SlideShare una empresa de Scribd logo
1 de 4
Mental Guru Harus Berubah
SELAMA enam bulan ke depan, akan berlangsung sosialisasi kurikulum pendidikan paling gress di negeri ini.
Seberapa dalam efektivitas sosialisasi itu di samping bergantung pada pihak yang paling berwenang, dalam hal
ini pemerintah, namun juga peran para pihak yang terkait di dalamnya, termasuk guru.
Pro-kontra masih terus mengemuka atas kurikulum tersebut, oleh masyarakat, pengamat pendidikan di
sejumlah media-maupun di pelbagai kesempatan. Hingga tulisan ini dibuat, pemerintah masih menunggu
masukan utamanya dari praktisi pendidikan dalam kesempatan uji publik dari dua alternatif yang disediakan.
Meski demikian, apapun pilihan dari alternatif tersebut kualitas dan mental pendidik dalam hal ini guru adalah
ujung tombak dari setiap berlakunya kurikulum baru di negeri ini.
Demikian, salah satu kesimpulan penting dalam diskusi terbatas beberapa waktu lalu yang diselenggarakan
Women and Youth Development Institute of Indonesia (WYDII) di sekretariatnya, Jl Gubeng Kertajaya 9a no
21a Surabaya. Diskusi yang menghadirkan Isa Ansori, Ketua Dewan Pendidikan Surabaya, Maria Mumpuni
Purboningrum dari NGO Benih Matahari dan mengundang beberapa guru sekolah dasar ini dimoderatori oleh
Jairi Irawan dari WYDII.

“Kurikulum 2004 yang kita kenal dengan KBK (Kurikulum Berbasis Kompetensi, red), kemudian 2006 kita kenal
dengan KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan, red) adalah konsep manajemen berbasis sekolah. Guru
ditantang untuk memiliki otoritas dan mengembangkan model pembelajaran yang dilakukan masing-masing.
Persoalannya ‘kebebasan’ yang diberikan kurikulum tidak mampu ditangkap oleh guru. Dampaknya, kurikulum
itu yang rasanya benda mati, menjadi mati. Dan Guru bingung bagaimana mengimplementasikannya dalam
proses pembelajaran,” terang Isa Ansori.
Bahkan Maria Mumpuni dari Benih Matahari menegaskan tidak ada perbedaan mencolok antara Kurikulum KBK,
KTSP dan 2013. “Namun demikian, saya melihat ada tiga aspek yang menjadi ruh setiap kurikulum. Materi,
peran guru-kepala sekolah dan manajemen perubahan,” tandas Maria.
Soal materi, guru kita nantinya tergantung teks book, yang artnya tergantung penerbit yang menerjemahkan
dan kemudian menjadi buku panduan itu.

Materi KTSP maupun kurikulum 2013—katanya adalah

penyederhanaan dari KTSP. “Buat saya ini nanti dikembalikan pada bagaimana materi buku panduan. Penuh
atau tidak. Karena pada saat materi itu penuh guru akhirnya akan mengajar satu arah lagi. Padahal kalau dilihat
inti dari KTSP, kalau guru bisa mengembangkan, guru bisa membuat materi sendiri,” katanya.
Dengan kata lain, baik Kurikulum KTSP maupun kurikulum 2013 sudah ada peluang guru untuk
mengembangkan. Walaupun perbedaannya, kurikulum sebelumnya dengan proyeksi dari mata pelajaran ke
tema, sementara pada kurikulum 2013 dari tema lalu ke mata pelajaran.
Lantas berkait dengan peran guru, dari pengamatan Maria, ditekankannya bahwa menurut dia, guru memang
berperan bagaimana guru mampu mengelola materi itu. Lalu, pada saat guru sudah mampu mengelola,
pertanyaannya kepala sekolah paham apa tidak dengan kerangka pembelajaran yang lebih aktif. Sehingga
kepala sekolah pun berperan memberi ruang sehingga guru aktif.
“Atmosphire, egoisme guru selama ini bahwa mata pelajaran satu lebih penting dari yang lain, menjadi
tantangannya. Kurikulum 2013 membutuhkan integrasi, butuh team work. Saya kira guru SMA paling berat
team worknya. Harus kerja sama,” tandas Maria.
Bukan hanya itu saja, lebih lanjut dikatakan, masyarakat pun harus cukup punya wacana, model, materi,
pembelajaran sekolah di lokal. Sehingga tidak terjadi sekolah diprotes oleh orangtua. Atau sudah ada guru yang
aktif tapi dari pengawasnya, dinasnya tak memiliki orientasi. “Jadi pendekatan sekolah secara menyeluruh itu
penting. Kepala Sekolah. Dinas juga harus pro aktif,” imbuh Maria.
Dan aspek lainnya, menurut Maria, adalah managemen perubahan. Ini serupa dengan arti kata dari bahasa Isa
Ansori—guru mencari cara nyaman. Padahal menurut Maria sekolah harus siap berubah. Maria pun
menyayangkan, apalagi sekarang ada sekolah Adi Wiyata Mandiri. Kesannya, setelah meraih sekolah Adi
Wiyata, sudah mapan dan tak perlu lagi ada perubahan. “Ini konsep yang salah kaprah. Tidak beda dengan
mencari cara yang nyaman,” ungkapnya.
Sikap Apatis Guru
Pada kenyataannya, lanjut Isa Ansori, guru lebih nyaman mengajarkan sesuatu yang sifatnya pilih yang paling
gampang, materi pembelajarannya, lalu membuat indikatornya dan kemudian membuat evaluasinya.
Lebih lanjut menurut pandangannya, ada tiga hal yang menjadi pijakannya dalam melihat kurikulum ini
sesungguhnya untuk siapa. Yang pertama, menurut Isa Ansori, ketika kurikulum 2004 dicanangkan, dia
membayangkan saat itulah tepat untuk kembali pada pada kompetensi yang dimiliki guru dan sekolah dengan
mengembangkan kecerdasan majemuk. Karena menurutnya kurikulum 2004 adalah wilayah otoritas guru,
sehingga guru punya hak untuk menjadikan hitam-putihnya anak.
“Lalu kurikulum 2006, 2008. Dan 2013, saya kira tidak ada pengurangan, justru jam guru lebih banyak dan
guru tidak punya kesempatan untuk bermain-main dalam proses pembelajaran. Karena berdasarkan kurikulum
2013 yang saya tangkap guru harus mengembangkan seluruh potensi dasar yang dimiliki oleh anak dan jam
belajar dari 32 sekarang 38,” paparnya.
Kemudian yang kedua, dari struktur kurikulum ini dirinya melihat ada potensi positifnya. Yaitu siswa didorong
punya ketrampilan lebih dalam. “Dan ini sebetulnya menjadi ruh dari KBK yang selama ini tidak berjalan, tidak
dilakukan oleh kawan-kawan guru. Ini yang saya pikir di kurikulum 2013, tentu dikembalikan,” tandas Isa.
Berikutnya, yang ketiga, sebetulnya kurikulum ini persoalan siapa? Inilah pertanyaan yang menurut Isa Ansori
tidak kalah pentingnya. Dikatakannya, menurut pengalaman dan pengamatan Isa, dalam proses
pendampingan yang dilakukan sejak tingkat SD-SMA, guru lebih nyaman dengan konsep pembelajaran yang
satu arah. Bahkan ada kekawatiran pendidik bahwa kurikulum 2004-2006, 2013 ini bagian dari dekonstruksi
otoritas guru.
“Saya pikir inilah yang menjadi kekawatiran guru, seolah-olah guru dianggap kemampuannya sama dengan
siswa dan ini menjadi persoalan sendiri bagi guru. Sebenarnya, menurut saya, proses belajar sekarang tidak
boleh ada yang merasa lebih tahu. Tetapi semua tahu, hanya berbeda satu sama lain. Ini yang harus
dikembangkan oleh sekolah karena inilah inti dari kurikulum 2004 dan 2013,” terang Isa yang pada kesempatan
itu juga menceritakan pengalamannya dipecat dari sebuah sekolah lantaran metode pengajarannya yang
dianggap nyleneh.
“Pengalaman saya dan teman,” tutur Isa, “Saya guru dan pada 1996 saya dipecat dari sebuah sekolah karena
memberikan model pembelajaran yang berbeda dengan apa yang kebanyakan disampaikan kebanyakan guru
waktu ini. Saya pikir saya harus beda. Tetapi oleh kepala sekolah justru ditanya Pak Ansori ini mengajar apa
mainan? Begitu kira-kira.”
Justru bermula dari pengalaman pahit itu, masih menurut penuturan Isa, dirinya pada 1997-1998 malah
berkampanye dengan merekam dalam sebentuk dokumentasi tentang apa yang pernah dilakukannya. Alhasil,
tahun 1999 dokumentasi itujadi sebuah panduan dan dibiayai ADB (Asian Development Bank, red) untuk
melatih 28.000 guru dan 1500 kepala sekolah se jatim.
“Nah, inti dari yang saya tawarkan sebetulnya yakni bagaimana sekolah atau guru itu punya otoritas dalam
kontek pembelajaran yang dilakukannya,” tandasnya.
Salah seorang peserta diskusi, Wahyu Subagyo SDN Airlangga I, Surabaya membenarkan masalah rendahnya
SDM guru. Setidaknya, hal itu dari pengamatan selama 20 tahun mengajar di SD. Wahyu mengaku sudah
mengalami 3 perubahan kurikulum. Intinya, sebagus apapun kurikulum, ditegaskan Wahyu, kuncinya guru
tersebut mampu ataukah tidak mencerna perubahan.
“Kenyataannya, guru itu sulit menemui hal baru. Semua kurikulum, CBSA, KBK, KTSK. Intinya, ada paradigma
yang berkembang saat itu. Setiap ada perubahan kurikulum, SDM-nya sulit menerima. Padahal kalau kita
telaah, kurikulum 2013 ini KBK masuk, CBSA, masuk KTSK juga masuk. Tinggal menyempurnakan. Intinya
bagaimana prosesnya lebih bagus, dari sebelumnya. Kalau kita baca, kita menutupi kurikulum-kurikulum
sebelumnya,” ungkap Wahyu.
Wahyu sendiri mempertanyakan objektivitas, kenyataan di lapangan, berapa prosen yang interest, yang betulbetul memikirkan kurikulum dengan mencari informasi, untuk ke sana sangat kecil. Dugaan Wahyu, sikap guru
sebagian besar akan apatis, “Alah, nanti kan tahu sendiri. Ini Apatis.”
Lebih lanjut, kepada pemerintah, Wahyu meminta kurikulum terbarunya disosialisasikan secepat dan sebaik
mungkin. Terlebih, hal ini mengingat tidak semua guru merasa memiliki kepentingan terhadap informasi itu, dan
enam bulan bukanlah waktu yang lama. “Bagi guru muda sadar IT, seperti saya bisa cari di internet. Kami pun
tidak hanya cari dari situs-situs, tapi juga menggali informasi. Termasuk dengan menghadiri pertemuanpertemuan ini. Tapi tidak semua guru punya kepedulian seperti ini,” tandasnya.
Tentu akan lebih baik lagi, lanjut Wahyu, jika pemerintah atau LSM dalam masa sosialisasi ke depan mengambil
sampel beberapa orang guru, lalu silakan dikembangkan KKG masing-masing. “Paling tidak seperti itu,
informasinya juga lebih afdol,” katanya.
Sementara itu, peserta lainnya, Anatasia Lestari R dari SD Santa Clara, Ngagel Madya Surabaya, berpendapat,
di lapangan kemungkinan besar guru sulit meninggalkan pandangan lama. Masih bercokol dalam benak mereka
bahwa behaviorisme dalam pengajaran masih kuat. “Tentu perubahan itu tantangan besar, bagaimanapun
perubahan kurikulum ini menuju lebih baik. Hanya bagaimana tanggapan kita di lapangan, tergantung
SDMnya,” katanya.
Masalah Ujian Nasional
Tantangan utama dari Kurikulum 2013 ini menurut Isa adalah pada kualitas komunitas guru atau guru KKG—
guru serumpun dalam menentukan tema bersama untuk proses pengajaran. “Problemnya tentu saja adalah
apakah mereka mau duduk bareng untuk itu?”
Sebab bila tidak demikian, akan banyak sekali hal yang sia-sia seperti pengalaman proses pengajaran selama
ini, ketika semua guru terbebani oleh 18 karakter untuk siswa sehingga semuanya mengajarkan hal itu.
“Mestinya, Kan bisa dibagi? Selama ini terjadi pengulangan yang buang-buang waktu.”
Demikian pula menurut Maria, tantangannya adalah dalam bahasanya– team teaching-nya. “Mulanya, cari tema
yang sama, lalu diantara tim itu harus ditentukan kompetensi dasarnya siapa yang penting?”
Sebagaimana kurikulum sebelumnya, Kurikulum 2013 ini selain masalah SDM, juga menjadi dilema bagi guru
dan pihak sekolah terkait penyelenggaraan Ujian Nasional (UN).
“Sebetulnya di satu sisi guru ingin mengembangkan sikap siswa. Di sisi lain ujian akhir ini beban dan kendala
kita,” ungkap Anatasia Lestari.
Terhadap hal ini, Isa Ansori menjelaskan memang negara punya tanggungjawab karena mengeluarkan dana.
Melalui standar komisi, sehingga UN adalah wilayah Jakarta.
“Saya kira itu tantangannya. Dua-duanya harus jalan. Dan sekolah punya otoritas juga. Karakter itu wilayah
sekolah. Dianggapnya UN seolah penentu, padahal tidak. Sekolah boleh tidak meluluskan. Hanya saja, memang
sekolah terbebani prosentase kelulusan,” jawabnya.
Dengan kata lain, menurut Isa Ansori, menghadapi kurikulum 2013 ini, persoalannya lebih pada SDM, apalagi
guru muda pun bisa tertular virus guru tua yang suka kemapanan. Yang kita butuhkan adalah guru yang
‘berani” melakukan yang terbaik untuk siswa, masyarakat harus membayar mahal. Dan Kurikulum 2013 tidak
butuh biaya tinggi. Tapi kreativitas guru sebagai tantangan. Kita butuh guru yang setiap minggu bisa
menawarkan perubahan.
“Kalau ada guru seperti itu, ini perubahan luar biasa. Guru yang bisa mengembangkan nalar, terintegrasi, soal
apapun tidak ada persoalan. Masalahnya sekolah tidak mau repot, perubahan selalu dianggap menakutkan,”
tandas Isa.
Dengan pola pikir guru yang luar biasa seperti ini, sebetulnya itu langkah maju daripada Kurikulum 2013 yang
bertahap dan dievaluasi setelah 3 tahun tersebut. Pola guru yang siap berubah seperti itu, jikapun ada
kurikulum yang berubah 6 bulan sekali, guru senantiasa siap.
“Tidak harus 3 tahun evaluasi. Seperti cari info kurikulum, bagi yang tinggal dikota-kota, tidak perlu waktu 6
bulan sosialisasi. Cukup sehari saja bisa cari dan dalami dari internet, dan sebulan cukup untuk memberi
masukan uji publik. Tetapi masalahnya adalah dari beberapa uji publik ini, guru malah tidak bicarakan?” ungkap
Isa.
Ditegaskannya, perubahan kurikulum tidaklah krusial karena kurikulum itu benda mati. Bahkan, menjawab
harapan Wahyu adanya guru-guru sampel yang perlu dilatih khusus, menurut Ansori, Pemprov Jatim yang lalulalu sudah melakukan pendampingan guru di sekolah.
“Pendampingan banyak dari pemerintah karena problemnya kalau di luar birokrasi agak itu sulit. Apalagi
kenyataannya, setelah pelatihan, kinerja guru juga kembali pada kemampuan seperti sebelumnya. Mental guru
seperti ini harus diubah. Seolah-olah pemerintah itu segala-galanya,” tandas Isa Ansori

Más contenido relacionado

La actualidad más candente

Selesai manajemen berbasis sekolah
Selesai manajemen  berbasis  sekolahSelesai manajemen  berbasis  sekolah
Selesai manajemen berbasis sekolahFeni Prasetiya
 
Mamajemen pendidikan-islam deden-makbuloh- mulati
Mamajemen pendidikan-islam deden-makbuloh- mulatiMamajemen pendidikan-islam deden-makbuloh- mulati
Mamajemen pendidikan-islam deden-makbuloh- mulatimahmudi moedy
 
Contoh karya ilmiah tentang pendidikan
Contoh karya ilmiah tentang pendidikanContoh karya ilmiah tentang pendidikan
Contoh karya ilmiah tentang pendidikantappulak
 
Proposal: Efektivitas Pelaksanaan Manajemen Pendidikan Karakter (Mixed Method)
Proposal: Efektivitas Pelaksanaan Manajemen Pendidikan Karakter (Mixed Method)Proposal: Efektivitas Pelaksanaan Manajemen Pendidikan Karakter (Mixed Method)
Proposal: Efektivitas Pelaksanaan Manajemen Pendidikan Karakter (Mixed Method)Denny Kodrat
 
Tugas proposal penelitian
Tugas proposal penelitianTugas proposal penelitian
Tugas proposal penelitianMuhammad Hendra
 
Deskripsi diri mulyati final
Deskripsi diri mulyati finalDeskripsi diri mulyati final
Deskripsi diri mulyati finalMulyati Rahman
 
Proposal skripsi ii
Proposal skripsi iiProposal skripsi ii
Proposal skripsi iiWarsito Sito
 
Siaran Pers Temu Pendidik Nusantara 2015 - Kampus Guru Cikal
Siaran Pers Temu Pendidik Nusantara 2015 - Kampus Guru CikalSiaran Pers Temu Pendidik Nusantara 2015 - Kampus Guru Cikal
Siaran Pers Temu Pendidik Nusantara 2015 - Kampus Guru CikalBukik Setiawan
 
Tugas metode pembelajaran pai
Tugas metode pembelajaran paiTugas metode pembelajaran pai
Tugas metode pembelajaran paiancciran
 
Makalah kebijakan pendidikan di era otonomi daerah
Makalah kebijakan pendidikan di era otonomi daerahMakalah kebijakan pendidikan di era otonomi daerah
Makalah kebijakan pendidikan di era otonomi daerahHaubibBro
 
Jurnal “otonomi” vol. 12 no.2. april 2012
Jurnal “otonomi” vol. 12 no.2. april  2012Jurnal “otonomi” vol. 12 no.2. april  2012
Jurnal “otonomi” vol. 12 no.2. april 2012Univ. Kahuripan Kediri
 
56583907 tugasan-3-isu-guru-ponteng
56583907 tugasan-3-isu-guru-ponteng56583907 tugasan-3-isu-guru-ponteng
56583907 tugasan-3-isu-guru-pontengNorshaidi Mohd Nor
 
Sidang proposaltesis
Sidang proposaltesisSidang proposaltesis
Sidang proposaltesisnda_fauziah
 

La actualidad más candente (19)

Selesai manajemen berbasis sekolah
Selesai manajemen  berbasis  sekolahSelesai manajemen  berbasis  sekolah
Selesai manajemen berbasis sekolah
 
Proposal ema
Proposal emaProposal ema
Proposal ema
 
1 tesis pendahuluan
1 tesis pendahuluan1 tesis pendahuluan
1 tesis pendahuluan
 
Mamajemen pendidikan-islam deden-makbuloh- mulati
Mamajemen pendidikan-islam deden-makbuloh- mulatiMamajemen pendidikan-islam deden-makbuloh- mulati
Mamajemen pendidikan-islam deden-makbuloh- mulati
 
Contoh karya ilmiah tentang pendidikan
Contoh karya ilmiah tentang pendidikanContoh karya ilmiah tentang pendidikan
Contoh karya ilmiah tentang pendidikan
 
2 tesis bab i
2 tesis bab i2 tesis bab i
2 tesis bab i
 
Proposal: Efektivitas Pelaksanaan Manajemen Pendidikan Karakter (Mixed Method)
Proposal: Efektivitas Pelaksanaan Manajemen Pendidikan Karakter (Mixed Method)Proposal: Efektivitas Pelaksanaan Manajemen Pendidikan Karakter (Mixed Method)
Proposal: Efektivitas Pelaksanaan Manajemen Pendidikan Karakter (Mixed Method)
 
Tugas proposal penelitian
Tugas proposal penelitianTugas proposal penelitian
Tugas proposal penelitian
 
Deskripsi diri mulyati final
Deskripsi diri mulyati finalDeskripsi diri mulyati final
Deskripsi diri mulyati final
 
Proposal skripsi ii
Proposal skripsi iiProposal skripsi ii
Proposal skripsi ii
 
Bab i a4
Bab i a4Bab i a4
Bab i a4
 
Siaran Pers Temu Pendidik Nusantara 2015 - Kampus Guru Cikal
Siaran Pers Temu Pendidik Nusantara 2015 - Kampus Guru CikalSiaran Pers Temu Pendidik Nusantara 2015 - Kampus Guru Cikal
Siaran Pers Temu Pendidik Nusantara 2015 - Kampus Guru Cikal
 
Tugas metode pembelajaran pai
Tugas metode pembelajaran paiTugas metode pembelajaran pai
Tugas metode pembelajaran pai
 
Makalah permasalan guru dan solusinya
Makalah permasalan guru dan solusinyaMakalah permasalan guru dan solusinya
Makalah permasalan guru dan solusinya
 
Makalah kebijakan pendidikan di era otonomi daerah
Makalah kebijakan pendidikan di era otonomi daerahMakalah kebijakan pendidikan di era otonomi daerah
Makalah kebijakan pendidikan di era otonomi daerah
 
Tugasan azhari
Tugasan azhariTugasan azhari
Tugasan azhari
 
Jurnal “otonomi” vol. 12 no.2. april 2012
Jurnal “otonomi” vol. 12 no.2. april  2012Jurnal “otonomi” vol. 12 no.2. april  2012
Jurnal “otonomi” vol. 12 no.2. april 2012
 
56583907 tugasan-3-isu-guru-ponteng
56583907 tugasan-3-isu-guru-ponteng56583907 tugasan-3-isu-guru-ponteng
56583907 tugasan-3-isu-guru-ponteng
 
Sidang proposaltesis
Sidang proposaltesisSidang proposaltesis
Sidang proposaltesis
 

Destacado

Materi kelas x kur 2013
Materi kelas x kur 2013Materi kelas x kur 2013
Materi kelas x kur 2013dimas hartono
 
130421 rasional kd bi-konsep bb-my
130421 rasional kd bi-konsep bb-my130421 rasional kd bi-konsep bb-my
130421 rasional kd bi-konsep bb-mydimas hartono
 
130418 kd sma-ma-smk-bahasa indonesia-final grand tropic
130418 kd sma-ma-smk-bahasa indonesia-final grand tropic130418 kd sma-ma-smk-bahasa indonesia-final grand tropic
130418 kd sma-ma-smk-bahasa indonesia-final grand tropicdimas hartono
 
03. b.-salinan-lampiran-permendikbud-no.-65-th-2013-ttg-standar-proses
03. b.-salinan-lampiran-permendikbud-no.-65-th-2013-ttg-standar-proses03. b.-salinan-lampiran-permendikbud-no.-65-th-2013-ttg-standar-proses
03. b.-salinan-lampiran-permendikbud-no.-65-th-2013-ttg-standar-prosesdimas hartono
 
04. b.-salinan-lampiran-permendikbud-no.-66-th-2013-tentang-standar-penilaian
04. b.-salinan-lampiran-permendikbud-no.-66-th-2013-tentang-standar-penilaian04. b.-salinan-lampiran-permendikbud-no.-66-th-2013-tentang-standar-penilaian
04. b.-salinan-lampiran-permendikbud-no.-66-th-2013-tentang-standar-penilaiandimas hartono
 
Perbedaan esensial ktsp dan kurikulum
Perbedaan esensial ktsp dan kurikulumPerbedaan esensial ktsp dan kurikulum
Perbedaan esensial ktsp dan kurikulumdimas hartono
 
10 bahasa indonesia buku_siswa
10 bahasa indonesia buku_siswa10 bahasa indonesia buku_siswa
10 bahasa indonesia buku_siswadimas hartono
 
Rpp sma bhs ind komunikasi
Rpp sma bhs ind komunikasiRpp sma bhs ind komunikasi
Rpp sma bhs ind komunikasidimas hartono
 
Analisis sk kd bhs. ind kls xi 2011-2012
Analisis sk kd bhs. ind kls xi 2011-2012Analisis sk kd bhs. ind kls xi 2011-2012
Analisis sk kd bhs. ind kls xi 2011-2012dimas hartono
 
07. b.-salinan-lampiran-permendikbud-no.-69-th-2013-ttg-kurikulum-sma-ma
07. b.-salinan-lampiran-permendikbud-no.-69-th-2013-ttg-kurikulum-sma-ma07. b.-salinan-lampiran-permendikbud-no.-69-th-2013-ttg-kurikulum-sma-ma
07. b.-salinan-lampiran-permendikbud-no.-69-th-2013-ttg-kurikulum-sma-madimas hartono
 
10 sejarah buku_siswa_2
10 sejarah buku_siswa_210 sejarah buku_siswa_2
10 sejarah buku_siswa_2dimas hartono
 
Analisis sk kd bhs. ind kls xi 2011-2012 (1)
Analisis sk kd bhs. ind kls xi 2011-2012 (1)Analisis sk kd bhs. ind kls xi 2011-2012 (1)
Analisis sk kd bhs. ind kls xi 2011-2012 (1)dimas hartono
 
Panduan penyusunan portofolio guru 1
Panduan penyusunan portofolio guru 1Panduan penyusunan portofolio guru 1
Panduan penyusunan portofolio guru 1dimas hartono
 
Analisis sk kd bhs. ind kls x 2010-2011
Analisis sk kd bhs. ind kls x 2010-2011Analisis sk kd bhs. ind kls x 2010-2011
Analisis sk kd bhs. ind kls x 2010-2011dimas hartono
 
Perbandingan kurikulum-2004-kbk-2006-ktsp-dan-2013
Perbandingan kurikulum-2004-kbk-2006-ktsp-dan-2013Perbandingan kurikulum-2004-kbk-2006-ktsp-dan-2013
Perbandingan kurikulum-2004-kbk-2006-ktsp-dan-2013dimas hartono
 
Cara membuat puisi menjadi bentuk prosa
Cara membuat puisi menjadi bentuk prosaCara membuat puisi menjadi bentuk prosa
Cara membuat puisi menjadi bentuk prosadimas hartono
 

Destacado (20)

Materi kelas x kur 2013
Materi kelas x kur 2013Materi kelas x kur 2013
Materi kelas x kur 2013
 
130421 rasional kd bi-konsep bb-my
130421 rasional kd bi-konsep bb-my130421 rasional kd bi-konsep bb-my
130421 rasional kd bi-konsep bb-my
 
130418 kd sma-ma-smk-bahasa indonesia-final grand tropic
130418 kd sma-ma-smk-bahasa indonesia-final grand tropic130418 kd sma-ma-smk-bahasa indonesia-final grand tropic
130418 kd sma-ma-smk-bahasa indonesia-final grand tropic
 
03. b.-salinan-lampiran-permendikbud-no.-65-th-2013-ttg-standar-proses
03. b.-salinan-lampiran-permendikbud-no.-65-th-2013-ttg-standar-proses03. b.-salinan-lampiran-permendikbud-no.-65-th-2013-ttg-standar-proses
03. b.-salinan-lampiran-permendikbud-no.-65-th-2013-ttg-standar-proses
 
04. b.-salinan-lampiran-permendikbud-no.-66-th-2013-tentang-standar-penilaian
04. b.-salinan-lampiran-permendikbud-no.-66-th-2013-tentang-standar-penilaian04. b.-salinan-lampiran-permendikbud-no.-66-th-2013-tentang-standar-penilaian
04. b.-salinan-lampiran-permendikbud-no.-66-th-2013-tentang-standar-penilaian
 
Perbedaan esensial ktsp dan kurikulum
Perbedaan esensial ktsp dan kurikulumPerbedaan esensial ktsp dan kurikulum
Perbedaan esensial ktsp dan kurikulum
 
10 bahasa indonesia buku_siswa
10 bahasa indonesia buku_siswa10 bahasa indonesia buku_siswa
10 bahasa indonesia buku_siswa
 
Rpp sma bhs ind komunikasi
Rpp sma bhs ind komunikasiRpp sma bhs ind komunikasi
Rpp sma bhs ind komunikasi
 
Rpp sma bhs ind
Rpp sma bhs indRpp sma bhs ind
Rpp sma bhs ind
 
Analisis sk kd bhs. ind kls xi 2011-2012
Analisis sk kd bhs. ind kls xi 2011-2012Analisis sk kd bhs. ind kls xi 2011-2012
Analisis sk kd bhs. ind kls xi 2011-2012
 
07. b.-salinan-lampiran-permendikbud-no.-69-th-2013-ttg-kurikulum-sma-ma
07. b.-salinan-lampiran-permendikbud-no.-69-th-2013-ttg-kurikulum-sma-ma07. b.-salinan-lampiran-permendikbud-no.-69-th-2013-ttg-kurikulum-sma-ma
07. b.-salinan-lampiran-permendikbud-no.-69-th-2013-ttg-kurikulum-sma-ma
 
Daftar isi
Daftar isiDaftar isi
Daftar isi
 
10 sejarah buku_siswa_2
10 sejarah buku_siswa_210 sejarah buku_siswa_2
10 sejarah buku_siswa_2
 
Analisis sk kd bhs. ind kls xi 2011-2012 (1)
Analisis sk kd bhs. ind kls xi 2011-2012 (1)Analisis sk kd bhs. ind kls xi 2011-2012 (1)
Analisis sk kd bhs. ind kls xi 2011-2012 (1)
 
Panduan penyusunan portofolio guru 1
Panduan penyusunan portofolio guru 1Panduan penyusunan portofolio guru 1
Panduan penyusunan portofolio guru 1
 
Analisis sk kd bhs. ind kls x 2010-2011
Analisis sk kd bhs. ind kls x 2010-2011Analisis sk kd bhs. ind kls x 2010-2011
Analisis sk kd bhs. ind kls x 2010-2011
 
Analisis skkd
Analisis skkdAnalisis skkd
Analisis skkd
 
Perbandingan kurikulum-2004-kbk-2006-ktsp-dan-2013
Perbandingan kurikulum-2004-kbk-2006-ktsp-dan-2013Perbandingan kurikulum-2004-kbk-2006-ktsp-dan-2013
Perbandingan kurikulum-2004-kbk-2006-ktsp-dan-2013
 
Anekdot
AnekdotAnekdot
Anekdot
 
Cara membuat puisi menjadi bentuk prosa
Cara membuat puisi menjadi bentuk prosaCara membuat puisi menjadi bentuk prosa
Cara membuat puisi menjadi bentuk prosa
 

Similar a Mental guru harus berubah

Buku Panduan Komunitas Guru Belajar 2.0
Buku Panduan Komunitas Guru Belajar 2.0Buku Panduan Komunitas Guru Belajar 2.0
Buku Panduan Komunitas Guru Belajar 2.0Kampus Cikal
 
1.guru hantui thn 2013
1.guru  hantui thn 20131.guru  hantui thn 2013
1.guru hantui thn 2013Suaidin -Dompu
 
Evaluasi Kurikulum 2013
Evaluasi Kurikulum 2013Evaluasi Kurikulum 2013
Evaluasi Kurikulum 2013Dewi Izza
 
4 refleksi edu3083_sem7_2014
4 refleksi edu3083_sem7_20144 refleksi edu3083_sem7_2014
4 refleksi edu3083_sem7_2014awangyie
 
Aksi Nyata Topik Merdeka Belajar_Rosmala Dewi, S.Pd.pdf
Aksi Nyata Topik Merdeka Belajar_Rosmala Dewi, S.Pd.pdfAksi Nyata Topik Merdeka Belajar_Rosmala Dewi, S.Pd.pdf
Aksi Nyata Topik Merdeka Belajar_Rosmala Dewi, S.Pd.pdfmaharaputra2
 
Makalah penerapan kode etik pada profesi guru
Makalah penerapan kode etik pada profesi guruMakalah penerapan kode etik pada profesi guru
Makalah penerapan kode etik pada profesi guruSeptian Muna Barakati
 
Jurnal Refleksi Modul 1.1 Pendidikan Guru Penggerak
Jurnal Refleksi Modul 1.1 Pendidikan Guru PenggerakJurnal Refleksi Modul 1.1 Pendidikan Guru Penggerak
Jurnal Refleksi Modul 1.1 Pendidikan Guru PenggerakWidiawati92
 
artikel keguruan
artikel keguruanartikel keguruan
artikel keguruandjuna
 
manajenem pengembangan kurikulum
manajenem pengembangan kurikulummanajenem pengembangan kurikulum
manajenem pengembangan kurikulumdyah saptarini
 
Makalah profesi guru SMA 1 RAHA KABUPATEN MUNA
Makalah profesi guru SMA 1 RAHA KABUPATEN MUNA Makalah profesi guru SMA 1 RAHA KABUPATEN MUNA
Makalah profesi guru SMA 1 RAHA KABUPATEN MUNA Operator Warnet Vast Raha
 
Tugas.Cgp.jurnal pdf.pdf
Tugas.Cgp.jurnal pdf.pdfTugas.Cgp.jurnal pdf.pdf
Tugas.Cgp.jurnal pdf.pdfEmilJunior3
 
Modul 3.3. Angkatan 5 Reguler. Pengelolaan Program yang Berdampak Positif pa...
Modul 3.3. Angkatan 5 Reguler. Pengelolaan Program yang  Berdampak Positif pa...Modul 3.3. Angkatan 5 Reguler. Pengelolaan Program yang  Berdampak Positif pa...
Modul 3.3. Angkatan 5 Reguler. Pengelolaan Program yang Berdampak Positif pa...Irman Ramly
 
Kod etika profesionalisme (1)
Kod etika profesionalisme (1)Kod etika profesionalisme (1)
Kod etika profesionalisme (1)Yusri Mohd Yusof
 
Gurukah aku atau...
Gurukah aku atau...Gurukah aku atau...
Gurukah aku atau...Rosmah Abdul
 
Asimen pengurusan bilik darjah dan tingkah laku
Asimen pengurusan bilik darjah dan tingkah lakuAsimen pengurusan bilik darjah dan tingkah laku
Asimen pengurusan bilik darjah dan tingkah lakuPensil Dan Pemadam
 
Model Pembelajaran Inovatif Tipe Jigsaw
Model Pembelajaran Inovatif Tipe JigsawModel Pembelajaran Inovatif Tipe Jigsaw
Model Pembelajaran Inovatif Tipe JigsawAdelia Ibrahim
 

Similar a Mental guru harus berubah (20)

Buku Panduan Komunitas Guru Belajar 2.0
Buku Panduan Komunitas Guru Belajar 2.0Buku Panduan Komunitas Guru Belajar 2.0
Buku Panduan Komunitas Guru Belajar 2.0
 
1.guru hantui thn 2013
1.guru  hantui thn 20131.guru  hantui thn 2013
1.guru hantui thn 2013
 
Evaluasi Kurikulum 2013
Evaluasi Kurikulum 2013Evaluasi Kurikulum 2013
Evaluasi Kurikulum 2013
 
Makalah Masalah Profesi Guru
Makalah Masalah Profesi GuruMakalah Masalah Profesi Guru
Makalah Masalah Profesi Guru
 
Uas lpp
Uas lppUas lpp
Uas lpp
 
4 refleksi edu3083_sem7_2014
4 refleksi edu3083_sem7_20144 refleksi edu3083_sem7_2014
4 refleksi edu3083_sem7_2014
 
Aksi Nyata Topik Merdeka Belajar_Rosmala Dewi, S.Pd.pdf
Aksi Nyata Topik Merdeka Belajar_Rosmala Dewi, S.Pd.pdfAksi Nyata Topik Merdeka Belajar_Rosmala Dewi, S.Pd.pdf
Aksi Nyata Topik Merdeka Belajar_Rosmala Dewi, S.Pd.pdf
 
Makalah penerapan kode etik pada profesi guru
Makalah penerapan kode etik pada profesi guruMakalah penerapan kode etik pada profesi guru
Makalah penerapan kode etik pada profesi guru
 
Jurnal Refleksi Modul 1.1 Pendidikan Guru Penggerak
Jurnal Refleksi Modul 1.1 Pendidikan Guru PenggerakJurnal Refleksi Modul 1.1 Pendidikan Guru Penggerak
Jurnal Refleksi Modul 1.1 Pendidikan Guru Penggerak
 
artikel keguruan
artikel keguruanartikel keguruan
artikel keguruan
 
manajenem pengembangan kurikulum
manajenem pengembangan kurikulummanajenem pengembangan kurikulum
manajenem pengembangan kurikulum
 
Makalah profesi guru SMA 1 RAHA KABUPATEN MUNA
Makalah profesi guru SMA 1 RAHA KABUPATEN MUNA Makalah profesi guru SMA 1 RAHA KABUPATEN MUNA
Makalah profesi guru SMA 1 RAHA KABUPATEN MUNA
 
Tugas.Cgp.jurnal pdf.pdf
Tugas.Cgp.jurnal pdf.pdfTugas.Cgp.jurnal pdf.pdf
Tugas.Cgp.jurnal pdf.pdf
 
Buletin trendy
Buletin trendyBuletin trendy
Buletin trendy
 
Modul 3.3. Angkatan 5 Reguler. Pengelolaan Program yang Berdampak Positif pa...
Modul 3.3. Angkatan 5 Reguler. Pengelolaan Program yang  Berdampak Positif pa...Modul 3.3. Angkatan 5 Reguler. Pengelolaan Program yang  Berdampak Positif pa...
Modul 3.3. Angkatan 5 Reguler. Pengelolaan Program yang Berdampak Positif pa...
 
Kod etika profesionalisme (1)
Kod etika profesionalisme (1)Kod etika profesionalisme (1)
Kod etika profesionalisme (1)
 
Gurukah aku atau...
Gurukah aku atau...Gurukah aku atau...
Gurukah aku atau...
 
refleksi edu3083
 refleksi edu3083 refleksi edu3083
refleksi edu3083
 
Asimen pengurusan bilik darjah dan tingkah laku
Asimen pengurusan bilik darjah dan tingkah lakuAsimen pengurusan bilik darjah dan tingkah laku
Asimen pengurusan bilik darjah dan tingkah laku
 
Model Pembelajaran Inovatif Tipe Jigsaw
Model Pembelajaran Inovatif Tipe JigsawModel Pembelajaran Inovatif Tipe Jigsaw
Model Pembelajaran Inovatif Tipe Jigsaw
 

Más de dimas hartono

Cara mengatasi card reader laptop tidak bisa
Cara mengatasi card reader laptop tidak bisaCara mengatasi card reader laptop tidak bisa
Cara mengatasi card reader laptop tidak bisadimas hartono
 
Cover rencana pekan efektif genap 2017
Cover rencana pekan  efektif genap 2017Cover rencana pekan  efektif genap 2017
Cover rencana pekan efektif genap 2017dimas hartono
 
Materi yang terdapat pada buku bahasa indonesia wajib kelas 11 kurikulum 2013...
Materi yang terdapat pada buku bahasa indonesia wajib kelas 11 kurikulum 2013...Materi yang terdapat pada buku bahasa indonesia wajib kelas 11 kurikulum 2013...
Materi yang terdapat pada buku bahasa indonesia wajib kelas 11 kurikulum 2013...dimas hartono
 
Totbahanajarkurikulum2013 131023083806-phpapp01
Totbahanajarkurikulum2013 131023083806-phpapp01Totbahanajarkurikulum2013 131023083806-phpapp01
Totbahanajarkurikulum2013 131023083806-phpapp01dimas hartono
 
10 sejarah buku_guru
10 sejarah buku_guru10 sejarah buku_guru
10 sejarah buku_gurudimas hartono
 
10 bahasa indonesia buku_guru
10 bahasa indonesia buku_guru10 bahasa indonesia buku_guru
10 bahasa indonesia buku_gurudimas hartono
 
01. b.-salinan-lampiran-permendikbud-no.-54-tahun-2013-ttg-skl1
01. b.-salinan-lampiran-permendikbud-no.-54-tahun-2013-ttg-skl101. b.-salinan-lampiran-permendikbud-no.-54-tahun-2013-ttg-skl1
01. b.-salinan-lampiran-permendikbud-no.-54-tahun-2013-ttg-skl1dimas hartono
 
Analisis perbedaan kurikulum ktsp dan kurikulum 2013
Analisis perbedaan kurikulum ktsp dan kurikulum 2013Analisis perbedaan kurikulum ktsp dan kurikulum 2013
Analisis perbedaan kurikulum ktsp dan kurikulum 2013dimas hartono
 

Más de dimas hartono (8)

Cara mengatasi card reader laptop tidak bisa
Cara mengatasi card reader laptop tidak bisaCara mengatasi card reader laptop tidak bisa
Cara mengatasi card reader laptop tidak bisa
 
Cover rencana pekan efektif genap 2017
Cover rencana pekan  efektif genap 2017Cover rencana pekan  efektif genap 2017
Cover rencana pekan efektif genap 2017
 
Materi yang terdapat pada buku bahasa indonesia wajib kelas 11 kurikulum 2013...
Materi yang terdapat pada buku bahasa indonesia wajib kelas 11 kurikulum 2013...Materi yang terdapat pada buku bahasa indonesia wajib kelas 11 kurikulum 2013...
Materi yang terdapat pada buku bahasa indonesia wajib kelas 11 kurikulum 2013...
 
Totbahanajarkurikulum2013 131023083806-phpapp01
Totbahanajarkurikulum2013 131023083806-phpapp01Totbahanajarkurikulum2013 131023083806-phpapp01
Totbahanajarkurikulum2013 131023083806-phpapp01
 
10 sejarah buku_guru
10 sejarah buku_guru10 sejarah buku_guru
10 sejarah buku_guru
 
10 bahasa indonesia buku_guru
10 bahasa indonesia buku_guru10 bahasa indonesia buku_guru
10 bahasa indonesia buku_guru
 
01. b.-salinan-lampiran-permendikbud-no.-54-tahun-2013-ttg-skl1
01. b.-salinan-lampiran-permendikbud-no.-54-tahun-2013-ttg-skl101. b.-salinan-lampiran-permendikbud-no.-54-tahun-2013-ttg-skl1
01. b.-salinan-lampiran-permendikbud-no.-54-tahun-2013-ttg-skl1
 
Analisis perbedaan kurikulum ktsp dan kurikulum 2013
Analisis perbedaan kurikulum ktsp dan kurikulum 2013Analisis perbedaan kurikulum ktsp dan kurikulum 2013
Analisis perbedaan kurikulum ktsp dan kurikulum 2013
 

Mental guru harus berubah

  • 1. Mental Guru Harus Berubah SELAMA enam bulan ke depan, akan berlangsung sosialisasi kurikulum pendidikan paling gress di negeri ini. Seberapa dalam efektivitas sosialisasi itu di samping bergantung pada pihak yang paling berwenang, dalam hal ini pemerintah, namun juga peran para pihak yang terkait di dalamnya, termasuk guru. Pro-kontra masih terus mengemuka atas kurikulum tersebut, oleh masyarakat, pengamat pendidikan di sejumlah media-maupun di pelbagai kesempatan. Hingga tulisan ini dibuat, pemerintah masih menunggu masukan utamanya dari praktisi pendidikan dalam kesempatan uji publik dari dua alternatif yang disediakan. Meski demikian, apapun pilihan dari alternatif tersebut kualitas dan mental pendidik dalam hal ini guru adalah ujung tombak dari setiap berlakunya kurikulum baru di negeri ini. Demikian, salah satu kesimpulan penting dalam diskusi terbatas beberapa waktu lalu yang diselenggarakan Women and Youth Development Institute of Indonesia (WYDII) di sekretariatnya, Jl Gubeng Kertajaya 9a no 21a Surabaya. Diskusi yang menghadirkan Isa Ansori, Ketua Dewan Pendidikan Surabaya, Maria Mumpuni Purboningrum dari NGO Benih Matahari dan mengundang beberapa guru sekolah dasar ini dimoderatori oleh Jairi Irawan dari WYDII. “Kurikulum 2004 yang kita kenal dengan KBK (Kurikulum Berbasis Kompetensi, red), kemudian 2006 kita kenal dengan KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan, red) adalah konsep manajemen berbasis sekolah. Guru ditantang untuk memiliki otoritas dan mengembangkan model pembelajaran yang dilakukan masing-masing. Persoalannya ‘kebebasan’ yang diberikan kurikulum tidak mampu ditangkap oleh guru. Dampaknya, kurikulum itu yang rasanya benda mati, menjadi mati. Dan Guru bingung bagaimana mengimplementasikannya dalam proses pembelajaran,” terang Isa Ansori. Bahkan Maria Mumpuni dari Benih Matahari menegaskan tidak ada perbedaan mencolok antara Kurikulum KBK, KTSP dan 2013. “Namun demikian, saya melihat ada tiga aspek yang menjadi ruh setiap kurikulum. Materi, peran guru-kepala sekolah dan manajemen perubahan,” tandas Maria. Soal materi, guru kita nantinya tergantung teks book, yang artnya tergantung penerbit yang menerjemahkan dan kemudian menjadi buku panduan itu. Materi KTSP maupun kurikulum 2013—katanya adalah penyederhanaan dari KTSP. “Buat saya ini nanti dikembalikan pada bagaimana materi buku panduan. Penuh atau tidak. Karena pada saat materi itu penuh guru akhirnya akan mengajar satu arah lagi. Padahal kalau dilihat inti dari KTSP, kalau guru bisa mengembangkan, guru bisa membuat materi sendiri,” katanya. Dengan kata lain, baik Kurikulum KTSP maupun kurikulum 2013 sudah ada peluang guru untuk mengembangkan. Walaupun perbedaannya, kurikulum sebelumnya dengan proyeksi dari mata pelajaran ke tema, sementara pada kurikulum 2013 dari tema lalu ke mata pelajaran. Lantas berkait dengan peran guru, dari pengamatan Maria, ditekankannya bahwa menurut dia, guru memang berperan bagaimana guru mampu mengelola materi itu. Lalu, pada saat guru sudah mampu mengelola, pertanyaannya kepala sekolah paham apa tidak dengan kerangka pembelajaran yang lebih aktif. Sehingga kepala sekolah pun berperan memberi ruang sehingga guru aktif.
  • 2. “Atmosphire, egoisme guru selama ini bahwa mata pelajaran satu lebih penting dari yang lain, menjadi tantangannya. Kurikulum 2013 membutuhkan integrasi, butuh team work. Saya kira guru SMA paling berat team worknya. Harus kerja sama,” tandas Maria. Bukan hanya itu saja, lebih lanjut dikatakan, masyarakat pun harus cukup punya wacana, model, materi, pembelajaran sekolah di lokal. Sehingga tidak terjadi sekolah diprotes oleh orangtua. Atau sudah ada guru yang aktif tapi dari pengawasnya, dinasnya tak memiliki orientasi. “Jadi pendekatan sekolah secara menyeluruh itu penting. Kepala Sekolah. Dinas juga harus pro aktif,” imbuh Maria. Dan aspek lainnya, menurut Maria, adalah managemen perubahan. Ini serupa dengan arti kata dari bahasa Isa Ansori—guru mencari cara nyaman. Padahal menurut Maria sekolah harus siap berubah. Maria pun menyayangkan, apalagi sekarang ada sekolah Adi Wiyata Mandiri. Kesannya, setelah meraih sekolah Adi Wiyata, sudah mapan dan tak perlu lagi ada perubahan. “Ini konsep yang salah kaprah. Tidak beda dengan mencari cara yang nyaman,” ungkapnya. Sikap Apatis Guru Pada kenyataannya, lanjut Isa Ansori, guru lebih nyaman mengajarkan sesuatu yang sifatnya pilih yang paling gampang, materi pembelajarannya, lalu membuat indikatornya dan kemudian membuat evaluasinya. Lebih lanjut menurut pandangannya, ada tiga hal yang menjadi pijakannya dalam melihat kurikulum ini sesungguhnya untuk siapa. Yang pertama, menurut Isa Ansori, ketika kurikulum 2004 dicanangkan, dia membayangkan saat itulah tepat untuk kembali pada pada kompetensi yang dimiliki guru dan sekolah dengan mengembangkan kecerdasan majemuk. Karena menurutnya kurikulum 2004 adalah wilayah otoritas guru, sehingga guru punya hak untuk menjadikan hitam-putihnya anak. “Lalu kurikulum 2006, 2008. Dan 2013, saya kira tidak ada pengurangan, justru jam guru lebih banyak dan guru tidak punya kesempatan untuk bermain-main dalam proses pembelajaran. Karena berdasarkan kurikulum 2013 yang saya tangkap guru harus mengembangkan seluruh potensi dasar yang dimiliki oleh anak dan jam belajar dari 32 sekarang 38,” paparnya. Kemudian yang kedua, dari struktur kurikulum ini dirinya melihat ada potensi positifnya. Yaitu siswa didorong punya ketrampilan lebih dalam. “Dan ini sebetulnya menjadi ruh dari KBK yang selama ini tidak berjalan, tidak dilakukan oleh kawan-kawan guru. Ini yang saya pikir di kurikulum 2013, tentu dikembalikan,” tandas Isa. Berikutnya, yang ketiga, sebetulnya kurikulum ini persoalan siapa? Inilah pertanyaan yang menurut Isa Ansori tidak kalah pentingnya. Dikatakannya, menurut pengalaman dan pengamatan Isa, dalam proses pendampingan yang dilakukan sejak tingkat SD-SMA, guru lebih nyaman dengan konsep pembelajaran yang satu arah. Bahkan ada kekawatiran pendidik bahwa kurikulum 2004-2006, 2013 ini bagian dari dekonstruksi otoritas guru. “Saya pikir inilah yang menjadi kekawatiran guru, seolah-olah guru dianggap kemampuannya sama dengan siswa dan ini menjadi persoalan sendiri bagi guru. Sebenarnya, menurut saya, proses belajar sekarang tidak boleh ada yang merasa lebih tahu. Tetapi semua tahu, hanya berbeda satu sama lain. Ini yang harus dikembangkan oleh sekolah karena inilah inti dari kurikulum 2004 dan 2013,” terang Isa yang pada kesempatan itu juga menceritakan pengalamannya dipecat dari sebuah sekolah lantaran metode pengajarannya yang dianggap nyleneh.
  • 3. “Pengalaman saya dan teman,” tutur Isa, “Saya guru dan pada 1996 saya dipecat dari sebuah sekolah karena memberikan model pembelajaran yang berbeda dengan apa yang kebanyakan disampaikan kebanyakan guru waktu ini. Saya pikir saya harus beda. Tetapi oleh kepala sekolah justru ditanya Pak Ansori ini mengajar apa mainan? Begitu kira-kira.” Justru bermula dari pengalaman pahit itu, masih menurut penuturan Isa, dirinya pada 1997-1998 malah berkampanye dengan merekam dalam sebentuk dokumentasi tentang apa yang pernah dilakukannya. Alhasil, tahun 1999 dokumentasi itujadi sebuah panduan dan dibiayai ADB (Asian Development Bank, red) untuk melatih 28.000 guru dan 1500 kepala sekolah se jatim. “Nah, inti dari yang saya tawarkan sebetulnya yakni bagaimana sekolah atau guru itu punya otoritas dalam kontek pembelajaran yang dilakukannya,” tandasnya. Salah seorang peserta diskusi, Wahyu Subagyo SDN Airlangga I, Surabaya membenarkan masalah rendahnya SDM guru. Setidaknya, hal itu dari pengamatan selama 20 tahun mengajar di SD. Wahyu mengaku sudah mengalami 3 perubahan kurikulum. Intinya, sebagus apapun kurikulum, ditegaskan Wahyu, kuncinya guru tersebut mampu ataukah tidak mencerna perubahan. “Kenyataannya, guru itu sulit menemui hal baru. Semua kurikulum, CBSA, KBK, KTSK. Intinya, ada paradigma yang berkembang saat itu. Setiap ada perubahan kurikulum, SDM-nya sulit menerima. Padahal kalau kita telaah, kurikulum 2013 ini KBK masuk, CBSA, masuk KTSK juga masuk. Tinggal menyempurnakan. Intinya bagaimana prosesnya lebih bagus, dari sebelumnya. Kalau kita baca, kita menutupi kurikulum-kurikulum sebelumnya,” ungkap Wahyu. Wahyu sendiri mempertanyakan objektivitas, kenyataan di lapangan, berapa prosen yang interest, yang betulbetul memikirkan kurikulum dengan mencari informasi, untuk ke sana sangat kecil. Dugaan Wahyu, sikap guru sebagian besar akan apatis, “Alah, nanti kan tahu sendiri. Ini Apatis.” Lebih lanjut, kepada pemerintah, Wahyu meminta kurikulum terbarunya disosialisasikan secepat dan sebaik mungkin. Terlebih, hal ini mengingat tidak semua guru merasa memiliki kepentingan terhadap informasi itu, dan enam bulan bukanlah waktu yang lama. “Bagi guru muda sadar IT, seperti saya bisa cari di internet. Kami pun tidak hanya cari dari situs-situs, tapi juga menggali informasi. Termasuk dengan menghadiri pertemuanpertemuan ini. Tapi tidak semua guru punya kepedulian seperti ini,” tandasnya. Tentu akan lebih baik lagi, lanjut Wahyu, jika pemerintah atau LSM dalam masa sosialisasi ke depan mengambil sampel beberapa orang guru, lalu silakan dikembangkan KKG masing-masing. “Paling tidak seperti itu, informasinya juga lebih afdol,” katanya. Sementara itu, peserta lainnya, Anatasia Lestari R dari SD Santa Clara, Ngagel Madya Surabaya, berpendapat, di lapangan kemungkinan besar guru sulit meninggalkan pandangan lama. Masih bercokol dalam benak mereka bahwa behaviorisme dalam pengajaran masih kuat. “Tentu perubahan itu tantangan besar, bagaimanapun perubahan kurikulum ini menuju lebih baik. Hanya bagaimana tanggapan kita di lapangan, tergantung SDMnya,” katanya.
  • 4. Masalah Ujian Nasional Tantangan utama dari Kurikulum 2013 ini menurut Isa adalah pada kualitas komunitas guru atau guru KKG— guru serumpun dalam menentukan tema bersama untuk proses pengajaran. “Problemnya tentu saja adalah apakah mereka mau duduk bareng untuk itu?” Sebab bila tidak demikian, akan banyak sekali hal yang sia-sia seperti pengalaman proses pengajaran selama ini, ketika semua guru terbebani oleh 18 karakter untuk siswa sehingga semuanya mengajarkan hal itu. “Mestinya, Kan bisa dibagi? Selama ini terjadi pengulangan yang buang-buang waktu.” Demikian pula menurut Maria, tantangannya adalah dalam bahasanya– team teaching-nya. “Mulanya, cari tema yang sama, lalu diantara tim itu harus ditentukan kompetensi dasarnya siapa yang penting?” Sebagaimana kurikulum sebelumnya, Kurikulum 2013 ini selain masalah SDM, juga menjadi dilema bagi guru dan pihak sekolah terkait penyelenggaraan Ujian Nasional (UN). “Sebetulnya di satu sisi guru ingin mengembangkan sikap siswa. Di sisi lain ujian akhir ini beban dan kendala kita,” ungkap Anatasia Lestari. Terhadap hal ini, Isa Ansori menjelaskan memang negara punya tanggungjawab karena mengeluarkan dana. Melalui standar komisi, sehingga UN adalah wilayah Jakarta. “Saya kira itu tantangannya. Dua-duanya harus jalan. Dan sekolah punya otoritas juga. Karakter itu wilayah sekolah. Dianggapnya UN seolah penentu, padahal tidak. Sekolah boleh tidak meluluskan. Hanya saja, memang sekolah terbebani prosentase kelulusan,” jawabnya. Dengan kata lain, menurut Isa Ansori, menghadapi kurikulum 2013 ini, persoalannya lebih pada SDM, apalagi guru muda pun bisa tertular virus guru tua yang suka kemapanan. Yang kita butuhkan adalah guru yang ‘berani” melakukan yang terbaik untuk siswa, masyarakat harus membayar mahal. Dan Kurikulum 2013 tidak butuh biaya tinggi. Tapi kreativitas guru sebagai tantangan. Kita butuh guru yang setiap minggu bisa menawarkan perubahan. “Kalau ada guru seperti itu, ini perubahan luar biasa. Guru yang bisa mengembangkan nalar, terintegrasi, soal apapun tidak ada persoalan. Masalahnya sekolah tidak mau repot, perubahan selalu dianggap menakutkan,” tandas Isa. Dengan pola pikir guru yang luar biasa seperti ini, sebetulnya itu langkah maju daripada Kurikulum 2013 yang bertahap dan dievaluasi setelah 3 tahun tersebut. Pola guru yang siap berubah seperti itu, jikapun ada kurikulum yang berubah 6 bulan sekali, guru senantiasa siap. “Tidak harus 3 tahun evaluasi. Seperti cari info kurikulum, bagi yang tinggal dikota-kota, tidak perlu waktu 6 bulan sosialisasi. Cukup sehari saja bisa cari dan dalami dari internet, dan sebulan cukup untuk memberi masukan uji publik. Tetapi masalahnya adalah dari beberapa uji publik ini, guru malah tidak bicarakan?” ungkap Isa. Ditegaskannya, perubahan kurikulum tidaklah krusial karena kurikulum itu benda mati. Bahkan, menjawab harapan Wahyu adanya guru-guru sampel yang perlu dilatih khusus, menurut Ansori, Pemprov Jatim yang lalulalu sudah melakukan pendampingan guru di sekolah. “Pendampingan banyak dari pemerintah karena problemnya kalau di luar birokrasi agak itu sulit. Apalagi kenyataannya, setelah pelatihan, kinerja guru juga kembali pada kemampuan seperti sebelumnya. Mental guru seperti ini harus diubah. Seolah-olah pemerintah itu segala-galanya,” tandas Isa Ansori