SlideShare una empresa de Scribd logo
1 de 79
Descargar para leer sin conexión
TUGAS BESAR
GEOMETRIK JALAN RAYA
OLEH:
NAMA : ARISTO AMIR
NO. STAMBUK : 03120140214
KELAS : C.4
FAKULTAS TEKNIK
PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
MAKASSAR
2 0 1 7
ii
FUKULTAS TEKNIK JURUSAN SIPIL, UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
GEOMETRIK JALAN RAYA
TUGAS BESAR
ARISTO AMIR 03120140214
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas rahmat dan
hidayah-Nya lah sehingga kami dapat menyelesaikan tugas besar ini, yang
merupakan salah satu kewajiban dari mata kuliah Geometrik Jalan Raya.
Tugas besar ini kami buat sebagaimana mestinya, sesuai literature yang kami
dapatkan baik dari buku maupun media lainnya. Oleh karena itu sangat berterima
kasih apabila ada yang menyampaikan saran serta kritikan demi kesempurnaan tugas
kami.
Disamping itu, tak lupa kami berterima kasih kepada dosen dan teman-teman
sejawat se-program Studi Teknik Sipil Universitas Muslim Indonesia yang telah
membimbing kami dan bantuan dari teman-teman sehingga tugas besar ini dapat
terselesaikan.
Semoga Allah SWT senantiasa melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya kepada
kita semua. Amin.
Makassar, Januari 2017
Penyusun
iii
FUKULTAS TEKNIK JURUSAN SIPIL, UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
GEOMETRIK JALAN RAYA
TUGAS BESAR
ARISTO AMIR 03120140214
DAFTAR ISI
Halaman Judul ..................................................................................................... i
Kata Pengantar ..................................................................................................... ii
Daftar Isi .............................................................................................................. iii
Daftar Tabel ......................................................................................................... v
Daftar Gambar ..................................................................................................... vi
Bab I Pendahuluan
1.1 Latar Belakang ................................................................................ 1
1.2 Maksud dan Tujuan ........................................................................ 2
1.3 Ruang Lingkup ............................................................................... 2
1.4 Mamfaat Penulisan ......................................................................... 2
1.5 Sistematika Pembahasan ................................................................ 3
Bab II Kriteria Desain
2.1 Klasifikasi Medan (Terrain) ........................................................... 5
2.2 Kelas dan Fungsi Jalan
2.2.1 Kelas Jalan ............................................................................. 6
2.2.2 Fungsi Jalan ........................................................................... 7
2.2.3 Tipe dan Status Jalan ............................................................. 8
2.3 Tipe Daerah .................................................................................... 8
2.4 Kriteria Desain dan Standar Perancangan Geometrik Jalan ........... 9
Bab III Perhitungan Awal
3.1 Penentuan Koordinat Awal Patok .................................................. 18
3.2 Perhitungan Jarak Lurus (d) ........................................................... 19
3.3 Perhitungan Sudut Azimuth (A) ..................................................... 19
3.4 Peritungan Sudut Tikungan (Δ) ...................................................... 20
Bab IV Alinyemen Horizontal
4.1 Pemilihan Jenis Tikungan .............................................................. 22
4.2 Perhitungan Properti Tikungan....................................................... 23
4.2.1 Tikungan Full Circle (FC) ..................................................... 23
4.2.2 Tikungan Spiral-Spiral (SS) .................................................. 26
iv
FUKULTAS TEKNIK JURUSAN SIPIL, UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
GEOMETRIK JALAN RAYA
TUGAS BESAR
ARISTO AMIR 03120140214
4.2.3 Tikungan Spiral-Circle-Spiral (SCS) .................................... 27
4.3 Pelebaran Samping ........................................................................ 29
4.4 Stationing (STA) ........................................................................... 30
Bab V Diagram Superelevasi ....................................................................... 32
Bab VI Alinyemen Vertikal
6.1 Profil Tanah Asli ........................................................................... 41
6.2 Perhitungan Alinyemen Vertikal dan Elevasi Titik Penting ......... 42
6.3 Perhitungan Stationing dan Elevasi Titik Penting ........................ 46
6.4 Koordinasi Trase Alinyemen Horizontal dan Vertikal ................. 50
6.5 Pengukuran Ketersediaan Jarak Tiap 100 meter ........................... 52
6.5.1 Jarak Pandang Henti (Jh) ..................................................... 52
6.5.2 Jarak Pandang Mendahului (Jd) ........................................... 54
Bab VII Potongan Melintang (Cross Section)
7.1 Tipikal Potongan Melintang Jalan ................................................ 55
7.2 Rumija, Rumaja, dan Ruwasja ...................................................... 56
7.3 Komposisi Potongan Melintang Jalan yang Didesain .................. 57
7.4 Potongan Melintang Jalan ............................................................. 58
7.5 Bangunan Pelengkap Jalan ............................................................ 64
Bab VIII Galian dan Timbunan
8.1 Pekerjaan Tanah ........................................................................... 65
8.2 Volume Galian dan Timbunan....................................................... 66
Bab IX Kesimpulan .......................................................................................... 68
Daftar Pustaka
Lampiran
v
FUKULTAS TEKNIK JURUSAN SIPIL, UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
GEOMETRIK JALAN RAYA
TUGAS BESAR
ARISTO AMIR 03120140214
DAFTAR TABEL
No. Nama Tabel Halaman
Tabel 2.1 Perhitungan Kemiringan Melintang Medan Jalan 6
Tabel 2.2 Klasifikasi Menurut Medan Jalan 6
Tabel 2.3 Klasifikasi Kelas Jalan 7
Tabel 2.4 Klasifikasi Sistem Jaringan Jalan dan Fungsi Jalan 7
Tabel 2.5 Spefisikasi Umum Jalan Rencana 8
Tabel 2.6 Kriteria Desain Geometrik Jalan 9
Tabel Rekapitulasi Koordinat-koordinat 13
Tabel Rekapitulasi Perhitungan 19
Tabel Penentuan Nilai e dan Ls (AASHTO, 2001) 22,23,24
Tabel Rekapitulasi Perhitungan Properti Tikungan
Full Circle 23
Tabel Rekapitulasi Perhitungan SCS 26
Tabel Penentuan Dimensi Pelebaran Samping 26
Tabel Rekapitulasi Dimensi Pelebaran Samping 27
Tabel Stationing Titik Penting Tiap Tikungan 27
Tabel 5.1 Rekapitulasi R Desain dan Superelevasi Setiap
Tikungan 32
Tabel 5.2 Tabel Penentuan Superelevasi (AASHTO, 2001) 33
Tabel 6.1 Tabelisasi Pemilihan Panjang Lengkung Vertikal
Maksimum dari Beberapa Kriteria 44
Tabel 6.2 Tabelisasi Perhitungan Jarak, Gradien, Nilai A
(Perbedaan Aljabar untuk Kelandaian) dan Panjang
Lengkung 45
Tabel 6.3 Tabelisasi Perhitungan Stasiun dan Elevasi Titik-titik
Penting 49
Tabel 6.4 Tabel Koordinat Alinyemen Vertikal dan Horizontal 51
vi
FUKULTAS TEKNIK JURUSAN SIPIL, UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
GEOMETRIK JALAN RAYA
TUGAS BESAR
ARISTO AMIR 03120140214
DAFTAR GAMBAR
No. Nama Gambar Halaman
Tinggi Ruang bebas Vertikal Minimum 12
Jari-Jari Tikungan Minimum dengan Kemiringan
Normal 13
Gambar Trase Koordinat Patok 19
Gambar Sudut Azimuth tiap Patok 19
Perhitungan Sudut Tikungan 20
Gambar Properti Tikungan Full Circle 24
Gambar Properti Tikungan Spiral-Spiral 26
Gambar Properti Tikungan Spiral-Circle-Spiral 28
Gambar Profil Tanah Asli 42
Gambar Profil Memanjang Rencana Jalan 45
Gambar Koordinasi Alinyemen Vertikal dan Horixontal 51
Gambar 5.1 Diagram Superelevasi Tikungan PI1 33
Gambar 5.2 Diagram Superelevasi Tikungan PI2 34
Gambar 5.3 Diagram Superelevasi Tikungan PI3 35
Gambar 5.4 Diagram Superelevasi Tikungan PI4 36
Gambar 5.5 Diagram Superelevasi Tikungan B 37
Gambar 5.6 Diagram Superelevasi Tikungan PI5 38
Gambar 5.7 Diagram Superelevasi Tikungan PI6 39
Gambar 5.8 Diagram Superelevasi Tikungan PI7 40
Gambar 7.1 Defenisi Bagian Jalan 56
Gambar 7.2 Sketsa Potongan Melintang Jalan Rencana 57
Gambar 7.3 Penampang Melintang Saluran Drainase jalan 58
Gambar 7.4 Tipikal Potongan Melintang Timbunan 59
Gambar 7.5 Tipikal Potongan Melintang Galian 58
Gambar 7.6 Tipikal Jembatan 64
1
FUKULTAS TEKNIK JURUSAN SIPIL, UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
GEOMETRIK JALAN RAYA
TUGAS BESAR
ARISTO AMIR 03120140214
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Di zaman yang semakin maju ini, transportasi menjadi hal vital dalam
kehidupan manusia. Kesuksesan bertransportasi sangatlah dipengaruhi oleh
ketersediaan sarana dan prasarana transportasi itu sendiri. Salah satunya
adalah jalan raya.
Prasarana jalan merupakan akses terpenting dalam simpul distribusi lalu
lintas perekonomian suatu daerah karena perkembangan prasarana jalan
berfungsi meunjang kelancaran arus barang, jasa dan penumpang sehingga
dapat memperlancar pemerataan hasil pembangunan dalam suatu Negara.
Disamping hal ini tersebur pembangunan prasarana jalan juga merupakan
upaya dalam memecahkan isolasi bagi daerah-daerah tersebut akan
meningkatkan kegiatan perekonomian. Dengan demikian, jalan mempunyai
peranan yang sangat penting dalam menunjang kemajuan sarta mempercepat
proses pembangunan. Kenyamanan, keamanan, kelayakan suatu jalan
mempunyai pengaruh yang cukup besar dalam menentukan baik tidaknya suatu
jalan.
Perencanaan geometrik merupakan suatu bagian dari perencaaan jalan
dimana geometrik atau di mensi yang nyata dari suatu jalan beserta bagian-
bagian disesuikan dengan tuntunan serta sifat-sifat lalu lintasnya. Jadi, dengan
ini diharapkan adanya keseimbangan antara waktu dan ruang sehubungan
dengan kendaraan yang bersangkutan sehingga menghasilkan efisiensi
keamanan dan kenyamanan yang optimal dalam batas-batas pertimbangan
ekonomi yang layak.
Atas dasar itulah dirasa perlu untuk mengangkat Geometrik Jalan Raya
sebagai Tugas Besar yang wajib untuk di selesaikan.
2
FUKULTAS TEKNIK JURUSAN SIPIL, UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
GEOMETRIK JALAN RAYA
TUGAS BESAR
ARISTO AMIR 03120140214
1.2 Maksud dan Tujuan
1.2.1 Maksud
Maksud dari penyusunan Tugas Besar Geometrik Jalan Raya ini
adalah sebagai syarat kelulusan mata kuliah Geomterik Jalan Raya
1.2.2 Tujuan
Tujuan dari penyusunan Tugas Besar Geometrik Jalan Raya ini
adalah :
1. Dapat mendesain geometrik jalan sesuai dengan aturan standar yang
berlaku di Indonesia.
2. Dapat merencanakan jalan yang didasarkan kepada kebutuhan dan
analisa pengaruh jalan terhadap perkembangan wilayah sekitar.
3. Dapat merencanakan jalan yang berorientasi pada efisiensi tingkat
pelayanan jalan dengan mengutamakan faktor kenyamanan dan
keselamatan pengguna jalan.
4. Dapat menghasilkan desain geometrik jalan yang memaksimalkan
rasio tingkat penggunaan biaya pelaksanaan.
5. Mahasiswa mampu memahami perancangan Geometrik Jalan, serta
mampu merencanakan jalan dengan baik dan benar dikemudian hari.
1.3 Ruang Lingkup
Ruang lingkup Geometrik jalan raya, meliputi :
1. Perencanaan trase, alinyemen horizontal dan alinyemen vertical
2. Penetapan jari-jari tikungan, kecepatan tikungan, kemiringan melintang
(super elevasi), lenkung peralihan, dan jarak pandang bebas.
3. Penggambaran profil memajang dan melintang
1.4 Manfaat Penulisan
1.4.1 Teoritis
Secara teoritis manfaat penulisan dan penyusunan tugas besar ini
adalah mahasiswa mampu memahami berbagai hal yang perlu di
perhatikan dalam merancang geometrik jalan raya.
3
FUKULTAS TEKNIK JURUSAN SIPIL, UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
GEOMETRIK JALAN RAYA
TUGAS BESAR
ARISTO AMIR 03120140214
1.4.2 Aplikatif
Secara aplikatif manfaat penulisan dan penyusunan tugas besar ini
adalah mahasiswa mampu menciptakan rancangan jalan raya yang dapat
memberikan pelayanan optimal berupa keamanan dan kenyamanan bagi
pengguna jalan sesuai dengan fungsi jalan.
1.5 Sistematika Pembahasan
BAB I – PENDAHULUAN
Berisi latar belakang penyusunan tugas besar Geomterik Jalan Raya, Maksud
dan tujuan penyusunan tugas, serta ruang lingkup
BAB II – KRITERIA PERANCANGAN
Bab ini berisi klasifikasi medan (terrain), klas dan fungsi jalan, tipe daerah dan
kristeria desain dan standar perancangan Geomterik Jalan Raya.
BAB III - PERHITUNGAN AWAL
Bab ini berisi penetapan titik awal dan akhir besertas koridor jalan, penentuan
trase alinyemen horizontal, perhitungan koodinat, azimuth,
Serta sudut tikungan.
BAB IV – PERENCANAAN ALINYEMEN HORIZONTAL
Bab ini berisi perhitungan, stationing, pelebaran samping
BAB V – DIAGRAM SUPER ELEVASI
Bab ini berisi diagram super elevasi
BAB VI - PERENCANAAN ALINYEMEN VERTIKAL
Bab ini berisi profil tanah asli, perhitungan aliyemen vertikel dan elevasi titik
penting, koordinasi trase aliyemen horizontal dan vertikel, serta pengkuran
ketersediaan jarak pandang tiap 100 meter.
4
FUKULTAS TEKNIK JURUSAN SIPIL, UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
GEOMETRIK JALAN RAYA
TUGAS BESAR
ARISTO AMIR 03120140214
BAB VII – POTONGAN MELNTANG
Bab ini berisi tipikal potongan melintang jalan, rumija, rumaja, rumasja,
komposisi melintang jalan yang didesain, bangunan perlengkapan jalan.
BAB VIII – GALIAN DAN TIMBUNAN
Bab ini berisi volume galian dan timbunan yang akan di hitung sesaui yang
direncanakan
BAB IX – PENUTUP
Bab ini berisi kesimpulan dan saran dari keseluruhan penyusunan tugas besar
geometric jalan raya.
5
FUKULTAS TEKNIK JURUSAN SIPIL, UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
GEOMETRIK JALAN RAYA
TUGAS BESAR
ARISTO AMIR 03120140214
BAB II
KRITERIA PERANCANGAN
Penetapan Desain Kriteria Jalan meliputi pemilihan ketentuan-ketentuan yang
akan digunakan dalam perancangan geometrik jalan. Acuan yang digunakan dalam
penentuan kriteria desain jalan ini adalah A Policy on Geometric Design of
Highways and Street (AASHTO, 2004), UU No. 38 tahun 2004 tentang jalan, dan
peraturan lainnya. Jalan yang akan dirancang pada tugas ini adalah jalan antar kota
yang menghubungkan titik A dan titik B, sehingga harus mengikuti kriteria
perancangan jalan antar kota. Kriteria perancangan meliputi beberapa hal, antara lain
2.1 Klasifikasi Medan (Terrain)
Penentuan klasifikasi medan tempat perancangan jalan diperlukan sebagai
salah satu kriteria awal penentuan kriteria desain jalan yang akan dirancang
berkaitan dengan pencapaian tingkat keamanan dan efektivitas jalan rencana
baik dari segi kemudahan pelaksanaan, efisiensi biaya, dan aspek estetis jalan.
Klasifikasi medan didasarkan pada kemiringan melintang tegak lurus dari
trase rencana jalan. Metode yang dilakukan adalah dengan menghitung nilai
rata-rata kemiringan melintang garis bantu yang memotong tegak lurus trase
jalan setiap jarak 100 m. Nilai inilah yang dijadikan dasar untuk
mengklasifikasikan medan jalan sesuai dengan peraturan yang ada.
Adapun langkah penentuan klasifikasi medan ini adalah:
a. Membuat garis tegak lurus as jalan sepanjang 50 m yaitu 25 m ke sisi kiri as
jalan dan 25 m sisi kanan as jalan. Garis ini dibuat setiap jarak 100 m di
sepanjang trase.
b. Mengumpulkan data elevasi setiap ujung garis bantu tadi lalu dimasukkan ke
dalam tabel perhitungan kelandaian medan jalan.
c. Menghitung kemiringan setiap garis dengan menggunakan rumus:
% Kemiringan =
Elevasi 25m kiri - Elevasi 25 m kanan
x100 %
Jarak antar titik
6
FUKULTAS TEKNIK JURUSAN SIPIL, UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
GEOMETRIK JALAN RAYA
TUGAS BESAR
ARISTO AMIR 03120140214
d. Menghitung nilai rata-rata persentase kemiringan jalan
e. Menetapkan klasifikasi medan jalan dengan membandingkan antara nilai
rata-rata yang diperoleh dengan nilai yang sesuai pada tabel standar
penentuan kelandaian jalan.
Tabel 2.1 Klasifikasi Menurut Medan Jalan
Jenis Medan Notasi Kemiringan Medan (%)
Datar D <3
Bukit B 3 – 25
Pegunungan G >25
Sumber : Tata Cara Perencanaan Geometrik Jalan Antar Kota (Departemen Pekerjaan
Umum Direktorat Jenderal Bina Marga) September 1997.
Jadi, berdasarkan Soal Geometrik Jalan Raya maka aturan klasifikasi Medan
jalan yang di rencanakan termasuk dalam klasifikasi Bukit karena Kelandaian
daerah > 10%
2.2 Kelas dan Fungsi Jalan
2.2.1 Kelas Jalan
Kelas jalan dikelompokkan berdasarkan penggunaan jalan dan
kelancaran lalu lintas dan angkutan jalan, serta spesifikasi penyediaan
prasarana jalan. Kelas jalan diatur sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan di bidang lalu lintas dan angkutan jalan. Kelas jalan
berdasarkan spesifikasi penyediaan prasarana jalan dikelompokkan atas:
Tabel 2.2 Klasifikasi Kelas Jalan
Kelas Jalan
Jalan bebas
hambatan
(freeways)
Jalan Raya
(Highways)
Jalan Sedang
(Roads)
Jalan kecil
Sumber : Tata Cara Perencanaan Geometrik Jalan Antar Kota (Departemen
Pekerjaan Umum Direktorat Jenderal Bina Marga) September 1997.
7
FUKULTAS TEKNIK JURUSAN SIPIL, UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
GEOMETRIK JALAN RAYA
TUGAS BESAR
ARISTO AMIR 03120140214
Kelas jalan yang akan direncanakan adalah Jalan Sedang (Roads).
Spesifikasi jalan sedang adalah jalan umum dengan lalu lintas jarak sedang
dengan pengendalian jalan masuk tidak dibatasi, paling sedikit 2 (dua)
lajur untuk 2 (dua) arah dengan lebar jalur paling sedikit 7 (tujuh) meter.
2.2.2 Fungsi Jalan
Berdasarkan sifat dan pergerakan pada lalu lintas dan angkutan jalan,
fungsi jalan dibedakan atas arteri, kolektor, lokal, dan lingkungan. Fungsi
jalan terdapat pada sistem jaringan jalan primer dan sistem jaringan jalan
sekunder.
Tabel 2.3 Klasifikasi Sistem Jaringan Jalan dan Fungsi Jalan
S
u
m
b
e
r
:
Sumber : Tata Cara Perencanaan Geometrik Jalan Antar Kota (Departemen
Pekerjaan Umum Direktorat Jenderal Bina Marga) September 1997.
Fungsi jalan yang akan direncanakan adalah jalan Kolektor Primer.
Jalan kolektor primer menghubungkan secara berdaya guna antara pusat
kegiatan nasional dengan pusat kegiatan lokal, antar pusat kegiatan
wilayah, atau antara pusat kegiatan wilayah dengan pusat kegiatan lokal.
2.2.3 Tipe dan status Jalan
Tipe jalan ditentukan berdasarkan kebutuhan lalu lintas pada ruas jalan
tersebut. Tipe jalan yang dipilih adalah tipe 2 Lajur 2 Arah Tidak
Terbagi (2/2 UD) .
Sistem Jaringan Jalan
Fungsi Jalan
Primer Sekunder
Arteri Arteri Primer Arteri Sekunder
Kolektor Kolektor Primer Kolektor Sekunder
Lokal Lokal Primer Lokal Sekunder
Lingkungan Lingkungan Primer Lingkungan Sekunder
8
FUKULTAS TEKNIK JURUSAN SIPIL, UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
GEOMETRIK JALAN RAYA
TUGAS BESAR
ARISTO AMIR 03120140214
2. 3 Tipe Daerah
Tujuan penentuan tipe daerah yakni untuk memperoleh salah satu kriteria
perancangan yang dapat dijadikan dasar dalam penentuan batas superelevasi dan
berpengaruh terhadap detail komponen desain perencanaan geometrik jalan.
Adapun tipe daerah pada medan ini adalah daerah rural (antar kota).
2.4 Kriteria Desain dan Standar Perancangan Geometrik Jalan
Penentuan kriteria desain dan standar perancangan geometrik jalan
dilakukan dengan mengkaji spesifikasi jalan rencana pada acuan dan ketentuan
yang berlaku. Adapun spesifikasi umum jalan yang akan direncanakan adalah
sebagai berikut.
Tabel 2.4 Spesifikasi umum jalan rencana
Kelas Jalan Jalan Sedang
Fungsi Jalan Kolektor Primer
Tipe Jalan 2/2 UD
Status Jalan Jalan Antar Kota
Klasifikasi Medan Bukit
Adapun peraturan yang dijadikan acuan adalah sebagai berikut:
a. UU No. 38 tahun 2004
b. Tata cara perencanaan geometrik jalan antar kota (Departemen PU DirJen
Bina Marga)
c. Standar Jalan perkotaan tahun 1992
d. A Policy on Geometric Design of Highways and Street (AASHTO, 2004)
9
FUKULTAS TEKNIK JURUSAN SIPIL, UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
GEOMETRIK JALAN RAYA
TUGAS BESAR
ARISTO AMIR 03120140214
Tabel 2.5 Kriteria Desain Geometrik Jalan
No Parameter Geometrik Satuan KRIT Acuan
1. Kecepatan Rencana km/jam 60 Tabel 2.6
2. Parameter Potongan Melintang
 Lebar Lajur Lalu Lintas
M 2 x 3,5 Pasal 10 Ayat 3
 Lebar Bahu Luar
M 1,5
Tabel 2.7
 Kemiringan Melintang
Normal Jalur Lalulintas % 2 b
 Kemiringan Melintang
Normal Bahu Luar % 4 b
 Superelavasi Maksimum
% 10 Soal
 Tinggi Ruang Bebas
Vertikal Minimum M 5,1 c
3. Jarak Pandang
 Jarak Pandang Henti
Minimum
M 75 Tabel 2.8
 Jarak Pandang Menyiap M 350 Tabel 2.9
10
FUKULTAS TEKNIK JURUSAN SIPIL, UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
GEOMETRIK JALAN RAYA
TUGAS BESAR
ARISTO AMIR 03120140214
No Parameter Geometrik Satuan KRIT Acuan
4. Parameter Alinemen Horizontal
 Jari-jari Tikungan
Minimum
M 110 Tabel 2.10
 Jari-jari Tikungan
Minimum Dengan
Kemiringan Normal
M 1200 d hal 158
 Panjang Tikungan
Minimum
M 100 Tabel 2.11
 Panjang Lengkung
Peralihan Minimum
M 50 Tabel 2.12
 Jari-jari Tikungan Tanpa
Lengkung Peralihan
M 500 Tabel 2.13
 Kemiringan Permukaan
Relatif Maksimum
- 1/150 Tabel 2.14
5.
Parameter Alinemen Vertikal
 Landai Maksimum % 8
Tabel 2.15
 Jari-jari Minimum Lengkung Vertikal :
- Cembung M 2000 Tabel 2.16
- Cekung M 1500 Tabel 2.16
 Panjang Minimum
Lengkung Vertikal
M 60 Tabel 2.17
11
FUKULTAS TEKNIK JURUSAN SIPIL, UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
GEOMETRIK JALAN RAYA
TUGAS BESAR
ARISTO AMIR 03120140214
Lampiran Referensi
Kecepatan Rencana
Tabel 2.6. Kecepatan Rencana VR, Sesuai Klasfifikasi Fungsi dan Klasifikasi Medan Jalan
Sumber : Tata Cara Perencanaan Geometrik Jalan Antar Kota (Departemen Pekerjaan Umum
Direktorat Jenderal Bina Marga) September 1997, Hal 11, Tabel II.6
Lebar Lajur Lalu Lintas
UU 38 tahun 2004 pasal 10 ayat 3
Jalan sedang (road) adalah jalan umum dengan lalu lintas jarak sedang dengan
pengendalian jalan masuk tidak dibatasi, paling sedikit 2 (dua) lajur untuk 2 (dua)
arah dengan lebar paling sedikit 7 (tujuh) meter;
Lebar Bahu Luar
Tabel 2.7. Penentuan Lebar Jalur dan Bahu Jalan
Sumber : Tata Cara Perencanaan Geometrik Jalan Antar Kota (Departemen Pekerjaan Umum
Direktorat Jenderal Bina Marga) September 1997.
12
FUKULTAS TEKNIK JURUSAN SIPIL, UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
GEOMETRIK JALAN RAYA
TUGAS BESAR
ARISTO AMIR 03120140214
Kemiringan Melintang Normal Jalur Lalu lintas & Bahu Luar
Tata cara jalan antar kota
Untuk kelancaran drainase permukaan, lajur lalu lintas pads alinemen lurus
memerlukan kemiringan melintang normal sebagai berikut :
(1) 2-3% untuk perkerasan aspal dan perkerasan beton;
(2) 4-5% untuk perkerasan kerikil
Kemiringan bahu jalan normal antara 3 - 5%.
Tinggi Ruang Bebas Vertikal Minimum
Sumber : Tata Cara Perencanaan Geometrik Jalan Antar Kota (Departemen Pekerjaan Umum
Direktorat Jenderal Bina Marga) September 1997,
13
FUKULTAS TEKNIK JURUSAN SIPIL, UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
GEOMETRIK JALAN RAYA
TUGAS BESAR
ARISTO AMIR 03120140214
Jarak Pandang Henti Minimum
Tabel 2.8. Jarak Pandang Henti (Jh) minimum
Sumber : Tata Cara Perencanaan Geometrik Jalan Antar Kota (Departemen Pekerjaan Umum
Direktorat Jenderal Bina Marga) September 1997.
Jarak Pandang Menyiap
Tabel 2.9. Panjang Jarak Pandang Mendahului
Sumber : Tata Cara Perencanaan Geometrik Jalan Antar Kota (Departemen Pekerjaan Umum
Direktorat Jenderal Bina Marga) September 1997.
Jari-jari Tikungan Minimum
Tabel 2.10. Panjang Jari-jari Minimum (dibulatkan)
Sumber : Tata Cara Perencanaan Geometrik Jalan Antar Kota (Departemen Pekerjaan Umum
Direktorat Jenderal Bina Marga) September 1997.
Jari-jari Tikungan Minimum Dengan Kemiringan Normal
Sumber :
A Policy on Geometric Design
of Highways and Street
(AASHTO, 2004)
14
FUKULTAS TEKNIK JURUSAN SIPIL, UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
GEOMETRIK JALAN RAYA
TUGAS BESAR
ARISTO AMIR 03120140214
Panjang Tikungan Minimum
Tabel 2.11. Panjang Tikungan Minumum
Sumber : Tata Cara Perencanaan Geometrik Jalan Antar Kota (Departemen Pekerjaan Umum
Direktorat Jenderal Bina Marga) September 1997.
Panjang Lengkung Peralihan Minimum
Tabel 2.12. Panjang Lengkung Peralihan (L), Dan Panjang Pencapaian Superelevasi (Le)
Untuk Jalan 1 Jalur – 2 Lajur – 2 Arah
Sumber : Tata Cara Perencanaan Geometrik Jalan Antar Kota (Departemen Pekerjaan Umum
Direktorat Jenderal Bina Marga) September 1997.
15
FUKULTAS TEKNIK JURUSAN SIPIL, UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
GEOMETRIK JALAN RAYA
TUGAS BESAR
ARISTO AMIR 03120140214
Jari-jari Tikungan Tanpa Lengkung Peralihan
Tabel 2.13. Jari-jari tikungan yang tidak memerlukan lengkungan peralihan
Sumber : Tata Cara Perencanaan Geometrik Jalan Antar Kota (Departemen Pekerjaan Umum
Direktorat Jenderal Bina Marga) September 1997.
Kemiringan Permukaan Relatif Maksimum
Tabel 2.14. Kemiringan Permukaaan Relative Maksimum Antara Tepi dan As Jalan Dengan
Pekerasan 2 Jalur
Sumber : Tata Cara Perencanaan Geometrik Jalan Antar Kota (Departemen Pekerjaan Umum
Direktorat Jenderal Bina Marga) September 1997.
Landai Maksimum
Tabel 2.15. Kelandaian maksimum yang diizinkan
Sumber : Tata Cara Perencanaan Geometrik Jalan Antar Kota (Departemen Pekerjaan Umum
Direktorat Jenderal Bina Marga) September 1997.
16
FUKULTAS TEKNIK JURUSAN SIPIL, UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
GEOMETRIK JALAN RAYA
TUGAS BESAR
ARISTO AMIR 03120140214
Jari-jari Minimum Lengkung Vertikal Cembung dan Cekung
Tabel 2.16. Panjang Jari-jari Minimum Lengkung Vertikal Cembung dan Cekung
Sumber : Tata Cara Perencanaan Geometrik Jalan Antar Kota (Departemen Pekerjaan Umum
Direktorat Jenderal Bina Marga) September 1997.
Panjang Minimum Lengkung Vertikal
Tabel 2.17. Panjang Minumum Lengkung Vertikel
Sumber : Tata Cara Perencanaan Geometrik Jalan Antar Kota (Departemen Pekerjaan Umum
Direktorat Jenderal Bina Marga) September 1997.
17
FUKULTAS TEKNIK JURUSAN SIPIL, UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
GEOMETRIK JALAN RAYA
TUGAS BESAR
ARISTO AMIR 03120140214
Adapun skala gambar yang digunakan adalah sebagai berikut:
SKALA GAMBAR
PLAN (ALINYEMEN HORIZONTAL) = SKALA HORIZONTAL (1:1000)
PROFILE (ALINYEMEN VERTICAL) = SKALA HORIZONTAL (1:1000)
SKALA VERTICAL 1:100
CROSS SECTION = SKALA HORIZONTAL(1:100)
SKALA VERTIKAL (1:100)
18
FUKULTAS TEKNIK JURUSAN SIPIL, UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
GEOMETRIK JALAN RAYA
TUGAS BESAR
ARISTO AMIR 03120140214
BAB III
PERHITUNGAN AWAL
3.1 Penentuan Koordinat Patok
Berdasarkan trase yang telah di buat sesuai keadaan medan/ topografi
lapangan, kemudian di buat koordinat antar patoknya:
Tabel 3.1. Rekapitulasi Koordinat - Koordinat
No. Titik X Y
1 A 610 2000
2 PI₁ 860 1567
3 PI₂ 1508 1510
4 PI₃ 2015 1155
5 PI₄ 2460 1225
6 PI₅ 2843 1420
7 B 3253 1134
8 PI₆ 3696 1609
9 PI₇ 4104 1799
10 C 4901 1869
19
FUKULTAS TEKNIK JURUSAN SIPIL, UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
GEOMETRIK JALAN RAYA
TUGAS BESAR
ARISTO AMIR 03120140214
1.2 Perhitungan Jarak Lurus (d)
Setelah di dapatkan koordinat antar patoknya, maka dapat dihitung jarak
antar titik sebagai berikut:
𝑑𝑑 = �(𝑥𝑥2 − 𝑥𝑥1)2 + (𝑦𝑦2 − 𝑦𝑦1)2
Patok A -PI₁
𝑑𝑑 = �(𝑥𝑥2 − 𝑥𝑥1)2 + (𝑦𝑦2 − 𝑦𝑦1)2
= �(860 − 610)2 + (1567 − 2000)2
= 500 m
3.3 Perhitungan Sudut Azimuth (α)
Sudut azimuth dihitung berdasarkan arah utara. Jadi arah utara
20
FUKULTAS TEKNIK JURUSAN SIPIL, UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
GEOMETRIK JALAN RAYA
TUGAS BESAR
ARISTO AMIR 03120140214
dijadikan patokan (0°)pada setiap tikungan
α₁ = 180 - arc tan
(x2 - x1)
(y2 - y1)
= 180 - arc tan
250
433
= 150°
3.4 Perhitungan Sudut Tikungan (Δ)
Sudut tikungan adalah selisih antara sudut azimuth dari titik sebelum dan sudut
azimuth titik sesudah.
Δ₁ = │α₁ - α₂│
Δ₁ = │α₁ - α₂│
= 150 - 95
= 55°
21
FUKULTAS TEKNIK JURUSAN SIPIL, UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
GEOMETRIK JALAN RAYA
TUGAS BESAR
ARISTO AMIR 03120140214
Tabel 3.2. Rekapitulasi Perhitungan
Patok
Koordinator
Jarak (m) α (°) Δ (°)
X Y
A 610 2000
500
150
55
PI₁ 860 1567
651
95
30
PI₂ 1508 1510
619
125
44
PI₃ 2015 1155
450
81
18
PI₄ 2460 1225
430
63
62
PI₅ 2843 1420
500
125
82
B 3253 1134
650
43
22
PI₆ 3696 1609
450
65
20
PI₇ 4104 1799
800
85
C 4901 1869
22
FUKULTAS TEKNIK JURUSAN SIPIL, UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
GEOMETRIK JALAN RAYA
TUGAS BESAR
ARISTO AMIR 03120140214
BAB IV
ALINYEMEN HORIZONTAL
Alinyemen horizontal adalah proyeksi sumbu jalan pada bidang horizontal.
Alinyemen horizontal dikenal juga dengan nama “situasi jalan” atau “trase jalan”.
Alinyemen horizontal terdiri dari garis-garis lurus yang dihubungkan dengan garis-
garis lengkung. Garis lengkung tersebut dapat terdiri dari busur lingkaran ditambah
busur peralihan, busur peralihan saja ataupun busur lingkaran saja
4.1 Pemilihan Jenis Tikungan
Pemilihan tikungan berdasarkan bagan alir di bawah ini:
Gambar 4.1. Diagram alir pemilihan jenis tikungan.
Tidak
Tidak
Tikungan Spiral-Lingkaran-Spiral
Lc < 20 Tikungan Spiral-Spiral
Tidak
p < 0.2 m
Tikungan Lingkaran
e < min (0.04
atau 1.5 en
)
Tikungan Lingkaran
Tikungan Spiral-Lingkaran-Spiral
Ya
Ya
Ya
23
FUKULTAS TEKNIK JURUSAN SIPIL, UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
GEOMETRIK JALAN RAYA
TUGAS BESAR
ARISTO AMIR 03120140214
Tabel 4.1. Rekapitulasi Jenis Tikungan
4.2 Perhitungan Properti Tikungan
4.2.1 Tikungan Full Circle (FC)
Tabel 4.2 Tabel Penentuan Nilai e dan Ls (AASHTO, 2001)
Tikungan Jenis Tikungan
PI1 Full Circle (FC)
PI2 Full Circle (FC)
PI3 Full Circle (FC)
PI4 Full Circle (FC)
PI5 Full Circle (FC)
B Full Circle (FC)
PI6 Full Circle (FC)
PI7 Full Circle (FC)
24
FUKULTAS TEKNIK JURUSAN SIPIL, UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
GEOMETRIK JALAN RAYA
TUGAS BESAR
ARISTO AMIR 03120140214
Gambar 4.2. Tikungan Full Circle (FC)
Keterangan Gambar:
VR = Kecepatan Kendaraan
Δ = Sudut Tikungan
TC = Panjang tangen (jarak dari TC ke PI atau PI ke TC)
Lc = Panjang Busur Lingkaran
Ec = Jarak Luar dari PI ke busur lingkaran
Semua Tikungan yang direncanakan tergolong Full Circle (FC)
Contoh Perhitungan:
Ditinjau PI1
Diketahui: VR = 60 km/jam
Δ = 55°
Rd = 400 m
25
FUKULTAS TEKNIK JURUSAN SIPIL, UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
GEOMETRIK JALAN RAYA
TUGAS BESAR
ARISTO AMIR 03120140214
Tc = Rd tan ½ ∆
= 400 x tan ( ½ . 55)
= 208,227 m
Lc =
∆
180
𝑥𝑥 𝜋𝜋 𝑥𝑥 𝑅𝑅𝑅𝑅
=
55
180
𝑥𝑥 3,14 𝑥𝑥 400
= 383,972 m
Ec = Tc tan ¼ ∆
= 208,227 tan ( ¼ x 55)
= 50,952 m
Tabel 4.3. Rekapitulasi Perhitungan Properti Tikungan Full Circle
∆ (°)
DATA FULL CIRCLE
Rd E Ls Tc Lc Ec
PI1 55 400 0.050 30 208.227 383.972 50.953
PI2 30 1000 0.022 13 267.949 523.499 35.276
PI3 44 500 0.042 25 202.013 383.972 39.267
PI4 18 1300 RC 12 205.900 408.407 16.205
PI5 62 300 0.063 38 180.258 324,631 49.990
B 82 250 0.056 31 217.322 357,793 81.253
PI6 22 1000 0.022 13 194.380 383.972 18.717
PI7 20 1200 RC 12 211.592 418.879 18.511
26
FUKULTAS TEKNIK JURUSAN SIPIL, UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
GEOMETRIK JALAN RAYA
TUGAS BESAR
ARISTO AMIR 03120140214
4.2.2 Tikungan Spiral – Spiral (SS)
Tabel 4.4 Tabel Penentuan Nilai e dan Ls (AASHTO, 2001)
Gambar 4.3. Tikungan Spiral-spiral (FC)
27
FUKULTAS TEKNIK JURUSAN SIPIL, UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
GEOMETRIK JALAN RAYA
TUGAS BESAR
ARISTO AMIR 03120140214
Keterangan gambar :
Δ = Sudut Tikungan
TS = Titik dari tangen ke spiral
E = Jarak dari PI ke busur lingkaran
θc = Sudut lengkung spiral terhadap tangen
Rc = Jari-jari lingkaran
Tikungan yang direncanakan tidak ada yang tergolong tikungan Spiral
Spiral (SS) karena tidak memenuhi syarat untuk digunakan
4.2.3. Tikungan Spiral - Circle - Spiral (SCS)
Tikungan yang direncanakan tidak ada yang tergolong
tikungan SpiraSpiral (SS) karena tidak memenuhi syarat untuk digunakan
Tabel 4.5. Tabel Penentuan Nilai e dan Ls (AASHTO, 2001)
28
FUKULTAS TEKNIK JURUSAN SIPIL, UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
GEOMETRIK JALAN RAYA
TUGAS BESAR
ARISTO AMIR 03120140214
Gambar 4.4. Tikungan Full Circle (FC)
Keterangan gambar :
Tt = Panjang tangen dari titik PI ke titik TS atau ke titik ST
TS = Titik dari tangen ke spiral
SC = Titik dari spiral ke lingkaran
θc = Sudut lengkung spiral terhadap tangen
K = Absis dari P pada garis tangen spiral
Rr = Jari-jari lingkaran
Tikungan yang direncanakan tidak ada yang tergolong tikungan Spiral
Circle Spiral (SCS) karena tidak memenuhi syarat untuk digunakan
29
FUKULTAS TEKNIK JURUSAN SIPIL, UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
GEOMETRIK JALAN RAYA
TUGAS BESAR
ARISTO AMIR 03120140214
4.3 Pelebaran Samping
Penentuan dimensi pelebaran samping ini ditentukan berdasarkan tabel
penentuan pelebaran samping menurut AASHTO 2001 dengan memperhatikan
parameter kecepatan rencana, jari-jari tikungan, dan lebar lajur.
Tabel 4.6. Pelebaran Samping (AASHTO, 2001)
30
FUKULTAS TEKNIK JURUSAN SIPIL, UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
GEOMETRIK JALAN RAYA
TUGAS BESAR
ARISTO AMIR 03120140214
Tabel 4.7. Nilai di interpolasi
Tikungan
VR
(km/jam)
Rd
(m)
Lebar jalan
(m)
Nilai
PI1
60
400
7
0.6
PI2 1000 0.3
PI3 500 0.5
PI4 1300 0.1
PI5 300 0.8
B 250 0.9
PI6 1000 0.3
PI7 1200 0.2
Catatan: Semua Tikungan nilainya diinterpolasikan
4.4 Stationing (STA)
Jarak pada stationing diambil berdasarkan titik-titik penting pada tiap
tikungan. Berikut stationing ditabelkan dibawah ini:
Tabel 4.7. Jarak Pada Stationing
PATOK JENIS TIKUNGAN STA
A A 0+000
PI1
TC
F-C
0+291,773
CT 0+675,745
PI2
TC
F-C
0+850,569
CT 1+374,068
PI3
TC
F-C
1+523,106
CT 1+907,078
31
FUKULTAS TEKNIK JURUSAN SIPIL, UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
GEOMETRIK JALAN RAYA
TUGAS BESAR
ARISTO AMIR 03120140214
PI4
TC
F-C
1+949,165
CT 2+357,572
PI5
TC
F-C
2+401,414
CT 2+726,045
B
TC
F-C
2+828,465
CT 3+186,258
PI6
TC
F-C
3+424,556
CT 3+808,528
PI7
TC
F-C
3+852,556
CT 4+271,435
C 5+071,435
Keterangan :
A = Titik awal jalan
B = Titik Tengan Jalan
C = Titik Akhir jalan
FC = Full Circle
SCS = Spiral - Circle – Spiral
SS = Spiral Spiral
TC = Titik Awal Lengkung
CT = Titik akhir lengkung
32
FUKULTAS TEKNIK JURUSAN SIPIL, UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
GEOMETRIK JALAN RAYA
TUGAS BESAR
ARISTO AMIR 03120140214
BAB V
DIAGRAM SUPERELEVASI
Setiap tikungan dalam perancangan alinement horizontal mengalami
perubahan superelevasi. Superelevasi pada tikungan merupakan besaran yang
dipengaruhi oleh variabel kecepatan rencana dan jari-jari tikungan (AASHTO 2001).
Adapun superelevasi untuk setiap tikungan adalah sebagai berikut.
Tabel 5.1 Rekapitulasi R desain dan superelevasi setiap tikungan
Tikungan Jenis Tikungan R Desain (m) Superelevasi e (%)
PI₁ F-C 400 0,050 5,0
PI₂ F-C 1000 0,022 2,2
PI₃ F-C 500 0,042 4,2
PI₄ F-C 1300 RC RC
PI5
F-C 300 0,063 6,3
B F-C 250 0,056 5,6
PI₆ F-C 1000 0,022 2,2
PI7
F-C 1200 RC RC
Tabel 5.2 Tabel penentuan superelevasi AASHTO 2001
33
FUKULTAS TEKNIK JURUSAN SIPIL, UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
GEOMETRIK JALAN RAYA
TUGAS BESAR
ARISTO AMIR 03120140214
Diagram Superelevasi direncanakan dengan metode AASHTO 2001:
Tikungan PI₁ (Full Circle)
Gambar 5.1 Diagram Superelevasi Tikungan PI₁
34
FUKULTAS TEKNIK JURUSAN SIPIL, UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
GEOMETRIK JALAN RAYA
TUGAS BESAR
ARISTO AMIR 03120140214
Tikungan PI2 (Full Circle)
Gambar 5.2 Diagram Superelevasi Tikungan PI2
35
FUKULTAS TEKNIK JURUSAN SIPIL, UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
GEOMETRIK JALAN RAYA
TUGAS BESAR
ARISTO AMIR 03120140214
Tikungan PI3 (Full Circle)
Gambar 5.3 Diagram Superelevasi Tikungan PI3
36
FUKULTAS TEKNIK JURUSAN SIPIL, UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
GEOMETRIK JALAN RAYA
TUGAS BESAR
ARISTO AMIR 03120140214
Tikungan PI4 (Full Circle)
Gambar 5.4 Diagram Superelevasi Tikungan PI4
37
FUKULTAS TEKNIK JURUSAN SIPIL, UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
GEOMETRIK JALAN RAYA
TUGAS BESAR
ARISTO AMIR 03120140214
Tikungan PI5 (Full Circle)
Gambar 5.5 Diagram Superelevasi Tikungan PI5
38
FUKULTAS TEKNIK JURUSAN SIPIL, UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
GEOMETRIK JALAN RAYA
TUGAS BESAR
ARISTO AMIR 03120140214
Tikungan B (Full Circle)
Gambar 5.6 Diagram Superelevasi Tikungan B
39
FUKULTAS TEKNIK JURUSAN SIPIL, UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
GEOMETRIK JALAN RAYA
TUGAS BESAR
ARISTO AMIR 03120140214
Tikungan PI6 (Full Circle)
Gambar 5.7 Diagram Superelevasi Tikungan PI6
40
FUKULTAS TEKNIK JURUSAN SIPIL, UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
GEOMETRIK JALAN RAYA
TUGAS BESAR
ARISTO AMIR 03120140214
Tikungan PI7 (Full Circle)
Gambar 5.8 Diagram Superelevasi Tikungan PI7
41
FUKULTAS TEKNIK JURUSAN SIPIL, UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
GEOMETRIK JALAN RAYA
TUGAS BESAR
ARISTO AMIR 03120140214
BAB VI
ALINYEMEN VERTIKAL
Alinement vertikal merupakan perencanaan elevasi sumbu jalan pada setiap
titik yang ditinjau, berupa profil memanjang. Pada perencanaan alinement vertikal
akan ditemui kelandaian positif (tanjakan) dan kelandaian negatif (turunan), sehingga
kombinasinya berupa lengkung cembung dan lengkung cekung. Disamping kedua
lengkung tersebut ditemui pula permukaan jalan yang datar.Jenis kelandaian yang
digunakan dipengaruhi oleh keadaan topografi yang dilalui oleh rute jalan rencana.
Kondisi topografi tidak saja berpengaruh pada perencanaan alinement horizontal,
tetapi juga mempengaruhi perencanan alinement vertikal.
6.1 Profil Tanah Asli
Data profil tanah asli diperoleh dari alinyemen horisontal dimana garis as
jalan yang memotong kontur diplot pada kertas berskala setelah itu dihubungkan
titik-titik tersebut dengan garis sehingga garis yang menghubungkan titik-titik
itu dapat membentuk cekungan atau cembung dengan demikian profil tanah asli
tersebut mendekati profil yang sebenarnya. Selanjutnya untuk kebutuhan
perencanaan alinemen vertikal maka ditarik garis dengan asumsi tidak
melampaui kelandaian maksimum yang sudah ditentukan.
Profil tanah asli dari topografi lokasi perencanaan jalan dari stasiun 0+000
hingga statiun 5+071,435memiliki perubahan kelandaian tidak ekstrim (Bukit)
Elevasi tertinggi profil berada pada statiun 5+071,435 yaitu setinggi 1869 m,
sedangkan elevasi terendah berada pada statiun 0+000 yaitu setinggi 2000 m.
42
FUKULTAS TEKNIK JURUSAN SIPIL, UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
GEOMETRIK JALAN RAYA
TUGAS BESAR
ARISTO AMIR 03120140214
Gambar 6.1 Profil Tanah Asli
6.2 Perhitungan Alinement Vertikal dan Elevasi Titik Penting
Perhitungan Jarak, Gradien, nilai A (Perbedaan Aljabar untuk
Kelandaian), dan Panjang Lengkung (Lv)
Contoh Perhitungan
Diketahui:
Titik A : Statiun : 0+000 = 0 m
Elevasi : 263 m
Titik PI 1 : Statiun : 0+500 = 500 m
Elevasi : 277 m
Titik PI 2 : Statiun : 1+151 = 1151 m
Elevasi : 283 m
Perhitungan Jarak Antar Titik
Jarak A- PI 1 = 500 – 0 = 500 m
Jarak PI1 – PI 2 = 651 – 500 = 151 m
Perhitungan Gradien
g=
𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠ℎ 𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘 𝑘𝑘 𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘 𝑘𝑘𝑘𝑘 𝑎𝑎𝑎𝑎𝑎𝑎𝑎𝑎𝑎𝑎 𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡
𝑗𝑗𝑗𝑗𝑗𝑗𝑗𝑗𝑗𝑗
𝑥𝑥 100 %
43
FUKULTAS TEKNIK JURUSAN SIPIL, UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
GEOMETRIK JALAN RAYA
TUGAS BESAR
ARISTO AMIR 03120140214
g A- PI1 =
(277−263) 𝑚𝑚
500 𝑚𝑚
x 100 % = 2,800 %
g PI1- PI2 =
(283−277) 𝑚𝑚
651 𝑚𝑚
x 100 % = 0,922%
Perhitungan nilai Perbedaan Aljabar untuk Kelandaian (A) untuk PI1:
A= g (i) - g (i-1)
A PI 1 = g (PI1- PI2) - g (A- PI1) = 0,922 %- 2,800 % = -1.878 %
Perhitungan panjang lengkung (Lv) untuk PI 1:
Nilai panjang lengkung yang dipilih untuk digunakan pada perencanaan
alinement vertikal ini merupakan nilai maksimum dari beberapa kriteria
penentuan nilai Lv berikut:
1. Nilai panjang minimum lengkung vertikal (Lv minimum) yang disyaratkan
berdasarkan desain kriteria yang bersumber dari tata cara perencanaan
geometrik jalan antar kota Tabel II. 24 yaitu sebesar 60 m.
2. Nilai Lv menurut syarat keluwesan
Lv = 0,6 x VR
Dimana VR (kecepatan rencana) = 60 km/ jam
Nilai Lv untuk PI1 = 0,6 x 50 = 30 m
3. Nilai Lv menurut Bina Marga ditentukan dengan rumus
Lv =
𝐴𝐴 𝑠𝑠²
450
dimana s : jarak pandang henti minimum = 55 m
Lv untuk PI1 =
−1,878 x 55²
450
= -12,627 m
4. Panjang Lengkung minimum berdasarkan kenyamanan:
Lv =
𝑉𝑉𝑉𝑉² 𝑋𝑋 𝐴𝐴
390
44
FUKULTAS TEKNIK JURUSAN SIPIL, UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
GEOMETRIK JALAN RAYA
TUGAS BESAR
ARISTO AMIR 03120140214
VR = Kecepatan rencana = 60 km / jam
A = Perbedaan Aljabar untuk Kelandaian
Lv untuk PI1=
502 𝑋𝑋−1.878
390
= -12,041 m
5. Panjang Lengkung minimum untuk kebutuhan drainase
Lv = 40 x A
Lv untuk PI1 = 40 x -1,878 = -75,134 m
Dari beberapa nilai Lv yang ada dipilih nilai Lv maksimum untuk PI 1
yaitu berdasarkan kriteria 5 (Panjang Lengkung untuk kebutuhan drainase)
sebesar -75,134 m. Panjang lengkung tersebut kemudian dijadikan sebagai
panjang lengkung vertikal yang digunakan untuk menghitung stationing dan
elevasi titik – titik penting setiap lengkung.
Perhitungan nilai Lv untuk titik-titik lainnya ditabelkan sebagai berikut:
Tabel 6.1 Tabelisasi pemilihan panjang lengkung vertikal maksimum dari
beberapa kriteria
Titik A (%)
LV
Maks
Min Kr.1 Kr.2 Kr.3 Kr.4
PI1 -1.878 60 30 -12.627 -12.041 -75.134 60
PI2 -0.275 60 30 -1.852 -1.766 -11.018 60
PI3 0.909 60 30 6.113 5.829 36.374 60
PI4 -0.625 60 30 -4.204 -4.008 -25.013 60
PI5 -1.330 60 30 -8.942 -8.527 -53.209 60
B 1.015 60 30 6.826 6.509 40.615 60
PI6 -1.282 60 30 -8.618 -8.218 -51.282 60
PI7 0.542 60 30 3.641 3.472 21.667 60
C 0.125 60 30 0.840 0.801 5.000 60
45
FUKULTAS TEKNIK JURUSAN SIPIL, UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
GEOMETRIK JALAN RAYA
TUGAS BESAR
ARISTO AMIR 03120140214
Nilai Lv yang diperoleh kemudian diinput dalam gambar profil alinement
vertikal sebagai berikut:
Gambar 5.2 Profil Memanjang Rencana Jalan
Tabel 6.2 Tabelisasi Perhitungan Jarak, Gradien, nilai A (Perbedaan Aljabar
untuk Kelandaian), dan Panjang Lengkung (Lv)
Titik Statiun
Elevasi
(m)
Jarak
(m)
Gradien
(%)
A
(%)
Lv
(m)
Tipe
Lengkung
A 0+000 263
500 2,800
PI1 0+500 277 -1,878 60 Cembung
651 0,922
PI2 1+151 283
-0,275 60 Cembung
619 0,646
PI3 1+770 287 0,909 60 Cekung
450 1,556
PI4 2+220 294 -0,625 60 Cembung
430 0,930
PI5 2+650 298 -1,330 60 Cembung
500 -0,400
B 3+150 296 1,015 60 Cekung
650 -0,6
PI6 3+800 300 1,015 60 Cekung
450 1,009
PI7 4+250 297
-1,282
60 Cembung
800
C 12+250 296 0.542 60 Cekung
46
FUKULTAS TEKNIK JURUSAN SIPIL, UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
GEOMETRIK JALAN RAYA
TUGAS BESAR
ARISTO AMIR 03120140214
6.3 Perhitungan Stationing dan Elevasi Titik-titik Penting
Contoh Perhitungan Lengkung Cekung (PI1)
Elevasi 263 Elevasi 277 0,922% Elevasi 283
2,800%
A PI1 PI2
Sta: 0+000 Sta: 0+500 Sta: 1+151
500 651
Diketahui Lv PI1 = 60 m
A = -1,878%
g1 = 2,800%
g2 = 0,922%
Perhitungan Ev, x , dan y Lengkung PI1
Ev = 1/8 x A x Lv = 1/8 x (-1,878/100) x 60 = -0,1409 m
x = ¼ x Lv = ¼ x 60 = 15 m
y = (½ . A) Lv = ½ x (-1,878//100) x 60 = -0,5635 m
Statiun BCPI1 = Statiun PI1 – 0,5 x Lv = 395 – (0,5 x 60 m)
= 367 m = 0+367
Statiun ECPI1 = Statiun PI1 + 0,5 x Lv = 395 + (0,5 x 60 m)
= 427 m = 0+427
47
FUKULTAS TEKNIK JURUSAN SIPIL, UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
GEOMETRIK JALAN RAYA
TUGAS BESAR
ARISTO AMIR 03120140214
Elevasi BCPI1 = Elevasi PI1 – (0,5 x Lv) x (g1)
= 277 – (0,5 x 60)x (2,800/100)
= 226 m
Elevasi PI 1 = Elevasi asli PI1 –Ev = 277 – (-0,1409) = 227,104 m
Elevasi ECPI1 = Elevasi PI1 + (0,5 x Lv) x (g1)
= 277 + (0,5 x 60)x (2.800/100)
= 277 m
Contoh Perhitungan Lengkung Cembung (PI 2)
Elev. 277 Elev. 283 Elev. 287
0,922 0,646
PI1 PI2 PI3
Sta:0+500 Sta: 1+151 Sta: 1+770
651 m 619 m
Diketahui Lv PI2 = 60 m
A = 0,646 %
g1 = 0,922 %
g2 = 0,646 %
48
FUKULTAS TEKNIK JURUSAN SIPIL, UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
GEOMETRIK JALAN RAYA
TUGAS BESAR
ARISTO AMIR 03120140214
Perhitungan Ev, x , dan y Lengkung PI2
Ev = 1/8 x A x Lv = 1/8 x (-0,275 /100) x 60 = -0,207 m
x = ¼ x Lv = ¼ x 60= 15 m
y = (½ . A) Lv = ½ x (-0,275/100) x 60 = -0,0826 m
Statiun BCPI 2 = Statiun PI 2 – 0,5 x Lv = 1045,14 - 0,5 x 60 m = 1015,140 m
= 1+015,140 m
Statiun ECPI 2 = Statiun PI 2 + 0,5 x Lv = 1150 + 0,5 x 60 m = 1075 m
= 1+075 m
Elevasi BCPI 2 = Elevasi PI 2 - (0,5 x Lv) x (g1)
= 283 - (0,5 x 60) x (0,922 /100)
= 282,938 m
Elevasi PI 2 = Elevasi asli PI 2 + Ev = 283 + -0,0207 = 283,020 m
Elevasi ECPI 2 = Elevasi PI 2 + (0,5 x Lv) x (g1)
= 283 + (0,5 x 60)x (-0,275/100)
= 283,103 m
49
FUKULTAS TEKNIK JURUSAN SIPIL, UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
GEOMETRIK JALAN RAYA
TUGAS BESAR
ARISTO AMIR 03120140214
Tabel 6.3 Tabelisasi Perhitungan Statiun dan Elevasi Titik-Titik Penting
Titik Stationing
Properti Lengkung
Vertikal Elevasi
Ev x y
A 0 - - - 263
BCPI1 365.790 276.301
PI1 395.790 0.1409 15 -0.564 277.141
ECPI1 425.790 277.981
BCPI2 1015.140 282.938
PI2 1045.140 0.021 15 -0.083 283.021
ECPI2 1075.140 283.103
BCPI3 1964.090 286.738
PI3 1994.09 0.068 15 0.273 286.932
ECPI2 2024.090 287.126
BCB 2477.050 293.486
PI4 2507.050 0.047 15 0.188 293.953
ECB 2537.050 294.000
BCPI4 2839.300 297.621
PI5 2869.300 0.100 15 0.399 297.900
ECPI4 2899.300 298.179
BCPI5 3220.780 295.956
B 3250.78 0.076 15 -0.305 296.076
ECPI5 3280.780 296.196
BCPI6 3825.970 300.281
PI6 3855.970 0.096 15 -0.385 300.096
ECPI6 3885.970 299.912
BCPI6 4151.820 296.759
PI7 4151.820 0.041 15 0.163 296.959
ECPI7 4151.820 297.159
BCPI7 4645.290 295.953
C 4675.290 0.009 15 0.038 295.991
ECPC 4705.290 296.028
50
FUKULTAS TEKNIK JURUSAN SIPIL, UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
GEOMETRIK JALAN RAYA
TUGAS BESAR
ARISTO AMIR 03120140214
6.4 Koordinasi Trase Alinement Horizontal dan Vertikal
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam koordinasi alinemen vertikal dan
alinemen horizontal adalah sebagai berikut :
1. Alinemen vertikal, alinemen horizontal dan potongan melintang jalan
adalah elemen-elemen jalan sebagai keluaran perencanaan harus
dikoordinasikan sedemikian sehingga menghasilkan suatu bentuk jalan
yang baik dalam arti memudahkan pengemudi dengan aman dan nyaman.
Bentuk kesatuan ketiga elemen jalan tersebut diharapkan dapat
memberikan kesan atau petunjuk kepada pengemudi akan bentuk jalan
yang akan dilalui di depannya sehingga pengemudi melakukan antisipasi
lebih awal.
2. Koordinasi alinemen vertikal dan alinemen horizontal harus memnuhi
ketentuan sbb :
a. Alinemen horizontal harus berimpit dengan alinemen vertikal dan
secara ideal alinemen horizontal lebih panjang sedikit dari alinemen
vertikal.
b. Tikungan yang tajam pada bagian bawah lengkung vertikal cekung
atau bagian atas lengkung vertikal cembung harus dihindarkan.
c. Lengkung vertikal cekung pada kelandaian jalan yang lurus harus
dihindarkan.
d. Dua atau lebih lengkung vertikal dalam satu lengkung horizontal
harus dihindarkan.
e. Tikungan yang tajam di antara 2 bagian jalan yang lurus dan panjang
harus dihindarkan.
51
FUKULTAS TEKNIK JURUSAN SIPIL, UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
GEOMETRIK JALAN RAYA
TUGAS BESAR
ARISTO AMIR 03120140214
Gambar 6.3 Koordinasi Alinyemen Vertikal dan Horizontal
Tabel 6.4 Tabelisasi Koordinasi Alinyemen Vertikal dan Horizontal
Alinement Horizontal Alinement Vertikal
Tikungan Stationing Lengkung Stationing
PI1
(0+291,773) s.d (0+675,745)
PI1 (0+365,790) s.d (0+425,790)
PI2
(0+850,569) s.d (1+374,068)
PI2 (1+015,140) s.d (1+075,140)
PI3
(1+523,106) s.d (1+907,078)
PI3 (1+964,090) s.d (2+024,090)
PI4
(1+949,165) s.d (2+357,572)
PI4 (2+477,050) s.d (2+537,050)
PI5
(2+401,414) s.d (2+726,045)
PI5 (2+839,300) s.d (2+899,300)
B
(2+828,465) s.d (3+186,258)
B (3+220,780) s.d (3+280,780)
PI6
(3+424,556) s.d (3+808,528)
PI6 (3+825,780) s.d (3+885,970)
PI7 (3+852,556) s.d (4+271,435) PI7 (4+151,820) s.d (4+645,290)
52
FUKULTAS TEKNIK JURUSAN SIPIL, UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
GEOMETRIK JALAN RAYA
TUGAS BESAR
ARISTO AMIR 03120140214
Komentar Koordinasi Trase Alinement Horizontal dan Vertikal:
Berdasarkan tabel dan gambar koordinasi alinyemen vertikal dan horizotal di
atas dapat dilihat bahwa beberapa posisi penempatan aliement vertikal tidak
sepenuhnya berimpit dengan lokasi penempatan alinement horizontal. Hal ini
disebabkan karena beberapa tikungan memiliki jarak lurus yang cenderung kecil
sehingga untuk mengurangi kemungkinan kelelahan pengemudi melewati tanjakan
dan turunan akibat keberadaan banyak lengkung baik cembung dan cekung, maka
penempatan lengkung diefisienkan pada jarak lurus yang pendek antara dua tikungan
tersebut.
Selain itu, beberapa tikungan memiliki jari-jari yang relatif kecil (tikungan
tajam) sehingga lengkung vertikal tidak ditempatkan pada tikungan tersebut
mengingat persyaratan koordinasi ideal adalah lengkung horizontal lebih panjang
daripada lengkung vertikal.
Mengingat ada beberapa titik yang memerlukan perhatian tinggi pengemudi
untuk melewatinya, maka diperlukan pemanfaatan informasi rambu dan marka pada
lokasi tertentu pada rencana jalan ini. Hal ini dilakukan untuk menjaga faktor safety
pengendara.
6.5 Pengukuran ketersediaan jarak pandang tiap 100 meter
6.5.1 Jarak pandangan henti (Jh)
• Jh adalah jarak pandangan henti yang diperlukan setiap pengemudi
untuk menghentikan kendaraannya dengan aman begitu melihat adanya
53
FUKULTAS TEKNIK JURUSAN SIPIL, UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
GEOMETRIK JALAN RAYA
TUGAS BESAR
ARISTO AMIR 03120140214
halangan di depan mata. Setiap titik disepanjang jalan harus memenuhi
Jh.
• Jh diukur dengan asumsi bahwa tinggi mata pengemudi adalah 105 Cm
dan tinggi halangan 15 cm diukur dari permukaan jalan.
• Jh terdiri dari 2 elemen jarak, yaitu :
Jarak tanggap (Jht) adalah jarak yang ditempuh oleh kendaraan sejak
pengemudi melihat suatu halangan yang menyebabkan ia harus berhenti
sampai saat pengemudi harus menginjak rem.
Jarak pengereman (Jhr) adalah jarak yang dibutuhkan untuk
menghentikan kendaraan sejak pengemudi menginjak rem sampai
kendaraan berhenti.
Persamaan untuk menghitung Jh :
Jh =
𝑉𝑉𝑅𝑅
3.6
. 𝑇𝑇 +
(
𝑉𝑉 𝑅𝑅
3.6
)2
2𝑔𝑔𝑔𝑔
............................ Pers
(1)
Di mana :
VR = Kecepatan rencana (km/jam)
T = Waktu tanggap, ditetapkan 2,5 detik
g = percepatan grafitasi 9,8 m/det2
f = koefisien gesek memanjang perkerasan jalan aspal,
ditetapkan 0,3 - 0,55.
Pers.(1) disederhanakan :
54
FUKULTAS TEKNIK JURUSAN SIPIL, UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
GEOMETRIK JALAN RAYA
TUGAS BESAR
ARISTO AMIR 03120140214
Jh = 0,694 Vr + 0,004
𝑉𝑉𝑅𝑅
2
𝑓𝑓
............................. Pers
(2)
Berdasarkan rumus di atas, maka jarak pandang henti minimum
untuk kecepatan rencana = 60 km/ jam yaitu 75 m
6.5.2 Jarak Pandangan Mendahului (Jd)
• JD adalah jarak yang memungkinkan suatu kendaraan mendahului
kendaraan lain di depannya dengan aman sampai kendaraan tersebut
kembali ke lajur semula.
• Jd diukur berdasarkan asumsi bahwa tinggi mata pengemudi adalah
105 cm dan tinggi halangan adalah 15 cm.
• Jd dalam satuan meter ditentukan dengan :
Jd = d1 + d2 + d3 + d4
d1 = Jarak yang ditempuh selama waktu tanggap (m)
d2 = Jarak yang ditempuh selama mendahului sampai dengan kembali ke
jalur semula (m)
d3 = Jarak antara kendaraan yang mendahului dengan kendaraan yang
datang dari arah berlawanan setelah proses mendahului selesai (m)
d4 = Jarak yang ditempuh oleh kendaraan yang datang dari arah
berlawanan yang besarnya diambil =
2
3
𝑑𝑑2 (m)
Jd yang sesuai dengan VR ditetapkan dengan tabel :
VR (km/jam) 120 100 80 60 50 40 30 20
55
FUKULTAS TEKNIK JURUSAN SIPIL, UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
GEOMETRIK JALAN RAYA
TUGAS BESAR
ARISTO AMIR 03120140214
Jd minimum (m) 800 670 550 350 250 200 150 100
• Daerah mendahului harus disebar di sepanjang jalan dengan jumlah
panjang minimum 30% dari panjang total ruas jalan tersebut.
55
FUKULTAS TEKNIK JURUSAN SIPIL, UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
GEOMETRIK JALAN RAYA
TUGAS BESAR
ARISTO AMIR 03120140214
BAB VII
POTONGAN MELINTANG (CROSS SECTION)
7.1 Tipikal potongan melintang jalan
Penampang melintang jalan merupakan potongan melintang tegak lurus
sumbu jalan. Salah satu tujuan penggambaran potongan melintang jalan adalah
sebagai tinjauan untuk memudahkan perhitungan galian dan timbunan, yaitu
dalam menentukan luas dan volume galian dan timbunan.
Pada potongan melintang jalan dapat terlihat bagian-bagian jalan yang
memiliki fungsi dan pruntukannya masing-masing. Bagian-bagian jalan yang
utama dapat dikelompokkan sebagai berikut :
• Bagian yang langsung berguna untuk lalu lintas
1. Jalur lalu lintas. Jalur lalu lintas adalah bagian jalan yang dipergunakan
untuk lalu lintas kendaraan yang secara fisik berupa perkerasan jalan.
2. Lajur lalu lintas. Lajur lalu lintas adalah bagian jalur lalu lintas yang
memanjang, dibatasi oleh marka lajur jalan, memiliki lebar yang cukup
untuk dilewati suatu kendaraan bermotor sesuai kendaraan rencana. Lebar
lajur tergantung pada kecepatan dan kendaraan rencana
3. Bahu jalan. Bahu jalan adalah bagian jalan yang terletak di tepi jalur lalu
lintas yang berfungsi untuk :
a. Lajur lalu lintas darurat, tempat berhenti sementara, atau tempat parkir
darurat
b. Ruang bebas samping bagi lalu lintas
c. Penyangga samping untuk kestabilan perkerasan jalur lalu lintas.
4. Median (dalam perencanaan ini tidak diperlukan). Median adalah bagian
bangunan jalan yang secara fisik memisahkan dua jalur lalu lintas yang
berlawanan arah
56
FUKULTAS TEKNIK JURUSAN SIPIL, UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
GEOMETRIK JALAN RAYA
TUGAS BESAR
ARISTO AMIR 03120140214
• Bagian yang berguna untuk drainase jalan, terdiri dari:
1. Saluran samping
2. Kemiringan melintang jalur lalu lintas
3. Kemiringan melintang bahu
4. Kemiringan lereng
• Bagian konstruksi jalan
1. Lapisan perkerasan jalan
2. Lapisan pondasi atas
3. Lapisan pondasi bawah
4. Lapisan tanah dasar
7.2 Rumija, Rumaja, dan Ruwasja
Gambar 7.1 Defenisi Bagian Jalan
Ruang Manfaat Jalan (Rumaja), dibatasi oleh :
o Lebar antara batas ambang pengaman konstruksi jalan di kedua sisi jalan
o Tinggi 5 meter di atas permukaan perkerasan pada sumbu jalan
o Kedalaman ruang bebas 1,5 meter di bawah muka jalan
57
FUKULTAS TEKNIK JURUSAN SIPIL, UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
GEOMETRIK JALAN RAYA
TUGAS BESAR
ARISTO AMIR 03120140214
Ruang Milik Jalan (Rumija), dibatasi oleh lebar yang sama dengan
Rumaja ditambah ambang pengaman konstruksi jalan dengan tinggi 5 meter dan
kedalaman 1,5 meter. Ruang Pengawasan Jalan(Ruwasja), adalah ruang
sepanjang jalan di luar Rumaja yang dibatasi oleh tinggi dan lebar tertentu,
diukur dari sumbu jalan, sebagai berikut :
o Jalan Arteri, minimum 20 meter
o Jalan Kolektor, minimum 15 meter
o jalan Lokal, minimum 10 meter
Untuk keselamatan pemakai jalan, Dawasja di daerah tikungan
ditentukan oleh jarak pandang bebas
7.3 Komposisi Potongan Melintang Jalan yang didesain
Penampang melintang jalan yang akan didesain adalah dengan
mengikuti kriteria desain yang telah ditetapkan berdasarkan peraturan
perencanaan jalan antar kota (bab II).
Gambar 7.2 Sketsa Potongan melintang Jalan Rencana
Jalan yang direncanakan adalah jalan kolektor primer 2 lajur 2 arah tak
terbagi dengan kriteria perencanaan sebagai berikut:
a: Jalur lalu lintas dengan lebar 3.5 m tiap lajur. Kemiringan normal =
2% dengan superelevasi maksimum = 10%.
b: Bahu Jalan dengan lebar 1.5 m dengan kemiringan rencana= 4%
58
FUKULTAS TEKNIK JURUSAN SIPIL, UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
GEOMETRIK JALAN RAYA
TUGAS BESAR
ARISTO AMIR 03120140214
Saluran Samping
Untuk drainase jalan dalam perencanaan ini telah ditentukan dengan
menggunakan penampang melintang trapesium, dengan lebar sisi bawah = 50
cm dan tinggi saluran = 1 m
c: Tinggi saluran samping = 1 m
d: Lebar sisi bawah saluran = 0.5 m
Gambar 7.3 Penampang melintang Saluran Drainase Jalan
7.4 Potongan Melintang Jalan Rencana
Potongan Melintang jalan dibuat untuk daerah tikungan. Selain itu,
potongan melintang juga dibuat pada titik-titik penting di tikungan yaitu TC
dan CT untuk tipe Full Circle, TS, SC,CS dan ST untuk tipe S-C-S, serta TS
dan SS untuk tipe tikungan Spriral-Spiral.
Berikut ini contoh poongan melintang yang diambil pada dua statiun
dengan tipikal potongan yang berbeda yaitu galian dan timbunan
59
FUKULTAS TEKNIK JURUSAN SIPIL, UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
GEOMETRIK JALAN RAYA
TUGAS BESAR
ARISTO AMIR 03120140214ARISTO AMIR 03120140214
TIPIKAL POTONGAN MELINTANG
PADA DAERAH TIMBUNAN STA 0+960 m
Gambar 7.4 Tipikal Potongan Melintang Timbunan
59
60
FUKULTAS TEKNIK JURUSAN SIPIL, UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
GEOMETRIK JALAN RAYA
TUGAS BESAR
ARISTO AMIR 03120140214
TIPIKAL POTONGAN MELINTANG
PADA DAERAH GALIAN STA 4+700 m
Gambar 7.5 Tipikal Potongan Melintang Galian
ARISTO AMIR 0312014021460
61
FUKULTAS TEKNIK JURUSAN SIPIL, UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
GEOMETRIK JALAN RAYA
TUGAS BESAR
ARISTO AMIR 03120140214
TIPIKAL POTONGAN MELINTANG
PADA DAERAH NC STA 1+651 m
Gambar 7.6 Tipikal Potongan Melintang NC
ARISTO AMIR 0312014021461
62
FUKULTAS TEKNIK JURUSAN SIPIL, UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
GEOMETRIK JALAN RAYA
TUGAS BESAR
ARISTO AMIR 03120140214
TIPIKAL POTONGAN MELINTANG
PADA DAERAH RC STA 2+585 m
Gambar 7.7 Tipikal Potongan Melintang RC
ARISTO AMIR 0312014021462
63
FUKULTAS TEKNIK JURUSAN SIPIL, UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
GEOMETRIK JALAN RAYA
TUGAS BESAR
ARISTO AMIR 03120140214
TIPIKAL POTONGAN MELINTANG
PADA DAERAH SUPERELEVASI STA 0+250 m
ARISTO AMIR 0312014021463
Gambar 7.8 Tipikal Potongan Melintang Superlevasi
64
FUKULTAS TEKNIK JURUSAN SIPIL, UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
GEOMETRIK JALAN RAYA
TUGAS BESAR
ARISTO AMIR 03120140214
7.5. Bangunan Pelengkap Jalan
Bangunan pelengkap yang digunakan, yaitu jembatan. Penempatannya
pada STA 2+720 s.d STA 3+150 (Panjang 50 m)
Gambar 7.9 Tipikal Jembatan
65
FUKULTAS TEKNIK JURUSAN SIPIL, UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
GEOMETRIK JALAN RAYA
TUGAS BESAR
ARISTO AMIR 03120140214
BAB VIII
GALIAN DAN TIMBUNAN
8.1 Pekerjaan Tanah
Pekerjaan tanah merupakan tahapan penting dalam pelaksanaan konstruksi
khususnya konstruksi jalan. Untuk kasus ini galian dan timbunan merupakan
salah satu variabel yang berpengaruh banyak terhadap biaya konstruksi. Jumlah
galian dan timbunan akan menentukan harga pekerjaan pembangunan jalan
secara keseluruhan. Sehingga pekerjaan galian dan timbunan harus dilaksanakan
seoptimal mungkin.
Banyaknya dan biaya dari pekerjaan ini dihitung dalam meter kubik (m3
)
pada keadaan asalnya dan sudah termasuk dipindahkannya pada tempat dan
bentuk yang dikehendaki. Kalau pekerjaan galian dan timbunan tidak
banyak atau berat dengan tebalnya kira-kira 15 cm, banyaknya pekerjaan ini
hanya dihitung dalam m2
.
Pekerjaan galian dan timbunan tanah meliputi:
• Perhitungan di kantor, galian dan timbunan pada jalur-jalur yang
direncanakan.
• Pekerjaan di lapangan dengan mengambil cross-sections sepanjang as-jalan.
• Pekerjaan di kantor berdasarkan pekerjaan di lapangan tersebur,
dengan menghitung volume yang lebih tepat daripada pekerjaan di
kantor sebelumnya (economical grading schedule).
• Pekerjaan lapangan dengan memasang patok-patok untuk menentukan
hitungan- hitungan pembayaran tahap-tahap biaya.
• Hitungan-hitungan terakhir dari semua pekerjaan.
Dalam hitungan harus dimasukkan faktor-faktor susutan dan pengembangan
(shrinkage and swell factor); kepadatan dari timbunan; side slopes yang
tergantung dari material; penampang dan bantalan. Penggunaan tenaga biasa
menggunakan tenaga manusia dengan memakai pacul dan pikulan, sampai
dengan alat-alat berat.
66
FUKULTAS TEKNIK JURUSAN SIPIL, UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
GEOMETRIK JALAN RAYA
TUGAS BESAR
ARISTO AMIR 03120140214
8.2 Volume Galian dan Timbunan
Dalam menghitung volume galian dan timbunan diusahakan volume galian
sama dengan volume timbunan untuk menekan biaya pengerjaan pembangunan
jalan.
Faktor-faktor yang harus dipertimbangkan dalam perhitungan antara lain
a) Susutan dan pengembangan (shrinkage dan swell faktor)
b) Kepadatan timbunan
c) Side slope yang tergantung dari material.
d) Penampang dan bantalan.
Penggunaan tenaga bisa mengunakan tenaga manusia memakai pacul dan
pikulan, sampai dengan mengunakan alat–alat besar seperti excavator, buldoser,
tractor dan yang lainnya.
Nilai volume galian dan timbunan pada jalan yng direncanakan
selengkapnya dapat dilihat paa tabel berikut.
Ringkasan: Total Volume Cut and Fill with Curve Correction 1, with
Avgendreia Method (dari Land Desktop Companion):
- Total Galian : 3,466,071 m3
- Total Timbunan : 15,659,184 m3
- Selisih : 12,193,113 m3
67
FUKULTAS TEKNIK JURUSAN SIPIL, UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
GEOMETRIK JALAN RAYA
TUGAS BESAR
ARISTO AMIR 03120140214
Tabel 8.1 Tabel volume galian dan timbunan Jalan rencana
STA
Luas (m2
) Volume (m3
) Volume komulatif (m3
)
Galian Timbunan Galian Timbunan Galian Timbunan
0+000
0 63.632 0 445,424 0 445,424
0+500
0 52.730 0 404,110 0 849,534
1+151
0 27.542 0 192,829 0 1042,363
1+770
0 25.875 0 181,125 0 1223,488
2+220
0 31.604 0 221,228 0 1447,716
2+650
0 43.996 0 307,972 0 1752,688
3+150
0 55.900 0 391,300 0 2143,908
3+800
15,450 14.869 108,150 104,083 108,150 2248,071
4+250
464,253 0 3249,771 0 3357,921 4505,992
5+050
Total 3,466,071 15,659,184
Selisih 12,193,113
Nilai luasan galian timbunan di dapatkan pada profil potongan memanjang,
sedangkan volume galian dan timbunan di dapatkan dari luasan galian dikali dengan
lebar jalur yang direncanakan, dengan asumsi lebar jalur yaitu 7 meter.
Total volume galian yang diperoleh ialah sebesar 3,466,071 m3
dan total
volume timbunan diperoleh sebesar 15,659,184 m3
yang dimana volume timbunan
lebih besar dari pada volume galian dan mendapatkan selisih sebesar 12,193,113 m3
.
Jadi dalam pelaksanaannya dilapangan perlu adanya didatangkan tanah
timbunan sebesar 12,193,113 m3
, dikarenakan volume galian lebih kecil dari pada
volume timbunan.
68
FUKULTAS TEKNIK JURUSAN SIPIL, UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
GEOMETRIK JALAN RAYA
TUGAS BESAR
ARISTO AMIR 03120140214
BAB IX
PENUTUP
9.1 Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat diambil, yaitu:
1. Tujuannya Perencangan Geomtrik Jalan dalah menciptakan hubungan yang
baik antara waktu dan ruang menurut kebutuhan kendaraan yang
bersangkutan, menghasilkan bagian-bagian jalan yang memenuhi
persyaratan kenyamanan, keamanan, serta nilai efisiensi yang optimal.
Dalam membangun jalan raya itu dipengaruhi oleh topografi, sosial,
ekonomi dan masyarakatnya.
2. Berdasarkan berdasarkan Soal Geometrik Jalan Raya maka klasifikasi
Medan jalan yang di rencanakan termasuk dalam klasifikasi Bukit karena
Kelandaian daerah > 10%
3. Kelas jalan yang didesain adalah kelas jalan sedang
4. Berdasarkan fungsi jalan, yang digunakan adalah jalan kolektor primer.
5. Tipe dan status jalan yang didesain adalah 2 lajur dan 2 arah tidak terbagi
(2/2 UD).
6. Berdasarkan trase yang dibuat, didapatkan jumlah tikungan sebanyak 7
buah. Semua tergolong Full Circle
7. Pekerjaan galian dan timbunan didapat sebesar:
- Total Galian : 3.466,071 m3
- Total Timbunan : 15.659,184 m3
69
FUKULTAS TEKNIK JURUSAN SIPIL, UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
GEOMETRIK JALAN RAYA
TUGAS BESAR
ARISTO AMIR 03120140214
9.2 Saran
Dari semua kesimpulan diatas, penulis dapat memberikan saran dalam
perencanaan jalan, antara lain sebagai berikut :
1. Pada perencanaan trase jalan sebaiknya dalam mendesain tikungannya
jangan terlalu melengkung karna selain jaraknya semakin pendek
pengguna jalan juga semakin merasa tidak nyaman.
2. Dalam perencanaan geometrik jalan hendaknya jangan terlalu banyak
memotong kontur sehingga jalan yang akan direncanakan tidak terlalu
mendaki atau menurun. Selain itu dalam merencanakan trase jalan juga
harus memperhatikan banyaknya pekerjaan galian dan timbunan yang akan
dihasilkan, hal ini untuk mengurangi besarnya biaya pekerjaan.
ii
FUKULTAS TEKNIK JURUSAN SIPIL, UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
GEOMETRIK JALAN RAYA
TUGAS BESAR
ARISTO AMIR 03120140214
DAFTAR PUSTAKA
Sukirman, Silvia. 1999. Dasar-dasar Perencanaan Geometrik Jalan. Bandung: Nova
AASHTO. 2001. A Policy on Geometric Design of Highways and Streets.
Washington D.C: AASHTO.
1
FUKULTAS TEKNIK JURUSAN SIPIL, UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
GEOMETRIK JALAN RAYA
TUGAS BESAR
ARISTO AMIR 03120140214
BLANGKO
SOAL
GAMBAR
PROFIL
MEMANJANG
TRASE
ii
FUKULTAS TEKNIK JURUSAN SIPIL, UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
GEOMETRIK JALAN RAYA
TUGAS BESAR
ARISTO AMIR 03120140214

Más contenido relacionado

La actualidad más candente

perhitungan jembatan
perhitungan jembatanperhitungan jembatan
perhitungan jembatanFarid Thahura
 
92237340 perancangan-geometrik-jalan-teori
92237340 perancangan-geometrik-jalan-teori92237340 perancangan-geometrik-jalan-teori
92237340 perancangan-geometrik-jalan-teoripooja khan
 
Klasifikasi tanah AASHTO DAN UNIFIED
Klasifikasi tanah AASHTO DAN UNIFIEDKlasifikasi tanah AASHTO DAN UNIFIED
Klasifikasi tanah AASHTO DAN UNIFIEDmuhamad ulul azmi
 
Menghitung Respon Spektrum Gempa
Menghitung Respon Spektrum GempaMenghitung Respon Spektrum Gempa
Menghitung Respon Spektrum GempaRafi Perdana Setyo
 
Daya dukung pondasi dengan analisis terzaghi
Daya dukung pondasi dengan analisis terzaghiDaya dukung pondasi dengan analisis terzaghi
Daya dukung pondasi dengan analisis terzaghiAyu Fatimah Zahra
 
Struktur Beton Bertulang
Struktur Beton BertulangStruktur Beton Bertulang
Struktur Beton BertulangMira Pemayun
 
Siphon, Terjunan, Gorong-gorong
Siphon, Terjunan, Gorong-gorongSiphon, Terjunan, Gorong-gorong
Siphon, Terjunan, Gorong-gorongYahya M Aji
 
Pelebaran perkerasan pada tikungan kelas 1
Pelebaran perkerasan pada tikungan kelas 1Pelebaran perkerasan pada tikungan kelas 1
Pelebaran perkerasan pada tikungan kelas 1Bayu Janasuputra
 
Bab 2 perencanaan gording
Bab 2 perencanaan gordingBab 2 perencanaan gording
Bab 2 perencanaan gordingGraham Atmadja
 
3.8 perhitungan debit rencana
3.8 perhitungan debit rencana3.8 perhitungan debit rencana
3.8 perhitungan debit rencanavieta_ressang
 
PERENCANAAN GEOMETRIK JALAN (TUGAS S1 UNTAG SEMARANG)
PERENCANAAN GEOMETRIK JALAN (TUGAS S1 UNTAG SEMARANG)PERENCANAAN GEOMETRIK JALAN (TUGAS S1 UNTAG SEMARANG)
PERENCANAAN GEOMETRIK JALAN (TUGAS S1 UNTAG SEMARANG)afifsalim
 
Sni 03-2834-2000
Sni 03-2834-2000Sni 03-2834-2000
Sni 03-2834-2000frans1982
 
RANGKUMAN BATANG TEKAN DAN BATANG TARIK KONSTRUKSI BAJA 1
RANGKUMAN BATANG TEKAN DAN BATANG TARIK KONSTRUKSI BAJA 1RANGKUMAN BATANG TEKAN DAN BATANG TARIK KONSTRUKSI BAJA 1
RANGKUMAN BATANG TEKAN DAN BATANG TARIK KONSTRUKSI BAJA 1MOSES HADUN
 
Bab viii analisis hidrometer (hydrometer analysis)
Bab viii   analisis hidrometer (hydrometer analysis)Bab viii   analisis hidrometer (hydrometer analysis)
Bab viii analisis hidrometer (hydrometer analysis)candrosipil
 
Tabel Profil Konstruksi Baja
Tabel Profil Konstruksi BajaTabel Profil Konstruksi Baja
Tabel Profil Konstruksi BajaYusrizal Mahendra
 
87280501 perencanaan-sistem-drainase
87280501 perencanaan-sistem-drainase87280501 perencanaan-sistem-drainase
87280501 perencanaan-sistem-drainaseMiftakhul Yaqin
 

La actualidad más candente (20)

perhitungan jembatan
perhitungan jembatanperhitungan jembatan
perhitungan jembatan
 
92237340 perancangan-geometrik-jalan-teori
92237340 perancangan-geometrik-jalan-teori92237340 perancangan-geometrik-jalan-teori
92237340 perancangan-geometrik-jalan-teori
 
Klasifikasi tanah AASHTO DAN UNIFIED
Klasifikasi tanah AASHTO DAN UNIFIEDKlasifikasi tanah AASHTO DAN UNIFIED
Klasifikasi tanah AASHTO DAN UNIFIED
 
Menghitung Respon Spektrum Gempa
Menghitung Respon Spektrum GempaMenghitung Respon Spektrum Gempa
Menghitung Respon Spektrum Gempa
 
Daya dukung pondasi dengan analisis terzaghi
Daya dukung pondasi dengan analisis terzaghiDaya dukung pondasi dengan analisis terzaghi
Daya dukung pondasi dengan analisis terzaghi
 
Struktur Beton Bertulang
Struktur Beton BertulangStruktur Beton Bertulang
Struktur Beton Bertulang
 
Pengenalan sap 2000
Pengenalan sap 2000Pengenalan sap 2000
Pengenalan sap 2000
 
Siphon, Terjunan, Gorong-gorong
Siphon, Terjunan, Gorong-gorongSiphon, Terjunan, Gorong-gorong
Siphon, Terjunan, Gorong-gorong
 
Pelebaran perkerasan pada tikungan kelas 1
Pelebaran perkerasan pada tikungan kelas 1Pelebaran perkerasan pada tikungan kelas 1
Pelebaran perkerasan pada tikungan kelas 1
 
Bab 2 perencanaan gording
Bab 2 perencanaan gordingBab 2 perencanaan gording
Bab 2 perencanaan gording
 
3.8 perhitungan debit rencana
3.8 perhitungan debit rencana3.8 perhitungan debit rencana
3.8 perhitungan debit rencana
 
Analisa matriks
Analisa matriksAnalisa matriks
Analisa matriks
 
PERENCANAAN GEOMETRIK JALAN (TUGAS S1 UNTAG SEMARANG)
PERENCANAAN GEOMETRIK JALAN (TUGAS S1 UNTAG SEMARANG)PERENCANAAN GEOMETRIK JALAN (TUGAS S1 UNTAG SEMARANG)
PERENCANAAN GEOMETRIK JALAN (TUGAS S1 UNTAG SEMARANG)
 
Perencanaan Kolom
Perencanaan KolomPerencanaan Kolom
Perencanaan Kolom
 
Sni 03-2834-2000
Sni 03-2834-2000Sni 03-2834-2000
Sni 03-2834-2000
 
RANGKUMAN BATANG TEKAN DAN BATANG TARIK KONSTRUKSI BAJA 1
RANGKUMAN BATANG TEKAN DAN BATANG TARIK KONSTRUKSI BAJA 1RANGKUMAN BATANG TEKAN DAN BATANG TARIK KONSTRUKSI BAJA 1
RANGKUMAN BATANG TEKAN DAN BATANG TARIK KONSTRUKSI BAJA 1
 
Perancangan Geometrik Jalan
Perancangan Geometrik JalanPerancangan Geometrik Jalan
Perancangan Geometrik Jalan
 
Bab viii analisis hidrometer (hydrometer analysis)
Bab viii   analisis hidrometer (hydrometer analysis)Bab viii   analisis hidrometer (hydrometer analysis)
Bab viii analisis hidrometer (hydrometer analysis)
 
Tabel Profil Konstruksi Baja
Tabel Profil Konstruksi BajaTabel Profil Konstruksi Baja
Tabel Profil Konstruksi Baja
 
87280501 perencanaan-sistem-drainase
87280501 perencanaan-sistem-drainase87280501 perencanaan-sistem-drainase
87280501 perencanaan-sistem-drainase
 

Similar a TUGAS BESAR GEOMETRIK JALAN RAYA

Geometri jalan
Geometri jalanGeometri jalan
Geometri jalanandang148
 
PERANCANGAN GEOMETRIK JALAN
PERANCANGAN GEOMETRIK JALANPERANCANGAN GEOMETRIK JALAN
PERANCANGAN GEOMETRIK JALANEkaRahayu18
 
RPS MATA KULIAH Geometri Jalan Raya V.1.0.pdf
RPS MATA KULIAH Geometri Jalan Raya V.1.0.pdfRPS MATA KULIAH Geometri Jalan Raya V.1.0.pdf
RPS MATA KULIAH Geometri Jalan Raya V.1.0.pdfALDHARINRIZKY1
 
EVALUASI RPJMD 2010-2015.ppt
EVALUASI RPJMD 2010-2015.pptEVALUASI RPJMD 2010-2015.ppt
EVALUASI RPJMD 2010-2015.pptbennykoko27
 
contoh presentasi seminar proposal skripsi teknik sipil
contoh presentasi seminar proposal skripsi teknik sipilcontoh presentasi seminar proposal skripsi teknik sipil
contoh presentasi seminar proposal skripsi teknik sipilNengHodijatulKubro07
 
LAPORAN PRAKTIKUM MEKTANnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnn.pdf
LAPORAN PRAKTIKUM MEKTANnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnn.pdfLAPORAN PRAKTIKUM MEKTANnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnn.pdf
LAPORAN PRAKTIKUM MEKTANnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnn.pdfAkmalNiam2
 
KAK Jasa Konsultasi Trase Oprite Jembatan Kabupaten.docx
KAK Jasa Konsultasi Trase Oprite Jembatan Kabupaten.docxKAK Jasa Konsultasi Trase Oprite Jembatan Kabupaten.docx
KAK Jasa Konsultasi Trase Oprite Jembatan Kabupaten.docxbloeroeghqeedz
 
Konstruksi jalan
Konstruksi jalanKonstruksi jalan
Konstruksi jalanE Sanjani
 
KATA PENGANTAR DAN DAFTAR ISI TINJAUAN KESELAMATAN PELAYARAN DI ALUR PELAYAR...
KATA PENGANTAR DAN DAFTAR ISI TINJAUAN KESELAMATAN PELAYARAN DI  ALUR PELAYAR...KATA PENGANTAR DAN DAFTAR ISI TINJAUAN KESELAMATAN PELAYARAN DI  ALUR PELAYAR...
KATA PENGANTAR DAN DAFTAR ISI TINJAUAN KESELAMATAN PELAYARAN DI ALUR PELAYAR...Yogga Haw
 
Modul Perancangan Jalan 2021-2022.pdf
Modul Perancangan Jalan 2021-2022.pdfModul Perancangan Jalan 2021-2022.pdf
Modul Perancangan Jalan 2021-2022.pdfFajarRama5
 
Spesifikasi teknis penyajian peta desa
Spesifikasi teknis penyajian peta desaSpesifikasi teknis penyajian peta desa
Spesifikasi teknis penyajian peta desariyanto apri
 
Perka BIG No. 3 Tahun 2016 tentang Spesifikasi Teknis Penyajian Peta Desa
Perka BIG No. 3 Tahun 2016 tentang Spesifikasi Teknis Penyajian Peta DesaPerka BIG No. 3 Tahun 2016 tentang Spesifikasi Teknis Penyajian Peta Desa
Perka BIG No. 3 Tahun 2016 tentang Spesifikasi Teknis Penyajian Peta DesaJaringan Kerja Pemetaan Partisipatif
 
STUDI TENTANG PENGUKURAN DAN PEMETAAN KADASTRAL PADA PELAKSANAAN PRONA TAHUN ...
STUDI TENTANG PENGUKURAN DAN PEMETAAN KADASTRAL PADA PELAKSANAAN PRONA TAHUN ...STUDI TENTANG PENGUKURAN DAN PEMETAAN KADASTRAL PADA PELAKSANAAN PRONA TAHUN ...
STUDI TENTANG PENGUKURAN DAN PEMETAAN KADASTRAL PADA PELAKSANAAN PRONA TAHUN ...National Cheng Kung University
 

Similar a TUGAS BESAR GEOMETRIK JALAN RAYA (20)

REVISI LAPORAN ASSYFA.docx
REVISI LAPORAN ASSYFA.docxREVISI LAPORAN ASSYFA.docx
REVISI LAPORAN ASSYFA.docx
 
Geometri jalan
Geometri jalanGeometri jalan
Geometri jalan
 
PERANCANGAN GEOMETRIK JALAN
PERANCANGAN GEOMETRIK JALANPERANCANGAN GEOMETRIK JALAN
PERANCANGAN GEOMETRIK JALAN
 
adoc.pub_no-title.pdf
adoc.pub_no-title.pdfadoc.pub_no-title.pdf
adoc.pub_no-title.pdf
 
RPS MATA KULIAH Geometri Jalan Raya V.1.0.pdf
RPS MATA KULIAH Geometri Jalan Raya V.1.0.pdfRPS MATA KULIAH Geometri Jalan Raya V.1.0.pdf
RPS MATA KULIAH Geometri Jalan Raya V.1.0.pdf
 
EVALUASI RPJMD 2010-2015.ppt
EVALUASI RPJMD 2010-2015.pptEVALUASI RPJMD 2010-2015.ppt
EVALUASI RPJMD 2010-2015.ppt
 
contoh presentasi seminar proposal skripsi teknik sipil
contoh presentasi seminar proposal skripsi teknik sipilcontoh presentasi seminar proposal skripsi teknik sipil
contoh presentasi seminar proposal skripsi teknik sipil
 
Bab iv
Bab ivBab iv
Bab iv
 
LAPORAN PRAKTIKUM MEKTANnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnn.pdf
LAPORAN PRAKTIKUM MEKTANnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnn.pdfLAPORAN PRAKTIKUM MEKTANnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnn.pdf
LAPORAN PRAKTIKUM MEKTANnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnn.pdf
 
SEMINAR PROPOSAL.pptx
SEMINAR PROPOSAL.pptxSEMINAR PROPOSAL.pptx
SEMINAR PROPOSAL.pptx
 
KAK Jasa Konsultasi Trase Oprite Jembatan Kabupaten.docx
KAK Jasa Konsultasi Trase Oprite Jembatan Kabupaten.docxKAK Jasa Konsultasi Trase Oprite Jembatan Kabupaten.docx
KAK Jasa Konsultasi Trase Oprite Jembatan Kabupaten.docx
 
Konstruksi jalan
Konstruksi jalanKonstruksi jalan
Konstruksi jalan
 
ARSITEKTUR PERKOTAAN
ARSITEKTUR PERKOTAANARSITEKTUR PERKOTAAN
ARSITEKTUR PERKOTAAN
 
KATA PENGANTAR DAN DAFTAR ISI TINJAUAN KESELAMATAN PELAYARAN DI ALUR PELAYAR...
KATA PENGANTAR DAN DAFTAR ISI TINJAUAN KESELAMATAN PELAYARAN DI  ALUR PELAYAR...KATA PENGANTAR DAN DAFTAR ISI TINJAUAN KESELAMATAN PELAYARAN DI  ALUR PELAYAR...
KATA PENGANTAR DAN DAFTAR ISI TINJAUAN KESELAMATAN PELAYARAN DI ALUR PELAYAR...
 
Modul Perancangan Jalan 2021-2022.pdf
Modul Perancangan Jalan 2021-2022.pdfModul Perancangan Jalan 2021-2022.pdf
Modul Perancangan Jalan 2021-2022.pdf
 
Spesifikasi teknis penyajian peta desa
Spesifikasi teknis penyajian peta desaSpesifikasi teknis penyajian peta desa
Spesifikasi teknis penyajian peta desa
 
Perka BIG No. 3 Tahun 2016 tentang Spesifikasi Teknis Penyajian Peta Desa
Perka BIG No. 3 Tahun 2016 tentang Spesifikasi Teknis Penyajian Peta DesaPerka BIG No. 3 Tahun 2016 tentang Spesifikasi Teknis Penyajian Peta Desa
Perka BIG No. 3 Tahun 2016 tentang Spesifikasi Teknis Penyajian Peta Desa
 
Spesifikasi teknis peta desa
Spesifikasi teknis peta desaSpesifikasi teknis peta desa
Spesifikasi teknis peta desa
 
STUDI TENTANG PENGUKURAN DAN PEMETAAN KADASTRAL PADA PELAKSANAAN PRONA TAHUN ...
STUDI TENTANG PENGUKURAN DAN PEMETAAN KADASTRAL PADA PELAKSANAAN PRONA TAHUN ...STUDI TENTANG PENGUKURAN DAN PEMETAAN KADASTRAL PADA PELAKSANAAN PRONA TAHUN ...
STUDI TENTANG PENGUKURAN DAN PEMETAAN KADASTRAL PADA PELAKSANAAN PRONA TAHUN ...
 
Aries setijadji
Aries setijadjiAries setijadji
Aries setijadji
 

Último

sample for Flow Chart Permintaan Spare Part
sample for Flow Chart Permintaan Spare Partsample for Flow Chart Permintaan Spare Part
sample for Flow Chart Permintaan Spare Parthusien3
 
Manajer Lapangan Pelaksanaan Pekerjaan Gedung - Endy Aitya.pptx
Manajer Lapangan Pelaksanaan Pekerjaan Gedung - Endy Aitya.pptxManajer Lapangan Pelaksanaan Pekerjaan Gedung - Endy Aitya.pptx
Manajer Lapangan Pelaksanaan Pekerjaan Gedung - Endy Aitya.pptxarifyudianto3
 
Laporan Tinjauan Manajemen HSE/Laporan HSE Triwulanpptx
Laporan Tinjauan Manajemen HSE/Laporan HSE TriwulanpptxLaporan Tinjauan Manajemen HSE/Laporan HSE Triwulanpptx
Laporan Tinjauan Manajemen HSE/Laporan HSE Triwulanpptxilanarespatinovitari1
 
Presentasi gedung jenjang 6 - Isman Kurniawan.ppt
Presentasi gedung jenjang 6 - Isman Kurniawan.pptPresentasi gedung jenjang 6 - Isman Kurniawan.ppt
Presentasi gedung jenjang 6 - Isman Kurniawan.pptarifyudianto3
 
LAJU RESPIRASI.teknologi hasil pertanianpdf
LAJU RESPIRASI.teknologi hasil pertanianpdfLAJU RESPIRASI.teknologi hasil pertanianpdf
LAJU RESPIRASI.teknologi hasil pertanianpdfIftitahKartika
 
ppt hidrolika_ARI SATRIA NINGSIH_E1A120026.pptx
ppt hidrolika_ARI SATRIA NINGSIH_E1A120026.pptxppt hidrolika_ARI SATRIA NINGSIH_E1A120026.pptx
ppt hidrolika_ARI SATRIA NINGSIH_E1A120026.pptxArisatrianingsih
 
2024.02.26 - Pra-Rakor Tol IKN 3A-2 - R2 V2.pptx
2024.02.26 - Pra-Rakor Tol IKN 3A-2 - R2 V2.pptx2024.02.26 - Pra-Rakor Tol IKN 3A-2 - R2 V2.pptx
2024.02.26 - Pra-Rakor Tol IKN 3A-2 - R2 V2.pptxEnginerMine
 
UTILITAS BANGUNAN BERUPA PENANGKAL PETIR.pptx
UTILITAS BANGUNAN BERUPA PENANGKAL PETIR.pptxUTILITAS BANGUNAN BERUPA PENANGKAL PETIR.pptx
UTILITAS BANGUNAN BERUPA PENANGKAL PETIR.pptxAndimarini2
 
397187784-Contoh-Kasus-Analisis-Regresi-Linear-Sederhana.pptx
397187784-Contoh-Kasus-Analisis-Regresi-Linear-Sederhana.pptx397187784-Contoh-Kasus-Analisis-Regresi-Linear-Sederhana.pptx
397187784-Contoh-Kasus-Analisis-Regresi-Linear-Sederhana.pptxVinaAmelia23
 
Konsep rangkaian filter aktif berbasis operational amplifier
Konsep rangkaian filter aktif berbasis operational amplifierKonsep rangkaian filter aktif berbasis operational amplifier
Konsep rangkaian filter aktif berbasis operational amplifierbudi194705
 
Pengeloaan Limbah NonB3 KLHK-Upik-090921.pdf
Pengeloaan Limbah NonB3 KLHK-Upik-090921.pdfPengeloaan Limbah NonB3 KLHK-Upik-090921.pdf
Pengeloaan Limbah NonB3 KLHK-Upik-090921.pdfPusatKeteknikanKehut
 
Presentation Bisnis Teknologi Modern Biru & Ungu_20240429_074226_0000.pptx
Presentation Bisnis Teknologi Modern Biru & Ungu_20240429_074226_0000.pptxPresentation Bisnis Teknologi Modern Biru & Ungu_20240429_074226_0000.pptx
Presentation Bisnis Teknologi Modern Biru & Ungu_20240429_074226_0000.pptxyoodika046
 
perbedaan jalan raya dan rel bahasa Indonesia.pptx
perbedaan jalan raya dan rel bahasa Indonesia.pptxperbedaan jalan raya dan rel bahasa Indonesia.pptx
perbedaan jalan raya dan rel bahasa Indonesia.pptxMuhamadIrfan190120
 
PEMELIHARAAN JEMBATAN pada Ujian Kompete
PEMELIHARAAN JEMBATAN pada Ujian KompetePEMELIHARAAN JEMBATAN pada Ujian Kompete
PEMELIHARAAN JEMBATAN pada Ujian KompeteIwanBasinu1
 
BAB_3_Teorema superposisi_thevenin_norton (1).ppt
BAB_3_Teorema superposisi_thevenin_norton (1).pptBAB_3_Teorema superposisi_thevenin_norton (1).ppt
BAB_3_Teorema superposisi_thevenin_norton (1).pptDellaEkaPutri2
 
Lecture 02 - Kondisi Geologi dan Eksplorasi Batubara untuk Tambang Terbuka - ...
Lecture 02 - Kondisi Geologi dan Eksplorasi Batubara untuk Tambang Terbuka - ...Lecture 02 - Kondisi Geologi dan Eksplorasi Batubara untuk Tambang Terbuka - ...
Lecture 02 - Kondisi Geologi dan Eksplorasi Batubara untuk Tambang Terbuka - ...rororasiputra
 
B_Kelompok 4_Tugas 2_Arahan Pengelolaan limbah pertambangan Bauksit_PPT.pdf
B_Kelompok 4_Tugas 2_Arahan Pengelolaan limbah pertambangan Bauksit_PPT.pdfB_Kelompok 4_Tugas 2_Arahan Pengelolaan limbah pertambangan Bauksit_PPT.pdf
B_Kelompok 4_Tugas 2_Arahan Pengelolaan limbah pertambangan Bauksit_PPT.pdf114210034
 
Pengolahan Kelapa Sawit 1 pabrik pks.pdf
Pengolahan Kelapa Sawit 1 pabrik pks.pdfPengolahan Kelapa Sawit 1 pabrik pks.pdf
Pengolahan Kelapa Sawit 1 pabrik pks.pdffitriAnnisa54
 

Último (19)

sample for Flow Chart Permintaan Spare Part
sample for Flow Chart Permintaan Spare Partsample for Flow Chart Permintaan Spare Part
sample for Flow Chart Permintaan Spare Part
 
Manajer Lapangan Pelaksanaan Pekerjaan Gedung - Endy Aitya.pptx
Manajer Lapangan Pelaksanaan Pekerjaan Gedung - Endy Aitya.pptxManajer Lapangan Pelaksanaan Pekerjaan Gedung - Endy Aitya.pptx
Manajer Lapangan Pelaksanaan Pekerjaan Gedung - Endy Aitya.pptx
 
Abortion Pills In Doha // QATAR (+966572737505 ) Get Cytotec
Abortion Pills In Doha // QATAR (+966572737505 ) Get CytotecAbortion Pills In Doha // QATAR (+966572737505 ) Get Cytotec
Abortion Pills In Doha // QATAR (+966572737505 ) Get Cytotec
 
Laporan Tinjauan Manajemen HSE/Laporan HSE Triwulanpptx
Laporan Tinjauan Manajemen HSE/Laporan HSE TriwulanpptxLaporan Tinjauan Manajemen HSE/Laporan HSE Triwulanpptx
Laporan Tinjauan Manajemen HSE/Laporan HSE Triwulanpptx
 
Presentasi gedung jenjang 6 - Isman Kurniawan.ppt
Presentasi gedung jenjang 6 - Isman Kurniawan.pptPresentasi gedung jenjang 6 - Isman Kurniawan.ppt
Presentasi gedung jenjang 6 - Isman Kurniawan.ppt
 
LAJU RESPIRASI.teknologi hasil pertanianpdf
LAJU RESPIRASI.teknologi hasil pertanianpdfLAJU RESPIRASI.teknologi hasil pertanianpdf
LAJU RESPIRASI.teknologi hasil pertanianpdf
 
ppt hidrolika_ARI SATRIA NINGSIH_E1A120026.pptx
ppt hidrolika_ARI SATRIA NINGSIH_E1A120026.pptxppt hidrolika_ARI SATRIA NINGSIH_E1A120026.pptx
ppt hidrolika_ARI SATRIA NINGSIH_E1A120026.pptx
 
2024.02.26 - Pra-Rakor Tol IKN 3A-2 - R2 V2.pptx
2024.02.26 - Pra-Rakor Tol IKN 3A-2 - R2 V2.pptx2024.02.26 - Pra-Rakor Tol IKN 3A-2 - R2 V2.pptx
2024.02.26 - Pra-Rakor Tol IKN 3A-2 - R2 V2.pptx
 
UTILITAS BANGUNAN BERUPA PENANGKAL PETIR.pptx
UTILITAS BANGUNAN BERUPA PENANGKAL PETIR.pptxUTILITAS BANGUNAN BERUPA PENANGKAL PETIR.pptx
UTILITAS BANGUNAN BERUPA PENANGKAL PETIR.pptx
 
397187784-Contoh-Kasus-Analisis-Regresi-Linear-Sederhana.pptx
397187784-Contoh-Kasus-Analisis-Regresi-Linear-Sederhana.pptx397187784-Contoh-Kasus-Analisis-Regresi-Linear-Sederhana.pptx
397187784-Contoh-Kasus-Analisis-Regresi-Linear-Sederhana.pptx
 
Konsep rangkaian filter aktif berbasis operational amplifier
Konsep rangkaian filter aktif berbasis operational amplifierKonsep rangkaian filter aktif berbasis operational amplifier
Konsep rangkaian filter aktif berbasis operational amplifier
 
Pengeloaan Limbah NonB3 KLHK-Upik-090921.pdf
Pengeloaan Limbah NonB3 KLHK-Upik-090921.pdfPengeloaan Limbah NonB3 KLHK-Upik-090921.pdf
Pengeloaan Limbah NonB3 KLHK-Upik-090921.pdf
 
Presentation Bisnis Teknologi Modern Biru & Ungu_20240429_074226_0000.pptx
Presentation Bisnis Teknologi Modern Biru & Ungu_20240429_074226_0000.pptxPresentation Bisnis Teknologi Modern Biru & Ungu_20240429_074226_0000.pptx
Presentation Bisnis Teknologi Modern Biru & Ungu_20240429_074226_0000.pptx
 
perbedaan jalan raya dan rel bahasa Indonesia.pptx
perbedaan jalan raya dan rel bahasa Indonesia.pptxperbedaan jalan raya dan rel bahasa Indonesia.pptx
perbedaan jalan raya dan rel bahasa Indonesia.pptx
 
PEMELIHARAAN JEMBATAN pada Ujian Kompete
PEMELIHARAAN JEMBATAN pada Ujian KompetePEMELIHARAAN JEMBATAN pada Ujian Kompete
PEMELIHARAAN JEMBATAN pada Ujian Kompete
 
BAB_3_Teorema superposisi_thevenin_norton (1).ppt
BAB_3_Teorema superposisi_thevenin_norton (1).pptBAB_3_Teorema superposisi_thevenin_norton (1).ppt
BAB_3_Teorema superposisi_thevenin_norton (1).ppt
 
Lecture 02 - Kondisi Geologi dan Eksplorasi Batubara untuk Tambang Terbuka - ...
Lecture 02 - Kondisi Geologi dan Eksplorasi Batubara untuk Tambang Terbuka - ...Lecture 02 - Kondisi Geologi dan Eksplorasi Batubara untuk Tambang Terbuka - ...
Lecture 02 - Kondisi Geologi dan Eksplorasi Batubara untuk Tambang Terbuka - ...
 
B_Kelompok 4_Tugas 2_Arahan Pengelolaan limbah pertambangan Bauksit_PPT.pdf
B_Kelompok 4_Tugas 2_Arahan Pengelolaan limbah pertambangan Bauksit_PPT.pdfB_Kelompok 4_Tugas 2_Arahan Pengelolaan limbah pertambangan Bauksit_PPT.pdf
B_Kelompok 4_Tugas 2_Arahan Pengelolaan limbah pertambangan Bauksit_PPT.pdf
 
Pengolahan Kelapa Sawit 1 pabrik pks.pdf
Pengolahan Kelapa Sawit 1 pabrik pks.pdfPengolahan Kelapa Sawit 1 pabrik pks.pdf
Pengolahan Kelapa Sawit 1 pabrik pks.pdf
 

TUGAS BESAR GEOMETRIK JALAN RAYA

  • 1. TUGAS BESAR GEOMETRIK JALAN RAYA OLEH: NAMA : ARISTO AMIR NO. STAMBUK : 03120140214 KELAS : C.4 FAKULTAS TEKNIK PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA MAKASSAR 2 0 1 7
  • 2. ii FUKULTAS TEKNIK JURUSAN SIPIL, UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA GEOMETRIK JALAN RAYA TUGAS BESAR ARISTO AMIR 03120140214 KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas rahmat dan hidayah-Nya lah sehingga kami dapat menyelesaikan tugas besar ini, yang merupakan salah satu kewajiban dari mata kuliah Geometrik Jalan Raya. Tugas besar ini kami buat sebagaimana mestinya, sesuai literature yang kami dapatkan baik dari buku maupun media lainnya. Oleh karena itu sangat berterima kasih apabila ada yang menyampaikan saran serta kritikan demi kesempurnaan tugas kami. Disamping itu, tak lupa kami berterima kasih kepada dosen dan teman-teman sejawat se-program Studi Teknik Sipil Universitas Muslim Indonesia yang telah membimbing kami dan bantuan dari teman-teman sehingga tugas besar ini dapat terselesaikan. Semoga Allah SWT senantiasa melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya kepada kita semua. Amin. Makassar, Januari 2017 Penyusun
  • 3. iii FUKULTAS TEKNIK JURUSAN SIPIL, UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA GEOMETRIK JALAN RAYA TUGAS BESAR ARISTO AMIR 03120140214 DAFTAR ISI Halaman Judul ..................................................................................................... i Kata Pengantar ..................................................................................................... ii Daftar Isi .............................................................................................................. iii Daftar Tabel ......................................................................................................... v Daftar Gambar ..................................................................................................... vi Bab I Pendahuluan 1.1 Latar Belakang ................................................................................ 1 1.2 Maksud dan Tujuan ........................................................................ 2 1.3 Ruang Lingkup ............................................................................... 2 1.4 Mamfaat Penulisan ......................................................................... 2 1.5 Sistematika Pembahasan ................................................................ 3 Bab II Kriteria Desain 2.1 Klasifikasi Medan (Terrain) ........................................................... 5 2.2 Kelas dan Fungsi Jalan 2.2.1 Kelas Jalan ............................................................................. 6 2.2.2 Fungsi Jalan ........................................................................... 7 2.2.3 Tipe dan Status Jalan ............................................................. 8 2.3 Tipe Daerah .................................................................................... 8 2.4 Kriteria Desain dan Standar Perancangan Geometrik Jalan ........... 9 Bab III Perhitungan Awal 3.1 Penentuan Koordinat Awal Patok .................................................. 18 3.2 Perhitungan Jarak Lurus (d) ........................................................... 19 3.3 Perhitungan Sudut Azimuth (A) ..................................................... 19 3.4 Peritungan Sudut Tikungan (Δ) ...................................................... 20 Bab IV Alinyemen Horizontal 4.1 Pemilihan Jenis Tikungan .............................................................. 22 4.2 Perhitungan Properti Tikungan....................................................... 23 4.2.1 Tikungan Full Circle (FC) ..................................................... 23 4.2.2 Tikungan Spiral-Spiral (SS) .................................................. 26
  • 4. iv FUKULTAS TEKNIK JURUSAN SIPIL, UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA GEOMETRIK JALAN RAYA TUGAS BESAR ARISTO AMIR 03120140214 4.2.3 Tikungan Spiral-Circle-Spiral (SCS) .................................... 27 4.3 Pelebaran Samping ........................................................................ 29 4.4 Stationing (STA) ........................................................................... 30 Bab V Diagram Superelevasi ....................................................................... 32 Bab VI Alinyemen Vertikal 6.1 Profil Tanah Asli ........................................................................... 41 6.2 Perhitungan Alinyemen Vertikal dan Elevasi Titik Penting ......... 42 6.3 Perhitungan Stationing dan Elevasi Titik Penting ........................ 46 6.4 Koordinasi Trase Alinyemen Horizontal dan Vertikal ................. 50 6.5 Pengukuran Ketersediaan Jarak Tiap 100 meter ........................... 52 6.5.1 Jarak Pandang Henti (Jh) ..................................................... 52 6.5.2 Jarak Pandang Mendahului (Jd) ........................................... 54 Bab VII Potongan Melintang (Cross Section) 7.1 Tipikal Potongan Melintang Jalan ................................................ 55 7.2 Rumija, Rumaja, dan Ruwasja ...................................................... 56 7.3 Komposisi Potongan Melintang Jalan yang Didesain .................. 57 7.4 Potongan Melintang Jalan ............................................................. 58 7.5 Bangunan Pelengkap Jalan ............................................................ 64 Bab VIII Galian dan Timbunan 8.1 Pekerjaan Tanah ........................................................................... 65 8.2 Volume Galian dan Timbunan....................................................... 66 Bab IX Kesimpulan .......................................................................................... 68 Daftar Pustaka Lampiran
  • 5. v FUKULTAS TEKNIK JURUSAN SIPIL, UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA GEOMETRIK JALAN RAYA TUGAS BESAR ARISTO AMIR 03120140214 DAFTAR TABEL No. Nama Tabel Halaman Tabel 2.1 Perhitungan Kemiringan Melintang Medan Jalan 6 Tabel 2.2 Klasifikasi Menurut Medan Jalan 6 Tabel 2.3 Klasifikasi Kelas Jalan 7 Tabel 2.4 Klasifikasi Sistem Jaringan Jalan dan Fungsi Jalan 7 Tabel 2.5 Spefisikasi Umum Jalan Rencana 8 Tabel 2.6 Kriteria Desain Geometrik Jalan 9 Tabel Rekapitulasi Koordinat-koordinat 13 Tabel Rekapitulasi Perhitungan 19 Tabel Penentuan Nilai e dan Ls (AASHTO, 2001) 22,23,24 Tabel Rekapitulasi Perhitungan Properti Tikungan Full Circle 23 Tabel Rekapitulasi Perhitungan SCS 26 Tabel Penentuan Dimensi Pelebaran Samping 26 Tabel Rekapitulasi Dimensi Pelebaran Samping 27 Tabel Stationing Titik Penting Tiap Tikungan 27 Tabel 5.1 Rekapitulasi R Desain dan Superelevasi Setiap Tikungan 32 Tabel 5.2 Tabel Penentuan Superelevasi (AASHTO, 2001) 33 Tabel 6.1 Tabelisasi Pemilihan Panjang Lengkung Vertikal Maksimum dari Beberapa Kriteria 44 Tabel 6.2 Tabelisasi Perhitungan Jarak, Gradien, Nilai A (Perbedaan Aljabar untuk Kelandaian) dan Panjang Lengkung 45 Tabel 6.3 Tabelisasi Perhitungan Stasiun dan Elevasi Titik-titik Penting 49 Tabel 6.4 Tabel Koordinat Alinyemen Vertikal dan Horizontal 51
  • 6. vi FUKULTAS TEKNIK JURUSAN SIPIL, UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA GEOMETRIK JALAN RAYA TUGAS BESAR ARISTO AMIR 03120140214 DAFTAR GAMBAR No. Nama Gambar Halaman Tinggi Ruang bebas Vertikal Minimum 12 Jari-Jari Tikungan Minimum dengan Kemiringan Normal 13 Gambar Trase Koordinat Patok 19 Gambar Sudut Azimuth tiap Patok 19 Perhitungan Sudut Tikungan 20 Gambar Properti Tikungan Full Circle 24 Gambar Properti Tikungan Spiral-Spiral 26 Gambar Properti Tikungan Spiral-Circle-Spiral 28 Gambar Profil Tanah Asli 42 Gambar Profil Memanjang Rencana Jalan 45 Gambar Koordinasi Alinyemen Vertikal dan Horixontal 51 Gambar 5.1 Diagram Superelevasi Tikungan PI1 33 Gambar 5.2 Diagram Superelevasi Tikungan PI2 34 Gambar 5.3 Diagram Superelevasi Tikungan PI3 35 Gambar 5.4 Diagram Superelevasi Tikungan PI4 36 Gambar 5.5 Diagram Superelevasi Tikungan B 37 Gambar 5.6 Diagram Superelevasi Tikungan PI5 38 Gambar 5.7 Diagram Superelevasi Tikungan PI6 39 Gambar 5.8 Diagram Superelevasi Tikungan PI7 40 Gambar 7.1 Defenisi Bagian Jalan 56 Gambar 7.2 Sketsa Potongan Melintang Jalan Rencana 57 Gambar 7.3 Penampang Melintang Saluran Drainase jalan 58 Gambar 7.4 Tipikal Potongan Melintang Timbunan 59 Gambar 7.5 Tipikal Potongan Melintang Galian 58 Gambar 7.6 Tipikal Jembatan 64
  • 7. 1 FUKULTAS TEKNIK JURUSAN SIPIL, UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA GEOMETRIK JALAN RAYA TUGAS BESAR ARISTO AMIR 03120140214 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di zaman yang semakin maju ini, transportasi menjadi hal vital dalam kehidupan manusia. Kesuksesan bertransportasi sangatlah dipengaruhi oleh ketersediaan sarana dan prasarana transportasi itu sendiri. Salah satunya adalah jalan raya. Prasarana jalan merupakan akses terpenting dalam simpul distribusi lalu lintas perekonomian suatu daerah karena perkembangan prasarana jalan berfungsi meunjang kelancaran arus barang, jasa dan penumpang sehingga dapat memperlancar pemerataan hasil pembangunan dalam suatu Negara. Disamping hal ini tersebur pembangunan prasarana jalan juga merupakan upaya dalam memecahkan isolasi bagi daerah-daerah tersebut akan meningkatkan kegiatan perekonomian. Dengan demikian, jalan mempunyai peranan yang sangat penting dalam menunjang kemajuan sarta mempercepat proses pembangunan. Kenyamanan, keamanan, kelayakan suatu jalan mempunyai pengaruh yang cukup besar dalam menentukan baik tidaknya suatu jalan. Perencanaan geometrik merupakan suatu bagian dari perencaaan jalan dimana geometrik atau di mensi yang nyata dari suatu jalan beserta bagian- bagian disesuikan dengan tuntunan serta sifat-sifat lalu lintasnya. Jadi, dengan ini diharapkan adanya keseimbangan antara waktu dan ruang sehubungan dengan kendaraan yang bersangkutan sehingga menghasilkan efisiensi keamanan dan kenyamanan yang optimal dalam batas-batas pertimbangan ekonomi yang layak. Atas dasar itulah dirasa perlu untuk mengangkat Geometrik Jalan Raya sebagai Tugas Besar yang wajib untuk di selesaikan.
  • 8. 2 FUKULTAS TEKNIK JURUSAN SIPIL, UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA GEOMETRIK JALAN RAYA TUGAS BESAR ARISTO AMIR 03120140214 1.2 Maksud dan Tujuan 1.2.1 Maksud Maksud dari penyusunan Tugas Besar Geometrik Jalan Raya ini adalah sebagai syarat kelulusan mata kuliah Geomterik Jalan Raya 1.2.2 Tujuan Tujuan dari penyusunan Tugas Besar Geometrik Jalan Raya ini adalah : 1. Dapat mendesain geometrik jalan sesuai dengan aturan standar yang berlaku di Indonesia. 2. Dapat merencanakan jalan yang didasarkan kepada kebutuhan dan analisa pengaruh jalan terhadap perkembangan wilayah sekitar. 3. Dapat merencanakan jalan yang berorientasi pada efisiensi tingkat pelayanan jalan dengan mengutamakan faktor kenyamanan dan keselamatan pengguna jalan. 4. Dapat menghasilkan desain geometrik jalan yang memaksimalkan rasio tingkat penggunaan biaya pelaksanaan. 5. Mahasiswa mampu memahami perancangan Geometrik Jalan, serta mampu merencanakan jalan dengan baik dan benar dikemudian hari. 1.3 Ruang Lingkup Ruang lingkup Geometrik jalan raya, meliputi : 1. Perencanaan trase, alinyemen horizontal dan alinyemen vertical 2. Penetapan jari-jari tikungan, kecepatan tikungan, kemiringan melintang (super elevasi), lenkung peralihan, dan jarak pandang bebas. 3. Penggambaran profil memajang dan melintang 1.4 Manfaat Penulisan 1.4.1 Teoritis Secara teoritis manfaat penulisan dan penyusunan tugas besar ini adalah mahasiswa mampu memahami berbagai hal yang perlu di perhatikan dalam merancang geometrik jalan raya.
  • 9. 3 FUKULTAS TEKNIK JURUSAN SIPIL, UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA GEOMETRIK JALAN RAYA TUGAS BESAR ARISTO AMIR 03120140214 1.4.2 Aplikatif Secara aplikatif manfaat penulisan dan penyusunan tugas besar ini adalah mahasiswa mampu menciptakan rancangan jalan raya yang dapat memberikan pelayanan optimal berupa keamanan dan kenyamanan bagi pengguna jalan sesuai dengan fungsi jalan. 1.5 Sistematika Pembahasan BAB I – PENDAHULUAN Berisi latar belakang penyusunan tugas besar Geomterik Jalan Raya, Maksud dan tujuan penyusunan tugas, serta ruang lingkup BAB II – KRITERIA PERANCANGAN Bab ini berisi klasifikasi medan (terrain), klas dan fungsi jalan, tipe daerah dan kristeria desain dan standar perancangan Geomterik Jalan Raya. BAB III - PERHITUNGAN AWAL Bab ini berisi penetapan titik awal dan akhir besertas koridor jalan, penentuan trase alinyemen horizontal, perhitungan koodinat, azimuth, Serta sudut tikungan. BAB IV – PERENCANAAN ALINYEMEN HORIZONTAL Bab ini berisi perhitungan, stationing, pelebaran samping BAB V – DIAGRAM SUPER ELEVASI Bab ini berisi diagram super elevasi BAB VI - PERENCANAAN ALINYEMEN VERTIKAL Bab ini berisi profil tanah asli, perhitungan aliyemen vertikel dan elevasi titik penting, koordinasi trase aliyemen horizontal dan vertikel, serta pengkuran ketersediaan jarak pandang tiap 100 meter.
  • 10. 4 FUKULTAS TEKNIK JURUSAN SIPIL, UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA GEOMETRIK JALAN RAYA TUGAS BESAR ARISTO AMIR 03120140214 BAB VII – POTONGAN MELNTANG Bab ini berisi tipikal potongan melintang jalan, rumija, rumaja, rumasja, komposisi melintang jalan yang didesain, bangunan perlengkapan jalan. BAB VIII – GALIAN DAN TIMBUNAN Bab ini berisi volume galian dan timbunan yang akan di hitung sesaui yang direncanakan BAB IX – PENUTUP Bab ini berisi kesimpulan dan saran dari keseluruhan penyusunan tugas besar geometric jalan raya.
  • 11. 5 FUKULTAS TEKNIK JURUSAN SIPIL, UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA GEOMETRIK JALAN RAYA TUGAS BESAR ARISTO AMIR 03120140214 BAB II KRITERIA PERANCANGAN Penetapan Desain Kriteria Jalan meliputi pemilihan ketentuan-ketentuan yang akan digunakan dalam perancangan geometrik jalan. Acuan yang digunakan dalam penentuan kriteria desain jalan ini adalah A Policy on Geometric Design of Highways and Street (AASHTO, 2004), UU No. 38 tahun 2004 tentang jalan, dan peraturan lainnya. Jalan yang akan dirancang pada tugas ini adalah jalan antar kota yang menghubungkan titik A dan titik B, sehingga harus mengikuti kriteria perancangan jalan antar kota. Kriteria perancangan meliputi beberapa hal, antara lain 2.1 Klasifikasi Medan (Terrain) Penentuan klasifikasi medan tempat perancangan jalan diperlukan sebagai salah satu kriteria awal penentuan kriteria desain jalan yang akan dirancang berkaitan dengan pencapaian tingkat keamanan dan efektivitas jalan rencana baik dari segi kemudahan pelaksanaan, efisiensi biaya, dan aspek estetis jalan. Klasifikasi medan didasarkan pada kemiringan melintang tegak lurus dari trase rencana jalan. Metode yang dilakukan adalah dengan menghitung nilai rata-rata kemiringan melintang garis bantu yang memotong tegak lurus trase jalan setiap jarak 100 m. Nilai inilah yang dijadikan dasar untuk mengklasifikasikan medan jalan sesuai dengan peraturan yang ada. Adapun langkah penentuan klasifikasi medan ini adalah: a. Membuat garis tegak lurus as jalan sepanjang 50 m yaitu 25 m ke sisi kiri as jalan dan 25 m sisi kanan as jalan. Garis ini dibuat setiap jarak 100 m di sepanjang trase. b. Mengumpulkan data elevasi setiap ujung garis bantu tadi lalu dimasukkan ke dalam tabel perhitungan kelandaian medan jalan. c. Menghitung kemiringan setiap garis dengan menggunakan rumus: % Kemiringan = Elevasi 25m kiri - Elevasi 25 m kanan x100 % Jarak antar titik
  • 12. 6 FUKULTAS TEKNIK JURUSAN SIPIL, UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA GEOMETRIK JALAN RAYA TUGAS BESAR ARISTO AMIR 03120140214 d. Menghitung nilai rata-rata persentase kemiringan jalan e. Menetapkan klasifikasi medan jalan dengan membandingkan antara nilai rata-rata yang diperoleh dengan nilai yang sesuai pada tabel standar penentuan kelandaian jalan. Tabel 2.1 Klasifikasi Menurut Medan Jalan Jenis Medan Notasi Kemiringan Medan (%) Datar D <3 Bukit B 3 – 25 Pegunungan G >25 Sumber : Tata Cara Perencanaan Geometrik Jalan Antar Kota (Departemen Pekerjaan Umum Direktorat Jenderal Bina Marga) September 1997. Jadi, berdasarkan Soal Geometrik Jalan Raya maka aturan klasifikasi Medan jalan yang di rencanakan termasuk dalam klasifikasi Bukit karena Kelandaian daerah > 10% 2.2 Kelas dan Fungsi Jalan 2.2.1 Kelas Jalan Kelas jalan dikelompokkan berdasarkan penggunaan jalan dan kelancaran lalu lintas dan angkutan jalan, serta spesifikasi penyediaan prasarana jalan. Kelas jalan diatur sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan di bidang lalu lintas dan angkutan jalan. Kelas jalan berdasarkan spesifikasi penyediaan prasarana jalan dikelompokkan atas: Tabel 2.2 Klasifikasi Kelas Jalan Kelas Jalan Jalan bebas hambatan (freeways) Jalan Raya (Highways) Jalan Sedang (Roads) Jalan kecil Sumber : Tata Cara Perencanaan Geometrik Jalan Antar Kota (Departemen Pekerjaan Umum Direktorat Jenderal Bina Marga) September 1997.
  • 13. 7 FUKULTAS TEKNIK JURUSAN SIPIL, UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA GEOMETRIK JALAN RAYA TUGAS BESAR ARISTO AMIR 03120140214 Kelas jalan yang akan direncanakan adalah Jalan Sedang (Roads). Spesifikasi jalan sedang adalah jalan umum dengan lalu lintas jarak sedang dengan pengendalian jalan masuk tidak dibatasi, paling sedikit 2 (dua) lajur untuk 2 (dua) arah dengan lebar jalur paling sedikit 7 (tujuh) meter. 2.2.2 Fungsi Jalan Berdasarkan sifat dan pergerakan pada lalu lintas dan angkutan jalan, fungsi jalan dibedakan atas arteri, kolektor, lokal, dan lingkungan. Fungsi jalan terdapat pada sistem jaringan jalan primer dan sistem jaringan jalan sekunder. Tabel 2.3 Klasifikasi Sistem Jaringan Jalan dan Fungsi Jalan S u m b e r : Sumber : Tata Cara Perencanaan Geometrik Jalan Antar Kota (Departemen Pekerjaan Umum Direktorat Jenderal Bina Marga) September 1997. Fungsi jalan yang akan direncanakan adalah jalan Kolektor Primer. Jalan kolektor primer menghubungkan secara berdaya guna antara pusat kegiatan nasional dengan pusat kegiatan lokal, antar pusat kegiatan wilayah, atau antara pusat kegiatan wilayah dengan pusat kegiatan lokal. 2.2.3 Tipe dan status Jalan Tipe jalan ditentukan berdasarkan kebutuhan lalu lintas pada ruas jalan tersebut. Tipe jalan yang dipilih adalah tipe 2 Lajur 2 Arah Tidak Terbagi (2/2 UD) . Sistem Jaringan Jalan Fungsi Jalan Primer Sekunder Arteri Arteri Primer Arteri Sekunder Kolektor Kolektor Primer Kolektor Sekunder Lokal Lokal Primer Lokal Sekunder Lingkungan Lingkungan Primer Lingkungan Sekunder
  • 14. 8 FUKULTAS TEKNIK JURUSAN SIPIL, UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA GEOMETRIK JALAN RAYA TUGAS BESAR ARISTO AMIR 03120140214 2. 3 Tipe Daerah Tujuan penentuan tipe daerah yakni untuk memperoleh salah satu kriteria perancangan yang dapat dijadikan dasar dalam penentuan batas superelevasi dan berpengaruh terhadap detail komponen desain perencanaan geometrik jalan. Adapun tipe daerah pada medan ini adalah daerah rural (antar kota). 2.4 Kriteria Desain dan Standar Perancangan Geometrik Jalan Penentuan kriteria desain dan standar perancangan geometrik jalan dilakukan dengan mengkaji spesifikasi jalan rencana pada acuan dan ketentuan yang berlaku. Adapun spesifikasi umum jalan yang akan direncanakan adalah sebagai berikut. Tabel 2.4 Spesifikasi umum jalan rencana Kelas Jalan Jalan Sedang Fungsi Jalan Kolektor Primer Tipe Jalan 2/2 UD Status Jalan Jalan Antar Kota Klasifikasi Medan Bukit Adapun peraturan yang dijadikan acuan adalah sebagai berikut: a. UU No. 38 tahun 2004 b. Tata cara perencanaan geometrik jalan antar kota (Departemen PU DirJen Bina Marga) c. Standar Jalan perkotaan tahun 1992 d. A Policy on Geometric Design of Highways and Street (AASHTO, 2004)
  • 15. 9 FUKULTAS TEKNIK JURUSAN SIPIL, UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA GEOMETRIK JALAN RAYA TUGAS BESAR ARISTO AMIR 03120140214 Tabel 2.5 Kriteria Desain Geometrik Jalan No Parameter Geometrik Satuan KRIT Acuan 1. Kecepatan Rencana km/jam 60 Tabel 2.6 2. Parameter Potongan Melintang  Lebar Lajur Lalu Lintas M 2 x 3,5 Pasal 10 Ayat 3  Lebar Bahu Luar M 1,5 Tabel 2.7  Kemiringan Melintang Normal Jalur Lalulintas % 2 b  Kemiringan Melintang Normal Bahu Luar % 4 b  Superelavasi Maksimum % 10 Soal  Tinggi Ruang Bebas Vertikal Minimum M 5,1 c 3. Jarak Pandang  Jarak Pandang Henti Minimum M 75 Tabel 2.8  Jarak Pandang Menyiap M 350 Tabel 2.9
  • 16. 10 FUKULTAS TEKNIK JURUSAN SIPIL, UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA GEOMETRIK JALAN RAYA TUGAS BESAR ARISTO AMIR 03120140214 No Parameter Geometrik Satuan KRIT Acuan 4. Parameter Alinemen Horizontal  Jari-jari Tikungan Minimum M 110 Tabel 2.10  Jari-jari Tikungan Minimum Dengan Kemiringan Normal M 1200 d hal 158  Panjang Tikungan Minimum M 100 Tabel 2.11  Panjang Lengkung Peralihan Minimum M 50 Tabel 2.12  Jari-jari Tikungan Tanpa Lengkung Peralihan M 500 Tabel 2.13  Kemiringan Permukaan Relatif Maksimum - 1/150 Tabel 2.14 5. Parameter Alinemen Vertikal  Landai Maksimum % 8 Tabel 2.15  Jari-jari Minimum Lengkung Vertikal : - Cembung M 2000 Tabel 2.16 - Cekung M 1500 Tabel 2.16  Panjang Minimum Lengkung Vertikal M 60 Tabel 2.17
  • 17. 11 FUKULTAS TEKNIK JURUSAN SIPIL, UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA GEOMETRIK JALAN RAYA TUGAS BESAR ARISTO AMIR 03120140214 Lampiran Referensi Kecepatan Rencana Tabel 2.6. Kecepatan Rencana VR, Sesuai Klasfifikasi Fungsi dan Klasifikasi Medan Jalan Sumber : Tata Cara Perencanaan Geometrik Jalan Antar Kota (Departemen Pekerjaan Umum Direktorat Jenderal Bina Marga) September 1997, Hal 11, Tabel II.6 Lebar Lajur Lalu Lintas UU 38 tahun 2004 pasal 10 ayat 3 Jalan sedang (road) adalah jalan umum dengan lalu lintas jarak sedang dengan pengendalian jalan masuk tidak dibatasi, paling sedikit 2 (dua) lajur untuk 2 (dua) arah dengan lebar paling sedikit 7 (tujuh) meter; Lebar Bahu Luar Tabel 2.7. Penentuan Lebar Jalur dan Bahu Jalan Sumber : Tata Cara Perencanaan Geometrik Jalan Antar Kota (Departemen Pekerjaan Umum Direktorat Jenderal Bina Marga) September 1997.
  • 18. 12 FUKULTAS TEKNIK JURUSAN SIPIL, UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA GEOMETRIK JALAN RAYA TUGAS BESAR ARISTO AMIR 03120140214 Kemiringan Melintang Normal Jalur Lalu lintas & Bahu Luar Tata cara jalan antar kota Untuk kelancaran drainase permukaan, lajur lalu lintas pads alinemen lurus memerlukan kemiringan melintang normal sebagai berikut : (1) 2-3% untuk perkerasan aspal dan perkerasan beton; (2) 4-5% untuk perkerasan kerikil Kemiringan bahu jalan normal antara 3 - 5%. Tinggi Ruang Bebas Vertikal Minimum Sumber : Tata Cara Perencanaan Geometrik Jalan Antar Kota (Departemen Pekerjaan Umum Direktorat Jenderal Bina Marga) September 1997,
  • 19. 13 FUKULTAS TEKNIK JURUSAN SIPIL, UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA GEOMETRIK JALAN RAYA TUGAS BESAR ARISTO AMIR 03120140214 Jarak Pandang Henti Minimum Tabel 2.8. Jarak Pandang Henti (Jh) minimum Sumber : Tata Cara Perencanaan Geometrik Jalan Antar Kota (Departemen Pekerjaan Umum Direktorat Jenderal Bina Marga) September 1997. Jarak Pandang Menyiap Tabel 2.9. Panjang Jarak Pandang Mendahului Sumber : Tata Cara Perencanaan Geometrik Jalan Antar Kota (Departemen Pekerjaan Umum Direktorat Jenderal Bina Marga) September 1997. Jari-jari Tikungan Minimum Tabel 2.10. Panjang Jari-jari Minimum (dibulatkan) Sumber : Tata Cara Perencanaan Geometrik Jalan Antar Kota (Departemen Pekerjaan Umum Direktorat Jenderal Bina Marga) September 1997. Jari-jari Tikungan Minimum Dengan Kemiringan Normal Sumber : A Policy on Geometric Design of Highways and Street (AASHTO, 2004)
  • 20. 14 FUKULTAS TEKNIK JURUSAN SIPIL, UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA GEOMETRIK JALAN RAYA TUGAS BESAR ARISTO AMIR 03120140214 Panjang Tikungan Minimum Tabel 2.11. Panjang Tikungan Minumum Sumber : Tata Cara Perencanaan Geometrik Jalan Antar Kota (Departemen Pekerjaan Umum Direktorat Jenderal Bina Marga) September 1997. Panjang Lengkung Peralihan Minimum Tabel 2.12. Panjang Lengkung Peralihan (L), Dan Panjang Pencapaian Superelevasi (Le) Untuk Jalan 1 Jalur – 2 Lajur – 2 Arah Sumber : Tata Cara Perencanaan Geometrik Jalan Antar Kota (Departemen Pekerjaan Umum Direktorat Jenderal Bina Marga) September 1997.
  • 21. 15 FUKULTAS TEKNIK JURUSAN SIPIL, UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA GEOMETRIK JALAN RAYA TUGAS BESAR ARISTO AMIR 03120140214 Jari-jari Tikungan Tanpa Lengkung Peralihan Tabel 2.13. Jari-jari tikungan yang tidak memerlukan lengkungan peralihan Sumber : Tata Cara Perencanaan Geometrik Jalan Antar Kota (Departemen Pekerjaan Umum Direktorat Jenderal Bina Marga) September 1997. Kemiringan Permukaan Relatif Maksimum Tabel 2.14. Kemiringan Permukaaan Relative Maksimum Antara Tepi dan As Jalan Dengan Pekerasan 2 Jalur Sumber : Tata Cara Perencanaan Geometrik Jalan Antar Kota (Departemen Pekerjaan Umum Direktorat Jenderal Bina Marga) September 1997. Landai Maksimum Tabel 2.15. Kelandaian maksimum yang diizinkan Sumber : Tata Cara Perencanaan Geometrik Jalan Antar Kota (Departemen Pekerjaan Umum Direktorat Jenderal Bina Marga) September 1997.
  • 22. 16 FUKULTAS TEKNIK JURUSAN SIPIL, UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA GEOMETRIK JALAN RAYA TUGAS BESAR ARISTO AMIR 03120140214 Jari-jari Minimum Lengkung Vertikal Cembung dan Cekung Tabel 2.16. Panjang Jari-jari Minimum Lengkung Vertikal Cembung dan Cekung Sumber : Tata Cara Perencanaan Geometrik Jalan Antar Kota (Departemen Pekerjaan Umum Direktorat Jenderal Bina Marga) September 1997. Panjang Minimum Lengkung Vertikal Tabel 2.17. Panjang Minumum Lengkung Vertikel Sumber : Tata Cara Perencanaan Geometrik Jalan Antar Kota (Departemen Pekerjaan Umum Direktorat Jenderal Bina Marga) September 1997.
  • 23. 17 FUKULTAS TEKNIK JURUSAN SIPIL, UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA GEOMETRIK JALAN RAYA TUGAS BESAR ARISTO AMIR 03120140214 Adapun skala gambar yang digunakan adalah sebagai berikut: SKALA GAMBAR PLAN (ALINYEMEN HORIZONTAL) = SKALA HORIZONTAL (1:1000) PROFILE (ALINYEMEN VERTICAL) = SKALA HORIZONTAL (1:1000) SKALA VERTICAL 1:100 CROSS SECTION = SKALA HORIZONTAL(1:100) SKALA VERTIKAL (1:100)
  • 24. 18 FUKULTAS TEKNIK JURUSAN SIPIL, UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA GEOMETRIK JALAN RAYA TUGAS BESAR ARISTO AMIR 03120140214 BAB III PERHITUNGAN AWAL 3.1 Penentuan Koordinat Patok Berdasarkan trase yang telah di buat sesuai keadaan medan/ topografi lapangan, kemudian di buat koordinat antar patoknya: Tabel 3.1. Rekapitulasi Koordinat - Koordinat No. Titik X Y 1 A 610 2000 2 PI₁ 860 1567 3 PI₂ 1508 1510 4 PI₃ 2015 1155 5 PI₄ 2460 1225 6 PI₅ 2843 1420 7 B 3253 1134 8 PI₆ 3696 1609 9 PI₇ 4104 1799 10 C 4901 1869
  • 25. 19 FUKULTAS TEKNIK JURUSAN SIPIL, UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA GEOMETRIK JALAN RAYA TUGAS BESAR ARISTO AMIR 03120140214 1.2 Perhitungan Jarak Lurus (d) Setelah di dapatkan koordinat antar patoknya, maka dapat dihitung jarak antar titik sebagai berikut: 𝑑𝑑 = �(𝑥𝑥2 − 𝑥𝑥1)2 + (𝑦𝑦2 − 𝑦𝑦1)2 Patok A -PI₁ 𝑑𝑑 = �(𝑥𝑥2 − 𝑥𝑥1)2 + (𝑦𝑦2 − 𝑦𝑦1)2 = �(860 − 610)2 + (1567 − 2000)2 = 500 m 3.3 Perhitungan Sudut Azimuth (α) Sudut azimuth dihitung berdasarkan arah utara. Jadi arah utara
  • 26. 20 FUKULTAS TEKNIK JURUSAN SIPIL, UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA GEOMETRIK JALAN RAYA TUGAS BESAR ARISTO AMIR 03120140214 dijadikan patokan (0°)pada setiap tikungan α₁ = 180 - arc tan (x2 - x1) (y2 - y1) = 180 - arc tan 250 433 = 150° 3.4 Perhitungan Sudut Tikungan (Δ) Sudut tikungan adalah selisih antara sudut azimuth dari titik sebelum dan sudut azimuth titik sesudah. Δ₁ = │α₁ - α₂│ Δ₁ = │α₁ - α₂│ = 150 - 95 = 55°
  • 27. 21 FUKULTAS TEKNIK JURUSAN SIPIL, UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA GEOMETRIK JALAN RAYA TUGAS BESAR ARISTO AMIR 03120140214 Tabel 3.2. Rekapitulasi Perhitungan Patok Koordinator Jarak (m) α (°) Δ (°) X Y A 610 2000 500 150 55 PI₁ 860 1567 651 95 30 PI₂ 1508 1510 619 125 44 PI₃ 2015 1155 450 81 18 PI₄ 2460 1225 430 63 62 PI₅ 2843 1420 500 125 82 B 3253 1134 650 43 22 PI₆ 3696 1609 450 65 20 PI₇ 4104 1799 800 85 C 4901 1869
  • 28. 22 FUKULTAS TEKNIK JURUSAN SIPIL, UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA GEOMETRIK JALAN RAYA TUGAS BESAR ARISTO AMIR 03120140214 BAB IV ALINYEMEN HORIZONTAL Alinyemen horizontal adalah proyeksi sumbu jalan pada bidang horizontal. Alinyemen horizontal dikenal juga dengan nama “situasi jalan” atau “trase jalan”. Alinyemen horizontal terdiri dari garis-garis lurus yang dihubungkan dengan garis- garis lengkung. Garis lengkung tersebut dapat terdiri dari busur lingkaran ditambah busur peralihan, busur peralihan saja ataupun busur lingkaran saja 4.1 Pemilihan Jenis Tikungan Pemilihan tikungan berdasarkan bagan alir di bawah ini: Gambar 4.1. Diagram alir pemilihan jenis tikungan. Tidak Tidak Tikungan Spiral-Lingkaran-Spiral Lc < 20 Tikungan Spiral-Spiral Tidak p < 0.2 m Tikungan Lingkaran e < min (0.04 atau 1.5 en ) Tikungan Lingkaran Tikungan Spiral-Lingkaran-Spiral Ya Ya Ya
  • 29. 23 FUKULTAS TEKNIK JURUSAN SIPIL, UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA GEOMETRIK JALAN RAYA TUGAS BESAR ARISTO AMIR 03120140214 Tabel 4.1. Rekapitulasi Jenis Tikungan 4.2 Perhitungan Properti Tikungan 4.2.1 Tikungan Full Circle (FC) Tabel 4.2 Tabel Penentuan Nilai e dan Ls (AASHTO, 2001) Tikungan Jenis Tikungan PI1 Full Circle (FC) PI2 Full Circle (FC) PI3 Full Circle (FC) PI4 Full Circle (FC) PI5 Full Circle (FC) B Full Circle (FC) PI6 Full Circle (FC) PI7 Full Circle (FC)
  • 30. 24 FUKULTAS TEKNIK JURUSAN SIPIL, UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA GEOMETRIK JALAN RAYA TUGAS BESAR ARISTO AMIR 03120140214 Gambar 4.2. Tikungan Full Circle (FC) Keterangan Gambar: VR = Kecepatan Kendaraan Δ = Sudut Tikungan TC = Panjang tangen (jarak dari TC ke PI atau PI ke TC) Lc = Panjang Busur Lingkaran Ec = Jarak Luar dari PI ke busur lingkaran Semua Tikungan yang direncanakan tergolong Full Circle (FC) Contoh Perhitungan: Ditinjau PI1 Diketahui: VR = 60 km/jam Δ = 55° Rd = 400 m
  • 31. 25 FUKULTAS TEKNIK JURUSAN SIPIL, UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA GEOMETRIK JALAN RAYA TUGAS BESAR ARISTO AMIR 03120140214 Tc = Rd tan ½ ∆ = 400 x tan ( ½ . 55) = 208,227 m Lc = ∆ 180 𝑥𝑥 𝜋𝜋 𝑥𝑥 𝑅𝑅𝑅𝑅 = 55 180 𝑥𝑥 3,14 𝑥𝑥 400 = 383,972 m Ec = Tc tan ¼ ∆ = 208,227 tan ( ¼ x 55) = 50,952 m Tabel 4.3. Rekapitulasi Perhitungan Properti Tikungan Full Circle ∆ (°) DATA FULL CIRCLE Rd E Ls Tc Lc Ec PI1 55 400 0.050 30 208.227 383.972 50.953 PI2 30 1000 0.022 13 267.949 523.499 35.276 PI3 44 500 0.042 25 202.013 383.972 39.267 PI4 18 1300 RC 12 205.900 408.407 16.205 PI5 62 300 0.063 38 180.258 324,631 49.990 B 82 250 0.056 31 217.322 357,793 81.253 PI6 22 1000 0.022 13 194.380 383.972 18.717 PI7 20 1200 RC 12 211.592 418.879 18.511
  • 32. 26 FUKULTAS TEKNIK JURUSAN SIPIL, UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA GEOMETRIK JALAN RAYA TUGAS BESAR ARISTO AMIR 03120140214 4.2.2 Tikungan Spiral – Spiral (SS) Tabel 4.4 Tabel Penentuan Nilai e dan Ls (AASHTO, 2001) Gambar 4.3. Tikungan Spiral-spiral (FC)
  • 33. 27 FUKULTAS TEKNIK JURUSAN SIPIL, UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA GEOMETRIK JALAN RAYA TUGAS BESAR ARISTO AMIR 03120140214 Keterangan gambar : Δ = Sudut Tikungan TS = Titik dari tangen ke spiral E = Jarak dari PI ke busur lingkaran θc = Sudut lengkung spiral terhadap tangen Rc = Jari-jari lingkaran Tikungan yang direncanakan tidak ada yang tergolong tikungan Spiral Spiral (SS) karena tidak memenuhi syarat untuk digunakan 4.2.3. Tikungan Spiral - Circle - Spiral (SCS) Tikungan yang direncanakan tidak ada yang tergolong tikungan SpiraSpiral (SS) karena tidak memenuhi syarat untuk digunakan Tabel 4.5. Tabel Penentuan Nilai e dan Ls (AASHTO, 2001)
  • 34. 28 FUKULTAS TEKNIK JURUSAN SIPIL, UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA GEOMETRIK JALAN RAYA TUGAS BESAR ARISTO AMIR 03120140214 Gambar 4.4. Tikungan Full Circle (FC) Keterangan gambar : Tt = Panjang tangen dari titik PI ke titik TS atau ke titik ST TS = Titik dari tangen ke spiral SC = Titik dari spiral ke lingkaran θc = Sudut lengkung spiral terhadap tangen K = Absis dari P pada garis tangen spiral Rr = Jari-jari lingkaran Tikungan yang direncanakan tidak ada yang tergolong tikungan Spiral Circle Spiral (SCS) karena tidak memenuhi syarat untuk digunakan
  • 35. 29 FUKULTAS TEKNIK JURUSAN SIPIL, UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA GEOMETRIK JALAN RAYA TUGAS BESAR ARISTO AMIR 03120140214 4.3 Pelebaran Samping Penentuan dimensi pelebaran samping ini ditentukan berdasarkan tabel penentuan pelebaran samping menurut AASHTO 2001 dengan memperhatikan parameter kecepatan rencana, jari-jari tikungan, dan lebar lajur. Tabel 4.6. Pelebaran Samping (AASHTO, 2001)
  • 36. 30 FUKULTAS TEKNIK JURUSAN SIPIL, UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA GEOMETRIK JALAN RAYA TUGAS BESAR ARISTO AMIR 03120140214 Tabel 4.7. Nilai di interpolasi Tikungan VR (km/jam) Rd (m) Lebar jalan (m) Nilai PI1 60 400 7 0.6 PI2 1000 0.3 PI3 500 0.5 PI4 1300 0.1 PI5 300 0.8 B 250 0.9 PI6 1000 0.3 PI7 1200 0.2 Catatan: Semua Tikungan nilainya diinterpolasikan 4.4 Stationing (STA) Jarak pada stationing diambil berdasarkan titik-titik penting pada tiap tikungan. Berikut stationing ditabelkan dibawah ini: Tabel 4.7. Jarak Pada Stationing PATOK JENIS TIKUNGAN STA A A 0+000 PI1 TC F-C 0+291,773 CT 0+675,745 PI2 TC F-C 0+850,569 CT 1+374,068 PI3 TC F-C 1+523,106 CT 1+907,078
  • 37. 31 FUKULTAS TEKNIK JURUSAN SIPIL, UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA GEOMETRIK JALAN RAYA TUGAS BESAR ARISTO AMIR 03120140214 PI4 TC F-C 1+949,165 CT 2+357,572 PI5 TC F-C 2+401,414 CT 2+726,045 B TC F-C 2+828,465 CT 3+186,258 PI6 TC F-C 3+424,556 CT 3+808,528 PI7 TC F-C 3+852,556 CT 4+271,435 C 5+071,435 Keterangan : A = Titik awal jalan B = Titik Tengan Jalan C = Titik Akhir jalan FC = Full Circle SCS = Spiral - Circle – Spiral SS = Spiral Spiral TC = Titik Awal Lengkung CT = Titik akhir lengkung
  • 38. 32 FUKULTAS TEKNIK JURUSAN SIPIL, UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA GEOMETRIK JALAN RAYA TUGAS BESAR ARISTO AMIR 03120140214 BAB V DIAGRAM SUPERELEVASI Setiap tikungan dalam perancangan alinement horizontal mengalami perubahan superelevasi. Superelevasi pada tikungan merupakan besaran yang dipengaruhi oleh variabel kecepatan rencana dan jari-jari tikungan (AASHTO 2001). Adapun superelevasi untuk setiap tikungan adalah sebagai berikut. Tabel 5.1 Rekapitulasi R desain dan superelevasi setiap tikungan Tikungan Jenis Tikungan R Desain (m) Superelevasi e (%) PI₁ F-C 400 0,050 5,0 PI₂ F-C 1000 0,022 2,2 PI₃ F-C 500 0,042 4,2 PI₄ F-C 1300 RC RC PI5 F-C 300 0,063 6,3 B F-C 250 0,056 5,6 PI₆ F-C 1000 0,022 2,2 PI7 F-C 1200 RC RC Tabel 5.2 Tabel penentuan superelevasi AASHTO 2001
  • 39. 33 FUKULTAS TEKNIK JURUSAN SIPIL, UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA GEOMETRIK JALAN RAYA TUGAS BESAR ARISTO AMIR 03120140214 Diagram Superelevasi direncanakan dengan metode AASHTO 2001: Tikungan PI₁ (Full Circle) Gambar 5.1 Diagram Superelevasi Tikungan PI₁
  • 40. 34 FUKULTAS TEKNIK JURUSAN SIPIL, UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA GEOMETRIK JALAN RAYA TUGAS BESAR ARISTO AMIR 03120140214 Tikungan PI2 (Full Circle) Gambar 5.2 Diagram Superelevasi Tikungan PI2
  • 41. 35 FUKULTAS TEKNIK JURUSAN SIPIL, UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA GEOMETRIK JALAN RAYA TUGAS BESAR ARISTO AMIR 03120140214 Tikungan PI3 (Full Circle) Gambar 5.3 Diagram Superelevasi Tikungan PI3
  • 42. 36 FUKULTAS TEKNIK JURUSAN SIPIL, UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA GEOMETRIK JALAN RAYA TUGAS BESAR ARISTO AMIR 03120140214 Tikungan PI4 (Full Circle) Gambar 5.4 Diagram Superelevasi Tikungan PI4
  • 43. 37 FUKULTAS TEKNIK JURUSAN SIPIL, UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA GEOMETRIK JALAN RAYA TUGAS BESAR ARISTO AMIR 03120140214 Tikungan PI5 (Full Circle) Gambar 5.5 Diagram Superelevasi Tikungan PI5
  • 44. 38 FUKULTAS TEKNIK JURUSAN SIPIL, UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA GEOMETRIK JALAN RAYA TUGAS BESAR ARISTO AMIR 03120140214 Tikungan B (Full Circle) Gambar 5.6 Diagram Superelevasi Tikungan B
  • 45. 39 FUKULTAS TEKNIK JURUSAN SIPIL, UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA GEOMETRIK JALAN RAYA TUGAS BESAR ARISTO AMIR 03120140214 Tikungan PI6 (Full Circle) Gambar 5.7 Diagram Superelevasi Tikungan PI6
  • 46. 40 FUKULTAS TEKNIK JURUSAN SIPIL, UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA GEOMETRIK JALAN RAYA TUGAS BESAR ARISTO AMIR 03120140214 Tikungan PI7 (Full Circle) Gambar 5.8 Diagram Superelevasi Tikungan PI7
  • 47. 41 FUKULTAS TEKNIK JURUSAN SIPIL, UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA GEOMETRIK JALAN RAYA TUGAS BESAR ARISTO AMIR 03120140214 BAB VI ALINYEMEN VERTIKAL Alinement vertikal merupakan perencanaan elevasi sumbu jalan pada setiap titik yang ditinjau, berupa profil memanjang. Pada perencanaan alinement vertikal akan ditemui kelandaian positif (tanjakan) dan kelandaian negatif (turunan), sehingga kombinasinya berupa lengkung cembung dan lengkung cekung. Disamping kedua lengkung tersebut ditemui pula permukaan jalan yang datar.Jenis kelandaian yang digunakan dipengaruhi oleh keadaan topografi yang dilalui oleh rute jalan rencana. Kondisi topografi tidak saja berpengaruh pada perencanaan alinement horizontal, tetapi juga mempengaruhi perencanan alinement vertikal. 6.1 Profil Tanah Asli Data profil tanah asli diperoleh dari alinyemen horisontal dimana garis as jalan yang memotong kontur diplot pada kertas berskala setelah itu dihubungkan titik-titik tersebut dengan garis sehingga garis yang menghubungkan titik-titik itu dapat membentuk cekungan atau cembung dengan demikian profil tanah asli tersebut mendekati profil yang sebenarnya. Selanjutnya untuk kebutuhan perencanaan alinemen vertikal maka ditarik garis dengan asumsi tidak melampaui kelandaian maksimum yang sudah ditentukan. Profil tanah asli dari topografi lokasi perencanaan jalan dari stasiun 0+000 hingga statiun 5+071,435memiliki perubahan kelandaian tidak ekstrim (Bukit) Elevasi tertinggi profil berada pada statiun 5+071,435 yaitu setinggi 1869 m, sedangkan elevasi terendah berada pada statiun 0+000 yaitu setinggi 2000 m.
  • 48. 42 FUKULTAS TEKNIK JURUSAN SIPIL, UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA GEOMETRIK JALAN RAYA TUGAS BESAR ARISTO AMIR 03120140214 Gambar 6.1 Profil Tanah Asli 6.2 Perhitungan Alinement Vertikal dan Elevasi Titik Penting Perhitungan Jarak, Gradien, nilai A (Perbedaan Aljabar untuk Kelandaian), dan Panjang Lengkung (Lv) Contoh Perhitungan Diketahui: Titik A : Statiun : 0+000 = 0 m Elevasi : 263 m Titik PI 1 : Statiun : 0+500 = 500 m Elevasi : 277 m Titik PI 2 : Statiun : 1+151 = 1151 m Elevasi : 283 m Perhitungan Jarak Antar Titik Jarak A- PI 1 = 500 – 0 = 500 m Jarak PI1 – PI 2 = 651 – 500 = 151 m Perhitungan Gradien g= 𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠ℎ 𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘 𝑘𝑘 𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘 𝑘𝑘𝑘𝑘 𝑎𝑎𝑎𝑎𝑎𝑎𝑎𝑎𝑎𝑎 𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡 𝑗𝑗𝑗𝑗𝑗𝑗𝑗𝑗𝑗𝑗 𝑥𝑥 100 %
  • 49. 43 FUKULTAS TEKNIK JURUSAN SIPIL, UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA GEOMETRIK JALAN RAYA TUGAS BESAR ARISTO AMIR 03120140214 g A- PI1 = (277−263) 𝑚𝑚 500 𝑚𝑚 x 100 % = 2,800 % g PI1- PI2 = (283−277) 𝑚𝑚 651 𝑚𝑚 x 100 % = 0,922% Perhitungan nilai Perbedaan Aljabar untuk Kelandaian (A) untuk PI1: A= g (i) - g (i-1) A PI 1 = g (PI1- PI2) - g (A- PI1) = 0,922 %- 2,800 % = -1.878 % Perhitungan panjang lengkung (Lv) untuk PI 1: Nilai panjang lengkung yang dipilih untuk digunakan pada perencanaan alinement vertikal ini merupakan nilai maksimum dari beberapa kriteria penentuan nilai Lv berikut: 1. Nilai panjang minimum lengkung vertikal (Lv minimum) yang disyaratkan berdasarkan desain kriteria yang bersumber dari tata cara perencanaan geometrik jalan antar kota Tabel II. 24 yaitu sebesar 60 m. 2. Nilai Lv menurut syarat keluwesan Lv = 0,6 x VR Dimana VR (kecepatan rencana) = 60 km/ jam Nilai Lv untuk PI1 = 0,6 x 50 = 30 m 3. Nilai Lv menurut Bina Marga ditentukan dengan rumus Lv = 𝐴𝐴 𝑠𝑠² 450 dimana s : jarak pandang henti minimum = 55 m Lv untuk PI1 = −1,878 x 55² 450 = -12,627 m 4. Panjang Lengkung minimum berdasarkan kenyamanan: Lv = 𝑉𝑉𝑉𝑉² 𝑋𝑋 𝐴𝐴 390
  • 50. 44 FUKULTAS TEKNIK JURUSAN SIPIL, UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA GEOMETRIK JALAN RAYA TUGAS BESAR ARISTO AMIR 03120140214 VR = Kecepatan rencana = 60 km / jam A = Perbedaan Aljabar untuk Kelandaian Lv untuk PI1= 502 𝑋𝑋−1.878 390 = -12,041 m 5. Panjang Lengkung minimum untuk kebutuhan drainase Lv = 40 x A Lv untuk PI1 = 40 x -1,878 = -75,134 m Dari beberapa nilai Lv yang ada dipilih nilai Lv maksimum untuk PI 1 yaitu berdasarkan kriteria 5 (Panjang Lengkung untuk kebutuhan drainase) sebesar -75,134 m. Panjang lengkung tersebut kemudian dijadikan sebagai panjang lengkung vertikal yang digunakan untuk menghitung stationing dan elevasi titik – titik penting setiap lengkung. Perhitungan nilai Lv untuk titik-titik lainnya ditabelkan sebagai berikut: Tabel 6.1 Tabelisasi pemilihan panjang lengkung vertikal maksimum dari beberapa kriteria Titik A (%) LV Maks Min Kr.1 Kr.2 Kr.3 Kr.4 PI1 -1.878 60 30 -12.627 -12.041 -75.134 60 PI2 -0.275 60 30 -1.852 -1.766 -11.018 60 PI3 0.909 60 30 6.113 5.829 36.374 60 PI4 -0.625 60 30 -4.204 -4.008 -25.013 60 PI5 -1.330 60 30 -8.942 -8.527 -53.209 60 B 1.015 60 30 6.826 6.509 40.615 60 PI6 -1.282 60 30 -8.618 -8.218 -51.282 60 PI7 0.542 60 30 3.641 3.472 21.667 60 C 0.125 60 30 0.840 0.801 5.000 60
  • 51. 45 FUKULTAS TEKNIK JURUSAN SIPIL, UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA GEOMETRIK JALAN RAYA TUGAS BESAR ARISTO AMIR 03120140214 Nilai Lv yang diperoleh kemudian diinput dalam gambar profil alinement vertikal sebagai berikut: Gambar 5.2 Profil Memanjang Rencana Jalan Tabel 6.2 Tabelisasi Perhitungan Jarak, Gradien, nilai A (Perbedaan Aljabar untuk Kelandaian), dan Panjang Lengkung (Lv) Titik Statiun Elevasi (m) Jarak (m) Gradien (%) A (%) Lv (m) Tipe Lengkung A 0+000 263 500 2,800 PI1 0+500 277 -1,878 60 Cembung 651 0,922 PI2 1+151 283 -0,275 60 Cembung 619 0,646 PI3 1+770 287 0,909 60 Cekung 450 1,556 PI4 2+220 294 -0,625 60 Cembung 430 0,930 PI5 2+650 298 -1,330 60 Cembung 500 -0,400 B 3+150 296 1,015 60 Cekung 650 -0,6 PI6 3+800 300 1,015 60 Cekung 450 1,009 PI7 4+250 297 -1,282 60 Cembung 800 C 12+250 296 0.542 60 Cekung
  • 52. 46 FUKULTAS TEKNIK JURUSAN SIPIL, UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA GEOMETRIK JALAN RAYA TUGAS BESAR ARISTO AMIR 03120140214 6.3 Perhitungan Stationing dan Elevasi Titik-titik Penting Contoh Perhitungan Lengkung Cekung (PI1) Elevasi 263 Elevasi 277 0,922% Elevasi 283 2,800% A PI1 PI2 Sta: 0+000 Sta: 0+500 Sta: 1+151 500 651 Diketahui Lv PI1 = 60 m A = -1,878% g1 = 2,800% g2 = 0,922% Perhitungan Ev, x , dan y Lengkung PI1 Ev = 1/8 x A x Lv = 1/8 x (-1,878/100) x 60 = -0,1409 m x = ¼ x Lv = ¼ x 60 = 15 m y = (½ . A) Lv = ½ x (-1,878//100) x 60 = -0,5635 m Statiun BCPI1 = Statiun PI1 – 0,5 x Lv = 395 – (0,5 x 60 m) = 367 m = 0+367 Statiun ECPI1 = Statiun PI1 + 0,5 x Lv = 395 + (0,5 x 60 m) = 427 m = 0+427
  • 53. 47 FUKULTAS TEKNIK JURUSAN SIPIL, UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA GEOMETRIK JALAN RAYA TUGAS BESAR ARISTO AMIR 03120140214 Elevasi BCPI1 = Elevasi PI1 – (0,5 x Lv) x (g1) = 277 – (0,5 x 60)x (2,800/100) = 226 m Elevasi PI 1 = Elevasi asli PI1 –Ev = 277 – (-0,1409) = 227,104 m Elevasi ECPI1 = Elevasi PI1 + (0,5 x Lv) x (g1) = 277 + (0,5 x 60)x (2.800/100) = 277 m Contoh Perhitungan Lengkung Cembung (PI 2) Elev. 277 Elev. 283 Elev. 287 0,922 0,646 PI1 PI2 PI3 Sta:0+500 Sta: 1+151 Sta: 1+770 651 m 619 m Diketahui Lv PI2 = 60 m A = 0,646 % g1 = 0,922 % g2 = 0,646 %
  • 54. 48 FUKULTAS TEKNIK JURUSAN SIPIL, UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA GEOMETRIK JALAN RAYA TUGAS BESAR ARISTO AMIR 03120140214 Perhitungan Ev, x , dan y Lengkung PI2 Ev = 1/8 x A x Lv = 1/8 x (-0,275 /100) x 60 = -0,207 m x = ¼ x Lv = ¼ x 60= 15 m y = (½ . A) Lv = ½ x (-0,275/100) x 60 = -0,0826 m Statiun BCPI 2 = Statiun PI 2 – 0,5 x Lv = 1045,14 - 0,5 x 60 m = 1015,140 m = 1+015,140 m Statiun ECPI 2 = Statiun PI 2 + 0,5 x Lv = 1150 + 0,5 x 60 m = 1075 m = 1+075 m Elevasi BCPI 2 = Elevasi PI 2 - (0,5 x Lv) x (g1) = 283 - (0,5 x 60) x (0,922 /100) = 282,938 m Elevasi PI 2 = Elevasi asli PI 2 + Ev = 283 + -0,0207 = 283,020 m Elevasi ECPI 2 = Elevasi PI 2 + (0,5 x Lv) x (g1) = 283 + (0,5 x 60)x (-0,275/100) = 283,103 m
  • 55. 49 FUKULTAS TEKNIK JURUSAN SIPIL, UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA GEOMETRIK JALAN RAYA TUGAS BESAR ARISTO AMIR 03120140214 Tabel 6.3 Tabelisasi Perhitungan Statiun dan Elevasi Titik-Titik Penting Titik Stationing Properti Lengkung Vertikal Elevasi Ev x y A 0 - - - 263 BCPI1 365.790 276.301 PI1 395.790 0.1409 15 -0.564 277.141 ECPI1 425.790 277.981 BCPI2 1015.140 282.938 PI2 1045.140 0.021 15 -0.083 283.021 ECPI2 1075.140 283.103 BCPI3 1964.090 286.738 PI3 1994.09 0.068 15 0.273 286.932 ECPI2 2024.090 287.126 BCB 2477.050 293.486 PI4 2507.050 0.047 15 0.188 293.953 ECB 2537.050 294.000 BCPI4 2839.300 297.621 PI5 2869.300 0.100 15 0.399 297.900 ECPI4 2899.300 298.179 BCPI5 3220.780 295.956 B 3250.78 0.076 15 -0.305 296.076 ECPI5 3280.780 296.196 BCPI6 3825.970 300.281 PI6 3855.970 0.096 15 -0.385 300.096 ECPI6 3885.970 299.912 BCPI6 4151.820 296.759 PI7 4151.820 0.041 15 0.163 296.959 ECPI7 4151.820 297.159 BCPI7 4645.290 295.953 C 4675.290 0.009 15 0.038 295.991 ECPC 4705.290 296.028
  • 56. 50 FUKULTAS TEKNIK JURUSAN SIPIL, UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA GEOMETRIK JALAN RAYA TUGAS BESAR ARISTO AMIR 03120140214 6.4 Koordinasi Trase Alinement Horizontal dan Vertikal Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam koordinasi alinemen vertikal dan alinemen horizontal adalah sebagai berikut : 1. Alinemen vertikal, alinemen horizontal dan potongan melintang jalan adalah elemen-elemen jalan sebagai keluaran perencanaan harus dikoordinasikan sedemikian sehingga menghasilkan suatu bentuk jalan yang baik dalam arti memudahkan pengemudi dengan aman dan nyaman. Bentuk kesatuan ketiga elemen jalan tersebut diharapkan dapat memberikan kesan atau petunjuk kepada pengemudi akan bentuk jalan yang akan dilalui di depannya sehingga pengemudi melakukan antisipasi lebih awal. 2. Koordinasi alinemen vertikal dan alinemen horizontal harus memnuhi ketentuan sbb : a. Alinemen horizontal harus berimpit dengan alinemen vertikal dan secara ideal alinemen horizontal lebih panjang sedikit dari alinemen vertikal. b. Tikungan yang tajam pada bagian bawah lengkung vertikal cekung atau bagian atas lengkung vertikal cembung harus dihindarkan. c. Lengkung vertikal cekung pada kelandaian jalan yang lurus harus dihindarkan. d. Dua atau lebih lengkung vertikal dalam satu lengkung horizontal harus dihindarkan. e. Tikungan yang tajam di antara 2 bagian jalan yang lurus dan panjang harus dihindarkan.
  • 57. 51 FUKULTAS TEKNIK JURUSAN SIPIL, UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA GEOMETRIK JALAN RAYA TUGAS BESAR ARISTO AMIR 03120140214 Gambar 6.3 Koordinasi Alinyemen Vertikal dan Horizontal Tabel 6.4 Tabelisasi Koordinasi Alinyemen Vertikal dan Horizontal Alinement Horizontal Alinement Vertikal Tikungan Stationing Lengkung Stationing PI1 (0+291,773) s.d (0+675,745) PI1 (0+365,790) s.d (0+425,790) PI2 (0+850,569) s.d (1+374,068) PI2 (1+015,140) s.d (1+075,140) PI3 (1+523,106) s.d (1+907,078) PI3 (1+964,090) s.d (2+024,090) PI4 (1+949,165) s.d (2+357,572) PI4 (2+477,050) s.d (2+537,050) PI5 (2+401,414) s.d (2+726,045) PI5 (2+839,300) s.d (2+899,300) B (2+828,465) s.d (3+186,258) B (3+220,780) s.d (3+280,780) PI6 (3+424,556) s.d (3+808,528) PI6 (3+825,780) s.d (3+885,970) PI7 (3+852,556) s.d (4+271,435) PI7 (4+151,820) s.d (4+645,290)
  • 58. 52 FUKULTAS TEKNIK JURUSAN SIPIL, UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA GEOMETRIK JALAN RAYA TUGAS BESAR ARISTO AMIR 03120140214 Komentar Koordinasi Trase Alinement Horizontal dan Vertikal: Berdasarkan tabel dan gambar koordinasi alinyemen vertikal dan horizotal di atas dapat dilihat bahwa beberapa posisi penempatan aliement vertikal tidak sepenuhnya berimpit dengan lokasi penempatan alinement horizontal. Hal ini disebabkan karena beberapa tikungan memiliki jarak lurus yang cenderung kecil sehingga untuk mengurangi kemungkinan kelelahan pengemudi melewati tanjakan dan turunan akibat keberadaan banyak lengkung baik cembung dan cekung, maka penempatan lengkung diefisienkan pada jarak lurus yang pendek antara dua tikungan tersebut. Selain itu, beberapa tikungan memiliki jari-jari yang relatif kecil (tikungan tajam) sehingga lengkung vertikal tidak ditempatkan pada tikungan tersebut mengingat persyaratan koordinasi ideal adalah lengkung horizontal lebih panjang daripada lengkung vertikal. Mengingat ada beberapa titik yang memerlukan perhatian tinggi pengemudi untuk melewatinya, maka diperlukan pemanfaatan informasi rambu dan marka pada lokasi tertentu pada rencana jalan ini. Hal ini dilakukan untuk menjaga faktor safety pengendara. 6.5 Pengukuran ketersediaan jarak pandang tiap 100 meter 6.5.1 Jarak pandangan henti (Jh) • Jh adalah jarak pandangan henti yang diperlukan setiap pengemudi untuk menghentikan kendaraannya dengan aman begitu melihat adanya
  • 59. 53 FUKULTAS TEKNIK JURUSAN SIPIL, UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA GEOMETRIK JALAN RAYA TUGAS BESAR ARISTO AMIR 03120140214 halangan di depan mata. Setiap titik disepanjang jalan harus memenuhi Jh. • Jh diukur dengan asumsi bahwa tinggi mata pengemudi adalah 105 Cm dan tinggi halangan 15 cm diukur dari permukaan jalan. • Jh terdiri dari 2 elemen jarak, yaitu : Jarak tanggap (Jht) adalah jarak yang ditempuh oleh kendaraan sejak pengemudi melihat suatu halangan yang menyebabkan ia harus berhenti sampai saat pengemudi harus menginjak rem. Jarak pengereman (Jhr) adalah jarak yang dibutuhkan untuk menghentikan kendaraan sejak pengemudi menginjak rem sampai kendaraan berhenti. Persamaan untuk menghitung Jh : Jh = 𝑉𝑉𝑅𝑅 3.6 . 𝑇𝑇 + ( 𝑉𝑉 𝑅𝑅 3.6 )2 2𝑔𝑔𝑔𝑔 ............................ Pers (1) Di mana : VR = Kecepatan rencana (km/jam) T = Waktu tanggap, ditetapkan 2,5 detik g = percepatan grafitasi 9,8 m/det2 f = koefisien gesek memanjang perkerasan jalan aspal, ditetapkan 0,3 - 0,55. Pers.(1) disederhanakan :
  • 60. 54 FUKULTAS TEKNIK JURUSAN SIPIL, UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA GEOMETRIK JALAN RAYA TUGAS BESAR ARISTO AMIR 03120140214 Jh = 0,694 Vr + 0,004 𝑉𝑉𝑅𝑅 2 𝑓𝑓 ............................. Pers (2) Berdasarkan rumus di atas, maka jarak pandang henti minimum untuk kecepatan rencana = 60 km/ jam yaitu 75 m 6.5.2 Jarak Pandangan Mendahului (Jd) • JD adalah jarak yang memungkinkan suatu kendaraan mendahului kendaraan lain di depannya dengan aman sampai kendaraan tersebut kembali ke lajur semula. • Jd diukur berdasarkan asumsi bahwa tinggi mata pengemudi adalah 105 cm dan tinggi halangan adalah 15 cm. • Jd dalam satuan meter ditentukan dengan : Jd = d1 + d2 + d3 + d4 d1 = Jarak yang ditempuh selama waktu tanggap (m) d2 = Jarak yang ditempuh selama mendahului sampai dengan kembali ke jalur semula (m) d3 = Jarak antara kendaraan yang mendahului dengan kendaraan yang datang dari arah berlawanan setelah proses mendahului selesai (m) d4 = Jarak yang ditempuh oleh kendaraan yang datang dari arah berlawanan yang besarnya diambil = 2 3 𝑑𝑑2 (m) Jd yang sesuai dengan VR ditetapkan dengan tabel : VR (km/jam) 120 100 80 60 50 40 30 20
  • 61. 55 FUKULTAS TEKNIK JURUSAN SIPIL, UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA GEOMETRIK JALAN RAYA TUGAS BESAR ARISTO AMIR 03120140214 Jd minimum (m) 800 670 550 350 250 200 150 100 • Daerah mendahului harus disebar di sepanjang jalan dengan jumlah panjang minimum 30% dari panjang total ruas jalan tersebut.
  • 62. 55 FUKULTAS TEKNIK JURUSAN SIPIL, UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA GEOMETRIK JALAN RAYA TUGAS BESAR ARISTO AMIR 03120140214 BAB VII POTONGAN MELINTANG (CROSS SECTION) 7.1 Tipikal potongan melintang jalan Penampang melintang jalan merupakan potongan melintang tegak lurus sumbu jalan. Salah satu tujuan penggambaran potongan melintang jalan adalah sebagai tinjauan untuk memudahkan perhitungan galian dan timbunan, yaitu dalam menentukan luas dan volume galian dan timbunan. Pada potongan melintang jalan dapat terlihat bagian-bagian jalan yang memiliki fungsi dan pruntukannya masing-masing. Bagian-bagian jalan yang utama dapat dikelompokkan sebagai berikut : • Bagian yang langsung berguna untuk lalu lintas 1. Jalur lalu lintas. Jalur lalu lintas adalah bagian jalan yang dipergunakan untuk lalu lintas kendaraan yang secara fisik berupa perkerasan jalan. 2. Lajur lalu lintas. Lajur lalu lintas adalah bagian jalur lalu lintas yang memanjang, dibatasi oleh marka lajur jalan, memiliki lebar yang cukup untuk dilewati suatu kendaraan bermotor sesuai kendaraan rencana. Lebar lajur tergantung pada kecepatan dan kendaraan rencana 3. Bahu jalan. Bahu jalan adalah bagian jalan yang terletak di tepi jalur lalu lintas yang berfungsi untuk : a. Lajur lalu lintas darurat, tempat berhenti sementara, atau tempat parkir darurat b. Ruang bebas samping bagi lalu lintas c. Penyangga samping untuk kestabilan perkerasan jalur lalu lintas. 4. Median (dalam perencanaan ini tidak diperlukan). Median adalah bagian bangunan jalan yang secara fisik memisahkan dua jalur lalu lintas yang berlawanan arah
  • 63. 56 FUKULTAS TEKNIK JURUSAN SIPIL, UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA GEOMETRIK JALAN RAYA TUGAS BESAR ARISTO AMIR 03120140214 • Bagian yang berguna untuk drainase jalan, terdiri dari: 1. Saluran samping 2. Kemiringan melintang jalur lalu lintas 3. Kemiringan melintang bahu 4. Kemiringan lereng • Bagian konstruksi jalan 1. Lapisan perkerasan jalan 2. Lapisan pondasi atas 3. Lapisan pondasi bawah 4. Lapisan tanah dasar 7.2 Rumija, Rumaja, dan Ruwasja Gambar 7.1 Defenisi Bagian Jalan Ruang Manfaat Jalan (Rumaja), dibatasi oleh : o Lebar antara batas ambang pengaman konstruksi jalan di kedua sisi jalan o Tinggi 5 meter di atas permukaan perkerasan pada sumbu jalan o Kedalaman ruang bebas 1,5 meter di bawah muka jalan
  • 64. 57 FUKULTAS TEKNIK JURUSAN SIPIL, UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA GEOMETRIK JALAN RAYA TUGAS BESAR ARISTO AMIR 03120140214 Ruang Milik Jalan (Rumija), dibatasi oleh lebar yang sama dengan Rumaja ditambah ambang pengaman konstruksi jalan dengan tinggi 5 meter dan kedalaman 1,5 meter. Ruang Pengawasan Jalan(Ruwasja), adalah ruang sepanjang jalan di luar Rumaja yang dibatasi oleh tinggi dan lebar tertentu, diukur dari sumbu jalan, sebagai berikut : o Jalan Arteri, minimum 20 meter o Jalan Kolektor, minimum 15 meter o jalan Lokal, minimum 10 meter Untuk keselamatan pemakai jalan, Dawasja di daerah tikungan ditentukan oleh jarak pandang bebas 7.3 Komposisi Potongan Melintang Jalan yang didesain Penampang melintang jalan yang akan didesain adalah dengan mengikuti kriteria desain yang telah ditetapkan berdasarkan peraturan perencanaan jalan antar kota (bab II). Gambar 7.2 Sketsa Potongan melintang Jalan Rencana Jalan yang direncanakan adalah jalan kolektor primer 2 lajur 2 arah tak terbagi dengan kriteria perencanaan sebagai berikut: a: Jalur lalu lintas dengan lebar 3.5 m tiap lajur. Kemiringan normal = 2% dengan superelevasi maksimum = 10%. b: Bahu Jalan dengan lebar 1.5 m dengan kemiringan rencana= 4%
  • 65. 58 FUKULTAS TEKNIK JURUSAN SIPIL, UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA GEOMETRIK JALAN RAYA TUGAS BESAR ARISTO AMIR 03120140214 Saluran Samping Untuk drainase jalan dalam perencanaan ini telah ditentukan dengan menggunakan penampang melintang trapesium, dengan lebar sisi bawah = 50 cm dan tinggi saluran = 1 m c: Tinggi saluran samping = 1 m d: Lebar sisi bawah saluran = 0.5 m Gambar 7.3 Penampang melintang Saluran Drainase Jalan 7.4 Potongan Melintang Jalan Rencana Potongan Melintang jalan dibuat untuk daerah tikungan. Selain itu, potongan melintang juga dibuat pada titik-titik penting di tikungan yaitu TC dan CT untuk tipe Full Circle, TS, SC,CS dan ST untuk tipe S-C-S, serta TS dan SS untuk tipe tikungan Spriral-Spiral. Berikut ini contoh poongan melintang yang diambil pada dua statiun dengan tipikal potongan yang berbeda yaitu galian dan timbunan
  • 66. 59 FUKULTAS TEKNIK JURUSAN SIPIL, UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA GEOMETRIK JALAN RAYA TUGAS BESAR ARISTO AMIR 03120140214ARISTO AMIR 03120140214 TIPIKAL POTONGAN MELINTANG PADA DAERAH TIMBUNAN STA 0+960 m Gambar 7.4 Tipikal Potongan Melintang Timbunan 59
  • 67. 60 FUKULTAS TEKNIK JURUSAN SIPIL, UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA GEOMETRIK JALAN RAYA TUGAS BESAR ARISTO AMIR 03120140214 TIPIKAL POTONGAN MELINTANG PADA DAERAH GALIAN STA 4+700 m Gambar 7.5 Tipikal Potongan Melintang Galian ARISTO AMIR 0312014021460
  • 68. 61 FUKULTAS TEKNIK JURUSAN SIPIL, UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA GEOMETRIK JALAN RAYA TUGAS BESAR ARISTO AMIR 03120140214 TIPIKAL POTONGAN MELINTANG PADA DAERAH NC STA 1+651 m Gambar 7.6 Tipikal Potongan Melintang NC ARISTO AMIR 0312014021461
  • 69. 62 FUKULTAS TEKNIK JURUSAN SIPIL, UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA GEOMETRIK JALAN RAYA TUGAS BESAR ARISTO AMIR 03120140214 TIPIKAL POTONGAN MELINTANG PADA DAERAH RC STA 2+585 m Gambar 7.7 Tipikal Potongan Melintang RC ARISTO AMIR 0312014021462
  • 70. 63 FUKULTAS TEKNIK JURUSAN SIPIL, UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA GEOMETRIK JALAN RAYA TUGAS BESAR ARISTO AMIR 03120140214 TIPIKAL POTONGAN MELINTANG PADA DAERAH SUPERELEVASI STA 0+250 m ARISTO AMIR 0312014021463 Gambar 7.8 Tipikal Potongan Melintang Superlevasi
  • 71. 64 FUKULTAS TEKNIK JURUSAN SIPIL, UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA GEOMETRIK JALAN RAYA TUGAS BESAR ARISTO AMIR 03120140214 7.5. Bangunan Pelengkap Jalan Bangunan pelengkap yang digunakan, yaitu jembatan. Penempatannya pada STA 2+720 s.d STA 3+150 (Panjang 50 m) Gambar 7.9 Tipikal Jembatan
  • 72. 65 FUKULTAS TEKNIK JURUSAN SIPIL, UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA GEOMETRIK JALAN RAYA TUGAS BESAR ARISTO AMIR 03120140214 BAB VIII GALIAN DAN TIMBUNAN 8.1 Pekerjaan Tanah Pekerjaan tanah merupakan tahapan penting dalam pelaksanaan konstruksi khususnya konstruksi jalan. Untuk kasus ini galian dan timbunan merupakan salah satu variabel yang berpengaruh banyak terhadap biaya konstruksi. Jumlah galian dan timbunan akan menentukan harga pekerjaan pembangunan jalan secara keseluruhan. Sehingga pekerjaan galian dan timbunan harus dilaksanakan seoptimal mungkin. Banyaknya dan biaya dari pekerjaan ini dihitung dalam meter kubik (m3 ) pada keadaan asalnya dan sudah termasuk dipindahkannya pada tempat dan bentuk yang dikehendaki. Kalau pekerjaan galian dan timbunan tidak banyak atau berat dengan tebalnya kira-kira 15 cm, banyaknya pekerjaan ini hanya dihitung dalam m2 . Pekerjaan galian dan timbunan tanah meliputi: • Perhitungan di kantor, galian dan timbunan pada jalur-jalur yang direncanakan. • Pekerjaan di lapangan dengan mengambil cross-sections sepanjang as-jalan. • Pekerjaan di kantor berdasarkan pekerjaan di lapangan tersebur, dengan menghitung volume yang lebih tepat daripada pekerjaan di kantor sebelumnya (economical grading schedule). • Pekerjaan lapangan dengan memasang patok-patok untuk menentukan hitungan- hitungan pembayaran tahap-tahap biaya. • Hitungan-hitungan terakhir dari semua pekerjaan. Dalam hitungan harus dimasukkan faktor-faktor susutan dan pengembangan (shrinkage and swell factor); kepadatan dari timbunan; side slopes yang tergantung dari material; penampang dan bantalan. Penggunaan tenaga biasa menggunakan tenaga manusia dengan memakai pacul dan pikulan, sampai dengan alat-alat berat.
  • 73. 66 FUKULTAS TEKNIK JURUSAN SIPIL, UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA GEOMETRIK JALAN RAYA TUGAS BESAR ARISTO AMIR 03120140214 8.2 Volume Galian dan Timbunan Dalam menghitung volume galian dan timbunan diusahakan volume galian sama dengan volume timbunan untuk menekan biaya pengerjaan pembangunan jalan. Faktor-faktor yang harus dipertimbangkan dalam perhitungan antara lain a) Susutan dan pengembangan (shrinkage dan swell faktor) b) Kepadatan timbunan c) Side slope yang tergantung dari material. d) Penampang dan bantalan. Penggunaan tenaga bisa mengunakan tenaga manusia memakai pacul dan pikulan, sampai dengan mengunakan alat–alat besar seperti excavator, buldoser, tractor dan yang lainnya. Nilai volume galian dan timbunan pada jalan yng direncanakan selengkapnya dapat dilihat paa tabel berikut. Ringkasan: Total Volume Cut and Fill with Curve Correction 1, with Avgendreia Method (dari Land Desktop Companion): - Total Galian : 3,466,071 m3 - Total Timbunan : 15,659,184 m3 - Selisih : 12,193,113 m3
  • 74. 67 FUKULTAS TEKNIK JURUSAN SIPIL, UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA GEOMETRIK JALAN RAYA TUGAS BESAR ARISTO AMIR 03120140214 Tabel 8.1 Tabel volume galian dan timbunan Jalan rencana STA Luas (m2 ) Volume (m3 ) Volume komulatif (m3 ) Galian Timbunan Galian Timbunan Galian Timbunan 0+000 0 63.632 0 445,424 0 445,424 0+500 0 52.730 0 404,110 0 849,534 1+151 0 27.542 0 192,829 0 1042,363 1+770 0 25.875 0 181,125 0 1223,488 2+220 0 31.604 0 221,228 0 1447,716 2+650 0 43.996 0 307,972 0 1752,688 3+150 0 55.900 0 391,300 0 2143,908 3+800 15,450 14.869 108,150 104,083 108,150 2248,071 4+250 464,253 0 3249,771 0 3357,921 4505,992 5+050 Total 3,466,071 15,659,184 Selisih 12,193,113 Nilai luasan galian timbunan di dapatkan pada profil potongan memanjang, sedangkan volume galian dan timbunan di dapatkan dari luasan galian dikali dengan lebar jalur yang direncanakan, dengan asumsi lebar jalur yaitu 7 meter. Total volume galian yang diperoleh ialah sebesar 3,466,071 m3 dan total volume timbunan diperoleh sebesar 15,659,184 m3 yang dimana volume timbunan lebih besar dari pada volume galian dan mendapatkan selisih sebesar 12,193,113 m3 . Jadi dalam pelaksanaannya dilapangan perlu adanya didatangkan tanah timbunan sebesar 12,193,113 m3 , dikarenakan volume galian lebih kecil dari pada volume timbunan.
  • 75. 68 FUKULTAS TEKNIK JURUSAN SIPIL, UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA GEOMETRIK JALAN RAYA TUGAS BESAR ARISTO AMIR 03120140214 BAB IX PENUTUP 9.1 Kesimpulan Kesimpulan yang dapat diambil, yaitu: 1. Tujuannya Perencangan Geomtrik Jalan dalah menciptakan hubungan yang baik antara waktu dan ruang menurut kebutuhan kendaraan yang bersangkutan, menghasilkan bagian-bagian jalan yang memenuhi persyaratan kenyamanan, keamanan, serta nilai efisiensi yang optimal. Dalam membangun jalan raya itu dipengaruhi oleh topografi, sosial, ekonomi dan masyarakatnya. 2. Berdasarkan berdasarkan Soal Geometrik Jalan Raya maka klasifikasi Medan jalan yang di rencanakan termasuk dalam klasifikasi Bukit karena Kelandaian daerah > 10% 3. Kelas jalan yang didesain adalah kelas jalan sedang 4. Berdasarkan fungsi jalan, yang digunakan adalah jalan kolektor primer. 5. Tipe dan status jalan yang didesain adalah 2 lajur dan 2 arah tidak terbagi (2/2 UD). 6. Berdasarkan trase yang dibuat, didapatkan jumlah tikungan sebanyak 7 buah. Semua tergolong Full Circle 7. Pekerjaan galian dan timbunan didapat sebesar: - Total Galian : 3.466,071 m3 - Total Timbunan : 15.659,184 m3
  • 76. 69 FUKULTAS TEKNIK JURUSAN SIPIL, UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA GEOMETRIK JALAN RAYA TUGAS BESAR ARISTO AMIR 03120140214 9.2 Saran Dari semua kesimpulan diatas, penulis dapat memberikan saran dalam perencanaan jalan, antara lain sebagai berikut : 1. Pada perencanaan trase jalan sebaiknya dalam mendesain tikungannya jangan terlalu melengkung karna selain jaraknya semakin pendek pengguna jalan juga semakin merasa tidak nyaman. 2. Dalam perencanaan geometrik jalan hendaknya jangan terlalu banyak memotong kontur sehingga jalan yang akan direncanakan tidak terlalu mendaki atau menurun. Selain itu dalam merencanakan trase jalan juga harus memperhatikan banyaknya pekerjaan galian dan timbunan yang akan dihasilkan, hal ini untuk mengurangi besarnya biaya pekerjaan.
  • 77. ii FUKULTAS TEKNIK JURUSAN SIPIL, UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA GEOMETRIK JALAN RAYA TUGAS BESAR ARISTO AMIR 03120140214 DAFTAR PUSTAKA Sukirman, Silvia. 1999. Dasar-dasar Perencanaan Geometrik Jalan. Bandung: Nova AASHTO. 2001. A Policy on Geometric Design of Highways and Streets. Washington D.C: AASHTO.
  • 78. 1 FUKULTAS TEKNIK JURUSAN SIPIL, UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA GEOMETRIK JALAN RAYA TUGAS BESAR ARISTO AMIR 03120140214 BLANGKO SOAL GAMBAR PROFIL MEMANJANG TRASE
  • 79. ii FUKULTAS TEKNIK JURUSAN SIPIL, UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA GEOMETRIK JALAN RAYA TUGAS BESAR ARISTO AMIR 03120140214