2. Definisi Imunologi
Imunologi merupakan ilmu yang
mempelajari tentang imunitas atau
kekebalan akibat adanya rangsangan
molekul asing dari luar maupun dari dalam
tubuh manusia. Manusia memiliki sistem
pelacakan dan penjagaan terhadap benda
asing yang dikenal dengan sistem imun,
dimana akan melindungi tubuh terhadap
penyebab penyakit, patogen seperti virus,
bakteri, parasit, dan jamur.
Sistem imun (kekebalan tubuh) adalah
sistem pertahanan pada tubuh manusia
yang berfungsi untuk menjaga manusia
dari benda-benda yang asing bagi tubuh
manusia
9/3/20XX Presentation Title 2
3. Fungsi imun
9/3/20XX Presentation Title 3
1. Pertahanan
Fungsi pertahanan menyangkut pertahanan terhadap antigen dari luar tubuh seperti invasi mikroorganisme
dan parasit kedalam tubuh.
2. Homeostasis
Fungsi homeostasis, memenuhi persyaratan umum dari semua organisma multiseluler yang menghendaki
selalu terjadinya bentuk uniform dari setiap jenis sel tubuh.
3. Perondaan
Fungsi perondaan menyangkut perondaan diseluruh bagian tubuh terutama ditujukan untuk memantau
pengenalan terhadap sel-sel yang berubah menjadi abnormal melalui proses mutasi.. Fungsi perondaan
(surveillance) dari sistem imun bertugas untuk selalu waspada dan mengenal adanya perubahan- perubahan
dan selanjutnya secara cepat membuang konfigurasi yang baru timbul pada permukaan sel yang abnormal
4. Jenis-jenis respon imun
9/3/20XX Presentation Title 4
Respon imun tubuh kita terbagi menjadi 2 golongan, yaitu respon imun non spesifik/innate
(innate immune response) dan respon imun spesifik/adaptif (adaptive immune response)
1. Respon imun non-spesifik ( system imun alami )
Respon imun yang pertama kali akan berhadapan dengan agen infeksi adalah respon imun
innate/non spesifik/non adaptif. Karakteristik respon imun ini adalah sudah tersedia di
tubuh sebelum terjadinya infeksi, tidak spesifik terhadap pathogen tertentu (semua
pathogen diserang) dan responnya singkat di dalam tubuh. Meskipun demikian, respon
imun non spesifik ini mampu membedakan patogen dengan protein tubuh, sehingga tidak
akan menyerang tubuh kita sendiri. Komponen respon imun non spesifik antara lain : sel-
sel fagositik (makrofag, netrofil, sel dendritik), sel-sel non fagositik (sel mast, sel NK),
protein koplemen dan permukaan epitel
5. 2. Respon imun spesifik, ( system imun adaftif )
Respon imun spesifik/adaptif berbeda dengan respon imun non spesifik/non adptif. Karakteristiknya
berbeda dengan respon imun non spesifik. Karakteristik dari respon imun spesifik adalah baru
terbentuk jika terjadi infeksi dari patogen, sifat responnya spesifik untuk setiap infeksi (misal Infeksi
polio akan menghasilkan respon imun spesifik terhadap virus polio saja, tidak terhadap patogen
lain), jangka waktu responnya juga lama bahkan ada yang bertahan seumur hidup, terdapat
mekanisme memori sehingga apabila terjadi infeksi dari patogen yang sama respon imun yang
dihasilkan lebih cepat dan adekuat. Meskipun demikian, respon imun spesifik dan non spesifik akan
bekerja sama dalam mengeliminasi patogen di dalam tubuh
Mekanisme efektor dalam respons imun spesifik dapat dibedakan menjadi :
a. Respons imun seluler
b. Respons Imun Humoral
c. Interaksi Antara Respons Imun Seluler dengan Humoral
9/3/20XX Presentation Title 5
6. Respons imun seluler
• Untuk melawan mikroorganisme intraseluler tersebut diperlukan respons
imun seluler, yang diperankan oleh limfosit T. Subpopulasi sel T yang
disebut dengan sel T penolong (T-helper) akan mengenali mikroorganisme
atau antigen bersangkutan melalui major histocompatibility complex
(MHC) kelas II yang terdapat pada permukaan sel makrofag. Sub populasi
limfosit T lain yang disebut dengan sel T-sitotoksik (T-cytotoxic), juga
berfungsi untuk menghancurkan mikroorganisme intraseluler yang
disajikan melalui MHC kelas I secara langsung (cell to cell). Selain
menghancurkan mikroorganisme secara langsung, sel T-sitotoksik, juga
menghasilkan gamma interferon yang mencegah penyebaran
mikroorganisme kedalam sel lainnya
9/3/20XX Presentation Title 6
7. Respons Imun Humoral
• Respons imun humoral, diawali dengan deferensiasi limfosit B menjadi satu
populasi (klon) sel plasma yang melepaskan antibody spesifik ke dalam darah.
Pada respons imun humoral juga berlaku respons imun primer yang membentuk
klon sel B memory. Supaya limfosit B berdiferensiasi dan membentuk antibody
diperlukan bantuan limfosit T-penolong (T-helper), yang atas sinyal-sinyal
tertentu baik melalui MHC maupun sinyal yang dilepaskan oleh makrofag,
merangsang produksi antibody. Selain oleh sel T- penolong, produksi antibody
juga diatur oleh sel T penekan (T-supresor), sehingga produksi antibody seimbang
dan sesuai dengan yang dibutuhkan
9/3/20XX Presentation Title 7
8. Interaksi Antara Respons Imun Seluler dengan Humoral
• Interaksi ini disebut dengan antibody dependent cell mediated cytotoxicity
(ADCC), karena sitolisis baru terjadi bila dibantu oleh antibodi. Dalam hal ini
antibodi berfungsi melapisi antigen sasaran, sehingga sel natural killer (NK), yang
mempunyai reseptor terhadap fragmen Fc antibodi, dapat melekat erat pada sel
atau antigen sasaran. Perlekatan sel NK pada kompleks antigen antibody tersebut
mengakibatkan sel NK dapat menghancurkan sel sasaran
9/3/20XX Presentation Title 8
9. Komponen Sistem Imun
1. Kelenjar timus
2. Kelenjar limfe
3. Limfa
4. Tonsil
5. Berbagai jenis sel serta jaringan diluar organ limfoid, seperti :
a. Peyer,s patches yang terdapat pada dinding usus
b. Jaringan limfoid yang membatasi saluran nafas dan saluran urogenital
c. Jaringan limfoid dalam sumsum tulang dan dalam darah
9/3/20XX Presentation Title 9
10. Penyimpangan Sistem Imun
1. Gangguan morfologis, contoh : tidak berkembangnya kelenjar timus
2. Gangguan fungsional : toleransi imunologik karena lumpuhnya mekanisme
respon karena lumpuhnya mekanisme respon imun, reaksi alergik, anafilaksis
atau hipersensitivitas tipe lambat
3. Gangguan fungsi homeostatic : autoimun
4. Gangguan surveillance : pertumbuhan sel- sel ganas
9/3/20XX Presentation Title 10
11. Factor Pengubah Mekanisme Imun
1. Factor metabolic
Beberapa hormon dapat mempengaruhi respons imun tubuh, misalnya pada keadaan hipoadrenal dan
hipotiroidisme akan mengakibatkan menurunnya daya tahan terhadap infeksi. Steroid akan menghambat
fagositosis, produksi antibodi dan menghambat proses radang. Hormon kelamin yang termasuk kedalam
golongan hormone steroid, seperti androgen, estrogen dan progesterone diduga sebagai faktor pengubah
terhadap respons imun.
2. Factor lingkungan
Kenaikan angka kesakitan penyakit infeksi, sering terjadi pada masyarakat yang taraf hidupnya kurang mampu.
Kenaikan angka infeksi tersebut, mungkin disebabkan oleh karena lebih banyak menghadapi bibit penyakit atau
hilangnya daya tahan tubuh yang disebabkan oleh jeleknya keadaan gizi
9/3/20XX Presentation Title 11
12. 3. Factor gizi
Keadaan gizi seseorang sangat berpengaruh terhadap status imun seseorang. Kekurangan gizi merupakan penyebab
utama timbulnya imunodefisiensi
4. Factor anatomi
Garis pertahanan pertama dalam menghadapi invasi mikroba biasanya terdapat pada kulit dan selaput lender yang
melapisi bagian permukaan dalam tubuh. Struktur jaringan tersebut, bertindak sebagai imunitas alamiah dengan
menyediakan suatu rintangan fisik yang efektif. Adanya kerusakan pada permukaan kulit, atau pada selaput lender,
akan lebih memudahkan timbulnya suatu penyakit.
5. Factor fisiologis
Getah lambung pada umumnya menyebabkan suatu lingkungan yang kurang menguntungkan untuk sebagian besar
bakteri pathogen. Demikian pula dengan air kemih yang normal akan membilas saluran kemih sehingga menurunkan
kemungkinan infeksi oleh bakteri. Pada kulit juga dihasilkan zat- zat yang bersifat bakterisida. Didalam darah terdapat
sejumlah zat protektif yang bereaksi secara non spesifik. Faktor humoral lainnya adalah properdin dan interferon yang
selalu siap untuk menanggulangi masuknya zat-zat asing
9/3/20XX Presentation Title 12
13. 6. Factor umur
Berhubung dengan perkembangan sistem imun sudah dimulai semasa dalam kandungan, maka efektifitasnya
juga diawali dari keadaan yang lemah dan meningkat sesuai dengan bertambahnya umur. Namun, fungsi sistem
imun pada usia lanjut akan mulai menurun dibandingkan dengan orang yang lebih muda, walaupun tidak
mengalami gangguan pada sistem imunnya. Keadaan tersebut akan mengakibatkan perubahan-perubahan
respons imun seluler dan humoral. Pada usia lanjut resiko akan timbulnya berbagai kelainan yang melibatkan
sistem imun akan bertambah, misalnya resiko menderita penyakit autoimun, penyaki keganasan, sehinggaakan
mempermudah terinfeksi oleh suatu penyakit.
7. Factor mikrobaa
Berkembangnya koloni mikroba yang tidak pathogen pada permukaan tubuh,baik diluar maupun didalam
tubuh, akan mempengaruhi sistem imun. Flora normal yang tumbuh pada tubuh dapat pula membantu
menghambat pertumbuhan kuman pathogen. Pengobatan dengan antibiotika tanpa prosedur yang benar,
dapat mematikan pertumbuhan flora normal, dan sebaliknya dapat menyuburkan pertumbuhan bakteri
pathogen.
9/3/20XX Presentation Title 13
14. Obat Pada Imunologi
a. Tacrolimus
1) Prograf
a) Indikasi Umum : Mencegah penolakan jaringan sesudah transplantasi hati atau ginjal. Mengatasi reaksi
penolakan jaringan hati atau ginjal pada pasien yang sebelumnya mendapat obat imunosupresan lain
b) Kontra Indikasi : Hamil. Hipersensitif terhadap tacrolimus atau makrolid lalin
c) Efek Samping : Infeksi, gangguan fungsi ginjal, hiperglikemia, DM, tremor, sakit kepala, parestesia,
hipertensi, perubahan nilai EGK, takikardi, edema perifer, vasodilatis, anemia, gangguan koagulasi darah,
trombositopenia, leukositosis, leukopenia, pansitopenia, mual, diare, asma
9/3/20XX Presentation Title 14
15. Protopic
a) Indikasi Umum : Terapi immunomodulstor topikal (non-steroid) yang bekerja spesifik di sel T, menghambat
pembentukan kalsineurin yang merupakan kunci utama timbulnya Dermatitis atopik.
b) Kontra Indikasi : Demam, Diare yang berlangsung selama lebih dari satu hari, Hamil, Mual, Reaksi alergi,
Sakit perut
c) Efek Samping : Penurunan jumlah sel darah putih, batuk
9/3/20XX Presentation Title 15
16. 9/3/20XX Presentation Title 16
a) Indikasi umum : Obat ini digunakan seperti pada
imunosupresi pada transplantasi organ dan sumsum
tulang; pencegahan dan pengobatan penyakit graft
versus host. Pengobatan jangka pendek dermatitis
atopik parah (eksim), psoriasis parah (gangguan
kulit) dan artritis reumatoid aktif berat (gangguan
autoimun)
b) Kontraindikasi : Obat ini dikontraindikasikan pada
wanita menyusui.
c) Efek samping : Pasien yang diberikan dengan obat ini
mungkin mengalami hiperlipidemia, tremor, sakit
kepala, hipertensi (peningkatan tekanan darah), sakit
perut, disfungsi hati (hati) dan ginjal (ginjal), kram
otot, penambahan berat badan, ruam, gangguan
menstruasi, pankreatitis ( radang pankreas) dan
kelemahan otot
Cipol-N
Ciclosporin
17. Sandimmun
a) Indikasi Umum : Transplantasi organ, transplantasi sumsum tulang,uveitis
endogen,psoriasis,artritis reumatoid,sindrom nefrotik dewasa,pasien sindrom
nefrotik dengan gangguan fungsi ginjal.
b) Kontra Indikasi : Hipersensitif terhadap siklosporin dan minyak kastor
polioksietilat (pada pemberian secara invus IV). Hipertensi abnormal, infeksi
tak terkendali atau keganasan. Gangguan fungsi ginjal (kecuali pasien sindrom
nefrotik dengan gangguan ginjal derajat yang dapat ditolerir)
c) Efek Samping : Gangguan fungsi ginjal, gangguan fungsi hati, hipertensi,
hipertrikosis, hirsutisme, hipertrofi gingiva, tremor, lesu gangguan Gl
9/3/20XX Presentation Title 17
18. Sitokin
Kortikosteroid
9/3/20XX Presentation Title 18
a) Indikasi Umum : Obat ini diindikasikan untuk keadaan alergi dan mengurangi
peradangan atau supresi inflamasi.
b) Kontra Indikasi : Infeksi jamur sistemik kecuali terapi antiinfeksi spesifik
digunakan; Admin IM pada purpura trombositopenik idiopatik. Admin
intratekal. Pemberian vaksin hidup atau hidup yang dilemahkan secara
bersamaan (pada pasien yang menerima dosis imunosupresif).
c) Efek Samping : Penekanan adrenal, reaksi anafilaktoid, imunosupresi, miopati
akut, peningkatan kerentanan dan keparahan infeksi, tukak lambung, katarak
subkapsular, atrofi kulit, jerawat, kelemahan otot, depresi kulit
dermal/subdermal pada tempat ini, gatal, perubahan warna kulit, reaksi alergi
pada kuli
19. Dexamethasone
a) Indikasi Umum : Mengobati supresi inflamasi dan gangguan alergi, Cushing's
disease, hyperplasia adrenal, dan sebagainya.
b) Kontra Indikasi : Infeksi jamur sistemik, infeksi sistemik kecuali diobati dengan
anti infeksi spesifik. Perforasi membran gendang (otic). Pemberian vaksin
virus hidup.
c) Efek Samping : Miopati steroid, kehilangan massa otot,, kemungkinan
perforasi dan pendarahan, pankreatis, distensi abdominal, kejang, tekanan
intrakranial bertambah, vertigo. Pada penderita diabetes : meningkatnya
glukoneogenesis dan mengurangi sensitifitas insulin. Hipokalemia, hipertensi,
gagal jantung bawaan, osteoporosis, supremasi pertumbuhan pada anak-anak
Hydrocortisone
a) Indikasi Umum : Dermatitis atopik dan kontak.
b) Kontra Indikasi : Hipersensitif, pengobatan dermatitis, penggunaan
mata, infeksi mendasar
c) Efek Samping : Pemakaian obat umumnya memiliki efek samping
tertentu dan sesuai dengan masing-masing individu. Jika terjadi
efek samping yang berlebih dan berbahaya, harap konsultasikan
kepada tenaga medis. Efek samping yang mungkin terjadi dalam
penggunaan obat adalah: atrofi kulit, lesi, dermatitis perioral,
folikulitis, gatal, perubahan pigmentasi, penekanan HPA (dengan
potensi lebih tinggi yang digunakan >2 minggu)
9/3/20XX Presentation Title 19
20. Betamethasone
a) Indikasi Umum : Ekzema, termasuk ekzema atopik,
infantil, stasis & diskoid & prurigo
b) Kontra Indikasi : Hipersensitif, TB kulit, infeksi jamur
dan virus pada kulit.
c) Efek Samping : Efek samping yang mungkin muncul
setelah menggunakan betametason topikal adalah:
Kulit terasa gatal Kemerahan di kulit Kulit kering
Rasa terbakar pada kulit Kulit melepuh
Prednisone
a) Indikasi Umum : Artritis reumatoid, asma
bronkhial, lupus eritematosus sistemik,
demam reumatik yang berhubungan
dengan karditis
b) Kontra Indikasi : Penderita penyakit
tuberculosis aktif, infeksi akut, infeksi
jamur, herpes simpleks mata, ulkus
peptikum, hipertensi mengalami
osteoporosis mengalami psikosis
maupun psikoneurosis berat, serta
sedang menerima vaksin hidup.
c) Efek Samping : Mual, anoreksia
(kehilangan nafsu makan), nyeri
otot,gelisah. Edema, hipernatremia,
hipokalemia, iritasi lambung,
hipernatremia,hiperkalemia. Gangguan
tidur (pada awal terapi)
9/3/20XX Presentation Title 20
21. Interleukin-2 receptor antagonist
Simulect
1) Indikasi : Ini digunakan sebagai profilaksis (pencegahan) penolakan
allograft ginjal (cangkok jaringan dari donor) dan sebagai terapi kombinasi
untuk kortikosteroid dan siklosporin dalam penolakan organ akut
2) Efek samping : Efek sampingnya adalah reaksi hipersensitivitas seperti
ruam, bersin, mengi, bronkospasme (penyempitan saluran pernapasan),
edema paru (pembengkakan di sekitar paru-paru), gagal jantung, gagal
napas, dan sindrom kebocoran kapiler (kebocoran besar darah dari
pembuluh).
3) Kontraindikasi : Seharusnya tidak digunakan oleh wanita hamil dan
menyusui.
9/3/20XX Presentation Title 21
22. TNF-α targeting
Etarfion
a) Indikasi : obat untuk menangani psoriasis plak dan juvenile
idiopathic arthritis. Obat ini juga bisa digunakan untuk
mencegah kerusakan sendi yang lebih parah akibat rheumatoid
arthritis, ankylosing spondylitis, atau psoriatic athritis.
b) Efek samping : Nyeri, gatal, kemerahan, atau bengkak, di area
suntikan, sakit kepala, Sakit perut, mual, muntah, atau
heartburn, Muncul gejala pilek, seperti hidung tersumbat atau
bersin
Remicade
a) Indikasi : obat untuk mengobati rheumatoid
arthritis, spondilitis ankilosa, psoriasis arthritis,
psoriasis plak, penyakit Crohn, atau kolitis
ulseratif. Infliximab biasanya digunakan jika
pengobatan yang lain tidak memberikan hasil
yang baik.
b) Efek samping : sakit kepala, sakit perut, mual
9/3/20XX Presentation Title 22
23. Humira
a) Indikasi : adalah obat untuk meredakan gejala dari radang sendi,
radang usus, atau radang kulit. Obat ini hanya tersedia dalam bentuk
suntik dan hanya bisa diberikan oleh dokter atau petugas medis di
bawah pengawasan dokter.
b) Efek samping : iritasi serta nyeri dan bengkak pada area suntikan,
mual, sakit kepala, dan nyeri punggung.
9/3/20XX Presentation Title 23
24. simponi
a) Indikasi : Digunakan untuk meredakan gejala beberapa penyakit
autoimun (kondisi ketika sistem imun (kekebalan tubuh)
menyerang bagian tubuh yang sehat sehingga menimbulkan rasa
nyeri, pembengkakan, dan kerusakan)
b) Efek samping : Kemerahan, gatal-gatal, memar, rasa nyeri, atau
pembengkakan pada titik penyuntikan golimumab, sakit kepala
c) Kontraindikasi : Hipersensitivitas (reaksi sistem imun yang
berlebihan) terhadap golimumab, Infeksi berat (seperti
tuberkulosis), gangguan fungsi hati sedang hingga berat, wanita
menyusui
actemra
a) Indikasi : obat untuk mengatasi rheumatoid
arthritis sedang hingga berat. Selain itu, Actemra
telah mendapatkan izin penggunaan darurat untuk
digunakan pada penderita COVID-19 dengan gejala
berat.
b) Efek samping : Nyeri, kemerahan, gatal atau
bengkak pada tempat bekas suntikan, sakit kepala,
cemas, sulit tidur, diare atau konstipasi
9/3/20XX Presentation Title 24
25. Imunosupresif selektif
arava
1) Indikasi : Terapi untuk Artritis Rematoid aktif
2) Kontra Indikasi : Wanita yang telah atau akan hamil, menyusui.
immunodefisiensi, gangguan fungsi sumsum tulang atau anemia yang
signifikan, infeksi serius, moderat untuk insufisiensi ginjal, gangguan
fungsi hati
3) Efek Samping : Peningkatan TD, gangguan Gl, penurunan BB, sakit
kepala, pusing, lemah, parestesia, tenosinovitis, peningkatan
Peningkatan kerontokan rambut, eksema, pruritus, dan kulit kering.
Anemia, reaksi alergi ringan, kemerahan
9/3/20XX Presentation Title 25
26. Gilenya
1) Indikasi : Digunakan untuk perawatan, kontrol,
pencegahan, dan perbaikan penyakit multiple sclerosis.
2) Efek samping : Bradiaritmia, blok atrioventricular
(penyumbatan sebagian atau seluruh konduksi impuls
listrik dari atrium jantung menuju ventrikel), edema,
gangguan sistem pernafasan
3) Kontraindikasi : Pasien yang memilki riwayat
hipersensitif terhadap fingomolid Hydrochloride.
Olumiant
1) Indikasi : obat untuk menangani rheumatoid arthritis dengan
tingkat keparahan sedang hingga berat.
2) Efek samping : Gangguan fungsi hati seperti penyakit kuning,
urine berwarna gelap, hilang nafsu makan, mual dan
muntah yang tidak kunjung berhenti, luka di saluran
pencernaan, yang bisa ditandai dengan mual dan muntah
yang berat dan tak kunjung berhenti atau sakit perut yang
hebat, anemia, nyeri dada, sulit bernapas, tangan atau kaki
yang terasa dingin, atau bengkak dan kemerahan di tungkai.
9/3/20XX Presentation Title 26
27. Cellcept
1) Indikasi : Mencegah tubuh menolak organ transplan dan untuk
meningkatkan survival organ dan pasien yang menerima transplantasi
jantung alogenik. Obat ini harus digunakan bersamaan dengan siklosporin
dan kortikostreroid.
2) Kontra Indikasi : Pasien yang hipersensitif terhadap mycophenolate mofetil
atau asam mycophenolate.
3) Efek Samping : Pemakaian obat umumnya memiliki efek samping tertentu
dan sesuai dengan masing-masing individu. Jika terjadi efek samping yang
berlebih dan berbahaya, harap konsultasikan kepada tenaga medis. Efek
samping yang mungkin terjadi dalam penggunaan obat adalah: Diare,
leukopenia, sepsis dan muntah, dan terdapat eviden dari frekuensi yang
lebih tinggi untuk jenis infeksi tertentu, seperti infeksi oportunistik.
9/3/20XX Presentation Title 27
28. Kamyfet
1) Indikasi : Kaplet mycophenolate mofetil diindikasikan sebagai profilaksis rejeksi
organ akut dan untuk meningkatkan survival organ dan pasien yang menerima
transplantasi jantung alogenik. Mycophenolate mofetil harus digunakan
bersamaan dengan cyclosporin dan kortikostreroid.
2) Efek samping : Diare dan leukopenia, diikuti oleh anemia, mual, nyeri perut, sepsis,
mual dan muntah dan dispepsia. Pasien lansia (=65 tahun), dapat memiliki risiko
infeksi tertentu yang lebih tinggi dan mungkin perdarahan saluran pencernaan
serta edema paru
3) Kontraindikasi : mycophenolate mofetil dikontraindikasikan bagi pasien yang
hipersensitif terhadap mycophenolate mofetil atau asam mycophenolate.
9/3/20XX Presentation Title 28
29. Imunosupresif lain
Imuran
1) Indikasi : Pengobatan pada pasien yang menerima transplantasi
organ, hepatitis aktif kronik, AR berat, lupus eritematosus sistemik,
dermatomiositis, pemfigus vulgaris, poliarteritis nodosa, anemia
hemolitik yang didapat, purpura trombositopenia idiopatik.
2) Kontra Indikasi : Hipersensitif terhadap 6-merkaptopurin,
penderita kanker, pasien hamil
3) Efek Samping : Mual, muntah, anoreaksia, pankreatitis. Tukak
gastroduodenal, perdarahan usus, nekrosis usus & perforasi usus.
Depresi sumsum tulang, leukopenia, trombositopenia, anemia.
Methorexate
1) Indikasi : obat untuk mengatasi kanker, seperti kanker
payudara, choriocarcinoma, leukemia, kanker tulang,
limfoma, atau mycosis fungoides. Selain itu, obat ini juga
bisa digunakan dalam pengobatan penyakit autoimun,
seperti psoriasis, rheumatoid arthritis, penyakit Crohn, atau
lupus.
2) Efek samping : Sakit kepala atau pusing, kantuk, gusi terasa
sakit dan bengkak, penurunan selera makan, mual, muntah,
atau sakit perut, mata merah, rambut rontok
9/3/20XX Presentation Title 29