Dokumen tersebut membahas tentang pengertian filsafat, syarat-syarat yang perlu diperhatikan dalam filsafat ilmu, tujuan mempelajari filsafat ilmu, dan manfaat belajar filsafat ilmu bagi mahasiswa.
3. FILSAFAT ?
Refleksi rasional, kritis, radikal atas hal-hal pokok dalam hidup dan
perenungan atas hal-hal yang penting mendasar dalam hidup, dan
merupakan sebuah perenungan bebas yang tidak berdasarkan
wahyu/tradisi/apapun, namun semata-mata atas "common
sense/rational"
Sering kali kebenaran yang paling tinggi justru muncul melawan
pendapat umum. Filsafat ini memupuk sikap dan pemikiran.
4. Segala sesuatu, mana ilmu dan bukan ilmu
dan batasan-batasan lainnya sekarang
bertabrakan. Filsafat itu selalu berposisi
ambifalen yang dimana dibutuhkan ilmu-
ilmu dirangkum dan diprovokasi oleh filsafat
untuk melihat berbagai dunia lain, karena
tipikal dunia ilmu itu menemukan pola-pola
yang baru.
Filsafat dilihat sebagai intelektual game /
permainan intelektual agar tidak stuck
(mati). Fislafat ini memang tidak pasti,
dekonstruktif, menggoncang-goncang tetapi
filsfat digunaka untuk menggoyangkan fikiran
agar berjalan
Agama dan seluruh kebudayaan hanya akal-
akalan dari suatu gen yang mecoba melestarikan
diri lewat tubuh. Unsur manusiawi dalam agama
antara lain kitab, sistem sosial, sistem hukum
dan sistem ritual.
5. Di dunia filsafat ini ada
yang disebut filsafat
sistematik filosofi
Filsafat sistrmatik (systrmatic philosophy)
Kerangka besar filsafat
Manusia = Antropologi filosofi
Mempertanyakan tentang manusia / Antorpologi metofiisi
Tuhan = Theodicea / filsafat ketuhanan
Mempertanyakan tentang Tuhan
Keindahan + Seni = Estetika / aesthetic
Melahirkan keindahan
Norma / Perilaku = Ethica / etika
Pengetahuan = Epistemologi
6. Banyak pengetahuan yang tidak ilmiah tetapi tetap
pengetahuan dan memiliki kecanggihan tersendiri. Dalam
study filsafat ada semacam linieritas filsafat yang terjadi
kompleksifikasi orang yang melihat lebih banyak dan
lebih dalam lagi.
Dalam dunia filsafat, mereka melihat banyak kemungkinan
memahami hidup tetapi bukan berarti hidup berdasarkan
filosofi, tetapi sesorang menguasai filsafat sebagai ilmu
pengetahuan dan sebagai profesi
13. PENGERTIAN MENURUT AHLI
Aristoteles berpendapat bahwa filsafat adalah ilmu (pengetahuan)
yang meliputi kebenaran yang terkandung didalamnya ilmu-ilmu
metafisika, logika, retorika, etika, ekonomi, politik, dan estetika.
15. SYARAT-SYARAT
syarat-syarat ilmu pengetahuan adalah sebagai
berikut:
1. Logis atau Masuk Akal, sesuai dengan
kaidah ilmu pengetahuan yang diakui
kebenarannya.
2. Objektif, sesuai berdasarkan objek yang
dikaji dan didukung dari fakta empiris.
3. Metodik, diperoleh dari cara tertentu dan
teratur yang dirancang, diamati dan
terkontrol.
17. TUJUAN
Filsafat berguna untuk membuat manusia memiliki sifat yang bijaksana
dan bisa menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari. Filsafat juga
bertujuan untuk membuat manusia memiliki perspektif yang luas dalam
melihat sesuatu. .
19. Mempelajari filsafat ilmu dapat
memberikan manfaat antara lain
1. Sebagai sarana pengujian penalaran ilmiah, sehingga
menjadi kritis terhadap kegiatan ilmiah.
2. Merupakan metode untuk mereflleksi, menguji, mengkritisi
memberikan asumsi keilmuan.
3. Memberikan pendasaran logis terhadap metode keilmuan
20. CREDITS: This presentation template was created by
Slidesgo, including icons by Flaticon, and infographics
& images by Freepik.
TERIMA KASIH
Apakah ada pertanyaan?
22. A. ALASAN PERLUNYA BELAJAR
Di tengah perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang ditandai semakin menajamnya
spesialisasi ilmu maka filsafat ilmu sangat diperlukan. Sebab dengan mempelajari filsafat ilmu, para ilmuwan
akan menyadari keterbatasan dirinya dan tidak terperangkap kedalam sikap arogansi intelektual. Hal yang
lebih diperlukan adalah sikap keterbukaan diri di kalangan ilmuwan, sehingga mereka dapat saling
mengarahkan seluruh potensi keilmuwan yang dimilikinya untuk kepentingan bersama umat manusia. Atas
dasar itulah filsafat ilmu memiliki peranan penting dalam pembentukan kepribadian calon-calon ilmuwan pada
umumnya. Diharapkan dengan memahami Filsafat mahasiswa bisa lebih berpikir secara mendalam, luas,
kritis dan radikal, Sehingga menerima tranferknowledge lebih baik.
23. B. MANFAAT BELAJAR FILSAFAT
DALAM KEHIDUPAN
Manfaat filsafat didasarkan pada pengertian filsafat sebagai suatu integrasi atau pengintegrasi
sehingga dapat melakukan fungsi integrasi ilmu pengetahuan. Sebagian besar orang hanya menyangkutkan
apa yang paling dekat dan apa yang paling dibutuhkannya pada saat dan tempat tertentu.
24. 01.
Filsafat membantu kita
memahami bahwa sesuatu
tidak selalu tampak seperti
apa adanya.
02.
Filsafat mengajarkan
bagaimana bergulat
dengan pertanyaan-
pertanyaan mendasar.
04.
03.
Filsafat membuat kita lebih
kritis.
Manfaat Filsafat Secara
Umum
Filsafat mengembangkan
kemampuan dalam menalar,
membedakan argumen dan
menyampaikan pendapat.
25. 01.
Sebagai alat mencari
kebenaran dari segala
fenomena yang ada.
02.
Memberikan pengertian
tentang cara hidup,
pandangan hidup dan
pandangan dunia.
04.
03.
Memberikan ajaran tentang
moral dan etika yang berguna
dalam kehidupan.
Manfaat Filsafat Ilmu Secara
Khusus
Menjadi sumber inspirasi dan
pedoman untuk kehidupan
dalam berbagai aspek
kehidupan.
27. Mahasiswa sebagai insan kampus
diharapkan untuk bersikap kritis
terhadap berbagai macam teori yang
dipelajarinya di ruang kuliah maupun
dari sumber-sumber lainnya.
Dengan mempelajari filsafat ilmu
diharapkan mahasiswa semakin
kritis dalam sikap ilmiahnya.
Belajar filsafat ilmu bagi mahasiswa sangat penting, karena
beberapa manfaat yang dapat dirasakan, antara lain :
28. Membiasakan diri untuk bersikap
logis-rasional dalam Opini &
argumentasi yang dikemukakan.
Mengembangkan semangat toleransi
dalam perbedaan pandangan
(pluralitas).
6
5
Mengajarkan cara berpikir yang
cermat dan tidak kenal Lelah.
Dengan mempelajari filsafat ilmu
diharapkan mereka memiliki
pemahaman yang utuh mengenai ilmu
dan mampu menggunakan
pengetahuan tersebut sebagai
landasan dalam proses pembelajaran
dan penelitian ilmiah.
29. D. HAL-HAL YANG
MENDORONG BERFILSAFAT
Kekaguman atau
keheranan atau
ketakjuban
Keraguan atau
kegengsian
Kesadaran akan
keterbatasan
31. A. PERKEMBANGAN FILSAFAT ILMU
Filsafat telah dimulai oleh Thales dan berkembang ke arah kosmologi, sedangkan filsafat spekulatif
dikembangkan oleh Plato dan filsafat metafisika dikembangkan oleh Aristoteles. Sejak memasuki jaman romawi kuno,
para pemikir mencari keselarasan antara manusia dengan alam semesta. Keselarasan tersebut dapat tercapai
bilamana manusia hidup sesuai dengan alam dalam arti mengikuti petunjuk akal (sebagai asas tertinggi sifat
manusiawi) dan mengikuti hukum alam dari logos (sebagai akal alam semesta). Filsuf romawi Marcus Tullius Cicero
secara singkat memberikan definisi filsafat sebagai ars vitae atau the art of life yaitu pengetahuan tentang hidup.
Konsepsi filsafat ini kemudian dianut secara luas oleh orang-orang terpelajar pada jaman Renaissance di Eropa.
Pada zaman modern timbul kebutuhan untuk memisahkan secara nyata kelompok ilmu modern dari filsafat
karena perbedaan ciri-cirinya yang menyolok. Filsafat kebanyakan masih bercorak spekulatif sedang ilmu modern telah
menerapkan metode empiris, eksperimental, dan induktif.
33. Hakikat filsafat ilmu selain sebagai patokan, penentu, sekaligus
petunjuk arah ke mana ilmu pengetahuan akan berlayar atau berjalan
juga filsafat ilmu menentukan kemana ilmu pengetahuan akan
diantarkan atau dikembangkan. Filsafat ilmu merupakan kreativitas
seorang filsuf dengan keilmuannya yang menggunakan logika berpikir
dalam melahirkan ilmu pengetahuan yang beragam pada sebuah pohon
ilmu kemudian mengantarkan dan mengembangkannya menjadi cabang
yang banyak secara mandiri.
35. Hubungan Filsafat
Dengan Kebudayaan
Kebudayaan berasal dari kata ke-budaya-an.
Budaya berarti budi dan daya. Unsur budi adalah
cipta (akal), rasa, dan karsa (kehendak).
Kebudayaan adalah hasil budaya atau kebulatan
cipta (akal), rasa dan karsa (kehendak) manusia
yang hidup bermasyarakat. llmu pengetahuan
merupakan unsur kebudayaan universal yang
rohani. Demikian juga filsafat sebagai ilmu
pengetahuan yang terdalam. Oleh karena itu filsafat
termasuk kebudayaan.
36. Hubungan Filsafat
Dengan Lingkungan
Manusia, masyarakat dan kebudayaan
mempunyai hubungan yang erat, juga dengan alam
sekitar atau lingkungan. Filsafat sebagai hasil
budaya manusia juga tidak lepas dari pengaruh
alam sekitarnya. Itulah sebabnya terdapat berbagai
jenis kefilsafatan tertentu yang mempunyai ciri-ciri
tersendiri.
37. Hubungan Filsafat
Dengan Ilmu
Pengetahuan
Yang dicari oleh filsafat adalah kebenaran.
Demikian juga ilmu pengetahuan dan agama.
Kebenaran dalam filsafat dan ilmu pengetahuan
adalah kebenaran akal, sedang kebenaran agama
adalah kebenaran wahyu.
38. Hubungan Filsafat
Dengan Agama
Jika seseorang melihat sesuatu kemudian
mengatakan tentang sesuatu tersebut maka
dikatakan bahwa ia telah mempunyai pengetahuan
tentang sesuatu. Pengetahuan adalah sesuatu yang
tergambar dalam pikiran manusia. Misal, ia melihat
manusia dan mengatakan bahwa itu manusia, Jika
ia bertanya lebih lanjut mengenai manusia itu,
darimana asalnya, bagaimana susunannya, ke
mana tujuannya, dan sebagainya, maka akan
diperoleh jawaban yang lebih rinci mengenai
manusia tersebut.
40. Melatih din untuk berpikir
kritis dan runtut serta
menyusun hasil pikiran
tersebut secara sistematis.
Membuat diri menjadi
manusia yang penuh
toleransi dan tenggang rasa.
Menyadari akan
kedudukan manusia baik
sebagai pribadi maupun
dalam hubungannya
dengan orang lain, alam
sekitar, dan Tuhan Yang
Maha Esa.
Menjadikan diri bersifat
dinamis dan terbuka dalam
menghadapi berbagai
problem.
Menambah pandangan dan
cakrawala yang lebih luas
agar tidak berpikir dan
bersikap sempit dan tetutup.
Menjadi alat yang berguna
bagi manusia baik untuk
kepentingan pribadi
maupun dalam
hubungannya dengan orang
lain
Guna Filsafat
41. Fungsi Filsafat
Berdasarkan sejarah kelahirannya, filsafat
mula-mula berfungsi sebagai induk atau ibu
ilmu pengetahuan. Sebelum ilmu pengetahuan
lain ada, filsafat harus menjawab segala macam
persoalan tentang manusia, masyarakat, sosial
ekonomi, negara, kesehatan, dan lain
sebagainya.
43. Nama Kelompok:
1. Yanuanda Milennia
1211900006
2. Alfinatur Rosyida
1212100151
3. Desy Putri Ameliasari
1212100157
KEBERADAAN MANUSIA
DILIHAT DARI SISI FILSAFAT
44. KEBERADAAN MANUSIA
DILIHAT DARI SISI FILSAFAT
Manusia adalah satu-satunya makhluk yang mampu
bertanya. Ia mempertanyakan dirinya,
keberadaannya, dan dunianya. Kendati masih bersifat
sederhana, kegiatan ini sudah diperlihatkan sejak dini.
Lihatlah anak kecil. Ketika ia melihat sesuatu yang
baru, secara spontan dia bertanya. Melalui
pertanyaan yang diajukan ia ingin mengetahui
sesuatu. Kegiatan seperti ini berlangsung terus
sepanjang hayat sang anak.
46. 2. Persona
3. Nilai-Nilai
Absolut Pribadi
1. Pengertian
Individu
4. Beberapa
Elemen Persona
MANUSIA SEBAGAI PERSONA
Persona atau pribadi merupakan salah satu dimensi mendasar manusia. Sebagai
pribadi manusia mempunyai kemampuan untuk menentukan dirinya sendiri. Ia juga
memiliki cara berada yang khas dibandingkan dengan makhluk yang lain.
5. Kesimpulan
49. A. DEFINISI DAN JENIS PENGETAHUAN
Secara etimologi pengetahuan berasal dari kata dalam
bahasa Inggris yaitu knowledge. Dalam Encyclopedia of
Phisolophy dijelaskan bahwa definisi pengetahuan adalah
kepercayaan yang benar (knowledge is justified true belief).’
Dalam kamus filsafat dijelaskan bahwa pengetahuan
(knowledge) adalah proses kehidupan yang diketahui manusia
secara Iangsung dari kesadarannya sendiri.
50. Jenis Pengetahuan
0
1
Pertama, pengetahuan biasa, yakni
pengetahuan yang dalam filsafat
dikatakan dengan istilah common
sense, dan sering diartikan dengan
good sense, karena seseorang me-
miliki sesuatu di mana is menerima
secara baik.
0
3
Kedua, pengetahuan ilmu, yaitu
ilmu sebagai terjemahan dari
science. Dalam pengertian yang
sempit science diartikan untuk
menunjukkan ilmu pengetahuan
alam, yang sifatnya kuantitatif dan
objektif.
0
2
Ketiga, pengetahuan filsafat, yakni
pengetahuan yang diperoleh dari
pemikiran yang bersifat kontemplatif
dan spekulatif.
0
4
Keempat, pengetahuan agama,
yakni pengetahuan yang hanya
diperoleh dari Tuhan lewat para
utusan-Nya.
51. B. HAKIKAT
DAN SUMBER
PENGETAHUA
N
Pengetahuan berkembang dari rasa ingin tahu,
yang merupakan ciri khas manusia karena manusia
adalah satu-satunya makhluk yang mengembangkan
pengetahuan secara sungguhsungguh.
52. 1. Hakikat Pengetahuan
Pengetahuan pada dasarnya adalah keadaan mental (mental state). Mengetahui
sesuatu adalah menyusun pendapat tentang suatu objek, dengan kata lain menyusun
gambaran tentang fakta yang ada di luar akal.
Ada dua teori untuk mengetahui hakikat pengetahuan itu, yaitu:
Realisme
teori ini mempunyai pandangan
realistic terhadap alam.
Idealisme
Ajaran idealisme menegaskan bahwa untuk
mendapatkan pengetahuan yang benar-benar
sesuai dengan kenyataan adalah mustahil.
53. 2. Sumber Pengetahuan
Intuisi
intuisi adalah suatu pengetahuan
yang langsung, yang mutlak dan
bukan pengetahuan yang nisbi.
Empirisme
Kata ini berasal dari kata Yunani
empeirikos, artinya pengalaman.
Rasionalisme
Aliran ini menyatakan bahwa akal
adalah dasar kepastian
pengetahuan.
Wahyu
Wahyu adalah pengetahuan yang
disampaikan oleh Allah kepada
manusia lewat perantaraan pars
nabi.
54. C. DASAR DAN
JENIS ILMU
PENGETAHUAN
Dasar ilmu pengetahuan secara substansial
yaitu bertolak dari ontologi, epistemologi, dan
aksiologi.
57. Objek Ilmu Pengetahuan Ilmiah
Sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya, secara filsafat pengeta-
huan ilmiah atau ilmu memiliki perbedaan dengan bentuk pengetahuan
yang umum (commom sense). Menurut Solly Lubis (2012), alasannya
yaitu suatu jenis pengetahuan umum tidak memiliki objek, bentuk
pernyataan, serta dimensi dan ciri yang khusus, sebaliknya suatu
pengetahuan ilmiah atau pengetahuan keilmuan (ilmu) selalu
mengandalkan adanya objek keilmuan, bentuk kenyataan, serta
dimensi dan ciri yang khusus.
58. Konsep Ilmu
Konsep sangat penting bagi pembentukan atau untuk
membangun suatu teori bagi kepentingan suatu penelitian
yang menghasilkan ilmu atau kepentingan praktis. Konsep
evolusi kemudian diterapkan pula dalam memahami per-
kembangan ilmu dengan menunjukkan bahwa cabang-cabang
ilmu khusus terlahir dalam jalinan umum dari pemikiran
reflektif filsafat, dan setelah itu berkembang mencapai suatu
taraf pematangan sehingga dipandang berbeda dan kemudian
dipisahkan dari filsafat.
59. Konsep Pengetahuan
Ada enam komponen proses dari pengetahuan menuju ilmu penge-
tahuan, sebagaimana dikernukakan dalam Koento Wibisiono, 2005
:
Keempat, adanya aktivitas
(activity).
Kelima, adanya kesimpulan
(conclusions
Keenam, adanya beberapa
pengaruh (effects). Keenam
hal ini menjadi kesatuan yang
tidak terpisahkan ctalam
proses lahirnya ilmu.
Pertama, adanya masalah
(problem).
Kedua, adanya sikap
(attitude).
Ketiga, adanya rnetode
(method).
60. Konsep Ilmu Pengetahuan
Ilmu pengetahuan sebagai objek, menurut
Ali Maksum (2011) merupakan himpunan
inforrnasi yang berupa pengetahuan ilmiah
tentang gejala yang dapat dilihat, dirasakan, atau
dialami. Ilmu pengetahuan merupakan bagian
yang tidak terpisahkan dengan filsafat. Bagi para
filsafat ilmu pengetahuan itu, filsafat yaitu ilmu
pengetahuan.
61. Tujuan ilmu pengetahuan dapat dibedakan menjadi dua
macam berdasarkan alirannya, sebagaimana dikemukakan oleh
Darsono Prawinegoro (2011), yakni: Pertama, berdasarkan
pengembangan ilmu pengetahuan untuk keperluan ilmu
pengetahuan itu sendiri, yaitu sebatas untuk memenuhi rasa
keingintahuan manusia. Kedua, ilrnu,pengetahuan pragmatis. Aliran
inl menyakini bahwa pengembangan ilmu pengetahuan haruslah
dapat memberikan manfaat bagi manusia dalam pemecahan
masalah kehidupan.
Tujuan Ilmu
Pengetahuan
62. Ciri-ciri Ilmu Pengetahuan
Kedua, empiris. Bahwa ilmu mengandung pengetahuan yang diperoleh ber-
dasarkan pengamatan serta percobaan secara terstruktur di dalam bentuk
pengalaman, baik secara lansung maupun tidak lansung.
Pertama, sistematis. Para filsuf dan ilmuwan sepaham bahwa ilmu adalah
pengetahuan atau kumpulan pengetahuan yang tersusun secara sistematis. Ciri
sistematis ilmu menunjukkan bahwa ilmu merupakan berbagai keterangan dan
data yang tersusun sebagai kumpulan pengetahuan tersebut mempunyai
hubungan saling ketergantungan yang teratur (pertalian tertib).
64. Pengetahuan Manusia
Ketiga, pengetahuan filsafat, yakni
pengetahuan yang hanya diper-
oleh dari pemikiran yang bersifat
kontemplatif dan spekulatif.
Pertama, pengetahuan biasa,
yaitu pengetahuan yang dalam
filsafat dikatakan dengan istilah
common sense.
Kedua, pengetahuan ilmu, yaitu ilmu
sebagai terjemahan dari science. Dalam
pengertian yang sempit science diartikan
untuk menunjukkan ilmu pengetahuan
alam, yang sifatnya kuantitatif dan
objektif.
Keempat, pengetahuan agama,
yakni pengetahuan yang hanya di-
peroleh dari Tuhan lewat Para
utusannya.
65. Jenis Ilmu Pengetahuan
Ketiga, Kebenaran
tersebut tidak akan
dapat diuji dengan
observasi,
perhitungan, atau
eksperimen, karena
intuitif tidak hipotesis.
Kedua, pengetahuan
intuitif (intuitive
knowledge).
Pertama,
pengetahuan wahyu
(revaled knowledge).
Keempat,
pengetahuan rasional
(rational knowledge).
66. Kritik Paham Rasionalisme Terhadap
Empirisme
Pertama, metode empiris,
dalam sains maupun dalam
kehidupan sehari-hari,
biasanya bersifat sepotong-
sepotong (piece meal).
Menurut pengakuan kaum
rasionalis, mereka mencari
kepastian dan
kesempurnaan yang
sisitematis.
Kedua, pengetahuan
empiris (empirical
knowledge). Pengetahuan
empiris diperoleh atas
bukti pengindraan dengan
penglihatan, pendengaran,
dan sentuhan indra
lainnya, sehingga kita
memiliki konsep dunia di
sekitar kita.
Ketiga, pengetahuan
otoritas (authoritative
knowledge). Kita menerima
suatu pengetahuan itu
benar bukan karena telah
mengeceknya di luar dari
diri kita, melainkan telah
dijamin oleh otoritas (suatu
sumber yang berwibawa,
memiliki hak) di lapangan.
67. E. PENJELASAN ILMU
Batas penjelasan ilmu yaitu ketika manusia berhenti berpikir untuk
mencari pengetahuan, ilmu didapatkan dari penjelasan pengalaman
manusia, sehingga jika manusia memulai penjelasannya pada pengalaman
manusia dan berhenti di batas pengalaman manusia. Ilmu membatasi
lingkup penjelasannya pada batas pengalaman manusia juga disebabkan
metode yang digunakan dalam menyusun yang telah teruji secara empiris.
68. CREDITS: This presentation template was created by Slidesgo,
including icons by Flaticon and infographics & images by Freepik
Thanks
!
Do you have any
questions?
71. Zaman Modern (1500 - 1800)
Para filsuf zaman modern menegaskan bahwa pengetahuan
tidak berasal dari kitab suci atau ajaran agama, tidak juga dari
para penguasa, tetapi dari diri manusia sendiri. Namun tentang
aspek mana yang berperan ada beda pendapat. Aliran
rasionalisme beranggapan bahwa sumber pengetahuan adalah
rasio: kebenaran pasti berasal dari rasio (akal). Aliran empirisme,
sebaliknya, meyakini pengalamanlah sumber pengetahuan itu,
baik yang batin, maupun yang inderawi. Lalu muncul aliran
kritisisme, yang mencoba memadukan kedua pendapat berbeda
itu.
72. dipelopori oleh Rene Descartes (1596-1650 M).
Dalam buku Discourse de la Methode tahun 1637
ia menegaskan perlunya ada metode yang jitu
sebagai dasar kokoh bagi semua pengetahuan,
yaitu dengan menyangsikan segalanya, secara
metodis.
74. Descartes menerima 3 realitas
atau substansi bawaan, yang
sudah ada sejak kita lahir, yaitu (1)
realitas pikiran (res cogitan), (2)
realitas perluasan (res extensa,
"extention") atau materi, dan (3)
Tuhan (sebagai Wujud yang
seluruhnya sempurna, penyebab
sempurna dari kedua realitas itu).
76. Dengan kritisisme
Imanuel Kant (1724-1804) mencoba
mengembangkan suatu sintesis atas
dua pendekatan yang bertentangan
ini. Kant berpendapat bahwa masing-
masing pendekatan benar separuh,
dan salah separuh.
78. 1. Positivisme menyatakan bahwa pemikiran
tiap manusia, tiap ilmu dan suku bangsa
melalui 3 tahap, yaitu teologis, metafisis dan
positif ilmiah.
2. Marxisme (diberi nama mengikuti tokoh
utama Karl Marx, 1818-1883) mengajarkan
bahwa kenyataan hanya terdiri atas materi
belaka, yang berkembang dalam proses
dialektis (dalam ritme tesis-antitesis-sintesis).
79. 3. Eksistensialime merupakan himpunan
aneka pemikiran yang memiliki inti sama, yaitu
keyakinan, bahwa filsafat harus berpangkal
pada adanya (eksistensi) manusia konkrit, dan
bukan pada hakekat (esensi) manusia-pada-
umumnya.
4. Pragmatisme tidak menanyakan "apakah
itu?", melainkan "apakah gunanya itu?" atau
"untuk apakah itu?". Yang dipersoalkan bukan
"benar atau salah", karena ide menjadi benar
oleh tindakan tertentu. Tokoh aliran ini: John
Dewey (1859-1914).
80. TOKOH-TOKOH FILSAFAT
Filasafat dan agama merupakan dua kekuatan yang
mewarnai dunia. Filsafat pada hakiketnya adalah akal
dan agama pada hakekatnya adalam hati atau iman.
Dengan demikian perkembangan peradaban manusia
selalu dilatarbelakangi oleh pertarungan antara akal
dengan hati, antara filsafat dengan agama. Kita awali
penjelajahan sejarah peradaban pemikiran sebagai
berikut:
81. THALES (624-546 sm)
Filsafat dimulai oleh Thales, sebagai seorang filsafat
jagat raya. Ia diberi gelar Bapak Filsafat. Ia mengajukan
pertanyaan aneh, yaitu: Apakah sebenarnya bahan alam
semesta itu ? (What is the nature of the world stuff ?),
kemudian ia menjawab: Air . Jawaban sederhana ini
sebenarnya belum tuntas, karena masih ada pertanyaan
lanjutan, yaitu: dari apa air itu ? . Perhatikan, ia menjadi
filsuf karena ia bertanya.
82. ANAXIMANDER (610-546 sm)
Ia menjelaskan bahwa substansi pertama itu
bersifat kekal dan ada dengan sendirinya. Substansi itu
adalah: Udara. Argumentasinya, yaitu: Udara merupakan
sumber segala kehidupan .
PYTHAGORAS (572-497 sm)
Ia seorang ahli matematika dan ia mengajarkan
bahwa bilangan merupakan substansi dari semua benda.
Ia orang pertama yang menggunakan istilah philosophia.
83. HERACLITUS (544-484 sm)
Ia mengatakan bahwa alam semesta itu selalu
dalam keadaan berubah. Ia menyatakan: Engkau tidak
dapat terjun ke sungai yang sama dua kali karena air
sungai itu selalu mengalir (You can not step twice into
the same river, for the fresh waters are ever flowing
upon you).
PARMANIDES (450 sm)
Ia tokoh relativisme (suatu pandangan bahwa
pengetahuan itu dibatasi, baik oleh akal budi yang
serba terbatas maupun oleh cara mengetahui yang
serba terbatas) dan sebagai logikawan pertama.
84. ZENO (490 sm)
Ia merupakan tokoh yang merelatifkan kebenaran.
Baginya tidak ada kebenaran mutlak dan tidak ada
generalisasi. Dengan kata lain menurutnya ialah tidak ada
kebenaran umum, semua kebenaran relatif. Ia telah
mendorong lahirnya konsep-konsep matematika.
PROTAGORAS (480-411 sm)
Ia menyatakan bahwa manusia adalah ukuran
kebenaran. Pernyataan itu merupakan tulang punggung
humanisme. Ia menyatakan pula bahwa kebenaran itu
bersifat pribadi. Akibatnya tidak akan ada ukuran yang absulut
dalam etika, metafisika maupun agama.
85. SOCRATES (470-399 sm)
Ia tidak meninggalkan tulisan. Doktrin bahwa semua
kebenaran itu relatif telah mengguncangkan sains telah
mapan, mengguncangkan keyakinan agama.
PLATO (427-347 sm)
Ia murid dan sahabat Socrates. Sebagai muridnya,
Plato menjelaskan bahwa kebenaran umum itu memang ada,
bukan dibuat, melainkan sudah ada di alam idea.
86. ARISTOTELES (384-322 sm)
Ia dikenal sebagai Bapak Logika. Logikanya disebut
logika tradisional (dalam perkembangannya ada logika
modern). Logika Aristoteles disebut juga logika formal. Ia
percaya adanya Tuhan. Bukti adanya Tuhan menurutnya
ialah Tuhan sebagai penyebab gerak atau a first cause of
motion.
87. Fiisafat Sebagai Dialog Rasional
Garis pembagi tebal dalam filsafat Yunani kuno--garis
yang menempatkan para filsuf yang memiliki
pandangan yang terlihat jauh dan asing di satu sisi dan
para filsuf an mempunyai pandangan yang dengan
jelas tampak lebih relevan dengan permasalahan
filosofis kontemporer di sisi lain—terdapat dalam
bentuk secrang filsuf saja yang, sepengetahuan kita,
tidak pernah menulis buku. Filsuf tersebut, Sokrates
(470-399 S.M.), Plato (427-347 S.M.), Aristoteles (384-
322 S.M.)
88. Sokrates menyimpulkan (PA 23a-b) bahwa peramal itu
memang mengetengahkan suatu teka-teki, tetapi
solusinya merupakan sebutir pil pahit bagi orang-orang
yang perlu membela kemuliaan-kemuliaan kealiman
manusia demi peran mereka di masyarakat:
Plato menggunakan metode dialog, berlandaskan
pemahamannya atas ide-ide Sokrates (walaupun dalam
hal-hal tertentu tak pelak lagi melampaui gagasan-
gagasan tersebut), dalam membangun sistem metafisika
pertama yang lengkap dengan nada modern.
89. Filsafat Sebagal iImu Teleologis
Aristoteles mendasarkan sistemnya pada suatu
metafisika yang sedikit-banyak menempatkan
idealisme Plato di benaknya dengan berpendapat
bahwa yang pada hakikatnya nyata itu partikula,
bukan universa. Ia menyangkutpautkan partikula
dengan suatu istilah khusus, "ousia", yang
bermakna "realitas", walau biasanya istilah ini
diterjemahkan menjadi "substansi".
90. Dalam menerapkan realismenya pada hal-hal partikula,
Aristoteles menggunakan metode teleologis. Artinya, ia
berpendapat bahwa forma benda sebaiknya terketahui
melalui penyelidikan tentang maksud forma tersebut.
Kata Yunani telos ("maksud") juga mengacu pada akhir
atau tujuan benda atau peristiwa.
96. FILSAFAT
KEBENARAN
Pluto pernah mempertanyakan apakah kebenaran itu
sebenarnya? Dalam waktu belakangan yang cukup
lama Bradley seakan menjawab bahwa Kebenaran
itu adalah kenyataan. Jadi untuk membuktikan
bahwa hari benar-benar hujan, kita harus
membedakan dengan melihat kenyataan terjadi di
luar rumah. Tetapi kenyataan yang terjadi sekarang
tidak seluruhnya berupa kebenaran, bahkan yang
tidak seharusnya terjadi akhirnya terjadi juga karena
das solen tidak sama dengan das sein. Di muka
bumi ini berapa banyak kita melihat ketidakbenaran,
seperti berbagai penindasan, penjajahan dan
97. Seorang murid Plato bemama Aristoteles, menjawab
pertanyaan hanya ini dengan pendapat bahwa
kebenaran itu subjektif sifatnya, Minya kebenaran bagi
seseorang adalah tidak benar bagi yang lain, sehingga
kemudian lahirlah kebenaran relatif dan kebenaran
mutlak. Sekarang agar penelitian cenderung lebih
objektif, maka seorang :seneliti yang bertanya kepada
seorang responden yang berpendapat subjektif, perlu
ditanyakan kepada beberapa
responden lain yang memenuhi syarat agar valid
(dalam Islam disebut dengan shahih) itupun. Harus
diuji kebenarannya, bahkan terkadang dalam kurun
waktu tertentu kebenaran itu berubah
sesuai corak berpikir manusia (paradigma).
98. Banyak pakar ilmu filsafat yang
menganggap benar bahwa
pengetahuan itu terdiri atas sebagai
berikut:
1. Pengetahuan Akal.
2. Pengetahuan Budi.
3. Pengetahuan Indrawi.
4. Pengetahuan Kepercayaan
(otoritatif).
5. Pengetahuan Intuitif
99. Menurut penulis, yang benar adalah pengetahuan akal itu disebut ilmu yang kemudian
untuk membahasnya disebut logika, pengetahuan budi itu disebut moral yang
kemudian untuk membahasnya disebut etika, pengetahuan indrawi itu disebut seni
yang untuk membahasnya disebut estetika. Sedangkan pengetahuan kepercayaan itu
disebut agama, tetapi dalam hal in tidak boleh otoritatif karena agama tidak memaksa,
agama harus diterima secara logika, etika dan estetika dan agama itu hanyalah Islam
yang terbukti kebenarannya, keindahannya dan kebaikannya.Jadi titik temu antara
logika, etika dan estetika adalah Islam, oleh karena itu pengetahuan intuitif kepada
seseorang yang kemudian disebut nabi harus diuji lebih dahulu seperti halnya
keberadaan Nabi Muhammad SAW, sebagaimana penulis lakukan bertahun-tahun
dalam keadaan atheis dan kemudian baru menerimanya.
100. 1. Teori Kebenaran Korespondensi.
2. Teori Kebenaran Koherensi.
3. Teori Kebenaran Pragmatis.
4. Teori Kebenaran Sintaksis.
5. Teori Kebenaran Semantis.
6. Teori Kebenaran Non Deskripsi.
7. Teori Kebenaran Logika yang
Berlebihan.
SELANJUTNYA UNTUK MELIHAT SESUATU ITU BENAR ATAU TIDAK BENAR,
MAKA BEBERAPA KRITERIA YANG SUDAH DILEMBAGAKAN AKAN PENULIS
SAMPAIKAN BEBERAPA KRITIK ANTARA LAIN SEBAGAI BERIKUT:
8. Teori Kebenaran Performatif.
9. Teori Kebenaran Paradigmatik.
10. Teori Kebenaran Proposisi.
101. Kebenaran korespondensi adalah kebenaran yang sesuai
antara pernyataan dengan fakta di lapangan. Misalnya
bila dinyatakan Sengkon dan Karta bersalah, lalu dihukum
lima tahun maka Sengkon dan Karta harus benar-benar
melakukan kejahatan itu, bukan sekedar membuktikan
dengan berbagai berita acara. Apabila Sengkon dan Karta
tidak melakukan maka secara secara kebenaran
korespondensi itu tidak benar. Kebenaran koherensi
adalah kebenaran atas hubungan antara dua pernyataan.
Misalnya ketika dinyatakan bahwa monyet mempunyai
hidung pada pemyataan pertama, dan pada pemyataan
kedua dinyatakan manusia juga mempunyai hidung.
102. Kebenaran pragmatis adalah kebenaran hanya dalam
salah satu :-konsekuensi saja. Kelemahan kebenaran
ini adalah apabila kemungkinluas, oleh karena itu harus
dipilih kemungkinannya hanya dua an sating bertolak
belakang. Misalnya, semua yang teratur ada yang
dalam hal ini kita tidak membicarakan yang tidak
teratur. Jengan adanya yang mengatur peredaran
darah dalam tubuh maka buh manusia terjadi sendiri
tanpa ada yang mengatur hal itu adalah salah, tetapi
seharusnya ada yang mengatur yaitu Tuhan, karena
hanya ada dua kemungkinan yaitu ada yang mengatur
dan tidak ada yang mengatur, apabila diterima salah
satu maka yang lain dicoret karena bertolak belakang.
103. Kebenaran sintaksis adalah kebanaran yang berangkat dari
tata bahasa yang melekat. Karena teori ini dipengaruhi pula
oleh kejiwaan dan ekspresi, maka ada kemungkinan merek
yang menerimanya yang juga mempunyai keterkaitan jiwa
akan terpengaruh, apalagi susunan bahasa yang bernuansa
rasa. Misalnya pernyataan "Saya makan nasi" akan berbeda
bila ditulis dan ditekankan bacaannya (intonasi) ketika "Saya,
makan nasi" atau "Saya makan, nasi" atau "Saya makan nasi!"
atau "Saya makan nasi?" yaitu pada subjek, predikat dan
objek. Kebenaran seperti ini juga mirip dengan kebenaran
semantis yang berbicara tentang makna bahasa.
104. Kebenaran logika yang berlebihan adalah kebenaran yang sebenamya telah
merupakan fakta. Jadi akan menjadi pemborosan dalam pembuktiannya, misalnya
sebuah lingkaran harus berbentuk bulat. Para ahli agama menganggapnya dengan
dalil aksioma yang tidak perlu dibuktikan, tetapi sebenamya pembuktian yang
berangkat dari keraguan untuk menjadi keyakinan itu perlu dalam mencari titik temu
agama dan ilmu. Misalnya apakah Allah itu Tuhan? Apakah Muhammad itu Nabi?
Apakah Yesus itu Juru Selamat? Apakah Kresna itu Awatara? Apakah Sidharta
Gautama itu Budha? dan lain sebagainya.
105. Kebenaran paradigmatik adalah kebenaran yang
berubah pada berbagai ruang dan waktu,
jadi setelah kurun waktu tertentu berubah (untuk
kategori waktu) dan pada tempat tertentu
berubah (untuk kategori ruang). Thomas Kuhn
adalah orang yang mempercayai kebenaran
seperti ini. Contohnya dapat dilihat ketika
pendapat yang mengatakan bumi mengelilingi
matahari, merubah pendapat dahulu yang
mengatakan matahari mengelilingi bumi. Dalam
dunia ilmu-ilmu sosial perubahan ini sangat
menyolok sehingga keberadaan suatu disiplin
ilmu, memerlukan berbagai paradigma untuk
melacaknya.
106. Jadi pada kajian logika kebenaran ilmu pengetahuan ini, kita
akan bergelut dengan kegiatan berpikir yang mengasah
kemampuan intelektual mulai dari kegiatan yang sederhana,
seperti mengingat sampai pada pemecahan masalah (problem
solving). Menurut Benjamin S. Bloom hal tersebut disebut juga
dengan pembelajaran kognitif yang diurut sebagai berikut:
1. Pengetahuan atau pengenalan seperti mengingat informasi,
fakta terminologi, rumus (sehingga dengan demikian kita akan
mengidentifikasi, memilih, menyebut nama, dan membuat daftar,
sebagai tingkat yang paling rendah).
107. 2. Pemahaman seperti menjelaskan pengetahuan/informasi yang diketahui
dengan kata-kata sendiri (sehingga dengan demikian kita akan
membedakan, menjelaskan, menyimpulkan, merangkumkan dan
memperkirakan sebagai tingkat selanjutnya).
3. Penerapan seperti penggunaan dan penerapan informasi ke dalam
situasi konteks yang bare (sehingga kita dengan demikian akan
menghitung, mengembangkan, menggunakan,
memodifikasi dan mentransfer sebagai tingkat berikutnya).
4. Analisis seperti memisahkan membedakan komponen-komponen atau
elemen-elemen, suatu
fakta, konsep, pendapat, asumsi dan kesimpulan (sehingga dengan
demikian kita akan membuat diagram, membedakan, menghubungkan,
menjabarkan ke dalam bagian-bagian
pada tingkat seterusnya).
108. 5. Sintesis seperti mengkombinasikan bagian atau elemen ke dalam
suatu kesatuan atau struktur yang lebih besar (sehingga kita dengan
demikian akan membentuk, mendesain,
memformulasikan dan membuat prediksi sebagai tingkat yang lebih
tinggi.
6. Evaluasi seperti membuat penilaian dan keputusan tentang suatu ide,
gagasan penemuan
dalil, metode, produk atau benda dengan menggunakan kriteria tertentu
(sehingga dengan
demikian kita akan membuat kritik, penilaian, perbandingan dan evaluasi
sebagai tingkat
terakhir)
109. YANG MAHA RENAR
Puncak kebenaran itu sendiri sebenamya adalah Allah Yang Maha enar (Al
Haq), itulah sebabnya para pedzikir senantiasa mengucapkan Alhamdulillah"
(Segala Puji Bagi Allah) pada setiap penyelesaian :-.enemuan ilmiahnya,
ataupun ketika selesai melaksanakan Shalat Fardhu ,, - ebanyak tiga puluh
tiga kali.
Sebagaimana telah penulis sampaikan di muka bahwa ilmu tidaklah bebas
nilai, karena antara logika dan etika harus berdialektika, di bukan hanya
karena penggabungan ilmu dan agama yang dalam -embicaraan kita sehari-
hari biasanya disebut dengan Imtaq iman dan Taqwa).
Seorang ilmuwan sekular dapat saja berkata bahwa agar tidak terkena
penyakit kelamin maka hendaklah memakai kondom bila -ersetubuh dengan
pelacur. Pada kesempatan lain keberadaan pejabat r.,emerintah juga dapat
dinilai tidak balk tetapi benar secara logika bila menjatuhkan hukuman mati
kepada pelaku kejahatan.
112. Manusia adalah satu-satunya makhluk yang mampu
bertanya. Ia mempertanyakan dirinya,
keberadaannya, dan dunianya. Kendati masih
bersifat sederhana, kegiatan ini sudah diperlihatkan
sejak dini. Lihatlah anak kecil. Ketika ia melihat
sesuatu yang baru, secara spontan dia bertanya.
Melalui pertanyaan yang diajukan ia ingin mengetahui
sesuatu. Kegiatan seperti ini berlangsung terus
sepanjang hayat sang anak.
113. "Siapakah manusia itu?" merupakan pertanyaan yang paling mendasar dan
paling utama dalam sejarah manusia. Segala pertanyaan yang menyangkut hal-
hal lain, seperti tentang bumf, bulan, langit, udara, air dan atom, sel serta tentang
Tuhan hanya relevan jika dikaitkan dengan manusia.
Selain paling mendasar, pertanyaan "Siapakah manusia itu?" juga
merupakan pertanyaan yang paling klasik. Sebelum Sokrates (469-399 sM)
muncul di Yunani pertanyaan itu sudah ada. Pada zaman itu sudah banyak
pemikir berusaha untuk menjawab pertanyaan tersebut.
Filsuf-filsuf modern menegaskan bahwa manusia adalah makhluk yang
tertinggi. Ia menjadi ukuran bagi dirinya sendiri serta ukuran dari segala hal,
karena itu tidak ada hal yang lebih tinggi dan lebih luas dari manusia itu sendiri.
menyebut beberapa nama filsuf dalam aliran ini antara lain Gabriel Marcel
(1889-1973)8 dan Martin Buber (1878-1965). Keduanya sama-sama mengakui
bahwa manusia adalah sebuah persoalan yang tidak akan pernah berujung.
Manusia sebagai Sebuah Persoalan
114. Kata "filsafat" berasal dari
bahasa Yunani, yakni philein,
artinya mencintai dan sophia,
artinya kebijaksanaan. Dari dua kata
ini secara harafiah filsafat diartikan
dengan cinta akan kebijaksanaan.
Apa Itu Filsafat?
116. Filsafat Manusia
dan Ilmu-Ilmu Lain
Filsafat manusia adalah bagian integral dari
sistem filsafat, yang secara spesifik menyoroti
hakikat atau esensi manusia. Karena itu cara
kerja filsafat manusia tidak terlepas dari cara
kerja filsafat pada umumnya.
117. Filsafat Manusia
dan Ilmu-Ilmu Lain
Filsafat manusia adalah bagian integral dari
sistem filsafat, yang secara spesifik menyoroti
hakikat atau esensi manusia. Karena itu cara
kerja filsafat manusia tidak terlepas dari cara
kerja filsafat pada umumnya.
118. Relevansi Filsafat Manusia
Ada tiga alasan untuk menunjukkan relevansi itu.
Pertama, dengan bertanya kita mewujudkan hakikat
kemanusiaan. Aristoteles (384-322 sM) telah mendefinisikan
manusia dengan ungkapan homo est animal rationale, artinya
manusia adalah binatang berpikir.
Kedua, dengan mendalami manusia, kita mengenal manusia
dengan lebih baik.
Ketiga, sebagai konsekuensi lebih lanjut dari butir kedua, filsafat
manusia mengantar kita untuk semakin mampu
bertanggungjawab terhadap diri kita dan sesama.
120. Persona atau pribadi merupakan salah satu dimensi
mendasar manusia. Sebagai pribadi manusia
mempunyai kemampuan untuk menentukan dirinya
sendiri. Ia juga memiliki cara berada yang khas
dibandingkan dengan makhluk yang lain.
121. Setiap makhluk di dunia ini merupakan individualitas tersendiri. Syarat
sebagai individu ialah bahwa ia mempunyai identitas diri yang tidak terbagi
sehingga ia bisa dibedakan dari yang lain. Bagi makhluk infrahuman pengertian
"individu" dikaitkan dengan jenis.
Makhluk Infrahuman
122. Bagi manusia pengertian "individu" tidak sekedar "jenis" atau "spesies",
tidak pula bersifat seragam, apalagi bersifat numerik. Individu manusia terkait
dengan keunikan. Keunikan itu berakar pada dimensi kerohanian. Sebagai
individu manusia memang merupakan jenis yang sama. Namun nilainya tidak
pada kesamaan jenis yang dimilikinya. Individualitas manusia terkait dengan
kualitas. Manusia bukan suatu ulangan numerik dari jenis yang sama. Dia
dikehendaki demi dirinya sendiri. la menentukan diri dan khan bagi dirinya sendiri.
Manusia
123. Persona
Selain kata "individu", kata "persona" juga dikenakan
pada manusia. Di zaman sekarang kata ini bahkan lebih banyak
digunakan daripada kata "individu". Secara etimologis, kata
"persona" berasal dari bahasa Yunani, yang artinya adalah
topeng. Dalam perkembangan selanjutnya, "persona" tidak lagi
dimengerti sebagai sebuah topeng, melainkan kualitaskualitas
pribadi yang ada dalam diri seseorang. Dengan demikian, arti
"persona" tidak lagi menunjuk pada topeng, melainkan pada
makna yang ada di baliknya, yakni jati diri.Dalam filsafat
manusia pribadi dihubungkan dengan keunikan seseorang.
124. • Pertama adalah karakter. Setiap pribadi memiliki karakter yang unik. Kata "karakter"
berasal dari bahasa Yunani, yakni "character", artinya "alat untuk memberi tanda atau
cap" atau "tanda atau capnya sendiri".
• Kedua, akal budi. Akal budi merupakan elemen persona yang paling hakiki. Dibandingkan
dengan makhluk lainnya, akal budi merupakan keistimewaan manusia. manusia adalah
binatang yang berakal budi.
• Ketiga, kebebasan. Wacana mengenai kebebasan juga bersifat personal. Dalam proses
pengambilan keputusan, seseorang harus menentukan pilihannya menurut suara hatinya.
• Keempat, nama. Kendati ada ungkapan yang mengatakan "apalah artinya sebuah nama",
namun nama mempunyai makna bagi setiap pribadi. Setiap orang memiliki nama. Nama
merupakan perwujudan dan pengejawantahan sekaligus menjadi identitas pribadi
seseorang.
• Kelima, suara hati. Suara hati merupakan bagian hakiki dari kepribadian seseorang.
Suara hati ada dalam diri setiap orang. Karena itu suara hati tidak bersifat massal. Hati
nurani selalu bersifat personal, karena itu melekat dengan pribadi seseorang.
• Keenam, perasaan. Perasaan merupakan ungkapan lubuk hati yang mendalam dari
setiap pribadi.
Elemen Persona
127. Pengetahuan
Bahwa manusia itu tahu sesuatu, tidak ada yang menyangkal. Manusia tahu
akan dunia sekitarnya, akan dirinya sendiri, akan orang-orang lain. Manusia tahu
yang baik dan yang buruk, yang indah dan tidak indah. Terdapat 4 (empat) gejala
tahu yaitu, (1) manusia ingin tahu, (2) manusia ingin tahu yang benar, (3) objek
tahu ialah yang ada dan yang mungkin ada, dan (4) manusia tahu bahwa ia tahu.
Orang yang tahu disebut mempunyai pengetahuan. Jadi pengetahuan adalah hasil
dari tahu. Berdasarkan 2 (dua) macam putusan, maka pengetahuan pun ada dua
macam; pengetahuan khusus yang mengenai sesuatu yang satu atau tertentu saja
dan pengetahuan umum yang berlaku bagi seluruhnya. Baik pengetahuan khusus
maupun pengetahuan umum, keduanya milik manusia berlandaskan pengalaman,
entah itu pengalaman manusia itu sendiri ataupun pengalaman orang lain. Yang
harus dicatat, pengetahuan umum ini memang agak aneh. Karena yang
bersentuhan dengan manusia adalah yang khusus, tidaklah manusia yang berindra
itu bertemu dengan yang umum.
128. Ilmu
Pengetahuan
Ilmu pengetahuan adalah pengetahuan yang bertujuan
mencapai kebenaran ilmiah tentang objek tertentu, yang
diperoleh melalui pendekatan atau cara pandang (approach),
metode (method), dan sistem tertentu. Jadi pengetahuan yang
benar tentang objek itu tidak bisa dicapai secara langsung dan
sifat daripadanya adalah khusus. Ilmu pengetahuan diciptakan
manusia karena didorong oleh rasa ingin tahu manusia yang
tidak berkesudahan terhadap objek, pikiran, atau akal budi yang
menyangsikan kesaksian indra, karena indra dianggap sering
menipu.
129. 6 sistem yang lazim dikenal dalam ilmu
pengetahuan yaitu:
sistem ini memang sudah
sejak awal merupakan suatu
kesatuan yang utuh dalam
rangka mencapai tujuan yang
juga telah ditentukan sejak
awal. Misal, susunan alam
semesta ini, baik secara
keseluruhan maupun secara
bagian-bagian. Secara
keseluruhan unsur-unsur yang
jumlah jenisnya tetap dan tidak
mengalami perubahan sejak
memulai sampai masa
berakhirnya.
Sistem
tertutup
sistem ini tidak memungkinkan
masuknya unsur unsur baru ke
dalamnya, misal, susunan alam
semesta yang merupakan satu
kesatuan. Ini terdiri dari unsur-
unsur yang jumlah jenisnya tetap
dan tidak mengalami perubahan
sejak dari mulai sampai masa
berakhirnya.
Sistem
terbuka
sistem ini memang dimaksudkan
untuk memberikan peluang bagi
masuknya unsur-unsur baru agar
keberadaan sesuatu hal
kemungkinan bisa tetap
berlangsung. Lebih dari itu agar
perkembangan sesuatu itu juga
dimungkinkan. Misalnya, kehidupan
masyarakat manusia yang memiliki
kodrat sebagai makhluk sosial di
mana orang yang satu cenderung
secara alami bergantung kepada
orang lain secara timbal balik.
Sistem
alami
130. Sistem
buatan
sistem ini jelas merupakan
hasil karya manusia. Hal ini
tercipta atau diciptakan
secara sengaja untuk
memenuhi segala macam
kebutuhan hidup sehari-hari
yang semakin kompleks
yang disebabkan oleh
perkembangan kualitas
manusia itu sendiri. Ini
terjadi mungkin karena ia
memililki potensi cipta, rasa
dan karsa.
Sistem yang
berbentuk
lingkaran
Sistem yang
berbentuk
garis lurus
sistem ini merupakan perkembangan dari
sistem buatan, yang dibuat agar lebih
memudahkan tercapainya salah satu
tujuan hidup. Dalam sistem ini masalah
sentralnya diletakkan pada sentral dari satu
lingkaran. Dari sini orang mulai
menjelaskan sejauh mana masalah itu
dapat memengaruhi bidang-bidang lainnya.
Semakin jauh suatu titik dari titik sentral itu
maka titik itu akan mendapatkan pengaruh
yang semakin lemah. Sistem ini dapat
diasosiasikan dengan berkas sinar yang
semakin jauh jaraknya maka pancaran
Jaya sinarnya akan semakin berkurang.
sistem ini juga merupakan
perkembangan dari sistem buatan.
Agar dapat mencapai tujuan yang
lebih mudah, sistem ini disusun
menurut jenjang-jenjang atau
tingkat-tingkat mulai dari yang
paling tinggi ke jenjang yang paling
rendah. Susunan ini
memperlihatkan suatu tatanan
bahwa jenjang yang lebih rendah
mendasarkan diri kepada jenjang
yang lebih tinggi.
131. 3 teori pokok tentang kebenaran keilmuan
Teori Saling Hubungan
(Coherence Theory) Teori Persesuaian
(Correspondence
Theory)
Teori Kegunaan
(Pragmatic Theory).
133. Ilmu Sebagai
Pengetahuan
Ilmu adalah pengetahuan, tetapi tidak semua
pengetahuan adalah ilmu. Pengetahuan adalah
pembentukan pemikiran asosiatif yang menghubungkan
atau menjalin sebuah pikiran dengan kenyataan atau
dengan pikiran lain berdasarkan pengalaman yang
berulang-ulang tanpa pemahaman mengenai kausalitas
(sebab-akibat) yang hakiki dan universal. Ilmu adalah
akumulasi pengetahuan yang menjelaskan kausalitas
(hubungan sebab-akibat) dari suatu objek menurut
metodemdetode tertentu yang merupakan suatu
kesatuan yanag sistematis.
134. Tingkat Kemantapan
Teori
Teori akan menjelaskan (meramalkan) fenomena. Dengan
penjelasan itu orang menjadi mengerti. Penjelasan ini berkisar
pada hubungan-hubungan (relationship). apabila prang dapat
menjadikan relationship itu, dikatakan bahwa prang tersebut
adalah prang yang mengerti. Sebelum mengerti prang harus
tahu. Orang dapat tahu tentang fenomena melalui deskripsi.
Deskripsi memberikan pengetahuan tentang apa, sedangkan
teori memberikan penjelasan atau pengertian tentang
mengapa (why). Bagaimana (how) mengaplikasikan
pengetahuan dengan pengertiannya merupakan suatu
keterampilan. Pada dasarnya terdapat tiga tingkat pemikiran
ke arah memperoleh teori itu, yaitu tingkat klasikal, tingkat
taksonomikal, dan tingkat teoretikal (teori eksak).
135. Berpikir Induktif
dan Deduktif
Ilmu adalah akumulasi pengetahuan yang tersusun
secara sistematis. Pengetahuan yang dimaksud
adalah suatu fenomena yang ditangkap oleh indra
manusia. Menangkap berarti mengamati atau
mengobservasi, sedangkan yang diamati dan
fenomena itu tidak lain adalah fakta.
Pekerjaan Induktif ini dimulai dari hal-hal yang khusus
(particular) yang terpikirkan sebagai kelas dari suatu
fenomena, menuju generalisasi. Sedangkan Pekerjaan
Deduktif ini berangkat dari hal yang umum (dari
induksi/teori/dalil/hukum) kepada hal-hal yang khusus
(particular).
136. Metode Ilmiah
Kedudukan metode penelitian dalam metode ilmiah
dapat dikatakan hanya sebagian dari langkah-
langkah sistematis dalam memperoleh ilmu, sebab
metode penelitian baru merupakan prosedur
sistematis dari bekerjanya pikiran aiau logic yang
hanya menghasilkan kesimpulan atau ketetapan
rasional saja. Untuk menelusuri langkah-langkah
sistematika keilmuan (metode ilmiah) secara
tuntas, masih harus dilanjutkan dengan langkah--
langkah sistematis pelaksanaan penelitian yang
disebut teknik penelitian.
140. filsafat Pancasila adalah pembahasan
Pancasila secara filsafati, yaitu pembahasan
Pancasila sampai hakikatnya yang terdalam
(sampai intinya yang terdalam). Juga
merupakan suatu pengetahuan yang
terdalam yang merupakan hakikat Pancasila
yang bersifat essensial, abstrak umum
universal, tetap dan tidak berubah.
141. Tingkat-tingkat
Pengetahuan
Pancasila
SECARA KESELURUHAN
DALAM MEMPELAJARI
PANCASILA DIPEROLEH
SUATU PENGETAHUAN
ILMIAH YANG TERDIRI
ATAS EMPAT TINGKAT,
YAITU :
a) Dengan menjawab suatu pertanyaan
ilmiah "Bagaimana" maka akan diperoleh
suatu pengetahuan ilmiah yang bersifat
deskreptif. Pengetahuan jenis ini adalah
jenis pengetahuan yang memberikan
penjelasan serta keterangan tanpa
disertai adanya pemboncengan
kepentingan pribadi. sehingga bersifat
objektif.
142. Tingkat-tingkat
Pengetahuan
Pancasila
b) Dengan menjawab suatu pertanyaan ilmiah "Bagaimana" maka akan diperoleh
suatu pengetahuan ilmiah yang bersifat deskreb) Dengan mencari suatu
pertanyaan ilmiah "Mengapa", maka pengetahuan yang didapatkan adalah
pengetahuan bersifat kausal, yaitu pengetahuan yang memberikan jawaban
tentang sebab-akibat atau sebab-sebab dan asal-muasal terjadinya sesuatu
pengetahuan tentang Pancasila yang bersifat kausal ptif. Pengetahuan jenis ini
adalah jenis pengetahuan yang memberikan penjelasan serta keterangan tanpa
disertai adanya pemboncengan kepentingan pribadi. sehingga bersifat objektif.
143. Tingkat-tingkat
Pengetahuan
Pancasila
c) Dengan menjawab suatu pertanyaan ilmiah "Bagaimana" maka akan
diperoleh suatu pengetahuan ilmiah yang bersifat deskreb) Dengan mencari
suatu pertanyaan ilmiah "Mengapa", maka pengetahuan yang didapatkan
adalah pengetahuan bersifat kausal, yaitu pengetahuan yang memberikan
jawaban tentang sebc) Dengan menjawab petanyaan ilmiah "Kemana":
maka pengetahuan yang didapat adalah pengetahuan yang bersifat normatif.
Pengetahuan normatif adalah pengetahuan yang merupakan petunjuk atau
norma, maka sebelumnya dikaji, lebih dahulu hal-hal yang selalu terjadi.
144. Tingkat-tingkat
Pengetahuan
Pancasila
d) Dengan menjawab pertanyaan "Apa" akan diperoleh pengetahuan
mengenai hakikat dari sesuatu yang dinyatakan. Hakikat adalah
sesuatu yang secara mutlak menentukan bahwa sesuatu hal itu ada.
Untuk membahas hakikat Pancasila, harus benar-benar dibahas
sedalam-dalamnya sila demi sila, serta unsur-unsur yang mungkin
ada. Bidang ini akan dibahas dalam filsafat Pancasila.
146. a)Manfaat
Penggunaan
Filsafat
2) Sebagai pemberi dasar bagi ilmu pengetahuan
yang axiomata yang tidak memerlukan suatu
pembuktian yaitu:
(a) asas kebalikan (principium contradictionis).
(b)Asas kesamaan dengan diri sendiri (principium
ideutIfilos)
(c)Asas kemustahilan ketiga (principium exclusitertii)
148. a) Manfaat
Penggunaan
Filsafat
4) Secara umum semua
metode ilmu pengetahuan
berkembang dan pertama-
tama ditentukan oleh filsafat
karena kedudukan filsafat
sebagai induk ilmu
pengetahuan.
150. a) Manfaat
Penggunaan
Filsafat
6) Dengan filsafat ilmu pengetahuan
akan mampu menyelesaikan
masalahnya (bahkan masalah yang
menyangkut prinsip-prinsip
metodisnya) yang bersifat terdalam
(sampai pada paradigma ilmu).
151. b) Manfaat bagi
Pendidikan
Kesarjanaan
I. karena sifat filsafat yang kritis,
dinamis serta mendalam maka
memungkinkan bagi pengembangan
akal, menghidupkan kecer¬dasan
berfikir bagi Para calon saijana.
152. b) Manfaat bagi
Pendidikan
Kesarjanaan
II. Filsafat berfungsi menggugah
pengertian dan kesadaran
manusia akan kedudukannya
dalam hubungannya dengan
segala sesuatu di luar dirinya
153. b) Manfaat bagi
Pendidikan
Kesarjanaan
III. Menggugah pengertian serta
kesadaran para calon sarjana
akan pemikiran kemanusiaan
yaitu tentang kemanusiaan dn
masalah kemanusiaan sepanjang
masa.
154. b) Manfaat bagi
Pendidikan
Kesarjanaan
IV. Pendidikan filsafat akan membantuk
para sarjana menjadi ilmu¬wan yang
bijaksana yang memiliki dan
mengamalkan filsafat pandangan hidup,
pedoman hidup, pegangan hidup,
dalam kaitannya dengan kebahagiaan
dan kesejahteraan umat manusia.
155. Filsafat sebagai pandangan hidup pada
hakikatnya merupakan sistem nilai yang
secara epistemologis kebenarannya telah
diyakini sehingga dijadikan dasar atau
pedoman bagi manusia dalam
me¬mandang realitas alarn semesta,
manusia, masyarakat, bangsa dan negara.
156. Pancasila sebagai suatu ideologi
tidak bersifat kaku dan ter¬tutup,
namun bersifat terbuka. Hal ini
dimaksudkan bahwa ideologi
Pancasila adalah bersifat aktual,
dinamis, antsipatif dan senantiasa
mampu menyesuaikan dengan
perkembangan jaman.
157. Filsafat
pancasila
PANCASILA
SEBAGAI
DASAR
FILSAFAT
NEGARA
Pancasila disebut sebagai dasar filsafat
negara, philosofische Gronslag dari negara
mengandung konsekuensi bahwa dalam
setiap aspek penyelenggaraan negara harus
sesuai dengan nilai-nilai Pancasila. Hal itu
meliputi segala peraturan perundang-
undangan dalam negara, pemerintahan dan
aspek-aspek kenegaraan yang lainnya.
159. Filsafat
pancasila
PANCASILA
SEBAGAI ASAS
PERSATUAN DAN
KESATUAN
BANGSA
INDONESIA
3. Memiliki kesatuan sejarah, yaitu bangsa
Indonesia dibesarkan di bawah gemilangnya
kerajaan-kerajaan, Sriwijaya, Majapahit,
mataram dan lain sebagainya.
4. Memiliki persamaan nasib yaitu berada di
dalam kesenangan dan kesusahan, dijajah
Belanda, Jepang dan lainnya.
160. PANCASILA SEBAGAI SUATU
SISTEM FILASAFAT
A. PENGERTIAN
PANCASILA
SEBAGAI SUATU
SISTEM
Yang dimaksud dengan sistem adalah suatu kesatuan
bagian-bagian yang saling berhubungan, saling
bekerjasama untuk satu tujuan tertentu dan secara
keseluruhan merupakan suatu kesatuan yang utuh sistem
lazinmya memiliki ciri-ciri sebagai berikut :
(1) Suatu kesatuan bagian-bagian
(2) Bagian-bagian tersebut mempunyai fungsi sendiri-
sendiri
161. PANCASILA SEBAGAI
SUATU
SISTEM FILASAFAT
A. PENGERTIAN
PANCASILA
SEBAGAI SUATU
SISTEM
(3) Saling berhubungan, saling
ketergantungan
(4) Kesemuanya dimaksudkan untuk
mencapai suatu tuuan bersama (tujuan
sistem)
(5) Terjadi dalam suatu lingkungan
yang kompleks
162. Susunan Pancasila adalah hierarkhis
dan mempunyai bentuk piramidal.
Pengertian matematika piramidal
digunakan untuk menggambarkan
hubungan hierarkhi sila-sila dari
Pancasila dalam unit-urutan luas
(kwantitas) dan juga dalam hal sifat-
sifatnya (kwalitas).
163. Pancasila yang terdiri atas lima sila setiap sila
bukanlah merupakan asas yang berdiri atas
lima sila setiap sila bukanlah merupakan asas
yang berdiri sendiri¬sendiri, melainkan
memiliki satu kesatuan dasar ontologis. Dasail
ontologis Pancasila pada hakikatnya adalah
manusia yang memilikil hakikat mutlak
monopluralis, oleh karena itu hakikat dasar ini
juga, disebut sebagai dasar antropologis.
164. Dalam fungsi dan kedudukan Pancasila
sebagai dasar negara Republik Indonesia
maka sangat perlu untuk diketahui tentang'
hubungan antara negara Indonesia dengan
landasan dari Pancasila yaitu : Tuhan,
manusia, satu, rakyat, dan adil. Hubunga
tersebut merupakan suatu hubungan
kesesuaian, maka arti inti setiap sila dari
Pancasila adalah sebagai berikut :
165. 1.Ketuhana
n
2.Kemanusiaan
3. Persatuan
ialah sifat-sifat keadaan negara yang sesuai
dengan hakikat Tuhan (yaitu kesesuaian
dalam arti sesuai dengan akibat) merupakan
suatu nilai-nilai agama).
ialah sifat-sifat keadaan negara yang
sesuai dengan hakikat manusia.
yaitu sifat-sifat dan keadaan negara yang sesuai
dengan hakikat satu, yang berarti membuat
menjadi satu rakyat, daerah, dan keadaan negara
Indonesia sehingga terwujud suatu kesatuan.
ARTI INTI SETIAP SILA
DARI PANCASILA
166. 4. Kerakyatan
5. Keadilan
yaitu sifat-sifat dan keadan negara yang
sesuai dengan hakikat rakyat.
yaitu sifat-sifat dan keadaan negara yang
sesuai dengan hakikat adil.
ARTI INTI SETIAP SILA
DARI PANCASILA