SlideShare una empresa de Scribd logo
1 de 45
Etika Medik,
Hukum dan
Aturan Praktek
Kedokteran
Abdul Kadir
Adidharma Himawan
Amalia Yuanita Dewanti
Antonius Wahyu Hendrawan
Pendahuluan • Undang-undang Dasar 1945 melindungi
segenap bangsa Indonesia
salah satunya perlindungan terhadap
kesehatan setiap warga negara
• Pasal 28 H ayat (1)Setiap orang berhak
hidup sejahtera lahir dan batin, bertempat
tinggal, dan mendapatkan lingkungan hidup
yang baik dan sehat serta berhak
memperoleh pelayanan kesehatan.”
Praktik kedokteran
rangkaian kegiatan yang dilakukan oleh dokter
terhadap pasien dalam melaksanakan upaya kesehatan
Terdapat hubungan antara dokter dan pasien
Berdasarkan kepercayaan kedua belah pihak
UU 29 Tahun
2004
tentang
Praktik
Kedokteran
• Diundangkan tanggal 6 Oktober 2004
• Berisi 88 pasal perundangan dalam 12 BAB
• Dasar hukum UU 29 tahun 2004 tentang
Praktik Kedokteran, adalah Pasal 20 dan
Pasal 21 ayat (1) Undang-Undang Dasar
Negara Republik Indonesia Tahun 1945
Undang-Undang
Republik
Indonesia
Nomor 29
Tahun 2004
tentang Praktik
Kedokteran
• Pengaturan penyelenggaraan praktik kedokteran
berlandaskan pada asas kenegaraan, keilmuan,
kemanfaatan, kemanusiaan, dan keadilan.
• Keberadaan Undang-undang Nomor 29 Tahun
2004 tentang praktik kedokteran dimaksudkan
untuk:
• Memberikan perlindungan kepada pasien
• Mempertahankan dan meningkatkan mutu
pelayanan medis yang diberikan oleh dokter
dan dokter gigi
• Memberikan kepastian hukum kepada
masyarakat, dokter, dan dokter gigi
Dalam
Undang-
undang ini
diatur :
1. Asas dan tujuan penyelenggaraan praktik kedokteran yang menjadi landasan
yang didasarkan pada nilai ilmiah, manfaat, keadilan, kemanusiaan,
keseimbangan serta perlindungan dan keselamatan pasien;
2. Pembentukan Konsil Kedokteran Indonesia yang terdiri atas Konsil
Kedokteran dan Konsil Kedokteran Gigi disertai susunan organisasi, fungsi,
tugas, dan kewenangan;
3. Registrasi dokter dan dokter gigi;
4. Penyusunan, penetapan, dan pengesahan standar pendidikan profesi dokter
dan dokter gigi;
5. Penyelenggaraan praktik kedokteran;
6. Pembentukan Majelis Kehormatan Disiplin Kedokteran Indonesia;
7. Pembinaan dan pengawasan praktik kedokteran; dan
8. Pengaturan ketentuan pidana.
Nilai ilmiah praktik kedokteran didasarkan pada ilmu pengetahuan dan
teknologi
Manfaat adalah bahwa penyelenggaraan praktik kedokteran harus
memberikan manfaat
Keadilan adalah bahwa penyelenggaraan praktik kedokteran harus
mampu memberikan pelayanan yang adil dan merata
Kemanusiaan adalah bahwa dalam penyelenggaraan praktik kedokteran
memberikan perlakuan yang sama dengan tidak membedakan
• keseimbangan adalah bahwa dalam
penyelenggaraan praktik kedokteran tetap
menjaga keserasian serta keselarasan antara
kepentingan individu dan masyarakat
• perlindungan dan keselamatan pasien adalah
bahwa penyelenggaraan praktik kedokteran tidak
hanya memberikan pelayanan kesehatan semata
Etika Dan Standar
Pelayanan Anestesia
Kode Etik Kedokteran
Indonesia
• Kode Etik kedokteran
Indonesia sebelumnya
disusun tahun 2001,
disahkan IDI tahun 2002,
belum menampung
substansi profesionalisme
dokter dan keselamatan
pasien. Dilakukan berbagai
revisi dan tahun 2012
ditetapkan Kode Etik
Kedokteran Indonesia
(KODEKI) sebagai
pedoman etik bagi dokter
dalam menjalankan
profesi kedokteran.
KEWAJIBAN DOKTER
KEWAJIBAN UMUM (Pasal 1-13)
Pasal 1: Setiap dokter wajib menjunjung tinggi, menghayati dan mengamalkan sumpah dan atau janji dokter.
Pasal 2: Seorang dokter wajib selalu melakukan pengambilan keputusan profesional secara independen, dan
mempertahankan perilaku profesional dalam ukuran yang tertinggi.
Pasal 5: Tiap perbuatan atau nasihat dokter yang mungkin melemahkan daya tahan psikis maupun fisik, wajib
memperoleh persetujuan pasien/ keluarganya dan hanya diberikan untuk kepentingan dan kebaikan pasien tersebut.
KEWAJIBAN DOKTER TERHADAP PASIEN (PASAL 14-17)
Pasal 17: Setiap dokter wajib melakukan pertolongan darurat sebagai wujud tugas peri kemanusiaan, kecuali yakin ada
orang lain bersedia dan mampu memberikannya
KEWAJIBAN DOKTER TERHADAP TEMAN SEJAWAT (PASAL 18-19)
KEWAJIBAN DOKTER TERHADAP DIRI SENDIRI (PASAL 20-21)
SUMPAH DOKTER
•Demi Allah saya bersumpah, bahwa :
1.Saya akan membaktikan hidup saya guna kepentingan perikemanusiaan.
2.Saya akan menjalankan tugas dengan cara yang terhormat dan bersusila sesuai dengan martabat pekerjaan saya sebagai dokter.
3.Saya akan memelihara dengan sekuat tenaga martabat dan tradisi luhur profesi kedokteran.
4.Saya akan merahasiakan segala sesuatu yang saya ketahui karena keprofesian saya.
5.Saya tidak akan menggunakan pengetahuan saya untuk sesuatu yang bertentangan dengan perikemanusiaan, sekalipun diancam.
6.Saya akan menghormati setiap hidup insani mulai saat pembuahan.
7.Saya akan senantiasa mengutamakan kesehatan pasien, dengan memperhatikan kepentingan masyarakat.
8.Saya akan berikhtiar dengan sungguh-sungguh supaya saya tidak terpengaruh oleh pertimbangan keagamaan, kebangsaan, kesukuan, gender,
politik, kedudukan sosial dan jenis penyakit dalam menunaikan kewajiban terhadap pasien.
9.Saya akan memberi kepada guru-guru saya penghormatan dan pernyataan terima kasih yang selayaknya.
10.Saya akan perlakukan teman sejawat saya seperti saudara kandung.
11.Saya akan mentaati dan mengamalkan Kode Etik KedokteranIndonesia.
12.Saya ikrarkan sumpah ini dengan sungguh-sungguh dan dengan mempertaruhkan kehormatan diri saya.
STANDAR PELAYANAN KEDOKTERAN
YANG BAIK
• Seorang dokter wajib mempertahankan standar profesi, integritas moral dan kejujuran intelektual dirinya
sebagai dasar pengambilan keputusan profesional.
• Pengambilan keputusan profesional merupakan kombinasi selaras, serasi dan seimbang antara keputusan
medis teknis dengan keputusan etis yang berasal dari totalitas pelayanan terhadap pasien yang merupakan
perilaku keutamaan profesi.
• Pengambilan keputusan setelah melakukan pemeriksaan dan penilaian yang teliti terhadap pasien dengan
menggunakan standar/pedoman pelayanan kedokteran yang telah diakui secara sah.
• Dalam hal situasi fasilitas pelayanan kesehatan tidak optimal atau kurang memadai untuk mendukung
pelayanan yang diberikan, pengambilan keputusan profesional wajib diwujudkan dalam atau disertai dengan
perilaku profesional terbaik dokter demi kepentingan terbaik pasien.
• Setiap dokter secara sendiri-sendiri maupun bersama melalui organisasi profesi kedokteran wajib
memperjuangkan dipenuhinya fasilitas, sarana dan prasarana sesuai dengan standar minimal dan/atau
pedoman nasional pelayanan kedokteran yang menjamin dipenuhinya keselamatan pasien.
Perbuatan Melemahkan Psikis maupun
Fisik.
• Setiap dokter wajib memberikan informasi memadai dengan jujur dan cara yang santun kepada pasien
dan/atau keluarganya ketika ia akan memberikan tindakan atau obat yang berakibat penurunan daya tahan
fisik pasien walaupun belum tentu menurunkan daya tahan psikisnya.
• Dokter terhadap pasien yang sedang menderita sakit wajib menyampaikan informasi yang dapat
melemahkan kondisi psikis pasien secara patut, teliti dan hati-hati dengan perkataan yang tepat.
• Dokter seyogyanya dilarang berbohong kepada pasiennya yang menderita penyakit berat/parah, kecacatan
atau gangguan kualitas hidup tetapi boleh menahan sebagian informasi yang dapat melemahkan psikis
pasien dan/atau fisiknya.
• Dokter wajib menghormati keinginan pasien yang menolak untuk mendapat informasi mengenai
penyakitnya sendiri atau tindakan/pengobatan dilakukan setelah inform consent.
• Pada saat menggunakan teknologi modern atau baru sebagai modalitas pengobatan, dokter wajib
menjelaskan alasan keharusan memanfaatkan kelebihan dan kekurangan teknologi tersebut dibandingkan
dengan teknologi sejenis sebelumnya.
PELAYANAN ANESTESIOLOGI DAN TERAPI INTENSIF
• Pelayanan anestesiologi dan terapi intensif adalah tindakan medis yang dilakukan oleh dokter spesialis
anestesiologi dalam kerja sama tim meliputi penilaian pra operatif (pra anestesia), intra anestesia dan pasca
anestesia serta pelayanan lain sesuai bidang anestesiologi antara lain terapi intensif, gawat darurat dan
penatalaksanaan nyeri. (permenkes no 519/menkes/PER/III/2011)
1. Pelayanan pra-anestesia
2. Pelayanan intra anestesia
3. Pelayanan pasca-anestesia
4. Pelayanan Kritis
5. Pelayanan Tindakan resusitasi
6. Pelayanan anestesia rawat jalan
7. Pelayanan anesesia regional
8. Pelayanan anestesia regional dalam obstetric
9. Pelayanan anestesia/analgesia di luar kamar operasi
10. Pelayanan penatalaksanaan nyeri (akut dan kronik)
11. Pengelolaan akhir kehidupan
KEWENANGAN KLINIS
• Kewenangan klinis dalam anestesiologi dan terapi intensif diberikan pada dokter
yang telah memenuhi kualifikasi melalui suatu pendidikan formal tentang
bagaimana membuat pasien tidak merasakan nyeri dan meminimalkan stress
selama pembedahan, tindakan obstetrik dan prosedur prosedur tertentu yang
memerlukan anestesia umum, anestesi regional atau dalam pelayanan anestesia
termonitor. Penilaian kinerja kemampuan dan pengelolaan pra-anestesia, selama
anestesia dan paska anestesia merupakan komponen penting dalam praktik
anestesiologi dan terapi intensif.
KATI dan
PERDATIN
• Kolegium Anestesiologi dan Terapi Intensif Indonesia (KATI)
merupakan badan yang independent menetapkan kebijakan,
menyusun, mengevaluasi, merevisi kurikulum pendidikan,
modul pendidikan dan kompetensi yang harus dimiliki oleh
seorang dokter spesialis anestesiologi dan terapi intensif
Indonesia,
• Badan Penguji Nasional KATI menyelenggarakan ujian
anestesiologi nasional tahap awal dan ujian nasional tahap
akhir.
• Sertifikat dari KATI merupakan suatu persyaratan untuk
kewenangan klinis dalam anestesiologi dan terapi intensif,
sementara yang lain menganggap sertifikat hendaknya ada
tetapi tidak mutlak.
• Perhimpunan Dokter Spesialis Anestesiologi dan Terapi
Intensif Indonesia (PERDATIN) merupakan wadah profesi
dokter spesialis anestesiologi dan terapi intensif.
STANDARD KOMPETENSI PELAYANAN:
1. Mampu melakukan anestesia dan analgesia sesuai dengan standard pelayanan anestesia yang ditetapkan oleh
PERDATIN Pusat dan Cabang dan yang berlaku di insitusi / Rumah Sakit.
2. Mampu melakukan anestesia umum inhalasi, balans, intravena total.
3. Mampu melakukan anestesia regional, spinal, epidural, blok pleksus syaraf.
4. Mampu mengelola anestesia pada bedah digesif, ortopedi, urologi, plasic, onkologi, THT, mata, ginekologi.
5. Mampu mengelola anestesia obstetrik.
6. Mampu mengelola anestesia bedah pediatri pada kasus kasus tertentu.
7. Mampu mengelola anestesia bedah syaraf pada kasus kasus tertentu.
8. Mampu mengelola pasien diruang pulih.
9. Mampu mengelola anestesia bedah paru dan bedah jantung tertutup.
10. Mengetahui pengelolaan anetesia bedah jantung terbuka.
11. Mampu mengelola pasien di ICU dan HCU.
12. Mampu mengelola anestesia rawat jalan.
13. Mampu mengelola anestesia pada prosedur diluar kamar operasi (misal radioterapi, MRI, CTScan kasus pediatri).
14. Mampu mengelola nyeri akut paska bedah, nyeri membandel.
STANDARD KETERAMPILAN
1. Mampu memasang kanul arteri, kateter vena sentral, pipa nasogastrik.
2. Mampu melakukan intubasi endotrakeal, pemasangan Laryngeal Mask Airway (LMA).
3. Mampu mengatur posisi pasien.
4. Mampu melakukan pemeliharaan trias-anestesi selama operasi.
5. Mampu memasang dan menginterprestasikan hasil monitor fungsi vital.
6. Mampu mengelola kelaikan mesin anestesia dan venilator.
7. Mampu mengelola pernafasan pasien secara manual dan venilasi mekanik.
8. mampu mengelola terapi cairan, transfusi, nutrisi, penggunaan obat-obat inotropik, dan
kontrol aritmia.
STANDARD MEMPERTAHANKAN DAN
MENINGKATKAN KOMPETENSI.
Program Pendidikan Berkelanjutan; Pendidikan dan Pelaihan Kedokteran
Berkelanjutan (P2KB) telah disusun oleh PERDATIN
1. Mengikui acara acara ilmiah dan Continuing Professional Development (CPD) yang
diselenggarakan PERDATIN atau Perhimpunan Profesi lain.
2. Mampu menganalisis makalah ilmiah.
3. Mampu melakukan peneliian ilmiah.
4. Mampu membuat tulisan ilmiah.
STANDARD ETIK MEDIKOLEGAL
1. Mematuhi sumpah dokter.
2. Mematuhi KODEKI, Pedoman Etik Profesi Dokter Spesialis Anestesiologi dan
Reanimasi Indonesia.
3. Mematuhi Undang undang dan Peraturan Departemen Kesehatan berkaitan
dengan pelayanan anestesiologi dan terapi intensif.
4. Mampu melakukan kemitraan kolaborasi dengan pasien atau keluarganya, disiplin
lain dan sesama dokter spesialis anestesiologi dan terapi intensif.
PEDOMAN
TENTANG MITRA
BESTARI BIDANG
ANESTESIOLOGI
DAN TERAPI
INTENSIF
• mitra bestari adalah orang-orang yang berprakik
dalam profesi yang sama, yang mempunyai
keahlian dalam bidang yang akan dievaluasi.
• Terdiri dari para dokter spesialis anestesiologi dan
terapi intensif.
• Untuk dapat dipilih sebagai mitra bestari di
Rumah Sakit tersebut, yang bersangkutan harus
melalui proses penapisan oleh Rumah Sakit
tersebut.
• Rumah Sakit dapat membuat daftar mitra bestari
sesuai dengan jumlah yang dibutuhkannya, untuk
kemudian pada saat dibutuhkan perannya,
komite medis dapat membuat paniia adhoc yang
terdiri dari mitra bestari yang diambil dari datar
tersebut.
KEWENANGAN KLINIS (CLINICAL PRIVILEGES)
Core Privilages
Penyakit tanpa penyulit/resiko rendah,
status fisik ASA I dan 2
Penyakit prosedur yang kompleks namun
tidak ada penyakit penyerta yang
mengancam nyama (Status fisik ASA 1 dan
ASA 2)
Penyakit/Prosedur yang kompleks dan
potensial mengancam nyawa (Pasien
bedah resiko tinggi)
Spesific Previlages
Subspesialisasi Anestesi Kardiovaskular,
Subspesialisasi Anestesia Regional,
Subspesialisasi Anestesia Bedah Anak,
Subspesialis Intensive Care,
Subspesialisasi Neuroanestesia dan
neurocical care,
subspesialisasi manajemen nyeri
Kaidah Dasar Bioetik
Beneficence
• Kewajiban untuk bertindak demi kepentingan
pasien.
• Tidak mementingkan diri sendiri.
• Berbuat baik
• Kemurahan hati
• Menekankan tindakan yang mempunyai sisi
baik lebih besar dibandingkan sisi buruknya
Nonmaleficence
• Primum non nocere (First, do no harm), jangan
mencederai ataupun merugikan
• Pastikan bahwa prosedur tidak membahayakan pasien
maupun orang disekitarnya
• Dalam praktik, sering kali kita menghadapi dimana
tindakan medis yang dilakukan, baik untuk diagnosis
maupun terapi, menimbulkan efek yang tidak
menyenangkan
• Jika kita tidak bisa berbuat baik kepada pasien, paling
tidak kita tidak merugikannya.
Autonomy
• Dokter berkewajiban menyarankan kepada pasien
untuk memilih tindakan medis yang akan dilakukan
• Keputusan mengenai tindakan medis adalah hak
pasien
• Agar pasien dapat mengambil keputusan sepenuhnya
berdasarkan informasi, ia harus memahami semua
resiko maupun manfaatnya
Justice
• Mengandalkan prinsip keadilan dan kesetaraan
• Tidak mendiskriminasi pasien
• Perbedaan yang mungkin adalah dalam hal
fasilitas, namun tidak dalam hal pengobatan
dan perawatan
• Distributive justice adalah kesetaraan distribusi
/ pemerataan sumber daya kesehatan.
Omnibus Law
Kesehatan
DRAFT REVISI “UU
29/2004
Tentang PRAKTIK
KEDOKTERAN
Juni-Juli
2022
DRAFT RUU KESEHATAN (metode OMNIBUS)
Dengan mencabut (11 UU Profesi &Kesehatan):
a.l. UU Praktik Kedokteran (UU 29/2004)
UU Tenaga Kesehatan (
UU Keperawatan (UU 38/2014)
UU Kebidanan UU 4/2019)
UU BPJS dll..
Agustus-
September
2022
KONPRENSI PERS 5 OP+YLKI :
28, September 2022(IDI,PDGI,PPNI,IBI,IAI
YLKI) di Kantor PB IDI :
Menolak RUU Kesehatan (OBL)
- tidak transparan & tidak mengikutkan stakeholder
- berpotensi tidak melindungi masyarakat
- menghilangkan peran organisai profesi
- sentralisasi pengaturan praktek profesi pada pemerintah
(etika, disiplin, STR dll.)
- mengambil alih/menempatkan KKI dibawah Menteri (bukan
dibawah Presiden)
BADAN LEGISLATIF (BALEG) : DPR
Mengundang RDPU dengan BALEG
(IDI, PDGI,PPNI,IBI,IAI) : 3 Oktober 2022
PENJELASAN BALEG –DPRRI
3 Oktober 2022
 RUU Omnibus KESEHATAN yang beredar tidak jelas
sumbernya (bukan dari DPR/Pemerintah) ??
 Saat ini RUU Kesehatan sedang dalam rencana
penyusunan : perlu masukan dari “stakeholder”
 Akan dilakukan RDPU dengan semua stakeholder
Rapat Dengar Pendapat Umum (RDPU) denga OP &
Stakeholder lain(BPJS dll) : Oktober- November 2022
Apa itu Omnibus Law?
Salah satu metode atau konsep yang membuat atau menyusun
aturan dengan cara menggabungkan subtansi pengaturan yang
berbeda-beda.
Tujuan
Omnibus Law
Metode omnibus sebagaimana dimaksud pada
Undang-Undang No. 13/2022 adalah merupakan
metode penyusunan Peraturan Perundang-undangan
dengan:
a. memuat materi muatan baru;
b. mengubah materi muatan yang memiliki
keterkaitan dan/atau kebutuhan hukum yang
diatur dalam berbagai Peraturan Perundang-
undangan yang jenis dan hierarkinya sama;
dan/atau
c. mencabut Peraturan Perundang-undangan yang
jenis dan hierarkinya sama,
dengan menggabungkannya ke dalam satu Peraturan
Perundang-undangan untuk mencapai tujuan
tertentu.
Undang-Undang Tentang Kesehatan
1. Undang-Undang No. 4/1984 tentang Wabah
2. Undang-Undang No. 29/2004 tentang Praktik Kedokteran
3. Undang-Undang No. 36/2009 tentang Kesehatan
4. Undang-Undang No. 44/2009 tentang Rumah Sakit,
5. Undang-Undang No. 18/2014 tentang Kesehatan Jiwa
6. Undang-Undang No. 36/2014 tentang Tenaga Kesehatan
7. Undang-Undang No. 38/2014 tentang Keperawatan
8. Undang-Undang No. 6/2018 tentang Kekarantinaan Kesehatan
9. Undang-Undang No. 4/2019 tentang Kebidanan.
Isi Omnibus Law Kesehatan
• Teknologi Kesehatan
• Wabah Penyakit Penular
• Pendanaan Kesehatan
• Komite Kebijakan Sektor Kesehatan
• Peran serta Masyarakat
• Pembinaan dan Pengawasan
• Penyidikan
• Ketentuan Pidana
• Ketentuan Peralihan
• Ketentuan Penutup
• Ketentuan Umum
• Hak dan Kewajiban
• Tanggung Jawab Pemerintah Pusat dan
Daerah
• Penyelenggaraan Kesehatan
• Upaya Kesehatan
• Fasilitas Pelayanan Kesehatan
• Tenaga Kesehatan
• Perbekalan Kesehatan
• Ketahanan Kefarmasian dan Alat
Kesehatan
• Sistem Informasi Kesehatan
Poin-poin yang menjadi ISU
1. Definisi Organisasi profesi mengacu pada Pasal 1 item 16 UU Tenaga Kesehatan, tidak ada kata-kata satu profesi satu
organisasi  dapat timbul banyak organisasi dalam satu profesi
2. Pasal 58 ayat (2) dihilangkan: Tuntutan ganti rugi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak berlaku bagi tenaga
kesehatan yang melakukan tindakan penyelamatan nyawa atau pencegahan kecacatan seseorang dalam keadaan
darurat.
3. Tidak ada keterlibatan Organisasi Profesi dalam Pendayagunaan Nakes WNA lulusan LN dan WNI lulusa LN Ke LN.
4. Terdapat perubahan dari peraturan perundangan sebelumnya menjadi Uji kompetensi nasional bagi mahasiswa
pendidikan vokasi dan profesi dilaksanakan oleh institusi pendidikan nakes bekerja sama dengan Kementerian
Pendidikan dan Kementerian Kesehatan. Kolegium yang tidak terlibat dalam ujian kompetensi nasional
5. Belum jelasnya syarat , kriteria , kedudukan, kewenangan, tugas dan fungsi RS Pendidikan dalam penyelengaraan
Pendidikan Profesi Dokter Spesialis dan perumusan dalam peraturan perundangan turunannya.
6. Nakes WNA lulusan LN yg telah berpraktik lebih 5 tahun atau pakar bidang unggulan tertentu dievaluasi
kompetensinya dengan penilaian portofolio. Evaluasi kompetensi diatur dalam Peraturan Menteri
Poin-poin yang menjadi ISU
8. Nakes asing dapat praktik di Indonesia dalam rangka investasi atau non investasi dengan
ketentuan terdapat permintaan dari pengguna Nakes WNA , dalam rangka alih teknologi dan
ilmu pengetahuan, selama 3 tahun dan dapat diperpanjang, ber-STR dan ber-SIP.
9. STR dan SIP adaptasi diterbitkan pemerintah, STR sementara diatur dalam Peraturan Menteri.
STR berlaku tanpa batas waktu berpotensi tidak ada monitoring dan evaluasi kompetensi
yang berisiko utk keselamatan pasien. Administrasi terakumulasi di Kemenkes
10.KKI dan Konsil Nakes Indonesia berkedudukan di bawah Menteri dan bertanggung jawab
kepada Menteri dan Pimpinan Konsil ditunjuk oleh Menteri ( 1 Ketua dan 4 Wakil Ketua).
Anggota KKI berasal dari kalangan dokter dan dokter gigi , kalangan pemerintah dan
masyarakat. KKI dan Konsil Drg Indonesia ditetapkan dengan Keputusan Menteri.
Independensi konsil melemah
11. dan lain-lain ..
AKSI DAMAI 28 November 2022
Dalam daftar 39 RUU Prioritas Tahun
2023, terdapat yang berhubungan
dengan Kesehatan, antara lain:
• (12) Rancangan Undang-Undang
Perubahan atas Undang-Undang
Tahun 2013 tentang Pendidikan
• (18) Rancangan Undang-Undang
Kesehatan (Omnibus Law) Dalam
Perubahan Ketiga 2020-2024
Undang-Undang tentang Sistem
Nasional)
Daftar Pustaka
 Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 519/MENKES/PER/III/2011 tentang Pedoman
Penyelenggaraan Pelayanan Anestesiologi Dan Terapi Intensif Di Rumah Sakit , 2011.
 Tutuko B, Raharjo E, Marsaban A, Mulyono I, Margarita N, Herkutanto, Pedoman Penjabaran
Kewenangan Klinis Anestesiologi Dan Terapi Intensif Indonesia. Jakarta : Perdatin. 2012.
 Purwadianto A, Soetedjo, Gunawan S, Budiningsih Y, Prawiroharjo P, Firmansyah A. Kode Etik
Kedokteran Indonesia. Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia. 2012
 Joint Commision International. Joint commission international accreditation sstandarts for hospital.
5 th edition, Joint Commision International. 2013.

Más contenido relacionado

Similar a etika hukum praktik kedokteran.pptx

KODE ETIK KEDOKTERAN INDONESIA (KODEKI).pptx
KODE ETIK KEDOKTERAN INDONESIA (KODEKI).pptxKODE ETIK KEDOKTERAN INDONESIA (KODEKI).pptx
KODE ETIK KEDOKTERAN INDONESIA (KODEKI).pptxhadi922186
 
Kode etik
Kode etikKode etik
Kode etiktiansa
 
1-1 dr. Husaini, Sp.PD ETIK Dan PATIENT SAFETY IMEC VI.pdf
1-1 dr. Husaini, Sp.PD ETIK Dan PATIENT SAFETY IMEC VI.pdf1-1 dr. Husaini, Sp.PD ETIK Dan PATIENT SAFETY IMEC VI.pdf
1-1 dr. Husaini, Sp.PD ETIK Dan PATIENT SAFETY IMEC VI.pdfPandutNdut
 
Etika legal tindakan keperawatan By : IHSAN KURNIAWAN S.Kep., Ns., M.K.M
Etika legal tindakan keperawatan By : IHSAN KURNIAWAN S.Kep., Ns., M.K.MEtika legal tindakan keperawatan By : IHSAN KURNIAWAN S.Kep., Ns., M.K.M
Etika legal tindakan keperawatan By : IHSAN KURNIAWAN S.Kep., Ns., M.K.MIHSANASSHOUMI
 
Hak dan-kewajiban-pasien
Hak dan-kewajiban-pasienHak dan-kewajiban-pasien
Hak dan-kewajiban-pasienChandra Crew
 
Ppt. mall praktek
Ppt. mall praktekPpt. mall praktek
Ppt. mall praktekMelda RD
 
Kode etik-kedokteran
Kode etik-kedokteranKode etik-kedokteran
Kode etik-kedokteranResa Isnandia
 
Dimasz putra onasis ETIKA KEP. KLP 2.pptx
Dimasz putra onasis ETIKA KEP.  KLP 2.pptxDimasz putra onasis ETIKA KEP.  KLP 2.pptx
Dimasz putra onasis ETIKA KEP. KLP 2.pptxdimaszkodim
 
Praktik mandiri keperawatan
Praktik mandiri keperawatanPraktik mandiri keperawatan
Praktik mandiri keperawatanSandra Aja
 
ASPEK MEDIKOLEGAL DALAM OBSETRIK & GINEKOLOGI
ASPEK MEDIKOLEGAL DALAM OBSETRIK & GINEKOLOGIASPEK MEDIKOLEGAL DALAM OBSETRIK & GINEKOLOGI
ASPEK MEDIKOLEGAL DALAM OBSETRIK & GINEKOLOGIMuhammad Nasrullah
 
Kb1 etik dan legal praktik keperawatan pasien dengan prosedur sd
Kb1 etik dan legal praktik keperawatan pasien dengan prosedur sdKb1 etik dan legal praktik keperawatan pasien dengan prosedur sd
Kb1 etik dan legal praktik keperawatan pasien dengan prosedur sdpjj_kemenkes
 
ETIKA KEPERAWATAN Oleh YUNIAR MANSYE SOELI
ETIKA KEPERAWATAN Oleh YUNIAR MANSYE SOELIETIKA KEPERAWATAN Oleh YUNIAR MANSYE SOELI
ETIKA KEPERAWATAN Oleh YUNIAR MANSYE SOELIDnr Creatives
 

Similar a etika hukum praktik kedokteran.pptx (20)

KODE ETIK KEDOKTERAN INDONESIA (KODEKI).pptx
KODE ETIK KEDOKTERAN INDONESIA (KODEKI).pptxKODE ETIK KEDOKTERAN INDONESIA (KODEKI).pptx
KODE ETIK KEDOKTERAN INDONESIA (KODEKI).pptx
 
Etika dan Hukum Kesehatan
Etika dan Hukum KesehatanEtika dan Hukum Kesehatan
Etika dan Hukum Kesehatan
 
Kode etik
Kode etikKode etik
Kode etik
 
62500039 kodeki
62500039 kodeki62500039 kodeki
62500039 kodeki
 
Etika Dan Hukum Dalam Keperawatan Gadar
Etika Dan Hukum Dalam Keperawatan GadarEtika Dan Hukum Dalam Keperawatan Gadar
Etika Dan Hukum Dalam Keperawatan Gadar
 
1-1 dr. Husaini, Sp.PD ETIK Dan PATIENT SAFETY IMEC VI.pdf
1-1 dr. Husaini, Sp.PD ETIK Dan PATIENT SAFETY IMEC VI.pdf1-1 dr. Husaini, Sp.PD ETIK Dan PATIENT SAFETY IMEC VI.pdf
1-1 dr. Husaini, Sp.PD ETIK Dan PATIENT SAFETY IMEC VI.pdf
 
Etika legal tindakan keperawatan By : IHSAN KURNIAWAN S.Kep., Ns., M.K.M
Etika legal tindakan keperawatan By : IHSAN KURNIAWAN S.Kep., Ns., M.K.MEtika legal tindakan keperawatan By : IHSAN KURNIAWAN S.Kep., Ns., M.K.M
Etika legal tindakan keperawatan By : IHSAN KURNIAWAN S.Kep., Ns., M.K.M
 
Hak dan-kewajiban-pasien
Hak dan-kewajiban-pasienHak dan-kewajiban-pasien
Hak dan-kewajiban-pasien
 
Ppt. mall praktek
Ppt. mall praktekPpt. mall praktek
Ppt. mall praktek
 
DOKTER_KELUARGA.pptx
DOKTER_KELUARGA.pptxDOKTER_KELUARGA.pptx
DOKTER_KELUARGA.pptx
 
Kode etik-kedokteran
Kode etik-kedokteranKode etik-kedokteran
Kode etik-kedokteran
 
Dimasz putra onasis ETIKA KEP. KLP 2.pptx
Dimasz putra onasis ETIKA KEP.  KLP 2.pptxDimasz putra onasis ETIKA KEP.  KLP 2.pptx
Dimasz putra onasis ETIKA KEP. KLP 2.pptx
 
Pedoman pelayan pasien
Pedoman pelayan pasienPedoman pelayan pasien
Pedoman pelayan pasien
 
Praktik mandiri keperawatan
Praktik mandiri keperawatanPraktik mandiri keperawatan
Praktik mandiri keperawatan
 
ASPEK MEDIKOLEGAL DALAM OBSETRIK & GINEKOLOGI
ASPEK MEDIKOLEGAL DALAM OBSETRIK & GINEKOLOGIASPEK MEDIKOLEGAL DALAM OBSETRIK & GINEKOLOGI
ASPEK MEDIKOLEGAL DALAM OBSETRIK & GINEKOLOGI
 
Etik medikolegal pain management
Etik medikolegal pain managementEtik medikolegal pain management
Etik medikolegal pain management
 
Kb1 etik dan legal praktik keperawatan pasien dengan prosedur sd
Kb1 etik dan legal praktik keperawatan pasien dengan prosedur sdKb1 etik dan legal praktik keperawatan pasien dengan prosedur sd
Kb1 etik dan legal praktik keperawatan pasien dengan prosedur sd
 
Bu srtin
Bu srtinBu srtin
Bu srtin
 
Uu kesehatan
Uu kesehatanUu kesehatan
Uu kesehatan
 
ETIKA KEPERAWATAN Oleh YUNIAR MANSYE SOELI
ETIKA KEPERAWATAN Oleh YUNIAR MANSYE SOELIETIKA KEPERAWATAN Oleh YUNIAR MANSYE SOELI
ETIKA KEPERAWATAN Oleh YUNIAR MANSYE SOELI
 

Último

BUKU FAKTA SEJARAH :Pangeran Heru Arianataredja (keturunan Sultan Sepuh III S...
BUKU FAKTA SEJARAH :Pangeran Heru Arianataredja (keturunan Sultan Sepuh III S...BUKU FAKTA SEJARAH :Pangeran Heru Arianataredja (keturunan Sultan Sepuh III S...
BUKU FAKTA SEJARAH :Pangeran Heru Arianataredja (keturunan Sultan Sepuh III S...Indra Wardhana
 
PENANGANAN PELANGGARAN PEMILU TAHUN 2024.pptx
PENANGANAN PELANGGARAN PEMILU TAHUN 2024.pptxPENANGANAN PELANGGARAN PEMILU TAHUN 2024.pptx
PENANGANAN PELANGGARAN PEMILU TAHUN 2024.pptxmuhammadarsyad77
 
HAK PATEN yang merupakan salah satu bagian dari HAKI
HAK PATEN yang merupakan salah satu bagian dari HAKIHAK PATEN yang merupakan salah satu bagian dari HAKI
HAK PATEN yang merupakan salah satu bagian dari HAKIdillaayuna
 
HUKUM PERDATA di Indonesia (dasar-dasar Hukum Perdata)
HUKUM PERDATA di Indonesia (dasar-dasar Hukum Perdata)HUKUM PERDATA di Indonesia (dasar-dasar Hukum Perdata)
HUKUM PERDATA di Indonesia (dasar-dasar Hukum Perdata)ErhaSyam
 
2. MACAM MACAM KORBAN.ppt Materi Kuliah Hukum Viktimologi
2. MACAM MACAM KORBAN.ppt Materi Kuliah Hukum Viktimologi2. MACAM MACAM KORBAN.ppt Materi Kuliah Hukum Viktimologi
2. MACAM MACAM KORBAN.ppt Materi Kuliah Hukum ViktimologiSaktaPrwt
 
interpretasi literal and purposive .pptx
interpretasi literal and purposive .pptxinterpretasi literal and purposive .pptx
interpretasi literal and purposive .pptxekahariansyah96
 
UU-HKPD-Bahan-Sosialisasi-UU-No-1-tahun-2022-HKPD.pdf
UU-HKPD-Bahan-Sosialisasi-UU-No-1-tahun-2022-HKPD.pdfUU-HKPD-Bahan-Sosialisasi-UU-No-1-tahun-2022-HKPD.pdf
UU-HKPD-Bahan-Sosialisasi-UU-No-1-tahun-2022-HKPD.pdfSumardi Arahbani
 
pdf-makalah-manusia-nilai-moral-hukum.docx
pdf-makalah-manusia-nilai-moral-hukum.docxpdf-makalah-manusia-nilai-moral-hukum.docx
pdf-makalah-manusia-nilai-moral-hukum.docxINTANAMALINURAWALIA
 
1. TTT - AKKP (Pindaan 2022) dan AKJ (Pemansuhan 2022) (1A) (1).pptx
1. TTT - AKKP (Pindaan 2022) dan AKJ (Pemansuhan 2022) (1A) (1).pptx1. TTT - AKKP (Pindaan 2022) dan AKJ (Pemansuhan 2022) (1A) (1).pptx
1. TTT - AKKP (Pindaan 2022) dan AKJ (Pemansuhan 2022) (1A) (1).pptxmohamadhafiz651
 
BENTUK NEGARA ,BENTUK PEMERINTAHAN DAN SISTEM PEMERINTAHAN
BENTUK NEGARA ,BENTUK PEMERINTAHAN DAN SISTEM PEMERINTAHANBENTUK NEGARA ,BENTUK PEMERINTAHAN DAN SISTEM PEMERINTAHAN
BENTUK NEGARA ,BENTUK PEMERINTAHAN DAN SISTEM PEMERINTAHANharri34
 

Último (10)

BUKU FAKTA SEJARAH :Pangeran Heru Arianataredja (keturunan Sultan Sepuh III S...
BUKU FAKTA SEJARAH :Pangeran Heru Arianataredja (keturunan Sultan Sepuh III S...BUKU FAKTA SEJARAH :Pangeran Heru Arianataredja (keturunan Sultan Sepuh III S...
BUKU FAKTA SEJARAH :Pangeran Heru Arianataredja (keturunan Sultan Sepuh III S...
 
PENANGANAN PELANGGARAN PEMILU TAHUN 2024.pptx
PENANGANAN PELANGGARAN PEMILU TAHUN 2024.pptxPENANGANAN PELANGGARAN PEMILU TAHUN 2024.pptx
PENANGANAN PELANGGARAN PEMILU TAHUN 2024.pptx
 
HAK PATEN yang merupakan salah satu bagian dari HAKI
HAK PATEN yang merupakan salah satu bagian dari HAKIHAK PATEN yang merupakan salah satu bagian dari HAKI
HAK PATEN yang merupakan salah satu bagian dari HAKI
 
HUKUM PERDATA di Indonesia (dasar-dasar Hukum Perdata)
HUKUM PERDATA di Indonesia (dasar-dasar Hukum Perdata)HUKUM PERDATA di Indonesia (dasar-dasar Hukum Perdata)
HUKUM PERDATA di Indonesia (dasar-dasar Hukum Perdata)
 
2. MACAM MACAM KORBAN.ppt Materi Kuliah Hukum Viktimologi
2. MACAM MACAM KORBAN.ppt Materi Kuliah Hukum Viktimologi2. MACAM MACAM KORBAN.ppt Materi Kuliah Hukum Viktimologi
2. MACAM MACAM KORBAN.ppt Materi Kuliah Hukum Viktimologi
 
interpretasi literal and purposive .pptx
interpretasi literal and purposive .pptxinterpretasi literal and purposive .pptx
interpretasi literal and purposive .pptx
 
UU-HKPD-Bahan-Sosialisasi-UU-No-1-tahun-2022-HKPD.pdf
UU-HKPD-Bahan-Sosialisasi-UU-No-1-tahun-2022-HKPD.pdfUU-HKPD-Bahan-Sosialisasi-UU-No-1-tahun-2022-HKPD.pdf
UU-HKPD-Bahan-Sosialisasi-UU-No-1-tahun-2022-HKPD.pdf
 
pdf-makalah-manusia-nilai-moral-hukum.docx
pdf-makalah-manusia-nilai-moral-hukum.docxpdf-makalah-manusia-nilai-moral-hukum.docx
pdf-makalah-manusia-nilai-moral-hukum.docx
 
1. TTT - AKKP (Pindaan 2022) dan AKJ (Pemansuhan 2022) (1A) (1).pptx
1. TTT - AKKP (Pindaan 2022) dan AKJ (Pemansuhan 2022) (1A) (1).pptx1. TTT - AKKP (Pindaan 2022) dan AKJ (Pemansuhan 2022) (1A) (1).pptx
1. TTT - AKKP (Pindaan 2022) dan AKJ (Pemansuhan 2022) (1A) (1).pptx
 
BENTUK NEGARA ,BENTUK PEMERINTAHAN DAN SISTEM PEMERINTAHAN
BENTUK NEGARA ,BENTUK PEMERINTAHAN DAN SISTEM PEMERINTAHANBENTUK NEGARA ,BENTUK PEMERINTAHAN DAN SISTEM PEMERINTAHAN
BENTUK NEGARA ,BENTUK PEMERINTAHAN DAN SISTEM PEMERINTAHAN
 

etika hukum praktik kedokteran.pptx

  • 1. Etika Medik, Hukum dan Aturan Praktek Kedokteran Abdul Kadir Adidharma Himawan Amalia Yuanita Dewanti Antonius Wahyu Hendrawan
  • 2. Pendahuluan • Undang-undang Dasar 1945 melindungi segenap bangsa Indonesia salah satunya perlindungan terhadap kesehatan setiap warga negara • Pasal 28 H ayat (1)Setiap orang berhak hidup sejahtera lahir dan batin, bertempat tinggal, dan mendapatkan lingkungan hidup yang baik dan sehat serta berhak memperoleh pelayanan kesehatan.”
  • 3. Praktik kedokteran rangkaian kegiatan yang dilakukan oleh dokter terhadap pasien dalam melaksanakan upaya kesehatan Terdapat hubungan antara dokter dan pasien Berdasarkan kepercayaan kedua belah pihak
  • 4. UU 29 Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran • Diundangkan tanggal 6 Oktober 2004 • Berisi 88 pasal perundangan dalam 12 BAB • Dasar hukum UU 29 tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran, adalah Pasal 20 dan Pasal 21 ayat (1) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945
  • 5. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 29 Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran • Pengaturan penyelenggaraan praktik kedokteran berlandaskan pada asas kenegaraan, keilmuan, kemanfaatan, kemanusiaan, dan keadilan. • Keberadaan Undang-undang Nomor 29 Tahun 2004 tentang praktik kedokteran dimaksudkan untuk: • Memberikan perlindungan kepada pasien • Mempertahankan dan meningkatkan mutu pelayanan medis yang diberikan oleh dokter dan dokter gigi • Memberikan kepastian hukum kepada masyarakat, dokter, dan dokter gigi
  • 6. Dalam Undang- undang ini diatur : 1. Asas dan tujuan penyelenggaraan praktik kedokteran yang menjadi landasan yang didasarkan pada nilai ilmiah, manfaat, keadilan, kemanusiaan, keseimbangan serta perlindungan dan keselamatan pasien; 2. Pembentukan Konsil Kedokteran Indonesia yang terdiri atas Konsil Kedokteran dan Konsil Kedokteran Gigi disertai susunan organisasi, fungsi, tugas, dan kewenangan; 3. Registrasi dokter dan dokter gigi; 4. Penyusunan, penetapan, dan pengesahan standar pendidikan profesi dokter dan dokter gigi; 5. Penyelenggaraan praktik kedokteran; 6. Pembentukan Majelis Kehormatan Disiplin Kedokteran Indonesia; 7. Pembinaan dan pengawasan praktik kedokteran; dan 8. Pengaturan ketentuan pidana.
  • 7. Nilai ilmiah praktik kedokteran didasarkan pada ilmu pengetahuan dan teknologi Manfaat adalah bahwa penyelenggaraan praktik kedokteran harus memberikan manfaat Keadilan adalah bahwa penyelenggaraan praktik kedokteran harus mampu memberikan pelayanan yang adil dan merata Kemanusiaan adalah bahwa dalam penyelenggaraan praktik kedokteran memberikan perlakuan yang sama dengan tidak membedakan
  • 8. • keseimbangan adalah bahwa dalam penyelenggaraan praktik kedokteran tetap menjaga keserasian serta keselarasan antara kepentingan individu dan masyarakat • perlindungan dan keselamatan pasien adalah bahwa penyelenggaraan praktik kedokteran tidak hanya memberikan pelayanan kesehatan semata
  • 10. Kode Etik Kedokteran Indonesia • Kode Etik kedokteran Indonesia sebelumnya disusun tahun 2001, disahkan IDI tahun 2002, belum menampung substansi profesionalisme dokter dan keselamatan pasien. Dilakukan berbagai revisi dan tahun 2012 ditetapkan Kode Etik Kedokteran Indonesia (KODEKI) sebagai pedoman etik bagi dokter dalam menjalankan profesi kedokteran.
  • 11. KEWAJIBAN DOKTER KEWAJIBAN UMUM (Pasal 1-13) Pasal 1: Setiap dokter wajib menjunjung tinggi, menghayati dan mengamalkan sumpah dan atau janji dokter. Pasal 2: Seorang dokter wajib selalu melakukan pengambilan keputusan profesional secara independen, dan mempertahankan perilaku profesional dalam ukuran yang tertinggi. Pasal 5: Tiap perbuatan atau nasihat dokter yang mungkin melemahkan daya tahan psikis maupun fisik, wajib memperoleh persetujuan pasien/ keluarganya dan hanya diberikan untuk kepentingan dan kebaikan pasien tersebut. KEWAJIBAN DOKTER TERHADAP PASIEN (PASAL 14-17) Pasal 17: Setiap dokter wajib melakukan pertolongan darurat sebagai wujud tugas peri kemanusiaan, kecuali yakin ada orang lain bersedia dan mampu memberikannya KEWAJIBAN DOKTER TERHADAP TEMAN SEJAWAT (PASAL 18-19) KEWAJIBAN DOKTER TERHADAP DIRI SENDIRI (PASAL 20-21)
  • 12. SUMPAH DOKTER •Demi Allah saya bersumpah, bahwa : 1.Saya akan membaktikan hidup saya guna kepentingan perikemanusiaan. 2.Saya akan menjalankan tugas dengan cara yang terhormat dan bersusila sesuai dengan martabat pekerjaan saya sebagai dokter. 3.Saya akan memelihara dengan sekuat tenaga martabat dan tradisi luhur profesi kedokteran. 4.Saya akan merahasiakan segala sesuatu yang saya ketahui karena keprofesian saya. 5.Saya tidak akan menggunakan pengetahuan saya untuk sesuatu yang bertentangan dengan perikemanusiaan, sekalipun diancam. 6.Saya akan menghormati setiap hidup insani mulai saat pembuahan. 7.Saya akan senantiasa mengutamakan kesehatan pasien, dengan memperhatikan kepentingan masyarakat. 8.Saya akan berikhtiar dengan sungguh-sungguh supaya saya tidak terpengaruh oleh pertimbangan keagamaan, kebangsaan, kesukuan, gender, politik, kedudukan sosial dan jenis penyakit dalam menunaikan kewajiban terhadap pasien. 9.Saya akan memberi kepada guru-guru saya penghormatan dan pernyataan terima kasih yang selayaknya. 10.Saya akan perlakukan teman sejawat saya seperti saudara kandung. 11.Saya akan mentaati dan mengamalkan Kode Etik KedokteranIndonesia. 12.Saya ikrarkan sumpah ini dengan sungguh-sungguh dan dengan mempertaruhkan kehormatan diri saya.
  • 13. STANDAR PELAYANAN KEDOKTERAN YANG BAIK • Seorang dokter wajib mempertahankan standar profesi, integritas moral dan kejujuran intelektual dirinya sebagai dasar pengambilan keputusan profesional. • Pengambilan keputusan profesional merupakan kombinasi selaras, serasi dan seimbang antara keputusan medis teknis dengan keputusan etis yang berasal dari totalitas pelayanan terhadap pasien yang merupakan perilaku keutamaan profesi. • Pengambilan keputusan setelah melakukan pemeriksaan dan penilaian yang teliti terhadap pasien dengan menggunakan standar/pedoman pelayanan kedokteran yang telah diakui secara sah. • Dalam hal situasi fasilitas pelayanan kesehatan tidak optimal atau kurang memadai untuk mendukung pelayanan yang diberikan, pengambilan keputusan profesional wajib diwujudkan dalam atau disertai dengan perilaku profesional terbaik dokter demi kepentingan terbaik pasien. • Setiap dokter secara sendiri-sendiri maupun bersama melalui organisasi profesi kedokteran wajib memperjuangkan dipenuhinya fasilitas, sarana dan prasarana sesuai dengan standar minimal dan/atau pedoman nasional pelayanan kedokteran yang menjamin dipenuhinya keselamatan pasien.
  • 14. Perbuatan Melemahkan Psikis maupun Fisik. • Setiap dokter wajib memberikan informasi memadai dengan jujur dan cara yang santun kepada pasien dan/atau keluarganya ketika ia akan memberikan tindakan atau obat yang berakibat penurunan daya tahan fisik pasien walaupun belum tentu menurunkan daya tahan psikisnya. • Dokter terhadap pasien yang sedang menderita sakit wajib menyampaikan informasi yang dapat melemahkan kondisi psikis pasien secara patut, teliti dan hati-hati dengan perkataan yang tepat. • Dokter seyogyanya dilarang berbohong kepada pasiennya yang menderita penyakit berat/parah, kecacatan atau gangguan kualitas hidup tetapi boleh menahan sebagian informasi yang dapat melemahkan psikis pasien dan/atau fisiknya. • Dokter wajib menghormati keinginan pasien yang menolak untuk mendapat informasi mengenai penyakitnya sendiri atau tindakan/pengobatan dilakukan setelah inform consent. • Pada saat menggunakan teknologi modern atau baru sebagai modalitas pengobatan, dokter wajib menjelaskan alasan keharusan memanfaatkan kelebihan dan kekurangan teknologi tersebut dibandingkan dengan teknologi sejenis sebelumnya.
  • 15. PELAYANAN ANESTESIOLOGI DAN TERAPI INTENSIF • Pelayanan anestesiologi dan terapi intensif adalah tindakan medis yang dilakukan oleh dokter spesialis anestesiologi dalam kerja sama tim meliputi penilaian pra operatif (pra anestesia), intra anestesia dan pasca anestesia serta pelayanan lain sesuai bidang anestesiologi antara lain terapi intensif, gawat darurat dan penatalaksanaan nyeri. (permenkes no 519/menkes/PER/III/2011) 1. Pelayanan pra-anestesia 2. Pelayanan intra anestesia 3. Pelayanan pasca-anestesia 4. Pelayanan Kritis 5. Pelayanan Tindakan resusitasi 6. Pelayanan anestesia rawat jalan 7. Pelayanan anesesia regional 8. Pelayanan anestesia regional dalam obstetric 9. Pelayanan anestesia/analgesia di luar kamar operasi 10. Pelayanan penatalaksanaan nyeri (akut dan kronik) 11. Pengelolaan akhir kehidupan
  • 16. KEWENANGAN KLINIS • Kewenangan klinis dalam anestesiologi dan terapi intensif diberikan pada dokter yang telah memenuhi kualifikasi melalui suatu pendidikan formal tentang bagaimana membuat pasien tidak merasakan nyeri dan meminimalkan stress selama pembedahan, tindakan obstetrik dan prosedur prosedur tertentu yang memerlukan anestesia umum, anestesi regional atau dalam pelayanan anestesia termonitor. Penilaian kinerja kemampuan dan pengelolaan pra-anestesia, selama anestesia dan paska anestesia merupakan komponen penting dalam praktik anestesiologi dan terapi intensif.
  • 17. KATI dan PERDATIN • Kolegium Anestesiologi dan Terapi Intensif Indonesia (KATI) merupakan badan yang independent menetapkan kebijakan, menyusun, mengevaluasi, merevisi kurikulum pendidikan, modul pendidikan dan kompetensi yang harus dimiliki oleh seorang dokter spesialis anestesiologi dan terapi intensif Indonesia, • Badan Penguji Nasional KATI menyelenggarakan ujian anestesiologi nasional tahap awal dan ujian nasional tahap akhir. • Sertifikat dari KATI merupakan suatu persyaratan untuk kewenangan klinis dalam anestesiologi dan terapi intensif, sementara yang lain menganggap sertifikat hendaknya ada tetapi tidak mutlak. • Perhimpunan Dokter Spesialis Anestesiologi dan Terapi Intensif Indonesia (PERDATIN) merupakan wadah profesi dokter spesialis anestesiologi dan terapi intensif.
  • 18. STANDARD KOMPETENSI PELAYANAN: 1. Mampu melakukan anestesia dan analgesia sesuai dengan standard pelayanan anestesia yang ditetapkan oleh PERDATIN Pusat dan Cabang dan yang berlaku di insitusi / Rumah Sakit. 2. Mampu melakukan anestesia umum inhalasi, balans, intravena total. 3. Mampu melakukan anestesia regional, spinal, epidural, blok pleksus syaraf. 4. Mampu mengelola anestesia pada bedah digesif, ortopedi, urologi, plasic, onkologi, THT, mata, ginekologi. 5. Mampu mengelola anestesia obstetrik. 6. Mampu mengelola anestesia bedah pediatri pada kasus kasus tertentu. 7. Mampu mengelola anestesia bedah syaraf pada kasus kasus tertentu. 8. Mampu mengelola pasien diruang pulih. 9. Mampu mengelola anestesia bedah paru dan bedah jantung tertutup. 10. Mengetahui pengelolaan anetesia bedah jantung terbuka. 11. Mampu mengelola pasien di ICU dan HCU. 12. Mampu mengelola anestesia rawat jalan. 13. Mampu mengelola anestesia pada prosedur diluar kamar operasi (misal radioterapi, MRI, CTScan kasus pediatri). 14. Mampu mengelola nyeri akut paska bedah, nyeri membandel.
  • 19. STANDARD KETERAMPILAN 1. Mampu memasang kanul arteri, kateter vena sentral, pipa nasogastrik. 2. Mampu melakukan intubasi endotrakeal, pemasangan Laryngeal Mask Airway (LMA). 3. Mampu mengatur posisi pasien. 4. Mampu melakukan pemeliharaan trias-anestesi selama operasi. 5. Mampu memasang dan menginterprestasikan hasil monitor fungsi vital. 6. Mampu mengelola kelaikan mesin anestesia dan venilator. 7. Mampu mengelola pernafasan pasien secara manual dan venilasi mekanik. 8. mampu mengelola terapi cairan, transfusi, nutrisi, penggunaan obat-obat inotropik, dan kontrol aritmia.
  • 20. STANDARD MEMPERTAHANKAN DAN MENINGKATKAN KOMPETENSI. Program Pendidikan Berkelanjutan; Pendidikan dan Pelaihan Kedokteran Berkelanjutan (P2KB) telah disusun oleh PERDATIN 1. Mengikui acara acara ilmiah dan Continuing Professional Development (CPD) yang diselenggarakan PERDATIN atau Perhimpunan Profesi lain. 2. Mampu menganalisis makalah ilmiah. 3. Mampu melakukan peneliian ilmiah. 4. Mampu membuat tulisan ilmiah.
  • 21. STANDARD ETIK MEDIKOLEGAL 1. Mematuhi sumpah dokter. 2. Mematuhi KODEKI, Pedoman Etik Profesi Dokter Spesialis Anestesiologi dan Reanimasi Indonesia. 3. Mematuhi Undang undang dan Peraturan Departemen Kesehatan berkaitan dengan pelayanan anestesiologi dan terapi intensif. 4. Mampu melakukan kemitraan kolaborasi dengan pasien atau keluarganya, disiplin lain dan sesama dokter spesialis anestesiologi dan terapi intensif.
  • 22. PEDOMAN TENTANG MITRA BESTARI BIDANG ANESTESIOLOGI DAN TERAPI INTENSIF • mitra bestari adalah orang-orang yang berprakik dalam profesi yang sama, yang mempunyai keahlian dalam bidang yang akan dievaluasi. • Terdiri dari para dokter spesialis anestesiologi dan terapi intensif. • Untuk dapat dipilih sebagai mitra bestari di Rumah Sakit tersebut, yang bersangkutan harus melalui proses penapisan oleh Rumah Sakit tersebut. • Rumah Sakit dapat membuat daftar mitra bestari sesuai dengan jumlah yang dibutuhkannya, untuk kemudian pada saat dibutuhkan perannya, komite medis dapat membuat paniia adhoc yang terdiri dari mitra bestari yang diambil dari datar tersebut.
  • 23. KEWENANGAN KLINIS (CLINICAL PRIVILEGES) Core Privilages Penyakit tanpa penyulit/resiko rendah, status fisik ASA I dan 2 Penyakit prosedur yang kompleks namun tidak ada penyakit penyerta yang mengancam nyama (Status fisik ASA 1 dan ASA 2) Penyakit/Prosedur yang kompleks dan potensial mengancam nyawa (Pasien bedah resiko tinggi) Spesific Previlages Subspesialisasi Anestesi Kardiovaskular, Subspesialisasi Anestesia Regional, Subspesialisasi Anestesia Bedah Anak, Subspesialis Intensive Care, Subspesialisasi Neuroanestesia dan neurocical care, subspesialisasi manajemen nyeri
  • 25. Beneficence • Kewajiban untuk bertindak demi kepentingan pasien. • Tidak mementingkan diri sendiri. • Berbuat baik • Kemurahan hati • Menekankan tindakan yang mempunyai sisi baik lebih besar dibandingkan sisi buruknya
  • 26. Nonmaleficence • Primum non nocere (First, do no harm), jangan mencederai ataupun merugikan • Pastikan bahwa prosedur tidak membahayakan pasien maupun orang disekitarnya • Dalam praktik, sering kali kita menghadapi dimana tindakan medis yang dilakukan, baik untuk diagnosis maupun terapi, menimbulkan efek yang tidak menyenangkan • Jika kita tidak bisa berbuat baik kepada pasien, paling tidak kita tidak merugikannya.
  • 27. Autonomy • Dokter berkewajiban menyarankan kepada pasien untuk memilih tindakan medis yang akan dilakukan • Keputusan mengenai tindakan medis adalah hak pasien • Agar pasien dapat mengambil keputusan sepenuhnya berdasarkan informasi, ia harus memahami semua resiko maupun manfaatnya
  • 28. Justice • Mengandalkan prinsip keadilan dan kesetaraan • Tidak mendiskriminasi pasien • Perbedaan yang mungkin adalah dalam hal fasilitas, namun tidak dalam hal pengobatan dan perawatan • Distributive justice adalah kesetaraan distribusi / pemerataan sumber daya kesehatan.
  • 30. DRAFT REVISI “UU 29/2004 Tentang PRAKTIK KEDOKTERAN Juni-Juli 2022 DRAFT RUU KESEHATAN (metode OMNIBUS) Dengan mencabut (11 UU Profesi &Kesehatan): a.l. UU Praktik Kedokteran (UU 29/2004) UU Tenaga Kesehatan ( UU Keperawatan (UU 38/2014) UU Kebidanan UU 4/2019) UU BPJS dll.. Agustus- September 2022
  • 31. KONPRENSI PERS 5 OP+YLKI : 28, September 2022(IDI,PDGI,PPNI,IBI,IAI YLKI) di Kantor PB IDI : Menolak RUU Kesehatan (OBL) - tidak transparan & tidak mengikutkan stakeholder - berpotensi tidak melindungi masyarakat - menghilangkan peran organisai profesi - sentralisasi pengaturan praktek profesi pada pemerintah (etika, disiplin, STR dll.) - mengambil alih/menempatkan KKI dibawah Menteri (bukan dibawah Presiden) BADAN LEGISLATIF (BALEG) : DPR Mengundang RDPU dengan BALEG (IDI, PDGI,PPNI,IBI,IAI) : 3 Oktober 2022
  • 32. PENJELASAN BALEG –DPRRI 3 Oktober 2022  RUU Omnibus KESEHATAN yang beredar tidak jelas sumbernya (bukan dari DPR/Pemerintah) ??  Saat ini RUU Kesehatan sedang dalam rencana penyusunan : perlu masukan dari “stakeholder”  Akan dilakukan RDPU dengan semua stakeholder Rapat Dengar Pendapat Umum (RDPU) denga OP & Stakeholder lain(BPJS dll) : Oktober- November 2022
  • 33.
  • 34. Apa itu Omnibus Law? Salah satu metode atau konsep yang membuat atau menyusun aturan dengan cara menggabungkan subtansi pengaturan yang berbeda-beda.
  • 35. Tujuan Omnibus Law Metode omnibus sebagaimana dimaksud pada Undang-Undang No. 13/2022 adalah merupakan metode penyusunan Peraturan Perundang-undangan dengan: a. memuat materi muatan baru; b. mengubah materi muatan yang memiliki keterkaitan dan/atau kebutuhan hukum yang diatur dalam berbagai Peraturan Perundang- undangan yang jenis dan hierarkinya sama; dan/atau c. mencabut Peraturan Perundang-undangan yang jenis dan hierarkinya sama, dengan menggabungkannya ke dalam satu Peraturan Perundang-undangan untuk mencapai tujuan tertentu.
  • 36. Undang-Undang Tentang Kesehatan 1. Undang-Undang No. 4/1984 tentang Wabah 2. Undang-Undang No. 29/2004 tentang Praktik Kedokteran 3. Undang-Undang No. 36/2009 tentang Kesehatan 4. Undang-Undang No. 44/2009 tentang Rumah Sakit, 5. Undang-Undang No. 18/2014 tentang Kesehatan Jiwa 6. Undang-Undang No. 36/2014 tentang Tenaga Kesehatan 7. Undang-Undang No. 38/2014 tentang Keperawatan 8. Undang-Undang No. 6/2018 tentang Kekarantinaan Kesehatan 9. Undang-Undang No. 4/2019 tentang Kebidanan.
  • 37. Isi Omnibus Law Kesehatan • Teknologi Kesehatan • Wabah Penyakit Penular • Pendanaan Kesehatan • Komite Kebijakan Sektor Kesehatan • Peran serta Masyarakat • Pembinaan dan Pengawasan • Penyidikan • Ketentuan Pidana • Ketentuan Peralihan • Ketentuan Penutup • Ketentuan Umum • Hak dan Kewajiban • Tanggung Jawab Pemerintah Pusat dan Daerah • Penyelenggaraan Kesehatan • Upaya Kesehatan • Fasilitas Pelayanan Kesehatan • Tenaga Kesehatan • Perbekalan Kesehatan • Ketahanan Kefarmasian dan Alat Kesehatan • Sistem Informasi Kesehatan
  • 38. Poin-poin yang menjadi ISU 1. Definisi Organisasi profesi mengacu pada Pasal 1 item 16 UU Tenaga Kesehatan, tidak ada kata-kata satu profesi satu organisasi  dapat timbul banyak organisasi dalam satu profesi 2. Pasal 58 ayat (2) dihilangkan: Tuntutan ganti rugi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak berlaku bagi tenaga kesehatan yang melakukan tindakan penyelamatan nyawa atau pencegahan kecacatan seseorang dalam keadaan darurat. 3. Tidak ada keterlibatan Organisasi Profesi dalam Pendayagunaan Nakes WNA lulusan LN dan WNI lulusa LN Ke LN. 4. Terdapat perubahan dari peraturan perundangan sebelumnya menjadi Uji kompetensi nasional bagi mahasiswa pendidikan vokasi dan profesi dilaksanakan oleh institusi pendidikan nakes bekerja sama dengan Kementerian Pendidikan dan Kementerian Kesehatan. Kolegium yang tidak terlibat dalam ujian kompetensi nasional 5. Belum jelasnya syarat , kriteria , kedudukan, kewenangan, tugas dan fungsi RS Pendidikan dalam penyelengaraan Pendidikan Profesi Dokter Spesialis dan perumusan dalam peraturan perundangan turunannya. 6. Nakes WNA lulusan LN yg telah berpraktik lebih 5 tahun atau pakar bidang unggulan tertentu dievaluasi kompetensinya dengan penilaian portofolio. Evaluasi kompetensi diatur dalam Peraturan Menteri
  • 39. Poin-poin yang menjadi ISU 8. Nakes asing dapat praktik di Indonesia dalam rangka investasi atau non investasi dengan ketentuan terdapat permintaan dari pengguna Nakes WNA , dalam rangka alih teknologi dan ilmu pengetahuan, selama 3 tahun dan dapat diperpanjang, ber-STR dan ber-SIP. 9. STR dan SIP adaptasi diterbitkan pemerintah, STR sementara diatur dalam Peraturan Menteri. STR berlaku tanpa batas waktu berpotensi tidak ada monitoring dan evaluasi kompetensi yang berisiko utk keselamatan pasien. Administrasi terakumulasi di Kemenkes 10.KKI dan Konsil Nakes Indonesia berkedudukan di bawah Menteri dan bertanggung jawab kepada Menteri dan Pimpinan Konsil ditunjuk oleh Menteri ( 1 Ketua dan 4 Wakil Ketua). Anggota KKI berasal dari kalangan dokter dan dokter gigi , kalangan pemerintah dan masyarakat. KKI dan Konsil Drg Indonesia ditetapkan dengan Keputusan Menteri. Independensi konsil melemah 11. dan lain-lain ..
  • 40.
  • 41.
  • 42. AKSI DAMAI 28 November 2022
  • 43.
  • 44. Dalam daftar 39 RUU Prioritas Tahun 2023, terdapat yang berhubungan dengan Kesehatan, antara lain: • (12) Rancangan Undang-Undang Perubahan atas Undang-Undang Tahun 2013 tentang Pendidikan • (18) Rancangan Undang-Undang Kesehatan (Omnibus Law) Dalam Perubahan Ketiga 2020-2024 Undang-Undang tentang Sistem Nasional)
  • 45. Daftar Pustaka  Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 519/MENKES/PER/III/2011 tentang Pedoman Penyelenggaraan Pelayanan Anestesiologi Dan Terapi Intensif Di Rumah Sakit , 2011.  Tutuko B, Raharjo E, Marsaban A, Mulyono I, Margarita N, Herkutanto, Pedoman Penjabaran Kewenangan Klinis Anestesiologi Dan Terapi Intensif Indonesia. Jakarta : Perdatin. 2012.  Purwadianto A, Soetedjo, Gunawan S, Budiningsih Y, Prawiroharjo P, Firmansyah A. Kode Etik Kedokteran Indonesia. Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia. 2012  Joint Commision International. Joint commission international accreditation sstandarts for hospital. 5 th edition, Joint Commision International. 2013.

Notas del editor

  1. Dalam menangani seorang pasien dokter tidak dapat menjanjikan sebuah kesembuhan, karena tubuh manusia bersifat kompleks dan tidak dapat dimengerti sepenuhnya. Belum diperhitungkan variasi yang tedapat pada setiap pasien: usia, psikis, tingkat penyakit, sifat penyakit, komplikasi, dan lain-lain.2 Selain faktor-faktor dari pasien seorang dokter juga tidak akan luput dari kesalahan dalam melaksanakan tugasnya sehari-hari.Akibatnya sering terjadi suatu peristiwa yang bersifat negatif (negatif outcome) sebagai bagian dari risiko yang harus ditanggung oleh pasien. Karena itu, dokter dalam bekerja selalu disangkutkan dengan masalah hukum sebagai pertanggungjawaban atas akibat tindakan medis yang bersifat negatif.
  2. Kode Etik Kedokteran Indonesia (KODEKI) merupakan kumpulan peraturan etika profesi yang akan digunakan sebagai tolak ukur perilaku ideal/optimal dan penahan godaan penyimpangan profesi perorangan dokter yang merupakan pengabdi profesi di Indonesia.
  3. Pelayanan anestesia di rumah sakit antara lain meliputi pelayanan anestesia/analgesia di kamar bedah dan di luar kamar bedah, pelayanan kedokteran perioperatif, penanggulangan nyeri akut dan kronis, resusitasi jantung paru dan otak, pelayanan kegawatdaruratan dan terapi intensif. Jenis pelayanan yang diberikan oleh setiap rumah sakit akan berbeda, tergantung dari fasilitas, sarana, dan sumber daya yang dimiliki oleh rumah sakit tersebut. Pengelolaan akhir kehidupan, kita telah belajar mengenai penghentian bantuan hidup (withdrawing life support) dan penundaan bantuan hidup (withholding life support). DNR, MBO
  4. pedoman ini juga bisa membantu pelaksanaan Akreditasi Rumah Sakit berdasarkan standar Joint Commitee Internaional on Hospital Accreditaion tahun 2011, Pendidikan Memiliki ijazah dari Insitusi Fakultas Kedokteran yang diakui dan seriikat kompentesi dari KATI. Mengikui program reseriikasi kompetensi atau uji kompetensi KATI sesuai dengan ketentuan PERDATIN dan KATI. Mengikui sedikitnya 40% dari program pendidikan berkelanjutan yang diselenggarakan Program Pendidikan Kedokteran Berkelanjutan (P2KB) Perhimpunan Dokter Spesialis Anestesiologi dan Terapi Intensif Indonesia (PERDATIN). Menunjukkan kompetensi dalam Advanced Life Support (ALS) Menyelesaikan pelaihan fellowship atau pendidikan Konsultan untuk pelayanan Subspesialisasi, dan telah mendapat veriikasi kompetensi di bidang tersebut oleh PERDATIN / KATI.
  5. Tidak harus berasal dari Rumah Sakit yang bersangkutan. Perannya sebagai mitra bestari adalah bagian dari kewajiban eika dokter, karenanya imbal jasa sebagai mitra bestari berupa pemberian Satuan Kredit Parisipasi (SKP) dari profesi / PERDATIN. Mempunyai rekam jejak yang bijak bestari. Mitra bestari mendapat pengesahan dari pengurus PERDATIN setempat. Seorang yang mempunyai pandangan / wawasan luas terhadap keilmuan dan praktek anestesia. Sebagai mitra bestari, peran dan kapasitasnya idak hanya terbatas pada masalah kredenialing dan privileging, tetapi juga dalam hal penjagaan mutu medis / audit medis, maupun dalam hal disiplin profesi / penegakan disiplin profesi. Mempunyai kemampuan keilmuan terkini (at the cuing edge), idak perlu teringgi / guru besar.
  6. Core Previlages Kewenangan klinis diberikan untuk memberikan pelayanan pengelolaan bidang Anestesiologi dan Terapi Intensif di Insitusi / Rumah Sakit. berdasarkan pada pelayanan yang dibutuhkan pasien. Penyakit atau masalah kesehatan yang sederhana, tanpa penyulit, risiko pasien rendah. Spesific Previleges mereka yang telah menyelesaikan pendidikan terstruktur bidang subspesialisasi dan atau fellowship berdasarkan ketentuan KATI