK) (12)

Penelitian - Dampak Pandemi terhadap Perempuan Pelaku Usaha Mikro-Kecil di Gu...
Penelitian - Dampak Pandemi terhadap Perempuan Pelaku Usaha Mikro-Kecil di Gu...Penelitian - Dampak Pandemi terhadap Perempuan Pelaku Usaha Mikro-Kecil di Gu...
Penelitian - Dampak Pandemi terhadap Perempuan Pelaku Usaha Mikro-Kecil di Gu...
 
Laporan Tahunan 2019 YSKK
Laporan Tahunan 2019 YSKKLaporan Tahunan 2019 YSKK
Laporan Tahunan 2019 YSKK
 
Laporan Tahunan 2012 YSKK
Laporan Tahunan 2012 YSKK Laporan Tahunan 2012 YSKK
Laporan Tahunan 2012 YSKK
 
Annual Report 2012 YSKK
Annual Report 2012 YSKK Annual Report 2012 YSKK
Annual Report 2012 YSKK
 
Annual Report 2014 YSKK
Annual Report 2014 YSKK Annual Report 2014 YSKK
Annual Report 2014 YSKK
 
Laporan Tahunan 2014 YSKK versi Bahasa Indonesia
Laporan Tahunan 2014 YSKK versi Bahasa Indonesia Laporan Tahunan 2014 YSKK versi Bahasa Indonesia
Laporan Tahunan 2014 YSKK versi Bahasa Indonesia
 
Laporan Tahunan 2015
Laporan Tahunan 2015 Laporan Tahunan 2015
Laporan Tahunan 2015
 
Dokumen Rencana Strategis YSKK Tahun 2016 - 2019
Dokumen Rencana Strategis YSKK Tahun 2016 - 2019 Dokumen Rencana Strategis YSKK Tahun 2016 - 2019
Dokumen Rencana Strategis YSKK Tahun 2016 - 2019
 
MEDIUM (Media Inovasi Perubahan Masyarakat) Edisi III
MEDIUM (Media Inovasi Perubahan Masyarakat) Edisi IIIMEDIUM (Media Inovasi Perubahan Masyarakat) Edisi III
MEDIUM (Media Inovasi Perubahan Masyarakat) Edisi III
 
MEDIUM (Media Inovasi Perubahan Masyarakat) Edisi II
MEDIUM (Media Inovasi Perubahan Masyarakat) Edisi II MEDIUM (Media Inovasi Perubahan Masyarakat) Edisi II
MEDIUM (Media Inovasi Perubahan Masyarakat) Edisi II
 
Ringkasan Kebijakan Penguatan Keterwakilan Perempuan Dalam Politik dan Pemer...
Ringkasan Kebijakan Penguatan Keterwakilan Perempuan  Dalam Politik dan Pemer...Ringkasan Kebijakan Penguatan Keterwakilan Perempuan  Dalam Politik dan Pemer...
Ringkasan Kebijakan Penguatan Keterwakilan Perempuan Dalam Politik dan Pemer...
 
Usulan Naskah Kebijakan - Revitalisasi Dewan Pendidikan & Komite Sekolah
Usulan Naskah Kebijakan - Revitalisasi Dewan Pendidikan & Komite Sekolah Usulan Naskah Kebijakan - Revitalisasi Dewan Pendidikan & Komite Sekolah
Usulan Naskah Kebijakan - Revitalisasi Dewan Pendidikan & Komite Sekolah
 

Último

AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..
AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..
AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..ikayogakinasih12
 
Kontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptx
Kontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptxKontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptx
Kontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptxssuser50800a
 
Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]Abdiera
 
LK.01._LK_Peta_Pikir modul 1.3_Kel1_NURYANTI_101.docx
LK.01._LK_Peta_Pikir modul 1.3_Kel1_NURYANTI_101.docxLK.01._LK_Peta_Pikir modul 1.3_Kel1_NURYANTI_101.docx
LK.01._LK_Peta_Pikir modul 1.3_Kel1_NURYANTI_101.docxPurmiasih
 
bab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ika
bab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ikabab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ika
bab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ikaAtiAnggiSupriyati
 
PEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptx
PEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptxPEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptx
PEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptxsukmakarim1998
 
JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5
JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5
JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5ssuserd52993
 
Tugas 1 ABK di SD prodi pendidikan guru sekolah dasar.docx
Tugas 1 ABK di SD prodi pendidikan guru sekolah dasar.docxTugas 1 ABK di SD prodi pendidikan guru sekolah dasar.docx
Tugas 1 ABK di SD prodi pendidikan guru sekolah dasar.docxmawan5982
 
Aksi nyata Malaikat Kebaikan [Guru].pptx
Aksi nyata Malaikat Kebaikan [Guru].pptxAksi nyata Malaikat Kebaikan [Guru].pptx
Aksi nyata Malaikat Kebaikan [Guru].pptxsdn3jatiblora
 
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptxMateri Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptxRezaWahyuni6
 
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptxMateri Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptxRezaWahyuni6
 
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdfModul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdfSitiJulaeha820399
 
2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar mata pelajaranPPKn 2024.pdf
2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar  mata pelajaranPPKn 2024.pdf2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar  mata pelajaranPPKn 2024.pdf
2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar mata pelajaranPPKn 2024.pdfsdn3jatiblora
 
soal AKM Mata Pelajaran PPKN kelas .pptx
soal AKM Mata Pelajaran PPKN kelas .pptxsoal AKM Mata Pelajaran PPKN kelas .pptx
soal AKM Mata Pelajaran PPKN kelas .pptxazhari524
 
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdf
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdfTUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdf
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdfElaAditya
 
Sesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptx
Sesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptxSesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptx
Sesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptxSovyOktavianti
 
11 PPT Pancasila sebagai Paradigma Kehidupan dalam Masyarakat.pptx
11 PPT Pancasila sebagai Paradigma Kehidupan dalam Masyarakat.pptx11 PPT Pancasila sebagai Paradigma Kehidupan dalam Masyarakat.pptx
11 PPT Pancasila sebagai Paradigma Kehidupan dalam Masyarakat.pptxMiftahunnajahTVIBS
 
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdfContoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdfCandraMegawati
 
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptx
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptxRefleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptx
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptxIrfanAudah1
 
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru PenggerakAksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggeraksupriadi611
 

Último (20)

AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..
AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..
AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..
 
Kontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptx
Kontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptxKontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptx
Kontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptx
 
Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
 
LK.01._LK_Peta_Pikir modul 1.3_Kel1_NURYANTI_101.docx
LK.01._LK_Peta_Pikir modul 1.3_Kel1_NURYANTI_101.docxLK.01._LK_Peta_Pikir modul 1.3_Kel1_NURYANTI_101.docx
LK.01._LK_Peta_Pikir modul 1.3_Kel1_NURYANTI_101.docx
 
bab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ika
bab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ikabab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ika
bab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ika
 
PEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptx
PEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptxPEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptx
PEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptx
 
JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5
JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5
JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5
 
Tugas 1 ABK di SD prodi pendidikan guru sekolah dasar.docx
Tugas 1 ABK di SD prodi pendidikan guru sekolah dasar.docxTugas 1 ABK di SD prodi pendidikan guru sekolah dasar.docx
Tugas 1 ABK di SD prodi pendidikan guru sekolah dasar.docx
 
Aksi nyata Malaikat Kebaikan [Guru].pptx
Aksi nyata Malaikat Kebaikan [Guru].pptxAksi nyata Malaikat Kebaikan [Guru].pptx
Aksi nyata Malaikat Kebaikan [Guru].pptx
 
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptxMateri Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
 
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptxMateri Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
 
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdfModul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
 
2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar mata pelajaranPPKn 2024.pdf
2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar  mata pelajaranPPKn 2024.pdf2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar  mata pelajaranPPKn 2024.pdf
2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar mata pelajaranPPKn 2024.pdf
 
soal AKM Mata Pelajaran PPKN kelas .pptx
soal AKM Mata Pelajaran PPKN kelas .pptxsoal AKM Mata Pelajaran PPKN kelas .pptx
soal AKM Mata Pelajaran PPKN kelas .pptx
 
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdf
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdfTUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdf
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdf
 
Sesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptx
Sesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptxSesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptx
Sesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptx
 
11 PPT Pancasila sebagai Paradigma Kehidupan dalam Masyarakat.pptx
11 PPT Pancasila sebagai Paradigma Kehidupan dalam Masyarakat.pptx11 PPT Pancasila sebagai Paradigma Kehidupan dalam Masyarakat.pptx
11 PPT Pancasila sebagai Paradigma Kehidupan dalam Masyarakat.pptx
 
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdfContoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
 
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptx
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptxRefleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptx
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptx
 
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru PenggerakAksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
 

MEDIUM (Media Inovasi Perubahan Masyarakat) Edisi IV

  • 1. YAYASAN SATU KARSA KARYA BULETIN Edisi IV/Juni 2016 Kemandirian Ekonomi untuk Kedaulatan Diri Perempuan Pendidikan Ramah Anak Butuh Dukungan Orang Tua Upaya Menurunkan Angka Kekerasan Anak di Sekolah Pendidikan Ramah Anak Butuh Dukungan Orang Tua Kemandirian Ekonomi untuk Kedaulatan Diri Perempuan Upaya Menurunkan Angka Kekerasan Anak di Sekolah Angka Kekerasan Tinggi, Pemerintah dan Masyarakat Perlu Bersinergi Angka Kekerasan Tinggi, Pemerintah dan Masyarakat Perlu Bersinergi
  • 2. 2 DAFTAR ISI Tim Redaksi Alamat Redaksi: Penanggungjawab : Kangsure SUROTO | Pemimpin Redaksi : Ana Susi Yuniasri | Dewan Redaksi : Lusiningtias, Dewangga Saputra, Muhammad Histiraludin, Antonia Satrianti, Wahid Kurniawan, Sri Wahyuni | Editor : Eko Bani | Layout : A. Supadmi | Distribusi: Divisi Pengelolaan Data & Informasi Singopuran Rt.04/Rw.02 Kartasura Sukoharjo 57164 - Jawa Tengah | Telp./Fax.: *62-271784928 | eMail: office@yskk.org | Website: www.yskk.org 02Salam Redaksi 03Fokus Utama 07Sekolah MANTAP 09Ekonomi Kerakyatan 11Kepemimpinan Perempuan 13Jejak Langkah 14Gagasan 15Profil 17Tips Sang Inovator 18Kabar Program 20 Agenda Program Pendidikan Ramah Anak Butuh Dukungan Orang Tua Upaya Menurunkan Angka Kekerasan Anak di Sekolah Kemandirian Ekonomi untuk Kedaulatan Diri Perempuan Kekerasan Terhadap Perempuan & Anak, Butuh Sinergi Berbagai Pihak Mencegah Kekerasan Terhadap Anak Murjikem, Berdayakan Korban KDRT dengan Kekuatan Jejaring Pahami Karakter Anak, Menjadi Kunci PAUD Pembaca yang Budiman, Perempuan dan anak sangat rentan mengalami kekerasan baik fisik dan psikis. Untuk mencegahnya dibutuhkan upaya yang terus-menerus dan berdampingan antara orangtua, masyarakat dan pemerintah. MEDIUM Edisi IV akan mengupas tentang parenting education yang diterapkan Lembaga PAUD dalam menggalang partisipasi orangtua untuk mewujudkan pendidikan yang ramah anak, upaya yang dapat dilakukan untuk menurunkan angka kekerasan di sekolah, dan informasi lainnya. Semoga apa yang kami kupas melalui buletin ini dapat meningkatkan pemahaman pembaca terkait kekerasan terhadap perempuan dan anak dalam berbagai konteks. Selamat membaca! Semoga bermanfaat, Salam Redaksi, From the People of Japan YAYASAN SATU KARSA KARYA
  • 3. Pendidikan Ramah Anak Butuh Dukungan Orang Tua emenuhan dan perlindungan hak anak Padalah sebuah komitmen yang harus diwujudkan bersama. Pemerintah Indonesia pada tahun 1990 telah meratifikasi Konvensi Hak Anak sebagai sebuah langkah untuk upaya pemenuhan dan perlindungan terhadap hak anak. Konvensi hak anak ini memuat berbagai hak yang harus dihormati dan dipenuhi oleh segala pihak. Terkait pemenuhan hak atas pendidikan, tertuang pada pasal 28 Konvensi Hak Anak (KHA) yang menekankan bahwa negara mengakui hak anak atas pendidikan dan untuk mewujudkannya hak ini secara bertahap dan berdasarkan kesempatan yang sama. Negara juga harus mengambil langkah yang tepat untuk memastikan bahwa disiplin sekolah dilaksanakan dengan cara yang sesuai dengan martabat kemanusiaan anak. Komitmen di atas sebenarnya semakin menegaskan komitmen Pemerintah Indonesia yang tertuang dalam Undang-Undang Dasar 1945 pada pasal 28C yang mengamanahkan bahwa “Setiap orang berhak mengembangkan diri melalui pemenuhan kebutuhan dasar, berhak mendapat pendidikan dan memperoleh manfaat dari ilmu pengetahuan dan teknologi, seni dan budaya, demi meningkatkan kualitas hidupnya dan demi kesejahteraan umat manusia.” Baik dalam konteks pemenuhan hak sebagai warga negara dan sebagai anak, pendidikan dipandang penting untuk dipenuhi oleh negara. Lalu pendidikan yang seperti apakah sehingga anak dapat berkembang dan bertumbuh sesuai dengan hak-haknya? Karena satu sisi negara harus memberikan pendidikan yang sekaligus menjamin bahwa dalam proses pendidikan tersebut memenuh dan melindungi hak-hak anak. Hal ini tertuang dalam KHA pasal 28B yang menyebutkan “Setiap FOKUS UTAMA 3 ©Amy Supadmi | 2016 Oleh: Dewangga Saputra, Pelaksana Divisi Pemberdayaan Anak YSKK
  • 4. anak berhak atas kelangsungan hidup, tumbuh dan berkembang serta berhak atas perlindungan dari kekerasan dan diskriminiasi.” Hal ini diperkuat dalam pasal 19 (1) KHA, bahwa negara akan mengambil semua langkah legislatif, administratif, sosial dan pendidikan untuk melindungi anak dari semua bentuk kekerasan fisik dan mental, cidera atau penyalahgunaan, penelantaran dan perlakuan salah atau eksploitasi, termasuk penyalahgunaan seksual, sementara berada dalam asuhan orangtua, wali atau orang lain yang memelihara anak. Guna menjamin implementasi pemenuhan dan perlindungan anak di lapangan, pemerintah Indonesia mengeluarkan UU Nomor 23 tahun 2002 tentang perlindungan anak, dan secara khusus di sektor pendidikan menerbitkan UU Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional serta Peraturan Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (Permen PP dan PA) Nomor 5 tahun 2011 tentang Pemenuhan Hak Pendidikan Anak. Meski demikian, berbagai tindakan yang tidak responsif pada perlindungan anak tetap terjadi, hal ini tampak dari pemberitaan-pemberitaan yang mewarnai media massa baik kasus kekerasan terhadap anak, eksploitasi, penelantaran, dsb. Di sektor pendidikan sendiri berdasarkan data Komisi Perlindungan Anak Indonesia tahun 2013 terdapat 6.812 kasus tindak kekerasan yang terjadi di lingkungan sekolah. Sekolah sebagai salah satu lingkungan pendidikan bagi anak, sudah semestinya menjadi tempat terbaik, teraman dan ternyaman bagi anak-anak untuk tumbuh dan berkembang. Lembaga pendidikan berkewajiban untuk menjamin anak terbebas dari ancaman dalam proses mengembangkan segala potensi yang dimilikinya dan wajib memenuhi hak-hak anak dalam proses di sekolah. Hal ini pula yang harus diperhatikan oleh Kabupaten Sukoharjo yang sejak Desember 2014 lalu mencanangkan untuk menjadi Kabupaten Layak Anak. Kabupaten/Kota Layak Anak (KLA) adalah salah satu upaya yang dilakukan untuk pemenuhan dan perlindungan hak anak. Program ini diarahkan agar kabupaten/kota memiliki sistem pembangunan berbasis hak anak melalui pengintegrasian komitmen dan sumberdaya pemerintah, masyarakat dan dunia usaha yang terencana secara menyeluruh dan berkelanjutan dalam kebijakan, program dan kegiatan untuk menjamin terpenuhinya hak anak. Upaya tersebut tentu harus berpegang pada berbagai indikator yang perlu dipenuhi agar Sukoharjo bisa disebut sebagai kabupaten yang layak anak. Terkhusus di sektor pendidikan hal-hal yang harus diperhatikan untuk menciptakan layak anak meliputi: angka partisipasi pendidikan anak usia dini, persentase wajib belajar pendidikan 12 tahun, persentase sekolah ramah anak, jumlah sekolah yang memiliki program, sarana dan prasarana perjalanan FOKUS UTAMA 4
  • 5. anak ke dan dari sekolah serta tersedianya fasilitas untuk kegiatan kreatif dan rekreatif yang ramah anak, di luar sekolah yang dapat diakses semua anak. Sekolah Ramah Anak Sejak Jenjang PAUD Mendasarkan dari indikator di atas jelas bahwa sekolah memiliki tanggungjawab menciptakan lingkungan belajar yang aman dan nyaman bagi anak. Penyelenggara pendidikan harus sangat memperhatikan kebutuhan dan hak-hak anak dalam penyelenggaraan pendidikan. Saat ini program sekolah ramah anak sedang digaungkan dari pusat hingga di daerah. Sekolah ramah anak merupakan sebuah satuan pendidikan yang mampu menjamin, memenuhi, menghargai hak-hak anak, dan perlindungan anak dari kekerasan, diskriminasi, dan perlakuan salah lainnya serta mendukung partisipasi anak terutama dalam perencanaan, kebijakan, pembelajaran, dan mekanisme pengaduan. Pendidikan mendasar yang penting dipenuhi saat ini dimulai dari pendidikan anak usia dini (PAUD). Berbicara pendidikan anak usia dini yang ramah, tentu akan terkait aspek akses PAUD serta sekolah itu sendiri, maka pelaksanaan program sekolah ramah anak perlu dilakukan mulai jenjang PAUD. PAUD merupakan jenjang pendidikan pertama seorang anak mengenal lingkungan sekolah dan diharapkan menjadi pelopor layanan pendidikan yang ramah untuk anak didiknya. Di Kabupaten Sukoharjo pada tahun 2015, menurut data Bidang PNFI capaian APK 30,34 persen (usia 0-6 tahun) atau 77,22 persen (usia 3-6 tahun). Di Sukoharjo terdapat 647 Lembaga PAUD yang melayani 32.756 anak pada usia 0-6 tahun atau 31.660 anak pada usia 3-6 tahun. Dari data tersebut akses anak usia dini terhadap pendidikan di Kabupaten Sukoharjo sudah semakin terbuka. Jumlah anak yang dilayani di jenjang PAUD ini tidaklah sedikit sehingga perlu memastikan anak-anak mendapatkan pendidikan aman, nyaman dan menyenangkan. Program sekolah ramah anak dirasa perlu dilakukan mulai dari jenjang pendidikan anak sedini mungkin. PAUD merupakan jenjang pendidikan pertama seorang anak mengenal lingkungan sekolah dan diharapkan menjadi pelopor layanan pendidikan yang ramah untuk anak didiknya. Diharapkan dengan adanya Program Sekolah Ramah Anak ini, anak-anak dapat tumbuh dan berkembang dengan segala keceriannya perlu memastikan pendidikan mereka tanpa ada kekerasan, tanpa ada rasa takut sehingga anak mampu mengeskpresikan dan mengaktualisasikan dirinya secara positif dalam berbagai bentuk. Butuh Dukungan Orang Tua Terselenggaranya sekolah ramah anak di PAUD tentunya menjadi tanggungjawab berbagai pihak baik penyelenggara pendidikan, masyarakat sekitar, dan tentu orang tua/wali murid. Penyelenggara pendidikan termasuk didalamnya pendidik sebagai elemen yang bersentuhan langsung dalam proses stimulasi tumbuh kembang anak usia dini pendidik diharapkan dapat memenuhi hak-hak anak di PAUD. Masyarkaat memiliki peran dalam menciptakan lingkungan masyarakat di sekitar sekolah yang mendukung terhadap program ramah anak. Begitu pula orang tua, adalah elemen penting dalam mewujudkan pendidikan anak sejak usia dini yang ramah. Ada berbagai bentuk dukungan orang tua yang dapat dilakukan untuk mendukung program ramah anak. Mulai dari mendukung lingkungan yang sehat di sekolah dengan berpartisipasi dalam menjaga kebersihan sekolah, menyediakan menu sehat untuk FOKUS UTAMA 5 Kegiatan Parenting Education yang diselenggarakan salah satu lembaga PAUD dan YSKK beberapa waktu lalu mengangkat tema tentang Hak Anak.
  • 6. anak, tidak merokok di lingkungan sekolah. Atau dengan menciptakan lingkungan yang bebas kekerasan seperti selalu bersikap ramah, murah senyum kepada setiap anak, tidak berbicara kasar pada anak, tidak memarahi anak didepan teman- temannya dan tidak mencubit/menjewer anak. Pentingnya dukungan orangtua sangatlah berdampak penting untuk mewujudkan program sekolah ramah anak. Terkait dengan hal itu maka perlu ada strategi yang dikembangkan untuk mendorong peran serta orangtua dalam mewujudkan PAUD Ramah Anak. Strategi yang dilakukan Taman Pintar-Pos PAUD di Kecamatan Weru untuk mendorong dukungan orangtua dengan menggunakan media Parenting Education. Parenting Education adalah sebuah sarana transfer pengetahuan, sikap dan keterampilan kepada para orangtua terkait dengan pengasuhan anak usia dini. Parenting education diyakini mampu mentransfer mengenai pendidikan ramah anak kepada orangtua. Bahasan yang diangkatpun beragam mulai dari sosialisasi mengenai hak-hak anak hingga diskusi mengenai tips-tips mengasuh anak usia dini. ungkap Pendidik PAUD Nurul Amal, Bunda Istiyana. “Parenting education, menjadi sarana bagi pendidik untuk sosialisasi tentang hak anak, untuk menyampaikan kepada orangtua agar kekerasan tidak terjadi lagi pada anak seperti membentak atau mencubit anak,” Melalui kegiatan yang dilaksanakan rutin bulanan ini lahir berbagai kegiatan orangtua guna mendukung program sekolah ramah anak. Seperti program penghijauan lingkungan sekolah dengan tanaman buah dan sayur, membuat mainan dari barang bekas yang ramah lingkungan atau program menu sehat untuk anak. Kegiatan- kegiatan tersebut diprogramkan secara bersama sama antara pendidik dan orangtua. Melalui parenting education jugalah pola pengasuhan yang ramah anak di lingkungan sekolah dapat dilanjutkan oleh orangtua di lingkungan keluarga. Orangtuapun akan tahu, sadar dan siap untuk berkomitmen mengasuh anak dengan kasih sayang dan penuh keramahan. Diharapkan kerjasama segenap pihak termasuk pendidik dan orangtua dapat mewujudkan Sekolah Ramah Anak ini, termasuk di jenjang PAUD. Sekolah Ramah Anak sekolah yang aman, nyaman dan menyenangkan untuk anak. FOKUS UTAMA 6 Sebagian besar anak menghabiskan waktu di dalam lingkungan keluarga, untuk itu orangtua perlu memahami pola asuh yang sesuai anak.
  • 7. Upaya Menurunkan Angka Kekerasan Anak di Sekolah ndonesia telah memiliki regulasi tentang perlindungan anak yakni Iundang-undang 23 Tahun 2002. Aturan tersebut dilahirkan dari keprihatinan mendalam atas berbagai kasus yang menimpa anak dan pelaku tidak dihukum secara adil. Meski demikian tujuan umum perlindungan anak agar ada jaminan pemenuhan hak-hak kelangsungan hidup, tumbuh kembang, perlindungan, dan partisipasi anak. Sehingga setiap anak akan tumbuh secara optimal dengan potensi yang dimiliki. Sementara tujuan khusus yang ingin diraih: (a). Menjamin perlindungan khusus bagi anak dari berbagai tindak perlakuan tidak patut, termaksud kekerasan, penelantaran, dan eksploitasi. (b). Menjamin perlindungan hukum baik dalam bentuk pembelaan pendampingan bagi anak yang berhadapan dengan hukum agar hak- haknya tetap terpenuhi, dan terlindungi dari tindak diskriminasi. (c). Mengakui dan menjamin hak anak dari komunitas minoritas untuk menikmati bu daya, menggunakan bahasa, dan melaksanakan ajaran agamanya. Berdasarkan data yang dikutip dari Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI), jumlah kekerasan terhadap anak tiap tahun terus bertambah. Tahun 2011 sebanyak 2178 kasus, tahun 2012 sebanyak 3512 kasus, tahun 2013 sebanyak 4311 kasus, tahun tahun 2014 sebanyak 5066 kasus dan di tahun 2015 hingga Bulan April tercatat sebanyak 6.006 kasus. Anak-anak bisa menjadi korban atau pelaku kekerasan. Lokus kekerasan pada anak ada 3, yaitu di lingkungan keluarga, di lingkungan sekolah dan di lingkungan masyarakat. Hasil monitoring dan evaluasi KPAI tahun 2012 di 9 provinsi menunjukkan bahwa 91 persen anak menjadi korban kekerasan di lingkungan keluarga, 87.6 persen di lingkungan sekolah dan 17.9 persen di lingkungan masyarakat. Angka kekerasan anak di sekolah tidak cukup signifikan turunnya karena hingga 2015 berdasar data International Center for Research on Women (ICRW) kekerasan yang terjadi di lingkungan sekolah tetap tinggi yakni 84 persen. Kasus kekerasan yang marak di sekolah yang ditangani Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) hingga akhir 2015 meliputi: kekerasan fisik, seksual verbal, psikis dan cyber bullying. Sedangkan untuk pelaku kekerasan di sekolah, KPAI menemukan 79 kasus bullying dan 103 kasus tawuran yang pelakunya justru anak-anak. Dan angka ini meningkat dibanding tahun sebelumnya yang hanya ditemukan 67 kasus anak-anak pelaku bullying Oleh: Muhammad Histiraludin, Kadiv Pemberdayaan Anak YSKK SEKOLAH MANTAP 7 ©YSKK/P.D&I/Amy Supadmi | 2016
  • 8. Sebanyak 78.3 persen anak menjadi pelaku kekerasan dan sebagian besar disebabkan mereka pernah menjadi korban kekerasan sebelumnya atau pernah melihat kekerasan yang dilakukan kepada anak lain dan menirunya. Pelaku kekerasan pada anak bisa dibagi menjadi tiga. Pertama, orang tua, keluarga, atau orang yang dekat di lingkungan rumah. Kedua, tenaga kependidikan yaitu guru dan orang-orang yang ada di lingkungan sekolah seperti cleaning service, tukang kantin, satpam, sopir antar jemput yang disediakan sekolah. Ketiga, orang yang tidak dikenal. Artinya, anak rentan menjadi korban kekerasan justru di lingkungan rumah dan sekolah. Lingkungan yang mengenal anak-anak tersebut cukup dekat. Dari penjelasan diatas terlihat, lingkungan pendidikan memberi pengaruh yang signifikan. Setidaknya ada 1764 kasus dalam dunia pendidikan dan sekolah menjadi salah satu lokus terjadinya kekerasan. Meski demikian, sudah banyak satuan pendidikan yang memiliki upaya untuk meminimalisir terjadinya kekerasan. Bagi mereka, lingkungan pendidikan harus steril dari kasus kekerasan. Hal ini ditegaskan oleh Kepala Sekolah SDN Kleco 1 Surakarta Joko Sudibyo dan SMPN 16 Bandarlampung Purwadi. “Sebagai lembaga pendidikan, kami terus berupaya meminimalisir bahkan menghapuskan kasus kekerasan terhadap anak baik yang dilakukan orang dewasa maupun anak” ujar Joko Sudibyo yang ditemui diruang kerjanya. Sebagai kepala sekolah yang baru 1 tahun menjabat, Joko terus menerus mengingatkan guru untuk menjaga sikap pada anak-anak. Termasuk mengawasi anak-anak saat istirahat. Selain itu, dalam berbagai kesempatan dirinya juga menyampaikan tentang UUPA sehingga guru memahami betul fungsi pendidikan yang diembannya. Salah satu jalan keluar bila muncul masalah, harus diselesaikan secara kekeluargaan. “Semua anak yang terlibat pertengkaran, perkelahian atau kasus lainnya kami undang ke kantor beserta orang tuanya. Agar semua tahu dan menyadari apa yang terjadi untuk kemudian diselesaikan secara kekeluargaan,” ungkap mantan kepala sekolah SDN Bratan 1 Surakarta ini. Sedangkan SMPN 16 Bandarlampung mengantisipasi terjadinya kekerasan terhadap anak dengan mengeluarkan buku siswa. Buku ini merupakan buku kontrol yang dipegang tiap siswa dan berisi tentang catatan perilakunya selama disekolah. “Yang bisa dicatat disitu berupa point atas pelanggaran yang dilakukannya. Tidak hanya perkelahian tapi termasuk jajan saat jam pelajaran, membolos, hingga membuang sampah sembarangan juga kena point” urai Purwadi. Guru yang memergoki perilaku siswa tersebut langsung meminta buku siswa dan menuliskan kesalahan serta dibubuhi paraf. Bila point mencapai 50 akan dipanggil ke BK beserta orang tua, point 75 akan dibuat surat perjanjian tidak mengulangi hingga permintaan pengunduran diri. Buku siswa diberikan saat awal tahun ajaran dan orang tua siswa juga diberitahukan. Buku itu tiap bulan direkap di BK sehingga meski buku tersebut hilang, rekapan masih tersimpan jelas. Menghilangkan buku ini juga termasuk pelanggaran yang harus dicatat. Kini pria asal Jawa itu tengah mendorong perubahan perilaku tidak hanya di sekolah tetapi juga dirumah, dilingkungan tempat ibadah bahkan di media sosial. Perkembangan teknologi menjadi bagian yang tidak bisa dihindarkan sehingga menjadi salah satu hal yang ikut diperhatikan. “Membully di medsos itu yang paling rawan dan kami tidak boleh abai mendidik perilaku anak termasuk di medos” ujarnya yang dihubungi via telepon. Anak-anak SMPN 16 Bandarlampung juga menandai nama akun medsosnya dengan tambahan “spanambelas”. Artinya ada kebanggaan yang disandang. “Menyandang nama spanambelas itu harus menjaga citra atau ibaratnya semacam duta anti bullying. Nama itu membuat mereka harus menjaga karena banyak alumni yang juga turut menjaga adik kelasnya. Kalau ada yang membully, bisa dilaporkan ke sekolahan” urai pria yang sangat ramah ini panjang lebar. Maka dari itu Purwadi tidak jemu berpesan dalam berbagai kesempatan, pemakaian nama itu harus diiringi rasa tanggungjawab menjaga citra dan perilaku maupun tutur kata. Etika pergaulan baik dalam kehidupan dunia nyata ataupun maya harus berstandar sama, punya moral. Meski tidak mudah, Purwadi menyadari hal itu menjadi salah satu tugas sebagai pendidik. Setiap waktu terus memikirkan langkah terbaik agar anak-anak didiknya tumbuh dan berperilaku positif. Kedua kepala sekolah yang berpredikat MANTAP (Manajemen Transparan, Akuntabel dan Partisipatif) rupanya tidak sekedar menerapkan MANTAP dalam tata kelola sekolah. Namun juga melakukan upaya yang terbaik bagi anak-anak didik mereka. Keduanya menjawab tantangan terberat yakni perkembangan teknologi yang makin massif dan menjangkau ke semua lapisan masyarakat sehingga berpengaruh signifikan terhadap pola pikir, cara berkomunikasi hingga perilaku anak didik. Bagi keduanya, sekolah harus mampu membentuk pribadi anak yang seutuhnya sesuai potensi dan kemampuan yang dimiliki dengan karakter diri yang kuat. Dengan demikian tidak aka nada lagi kekerasan yang terjadi baik di sekolah, lingkungan maupun di rumah. SEKOLAH MANTAP 8
  • 9. ©YSKK/P.D&I/Amy Supadmi | 2016 Kemandirian Ekonomi untuk Kedaulatan Diri Perempuan emandirian ekonomi yang dimiliki oleh seorang Kperempuan akan meningkatkan harga diri dan posisi tawarnya baik dalam keluarga maupun masyarakat. Kekerasan dalam rumah tangga misalnya, seringkali terjadi karena ketergantungan ekonomi perempuan pada laki-laki sangat tinggi. Data yang dirilis oleh Badan Pusat Statistik Kabupaten Gunungkidul Tahun 2015, persentase angka kemiskinan di Kabupaten Gunungkidul mencapai 20,83% dari 698.825 jiwa. Salah satu dampak dari kemiskinan ini salah satunya adalah mendorong terjadinya migrasi karena lapangan pekerjaan yang kurang memadai. Hal ini didukung dengan sering terjadinya kekeringan di wilayah Kabupaten Gunungkidul khususnya bagian selatan, sehingga hasil pertanian yang menjadi andalan utama mata pencaharian penduduk tidak mampu mendukung perekonomian keluarga. Kemiskinan ini mendorong penduduk mencari sumber kehidupan di luar Kabupaten Gunungkidul, atau sering disebut penduduk lokal “merantau” . Meskipun tidak ada data secara pasti, kebanyakan yang merantau adalah kaum laki-laki (suami/anak laki- laki/bapak), sedangkan kaum perempuan sebagian besar akan tetap tinggal di desa untuk mengurus urusan domestik, merawat keluarga, ternak dan pertanian. Persoalannya kemudian adalah perempuan-perempuan ini seringkali mereka belum tentu mendapatkan kiriman uang dari suami mereka, sedangkan satu sisi kaum perempuan ini sangat tergantung terhadap kiriman sang suami. Mereka (perempuan) harus bertahan dengan kebutuhan mereka, dan tidak sedikit pula berakhir pada perceraian. Hal ini menimbulkan krisis ekonomi dalam keluarga, dan inilah salah satu kondisi riil mengapa kekerasan ekonomi terjadi terhadap perempuan. Selain kondisi di atas, kondisi lain yang nampak adalah perempuan harus ikut ambil bagian dalam pemenuhan kebutuhan keluarga namun juga masih dibebani denggan urusan domestik sehingga terjadi double burden di rumah. Fakta lain, tahun 2008 tercatat 21.849 perempuan (Analisis Statistik Gender, 2008) menjadi kepala keluarga, karena akibat perceraian, karena suami meninggal, dsb. Ini tentu perempuan harus bertanggung jawab untuk memenuhi kebutuhan keluarga. Sisi lain perempuan tidak 9 EKONOMI KERAKYATAN Oleh: Ana Susi Y.,Kadiv Pengelolaan Data & Informasi YSKK
  • 10. memiliki “kuasa” terhadap kekayaan keluarga yang dikelola serta tidak memiliki akses ekonomi di ruang publik karena keterbatasan ketrampilan, keterbatasan jaringan, keterbatasan pasar, keterbatasan di bidang Teknologi Informasi (TI). Ini semakin memiskinkan perempuan sehingga pemenuhan hak ekonomi perempuan tidak terpenuhi. Kondisi di atas tentu saja telah terpetakan oleh Pemerintah Daerah Kabupaten Gunungkidul, dan Pemerintah Kabupaten Gunungkidul sendiri menargetkan untuk menurunkan kemiskinan 15,6% sampai dengan tahun 2021. Upaya yang nampak seperti penyelenggaraan Desa PRIMA, Pembentukan kelompok-kelompok produktif yang berbasis perempuan, pelatihan ketrampilan teknis dan usaha menengah kecil mikro (UMKM), serta bantuan peralatan untuk meningkatkan produktifitas perempuan di sektor ekonomi. Selain dari pemerintah daerah, inisiasi dari masyarakat untuk terlibat dalam menghadapi persoalan di atas sangatlah dibutuhkan. Keprihatinan terhadap kondisi perempuan dan kemiskinan di 3 desa: Desa Watusigar Kecamatan Ngawen, Desa Kampung Kecamatan Ngawen dan Desa Semin Kecamatan Semin mendorong beberapa aktivis perempuan di desa melakukan upaya-upaya konkrit untuk mengatasi persoalan yang dihadapi perempuan ini . Aktivis perempuan ini merangkul perempuan- perempuan di desa untuk mengkonsilidasikan diri dalam sebuah kelompok ekonomi produktif dan sekarang telah menjelma diri menjadi koperasi. Terdapat 3 koperasi perempuan yang diinisiasi di desa Masing-masing, dimana saat ini 3 koperasi tersebut telah beranggotakan kurang lebih 250 orang. 3 koperasi tersebut adalah Koperasi Karya Perempuan Mandiri (KPM) di Desa Watusigar, Koperasi Mitra Usaha Perempuan (MUP) di Desa Kampung Kec. Ngawen, serta Koperasi Sekar Arum (SA) di Desa Semin kec. Semin. Gerakan ekonomi produktif yang diinisiasi ini ingin meningkatkan posisi tawar perempuan di sektor ekonomi. Ketika perempuan memiliki sumber penghasilan sendiri yang mampu memberikan sumbangan bagi perekonomian keluarga dan desa. Maka kesejahteraaan perempuan dapat terpenuhi. Koperasi sendiri memiliki dua fungsi strategis yakni fungsi produktif dan fungsi pendidikan bagi anggotanya. Fungsi Ekonomi Produktif berbicara bagaimana koperasi mampu memfasilitasi anggotanya secara konsisten dan berkelanjutan melakukan usaha produktif. Jalan panjang harus mereka tempuh dengan melunturkan stigma masyarakat bahwa mereka bukan “kelompok ubyang ubyung” (kelompok kesana kemari) yang tidak bermanfaat. Didampingi YSKK, ketiga kelompok ini memberikan wadah bagi perempuan dan sekaligus mendorong perempuan untuk mengembangkan usaha produktif atau mendorong bertumbuhnya perempuan pengusaha di pedesaan. Usaha yang dibangunpun didekatkan dengan kehidupan mereka yaitu meningkatkan nilai tambah hasil pertanian yang mereka hasilkan. Misalnya hasil bumi singkong, mereka tidak harus menjual dalam bentuk singkong saja namun bisa diolah dan diinovasikan produknya misalnya menjadi keripik balado, keripik berasa, dsb. Fungsi Pendidikan merupakan fungsi dimana koperasi menjadi wadah bagi perempuan untuk memperkaya pengetahuan, ketrampilan serta sikap anggota koperasi. Saling bertukar pengalaman dan perasaan serta menemukan solusi bersama inilah yang menjadi kekuatan dan pengikat antar anggota koperasi. Sampai sekarang 3 koperasi ini secara rutin menyelenggarakan pertemuan sebulan sekali dan terus berupaya menjaga konsistensi pertemuan. Pertemuan inilah yang menjadi sarana memperkaya diri dan mengasah pikir perempuan. Melalui pertemuan ini pengurus menggulirkan persoalan-persoalan yang up to date tidak hanya persoalan mengenai ekonomi produktif namun juga terhadap persoalan perempuan lain seperti kekerasan rumah tangga, pembangunan desa, tehnologi informasi, dsb. Meskipun pengurus masih terbatas juga pengetahuannya, tidak sedikit pula pengurus melakukan konsultasi dengan ekternal resource seperti YSKK, Pemerintah Desa dan Kabupaten, dsb untuk memperkaya wacana mereka. Salah satu keunikan yang dilakukan oleh salah satu Koperasi, yaitu Koperasi Wanita KPM membuka ruang konsultasi bagi anggotanya. Ruang konsultasi ini memang tidak sengaja ditemukan, pengurus belajar dari pengalaman berelasi dengan anggota ketika setiap anggota ke sekretariat koperasi selain memberikan angsuran pinjaman anggota, mereka juga curhat (curahan hati) ke pengurus. Isi dari curhat sendiri beraneka ragam; tentang usaha, tentang kesehatan, tentang persoalan rumah tangga. Belajar dari sinilah kemudian KPM selalu membuka ruang konsultasi dengan anggota. Ruang konsultasi ini sangat bermanfaat karena bisa membantu perempuan dalam menghadapi persoalan, namun juga melalui ruang konsultasi ini memberikan pemahaman bagi pengurus tentang persoalan- persoalan yang dihadapi perempuan. Peta persoalan ini yang kemudian bisa menjadi bahan diskusi dengan anggota serta pihak lain. 3 koperasi perempuan punya impian besar untuk menjadi holding company-nya hasil produk perempuan. 3 dari 2 koperasi perempuan sedang mempersiapkan diri untuk menguatkan koperasi sebagai pusat bisnis perempuan serta meningkatkan kapasitas perempuan dalam produktivitas usahanya. Koperasi Karya Perempuan Mandiri (KPM) misalnya telah mengujicobakan koperasi sebagai bisnis center, dan telah membangun relasi dengan jaringan pertokoan oleh-oleh. Dan hasil uji tersebut masih perlu dibenahi agar mampu mendukung tujuan utama mereka agar menguntungkan bagi perempuan. EKONOMI KERAKYATAN 10
  • 11. 11 KEPEMIMPINAN PEREMPUAN Angka Kekerasan Tinggi, Pemerintah dan Masyarakat Perlu Bersinergi Oleh: Sri Wahyuni, Pelaksana Divisi Pemberdayaan Perempuan YSKK asus-kasus kekerasan seksual terhadap Kperempuan dan anak seperti sebuah fenomena gunung es yang kelihatan hanya bagian atasnya saja, tetapi faktanya masih banyak kasus-kasus yang tidak terungkap ke permukaan. Beberapa waktu belakangan ini aksi kekerasan kembali marak bermunculan bahkan semakin hari jumlah angkanya semakin meningkat. Pelaku kekerasannya pun sangat beragam dan berasal dari berbagai latar belakang, dan mayoritas bisa dibilang berasal dari lingkungan terdekat korban (keluarga, teman, ataupun pacar). Pun demikian yang terjadi di Kabupaten Gunungkidul. Berdasarkan data yang dihimpun Badan Pemberdayaan Masyarakat, Perempuan & Keluarga Berencana (BPMP&KB) Kab. Gunungkidul, jumlah kekerasan terhadap perempuan tahun 2014 sebanyak 40 kasus, tahun 2015 meningkat menjadi 44 kasus. Bahkan Kepolisian Resor (Polres) Gunungkidul mencatat selama tahun 2016 terjadi 26 kasus kekerasan terhadap perempuan dan anak. Sementara itu Women Crisis Center Rifka Anisa merilis data yang tidak kalah mengejutkan. Tercatat pada tahun 2015 kasus kekerasan yang rentan menimpa perempuan dan anak tersebut melonjak hingga 313 kasus. Atau meningkat 61 kasus dibandingkan tahun 2014. Dari 313 kasus 15 diantaranya merupakan kasus kekerasan yang dialami anak-anak dan remaja putri berusia rata-rata 8-17 tahun. Terjadinya kasus-kasus kekerasan seksual terhadap perempuan dan anak tentunya tidak terlepas dari banyak faktor, diantaranya keegoisan orang tua, lemahnya kontrol pendidik terhadap anak- anak didik, abainya tanggungjawab masyarakat, lemahnya komitmen dan kinerja sebagian birokrat, serta lemahnya kontrol anggota dewan. Kecenderungan kasus kekerasan terhadap perempuan dan anak yang terus meningkat di Kabupaten yang mendapat julukan “Kota Thiwul” ini semakin mengundang keprihatinan banyak pihak. Baik ©Amy Supadmi | 2016
  • 12. pemerintah, kepolisian, dinas-dinas terkait dengan isu perempuan dan anak, serta tak terkecuali lembaga swadaya masyarakat (LSM). Angka kekerasan terhadap perempuan dan anak dapat ditekan apabila ada sinergitas berbagai pihak untuk bersama melakukan pencegahan dan tindakan jika terjadi kekerasan. Pasalnya kasus kekerasan terhadap perempuan dan anak memang sudah seharusnya menjadi perhatian seluruh elemen masyarakat, terlebih bagi pemerintah baik dari level desa, daerah bahkan sampai ke pusat. Yayasan Satu Karsa Karya (YSKK) sebagai salah satu organisasi masyarakat sipil yang fokus dalam isu perempuan dan anak, tahun 2015 lalu mengkonsolidasikan kembali pos data dan informasi perempuan dan anak tingkat desa yang telah dirintis sejak tahun 2012. Pos data dan informasi yang diberi tajuk TIFA (Tim Informasi dan Advokasi) dan TAPA (Tim Advokasi Perempuan dan Anak) ini tersebar di 8 desa yang terletak di 5 kecamatan Kabupaten Gunungkidul. Delapan desa tersebut antara lain 2 desa di Kecamatan Ngawen yakni Watusigar dan Sambirejo, 2 desa di Kecamatan Semin yaitu Semin dan Kalitekuk, 2 Desa di Kecamatan Karangmojo yaitu Ngawis dan Karangmojo, desa Kemiri di Kecamatan Tanjungsari, dan desa Natah di Kecamatan Nglipar. Pos informasi ini selain sebagai pusat data dan informasi tentang perempuan dan anak di tingkat desa, para kader perempuan yang kebetulan mendominasi kepengurusan di dalam tim ini sepakat untuk melakukan upaya pencegahan dan penanganan kasus kekerasan terhadap perempuan dan anak yang terjadi di desa mereka. Sebagai elemen masyarakat yang turut bertanggung jawab terhadap nasib generasi penerus bangsa, kelompok perempuan tingkat desa bersama dengan pemerintah desa melalui pos informasi ini mengupayakan pencegahan di tingkat masyarakat dengan melakukan sosialisasi-sosialisasi kekerasan terhadap perempuan dan anak baik di kalangan remaja, forum-forum PKK serta forum RT/RW di padukuhan-padukuhan. Melalui kegiatan semacam ini diharapkan kesadaran kritis masyarakat mengenai pentingnya menekan dan mencegah terjadinya kekerasan dapat terbangun. Hal ini serupa dengan yang dilakukan TIFA Desa Ngawis yang dipelopori Murjikem, selama kurang lebih 1 tahun sudah melakukan pendampingan korban KDRT yang ada di Desa tersebut. Selain itu juga rutin melakukan sosialisasi-sosialisasi anti kekerasan terhadap perempuan dan anak melalui forum-forum padukuhan yang ada. Dalam melakukan sosialisasi, TIFA ini menggandeng beberapa pihak berkepentingan dan kompeten di bidangnya masing-masing. Upaya-upaya preventif dan penanganan kasus kekerasan terhadap perempuan dan anak ini jelas tidak bisa hanya dilakukan sendiri oleh satu kelompok atau elemen saja. Butuh sinergi antar pihak agar sistem pencegahan dan penanganan kekerasan dapat berjalan dengan optimal. Hal ini dibuktikan tim TIFA yang ada di Desa Ngawis, Kecamatan Karangmojo dalam melakukan penanganan kasus kekerasan yang terjadi di Desa Ngawis. Mereka berjejaring dengan beberapa pihak diantaranya kepolisian dalam upaya hukum dan pengamanan, pemerintah desa, tokoh agama, tokoh masyarakat, serta dinas terkait seperti BPMP&KB Kabupaten Gunungkidul kaitannya dengan akses penguatan ekonomi pasca penanganan kasus. Sinergi semacam ini jelas menjadi kebutuhan mutlak dalam upaya pencegahan dan penanganan kasus kekerasan terhadap perempuan dan anak. Karena tanpa adanya sinergi antar pihak (keluarga, masyarakat, sekolah, aparat penegak hukum, serta pemerintah mulai dari level desa, daerah, sampai dengan pusat), maka niscaya angka kekerasan di Kabupaten Gunungkidul tidak bisa ditekan. KEPEMIMPINAN PEREMPUAN 12 “Dalam bekerja atau menangani kasus kekerasan yang ada di level desa pun kita (TIFA) tidak bisa bekerja sendirian, karena susah. Makanya kita selalu melibatkan pemerintah desa, tokoh-tokoh masyarakat, BPMPKB, bahkan juga pihak Polsek (Kepolisian Sektor) untuk mendukung serta bersama-sama dengan kami mengurai masalah kekerasan terhadap perempuan dan anak,” ujar Ketua TIFA Desa Ngawis, Murjikem. Kelompok perempuan saat audiensi dengan Kaukus Perempuan Parlemen Gunungkidul.
  • 13. JEJAK LANGKAH 13 Sebuah Upaya Membangun PAUD Ramah Anak ersoalan akses Pendidikan Anak Usia Dini sekiranya bukan menjadi persoalan urgent lagi, namun persoalan baru adalah bagaimana meningkatkan kualitas layanan PAUD. Salah satu aspek yang Pperlu diperhatikan adalah bagaimana pendidikan yang diselenggarakan ramah terhadap anak, dimana sekolah secara sadar berupaya menjamin dan memenuhi seluruh aspek kehidupan anak. Hal ini kemudianmenjadilandasanpikirYSKKmendorongLPAUDuntukmenyelenggarakanPAUDRamahAnak. Mengembangkan Indeks PAUD Ramah Anak Memperkuat kapasitas pengelola dan kelembagaan PAUD agar Ramah Anak Membangun sinergitas dengan berbagai pihak Mendorong kebijakan PAUD yang Ramah Anak Strategi yang digunakan:
  • 14. GAGASAN 14 emakin meningkatnya angka kekerasan terhadap Sanak, baik yang terjadi dalam keluarga, di sekitar lingkungan, serta di sekolah dengan pelaku orang dewasa maupun anak. Sebagai orang tua, dimana merupakan orang yang paling dekat dengan anak sungguh harus memperhatikan dan mengupayakan untuk melakukan pencegahan kekerasan minimal terhadap anak sendiri. Sebagai orang tua tentu tidak mungkin untuk mengurung anak agar terhindar kekerasan, dan tindakan ini sendiri merupakan bentuk kekerasan. Lalu bagaimana orang tua dapat melakukan pencegahan kekerasan terhadap anak? Tindakan pencegahan anak antara anak usia dini dengan anak usia SD sampai SMA tentu akan berbeda. Orang tua perlu mengambil tindakan preventif yang sesuai dengan tingkat perkembangan dan pemahaman anak. Setidaknya ada 3 upaya sederhana yang dapat dilakukan oleh orang tua untuk pencegahan kekerasan pada anak di usia di bawah 6 tahun. Pertama, orang tua perlu mengenali lingkungan sekolah tempat anak bersekolah. Mengenali ini bermakna bahwa orang tua tidak begitu saja menyerahkan dan tidak tahu menahu mengenai dinamika yang terjadi di sekolah. Orang tua punya tanggung jawab untuk memonitoring perkembangan anak di sekolah. Untuk melakukan ini tentu saja orang tua harus mengenali lingkungan sekolahnya, mengenali pendidiknya, bagaimana pola- pola pendidik dalam mendampingi anak, mengenali teman-teman dari anaknya dan orang tuanya. Sehingga memang orang tua harus menyempatkan diri ke sekolah untuk bisa berkumpul dengan orang tua lain dan menjadi penting untuk mengenal bagaimana mereka, dan melalui berkumpul ini orang tua jadi tahu dinamika yang terjadi di sekolah. Selain itu juga perlu memastikan selama di lingkungan sekolah dijaga aman oleh pihak di sekolah. Misalnya apakah guru masih menunggui ketika anak belum dijemput orang tua. Kedua, mengenali lingkungan tempat anak sering bermain. Hal ini penting karena anak usia dini memang menjadi masa bersosialisasi. Anak perlu bermain dengan teman sebaya. Ketika bermain awasi. Selain itu orang tua juga harus mengenali orang-orang yang tinggal di dekatnya, dan tentu ketika mengetahui gelagat yang tidak baik dari orang lain bisa melaporkan ke pihak yang berwenang. Ketiga, membangun komunikasi dengan anak. Anak usia dini tentu masih memiliki keterbatasan pemahaman mengenai apakah kekekerasan itu dan bagaimana kekerasan terjadi. Ini akan mudah kalau dengan anak yang usianya lebih besar. Komunikasi tentu harus menggunakan dengan bahasa yang dipahami oleh anak. Dengan pertanyaan yang sederhana tentu sebagai orang tua mampu mendeteksi gejala- gejala kekerasan yang terjadi. Orang tua harus menyempatkan diri berkomunikasi dengan anak. Misalnya: di sekolah hari ini kegiatannya apa? Kegiatan apa yang tidak kamu suka? Dsb. Untuk meminimalisir dan mencegah tindak kekerasan terhadap anak memang sangat membutuhkan partisipasi dan kesadaran banyak pihak. Dalam UU No 35 tahun 2014 tentang perlindungan anak disana disebutkan siapa saja yang memiliki kewajiban untuk melakukan pemenuhan terhadap hak anak, yaitu negara, pemerintah Daerah, Masyarakat dan Orangtua. Maka sangat penting untuk kemudian semua komponen – komponen ini bersatu dan membangun kesadaran yang sama akan pentingnya perlindungan dan pemenuhan hak anak. Dengan demikian maka kekerasan terhadap anak akan dapat diminimalisir. “ Setiap anak dilahirkan dalam keadaan fithrah, maka kedua orang tuanyalah yang membuat dia (memiliki karakter) yahudi, atau (memiliki karakter) nasrani atau (memiliki karakter) majusi.” ( HR. Muslim ) Mencegah Kekerasan Terhadap Anak Oleh: Lusiningtias, Kadiv Pemberdayaan Perempuan YSKK
  • 15. PROFIL 15 Murjikem Berdayakan Korban KDRT dengan Kekuatan Jejaring “Sudah bukan saatnya lagi perempuan yang menjadi korban KDRT (Kekerasan Dalam Rumah Tangga) berdiam diri dan memendam luka. Kita perlu mendorong mereka untuk keluar rumah, bersosialisasi. Paling tidak ketika bersosialisasi dengan orang lain—yang senasib, mereka punya semangat untuk maju,” terang Murjikem, perempuan paruh baya yang merupakan Ketua Tim Informasi dan Advokasi (TIFA) Desa Ngawis, Karangmojo, ©Amy Supadmi | 2016 Siang itu, Selasa (29/03) perempuan kelahiran 1 Oktober 1965 itu sedang sibuk memisahkan kacang tanah dari batangnya bersama dua perempuan lainnya. Ia menuturkan setelah menjalani aktivitas di luar rumah, ia akan disibukkan dengan ladang pertaniannya. Seperti pagi itu, ia telah menghadiri pertemuan UPK (Unit Pengelola Keuangan) di kecamatan. Kekerasan dalam rumah tangga yang dialami perempuan dan anak memang masih menjadi hal tabu bagi masyarakat di sekitar tempat tinggalnya. Korban KDRT lebih memilih untuk menyimpan luka itu rapat-rapat dibandingkan mencari bantuan untuk melawan. “Jangankan melindungi diri sendiri, masyarakat sendiri belum tahu KDRT itu seperti apa,” ujar perempuan yang penbawaannya ramah ini. Bersama dengan anggota TIFA ia mensosialisasikan berbagai hal terkait KDRT melalui pertemuan- pertemuan informal seperti PKK, rapat desa, arisan dan lain sebagainya. Selain itu, dalam melakukan pendekatan kepada korban ia tidak bisa secara serta merta mendapatkan informasi. Akan tetapi melalui proses yang panjang, karena harus mengubah pola pikir korban.
  • 16. PROFIL 16 Menurutnya menangani korban KDRT membutuhkan kesabaran yang luar biasa. Karena dari pengalaman yang ia miliki, korban seringkali berhenti di tengah jalan—tidak melanjutkan proses advokasi—karena takut dengan suami yang dalam hal ini melakukan tindak kekerasan. “Pernah ada korban yang disembunyikan di rumah orangtuanya agar tidak bertemu dengan pelaku yang pada saat itu adalah suami. Untuk melakukan ini kami (TIFA) bekerja sama dengan pemerintah desa. Akan tetapi, malamnya si korban ini justru kabur bersama anaknya, yang kemungkinan besar bertemu dengan suaminya,” kenangnya. Kendati demikian, TIFA Desa Ngawis, Karangmojo, Gunungkidul yang telah diinisiasi sejak tahun 2009 telah mampu memberikan meningkatkan kapasitas korban KDRT melalui pelatihan yang diselenggarakan BPMP&KB Kabupaten Gunungkidul. Perempuan-perempuan korban yang kami dampingi ini lebih banyak yang kategori ditinggal suami karena faktor ekonomi. Suami merantau dan tidak kembali. Agar mereka berdaya kami membangun jejaring dengan BPMP&KB kabupaten. Alhamdulillah ada alumni peningkatan kapasitas yang membuka salon dan ramai,” tutur Murjikem. Selain dengan BPMP&KB, TIFA Desa Ngawis juga berjejaring dengan Dinsos, Diperindagkop, dan lain sebagainya. Melalui jejaring yang dibangun, TIFA Desa Ngawis menjadi rujukan data & informasi bagi instansi pemerintahan dalam mengakses data terkait perempuan dan anak. Perempuan dapat meminimalisir terjadinya kekerasan dalam rumah tangga ketika mereka dapat mandiri secara finansial maupun wawasan. Untuk itu Ibu dari dua orang anak perempuan ini ingin perempuan—baik korban KDRT maupun bukan, Perempuan Mandiri untuk mandiri. “Jangan hanya mengandalkan lelaki atau suami, selama masih diberi kesehatan harus selalu berusaha melakukan kegiatan yang berarti bagi diri sendiri, oranglain dan masyarakat,” ujarnya di lain kesempatan. Ia tidak menampik perempuan yang telah berkeluarga akan memiliki kesibukan dalam mengurus rumah tangga. Tapi hal tersebut dapat dikomunikasikan dengan suami, agar ketikga perempuan memiliki aktivitas di luar rumah tidak menganggu perannya sebagai seorang istri dan ibu. “Saya ini kalau ada aktivitas di luar rumah dari pagi sampai sore bahkan malam, suami tidak akan bertanya ataupun mengeluh. Karena sejak awal sudah ada komunikasi yang baik antara saya sebagai istri dan suami. Kan kalau semua diawali dengan baik, mengerjakan apa-apa juga enak, hati dan pikiran tenang,” pungkasnya. Murjikem saat terlibat dalam kegiatan konsolidasi TIFA-TAPA, 9 Februari 2016, di Balai Desa Ngawis, Karangmojo, Gunungkidul.
  • 17. TIPS SANG INOVATOR 17 Bunda Rida Panca Rahmawati, Bunda Sri Hartini, Bunda Rahmasari Mega Angkasa, merupakan pendidik Taman Pintar Candi Asri, Desa Ngreco Kecamatan Weru Kabupaten Sukoharjo. Ketiga bunda ini tidak muluk-muluk dalam mengimplementasikan PAUD yang Ramah Terhadap Anak, namun untuk memperhatikan terpenuhinya Hak- Hak Anak dalam penyelenggaraan bermain dan belajar di lingkup TP. Candi Asri. Nah, apa saja yang perlu diperhatikan pendidik! Yuks simak tips mereka. 1. Bunda harus RAMAH Menjadi Bunda Pendidik Anak Usia Dini (AUD) harus banyak senyum, dan menunjukkan sikap yang hangat baik terhadap anak maupun orang tua anak. Sikap kehangatan yang ditunjukkan akan membuat anak merasa nyaman berada di sekitar orang- orang dewasa dan akan merangsang kedekatan. Dan orang tua yang menitipkan anaknya untuk didampingipun akan nyaman dan aman pula, karena menyerahkan anak mereka ke orang yang dipercaya. 2. Pahami Karakter Anak Memahami karakter anak haruslah dilakukan oleh para Bunda Pendidik AUD, karena dengan memahami karakter anak satu demi satu akan mudah dengan orang tua murid selama 5 menit, dan perlu juga melibatkan anak. Melalui komunikasi yang terbuka ini akan memungkinkan orang tua dan atau pendidik untuk saling memberikan masukan bahkan supporting untuk perkembangan anak mereka. 5. Bunda harus kreatif Bunda pendidik juga harus kreatif. Dengan kreatif, anak tidak akan pernah bosan, bahkan dapat merangsang anak untuk kreatif pula. Metode yang monoton tentu akan berpengaruh terhadap motivasi anak untuk mengikuti proses dengan baik. 6. Jadilah anak ketika bersama dengan anak-anak Dan tips yang terakhir ketika bunda pendidik bersama dengan anak, maka jadilah anak. Bahasa lisan dan bahasa tubuh juga harus yang mudah diterima oleh anak. Misalnya kalau berbicara dengan anak tentu bunda pendidik perlu mensejajarkan diri dengan anak, dan bukan anak yang menengadah ke atas. Kalau mau mengajarkan berguling-guling, maka bunda pendidik pun harus berguling- guling. Menjadi bunda PAUD itu enak, karena selalu tertawa dan bahagia. Pahami Karakter Anak, Menjadi Kunci PAUD membangun komunikasi dengan anak. Hal ini menekankan prinsip bahwa setiap anak adalah unik. Memahami karakter anak akan membantu para bunda pendidik untuk menentukan metode pendekatan yang efektif untuk mentransformasi tata nilai, sikap, serta pengetahuan ke anak. 3. Hargai pendapat dan hak-hak anak Yang penting lagi adalah ketika melakukan proses bermain dan belajar baik di kelas maupun di luar kelas hargai pendapat serta melibatkan anak dalam pengambilan keputusan. Sebagai misal dalam merencanakan kegiatan pun anak pantas untuk dilibatkan, apa yang mereka inginkan. Kecenderungannya adalah ketika melakukan kegiatan dengan mendengarkan pendapat anak membuat anak termotivasi. Inilah menjadi tugas bunda pendidik untuk menyesuaikan keinginan anak dengan tema-tema (tahapan pencapaian indikator) dalam proses belajar dan bermain. 4. Bangunlah Komunikasi yang terbuka Komunikasi yang terbuka antara pendidik – orang tua (wali siswa) – anak didik haruslah dilakukan. Menyempatkan diri berbicara ©YSKK/P.D&I/Amy Supadmi | 2016
  • 18. KABAR PROGRAM 18 Sukoharjo – “Mendongeng itu s a r a n a a t a u m e d i a u n t u k membentuk karakter anak melalui c e r i t a . A k t iv i t a s t e r s e b u t memerlukan metode maupun strategi, salah satunya metode CAS- CIS-CUS.” Kata pendidik PAUD Lazuardi Kamila Solo, Muhammad Nasyir. Hal tersebut terungkap dalam acara Temu Inspiratif Pendidik PAUD yang difasilitasi P r o g r a m P A U D D i v i s i Pemberdayaan Anak Yayasan Satu KarsaKarya(YSKK)Sukoharjo. Kegiatan ini dilaksanakan pada Sabtu, 23 April 2016 di Taman Pintar Permata Hati Desa Ngreco, Weru, Sukoharjo, Jawa Tengah. Workshop kali ini difasilitatori Dewangga Saputra dan Antonia Satrianti selaku pendamping PAUD di beberapa desa di Kecamatan Weru. Sekitar 21 perempuan pendidik PAUD aktif mengikuti Kegiatan ini dari jam 8.30 hingga 15.00. K a k N a s y i r m e n g a t a k a n mendongeng itu tidak perlu banyak jenis suara dan tokoh, “Dalam mendongeng terlalu banyak jenis suara dan tokoh malah akan merusak konsentrasi pendongeng. Sehingga cukup dua tokoh dan dua jenis suara saja, agar anak-anak mudah menyerap pesan moral dalam dongeng yang ibu-ibu sampaikan. Dan dalam mendongeng cukupgunakanCAS-CIS-CUSsaja”. L e b i h l a n j u t , K a k N a s y i r menjelaskan, “CAS singkatan dari Cipta Aksi Super; CIS, Cipta Imajinasi Super; dan CUS, Cipta Usulan Super. CAS merupakan pembuka dongeng dengan aksi yang menggugah perhatian anak-anak. CIS adalah imajinasi pendidik saat menjelaskan cerita dongengnya. Sementara CUS adalah internalisasi pesan moral dongeng kepada anak- anaksebagaipenutupdongeng”urai Selesai mendengarkan presentasi Tips dan Trik Mendongeng, para pendidik praktik membuat dongeng dan diperagakan di depan peserta untuk dievaluasi. Tiga peserta membawakan dongeng yang dibuatnya dan mendapatkan penghargaandaripenyelenggara. Yatmini, salah satu pendidik PAUD Permata Hati di akhir acara mengatakan, “kegiatan semacam ini p e n t i n g d i l a k u k a n u n t u k menyegarkan dan memperbarui strategi pembelajaran PAUD yang s e r i n g d i l a k u k a n d e n g a n mendongeng. Ke depan kami berharap pelatihan mendongeng dilakukan beberapa kali setiap tahunnya.”(BonnieEB) Mendongeng dengan CAS-CIS-CUS Stakeholders sekolah turut berperan serta dalam menciptakan lingkungan sekolah yang baik. Dalam hal ini, keberadaan stakeholders seperti orang tua siswa, komite sekolah dan sekolah. Salah satu sekolah dampingan YSKK, SDN Kleco 1 Surakarta , terdapat 1 komunitas lagi yang turut mewarnai dialektika dalam tata kelola sekolah yakni paguyuban kelas. Paguyuban itu semacam organisasi orang tua siswa dalam setiap kelas. Pada Senin, 11 April 2016 diselenggarakan pertemuan Komite Sekolah membahas sinergi antara sekolah, komite sekolah maupun paguyuban wali murid kelas. Hal ini dilakukan dilatarbelakangi selama ini yang berperan aktif berkomunikasi dengan orang tua yakni paguyuban kelas, dan jalur komunikasi dengan komite sekolah belum terbangun dengan baik. Disisi lain, secara formal kelembagaan yang diakui secara resmi sesuai PP 17 Tahun 2010 tentang Penyelenggaraan dan Pengelolaan Pendidikan yakni Komite Sekolah. Maka dari itu, dibutuhkan sinergi dan penataan yang jelas bagaimana kedudukan, fungsi maupun mekanisme hubungan antara orang tua siswa, paguyuban, sekolah dan komite sekolah. “Kami ingin menginventarisir kebutuhan apa yang memang harus dibenahi agar dimasa mendatang komunikasi yang terjalin antar stakeholders di SDN Kleco bisa makin baik” tegas Trijono, Ketua Komite Sekolah SDN Kleco 1 Surakarta. Dalam pertemuan tersebut terungkap beberapa hal yang akan dibenahi sehingga komunikasi yang terbangun makin baik. Penting(kah) Sinergisitas Stakeholder Sekolah
  • 19. KABAR PROGRAM 19 Wonosari – Kelompok perempuan di Kabupaten Gunungkidul memerlukan kapasitas tertentu dalam partisipasinya mengawal pelaksanaan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa (UU Desa). Hal tersebut mengemuka dalam acara Seminar Pengawalan Implementasi UU Desa di Bangsal Sewoko Projo, Wonosari pada Kamis (7/4). Seminar ini menghadirkan 4 (empat) narasumber. Muhammad Farkhan, Kasi Keuangan dan Kekayaan Bagian Administrasi Pemerintahan Desa; Tri Sutarno, Kepala Desa Semin, Semin; Melisa Rachmat, kader perempuan Desa Sambirejo, Ngawen; dan Lusiningtias, Kepala Divisi Pemberdayaan Perempuan YSKK. Melisa Rocmat (29 tahun) mengatakan, kelompok perempuan dan pemerintah desa perlu bersinergi untuk mengawal implementasi UU Desa. “Pertama, perempuan harus tahu cara membaca dokumen desa seperti APBDes, RPJMDes, dan lainnya. Kedua, pemerintah desa harus menyediakan informasi tersebut bagi masyarakat.” Melisa menambahkan, “Perempuan bisa mengawal UU Desa dengan terlibat Musrenbangdes, untuk itu harus memiliki dokumen desa. Sehingga mereka dapat memastikan usulan dan program yang diprioritaskan bagi kesejahteraan perempuan”. Melisa menandaskan, sebelum terlibat Musrenbangdes perempuan harus menyiapkan basis data dan informasi yang kuat terkait perempuan dan anak agar usulannya tidak dimentahkan oleh perangkat desa. Peran berbagai pihak untuk mengawasi implementasi UU Desa sangat diperlukan, tak terkecuali kelompok perempuan. Terlebih pada 2016 ini sebanyak 144 desa se-Gunungkidul akan mengelola dana desa sebesar Rp. 207.654.264.960,-. Agar dana desa sebesar itu juga menyasar kepada kelompok perempuan.(red) Modal Perempuan Mengawal UU Desa Sukoharjo – Beberapa pepatah bijak mengatakan, “Yang terucap akan lenyap tertiup angin dan tak berjejak, sedangkan yang tertulis akan abadi.” Sejarawan, filsuf, dan penulis Amerika Serikat mengatakan, “Scripta manent verba volant: kata-kata tertulis, abadi; kata-kata terucap, lenyap.” Di sisi lain, sebagai lembaga pemberdayaan masyarakat sejak 2001, Yayasan Satu Karsa Karya (YSKK) juga berkepentingan mengendapkan hasil-hasil pergumulannya dengan masyarakat dalam bentuk dokumentasi tertulis. Agar tranformasi sosial yang terjadi di masyarakat karena bersinggungan dengan YSKK bisa menyebar luas kepada masyarakat pembaca. Filosofi dan tujuan itulah yang mendasari Divisi Pengelolaan Data dan Informasi (PD & I) menyelenggarakan Dapur Inovasi – Menulis Dokumentatif Catatan Lapangan. Kegiatan tersebut diselenggarakan pada Jumat (8/4) di ruang pertemuan YSKK. Dapur Inovasi kali ini difasilitasi oleh Ana Susi Yuniasri selaku Kepala Divisi PD & I. ”Catatan lapangan penting dibuat menyesuaikan kebutuhan lembaga. Sebab, hal tersebut akan menjadi sumber informasi dan memudahkan lembaga dalam mengelolan data dan informasi yang dihasilkan dari aktivitas teman-teman pelaksana program.” kata Ana Susi dalam pembukaan Dapur Inovasi seri kedua ini. Dapur Inovasi kali ini diikuti semua Badan Pelaksana Program YSKK, dari direktur eksektif, kepala divisi hingga para pengelola/pelaksana program. Kegiatan diawali pemaparan singkat mengenai kerangka penulisan catatan lapangan yang dikonstruksi sesuai kebutuhan lembaga. Selesai mendengarkan pemaparan singkat, peserta menanyakan beberapa hal untuk memperdalam pemahaman tentang penulisan dokumentatif catatan lapangan. Aktivitas dilanjutkan dengan proses menuliskan aktivitas yang dilakukan para peserta selama seminggu terakhir. Dari hasil penulisan, beberapa teman menunjukkan peningkatan signifikan dalam menulis catatan lapangan. Di akhir kegiatan, Kepala Divisi PD & I berharap Dapur Inovasi kali ini dapat membantu pelaksana program menuliskan aktivitas lapangannya secara terstruktur, runtut, dan sistematis. Sehingga aktivitas pemberdayaan masyarakat YSKK dapat tersebar luas ke masyarakat luar secara informatif. Di sisi lain, imbuh Susi, materi Dapur Inovasi kali juga untuk menguatkan kapasitas para pelaksana program. (Bonnie EB) Menulis Catatan Lapangan itu Penting!
  • 20. AGENDA PROGRAM 20 Divisi Pemberdayaan Perempuan Divisi Pemberdayaan Anak 1) Workshop Pengembangan Usaha Koperasi dengan tema :“Gairah Koperasi Dalam MembangunEkonomiPerempuan”–Mei2016 2) PelatihanKewirausahaanBagiAnggotaKoperasi–Juli2016 3) WorkshopKelembagaanPosInformasiPerempuandanAnakTingkatDesa–Mei2016 Tujuan dari kegiatan ini antara lain : 1) Mempersiapkan restrukturisasi Koperasi, 2) Meningkatkan kemampuan pengurus koperasi dalam melakukan penggalangan modal swadana,3)Mereviewkembalitujuan besarkoperasiperempuan.Kegiatan inidirencanakan akan dilaksanakan pada minggu kedua bulan mei 2016 dan diikuti oleh 30 orang yang merupakanpengurus,pengawasdananggotadari3KoperasiWanitayangdidampingiYSKK. Dandifasilitasiolehtimdivisipemberdayaanperempuan. Tujuan dari kegiatan ini adalah 1) Meningkatkan motivasi anggota koperasi dalam mengelola usaha, 2) Meningkatkan kemampuan anggota koperasi dalam menyusun rencana usaha. Hasil dari pelatihan ini antara lain 1) anggota koperasi memiliki motivasi yang kuat untukmengelolausaha,2)anggotakoperasimemilikirancanganpengembanganusaha. Tujuan dari kegiatan ini adalah 1) Merumuskan bentuk kelembagaan Pos Informasi perempuan dan anak tingkat desa, seperti struktur kelembagaan, program dan kegiatan 2) Merumuskanruanglingkupaktivitasdariposinformasi.HasilDarikegiataniniantaralain1) Adanya rumusan bentuk/konsep kelembagaan pos informasi perempuan dan anak, 2) adanya rumusan ruang lingkup aktivitas dari pos informasi perempuan dan anak tingkat desa. 1) SeminarPendidikan–Mei2016 2) PertemuanStakeholderPAUDtingkatKecamatanWeru–April2016 3) PenelitianPenyusunanIndeksSekolahMANTAP–April-Juni2016 Seminar pendidikan yang digelar di Surakarta dengan mengambil tema “Mewujudkan Tata Kelola Pendidikan Sebagai Alat Ukur Performance Sekolah, Mungkinkah ?” ini bertujuan untuk membedah bagaimana konsep MBS yang dimaksudkan oleh UU No 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, mendapat gambaran tata kelola satuan pendidikan yang sudah menerapkan MBS dan tantangan yang dihadapi, serta memperoleh gambaran sejauh mana partisipasi masyarakat dalam tata kelola satuan pendidikan terutama memenuhiprinsipakuntabilitasdanpartisipasi. Tujuandarikegiatanpertemuanstakeholderiniadalahmensosialisasikanmengenaikondisi Pendidikan Anak Usia Dini dan perkembangan PAUD di Kecamatan Weru, serta mendorong peransertastakeholderdalammendukungkeberlanjutanPAUDdiKecamatanWeru. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan indikator tata kelola sekolah yang manajemennya sudah TAP sekaligus merumuskan ukuran, rentang nilai, batas atas batas bawahpoinTAP.