SlideShare una empresa de Scribd logo
1 de 23
TAUBAT DAN ROJA’
       PERBUATAN TERPUJI




     Makalah Ini Kami Susun Guna Untuk
           Memenuhi Tugas Pertama
       Pelajaran Pendidikan Agama Islam


          Guru Pembimbing:
           Ibu Hj. Mardhiyati, S.Pd.


  SMA NEGERI 5 YOGYAKARTA
Jln. Nyi Pembayun No. 41, Kotagedhe, Yogyakarta


            Tahun Pelajaran
                2010/2011
TAUBAT DAN ROJA’
  PERBUATAN TERPUJI




    Guru Pembimbing:
     Ibu Hj. Mardhiyati, S.Pd.


        Disusun Oleh:
1. Anggita Dwi Lestari   (XI IPA 3/O3)
2. Nadhil Afiq           (XI IPA 3/   )
3. Annisa Titias H.      (XI IPA 3/   )
4. Febriawan Ramadhan (XI IPA 3/28)


         Tahun Pelajaran
             2010/2011
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb.

      Alhamdulillah puji syukur kita panjatkan atas kehadirat Allah SWT karena

atas rahmat, serta hidayahnya sehingga kita selalu diberi kesehatan hingga saat ini.

Ucapan terima kasih juga kita persembahkan untuk Ibu Hj. Mardiyah selaku guru

pembimbing kami karena atas bimbingannya kami dapat mengerjakan tugas ini

dengan baik.

      Makalah ini disusun guna untuk memenuhi tugas pertama dari pelajaran

Pendidikan Agama Islam, bila ada salah penulisan kata dalam makalah ini kami

mohon maaf yang sebesar-besarnya.




                                                      Yogyakarta, 08 Agustus 2010




                                                                            Penulis
DAFTAR ISI

Sub Cover………………………………………………………………………………………………………      i

Kata Pengantar………………………………………………………………….………………………….. ii

Daftar Isi………………………………………………………………………………………………………. iii

Pendahuluan…………………………………………………………………………………………………. iv

Isi…………………………………………………………………………………………………………………. 1

Kesimpulan………………………………………………..……………………………………………….… v

Penutup………………………………………………………………………………………………………… vi
PENDAHULUAN

      Dalam kehidupan sehari-hari manusia sebagai makhluk yang berakhlak

tentunya mempunyai kewajiban yang harus dipenuhi yakni menunaikan dan

menjaga akhlak yang baik serta menjauhi akhlak yang buruk. Kewajiban inilah yang

menjadi kekuatan moral dari terlaksananya akhlak yang baik dan terhindarnya

akhlak yang buruk. Dalam melaksanakan kewajiban itu kita sebaiknya disertai Raja'

yakni dengan mengharap ridha Allah SWT agar kita yakin dapat melaksanakannya

dengan baik. Dalam melaksanakan kewajiban itu pula kita sebagai manusia tentu

tidak terlepas dari kekhilafan, baik itu besar ataupun kecil. Supaya dosa kita

diampuni kita dianjurkan untuk memohon ampunan pada Allah SWT, salah satunya

dengan taubat.

      Dalam makalah ini kami mengulas tentang taubat dan roja', baik pengertian,

keutamaannya, hingga cara-caranya. Sehingga paling tidak kita bisa mengerti apa

dan bagaimana taubat dan roja' itu.
ISI

A. TAUBAT

  Pengertian Taubat

       Taubat adalah memohon ampunan pada Allah SWT atas segala dosa dan

 kesalahan yang pernah kita perbuat. Taubat juga merupakan pengakuan dan

 penyesalan terhadap dosa-dosa yang telah dilakukan. Taubat tidak sekedar

 mengucapkan dengan lidah seperti yang dipahami oleh kalangan awam.

       Ketika salah seorang datang kepada salah satu tokoh agama ia berkata

 kepadanya, “Ikutilah perkataanku ini! Aku taubat kepada Allah SWT, aku

 kembali kepada-Nya, aku menyelasi dosa yang telah ku perbuat, dan aku berjanji

 untuk tidak melakukan maksiat lagi selamanya, serta aku membebaskan diri dari

 seluruh agama selain agama Islam”. Dan ketika ia telah mengikuti ucapan kyai itu

 dan pulang, ia menyangka bahwa ia telah selesai melakukan taubat.

       Ini adalah bentuk kebodohan dua pihak sekaligus. Kebodohan orang awam

 serta sang kyai juga. Karena taubat bukan sekedar ucapan dengan lidah saja,

 karena jika taubat hanya sekedar berbuat seperti itu, alangkah mudahnya taubat

 itu. Taubat adalah perkara yang lebih besar dari pada itu, dan juga lebih dalam

 dan sulit. Ungkapan lisan itu dituntut setelah ia mewujudkannya dalam

 tindakannya. Untuk kemudian dia mengakui dosanya dan meminta ampun

 kepada Allah SWT. Sedangkan istighfar atau mengungkapkan taubat dengan

 lisan tanpa janji dalam hati itu adalah taubat para pendusta, seperti dikatakan

 oleh Dzun Nun Al-Mishri. Itulah yang dikatakan oleh Sayyidah Rabi'ah

 Al'Adawiyah, ”Istighfar kita membutuhkan istighfar lagi”. Sehingga sebagian
mereka ada yang berkata, ”Aku beristighfar kepada Allah SWT”. Atau taubat yang

hanya dengan lisan. Tidak disertai dengan penyesalan dalam hati.

      Sementara hakikat taubat adalah perbuatan akal, hati ,dan tubuh

sekaligus. Dimulai dengan perbuatan akal, diikuti oleh perbuatan hati, dan

menghasilkan perbuatan tubuh. Oleh karena itu, Al-Hasan berkata, ”Ia adalah

penyesalan dengan hati, istighfar dengan lisan, meninggalkan perbuatan dosa

dengan tubuh, dan berjanji tidak akan melakukan perbuatan dosa itu lagi”.

 Keutamaan Taubat

      Tentang anjuran dan dorongan untuk bertaubat, Al-Quran berbicara:

“Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang taubat dan menyukai orang-

orang yang menyucikan diri” (QS. Al-Baqarah: 222). Maka derajat apa yang lebih

tinggi dari pada mendapatkan kasih sayang Allah semesta alam?

      Dalam menceritakan Ibadurrahman yang Allah berikan kemuliaan dengan

menisbahkan mereka kepada-Nya, serta menjanjikan kepada mereka surga, di

dalamnya mereka mendapat ucapan selamat dan mereka kekal di sana, serta

mendapatkan tempat yang baik. Firman Allah SWT:

“Dan orang-orang yag menembah Tuhan yang lain beserta Allah dan tidak

membunuh jiwa yang diharamkan oleh Allah (membunuhnya) kecuali dengan

(alasan) yang benar, dan tidak berzina, dan siapa yang melakukan itu, niscaya

dia mendapat (pembalasan) dosa (nya)” (QS. Al Furqan: 68-70).

      Keutamaan apalagi yang lebih besar dari pada orang yang bertaubat itu

mendapat ampunan dari Allah SWT, hingga keburukan mereka digantikan

dengan kebaikan. Dan dalam penjelasan keluasaan Allah SWT dan rahmat-Nya

bagi orang-orang yang bertaubat. Allah berfirman:
“Katakanlah: Hai hamba-hambaku yang melampaui batas terhadap diri mereka

sendiri, janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah SWT. Sesunguhnya Allah

mengampuni dosa semuanya. Sesungguhnya Dialah Yang Maha Pengasih dan

Penyayang” (QS. Az-Zumar: 53).

      Ayat ini membukakan pintu seluas-luasnya bagi orang yag berdosa dan

melakukan kesalahan. Meskipun dosa mereka telah mencapai ujung langit

sekalipun. Seperti sabda Rasul SAW:

“Jika kalian melakukan kesalahan-kesalahn (dosa) hingga ke ujumg langit,

kemudian kalian bertaubat, niscaya Allah SWT memberikan taubat kepada

kalian” (HR: Ibnu Majah).

      Di antara keutamaan orang-orang yang bertaubat adalah Allah SWT

menugaskan para malaikat Muqarabbin untuk beristighfar bagi mereka serta

berdoa kepada Allah SWT agar Allah SWT menyelamatkan mereka dari azab

neraka. Serta memasukkan mereka ke dalam surga. Dan menyelamatkan mereka

dari keburukan. Mereka memikirkan urusan mereka di dunia, sedangkan para

malaikat sibuk dengan mereka di langit. Allah berfirman:

“(Malaikat-malaikat)   yang   memikul    'arsy   dan   malaikat   yang   berada

disekelilingnya bertasbih memuji Tuhannya dan mereka beriman kepada-Nya

serta memintakan ampun bagi orang-orang beriman (seraya mengucapkan): Ya

Tuhan kami, rahmat dan ilmu Engkau meliputi segala sesuatu, maka berikan

ampunan pada orang-orang yang bertaubat dan mengikuti jalan Engkau dan

peliharalah mereka dari api eraka yang menyala-nyalu. Ya Tuhan kami, dan

masukkan mereka ke surga yang telah engkau janjikan kepada mereka dan

orang-orang yang saleh diantara bapak-bapak mereka, dan istri-istri mereka, dan

keturunan mereka semua. Sesungguhnya Engkaulah yang Maha Perkasa lagi
Maha Bijaksana, dan peliharalah mereka dari (balas) kejahatan. Dan orang-orang

yang Engkau pelihara dari (pembalasan) kejahatan pada hari itu maka

sesungguhnya telah Engkau anugerahkan rahmat kepadanya         dan      itulah

kemenangan yang besar” (QS. Ghaafir: 7-9).

      Terdapat banyak ayat dalam Al-Quran yang mengabarkan akan

diterimanya taubat orang-orang yang melakukannya jika taubat mereka tulus,

dengan banyak redaksi. Dengan berdalil pada kemurahan karunia Allah SWT,

ampunan dan rahmat-Nya, yang tidak terasa sempit dengan perbuatan orang

yang melakukan maksiat, meskipun kemaksiatan mereka telah demikian besar.

Seperti dalam firman Allah SWT:

“Tidaklah mereka mengetahui bahwasannya Allah menerima taubat dari hamba-

hamba-Nya yang menerima zakat, dan bahwasannya Allah Maha Penerima

taubat lagi Maha Penyayang” (QS. At-Taubah: 104).

      “Dan Dialah Yang menerima taubat dari hamba-hambaNya dan

memaafkan kesalahan-kesalahan” (QS. Asy-Syura: 25).

      Dan dalam menyipati Dzat Allah SWT:

“Yang mengampuni dosa dan menerima taubat” (QS. Ghaafir: 3).

      Terutama orang yang bertaubat dan melakukan perbaikan. Atau dengan

kata lain, orang yang bertaubat dan melakukan amal saleh. Seperti dalam firman

Allah SWT dalam maalah pria dan wanita yang mencuri:

“Maka barang siapa yang bertaubat (diantara pencuri-pencuri itu) sesudah

melakukan kejahatan itu dan memperbaiki diri, maka sesungguhnya Allah

menerima taubatnya. Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha

Penyayang” (QS. Al-Maidah: 39).
“Tuhanmu     telah   menetapkan     atas   diriNya   kasih   saying,   (yaitu)

bahwasannya barang siapa yang berbuat kejahatan diantara kamu lantaran

kejahilan, kemudian mereka bertaubat setelah mengerjakan, dan mengadakan

perbaikan, maka sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Maha

Penyayang” (QS. Al-An‟am: 54).

      “Kemudian, sesungguhnya Tuhanmu (mengampuni) bagi orang-orang

yang mengerjakan kesalahan karena kebodohannya, kemudian mereka bertaubat

setelah itu, dan memperbaiki (dirinya) sesungguhnya Tuhanmu sesudah itu

Maha Pengampun lagi Maha Penyayang”. (QS. An-Nahl: 119)

      Puja-puji terhadap Allah SWT dengan nama-Nya “At-Tawwab” (Maha

Penerima Taubat) terdapat dalam Al-Quran sebanyak 11 tempat. Seperti dalam

doa Ibrahim A.S. dan Ismail A.S.:

“Dan terimalah taubat kami, sesunggunya Engkaulah Maha Penerima Taubat lagi

Maha Penyayang” (QS. Al-Baqaah: 128).

      Juga seperti dalam sabda Nabi Musa A.S. kepada Bani Israil setelah

mereka menyembah anak sapi:

“Maka bertaubatlah kepada Tuhan yang menjadikan kamu, dan bunuhlah dirimu.

Hal itu adalah lebih baik bagimu, pada sisi Tuhan yang menjadikan kamu, maka

Allah akan menerima taubatmu. Sesungguhnya Dialah yang Maha Penerima

Taubat dan Maha Penyayang” (QS. Al-Baqarah: 54).

      Allah berfirman kepada rasul-Nya:

“Sesungguhnya jikalau mereka ketika menganiaya dirinya dating kepadamu, lalu

memohoin ampun kepada Allah, dan Rasulpun memohon ampun untuk mereka,

tentulah mereka mendapati Allah Maha Penerima Taubat lagi Maha Penyayang”
(QS. An-Nisa: 64).

 Syarat Diterimanya Taubat

      Segera bertaubat setelah sadar telah berbuat kesalahan.

      Mengakui dan menyadari bahwa dirinya sangat membutuhkan ampunan

      Allah SWT.

      Taubat Nasuha, yakni benar-benar menyesal dan bertekad tidak akan

      mengulangi.

      Mengganti kesalahan yang telah lalu dan melakukan perbuatan baik.

 Doa Taubat




      Artinya: “Wahai Tuhanku, maafkanlah akan daku karena sesungguhnya

Engkau Tuhan yang Maha Pemaaf dan Yang Mempunyai Kemuliaan”.

 Shalat dan Doa Taubat

      Shalat sunat taubat ini dikerjakan setelah melakukan dosa atau merasa

berbuat dosa, kemudian bertaubat kepada Allah SWT. Shalat sunat taubat adalah

shalat yang sisyariatkan. Bila bertaubat dari sesuatu dosa berarti menyesal

tentang perbuatan yang dilakukan dan bercita-cita tidak akan melakukan lagi dan

mohon ampun dari Allah SWT. Cara mendirikan shalat:

      Jumlah rakaat shalat sunat taubat ini tidak terbatas. Tiap dua rakaat

      dengan satu salam. Waktu mengerjakan bebas.

      Lafaz niat:
Artinya: “Sahaja aku shalat sunat Taubat dua rakaat karena Allah Ta‟ala”.

      Pada rakaat pertama lafazlah             dan surat An-Nas




      Setelah memberi salam hendaklah memperbanyak istighfar yaitu

      memohon ampun dari Allah SWT (sebut berulang kali).




      Artinya: “Aku mohon keampunan kepada Allah SWT Yang Maha Agung

      yang Tiada Tuhan yang lain, melainkan Dia, yang hidup dan berdiri-Nya

      dan aku bertaubat kepada-Nya”.

 Unsur-Unsur Taubat

      Terma dari akar “t-w-b” dalam bahasa Arab menunjukkan pengertian

pulang dan kembali. Sedangkan taubat kepada Allah SWT dan selalu

berhubungan dengan-Nya, dan tidak menjauhi-Nya. Manusia tidak dapat

membebaskan diri dari Allah SWT untuk memikirkan kehidupan fisiknya saja,

juga tidak dapat membebaskan diri dari Allah SWT karena memikirkan

kebutuhan hidup duniawi saja. Bahkan kebutuhannya kepada Allah SWT di

akhirat akan lebih besar dari kebutuhannya di dunia. Karena kehidupan dan

kebutuhan fisik itu secara bersamaan juga dilakukan oleh binatang yang tidak

berpikir, sementara kebutuhan rohani adalah sisi yang menjadi cirri pembeda

manusia dari hewan dan binatang.
Allah SWT telah menciptakan manusia dari dua unsure. Di dalam

tubuhnya terdapat unsur tanah, juga unsur roh. Inikah yang menjadikan dirinya

layak dijadikan obyek oleh malaikat sebagai penghormatan dan pemuliaan

kedudukannya. Allah SWT berfirman:

“(Ingatlah) ketika Tuhanmu berfirman kepada malaikat: Sesungguhnya Aku akan

menciptakan manusia dari tanah. Maka apabila telah Ku sempurnakan

kejadiannya dan Ku tiupkan kepadanya roh (ciptaan)Ku; maka jendaklah kamu

tersungkur dengan bersujud kepadanya” (QS. Shaad:71-72).

      Allah SWT tidak memerintahkan malaikat untuk bersujud kepada Adam

kecuali setelah Allah SWT memperbagus bentuknya dan meniupkan ruh ke

tubuhnya. Ketika manusia taat kepada Raabnya berarti tiupan ruh itu

mengalahkan sisi tanahnya. Atau dengan kata lain, sisi rohani mengalahkan sisi

materi. Dan sisi rohani mengalahkan sisi tanah yang rendah. Maka manusia

meningkat dan mendekat kepada Rabbnya, sesuai dengan usahanya untuk

meningkatkan sisi roaninya ini.

      Ketika manusia berbuat maksiat terhadap Rabbnya, maka posisi itu

terbalik; sisi tanah mengalahkan sisi roh, dan sisi materi yang rendah

mengalahkan sisi Rabbani yang tinggi. Maka manusia merendah dan menjadi

lebih hina, serta menjauh dari Allah SWT sesuai dengan seberapa jauh dosa dan

kemaksiatan yang ia lakukan.

      Kemudian, taubat member kesempatan kepadanya untuk mencapai apa

yang tidak ia dapatkan, serta meluruskan kembali perjalanan hidupnya. Maka

manusia itupun kembali menaik setelah kejatuhannya, dan mendekat kepada

Rabbnya    setelah   ia   menjauhi-nya,   serta   kembali   kepada-Nya   setelah

memberontak dari-Nya.
 Taubat Nasuha

        Taubat yang diperintahkan agar dilakukan oleh kaum mu‟minin adalah

taubat Nasuha (yang semurn-murninya) seperti disebut dalam Al-Quran:

“Hai orang-orang yang beriman, bertaubatlah kepada Allah dengan taubat yang

semurni-murninya” (QS At-Tahrim: 8).

        Kemudian apa makna taubat nasuha itu? Al Hafizh Ibnu Katsir berkata

dalam kitab tafsirnya:

“Artinya adalah taubat yang sebenarnya dan sepenuh hati, akan menghapus

keburukan-keburukan yang dilakukan sebelumnya, mengembalikan keaslian jiwa

orang    yang    bertaubat,   serta   menghapus    keburukan-keburukan      yang

dilakukannya”.

        Sedangkan nasuha adalah redaksi hiperbolik dari kata nashiih. Seperi kata

syukur dan shabur, sebagai bentuk hiperbolik dari syakir dan syabir. Dan terma

“n-sh-h” dalam bahasa Arab bermakna bersih. Dikatakan dalam bahasa Arab

“nashaha al‟asal” jika madu itu murni, tidak mengandung campuran. Sedangkan

kesungguhan dakam bertaubat adalah seperti kesungguhan dalam beribadah.

Dan dalam bermusyawarah, an-nush itu bermakna: membersihkannya dari

penipuan, kekurangan, dan kerusakan, dan menjaganya dalam kondisi yang

paling sempurna. An-nush-h (asli) adalah lawan kata al-gisysy- (palsu).

        Pendapat kalangan salaf berbeda-beda dalam mendefinisikan hakikat

taubat nasuha itu. Hingga Imam Al-Qurthubi dalam tafsinnya menyebut ada 23

pendapat. Namun sebenarnya pengertian aslinya hanyalah satu, tetapi masing-

masing orang mengungkapkan kondisi masing-masing, atau juga dengan melihat

suatu unsur atau lainnya.

        Ibnu Jarir, Ibnu Katsir, dan Ibnu Mas‟ud serta Ubay bin Ka‟b r.a. bahwa
pengertian taubat nasuha: adalah seseorang yang bertaubat dari dosanya dan ia

tidak melakukan dosa itu lagi, seperti susu tidak kembali ke payudara hewan lagi.

Ahmad meriwayatkan dari Ibnu Mas‟ud dengan marfu‟: taubat dari dosa adalah

ia bertaubat darinya (suatu dosa itu) kemudian ia tidak melakuka lagi. Sanadnya

adalah dha‟if. Dan mauquf lebih tepat, seperti dikatakan oleh Ibnu Katsir.

         Hasan Al-Bashri berkata, ”Taubat adalah jika seorang hamba menyesal

akan perbuatannya pada masa lalu, serta berjanji untuk tidak mengulanginya”.

         Al-Kulabi berkata ”Yaitu agar meminta ampunan dengan lidah, menyesal

dengan hatinya, serta menjaga tubuhnya untuk tidak melakukannya lagi”.

         Sa‟id bin Musayyab berkata, “Taubat nasuha adalah agar engkau

menasehati diri kalian sendiri”.

         Kelompok pertama menjadikan nasuha itu dengan makna maf‟ul (obyek)

yaitu orang yang taubat itu bersih dan tidak tercemari kotoran. Maknanya ialah ia

dibersihkan, seperti kata Raquubah dan Haluubah yang berarti dikendarai dan

diperah. Atau juga dengan kata fa‟il (subyek), yang bermakna yang menasehati,

seperti khaalisah dan shaadiqah.

         Muhamad bin Ka‟b Qurazhi berkata, “Taubat itu diungkapkan oleh empat

hal, yaitu beristighfar dengan lidah, melepaskannya dari tubuh, berjanji dalam

hati untuk tidak mengerjakannya kembali, serta meninggalkan rekan-rekan yang

buruk.

 Orang Yang Bertaubat Adalah Orang Zhalim

         Allah SWT berfirman: “Hai orang-orang yang beriman, janganlah suatu

kaum mengolok-olokkan kaum yang lain (karena) boleh jadi mereka (yang

diolok-olokkan) lebih baik dari mereka (yang mengolok-olokkan) dan jangan pula

wanita-wanita (mengolok-olokkan) wanita-wanita yang lain (karena) boleh jadi
wanita (yang diperolok-olokkan) lebih baik dari wanita (yang mengolok-olokkan)

dan janganlah kamu mencela dirimu sendiri dan kamu panggil memanggil

dengan gelar-gelar yang buruk. Seburuk-buruk panggilan ialah panggilan yang

buruk sesudah iman dan barang siapa yang bertaubat, maka mereka itulah orang-

orang yang zhalim” (QS. Al-Hujurat: 11).

      Setelah Allah SWT melarang kaum mu‟minin untuk mencela seorang

muslim, baik laki-laki atau perempuan serta mengejeknya dengan ucapan yang

menyakitkan atau membuat susah, dan Al-Quran menganggap orang yang

mengejek sesama muslim sebagai orang yang mengejek dirinya sendiri, karena

kaum muslimin adalah seperti satu tubuh, Al-Quran juga melarang untuk saling

panggil memanggil dengan panggilan yang buruk yang tidak disenangi orang.

Perbuatan itu semua akan memindahkan manusia dari derajat keimanan ke

derajat kefasikan. Dari seorang mu‟min menjadi seorang fasik, dan nama yang

paling buruk setelah keimanan adalah kefasikan itu.

            Kemudian Allah SWT berfirman: “Dan barang siapa yang tidak

bertaubat, maka mereka itulah orang-orang zalim”. Ini adalah dalil akna

kewajiban bertaubat. Karena jika ia tidak bertaubat maka ia akan menjadi orang-

orang zalim. Dan orang-orang zalim tidak akan beruntung.

   “Sesungguhnya orang-orang yang zalim tiada akan beruntung”. (QS.

Yusuf:23)

            Juga tidak dicintai Allah SWT:

“Dan Allah tidak menyukai orang-orang zalim” (QS. Ali „Imran: 57).

Dan mereka juga tidak selamat dari api neraka:

“Dan tidak ada seorangpun dari padamu, melainkan mendatangi neraka itu. hal

itu bagi Tuhanmu adalah suatu kemestian yang sudah ditetapkan. Kemudian

kami akan menyelamatkan orang-orang yang bertakwa dan membiarkan orang-
orang yang zalim di dalam neraka dalam keadaan berlutut” (QS. Maryam: 71-72).

         Diantara ayat-ayat Al-Quran yang mengajak kepada taubat dan

menganjurkannya, serta menjelaskan keutamaan dan buahnya adalah firman

Allah SWT:

“Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang taubat dan menyukai orang-

orang yang menyucikan diri” (QS. Al-Baqarah: 222).
B. ROJA’

  Pengertian Roja’

          Roja‟ adalah sikap mengharap ridha, rahmat, dan pertolongan Allah

 SWT serta meyakini bahwa hal itu dapat diraih. Harapan yang kita inginkan

 harus disertai usaha dan doa. Syaikh Zaid bin Hadi Al-Madkhali berkata: “Roja‟

 adalah akhlak kaum beriman. Dan yang dimaksud dengannya adalah

 menginginkan kebaikan yang ada di sisi Allah ‘azza wa jalla berupa keutamaan,

 ihsan, dan kebaikan dunia akhirat. Dan raja‟ haruslah diiringi usaha menempuh

 sebab-sebab untuk mencapai tujuan…” (Thariqul Wushul, hal. 136). Adapun

 roghbah ialah rasa suka mendapatkan sesuatu yang dicintai (Syarh Tsalatsatu

 ushul, hal. 59). Maka apabila seseorang berdoa dan menyimpan harapan yang

 sangat kuat tercapainya keinginannya maka inilah yang disebut dengan roghbah

 (Hushuulul ma’mul, hal. 87).

  Keutamaan Roja’

       Hati menjadi tentram.

       Menjauhkan diri dari sifat gunur, yakni berkhayal atau berangan-angan

       kosong.

       Menjadi lebih giat dalam mencapai suatu harapan/keinginan.

  Peranan Roja’

          Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah mengatakan: “Ketahuilah

 penggerak hati menuju Allah ‘azza wa jalla ada tiga, yakni Al-Mahabbah (cinta),

 Al-Khauf (takut), dan Ar-Rajaa’ (harap). Yang terkuat diantara ketiganya adalah

 mahabbah. Sebab rasa cinta itulah yang menjadi tujuan sebenarnya. Hal itu

 dikarenakan kecintaan adalah sesuatu yang diharapkan terus ada ketika di dunia

 maupun di akhirat. Berbeda dengan „takut‟, rasa takut itu nanti akan lenyap di
akhirat (bagi orang yang masuk surga). Allah SWT berfirman:

“Ingatlah, Sesungguhnya wali-wali Allah itu, tidak ada kekhawatiran terhadap

mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati”. (QS. Yunus: 62).

          “Sedangkan rasa takut yang diharapkan adalah yang bias menahan dan

mencegah supaya (hamba) tidak melenceng dari jalan kebenaran. Adapun rasa

cinta, maka itulah factor yang akan menjaga diri seseorang hamba untuk tetap

berjalan menuju sosok yang dicintai-Nya. Langkah untuk terus maju meniti jalan

itu tergantung kuat lemahnya rasa cinta. Adanya rasa takut akan membantunya

untuk tidak keluar dari jalan menuju sosok yang dicintai-Nya, dan rasa harap

akan menjadi pemacu perjalanannya. Ini semua merypakan kaidah yang sangat

agung. Setiap hamba wajib memperhatikan hal itu…” (Majmu’ Fatawa, 1/95-96,

dinukil dari Hushukul Ma’muul, hal. 82-83). Syaikh Zaid bin Hadi berkata: “

Khauf dan Raja’ saling beriringan. Satu sama lain mesti berjalan beriringan

sehingga seorang hamba berada dalam keadaan takut kepada Allah azza wa jalla

dan khawatir tertimpa siksaan-Nya serta mengharap curahan rahmat-Nya…”.

(Taisirul Wushul, hal. 136. Lihat juga Syarh Tsalasatu Ushul, hal. 60).

 Mengendalikan Khauf dan Roja’

          Syaikh Al-„Utsaimin pernah ditanya: “Bagaimana madzhab Ahlus

Sunnah wal Jama‟ah dalam urusan roja’ dan Khauf?”. Beliau menjawab: “Para

ulama berlainan pendapat apakah seseorang harus mendahulukan roja’ atau

Khauf ke dalam beberapa pendapat”. Imam Ahmad rahimahullah berpendapat:

“Seyogyanya rasa takut dan harapnya seimbang, tidak boleh dia mendominasikan

takut dan tidak boleh pula mendominasikan roja’. Karena apabila ada salah

satunya yang lebih mendominasi maka akan binasalah orangnya”. Karena orang

yang keterlaluan berharap akan terjatuh dalam sikap merasa aman dari maker
Allah SWT. Dan apabila dia keterlaluan dalam hal takut maka akan terjatuh

dalam sikap putus asa terhadap rahmat Allah SWT. Sebagian ulama berpendapat:

“Seyogyanya harapan lebih didominasikan tatkala berbuat ketaatan dan

didominasikan takut ketika muncul keinginan berbuat maksiat”. Karena apabila

dia berbuat taat maka itu berarti dia telkah melakukan penyebab tumbuhnya

prasangka baik (kepada Allah SWT) maka hendaknya dia mendominasikan harap

yaitu agar amalnya diterima. Dan apabila dia bertekad untuk bermaksiat maka

hendaknya ia mendominasikan rasa takut agar tidak terjerumus dalam perbuatan

maksiat.

           Sebagian yang lain mengatakan: “Hendaknya orang yang sehat

memperbesar rasa takutnya sedangkan orang yang sedang sakit memperbesar

rasa hara”. Sebabnya dalah orang yang masih sehat apabila memperbesar rasa

takutnya maka dia akan jauh dari perbuatan maksiat. Dan orang yang sednag

sakit apabila memperbesar rasa harapnya maka dia akan berjumpa dengan Allah

SWT dalam kondisi berbaik sangka kepada-Nya.

 Roja’ Merupakan Ibadah

           Allah SWT berfirman: “Orang-orang yang mereka seru itu, mereka

sendiri mencari jalan kepada Tuhan mereka siapa di antara mereka yang lebih

dekat (kepada Allah) dan mengharapkan rahmat-Nya dan takut akan azab-Nya”

(QS. Al-Israa: 57). Allah meneceritakan kepada kita melalui ayat yang mulia ini

bahwa sesembahan yang dipuja selain Allah SWT oleh kaum musyrikin yaitu para

malaikat dan orang-orang shalih mereka sendiri mencari kedekatan diri kepada

Allah dengan melakukan ketaatan dan ibadah, mereka melaksankaan perintah-

perintah-Nya dengan diiringi harapan terhadap rahmat-Nya dan mereka

menjauhi larangan-larangan-Nya dengan diiringi rasa takut tertimpa azab-Nya
karena setiap orang yang beriman tentu akan merasa khawatir dan takut tertimpa

hukuman-Nya.

 Roja’ Yang Terpuji

          Syaikh Al-„Utsaimin berkata: “Ketahuilah, roja’ yang terpuji hanya ada

pada diri orang yang beramal, taat kepada Allah SWT, dan berharap pahala-Nya

atau bertaubat dari kemaksiatan-Nya an dan berharap taubatnya diterima.

Adapun roja’ tanpa disertai amalan adalah roja’ yang palsu, angan-angan belaka,

dan tercela”. (Syarh Tsalasatu Ushul, hal. 58).

          Syaikh Al-„Utsaimin rahimahullah berkata: “Roja’ yang disertai

perndahan diri dan ketundukan tidak boleh ditujukan kecuali kepada Allah azza

wa jalla. Memalingkan roja’ semacam ini kepada selain Alah adalah kesyirikan,

bias jadi syrik ashghar dan bias jadi syirik akbar tergantung pada isi hati orang

yang berharap itu…” (Syarh Tsalasatu Ushul, hal. 58).
KESIMPULAN
      Dari ulasan diatas, maka dapat kita simpulkan sebagai berikut:

A. Taubat adalah memohon ampunan kepada Allah SWT atas segala dosa dan

   kesalahan yang telah dilakukan. Dan dalam melakukan taubat, kita tidak hanya

   mengucapkannya dengan lidah saja, tetapi dengan shalat dan doa taubat. Itu

   dikarenakan ucapan saja tidak termasuk taubat, dan taubat harus dilakukan

   dengan sungguh-sungguh (taubat nasuha).

B. Roja‟ merupakan sikap menharapkan ridha, rahmat, dan pertolongan dari Allah

   SWT, serta yakin bahwa hal itu dapat diraih. Dan harapan itu hariu disertai

   dengan usaha dan doa sehingga tidak hanya menjadi angan-angan kosong atau

   khayalan belaka.
PENUTUP
      Demikian sedikit ulasan dari kami mengenai taubat dan roja‟, semoga ulasan

ini dapat bermanfaat bagi kita semua. Dan apabila dalam menyajikan terdapat

kesalahan dalam penulisan maupun pilihan kata yang kurang tepat, kami mohon

maaf yang sebesar-besarnya karena kami sebagai menusia biasa tiada yang

sempurna, dan kesempurnaan itu hanyalah milik Allah SWT semata. Akhir kata

Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

Más contenido relacionado

La actualidad más candente

Presentation isra and mi'raj
Presentation isra and mi'rajPresentation isra and mi'raj
Presentation isra and mi'raj
Oni Eksekutif
 
Adab bertetangga dalam islam
Adab bertetangga dalam islamAdab bertetangga dalam islam
Adab bertetangga dalam islam
syahidqudsi
 
Kesalahan yang mewajibkan diyat dan kaffarah
Kesalahan yang mewajibkan diyat dan kaffarahKesalahan yang mewajibkan diyat dan kaffarah
Kesalahan yang mewajibkan diyat dan kaffarah
shahirah44
 
1 a kump 2_bab 13_muamalat islam
1 a kump 2_bab 13_muamalat islam1 a kump 2_bab 13_muamalat islam
1 a kump 2_bab 13_muamalat islam
8arbi8
 
KISAH NABI ZAKARIA A.S, NABI DAUD A.S, NABI IDRIS A.S, DAN NABI LUTH A.S
KISAH NABI ZAKARIA A.S, NABI DAUD A.S, NABI IDRIS A.S, DAN NABI LUTH A.SKISAH NABI ZAKARIA A.S, NABI DAUD A.S, NABI IDRIS A.S, DAN NABI LUTH A.S
KISAH NABI ZAKARIA A.S, NABI DAUD A.S, NABI IDRIS A.S, DAN NABI LUTH A.S
Firdika Arini
 
Apa itu mukjizat
Apa itu mukjizatApa itu mukjizat
Apa itu mukjizat
sue2217
 

La actualidad más candente (20)

MAQASID SYARAK UNTUK PEMULA
MAQASID SYARAK UNTUK PEMULAMAQASID SYARAK UNTUK PEMULA
MAQASID SYARAK UNTUK PEMULA
 
Maulidur rasul.pptx
Maulidur rasul.pptxMaulidur rasul.pptx
Maulidur rasul.pptx
 
Sahabat dunia akhirat
Sahabat dunia akhiratSahabat dunia akhirat
Sahabat dunia akhirat
 
Azab kubur
Azab kuburAzab kubur
Azab kubur
 
Presentation isra and mi'raj
Presentation isra and mi'rajPresentation isra and mi'raj
Presentation isra and mi'raj
 
Adab bertetangga dalam islam
Adab bertetangga dalam islamAdab bertetangga dalam islam
Adab bertetangga dalam islam
 
menuntut ilmu
menuntut ilmumenuntut ilmu
menuntut ilmu
 
Kesalahan yang mewajibkan diyat dan kaffarah
Kesalahan yang mewajibkan diyat dan kaffarahKesalahan yang mewajibkan diyat dan kaffarah
Kesalahan yang mewajibkan diyat dan kaffarah
 
07 puasa
07 puasa07 puasa
07 puasa
 
Jihad
JihadJihad
Jihad
 
1 a kump 2_bab 13_muamalat islam
1 a kump 2_bab 13_muamalat islam1 a kump 2_bab 13_muamalat islam
1 a kump 2_bab 13_muamalat islam
 
Adab terhadap guru beserta dalil
Adab terhadap guru beserta dalilAdab terhadap guru beserta dalil
Adab terhadap guru beserta dalil
 
KISAH NABI ZAKARIA A.S, NABI DAUD A.S, NABI IDRIS A.S, DAN NABI LUTH A.S
KISAH NABI ZAKARIA A.S, NABI DAUD A.S, NABI IDRIS A.S, DAN NABI LUTH A.SKISAH NABI ZAKARIA A.S, NABI DAUD A.S, NABI IDRIS A.S, DAN NABI LUTH A.S
KISAH NABI ZAKARIA A.S, NABI DAUD A.S, NABI IDRIS A.S, DAN NABI LUTH A.S
 
Konsep Kehidupan alam barzakh
Konsep Kehidupan alam barzakhKonsep Kehidupan alam barzakh
Konsep Kehidupan alam barzakh
 
Manajemen konflik rumah tangga
Manajemen konflik rumah tanggaManajemen konflik rumah tangga
Manajemen konflik rumah tangga
 
Ingat mati
Ingat matiIngat mati
Ingat mati
 
Apa itu mukjizat
Apa itu mukjizatApa itu mukjizat
Apa itu mukjizat
 
Syirik bahaya
Syirik bahayaSyirik bahaya
Syirik bahaya
 
Mensyukuri Nikmat Al-Qur'an
Mensyukuri Nikmat Al-Qur'anMensyukuri Nikmat Al-Qur'an
Mensyukuri Nikmat Al-Qur'an
 
HADIS SEM 2 : HALAL DAN HARAM
HADIS SEM 2 : HALAL DAN HARAMHADIS SEM 2 : HALAL DAN HARAM
HADIS SEM 2 : HALAL DAN HARAM
 

Similar a Taubat dan raja'

Khutbah Idul Fitri 1444 H.docx
Khutbah Idul Fitri 1444 H.docxKhutbah Idul Fitri 1444 H.docx
Khutbah Idul Fitri 1444 H.docx
ByOneNet
 
Makalah shalat khusyuk
Makalah shalat khusyukMakalah shalat khusyuk
Makalah shalat khusyuk
Ajeng Putri
 
Makalah taubat dan raja
Makalah taubat dan rajaMakalah taubat dan raja
Makalah taubat dan raja
Ahmad Setiawan
 
Ulil Amri, Agama Islam, Ilmu Komunikasi, Dr. Taufiq Ramdani, S.Th.I., M.Sos)
Ulil Amri, Agama Islam, Ilmu Komunikasi, Dr. Taufiq Ramdani, S.Th.I., M.Sos)Ulil Amri, Agama Islam, Ilmu Komunikasi, Dr. Taufiq Ramdani, S.Th.I., M.Sos)
Ulil Amri, Agama Islam, Ilmu Komunikasi, Dr. Taufiq Ramdani, S.Th.I., M.Sos)
amri30
 
Bahan perjumpaan sumur kali ke 2
Bahan perjumpaan sumur  kali ke 2Bahan perjumpaan sumur  kali ke 2
Bahan perjumpaan sumur kali ke 2
sumursmkatb
 

Similar a Taubat dan raja' (20)

Tugas makalah agama islam muhammad firdaus julianda putra
Tugas makalah agama islam muhammad firdaus julianda putraTugas makalah agama islam muhammad firdaus julianda putra
Tugas makalah agama islam muhammad firdaus julianda putra
 
Husnudzan kepada allah
Husnudzan kepada allahHusnudzan kepada allah
Husnudzan kepada allah
 
Pai
PaiPai
Pai
 
Khutbah Idul Fitri 1444 H.docx
Khutbah Idul Fitri 1444 H.docxKhutbah Idul Fitri 1444 H.docx
Khutbah Idul Fitri 1444 H.docx
 
Kelompok 1 thaharah
Kelompok 1  thaharahKelompok 1  thaharah
Kelompok 1 thaharah
 
Taubat
TaubatTaubat
Taubat
 
Taubat, Mata kuliah Akhlak Tasawuf
Taubat, Mata kuliah Akhlak TasawufTaubat, Mata kuliah Akhlak Tasawuf
Taubat, Mata kuliah Akhlak Tasawuf
 
Tugas tik(makalah)
Tugas tik(makalah)Tugas tik(makalah)
Tugas tik(makalah)
 
Makalah shalat khusyuk
Makalah shalat khusyukMakalah shalat khusyuk
Makalah shalat khusyuk
 
Panduan solat-taubat
Panduan solat-taubatPanduan solat-taubat
Panduan solat-taubat
 
Makalah taubat dan raja
Makalah taubat dan rajaMakalah taubat dan raja
Makalah taubat dan raja
 
128129370 agama-islam-taubat
128129370 agama-islam-taubat128129370 agama-islam-taubat
128129370 agama-islam-taubat
 
Panduan qiamullail ramadhan rev1
Panduan qiamullail ramadhan rev1Panduan qiamullail ramadhan rev1
Panduan qiamullail ramadhan rev1
 
Tahajud
TahajudTahajud
Tahajud
 
Tugas agama
Tugas agamaTugas agama
Tugas agama
 
Khutbah idul fitri ramadhan membentuk kepribadian yang shalih
Khutbah idul fitri  ramadhan membentuk kepribadian yang shalihKhutbah idul fitri  ramadhan membentuk kepribadian yang shalih
Khutbah idul fitri ramadhan membentuk kepribadian yang shalih
 
Ulil Amri, Agama Islam, Ilmu Komunikasi, Dr. Taufiq Ramdani, S.Th.I., M.Sos)
Ulil Amri, Agama Islam, Ilmu Komunikasi, Dr. Taufiq Ramdani, S.Th.I., M.Sos)Ulil Amri, Agama Islam, Ilmu Komunikasi, Dr. Taufiq Ramdani, S.Th.I., M.Sos)
Ulil Amri, Agama Islam, Ilmu Komunikasi, Dr. Taufiq Ramdani, S.Th.I., M.Sos)
 
Materi khotbah Ied Fitri 1441 H
Materi khotbah Ied Fitri 1441 HMateri khotbah Ied Fitri 1441 H
Materi khotbah Ied Fitri 1441 H
 
Bahan perjumpaan sumur kali ke 2
Bahan perjumpaan sumur  kali ke 2Bahan perjumpaan sumur  kali ke 2
Bahan perjumpaan sumur kali ke 2
 
Ampunkan Daku
Ampunkan DakuAmpunkan Daku
Ampunkan Daku
 

Más de Anggita Dwi Lestari Lestari (20)

Turunan Fisika
Turunan FisikaTurunan Fisika
Turunan Fisika
 
Photoshop
PhotoshopPhotoshop
Photoshop
 
Tekanan Fisika
Tekanan FisikaTekanan Fisika
Tekanan Fisika
 
Spermatogenesis
SpermatogenesisSpermatogenesis
Spermatogenesis
 
Fisika SMA
Fisika SMAFisika SMA
Fisika SMA
 
Trigonometri
TrigonometriTrigonometri
Trigonometri
 
Transformasi geometri
Transformasi geometriTransformasi geometri
Transformasi geometri
 
Tes Potensi Akademik
Tes Potensi AkademikTes Potensi Akademik
Tes Potensi Akademik
 
Tes Potensi Akademik
Tes Potensi AkademikTes Potensi Akademik
Tes Potensi Akademik
 
Tes Potensi Akademik
Tes Potensi AkademikTes Potensi Akademik
Tes Potensi Akademik
 
Word
WordWord
Word
 
Logika Matematika
Logika MatematikaLogika Matematika
Logika Matematika
 
UNAS Latihan
UNAS LatihanUNAS Latihan
UNAS Latihan
 
UNAS Latihan
UNAS LatihanUNAS Latihan
UNAS Latihan
 
UNAS Latihan
UNAS LatihanUNAS Latihan
UNAS Latihan
 
UNAS Latihan
UNAS LatihanUNAS Latihan
UNAS Latihan
 
TIK SMA sola ulangan
TIK SMA sola ulanganTIK SMA sola ulangan
TIK SMA sola ulangan
 
TIK SMA soal ulangan
TIK SMA soal ulanganTIK SMA soal ulangan
TIK SMA soal ulangan
 
TIK SMA soal ulangan
TIK SMA soal ulanganTIK SMA soal ulangan
TIK SMA soal ulangan
 
TIK SMA soal ulangan
TIK SMA soal ulanganTIK SMA soal ulangan
TIK SMA soal ulangan
 

Último

PPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptx
PPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptxPPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptx
PPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptx
dpp11tya
 
mengapa penguatan transisi PAUD SD penting.pdf
mengapa penguatan transisi PAUD SD penting.pdfmengapa penguatan transisi PAUD SD penting.pdf
mengapa penguatan transisi PAUD SD penting.pdf
saptari3
 
Aksi Nyata Sosialisasi Profil Pelajar Pancasila.pdf
Aksi Nyata Sosialisasi Profil Pelajar Pancasila.pdfAksi Nyata Sosialisasi Profil Pelajar Pancasila.pdf
Aksi Nyata Sosialisasi Profil Pelajar Pancasila.pdf
JarzaniIsmail
 
BAB 5 KERJASAMA DALAM BERBAGAI BIDANG KEHIDUPAN.pptx
BAB 5 KERJASAMA DALAM BERBAGAI BIDANG KEHIDUPAN.pptxBAB 5 KERJASAMA DALAM BERBAGAI BIDANG KEHIDUPAN.pptx
BAB 5 KERJASAMA DALAM BERBAGAI BIDANG KEHIDUPAN.pptx
JuliBriana2
 

Último (20)

vIDEO kelayakan berita untuk mahasiswa.ppsx
vIDEO kelayakan berita untuk mahasiswa.ppsxvIDEO kelayakan berita untuk mahasiswa.ppsx
vIDEO kelayakan berita untuk mahasiswa.ppsx
 
Materi Sosialisasi US 2024 Sekolah Dasar pptx
Materi Sosialisasi US 2024 Sekolah Dasar pptxMateri Sosialisasi US 2024 Sekolah Dasar pptx
Materi Sosialisasi US 2024 Sekolah Dasar pptx
 
PPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptx
PPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptxPPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptx
PPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptx
 
mengapa penguatan transisi PAUD SD penting.pdf
mengapa penguatan transisi PAUD SD penting.pdfmengapa penguatan transisi PAUD SD penting.pdf
mengapa penguatan transisi PAUD SD penting.pdf
 
PPT Mean Median Modus data tunggal .pptx
PPT Mean Median Modus data tunggal .pptxPPT Mean Median Modus data tunggal .pptx
PPT Mean Median Modus data tunggal .pptx
 
Aksi Nyata PMM Topik Refleksi Diri (1).pdf
Aksi Nyata PMM Topik Refleksi Diri (1).pdfAksi Nyata PMM Topik Refleksi Diri (1).pdf
Aksi Nyata PMM Topik Refleksi Diri (1).pdf
 
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdfContoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
 
Aksi Nyata Sosialisasi Profil Pelajar Pancasila.pdf
Aksi Nyata Sosialisasi Profil Pelajar Pancasila.pdfAksi Nyata Sosialisasi Profil Pelajar Pancasila.pdf
Aksi Nyata Sosialisasi Profil Pelajar Pancasila.pdf
 
Sesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptx
Sesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptxSesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptx
Sesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptx
 
MODUL P5 KEWIRAUSAHAAN SMAN 2 SLAWI 2023.pptx
MODUL P5 KEWIRAUSAHAAN SMAN 2 SLAWI 2023.pptxMODUL P5 KEWIRAUSAHAAN SMAN 2 SLAWI 2023.pptx
MODUL P5 KEWIRAUSAHAAN SMAN 2 SLAWI 2023.pptx
 
Kanvas BAGJA prakarsa perubahan Ahyar.pdf
Kanvas BAGJA prakarsa perubahan Ahyar.pdfKanvas BAGJA prakarsa perubahan Ahyar.pdf
Kanvas BAGJA prakarsa perubahan Ahyar.pdf
 
BAB 5 KERJASAMA DALAM BERBAGAI BIDANG KEHIDUPAN.pptx
BAB 5 KERJASAMA DALAM BERBAGAI BIDANG KEHIDUPAN.pptxBAB 5 KERJASAMA DALAM BERBAGAI BIDANG KEHIDUPAN.pptx
BAB 5 KERJASAMA DALAM BERBAGAI BIDANG KEHIDUPAN.pptx
 
Membaca dengan Metode Fonik - Membuat Rancangan Pembelajaran dengan Metode Fo...
Membaca dengan Metode Fonik - Membuat Rancangan Pembelajaran dengan Metode Fo...Membaca dengan Metode Fonik - Membuat Rancangan Pembelajaran dengan Metode Fo...
Membaca dengan Metode Fonik - Membuat Rancangan Pembelajaran dengan Metode Fo...
 
MATEMATIKA EKONOMI MATERI ANUITAS DAN NILAI ANUITAS
MATEMATIKA EKONOMI MATERI ANUITAS DAN NILAI ANUITASMATEMATIKA EKONOMI MATERI ANUITAS DAN NILAI ANUITAS
MATEMATIKA EKONOMI MATERI ANUITAS DAN NILAI ANUITAS
 
power point bahasa indonesia "Karya Ilmiah"
power point bahasa indonesia "Karya Ilmiah"power point bahasa indonesia "Karya Ilmiah"
power point bahasa indonesia "Karya Ilmiah"
 
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 CGP 10.pptx
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 CGP 10.pptxDEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 CGP 10.pptx
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 CGP 10.pptx
 
Bab 4 Persatuan dan Kesatuan di Lingkup Wilayah Kabupaten dan Kota.pptx
Bab 4 Persatuan dan Kesatuan di Lingkup Wilayah Kabupaten dan Kota.pptxBab 4 Persatuan dan Kesatuan di Lingkup Wilayah Kabupaten dan Kota.pptx
Bab 4 Persatuan dan Kesatuan di Lingkup Wilayah Kabupaten dan Kota.pptx
 
LATAR BELAKANG JURNAL DIALOGIS REFLEKTIF.ppt
LATAR BELAKANG JURNAL DIALOGIS REFLEKTIF.pptLATAR BELAKANG JURNAL DIALOGIS REFLEKTIF.ppt
LATAR BELAKANG JURNAL DIALOGIS REFLEKTIF.ppt
 
KELAS 10 PERUBAHAN LINGKUNGAN SMA KURIKULUM MERDEKA
KELAS 10 PERUBAHAN LINGKUNGAN SMA KURIKULUM MERDEKAKELAS 10 PERUBAHAN LINGKUNGAN SMA KURIKULUM MERDEKA
KELAS 10 PERUBAHAN LINGKUNGAN SMA KURIKULUM MERDEKA
 
7.PPT TENTANG TUGAS Keseimbangan-AD-AS .pptx
7.PPT TENTANG TUGAS Keseimbangan-AD-AS .pptx7.PPT TENTANG TUGAS Keseimbangan-AD-AS .pptx
7.PPT TENTANG TUGAS Keseimbangan-AD-AS .pptx
 

Taubat dan raja'

  • 1. TAUBAT DAN ROJA’ PERBUATAN TERPUJI Makalah Ini Kami Susun Guna Untuk Memenuhi Tugas Pertama Pelajaran Pendidikan Agama Islam Guru Pembimbing: Ibu Hj. Mardhiyati, S.Pd. SMA NEGERI 5 YOGYAKARTA Jln. Nyi Pembayun No. 41, Kotagedhe, Yogyakarta Tahun Pelajaran 2010/2011
  • 2. TAUBAT DAN ROJA’ PERBUATAN TERPUJI Guru Pembimbing: Ibu Hj. Mardhiyati, S.Pd. Disusun Oleh: 1. Anggita Dwi Lestari (XI IPA 3/O3) 2. Nadhil Afiq (XI IPA 3/ ) 3. Annisa Titias H. (XI IPA 3/ ) 4. Febriawan Ramadhan (XI IPA 3/28) Tahun Pelajaran 2010/2011
  • 3. KATA PENGANTAR Assalamu’alaikum Wr. Wb. Alhamdulillah puji syukur kita panjatkan atas kehadirat Allah SWT karena atas rahmat, serta hidayahnya sehingga kita selalu diberi kesehatan hingga saat ini. Ucapan terima kasih juga kita persembahkan untuk Ibu Hj. Mardiyah selaku guru pembimbing kami karena atas bimbingannya kami dapat mengerjakan tugas ini dengan baik. Makalah ini disusun guna untuk memenuhi tugas pertama dari pelajaran Pendidikan Agama Islam, bila ada salah penulisan kata dalam makalah ini kami mohon maaf yang sebesar-besarnya. Yogyakarta, 08 Agustus 2010 Penulis
  • 4. DAFTAR ISI Sub Cover……………………………………………………………………………………………………… i Kata Pengantar………………………………………………………………….………………………….. ii Daftar Isi………………………………………………………………………………………………………. iii Pendahuluan…………………………………………………………………………………………………. iv Isi…………………………………………………………………………………………………………………. 1 Kesimpulan………………………………………………..……………………………………………….… v Penutup………………………………………………………………………………………………………… vi
  • 5. PENDAHULUAN Dalam kehidupan sehari-hari manusia sebagai makhluk yang berakhlak tentunya mempunyai kewajiban yang harus dipenuhi yakni menunaikan dan menjaga akhlak yang baik serta menjauhi akhlak yang buruk. Kewajiban inilah yang menjadi kekuatan moral dari terlaksananya akhlak yang baik dan terhindarnya akhlak yang buruk. Dalam melaksanakan kewajiban itu kita sebaiknya disertai Raja' yakni dengan mengharap ridha Allah SWT agar kita yakin dapat melaksanakannya dengan baik. Dalam melaksanakan kewajiban itu pula kita sebagai manusia tentu tidak terlepas dari kekhilafan, baik itu besar ataupun kecil. Supaya dosa kita diampuni kita dianjurkan untuk memohon ampunan pada Allah SWT, salah satunya dengan taubat. Dalam makalah ini kami mengulas tentang taubat dan roja', baik pengertian, keutamaannya, hingga cara-caranya. Sehingga paling tidak kita bisa mengerti apa dan bagaimana taubat dan roja' itu.
  • 6. ISI A. TAUBAT  Pengertian Taubat Taubat adalah memohon ampunan pada Allah SWT atas segala dosa dan kesalahan yang pernah kita perbuat. Taubat juga merupakan pengakuan dan penyesalan terhadap dosa-dosa yang telah dilakukan. Taubat tidak sekedar mengucapkan dengan lidah seperti yang dipahami oleh kalangan awam. Ketika salah seorang datang kepada salah satu tokoh agama ia berkata kepadanya, “Ikutilah perkataanku ini! Aku taubat kepada Allah SWT, aku kembali kepada-Nya, aku menyelasi dosa yang telah ku perbuat, dan aku berjanji untuk tidak melakukan maksiat lagi selamanya, serta aku membebaskan diri dari seluruh agama selain agama Islam”. Dan ketika ia telah mengikuti ucapan kyai itu dan pulang, ia menyangka bahwa ia telah selesai melakukan taubat. Ini adalah bentuk kebodohan dua pihak sekaligus. Kebodohan orang awam serta sang kyai juga. Karena taubat bukan sekedar ucapan dengan lidah saja, karena jika taubat hanya sekedar berbuat seperti itu, alangkah mudahnya taubat itu. Taubat adalah perkara yang lebih besar dari pada itu, dan juga lebih dalam dan sulit. Ungkapan lisan itu dituntut setelah ia mewujudkannya dalam tindakannya. Untuk kemudian dia mengakui dosanya dan meminta ampun kepada Allah SWT. Sedangkan istighfar atau mengungkapkan taubat dengan lisan tanpa janji dalam hati itu adalah taubat para pendusta, seperti dikatakan oleh Dzun Nun Al-Mishri. Itulah yang dikatakan oleh Sayyidah Rabi'ah Al'Adawiyah, ”Istighfar kita membutuhkan istighfar lagi”. Sehingga sebagian
  • 7. mereka ada yang berkata, ”Aku beristighfar kepada Allah SWT”. Atau taubat yang hanya dengan lisan. Tidak disertai dengan penyesalan dalam hati. Sementara hakikat taubat adalah perbuatan akal, hati ,dan tubuh sekaligus. Dimulai dengan perbuatan akal, diikuti oleh perbuatan hati, dan menghasilkan perbuatan tubuh. Oleh karena itu, Al-Hasan berkata, ”Ia adalah penyesalan dengan hati, istighfar dengan lisan, meninggalkan perbuatan dosa dengan tubuh, dan berjanji tidak akan melakukan perbuatan dosa itu lagi”.  Keutamaan Taubat Tentang anjuran dan dorongan untuk bertaubat, Al-Quran berbicara: “Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang taubat dan menyukai orang- orang yang menyucikan diri” (QS. Al-Baqarah: 222). Maka derajat apa yang lebih tinggi dari pada mendapatkan kasih sayang Allah semesta alam? Dalam menceritakan Ibadurrahman yang Allah berikan kemuliaan dengan menisbahkan mereka kepada-Nya, serta menjanjikan kepada mereka surga, di dalamnya mereka mendapat ucapan selamat dan mereka kekal di sana, serta mendapatkan tempat yang baik. Firman Allah SWT: “Dan orang-orang yag menembah Tuhan yang lain beserta Allah dan tidak membunuh jiwa yang diharamkan oleh Allah (membunuhnya) kecuali dengan (alasan) yang benar, dan tidak berzina, dan siapa yang melakukan itu, niscaya dia mendapat (pembalasan) dosa (nya)” (QS. Al Furqan: 68-70). Keutamaan apalagi yang lebih besar dari pada orang yang bertaubat itu mendapat ampunan dari Allah SWT, hingga keburukan mereka digantikan dengan kebaikan. Dan dalam penjelasan keluasaan Allah SWT dan rahmat-Nya bagi orang-orang yang bertaubat. Allah berfirman:
  • 8. “Katakanlah: Hai hamba-hambaku yang melampaui batas terhadap diri mereka sendiri, janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah SWT. Sesunguhnya Allah mengampuni dosa semuanya. Sesungguhnya Dialah Yang Maha Pengasih dan Penyayang” (QS. Az-Zumar: 53). Ayat ini membukakan pintu seluas-luasnya bagi orang yag berdosa dan melakukan kesalahan. Meskipun dosa mereka telah mencapai ujung langit sekalipun. Seperti sabda Rasul SAW: “Jika kalian melakukan kesalahan-kesalahn (dosa) hingga ke ujumg langit, kemudian kalian bertaubat, niscaya Allah SWT memberikan taubat kepada kalian” (HR: Ibnu Majah). Di antara keutamaan orang-orang yang bertaubat adalah Allah SWT menugaskan para malaikat Muqarabbin untuk beristighfar bagi mereka serta berdoa kepada Allah SWT agar Allah SWT menyelamatkan mereka dari azab neraka. Serta memasukkan mereka ke dalam surga. Dan menyelamatkan mereka dari keburukan. Mereka memikirkan urusan mereka di dunia, sedangkan para malaikat sibuk dengan mereka di langit. Allah berfirman: “(Malaikat-malaikat) yang memikul 'arsy dan malaikat yang berada disekelilingnya bertasbih memuji Tuhannya dan mereka beriman kepada-Nya serta memintakan ampun bagi orang-orang beriman (seraya mengucapkan): Ya Tuhan kami, rahmat dan ilmu Engkau meliputi segala sesuatu, maka berikan ampunan pada orang-orang yang bertaubat dan mengikuti jalan Engkau dan peliharalah mereka dari api eraka yang menyala-nyalu. Ya Tuhan kami, dan masukkan mereka ke surga yang telah engkau janjikan kepada mereka dan orang-orang yang saleh diantara bapak-bapak mereka, dan istri-istri mereka, dan keturunan mereka semua. Sesungguhnya Engkaulah yang Maha Perkasa lagi
  • 9. Maha Bijaksana, dan peliharalah mereka dari (balas) kejahatan. Dan orang-orang yang Engkau pelihara dari (pembalasan) kejahatan pada hari itu maka sesungguhnya telah Engkau anugerahkan rahmat kepadanya dan itulah kemenangan yang besar” (QS. Ghaafir: 7-9). Terdapat banyak ayat dalam Al-Quran yang mengabarkan akan diterimanya taubat orang-orang yang melakukannya jika taubat mereka tulus, dengan banyak redaksi. Dengan berdalil pada kemurahan karunia Allah SWT, ampunan dan rahmat-Nya, yang tidak terasa sempit dengan perbuatan orang yang melakukan maksiat, meskipun kemaksiatan mereka telah demikian besar. Seperti dalam firman Allah SWT: “Tidaklah mereka mengetahui bahwasannya Allah menerima taubat dari hamba- hamba-Nya yang menerima zakat, dan bahwasannya Allah Maha Penerima taubat lagi Maha Penyayang” (QS. At-Taubah: 104). “Dan Dialah Yang menerima taubat dari hamba-hambaNya dan memaafkan kesalahan-kesalahan” (QS. Asy-Syura: 25). Dan dalam menyipati Dzat Allah SWT: “Yang mengampuni dosa dan menerima taubat” (QS. Ghaafir: 3). Terutama orang yang bertaubat dan melakukan perbaikan. Atau dengan kata lain, orang yang bertaubat dan melakukan amal saleh. Seperti dalam firman Allah SWT dalam maalah pria dan wanita yang mencuri: “Maka barang siapa yang bertaubat (diantara pencuri-pencuri itu) sesudah melakukan kejahatan itu dan memperbaiki diri, maka sesungguhnya Allah menerima taubatnya. Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang” (QS. Al-Maidah: 39).
  • 10. “Tuhanmu telah menetapkan atas diriNya kasih saying, (yaitu) bahwasannya barang siapa yang berbuat kejahatan diantara kamu lantaran kejahilan, kemudian mereka bertaubat setelah mengerjakan, dan mengadakan perbaikan, maka sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Maha Penyayang” (QS. Al-An‟am: 54). “Kemudian, sesungguhnya Tuhanmu (mengampuni) bagi orang-orang yang mengerjakan kesalahan karena kebodohannya, kemudian mereka bertaubat setelah itu, dan memperbaiki (dirinya) sesungguhnya Tuhanmu sesudah itu Maha Pengampun lagi Maha Penyayang”. (QS. An-Nahl: 119) Puja-puji terhadap Allah SWT dengan nama-Nya “At-Tawwab” (Maha Penerima Taubat) terdapat dalam Al-Quran sebanyak 11 tempat. Seperti dalam doa Ibrahim A.S. dan Ismail A.S.: “Dan terimalah taubat kami, sesunggunya Engkaulah Maha Penerima Taubat lagi Maha Penyayang” (QS. Al-Baqaah: 128). Juga seperti dalam sabda Nabi Musa A.S. kepada Bani Israil setelah mereka menyembah anak sapi: “Maka bertaubatlah kepada Tuhan yang menjadikan kamu, dan bunuhlah dirimu. Hal itu adalah lebih baik bagimu, pada sisi Tuhan yang menjadikan kamu, maka Allah akan menerima taubatmu. Sesungguhnya Dialah yang Maha Penerima Taubat dan Maha Penyayang” (QS. Al-Baqarah: 54). Allah berfirman kepada rasul-Nya: “Sesungguhnya jikalau mereka ketika menganiaya dirinya dating kepadamu, lalu memohoin ampun kepada Allah, dan Rasulpun memohon ampun untuk mereka, tentulah mereka mendapati Allah Maha Penerima Taubat lagi Maha Penyayang”
  • 11. (QS. An-Nisa: 64).  Syarat Diterimanya Taubat Segera bertaubat setelah sadar telah berbuat kesalahan. Mengakui dan menyadari bahwa dirinya sangat membutuhkan ampunan Allah SWT. Taubat Nasuha, yakni benar-benar menyesal dan bertekad tidak akan mengulangi. Mengganti kesalahan yang telah lalu dan melakukan perbuatan baik.  Doa Taubat Artinya: “Wahai Tuhanku, maafkanlah akan daku karena sesungguhnya Engkau Tuhan yang Maha Pemaaf dan Yang Mempunyai Kemuliaan”.  Shalat dan Doa Taubat Shalat sunat taubat ini dikerjakan setelah melakukan dosa atau merasa berbuat dosa, kemudian bertaubat kepada Allah SWT. Shalat sunat taubat adalah shalat yang sisyariatkan. Bila bertaubat dari sesuatu dosa berarti menyesal tentang perbuatan yang dilakukan dan bercita-cita tidak akan melakukan lagi dan mohon ampun dari Allah SWT. Cara mendirikan shalat: Jumlah rakaat shalat sunat taubat ini tidak terbatas. Tiap dua rakaat dengan satu salam. Waktu mengerjakan bebas. Lafaz niat:
  • 12. Artinya: “Sahaja aku shalat sunat Taubat dua rakaat karena Allah Ta‟ala”. Pada rakaat pertama lafazlah dan surat An-Nas Setelah memberi salam hendaklah memperbanyak istighfar yaitu memohon ampun dari Allah SWT (sebut berulang kali). Artinya: “Aku mohon keampunan kepada Allah SWT Yang Maha Agung yang Tiada Tuhan yang lain, melainkan Dia, yang hidup dan berdiri-Nya dan aku bertaubat kepada-Nya”.  Unsur-Unsur Taubat Terma dari akar “t-w-b” dalam bahasa Arab menunjukkan pengertian pulang dan kembali. Sedangkan taubat kepada Allah SWT dan selalu berhubungan dengan-Nya, dan tidak menjauhi-Nya. Manusia tidak dapat membebaskan diri dari Allah SWT untuk memikirkan kehidupan fisiknya saja, juga tidak dapat membebaskan diri dari Allah SWT karena memikirkan kebutuhan hidup duniawi saja. Bahkan kebutuhannya kepada Allah SWT di akhirat akan lebih besar dari kebutuhannya di dunia. Karena kehidupan dan kebutuhan fisik itu secara bersamaan juga dilakukan oleh binatang yang tidak berpikir, sementara kebutuhan rohani adalah sisi yang menjadi cirri pembeda manusia dari hewan dan binatang.
  • 13. Allah SWT telah menciptakan manusia dari dua unsure. Di dalam tubuhnya terdapat unsur tanah, juga unsur roh. Inikah yang menjadikan dirinya layak dijadikan obyek oleh malaikat sebagai penghormatan dan pemuliaan kedudukannya. Allah SWT berfirman: “(Ingatlah) ketika Tuhanmu berfirman kepada malaikat: Sesungguhnya Aku akan menciptakan manusia dari tanah. Maka apabila telah Ku sempurnakan kejadiannya dan Ku tiupkan kepadanya roh (ciptaan)Ku; maka jendaklah kamu tersungkur dengan bersujud kepadanya” (QS. Shaad:71-72). Allah SWT tidak memerintahkan malaikat untuk bersujud kepada Adam kecuali setelah Allah SWT memperbagus bentuknya dan meniupkan ruh ke tubuhnya. Ketika manusia taat kepada Raabnya berarti tiupan ruh itu mengalahkan sisi tanahnya. Atau dengan kata lain, sisi rohani mengalahkan sisi materi. Dan sisi rohani mengalahkan sisi tanah yang rendah. Maka manusia meningkat dan mendekat kepada Rabbnya, sesuai dengan usahanya untuk meningkatkan sisi roaninya ini. Ketika manusia berbuat maksiat terhadap Rabbnya, maka posisi itu terbalik; sisi tanah mengalahkan sisi roh, dan sisi materi yang rendah mengalahkan sisi Rabbani yang tinggi. Maka manusia merendah dan menjadi lebih hina, serta menjauh dari Allah SWT sesuai dengan seberapa jauh dosa dan kemaksiatan yang ia lakukan. Kemudian, taubat member kesempatan kepadanya untuk mencapai apa yang tidak ia dapatkan, serta meluruskan kembali perjalanan hidupnya. Maka manusia itupun kembali menaik setelah kejatuhannya, dan mendekat kepada Rabbnya setelah ia menjauhi-nya, serta kembali kepada-Nya setelah memberontak dari-Nya.
  • 14.  Taubat Nasuha Taubat yang diperintahkan agar dilakukan oleh kaum mu‟minin adalah taubat Nasuha (yang semurn-murninya) seperti disebut dalam Al-Quran: “Hai orang-orang yang beriman, bertaubatlah kepada Allah dengan taubat yang semurni-murninya” (QS At-Tahrim: 8). Kemudian apa makna taubat nasuha itu? Al Hafizh Ibnu Katsir berkata dalam kitab tafsirnya: “Artinya adalah taubat yang sebenarnya dan sepenuh hati, akan menghapus keburukan-keburukan yang dilakukan sebelumnya, mengembalikan keaslian jiwa orang yang bertaubat, serta menghapus keburukan-keburukan yang dilakukannya”. Sedangkan nasuha adalah redaksi hiperbolik dari kata nashiih. Seperi kata syukur dan shabur, sebagai bentuk hiperbolik dari syakir dan syabir. Dan terma “n-sh-h” dalam bahasa Arab bermakna bersih. Dikatakan dalam bahasa Arab “nashaha al‟asal” jika madu itu murni, tidak mengandung campuran. Sedangkan kesungguhan dakam bertaubat adalah seperti kesungguhan dalam beribadah. Dan dalam bermusyawarah, an-nush itu bermakna: membersihkannya dari penipuan, kekurangan, dan kerusakan, dan menjaganya dalam kondisi yang paling sempurna. An-nush-h (asli) adalah lawan kata al-gisysy- (palsu). Pendapat kalangan salaf berbeda-beda dalam mendefinisikan hakikat taubat nasuha itu. Hingga Imam Al-Qurthubi dalam tafsinnya menyebut ada 23 pendapat. Namun sebenarnya pengertian aslinya hanyalah satu, tetapi masing- masing orang mengungkapkan kondisi masing-masing, atau juga dengan melihat suatu unsur atau lainnya. Ibnu Jarir, Ibnu Katsir, dan Ibnu Mas‟ud serta Ubay bin Ka‟b r.a. bahwa
  • 15. pengertian taubat nasuha: adalah seseorang yang bertaubat dari dosanya dan ia tidak melakukan dosa itu lagi, seperti susu tidak kembali ke payudara hewan lagi. Ahmad meriwayatkan dari Ibnu Mas‟ud dengan marfu‟: taubat dari dosa adalah ia bertaubat darinya (suatu dosa itu) kemudian ia tidak melakuka lagi. Sanadnya adalah dha‟if. Dan mauquf lebih tepat, seperti dikatakan oleh Ibnu Katsir. Hasan Al-Bashri berkata, ”Taubat adalah jika seorang hamba menyesal akan perbuatannya pada masa lalu, serta berjanji untuk tidak mengulanginya”. Al-Kulabi berkata ”Yaitu agar meminta ampunan dengan lidah, menyesal dengan hatinya, serta menjaga tubuhnya untuk tidak melakukannya lagi”. Sa‟id bin Musayyab berkata, “Taubat nasuha adalah agar engkau menasehati diri kalian sendiri”. Kelompok pertama menjadikan nasuha itu dengan makna maf‟ul (obyek) yaitu orang yang taubat itu bersih dan tidak tercemari kotoran. Maknanya ialah ia dibersihkan, seperti kata Raquubah dan Haluubah yang berarti dikendarai dan diperah. Atau juga dengan kata fa‟il (subyek), yang bermakna yang menasehati, seperti khaalisah dan shaadiqah. Muhamad bin Ka‟b Qurazhi berkata, “Taubat itu diungkapkan oleh empat hal, yaitu beristighfar dengan lidah, melepaskannya dari tubuh, berjanji dalam hati untuk tidak mengerjakannya kembali, serta meninggalkan rekan-rekan yang buruk.  Orang Yang Bertaubat Adalah Orang Zhalim Allah SWT berfirman: “Hai orang-orang yang beriman, janganlah suatu kaum mengolok-olokkan kaum yang lain (karena) boleh jadi mereka (yang diolok-olokkan) lebih baik dari mereka (yang mengolok-olokkan) dan jangan pula wanita-wanita (mengolok-olokkan) wanita-wanita yang lain (karena) boleh jadi
  • 16. wanita (yang diperolok-olokkan) lebih baik dari wanita (yang mengolok-olokkan) dan janganlah kamu mencela dirimu sendiri dan kamu panggil memanggil dengan gelar-gelar yang buruk. Seburuk-buruk panggilan ialah panggilan yang buruk sesudah iman dan barang siapa yang bertaubat, maka mereka itulah orang- orang yang zhalim” (QS. Al-Hujurat: 11). Setelah Allah SWT melarang kaum mu‟minin untuk mencela seorang muslim, baik laki-laki atau perempuan serta mengejeknya dengan ucapan yang menyakitkan atau membuat susah, dan Al-Quran menganggap orang yang mengejek sesama muslim sebagai orang yang mengejek dirinya sendiri, karena kaum muslimin adalah seperti satu tubuh, Al-Quran juga melarang untuk saling panggil memanggil dengan panggilan yang buruk yang tidak disenangi orang. Perbuatan itu semua akan memindahkan manusia dari derajat keimanan ke derajat kefasikan. Dari seorang mu‟min menjadi seorang fasik, dan nama yang paling buruk setelah keimanan adalah kefasikan itu. Kemudian Allah SWT berfirman: “Dan barang siapa yang tidak bertaubat, maka mereka itulah orang-orang zalim”. Ini adalah dalil akna kewajiban bertaubat. Karena jika ia tidak bertaubat maka ia akan menjadi orang- orang zalim. Dan orang-orang zalim tidak akan beruntung. “Sesungguhnya orang-orang yang zalim tiada akan beruntung”. (QS. Yusuf:23) Juga tidak dicintai Allah SWT: “Dan Allah tidak menyukai orang-orang zalim” (QS. Ali „Imran: 57). Dan mereka juga tidak selamat dari api neraka: “Dan tidak ada seorangpun dari padamu, melainkan mendatangi neraka itu. hal itu bagi Tuhanmu adalah suatu kemestian yang sudah ditetapkan. Kemudian kami akan menyelamatkan orang-orang yang bertakwa dan membiarkan orang-
  • 17. orang yang zalim di dalam neraka dalam keadaan berlutut” (QS. Maryam: 71-72). Diantara ayat-ayat Al-Quran yang mengajak kepada taubat dan menganjurkannya, serta menjelaskan keutamaan dan buahnya adalah firman Allah SWT: “Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang taubat dan menyukai orang- orang yang menyucikan diri” (QS. Al-Baqarah: 222).
  • 18. B. ROJA’  Pengertian Roja’ Roja‟ adalah sikap mengharap ridha, rahmat, dan pertolongan Allah SWT serta meyakini bahwa hal itu dapat diraih. Harapan yang kita inginkan harus disertai usaha dan doa. Syaikh Zaid bin Hadi Al-Madkhali berkata: “Roja‟ adalah akhlak kaum beriman. Dan yang dimaksud dengannya adalah menginginkan kebaikan yang ada di sisi Allah ‘azza wa jalla berupa keutamaan, ihsan, dan kebaikan dunia akhirat. Dan raja‟ haruslah diiringi usaha menempuh sebab-sebab untuk mencapai tujuan…” (Thariqul Wushul, hal. 136). Adapun roghbah ialah rasa suka mendapatkan sesuatu yang dicintai (Syarh Tsalatsatu ushul, hal. 59). Maka apabila seseorang berdoa dan menyimpan harapan yang sangat kuat tercapainya keinginannya maka inilah yang disebut dengan roghbah (Hushuulul ma’mul, hal. 87).  Keutamaan Roja’ Hati menjadi tentram. Menjauhkan diri dari sifat gunur, yakni berkhayal atau berangan-angan kosong. Menjadi lebih giat dalam mencapai suatu harapan/keinginan.  Peranan Roja’ Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah mengatakan: “Ketahuilah penggerak hati menuju Allah ‘azza wa jalla ada tiga, yakni Al-Mahabbah (cinta), Al-Khauf (takut), dan Ar-Rajaa’ (harap). Yang terkuat diantara ketiganya adalah mahabbah. Sebab rasa cinta itulah yang menjadi tujuan sebenarnya. Hal itu dikarenakan kecintaan adalah sesuatu yang diharapkan terus ada ketika di dunia maupun di akhirat. Berbeda dengan „takut‟, rasa takut itu nanti akan lenyap di
  • 19. akhirat (bagi orang yang masuk surga). Allah SWT berfirman: “Ingatlah, Sesungguhnya wali-wali Allah itu, tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati”. (QS. Yunus: 62). “Sedangkan rasa takut yang diharapkan adalah yang bias menahan dan mencegah supaya (hamba) tidak melenceng dari jalan kebenaran. Adapun rasa cinta, maka itulah factor yang akan menjaga diri seseorang hamba untuk tetap berjalan menuju sosok yang dicintai-Nya. Langkah untuk terus maju meniti jalan itu tergantung kuat lemahnya rasa cinta. Adanya rasa takut akan membantunya untuk tidak keluar dari jalan menuju sosok yang dicintai-Nya, dan rasa harap akan menjadi pemacu perjalanannya. Ini semua merypakan kaidah yang sangat agung. Setiap hamba wajib memperhatikan hal itu…” (Majmu’ Fatawa, 1/95-96, dinukil dari Hushukul Ma’muul, hal. 82-83). Syaikh Zaid bin Hadi berkata: “ Khauf dan Raja’ saling beriringan. Satu sama lain mesti berjalan beriringan sehingga seorang hamba berada dalam keadaan takut kepada Allah azza wa jalla dan khawatir tertimpa siksaan-Nya serta mengharap curahan rahmat-Nya…”. (Taisirul Wushul, hal. 136. Lihat juga Syarh Tsalasatu Ushul, hal. 60).  Mengendalikan Khauf dan Roja’ Syaikh Al-„Utsaimin pernah ditanya: “Bagaimana madzhab Ahlus Sunnah wal Jama‟ah dalam urusan roja’ dan Khauf?”. Beliau menjawab: “Para ulama berlainan pendapat apakah seseorang harus mendahulukan roja’ atau Khauf ke dalam beberapa pendapat”. Imam Ahmad rahimahullah berpendapat: “Seyogyanya rasa takut dan harapnya seimbang, tidak boleh dia mendominasikan takut dan tidak boleh pula mendominasikan roja’. Karena apabila ada salah satunya yang lebih mendominasi maka akan binasalah orangnya”. Karena orang yang keterlaluan berharap akan terjatuh dalam sikap merasa aman dari maker
  • 20. Allah SWT. Dan apabila dia keterlaluan dalam hal takut maka akan terjatuh dalam sikap putus asa terhadap rahmat Allah SWT. Sebagian ulama berpendapat: “Seyogyanya harapan lebih didominasikan tatkala berbuat ketaatan dan didominasikan takut ketika muncul keinginan berbuat maksiat”. Karena apabila dia berbuat taat maka itu berarti dia telkah melakukan penyebab tumbuhnya prasangka baik (kepada Allah SWT) maka hendaknya dia mendominasikan harap yaitu agar amalnya diterima. Dan apabila dia bertekad untuk bermaksiat maka hendaknya ia mendominasikan rasa takut agar tidak terjerumus dalam perbuatan maksiat. Sebagian yang lain mengatakan: “Hendaknya orang yang sehat memperbesar rasa takutnya sedangkan orang yang sedang sakit memperbesar rasa hara”. Sebabnya dalah orang yang masih sehat apabila memperbesar rasa takutnya maka dia akan jauh dari perbuatan maksiat. Dan orang yang sednag sakit apabila memperbesar rasa harapnya maka dia akan berjumpa dengan Allah SWT dalam kondisi berbaik sangka kepada-Nya.  Roja’ Merupakan Ibadah Allah SWT berfirman: “Orang-orang yang mereka seru itu, mereka sendiri mencari jalan kepada Tuhan mereka siapa di antara mereka yang lebih dekat (kepada Allah) dan mengharapkan rahmat-Nya dan takut akan azab-Nya” (QS. Al-Israa: 57). Allah meneceritakan kepada kita melalui ayat yang mulia ini bahwa sesembahan yang dipuja selain Allah SWT oleh kaum musyrikin yaitu para malaikat dan orang-orang shalih mereka sendiri mencari kedekatan diri kepada Allah dengan melakukan ketaatan dan ibadah, mereka melaksankaan perintah- perintah-Nya dengan diiringi harapan terhadap rahmat-Nya dan mereka menjauhi larangan-larangan-Nya dengan diiringi rasa takut tertimpa azab-Nya
  • 21. karena setiap orang yang beriman tentu akan merasa khawatir dan takut tertimpa hukuman-Nya.  Roja’ Yang Terpuji Syaikh Al-„Utsaimin berkata: “Ketahuilah, roja’ yang terpuji hanya ada pada diri orang yang beramal, taat kepada Allah SWT, dan berharap pahala-Nya atau bertaubat dari kemaksiatan-Nya an dan berharap taubatnya diterima. Adapun roja’ tanpa disertai amalan adalah roja’ yang palsu, angan-angan belaka, dan tercela”. (Syarh Tsalasatu Ushul, hal. 58). Syaikh Al-„Utsaimin rahimahullah berkata: “Roja’ yang disertai perndahan diri dan ketundukan tidak boleh ditujukan kecuali kepada Allah azza wa jalla. Memalingkan roja’ semacam ini kepada selain Alah adalah kesyirikan, bias jadi syrik ashghar dan bias jadi syirik akbar tergantung pada isi hati orang yang berharap itu…” (Syarh Tsalasatu Ushul, hal. 58).
  • 22. KESIMPULAN Dari ulasan diatas, maka dapat kita simpulkan sebagai berikut: A. Taubat adalah memohon ampunan kepada Allah SWT atas segala dosa dan kesalahan yang telah dilakukan. Dan dalam melakukan taubat, kita tidak hanya mengucapkannya dengan lidah saja, tetapi dengan shalat dan doa taubat. Itu dikarenakan ucapan saja tidak termasuk taubat, dan taubat harus dilakukan dengan sungguh-sungguh (taubat nasuha). B. Roja‟ merupakan sikap menharapkan ridha, rahmat, dan pertolongan dari Allah SWT, serta yakin bahwa hal itu dapat diraih. Dan harapan itu hariu disertai dengan usaha dan doa sehingga tidak hanya menjadi angan-angan kosong atau khayalan belaka.
  • 23. PENUTUP Demikian sedikit ulasan dari kami mengenai taubat dan roja‟, semoga ulasan ini dapat bermanfaat bagi kita semua. Dan apabila dalam menyajikan terdapat kesalahan dalam penulisan maupun pilihan kata yang kurang tepat, kami mohon maaf yang sebesar-besarnya karena kami sebagai menusia biasa tiada yang sempurna, dan kesempurnaan itu hanyalah milik Allah SWT semata. Akhir kata Wassalamu’alaikum Wr. Wb.