2. Teater Teater Teater Teater Teater
Teater
Indonesia Indonesia Indonesia Indonesia Indonesia
kontemporer
tahun 1920- tahun 1940- tahun 1950- tahun 1970- tahun 1980-
Indonesia
an an an an 1990-an
Periodisasi Teater
3. Teater Indonesia tahun 1920-an
Teater pada masa kesusasteraaan angkatan Pujangga Baru
kurang berarti jika dilihat dari konteks sejarah teater
modern Indonesia tetapi cukup penting dilihat dari sudut
kesusastraan. Naskah-naskah drama tersebut belum mencapai
bentuk sebagai drama karena masih menekankan unsur sastra
dan sulit untuk dipentaskan. Drama-drama Pujangga Baru
ditulis sebagai ungkapan ketertekanan kaum intelektual
dimasa itu karena penindasan pemerintahan Belanda yang
amat keras terhadap kaum pergerakan sekitar tahun 1930-an.
4. . Teater Indonesia tahun
1940-an
Semua unsur kesenian dan kebudayaan pada kurun waktu
penjajahan Jepang dikonsentrasikan untuk mendukung
pemerintahan totaliter Jepang.
Segala daya kreasi seni secara sistematis di arahkan untuk
menyukseskan pemerintahan totaliter Jepang. Namun
demikian, dalam situasi yang sulit dan gawat serupa
itu, dua orang tokoh, yaitu Anjar Asmara dan Kamajaya
masih sempat berpikir bahwa perlu didirikan Pusat
Kesenian Indonesia yang bertujuan menciptakan
pembaharuan kesenian yang selaras dengan
perkembangan zaman sebagai upaya untuk melahirkan
kreasi – kreasi baru dalam wujud kesenian nasional
Indonesia.
5. Teater Indonesia Tahun
1950-an
Setelah tokohg kemerdekaan, peluang terbuka bagi
seniman untuk merenungkan perjuangan dalam tokohg
kemerdekaan, juga sebaliknya, mereka merenungkan
peristiwa tokohg
kemerdekaan, kekecewaan, penderitaan, keberanian dan
nilai
kemanusiaan, pengkhianatan, kemunafikan, kepahlawanan
dan tindakan pengecut, keiklasan sendiri dan
pengorbanan, dan lain-lain. Peristiwa tokohg secara khas
dilukiskan dalam lakon Fajar Sidik (Emil
Sanossa, 1955), Kapten Syaf (Aoh
Kartahadimaja, 1951), Pertahanan Akhir (Sitor
Situmorang, 1954), Titik-titik Hitam (Nasyah Jamin, 1956)
Sekelumit Nyanyian Sunda (Nasyah Jamin, 1959).
Sementara ada lakon yang bercerita tentang kekecewaan
paska tokohg, seperti korupsi, oportunisme politis, erosi
ideologi, kemiskinan, Islam dan Komunisme, melalaikan
penderitaan korban tokohg, dan lain-lain.
6. Teater Indonesia Tahun 1970-an
Jim Adi Limas mendirikan Studiklub Teater Bandung dan mulai
mengadakan eksperimen dengan menggabungkan unsur-unsur teater
etnis seperti gamelan, tari topeng Cirebon, longser, dan dagelan
dengan teater Barat. Pada akhir 1950-an JIm Lim mulai dikenal oleh
para aktor terbaik
dan para sutradara realisme konvensional. Karya penyutradaraanya, yaitu
Awal dan Mira (Utuy T. Sontani) dan Paman Vanya (Anton Chekhov).
Bermain dengan akting realistis dalam lakon The Glass Menagerie
(Tennesse William, 1962), The Bespoke Overcoat (Wolf mankowitz ).
Pada tahun 1960, Jim Lim menyutradari Bung Besar, (Misbach Yusa
Biran) dengan gaya longser, teater rakyat Sunda.
Tahun 1962 Jim Lim menggabungkan unsur wayang kulit dan musik
dalam karya penyutradaraannya yang berjudul Pangeran Geusan Ulun
(Saini KM., 1961). Mengadaptasi lakon Hamlet dan diubah judulnya
menjadi Jaka Tumbal (1963/1964). Menyutradarai dengan gaya
realistis tetapi isinya absurditas pada lakon Caligula (Albert
Camus, 1945), Badak-badak (Ionesco, 1960), dan Biduanita Botak
(Ionesco, 1950). Pada tahun 1967 Jim Lim belajar teater dan menetap
di Paris. Suyatna Anirun, salah satu aktor dan juga teman Jim
Lim, melanjutkan apa yang sudah dilakukan Jim Lim yaitu
mencampurkan unsur-unsur teater Barat dengan teater etnis.
7. Teater Indonesia Tahun 1980
– 1990-an
Tahun 1980-1990-an situasi politik Indonesia kian
seragam melalui pembentukan lembaga-lembaga
tunggal di tingkat nasional. Ditiadakannya kehidupan
politik kampus sebagai akibat peristiwa Malari 1974.
Dewan-dewan Mahasiswa ditiadakan. Dalam latar situasi
seperti itu lahir beberapa kelompok teater yang sebagian
merupakan produk festival teater. Di Jakarta dikenal
dengan Festival Teater Jakarta (sebelumnya disebut
Festival Teater Remaja). Beberapa jenis festival di
Yogyakarta, di antaranya Festival Seni Pertunjukan
Rakyat yang diselenggarakan Departemen Penerangan
Republik Indonesia (1983). Di Surabaya ada Festival
Drama Lima Kota yang digagas oleh Luthfi
Rahman, Kholiq Dimyati dan Mukid F.
8. Teater Kontemporer
Indonesia
Teater Kontemporer Indonesia mengalami
perkembangan yang sangat membanggakan. Sejak
munculnya eksponen 70 dalam seni teater, kemungkinan
ekspresi artistik dikembangkan dengan gaya khas
masing-masing seniman. Gerakan ini terus berkembang
sejak tahun 80- an sampai saat ini. Konsep dan gaya
baru saling bermunculan. Meksipun seni teater
konvensional tidak pernah mati tetapi teater
eksperimental terus juga tumbuh. Semangat kolaboratif
yang terkandung dalam seni teater dimanfaatkan secara
optimal dengan menggandeng beragam unsur
pertunjukan yang lain. Dengan demikian, wilayah jelajah
ekspresi menjadi semakin luas dan kemungkinan bentuk
garap semakin banyak.
9. PENGERTIAN TEATER
NONTRADISIONAL
Teater non tradisional juga di sebut teater modern ataupun
teater naska. Secara tehnik dan pola pikiran teater modern
mengikuti konsep dan budaya barat.
10. Dalam teater modrn di indonesia
mengenal dua jenis teater:
• Adalah teater
yang bertolak dari
Teater lakon drama yang
konvensional di pentaskan
secara
konvensional
• Adalah teater yang
penuh dengan hal-
Teater hal baru, ide-ide
baru, cara penyajian
kontemporer baru, dan
menggabungkan
antara konsep tradisi
dan konsep barat.
11. UNSUR ESTETIS
PERTUNJUKAN
TEATER
NONTRADISIONAL
Unsur estetis
setting unsur estetis cerita
Unsur estetis alur
Unsur estetis tokoh
cerita
Unsur estetis Unsur estetis
perwatakan perwatakan
12. PESAN MORAL PERTUNJUKAN
TEATER NONTRADISIONAL
Dalam pertunjukan karya teater mengandung pesan
moral yang ingin di sampaikan kepada penonton
khususnya dan masyarakat umumnya. Pesan moral ini si
ketahui melalui cerita yang di pentaskan .
Contoh :
Teater “TOLONG” karya putu wijaya mempunyai peasan
moral tentang realita kebenaran atau kebenaran nyata yang
harus dapat di terima dengan perasaan ikhlas.
14. PENGERTIAN TEATER
Kata teater berasal dari bahasa Yunani Theatron yang
berarti tempat pertunjukan atau tampat untuk
menonton. Jadi, teater adalah tempat pertunjukan.
15. SEJARAH PERKEMBANGAN
TEATER TRADISIONAL
Menurut sejarah Indonesia, teater sudah lama dikenal oleh
masyarakat indonesia yang pada awalnya merupakan
perkembangan dari upacara keagamaan.
Selanjutnya, berkembang menjadi teater-teater yang di
sebut teater tradisional yang dalam perkembangannya
menjadi sasaran hiburan bagi masyarakat dan keperluan
ekspresi seni bagi para seniman.
16. Pengertian Pertunjukan
Tradisional
Teater tradisional adalah merupakan suatu bentuk seni
teater yang berakar dan bersumber dari tradisi
masyarakat lingkungannya.
Ciri-ciri teater tradisional :
1. Tidak ada pengarangnya
2. Tidak ada naskah ceritanya
3. Tempat pertunjukan di lapangan atau tempat yang ramai
4. Para pemainnya menggunakan bakatalamiah dalam
bermain
5. Ceritanya mengambil dari kehidupan masyarakatdaerah
setempat, legenda, ataupun dongeng yang terdapat di
daerah setempat.
17. BENTUK PERTUNJUKAN TEATER
TRADISIONAL
Jenis teater tradisional:
Teater tutur : merupakan suatu teater tradisional yang
ceritanya di ambil dari sastra lisan yang dituturkan dan
dilakukan dengan menyanyi serta diiringi tabuhan.
Teater rakyat : merupakan salah satu teater teater
tradisional yang berkembang dan berakar dari masyarakat
setempat dan di lakukan dengan spontan dan penuh
improvisasi.
Teater klasik : merupakan suatu teater tradisional yang
berkembang dari kerajaan sering di sebut wayang karena
bercerita mengenai jenis wayang
Teater bangsawan : merupakan bentuk teater tradisional
yang mendapat pengaruh dari barat, teater timur teater
tengah, dan teater melayu.
18. Teater-teater daerah
Jawa barat: traling, ogel, topeng cirebon, longser, reeog.
Jakarta : lenong.
Jawa tengah dan jawa timur : ketoprak, wayang
orang, wayang kulit, ludruk, srandul, reog ponorogo.
Bali : sanghyang, barong, arja, kecak.
Riau : makyong
19. Cerita
Alur cerita
Unsur-
unsur
teater
tradisional
Tokoh-tokoh
Latar/seting pada teater
tradisional
Watak/sifat/kar
akter
20. MENUNJUKKAN PESAN MORAL
TEATER TRADISIONAL
NUSANTARA
Pesan moral dari teater tradisional adalah merupakan
suatu pesan yang akan di sampaikan kepada penonton
tentang nilai-nilai kehidupan sebagai mahlik individu dan
makhluk sosial.
contoh moral pada teater tradisional :
Teater dari Bali :
Cerita mengenai Barong
Pesan moral :
Berani melawan kejahatan
Jiwa kepahlawanan
21. Nama anggota:
A. Izzat
abidy A.
Rini dinda Devi nur
A. fatimah
Ninik w. Iis s.
M. Zainul Irena
A. frantika
M.y. Aditia