1. i
PENGEMBANGAN STANDAR MUTU SEKOLAH BERTARAF
INTERNASIONAL (SBI) DI SMP NEGERI 1 GORONTALO
(Studi Kasus di SMP Negeri 1 Gorontalo)
S K R I P S I
Diajukan guna memenuhi salah satu persyaratan dalam mengikuti
Ujian Sarjana Pendidikan
Oleh
ABDI GUNAWAN M. ABDULLAH
NIM : 131 407 111
UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
JURUSAN MANAJEMEN PENDIDIKAN
2012
5. v
ABSTRAK
Abdi Gunawan M. Abdullah. Skripsi “Pengembangan Standar Mutu
Sekolah Bertaraf Internasional (SBI) Di SMP Negeri 1 Gorontalo”. Skripsi
Jurusan Manajemen Pendidikan Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri
Gorontalo, 2012.
Skripsi ini merupakan hasil dari penelitian kualitatif dengan menggunakan
pendekatan studi kasus.
Skripsi ini bertujuan untuk menjawab tiga pertanyaan penelitian sebagai
berikut: Pertama, Bagaimanakah standar mutu sumber daya manusia (SDM) di
SMP Negeri 1 Gorontalo? Kedua, Bagaimanakah standar mutu proses
pembelajaran di SMP Negeri 1 Gorontalo? Ketiga, Bagaimanakah standar mutu
sarana dan prasarana di SMP Negeri 1 Gorontalo?
Data penelitian ini keseluruhannya diperoleh dan dihimpun melalui
wawancara, observasi dan dokumentasi. Kemudian, data tersebut dianalisis
dengan menggunakan metode triangulasi dan juga menggunakan ketekunan
pengamatan.
Hasil penelitian yang diperoleh; Pertama, bahwa Standar mutu Sumber
Daya Manusia (SDM) di SMP Negeri 1 Gorontalo dari tahap pendampingan
sampai pada tahap pemberdayaan sudah cukup berkembang, namun pada tahap
mandiri ini, program RSBI belum sepenuhnya tercapai sesuai dengan standar
OECD. Kedua, Standar mutu proses pembelajaran di SMP Negeri 1 Gorontalo
dari tahap pendampingan sampai pada tahap pemberdayaan belum berkembang,
sehingga pada tahap mandiri ini, program RSBI belum sepenuhnya telah
memenuhi standar OECD yaitu proses pembelajarannya yang telah berbasis TIK
dan bilingual. Ketiga, Standar mutu sarana dan prasarana di SMP Negeri 1
Gorontalo dari tahap pendampingan sampai pada tahap pemberdayaan sudah
cukup berkembang, namun pada tahap mandiri kali ini belum semuanya terpenuhi
sesuai dengan standar OECD, walaupun sarana dan prasarana yang ada di sekolah
ini sudah cukup memadai.
Sejalan dengan kesimpulan di atas, maka disarankan bagi SMP Negeri 1
Gorontalo sebagai sekolah penyelenggara program RSBI untuk mencapai predikat
SBI; Pertama, perlu terus melakukan kegiatan sosialisasi dalam peningkatan mutu
SDM yang difokuskan untuk memenuhi standar tenaga pendidik RSBI. Kedua,
Untuk standar mutu proses pembelajaran harus ditopang dengan adanya SDM
yang berkualitas dan sarana penunjang pembelajaran yang memadai. Ketiga,
Sarana dan prasarana sekolah perlu dilengkapi lagi, sesuai dengan standar sarana
dan prasarana SMP RSBI.
Kata kunci : Standar Mutu, Sekolah Bertaraf Internasional.
6. vi
ABSTRACT
Abdi Gunawan M. Abdullah. Thesis "Development of Quality Standards
International Standard School (SBI) in SMP Negeri 1 Gorontalo". Thesis
Department of Management Education Faculty of Education, State University of
Gorontalo, 2012.
This thesis is the result of qualitative research using case study approach.
This thesis aims to answer three research questions as follows: First, What
quality standards of human resources (HR) in SMP Negeri 1 Gorontalo? Second,
How is the quality standards of the learning process in SMP Negeri 1 Gorontalo?
Third, How is the quality standard of facilities and infrastructure in SMP Negeri 1
Gorontalo?
The overall research data obtained and compiled through interviews,
observation and documentation. Then, the data were analyzed by using the
triangulation method and also use diligence observations.
The results are obtained: First, that the quality standards of Human
Resources (HR) in SMP Negeri 1 Gorontalo from stage to stage empowerment
mentoring developed enough, but at this stage of self, RSBI program has not been
fully achieved in accordance with OECD standards. Second, the quality standards
of learning processes in SMP Negeri 1 Gorontalo from stage to stage
empowerment mentoring undeveloped, so at this stage of self, not yet fully RSBI
program meets the standards of the OECD-based learning process that has ICT
and bilingual. Third, the quality standards of facilities and infrastructure in SMP
Negeri 1 Gorontalo from stage to stage empowerment mentoring developed
enough, but on stage this time is not all self-fulfilled in accordance with OECD
standards, although the facilities and infrastructure that exist in this school is
sufficient.
In line with the above conclusion, it is advisable for the SMP Negeri 1
Gorontalo as a school program providers to reach the predicate SBI RSBI; First,
the need to continue socialization activities in improving the quality of human
resources is focused to meet the standards RSBI educators. Second, the learning
process for quality standards must be supported by the presence of qualified
human resources and adequate means of supporting learning. Third, school
facilities and infrastructure need to be completed again, in accordance with the
standards of facilities and infrastructure RSBI junior.
Key words : Quality Standards, International School.
7. vii
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
“Bacalah dengan nama Tuhanmu yang menciptakan. Dia telah
menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah
Yang Maha Pemurah. Yang mengajar dengan Qalam. Dialah yang
mengajar manusia segala yang belum diketahui”
(Q.S Al-‘Alaq : 1-5)
Pendidikan merupakan perlengkapan paling baik untuk hari tua.
(Aristoteles)
Visi tanpa tindakan adalah lamunan.
Tindakan tanpa visi adalah mimpi buruk.
(Mudin)
Kesuksesan bukan dilihat dari hasilnya, tapi dilihat dari prosesnya.
Karena “HASIL” bisa direkayasa dan dibeli,
Sedangkan “PROSES” selalu jujur menggambarkan siapa diri kita sebenarnya.
(Abdhy)
Hal yang paling menyakitkan di dunia ini adalah ketika kita tidak bisa
membahagiakan orang yang kita sayangi
(Abdhy)
Karya kecil ini kupersembahan untuk :
ALLAH S.W.T, Tuhan Semesta Alam.
Muhammad Utusan ALLAH, si-Penyempurna Akhlaq
Djumriah Dj. Mondjo S.Pd.SD (mama), Darah, Air Mata, Cinta Kasih Sayang, Air Susu, dan
Keringatnya yang mengalir di dalam tubuhku.
Mudin, S.Pd (papa), Sabar dan Teguh-mu menjadi kekuatan buatku.
Untuk Adik-adikku Tercinta (Isma Wahyuni, Moh. Idhar, dan Anggun Farwaty) serta seluruh
Keluarga Besarku yang selalu mendukung dan memberikan semangatnya kepadaku dalam
menyelesaikan studiku selama ini.
Nurma Juwita sebagai “Pelitaku Sederhana”
ALMAMATERKU TERCINTA
UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO
TEMPAT AKU MENIMBAH ILMU
2012
8. viii
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh
Puji syukur penulis panjatkan atas kehadirat ALLAH SWT, karena atas
segala berkah, rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat memperoleh
kesempatan dalam menyelesaikan penulisan skripsi ini dengan judul
“Pengembangan Standar Mutu Sekolah Bertaraf Internasional (SBI) di SMP
Negeri 1 Gorontalo”. Skripsi ini disusun dalam rangka memenuhi salah satu
persyaratan untuk mencapai gelar Sarjana Pendidikan Jurusan Manajemen
Pendidikan pada Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Gorontalo.
Pada dasarnya setiap usaha untuk mencapai sebuah kesuksesan pasti akan
menemui hambatan dan tantangan, demikian pula yang dialami oleh penulis
dalam penyusunan skripsi ini, namun tekad, kemauan dan kerja keras yang
dibarengi dengan motivasi dan do‟a dari orang tua, Bapak/Ibu dosen, serta rekan-
rekan, sehingga Alhamdulillah segala hambatan dalam penyusunan skripsi ini
dapat dilalui oleh penulis.
Melalui kesempatan ini, penulis dengan kerendahan hati yang tulus dan
ikhlas menyampaikan penghargaan dan ucapan terima kasih yang sedalam-
dalamnya atas jasa-jasa dari Bapak Prof. Dr. H. Ansar, S.Pd, M.Si dan
Bapak Drs. H. Muh. Polinggapo, S.Sos. M.Pd selaku pembimbing I dan II yang
telah ikhlas menyediakan waktunya, tenaga dan pikiran untuk mengarahkan
penulis sejak awal penelitian hingga penyusunan skipsi ini.
9. ix
Oleh karena itu, berangkat dari ketulusan hati maka pada kesempatan ini
penulis turut menyampaikan ucapan terima kasih kepada yang terhormat:
1. Dr. H. Syamsu Qamar Badu, M.Pd selaku Rektor Universitas Negeri
Gorontalo.
2. Prof. Dr. H. Sarson W. Dj. Pomalato, M.Pd; Eduart Wolok, S.T. M.T;
Fence M. Wantu, S.H. M.H; dan Prof. Dr. Yulianto Kadji M.Si, yang masing-
masing selaku Pembantu Rektor I, II, III dan IV Universitas Negeri
Gorontalo.
3. Prof. Dr. H. Abdul Haris PanaI, M.Pd selaku Dekan Fakultas Ilmu
Pendidikan (FIP) Universitas Negeri Gorontalo.
4. Dra. Hj. Rena L. Madina, M.Pd selaku Pembantu Dekan I Fakultas Ilmu
Pendidikan Universitas Negeri Gorontalo.
5. Prof. Dr. H. Ansar, S.Pd, M.Si selaku Pembantu Dekan II Fakultas Ilmu
Pendidikan Universitas Negeri Gorontalo.
6. Drs. Abd. Haris Machmud, S.Pd, M.Pd selaku Pembantu Dekan III Fakultas
Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Gorontalo.
7. Dr. Asrin, M.Pd selaku Ketua Jurusan Manajemen Pendidikan Fakultas Ilmu
Pendidikan Universitas Negeri Gorontalo.
8. Intan A. Razak, S.Ag, M.Pd selaku sekretaris Jurusan Manajemen Pendidikan
Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Gorontalo.
9. Drs. H. Muh. Polinggapo, S.Sos, M.Pd selaku penasehat akademik.
10. Seluruh Staf Pengajar dan Dosen yang terhormat: Prof. Dr. H. Abd. Kadim
Masaong, M.Pd; Prof. Dr. H. Ansar, S.Pd, M.Si; Drs. H. Muh Polinggapo,
10. x
S.Sos, M.Pd; Dra. Meity Mononimbar; M.Pd; Dr. Fadliah, M.Si; Nina
Lamatenggo, S.E, M.Pd; Dra. Fory Nawai, M.Pd; Drs. Ikhfan Haris, M.Sc;
Arifin, S.Pd, M.Pd; Intan A. Razak, S.Ag, M.Pd; Arifin Suking, S.Pd, M.Pd;
Dr. Asrin, M.Pd; Besse Marhawati, S.Pd, M.Pd; Warni T. Sumar, S.Pd,
M.Pd; Dr. Arwildayanto, S.Pd, M.Pd yang telah memberikan ilmu
pengetahuan yang berguna sebagai bekal bagi penulis.
11. Staf Administrasi Jurusan Manajemen Pendidikan yang telah banyak
membantu penulis dalam pengurusan administrasi: K‟Nova, K‟Dewy dan
Alan (Mhs. PKL).
12. Kepala Sekolah dan Wakil-wakil Kepala Sekolah beserta staf Dewan Guru
dan Tata Usaha SMP Negeri 1 Gorontalo yang telah banyak membantu dalam
usaha memperoleh data yang penulis perlukan.
13. Orang tuaku dan seluruh keluarga besarku yang selalu senantiasa memberikan
dukungan material dan moral kepadaku dalam menyelesaikan studiku.
14. Teman-teman Angkatan 2007 Jurusan Manajemen Pendidikan Universitas
Negeri Gorontalo; Ridu, Ebot, Yaser, Elfin. Sule, Ibalo, Idrak, Wesly, Andy,
Fikar, Ras, Lina, Nisa, Ika, Nha, Winda, Ila, Ira, Dian, Ulin, Salty, Ulan, Zia,
Susan, Cili, Nirma, Irma, Wilan, Nink, Lian, Mila, Ela dan Kristin, saya
ucapkan terima kasih atas bantuan serta kebersamaannya selama ini.
15. Rekan-rekan seluruh anggota HMJ Manajemen Pendidikan.
16. Teman-teman Angkatan 2006 Jurusan Pendidikan Kimia Universitas Negeri
Gorontalo (Nink, Elha, Ratna, Lili, Ratna Doank, Cilen, Lina, Tri, Joken, Ati,
Eko, Ayu, Ulin, Femi, Iva, Yuni, Nisa, Tita, Sariah, Warni, Rendi, Ramdan,
11. xi
Risman, Ima, Ikma, Iksan, Adi, Roman, Mia, Jafar) saya ucapkan terima
kasih atas bantuan serta kebersamaannya selama ini.
17. Rekan-rekan seluruh anggota Himpunan Mahasiswa Kimia (HIMKA)
Periode 2008/2009.
18. Seluruh keluarga besar Ikatan Mahasiswa Kabupaten Banggai (IMI-KB) di
Gorontalo.
19. Rekan-rekan mahasiswa KKS UNG Desa Polohungo, Kec. Dulupi,
Kabupaten Boalemo; Nhyna, Dhyan, Mhyta.
20. Seluruh aparat Desa Polohungo, Kecamatan Dulupi, Kabupaten Boalemo.
21. Rekan-rekan mahasiswa PKL Jurusan Manajemen Pendidikan FIP UNG di
SMP Negeri 1 Gorontalo; Suleman dan Irma.
22. “Pelitaku” Sederhana, yang selalu memotivasi dan membantuku dalam
penyusunan skripsi ini; Nurma Juwita (DhyNho „29).
23. Teman-teman se-kost; Oba, Dewy, Asta.
24. Semua pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan penelitian dan
penyusunan skripsi ini.
Akhirnya penulis menyadari bahwa keberadaan skripsi ini masih terdapat
kekurangan-kekurangan. Oleh karena itu kritik dan saran dari semua pihak demi
kesempurnaan skripsi ini sangat diharapkan. Semoga kritik dan saran maupun
bantuan yang telah diberikan oleh berbagai pihak akan beroleh balasan yang
setimpal dari Allah SWT. Semoga Allah SWT memberikan rahmat dan hidayah-
Nya bagi kita semua, Amiin…
Gorontalo, Januari 2012
Penulis
12. xii
Halaman
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL .................................................................................. i
SURAT PERNYATAAN .............................................................................. ii
PERSETUJUAN PEMBIMBING ............................................................... iii
LEMBAR PENGESAHAN .......................................................................... iv
ABSTRAK ..................................................................................................... v
MOTO DAN PERSEMBAHAN .................................................................. vii
KATA PENGANTAR ................................................................................... viii
DAFTAR ISI................................................................................................... xii
DAFTAR GAMBAR ..................................................................................... xv
DAFTAR TABEL ......................................................................................... xvi
BAB I PENDAHULUAN
A. Konteks Penelitian ............................................................................... 1
B. Fokus Penelitian .................................................................................. 5
C. Tujuan Penelitian ................................................................................. 5
D. Manfaat Penelitian ............................................................................... 5
BAB II KAJIAN PUSTAKA
A. Konsep Penyelenggaraan Program RSBI/SBI .................................... 8
B. Tujuan Penerapan Program RSBI di Indonesia ................................... 13
C. Perencanaan Program Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional .......... 15
D. Visi dan Misi Sekolah Bertaraf Internasional ..................................... 17
E. Syarat Penerapan Sekolah Bertaraf Internasional (SBI) ..................... 20
F. Pelaksanaan Kurikulum dan Proses Pembelajaran RSBI .................... 24
G. Pentahapan (Fase) Pengembangan
Program Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional (SBI) ..................... 26
a. Tahap Pengembangan ..................................................................... 28
b. Tahap Pemberdayaan ...................................................................... 37
c. Tahap Mandiri ................................................................................ 42
H. Kepemimpinan Kepala Sekolah Sebagai Visioner .............................. 52
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Latar Penelitian ................................................................................... 60
B. Pendekatan dan Jenis Penelitian .......................................................... 61
C. Kehadiran Peneliti ............................................................................... 63
D. Data dan Sumber Data ......................................................................... 64
a. Data ................................................................................................. 64
b. Sumber Data ................................................................................... 65
E. Teknik Pengumpulan Data .................................................................. 66
a. Wawancara ..................................................................................... 66
b. Observasi ........................................................................................ 68
c. Dokumentasi ................................................................................... 70
13. xiii
F. Analisis Data ....................................................................................... 71
G. Pengecekan Keabsahan Data ............................................................... 74
a. Ketekunan Pengamatan .................................................................. 74
b. Triangulasi ...................................................................................... 76
H. Tahap-tahap Penelitian ........................................................................ 77
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi HasilPenelitian .................................................................... 80
a. Standar Mutu Sumber Daya Manusia (SDM)
di SMP Negeri 1 Gorontalo ............................................................ 80
b. Standar Mutu Proses Pembelajaran
di SMP Negeri 1 Gorontalo ............................................................ 88
c. Standar Mutu Sarana dan Prasarana
di SMP Negeri 1 Gorontalo ............................................................ 93
B. Temuan Penelitian ............................................................................... 96
a. Standar Mutu Sumber Daya Manusia (SDM)
di SMP Negeri 1 Gorontalo ............................................................ 96
b. Standar Mutu Proses Pembelajaran
di SMP Negeri 1 Gorontalo ............................................................ 100
c. Standar Mutu Sarana dan Prasarana
di SMP Negeri 1 Gorontalo............................................................. 102
C. Pembahasan ......................................................................................... 104
a. Standar Mutu Sumber Daya Manusia (SDM)
di SMP Negeri 1 Gorontalo ............................................................ 104
b. Standar Mutu Proses Pembelajaran
di SMP Negeri 1 Gorontalo ............................................................ 110
c. Standar Mutu Sarana dan Prasarana
di SMP Negeri 1 Gorontalo............................................................. 117
d. Kesiapan SMP Negeri 1 Gorontalo dalam Menghadapi
Tahun ke-6 (Tahap Mandiri) .......................................................... 121
D. Kerangka Konseptual .......................................................................... 139
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan .......................................................................................... 141
B. Saran .................................................................................................... 143
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................... 146
LAMPIRAN – LAMPIRAN
Lampiran 1 Daftar Nama Informan ............................................................... 148
Lampiran 2 Kode dan Ringkasan Operasional .............................................. 149
Lampiran 3 Pedoman Wawancara ................................................................ 150
Lampiran 4 Transkrip Wawancara ................................................................ 159
Lampiran 5 Hasil Observasi .......................................................................... 177
Lampiran 6 Analisis Domain ........................................................................ 184
Lampiran 7 Data Sekolah .............................................................................. 186
14. xiv
Lampiran 8 Struktur Organisasi dan Tata Kerja SMPN 1 Gorontalo ........... 197
Lampiran 9 Denah Sekolah ........................................................................... 198
Lampiran 10 Gambar Penelitian ..................................................................... 199
CURRICULUM VITAE .............................................................................. 209
15. xv
Halaman
DAFTAR GAMBAR
SMP Negeri 1 Gorontalo dilihat dari atas ....................................................... 60
Komponen dalam Analisis Data (interactive model) ...................................... 71
Profil SDM (Tenaga Pendidik, Kependidikan dan Pendukung) ..................... 87
Bagan Konseptual ........................................................................................... 140
17. xvii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Konteks Penelitian
Upaya peningkatan mutu, efisiensi, relevansi, dan peningkatan daya saing
secara nasional dan sekaligus internasional pada jenjang pendidikan dasar dan
menengah, maka telah ditetapkan pentingnya penyelenggaraan satuan pendidikan
bertaraf Internasional, baik untuk sekolah negeri maupun swasta.
Pendidikan bertaraf Internasional harus memiliki daya saing yang tinggi
dalam hasil-hasil pendidikan (output dan outcomes), proses, dan input sekolah
baik secara nasional maupun internasional. Hal ini didasari oleh tuntutan
kurikulum bertaraf Internasional yang mengharuskan peserta didik dalam masuk
kelas Internasional harus mampu berkompetisi secara global dengan siswa dari
Negara lain. Beberapa kemampuan umum yang lazim menjadi tolak ukur ke
internasional adalah kemampuan dalam sains, kemampuan dalam bidang
teknologi, dan kemampuan lain yang bersifat karya-karya inovatif dan kreatif.
Menurut Ahmadi dalam Syaiful Sagala ( 2007: 82) mengemukakan bahwa:
“Berbagai problematika pendidikan di Indonesia Hampir 80 persen
berkisar pada permasalahan pengembangan kurikulum, kemasan bahan
pelajaran, metode dan media pengajaran, pendidikan dan pelatihan guru,
serta hal-hal lain yang berkaitan langsung dengan proses belajar mengajar
(PBM)”.
Selain itu keunggulan pendidikan juga tidak terlepas adanya praktik-
praktik pendidikan di tingkat kelas atau sekolah yang berorientasi pada usaha
memotivasi siswa untuk belajar, bukan semata pada cara agar siswa mendapatkan
skor tinggi dalam tes. Sebagaimana paparan Dedi Supriadi (2000:10), bahwa:
18. xviii
“Pada dasarnya yang membuat pendidikan suatu negara unggul, antara lain
materi kurikulum yang menantang dan terfokus, penekanan proses belajar
pada pemahaman siswa akan konsep daripada hafalan, serta komitmen
guru dan administrator pendidikan terhadap mutu”.
Sementara itu permasalahan struktural (manajemen kelembagaan
pendidikan serta permasalahan fundasional, teori dan konsep yang melandasi
upaya pendidikan) hampir belum mendapat sentuhan dan perhatian yang memadai
pula. Padahal optimalisasi setiap komponen dalam manajemen sekolah
sesungguhnya dapat menjadikan organisasi sekolah lebih efektif, efisien, dan
bermutu.
Kebijakan pendidikan nasional di Indonesia dimaksudkan untuk merespon
adanya tuntutan yang sangat tinggi akan terwujudnya pendidikan berkualitas
internasional. Hal ini mengandung makna bahwa diperlukan adanya
pengembangan institusi pendidikan berkualitas dengan taraf internasional. UU
No. 20 Tahun 2003 ayat 50 tentang sistem pendidikan nasional mengatakan
bahwa pemerintah pusat dan pemerintah daerah secara bersama-sama
mengembangkan paling sedikit satu sekolah atau madrasah bertaraf internasional
di setiap provinsi. Dalam implementasi kebijakan pendidikan nasional ini
Menteri Pendidikan Nasional dan Menteri Agama merancang pendidikan sekolah
dan madrasah bertaraf internasional di setiap provinsi di Indonesia.
Implementasi kesepakatan pasar global di bawah Asian Free Trade Area
(AFTA) dan World Trade Organization (WTO), menunjukkan bahwa Indonesia
tidak lagi akan memiliki monopoli dalam pemasaran produk, barang-barang,
buruh, dan service. Tak ada batas negara yang diperkenankan untuk memproteks
lulusan sekolah yang mencari pekerjaan-pekerjaan domestik. Hampir semua
19. xix
jenis pekerjaan harus bersifat terbuka terhadap kebangsaan manapun tanpa
memandang kewarganegaraannya. Hanya kualitas kemampuan orang tersebut
yang harus menjadi kriteria utama dalam proses seleksi penerimaan pekerja.
Indonesia kini sudah berada di dalam dunia pasar global dan
konsekuensinya beberapa pekerjaan dan profesi juga sudah di tangan pencari
kerja dari luar negeri. Di masa yang akan datang akan lebih banyak lagi
pekerjaan dan profesi yang membutuhkan lulusan sekolah/madrasah yang
memiliki standar keterampilan yang diakui secara internasional. Kelak,
tuntutan terhadap lulusan tersebut akan semakin meningkat secara signifikan.
Situasi dan kondisi yang sudah dapat diprediksi ini mendorong Pemerintah
Indonesia untuk mengimplementasikan pendidikan bertaraf internasional. Tujuan
dari kebijakan tersebut adalah bahwa lulusan dari sekolah bertaraf internasional
harus memiliki keunggulan kompetitif yang signifikan untuk menyandang
pekerjaan atau profesi tertentu, dengan memiliki standar ini, diharapkan bahwa
semakin banyak lulusan dari Indonesia yang akan memiliki kesempatan, lebih
layak, dan lebih berhak untuk memperoleh pekerjaan atau profesi tersebut. Selain
itu, lulusan dengan standar internasional akan menobatkan Indonesia menjadi
negara yang semakin berkualitas dan lebih layak untuk memperoleh tawaran dari
negara lain atau tawaran pekerjaan dari lembaga negara lain di negara kita sendiri.
Setelah diterapkannya program akselerasi di sekolah-sekolah pada tahun
2004, kini pemerintah Indonesia menerapkan kelas internasional di Sekolah
Menengah Pertama (SMP) dan Sekolah Menengah Umum (SMU), Serta Sekolah
20. xx
Menengah Kejuruan (SMK). Dengan program ini, diharapkan lulusan dari
Sekolah Bertaraf Internasional (SBI) itu mampu bersaing secara internasional.
Berdasarkan keputusan Depdiknas pada awal TP. 2005/2006 SMP Negeri
1 Gorontalo ditunjuk sebagai satu-satunya pelaksana Sekolah Standar Nasional
(SSN) program koalisi yang menerapkan sistem pembelajaran bilingual (dua
bahasa) untuk mata pelajaran Matematika, Fisika dan Biologi.
Program SBI sudah dimulai sejak tahun 2006 dan hingga 2007 telah
diterapkan pada 200 sekolah menengah atas. Ditargetkan, sebanyak lebih dari 500
sekolah bertaraf internasional akan tersebar di seluruh Indonesia. Sementara
untuk sekolah menengah pertama baru dilakukan pada tahun 2007 lalu untuk
beberapa Sekolah Menengah Pertama Negeri (SMPN). Khusus untuk SBI,
Departemen Pendidikan Nasional bekerja sama dengan pemerintah daerah
setempat.
Di awal tahun 2007 SMP Negeri 1 Gorontalo ditunjuk sebagai pilot
project penyelenggara Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional (R-SBI) sesuai SK
Direktur Pembinaan Sekolah Menengah Pertama No. 542/C3/KEP/2007, serta
berdasarkan UU No.20 tahun 2003 dan PP No.19 tahun 2005 tentang Standar
Nasional Pendidikan, bahwa disetiap daerah harus menyelenggarakan pendidikan
yang berstandar nasional dan juga sekurang-kurangnya satu rintisan sekolah
bertaraf internasional pada semua jenis jenjang pendidikan. Namun segala bentuk
predikat yang telah diraih SMP Negeri 1 Gorontalo bukanlah hadiah yang
didapatkan begitu saja tapi melalui beberapa tahap seleksi dan penilaian dari
21. xxi
segala aspek. Baik aspek siswa, sarana dan fasilitas, serta prestasi dari aspek
tenaga pendidik dan tenaga kependidikan itu sendiri.
Oleh karena itu sangat penting bagi penulis untuk meneliti masalah-
masalah di atas secara ilmiah dengan formulasi judul “Pengembangan Standar
Mutu Sekolah Bertaraf Internasional (SBI) Di SMP Negeri 1 Gorontalo”.
B. Fokus Penelitian
Berdasarkan konteks penelitian yang telah diuraikan, maka penelitian
difokuskan pada pengembangan standar mutu sekolah bertaraf internasional (SBI)
yang ada di SMP Negeri 1 Gorontalo ditinjau dari:
a. Standar mutu Sumber Daya Manusia (SDM) di SMP Negeri 1 Gorontalo.
b. Standar mutu proses pembelajaran di SMP Negeri 1 Gorontalo.
c. Standar mutu sarana dan prasarana di SMP Negeri 1 Gorontalo.
C. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendapatkan gambaran umum
tentang pengembangan standar mutu sekolah bertaraf Internasional (SBI) yang
ada di SMP Negeri 1 Gorontalo ditinjau dari:
a. Standar mutu sumber daya manusia (SDM) di SMP Negeri 1 Gorontalo;
b. Standar mutu proses pembelajaran di SMP Negeri 1 Gorontalo; serta
c. Standar mutu sarana dan prasarana di SMP Negeri 1 Gorontalo.
D. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat yang diharapkan dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut :
22. xxii
a. Manfaat teoritis
Manfaat teoritis yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah diharapkan
akan dapat memberikan kontribusi informasi terkait dengan pengembangan
standar mutu RSBI/SBI pada umumnya dan secara khusus dapat menambah
wawasan dan khasanah ilmiah dalam bidang Manajemen Pendidikan, terutama
mengenai konsep sekolah bertaraf internasional.
b. Manfaat praktis
1. Bagi Pemerintah Kota Gorontalo
Diharapkan aparat pemerintah daerah Kota Gorontalo dapat memahami
mengenai pengimplementasian standar mutu sekolah bertaraf internasional
(SBI), serta dapat memberikan sumbangsih pemikiran sebagai bahan
pertimbangan dalam penentuaan kebijakan yang diharapkan dapat
memberikan konstribusi tehadap pengembangan standar mutu sekolah
bertaraf internasional (SBI), khususnya pada SMP Negeri 1 Gorontalo
sebagai SMP penyelenggara program RSBI.
2. Bagi SMP Negeri 1 Gorontalo
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi masukan kepada pihak
sekolah mengenai pengembangan standar mutu sekolah bertaraf
internasional sehingga tercipta lingkungan sekolah yang berciri
internasional dan memiliki daya saing global yang nantinya akan menjadi
bahan masukan untuk sekolah-sekolah yang belum meyelenggarakan
program RSBI/SBI, khususnya sekolah-sekolah yang berada di wilayah
kota Gorontalo.
23. xxiii
3. Bagi peneliti lainnya
Sebagai bahan informasi dan rujukan guna penelitian pada masa
mendatang dengan kajian-kajian yang sama atau penelitian yang lebih luas
sifatnya.
24. xxiv
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Konsep Penyelenggaraan Program RSBI/SBI
Dalam pasal 2 ayat (1) Peraturan Pemerintah No. 19 Tahun 2005 tentang
Standar Nasional Pendidikan (SNP) dinyatakan dalam “Lingkup Standar Nasional
Pendidikan yang meliputi: (1).Standar isi; (2).Standar proses; (3).Standar
kompetensi lulusan; (4).Standar pendidik dan tenaga kependidikan; (5).Standar
sarana dan prasarana; (6).Standar pengelolaan; (7).Standar pembiayaan;
(8).Standar penilaian pendidikan”.
Pengukuran ketercapaian 8 standar tersebut dapat dilakukan dengan
evaluasi kinerja pendidikan secara berkala yang dilakukan: (a) evaluasi kinerja
oleh satuan pendidikan sebagai bentuk akuntabilitas penyelenggaraan pendidikan
kepada pihak-pihak yang berkepentingan; (b) evaluasi kinerja oleh Pemerintah;
(c) evaluasi kinerja oleh Pemerintah Daerah Provinsi; (d) evaluasi kinerja oleh
Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota; dan (e) evaluasi oleh lembaga evaluasi
mandiri yang dibentuk oleh masyarakat atau organisasi profesi untuk menilai
pencapaian Standar Nasional Pendidikan, (PP No. 19/2005: Pasal 78).
Berdasarkan pada tingkat terpenuhinya Standar Nasional Pendidikan
(SNP), dalam pasal 11 Peraturan Pemerintah No. 19 Tahun 2005 dan Pedoman
Penyelenggaraan Program Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional (2008:9)
dijelaskan bahwa sekolah dikelompokkan menjadi tiga kategori, yaitu Sekolah
Kategori Standar (SKSt); Sekolah Kategori Mandiri (SKM); dan Rintisan Sekolah
Bertaraf Internasional (RSBI). Sekolah Kategori Standar adalah sekolah-sekolah
25. xxv
yang belum memenuhi Standar Nasional Pendidikan. Sekolah Kategori Mandiri
adalah sekolah-sekolah yang hampir atau telah memenuhi Standar Nasional
Pendidikan. Sedangkan Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional adalah sekolah-
sekolah yang telah memenuhi 8 komponen SNP yang disertai dengan penguatan,
pengayaan, pengembangan, perluasan, dan pendalaman pada peningkatan mutu
pendidikan yang mengacu pada standar mutu pendidikan bertaraf internasional
pada negara-negara OECD (Organization for Economic Co-operation and
Development) dan negara-negara maju lainnya (Pedoman Penyelenggaraan
Program Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional, 2008: 10).
Landasan hukum penerapan program Rintisan Sekolah Bertaraf
Internasional (RSBI) di Indonesia adalah sebagai berikut :
1. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional (UUSPN Pendidikan (SNP)
2. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 Pasal 50 ayat 3 yang
menyebutkan bahwa Pemerintah dan/atau Pemerintah Daerah
menyelenggarakan sekurang-kurangnya satu satuan pendidikan pada
semua jenjang pendidikan untuk dikembangkan menjadi satuan pendidikan
bertaraf internasional.
3. Undang-Undang Nomor 25 tahun 2000 tentang Program Pembangunan
Nasional.
4. Undang-Undang Nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah
5. Undang-Undang Nomor 33 tahun 2004 tentang Kewenangan Pemerintah
(Pusat) dan Kewenangan Provinsi sebagai Daerah Otonom.
26. xxvi
6. Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional
RSBI/SBI adalah sekolah yang berbudaya Indonesia, karena
Kurikulumnya ditujukan untuk Pencapaian indikator kinerja kunci
minimal sebagai berikut :
a. Menerapkan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP);
b. Menerapkan sistem satuan kredit semester di Sekolah Menengah Pertama;
c. Memenuhi Standar Isi; dan
d. Memenuhi Standar Kompetensi Lulusan.
7. Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 38 tahun 2007 tentang Pembagian
Urusan Pemerintahan antara Pemerintah, Pemerintah Daerah Provinsi dan
Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota.
8. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 6 tahun 2007 tentang
Model Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP).
9. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 6 tahun 2007 sebagai
penyempurnaan Permen Diknas Nomor 24 tahun 2006 tentang
Pelaksanaan Permen Diknas Nomor 22 dan 23 tahun 2006.
10. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22 tahun 2006 tentang
Standar Isi.
11. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 23 tahun 2006 tentang
Standar Kompetensi Lulusan.
12. Rencana Strategis (Renstra) Departemen Pendidikan Nasional tahun 2005-
2006.
27. xxvii
Selain itu, keberhasilan tersebut juga ditandai dengan pencapaian
indikator kinerja kunci tambahan sebagai berikut :
1. Sistem administrasi akademik berbasis Teknologi Informasi dan
Komunikasi (TIK) dimana setiap saat siswa bisa mengakses transkripnya
masing-masing;
2. Muatan mata pelajaran setara atau lebih tinggi dari muatan pelajaran yang
sama pada sekolah unggul dari salah satu negara anggota OECD
(Organization for Economic Co-operation and Development) dan/ atau
negara maju lainnya yang mempunyai keunggulan tertentu dalam
bidang pendidikan; dan
3. Menerapkan standar kelulusan sekolah/madrasah yang lebih tinggi dari
Standar Kompetensi Lulusan.
Adalah tidak benar kalau Guru bahasa Indonesia harus menggunakan
bahasa Inggris dalam memberikan pengantar pelajarannya, walaupun hal tersebut
boleh saja dilakukan, tetapi penggunaan bahasa Inggris adalah untuk
pembelajaran mata pelajaran kelompok sains, matematika, dan inti kejuruan saja,
sebagaimana dalam bagian proses pembelajaran RSBI/SBI dinyatakan sebagai
berikut: “Mutu setiap Sekolah/Madrasah Bertaraf Internasional dijamin dengan
keberhasilan melaksanakan proses pembelajaran yang efektif dan efisien. Proses
pembelajaran disesuaikan dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta
psikologis peserta didik. Keberhasilan tersebut ditandai dengan pencapaian
indikator kinerja kunci minimal, yaitu memenuhi Standar Proses”.
28. xxviii
Keberhasilan tersebut juga ditandai dengan pencapaian indikator kinerja
kunci tambahan sebagai berikut :
a. Proses pembelajaran pada semua mata pelajaran menjadi teladan bagi
sekolah/madrasah lainnya dalam pengembangan akhlak mulia, budi pekerti
luhur, kepribadian unggul, kepemimpinan, jiwa entrepreneural, jiwa
patriot, dan jiwa inovator;
b. Diperkaya dengan model proses pembelajaran sekolah unggul dari salah
satu negara anggota OECD dan/atau negara maju lainnya yang mempunyai
keunggulan tertentu dalam bidang pendidikan;
c. Menerapkan pembelajaran berbasis TIK pada semua mata pelajaran; dan
d. Pembelajaran mata pelajaran kelompok sains, matematika, dan inti
kejuruan menggunakan bahasa Inggris, sementara pembelajaran mata
pelajaran lainnya, kecuali pelajaran bahasa asing, harus menggunakan
bahasa Indonesia.
Sekolah Bertaraf Internasional adalah sekolah nasional yang telah
memenuhi seluruh standar nasional pendidikan dan mengembangkan keunggulan
yang mengacu pada peningkatan daya saing yang setara dengan mutu sekolah-
sekolah unggul tingkat internasional.
Konsep Sekolah Bertaraf Internasional dapat dirumuskan sebagai berikut:
Sekolah Bertaraf Internasional = SNP + X. SNP adalah standar minimal yang
harus dipenuhi oleh satuan pendidikan meliputi delapan standar nasional
pendidikan. Sedangkan “X” dapat berupa penguatan, pengayaan, pengembangan,
perluasan, dan pendalaman pada peningkatan mutu pendidikan yang mengacu
29. xxix
pada standar mutu pendidikan bertaraf internasional pada Negara-negara OECD
dan Negara-negara maju lainnya yang memiliki keunggulan tertentu dalam
bertaraf internasional dalam pendidikan.
Sekolah bertaraf Internasional berbeda dengan sekolah Internasional
ataupun juga dengan kelas Internasional, dimana mereka menerapkan kurikulum
tersendiri. Tidak benar jika sekolah RSBI hanya untuk orang kaya atau orang
mampu saja. Untuk siswa berprestasi dan lulus seleksi yang dilakukan, tersedia
beasiswa berupa keringanan biaya atau pembebasan biaya pendidikan sesuai
dengan ketentuan yang berlaku.
B. Tujuan Penerapan Program RSBI di Indonesia
Perumusan tujuan (goals) dan sasaran (objectives) merupakan salah
satu tahap dalam siklus perencanaan. Dalam siklus perencanaan, tujuan
perencanaan dirumuskan lebih dulu, dan kemudian rencana dikembangkan
berdasarkan tujuan tersebut. Meskipun demikian, dalam siklus perencanaan
itu sendiri terjadi kesaling-ketergantungan (interdependensi) antar tahap,
misal kaji-ulang terhadap rencana yang sudah dilaksanakan mungkin akan
mendorong dikaji ulangnya tujuan perencanaan.
Secara umum ada dua faktor yang melatar belakangi diberlakukannya
program Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional (RSBI), yaitu :1). Munculnya
tuntutan baru masyarakat terhadap sekolah, dan 2). Bergesernya perkembangan
kebijakan pendidikan dari sentralisasi menuju desentralisasi.
30. xxx
1. Tuntutan baru masyarakat terhadap sekolah
Dunia pendidikan (sekolah) harus mampu merespon tuntutan dan
harapan masyarakat. Sekolah perlu memenuhi aspirasi dan kebutuhan
masyarakat selaku pengguna utama layanan jasa pendidikan. RSBI sebagai
perwujudan desentralisasi pengelolaan pendidikan merupakan solusi yang
dipandang tepat untuk menjawabnya.
2. Bergesernya kebijakan politik sentralisasi menuju desentralisasi.
Bergesernya kebijakan pendidikan dari sentralisasi menuju desentralisasi,
secara yuridis bertumpu pada Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 Pasal 50
ayat 3 yang menyebutkan bahwa Pemerintah dan/atau Pemerintah Daerah
menyelenggarakan sekurang-kurangnya satu satuan pendidikan pada semua
jenjang pendidikan untuk dikembangkan menjadi satuan pendidikan bertaraf
internasional.
Sebagai konsekwensi kelanjutannya, sekolah sebagai unit terkecil
dalam pengelolaan pendidikan formal dituntut mampu mengelola dirinya
sendiri dengan memberdayakan segenap potensi yang dimilikinya. Melalui
program RSBI, sekolah bersama-sama dengan Stakeholders-nya dapat
menjalankan perannya dalam pengelolaan sekolah secara mandiri. Adapun tujuan
dari penerapan RSBI di Indonesia secara umum terbagi atas dua tujuan, yaitu
sebagai berikut:
1. Tujuan umum
a. Meningkatkan kualitas pendidikan nasional sesuai dengan amanat Tujuan
Nasional dalam Pembukaan UUD 1945, pasal 31 UUD 1945, UU No.20
31. xxxi
Tahun 2003 tentang SISDIKNAS, PP No.19 tahun 2005 tentang SNP
(Standar Nasional Pendidikan), dan UU No.17 tahun 2007 tentang
Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional yang menetapkan
Tahapan Skala Prioritas Utama dalam Rencana Pembangunan Jangka
Menengah ke-1 tahun 2005-2009 untuk meningkatkan kualitas dan
akses masyarakat terhadap pelayanan pendidikan.
b. Pengembangan Program Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional adalah
meningkatkan kinerja sekolah dalam mewujudkan situasi belajar dan
proses pembelajaran untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional secara
optimal dalam mengembangkan manusia yang beriman dan bertakwa
kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap,
kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta
bertanggung jawab, dan memiliki daya saing pada taraf internasional.
c. Memberi peluang pada sekolah yang berpotensi untuk mencapai kualitas
bertaraf Nasional dan Internasional.
d. Menyiapkan lulusan yang mampu berperan aktif dalam masyarakat global.
2. Tujuan khusus
Menyiapkan lulusan yang memiliki kompetensi yang tercantum di dalam
standar kompetensi lulusan yang diperkaya dengan standar kompetensi lulusan
berciri Internasional.
C. Perencanaan Program Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional
Perencanaan atau rencana (planning) dewasa ini telah dikenal oleh hampir
setiap orang. Kita mengenal rencana pembangunan, perencanaan pendidikan dan
32. xxxii
sebagainya. Definisi mengenai perencanaan memang diperlukan agar dalam
uraian selanjutnya tidak terjadi kesimpangsiuran. Definisi pada umumnya
merupakan suatu pintu gerbang untuk memasuki pengertian-pengertian yang ada
kaitannya dengan istilah yang dipakai, dalam hal ini perencanaan. Namun hingga
saat ini belum didefinisikan secara resmi dan hingga kini perencanaan itu sendiri
belum merupakan suatu disiplin ilmu sendiri. Menurut Anthony dan Govindarajan
(1995) bahwa:
“Perencanaan merupakan suatu proses manajemen yang sistematis yang
didefinisikan sebagai proses pengambilan keputusan atas program-
program yang akan dilaksanakan oleh organisasi dan perkiraan sumber
daya yang akan dialokasikan dalam setiap program selama beberapa tahun
mendatang” (dalam Prasetyo dan Gomies, 2004).
Supaya diperoleh suatu komitmen atau kesepakatan, sehingga
kesimpangsiuran atau kesalahpahaman dapat dihindarkan, langkah awal yang
ditempuh adalah mengemukakan pengertian perencanaan. Kaufman mengatakan
perencanaan adalah:
Suatu proyeksi tentang apa yang diperlukan dalam rangka mencapai tujuan
absah dan bernilai, di dalamnya mencangkup elemen-elemen :
a. Mengidentifikasikan dan mendokumentasikan kebutuhan.
b. Menentukan kebutuhan-kebutuhan yang perlu diprioritaskan
c. Spesifikasi rinci hasil yang dicapai dari tiap kebutuhan yang
diprioritaskan.
d. Identifikasi persyaratan untuk mencapai tiap-tiap pilihan.
e. Konsekwensi hasil yang diperlukan untuk memenuhi kebutuhan yang
dirasakan.
Program RSBI harus diatur dan direncanakan dengan baik sehingga dapat
menjamin tercapainya tujuan sekolah yabg berstatus RSBI. Proses perencanaan
program RSBI menunjukkan sesuatu yang teratur dengan baik, metodologis dan
ilmiah. Oleh karena itu perencanaan merupakan alat yang sangat penting yang
33. xxxiii
dipakai oleh seseorang dalam usahanya mengarahkan program RSBI yang
terorganisir dengan baik. Untuk mengefektifkan upaya perencanaannya seseorang
harus memiliki keahlian secara professional dan pengalaman yang banyak, karena
perencanaan program RSBI harus obyektif.
Perencanaan program Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional dituangkan
dalam Rencana Pengembangan Sekolah (RPS) atau School Development and
Investment Plan (SDIP) yang mengacu pada Pedoman Penjaminan Mutu Sekolah
Bertaraf Internasional.
a. Evaluasi Diri
Program Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional perlu melakukan evaluasi
diri untuk mengetahui tingkat kesiapan masing-masing sekolah yaitu dengan
membandingkan antara kondisi ideal dengan kondisi nyata di sekolah. Melalui
evaluasi diri dapat diketahui kelemahan masing-masing sekolah untuk setiap
komponen sekolah. Hasil evaluasi diri digunakan sebagai dasar untuk menyusun
RPS atau SDIP yang meliputi Rencana Kerja Jangka Panjang dan Rencana Kerja
Tahunan.
b. Penyusunan dan Pengesahan RPS atau SDIP
RPS atau SDIP yang disusun oleh sekolah bersama dengan komite sekolah
diketahui Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota dan Kepala Dinas Pendidikan
Provinsi.
D. Visi dan Misi Sekolah Bertaraf Internasional
Menurut Wibisono (2006), visi merupakan rangkaian kalimat yang
menyatakan cita-cita atau impian sebuah organisasi atau perusahaan yang ingin
34. xxxiv
dicapai di masa depan. Atau dapat dikatakan bahwa visi merupakan pernyataan
want to be dari organisasi atau perusahaan. Visi juga merupakan hal yang sangat
krusial bagi perusahaan untuk menjamin kelestarian dan kesuksesan jangka
panjang.
Dalam visi suatu organisasi terdapat juga nilai-nilai, aspirasi serta
kebutuhan organisasi di masa depan seperti yang diungkapkan oleh Kotler yang
dikutip oleh Nawawi (2000:122),
Visi adalah pernyataan tentang tujuan organisasi yang diekspresikan dalam
produk dan pelayanan yang ditawarkan, kebutuhan yang dapat
ditanggulangi, kelompok masyarakat yang dilayani, nilai-nilai yang
diperoleh serta aspirasi dan cita-cita masa depan. Visi yang efektif antara
lain harus memiliki syarat-syarat sebagai berikut:
a. Imagible (dapat di bayangkan).
b. Desirable (menarik).
c. Feasible (realities dan dapat dicapai).
d. Focused (jelas).
e. Flexible (aspiratif dan responsif terhadap perubahan lingkungan).
f. Communicable (mudah dipahami).
Visi Sekolah Bertaraf Internasional harus mengacu pada visi pendidikan
nasional dan visi Depdiknas, visi sekolah bertaraf Internasional perlu dirancang
agar mencirikan kebangsaan, memberdayakan seluruh potensi kecerdasan dan
meningkatkan daya saing global.
Menurut Wheelen sebagaimana dikutip oleh Wibisono (2006: 46-47)
“Misi merupakan rangkaian kalimat yang menyatakan tujuan atau alasan
eksistensi organisasi yang memuat apa yang disediakan oleh perusahaan kepada
masyarakat, baik berupa produk ataupun jasa”. Pernyataan misi merupakan
sebuah kompas yang membantu untuk menemukan arah dan menunjukkan jalan
yang tepat dalam menopang visi. Tujuan dari pernyataan misi adalah
35. xxxv
mengkomunikasikan kepada stakeholder, di dalam maupun luar organisasi,
tentang alasan pendirian perusahaan dan ke arah mana perusahaan kan menuju.
Oleh karena itu, rangkaian kalimat dalam misi sebaiknya dinyatakan dalam satu
bahasa dan komitmen yang dapat dimengerti dan dirasakan relevansinya oleh
semua pihak yang terkait.
Untuk menjamin bahwa misi yang telah dicanangkan merupakan sebuah
misi yang bagus, misi tersebut harus memiliki syarat-syarat sebagai berikut:
a. Cukup luas untuk dapat diterapkan selama beberapa tahun sejak saat
ditetapkan
b. Cukup spesifik untuk mengkomunikasikan arah
c. Fokus pada kompetensi atau kemampuan yang dimiliki perusahaan
d. Bebas dari jargon dan kata-kata yang tidak bermakna.
Misi Sekolah Bertaraf Internasional merupakan penjabaran dari visi
Sekolah Bertaraf Internasional yang akan dijadikan dasar rujukan dalam
menyusun dan mengembangkan rencana program kegiatan yang memiliki
indikator SMART, yaitu spesifik (specific), dapat diukur (measurable), dapat
dicapai (achievable), realistic (realistic), dan memiliki kurun waktu jangkauan
yang jelas (time-bound).
Misi ini direalisasikan melalui kebijakan, rencana, program, dan kegiatan
Sekolah Bertaraf Internasional yang disusun secara cermat, tepat, futuristic, dan
berbasis demand-driven.
36. xxxvi
E. Syarat Penerapan Sekolah Bertaraf Internasional (SBI)
Pemerintah Indonesia pada tanggal 27 Juni 2007 yang lalu meluncurkan
Pedoman Penjaminan Mutu Sekolah/Madrasah Bertaraf Internasional Pada
Jenjang Pendidikan Dasar dan Menengah. Dalam pedoman tersebut disebutkan
bahwa Sekolah/Madrasah Bertaraf Internasional adalah “Sekolah/Madrasah yang
sudah memenuhi seluruh Standar Nasional Pendidikan dan diperkaya dengan
mengacu pada standar pendidikan salah satu Negara anggota Organization for
Economic Co-operation and Development (OECD) dan/atau Negara maju lainnya
yang mempunyai keunggulan tertentu dalam bidang pendidikan sehingga
memiliki daya saing di forum Internasional‟‟.
Pada prinsipnya, sekolah/madrasah bertaraf Internasional harus bisa
memberikan jaminan mutu pendidikan dengan standar yang lebih tinggi dari
standar nasional pendidikan OECD yang berlokasi di Paris, Perancis adalah
organisasi internasional untuk membantu pemerintahan Negara-negara
anggotanya menghadapi tantangan globalisasi ekonomi. Saat ini OECD telah
memiliki sekitar 30 Negara anggota diantaranya Australia, Perancis, Jerman,
Amerika dan Inggris.
Ada 9 kriteria penjaminan mutu sekolah/madrasah bertaraf internasional di
dalam pedoman tersebut. Penjaminan mutu tersebut dibagi atas indikator kinerja
minimal dan tambahan. Indikator minimal adalah mengikuti standar yang sudah
ditentukan sebelumnya.
37. xxxvii
Sedangkan indikator tambahan untuk SM RSBI adalah sebagai berikut :
1. Sekolah ber-akreditasi A.
Minimal mendapat predikat A dari Badan Akreditasi Sekolah/Madrasah
dan akreditasi dari salah satu Negara anggota OECD. Menurut Bambang Sudibyo
(Mantan Mendiknas), bahwa:
“Suatu sekolah akan dirintis menjadi sekolah internasional harus
terakreditasi A secara nasional dan memiliki indikator tambahan dari
Organization for Economic Co-operation and Development (OECD) yaitu
organisasi Negara-negara yang memiliki keunggulan di bidang
pendidikan”.
2. Kurikulum.
Muatan mata pelajaran harus setara atau lebih tinggi dari salah satu
anggota Negara OECD.
3. Proses pembelajaran.
Penerapan pembelajaran berbasis Teknologi dan Ilmu Komputer (TIK)
pada semua mata pelajaran.
4. Penilaian.
Indikator tambahan menyatakan diperkaya dengan model penilaian
sekolah unggul di salah satu Negara anggota OECD.
5. Pendidik.
Para guru mata pelajaran kelompok sains, matematika, dan inti kejuruan
mampu mengampu pembelajaran berbahasa Inggris. Indikator tambahan
lain adalah jumlah guru yang berpendidikan S2/S3 minimal 10% untuk
SD/MI, minimal 20% untuk SMP/MTs, dan minimal 30%
SMA/SMK/MA/MAK.
38. xxxviii
6. Tenaga kependidikan.
Kepala sekolah/madrasah berpendidikan minimal S2, mampu berbahasa
Inggris secara aktif serta bervisi internasional, mampu membangun
jejaring internasional, memiliki kompetensi manajerial, serta jiwa
kepemimpinan dan kewirausahaan yang kuat.
7. Sarana dan prasarana.
Setiap ruang kelas harus dilengkapi dengan sarana pembelajaran berbasis
TIK, memiliki perpustakaan dengan sarana digital yang memberikan akses
ke sumber pembelajaran berbasis TIK di seluruh dunia, serta dilengkapi
dengan ruang multi media, ruang unjuk seni budaya, fasilitas olah raga,
klinik, dan lain sebagainya.
8. Pengelolaan.
Telah meraih sertifikat ISO 9001 versi 2000 atau sesudahnya dan ISO
14000.
9. Pembiayaan.
Penerapan model pembiayaan yang efisien guna mencapai berbagai target
indikator kunci tambahan.
Sekolah juga menerapkan standar kurikulum dengan tingkat satuan
pendidikan (KTSP) dengan sistem kredit semester (SKS), sistem akademik
berbasis teknologi informasi dan komunikasi (TIK), sistem kompentensi, dan
muatan mata pelajaran setara atau lebih tinggi dari mata pelajaran yang sama
pada sekolah unggul negara OECD. Selain memenuhi kurikulum Diknas, sekolah
juga memenuhi kurikulum lokal dan Depag. Ada 4 tingkatan akreditasi, yaitu :
39. xxxix
1. Kategori A, memenuhi semua kriteria „Wajib‟ dan indikator
„Perkembangan‟
2. Kategori B, memenuhi semua kriteria „Wajib‟ dan 50% dari indikator
„Perkembangan‟
3. Kategori C, memenuhi semua kriteria „Wajib‟
4. Kategori P, Anggota “Provisional” dan memberikan bukti tertulis bahwa
sekolah tersebut sedang berusaha memenuhi kriteria „Wajib‟
Kelas internasional pada sekolah berbasis internasional ini, mengacu pada
kurikulum Cambride University of London Inggris atau IGCSE, sehingga bahasa
pengantar pada kelas internasional ini adalah bahasa Inggris. Karena itu tidaklah
heran, guru-guru yang mengajar di kelas internasional ini selain harus menguasai
mata pelajaran yang diajarkan, juga harus menguasai bahasa Inggris.
Ibaratnya, guru memenuhi standar pendidikan internasional, yaitu minimal
30 persen guru berpendidikan S2 atau S3 dari perguruan tinggi (PT) yang program
studinya berakreditasi A, sedangkan tenaga kependidikan seperti kepala sekolah
minimal berpendidikan S2 dari PT yang program studinya berakreditasi A.
Berbeda dengan kelas regular, kelas internasional selain ruangannya dilengkapi
dengan pendingin udara dan alat-alat untuk presentasi, internet, multimedia dan
biayanya juga sangat tinggi. Tes penerimaan siswa baru pada kelas internasional
juga berbeda, yaitu meliputi tes akademik dan non-akademik.
Selain itu, SBI dari standar pengelolaan, telah meraih sertifikat ISO
9001:2000 tentang tata kelola dan ISO 14.000 tentang lingkungan. Diharapkan
40. xl
pula sekolah RSBI menjalin hubungan sister school dengan sekolah bertaraf
internasional di luar Negeri.
F. Pelaksanaan Kurikulum Dan Proses Pembelajaran RSBI
Selain memenuhi Standar Isi, memenuhi SKL, dan menerapkan Kurikulum
Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), serta menerapkan sistem satuan kredit
semester di SMP/MTs, model kurikulum RSBI memenuhi sebagai berikut :
a. Sistem administrasi akademik berbasis Teknologi Informasi
danKomunikasi (TIK) di mana setiap saat siswa bisa mengakses
transkripnya masing-masing;
b. Muatan mata pelajaran setara atau lebih tinggi dari muatan pelajaran yang
sama pada sekolah unggul dari salah satu negara anggota OECD dan/atau
negara maju lainnya yang mempunyai keunggulan tertentu dalam bidang
pendidikan; dan
c. Menerapkan standar kelulusan Sekolah yang lebih tinggi dari standar
Proses pembelajaran disesuaikan dengan bakat, minat, dan perkembangan
fisik serta psikologis peserta didik yang memenuhi Standar Proses.
Kurikulum yang dipakai adalah kurikulum Nasional yang dikembangkan
dengan mengadaptasi kurikulum bertaraf Internasional. Kurikulum Nasional berisi
11 Mata Pelajaran antara lain:
1. Pendidikan Agama
2. Pendidikan Kwarganegaraan
3. Bahasa Indonesia
4. Bahasa Inggris
41. xli
5. Matematika
6. Ilmu Pengetahuan Alam
7. Ilmu Pengetahuan Sosial
8. Seni Budaya
9. Pendidikan Jasmani, Olah Raga dan Kesehatan
10. Teknologi Informasi dan Komunikasi
11. Muatan Lokal
Standar Kompetensi Lulusan (SKL) yang dipakai sesuai dengan yang
ditetapkan oleh Depdiknas Pusat, pada kelas internasional SKL yang
dikembangkan meliputi:
1. Matematika
2. Sains (Fisika, Biologi)
3. Bahasa Inggris
Pelaksanaan kurikulum dan proses pembelajaran RSBI menggunakan asas-
asas sebagai berikut:
a. Menggunakan kurikulum yang berlaku secara nasional dengan mengadaptasi
kurikulum sekolah di Negara lain.
b. Mengajarkan bahasa asing, terutama penggunaan bahasa Inggris, secara
terintegrasi dengan mata pelajaran lainnya. Metode pengajaran dwi bahasa ini
dapat dilaksanakan dengan 2 kategori yakni Subtractive Bilingualism dan
Additive Bilingualism, yang menekankan pendekatan Dual Language.
42. xlii
c. Pengajaran dengan pendekatan Dual Language menekankan perbedaan
adanya Bahasa Akademis dan Bahasa Sosial yang pengaturan bahasa
pengantarnya dapat dialokasikan berdasarkan subjek maupun waktu.
d. Menekankan keseimbangan aspek perkembangan anak meliputi aspek
kognitif (intelektual), aspek sosial dan emosional, dan aspek fisik.
e. Mengintegrasikan kecerdasan majemuk (Multiple Intelligence) termasuk
Emotional Intelligence dan Spiritual Intelligence ke dalam kurikulum.
f. Mengembangkan kurikulum terpadu yang berorientasi pada materi,
kompetensi, nilai dan sikap serta prilaku (kepribadian).
g. Mengarahkan siswa untuk mampu berpikir kritis, kreatif dan analitis,
memiliki kemampuan belajar (learning how to learn) serta mampu
mengambil keputusan dalam belajar. Penyusunan kurikulum ini didasarkan
prinsip “Understanding by Design” yang menekankan pemahaman jangka
panjang (Enduring Understanding). Pemahaman (Understanding) dilihat dari
6 aspek: Explain, Interpret, Apply, Perspective, Empathy, Self Knowledge.
h. Kurikulum tingkatan satuan pendidikan dapat menggunakan sistem paket dan
kredit semester.
i. Menekankan kemampuan pemanfaatan Information and Communication
Technology (ICT) yang terintegrasi dalam setiap mata pelajaran.
G. Pentahapan (Fase) Pengembangan Program Rintisan Sekolah
Bertaraf Internasional
Tahap pengembangan Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional ada tiga
tahap, yaitu:
43. xliii
1. Tahap Pengembangan (3 tahun pertama);
2. Tahap Pemberdayaan (2 tahun; tahun ke-4 dan 5); dan
3. Tahap Mandiri (tahun ke-6).
Pada tahap pengembangan yaitu tahun ke-1 sampai dengan tahun ke-3
sekolah didampingi oleh tenaga dari lembaga profesional independent dan/atau
lembaga terkait dalam melakukan persiapan, penyusunan dan pengembangan
kurikulum, penyiapan SDM, modernisasi manajemen dan kelembagaan,
pembiayaan, serta penyiapan sarana prasarana.
Sedangkan pada tahap pemberdayaan yaitu tahun ke-4 dan ke-5 adalah
sekolah melaksanakan dan meningkatkan kualitas hasil yang sudah dikembangkan
pada tahap pendampingan, oleh karena itu dalam proses ini hal terpenting adalah
dilakukannya refleksi terhadap pelaksanaan kegiatan untuk keperluan
penyempurnaan serta realisasi program kemitraan dengan sekolah mitra dalam
dan luar negeri serta lembaga sertifikasi pendidikan internasional.
Pada tahap mandiri pada tahun ke-6 adalah sekolah sudah berubah
predikatnya dari Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional (RSBI) menjadi Sekolah
Bertaraf Internasional (SBI) dengan catatan semua profil yang diharapkan telah
tercapai. Sedangkan apabila profil yang diharapkan mulai dari standar isi dan
standar kompetensi lulusan, SDM (guru, kepala sekolah, tenaga pendukung),
sarana prasarana, penilaian, pengelolaan, pembiayaan, kesiswaan, dan kultur
sekolah belum tercapai, maka dimungkinkan suatu sekolah RSBI akan terkena
passing-out.
44. xliv
a. Tahap Pengembangan
1. Standar Isi dan Kompetensi Lulusan
Mengembangkan KTSP dalam bahasa Indonesia dan bahasa Inggris.
Melakukan adaptasi dengan kurikulum sekolah salah satu Negara maju sesuai
dengan kondisi dan kesiapan sekolah. Hasil pemetaan kurikulum dioperasionalkan
dalam KTSP, silabus, RPP, perangkat pembelajaran, media/sumber ajar, dan
perangkat pendukung lainnya. Merintis kemitraan dengan sekolah atau lembaga
sertifikasi pendidikan internasional minimal merumuskan SKL sesuai Standar
Nasional Pendidikan (SNP) dan yang tertuang dalam Permen Diknas No. 23
Tahun 2006. Menambah komponen SKL yang telah ada dengan
mengadaptasi/mengadopsi SKL yang bercirikan internasional.
2. Proses Pembelajaran
Pendampingan Tahun I, 20% pelaksanaan pembelajaran telah mengacu
pada standar proses Sekolah Bertaraf Internasional. 20% pembelajaran mata
pelajaran dilakukan secara bilingual. 20% pelaksanaan pembelajaran bilingual
telah dilengkapi perangkat pembelajaran berdasarkan potensi, karakteristik peserta
didik, dan lingkungan sekolah. 20% pembelajaran bilingual telah menggunakan
media pembelajaran inovatif dan/atau berbasis TIK. Intensitas pendampingan (In-
house training) oleh tenaga ahli (dosen) dengan proporsi minimal 2 kali
seminggu. 20% pelaksanaan pembelajaran bilingual dirancang dengan berpusat
pada siswa (student centered) atau teach less learn more (TLLS). 20%
pelaksanaan pembelajaran bilingual dirancang secara terintegrasi dan berbasis
masalah (integrated and problem-based instruction).
45. xlv
Pendampingan Tahun ke-II, 50% pelaksanaan pembelajaran telah mengacu
pasa standar proses Sekolah Bertaraf Internasional. 50% pembelajaran mata
pelajaran dilakukan secara bilingual. 50% pelaksanaan pembelajaran bilingual
telah dilengkapi perangkat pembelajaran berdasarkan potensi, karakteristik peserta
didik, dan lingkungan sekolah. 50% pembelajaran bilingual telah menggunakan
media pembelajaran inovatif dan/atau berbasis TIK. Intensitas pendampingan (In-
house training) oleh tenaga ahli (dosen) dengan proporsi minimal 1 kali
seminggu. 50% pelaksanaan pembelajaran bilingual dirancang dengan berpusat
pada siswa (student centered) atau teach less learn more (TLLS). 50%
pelaksanaan pembelajaran bilingual dirancang secara terintegrasi dan berbasis
masalah (integrated and problem-based instruction).
Pendampingan Tahun ke-III, 100% pelaksanaan pembelajaran telah
mengacu pasa standar proses Sekolah Bertaraf Internasional 100% pembelajaran
mata pelajaran dilakukan secara bilingual 100% pelaksanaan pembelajaran
bilingual telah dilengkapi perangkat pembelajaran berdasarkan potensi,
karakteristik peserta didik, dan lingkungan sekolah 100% pembelajaran bilingual
telah menggunakan media pembelajaran inovatif dan/atau berbasis TIK Intensitas
pendampingan (In-house training) oleh tenaga ahli (dosen) dengan proporsi
minimal 1 kali sebulan 100% pelaksanaan pembelajaran bilingual dirancang
dengan berpusat pada siswa (student centered) atau teach less learn more (TLLS)
100% pelaksanaan pembelajaran bilingual dirancang secara terintegrasi dan
berbasis masalah (integrated and problem-based instruction).
46. xlvi
3. Penilaian
Penilaian hasil belajar Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional wajib
mengikuti penilain yang berlaku secara nasional dan sekolah juga harus
memfasilitasi siswanya untuk mengikuti ujian sertifikasi internasional. (1) Prinsip
penilaian; meliputi mendidik, terbuka, menyeluruh, terpadu, obyektif,
berkesinambungan, adil, dan menggunakan acuan atau kriteria, (2) Mekanisme
penilaian; Penilaian dilakukan oleh dua pihak, yaitu Guru dan sekolah.
Penilaian oleh Guru dilakukan untuk mengumpulkan data dan membuat
keputusan tentang siswa mengenai unit kompetensi dasar sekolah melakukan
penilaian untuk mengumpulkan data tentang siswa menyangkut ketercapaian
standar kompetensi seluruh mata pelajaran. Penilaian dilakukan dalam bentuk
ulangan harian, ulangan tengah semester, ulangan akhir semester, ulangan
kenaikan kelas, dan kelulusan nilai batas ambanag kompetensi (NBAK) atau
kriteria kompetensi minimal (KKM) ditetapkan 75%. Siswa yang tidak mencapai
NBAK atau KKM diberikan program remedi.
Penilaian program kegiatan ini bertujuan untuk mengetahui ketercapaian
dan kesesuaian antara rencana yang telah ditetapkan dengan proses dan hasil yang
dicapai. Kegiatan penilaian meliputi pemantauan (monitoring) dan evaluasi
Kegiatan monitoring dan evaluasi dilakukan oleh pihak eksternal seperti
Depdiknas, Dinas Pendidikan Propinsi, dan Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota.
Acuan kegiatan monitoring dan evaluasi meliputi: (a) Pemantauan
ditujukan untuk memberikan peringatan dini apabila terjadi penyimpangan
47. xlvii
terhadap input dan proses penyelenggaraan program RSBI. (b) Evaluasi ditujukan
untuk mengetahui hasil nyata program RSBI dengan hasil yang diharapkan.
4. Sumber Daya Manusia (SDM)
Kegiatan penyiapan SDM meliputi : (1) Mempelajari panduan program
RSBI secara seksama, khususnya tentang kompetensi standar minimal SDM
sekolah bertaraf internasional, (2) Melakukan pemetaan kebutuhan calon SDM
program RSBI dari segi kuantitas dan kualitas yang ada di sekolah, (3)
Mengadakan sosialisasi tentang rekruitmen SDM program RSBI kepada guru dan
tenaga kependidikan yang berpotensi, (4) Melakukan kegiatan pelatihan melalui
mekanisme in-house training dengan melibatkan tenaga professional independent
sesuai dengan bidangnya, (5) Merintis program kerjasama dengan lembaga
sertifikasi pendidikan internasional, (6) Memberikan kesempatan kepada SDM
yang telah siap untuk mengikuti uji kompetensi, sertifikasi, dan atau bench-
marking yang diselenggarakan oleh lembaga independent sesuai dengan
bidangnya.
5. Sarana dan Prasarana Pendidikan
Sekolah melakukan persiapan dan pengadaan saranan dan prasarana sesuai
dengan hasil analisis kebutuhan (need assessment) dan hasil analisis SWOT.
6. Biaya
Pembiayaan program RSBI masih menekankan pada subsidi dari
pemerintah baik pusat maupun daerah, dengan penerapan system block grant.
Komponen-komponen yang harus disiapkan oleh sekolah penyelenggara program
RSBI: (1) Profil sekolah secara lengkap, akurat, dan factual serta mutakhir. (2)
48. xlviii
Rencana strategis (RPS/SDIP) yang terukur pencapaian indikatornya. (3) Rencana
tahunan (action plan) yang sudah signifikan dan jelastahapan-tahapan pencapaian
targetnya. (4) Sistem manajemen administrasi dan keuangan sudah menerapkan
asas akuntabel, berbasis kinerja, dan transparan. (5) Pola pemantauan,
pengawasan, dan pelaporan menggunakan mekanisme yang efisien, efektif, dan
ekonomis.
Sekolah penyelenggara RSBI menyususun rencana kerja tahunan dengan
komponen biaya dapat dialokasikan sebagai berikut: (1) Biaya dari pemerintah
pusat digunakan untuk pembenahan dan inovasi proses dan perangkat
pembelajaran, peningkatan mutu SDM, dan untuk biaya subsidi para peserta didik
yang kurang mampu. (2) Biaya dari pemerintah provinsi digunakan untuk
perawatan sarana, prasarana, dan fasilitas pendukung pembelajaran. (3) Biaya dari
pemerintah Kabupaten/Kota digunakan untuk biaya investasi (sarana dan
prasarana) dan pemenuhan penjaminan mutu. (4) Biaya dari masyarakat
digunakan untuk peningkatan kualifikasi dan kualitas para guru dan tenaga
penunjang. (5) Biaya dari instansi terkait atau sumber lain digunakan untuk
peningkatan mutu SDM, pembenahan proses belajar mengajar, investasi, dan
pembenahan lingkungan sekolah.
7. Pengelolaan
Dasar pengelolaan program RSBI adalah komponen-komponen indikator
input, proses, dan output sebagai berikut: Indikator indut mencakup antara lain
program pengembangan sekolah, kurikulum, SDM, kapasitas dan kualitas siswa,
buku dan sumber belajar, dana, sarana dan dan prasarana belajar, legislasi dan
49. xlix
regulasi, data dan informasi, organisasi dan administrasi, serta kultur sekolah
Indikator proses mencakup kejadian dan kegiatan yang dapat
meningkatkan pengakuan dari RSBI dengan pendampingan menjadi sekolah
bertaraf internasional (SBI), yaitu: (a) Variasi penerapan model pembelajaran,
efektifitas pembelajaran, mutu pembelajaran, keaktifan siswa dalam
pembelajaran, inovasi dan kreativitas pembelajaran, penerapan TIK dalam
pembelajaran, dan pembelajaran yang menyenangkan sehingga mampu
menuansakan keantusiasan guru dan siswa dalam pembelajaran, (b) Indikator
output meliputi prestasi belajar yang bersifat akademik, khususnya pengakuan
internasional terhadap prestasi akademik dan/atau nonakademik, serta standar
kualitas internasional dari para lulusan.
Pencapaian indikator-indikator dari pengelolaan program RSBI pada tahap
ini adalah: (1) Sekolah terakreditasi secara nasional dengan kategori "A"
(sertifikasi masih berlaku sampai tahun ke empat). (2) Melaksanakan kurikulum
nasional dan telah menerapkan KTSP. (3) Semua guru berkualifikasi S-1,
sekurang-kurangnya 10% berkualifikasi S-2. (4) Tersedia sekurang-kurangnya
50% guru mampu mengajar mata pelajaran (selain mata pelajaran bahasa inggris)
dengan bahasa Inggris. (5) Memiliki sekurang-kurangnya satu sekolah mitra dari
dalam Negeri atau dari salah satu Negara anggota OECD yang memiliki reputasi
internasional. (6) Tersedia sarana dan prasarana yang memenuhi standar. (7)
Tersedia sumber buku referensi dengan rasio jumlah buku dan jumlah siswa
sekurang-kurangnya 1 : 10. (8) Memiliki renstra pengembangan sekolah
(RPS/SDIP) untuk periode lima tahunan, satu tahunan dan action-plan yang
50. l
terkategori reasonable dan feasible. (9) Tersedia minimal 50% ruang kelas yang
dilengkapi dengan sarana TIK/multimedia. (10) Tersedia masing-masing satu
laboratorium fisika, laboratorium kimia, dan laboratorium biologi Laboratorium
computer, laboratorium bahasa dilengkapi dengan alat dan bahan yang memadai.
(11) Memiliki sistem manajemen keuangan dan administrasi yang transparan
berbasis TIK Mempunyai fasilitas komunikasi telepon, faximile, internet dan
website.
Pemfokusan aspek-aspek dari pengelolaan program RSBI pada tahap
pendampingan adalah: 1.Memiliki struktur organisasi sekolah yang fisibel dan
efisien dalam mekanisme pelaksanaannya; 2.Mempunyai profil sekolah yang
didukung dengan dokumentasi yang valid dan mudah diakses; 3.Mempunyai
panduan tupoksi yang jelas untuk setiap warga sekolah; 4.Mempunyai panduan
penggunaan setiap sarana dan prasarana maupun fasilitas peralatan; 5.Mempunyai
sistem dokumentasi yang efektif dan dapat merekam setiap penggunaan sarana,
prasarana, maupun fasilitas peralatan oleh setiap pengguna; 6.Memiliki renstra
lima tahunan dengan koordinator maupun penanggungjwab kegiatan yang
memahami tupoksinya; 7.Memiliki rencana tahunan yang merupakan penjabaran
dari rencana strategis dengan indikator pencapaian yang terukur; 8.Menerapkan
system adinistrasi dan keuangan yang efisien, efektif, dan ekonomis;
9.Mempunyai panduan kerjasama yang mampu meningkatkan kualitas sekolah;
10.Menerapkan system pengambilan keputusan yang tidak sentralistik, namun
berdasarkan system penugasan yang terencana; 11.Mempunyai rencana kerja
pendampingan yang terukur; 12.Mempunyai system monitoring dan evaluasi yang
51. li
baik; 13.Mempunyai system rekruitmen tenaga pendidik dan tenaga penunjang
kependidikan yang bermutu; 14.Menerapkan system pengawasan internal yang
baik; 15.Mempunyai system pelaporan yang berkesinambungan berbasis TIK.
8. Kesiswaan
Tahap seleksi siswa baru:
a. Seleksi Administrasi, meliputi: 1) Nilai rapor SD kelas I s.d VI untuk mata
pelajaran Matematika, IPA, IPS, Bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris
minimal 7,5. 2) Penghargaan prestasi akademik. 3) Sertifikat dari lembaga
kursus bahasa Inggris.
b. Achievement test, meliputi: Bahasa Indonesia, Matematika, IPA, IPS
dengan skor minimal 7 dalam rentang 0-10.
c. Tes Kemampuan Bahasa Inggris, meliputi: Reading, Listening, Writing,
dan Speaking dengan skor minimal 7 dalam rentang 0-10.
d. Psychotest, meliputi: Minat dan Bakat (Aptitude-Test) dan Kepribadian
(Personality-test).
e. Wawancara kepada siswa dan orangtua. Wawancara dengan siswa
dimaksudkan untuk mengetahui sejauh mana minat siswa untuk masuk
program RSBI. Wawancara dengan orangtua dimaksudkan untuk
mengetahui minat dan dukungan orangtua.
9. Kultur Sekolah
Aspek kebersihan, mencakup semua lingkungan sekolah, baik dalam
maupun luar ruangan. Sarana pendukung aspek kebersihan adalah: (1) tempat
52. lii
sampak dalam jumlah yang memadai, (2) air mengalir lancar, khususnya untuk
tempat ibadah, kamar mandi, WC, kantin sekolah, dan laboratorium IPA.
Aspek kerapihan, mencakup semua semua peralatan dan perlengkapan
fasilitas sekolah, pakaian seragam siswa dan pakaian seragam warga sekolah
lainnya.
Aspek keamanan, menyangkut ketersediaan pagar sekolah yang kokoh dan
kuat serta petugas keamanan yang memadai termasuk pos penjagaan yang
diharapkan dapat menangkal tindak kejahatan dan/atau gangguan lain terhadap
proses pembelajaran.
Aspek keindahan meliputi komponen luar maupun dalam gedung, jenis
tanaman hias yang bervariasi dan warna warni, warna cat gedung yang serasi dan
tidak pudar, hisan dinding, tulisan visi misi serta papan peringatan maupun tulisan
motivasional yang terpasang serasi.
Aspek kerindangan mencakup ketersediaan pepohonan pelindung yang
rindang serta tempat duduk di bawah dan/atau sekitar pepohonan tersebut dalam
jumlah yang memadai.
Aspek bebas asap rokok, bebas narkoba, bebas kekerasan (bullying), dan
bebas pornografi meliputi ketersediaan papanperingatan yang terpasang di
beberapa tempat serta penegakan aturan termasuk sanksi dan hukuman bagi
mereka yang melanggarnya.
Aspek disiplin mencakup peraturan sekolah tentang waktu belajar, yaitu
peraturan jam masuk dan keluar sekolah serta peraturan lainnya seperti
pembayaran sekolah dan lain-lain.
53. liii
Aspek semangat kompetitif adalah keinginan untuk bersaing secara positif
baik dalam bidang akademik maupun non akademik sehingga siswa mampu
meraih prestasi tertinggi di forum nasional dan internasional.
Aspek budaya malu mencakup rasa malu melakukan pelanggaan terhadap
peraturan sekolah, norma agama, dan norma-norma di masyarakat, malu berbuat
tidak baik pada diri sendiri dan orang lain, serta malu bila tidak berprestasi.
Aspek budaya baca dan tulis menyangkut kebiasaan membaca dan menulis
bagi seluruh warga sekolah yang ditandai dengan adanya forum diskusi bedah
buku atau penugasan kepada siswa untuk meringkas buku yang dibaca, membuat
laporan penelitian, membuat karangan, serta karya tulis lainnya.
b. Tahap Pemberdayaan
1. Kurikulum
Sekolah melaksanakan dan meningkatkan kualitas hasil yang sudah
dikembangkan pada tahap pendampingan. Sekolah melakukan refleksi terhadap
pelaksanaan kegiatan untuk keperluan penyempurnaan. Sekolah merealisaikan
program kemitraan dengan sekolah mitra dalam dan luar Negeri serta lembaga
sertifikasi pendidikan internasional.
2. Proses Pembelajaran
Pengalihan fungsi tenaga pendamping menjadi tenaga professional untuk
melaksanakan monitoring dan evaluasi terhadap proses pembelajaran. Hasil
monitoring dan evaluasi digunakan sebagai bahan penyempurnaan/perbaikan
proses pembelajaran berikutnya. Kegiatan penyempurnaan/memperbaiki proses
pembelajaran bersifat sebagai supervisi klinis untuk memberikan
54. liv
bantuan/bimbingan bahkan arahan secara langsung terhadap masalah/kendala/
hambatan yang timbul atau yang dihadapi dalam proses pembelajaran. Target
supervisi klinis adalah proses pembelajaran dapat dilaksanakan dengan baik dan
lancar, sesuai dengan tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan.
3. Penilaian
Penilaian hasil belajar siswa dilakukan dalam bahasa Indonesia dan bahasa
Inggris dengan memasukkan model-model penilaian yang dilakukan di sekolah
internasional pada ulangan akhir semester, sementara ulangan harian tidak harus
mengikuti model sekolah internasional (bersifat optional).
Penilaian program kegiatan dengan cara memonitoring dan mengevaluasi
terhadap pelaksanaan program yang dilakukan oleh tenaga pendamping
(konsulltan/fasilitator), Depdiknas, Dinas Pendidikan Provinsi, dan Dinas
Pendidikan Kabupaten/Kota.
4. Sumber Daya Manusia (SDM)
Mengadakan refleksi terhadap hasil kegiatan pada tahap
rintisan/pendampingan. Menyusun program pemberdayaan SDM dengan
melibatkan lembaga/tenaga professional independent dan atau instansi terkait
sesuai dengan bidangnya dari dalam maupun luar Negeri. Memberikan tugas
mandiri kepada SDM program RSBI dengan intensitas tugas dan porsi yang lebih
besar dibandingkan pada tahap rintisan/pendampingan. Melakukan uji
kompetensi, sertifikasi, dan atau bench-marking yang diselenggarakan oleh
lembaga sertifikasi/bench-marking bertaraf internasional, baik di dalam maupun
luar Negeri, kepada SDM program RSBI.
55. lv
5. Sarana dan Prasarana
Sarana dan prasarana yang dimaksudkan pada pedoman penjaminan mutu
telah terpenuhi. Dilakukan penggunaan dan pemberdayaan terhadap sarana dan
prasarana yang telah ada atau telah terpenuhi pada tahap rintisan/pengembangan.
Optimalisasi penggunaan sarana dan prasarana yang didukung oleh tertib
dokumentasi dan tertib administrasi. Perawatan sarana prasarana untuk
meningkatkan fungsi dan usia teknis.
6. Biaya
Pembiayaan program RSBI masih menekankan pada subsidi dari
Pemerintah baik pusat maupun daerah, dengan penerapan system block grant.
Komponen-komponen yang harus disiapkan oleh sekolah penyelenggara program
RSBI: Profil sekolah secara lengkap, akurat, dan factual serta mutakhir; Rencana
strategis (RPS/SDIP) yang terukur pencapaian indikatornya; Rencana tahunan
(action plan) yang sudah signifikan jelas tahapan-tahapan pencapaian targetnya;
Sistem manajemen administrasi dan keuangan sudah menerapkan asas akuntabel,
berbasis kinerja, dan transparan; Pola pemantauan, pengawasan, dan pelaporan
menggunakan mekanisme yang efisien, efektif, dan ekonomis; laporan tengah
tahunan, dan laporan tahunan.
Sekolah penyelenggara RSBI menyususun rencana kerja tahunan dengan
komponen biaya dapat dialokasikan sebagai berikut: Biaya dari pemerintah pusat
digunakan untuk pembenahan dan inovasi proses dan perangkat pembelajaran,
peningkatan mutu SDM, dan untuk biaya subsidi para peserta didik yang kurang
mampu. Biaya dari pemerintah provinsi digunakan untuk perawatan sarana,
56. lvi
prasarana, dan fasilitas pendukung pembelajaran. Biaya dari pemerintah
Kabupaten/Kota digunakan untuk biaya investasi (sarana dan prasarana) dan
pemenuhan penjaminan mutu. Biaya dari masyarakat digunakan untuk
peningkatan kualifikasi dan kualitas para Guru dan tenaga penunjang. Biaya dari
instansi terkait atau sumber lain digunakan untuk peningkatan mutu SDM,
pembenahan proses belajar mengajar, investasi, dan pembenahan lingkungan
sekolah. Bantuan dari sekolah mitra dapat berupa pemutakhiran kurikulum
maupun program-program pertukaran, baik peserta didik maupun Guru.
7. Pengelolaan
Pengelolaan program RSBI pada tahap pemberdayaan difokuskan pada
aspek-aspek berikut: 1).Memiliki struktur organisasi sekolah yang fisibel dan
efisien dalam mekanisme pelaksanaannya, 2).Mempunyai profil sekolah yang
didukung dengan dokumentasi yang valid dan mudah diakses, 3).Mempunyai
panduan tupoksi yang jelas untuk setiap warga sekolah, 4).Mempunyai panduan
penggunaan setiap sarana dan prasarana maupun fasilitas peralatan,
5).Mempunyai sistem dokumentasi yang efektif dan dapat merekam setiap
penggunaan sarana, prasarana, maupun fasilitas peralatan oleh setiap pengguna,
6).Memiliki renstra lima tahunan dengan koordinator maupun penanggungjwab
kegiatan yang memahami tupoksinya, 7).Memiliki rencana tahunan yang
merupakan penjabaran dari rencana strategis dengan indikator pencapaian yang
terukur, 8).Menerapkan sistem adinistrasi dan keuangan yang efisien, efektif, dan
ekonomis, 9).Mempunyai panduan kerjasama yang mampu meningkatkan kualitas
sekolah, 10).Menerapkan sistem pengambilan keputusan yang tidak sentralistik,
57. lvii
namun berdasarkan system penugasan yang terencana, 11).Mempunyai rencana
kerja pendampingan yang terukur, 12).Mempunyai sistem monitoring dan
evaluasi yang baik, 13).Mempunyai system rekruitmen tenaga pendidik dan
tenaga penunjang kependidikan yang bermutu, 14).Menerapkan system
pengawasan internal yang baik, 15).Mempunyai system pelaporan yang
berkesinambungan berbasis TIK, 16).Mempunyai mekanisme pencarian dana
yang baik, 17).Mempunyai sistem rekruitmen siswa yang berkualitas,
18).Mempunyai lingkungan sekolah yang menyenangkan, 19).Mempunyai sistem
pembelajaran yang berstandar internasional.
8. Kesiswaan
Pembinaan siswa sudah mulai mendekati profil akhir siswa sekolah
bertaraf internasional Pembinaan siswa meliputi seluruh aspek yaitu: kognitif,
afektif, psikomotorik, dan kinetik. Pembinaan siswa dikembangkan melalui
kegiatan tatap muka, tugas terstruktur, dan tugas mandiri tidak terstruktur, serta
kegiatan pengembangan diri.
9. Kultur Sekolah
Kultur sekolah sudah terbangun dan tertata menuju akhir sekolah bertaraf
internasional yang meliputi: Aspek kebersihan meliputi: kebersihan WC, ruang
kelas, laboratorium, perpustakaan, tempat ibadah, kantin, dan halaman sekolah.
Aspek kerapihan meliputi: ruang kelas, laboratorium, perpustakaan, tempat
ibadah, kantin, halaman sekolah, ruang kantor, ruang kepala sekolah, ruang TU,
ruang guru serta pakaian warga sekolah. Aspek keamanan, menyangkut
ketersediaan pagar sekolah yang kokoh dan kuat serta petugas keamanan yang
58. lviii
memadai termasuk pos penjagaan yang diharapkan dapat menangkal tindak
kejahatan dan/atau gangguan lain terhadap proses pembelajaran. Aspek keindahan
meliputi: gedung, taman, dan ruang. Aspek kerindangan meliputi: pohon dan
tempat duduk dalam jumlah yang memadai. Aspek bebas asap rokok, bebas
narkoba, bebas kekerasan (bullying), dan bebas pornografi meliputi: tersedianya
papan peringatan dan penerapan sanksi. Aspek disiplin meliputi: disiplin waktu
belajar dan tata tertib sekolah sudah terlaksana. Aspek semangat kompetitif mulai
timbul. Aspek budaya malu sudah terbentuk. Aspek budaya baca dan tulis sudah
membudaya.
c. Tahap Mandiri
1. Kurikulum
Sekolah dapat secara mandiri melaksanakan kurikulum program sekolah
bertaraf internasional (SBI) yang dikembangkan pada tahap sebelumnya.
2. Proses Pembelajaran
Sekolah telah mandiri menjadi sekolah bertaraf internasional Sekolah
mampu mengembangkan pembelajaran bilingual menjadi pembelajaran berbahasa
Inggris sepenuhnya (100%) dengan memperhatikan kelima prinsip pembelajaran.
3. Penilaian
a. Penilaian hasil belajar siswa
b. Penilaian program
4. SDM
Sekolah bertaraf internasional telah memiliki SDM mandiri dan siap
menjadi sekolah bertaraf internasional dengan kompetensi dasar sebagai berikut:
59. lix
a. Guru
Semua guru mempunyai kualifikasi akademik minimal 20% berkualifikasi
S-2/S-3 dari perguruan tinggi yang program studinya berakreditasi A. Memiliki
latar belakang keilmuan sesuai dengan mata pelajaran yang dibina. Memiliki
sertifikasi profesi pendidik sesuai dengan jenjang satuan pendidikan tempat
tugasnya (nasional dan internasional). Memiliki kesanggupan untuk
mengembangkan potensi diri secara berkelanjutan. Memiliki kinerja tinggi baik
secara individu maupun kelompok. Mampu menggunakan media/sumber belajar
berbasis TIK dalam pembelajaran. Mampu melaksanakan pembelajaran dalam
bahasa Inggris secara efektif.
b. Kepala Sekolah
Memiliki kualifikasi akademik minimal S-2 dari perguruan tinggi yang
program studinya berakreditasi A. Telah mengikuti pelatihan kepala sekolah dari
lembaga pelatihan kepala sekolah yang diakui oleh pemerintah. Memiliki
kemampuan manajemen berbasis sekolah. Memiliki jiwa kepemimpinan visioner
dan situasional. Memiliki jiwa entrepreneurship. Mampu membangun jejaring
internasional mampu berkomunikasi dalam bahasa Inggris secara efektif. Mampu
menggunakan TIK. Memiliki pengalaman kerja sebagai kepala sekolah minimal
lima tahun.
c. Tenaga Pendukung
1) Pustakawan
Memiliki kualifikasi akademik minimal S-1 bidang keilmuan. Pustakawan.
Memiliki kompetensi utama sebagai pelaksana tugas dan fungsi
60. lx
pustakawan.Memiliki pengalaman kerja minimal 5 tahun. Mampu
mengembangkan profesi sebagai pustakawan secara berkelanjutan mampu
berkomunikasi dalam bahasa Inggris secara efektif.
2) Laboran IPA dan TIK
Memiliki kualifikasi akademik bidang keilmuan: IPA/Teknik. Memiliki
kompetensi utama sebagai pelaksana tugas dan fungsi laboran. Memiliki
pengalaman kerja minimal 5 tahun. Mampu mengembangkan profesi
sebagai laboran secara berkelanjutan mampu berkomunikasi dalam bahasa
Inggris secara efektif.
3) Teknisi laboratorium IPA dan Bahasa
Memiliki kualifikasi akademik minimal D-3 Bidang keilmuan: Teknik
Elektronika. Memiliki kompetensi utama sebagai pelaksana tugas dan
fungsi teknisi laboratorium IPA dan Bahasa. Memiliki pengalaman kerja
minimal 3 tahun. Mampu mengembangkan profesi sebagai teknisi
labotratorium IPA dan Bahasa secara berkelanjutan. Mampu
berkomunikasi dalam bahasa Inggris secara efektif.
4) Teknisi TIK
Memiliki kualifikasi akademik minimal D-3 Bidang keilmuan:
Komputer/Teknik Informatika. Memiliki kompetensi utama sebagai
pelaksana tugas dan fungsi teknisi computer. Memiliki pengalaman kerja
minimal 3 tahun. Mampu mengembangkan profesi sebagai teknisi
computer secara berkelanjutan. Mampu berkomunikasi dalam bahasa
Inggris secara efektif.
61. lxi
5) Kepala Tenaga Administrasi Sekolah
Memiliki kualifikasi akademik minimal S-1 Bidang keilmuan:
Administrasi Pendidikan. Memiliki kompetensi utama sebagai pelaksana
tugas dan fungsi kepala tenaga administrasi sekolah. Memiliki pengalaman
kerja minimal 5 tahun. Mampu mengembangkan profesi sebagai kepala
tenaga administrasi sekolah secara berkelanjutan. Mampu berkomunikasi
dalam bahasa Inggris secara efektif. Mampu menggunakan TIK dalam
pelaksanaan tugasnya.
6) Tenaga Administrasi Keuangan dan Akuntansi
Memiliki kualifikasi akademik minimal D-3 Bidang keilmuan: Akuntasi.
Memiliki kompetensi utama sebagai pelaksana tugas dan fungsi tenaga
administrasi keuangan dan akuntansi. Memiliki pengalaman kerja minimal
5 tahun. Mampu mengembangkan profesi sebagai tenaga administrasi
keuangan dan akuntansi berbasis TIK secara berkelanjutan. Mampu
berkomunikasi dalam bahasa Inggris secara efektif.
7) Tenaga Administrasi Kepegawaian
Memiliki kualifikasi akademik minimal D-3 Bidang keilmuan:
Manajemen SDM. Memiliki kompetensi utama sebagai pelaksana tugas
dan fungsi tenaga administrasi kepegawaian. Memiliki pengalaman kerja
minimal 5 tahun. Mampu mengembangkan profesi sebagai tenaga
administrasi kepegawaian berbasis TIK secara berkelanjutan. Mampu
berkomunikasi dalam bahasa Inggris secara efektif.
62. lxii
8) Tenaga Administrasi Akademik
Memiliki kualifikasi akademik minimal sekolahnya dilengkapi dengan
Sertifikat Penggunaan TIK Bidang keilmuan: Administrasi. Memiliki
kompetensi utama sebagai pelaksana tugas dan fungsi tenaga administrasi
akademik. Memiliki pengalaman kerja minimal 5 tahun. Mampu
mengembangkan profesi sebagai tenaga administrasi akademik berbasis
TIK secara berkelanjutan. Mampu berkomunikasi dalam bahasa Inggris
secara efektif.
9) Tenaga Administrasi Sarana dan Prasarana
Memiliki kualifikasi akademik minimal sekolahnya dilengkapi dengan
Sertifikat Pelatihan Sarana dan Prasarana Pendidikan Bidang keilmuan:
Administrasi/Manajemen Pendidikan. Memiliki kompetensi utama sebagai
pelaksana tugas dan fungsi tenaga sarana dan prasarana. Memiliki
pengalaman kerja minimal 5 tahun. Mampu mengembangkan profesi
sebagai tenaga tenaga sarana dan prasarana berbasis TIK secara
berkelanjutan. Mampu berkomunikasi dalam bahasa Inggris secara efektif.
10) Tenaga Administrasi Kesekretariatan
Memiliki kualifikasi akademik minimal sekolahnya dilengkapi dengan
Sertifikat Penggunaan TIK Bidang keilmuan: Administrasi Perkantoran.
Memiliki kompetensi utama sebagai pelaksana tugas dan fungsi tenaga
administrasi kesekretariatan. Memiliki pengalaman kerja minimal 5 tahun.
Mampu mengembangkan profesi sebagai tenaga administrasi
63. lxiii
kesekretariatan berbasis TIK secara berkelanjutan. Mampu berkomunikasi
dalam bahasa Inggris secara efektif.
5. Sarana Prasarana
1. Tanah dengan luas minimal 15.000 m2
.
2. Kapasitas ruang kelas: 32 orang siswa.
3. Perpustakaan
Ruang baca mampu menampung 5% dari jumlah seluruh siswa Luas 0,2
m2 per siswa. Koleksi buku: buku teks (cetak dan digital) dengan rasio 1:1
dan buku referensi 1:3.Sekolah berlangganan jurnal, majalah yang terpilih
secara periodic minimal 2 buah. Tersedia system catalog yang berbasis
TIK dan bertaraf internasional. Memiliki computer, multimedia dan akses
internet dengan jaringan (LAN). Tersedianya bahan ajar yang
menggunakan Bahasa Inggris sebagai bahasa pengantar.
4. Pengembangan laboratorium Fisika, Kimia, biologi, bahasa, dan IPS
Memiliki 1 unit lab.Fisika, 1 unit lab.Kimia, 1 unit lab.Biologi, 1 unit
laboratorium bahasa, dan 1 unit laboratorium IPS Setiap laboratorium
harus dilengkapi dengan peralatan dan perlengkapan sesuai dengan
spesifikasi dan kebutuhan pembelajaran praktik/praktikum.
5. Laboratorium Computer
Memiliki ruang dengan ukuran yang memadai dan ber-AC. Jumlah
computer sesuai dengan jumlah siswa yang akan praktik Software selalu
di-update. Memiliki teknisi computer dengan jumlah yang memadai
Memiliki penjaminan keselamatan kerja.
64. lxiv
6. Kantin
Memiliki 1 unit kantin yang dilengkapi dengan mebeler yang disesuaikan
dengan kebutuhan. Dapat menampung siswa/pejajan secara memadai.
Lingkungan sehat dan bersih. Menu makanan yang bergizi, segar, dan
dengan harga yang terjangkau.
7. Auditorium
Tersedia ruang pertemuan dengan ukuran yang memadai dan ber-AC.
Ruang pertemuan dilengkapi dengan mebeler dan perlatan yang memadai
untuk kegiatan siswa (misalnya pentas seni, pertemuan dengan orang tua
siswa, wisuda, teater, pameran hasil karya siswa, dan sebagainya).
Memiliki system penjaminan keselamatan yang memadai bagi pengguna.
Ruang pertemuan memiliki tenaga teknisi dengan jumlah yang memadai
untuk membantu pelaksanaan kegiatan dan perawatan.
8. Fasilitas
Memiliki prasarana olahraga dengan ukuran yang memadai. Memiliki
sarana olahraga yang dapat digunakan berbagai jenis kegiatan olah raga.
Memiliki tenaga teknisi dengan jumlah yang memadai. Memiliki sistem
penjaminan keselamatan bagi pengguna.
9. Pusat Belajar dan Riset Guru (TRRC)
Memiliki ruang sumber belajar dan riset guru dengan ukuran
yang memadai dan dilengkapi computer, jaringan internet untuk guru
dengan rasio 1:5, dan dilengkapi media pembelajaran. Memiliki buku
referensi baik cetak maupun digital bagi guru yang sesuai dengan mata
65. lxv
pelajaran yang diajarkannya. Memiliki mebeler bagi guru untuk
menyimpan referensi, hasil kerja, dsb termasuk untuk kelompok diskusi.
Memiliki sistem penjaminan keselamatan kerja di dalam ruang
administrasi.
10. Penunjang Administrasi Sekolah
Memiliki ruangan administrasi dengan ukuran yang memadai. Memiliki
ruang administrasi yang dilengkapi mebeler untuk berbagai jenis
administrasi. Memiliki computer dengan jumlah yang memadai. Memiliki
sistem penjaminan keselamatan kerja di dalam ruang administrasi.
11. Poliklinik Sekolah
Memiliki prasarana olahraga dengan ukuran yang memadai dan ber-AC.
Memiliki bahan dan perawatan untuk P3K. Tersedianya tenaga medis yang
professional. Tersedianya sistem penjaminan keselamatan kerja.
12. Toilet
Ukuran toilet sesuai standar Jumlah toilet sesuai dengan rombongan
belajar. Toilet terpisah antara laki-laki dan perempuan. Memiliki sanitasi
yang baik untuk menjamin kebersihan dan kesehatan. Volume air cukup
dan mendukung sanitasi. Tersedia tenaga kebersihan untuk perawatan
toilet.
13. Tempat bermain, kreasi, dan rekreasi.
Tersedia tempat bermain yang memadai. Tersedia tempat kreasi yang bisa
mendukung kreativitas siswa. Tersedia tempat rekreasi yang memadai,
66. lxvi
misalnya taman dan pohon-pohon yang rindang, serta tempat duduk yang
nyaman.
14. Tempat Ibadah
Memiliki tempat ibadah yang memadai sesuai dengan agama masing-
masing warga sekolah.
6. Pembiayaan
Pembiayaan SBI yang sudah mandiri, yaitu menerapkan model
pembiayaan dengan mengembangkan diversifikasi sumber dana, meningkatkan
efektivitas alokasi dana, meningkatkan efektivitas dan efisiensi penggunaan dana
secara transparan dan akuntabel, menerapkan sistem informasi manajemen
berbasis jaringan (web).
7. Pengelolaan
Menerapkan standar pengelolaan sepenuhnya. Meraih sertifikat ISO 9001
versi 200 atau sesudahnya dan ISO 14000. Merupakan sekolah multi-kultural.
Menjalin hubungan (sister-school) dengan sekolah bertaraf internasional dalam
dan luar Negeri bebas narkoba, bebas asap rokok, dan bebas kekarasan (bullying).
Menerapkan kesetaraan gender dalam segala aspek pengelolaan sekolah. Meraih
medali tingkat internasional dalam berbagai kompetisi sain, matematika,
teknologi, seni, dan olahraga. Menghasilkan lulusan yang dapat melanjutkan ke
perguruan tinggi bertaraf internasional baik di dalam maupun di luar Negeri.
8. Kesiswaan
Peserta didik lulusan SBI memiliki: Kemampuan mengembangkan jati diri
sebagai warga Negara Kesatuan Republik Indonesia yang jujur dan
67. lxvii
bertanggungjawab, serta memiliki integritas moral dan akhlak mulia. Kemampuan
belajar sepanjang hayat secara mandiri yang ditunjukkan dengan kemampuan
mencari, mengorganisasi, dan memproses informasi untuk kepentingan kini dan
nanti serta kebiasaan membaca dan menulis dengan baik. Pribadi yang
bertanggungjawab terhadap tugas yang diberikan yang ditunjukkan dengan
kesediaan menerima tugas, menentukan standarisasi dan strategi yang tepat, serta
konsisten dalam menyelesaiakan tugas tersebut, dan bertanggungjawab terhadap
hasilnya. Kemampuan berfikir yang kuat dan luas secara deduktif, induktif, ilmiah,
kritis, inovatif, dan eksperimentatif untuk menemukan kemungkinan baru atau
ide-ide baru yang belum dipikirkan sebelumnya. Penguasaan tentang diri sendiri
sebagai probadi (intrapersonal/kualitas prbadi). Penguasaaan materi pelajaran
yang ditunjukkan dengan kelulusan unian nasional dan sertifikat internasional
untuk mata pelajaran yang dikompetisikan, secara internasional. (Matamatika,
Fisika, Biologi, Kimia, dan Astronomi). Penguasaan teknologi dasar yang
mutakhir dan canggih (konstruksi, manufaktur, transportasi, komunikasi, energi,
bio, dan bahan). Bekerjasama dengan pihak-pihak lain (interpersonal) secara
individual, kelompok/kolektif (lokal, nasional, regional, dan global). Kemampuan
mengkomunikasikan ide dan informasi kepada pihak lain dalam bahasa Indonesia
dan bahasa Inggris atau bahasa asing lainnya. Kemampuan mengelola kegiatan
(merencanakan, mengorganisasikan, melaksanakan, mengkoordinasikan, dan
mengevaluasi). Kemampuan mengidentifikasi, mengorganisasi, merencana, dan
mengalokasikan sumber daya baik sumber daya manusia maupun sumber daya
selebihnya yaitu sumber daya alam, uang, peralatan, perbekalan, waktu, dan
68. lxviii
bahan. Terampil menggunakan TIK Memahami budaya/kultur bangsa-bangsa lain
(lintas budaya bangsa). Kepedulian terhadap lingkungan social, fisik, dan budaya.
Menghasilkan karya yang bermanfaat bagi diri sendiri dan bangsa. Memahami,
menghayati, dan menerapkan jiwa kewirausahaan dalam kehidupan.
9. Kultur Sekolah
SBI menumbuhkan dan mengembangkan budaya/kultur yang kondusif
bagi peningkatan efektivitas sekolah pada umumnya dan efektivitas pembelajaran
pada khususnya, yang dibuktikan oleh: berpusat pada pengembangan peserta didik
lingkungan belajar yang kondusif, penekanan pada pembelajaran profesionalisme,
harapan tinggi keunggulan respek terhadap setiap individu dan komunitas sosial
warga sekolah, keadilan kepastian budaya korporasi atau kebiasaan bekerja secara
kolaboratif/kolektif, kebiasaan menjadi masyarakat belajar, wawasan masa depan
(visi) yang sama, perencanaan bersama kolegalitas tenaga kependidikan sebagai
pembelajaran, budaya masyarakat belajar, pemberdayaan bersama kepemimpinan
transformative dan partisipatif.
H. Kepemimpinan Kepala Sekolah Sebagai Visioner
Kepemimpinan merupakan “Suatu ilmu dan seni tentang bagaimana
mempengaruhi orang lain untuk mencapai tujuan tertentu. Pemimpin adalah orang
yang berada pada posisi terdepan dalam kelompoknya. Dengan demikian, kepala
sekolah berada pada posisi paling depan di tengah guru, karyawan, dan siswa di
sekolahnya” (Moedjiarto,2002:79). Sementara itu Johnson (dalam Moedjiarto,
1973:80) mengartikan kepemimpinan sebagai “Kemampuan untuk mempengaruhi
perilaku orang lain”. Jadi, fungsi pemimpin adalah “Mengarahkan, membina,
69. lxix
mengatur, menunjukkan terhadap orang-orang yang dipimpin agar orang yang
dipimpin itu senang, sehaluan serta terbina dan menuruti kehendak dan tujuan dari
pemimpin” (Enceng, 2007:14).
Kepala sekolah, sebagai pemimpin di suatu sekolah peranannya dalam
kegiatan instruksional sudah jelas. Kepemimpinan instruksional ini merupakan
salah satu karakteristik yang khas. Menurut Moedjiarto (2002:81), bahwa:
“Kepemimpinan instruksional, diinterpretasikan sebagai tindakan-tindakan
yang dilakukan oleh kepala sekolah untuk meningkatkan perkembangan
belajar siswa. Kelancaran proses belajar mengajar menjadi titik perhatian
terpenting dalam kepemimpinan instruksional”
Secara panjang lebar Moedjiarto (2002:83) menekankan bahwa “Kepala
sekolah yang refektif memfokuskan tindakan-tindakannya pada penetapan tujuan
sekolah, mendefinisikan tujuan sekolah, memberikan sumber-sumber yang
diperlukan untuk terjadinya belajar”. Tindakan-tindakannya juga untuk
mensupervisi dan mengevaluasi guru, mengkoordinasi program-program
pengembangan staf, dan menciptakan hubungan kesejawatan dengan dan antar
guru. Ki Hajar Dewantoro, sebagai tokoh pendidikan nasional, mengajukan tiga
fungsi kepemimpinan pendidikan nasional, sebagai berikut: 1).Ing ngarso sung
thulodo; 2).Ing madya mangun karso dan 3).Tut wuri handayani.
Sergiovani (dalam Moedjiarto, 2002:85) mengatakan bahwa: “Seorang pemimpin,
juga kepala sekolah, harus memeiliki tiga macam keterampilan, yaitu 1)
keterampilan teknik, 2) keterampilan berkomunikasi (human relation) dan 3)
keterampilan konseptual”.
Bisa jadi, keterampilan kepemimpinan kepala sekolah kedepan meminjam
istilah yang diungkap oleh Howard Gardner (2007) dalam konteks pemikiran,
70. lxx
seorang kepala sekolah harus memiliki 1) pikiran terdisiplin, yakni pelatihan dan
memiliki disiplin ilmu Psikologi, manajemen dan lain sebagainya. 2) pikiran
menyintesis. Yakni menggabungkan temuan-temuan baru, dan menjelaskan
dilemma-dilema baru. 3) pikiran menciptakan. Yakni mampu mebuat terobosan-
terobosan kreatif besar di bidang pendidikan. 4) pikiran merespek dan etis. Seperti
memberikan perhatian dan rendah hati dan perilaku etis lainnya.
Visi seorang kepala sekolah akan menginspirasi tindakan dan membantu
membentuk masa depan sebuah sekolah. Burt Nanus (2001:9) mengemukakan
“Sebuah visi adalah masa depan yang realistis, dapat dipercaya, dan menarik bagi
organisasi”. Visi adalah penyataan tujuan kemana organisasi akan dibawa, sebuah
masa depan yang lebih baik dan lebih berhasil.
Visi hanyalah sebuah gagasan atau gambaran tentang masa depan yang
lebih baik bagi organisasi (sekolah), tetapi visi yang benar adalah gagasan yang
penuh dengan kekuatan yang mendesak dimulainya masa depan dengan
mengandalkan keterampilan, bakat, dan sumber daya dalam mewujudkannya.
Lebih lanjut Nanus (2001:13) memberikan ciri-ciri kepemimpinan sebagai
berikut: “Pemimpin (kepala sekolah) mengemban tanggung jawab, mengusahakan
pelaksanaan tugas, memiliki impian dan menerjemahkannya menjadi kenyataan”.
Para pemimpin berusaha menyatukan komitmen anggota-anggotanya,
memberikan dorongan kepada mereka dan mengubah organisasi (sekolah)
menjadi suatu kesatuan baru yang memiliki kekuatan yang lebih besar untuk
bertahan hidup, bertumbuh, dan berhasil. Kepemimpinan yang efektif menjadi
kekuatan bagi sebuah organisasi dalam memaksimumkan kontribusinya bagi
71. lxxi
kesejahteraan para anggotanya dan masyarakat yang lebih luas, mereka adalah
arsitek bagi masa depan organisasi.
Untuk menjadi kepala sekolah yang efektif maka kepala sekolah harus
mampu menjadi penentu arah, agen perubahan, juru bicara, sekaligus pelatih.
Nanus (2001: 21) menguraikan kekuatan–kekuatan sebuah visi, mengapa harus
memilih dan menyatakan visi yang benar, diantaranya :
1. Visi yang benar akan menghasilkan komitmen dan memberi motivasi
kepada orang-orang dalam organisasi (sekolah)
2. Visi yang benar memberi arti bagi kehidupan para karyawan (dalam hal ini
guru, pegawai, murid, wali murid)
3. Visi yang benar menentukan standar-standar keberhasilan.
4. Visi yang benar menjembatani masa sekarang dan masa yang akan datang.
Seorang kepala sekolah, dengan menyadari tanggung jawab yang
demikian besar diatas, masih dituntut untuk mampu memiliki kekuatan dan
mampu menghasilkan transformasi, yang oleh Nanus (2001:36) disebutkan
mengandung beberapa ciri khusus :
1. Visi harus tepat bagi organisasi dan tepat waktunya. Visi tersebut harus
sesuai dengan sejarah, budaya, dan nilai-nilai organisasi, konsisten dengan
situasi organisasi saat ini dan dapat memberikan taksiran yang realistis dan
informatis tentang apa yang dapat dicapai di masa depan.
2. Visi menentukan standar-standar prestasi dan mencerminkan cita-cita yang
tinggi. Visi menggambarkan organisasi sebagai komunitas yang
72. lxxii
bertanggung jawab, yang memiliki integritas yang kuat dan mengangkat
moral setiap orang di dalamnya.
3. Visi menjernihkan maksud dan arah. Visi bersifat persuasif dan dapat
dipercaya dalam menentukan apa yang diinginkan organisasi dan
merupakan aspirasi orang-orang didalam organisasi. Visi menenghasilkan
rencana yang menciptakan fokus dan memelihara harapan serta
menjanjikan hari esok yang lebih baik.
4. Visi mengilhami antusiasme dan merangsang komitmen. Visi memperluas
basis dukungan bagi pemimpin melalui refleksi kebutuhan dan aspirasi
berbagai pihak terkait, menjembatani perbedaan ras, umur, jenis kelamin,
dan karakterisatik demografi lainnya, serta menarik perhatian berbagai
pihak ke dalam komunitas yang peduli terhadap masa depan organisasi.
5. Visi dinyatakan secara jelas dan mudah difahami.
6. Visi merefleksikan keunikan organisasi, kompetensinya, apa yang
diperjuangkannya dan apa yang mampu dicapainya.
7. Visi bersifat ambisius. Visi memperlihatkan kemajuan dan meperluas
pandangan organisasi. Sering visi menuntut pengorbanan dan investasi
emosional dari para anggota organisasi, yang akan timbul karena daya
tarik yang melekat pada visi tersebut.
Perkembangan dan arah pendidikan masa depan sebenarnya menjadi titik
tolak seorang kepala sekolah untuk menentukan visi sekolah, pada masa sekarang.
Sebagaimana ungkapan hikmah „didiklah anakmu, karena mereka akan hidup
bukan pada zamanmu‟. Ini mengindikasikan, sejalan dengan teori Howard