Ringkasan dokumen tersebut adalah:
1. Penelitian ini mengkaji kemampuan adaptasi mahasiswa tahun pertama Ilmu Komunikasi di Universitas Indonesia dengan mengukur enam komponen adaptasi, yaitu kenyamanan sosial, pengalaman sosial, konfirmasi sosial, pengungkapan diri, artikulasi, dan humor.
2. Mahasiswa mengalami perubahan lingkungan yang signifikan dari SMA ke perguruan tinggi, sehingga perlu beradaptasi.
1. KEMAMPUAN ADAPTASI MAHASISWA TAHUN PERTAMA
PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI DI LINGKUNGAN
UNIVERSITAS
(Penelitian pada Mahasiswa Baru Reguler Tahun 2012 Ilmu Komunikasi FISIP
Universitas Indonesia)
Oleh Alvin Agustino Saputra, Dea Cipta Pematasari, Ranie Febrianti, Riri Kumalasari,
dan Stepfany
Abstract
This study explores the first year students of Communication Science’s ability in
how to adapt with new environment, new friends, new life style, new learning style, and
self identification. This research aimed to measure the adaptability of newcomers
through measuring the level of comfort of newcomers on campus (social composure),
desire to participate in a campus environment (social experience), maintenance of social
image (social confirmation), opening up (appropriate disclosure), an ability to say
properly (articulation), and a sense of humor (wit) by analyzing the newcomers of
Communication Science in Faculty of Social and Political Science at University of
Indonesia. This components will help measure engagement and interaction of first year
students at the university.
Kata Kunci: adaptasi komunikasi, culture shock, gaya hidup, identitas diri, konsep diri
PENDAHULUAN
Dalam kehidupan, manusia pasti menghadapi lingkungan-lingkungan yang
berbeda dengan yang pernah ia alami sebelumnya. Tidak jarang seseorang mengalami
proses culture shock dalam menghadapi lingkungan yang berbeda dengan lingkungan
yang sebelumnya. Menurut Searle dan Ward (Chapdelaine dan Alexitch, 2004)
menyebutkan bahwa culture shock adalah tuntutan penyesuaian yang dialami individu
pada level kognitif, perilaku, emosional, sosial, dan fisiologis ketika seseorang
ditempatkan di budaya yang berbeda. Ketika pertama kali mereka melakukan interaksi di
lingkungan yang berbeda tersebut, biasanya seorang individu akan merasa aneh dan
berbeda dengan yang lainnya.
1
2. Menurut Ting-Toomey (1997) proses ini umum terjadi ketika seseorang beralih
dari keadaan di mana ia sudah terbiasa (familiar setting) ke keadaan yang asing baginya
(unfamiliar setting). Sebagai contoh, seorang mahasiswa pendatang baru yang masuk ke
dalam lingkungan akademis baru pasti akan mengalami culture shock karena budaya
yang dimilikinya berbeda, seperti perbedaan cara belajar, cara berkomunikasi, cara
berinteraksi, dan penggunaan bahasa yang dianggap selalu menjadi masalah bagi para
pendatang baru (Ting-Toomey, 1997, h. 258).
Untuk menghadapi lingkungan yang berbeda tersebut, individu perlu melakukan
usaha penyesuaian. Usaha penyesuaian dirinya sendiri dengan orang lain dan terhadap
lingkungan yang berbeda disebut dengan adaptasi (Calhoun & Acocella, 1990).
Mahasiswa baru perlu melakukan proses adaptasi karena lingkungan di universitas tentu
berbeda dengan lingkungan di Sekolah Menengah Atas (SMA). Sayangnya, tidak semua
orang memiliki kemampuan adaptasi yang sama. Ada orang yang bisa dengan mudah
beradaptasi dan ada orang yang sulit sekali beradaptasi dengan lingkungan di sekitarnya.
Perbedaan kemampuan adaptasi ini tentu menjadi suatu masalah, baik bagi mahasiswa
yang kesulitan beradaptasi maupun bagi lingkungannya. Mahasiswa yang kesulitan
beradaptasi bisa mengalami gangguan dalam berinteraksi dengan lingkungannya (baik
dengan dosen, senior, ataupun teman), gangguan cara belajar yang bisa menyebabkan
terhambatnya proses akademis (baik untuk dirinya sendiri maupun dalam pengerjaan
tugas kelompok dengan teman), dan krisis identitas.
Di dalam tesis Spott (2011) terdapat pendapat dari Stavrianopoulos (2008) yang
menyebutkan bahwa tahun pertama merupakan masa-masa kritis bagi kehidupan
mahasiswa. Masa tersebut merupakan masa transisi dan penyesuaian terhadap tuntutan
sosial dan akademis universitas, masa-masa dengan kemungkinan besar untuk dropout
dan perubahan pembelajaran. Lebih lanjut, Spott (2011) mengutip bahwa kehidupan
tahun pertama menjadi suatu penelitian yang menarik bagi para peneliti, terutama
mengenai kesuksesan tahun pertama mahasiswa (Boulter, 2002; Howard & Jones, 2000;
Jorgensen-Earp & Stanton, 1993; Smith & Zhang, 2009) serta mengenai aspek sosial
kemampuan adaptasi mahasiswa tahun pertama (Enochs & Roland, 2006; Rice,
Cunningham, & Young, 1997).
2
3. Pengetahuan yang memadai mengenai masa transisi yang dialami mahasiswa
tahun pertama di universitas akan memudahkan lingkungan sekitar mahasiswa tersebut,
seperti orang tua, dosen, dan senior, untuk membantu mahasiswa tersebut melewati masa
transisi dengan sukses. Lingkungan di sekitar mahasiswa baru perlu memberi perhatian
lebih pada masa transisi mahasiswa karena pada masa transisi ini, mahasiswa baru
menemui perbedaan lingkungan yang cukup signifikan dari masa sekolah menengah atas
(SMA). Di dalam lingkungan sosial dan pendidikan di sekolah menengah atas (SMA),
kurikulum yang berlaku masih sangat bergantung kepada kapabilitas guru untuk
mentransfer semua ilmu kepada murid-muridnya, atau sering juga disebut dengan
teacher-oriented-curricullum. Kurikulum untuk murid SMA ini juga telah diatur dengan
sangat detail sehingga kurang memacu kebebasan murid-murid untuk memilih studi yang
diinginkan. Sedangkan di lingkungan universitas, kurikulum yang ditekankan merupakan
kurikulum
yang
berbasis
ke
mahasiswa-mahasiswa
sendiri
(student-oriented-
curricullum). Kurikulum ini membebaskan mahasiswa memilih segala hal yang berkaitan
dengan studi mereka sehingga mahasiswa dituntut untuk lebih mandiri, bertanggung
jawab, aktif, dan memiliki inisiatif dalam mengikuti kegiatan akademis mereka. Hal ini
didukung oleh Alamsyah (2006) yang menyatakan bahwa budaya dan lingkungan
Sekolah Menengah Atas masih sama dengan sekolah dasar dan berbeda dengan
lingkungan universitas. Hal ini menjadi suatu masalah bagi para mahasiswa tahun
pertama karena mereka mengalami perubahan lingkungan yang cukup drastis.
Selain itu, lingkungan mahasiswa, terutama lingkungan mahasiswa reguler di
program studi Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas
Indonesia merupakan lingkungan yang berbeda dengan lingkungan kampus lainnya.
Menurut pengamatan peneliti, hal ini disebabkan oleh mahasiswa Ilmu Komunikasi
FISIP UI yang sering diasumsikan dengan gaya hidup yang medium-high class dan
hedonis, hubungan yang cenderung individualis dengan teman, senior, dan bahkan dosen,
cara belajar dengan fase waktu yang cepat (fast time pace), student-oriented curricullum,
serta tugas yang bertumpuk-tumpuk dengan deadline yang berurutan. Sedangkan di
lingkungan sekolah menengah, siswa cenderung memiliki hubungan personal yang dekat
dengan teman dan senior, guru yang masih terus mengarahkan segala urusan yang
berhubungan dengan akademis, serta tugas yang tidak banyak dan bertumpuk. Perbedaan
3
4. yang cukup signifikan ini tentu menuntut kemampuan adaptasi yang baik dari
mahasiswa-mahasiswa baru, terutama di Ilmu Komunikasi FISIP Universitas Indonesia.
Penelitian ini bertujuan untuk mengukur kemampuan adaptasi mahasiswa baru.
Duran dan Kelly (1988) membagi skala pengukuran kemampuan adaptasi melalui
pengukuran tingkat kenyamanan mahasiswa baru di lingkungan kampus (social
composure), keinginan untuk berpartisipasi dalam lingkungan kampus (social
experience), pemeliharaan citra sosial (social confirmation), pembukaan diri (appropriate
disclosure), artikulasi (articulation), dan rasa humor (wit). Komponen-komponen
tersebut akan membantu pengukuran keterlibatan dan interaksi mahasiswa tahun pertama
di lingkungan universitas.
Penelitian mengenai kemampuan adaptasi mahasiswa tahun pertama ini dilakukan
dengan memanfaatkan kesadaran diri mahasiswa dalam mengidentifikasi dirinya di
dalam lingkungan universitas. Individu juga memperoleh identitas mereka melalui
interaksi dengan orang lain. Selain itu, proses pembentukan tersebut juga merujuk kepada
cara pandang reflektif kita terhadap diri kita sendiri, baik pada identitas sosial maupun
identitas personal. Perkembangan identitas diawali dengan pembahasan self-awareness
atau kesadaran diri sesorang. Memahami bagaimana konsep diri atau self-concept kita
berkembang adalah salah satu cara meningkatkan self-awareness. Setelah kita
mendapatkan gambaran tentang self-concept yang kemudian menimbulkan adanya selfawareness, konsep diri kita akan menjadi lebih stabil. Dalam hal ini ditujukan kepada
remaja. Self-awareness akan membantu menstabilkan self-concept dari remaja sebagai
sosok yang dinilai sedang menghadapi krisis yang dapat menimbulkan ketidakstabilan
emosi dan perilaku. Memahami bagaimana konsep diri berkembang adalah salah satu
cara untuk meningkatkan self-awareness. Selanjutnya, setelah kita berhasil melakukan
pemahaman terhadap diri kita, kita akan memasuki tahap pemberian nilai terhadap diri
kita sendiri atau self-esteem (Duran & Kelly, 1988, h. 65).
Dengan mengetahui tingkat kemampuan adaptasi mahasiswa baru, kita bisa
membantu mengarahkan mahasiswa baru untuk berinteraksi dengan baik dan benar, serta
mengarahkan mahasiswa supaya tidak mengalami krisis identitas. Hal ini juga dapat
memfasilitasi orang-orang di sekitar mahasiswa tahun pertama tersebut untuk
memfasilitasi masa transisi mahasiswa pada tahun pertama mereka belajar di lingkungan
4
5. universitas. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi atau sumbangan
positif terhadap disiplin ilmu komunikasi dengan mengetahui kemampuan adaptasi
mahasiswa baru di lingkungan akademis sehingga mempermudah penelitian lainnya yang
terkait dengan hal ini, terutama, pada penggunaan teori-teori ataupun pengembangan
konsep-konsepnya terkait dengan kemampuan adaptasi mahasiswa baru.
PERTANYAAN PENELITIAN
Penelitian ini mempunyai tujuan untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan penelitian,
sebagai berikut:
1. Komponen apa yang paling potensial yang dimiliki mahasiswa baru terkait dengan
kemampuan adaptasi mahasiswa baru di lingkungan universitas?
Dengan mengetahui potensi kemampuan adaptasi mahasiswa tahun pertama di
lingkungan sosial dan akademis mahasiswa baru, peneliti bisa lebih memahami hal-hal
yang bisa membantu mahasiswa baru untuk bisa sukses melewati tahun pertama di
universitas.
2. Bagaimana
mahasiswa
baru
mengidentifikasi
dirinya
dalam
lingkungan
universitas?
Dengan mengetahui persepsi mahasiswa mengenai dirinya dalam lingkungan universitas,
peneliti bisa menggali kelebihan dan kekurangan mahasiswa baru dalam pembawaan
serta kesiapan diri mereka untuk menghadapi lingkungan universitas sehingga bisa
menjadi indikator untuk membantu mahasiswa baru bertransisi di dalam lingkungan
mereka.
HIPOTESIS PENELITIAN
1. Mahasiswa memiliki kemampuan adaptasi yang tinggi, terutama di dalam dimensi
social confirmation.
5
6. Mahasiswa memiliki kemampuan adaptasi yang tinggi, terutama di dalam dimensi social
confirmation. Hal ini disebabkan oleh pentingnya penerimaan lingkungan bagi proses
adaptasi mahasiswa baru sehingga mahasiswa baru bisa beradaptasi dengan lebih baik
dan cenderung terus mengasah dimensi tersebut lebih baik dari pada dimensi lainnya.
2. Mahasiswa mampu mengidentifikasi diri mereka bahwa mereka memiliki
kemampuan beradaptasi yang cukup untuk menghadapi lingkungan baru
(lingkungan universitas).
Mahasiswa mampu mengidentifikasi kemampuan adaptasi mereka sehingga mereka bisa
lebih memanfaatkan kemampuan tersebut untuk menghadapi lingkungan baru
(lingkungan universitas). Kemampuan mahasiswa mengidentifikasi kemampuan adaptasi
dan kemudian memanfaatkannya disebabkan oleh kesadaran yang dimiliki oleh masingmasing mahasiswa.
LITERATURE REVIEW
Pada umumnya, seseorang yang berada pada tahun pertama masa pendidikan di
sebuah institusi atau universitas akan mengalami tahap komunikasi yang baru. Mereka
akan menghadapi lingkungan sosial maupun lingkungan akademis yang berbeda dari
sebelumnya dan mungkin di luar dari harapan mereka akan lingkungan perguruan tinggi.
Mereka pun dituntut untuk melakukan proses adaptasi dengan mengolah kemampuan
berkomunikasi dan berperilaku untuk mempersepsikan hubungan sosio-interpersonal dan
beradaptasi dengan sikap dan tujuan dalam berinteraksi dengan lingkungan sekitar
(Duran, 1983).
Ketika terjadi perbedaan terhadap harapan individu-individu yang menyandang
status mahasiswa baru dengan realita yang ada, banyak dari mereka pada akhirnya tidak
dapat membangun kemampuan intelektual dan membina hubungan dalam keanggotaan
sosial di lingkungan perguruan tinggi mereka (Cope & Hannah, 1975, h. 447). Hal
tersebut dapat mengakibatkan seseorang individu yang melakukan proses adaptasi
mengalami identity confusion dimana seseorang berada dalam kondisi terombang-ambing
atau bingung dengan identitas mereka di lingkungan baru yang berbeda dari lingkungan
6
7. sebelumnya. Tidak hanya itu, seseorang juga dapat megalami identity rejection dimana
individu yang menjalani proses adaptasi mengalami penolakan dari lingkungan barunya.
Lebih parah lagi, seseorang tersebut juga dapat mengalami kegagalan adaptasi hingga
kehilangan identitas di lingkungan barunya (Oberg, 1960) dalam (Cope & Hannah,
1975).
Proses adaptasi antar budaya merupakan derajat perubahan yang terjadi ketika
seseorang berpindah dari lingkungan yang ia kenal ke lingkungan asing (Ting & Toomey,
1999). Martin dan Nakayama (2010) berpendapat bahwa baik lingkungan asal dan
lingkungan baru dapat dikatakan sebagai ruang budaya seseorang apabila lingkungan
tersebut memiliki ikatan emosional dan terdapat proses komunikasi yang dapat
membangun makna tertentu terhadap seseorang. Tidak hanya lokasi fisik, lokasi sosial
juga termasuk ke dalam kategori ruang budaya. Sebagai contoh, ketika seorang anak
berbicara kepada orang tua maka ia membentuk ruang budaya pada dirinya sebagai anakanak (Martin & Nakayama, 2010, h. 287). Proses komunikasi yang kita alami di suatu
lingkungan kita berada merekonstruksikan identitas diri. Identitas diri yang terbentuk dari
proses adaptasi seseorang terhadap kehidupan sosialnya dapat merefleksikan seberapa
besar keberhasilan seseorang dalam beradaptasi di lingkungan barunya (Ting & Toomey,
1999).
A. Teori Adaptasi Komunikasi
Adaptasi komunikasi adalah kemampuan seseorang dalam mempersepsikan
hubungan antarpribadi dalam kehidupan sosialnya dan menyesuaikan hasil persepsi
tersebut ke dalam tujuan interaksi sosial dan perilaku sosialnya (Duran, 1983, h. 320).
Duran (1983) mendefinisikan adaptasi komunikasi sebagai kemampuan kognitif dan
behavioral untuk mempersepsikan hubungan sosio-interpersonal dan beradaptasi dengan
sikap dan tujuan dalam berinteraksi dengan orang lain. Namun demikian, Duran
berkeinginan untuk memperluas konstruksi komunikatif adaptasi untuk memasukkan
ketenangan sosial, kecerdasan, keterbukaan yang tepat dan artikulasi.
Adaptasi komunikasi sangat penting dalam memahami perubahan komunikasi dan
adaptasi pada mahasiswa yang baru memasuki lingkungan yang asing dari lingkungan
7
8. sebelumnya. Duran dan Kelly (1998) menjelaskan beberapa komponen yang berkaitan
dengan kemampuan adaptasi komunikasi ini, yaitu social composure yang didefinisikan
sebagai keadaan yang dialami komunikator atau pendatang baru ketika ia mengalami rasa
nyaman di dalam lingkungan sosialnya dengan tingkat kekhawatiran komunikasi yang
kecil. Social experience adalah keadaan di mana mereka menikmati dan berpartisipasi
secara terbuka dengan lingkungan sosialnya. Social confirmation merupakan keadaan
ketika ia mempertahankan citra sosialnya yang menarik bagi orang lain dan ikut
berkomunikasi di dalamnya. Articulation merupakan kemampuan penggunaan kata-kata
yang diucapkan benar dan diterima dengan baik oleh orang lainnya. Sedangkan, wit
menampilkan penggunaan humor yang cepat dan meredakan ketegangan sosial.
Kemungkinan kebanyakan aspek yang relevan dalam pembelajaran komunikasi adaptif
adalah appropriate disclosure, yaitu ketika seseorang menyesuaikan tingkat keterbukaan
mereka agar sesuai dengan keintiman situasi saat ini untuk meningkatkan keinginan atau
citra positif (Duran & Kelly, 1988). Hawken, Duran, dan Kelly (1991) juga menyorot
pentingnya komunikasi interpersonal dan kemampuan untuk beradaptasi dengan
lingkungan agar dapat memeroleh kesuksesan di lingkungan akademik di mana
mahasiswa yang mendapatkan Indeks Prestasi (IP) yang tinggi di tahun pertama kuliah
maka lebih mungkin untuk menjadi komunikator yang efektif daripada siswa yang tidak
bisa secara efektif mengartikulasikan ide-ide mereka. Sarana tersebut akan mengukur
semua keterlibatan dan interaksi mahasiswa baru dalam lingkungan kampus.
METODOLOGI PENELITIAN
Penelitian ini bersifat deskriptif dengan metode kuantitatif. Populasi dari
penelitian ini adalah mahasiswa baru reguler jurusan Ilmu Komunikasi FISIP UI 2012
berjumlah 141 orang. Metode pengumpulan data untuk penelitian ini menggunakan
desain cross sectional survey, di mana pengumpulan data hanya dilakukan satu kali
dalam satu periode. Instrumen penelitian yang digunakan untuk mengumpulkan data
secara primer dalam penelitian ini adalah survei yang dilakukan dengan cara menyebar
kuesioner kepada responden. Peneliti melakukan metode pengumpulan data secara primer
karena peneliti mengambil data baru, bukan berdasarkan data yang telah tersedia
sebelumnya. Pengisian kuesioner dilakukan dengan cara responden diminta untuk
8
9. menjawab sendiri kuisioner yang telah dibuat atau self-administered questionnaires.
Seluruh pertanyaan dalam kuisioner bersifat tertutup atau closed ended questions.
Kuesioner yang digunakan diadaptasi dari kuesioner dalam Communicative
Adaptability Scale yang dibuat oleh Robert Duran dari Hartford University. Duran (1992)
mendefinisikan Communicative Adaptability Scale (CAS) sebagai laporan diri (self
report) dan instrumen pengamatan yang dirancang untuk mengukur kemampuan
seseorang dalam memahami hubungan sosial dengan orang lainnya dan beradaptasi
dengan sikap dan tujuan dalam berinteraksi dengan orang lainnya. Communicative
Adaptability Scale (CAS) merupakan ukuran yang multidimensi terdiri dari enam dimensi
utama, antara lain social composure, mengukur sejauh mana seseorang merasa tenang
dalam situasi sosial, social experience, menilai partisipasi seseorang dalam kehidupan
sosial, social confirmation, mengukur kemampuan seseorang dalam mempertahankan
citranya terhadap orang lain, appropriate disclosure, menilai kepekaan terhadap tingkat
keintiman pertukaran sosial, wit, menilai penggunaan humor untuk meredakan
ketegangan sosial, dan articulation, mengukur kesesuaian seseorang dalam penggunaan
kata-kata.
Berikut ini adalah beberapa contoh pertanyaan dalam kuisioner berdasarkan dimensi dari
teori Adaptasi Komunikasi, antara lain:
1. Saya merasa gugup dalam lingkungan sosial. (Social Composure)
2. Saya berusaha membuat orang lain merasa baik. (Social Confirmation)
3. Saya aktif dalam berbagai kelompok sosial yang berbeda. (Social Experience)
4. Saya menyadari keterbukaan diri saya kepada orang lain. (Appropriate Disclosure)
5. Saya sering membuat lelucon dalam situasi lagi tegang. (Wit)
6. Ketika berbicara, saya bermasalah dengan kata-kata yang diucapkan. (Articulation)
Pengukuran terhadap variabel dalam penelitian ini menggunakan skala interval
Likert dengan lima pilihan jawaban (rentang skor 1-5). Responden akan merespon
terhadap pernyataan favorable dan unfavorable dengan memilih satu dari lima jawaban,
yaitu sangat tidak sesuai, tidak sesuai, agak sesuai, sesuai, dan sangat sesuai. Dalam
9
10. penelitian ini, terdapat teori adaptasi komunikasi yang perlu diukur melalui indikator.
Berikut ini adalah operasionalisasi dari teori tersebut.
Tabel Operasionalisasi dengan Skala Likert
Teori/ Variabel
Dimensi
Sub Dimensi
Social
Indikator
Adaptasi
Kemampuan
Komunikasi
adaptasi mahasiswa Composure
orang
baru
sosial
Komunikasi
seberapa
Skala
tenangnya
dalam
situasi
Skala
Likert
2012
Social
seberapa
besar
Confirmation
kemampuan seseorang
dalam
menjaga
citranya terhadap orang
lain
Social
seberapa
besar
Experience
kemampuan seseorang
dalam berpartisipasi di
lingkungan sosial
Appropriate
seberapa
besar
Disclosure
kemampuan seseorang
dalam keterbukaannya
terhadap orang lain
Wit
seberapa
besar
kemampuan seseorang
dalam
meredakan
suasana tegang dengan
humor
Articulation
seberapa
besar
kemampuan seseorang
dalam
penggunaan
kata-katanya
10
11. PANDUAN SCORING UNTUK COMMUNICATIVE ADAPTABILITY SCALE
Pemberian skor pernyataan yang favorable dari 1 untuk sangat tidak sesuai, 2
untuk tidak sesuai, 3 untuk agak sesuai, 4 untuk sesuai, dan 5 untuk sangat sesuai.
Sebaliknya, pernyataan yang unfavorable diberi skor 5 untuk sangat tidak sesuai, 4 untuk
tidak sesuai, 3 untuk agak sesuai, 2 untuk sesuai, dan 1 untuk sangat sesuai.
Di bawah ini ada dua buah tabel scoring. Tabel pertama untuk mengevaluasi
kemampuan adaptasi mahasiswa tahun pertama di lingkungan sosial universitas. Tabel
kedua untuk mengevaluasi kemampuan adaptasi mahasiswa tahun pertama di lingkungan
akademis universitas. Kedua tabel di bawah ini menunjukkan nomor item-item yang
digunakan untuk mengukur masing-masing dari enam dimensi Communicative
Adaptability Scale (CAS). Nilai akan dimasukkan pada bagian yang kosong di sebelah
kanan nomor item sesuai dengan pengaturan di atas. Kemudian, tambahkan nilai di
kolom untuk menemukan nilai keseluruhan untuk setiap dimensinya.
Social
Composure
Item Item
#
Score
1
2
3
4
5
Factor
Score
Social
Confirmation
Item Item
#
Score
6
7
8
9
10
Factor
Score
Social
Experience
Item Item
#
Score
11
12
13
14
15
Factor
Score
Appropriate
Disclosure
Item Item
#
Score
16
17
18
19
20
Factor
Score
Wit
Articulation
Item Item
#
Score
21
22
23
24
25
Factor
Score
Item Item
#
Score
26
27
28
29
30
Factor
Score
11
12. TEMUAN PENELITIAN
Profil Demografi
Tabel Jenis Kelamin
Valid
Frequency Percent
Valid laki-laki
Cumulative
Percent
Percent
38
27.0
27.0
27.0
Wanita
103
73.0
73.0
100.0
Total
141
100.0
100.0
Total responden yang menjadi objek dalam penelitian ini berjumlah 141 orang
dengan dominasi wanita sebagai responden terbanyak, sedangkan jumlah responden lakilaki sangatlah sedikit. Dari tabel 1.1 dapat dilihat bahwa jumlah responden wanita adalah
103 orang atau 73 % dari keseluruhan jumlah responden, sedangkan jumlah responden
laki-laki adalah 38 orang atau 27 % dari keseluruhan jumlah responden.
12
13. Tabel Usia
Valid
Frequency Percent
Cumulative
Percent
Percent
Valid 17 tahun
32
22.7
22.7
22.7
18 tahun
89
63.1
63.1
85.8
19 tahun
16
11.3
11.3
97.2
20 tahun
4
2.8
2.8
100.0
141
100.0
100.0
Total
Usia dari keseluruhan responden, baik itu wanita maupun pria, berkisar antara 17
hingga 20 tahun dengan dominasi usia 18 tahun sebanyak 89 orang atau 63.1 % dari
keseluruhan jumlah responden.
13
14. Tabel Tempat Tinggal
Valid
Frequency Percent
Valid Asrama
Kost
Apartemen
rumah pribadi
Total
Cumulative
Percent
Percent
16
11.3
11.3
11.3
61
43.3
43.3
54.6
4
2.8
2.8
57.4
60
42.6
42.6
100.0
141
100.0
100.0
Mahasiswa-mahasiswi Ilmu Komunikasi Universitas Indonesia yang menjadi
objek dalam penelitian ini umumnya mendiami rumah pribadi atau tinggal bersama
dengan orang tua dan kost sebagai tempat tinggal responden. Kedua tempat ini dipilih
oleh responden dengan jumlah yang sama, yaitu 60 orang bertempat tinggal di rumah
pribadi atau bersama dengan orang tua dan 60 orang bertempat tinggal di kost dengan
persentase 85.2 % atau 42.5 % untuk masing-masing pilihan. Pilihan tempat tinggal
14
15. lainnya, seperti asrama, dan apartemen, masing-masing dipilih responden sebanyak 16
orang, 4 orang, dan 1 orang.
Tabel Gabung Komunitas
Valid
Frequency Percent
Valid ya
Cumulative
Percent
Percent
93
66.0
66.0
66.0
tidak
48
34.0
34.0
100.0
Total
141
100.0
100.0
Dari sekian banyak kegiatan di luar mata kuliah wajib mahasiswa yang berada di
dalam kampus, seperti komunitas seni, komunitas olahraga, organisasi birokrasi,
organisasi akademis, organisasi keagamaan, organisasi wirausaha, organisasi media, dan
organisasi sosial, banyak dari responden yang telah ditentukan dalam penelitian ini
mengikuti salah satu atau beberapa kegiatan tersebut. sebanyak 93 orang atau 66 % dari
keseluruhan jumlah responden mengikuti kegiatan di luar kegiatan belajar mengajar
mereka, sedangkan sisanya, yaitu 48 orang atau 34 % dari keseluruhan jumlah responden,
tidak mengikuti kegiatan apa-apa selain kegiatan belajar mengajar.
15
16. Komunitas Seni
Valid
Frequency Percent
Valid Ya
Cumulative
Percent
Percent
51
36.2
36.2
36.2
Tidak
90
63.8
63.8
100.0
Total
141
100.0
100.0
Komunitas Olahraga
Valid
Frequency Percent
Valid Ya
Cumulative
Percent
Percent
29
20.6
20.6
20.6
Tidak
112
79.4
79.4
100.0
Total
141
100.0
100.0
Organisasi Birokrasi
Frequency Percent
Valid ya
Valid
Percent
Cumulative
Percent
19
13.5
13.5
13.5
tidak
122
86.5
86.5
100.0
Total
141
100.0
100.0
Organisasi Akademis
Valid
Frequency Percent
Valid Ya
Cumulative
Percent
Percent
13
9.2
9.2
9.2
Tidak
128
90.8
90.8
100.0
Total
141
100.0
100.0
16
17. Organisasi Keagamaan
Valid
Frequency Percent
Valid Ya
Cumulative
Percent
Percent
26
18.4
18.4
18.4
Tidak
115
81.6
81.6
100.0
Total
141
100.0
100.0
Organisasi Wirausaha
Valid
Frequency Percent
Valid Ya
Cumulative
Percent
Percent
5
3.5
3.5
3.5
Tidak
136
96.5
96.5
100.0
Total
141
100.0
100.0
Organisasi Media
Valid
Frequency Percent
Valid Ya
Cumulative
Percent
Percent
4
2.8
2.8
2.8
Tidak
137
97.2
97.2
100.0
Total
141
100.0
100.0
Organisasi Sosial
Valid
Frequency Percent
Valid Ya
Cumulative
Percent
Percent
5
3.5
3.5
3.5
Tidak
136
96.5
96.5
100.0
Total
141
100.0
100.0
17
18. Tabel Partisipasi Kegiatan
180
160
140
120
100
80
60
40
20
0
YA
TIDAK
Tabel di atas menunjukkan partisipasi responden pada kegiatan-kegiatan
nonakademis atau kegiatan-kegiatan di luar mata kuliah wajib mereka. Responden yang
terdiri atas mahasiswa-mahasiswi reguler Ilmu Komunikasi Universitas Indonesia tahun
2012 diberikan pertanyaan mengenai kegiatan di luar kegiatan belajar mengajar mereka
melalui kuisioner dan mereka diperbolehkan untuk memilih lebih dari satu kegiatan
sesuai dengan pilihan-pilihan jawaban yang sudah disediakan di kuisioner yang mereka
terima. Dari delapan pilihan kegiatan, seperti yang dapat dilihat pada tabel di atas,
komunitas seni dipilih oleh sebagian besar responden, yaitu sejumlah 51 orang ikut dan
90 orang yang tidak mengikuti, sedangkan organisasi media memiliki peserta paling
sedikit, yaitu hanya 4 orang yang ikut dan 137 orang yang tidak mengikuti.
UJI RELIABILITAS DAN VALIDITAS
Reliabilitas
Social Composure
Reliability Statistics
Cronbach's Alpha Based on
Cronbach's Alpha
.816
Standardized Items
N of Items
.817
5
18
19. Nilai alpha cronbach untuk dimensi “social composure” adalah 0,816. Oleh
karena nilai tersebut lebih besar dari 0,5, item-item pernyataan dalam dimensi “social
composure” layak untuk dianalisis lebih lanjut.
Social Confirmation
Reliability Statistics
Cronbach's Alpha Based on
Cronbach's Alpha
Standardized Items
.780
N of Items
.784
5
Nilai alpha cronbach untuk dimensi “social confirmation” adalah 0,780. Oleh
karena nilai tersebut lebih besar dari 0,5, item-item pernyataan dalam dimensi “social
confirmation” layak untuk dianalisis lebih lanjut.
Social Experience
Reliability Statistics
Cronbach's Alpha Based on
Cronbach's Alpha
Standardized Items
.687
N of Items
.691
5
Nilai alpha cronbach untuk dimensi “social experience” adalah 0,687. Oleh
karena nilai tersebut lebih besar dari 0,5, item-item pernyataan dalam dimensi “social
experience” layak untuk dianalisis lebih lanjut.
Appropriate Disclosure
Reliability Statistics
Cronbach's Alpha Based on
Cronbach's Alpha
.525
Standardized Items
N of Items
.536
4
Nilai alpha cronbach untuk dimensi “appropriate disclosure” adalah 0,525. Oleh
karena nilai tersebut lebih besar dari 0,5, item-item pernyataan dalam dimensi
“appropriate disclosure” layak untuk dianalisis lebih lanjut.
19
20. Wit
Reliability Statistics
Cronbach's Alpha Based on
Cronbach's Alpha
Standardized Items
.766
N of Items
.759
5
Nilai alpha cronbach untuk dimensi “wit” adalah 0,766. Oleh karena nilai
tersebut lebih besar dari 0,5, item-item pernyataan dalam dimensi “wit” layak untuk
dianalisis lebih lanjut.
Articulation
Reliability Statistics
Cronbach's Alpha Based on
Cronbach's Alpha
Standardized Items
.720
N of Items
.715
5
Nilai alpha cronbach untuk dimensi “articulation” adalah 0,720. Oleh karena
nilai tersebut lebih besar dari 0,5, item-item pernyataan dalam dimensi “articulation”
layak untuk dianalisis lebih lanjut.
Validitas
KMO and Bartlett's Test
Kaiser-Meyer-Olkin Measure of Sampling
Adequacy.
.756
Bartlett's Test of
Approx. Chi-Square
1.572E3
Sphericity
Df
406
Sig.
.000
Nilai uji KMO dan Bartlett untuk komponen-komponen “communication
adaptability scale”
adalah 0,756. Oleh karena nilai tersebut lebih besar dari 0,5,
komponen-komponen “communication adaptability scale” layak dianalisis lebih lanjut.
20
21. MEAN
Statistics
Social
Social
Social
Appropriate
Composure Confirmaton Experience
N
Valid
Disclosure
Wit
Articulation
141
141
141
141
141
141
0
0
0
0
0
0
Mean
3.7021
3.8794
3.3475
3.3723
3.1801
3.3092
Mode
4.00
3.80
3.20
3.50
3.20
3.60
522.00
547.00
472.00
475.50
448.40
466.60
Missing
Sum
Dalam penelitian ini, rata-rata dari keseluruhan dimensi yang menunjukkan
kecenderungan mahasiswa-mahasiswi Ilmu Komunikasi Universitas Indonesia tahun
2012 dalam pengaruhnya terhadap kemampuan adaptasi mereka dengan lingkungan Ilmu
Komunikasi terletak pada dimensi social confirmation. Hasil tersebut diperoleh dari
penghitungan mean antardimensi yang kemudian dibandingkan satu sama lain. Dari
keenam dimensi yang menjadi fokus penelitian, masing-masing dimensi memiliki
signifikansi yang tidak terlalu jauh. Dimensi-dimensi yang digunakan dalam penelitian
memiliki pengaruh yang cukup besar terhadap kemampuan adaptasi mahasiswamahasiswi Ilmu Komunikasi Universitas Indonesia tahun 2012. Akan tetapi, dari tabel di
atas dapat dilihat bahwa dimensi yang memiliki pengaruh sedikit lebih besar
dibandingkan dimensi lainnya adalah social confirmation. Dimensi social confirmation
menunjukkan kemampuan seseorang dalam mempertahankan citranya di mata orang lain.
Dengan kata lain, seseorang tersebut cenderung mempertimbangkan aspek-aspek yang
berhubungan dengan bagaimana cara membentuk citra yang baik di mata orang lain dan
apakah upayanya tersebut berdampak pada penerimaan orang lain terhadap dirinya.
INTERPRETASI DATA
Hasil penelitian ini menjelaskan bahwa pada umumnya, mahasiswa tahun pertama
Ilmu Komunikasi FISIP Universitas Indonesia tahun 2012 tidak mengalami kesulitan
beradaptasi. Hal ini ditunjukkan dengan tingginya nilai mean di dalam keenam dimensi
21
22. Communicative Adaptability Scale (CAS) yang diteliti. Dengan menggunakan skala
Likert dari 1 sampai 5, keenam dimensi tersebut memiliki mean lebih dari 2,5 sehingga
bisa dikategorikan tinggi. Tingginya mean dari tiap dimensi tersebut menunjukkan bahwa
mahasiswa-mahasiswa tersebut merasa kalau diri mereka memiliki kemampuan adaptasi
yang tinggi pula. Mahasiswa tersebut menginterpretasikan diri mereka bahwa mereka
memiliki kemampuan dalam beradaptasi di lingkungan universitas di Ilmu Komunikasi
FISIP Universitas Indonesia. Apabila dilihat dari data kuesioner yang dibagikan kepada
mahasiswa tahun pertama Ilmu Komunikasi Reguler FISIP UI tahun 2012, mahasiswa
mengidentifikasi diri mereka bahwa mereka memiliki kemampuan yang cukup untuk
beradaptasi, teruatama melalui aspek penerimaan sosial (social confirmation). Mahasiswa
merasa bahwa mereka dapat diterima dengan baik dan berusaha melakukan hal-hal yang
membuat mereka diterima di dalam lingkungan universitas.
IMPLIKASI PENELITIAN
Dalam penelitian ini mahasiswa baru Ilmu Komunikasi Universitas Indonesia
angkatan 2012 telah terbukti tidak memiliki kesulitan yang signifikan dalam beradaptasi
dikarenakan mereka memiliki aspek penerimaan sosial (social confirmation) yang tinggi,
dimana mereka akan cenderung memperhatikan perasaan orang lain agar image mereka
terlihat baik, dan selalu membuat orang lain merasa senang apabila sedang berinteraksi
dengannya, dengan begitu mereka akan diterima dengan mudah di lingkungan sosialnya.
Namun, bukan berarti karena aspek social confirmation yang lebih dominan dari
yang lainnya, kelima aspek lainnya diabaikan. Kelima aspek lainnya juga turut
mendukung kemudahan dalam beradaptasi dalam suatu lingkungan seperti kenyamanan
mahasiswa baru di lingkungan kampus (social composure), keinginan untuk
berpartisipasi dalam lingkungan kampus (social experience), pembukaan diri
(appropriate disclosure), artikulasi (articulation), dan rasa humor yang diberikan (wit).
Hanya saja dalam penelitian kali ini nilai kelima komponen lainnya lebih rendah
dibandingkan social confirmation. Dengan kata lain, dapat dikatakan bila mahasiswa
baru Ilmu Komunikasi Universitas Indonesia angkatan 2012 dapat dengan mudah
22
23. beradaptasi dikarenakan mereka sangat memperhatikan kenyamanan lawan bicara mereka
ketika berinteraksi sehingga mereka dapat diterima di lingkungannya.
Oleh sebab itu, penelitian ini sangat bermanfaat untuk mengetahui aspek apa yang
paling dominan ketika seseorang sedang melakukan adaptasi serta dapat juga
mempelajari bagaimana mereka melakukan interaksi yang menjadi kunci untuk dapat
dengan mudah diterima di lingkungan barunya. Dapat terlihat dalam penelitian ini, yaitu
dengan mengetahui tingkat kemampuan adaptasi mahasiswa baru, kita dapat pula
membantu mengarahkan mahasiswa baru untuk berinteraksi dengan baik dan benar
sehingga menjauhkan mereka dari krisis identitas. Dengan begitu, penelitian ini dapat
memfasilitasi orang-orang di sekitar mahasiswa tahun pertama tersebut untuk melalui
masa transisi mahasiswa pada tahun pertama mereka ketika belajar di lingkungan
universitas.
REKOMENDASI PENELITIAN
Penelitian mengenai kemampuan adaptasi seseorang sangatlah menarik dimana
banyak hal-hal yang masih bisa dieksplorasi dan dikembangkan di dalamnya. Begitu juga
dengan penelitian yang peneliti angkat kali ini, yaitu lebih terfokus pada komponen
dominan dalam proses adaptasi mahasiswa baru Ilmu Komunikasi Universitas Indonesia
angkatan 2012. Peneliti berharap dengan adanya penelitian ini dapat membantu
penelitian-penelitian berikutnya dalam mengkaji dan meneliti konsep-konsep terkait baik
secara korelatif maupun komparatif terhadap kemampuan adaptasi dalam suatu
lingkungan, khususnya lingkungan kampus Universitas Indonesia.
KESIMPULAN
1. Penelitian ini membuktikan bahwa mahasiswa tahun pertama Ilmu Komunikasi FISIP
Universitas Indonesia program reguler tahun 2012 memiliki kemampuan adaptasi
yang cukup tinggi apabila dilihat dengan menggunakan Communicative Adaptability
Scale (CAS).
23
24. 2. Dari enam dimensi Communicative Adaptability Scale (CAS), mahasiswa tahun
pertama Ilmu Komunikasi FISIP Universitas Indonesia program regular tahun 2012
memiliki potensi yang paling tinggi di dimensi social confirmation.
3. Mahasiswa mengidentifikasi diri mereka sebagai diri yang memiliki kemampuan
adaptasi yang tinggi sehingga menumbuhkan kesadaran bagi para mahasiswa yang
membantu mereka dalam proses adaptasi di lingkungan universitas.
4. Kesadaran mengenai kemampuan adaptasi diri mahasiswa juga membantu mereka
dalam mempersiapkan diri untuk beradaptasi di lingkungan universitas sehingga
mereka bisa menyesuaikan diri dengan cepat.
24
25. DAFTAR PUSTAKA
Alamsyah, E. (2006). Wajah Pendidikan di Indonesia. Yogyakarta: TigaRaksa Press.
Andina. (2005). Skripsi Bahasa Pergaulan Sebagai Bahasa Identitas Remaja. Depok.
Calhoun, James F., & Acocella, Joan R. (1990). Psychology of Adjustment and Human
Relationships. New York: McGraw-Hill.
Chapdelaine, R. F., & Alexitch, L. R. (2004). Social skills difficulty: Model of culture
shock for international graduate students. Journal of College Student
Development, 45(2), 167–183.
Cope, R.G., & Hannah, W. (1975). Revolving college doors: the causes and
consequences of dropping out, stopping out, and transferring. New York: Wiley.
Duran, R. L. (1983). Communicative adaptability: A measure of social communicative
competence. Communication Quarterly, 31, 320-326.
Duran, R. L. (1992). Communicative Adaptability: A Review of Conceptualization and
Measurement. Communication Quarterly, 40 (3), 253-268.
Duran, R.L. & Kelly, L. (1988). An investigation into the cognitive domain of
communication competence II: The relationships between communicative
competence and interaction involvement. Communication Research Reports, 5.
Hawken, L., Duran, R. L., & Kelly, L. (1991). The relationship of interpersonal
communication variables to academic success and persistence in college.
Communication Quarterly, 39 (4), 297-308.
Judith, N., Martin, & Nakayama, K., Thomas. (2010). Intercultural Communication in
Context. New York. McGraw-Hill.
Spott, Jessica. (2011). Thesis Social and Academic Adaptabilty of First Year Freshmen
Students. Texas: Texas Tech University.
Ting-Toomey, Stella. (1999). Communicating Across Culture. New York: The Guilford
Press.
25
26. LAMPIRAN
KUESIONER RISET KEMAMPUAN ADAPTASI MAHASISWA BARU
Yth. Responden
Terima kasih atas kesediaan Anda meluangkan waktunya untuk mengisi kuesioner
ini. Kami merupakan mahasiswa yang sedang melakukan penelitian mengenai kemampuan
adaptasi mahasiswa baru. Kuesioner ini ditujukan kepada MAHASISWA BARU Ilmu
Komunikasi reguler angkatan 2012 Universitas Indonesia. Kami sangat menghargai
kesediaan Anda mengisi kuesioner untuk penelitian ini. Mohon seluruh
dengan baik dan jujur. Jika ada pertanyaan mengenai isi kuesioner ini,
pertanyaan
dijawab
silahkan Anda langsung
bertanya kepada kami.
BAGIAN 1 : PROFIL RESPONDEN
Petunjuk: Lengkapilah pertanyaan berikut dengan melingkari jawaban yang paling
sesuai dengan diri Anda.
1.
Jenis Kelamin
: 1. Pria
2. Wanita
2.
Usia
: 1. 17 tahun
2. 18 tahun
3.
Tempat tinggal saat ini:
3. 19 tahun
1. Asrama
5. 21 tahun
4. Kontrakan
2. Kost
4. 20 tahun
5. Rumah pribadi
3. Apartemen
4.
Saya bergabung dalam komunitas atau kelompok sosial tertentu di universitas : 1. Ya
2. Tidak
5.
Apabila tergabung dengan komunitas atau kelompok sosial tertentu di universitas, komunitas atau
kelompok sosial yang saya ikuti adalah: (Boleh memilih lebih dari satu)
1. Komunitas Seni
2. Komunitas Olahraga
3. Organisasi Birokrasi (BEM, BPM, Himpunan Mahasiswa, dll)
4. Organisasi Akademis (Tim Robot, Tim Penelitian, Debat, dll)
5. Organisasi Keagamaan (FSI, Kuksa, dll)
6. Organisasi Wirausaha (HIPMI, dll)
7. Kelompok lain-lain : ........................... (Sebutkan)
26
27. BAGIAN 2 : PENGUKURAN KEMAMPUAN ADAPTASI MAHASISWA BARU
Petunjuk: Di bawah ini merupakan pernyataan-pernyataan yang berkaitan dengan
pengalaman perilaku komunikasi sejak awal memasuki lingkungan kampus.
Lingkari jawaban Anda pada nomor yang sesuai dengan pilihan jawaban Anda
terkait kemampuan adaptasi Anda di lingkungan kampus
yang baru.
5= Sangat Sesuai (SS) 4= Sesuai (S) 3= Agak Sesuai (AS) 2= Tidak Sesuai (TS)
1= Sangat Tidak Sesuai (STS)
NO.
PERNYATAAN
STS
TS
AS
S
SS
1.
Saya merasa gugup dalam lingkungan Ilmu Komunikasi FISIP UI.
1
2
3
4
5
2.
Di dalam lingkungan Ilmu Komunikasi FISIP UI, saya merasa tegang
dan terdesak.
1
2
3
4
5
3.
Ketika saya berbicara, postur tubuh saya terlihat canggung dan tegang.
1
2
3
4
5
4.
Suara saya terdengar gugup ketika berbicara dengan orang lain.
1
2
3
4
5
5.
Saya merasa rileks ketika berbicara dengan orang lain.
1
2
3
4
5
6.
Saya berusaha membuat orang lain merasa baik.
1
2
3
4
5
7.
Saya berusaha membuat orang lain merasa penting dan dihargai.
1
2
3
4
5
8.
Saya mencoba untuk akrab ketika berbicara dengan orang lain.
1
2
3
4
5
9.
Ketika saya berbicara, saya berpikir bagaimana perasaan orang lain.
1
2
3
4
5
10.
Secara verbal maupun nonverbal saya mendukung orang lain.
1
2
3
4
5
11.
Saya aktif dalam berbagai kelompok sosial yang berbeda.
1
2
3
4
5
12.
Saya nyaman bersosialisasi dengan kelompok sosial yang berbeda.
1
2
3
4
5
13.
Saya nyaman bertemu dengan orang baru.
1
2
3
4
5
14.
Saya mudah bergaul dengan orang lain.
1
2
3
4
5
15.
Saya tidak berbaur dengan baik dalam lingkungan Ilmu Komunikasi
FISIP UI.
1
2
3
4
5
16.
Saya menyadari keterbukaan diri saya kepada orang lain.
1
2
3
4
5
17.
Saya menyadari keterbukaan orang lain terhadap saya.
1
2
3
4
5
18.
Saya tahu seberapa tepat keterbukaan diri saya.
1
2
3
4
5
27
28. 19.
Saya terbuka pada level keterbukaan yang sama seperti orang lain
lakukan terhadap saya.
1
2
3
4
5
20.
Ketika saya memberikan informasi, saya tahu apa yang saya ucapkan.
1
2
3
4
5
21.
Saya sering membuat lelucon dalam situasi lagi tegang.
1
2
3
4
5
22.
Ketika saya gelisah, saya sering membuat lelucon.
1
2
3
4
5
23.
Ketika saya merasa malu, saya sering membuat lelucon tentang hal itu.
1
2
3
4
5
24.
Ketika seseorang memberikan komentar negatif tentang diri saya, saya
meresponnya dengan terbuka.
1
2
3
4
5
25.
Orang-orang berpikiran saya memiliki rasa humor yang tinggi.
1
2
3
4
5
26.
Ketika berbicara, saya bermasalah dengan kata-kata yang diucapkan.
1
2
3
4
5
27.
Saya kadang-kadang tidak memilih kata dengan baik.
1
2
3
4
5
28.
Saya kadang-kadang menggunakan satu kata ketika saya mengartikan
kata lainnya.
1
2
3
4
5
29.
Saya tidak dapat menggunakan kata-kata dengan benar dan tepat.
1
2
3
4
5
30.
Saya kesulitan dalam melafalkan kata- kata yang akan diucapkan.
1
2
3
4
5
-TERIMA KASIH-
28