Dokumen tersebut membahas tentang filsafat ilmu dan perbedaan antara ilmu dan filsafat. Filsafat ilmu adalah bagian filsafat yang mengkaji hakikat ilmu, sedangkan ilmu adalah pengetahuan yang disusun secara metodis, sistematis, dan koheren tentang suatu bidang tertentu. Filsafat ilmu berperan untuk memberikan batasan bagi pengembangan ilmu agar tidak merugikan manusia.
1. Dosen : DR. SIGIT SARDJONO, M.Ec
DISUSUN OLEH :
1212100086_Safina
1212100087_Ayun Wulanndari
1212100090_Dinar Gitta Rizqia
2. Filsafat ilmu ialah bagian filsafat yang mengkaji hakikat ilmu, atau ilmu
yang membahas landasan ilmu secara filsafat (Mansur 2018:40).
Widyawati (2013:94) berpendapat bahwa, “peran Filsafat Ilmu adalah
untuk menjelaskan hakikat ilmu yang mempunyai banyak
keterbatasan, sehingga dapat diperoleh pemahaman yang padu
mengenai berbagai fenomena alam yang telah menjadi objek ilmu itu
sendiri, selain itu filsafat ilmu juga dapat melatih cara berfikir menjadi
lebih kritis”. Atmaja (2020:20) menegaskan, “peran Filsafat Ilmu
sangat penting untuk memberikan Batasan secara realistis dan logis
untuk mengembangkan ilmu pengetahuan agar tidak merugikan
manusia, alam, dan lingkungan”. Pemahaman mendasar mengenai
Filsafat Ilmu diharapkan akan berguna untuk memberi arah dan dasar
dalam menentukan kebijakan-kebijakan yang mengatur kepentingan
masyarakat secara umum, maupun yang berkaitan dengan
pengembangan ilmu pengetahuan di masa mendatang.
PENDAHULUAN
3. DAFTAR ISI
1. Halaman utama
2. Pendahuluan
3. Daftar isi
4. BAB 1
5. BAB 2
6. BAB 3
7. BAB 4
8. BAB 5
9. BAB 6
10. BAB 7
11. BAB 8
12. BAB 9
13. BAB 10
14. PENUTUP
5. 1. Manusia bertanya
Menghadapi seluruh kenyataan dalam hidupnya,
manusia kagum atas apa yang dilihatnya,
manusia ragu-ragu apakah ia tidak ditipu oleh
panca-inderanya, dan mulai menyadari
keterbatasannya.
Dalam situasi itu banyak yang
berpaling kepada agama:
“Manusia mengharapkan dari berbagai agama jawaban
terhadap rahasia yang tersembunyi sekitar keadaan hidup
manusia. Sama seperti dulu, sekarang pun rahasia
tersebut menggelisahkan hati manusia secara mendalam.”
6. 2. Manusia berfilsafat
Proses itu mencari tahu itu menghasilkan : Kesadaran, yang disebut
pengetahuan.
Ciri-ciri
Metodis Sistematis Koheren Cara mendapatkannya dapat
dipertanggung-jawabkan
Maka lahirlah ilmu pengetahuan
7. Ilmu pengetahuan
Disusun metodis, sistematis dan
koheren (“bertalian”) tentang suatu
bidang tertentu dari kenyataan
(realitas).
Yang dapat digunakan
untuk menerangkan
gejala-gejala tertentu di
bidang (pengetahuan)
tersebut.
Filsafat Rrefleksi rasional (fikir) atas keseluruhan
realitas.
Mencapai hakikat (= kebenaran) dan memperoleh
hikmat (= kebijaksanaan).
8. 3. Manusia berteologi
Metodis, sistematis dan koheren tentang
seluruh kenyataan berdasarkan iman.
Teolo
gi
Iman
Sikap batin.
Terwujud dalam sikap,
perilaku dan perbuatannya,
terhadap sesamanya dan
terhadap lingkungan
hidupnya.
Jika iman yang sama (apapun
makna kata "sama" itu) ada pada
dan dimiliki oleh sejumlah.
Maka yang terjadi adalah proses
pelembagaan.
9. Pelembagaan
1. Tatacara bagaimana kelompok itu ingin
mengungkapkan imannya dalam doa dan ibadat.
2. Tatanilai dan aturan yang menjadi pedoman bagi
penghayatan dan pengamalan iman dalam
kegiatan sehari-hari.
3. Tatanan ajaran atau isi iman untuk
dikomunikasikan (disiarkan) dan dilestarikan.
Jika pelembagaan itu terjadi, lahirlah agama.
Karena itu agama adalah wujud sosial dari iman.
10. 4. Obyek material dan obyek formal
Obyek material
Gejala "manusia di dunia yang mengembara menuju akhirat".
Ada tiga hal menonjol : Manusia
Dunia
Akhirat
11. Obyek formal
Cara pendekatan yang dipakai atas obyek
material.
Sedemikian khas sehingga mencirikan
atau mengkhususkan bidang kegiatan
yang bersangkutan.
12. 5. Cabang-cabang filsafat
Filsafat selalu bersifat "filsafat tentang" sesuatu: tentang
manusia, tentang alam, tentang akhirat, tentang
kebudayaan, kesenian, bahasa, hukum, agama, sejarah,
Empat bidang induk:
1. Filsafat tentang
pengetahuan
Obyek material :
Pengetahuan ("episteme") dan
kebenaran.
Epistemologi.
Logika.
Kritik ilmu-ilmu.
13. 2. Filsafat tentang seluruh keseluruhan
kenyataan:
Obyek material :
Eksistensi (keberadaan) dan esensi
(hakekat)
Metafisika umum (ontologi).
Metafisika khusus.
Antropologi (tentang manusia).
Kosmologi (tentang alam semesta).
Teodise (tentang tuhan).
3. Filsafat tentang nilai-nilai yang terdapat dalam sebuah
tindakan:
Obyek material :
Kebaikan dan keindahan.
Etika.
Estetika.
4. Sejarah filsafat.
14. 6. Refleksi rasional dan refleksi imani
Ketika bangsa Yunani mulai membuat refleksi atas persoalan-
persoalan.
Menjadi obyek material dalam
filsafat dan bahkan ketika hasil-
hasil refleksi.
Dibukukan dalam naskah-naskah yang
sekarang menjadi klasik
15. Naskah-naskah itu pada hakekatnya merupakan
hasil refleksi juga, oleh para bapa bangsa itu
tentang nasib dan keberuntungan bangsa Israel --
bagaimana dalam perjalanan sejarah sebagai
"bangsa terpilih", mereka sungguh dituntun
(bahkan sering pula dihardik dengan keras serta
dihukum) oleh YHWH (dibaca: Yahwe), Allah
mereka. Ikatan erat dengan tradisi dan ibadat telah
menjadikan naskah-naskah itu Kitab Suci agama
mereka (Agama Yahudi). Pada gilirannya, Kitab
Suci itu pun memiliki posisi unik dalam Agama
Kristiani.
17. A. PENGERTIAN FILSAFAT
Pengetahuan dimulal dengan rasa Ingin tahu, kepastian dimulai dengan rasa ragu-ragu dan
filsafat dimulai dengan kedua-duanya.
Berfilsafat didorong untuk mengetahui apa yang telah kita ketahui dan apa yang kita.
belum tahu. BerfiIsafat peran rendah hati bahwa tidak.
APAKAH FILSAFAT?
Seorang yang berfilsafat dapat diumpamakan sebagai seorang yang berpijak di bumi dan menengadan
ke bintang-bintang. Dia ingin mengetahui hakekat dirinya dalam kesemestaan galaksi atau seorang, yang
berdiri di puncak tinggi, memandang ke ngarai dan lembah di bawahnya.
18. FILSAFAT PENDUKUNG PENGETAHUAN
Dalam perkembangan filsafat menjadi ilmu terdapat taraf peralihan.
Dalam taraf peralihan ini maka bidang penjelajahan filsafat menjadi lebih sempit, tidak lagi menyeluruh melainkan
sektoral. Di sini orang tidak lagi mempermasalahkan moral- secara keseluruhan, melainkan Mengkaitkannya dengan
kegiatan manusia dalam mcmenuhi kebutuhan hidupnya yang kemudian berkembang menjadi ilmu ekonomi.
Wa1aupun dumikian, dalam taraf ini secara konseptuai ilmu masih mendasarkan diri nada norma-norma filsafat.
19. BIDANG TELAAH FILSAFAT
Apakah sebenarnya yang ditelaah filsafat
?
Selaras dengan dasarnya yang spekulatif, maka dia menelaah segala masaIan yang mungkin
dapat difikirkan oleh manusia.
Sesuai dengan fungoinya sebagai pionir dia mempermasalahkan hal-hal yang pokok;
terjawab masalah yang satu, dia pun mulai berambah pertanyaan lain. Tentu saja dari
kurun waktu mempunyai masalah yang merupakan mode pada zaman itu.
20. CABANG-CABANG FILSAFAT
Ketiga cabang utama filsafat ini kemudian bertambah dua
1. Teori tentang ada
Tentang hakekat keberadaan zat
Centang hakeka fikiran serta kaftan antara zat dan fikiran yang
semuanya teranckum
Jalam metafisika
2.
Politik
Kajian mengenai organisatil sosial pemerintahan yang ideal
21. Kulima cabang utama ini kemudian berkembang lagi menjadi
cabang-cabang filsafat yang mempunyai bidang kajian yang lebih
spesifik.
Filsafat ilmu cabang-cabang yang sekarang dikenal
sebagai bidang yang mempunyai kajian formal terdiri dari :
1. Epistemologi (Filsafat Pengetahuan)
2. Etika (Filsafat Moral)
3. Estetika (Filsafat Seni)
4. Metasifika
5. Politik (Filsafat Pemerintahan)
6. Filsafat Agama
7. Filsafat Pendidikan
8. Filsafat Ilmu
9. Filsafat'llukum
10. Fils'afat Sejarah
11. Filsafat.Matematika
22. FILSAFAT ILMU
Filsafat ilmu merupakan bagian dari Epistemologi (Filsafat pengetahuan) yang
secara spesifik mengkaji hakekat ilmu (Pengetahuan ilmiah).
Ilmu merupakan cabang pengetahuan yang mempunyai ciri-ciri tertentu.
Meskipun secara metodologis ilmu tidak membuat perbedaan antara ilmu-ilmu alam
dengan ilmu-ilmu sosial, namun karena permasalahan-permasa'lahan teknis yang
bersifat khas, maka filsafat ilmu ini seeing dibagi menjadi.filsafat ilmu-ilmu alam dan
filsafat ilmu-ilmu sosial.
23. KERANGKA TELAAH BUKU
Buku ini dimaksudkan sebagai pengantar Filsafat ilmu, atau paling
tidak dimaksudkan untuk memhahas beberapa hal yang berkaitan
dengan Eilsafat ilmu.
Tujuan utama buku
Pengantar ini bukanlah untuk memberikan pengkajian teknis
secara mundalam dari tiap bagian yang ditelaah.
Menunjukkan kaitan secara menyeluruh dari bagian-bagian yang
sepintas lalu seakan-akan terpisah.
24. ILMU - ILMU PENGETAHUAN ATAU SAINS
Skenario yang hipotetis ini menggambarkan kebingungan dalam penggunaan
terminologi ilmu pengetahuan.
DUA JENIS KETAKUTAN
Terminologi ketahuan ini adalah tormtnoloni artifisial yang bersifat sementara
sebagai alat analisis yang pada pokoknya diartikan sebagai keseluruhan
bentuk produk kegiatan manusia dalam usaha untuk mengetahui sesuatu.
Ketahuan atau knowledge ini merupakan terminologi generik yang mencakup
segenap bentuk yang kita ketahui, seperti filsafat, ekonomi, seni beladiri, cara
menyulam dan biologi itu sendiri.
25. BEDERAPA ALTERNATIF
Alternatif pertama adalah menggunakan "ilmu pengetahuan"
untuk "science" dan "pengetahuan" untuk "knowledge".
Penggunaan ini mempunyai beberapa kelemahan, yakni, pertama, "knowledge"
merupakan terminologi generik dan "science" adalah anggota (species) kelompok
(genus) tersebut.
Alternatif kedua didasarkan kepada asumsi bahwa ilmu pengetahuan pada dasarnya
Ilmu Pengetahuan
Dua kata benda
26. SAINS
Sains ini adalah terminologi yang dipinjam dari bahasa Inggris, yakni dari
"science".
Science", adalah "ke-sains-an" atau "saintifik
Dengan demikian maka terminologi "science" seeing dikaitkan dengan "teknologi". Hal
ini meskipun tidak disengaja dan mungkin tidak disadari, menimbulkan jurang antara,
ilmu-ilmu sonial bukanlah "science", atau paling tidak kata "science" terutama dipakai
untuk ilmu-ilmu alam."
27. DASAR- DASAR PENGETAHUAN
Manusia adalah satu-satunya mahluk yang mengembangkan
pengetahuan secara sungguh-sungguh.
Manusia mengembangkan pengetahuannya lebih dari pada sekedar
untuk memenuhi kebutuhan kelangsungan hidup ini.
Manusia mengembangkan kebudayaan manusia memberi makna kepada
kehidupannya, manusia "memanusiakan" diri dalam hidupnya, dan masih banyak
lagi pernyataan semacam ini. Semua itu pada hakekatnya, menyimpulkan bahwa
manusia itu dalam hidupnya
Tujuan tertentu yang lebih tinggi dari sekedar
mempertahankan kelangsungan hidupnya.
28. HAKEKAT PENALARAN
Penalaran merupakan suatu proses berfikir dalam menarik suatu
kesimpulan yang berupa pengetahuan.
Manusia pada hakekatnya
Makhluk yang berpikir
Merasa
Bersikap
Bertindak
29. LOGIKA
Suatu proses berfikir yang membuahkan pengetahuan
Cara penarikan kesimpulanini disebut logika, yang secara luas dapat
didefinisikan sebagai "pengkajian untuk berfikir secara sahih" .
Cara penarikan
Loqika indukti berat hubungannya
dengan penarikan kekasus individual
nyata menjadi kesimpulan.
Logika deduktif, yang membantu kita
dalam menatik kesimpulan dari hal yang
bersifat bersifat individual.
30. KRITERI KEBENARAN
Teori kobenaran yang didasarkan kepada kriteria tersebut di atas disebut teori koheren.
Secara sederhana dapat disimpulkan bahwa berdasarkan teori koheren suatu pernyataan
dianggap benar bila pernyataan itu bersifat koheren atau konsisten dengan pernyataan-
pernyataan sebelumnya yang dianggap benar. Bila kita menganggap bahwa "Semua
manusia pasti akan mati" adalah suatu pernyataan yang benar, maka pernyataan bahwa"
Si Polan adalah seorang manusia dan si Polan pasti akan mati" adalah benar pula, sebab
pgrhyataan kgdua adalah konaiaton dungan pgrnyataan yang pgrtama.
32. Alasan Perlunya Belajar
Di tengah perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi yang ditandai semakin menajamnya
spesialisasi ilmu maka filsafat ilmu sangat
diperlukan.
Sebab dengan mempelajari filsafat ilmu
Para ilmuan akan menyadari keterbatasan
dirinya dan tidak terperangkap kedalam sikap
arogansi intelektual.
33. Mahasiswa sebagai bagian dari sivitas
akademika diharapkan memiliki
penguasaan yang baik atas bidang ilmu
yang ditekuni.
Untuk selanjutnya
memanfaatkan ilmu tersebut,
baik untuk pengembangan
kehidupan dirinya maupun
kehidupan masyarakat pada
umumnya.
Sebagai seorang mahasiswa kita
harus mempelajari filsafat ilmu
1. Agar dapat mengembangkan
semangat toleransi dalam
perbedaan pandangan, mampu
membiasakan diri untuk bersikap
logis-rasional opini & argumentasi.
2. Mampu berpikir secara cermat dan
tidak kenal lelah.
3. Serta mampu membiasakan diri
untuk bersikap kritis.
34. Manfaat Belajar
Filsafat
Dalam Kehidupan
Secara Umum
Membantu kita memahami bahwa sesuatu
tidak selalu tampak seperti apa adanya.
Membantu kita mengerti tentang diri kita
sendiri dan membantu kita mengerti
tentang diri kita sendiri dan dunia kitan
dunia kita.
Secara Khusus
Memberikan ajaran tentang moral dan etika yang
berguna dalam kehidupan.
Menjadi sumber inspirasi dan pedoman untuk
kehidupan dalam berbagai aspek kehidupan itu
sendiri, seperti ekonomi, politik, hukum dan
sebagainya.
35. “MENGAPA
HARUS BELAJAR
FILSAFAT ”
?
Filsafat ilmu adalah studi gabungan yang terdiri atas beberapa studi yang
beraneka macam yang ditujukan untuk menetapkan batas yang tegas
mengenai ilmu tertentu
Manfaat untuk menjelaskan keberadaan
manusia di dalam mengembangkan ilmu
pengetahuan dan teknologi yang
merupakan alat untuk membuat hidup
menjadi lebih baik.
36. Filsafat ilmu
sangat penting
bagi seorang
Membiasakan diri
bersikap kritis.
Logis.
Rasional.
Manfaat yang dirasakan
oleh Mahasiswa antara lain :
Membiasakan diri untuk bersikap
logis-rasional dalam Opini &
argumentasi yang dikemukakan.
Mengembangkan semangat
toleransi dalam perbedaan
pandangan (pluralitas).
Mengajarkan cara berpikir yang
cermat dan tidak kenal lelah.
37. HAL-HAL YANG
MENDORONG
BERFILSAFAT
Hal yang mendorong manusia untuk berfilsafat yaitu:
Kekaguman atau
keheranan atau
ketakjuban Keraguan atau kegengsian
Kesadaran akan keterbatasan
Sebagai seorang mahasiswa kita harus mempelajari filsafat ilmu agar
dapat mengembangkan semangat toleransi dalam perbedaan pandangan, mampu
membiasakan diri untuk bersikap logis-rasional Opini & argumentasi,
mampu berpikir secara cermat dan tidak kenal lelah, serta mampu membiasakan
diri untuk bersikap kritis.
38. Manfaat Filsafat dalam Kehidupan
Secara umum
Menjelaskan keberadaan manusia di dalam mengembangkan ilmu pengetahuan
dan teknologi yang merupakan alat untuk membuat hidup menjadi lebih baik.
Memberikan kebiasaan dan kebijaksanaan untuk memandang
dan memecahkan persoalan-persoalan dalam kehidupan sehari-hari.
40. PERKEMBANGAN
FILSAFAT ILMU
Filsafat telah
dimulai oleh Thales
dan berkembang ke
arah kosmologi.
Sedangkan filsafat
spekulatif
dikembangkan oleh
Plato dan filsafat
metafisika
dikembangkan oleh
Aristoteles.
Sejak memasuki jaman romawi kuno, para
pemikir mencari keselarasan antara manusia
dengan alam semesta.
Pada abad pertengahan filsafat
dianggap sebagai the supreme art
(pengetahuan yang tertinggi)
Pada abad-abad selanjutnya filsafat
berkembang melalui
2jalur
Filsafat alam atau
natural philosophy.
Filsafat mental dan
moral atau mental
and moral
philosophy.
41. Pemikiran Aristoteles Episteme atau pengetahuan
rasional
• Pengetahuan praktis atau praktike.
• Pengetahuan produktif atau poietike.
• Pengetahuan teoritis atau theoretike.
Theoretike atau pengetahuan teoretis oleh Aristoteles
dibedakan pula menjadi tiga kelompok yaitu :
• Pengetahuan matematika atau mathematike.
• Pengetahuan fisika atau physike.
• Pengetahuan filsafat pertama atau prote philosophia.
42. HAKEKAT
FILSAFAT
Hakekat Filsafat yang paling awal adalah
pengetahuan teoritis yang menelaah peradaban
yang abadi, tidak berubah dan terpisah dari
materi.
Hakikat filsafat ilmu selain sebagai patokan, penentu, sekaligus
petunjuk arah ke mana ilmu pengetahuan akan berlayar atau
berjalan juga filsafat ilmu menentukan kemana ilmu pengetahuan
akan diantarkan atau dikembangkan.
43. Karakteristik
Berfikir Secara
Filsafat
● Filsafat Memiliki Cara
Berfikir Yang Menyeluruh
Seorang yang berfilsafat dapat
diumpamakan sebagai seseorang
yang berpijak di bumi sedang
tengadah ke bintang-bintang.
Seorang ilmuwan tidak akan pernah
puas mengenal ilmu hanya dari sisi
pandang ilmu itu sendiri. Dia ingin
melihat hakikat ilmu dalam
konstelasi pengetahuan lainnya.
Filsafat terjadi jika orang
mempertanyakan dan mengkaji sesuatu
masalah atau mendalami hakikat
sesuatu secara
Sistematik
Radikal
Universal
44. HUBUNGAN ANTARA
FILSAFAT DENGAN
KEBUDAYAAN DAN
LINGKUNGAN
Hubungan Filsafat Dengan Kebudayaan
Kebudayaan adalah
hasil budaya atau
kebulatan cipta (akal).
Rasa dan karsa (kehendak)
manusia yang hidup
bermasyarakat.
Antara manusia dan masyarakat
serta kebudayaan ada hubungan
yang erat.
Ujud kebudayaan ada yang
rohani, misalnya adat
istiadat dan ilmu
pengetahuan. Ada yang
jasmani, misalnya rumah
dan pakaian.
Buku adalah kebudayaan jasmani,
akan tetapi isi buku merupakan
kebudayaan rohani.
45. Hubungan Filsafat Dengan Lingkungan
Manusia, masyarakat dan kebudayaan
mempunyai hubungan yang erat, juga
dengan alam sekitar atau lingkungan
Filsafat sebagai hasil budaya manusia
juga tidak lepas dari pengaruh alam
sekitarnya. Itulah sebabnya terdapat
berbagai jenis kefilsafatan tertentu yang
mempunyai ciri-ciri tersendiri.
46. • Hubungan Filsafat Dengan Ilmu Pengetahuan
Yang dicari oleh
filsafat adalah
kebenaran
Kebenaran dalam filsafat dan ilmu
pengetahuan adalah kebenaran akal,
sedang kebenaran agama adalah
kebenaran wahyu.
Terdapat bermacam-macam
agama, yang masing-masing
mengajarkan kebenaran.
• Hubungan Filsafat Dengan Agama
Jika seseorang melihat sesuatu
kemudian mengatakan tentang
sesuatu tersebut maka dikatakan
bahwa ia telah mempunyai
pengetahuan tentang sesuatu.
Pengetahuan adalah sesuatu yang
tergambar dalam pikiran manusia.
Misal, ia melihat manusia dan
mengatakan bahwa itu manusia.
47. GUNA DAN
FUNGSI
FILSAFAT
Guna Filsafat
Filsafat mempunyai kegunaan baik teoritis
maupun praktis.
Filsafat mengajarkan hal-hal yang praktis, yang
oleh karena itu mempunyai kegunaan praktis
juga.
48. Filsafat mempunyai kegunaan sebagai berikut:
Melatih din untuk berpikir kritis dan runtut serta menyusun
hasil pikiran tersebut secara sistematis.
Menambah pandangan dan cakrawala yang lebih luas agar
tidak berpikir dan bersikap sempit dan tetutup.
Melatih diri melakukan penelitian, pengkajian, dan
memutuskan atau mengambil kesimpulan mengenai
sesuatu hal secara mendalam dan komprehensif.
Menjadikan diri bersifat dinamis dan terbuka dalam
menghadapi berbagai problem.
Membuat diri menjadi manusia yang penuh toleransi dan
tenggang rasa.
Menjadi alat yang berguna bagi manusia baik untuk
kepentingan pribadi maupun dalam hubungannya dengan
orang lain.
50. Pengetahuan adalah kepercayaan yang benar.
01
02
03
04
05
06
PENGETAHUAN
Dalam filsafat dijelaskan bahwa pengetahuan
itu proses kehidupan yang diketahui manusia
secara Iangsung dari kesadarannya sendiri.
51. Jenis Pengetahuan 01
02
03
04
05
06
1. Pengetahuan biasa
Pengetahuan yang dalam filsafat
dikatakan dengan istilah common
sense, dan sering diartikan dengan
good sense
Karena seseorang memiliki
sesuatu yang dimana menerima
secara baik.
2. Pengetahuan ilmu
Ilmu sebagai terjemahan dari
science
Pengertian yang sempit science
diartikan untuk menunjukkan ilmu
pengetahuan alam, yang sifatnya
kuantitatif dan objektif.
52. 3. Pengetahuan filsafat
Pengetahuan yang diperoleh dari
pemikiran yang bersifat
kontemplatif dan spekulatif.
Filsafat biasanya memberikan
pengetahuan yang reflektif dan
kritis, sehingga ilmu yang tadinya
kaku dan cenderung tertutup
menjadi longgar kembali.
4. Pengetahuan agama
Pengetahuan yang hanya diperoleh
dari Tuhan lewat para utusannya.
Pengetahuan mengandung
beberapa hal yang pokok, yaitu
ajaran tentang cara berhubungan
dengan Tuhan, yang sering juga
disebut dengan hubungan vertikal
dan cara berhubungan dengan
sesama manusia, yang sering juga
disebut dengan hubungan
horizontal.
53. HAKIKAT DAN SUMBER PENGETAHUAN
Pengetahuan berkembang dari rasa ingin tahu,
yang merupakan ciri khas manusia karena
manusia adalah satu-satunya makhluk yang
mengembangkan pengetahuan secara sungguh-
sungguh.
Pengetahuan ini mampu dikembangkan manusia
Manusia mempunyai bahasa yang mampu mengomunikasikan informasi
dan jalan pikiran yang melatarbelakangi informasi tersebut.
Menyebabkan manusia mampu mengembangkan pengetahuannya dengan cepat
dan mantap adalah kemampuan berpikir menurut suatu alur kerangka berpikir
tertentu.
54. 1. Hakikat Pengetahuan
Pengetahuan pada dasarnya adalah keadaan mental.
Ada dua teori untuk mengetahui hakikat pengetahuan
Realisme
Teori ini mempunyai pandangan realistic
terhadap alam.
Idealisme
Menegaskan bahwa untuk mendapatkan
pengetahuan yang benar-benar sesuai dengan
kenyataan adalah mustahil.
55. 2. Sumber Pengetahuan
Empirisme
Pengalaman indera
Manusia dapat mengatasi taraf hubungan
yang semata-mata fisik dan masuk ke
dalam medan intensional, walaupun masih
sangat sederhana. Indera
menghubungkan manusia dengan hal-hal
konkret-material.
Rasionalisme Aliran ini menyatakan bahwa akal adalah
dasar kepastian pengetahuan.
56. Intuisi
Hasil dari evolusi pemahaman yang tertinggi.
Intuisi mengatasi sifat lahiriah pengetahuan
simbolis, yang pada dasarnya bersifat analisis,
menyeluruh, mutlak, dan tanpa dibantu oleh
penggambaran secara simbolis.
Wahyu
Pengetahuan yang disampaikan oleh Allah
kepada manusia lewat perantaraan pars nabi.
57. 3. Perbedaan Pengetahuan dengan Ilmu
Kedua kata tersebut dianggap memiliki
persamaan arti, bahkan ilmu dan
pengetahuan terkadang dirangkum
menjadi kata majemuk yang
mengandung arti tersendiri. Hal ini sering
kita jumpai dalam berbagai karangan
yang membicarakan tentang ilmu penge-
tahuan. Namun jika kedua kata itu berdiri
sendiri-sendiri, akan tampak perbedaan
antara keduanya.
58. Ontologis
Ilmu yang membahas tentang hakikat yang ada,
baik yang berbentuk jasmani/konkret maupun
rohani/abstrak.
Bersifat metafisis yang dalam perkembangannya dibagi
menjadi dua
Metafisis umum adalah cabang filsafat yang
membicarakan prinsip yang paling dasar dari
segala sesuatu yang ada.
Metafisis khusus masih dibagi lagi menjadi kosmologi,
psikologi, dan teologi.
59. Epistemologis
Metode
Ontologis yaitu cabang filsafat yang berurusan dengan
hakikat dan lingkup pengetahuan, pengandaian dan
dasar-dasarnya serta pertanggungjawaban atas
pertanyaan mengenai pengetahuan yang dimiliki.
Pengetahuan yang diperoleh manusia melalui akal, indra, dan lain-lain yang
mempunyai metode tersendiri dalam teori pengetahuan.
induktif
deduktif
positivisme
kontemplatif
dialektis
60. Aksiologis
Aksiologi adalah dasar ilmu pengetahuan yang
berbicara tentang nilai kegunaan ilmu.
Masalah utama dalam aksiologi yaitu mengenai nilai
teori tentang nilai dalam filsafat mengacu pada
permasalahan etika dan estetika.
Etika menilai perbuatan manusia, sedangkan estetika
berkaitan dengan nilai tentang pengalaman keindahan
yang dimiliki oleh menusia terhadap lingkungan dan
fenomena di sekelilingnya.
61. OBJEK DAN KONSEP ILMU
PENGETAHUAN ILMIAH
01
02
03
04
05
06
Objek Ilmu Pengetahuan Ilmiah
Alasannya yaitu suatu jenis pengetahuan umum tidak memiliki
objek, bentuk pernyataan, serta dimensi dan ciri yang khusus,
sebaliknya suatu pengetahuan ilmiah atau pengetahuan keilmuan
(ilmu) selalu mengandalkan adanya objek keilmuan, bentuk
kenyataan, serta dimensi dan ciri yang khusus.
62. Konsep Ilmu
Konsep ilmu atau konsep ilmiah tersebut sangat
dibutuhkan agar suatu ilmu dapat menyusun
berbagai asas, teori, sampai dalil.
Dua sifat dasar
Operasional untuk kepentingan pengamatan (observasi)
Abstrak untuk kepentingan penyimpulan dan generalisasi.
63. Konsep Ilmu Pengetahuan
Himpunan inforrnasi yang berupa pengetahuan
ilmiah ten-tang gejala yang dapat dilihat, dirasakan,
atau dialami.
Gejala ini dapat berupa Gejala alam (seperti angin, air, gempa
bumi, ombak, gerak, dan 1benda)
Gejala sosial (seperti masyarakat bangsa, unjuk
rasa, kemiskinan, kemakmuran, dan
ketersaingan)
Gejala pikir yang abstrak wujudnya, seperti
konsep tentang bilangan dan himpunan di dalam
matematika.
64. Tujuan Ilmu Pengetahuan
Berdasarkan pengembangan ilmu
pengetahuan untuk keperluan ilmu
pengetahuan itu sendiri, yaitu sebatas
untuk memenuhi rasa keingintahuan
manusia.
ilrnu,pengetahuan pragmatis
Dua golongan Ilmu pengetahuan riil, yaitu pengetahuan alam
dan ilmu pengetahuan sosial.
Ihnu pengetahuan formal, yaitu matematika dan
logis. Ini juga sering disebut sebagai alat ilmu
pengetahuan
65. Ciri-ciri Ilmu Pengetahuan
Para filsuf dan ilmuwan sepaham
bahwa ilmu adalah pengetahuan
atau kumpulan pengetahuan yang
tersusun secara sistematis.
Empiris bahwa ilmu mengandung pengetahuan
yang diperoleh berdasarkan pengamatan serta
percobaan secara terstruktur di dalam bentuk
pengalaman, baik secara lansung maupun tidak
lansung.
Objektif bahwa ilmu menunjukkan pada bentuk pengetahuan yang bebas dari
prasangka perorangan (personal biasa), dan perasaan subjektif berupa kesukaan
atau kebencian pribadi.
66. JENIS ILMU PENGETAHUAN
Pengetahuan wahyu Manusia memperoleh pengetahuan dan
kebenaran atas dasar wahyu yang diberikan
oleh Tuhan kepada manusia.
Wahyu merupakan firman Tuhan.
Pengetahuan intuitif
Pengetahuan intuitif diperoleh manusia dari
dalam dirinya sendiri, pada saat menghayati
sesuatu. Mengenai proses ini sabagai hasil
penghayatan pribadi, sebagai hasil ekspresi dari
keunikan dan individualisme seseorang,
sehingga validitas pengetahuan ini bersifat
sangat pribadi.
67. Pengetahuan
kebenaran
Tidak akan dapat diuji dengan observasi, perhitungan,
atau eksperimen, karena intuitif tidak hipotesis. Tulisan-
tulisan mistik, autobiografi, dan karya esai merupakan
refleksi dan pengetahuan intuitif. Dalam pengertian secara
umum, intuisi merupakan metode untuk memperoleh
pengetahuan tidak berdasarkan penalaran rasio,
pengalaman, dan pengamatan indra.
Pengetahuan
rasional
Pengetahuan yang diperoleh dari latihan
rasio/akal semata, tidak disertai dengan
observasi terhadap peristiwa-peristiwa faktual.
Prinsip logika formal dan matematika murni
merupakan paradigma pengetahuan rasional,
yang kebenarannya dapat ditunjukkan dengan
pemikiran abstrak.
70. "Siapakah manusia itu?" merupakan pertanyaan yang
paling mendasar dan paling utama dalam sejarah
manusia.
• Pada Abad Pertengahan, pertanyaan mendasar di atas juga
menjadi pembicaraan bagi sejumlah pemikir Kristiani.
Dalam masa ini para penulis Kristiani menyatakan bahwa
manusia berperilaku secara benar dan mencapai pemenuhan
diri hanya jika dia hidup sesuai dengan aturan agama dan
menjadikan Allah sebagai model hidup satu-satunya.
Manusia adalah makhluk yang tidak berdaya di hadapan
Sang Pencipta. Ia tidak bisa selamat tanpa menjalin
hubungan yang baik dengan Sang Penciptanya.
71.
72. Bila dikaitkan dengan situasi modern, mencari
jawaban atas pertanyaan "Siapakah manusia itu?"
semakin mendesak, mengingat problem kemanusiaan
yang selalu berkembang dan bersifat kompleks.
Perkembangan dan kompleksitas masalah humanisme
tidak terlepas dari hakikat manusia sebagai makhluk
yang dinamis, misteri dan paradoksal. Manusia
disebut dinamis karena ia berkembang terus menerus
dengan kebebasannya.
74. Plato, menunjukkan hakikat filsafat sebagai hasil
kontemplasi dalam lima karakter berikut :
1. Pertama, dapat bertahan terhadap
diskusi kritis. Artinya, kegiatan utama
dari filsafat adalah mengkaji secara
kritis segala hal. Dengan kajian itu
diharapkan terjadi
pertanggungjawaban rasional. Dalam
pengertian ini kata "kebijaksanaan"
tidak lagi menjadi makna dari filsafat.
75. 2. Kedua, menggunakan metode dialektis.
Dengan metode ini, filsafat bergerak
secara bertahap, yakni mengkritik
pandangan-pandangan yang ada, setelah
itu membangun pandangan Baru yang
didukung dengan argumenargumen yang
lebih kuat.
76. 3. Ketiga, berusaha mencapai realitas yang
terdalam. Filsafat menganalisa hal-hal terdalam
dari kenyataan. Ia tidak berhenti pada fakta
empiris, melainkan berusaha untuk menemukan
kebenaran yang terdalam. Filsafat mencari
pengetahuan yang sejati, serta hal yang hakiki
dari realitas. Karena itulah filsafat bersifat
metaempiris.
77. 4. Keempat, terkait dengan butir ketiga di atas,
filsafat bertujuan untuk menangkap tujuan
ideal realitas. Bagi Plato, memahami
kebenaran misalnya berarti juga memahami
IDEA tentang kebenaran yang dicari oleh
manusia. IDEA tentang kebenaran dilihat
sebagai realitas tertinggi bagi manusia.
78. 5. Kelima, mengetahui bagaimana harus hidup sebagai
manusia. Dalam butir ini filsafat dikaitkan dengan
suatu pengetahuan yang benar tentang cara hidup
sebagai manusia. Artinya, seorang filsuf
mempertanggungjawabkan kedudukannya dengan
mempertahankan prinsip yang ideal baginya sebagai
seorang manusia. Dengan ini filsafat dimaksudkan
membentuk kualitas pribadi, yakni menjadi manusia
yang bermutu dalam kehidupan seharihari.
79. Dari berbagai karakter di atas, filsafat
bisa didefinisikan dalam tiga hal :
1. Pertama, filsafat sebagai hasil perenungan.
Perenungan ini ialah sejenis percakapan
yang dilakukan dengan diri sendiri atau
dengan orang lain.
2. Kedua, sebagai kritik. Dalam pengertian ini
filsafat berusaha mengerti, membedakan
dan mengambil keputusan
3. Ketiga, filsafat sebagai ilmu yang berusaha
mencari kebenaran secara metodis,
sistematis, rasional dan radikal melampaui
kebenaran dan pertanggungjawaban.
80. Filsafat Manusia
Filsafat manusia adalah bagian integral dari
sistem filsafat, yang secara spesifik menyoroti
hakikat atau esensi manusia. Karena itu cara
kerja filsafat manusia tidak terlepas dari cara
kerja filsafat pada umumnya.
Dengan kata lain, metode filsafat manusia tidak
berbeda dengan metode filsafat pada umumnya.
Namun sebelum membicarakan metode filsafat
manusia lebih lanjut tidak ada salahnya kita
lebih dulu membedakan filsafat manusia dengan
ilmu-ilmu lain yang juga membicarakan manusia.
81. Sebagai bagian dari filsafat, filsafat manusia
memiliki cara kerja yang sama dengan cara
kerja filsafat pada umumnya, yakni berusaha
menangkap makna di balik gejala empiris itu.
Karena itu objek penelusuran filsafat manusia
adalah hal-hal yang ada di balik yang kelihatan,
yang sangat menentukan eksistensi manusia.
Filsafat manusia memikirkan aspek-aspek
mendasar yang bersifat metafisis dan
spiritualitas tentang manusia.
82. Bagaimana manusia bisa melakukan penelusuran terhadap hal-hal
yang bersifat metaempiris itu? Jawabnya adalah melalui refleksi.
Refleksi merupakan kegiatan khan filsafat manusia untuk
menangkap nomena. Kata "refleksi" berasal dari bahasa Latin,
"reflectere", yang artinya "melentukkan ke belakang". Dalam arti
ini, filsafat manusia tampak sebagai pemikiran yang tidak mau
berhenti pada data, melainkan menembusnya. Ia menyelami
dimensi mendasar yang ada di balik data yang menentukan
realitas manusia.
85. Para filsuf zaman modern menegaskan bahwa
pengetahuan tidak berasal dari kitab suci atau
ajaran agama, tidak juga dari para penguasa,
tetapi dari diri manusia sendiri. Namun tentang
aspek mana yang berperan ada beda pendapat.
Aliran rasionalisme beranggapan bahwa sumber
pengetahuan adalah rasio: kebenaran pasti
berasal dari rasio (akal). Aliran empirisme,
sebaliknya, meyakini pengalamanlah sumber
pengetahuan itu, baik yang batin, maupun yang
inderawi. Lalu muncul aliran kritisisme, yang
mencoba memadukan kedua pendapat berbeda
itu.
86. Aliran rasionalisme
dipelopori oleh Rene Descartes (1596-1650 M).
Dalam buku Discourse de la Methode tahun 1637
ia menegaskan perlunya ada metode yang jitu
sebagai dasar kokoh bagi semua pengetahuan,
yaitu dengan menyangsikan segalanya, secara
metodis. Kalau suatu kebenaran tahan terhadap
ujian kesangsian yang radikal ini, maka
kebenaran itu 100% pasti dan menjadi landasan
bagi seluruh pengetahuan
87. Aliran rasionalisme
Tetapi dalam rangka kesangsian yang metodis ini
ternyata hanya ada satu hal yang tidak dapat
diragukan, yaitu "saya ragu-ragu". Ini bukan
khayalan, tetapi kenyataan, bahwa "aku ragu-ragu".
Jika aku menyangsikan sesuatu, aku menyadari
bahwa aku menyangsikan adanya. Dengan lain kata
kesangsian itu langsung menyatakan adanya aku.
Itulah "cogito ergo sum", aku berpikir (= menyadari)
maka aku ada. Itulah kebenaran yang tidak dapat
disangkal lagi. -- Mengapa kebenaran itu pasti?
Sebab aku mengerti itu dengan "jelas, dan terpilah-
pilah" -- "clearly and distinctly", "clara et distincta".
Artinya, yang jelas dan terpilah-pilah itulah yang
harus diterima sebagai benar. Dan itu menjadi norma
88. Aliran rasionalisme
Descartes menerima 3 realitas atau substansi
bawaan, yang sudah ada sejak kita lahir, yaitu (1)
realitas pikiran (res cogitan), (2) realitas
perluasan (res extensa, "extention") atau materi,
dan (3) Tuhan (sebagai Wujud yang seluruhnya
sempurna, penyebab sempurna dari kedua
realitas itu).
89. Aliran Empririsme
nyata dalam pemikiran David Hume (1711-1776),
yang memilih pengalaman sebagai sumber
utama pengetahuan. Pengalaman itu dapat yang
bersifat lahirilah (yang menyangkut dunia),
maupun yang batiniah (yang menyangkut pribadi
manusia). Oleh karena itu pengenalan inderawi
merupakan bentuk pengenalan yang paling jelas
dan sempurna.
90. Hume merupakan pelopor para empirisis, yang
percaya bahwa seluruh pengetahuan tentang dunia
berasal dari indera. Menurut Hume ada batasan-
batasan yang tegas tentang bagaimana kesimpulan
dapat diambil melalui persepsi indera kita.
91. Dua hal dicermati oleh Hume, yaitu substansi dan
kausalitas.
Hume tidak menerima substansi, sebab yang
dialami hanya kesan-kesan saja tentang beberapa
ciri yang selalu ada bersama-sama. Dari kesan
muncul gagasan. Kesan adalah hasil penginderaan
langsung, sedang gagasan adalah ingatan akan
kesan-kesan seperti itu.
Kausalitas. Jika gejala tertentu diikuti oleh gejala
lainnya, misal batu yang disinari matahari menjadi
panas, kesimpulan itu tidak berdasarkan
pengalaman. Pengalaman hanya memberi kita
urutan gejala, tetapi tidak memperlihatkan kepada
kita urutan sebab-akibat. Yang disebut kepastian
hanya mengungkapkan harapan kita saja dan tidak
93. Filsafat masa kini merupakan aneka bentuk
reaksi langsung atau taklangsung atas pemikiran
Georg Wilhelm Friedrich Hegel (1770-1831).
Hegel ingin menerangkan alam semesta dan
gerak-geriknya berdasarkan suatu prinsip.
Menurut Hegel semua yang ada dan semua
kejadian merupakan pelaksanaan-yang-sedang-
berjalan dari Yang Mutlak dan bersifat rohani.
Namun celakanya, Yang Mutlak itu tidak mutlak
jika masih harus dilaksanakan, sebab jika betul-
betul mutlak, tentunya maha sempurna, dan jika
maha sempurna tidak menjadi. Oleh sebab itu
pemikiran Hegel langsung ditentang oleh aliran
94. Kesalahan Hegel adalah tidak menerima bahwa Yang
Mutlak itu berdiri sendiri dan ada-diatas-segalanya, dalam
arti tidak dalam satu realitas dengan segala yang sedang-
menjadi tersebut. Dari sini dapat difahami munculnya
sejumlah aliran-aliran penting dewasa ini:
Positivisme menyatakan bahwa pemikiran tiap manusia, tiap
ilmu dan suku bangsa melalui 3 tahap, yaitu teologis,
metafisis dan positif ilmiah. Manusia muda atau suku-suku
primitif pada tahap teologis" dibutuhkan figur dewa-dewa
untuk "menerangkan" kenyataan.
Marxisme (diberi nama mengikuti tokoh utama Karl Marx,
1818-1883) mengajarkan bahwa kenyataan hanya terdiri atas
materi belaka, yang berkembang dalam proses dialektis
(dalam ritme tesis-antitesis-sintesis)
96. 1. THALES (624-546 sm)
dimulai oleh Thales, sebagai seorang filsafat
jagat raya. Ia diberi gelar “Bapak Filsafat”. Ia
mengajukan pertanyaan aneh, yaitu: “Apakah
sebenarnya bahan alam semesta itu ? (What is
the nature of the world stuff ?), kemudian ia
menjawab: “ Air “. Jawaban sederhana ini
sebenarnya belum tuntas, karena masih ada
pertanyaan lanjutan, yaitu: “ dari apa air itu ? “.
Perhatikan, ia menjadi filsuf karena ia bertanya.
Jawabannya sangat sederhana, namun
pertanyaannya jauh lebih bernilai ketimbang
jawabannya. Ia mulai menggunakan akal,
alasannya adalah karena air penting bagi
97. 2. ANAXIMANDER (610-546 sm)
Ia menjelaskan bahwa substansi pertama itu
bersifat kekal dan ada dengan sendirinya.
Substansi itu adalah: “Udara”. Argumentasinya,
yaitu: “Udara merupakan sumber segala
kehidupan “.
98. 3. PYTHAGORAS (572-497 sm)
Ia seorang ahli matematika dan ia mengajarkan
bahwa bilangan merupakan substansi dari semua
benda. Ia orang pertama yang menggunakan
istilah philosophia. Ia menyebut dirinya sebagai
philosophos (pecinta kearifan). Baginya, kearifan
yang sesungguhnya hanyalah dimiliki oleh Tuhan.
Sebuah ajaran metafisis yang ia katakan bahwa
“bilangan merupakan intisari dari semua benda
maupun dasar pokok dari sifat-sifat benda”.
Segenap gejala alam menurutnya merupakan
pengungkapan inderawi dari perbandingan
metematik. Filsafatnya dipadatkan menjadi
sebuah dalil yang berbunyi: “Bilangan
99. 4. HERACLITUS (544-484 sm)
Ia mengatakan bahwa alam semesta itu selalu
dalam keadaan berubah. Ia menyatakan:
“Engkau tidak dapat terjun ke sungai yang sama
dua kali karena air sungai itu selalu mengalir”
(You can not step twice into the same river, for
the fresh waters are ever flowing upon you). Jika
kita hendak memahami kehidupan kosmos, maka
kita harus menyadari bahwa kosmos itu dinamis.
Ia selalu bergerak. Dalam berfikir ia
menggunakan metode intuisi.
100. 5. PARMANIDES (450 sm)
Ia tokoh relativisme (suatu pandangan bahwa
pengetahuan itu dibatasi, baik oleh akal budi
yang serba terbatas maupun oleh cara
mengetahui yang serba terbatas) dan sebagai
logikawan pertama. Dalam berfikir ia
menggunakan metode deduksi logis
(penyimpulan dari yang umum ke yang khusus).
Ia bertanya: “Apa standar kebenaran dan apa
ukuran realitas ?” dan “ Bagaimana hal itu dapat
dipahami ?”. Lalu ia menjawab: “ Ukurannya ialah
logika yang konsisten “.
101. 6. ZENO (490 sm)
Ia merupakan tokoh yang merelatifkan
kebenaran. Baginya tidak ada kebenaran mutlak
dan tidak ada generalisasi. Dengan kata lain
menurutnya ialah “tidak ada kebenaran umum,
semua kebenaran relatif”. Ia telah mendorong
lahirnya konsep-konsep matematika
102. 7. PROTAGORAS (480-411 sm)
Ia menyatakan bahwa “manusia adalah ukuran
kebenaran”. Pernyataan itu merupakan tulang
punggung humanisme. Ia menyatakan pula
bahwa kebenaran itu bersifat pribadi. Akibatnya
tidak akan ada ukuran yang absulut dalam etika,
metafisika maupun agama.
103. 8. GORGIAS (485-380 sm)
Ia membangkitkan semangat berfilsafat. Ia
mengingatkan bahwa persoalan pokok dalam
filsafat bukanlah alam, melainkan manusia. Ia
telah membangkitkan jiwa humanisme. Ia tidak
memberikan jawaban final tentang etika, agama
dan metafisika. Pandangannya mengenai
relativitasnya moral telah mengilhami munculnya
utilitarianisme, pragmatisme, positivisme dan
eksistensialime.
104. 9. SOCRATES (470-399 sm)
Ia tidak meninggalkan tulisan. Doktrin bahwa
semua kebenaran itu relatif telah
mengguncangkan sains telah mapan,
mengguncangkan keyakinan agama. Doktrin ini
menimbulkan kekacauan dalam kehidupan. Oleh
karena itu Socrates bangkit. Ia meyakinkan
bahwa tidak semua kebenaran itu relatif, Ada
kebenaran memang relatif, namun tidak
semuanya. Ia seorang penganut moral yang
absolut dan meyakini bahwa menegakkan moral
merupakan tugas filosof, yang didasarkan pada
ide-ide rasional dan keahlian dalam
pengetahuan.
105. 10. .PLATO (427-347 sm)
Ia murid dan sahabat Socrates. Sebagai
muridnya, Plato menjelaskan bahwa kebenaran
umum itu memang ada, bukan dibuat, melainkan
sudah ada di alam idea. Plato dengan doktrin
idea yang lepas dari objek, yang berada dalam
alam idea. Idea itu umum, berarti berlaku umum
dan ada kebenaran yang khusus, yaitu
disebutnya kongkretisasi idea di alam ini. “Kucing
di alam idea berlaku umum, kebenaran umum.
Kucing hitam di rumah saya adalah kucing yang
khusus”.
106. 11. ARISTOTELES (384-322 sm)
Ia dikenal sebagai Bapak Logika. Logikanya
disebut logika tradisional (dalam
perkembangannya ada logika modern). Logika
Aristoteles disebut juga logika formal. Ia percaya
adanya Tuhan. Bukti adanya Tuhan menurutnya
ialah Tuhan sebagai penyebab gerak atau a first
cause of motion. Tuhan itu berhubungan
dengan dirinya sendiri. Tuhan bukan persona.
Tuhan tidak memperhatikan doa dan keinginan
manusia. Dalam mencintai Tuhan, manusia tidak
perlu mengharap Tuhan mencintai manusia.
Tuhan adalah kesempurnaan tertinggi. Aristoteles
meletakkan dasar-dasar sains. Ia seorang
pekerja keras. Karyanya tentang logika berjudul
organon yang berisi tentang categories.
108. Plato pernah mempertanyakan
apakah kebenaran itu
sebenarnya?
01
02
03
04
05
06
FILSAFAT KEBENARAN
Kebenaran itu adalah kenyataan.
Jadi untuk membuktikan bahwa hari
benar-benar hujan, kita harus
membedakan dengan melihat
kenyataan yang terjadi di luar rumah.
109. Banyak pakar ilmu filsafat yang menganggap
benar bahwa pengetahuan itu terdiri atas
sebagai berikut:
Pengetahuan Akal
Pengetahuan Budi
Pengetahuan Indrawi
Pengetahuan Kepercayaan (otoritatifl)
Pengetahuan Intuitif
110. Melihat sesuatu itu benar atau tidak benar, maka beberapa
kriteria yang sudah dilembagakan akan penulis sampaikan
beberapa kritik antara lain sebagai berikut:
Kebenaran koherensi
Kebenaran atas hubungan antara dua pernyataan.
Kebenaran pragmatis
Kebenaran hanya dalam salah satu konsekuensi saja.
Kebenaran sintaksis
Kebanaran yang berangkat dari tata bahasa yang
melekat
111. Kebenaran logika yang berlebihan
Kebenaran yang sebenarnya telah merupakan fakta
Kebenaran paradigmatik
Kebenaran yang berubah pada berbagai ruang dan
waktu, jadi setelah kurun waktu tertentu berubah (untuk
kategori waktu) dan pada tempat tertentu berubah (untuk
kategori ruang). Thomas Kuhn adalah orang yang
mempercayai kebenaran
112. YANG MAHA BENAR
Puncak kebenaran itu sendiri sebenarnya
adalah Allah Yang Maha Benar (AI Haq).
Itulah sebabnya
Para pedzikir senantiasa mengucapkan "Alhamdulillah"
(Segala Puji Bagi Allah) pada setiap penyelesaian
penemuan ilmiahnya, ataupun ketika selesai
melaksanakan Shalat Fardhu sebanyak tiga puluh tiga
kali.
113. PROPOSISI SUATU
PERNYATAAN YANG BENAR
Suatu pernyataan tidak sama dengan mengetahui apakah
pernyataan itu benar ataukah tidak?
Pernyataan diartikan sama sepenuhnya dengan
proposisi, dan kalau demikian halnya, maka
perkataan benar dapat diterapkan kepada
keduanya
Perkataan 'pernyataan' juga dipakai, sementara yang
dimaksudkan ialah proposisi, dan dalam hal ini pun
perkataan 'benar' dapat diterapkan.
114. KEBENARAN BERSIFAT SEMANTIK
‘Proposisi' ialah istilah yang bersifat
semantik, dan demikian pula kata 'benar'
mengacu kepada makna simbol-sirnbol,
dan bukan kepada simbolnya.
116. Pernyataan itu benar atau tidak ada 4 (empat)
Paham Koherensi
Teori ini dianut oleh kaum rasionalis
Kebenaran tidak lagi ditemukan dalam
kesesuaian dengan kenyataan, melainkan dalam
relasi antara proposisi baru dengan proposisi
lama atau yang sudah ada.
Kebenaran koherensi adalah kebenaran atas hubungan
antara dua pernyataan.
1.
117. Epistemologi Dalam Teori Koherensi
Penganut idealisme juga melakukan pendekatan
masalah tersebut melalui epistemologinya. Karena
praktek sesungguhnya yang kita kerjakan tidak hanya
menunjukkan bahwa ukuran kebenaran ialah keadaan-
saling-berhubungan
118. Bradley mengemukakan dua ciri pokok
Korespondensi Adalah Hukum Yang Saling Berhubungan
Ide-ide tidak mungkin saling berhubungan jika ide-
ide itu hanya merupakan bagian-bagian dari
kebenaran seluruhnya.
Keadaan tersebut mungkin ada
Namun bisa saja hujan tetap tidak turun. Ini
menggambarkan bahwa agar ada kebenaran, perlu ada
suatu sistem yang bersifat mencakup, yang di dalamnya
ide-ide saling berhubungan.
119. Pernyataan Yang Saling Berhubungan
Peramalan meliputi penjabaran suatu proposisi mengenai
peristiwa-peristiwa yang tidak dilukiskan dalam sistem
tersebut. Jika peristiwa-peristiwa yang dilukiskan di dalam
sistem tadi dapat diamati, maka peramalan itu telah
diverifikasi. Ini tidak berarti bahwa keadaan-saling
berhubungan itu kadang-kadang tidak merupakan ukuran
yang sangat berharga tentang kebenaran.
120. Teory Kebenaran
Korespodensi
Kebenaran korespondensi adalah
kebenaran yang sesuai antara
pernyataan dengan fakta di lapangan.
2.
Kata dan Makna
Yang Sesuai
Ada segi kejiwaan yang di
dalamnya makna termasuk
dalam lingkungan pengalaman
kejiwaan dan makna yang kita
berikan.
Setiap esensi mempunyai dua
segi
Terdapat di
dalam objeknya
Makna
121. Menggunakan Perantara Simbol
Suatu simbol harus berlaku sebagai semacam perantara
antara apa yang ditunjukkan dalam keadaan
sesungguhnya dengan esensi atau makna yang terdapat
di dalam pikiran seorang pendengar atau pembaca.
Menurut Rogers, kesesuaian itu ialah di antara kedua
segi dari makna tersebut.
122. Paham Empiris
3.
Definisi-definisi tentang kebenaran paham-paham
empiris mendasarkan diri pada pelbagai segi
pengalaman, dan biasanya menunjuk kepada
pengalaman inderawi dari orang seorang. Semua
paham tersebut dalam arti tertentu memandang
proposisi bersifat meramalkan atau hipotetis, dan
memandang kebenaran proposisi sebagai
terpenuhinya ramalan-ramalan. Yang demikian ini
menyebabkan kebenaran menjadi pengertian yang
bersifat subjektif serta nisbi.
123. Teory Pragmatisme
4.
Kebenaran pragmatis adalah kebenaran hanya
dalam salah satu konsekuensi saja. Kelemahan
kebenaran ini adalah apabila kemungkinannya luas,
oleh karena itu harus dipilih kemungkinannya hanya
dua dan saling bertolak belakang. Misalnya, semua
yang teratur ada yang mengatur, dalam hal ini kita
tidak membicarakan yang tidak teratur.
126. "Siapakah manusia itu?" merupakan pertanyaan yang
paling mendasar dan paling utama dalam sejarah
manusia.
• Pada Abad Pertengahan, pertanyaan mendasar di atas juga
menjadi pembicaraan bagi sejumlah pemikir Kristiani.
Dalam masa ini para penulis Kristiani menyatakan bahwa
manusia berperilaku secara benar dan mencapai pemenuhan
diri hanya jika dia hidup sesuai dengan aturan agama dan
menjadikan Allah sebagai model hidup satu-satunya.
Manusia adalah makhluk yang tidak berdaya di hadapan
Sang Pencipta. Ia tidak bisa selamat tanpa menjalin
hubungan yang baik dengan Sang Penciptanya.
127.
128. Bila dikaitkan dengan situasi modern, mencari
jawaban atas pertanyaan "Siapakah manusia itu?"
semakin mendesak, mengingat problem kemanusiaan
yang selalu berkembang dan bersifat kompleks.
Perkembangan dan kompleksitas masalah humanisme
tidak terlepas dari hakikat manusia sebagai makhluk
yang dinamis, misteri dan paradoksal. Manusia
disebut dinamis karena ia berkembang terus menerus
dengan kebebasannya.
130. Plato, menunjukkan hakikat filsafat sebagai hasil
kontemplasi dalam lima karakter berikut :
1. Pertama, dapat bertahan terhadap
diskusi kritis. Artinya, kegiatan utama
dari filsafat adalah mengkaji secara
kritis segala hal. Dengan kajian itu
diharapkan terjadi
pertanggungjawaban rasional. Dalam
pengertian ini kata "kebijaksanaan"
tidak lagi menjadi makna dari filsafat.
131. 2. Kedua, menggunakan metode dialektis.
Dengan metode ini, filsafat bergerak
secara bertahap, yakni mengkritik
pandangan-pandangan yang ada, setelah
itu membangun pandangan Baru yang
didukung dengan argumenargumen yang
lebih kuat.
132. 3. Ketiga, berusaha mencapai realitas yang
terdalam. Filsafat menganalisa hal-hal terdalam
dari kenyataan. Ia tidak berhenti pada fakta
empiris, melainkan berusaha untuk menemukan
kebenaran yang terdalam. Filsafat mencari
pengetahuan yang sejati, serta hal yang hakiki
dari realitas. Karena itulah filsafat bersifat
metaempiris.
133. 4. Keempat, terkait dengan butir ketiga di atas,
filsafat bertujuan untuk menangkap tujuan
ideal realitas. Bagi Plato, memahami
kebenaran misalnya berarti juga memahami
IDEA tentang kebenaran yang dicari oleh
manusia. IDEA tentang kebenaran dilihat
sebagai realitas tertinggi bagi manusia.
134. 5. Kelima, mengetahui bagaimana harus hidup sebagai
manusia. Dalam butir ini filsafat dikaitkan dengan
suatu pengetahuan yang benar tentang cara hidup
sebagai manusia. Artinya, seorang filsuf
mempertanggungjawabkan kedudukannya dengan
mempertahankan prinsip yang ideal baginya sebagai
seorang manusia. Dengan ini filsafat dimaksudkan
membentuk kualitas pribadi, yakni menjadi manusia
yang bermutu dalam kehidupan seharihari.
135. Dari berbagai karakter di atas, filsafat
bisa didefinisikan dalam tiga hal :
1. Pertama, filsafat sebagai hasil perenungan.
Perenungan ini ialah sejenis percakapan
yang dilakukan dengan diri sendiri atau
dengan orang lain.
2. Kedua, sebagai kritik. Dalam pengertian ini
filsafat berusaha mengerti, membedakan
dan mengambil keputusan
3. Ketiga, filsafat sebagai ilmu yang berusaha
mencari kebenaran secara metodis,
sistematis, rasional dan radikal melampaui
kebenaran dan pertanggungjawaban.
136. Filsafat Manusia
Filsafat manusia adalah bagian integral dari
sistem filsafat, yang secara spesifik menyoroti
hakikat atau esensi manusia. Karena itu cara
kerja filsafat manusia tidak terlepas dari cara
kerja filsafat pada umumnya.
Dengan kata lain, metode filsafat manusia tidak
berbeda dengan metode filsafat pada umumnya.
Namun sebelum membicarakan metode filsafat
manusia lebih lanjut tidak ada salahnya kita
lebih dulu membedakan filsafat manusia dengan
ilmu-ilmu lain yang juga membicarakan manusia.
137. Sebagai bagian dari filsafat, filsafat manusia
memiliki cara kerja yang sama dengan cara
kerja filsafat pada umumnya, yakni berusaha
menangkap makna di balik gejala empiris itu.
Karena itu objek penelusuran filsafat manusia
adalah hal-hal yang ada di balik yang kelihatan,
yang sangat menentukan eksistensi manusia.
Filsafat manusia memikirkan aspek-aspek
mendasar yang bersifat metafisis dan
spiritualitas tentang manusia.
138. Bagaimana manusia bisa melakukan penelusuran terhadap hal-hal
yang bersifat metaempiris itu? Jawabnya adalah melalui refleksi.
Refleksi merupakan kegiatan khan filsafat manusia untuk
menangkap nomena. Kata "refleksi" berasal dari bahasa Latin,
"reflectere", yang artinya "melentukkan ke belakang". Dalam arti
ini, filsafat manusia tampak sebagai pemikiran yang tidak mau
berhenti pada data, melainkan menembusnya. Ia menyelami
dimensi mendasar yang ada di balik data yang menentukan
realitas manusia.
140. PENGETAHUAN
Bahwa manusia itu tahu sesuatu, tidak
ada yang menyangkal. Manusia tahu
akan dunia sekitarnya, akan dirinya
sendiri, akan orang-orang lain.
141. Gejala-gejala bahwa tahu
yang memuaskan manusia
itu adalah tahu yang benar.
Pemikir filsafat 4 gejala tahu :
1.
Pertanyaan kepada diri
sendiri akan dijawab
dengan melakukan
penyelidikan.
Semakin banyak yang diselidiki,
semakin banyak hasil tahunya,
dan semakin besar rasa
kepuasannya.
2.
Tahu yang tidak benar
disebut keliru.
Oleh karena tahu itu kerap kali
menjadi dasar dari suatu
tindakan, maka tahu yang
keliru, kalau dijadikan dasar
tindakan, kerap kali tindakan itu
pun juga menjadi keliru, dan ini
dapat menimbulkan bencana.
142. Apakah objek dari
tahu itu?
3.
Tahunya manusia tentang
sesuatu bukanlah suatu bekal
yang dibawa sejak lahir.
4.
Manusia tahu benar bahwa ia
tidak tahu sesuatu, maka
bertanyalah ia, misalnya kepada
orang lain. Setelah diberi tahu,
tahu jugalah ia bahwa ia tahu.
Hasilnya, tahulah ia sekarang.
Dulu, ia tahu bahwa ia keliru atau
belum tahu, dan sekarang ia tahu
bahwa ia tahu.
143. Ilmu
Pengetahuan
Ilmu pengetahuan adalah pengetahuan
yang bertujuan mencapai kebenaran
ilmiah tentang objek tertentu, yang
diperoleh melalui pendekatan atau cara
pandang , metode, dan sistem tertentu.
144. Objek ilmu pengetahuan itu ada yang berupa :
Objek materi adalah sasaran material suatu
penyelidikan, pemikiran, atau penelitian
keilmuan, bisa berupa benda-benda material
maupun non-material, bisa pula berupa halhal,
masalah-masalah, ide-ide dan konsep-konsep.
Objek formalnya, ilmu pengetahuan itu berbeda-beda dan banyak jenis
serta sifatnya. Ada yang tergolong ilmu pengetahuan fisis (ilmu
pengetahuan alam), ilmu pengetahuan non-fisis (ilmu pengetahuan
sosial dan humaniora serta ilmu pengetahuan ketuhanan) karena
pendekatannya menurut segi kejiwaan.
145. Ada 6 (enam) sistem yang lazim dikenal
dalam ilmu pengetahuan, yaitu:
Tertutup
Terbuka
Alami
Buatan
Berbentuk
lingkaran
Berbentuk
garis lurus
146. Kebenaran
Ilmu Pengetahuan
Pengetahuan yang jelas dari suatu objek
materi yang dicapai menurut objek forma
(cara pandang) tertentu dengan metode
yang sesuai dan ditunjang oleh suatu sistem
yang relevan. Pengetahuan yang demikian
tahan uji, baik dari verifikasi empiris maupun
rasional, karena cara pandang, metode, dan
sistem yang dipakai bersifat empiris dan
rasional secara silih berganti.
147. Ada 3 (tiga) teori pokok tentang kebenaran
keilmuan ini, yaitu:
Teori Saling
Hubungan
Teori
Persesuaian
Teori
Kegunaan
149. Ilmu Sebagai
Pengetahuan
Ilmu adalah pengetahuan,
tetapi tidak semua
pengetahuan adalah ilmu.
Pengetahuan adalah
pembentukan pemikiran asosiatif
yang menghubungkan.
Ilmu bertujuan untuk menjelaskan
tentang segala yang ada di alam
semesta.
150. Fakta mempunyai peranan
Dalam pijakan :
Teori: Teori berpijak pada
satu-dua fakta hasil
penemuan .
Menolak dan mereformasi
teori yang telah ada. Bila
ada fakta yang belum
terjelaskan oleh teori.
Fakta dapat mendefinisikan kembali
atau memperjelas definisi yang ada
dalam teori.
151. Tingkat Kemantapan
Teori
Teori akan menjelaskan (meramalkan) fenomena.
Pemikiran teoretik adalah pekerjaan yang
melangkah kepada teori.
Teori pada dasarnya menerangkan atau menjelaskan
bahkan meramalkan tentang mengapa (apa sebabnya)
fenomena yang menjadi perhatian itu terjadi. Jadi
konsep atau pengertian sebagai abstraksi dari fenomena
itu diarahkan kepada mencari hubungan kausalitas yang
berlaku umum.
152. Berpikir Induktif dan Deduktif
Induktif ialah berpikir deduktif.
Bekerjanya berangkat dari hal
yang umum (dari
induksi/teori/dalil/hukum)
kepada hal-hal yang khusus
(particular).
Deduktif biasanya
mempergunakan silogisme
dalam menyimpulkan. Proposisi
yang pertama disebut premis
mayor, yang kedua disebut
premis minor, dan yang ketiga
disebut konklusi/
konsekuen/kesimpulan.
153. Metode Ilmiah
Metode ilmiah merupakan prosedur
atau langkah-langkah sistematis
dalam mendapatkan pengetahuan
ilmiah atau ilmu.
Metode adalah suatu prosedur atau
cara untuk mengetahui sesuatu
dengan langkah-langkah sistematis.
154. Garis besar langkah-langkah
sistematis keilmuan :
Mencari, merumuskan dan
mengidentifikasi masalah
Menyusun kerangka pikiran
Merumuskan hipotesis
Menguji hipotesis
secara empirik
Melakukan pembahasan
Menyimpulkan
155. Mencari, merumuskan dan mengidentifikasi
masalah, yaitu menetapkan masalah penelitian,
apa yang dijadikan masalah penelitian dan apa
objeknya. Menyatakan objek penelitian saja
masih belum spesifik, baru menyatakan pada
ruang lingkup mana penelitian akan bergerak.
Sedangkan mengidentifikasi atau menyatakan
masalah yang spesifik dilakukan dengan
mengajukan pertanyaan penelitian (research
question), yaitu pertanyaan yang belum dapat
memberikan penjelasan (explanation) yang
memuskan berdasarkan teori atau hukurn atau
dalil yang ada.
157. filsafat Pancasila adalah pembahasan
Pancasila secara filsafati, yaitu
pembahasan Pancasila sampai hakikatnya
yang terdalam (sampai intinya yang
terdalam).
158. Secara keseluruhan dalam mempelajari Pancasila diperoleh suatu
pengetahuan ilmiah yang terdiri atas empat tingkat
;
1. Dengan menjawab suatu pertanyaan ilmiah "Bagaimana" maka
akan diperoleh suatu pengetahuan ilmiah yang bersifat deskreptif.
Dalam mempelajari pancasila secara deskriptif, ialah menjelaskan
tentang Pancasila secara obyektif, apa adanya baik latar belakang
sejarahnya rumusan-rumusannya, sifat, isi, bentuk susunan
Pancasila dan segala perkembangannya. Dengan demikian akan
dapat diperoleh keterangan tentang Pancasila secara obyektif.
159.
160. 3. Dengan menjawab petanyaan ilmiah "Kemana":
maka pengetahuan yang didapat adalah
pengetahuan yang bersifat normatif.
Pengetahuan normatif adalah pengetahuan yang
merupakan petunjuk atau norma, maka
sebelumnya dikaji, lebih dahulu hal-hal yang
selalu terjadi, selalu berulang karena sesuatu
yang selalu berulang akan dapat menjadi
kebiasaan yang kemudian menjadi norma.
161. 4. Dengan menjawab pertanyaan "Apa"
akan diperoleh pengetahuan mengenai
hakikat dari sesuatu yang dinyatakan.
Hakikat adalah sesuatu yang secara
mutlak menentukan bahwa sesuatu hal
itu ada. Untuk membahas hakikat
Pancasila, harus benar-benar dibahas
sedalam-dalamnya sila demi sila, serta
unsur-unsur yang mungkin ada.
162. 5. Ada pembahasan Filsafat Pancasila, yaitu
kajian Pancasila sampai pada tingkat hakikat
sila-sila Pancasila. Maka kajian Filsafat
Pancasila membahas hakikat sila-sila
Pancasila hingga intinya terdalam.
164. Filsafat dapat dimaknai sebagai ilmu pengetahuan yang berupaya
mengkaji tentang masalah-masalah yang muncul dan berkenaan
dengan segala sesuatu, baik yang sifatnya materi maupun immateri
secara sungguh-sungguh guna menemukan hakikat sesuatu yang
sebenarnya, mencari prinsip-prinsip kebenaran, serta berpikir secara
rasional-logis, mendalam dan bebas, sehingga dapat dimanfaatkan
untuk membantu menyelesaikan masalah-masalah dalam kehidupan
manusia. Sedangkan ilmu dapat dimaknai sebagai suatu metode
berpikir secara obyektif dalam menggambarkan dan memberi makna
terhadap dunia fuktual dan berprinsip untuk mengorganisasikan dan
mensistematisasikan common sense.
PENUTUP