SlideShare una empresa de Scribd logo
1 de 8
PERKEMBANGAN MORAL ANAK USIA DINI
Di susun untuk memenuhi mata kuliah
“Perkembangan Peserta Didik”
Yang dibina oleh Dra. Sutji Rahaju, M. Si.
Disusun Oleh :
Binti Sulistiorini (100153405967)
UNIVERSITAS NEGERI MALANG
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
JURUSAN KEPENDIDIKAN SEKOLAH DASAR DAN PRASEKOLAH
PROGRAM STUDI S1 PAUD
APRIL 2011
KATA PENGANTAR
Alahamdulillah, segala puji dan syukur penulis panjatkan kepada ALLAH SWT, atas segala
limpahan kerunia serta limpahan Rahmat dan Hidayahnya sehingga Makalah yang berjudul
“Perkembangan Moral Anak Usia Dini” ini dapat diselesaikan dengan baik.
Meskipun segala upaya dan pikiran telah penulis tuangkan, tetapi penulis menyadari adanya
keterbatasan pengetahuan dan pengalaman. Oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan
saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan penyusunan selanjutnya.
Semoga bantuan dan bimbingan yang telah diberikan kepada penulis akan mendapatkan
imbalan yang sesuai dengan ridho ALLAH SWT. Penulis berharap semoga penyusunan
makalah ini dapat bermanfaat bagi semua pihak, terutama untuk meningkatkan mutu
pendidikan di TK.
Blitar, April 2011
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman Judul…………………………………………………………………….i
Daftar Isi………………………………………………………………………….ii
Kata Pengantar……………………………………………………………………iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah……………………………………………………1
B. Rumusan Masalah…………………………………………………………1
C. Tujuan Penulisan…………………………………………………………..2
BAB II PEMBAHASAN
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan dan Saran…………………………..…………………………6
DAFTAR
PUSTAKA…………………………………………………………………………………7
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Karya tulis ilmiah merupakan karya tulis yang di susun oleh ilmuan atau masyarakat
akademis sebagai karya puncak atau karya monumental yang menandai kapakarannya.
Karya ilmiah pada dasarnya merupakan sarana penyampaian informasi baru yang berbentuk
gagasan, kajian, atau temuan hasil penelitian yang berkaitan dengan bidang-bidang keilmuan
yang digelutinya.
Karya tulis ilmiah dirancang dengan tujuan dan maksud tertentu. Oleh karena itu, maka kita
melihat beberapa karya tulis ilmiah dalam beberapa bentuk, seperti makalah, artikel,
proposal, skripsi, tesis atau disertasi. Masing-masing bentuk karya tulis tersebut memiliki
format yang berbeda sesuai dengan tujuan dan maksud penulisannya.
Ada berbagai manfaat akademis yang dapat diperoleh bila menekuni kegiatan karya ilmiah,
misalnya terpacu membaca secara selektif, terlatih menggabungkan hasil bacaan,
menyarikan, dan mengembangkannya, terbiasa melacak atau mencari informasi di
perpustakaan, terbiasa menemukan fakta, mengorganisasikan, dan menyajikan fakta secara
jelas dan sistematis, terbiasa berpikir ilmiah, baik secara induktif, dedukatif, maupun
penggabungan keduanya, mendapatkan kepuasan intelektual, dan turut andil dalam membuka
cakrawala iptek bagi masyarakat.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian di atas maka terdapat rumusan masalah sebagai berikut:
C. Tujuan Pembahasan
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka terdapat beberapa tujuan al:
1. menjelaskan tentang pengertian karyta ilmiah.
2. menjelaskan tentang sikap ilmiah.
3. menjelaskan jenis-jenis karya ilmiah.
4. menjelaskan langkah-langkah penulisan karya ilmiah.
5. menjelaskan pengertian kerangka dan langkah-langkah penyusunan kerangka.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Moral, Sikap dan Nilai
Moral berasal dari kata latin “mores” yang berarti tata cara , kebiasaan, dan adat. Perilaku
sikap moral berarti perilaku yang sesuai dengan kode moral kelompok sosial, yang
dikembangakan oleh konsep moral. Yang dimaksud dengan konsep moral ialah peraturan
perilaku yang telah menjadi kebiasaan bagi anggota suatu budaya. Konsep moral inilah yang
menentukan pola perilaku yang diharapakan dari seluruh anggota kelompok.
Menurut piaget (sinilungan, 1997), hakikat moralitas adalah kecenderungan menerima dan
menaati sistem peraturan. Selanjutnya, kohlberg (gnarsa, 1985) mengemukakan bahwa aspek
moral adalah sesuatu yang tidak dibawa dari lahir, tapisesuatu yang berkembang dan dapat
diperkembangkan/dipelajari. Perkembangan moral merupakan proses internalisasi
nilai/norma masyarakat sesuai dengan kematangan dan kemampuan seseorang dalam
menyesuaikan diri terhadap aturan yang berlaku dalam kehidupannya. Jadi, perkembangan
moral mencangkupaspek kognitif yaitu pengetahuan tentang baik/buruk atau benar/salah, dan
aspek afektif yaitu sikap perilaku moral itu dipraktekkan. piaget mengajukan perkembangan
moral, yang digambarkan pada aturan permainan. Menurut beliau hakekat moralitas adalah
kecenderungan menerima dan menaati sistem peraturan.Piaget membagi perkembangan
menjadi 3 fase yaitu:
a. fase absolut
anak menghayati peraturan sebagai suatu hal yang dapat diubah, karena berasal dari otoritas
yang dihormatinya. Disini peraturan sebagai moral adalah obyek eksternal yang tidak boleh
diubah.
b. fase realitas
anak menyesuaikan diri untuk menghindari penolakan orang lain. Peraturan dianggap dapat
diubah, karena berasal dari perumusan bersama. Mereka menyetujui perubahan yang jujur
dan disetujui bersama, serta merasa bertanggung jawab menaatinya.
c. fase subyektif
anak memperhatikan motif/kesengajaan dalam penilaian perilaku. Perkembangan moral
dipengaruhi upaya membebaskan diri dari ketergantungan pada orang tua, meningkatkan
interaksi dengan sesama dan berkontak dengan pandangan lain. Dengan interaksi yang
bertambah luas anak makin mampu memahami pandangan orang lain dan berbagi aturan
untuk kehidupan bermoral dalam kebersamaan.
Disamping perilaku moral ada juga perilaku tak bermoral yaitu perilaku yang tidak sesuai
dengan harapan sosial karena sikap tidak setuju dengan standar sosial yang berlaku atau
kurang adanya perasaan wajib menyesuaikan diri, serta perilaku amoral atau nonmoral yaitu
perilaku yang tidak sesuai dengan harapan sosial karena ketidakacuhan atau pelanggaran
terhadap standar kelompok sosial.
Sikap adalah perilaku yang berisi pendapat tentang sesuatu. Dalam sikap positif tersirat
sistem nilai yang dipercayai atau diyakini kebenarannya. Nilai adalah suatu yang diyakini,
dipercaya, dan dirasakan serta diwujudkan dalam sikap atau perilak. Biasanya, nilai
bermuatan pegalaman emosional masa lalu yang mewarnai cita-cita seseorang, kelompok
atau masyarakat. Moral merupakan wujud abstrak dari nilai-nilai, dan tampila secara
nyata/kongkret dalam perilaku terbuka yang dapat diamati. Sikap moral muncul dalam
praktek moral dengan kategori positif/menerim, netral, atau negatif/menolak.
Anak yang bersikap positif atau menerima nilai-nilai mora, diekspresiakan dalam perilaku
yang bersimpati dalam berinteraksi dengan nilai dan orang disekitarnya, seperti mau
menerima, mendukung, peduli, dan berpartisipasi dalam kegiatan kelompok. Sikap moral
yang netral diekspresikan dalam perilaku sikap tidak memihak (mendukung atau menolak)
terhadap nilai yang ada di masyarakat. Siakp moral yang negatif diekspresikan dalam
perilaku menolak yang diwarnai emosi dan sikap negatif seperti kecewa, kesal, marah, benci,
bermusuhan, dan menentang, perhadap nilai moral yang ada di masyarakat.
Pada sikap dan perilaku moral tersirat nilai-nilai yang dianit berkaitan dengan nilai mengenai
sesuatu yang dikatakan baik dan benar, patut, dan seharusnya terjadi. Sikap moral sebagian
besar diteruskan dari generasi ke generasi melalui proses pendidiakan seumur hidup. Ada
nilai-nilai yang perlu dipertahankan, ada yangdiasimilasikan ke arah kemajuan atau
perubahan progresif, tetapi ada juga yang berubah atau bergeser karena berbagai faktor yang
mempengaruhinya. Sebagai guru, anda perlu memahami perkembangan sikap moral agar
dapat membantu peserta didik mengembangkan sikap moral yang dikendaki, mendidik
peserta didik menjadi anak yang baik, dan bersikap moral secara baik dan benar.
Nilai adalah suatu yang diyakini, dipercayai, dirasakan dan diwujudkan dalam sikap/perilaku.
1. Dotrin dan dogma
Nilai-nilai moral yang dihormati masyarakat menjadi pandangan hidup/pedoman umum
untuk perilaku tiap warga. Pedoman umum muncul sebagai doktrin/dogma suatu kelompok.
Doktrin dari suati ideologi adalah nilai-nilai berupa pendapat yang lama dikaji, dialami,
deterima suatu kelompok serta diperjuangkan untuk diwujudkan dalam masyarakat.
Dogma adalah patokan nilai-nilai agama yang dipercaya/diyakini dan diupayakan
perwujudannya oleh warganya dalam masyarakat.
2. Sikap dan kategori moral
Sikap warga terhadap suatu hal muncul dalam praktek moral dengan kategori
positif/menerima, netral, negatif/menolak.
Manusia bersikap positif terhadap hal yang memberi kepuasan pada pemenuhan kebutuhan
juga pencapaian cita-cita sesuai tujuan hidup, sikap positf muncul dalam perilaku asosiatif,
akomodatif,integratif dan konstruktif. Juga mungkin bersikap netral yaitu tak mendukung
juga tidak menolak.
Hal-hal yang mengecewakan menumbuhkan emosi dan sikap negatif. Sikap negatif terwujud
dalam perilaku yang mewarnai rasa jengkel, kecewa, benci, marah, atau bermusuhan.
3. Perilaku bermoral dan perubahan
Dalam perilaku bermoral didalamnya terdapat nilai-nilai yang dianut. Ini menunjukkan apa
yang baik, benar, patut serta seharusnya terjadi. Jika terjadi peringatan, pembuatan janji,
memulai serta maksud membela diri menyatakan penyesalan/menggambarkan suatu harapan.
Sikap moral sebagian besarditeruskan dari generasi ke generasi, penampilan sikap dapat
mengalami perubahan sejalan dengan perkembangan kepribadian yang mewarnai perilaku
seseorang. Ia aktif dan selektif membentuk sikap untuk berperilaku bermoral dalam
lingkungannya.
Dalam perkembangan kepribadian seseorang mungkin bersikap mempertahankan nilai-nilai
lama (konservatif) / mengasimilasai perubahan kearah kemajuan (progresif). Hal-hal ini
menjadi prinsip moral selaku pedoman yang mewarnai/mendominasai perilakunya.
B. Pola Perkembangan Moral
Dalam mempelajari perkembangan sikap moral peserta didik usia sekolah, piaget
(sinolungun, 1997) mengemukakan tiga tahap perkembangan moral sesuai dengan kajian
pada aturan dalam permainan anak.
1. Fase absolut, dimana anak menghayati peraturan sebagai sesuatu hal yang mutlak, tidak
dapat diubah, karena berasal dari otoritas yang dihormati (orang tua, guru, anak yang lebih
berkuasa)
2. Fase realitas, dimana anak menyesuaikan diri untuk menghindari penolakan orang lain.
Dalam permainan, anak menaati aturan yang disepakati bersama sebagai suatu
kenyataan/realitas yang dapat diubah asal disetujui bersama.
3. Fase subjektif, dimana anak memperhatikan motif atau kesengajaandalam memahami
aturan dan gembira mengembangakan sertamenerapkan.
Dalam kategori perkembangan moralnya, kohlberg (gunarsa, 1985) mengemukakan tiga
tingkat dengan enam tahap perkembangan moral.
1. Tingkat 1: prakonvensional. Pada tingkat ini aturan berisi aturan moral yang dibuat
berdasarkan otoritas. Anak tidak melanggar aturan moral karana takut ancaman atau
hukuman dari otoritas. Tingkat ini dibagi menjadi empat tahap: (1) tahap orientasi terhadap
kepatuhan dan hukuman pada tahap ini anak hanya mengetahui bahwa aturan-aturan ini
ditentukan oleh adanya kekuasaan yang tidak bisa diganggu gugat. Anak harus menurut, atau
kalau tidak, akan mendapat hukuman. (2) tahap relativistik hedonosme pada tahap ini anak
tidak lagi secara mutlak tergantung pada aturan yang berada di luar dirinya yang ditentukan
orang lain yang memiliki otoritas. Anak mulai sadar bahwa setiap kejadian mempunyai
beberapa segi yang bergantung pada kebutuhan (relativisme) dan kesenangan seseorang
(hedonisme).
2. Tingkat 2: konvensional. Pada tingkatan ini anak mematuhi aturan yang dibuat bersama
agar diterima dalam kelompoknya. Tingkat ini juga terdiri dari dua tahap. (1) tahap orientasi
mengenai anak yang baik. Pada tahap ini anak mulai memperlihatkan orientasi perbuatan
yang dapat dinilai baik atau tidak baik oleh orang lain atau masyarakat. Sesuatu dikatakan
baik dan benar apabila sikap dan perilakunya dapat diterima oleh orang lain atau masyarakat.
(2) tahap mempertahankan norma sosial dan otoritas. Pada tahap ini anak menunjukkan
perbuatan baik dan benar bukan hanya agar dapat diterima oleh lingkungan masyarakat di
sekitarnya, tetapi juga bertujuan agar dapat ikut mempertahankan aturan dan norma/ nilai
sosial yang ada sebagai kewajiban dan tanggung jawab moral untuk melaksanakan aturan
yang ada.
3. Tingkat 3: pasca konvensional. Pada tingkat ini anak mematuhi aturan untuk menghindari
hukuman kata hatinya. Tingkat ini juga terdiri dari dua tahap. (1) tahap orientasi terhadap
perjanjian antara dirinya dengan lingkungan sosial. Pada tahap ini ada hubungan timbal balik
antara dirinya dengan lingkungan sosial dan masyarakat. Seseorang menaati aturan sebagai
kewajiban dan tanggung jawab dirinya dalam menjaga keserasian hidup masyarakat. (2)
tahap universal. Pada tahap ini selain ada norma pribadi yang bersifat subyektif ada juga
norma etik (baik/ buruk, benar/ salah) yang bersifat universal sebagai sumber menentukan
sesuatu perbuatan yang berhubungan dengan moralitas.
Teori perkembangan moral yang dikemukakan Kohlberg seperti halnya Piaget menunjukkan
bahwa sikap dan perilaku moral bukan hasil sosialisasi atau pelajaran yang diperoleh dari
kebiasaan yang berhubungan dengan nilai kebudayaan semata-mata. Tetapi juga terjadi
sebagai akibat dari aktivitas spontan yang dipelajari dan berkembang melalui interaksi sosial
anak dengan lingkungannya.
Selain teori perkembangan moral, dalam mempelajari pola perkembangan moral yang
berkaitan dengan ketaatan akan suatu aturan yang berlaku universal, perlu dibahas mengenai
disiplin. Disiplin berasal dari kata ”disciple” yang berarti seseorang yang belajar dari atau
secara sukarela mengikuti seorang pemimpin. Disiplin diperlukan untuk membentuk perilaku
yang sesuai dengan aturan dan peran yang ditetapkan dalam kelompok budaya tempat orang
tersebut menjalani kehidupan. Melalui disiplin, anak belajar untuk bersikap dan berperilaku
yang baik seperti yang diharapkan oleh masyarakat lingkungan. Disiplin dapat ditanamkan
secara otoriter melalui pengendalian perilaku dengan menggunakan hubungan. Secara
permisif/ laissezfaire melalui kebebbasan yang diberikan kepada anak tanpa adanya hukuman
atau secara demokratis melalui penjelasan, diskusi, dan penalaran mengani peraturan yang
berlaku.
Unsur yang berkaitan dengan disiplin adalah sebagai berikut:
1. Peraturan sebagai pola yang ditetapkan untuk perilaku dimana anak hidup. Mempunyai
nilai pendidikan tentang arah yang harus diikuti dan ditaati anak dan juga membantu
mengekang perilaku yang tidak diinginkan.
2. Hukuman diberlakukan apabila anak melakukan kesalahan ataupun bertindak yang tidak
sesuai dengan nilai/ norma yang berlaku dalam masyarakat. Hukuman yang menghalangi
anak untuk tidak mengulangi perbuatan yang tidak diinginkan, mendidik anak untuk belajar
dari pengalaman dan memotivasi anak untuk menghindari perilaku yang tidak diterima oleh
masyarakat.
3. Penghargaan diberikan apabila anak melakukan sesuatu dengan nilai atau norma yang
berlaku, mendidik anak dan memotivasi anak mengulangi perilaku yang baik dan benar
sesuai harapan masyarakat.
4. Konsistensi atau keajegan dalam melaksanakan aturan dan disiplin sehingga tidak
membingungkan anak dalam memperlajari sesuatu yang benar/ salah, baik/ buruk. Disiplin
bermanfaat apabila ada pengaruh disiplin terhadap perilaku, menimbulkan kepekaan akan
sikap perilaku yang baik, benar, dan adil serta mempengaruhi kepribadian anak dimana sikap
perilaku disiplin merupakan bagian yang terinternalisasi pada anak secara keseluruhan.
C. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Moral
Anak dilahirkan tanpa moral (imoral) sikap moral untuk berperilaku sesuai nilai-nilai luhur
dalam masyarakat belum dikenalnya. Intervensi terprogram melalui pendidikan, serta
lingkungan sosial budaya, mempengaruhi perkembangan struktur kepribadian bermuatan
moral. Ini dialami dalam keluarga bersama teman sebaya dan rekan-rekan sependidikan,
kawan sekerja/kegiatan ditengah lingkungan.
a. Perubahan dalam lingkungan
Perubahan dan kemajuan dalam berbagai bidang membawa pergeseran nilai moral serta sikap
warga masyarakat ditengah perubahan dapat terjadi kemajuan/kemrosotan moral. Perbedaan
perilaku moral individu sebagian adalah dampak pengalaman dan pelajaran dari lingkungan
nilai masyarakatnya. Lingkungan memberi ganjaran dan hukuman. Ini memacu proses belajar
dan perkembangan moral secara berkondisi.
b. Struktur kepribadian
Psiko analisa (freud) menggambarkan perkembangan kepribadian termasuk moral. Dimulai
dengan sistem ID, selaku aspek biologis yang irasional dan tak disadari. Diikuti aspek
psikologis yaitu subsistemego yang rasional dan sadar. Kemudian pembentukan superego
sebagai aspek sosial yang berisi sistem nilai dan moral masyarakat.
Ketiga subsistem kepribadian tersebut mempengaruhi perkembangan moral dan perilaku
individu. Ketidakserasian antara subsistem kepribadian, berakibat seseorang sukar
menyesuaikan diri, merasa tak puas dan cemas serta bersikap/berperilaku menyimpang.
Sedang keserasian antara subsistem kepribadian dalam perkembangan moral akan berpuncak
pada efektifnya kata hati (superego) menampilakan watak/perilaku bermoral seseorang.
Ada sejumlah faktor penting yang mempengaruhi perkembangan moral anak (Hurlock,
1990).
1. Peran hati nurani atau kemampuan untuk mengetahui apa yang benar dan salah apabila
anak dihadapkan pada situasi yang memerlukan pengambilan keputusan atas tindakan yang
harus dilakukan.
2. Peran rasa bersalah dan rasa malu apabila bersikap dan berperilaku tidak seperti yang
diharapkan dan melanggar aturan.
3. Peran interaksi sosial dalam memberik kesepakatan pada anak untuk mempelajari dan
menerapkan standart perilaku yang disetujui masyarakat, keluarga, sekolah, dan dalam
pergaulan dengan orang lain.
D. Tahap-Tahap Perkembangan Moral
- menurut kohlberg ada 3 tahap perkembangan moral yaitu:
a. tahap prokonvensional
dimana aturan berisi ukuran moral yang dibuat otoritas pada tahap perkembangan ini anak
tidak akan melanggar aturan karena takut ancaman hukuman dari otoritas.
b. tahap konvensional
anak mematuhi aturan yang dibuat bersama, agar ia diterima dalam kelompok sebaya/oleh
otoritasnya.
c. Tahap pascakonvensional
Anak menaati aturan untuk menghindari hukuman kata hatinya.
- menurut J. Bull perkembangan moral dibagi menjadi 3 yaitu:
a. tahap anomi
ketidakmampuan moral bayi. Moral bayi barulah suatu potensi yang siap dikembangkan
dalam lingkungan.
b. tahap heteronomi
dimana morral yang berpotensial dipacu berkembang orang lai/otoritas melalui aturan dan
kedisiplinan.
c. tahap sosionomi
dimana moral berkembang ditengah sebaya/dalam masyarakat, mereka lebih menaati aturan
kelompok dari pada aturan otoritas.
d. tahap otonomi
moral yang mengisi dan mengendalikan kata hati serta kemampuan bebasnya untuk
berperilaku tanpa tekanan lingkungan.
E. Cara Mempelajari Sikap Moral
Sikap dan perilaku moral dapat dipelajari dengan cara berikut.
1. Belajar melalui cob/ ralat (tryal and error). Anak mencoba belajar mengatahui apakah
perilakunya sudah memenuhi standart sosial dan persetujuan sosial atau belum. Bila belum,
maka anak dapat mencoba lagi sampai suatu ketika secara kebetulan dapat berperilaku sesuai
dengan yang diharapkan.
2. Pendidikan langsung yang dilakukan dengan cara anak belajar memberi reaksi tertentu
secara tepat dalam situasi tertentu, serta dilakukan dengan cara memenuhi peraturan yang
berlaku dalam keluarga, sekolah, maupun masyarakat sekitar.
3. Identifikasi dengan orang yang dikaguminya. Cara ini biasanya dilakukan secara tidak
sadar dan tanpa tekanan dari orang lain. Yang penting ada teladan dari orang yang
diidentifikasikan untuk ditiru perilakunya.
Pendidikan saat ini umunya mempersiapkan peserta didik memilki banyak pengetahuan,
tetapi tidak tahu cara memecahkan masalah tertentu yang dihadapai dalam kehidupan
bermasyarakat sehari-hari. Pendidikan lebih mempersiapkan peserta didik untuk menjadi
anak yang pandai dan cerdas, tetapi kurang mempersiapkan peserta didik untuk menjadi anak
yang baik. Masalah berkenaan dengan baik dan buruk menjadi kajian bidang moral.
Demikian juga dalam mengembangkan aspek moral peserta didik berarti bagaimana cara
membantu peserta didik untuk menjadi anak yang baik, yang mengetahui dan berperilaku
atau bersikap berbuat baik dan benar. Sikap dan perilaku moral dapat dikembangkan melalui
pendidikan dan penanaman nilai/ norma yang dilakukan secara terintegrasi dalam pelajaran
maupun kegiatan yang dilakukan anak di keluarga dan sekolah. Pendidikan bukan hanya
mempersiapkan anak menjadi manusia cerdas, tetapi juga menjadi manusia yang baik,
berbudi luhur, dan berguna bagi orang lain.
F. implikasinya bagi pendidikan
pengembangan moral melalui pendidikan mestinya bukan hanya mengajarkan nilai-nilai
sebagai slogan saja. Hal ini tampak pada moral yang diyakini penganut dan moral budaya
yang diterima wargamasyarakat.
Proses pendidikan dan pembelajaran moral diteladankan orang tua dan dilakukan secara
terpadu (integrated) pada tiap peluang dalam semua kegiatan sekolah.disana pendidik
mengajarkan keteraturan hidup, disiplin serta melatih dan membiasakan peserta didik
bermoral dalam perilaku dan kegiatannya. Otoritasmendukung berbagai kegiatan
pengembangan moral warga masyarakat sebagai bagian upaya membangun karekter manusia
indonesia seutuhnya. Cara yang ideal adalah dengan memantapkan pancasila melalui
keteladanan pendidik pada umumnya kepada warga bangsa sebagai peserta didik sepanjang
hayat. Disini berproses pembangunan watak bangsa.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Menurut penjelasan yang ada di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa setiap anak perlu
mempunyai sikap moral yang positif. Terdapat beberapa fase dalam perkembangan moral
yakni; fase absolut, fase realistis, fase subyektif.
Secara umum ada beberapa tahap perkembangan moral menurut kohlberg yakni, tahap
prokonvensional, tahap konvensional, Tahap pascakonvensional dan menurut J. Bull
perkembangan moral dibagi menjadi 3 yaitu: tahap anomi, tahap heteronomi, tahap
sosionomi, tahap otonomi
B. Saran
Penulis menyadari sepenuhnya atas segala kekurangan pada makalah ini dan penulis dengan
senang hati dan akan menerima saran serta kritik demi kesempurnaan makalah ini. Atas
segala saran dan bantuan, penulis sampaikan terima kasih
http://riniraihan.wordpress.com/2011/04/03/perkembangan-moral-anak-usia-dini/. Jum’at 30
agustus 2013 17.03 wib

Más contenido relacionado

La actualidad más candente

Ppt perkembangan bahasa (perkembangan peserta didik)
Ppt perkembangan bahasa (perkembangan peserta didik)Ppt perkembangan bahasa (perkembangan peserta didik)
Ppt perkembangan bahasa (perkembangan peserta didik)
hairina wasliah
 
Perkembangan Masa Anak-anak Awal
Perkembangan Masa Anak-anak AwalPerkembangan Masa Anak-anak Awal
Perkembangan Masa Anak-anak Awal
Andhika Pratama
 
PERKEMBANGAN MASA BAYI PPT
PERKEMBANGAN MASA BAYI PPTPERKEMBANGAN MASA BAYI PPT
PERKEMBANGAN MASA BAYI PPT
Andhika Pratama
 
Perkembangan Masa Dewasa Akhir
Perkembangan Masa Dewasa AkhirPerkembangan Masa Dewasa Akhir
Perkembangan Masa Dewasa Akhir
Ai Nurhasanah
 
Perkembangan masa kanak kanak awal
Perkembangan masa kanak kanak awalPerkembangan masa kanak kanak awal
Perkembangan masa kanak kanak awal
Community Design
 
Teori perkembangan moral
Teori perkembangan moralTeori perkembangan moral
Teori perkembangan moral
fara dillah
 
Memahami masalah dan perkembangan emosi pada anak
Memahami masalah dan perkembangan emosi pada anakMemahami masalah dan perkembangan emosi pada anak
Memahami masalah dan perkembangan emosi pada anak
Neni Sholihat
 

La actualidad más candente (20)

Ppt perkembangan bahasa (perkembangan peserta didik)
Ppt perkembangan bahasa (perkembangan peserta didik)Ppt perkembangan bahasa (perkembangan peserta didik)
Ppt perkembangan bahasa (perkembangan peserta didik)
 
Perkembangan Masa Anak-anak Awal
Perkembangan Masa Anak-anak AwalPerkembangan Masa Anak-anak Awal
Perkembangan Masa Anak-anak Awal
 
Permasalahan Perkembangan pada Masa Kanak-Kanak
Permasalahan Perkembangan pada Masa Kanak-KanakPermasalahan Perkembangan pada Masa Kanak-Kanak
Permasalahan Perkembangan pada Masa Kanak-Kanak
 
Laporan Perkembangan Perilaku Anak Usia 4-6 Tahun - Dewinta Susanti
Laporan Perkembangan Perilaku Anak Usia 4-6 Tahun - Dewinta SusantiLaporan Perkembangan Perilaku Anak Usia 4-6 Tahun - Dewinta Susanti
Laporan Perkembangan Perilaku Anak Usia 4-6 Tahun - Dewinta Susanti
 
PERKEMBANGAN MASA BAYI PPT
PERKEMBANGAN MASA BAYI PPTPERKEMBANGAN MASA BAYI PPT
PERKEMBANGAN MASA BAYI PPT
 
Masa Perkembangan ( prenatal) ppt
Masa Perkembangan ( prenatal) pptMasa Perkembangan ( prenatal) ppt
Masa Perkembangan ( prenatal) ppt
 
Perkembangan Masa Dewasa Akhir
Perkembangan Masa Dewasa AkhirPerkembangan Masa Dewasa Akhir
Perkembangan Masa Dewasa Akhir
 
PPT Pengembangan Kognitif AUD
PPT Pengembangan Kognitif AUD PPT Pengembangan Kognitif AUD
PPT Pengembangan Kognitif AUD
 
PPT Konsep Dasar Pendidikan Anak Usia Dini
PPT Konsep Dasar Pendidikan Anak Usia Dini PPT Konsep Dasar Pendidikan Anak Usia Dini
PPT Konsep Dasar Pendidikan Anak Usia Dini
 
Perkembangan kognitif
Perkembangan kognitifPerkembangan kognitif
Perkembangan kognitif
 
Perkembangan masa kanak kanak awal
Perkembangan masa kanak kanak awalPerkembangan masa kanak kanak awal
Perkembangan masa kanak kanak awal
 
PERKEMBANGAN KOGNITIF, MORAL DAN SOSIAL
PERKEMBANGAN KOGNITIF, MORAL DAN SOSIALPERKEMBANGAN KOGNITIF, MORAL DAN SOSIAL
PERKEMBANGAN KOGNITIF, MORAL DAN SOSIAL
 
Pemikiran tokoh-tokoh dan Teori mengenai Pendidikan Anak Usia Dini
Pemikiran tokoh-tokoh dan Teori mengenai Pendidikan Anak Usia DiniPemikiran tokoh-tokoh dan Teori mengenai Pendidikan Anak Usia Dini
Pemikiran tokoh-tokoh dan Teori mengenai Pendidikan Anak Usia Dini
 
Perkembangan emosi
Perkembangan emosiPerkembangan emosi
Perkembangan emosi
 
Teori Albert Bandura
Teori Albert BanduraTeori Albert Bandura
Teori Albert Bandura
 
Hasil Observasi Anak Tunarungu
Hasil Observasi Anak TunarunguHasil Observasi Anak Tunarungu
Hasil Observasi Anak Tunarungu
 
Model Pembelajaran PAUD
Model Pembelajaran PAUDModel Pembelajaran PAUD
Model Pembelajaran PAUD
 
MAKALAH Perkembangan masa dewasa dan lanjut usia
MAKALAH Perkembangan masa dewasa  dan lanjut usiaMAKALAH Perkembangan masa dewasa  dan lanjut usia
MAKALAH Perkembangan masa dewasa dan lanjut usia
 
Teori perkembangan moral
Teori perkembangan moralTeori perkembangan moral
Teori perkembangan moral
 
Memahami masalah dan perkembangan emosi pada anak
Memahami masalah dan perkembangan emosi pada anakMemahami masalah dan perkembangan emosi pada anak
Memahami masalah dan perkembangan emosi pada anak
 

Destacado

Benarkah self esteem mempengaruhi prestasi akademik
Benarkah self esteem mempengaruhi prestasi akademikBenarkah self esteem mempengaruhi prestasi akademik
Benarkah self esteem mempengaruhi prestasi akademik
Bisma Anggara
 
Jurnal lengkap ke blog
Jurnal lengkap ke blogJurnal lengkap ke blog
Jurnal lengkap ke blog
Vaza Ienstinc
 
Pengembangan model pendidikan multikulturalisme untuk anak usia sekolah
Pengembangan model pendidikan multikulturalisme untuk anak usia sekolahPengembangan model pendidikan multikulturalisme untuk anak usia sekolah
Pengembangan model pendidikan multikulturalisme untuk anak usia sekolah
Hari Adi
 
2 imamgun & anggarini taksonomi bloom – revisi ranah kognitif kerangka landas...
2 imamgun & anggarini taksonomi bloom – revisi ranah kognitif kerangka landas...2 imamgun & anggarini taksonomi bloom – revisi ranah kognitif kerangka landas...
2 imamgun & anggarini taksonomi bloom – revisi ranah kognitif kerangka landas...
Dimas Abu Fatih
 

Destacado (20)

Jurnal perkembangan psikososial anak
Jurnal perkembangan psikososial anakJurnal perkembangan psikososial anak
Jurnal perkembangan psikososial anak
 
Jurnal perkembangan peserta didik
Jurnal perkembangan peserta didikJurnal perkembangan peserta didik
Jurnal perkembangan peserta didik
 
Tahap perkembangan moral kohlberg
Tahap perkembangan moral kohlbergTahap perkembangan moral kohlberg
Tahap perkembangan moral kohlberg
 
Analisis Fase-Fase Perkembangan Anak Usia Prasekolah
Analisis Fase-Fase Perkembangan Anak Usia PrasekolahAnalisis Fase-Fase Perkembangan Anak Usia Prasekolah
Analisis Fase-Fase Perkembangan Anak Usia Prasekolah
 
Pengaruh lingkungan terhadap perkembangan anak
Pengaruh lingkungan terhadap perkembangan anakPengaruh lingkungan terhadap perkembangan anak
Pengaruh lingkungan terhadap perkembangan anak
 
Checklist stomen
Checklist stomenChecklist stomen
Checklist stomen
 
Seminar paud
Seminar paudSeminar paud
Seminar paud
 
Benarkah self esteem mempengaruhi prestasi akademik
Benarkah self esteem mempengaruhi prestasi akademikBenarkah self esteem mempengaruhi prestasi akademik
Benarkah self esteem mempengaruhi prestasi akademik
 
A
AA
A
 
2. model pembelajaran tematik berbasis kelautan dan kemaritiman pada anak usi...
2. model pembelajaran tematik berbasis kelautan dan kemaritiman pada anak usi...2. model pembelajaran tematik berbasis kelautan dan kemaritiman pada anak usi...
2. model pembelajaran tematik berbasis kelautan dan kemaritiman pada anak usi...
 
Berfikir kritis
Berfikir kritisBerfikir kritis
Berfikir kritis
 
Apa yang dimaksud dengan rasa memiliki
Apa yang dimaksud dengan rasa memilikiApa yang dimaksud dengan rasa memiliki
Apa yang dimaksud dengan rasa memiliki
 
Jurnal lengkap ke blog
Jurnal lengkap ke blogJurnal lengkap ke blog
Jurnal lengkap ke blog
 
Pengembangan model pendidikan multikulturalisme untuk anak usia sekolah
Pengembangan model pendidikan multikulturalisme untuk anak usia sekolahPengembangan model pendidikan multikulturalisme untuk anak usia sekolah
Pengembangan model pendidikan multikulturalisme untuk anak usia sekolah
 
Melatih Kecerdasarn Kognitif, Afektif, dan Psikomotorik Anak Sekolah Dasar Me...
Melatih Kecerdasarn Kognitif, Afektif, dan Psikomotorik Anak Sekolah Dasar Me...Melatih Kecerdasarn Kognitif, Afektif, dan Psikomotorik Anak Sekolah Dasar Me...
Melatih Kecerdasarn Kognitif, Afektif, dan Psikomotorik Anak Sekolah Dasar Me...
 
2 imamgun & anggarini taksonomi bloom – revisi ranah kognitif kerangka landas...
2 imamgun & anggarini taksonomi bloom – revisi ranah kognitif kerangka landas...2 imamgun & anggarini taksonomi bloom – revisi ranah kognitif kerangka landas...
2 imamgun & anggarini taksonomi bloom – revisi ranah kognitif kerangka landas...
 
Modul ho ts
Modul ho tsModul ho ts
Modul ho ts
 
Isu-Isu Perkembangan
Isu-Isu PerkembanganIsu-Isu Perkembangan
Isu-Isu Perkembangan
 
PSIKOLOGI PENDIDIKAN; KETERKAITAN ANTARA PEMBELAJARAN DAN KOGNISI, SERTA MOTI...
PSIKOLOGI PENDIDIKAN; KETERKAITAN ANTARA PEMBELAJARAN DAN KOGNISI, SERTA MOTI...PSIKOLOGI PENDIDIKAN; KETERKAITAN ANTARA PEMBELAJARAN DAN KOGNISI, SERTA MOTI...
PSIKOLOGI PENDIDIKAN; KETERKAITAN ANTARA PEMBELAJARAN DAN KOGNISI, SERTA MOTI...
 
CALISTUNG ( BACA, TULIS, HITUNG )
CALISTUNG ( BACA, TULIS, HITUNG ) CALISTUNG ( BACA, TULIS, HITUNG )
CALISTUNG ( BACA, TULIS, HITUNG )
 

Similar a Perkembangan moral anak usia dini

Lanjutan part 11 SAK. Perkembangan Moral dan Kepribadian.pptx
Lanjutan part 11 SAK. Perkembangan Moral dan Kepribadian.pptxLanjutan part 11 SAK. Perkembangan Moral dan Kepribadian.pptx
Lanjutan part 11 SAK. Perkembangan Moral dan Kepribadian.pptx
kikiaisyah
 
Perkembangan nilai dan moral kelompok 7
Perkembangan nilai dan moral kelompok 7Perkembangan nilai dan moral kelompok 7
Perkembangan nilai dan moral kelompok 7
rayn mboeik
 
KONEKSI ANTAR MATERI MODUL 1.4.pdf
KONEKSI ANTAR MATERI MODUL 1.4.pdfKONEKSI ANTAR MATERI MODUL 1.4.pdf
KONEKSI ANTAR MATERI MODUL 1.4.pdf
Wijayanti Oktavia
 
Makalah perkembangan-nilai-moral-dan-sikap (1)
Makalah perkembangan-nilai-moral-dan-sikap (1)Makalah perkembangan-nilai-moral-dan-sikap (1)
Makalah perkembangan-nilai-moral-dan-sikap (1)
Nanang Galing
 
Haris krismana ii.a p.e
Haris krismana ii.a p.eHaris krismana ii.a p.e
Haris krismana ii.a p.e
Rizz Aee
 

Similar a Perkembangan moral anak usia dini (20)

Lanjutan part 11 SAK. Perkembangan Moral dan Kepribadian.pptx
Lanjutan part 11 SAK. Perkembangan Moral dan Kepribadian.pptxLanjutan part 11 SAK. Perkembangan Moral dan Kepribadian.pptx
Lanjutan part 11 SAK. Perkembangan Moral dan Kepribadian.pptx
 
Perkembangan nilai dan moral kelompok 7
Perkembangan nilai dan moral kelompok 7Perkembangan nilai dan moral kelompok 7
Perkembangan nilai dan moral kelompok 7
 
Artikel 1 & 2
Artikel 1 & 2Artikel 1 & 2
Artikel 1 & 2
 
KONEKSI ANTAR MATERI MODUL 1.4.pdf
KONEKSI ANTAR MATERI MODUL 1.4.pdfKONEKSI ANTAR MATERI MODUL 1.4.pdf
KONEKSI ANTAR MATERI MODUL 1.4.pdf
 
Bimbingan Konseling Untuk Optimalisasi Perkembangan Moral Remaja
Bimbingan Konseling Untuk Optimalisasi Perkembangan Moral RemajaBimbingan Konseling Untuk Optimalisasi Perkembangan Moral Remaja
Bimbingan Konseling Untuk Optimalisasi Perkembangan Moral Remaja
 
konsep asas dalam pendidikan moral
konsep asas dalam pendidikan moralkonsep asas dalam pendidikan moral
konsep asas dalam pendidikan moral
 
ULASAN ARTIKEL 4
ULASAN ARTIKEL 4ULASAN ARTIKEL 4
ULASAN ARTIKEL 4
 
Perkembangan peserta didik
Perkembangan peserta didikPerkembangan peserta didik
Perkembangan peserta didik
 
Koneksi antar materi modul 2.2 Guru Penggerakpdf
Koneksi antar materi modul 2.2 Guru PenggerakpdfKoneksi antar materi modul 2.2 Guru Penggerakpdf
Koneksi antar materi modul 2.2 Guru Penggerakpdf
 
Resume ppd kb 4
Resume ppd kb 4Resume ppd kb 4
Resume ppd kb 4
 
Keluarga dalam pembentukan moral
Keluarga dalam pembentukan moralKeluarga dalam pembentukan moral
Keluarga dalam pembentukan moral
 
Etika dan moralitas dalam pendidikan jasmani
Etika dan moralitas dalam pendidikan jasmaniEtika dan moralitas dalam pendidikan jasmani
Etika dan moralitas dalam pendidikan jasmani
 
Makalah perkembangan-nilai-moral-dan-sikap (1)
Makalah perkembangan-nilai-moral-dan-sikap (1)Makalah perkembangan-nilai-moral-dan-sikap (1)
Makalah perkembangan-nilai-moral-dan-sikap (1)
 
Be & gg tugas ethics value rame priyanto_55117120122
Be & gg tugas ethics value rame priyanto_55117120122Be & gg tugas ethics value rame priyanto_55117120122
Be & gg tugas ethics value rame priyanto_55117120122
 
Haris krismana ii.a p.e
Haris krismana ii.a p.eHaris krismana ii.a p.e
Haris krismana ii.a p.e
 
4. pembentangan bahan moral 2015 guru
4. pembentangan bahan moral 2015 guru4. pembentangan bahan moral 2015 guru
4. pembentangan bahan moral 2015 guru
 
Sosiologi
SosiologiSosiologi
Sosiologi
 
Tugas bp
Tugas bpTugas bp
Tugas bp
 
Pendidikan nilai dan moral
Pendidikan nilai dan moralPendidikan nilai dan moral
Pendidikan nilai dan moral
 
Konsep asas dalam pendidikan moral
Konsep asas dalam pendidikan moralKonsep asas dalam pendidikan moral
Konsep asas dalam pendidikan moral
 

Último

Contoh PPT Seminar Proposal Teknik Informatika.pptx
Contoh PPT Seminar Proposal Teknik Informatika.pptxContoh PPT Seminar Proposal Teknik Informatika.pptx
Contoh PPT Seminar Proposal Teknik Informatika.pptx
IvvatulAini
 
Kenakalan Remaja (Penggunaan Narkoba).ppt
Kenakalan Remaja (Penggunaan Narkoba).pptKenakalan Remaja (Penggunaan Narkoba).ppt
Kenakalan Remaja (Penggunaan Narkoba).ppt
novibernadina
 
KISI-KISI SOAL DAN KARTU SOAL BAHASA INGGRIS.docx
KISI-KISI SOAL DAN KARTU SOAL BAHASA INGGRIS.docxKISI-KISI SOAL DAN KARTU SOAL BAHASA INGGRIS.docx
KISI-KISI SOAL DAN KARTU SOAL BAHASA INGGRIS.docx
DewiUmbar
 

Último (20)

AKSI NYATA Numerasi Meningkatkan Kompetensi Murid_compressed (1) (1).pptx
AKSI NYATA  Numerasi  Meningkatkan Kompetensi Murid_compressed (1) (1).pptxAKSI NYATA  Numerasi  Meningkatkan Kompetensi Murid_compressed (1) (1).pptx
AKSI NYATA Numerasi Meningkatkan Kompetensi Murid_compressed (1) (1).pptx
 
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 3 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 3 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 3 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 3 KURIKULUM MERDEKA.pdf
 
MODUL PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
 
Aksi Nyata Disiplin Positif Keyakinan Kelas untuk SMK
Aksi Nyata Disiplin Positif Keyakinan Kelas untuk SMKAksi Nyata Disiplin Positif Keyakinan Kelas untuk SMK
Aksi Nyata Disiplin Positif Keyakinan Kelas untuk SMK
 
RENCANA + Link2 MATERI Training _"SISTEM MANAJEMEN MUTU (ISO 9001_2015)".
RENCANA + Link2 MATERI Training _"SISTEM MANAJEMEN MUTU (ISO 9001_2015)".RENCANA + Link2 MATERI Training _"SISTEM MANAJEMEN MUTU (ISO 9001_2015)".
RENCANA + Link2 MATERI Training _"SISTEM MANAJEMEN MUTU (ISO 9001_2015)".
 
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
 
Teks Debat Bahasa Indonesia Yang tegas dan lugas
Teks Debat Bahasa Indonesia Yang tegas dan lugasTeks Debat Bahasa Indonesia Yang tegas dan lugas
Teks Debat Bahasa Indonesia Yang tegas dan lugas
 
Bab 4 Persatuan dan Kesatuan di Lingkup Wilayah Kabupaten dan Kota.pptx
Bab 4 Persatuan dan Kesatuan di Lingkup Wilayah Kabupaten dan Kota.pptxBab 4 Persatuan dan Kesatuan di Lingkup Wilayah Kabupaten dan Kota.pptx
Bab 4 Persatuan dan Kesatuan di Lingkup Wilayah Kabupaten dan Kota.pptx
 
Contoh PPT Seminar Proposal Teknik Informatika.pptx
Contoh PPT Seminar Proposal Teknik Informatika.pptxContoh PPT Seminar Proposal Teknik Informatika.pptx
Contoh PPT Seminar Proposal Teknik Informatika.pptx
 
MODUL AJAR SENI RUPA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR SENI RUPA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL AJAR SENI RUPA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR SENI RUPA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
 
Materi Modul 1.4_Fitriani Program guru penggerak
Materi Modul 1.4_Fitriani Program guru penggerakMateri Modul 1.4_Fitriani Program guru penggerak
Materi Modul 1.4_Fitriani Program guru penggerak
 
MODUL PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
 
Konseptual Model Keperawatan Jiwa pada manusia
Konseptual Model Keperawatan Jiwa pada manusiaKonseptual Model Keperawatan Jiwa pada manusia
Konseptual Model Keperawatan Jiwa pada manusia
 
Kenakalan Remaja (Penggunaan Narkoba).ppt
Kenakalan Remaja (Penggunaan Narkoba).pptKenakalan Remaja (Penggunaan Narkoba).ppt
Kenakalan Remaja (Penggunaan Narkoba).ppt
 
Modul Ajar IPAS Kelas 4 Fase B Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
Modul Ajar IPAS Kelas 4 Fase B Kurikulum Merdeka [abdiera.com]Modul Ajar IPAS Kelas 4 Fase B Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
Modul Ajar IPAS Kelas 4 Fase B Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
 
AKSI NYATA TOPIK 1 MERDEKA BELAJAR. PPTX
AKSI NYATA TOPIK 1 MERDEKA BELAJAR. PPTXAKSI NYATA TOPIK 1 MERDEKA BELAJAR. PPTX
AKSI NYATA TOPIK 1 MERDEKA BELAJAR. PPTX
 
KISI-KISI SOAL DAN KARTU SOAL BAHASA INGGRIS.docx
KISI-KISI SOAL DAN KARTU SOAL BAHASA INGGRIS.docxKISI-KISI SOAL DAN KARTU SOAL BAHASA INGGRIS.docx
KISI-KISI SOAL DAN KARTU SOAL BAHASA INGGRIS.docx
 
MODUL AJAR BAHASA INGGRIS KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR BAHASA INGGRIS KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL AJAR BAHASA INGGRIS KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR BAHASA INGGRIS KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
 
MODUL AJAR IPAS KELAS 3 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR IPAS KELAS 3 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL AJAR IPAS KELAS 3 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR IPAS KELAS 3 KURIKULUM MERDEKA.pdf
 
Prakarsa Perubahan dan kanvas ATAP (1).pptx
Prakarsa Perubahan dan kanvas ATAP (1).pptxPrakarsa Perubahan dan kanvas ATAP (1).pptx
Prakarsa Perubahan dan kanvas ATAP (1).pptx
 

Perkembangan moral anak usia dini

  • 1. PERKEMBANGAN MORAL ANAK USIA DINI Di susun untuk memenuhi mata kuliah “Perkembangan Peserta Didik” Yang dibina oleh Dra. Sutji Rahaju, M. Si. Disusun Oleh : Binti Sulistiorini (100153405967) UNIVERSITAS NEGERI MALANG FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN JURUSAN KEPENDIDIKAN SEKOLAH DASAR DAN PRASEKOLAH PROGRAM STUDI S1 PAUD APRIL 2011 KATA PENGANTAR Alahamdulillah, segala puji dan syukur penulis panjatkan kepada ALLAH SWT, atas segala limpahan kerunia serta limpahan Rahmat dan Hidayahnya sehingga Makalah yang berjudul “Perkembangan Moral Anak Usia Dini” ini dapat diselesaikan dengan baik. Meskipun segala upaya dan pikiran telah penulis tuangkan, tetapi penulis menyadari adanya keterbatasan pengetahuan dan pengalaman. Oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan penyusunan selanjutnya. Semoga bantuan dan bimbingan yang telah diberikan kepada penulis akan mendapatkan imbalan yang sesuai dengan ridho ALLAH SWT. Penulis berharap semoga penyusunan makalah ini dapat bermanfaat bagi semua pihak, terutama untuk meningkatkan mutu pendidikan di TK. Blitar, April 2011 Penulis DAFTAR ISI Halaman Judul…………………………………………………………………….i Daftar Isi………………………………………………………………………….ii Kata Pengantar……………………………………………………………………iii BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah……………………………………………………1 B. Rumusan Masalah…………………………………………………………1 C. Tujuan Penulisan…………………………………………………………..2 BAB II PEMBAHASAN BAB III PENUTUP A. Kesimpulan dan Saran…………………………..…………………………6 DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………………………………7 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Karya tulis ilmiah merupakan karya tulis yang di susun oleh ilmuan atau masyarakat akademis sebagai karya puncak atau karya monumental yang menandai kapakarannya. Karya ilmiah pada dasarnya merupakan sarana penyampaian informasi baru yang berbentuk gagasan, kajian, atau temuan hasil penelitian yang berkaitan dengan bidang-bidang keilmuan
  • 2. yang digelutinya. Karya tulis ilmiah dirancang dengan tujuan dan maksud tertentu. Oleh karena itu, maka kita melihat beberapa karya tulis ilmiah dalam beberapa bentuk, seperti makalah, artikel, proposal, skripsi, tesis atau disertasi. Masing-masing bentuk karya tulis tersebut memiliki format yang berbeda sesuai dengan tujuan dan maksud penulisannya. Ada berbagai manfaat akademis yang dapat diperoleh bila menekuni kegiatan karya ilmiah, misalnya terpacu membaca secara selektif, terlatih menggabungkan hasil bacaan, menyarikan, dan mengembangkannya, terbiasa melacak atau mencari informasi di perpustakaan, terbiasa menemukan fakta, mengorganisasikan, dan menyajikan fakta secara jelas dan sistematis, terbiasa berpikir ilmiah, baik secara induktif, dedukatif, maupun penggabungan keduanya, mendapatkan kepuasan intelektual, dan turut andil dalam membuka cakrawala iptek bagi masyarakat. B. Rumusan Masalah Berdasarkan uraian di atas maka terdapat rumusan masalah sebagai berikut: C. Tujuan Pembahasan Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka terdapat beberapa tujuan al: 1. menjelaskan tentang pengertian karyta ilmiah. 2. menjelaskan tentang sikap ilmiah. 3. menjelaskan jenis-jenis karya ilmiah. 4. menjelaskan langkah-langkah penulisan karya ilmiah. 5. menjelaskan pengertian kerangka dan langkah-langkah penyusunan kerangka. BAB II PEMBAHASAN A. Pengertian Moral, Sikap dan Nilai Moral berasal dari kata latin “mores” yang berarti tata cara , kebiasaan, dan adat. Perilaku sikap moral berarti perilaku yang sesuai dengan kode moral kelompok sosial, yang dikembangakan oleh konsep moral. Yang dimaksud dengan konsep moral ialah peraturan perilaku yang telah menjadi kebiasaan bagi anggota suatu budaya. Konsep moral inilah yang menentukan pola perilaku yang diharapakan dari seluruh anggota kelompok. Menurut piaget (sinilungan, 1997), hakikat moralitas adalah kecenderungan menerima dan menaati sistem peraturan. Selanjutnya, kohlberg (gnarsa, 1985) mengemukakan bahwa aspek moral adalah sesuatu yang tidak dibawa dari lahir, tapisesuatu yang berkembang dan dapat diperkembangkan/dipelajari. Perkembangan moral merupakan proses internalisasi nilai/norma masyarakat sesuai dengan kematangan dan kemampuan seseorang dalam menyesuaikan diri terhadap aturan yang berlaku dalam kehidupannya. Jadi, perkembangan moral mencangkupaspek kognitif yaitu pengetahuan tentang baik/buruk atau benar/salah, dan aspek afektif yaitu sikap perilaku moral itu dipraktekkan. piaget mengajukan perkembangan moral, yang digambarkan pada aturan permainan. Menurut beliau hakekat moralitas adalah kecenderungan menerima dan menaati sistem peraturan.Piaget membagi perkembangan menjadi 3 fase yaitu: a. fase absolut anak menghayati peraturan sebagai suatu hal yang dapat diubah, karena berasal dari otoritas yang dihormatinya. Disini peraturan sebagai moral adalah obyek eksternal yang tidak boleh diubah.
  • 3. b. fase realitas anak menyesuaikan diri untuk menghindari penolakan orang lain. Peraturan dianggap dapat diubah, karena berasal dari perumusan bersama. Mereka menyetujui perubahan yang jujur dan disetujui bersama, serta merasa bertanggung jawab menaatinya. c. fase subyektif anak memperhatikan motif/kesengajaan dalam penilaian perilaku. Perkembangan moral dipengaruhi upaya membebaskan diri dari ketergantungan pada orang tua, meningkatkan interaksi dengan sesama dan berkontak dengan pandangan lain. Dengan interaksi yang bertambah luas anak makin mampu memahami pandangan orang lain dan berbagi aturan untuk kehidupan bermoral dalam kebersamaan. Disamping perilaku moral ada juga perilaku tak bermoral yaitu perilaku yang tidak sesuai dengan harapan sosial karena sikap tidak setuju dengan standar sosial yang berlaku atau kurang adanya perasaan wajib menyesuaikan diri, serta perilaku amoral atau nonmoral yaitu perilaku yang tidak sesuai dengan harapan sosial karena ketidakacuhan atau pelanggaran terhadap standar kelompok sosial. Sikap adalah perilaku yang berisi pendapat tentang sesuatu. Dalam sikap positif tersirat sistem nilai yang dipercayai atau diyakini kebenarannya. Nilai adalah suatu yang diyakini, dipercaya, dan dirasakan serta diwujudkan dalam sikap atau perilak. Biasanya, nilai bermuatan pegalaman emosional masa lalu yang mewarnai cita-cita seseorang, kelompok atau masyarakat. Moral merupakan wujud abstrak dari nilai-nilai, dan tampila secara nyata/kongkret dalam perilaku terbuka yang dapat diamati. Sikap moral muncul dalam praktek moral dengan kategori positif/menerim, netral, atau negatif/menolak. Anak yang bersikap positif atau menerima nilai-nilai mora, diekspresiakan dalam perilaku yang bersimpati dalam berinteraksi dengan nilai dan orang disekitarnya, seperti mau menerima, mendukung, peduli, dan berpartisipasi dalam kegiatan kelompok. Sikap moral yang netral diekspresikan dalam perilaku sikap tidak memihak (mendukung atau menolak) terhadap nilai yang ada di masyarakat. Siakp moral yang negatif diekspresikan dalam perilaku menolak yang diwarnai emosi dan sikap negatif seperti kecewa, kesal, marah, benci, bermusuhan, dan menentang, perhadap nilai moral yang ada di masyarakat. Pada sikap dan perilaku moral tersirat nilai-nilai yang dianit berkaitan dengan nilai mengenai sesuatu yang dikatakan baik dan benar, patut, dan seharusnya terjadi. Sikap moral sebagian besar diteruskan dari generasi ke generasi melalui proses pendidiakan seumur hidup. Ada nilai-nilai yang perlu dipertahankan, ada yangdiasimilasikan ke arah kemajuan atau perubahan progresif, tetapi ada juga yang berubah atau bergeser karena berbagai faktor yang mempengaruhinya. Sebagai guru, anda perlu memahami perkembangan sikap moral agar dapat membantu peserta didik mengembangkan sikap moral yang dikendaki, mendidik peserta didik menjadi anak yang baik, dan bersikap moral secara baik dan benar. Nilai adalah suatu yang diyakini, dipercayai, dirasakan dan diwujudkan dalam sikap/perilaku. 1. Dotrin dan dogma Nilai-nilai moral yang dihormati masyarakat menjadi pandangan hidup/pedoman umum untuk perilaku tiap warga. Pedoman umum muncul sebagai doktrin/dogma suatu kelompok. Doktrin dari suati ideologi adalah nilai-nilai berupa pendapat yang lama dikaji, dialami, deterima suatu kelompok serta diperjuangkan untuk diwujudkan dalam masyarakat. Dogma adalah patokan nilai-nilai agama yang dipercaya/diyakini dan diupayakan
  • 4. perwujudannya oleh warganya dalam masyarakat. 2. Sikap dan kategori moral Sikap warga terhadap suatu hal muncul dalam praktek moral dengan kategori positif/menerima, netral, negatif/menolak. Manusia bersikap positif terhadap hal yang memberi kepuasan pada pemenuhan kebutuhan juga pencapaian cita-cita sesuai tujuan hidup, sikap positf muncul dalam perilaku asosiatif, akomodatif,integratif dan konstruktif. Juga mungkin bersikap netral yaitu tak mendukung juga tidak menolak. Hal-hal yang mengecewakan menumbuhkan emosi dan sikap negatif. Sikap negatif terwujud dalam perilaku yang mewarnai rasa jengkel, kecewa, benci, marah, atau bermusuhan. 3. Perilaku bermoral dan perubahan Dalam perilaku bermoral didalamnya terdapat nilai-nilai yang dianut. Ini menunjukkan apa yang baik, benar, patut serta seharusnya terjadi. Jika terjadi peringatan, pembuatan janji, memulai serta maksud membela diri menyatakan penyesalan/menggambarkan suatu harapan. Sikap moral sebagian besarditeruskan dari generasi ke generasi, penampilan sikap dapat mengalami perubahan sejalan dengan perkembangan kepribadian yang mewarnai perilaku seseorang. Ia aktif dan selektif membentuk sikap untuk berperilaku bermoral dalam lingkungannya. Dalam perkembangan kepribadian seseorang mungkin bersikap mempertahankan nilai-nilai lama (konservatif) / mengasimilasai perubahan kearah kemajuan (progresif). Hal-hal ini menjadi prinsip moral selaku pedoman yang mewarnai/mendominasai perilakunya. B. Pola Perkembangan Moral Dalam mempelajari perkembangan sikap moral peserta didik usia sekolah, piaget (sinolungun, 1997) mengemukakan tiga tahap perkembangan moral sesuai dengan kajian pada aturan dalam permainan anak. 1. Fase absolut, dimana anak menghayati peraturan sebagai sesuatu hal yang mutlak, tidak dapat diubah, karena berasal dari otoritas yang dihormati (orang tua, guru, anak yang lebih berkuasa) 2. Fase realitas, dimana anak menyesuaikan diri untuk menghindari penolakan orang lain. Dalam permainan, anak menaati aturan yang disepakati bersama sebagai suatu kenyataan/realitas yang dapat diubah asal disetujui bersama. 3. Fase subjektif, dimana anak memperhatikan motif atau kesengajaandalam memahami aturan dan gembira mengembangakan sertamenerapkan. Dalam kategori perkembangan moralnya, kohlberg (gunarsa, 1985) mengemukakan tiga tingkat dengan enam tahap perkembangan moral. 1. Tingkat 1: prakonvensional. Pada tingkat ini aturan berisi aturan moral yang dibuat berdasarkan otoritas. Anak tidak melanggar aturan moral karana takut ancaman atau hukuman dari otoritas. Tingkat ini dibagi menjadi empat tahap: (1) tahap orientasi terhadap kepatuhan dan hukuman pada tahap ini anak hanya mengetahui bahwa aturan-aturan ini ditentukan oleh adanya kekuasaan yang tidak bisa diganggu gugat. Anak harus menurut, atau kalau tidak, akan mendapat hukuman. (2) tahap relativistik hedonosme pada tahap ini anak tidak lagi secara mutlak tergantung pada aturan yang berada di luar dirinya yang ditentukan orang lain yang memiliki otoritas. Anak mulai sadar bahwa setiap kejadian mempunyai beberapa segi yang bergantung pada kebutuhan (relativisme) dan kesenangan seseorang
  • 5. (hedonisme). 2. Tingkat 2: konvensional. Pada tingkatan ini anak mematuhi aturan yang dibuat bersama agar diterima dalam kelompoknya. Tingkat ini juga terdiri dari dua tahap. (1) tahap orientasi mengenai anak yang baik. Pada tahap ini anak mulai memperlihatkan orientasi perbuatan yang dapat dinilai baik atau tidak baik oleh orang lain atau masyarakat. Sesuatu dikatakan baik dan benar apabila sikap dan perilakunya dapat diterima oleh orang lain atau masyarakat. (2) tahap mempertahankan norma sosial dan otoritas. Pada tahap ini anak menunjukkan perbuatan baik dan benar bukan hanya agar dapat diterima oleh lingkungan masyarakat di sekitarnya, tetapi juga bertujuan agar dapat ikut mempertahankan aturan dan norma/ nilai sosial yang ada sebagai kewajiban dan tanggung jawab moral untuk melaksanakan aturan yang ada. 3. Tingkat 3: pasca konvensional. Pada tingkat ini anak mematuhi aturan untuk menghindari hukuman kata hatinya. Tingkat ini juga terdiri dari dua tahap. (1) tahap orientasi terhadap perjanjian antara dirinya dengan lingkungan sosial. Pada tahap ini ada hubungan timbal balik antara dirinya dengan lingkungan sosial dan masyarakat. Seseorang menaati aturan sebagai kewajiban dan tanggung jawab dirinya dalam menjaga keserasian hidup masyarakat. (2) tahap universal. Pada tahap ini selain ada norma pribadi yang bersifat subyektif ada juga norma etik (baik/ buruk, benar/ salah) yang bersifat universal sebagai sumber menentukan sesuatu perbuatan yang berhubungan dengan moralitas. Teori perkembangan moral yang dikemukakan Kohlberg seperti halnya Piaget menunjukkan bahwa sikap dan perilaku moral bukan hasil sosialisasi atau pelajaran yang diperoleh dari kebiasaan yang berhubungan dengan nilai kebudayaan semata-mata. Tetapi juga terjadi sebagai akibat dari aktivitas spontan yang dipelajari dan berkembang melalui interaksi sosial anak dengan lingkungannya. Selain teori perkembangan moral, dalam mempelajari pola perkembangan moral yang berkaitan dengan ketaatan akan suatu aturan yang berlaku universal, perlu dibahas mengenai disiplin. Disiplin berasal dari kata ”disciple” yang berarti seseorang yang belajar dari atau secara sukarela mengikuti seorang pemimpin. Disiplin diperlukan untuk membentuk perilaku yang sesuai dengan aturan dan peran yang ditetapkan dalam kelompok budaya tempat orang tersebut menjalani kehidupan. Melalui disiplin, anak belajar untuk bersikap dan berperilaku yang baik seperti yang diharapkan oleh masyarakat lingkungan. Disiplin dapat ditanamkan secara otoriter melalui pengendalian perilaku dengan menggunakan hubungan. Secara permisif/ laissezfaire melalui kebebbasan yang diberikan kepada anak tanpa adanya hukuman atau secara demokratis melalui penjelasan, diskusi, dan penalaran mengani peraturan yang berlaku. Unsur yang berkaitan dengan disiplin adalah sebagai berikut: 1. Peraturan sebagai pola yang ditetapkan untuk perilaku dimana anak hidup. Mempunyai nilai pendidikan tentang arah yang harus diikuti dan ditaati anak dan juga membantu mengekang perilaku yang tidak diinginkan. 2. Hukuman diberlakukan apabila anak melakukan kesalahan ataupun bertindak yang tidak sesuai dengan nilai/ norma yang berlaku dalam masyarakat. Hukuman yang menghalangi anak untuk tidak mengulangi perbuatan yang tidak diinginkan, mendidik anak untuk belajar dari pengalaman dan memotivasi anak untuk menghindari perilaku yang tidak diterima oleh masyarakat.
  • 6. 3. Penghargaan diberikan apabila anak melakukan sesuatu dengan nilai atau norma yang berlaku, mendidik anak dan memotivasi anak mengulangi perilaku yang baik dan benar sesuai harapan masyarakat. 4. Konsistensi atau keajegan dalam melaksanakan aturan dan disiplin sehingga tidak membingungkan anak dalam memperlajari sesuatu yang benar/ salah, baik/ buruk. Disiplin bermanfaat apabila ada pengaruh disiplin terhadap perilaku, menimbulkan kepekaan akan sikap perilaku yang baik, benar, dan adil serta mempengaruhi kepribadian anak dimana sikap perilaku disiplin merupakan bagian yang terinternalisasi pada anak secara keseluruhan. C. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Moral Anak dilahirkan tanpa moral (imoral) sikap moral untuk berperilaku sesuai nilai-nilai luhur dalam masyarakat belum dikenalnya. Intervensi terprogram melalui pendidikan, serta lingkungan sosial budaya, mempengaruhi perkembangan struktur kepribadian bermuatan moral. Ini dialami dalam keluarga bersama teman sebaya dan rekan-rekan sependidikan, kawan sekerja/kegiatan ditengah lingkungan. a. Perubahan dalam lingkungan Perubahan dan kemajuan dalam berbagai bidang membawa pergeseran nilai moral serta sikap warga masyarakat ditengah perubahan dapat terjadi kemajuan/kemrosotan moral. Perbedaan perilaku moral individu sebagian adalah dampak pengalaman dan pelajaran dari lingkungan nilai masyarakatnya. Lingkungan memberi ganjaran dan hukuman. Ini memacu proses belajar dan perkembangan moral secara berkondisi. b. Struktur kepribadian Psiko analisa (freud) menggambarkan perkembangan kepribadian termasuk moral. Dimulai dengan sistem ID, selaku aspek biologis yang irasional dan tak disadari. Diikuti aspek psikologis yaitu subsistemego yang rasional dan sadar. Kemudian pembentukan superego sebagai aspek sosial yang berisi sistem nilai dan moral masyarakat. Ketiga subsistem kepribadian tersebut mempengaruhi perkembangan moral dan perilaku individu. Ketidakserasian antara subsistem kepribadian, berakibat seseorang sukar menyesuaikan diri, merasa tak puas dan cemas serta bersikap/berperilaku menyimpang. Sedang keserasian antara subsistem kepribadian dalam perkembangan moral akan berpuncak pada efektifnya kata hati (superego) menampilakan watak/perilaku bermoral seseorang. Ada sejumlah faktor penting yang mempengaruhi perkembangan moral anak (Hurlock, 1990). 1. Peran hati nurani atau kemampuan untuk mengetahui apa yang benar dan salah apabila anak dihadapkan pada situasi yang memerlukan pengambilan keputusan atas tindakan yang harus dilakukan. 2. Peran rasa bersalah dan rasa malu apabila bersikap dan berperilaku tidak seperti yang diharapkan dan melanggar aturan. 3. Peran interaksi sosial dalam memberik kesepakatan pada anak untuk mempelajari dan menerapkan standart perilaku yang disetujui masyarakat, keluarga, sekolah, dan dalam pergaulan dengan orang lain. D. Tahap-Tahap Perkembangan Moral - menurut kohlberg ada 3 tahap perkembangan moral yaitu: a. tahap prokonvensional dimana aturan berisi ukuran moral yang dibuat otoritas pada tahap perkembangan ini anak
  • 7. tidak akan melanggar aturan karena takut ancaman hukuman dari otoritas. b. tahap konvensional anak mematuhi aturan yang dibuat bersama, agar ia diterima dalam kelompok sebaya/oleh otoritasnya. c. Tahap pascakonvensional Anak menaati aturan untuk menghindari hukuman kata hatinya. - menurut J. Bull perkembangan moral dibagi menjadi 3 yaitu: a. tahap anomi ketidakmampuan moral bayi. Moral bayi barulah suatu potensi yang siap dikembangkan dalam lingkungan. b. tahap heteronomi dimana morral yang berpotensial dipacu berkembang orang lai/otoritas melalui aturan dan kedisiplinan. c. tahap sosionomi dimana moral berkembang ditengah sebaya/dalam masyarakat, mereka lebih menaati aturan kelompok dari pada aturan otoritas. d. tahap otonomi moral yang mengisi dan mengendalikan kata hati serta kemampuan bebasnya untuk berperilaku tanpa tekanan lingkungan. E. Cara Mempelajari Sikap Moral Sikap dan perilaku moral dapat dipelajari dengan cara berikut. 1. Belajar melalui cob/ ralat (tryal and error). Anak mencoba belajar mengatahui apakah perilakunya sudah memenuhi standart sosial dan persetujuan sosial atau belum. Bila belum, maka anak dapat mencoba lagi sampai suatu ketika secara kebetulan dapat berperilaku sesuai dengan yang diharapkan. 2. Pendidikan langsung yang dilakukan dengan cara anak belajar memberi reaksi tertentu secara tepat dalam situasi tertentu, serta dilakukan dengan cara memenuhi peraturan yang berlaku dalam keluarga, sekolah, maupun masyarakat sekitar. 3. Identifikasi dengan orang yang dikaguminya. Cara ini biasanya dilakukan secara tidak sadar dan tanpa tekanan dari orang lain. Yang penting ada teladan dari orang yang diidentifikasikan untuk ditiru perilakunya. Pendidikan saat ini umunya mempersiapkan peserta didik memilki banyak pengetahuan, tetapi tidak tahu cara memecahkan masalah tertentu yang dihadapai dalam kehidupan bermasyarakat sehari-hari. Pendidikan lebih mempersiapkan peserta didik untuk menjadi anak yang pandai dan cerdas, tetapi kurang mempersiapkan peserta didik untuk menjadi anak yang baik. Masalah berkenaan dengan baik dan buruk menjadi kajian bidang moral. Demikian juga dalam mengembangkan aspek moral peserta didik berarti bagaimana cara membantu peserta didik untuk menjadi anak yang baik, yang mengetahui dan berperilaku atau bersikap berbuat baik dan benar. Sikap dan perilaku moral dapat dikembangkan melalui pendidikan dan penanaman nilai/ norma yang dilakukan secara terintegrasi dalam pelajaran maupun kegiatan yang dilakukan anak di keluarga dan sekolah. Pendidikan bukan hanya mempersiapkan anak menjadi manusia cerdas, tetapi juga menjadi manusia yang baik, berbudi luhur, dan berguna bagi orang lain.
  • 8. F. implikasinya bagi pendidikan pengembangan moral melalui pendidikan mestinya bukan hanya mengajarkan nilai-nilai sebagai slogan saja. Hal ini tampak pada moral yang diyakini penganut dan moral budaya yang diterima wargamasyarakat. Proses pendidikan dan pembelajaran moral diteladankan orang tua dan dilakukan secara terpadu (integrated) pada tiap peluang dalam semua kegiatan sekolah.disana pendidik mengajarkan keteraturan hidup, disiplin serta melatih dan membiasakan peserta didik bermoral dalam perilaku dan kegiatannya. Otoritasmendukung berbagai kegiatan pengembangan moral warga masyarakat sebagai bagian upaya membangun karekter manusia indonesia seutuhnya. Cara yang ideal adalah dengan memantapkan pancasila melalui keteladanan pendidik pada umumnya kepada warga bangsa sebagai peserta didik sepanjang hayat. Disini berproses pembangunan watak bangsa. BAB III PENUTUP A. Kesimpulan Menurut penjelasan yang ada di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa setiap anak perlu mempunyai sikap moral yang positif. Terdapat beberapa fase dalam perkembangan moral yakni; fase absolut, fase realistis, fase subyektif. Secara umum ada beberapa tahap perkembangan moral menurut kohlberg yakni, tahap prokonvensional, tahap konvensional, Tahap pascakonvensional dan menurut J. Bull perkembangan moral dibagi menjadi 3 yaitu: tahap anomi, tahap heteronomi, tahap sosionomi, tahap otonomi B. Saran Penulis menyadari sepenuhnya atas segala kekurangan pada makalah ini dan penulis dengan senang hati dan akan menerima saran serta kritik demi kesempurnaan makalah ini. Atas segala saran dan bantuan, penulis sampaikan terima kasih http://riniraihan.wordpress.com/2011/04/03/perkembangan-moral-anak-usia-dini/. Jum’at 30 agustus 2013 17.03 wib