SlideShare una empresa de Scribd logo
1 de 27
FilsafatIlmudanPendekatanPascadisiplin
Dr. Ahmad Ibrahim Badr y, S.Fil., M.Hum.
School of Global and Strategic Studies
Universitas Indonesia
BagianVII:
TeoriKritis
BagianII(Kaitan
Ilmudan
Kepentingan)
Heidegger danTeknologi
Marcuse dan Kritik atas
Masyarakat Industri
Teori Kritis atasTeknologi
Feenberg
Sejarah tanpa Perempuan?
Feminisme sebagai Kritik atas
Dominasi
HeideggerdanTeknologi
KesadarandalamPemahamanHeidegger
Kesadaran manusia tidak hanya melulu akan sesuatu tetapi juga berupa kesadaran
dalam atau sebagai sesuatu. Oleh karena manusia hidup dalam ruang, maka
manusia menjadi sadar bahwa dirinya ada dalam sesuatu. Sesuatu yang
mewadahi kita untuk mengada ini turut mempengaruhi kita dengan cara yang
berbeda-beda. Misalnya saja, manusia yang berada di dalam rumah akan merasa
nyaman dan aman sebagai penghuni rumah itu karena ia terlindung dari ancaman
hewan liar yang berada di sekeliling rumahnya. Pada contoh ini dapat dikatakan
bahwa ketika seseorang berada dalam rumah, ia akan berlaku sebagai sesuatu
yang dipengaruhi oleh rumah tersebut (bdk. Hardiman, 2003, p. 28-29).
Dasein itu merupakan pengada yang sadar akan dirinya sekaligus sadar akan yang
lainnya, termasuk sadar akan Ada. Cara mengada Dasein menjadi sesuatu yang
unik dan khas. Adanya-di-dalam-dunia (in-der-Welt-sein) jelas menunjukkan
ketersingkapan akan dirinya itu sendiri melalui proses memahami dengan jalan
membicarakannya. Pada konteks Dasein, kesadaran telah didahului
kemengadaannya dan bukan sebaliknya. Inilah esensi dari fenomenologi Ada
Heideggerian (bdk. Hardiman, 2003, p. 55).
Manusia dan Sesuatu di Luar Dirinya
Apa yang ditemui oleh Dasein di dunia akan terdiri dari tiga hal, yaitu:
benda berupa peralatan, benda bukan peralatan, dan orang lainnya.
Benda berupa peralatan ini dijabarkan lebih jauh oleh Heidegger
sehingga mencakup makna yang luas sepanjang ia tersedia untuk
tangan (atau berpengertian zuhandenes) atau dapat dipakai untuk
sesuatu (atau memiliki struktur umzu).
Sebagai contoh, batu dapat menjadi peralatan jika ia tersedia untuk
digenggam tangan sebagai pelontar dalam mengambil buah mangga
dari pohonnya atau batu dapat berupa peralatan sepanjang ia dapat
dipakai untuk bahan bangunan. Kedua contoh ini mengandaikan
bahwa apa pun dapat menjadi peralatan bagi ada-di-dalam-dunia
sepanjang memenuhi kriteria fungsionalitasnya tersebut. Ketika
fungsionalitas ini tak terpenuhi dalam relasinya dengan ada-di-
dalam-dunia, maka benda tersebut hanya menjadi benda belaka yang
bukan peralatan meskipun ia tadinya adalah berupa peralatan
sebenarnya, seperti pisau dapur yang sudah patah menjadi dua
bagian
(bdk. Hardiman, 2003, pp. 55-56).
TeknologisebagaiCaraMenyingkapAda
Heidegger memandang teknologi sebagai suatu cara untuk menyingkap Ada.
Teknologi telah memungkinkan kita untuk membawa sesuatu yang tadinya tak
ada menjadi Ada ke hadapan kita (a way of revealing to bringing forth).
Menggunakan teori sebab, warisan Aristoteles, yang amat dikenal dalam kancah
filsafat, Heidegger pun lalu menjelaskan proses terjadinya benda teknologis.
Dalam causa materialis, aspek materi bendanya itu dijelaskan. Misalnya saja,
lumbung padi itu dibuat dari kayu dan ijuk. Kemudian, masuk pada causa formalis,
penjelasan pun bergerak ke arah bentuk dari bendanya itu. Bersambungan dengan
contoh lumbung padi, bentuk lumbung padi akan serupa gudang dengan atap ijuk.
Sebab berikutnya, yaitu causa finalis, akan memaparkan tujuan penggunaan dari
benda tersebut. Pada konteks lumbung padi, hal ini digunakan untuk menyimpan
padi sebagai persediaan di masa paceklik.Yang terakhir, causa efficiens, adalah
yang membawakan atau bertanggung jawab agar benda teknis itu mengada.
Lumbung padi diadakan oleh sekelompok petani untuk kebutuhan keluarga dan
masyarakatnya. Pada prosesnya tersebut, Heidegger memberikan catatan kalau
sekelompok tani ini bukanlah causa efficiens itu sendiri karena pada kenyataannya
mereka hanya melaksanakan fungsi transformasi atas pengubahan kayu dan ijuk
agar dapat menjadi lumbung padi (bdk. Heidegger, 1977, pp. 6-10).
(Badry, 2019, p. 42)
MarcusedanKritikatasMasyarakatIndustri
Sejak awal, setiap teori kritis masyarakat dihadapkan pada masalah
objektivitas historis, masalah yang muncul pada dua titik di mana analisisnya
menyiratkan pertimbangan nilai:
1. Pertimbangan bahwa kehidupan manusia layak untuk dijalani, atau lebih
tepatnya, dapat dan harus dibuat layak untuk dijalani. Penilaian ini mendasari
semua upaya intelektual; itu adalah a priori teori sosial, dan penolakannya
(yang sangat logis) menolak teori itu sendiri;
2. Pertimbangan bahwa, dalam masyarakat tertentu, kemungkinan-
kemungkinan khusus ada untuk perbaikan kehidupan manusia dan cara-cara
serta cara-cara khusus untuk mewujudkan kemungkinan-kemungkinan ini.
Analisis kritis harus menunjukkan validitas objektif dari penilaian ini, dan
demonstrasinya ini harus dilanjutkan atas dasar empiris. Masyarakat yang
sudah mapan memiliki sumber daya intelektual dan material dalam jumlah
dan kualitas yang pasti. Bagaimana sumber daya ini dapat digunakan untuk
pengembangan dan kepuasan optimal kebutuhan individu dan kemampuan
dengan sedikit kerja keras dan kesengsaraan? Teori sosial adalah teori sejarah,
dan sejarah adalah ranah kesempatan dalam ranah kebutuhan. Oleh karena
itu, di antara berbagai cara yang mungkin dan aktual untuk mengatur dan
memanfaatkan sumber daya yang tersedia, manakah yang menawarkan
peluang terbesar untuk pengembangan yang optimal?
(Marcuse, 2007, p. xli)
Catatan Marcuse atas Objektivitas Historis
Kemajuan teknis, yang diperluas ke seluruh sistem dominasi dan koordinasi, menciptakan
bentuk-bentuk kehidupan (dan kekuasaan) yang tampak mendamaikan kekuatan-kekuatan
yang menentang sistem dan mengalahkan atau menyangkal semua protes atas nama
prospek historis kebebasan dari kerja keras dan dominasi. Masyarakat kontemporer
tampaknya mampu menahan perubahan sosial — perubahan kualitatif yang pada dasarnya
akan membentuk institusi yang berbeda, arah baru dari proses produktif, mode baru
eksistensi manusia. Pengendalian perubahan sosial ini mungkin merupakan pencapaian
paling luar biasa dari masyarakat industri maju.
Masyarakat industri modern adalah identitas yang tersebar luas dari pertentangan-
pertentangan ini (karena produktif dan desktruktif sekaligus) — keseluruhanlah yang
dipertanyakan. Pada saat yang sama, posisi teori tidak bisa menjadi spekulasi belaka. Ini
harus menjadi posisi historis dalam arti bahwa itu harus didasarkan pada kemampuan
masyarakat tertentu.
Situasi ambigu ini melibatkan ambiguitas yang lebih mendasar. Manusia Satu-Dimensi akan
terombang-ambing di antara dua hipotesis yang kontradiktif: (1) bahwa masyarakat
industri maju mampu menahan perubahan kualitatif di masa mendatang; (2) bahwa ada
kekuatan dan kecenderungan yang dapat mematahkan penahanan ini dan meledakkan
masyarakat. Saya tidak berpikir bahwa jawaban yang jelas dapat diberikan. Kedua
kecenderungan itu ada, berdampingan — dan bahkan yang satu berada dalam yang
lainnya.
(Marcuse, 2007, pp. xliii & xlv)
Perspektif atas Masyarakat Industri
Teknologi berfungsi untuk melembagakan bentuk kontrol sosial dan kohesi sosial yang
baru, lebih efektif, dan lebih menyenangkan. Kecenderungan totaliter dari kontrol-kontrol
ini tampaknya menegaskan dirinya dalam arti lain lagi — dengan menyebar ke wilayah yang
kurang berkembang dan bahkan ke wilayah pra-industri di dunia, dan dengan menciptakan
kesamaan dalam perkembangan kapitalisme dan komunisme.
Dalam menghadapi ciri-ciri totaliter masyarakat ini, gagasan tradisional tentang "netralitas"
teknologi tidak dapat lagi dipertahankan.Teknologi seperti itu tidak dapat dipisahkan dari
kegunaannya; masyarakat teknologi adalah sistem dominasi yang sudah beroperasi dalam
konsep dan konstruksi teknik.
Cara masyarakat mengatur kehidupan anggotanya melibatkan pilihan awal antara
alternatif sejarah yang ditentukan oleh tingkat warisan budaya material dan intelektual.
Pilihan itu sendiri dihasilkan dari permainan kepentingan yang dominan. Ia mengantisipasi
cara-cara khusus untuk mengubah dan memanfaatkan manusia dan alam dan menolak
cara-cara lain. Ini adalah salah satu "proyek" realisasi di antara yang lain.Tetapi begitu
proyek telah beroperasi di institusi dan relasi dasar, ia cenderung menjadi eksklusif dan
menentukan perkembangan masyarakat secara keseluruhan. Sebagai suatu semesta
teknologi, masyarakat industri maju adalah semesta politik, tahapan terakhir dalam
realisasi proyek sejarah tertentu — yaitu, pengalaman, transformasi, dan pengorganisasian
alam sebagai bahan dominasi belaka.
(Marcuse, 2007, pp. xlvi)
Kecenderungan Totaliterian dariTerapanTeknologi
TeoriKritisatasTeknologiFeenberg
DasarPemikiranTeoriKritisatasTeknologi
Tesis Netralitas: hanya ada satu penerapan teknologi yang efektif dalam
setiap tahap perkembangannya, maka manfaat yang diperoleh beberapa
kelompok dari adaptasi masyarakat yang sedang berlangsung terhadap
teknologi baru terikat erat dengan kemajuan teknis.
Klaim: teknologi itu buta secara politis.
MazhabTeori Kritis: teknologi melayani tujuan umum seperti meningkatkan
kekuatan manusia atas alam, desain dan terapannya melayani dominasi atas
manusia oleh manusia (lainnya). Dalam pengertian ini, sarana (teknologi)
tidak benar-benar “bebas nilai” tetapi memasukkan dalam strukturnya tujuan
untuk memajukan organisasi masyarakat tertentu. Singkatnya, teknologi
adalah politik.
(Feenberg, 1990, pp. 17-18)
CatatanPentingdariLukacsdanMarcuse
Teori ReifikasiGeorg Lukacs: reifikasi secara harfiah berarti proses membuat res
atau “benda,” khususnya, memperlakukan manusia dan relasinya sebagai benda
dan relasi antar benda. “Sesuatu” dalam pengertian ini harus dipahami secara
sempit sebagai entitas yang berdiri sendiri dan terisolasi yang tunduk pada hukum
seperti yang ada di alam. Lukacs menyerang praktik kapitalis yang memecah-
belah pekerjaan dan para pekerja hidup menjadi “hal-hal” seperti itu yang lebih
baik untuk mengontrol mereka melalui manipulasi teknis.
Pendekatan Marcuse: di satu sisi, Marcuse menunjukkan karakter ideologis,
penerapan rasionalitas teknis di luar domain teknis khusus yang diterapkan
dengan benar, menunjukkan bagaimana perluasan teknologi yang berlebihan ini
mensterilkan ruang publik dan memblokir diskusi politik. Di sisi lain, argumen
Marcuse yang lebih radikal mengklaim bahwa, bahkan dalam domainnya sendiri,
teknologi modern memiliki tanda asalnya dalam mode produksi otoriter. Dengan
demikian, teknologi tidak netral bahkan dalam bidang teknis, tetapi politik melalui
dan melalui. Posisi terakhir ini sangat cocok dengan aktivis lingkungan radikal,
dengan penolakan sistematisnya terhadap model industrialisme yang dominan.
(Feenberg, 1990, pp. 18-19)
TeknologidanKapitalisme
Dalam masyarakat tradisional, teknik selalu dimasukkan ke dalam kerangka
hubungan manusia non-teknis yang lebih besar. Praktik teknik tidak hanya
melayani nilai-nilai ekstra-teknis (ia melakukannya di semua masyarakat,
termasuk kapitalisme). Lebih dari itu, praktik teknik hanyalah sebuah dimensi dari
berbagai praktik non-teknik yang tertanam di dalamnya, baik yang bersifat
keagamaan, politik, maupun kekeluargaan. Saat ini kita masih memiliki sisa-sisa
struktur seperti itu dalam peranan teknik yang bermain dalam praktik non-teknis
dalam membesarkan anak atau produksi artistik.
Kapitalisme berinovasi dalam mengintegrasikan sistem teknis total yang struktur
internalnya didasarkan pada nilai-nilai dan praktik teknik daripada non-teknik.
Teknik tidak lagi muncul sebagai sesuatu yang tertanam dalam berbagai
subsistem sosial yang dilayaninya, di mana ia akan dikendalikan oleh bentuk
tindakan non-teknis seperti otoritas moral agama atau ayah. Kapitalisme
membebaskan teknik dari kontrol internal semacam itu dan mengatur pekerjaan
dan sistem sosial dengan prinsip yang sama. Jadi, meskipun teknik itu sendiri
memiliki jejak yang sama dalam masyarakat pra-kapitalis dan kapitalis, hanya di
masyarakat kapitalis teknik itu merupakan takdir universal manusia.
(Feenberg, 1990, p. 26)
EmpatMomenReifikasidalamSistemKapitalisme
1. Momen dekontekstualisasi: pemisahan objek dari konteks. Contoh: pohon
dipisahkan (dan ditebang) dari hutan sebagai bahan bangunan atau pekerja
dipisahkan (dan dilucuti) dari masyarakatnya dalam perusahaan pada sistem
kapitalis.
2. Momen reduksionis: pemisahan kualitas primer dari kualitas sekunder. Contoh:
manajemen adalah sistem abstrak yang memiliki kualitas primer karena ia dapat
mengontrol dari atas.
3. Momen otonomisasi: pemisahan subjek dari objek. Contoh: meskipun dalam
sistem kapitalis antara pengusaha (pemegang kendali dari manajemen) dan pekerja
adalah sama-sama manusia, pekerja berada dalam posisi sebagai objek yang
terkendali dalam sistem yang otomatis melalui penerapan prosedur dan
mekanisme birokrasi.
4. Momen penempatan posisi: penempatan strategis subjek. Contoh: pengusaha
sebagai pengendali sistem kapitalis mengambil keuntungan dengan menempatkan
dirinya lebih tinggi dibanding pekerja karena ia berada di level yang mengendalikan
manajemen tersebut.
(bdk. Feenberg, 1990, pp. 26-31)
SejarahtanpaPerempuan?
PenulisanKembaliSejarah
Seringkali, dalam penulisan sejarah, soal perempuan atau
keperempuanan dikesampingkan.
“Di sebagian besar masa lalu kita, orang tidak mengenal ayah.
Sama seperti hewan yang mengenali ibunya (yang juga
mengenal anaknya) tetapi tidak mengenali ayahnya (yang tidak
mengenalnya), manusia purba tidak menghubungkan tindakan
seks dengan konsekuensi yang tertunda dan acak. Lukisan dan
ukiran gua dari sekitar 5.000 SM menggambarkan hewan yang
bersanggama di musim semi dan betina hamil di musim panas,
jadi peran pria dalam prokreasi mungkin telah diketahui selama
kurun waktu 10.000 tahun.Tetapi, selama 125.000–275.000
tahun keberadaan Homo sapiens sapiens, perempuan
dipandang sebagai satu-satunya yang bertanggung jawab atas
kehidupan. Jika ayah tidak diketahui, ibu adalah satu-satunya
orangtua. Orang-orang awal menghormati kekuatan
perempuan untuk berkembang biak dan untuk menjamin
kelangsungan komunitas.”
(French, 2008, pp. 24-25)
SejarahFilsafatdanPerempuan
Aspasia, yang meninggal sekitar 401 SM,
dikenal sebagai ahli retorika dan anggota
lingkaran filosofis Periclean. Reputasinya
sebagai filsuf telah diabadikan oleh Plato, yang
menjadikan Epitaphia sebagai subjek
percakapan Socrates di Menexenus. Dia juga
diabadikan dalam lukisan dinding di atas portal
Universitas Athena diYunani, ditampilkan
bersama teman Socrates, Phidias, pematung
(dengan pahat di tangan) yang memahat
patung Athena berbahan emas dan gading di
Akropolis pada tahun 438, SM, Sophocles,
penulis naskah, Pericles, jenderal Perang
Peloponnesia (dan pasangan Aspasia), Plato,
sebagai seorang pemuda (yang lahir setelah
Pericles meninggal),Antisthenes, (yang hidup
444-365 SM), Anaxagoras, ( yang hidup 500-
428 SM),Alcibiades muda, (450-404 SM),
Ictinus, arsitek Parthenon, (selesai 438 SM),
Polygnotus, dan Archimedes (yang hidup 287-
212 SM).
(Waithe, 1987, pp. iv & 75)
KriteriaFilsafatibagiTulisanPerempuan?
Sebelum mengumumkan pembentukan Proyek Sejarah Perempuan dalam Filsafat, saya
menyebutkan kepada seorang kolega pria bahwa saya telah menemukan beberapa tulisan
filsuf perempuan Pythagorean. Dia menjawab bahwa dia pernah mendengar tentang
beberapa filsuf perempuan kuno, “tetapi, bukankah mereka hanya menulis tentang ~ heh,
heh ~ ekonomi rumah tangga?” Khawatir bahwa apa yang saya temukan tidak benar-benar
filsafati, saya membaca kembali materi tersebut. Saya dapat melihat bagaimana
pandangan yang dangkal pada beberapa baris pertama dari beberapa huruf atau karya yang
terpisah-pisah dapat meninggalkan kesan bahwa pengikut Pythagorean memang menulis
tentang ekonomi rumah tangga.Topik mereka termasuk membesarkan anak dan peran
perempuan dalam masyarakat kuno.Tetapi, pembacaan yang lebih dekat dan lengkap dari
materi yang saya temukan menyangkal kesimpulan seperti itu. Para filsuf ini menganalisis
bagaimana konsep harmonia Pythagorean diterapkan pada struktur dan jalannya negara,
dan pada struktur serta jalannya keluarga, yang dipandang sebagai mikrokosmos negara.
Mereka membahas bagaimana seorang perempuan dapat menerapkan asas itu dalam
membesarkan anak-anak menjadi individu yang adil dan harmonis, dan bagaimana seorang
perempuan dapat menerapkan asas itu dalam bidang lain dalam kehidupan sehari-harinya.
Ini bukan ekonomi rumah tangga, ini teori etika terapan, lengkap dengan psikologi
perkembangan moral, teori kewajiban keluarga, dan masih banyak lagi. Namun pertanyaan
yang dikemukakan oleh komentar kolega saya relevan: kriteria apa yang akan saya gunakan
untuk mengidentifikasi karya yang benar-benar filsafati?
(Waithe, 1987, p. xi)
FeminismesebagaiKritikatasDominasi
PermulaanFeminisme
Titik Berangkat:
 MaryWollstonecraft dengan bukunya yang berjudul Vindication of the
Rights ofWoman (1792);
 John Stuart Mill dan HarrietTaylor (Mill) yang menulis bersama buku
Early Essays on Marriage and Divorce (1832),Taylor yang menulis buku
Enfranchisement ofWomen” (1851), dan kemudian Mill yang menulis
buku Subjection ofWoman (1869); dan
 Gerakan perempuan untuk hak suara (women’s suffrage) di pertengahan
abad XIX.
Masalah: subordinasi perempuan berasal dari serangkaian hambatan
berdasarkan adat kebiasaan dan hambatan hukum untuk berpartisipasi
dalam ruang publik.
(Tong, 2014)
VarianAlirandalamFeminisme
 Feminis Liberal: keadilan gender menuntut kita untuk membuat permainan yang adil dan memastikan
tidak ada seorang pun yang dirugikan secara sistematis.
 Feminis Radikal: sistem patriarkal ditandai oleh kuasa, dominasi, hierarkhi, dan kompetisi sehingga
perlu dicabut dan dilepaskan dari akar-akarnya.
 Feminis Marxis dan Sosialis: tidak mungkin bagi setiap orang, terutama perempuan, untuk mencapai
kebebasan yang sejati dalam suatu masyarakat berkelas dalam hubungan dominasi antara yang
berkuasa (pemilik modal dan laki-laki) dengan yang tidak berkuasa (buruh dan perempuan) pada sistem
kapitalis.
 Feminis Psikoanalisis dan Jender: akar penindasan seorang perempuan berasal dari psike perempuan
dan itu bersumber dari proses pemilahan antara seorang anak dari ibunya saat menyusui. Perempuan
tidak terintegrasi secara utuh pada kebudayaan karena takut akan kekuatannya sendiri, sementara laki-
laki terpilah secara sempurna dan berelasi dengan ayahnya untuk menguasai alam dan perempuan.
Sementara itu, pada jender, perempuan dianggap sebagai “liyan” karena bukan laki-laki.
VarianAlirandalamFeminisme
 Feminis Pascamodernis: menerima keliyanan sebagai suatu kondisi awal untuk kritis atas norma, nilai,
dan praktik-praktik yang dipaksakan oleh sistem patriarki pada semua orang.
 Feminis Multikultural dan Global: bertumpu pada pemahaman Diri. Feminis Multikultural menyadari
bahwa perempuan dalam konteks budaya tertentu (sebagai imigran) akan menjadi Diri-nya bersama
keluarga dan menjadi yang liyan ketika berhubungan dengan masyarakat. Sejalan dengan ini, Feminis
Global menyatakan bahwa ada rasa skizoprenik atas Diri karena para penjajah telah merampok bukan
hanya tanah dan sumber daya tetapi juga identitas mereka, terutama yang berada di negara-negara
berkembang.
 Ekofeminis: meluaskan perspektif hubungan dalam konteks Diri bersama liyan yang bukan manusia,
yaitu dunia, tumbuhan, dan binatang. Jika kita melupakan sisi ini maka dunia kita akan menjadi rusak
belaka di mana laki-laki menjadi pemeran utama dalam pengrusakan ini.
(Tong, 2014)
Referensi
Badry,A.I. (2019). Kerangka Kerja Pertimbangan Etis Atas Penalaan Manusia Suatu Perumusan Berdasar Analisis
Pascafenomenologis Ihdean (Disertasi). Depok: Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Indonesia.
Feenberg, A. (1990). “The CriticalTheory ofTechnology.” Capitalism Nature Socialism 1(5), pp. 17-45.
French, M. (2008). From Eve to Dawn, A History ofWomen in theWorldVolume I: Origins. NewYork:The Feminist
Press at City University of NewYork.
Hardiman, F.B. (2003). Heidegger dan Mistik Keseharian: Suatu Pengantar menuju Sein und Zeit. Jakarta:
Kepustakaan Populer Gramedia.
Heidegger, M. (1977). The Question ConcerningTechnology, and Other Essays. NewYork, NY & London: Harper &
Row, Publishers, Inc.
Marcuse, H. (2007). One-Dimensional Man: Studies in the Ideology of Advanced Industrial Society. London & New
York: Routledge.
Tong, R. (2014). FeministThought: A More Comprehensive Introduction (4th Ed.). Colorado:Westview Press.
Waithe, M. E. (Ed.) (1987). A History ofWomen PhilosophersVolume 1: AncientWomen Philosophers 600 B.C. — 500
A.D. Dordrecht: Martinus Nijhoff Publishers.
Sumber Gambar danVideo:
en.wikipedia.org
www.pexels.com
www.videvo.net
Thanks
BiografiSingkat
Februari 2017–Sekarang
Dosen Luar Biasa • Sekolah Kajian Strategik dan Global, Universitas Indonesia,
Jakarta.
Agustus 2003–Agustus 2020
DosenTetap • SekolahTinggi Hukum Galunggung,Tasikmalaya.
November 2017–Agustus 2019
Direktur Pendidikan Keunggulan Digital • Sakola,Tangerang.
Agustus 2018–November 2018
Koordinator Penyusun Masterplan Perpustakaan Umum DKI Jakarta 2018 •
Dinas Perpustakaan dan Kearsipan DKI Jakarta, Jakarta.
Januari 2016–Desember 2016
Tenaga Ahli pada Program Usaha Bersama Komunitas • Kementerian Desa, IDT,
danTransmigrasi, Jakarta.
Juni 2013–Desember 2013
Konsultan Manajemen Organisasi & Koordinator Program Pelatihan Riset •
Desantara Foundation, Depok.
April 2009–Juni 2013
Konsultan Junior UMKM • Pusat Pengembangan dan Pendampingan Usaha Kecil
Menengah (P3UKM) Bank Indonesia,Tasikmalaya.
Catatan: Di Sakola, saya juga merangkap jabatan sebagai Duta Kecerdasan
DigitaI (Digital Intelligence Quotient Ambassador) dari DQ Institute di
Singapore.

Más contenido relacionado

La actualidad más candente

La actualidad más candente (20)

Teori kritisme oleh immanuel kant
Teori kritisme oleh immanuel kantTeori kritisme oleh immanuel kant
Teori kritisme oleh immanuel kant
 
7. postmodern
7.  postmodern7.  postmodern
7. postmodern
 
Aliran Filsafat dalam Melihat Realitas Kehidupan
Aliran Filsafat dalam Melihat Realitas KehidupanAliran Filsafat dalam Melihat Realitas Kehidupan
Aliran Filsafat dalam Melihat Realitas Kehidupan
 
Teori ilmu sosial dasar
Teori ilmu sosial dasarTeori ilmu sosial dasar
Teori ilmu sosial dasar
 
1. teori kritis
1. teori kritis1. teori kritis
1. teori kritis
 
Michel foucault
Michel foucaultMichel foucault
Michel foucault
 
Filsafat postmodernisme
Filsafat postmodernismeFilsafat postmodernisme
Filsafat postmodernisme
 
asrangeofisika
asrangeofisikaasrangeofisika
asrangeofisika
 
Karl mark dan teori kritis
Karl mark dan teori kritisKarl mark dan teori kritis
Karl mark dan teori kritis
 
Postmodernisme
PostmodernismePostmodernisme
Postmodernisme
 
Asumsi dasar teori kritis habermas
Asumsi dasar teori kritis habermasAsumsi dasar teori kritis habermas
Asumsi dasar teori kritis habermas
 
Kritisisme dan kehidupan bersama
Kritisisme dan kehidupan bersamaKritisisme dan kehidupan bersama
Kritisisme dan kehidupan bersama
 
Sosiologi
SosiologiSosiologi
Sosiologi
 
Filsafat ppt resa sevia putri
Filsafat ppt resa sevia putriFilsafat ppt resa sevia putri
Filsafat ppt resa sevia putri
 
Critical Approach Based on Karl Marx Theory
Critical Approach Based on Karl Marx TheoryCritical Approach Based on Karl Marx Theory
Critical Approach Based on Karl Marx Theory
 
Ringkasan Definisi sosiologi
Ringkasan Definisi sosiologiRingkasan Definisi sosiologi
Ringkasan Definisi sosiologi
 
Dasar pendidikan iv
Dasar pendidikan ivDasar pendidikan iv
Dasar pendidikan iv
 
Isbd
IsbdIsbd
Isbd
 
Ontologi
OntologiOntologi
Ontologi
 
teori Emile Durkheim
teori Emile Durkheimteori Emile Durkheim
teori Emile Durkheim
 

Similar a Teori Kritis Teknologi

Aksiologi Sains
Aksiologi SainsAksiologi Sains
Aksiologi SainsAbdul Aziz
 
Makalah aksiologi henry kurniawan
Makalah aksiologi henry kurniawanMakalah aksiologi henry kurniawan
Makalah aksiologi henry kurniawanHenry Kurniawan
 
Teori ilmu sosial s3 6-15 (prof nyoman)
Teori ilmu sosial s3 6-15 (prof nyoman)Teori ilmu sosial s3 6-15 (prof nyoman)
Teori ilmu sosial s3 6-15 (prof nyoman)DIP IPDN Angkatan 3
 
Kritik Ideologi dan Kritik Ilmu pengetahuan_Teori Kritis.pptx
Kritik Ideologi dan Kritik Ilmu pengetahuan_Teori Kritis.pptxKritik Ideologi dan Kritik Ilmu pengetahuan_Teori Kritis.pptx
Kritik Ideologi dan Kritik Ilmu pengetahuan_Teori Kritis.pptxSosiologiFISIPUWKS
 
Teori-modernitas-kontemporer
Teori-modernitas-kontemporerTeori-modernitas-kontemporer
Teori-modernitas-kontemporerEwald Frederik
 
Teori dan Praktek Filsafat ilmu by Arif Partono
Teori dan Praktek Filsafat ilmu   by Arif PartonoTeori dan Praktek Filsafat ilmu   by Arif Partono
Teori dan Praktek Filsafat ilmu by Arif PartonoArif Partono
 
Aksiologi Ilmu Pendidikan
Aksiologi Ilmu PendidikanAksiologi Ilmu Pendidikan
Aksiologi Ilmu PendidikanMETA GUNAWAN
 
Keterkaitan ilmu pengetahuan,teknologi dan kemiskinan
Keterkaitan ilmu pengetahuan,teknologi dan kemiskinanKeterkaitan ilmu pengetahuan,teknologi dan kemiskinan
Keterkaitan ilmu pengetahuan,teknologi dan kemiskinanfrederik_dass
 
Kemajuan Teknologi dan Punahnya Ilmu Pengetahuan
Kemajuan Teknologi dan Punahnya Ilmu PengetahuanKemajuan Teknologi dan Punahnya Ilmu Pengetahuan
Kemajuan Teknologi dan Punahnya Ilmu PengetahuanLSP3I
 
Lapangan penyelidikan kefilsafatan
Lapangan penyelidikan kefilsafatanLapangan penyelidikan kefilsafatan
Lapangan penyelidikan kefilsafatanNurmahmudah M.Phil.
 
Pertemuan 12- Pemikiran ekonomi ISlam Mazhab Kritis.pptx
Pertemuan 12- Pemikiran ekonomi ISlam Mazhab Kritis.pptxPertemuan 12- Pemikiran ekonomi ISlam Mazhab Kritis.pptx
Pertemuan 12- Pemikiran ekonomi ISlam Mazhab Kritis.pptxnairaazkia89
 
Ideologi & Pendidikan
Ideologi & PendidikanIdeologi & Pendidikan
Ideologi & Pendidikanwarna
 
Makalah filsafat ilmu
Makalah filsafat ilmuMakalah filsafat ilmu
Makalah filsafat ilmuWarnet Raha
 

Similar a Teori Kritis Teknologi (20)

Aksiologi Sains
Aksiologi SainsAksiologi Sains
Aksiologi Sains
 
Chapter report filsafat
Chapter report filsafatChapter report filsafat
Chapter report filsafat
 
Sosiologi horton
Sosiologi hortonSosiologi horton
Sosiologi horton
 
Sosiologi horton
Sosiologi hortonSosiologi horton
Sosiologi horton
 
Makalah aksiologi henry kurniawan
Makalah aksiologi henry kurniawanMakalah aksiologi henry kurniawan
Makalah aksiologi henry kurniawan
 
Paradigma sosiologi
Paradigma sosiologiParadigma sosiologi
Paradigma sosiologi
 
Makalah AKBID PARAMATA RAHA
Makalah AKBID PARAMATA RAHA Makalah AKBID PARAMATA RAHA
Makalah AKBID PARAMATA RAHA
 
Teori ilmu sosial s3 6-15 (prof nyoman)
Teori ilmu sosial s3 6-15 (prof nyoman)Teori ilmu sosial s3 6-15 (prof nyoman)
Teori ilmu sosial s3 6-15 (prof nyoman)
 
Kritik Ideologi dan Kritik Ilmu pengetahuan_Teori Kritis.pptx
Kritik Ideologi dan Kritik Ilmu pengetahuan_Teori Kritis.pptxKritik Ideologi dan Kritik Ilmu pengetahuan_Teori Kritis.pptx
Kritik Ideologi dan Kritik Ilmu pengetahuan_Teori Kritis.pptx
 
Teori-modernitas-kontemporer
Teori-modernitas-kontemporerTeori-modernitas-kontemporer
Teori-modernitas-kontemporer
 
TEORI TEORI SOSIAL
TEORI TEORI SOSIALTEORI TEORI SOSIAL
TEORI TEORI SOSIAL
 
Teori dan Praktek Filsafat ilmu by Arif Partono
Teori dan Praktek Filsafat ilmu   by Arif PartonoTeori dan Praktek Filsafat ilmu   by Arif Partono
Teori dan Praktek Filsafat ilmu by Arif Partono
 
Aksiologi Ilmu Pendidikan
Aksiologi Ilmu PendidikanAksiologi Ilmu Pendidikan
Aksiologi Ilmu Pendidikan
 
Keterkaitan ilmu pengetahuan,teknologi dan kemiskinan
Keterkaitan ilmu pengetahuan,teknologi dan kemiskinanKeterkaitan ilmu pengetahuan,teknologi dan kemiskinan
Keterkaitan ilmu pengetahuan,teknologi dan kemiskinan
 
Filsafat Pendidikan
Filsafat PendidikanFilsafat Pendidikan
Filsafat Pendidikan
 
Kemajuan Teknologi dan Punahnya Ilmu Pengetahuan
Kemajuan Teknologi dan Punahnya Ilmu PengetahuanKemajuan Teknologi dan Punahnya Ilmu Pengetahuan
Kemajuan Teknologi dan Punahnya Ilmu Pengetahuan
 
Lapangan penyelidikan kefilsafatan
Lapangan penyelidikan kefilsafatanLapangan penyelidikan kefilsafatan
Lapangan penyelidikan kefilsafatan
 
Pertemuan 12- Pemikiran ekonomi ISlam Mazhab Kritis.pptx
Pertemuan 12- Pemikiran ekonomi ISlam Mazhab Kritis.pptxPertemuan 12- Pemikiran ekonomi ISlam Mazhab Kritis.pptx
Pertemuan 12- Pemikiran ekonomi ISlam Mazhab Kritis.pptx
 
Ideologi & Pendidikan
Ideologi & PendidikanIdeologi & Pendidikan
Ideologi & Pendidikan
 
Makalah filsafat ilmu
Makalah filsafat ilmuMakalah filsafat ilmu
Makalah filsafat ilmu
 

Más de Ahmad Ibrahim

Filsafat Ilmu dan Pendekatan Pascadisiplin 09: Masyarakat Jaringan dan Komple...
Filsafat Ilmu dan Pendekatan Pascadisiplin 09: Masyarakat Jaringan dan Komple...Filsafat Ilmu dan Pendekatan Pascadisiplin 09: Masyarakat Jaringan dan Komple...
Filsafat Ilmu dan Pendekatan Pascadisiplin 09: Masyarakat Jaringan dan Komple...Ahmad Ibrahim
 
Filsafat Ilmu dan Pendekatan Pascadisiplin 09: Virtualitas (Ekonomi Politik I...
Filsafat Ilmu dan Pendekatan Pascadisiplin 09: Virtualitas (Ekonomi Politik I...Filsafat Ilmu dan Pendekatan Pascadisiplin 09: Virtualitas (Ekonomi Politik I...
Filsafat Ilmu dan Pendekatan Pascadisiplin 09: Virtualitas (Ekonomi Politik I...Ahmad Ibrahim
 
Filsafat Ilmu dan Pendekatan Pascadisiplin 08: Posmodernisme, Era Informasi, ...
Filsafat Ilmu dan Pendekatan Pascadisiplin 08: Posmodernisme, Era Informasi, ...Filsafat Ilmu dan Pendekatan Pascadisiplin 08: Posmodernisme, Era Informasi, ...
Filsafat Ilmu dan Pendekatan Pascadisiplin 08: Posmodernisme, Era Informasi, ...Ahmad Ibrahim
 
Filsafat Ilmu dan Pendekatan Pascadisiplin 05: Paradigma, Positivisme, dan Pa...
Filsafat Ilmu dan Pendekatan Pascadisiplin 05: Paradigma, Positivisme, dan Pa...Filsafat Ilmu dan Pendekatan Pascadisiplin 05: Paradigma, Positivisme, dan Pa...
Filsafat Ilmu dan Pendekatan Pascadisiplin 05: Paradigma, Positivisme, dan Pa...Ahmad Ibrahim
 
Filsafat Ilmu dan Pendekatan Pascadisiplin 04: Aksiologi
Filsafat Ilmu dan Pendekatan Pascadisiplin 04: AksiologiFilsafat Ilmu dan Pendekatan Pascadisiplin 04: Aksiologi
Filsafat Ilmu dan Pendekatan Pascadisiplin 04: AksiologiAhmad Ibrahim
 
Filsafat Ilmu dan Pendekatan Pascadisiplin 03: Epistemologi
Filsafat Ilmu dan Pendekatan Pascadisiplin 03: EpistemologiFilsafat Ilmu dan Pendekatan Pascadisiplin 03: Epistemologi
Filsafat Ilmu dan Pendekatan Pascadisiplin 03: EpistemologiAhmad Ibrahim
 
Filsafat Ilmu dan Pendekatan Pascadisiplin 01: Logika
Filsafat Ilmu dan Pendekatan Pascadisiplin 01: LogikaFilsafat Ilmu dan Pendekatan Pascadisiplin 01: Logika
Filsafat Ilmu dan Pendekatan Pascadisiplin 01: LogikaAhmad Ibrahim
 
Digital Identity Appropriation
Digital Identity AppropriationDigital Identity Appropriation
Digital Identity AppropriationAhmad Ibrahim
 

Más de Ahmad Ibrahim (8)

Filsafat Ilmu dan Pendekatan Pascadisiplin 09: Masyarakat Jaringan dan Komple...
Filsafat Ilmu dan Pendekatan Pascadisiplin 09: Masyarakat Jaringan dan Komple...Filsafat Ilmu dan Pendekatan Pascadisiplin 09: Masyarakat Jaringan dan Komple...
Filsafat Ilmu dan Pendekatan Pascadisiplin 09: Masyarakat Jaringan dan Komple...
 
Filsafat Ilmu dan Pendekatan Pascadisiplin 09: Virtualitas (Ekonomi Politik I...
Filsafat Ilmu dan Pendekatan Pascadisiplin 09: Virtualitas (Ekonomi Politik I...Filsafat Ilmu dan Pendekatan Pascadisiplin 09: Virtualitas (Ekonomi Politik I...
Filsafat Ilmu dan Pendekatan Pascadisiplin 09: Virtualitas (Ekonomi Politik I...
 
Filsafat Ilmu dan Pendekatan Pascadisiplin 08: Posmodernisme, Era Informasi, ...
Filsafat Ilmu dan Pendekatan Pascadisiplin 08: Posmodernisme, Era Informasi, ...Filsafat Ilmu dan Pendekatan Pascadisiplin 08: Posmodernisme, Era Informasi, ...
Filsafat Ilmu dan Pendekatan Pascadisiplin 08: Posmodernisme, Era Informasi, ...
 
Filsafat Ilmu dan Pendekatan Pascadisiplin 05: Paradigma, Positivisme, dan Pa...
Filsafat Ilmu dan Pendekatan Pascadisiplin 05: Paradigma, Positivisme, dan Pa...Filsafat Ilmu dan Pendekatan Pascadisiplin 05: Paradigma, Positivisme, dan Pa...
Filsafat Ilmu dan Pendekatan Pascadisiplin 05: Paradigma, Positivisme, dan Pa...
 
Filsafat Ilmu dan Pendekatan Pascadisiplin 04: Aksiologi
Filsafat Ilmu dan Pendekatan Pascadisiplin 04: AksiologiFilsafat Ilmu dan Pendekatan Pascadisiplin 04: Aksiologi
Filsafat Ilmu dan Pendekatan Pascadisiplin 04: Aksiologi
 
Filsafat Ilmu dan Pendekatan Pascadisiplin 03: Epistemologi
Filsafat Ilmu dan Pendekatan Pascadisiplin 03: EpistemologiFilsafat Ilmu dan Pendekatan Pascadisiplin 03: Epistemologi
Filsafat Ilmu dan Pendekatan Pascadisiplin 03: Epistemologi
 
Filsafat Ilmu dan Pendekatan Pascadisiplin 01: Logika
Filsafat Ilmu dan Pendekatan Pascadisiplin 01: LogikaFilsafat Ilmu dan Pendekatan Pascadisiplin 01: Logika
Filsafat Ilmu dan Pendekatan Pascadisiplin 01: Logika
 
Digital Identity Appropriation
Digital Identity AppropriationDigital Identity Appropriation
Digital Identity Appropriation
 

Último

REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdf
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdfREFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdf
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdfirwanabidin08
 
PEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptx
PEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptxPEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptx
PEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptxsukmakarim1998
 
PERAN PERAWAT DALAM PEMERIKSAAN PENUNJANG.pptx
PERAN PERAWAT DALAM PEMERIKSAAN PENUNJANG.pptxPERAN PERAWAT DALAM PEMERIKSAAN PENUNJANG.pptx
PERAN PERAWAT DALAM PEMERIKSAAN PENUNJANG.pptxRizkyPratiwi19
 
PPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptx
PPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptxPPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptx
PPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptxdpp11tya
 
AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..
AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..
AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..ikayogakinasih12
 
PPT AKUNTANSI KEUANGAN MENENGAH DUA.pptx
PPT AKUNTANSI KEUANGAN MENENGAH DUA.pptxPPT AKUNTANSI KEUANGAN MENENGAH DUA.pptx
PPT AKUNTANSI KEUANGAN MENENGAH DUA.pptxssuser8905b3
 
contoh penulisan nomor skl pada surat kelulusan .pptx
contoh penulisan nomor skl pada surat kelulusan  .pptxcontoh penulisan nomor skl pada surat kelulusan  .pptx
contoh penulisan nomor skl pada surat kelulusan .pptxHR MUSLIM
 
Modul Projek - Batik Ecoprint - Fase B.pdf
Modul Projek  - Batik Ecoprint - Fase B.pdfModul Projek  - Batik Ecoprint - Fase B.pdf
Modul Projek - Batik Ecoprint - Fase B.pdfanitanurhidayah51
 
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdfContoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdfCandraMegawati
 
MAKALAH KELOMPOK 7 ADMINISTRASI LAYANAN KHUSUS.pdf
MAKALAH KELOMPOK 7 ADMINISTRASI LAYANAN KHUSUS.pdfMAKALAH KELOMPOK 7 ADMINISTRASI LAYANAN KHUSUS.pdf
MAKALAH KELOMPOK 7 ADMINISTRASI LAYANAN KHUSUS.pdfChananMfd
 
Bab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdf
Bab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdfBab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdf
Bab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdfbibizaenab
 
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptx
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptxPerumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptx
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptxadimulianta1
 
MODUL 1 Pembelajaran Kelas Rangkap-compressed.pdf
MODUL 1 Pembelajaran Kelas Rangkap-compressed.pdfMODUL 1 Pembelajaran Kelas Rangkap-compressed.pdf
MODUL 1 Pembelajaran Kelas Rangkap-compressed.pdfNurulHikmah50658
 
MODUL P5 KEWIRAUSAHAAN SMAN 2 SLAWI 2023.pptx
MODUL P5 KEWIRAUSAHAAN SMAN 2 SLAWI 2023.pptxMODUL P5 KEWIRAUSAHAAN SMAN 2 SLAWI 2023.pptx
MODUL P5 KEWIRAUSAHAAN SMAN 2 SLAWI 2023.pptxSlasiWidasmara1
 
PELAKSANAAN + Link-Link MATERI Training_ "Effective INVENTORY & WAREHOUSING M...
PELAKSANAAN + Link-Link MATERI Training_ "Effective INVENTORY & WAREHOUSING M...PELAKSANAAN + Link-Link MATERI Training_ "Effective INVENTORY & WAREHOUSING M...
PELAKSANAAN + Link-Link MATERI Training_ "Effective INVENTORY & WAREHOUSING M...Kanaidi ken
 
Hiperlipidemiaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa
HiperlipidemiaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaHiperlipidemiaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa
Hiperlipidemiaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaafarmasipejatentimur
 
Paparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptx
Paparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptxPaparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptx
Paparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptxIgitNuryana13
 
UT PGSD PDGK4103 MODUL 2 STRUKTUR TUBUH Pada Makhluk Hidup
UT PGSD PDGK4103 MODUL 2 STRUKTUR TUBUH Pada Makhluk HidupUT PGSD PDGK4103 MODUL 2 STRUKTUR TUBUH Pada Makhluk Hidup
UT PGSD PDGK4103 MODUL 2 STRUKTUR TUBUH Pada Makhluk Hidupfamela161
 
Dasar-Dasar Sakramen dalam gereja katolik
Dasar-Dasar Sakramen dalam gereja katolikDasar-Dasar Sakramen dalam gereja katolik
Dasar-Dasar Sakramen dalam gereja katolikThomasAntonWibowo
 
1.3.a.3. Mulai dari Diri - Modul 1.3 Refleksi 1 Imajinasiku tentang Murid di ...
1.3.a.3. Mulai dari Diri - Modul 1.3 Refleksi 1 Imajinasiku tentang Murid di ...1.3.a.3. Mulai dari Diri - Modul 1.3 Refleksi 1 Imajinasiku tentang Murid di ...
1.3.a.3. Mulai dari Diri - Modul 1.3 Refleksi 1 Imajinasiku tentang Murid di ...MetalinaSimanjuntak1
 

Último (20)

REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdf
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdfREFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdf
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdf
 
PEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptx
PEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptxPEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptx
PEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptx
 
PERAN PERAWAT DALAM PEMERIKSAAN PENUNJANG.pptx
PERAN PERAWAT DALAM PEMERIKSAAN PENUNJANG.pptxPERAN PERAWAT DALAM PEMERIKSAAN PENUNJANG.pptx
PERAN PERAWAT DALAM PEMERIKSAAN PENUNJANG.pptx
 
PPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptx
PPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptxPPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptx
PPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptx
 
AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..
AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..
AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..
 
PPT AKUNTANSI KEUANGAN MENENGAH DUA.pptx
PPT AKUNTANSI KEUANGAN MENENGAH DUA.pptxPPT AKUNTANSI KEUANGAN MENENGAH DUA.pptx
PPT AKUNTANSI KEUANGAN MENENGAH DUA.pptx
 
contoh penulisan nomor skl pada surat kelulusan .pptx
contoh penulisan nomor skl pada surat kelulusan  .pptxcontoh penulisan nomor skl pada surat kelulusan  .pptx
contoh penulisan nomor skl pada surat kelulusan .pptx
 
Modul Projek - Batik Ecoprint - Fase B.pdf
Modul Projek  - Batik Ecoprint - Fase B.pdfModul Projek  - Batik Ecoprint - Fase B.pdf
Modul Projek - Batik Ecoprint - Fase B.pdf
 
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdfContoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
 
MAKALAH KELOMPOK 7 ADMINISTRASI LAYANAN KHUSUS.pdf
MAKALAH KELOMPOK 7 ADMINISTRASI LAYANAN KHUSUS.pdfMAKALAH KELOMPOK 7 ADMINISTRASI LAYANAN KHUSUS.pdf
MAKALAH KELOMPOK 7 ADMINISTRASI LAYANAN KHUSUS.pdf
 
Bab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdf
Bab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdfBab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdf
Bab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdf
 
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptx
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptxPerumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptx
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptx
 
MODUL 1 Pembelajaran Kelas Rangkap-compressed.pdf
MODUL 1 Pembelajaran Kelas Rangkap-compressed.pdfMODUL 1 Pembelajaran Kelas Rangkap-compressed.pdf
MODUL 1 Pembelajaran Kelas Rangkap-compressed.pdf
 
MODUL P5 KEWIRAUSAHAAN SMAN 2 SLAWI 2023.pptx
MODUL P5 KEWIRAUSAHAAN SMAN 2 SLAWI 2023.pptxMODUL P5 KEWIRAUSAHAAN SMAN 2 SLAWI 2023.pptx
MODUL P5 KEWIRAUSAHAAN SMAN 2 SLAWI 2023.pptx
 
PELAKSANAAN + Link-Link MATERI Training_ "Effective INVENTORY & WAREHOUSING M...
PELAKSANAAN + Link-Link MATERI Training_ "Effective INVENTORY & WAREHOUSING M...PELAKSANAAN + Link-Link MATERI Training_ "Effective INVENTORY & WAREHOUSING M...
PELAKSANAAN + Link-Link MATERI Training_ "Effective INVENTORY & WAREHOUSING M...
 
Hiperlipidemiaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa
HiperlipidemiaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaHiperlipidemiaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa
Hiperlipidemiaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa
 
Paparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptx
Paparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptxPaparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptx
Paparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptx
 
UT PGSD PDGK4103 MODUL 2 STRUKTUR TUBUH Pada Makhluk Hidup
UT PGSD PDGK4103 MODUL 2 STRUKTUR TUBUH Pada Makhluk HidupUT PGSD PDGK4103 MODUL 2 STRUKTUR TUBUH Pada Makhluk Hidup
UT PGSD PDGK4103 MODUL 2 STRUKTUR TUBUH Pada Makhluk Hidup
 
Dasar-Dasar Sakramen dalam gereja katolik
Dasar-Dasar Sakramen dalam gereja katolikDasar-Dasar Sakramen dalam gereja katolik
Dasar-Dasar Sakramen dalam gereja katolik
 
1.3.a.3. Mulai dari Diri - Modul 1.3 Refleksi 1 Imajinasiku tentang Murid di ...
1.3.a.3. Mulai dari Diri - Modul 1.3 Refleksi 1 Imajinasiku tentang Murid di ...1.3.a.3. Mulai dari Diri - Modul 1.3 Refleksi 1 Imajinasiku tentang Murid di ...
1.3.a.3. Mulai dari Diri - Modul 1.3 Refleksi 1 Imajinasiku tentang Murid di ...
 

Teori Kritis Teknologi

  • 1. FilsafatIlmudanPendekatanPascadisiplin Dr. Ahmad Ibrahim Badr y, S.Fil., M.Hum. School of Global and Strategic Studies Universitas Indonesia
  • 2. BagianVII: TeoriKritis BagianII(Kaitan Ilmudan Kepentingan) Heidegger danTeknologi Marcuse dan Kritik atas Masyarakat Industri Teori Kritis atasTeknologi Feenberg Sejarah tanpa Perempuan? Feminisme sebagai Kritik atas Dominasi
  • 4. KesadarandalamPemahamanHeidegger Kesadaran manusia tidak hanya melulu akan sesuatu tetapi juga berupa kesadaran dalam atau sebagai sesuatu. Oleh karena manusia hidup dalam ruang, maka manusia menjadi sadar bahwa dirinya ada dalam sesuatu. Sesuatu yang mewadahi kita untuk mengada ini turut mempengaruhi kita dengan cara yang berbeda-beda. Misalnya saja, manusia yang berada di dalam rumah akan merasa nyaman dan aman sebagai penghuni rumah itu karena ia terlindung dari ancaman hewan liar yang berada di sekeliling rumahnya. Pada contoh ini dapat dikatakan bahwa ketika seseorang berada dalam rumah, ia akan berlaku sebagai sesuatu yang dipengaruhi oleh rumah tersebut (bdk. Hardiman, 2003, p. 28-29). Dasein itu merupakan pengada yang sadar akan dirinya sekaligus sadar akan yang lainnya, termasuk sadar akan Ada. Cara mengada Dasein menjadi sesuatu yang unik dan khas. Adanya-di-dalam-dunia (in-der-Welt-sein) jelas menunjukkan ketersingkapan akan dirinya itu sendiri melalui proses memahami dengan jalan membicarakannya. Pada konteks Dasein, kesadaran telah didahului kemengadaannya dan bukan sebaliknya. Inilah esensi dari fenomenologi Ada Heideggerian (bdk. Hardiman, 2003, p. 55).
  • 5. Manusia dan Sesuatu di Luar Dirinya Apa yang ditemui oleh Dasein di dunia akan terdiri dari tiga hal, yaitu: benda berupa peralatan, benda bukan peralatan, dan orang lainnya. Benda berupa peralatan ini dijabarkan lebih jauh oleh Heidegger sehingga mencakup makna yang luas sepanjang ia tersedia untuk tangan (atau berpengertian zuhandenes) atau dapat dipakai untuk sesuatu (atau memiliki struktur umzu). Sebagai contoh, batu dapat menjadi peralatan jika ia tersedia untuk digenggam tangan sebagai pelontar dalam mengambil buah mangga dari pohonnya atau batu dapat berupa peralatan sepanjang ia dapat dipakai untuk bahan bangunan. Kedua contoh ini mengandaikan bahwa apa pun dapat menjadi peralatan bagi ada-di-dalam-dunia sepanjang memenuhi kriteria fungsionalitasnya tersebut. Ketika fungsionalitas ini tak terpenuhi dalam relasinya dengan ada-di- dalam-dunia, maka benda tersebut hanya menjadi benda belaka yang bukan peralatan meskipun ia tadinya adalah berupa peralatan sebenarnya, seperti pisau dapur yang sudah patah menjadi dua bagian (bdk. Hardiman, 2003, pp. 55-56).
  • 6. TeknologisebagaiCaraMenyingkapAda Heidegger memandang teknologi sebagai suatu cara untuk menyingkap Ada. Teknologi telah memungkinkan kita untuk membawa sesuatu yang tadinya tak ada menjadi Ada ke hadapan kita (a way of revealing to bringing forth). Menggunakan teori sebab, warisan Aristoteles, yang amat dikenal dalam kancah filsafat, Heidegger pun lalu menjelaskan proses terjadinya benda teknologis. Dalam causa materialis, aspek materi bendanya itu dijelaskan. Misalnya saja, lumbung padi itu dibuat dari kayu dan ijuk. Kemudian, masuk pada causa formalis, penjelasan pun bergerak ke arah bentuk dari bendanya itu. Bersambungan dengan contoh lumbung padi, bentuk lumbung padi akan serupa gudang dengan atap ijuk. Sebab berikutnya, yaitu causa finalis, akan memaparkan tujuan penggunaan dari benda tersebut. Pada konteks lumbung padi, hal ini digunakan untuk menyimpan padi sebagai persediaan di masa paceklik.Yang terakhir, causa efficiens, adalah yang membawakan atau bertanggung jawab agar benda teknis itu mengada. Lumbung padi diadakan oleh sekelompok petani untuk kebutuhan keluarga dan masyarakatnya. Pada prosesnya tersebut, Heidegger memberikan catatan kalau sekelompok tani ini bukanlah causa efficiens itu sendiri karena pada kenyataannya mereka hanya melaksanakan fungsi transformasi atas pengubahan kayu dan ijuk agar dapat menjadi lumbung padi (bdk. Heidegger, 1977, pp. 6-10).
  • 9. Sejak awal, setiap teori kritis masyarakat dihadapkan pada masalah objektivitas historis, masalah yang muncul pada dua titik di mana analisisnya menyiratkan pertimbangan nilai: 1. Pertimbangan bahwa kehidupan manusia layak untuk dijalani, atau lebih tepatnya, dapat dan harus dibuat layak untuk dijalani. Penilaian ini mendasari semua upaya intelektual; itu adalah a priori teori sosial, dan penolakannya (yang sangat logis) menolak teori itu sendiri; 2. Pertimbangan bahwa, dalam masyarakat tertentu, kemungkinan- kemungkinan khusus ada untuk perbaikan kehidupan manusia dan cara-cara serta cara-cara khusus untuk mewujudkan kemungkinan-kemungkinan ini. Analisis kritis harus menunjukkan validitas objektif dari penilaian ini, dan demonstrasinya ini harus dilanjutkan atas dasar empiris. Masyarakat yang sudah mapan memiliki sumber daya intelektual dan material dalam jumlah dan kualitas yang pasti. Bagaimana sumber daya ini dapat digunakan untuk pengembangan dan kepuasan optimal kebutuhan individu dan kemampuan dengan sedikit kerja keras dan kesengsaraan? Teori sosial adalah teori sejarah, dan sejarah adalah ranah kesempatan dalam ranah kebutuhan. Oleh karena itu, di antara berbagai cara yang mungkin dan aktual untuk mengatur dan memanfaatkan sumber daya yang tersedia, manakah yang menawarkan peluang terbesar untuk pengembangan yang optimal? (Marcuse, 2007, p. xli) Catatan Marcuse atas Objektivitas Historis
  • 10. Kemajuan teknis, yang diperluas ke seluruh sistem dominasi dan koordinasi, menciptakan bentuk-bentuk kehidupan (dan kekuasaan) yang tampak mendamaikan kekuatan-kekuatan yang menentang sistem dan mengalahkan atau menyangkal semua protes atas nama prospek historis kebebasan dari kerja keras dan dominasi. Masyarakat kontemporer tampaknya mampu menahan perubahan sosial — perubahan kualitatif yang pada dasarnya akan membentuk institusi yang berbeda, arah baru dari proses produktif, mode baru eksistensi manusia. Pengendalian perubahan sosial ini mungkin merupakan pencapaian paling luar biasa dari masyarakat industri maju. Masyarakat industri modern adalah identitas yang tersebar luas dari pertentangan- pertentangan ini (karena produktif dan desktruktif sekaligus) — keseluruhanlah yang dipertanyakan. Pada saat yang sama, posisi teori tidak bisa menjadi spekulasi belaka. Ini harus menjadi posisi historis dalam arti bahwa itu harus didasarkan pada kemampuan masyarakat tertentu. Situasi ambigu ini melibatkan ambiguitas yang lebih mendasar. Manusia Satu-Dimensi akan terombang-ambing di antara dua hipotesis yang kontradiktif: (1) bahwa masyarakat industri maju mampu menahan perubahan kualitatif di masa mendatang; (2) bahwa ada kekuatan dan kecenderungan yang dapat mematahkan penahanan ini dan meledakkan masyarakat. Saya tidak berpikir bahwa jawaban yang jelas dapat diberikan. Kedua kecenderungan itu ada, berdampingan — dan bahkan yang satu berada dalam yang lainnya. (Marcuse, 2007, pp. xliii & xlv) Perspektif atas Masyarakat Industri
  • 11. Teknologi berfungsi untuk melembagakan bentuk kontrol sosial dan kohesi sosial yang baru, lebih efektif, dan lebih menyenangkan. Kecenderungan totaliter dari kontrol-kontrol ini tampaknya menegaskan dirinya dalam arti lain lagi — dengan menyebar ke wilayah yang kurang berkembang dan bahkan ke wilayah pra-industri di dunia, dan dengan menciptakan kesamaan dalam perkembangan kapitalisme dan komunisme. Dalam menghadapi ciri-ciri totaliter masyarakat ini, gagasan tradisional tentang "netralitas" teknologi tidak dapat lagi dipertahankan.Teknologi seperti itu tidak dapat dipisahkan dari kegunaannya; masyarakat teknologi adalah sistem dominasi yang sudah beroperasi dalam konsep dan konstruksi teknik. Cara masyarakat mengatur kehidupan anggotanya melibatkan pilihan awal antara alternatif sejarah yang ditentukan oleh tingkat warisan budaya material dan intelektual. Pilihan itu sendiri dihasilkan dari permainan kepentingan yang dominan. Ia mengantisipasi cara-cara khusus untuk mengubah dan memanfaatkan manusia dan alam dan menolak cara-cara lain. Ini adalah salah satu "proyek" realisasi di antara yang lain.Tetapi begitu proyek telah beroperasi di institusi dan relasi dasar, ia cenderung menjadi eksklusif dan menentukan perkembangan masyarakat secara keseluruhan. Sebagai suatu semesta teknologi, masyarakat industri maju adalah semesta politik, tahapan terakhir dalam realisasi proyek sejarah tertentu — yaitu, pengalaman, transformasi, dan pengorganisasian alam sebagai bahan dominasi belaka. (Marcuse, 2007, pp. xlvi) Kecenderungan Totaliterian dariTerapanTeknologi
  • 13. DasarPemikiranTeoriKritisatasTeknologi Tesis Netralitas: hanya ada satu penerapan teknologi yang efektif dalam setiap tahap perkembangannya, maka manfaat yang diperoleh beberapa kelompok dari adaptasi masyarakat yang sedang berlangsung terhadap teknologi baru terikat erat dengan kemajuan teknis. Klaim: teknologi itu buta secara politis. MazhabTeori Kritis: teknologi melayani tujuan umum seperti meningkatkan kekuatan manusia atas alam, desain dan terapannya melayani dominasi atas manusia oleh manusia (lainnya). Dalam pengertian ini, sarana (teknologi) tidak benar-benar “bebas nilai” tetapi memasukkan dalam strukturnya tujuan untuk memajukan organisasi masyarakat tertentu. Singkatnya, teknologi adalah politik. (Feenberg, 1990, pp. 17-18)
  • 14. CatatanPentingdariLukacsdanMarcuse Teori ReifikasiGeorg Lukacs: reifikasi secara harfiah berarti proses membuat res atau “benda,” khususnya, memperlakukan manusia dan relasinya sebagai benda dan relasi antar benda. “Sesuatu” dalam pengertian ini harus dipahami secara sempit sebagai entitas yang berdiri sendiri dan terisolasi yang tunduk pada hukum seperti yang ada di alam. Lukacs menyerang praktik kapitalis yang memecah- belah pekerjaan dan para pekerja hidup menjadi “hal-hal” seperti itu yang lebih baik untuk mengontrol mereka melalui manipulasi teknis. Pendekatan Marcuse: di satu sisi, Marcuse menunjukkan karakter ideologis, penerapan rasionalitas teknis di luar domain teknis khusus yang diterapkan dengan benar, menunjukkan bagaimana perluasan teknologi yang berlebihan ini mensterilkan ruang publik dan memblokir diskusi politik. Di sisi lain, argumen Marcuse yang lebih radikal mengklaim bahwa, bahkan dalam domainnya sendiri, teknologi modern memiliki tanda asalnya dalam mode produksi otoriter. Dengan demikian, teknologi tidak netral bahkan dalam bidang teknis, tetapi politik melalui dan melalui. Posisi terakhir ini sangat cocok dengan aktivis lingkungan radikal, dengan penolakan sistematisnya terhadap model industrialisme yang dominan. (Feenberg, 1990, pp. 18-19)
  • 15. TeknologidanKapitalisme Dalam masyarakat tradisional, teknik selalu dimasukkan ke dalam kerangka hubungan manusia non-teknis yang lebih besar. Praktik teknik tidak hanya melayani nilai-nilai ekstra-teknis (ia melakukannya di semua masyarakat, termasuk kapitalisme). Lebih dari itu, praktik teknik hanyalah sebuah dimensi dari berbagai praktik non-teknik yang tertanam di dalamnya, baik yang bersifat keagamaan, politik, maupun kekeluargaan. Saat ini kita masih memiliki sisa-sisa struktur seperti itu dalam peranan teknik yang bermain dalam praktik non-teknis dalam membesarkan anak atau produksi artistik. Kapitalisme berinovasi dalam mengintegrasikan sistem teknis total yang struktur internalnya didasarkan pada nilai-nilai dan praktik teknik daripada non-teknik. Teknik tidak lagi muncul sebagai sesuatu yang tertanam dalam berbagai subsistem sosial yang dilayaninya, di mana ia akan dikendalikan oleh bentuk tindakan non-teknis seperti otoritas moral agama atau ayah. Kapitalisme membebaskan teknik dari kontrol internal semacam itu dan mengatur pekerjaan dan sistem sosial dengan prinsip yang sama. Jadi, meskipun teknik itu sendiri memiliki jejak yang sama dalam masyarakat pra-kapitalis dan kapitalis, hanya di masyarakat kapitalis teknik itu merupakan takdir universal manusia. (Feenberg, 1990, p. 26)
  • 16. EmpatMomenReifikasidalamSistemKapitalisme 1. Momen dekontekstualisasi: pemisahan objek dari konteks. Contoh: pohon dipisahkan (dan ditebang) dari hutan sebagai bahan bangunan atau pekerja dipisahkan (dan dilucuti) dari masyarakatnya dalam perusahaan pada sistem kapitalis. 2. Momen reduksionis: pemisahan kualitas primer dari kualitas sekunder. Contoh: manajemen adalah sistem abstrak yang memiliki kualitas primer karena ia dapat mengontrol dari atas. 3. Momen otonomisasi: pemisahan subjek dari objek. Contoh: meskipun dalam sistem kapitalis antara pengusaha (pemegang kendali dari manajemen) dan pekerja adalah sama-sama manusia, pekerja berada dalam posisi sebagai objek yang terkendali dalam sistem yang otomatis melalui penerapan prosedur dan mekanisme birokrasi. 4. Momen penempatan posisi: penempatan strategis subjek. Contoh: pengusaha sebagai pengendali sistem kapitalis mengambil keuntungan dengan menempatkan dirinya lebih tinggi dibanding pekerja karena ia berada di level yang mengendalikan manajemen tersebut. (bdk. Feenberg, 1990, pp. 26-31)
  • 18. PenulisanKembaliSejarah Seringkali, dalam penulisan sejarah, soal perempuan atau keperempuanan dikesampingkan. “Di sebagian besar masa lalu kita, orang tidak mengenal ayah. Sama seperti hewan yang mengenali ibunya (yang juga mengenal anaknya) tetapi tidak mengenali ayahnya (yang tidak mengenalnya), manusia purba tidak menghubungkan tindakan seks dengan konsekuensi yang tertunda dan acak. Lukisan dan ukiran gua dari sekitar 5.000 SM menggambarkan hewan yang bersanggama di musim semi dan betina hamil di musim panas, jadi peran pria dalam prokreasi mungkin telah diketahui selama kurun waktu 10.000 tahun.Tetapi, selama 125.000–275.000 tahun keberadaan Homo sapiens sapiens, perempuan dipandang sebagai satu-satunya yang bertanggung jawab atas kehidupan. Jika ayah tidak diketahui, ibu adalah satu-satunya orangtua. Orang-orang awal menghormati kekuatan perempuan untuk berkembang biak dan untuk menjamin kelangsungan komunitas.” (French, 2008, pp. 24-25)
  • 19. SejarahFilsafatdanPerempuan Aspasia, yang meninggal sekitar 401 SM, dikenal sebagai ahli retorika dan anggota lingkaran filosofis Periclean. Reputasinya sebagai filsuf telah diabadikan oleh Plato, yang menjadikan Epitaphia sebagai subjek percakapan Socrates di Menexenus. Dia juga diabadikan dalam lukisan dinding di atas portal Universitas Athena diYunani, ditampilkan bersama teman Socrates, Phidias, pematung (dengan pahat di tangan) yang memahat patung Athena berbahan emas dan gading di Akropolis pada tahun 438, SM, Sophocles, penulis naskah, Pericles, jenderal Perang Peloponnesia (dan pasangan Aspasia), Plato, sebagai seorang pemuda (yang lahir setelah Pericles meninggal),Antisthenes, (yang hidup 444-365 SM), Anaxagoras, ( yang hidup 500- 428 SM),Alcibiades muda, (450-404 SM), Ictinus, arsitek Parthenon, (selesai 438 SM), Polygnotus, dan Archimedes (yang hidup 287- 212 SM). (Waithe, 1987, pp. iv & 75)
  • 20. KriteriaFilsafatibagiTulisanPerempuan? Sebelum mengumumkan pembentukan Proyek Sejarah Perempuan dalam Filsafat, saya menyebutkan kepada seorang kolega pria bahwa saya telah menemukan beberapa tulisan filsuf perempuan Pythagorean. Dia menjawab bahwa dia pernah mendengar tentang beberapa filsuf perempuan kuno, “tetapi, bukankah mereka hanya menulis tentang ~ heh, heh ~ ekonomi rumah tangga?” Khawatir bahwa apa yang saya temukan tidak benar-benar filsafati, saya membaca kembali materi tersebut. Saya dapat melihat bagaimana pandangan yang dangkal pada beberapa baris pertama dari beberapa huruf atau karya yang terpisah-pisah dapat meninggalkan kesan bahwa pengikut Pythagorean memang menulis tentang ekonomi rumah tangga.Topik mereka termasuk membesarkan anak dan peran perempuan dalam masyarakat kuno.Tetapi, pembacaan yang lebih dekat dan lengkap dari materi yang saya temukan menyangkal kesimpulan seperti itu. Para filsuf ini menganalisis bagaimana konsep harmonia Pythagorean diterapkan pada struktur dan jalannya negara, dan pada struktur serta jalannya keluarga, yang dipandang sebagai mikrokosmos negara. Mereka membahas bagaimana seorang perempuan dapat menerapkan asas itu dalam membesarkan anak-anak menjadi individu yang adil dan harmonis, dan bagaimana seorang perempuan dapat menerapkan asas itu dalam bidang lain dalam kehidupan sehari-harinya. Ini bukan ekonomi rumah tangga, ini teori etika terapan, lengkap dengan psikologi perkembangan moral, teori kewajiban keluarga, dan masih banyak lagi. Namun pertanyaan yang dikemukakan oleh komentar kolega saya relevan: kriteria apa yang akan saya gunakan untuk mengidentifikasi karya yang benar-benar filsafati? (Waithe, 1987, p. xi)
  • 22. PermulaanFeminisme Titik Berangkat:  MaryWollstonecraft dengan bukunya yang berjudul Vindication of the Rights ofWoman (1792);  John Stuart Mill dan HarrietTaylor (Mill) yang menulis bersama buku Early Essays on Marriage and Divorce (1832),Taylor yang menulis buku Enfranchisement ofWomen” (1851), dan kemudian Mill yang menulis buku Subjection ofWoman (1869); dan  Gerakan perempuan untuk hak suara (women’s suffrage) di pertengahan abad XIX. Masalah: subordinasi perempuan berasal dari serangkaian hambatan berdasarkan adat kebiasaan dan hambatan hukum untuk berpartisipasi dalam ruang publik. (Tong, 2014)
  • 23. VarianAlirandalamFeminisme  Feminis Liberal: keadilan gender menuntut kita untuk membuat permainan yang adil dan memastikan tidak ada seorang pun yang dirugikan secara sistematis.  Feminis Radikal: sistem patriarkal ditandai oleh kuasa, dominasi, hierarkhi, dan kompetisi sehingga perlu dicabut dan dilepaskan dari akar-akarnya.  Feminis Marxis dan Sosialis: tidak mungkin bagi setiap orang, terutama perempuan, untuk mencapai kebebasan yang sejati dalam suatu masyarakat berkelas dalam hubungan dominasi antara yang berkuasa (pemilik modal dan laki-laki) dengan yang tidak berkuasa (buruh dan perempuan) pada sistem kapitalis.  Feminis Psikoanalisis dan Jender: akar penindasan seorang perempuan berasal dari psike perempuan dan itu bersumber dari proses pemilahan antara seorang anak dari ibunya saat menyusui. Perempuan tidak terintegrasi secara utuh pada kebudayaan karena takut akan kekuatannya sendiri, sementara laki- laki terpilah secara sempurna dan berelasi dengan ayahnya untuk menguasai alam dan perempuan. Sementara itu, pada jender, perempuan dianggap sebagai “liyan” karena bukan laki-laki.
  • 24. VarianAlirandalamFeminisme  Feminis Pascamodernis: menerima keliyanan sebagai suatu kondisi awal untuk kritis atas norma, nilai, dan praktik-praktik yang dipaksakan oleh sistem patriarki pada semua orang.  Feminis Multikultural dan Global: bertumpu pada pemahaman Diri. Feminis Multikultural menyadari bahwa perempuan dalam konteks budaya tertentu (sebagai imigran) akan menjadi Diri-nya bersama keluarga dan menjadi yang liyan ketika berhubungan dengan masyarakat. Sejalan dengan ini, Feminis Global menyatakan bahwa ada rasa skizoprenik atas Diri karena para penjajah telah merampok bukan hanya tanah dan sumber daya tetapi juga identitas mereka, terutama yang berada di negara-negara berkembang.  Ekofeminis: meluaskan perspektif hubungan dalam konteks Diri bersama liyan yang bukan manusia, yaitu dunia, tumbuhan, dan binatang. Jika kita melupakan sisi ini maka dunia kita akan menjadi rusak belaka di mana laki-laki menjadi pemeran utama dalam pengrusakan ini. (Tong, 2014)
  • 25. Referensi Badry,A.I. (2019). Kerangka Kerja Pertimbangan Etis Atas Penalaan Manusia Suatu Perumusan Berdasar Analisis Pascafenomenologis Ihdean (Disertasi). Depok: Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Indonesia. Feenberg, A. (1990). “The CriticalTheory ofTechnology.” Capitalism Nature Socialism 1(5), pp. 17-45. French, M. (2008). From Eve to Dawn, A History ofWomen in theWorldVolume I: Origins. NewYork:The Feminist Press at City University of NewYork. Hardiman, F.B. (2003). Heidegger dan Mistik Keseharian: Suatu Pengantar menuju Sein und Zeit. Jakarta: Kepustakaan Populer Gramedia. Heidegger, M. (1977). The Question ConcerningTechnology, and Other Essays. NewYork, NY & London: Harper & Row, Publishers, Inc. Marcuse, H. (2007). One-Dimensional Man: Studies in the Ideology of Advanced Industrial Society. London & New York: Routledge. Tong, R. (2014). FeministThought: A More Comprehensive Introduction (4th Ed.). Colorado:Westview Press. Waithe, M. E. (Ed.) (1987). A History ofWomen PhilosophersVolume 1: AncientWomen Philosophers 600 B.C. — 500 A.D. Dordrecht: Martinus Nijhoff Publishers. Sumber Gambar danVideo: en.wikipedia.org www.pexels.com www.videvo.net
  • 27. BiografiSingkat Februari 2017–Sekarang Dosen Luar Biasa • Sekolah Kajian Strategik dan Global, Universitas Indonesia, Jakarta. Agustus 2003–Agustus 2020 DosenTetap • SekolahTinggi Hukum Galunggung,Tasikmalaya. November 2017–Agustus 2019 Direktur Pendidikan Keunggulan Digital • Sakola,Tangerang. Agustus 2018–November 2018 Koordinator Penyusun Masterplan Perpustakaan Umum DKI Jakarta 2018 • Dinas Perpustakaan dan Kearsipan DKI Jakarta, Jakarta. Januari 2016–Desember 2016 Tenaga Ahli pada Program Usaha Bersama Komunitas • Kementerian Desa, IDT, danTransmigrasi, Jakarta. Juni 2013–Desember 2013 Konsultan Manajemen Organisasi & Koordinator Program Pelatihan Riset • Desantara Foundation, Depok. April 2009–Juni 2013 Konsultan Junior UMKM • Pusat Pengembangan dan Pendampingan Usaha Kecil Menengah (P3UKM) Bank Indonesia,Tasikmalaya. Catatan: Di Sakola, saya juga merangkap jabatan sebagai Duta Kecerdasan DigitaI (Digital Intelligence Quotient Ambassador) dari DQ Institute di Singapore.