1. Bab 3
Fondasi Ekonomi SDA
Ekonomi Sumberdaya Alam
Fakultas Pertanian
Universitas Muhammadiyah
Jember
2. Ekonomi Kesejahteraan
Hal mendasar dari aspek ekonomi SDA adalah
bagaimana ekstraksi SDA tersebut dapat memberikan
manfaat atau kesejahteraan kepada masyarakat secara
keseluruhan.
Dalam hal ini, ukuran kesejahteraan menggunakan
fondasi ekonomi neo-klasik, yaitu pengukuran surplus
yang diperoleh dari konsumsi dan produksi barang/jasa
yang dihasilkan dari SDA.
Surplus dari SDA pada dasarnya diperoleh dari
interaksi antara permintaan dan penawaran.
3. Kurva Permintaan
Dalam perspektif ekonomi neo-klasik, kurva
permintaan dapat diturunkan dari dua sisi yang
berbeda.
Pertama, kurva permintaan diturunkan dengan
memaksimumkan kepuasan atau utilitas yang akan
menghasilkan kurva permintaan biasa (
ordinary demand curve ) atau disebut kurva
permintaan Marshall.
Kedua, kurva permintaan diturunkan dengan
meminimumkan pengeluaran yang akan menghasilkan
kurva permintaan terkompensasi ( compensated
demand curve ) atau kurva permintaan Hicks.
4. Teori Konsumsi Neo-Klasik
Mengasumsikan bahwa individu bertindak rasional, dan
dengan kendala yang ada berupaya untuk
memaksimumkan kepuasan terhadap barang dan jasa
yang dikonsumsi.
Kepuasan yang diperoleh dari mengkonsumsi barang X
dan Y disebut utilitas terhadap barang X dan Y atau
dituliskan sebagai :
U(X,Y)
Kepuasan mengkonsumsi barang X dan Y dibatasi oleh
pendapatan (M) yang tetap.
Jika barang X seharga Px dan barang Y seharga Py,
maka jumlah yang dibelanjakan untuk barang tersebut
adalah :
M = Px.X + Py.Y
5. Teori Konsumsi Neo-Klasik
Keputusan yang harus diambil oleh konsumen adalah
bagaimana memilih barang X dan Y yang akan
memberikan kepuasan maksimum dengan kendala
(batasan) anggaran yang ada. Secara matematis
dituliskan sbg :
max : U(X,Y)
dengan kendala : M = Px.X + Py.Y
Dengan menggunakan fungsi Lagrange diperoleh :
L = U(X,Y) + ( M - Px.X - Py.Y )
Syarat keharusan dari persamaan L adalah :
0
Px
λ
X
Y)
U(X,
X
L
0
Py
λ
Y
Y)
U(X,
Y
L
0
Y
Py
X
Px
M
λ
L
6. Teori Konsumsi Neo-Klasik
Persamaan di atas dapat disederhanakan menjadi :
y
x
P
P
X
Y)
U(X,
X
Y)
U(X,
M)
,
P
,
(P
Y
M)
,
P
,
(P
X
M
M
y
x
y
y
x
x
y
x
Y
X
P
P
Y)
(X,
U
Y)
(X,
U
Yang merupakan persamaan slope antara kurva
indiferen dan kurva anggaran.
Jika fungsi utilitas eksplisit diketahui, maka konsumsi
optimal untuk barang X dan Y adalah fungsi dari harga
barang dan pendapatan yang menghasilkan fungsi
permintaan biasa.
7. Teori Konsumsi Neo-Klasik
Alternatif lain penurunan kurva permintaan adalah
dengan meminimumkan pengeluaran dengan kendala
utilitas yang harus mencapai tingkat tertentu sebesar U0 :
Minimumkan : M = Px.X + Py.Y
dengan kendala : U(X,Y) = U0
Dengan menggunakan fungsi Lagrange diperoleh :
L = Px.X + Py.Y + [ U0 - U(X,Y) ]
Syarat keharusan dari persamaan L adalah :
0
X
Y)
U(X,
λ
-
P
X
L
x
0
Y
Y)
U(X,
λ
-
P
Y
L
y 0
Y)
U(X,
-
U
λ
L 0
8. Teori Konsumsi Neo-Klasik
Penyederhanaan persamaan di atas menghasilkan
kurva permintaan Hicks yang merupakan fungsi dari
harga barang dan utilitas.
)
U
,
P
,
P
(
Y
)
U
,
P
,
P
(
X
0
H
0
H
y
x
Y
y
x
X
9. Contoh :
Jika fungsi utilitas adalah berbentuk Cobb-Douglas, yaitu : U(X,Y) = X.Y
maka:
X
Y
Y)
U(X,
Y)
(X,
U
Y
X
Y)
U(X,
Y)
(X,
U
Y
X
y
x
Y
X
P
P
Y)
(X,
U
Y)
(X,
U
sehingga dari persamaan :
Py
Px
X
Y
Y)
(X,
U
Y)
(X,
U
Y
X
atau X
Py
Px
Y
Jika disubstitusikan ke kendala anggaran akan dihasilkan :
X
Py
Px
Py
Px.X
M Px.X
2
M
10. Contoh :
Dengan demikian akan diperoleh fungsi permintaan terhadap X dengan
rumus :
x
M
P
2
M
X
dan fungsi permintaan terhadap Y dengan rumus :
y
M
P
2
M
Y
Keduanya merupakan kurva permintaan Marshall.
11. Contoh :
Sedangkan kurva permintaan Hicks dapat diturunkan dengan cara
mensubstitusikan :
X
Py
Px
Y
ke persamaan :
0
Y)
U(X,
-
U0
X.Y
Y)
U(X,
U0
X
Py
Px
X.
U0
Py
Px
X
U 2
0
Py
Px
X
U 2
0
Px
Py
U
X 0
2
Px
Py
U
X 0
H
Px
Py
U
X 0
H
Py
Px
U
Y 0
H
13. Keterangan :
Gambar (a) menggambarkan konsep utiliti, di mana :
Aksis horizontal menyatakan barang X, sedangkan
aksis vertikal menunjukkan konsumsi barang lain (barang Y)
Garis - menggambarkan garis anggaran pada kondisi awal.
Kurva indiferen menggambarkan utilitas pada kondisi awal.
Titik A adalah titik singgung antara kurva dengan garis anggaran -
menunjukkan titik konsumsi yang paling optimal untuk barang X dan barang Y.
Gambar (b) menggambarkan penurunan kurva permintaan barang X dari
maksimisasi utilitas :
Pada kondisi awal di mana harga barang X sebesar , titik A pada
gambar (a) dipetakan pada gambar (b) sebagai titik a.
Seandainya barang X menurun dari ke di mana < , maka
akibatnya jumlah barang X yang dapat dibeli menjadi semakin banyak
karena barang X semakin murah, sehingga kurva - bergeser ke
kanan menjadi garis anggaran baru kurva - . Dengan semakin
banyaknya barang X yang dibeli, maka kepuasan yang dicapai juga
semakin tinggi pada kurva indiferen baru , yaitu di titik B pada
persinggungan kurva dengan garis anggaran - .
Pada kondisi ini jika dipetakan pada gambar (b) akan diperoleh titik b
yang merupakan titik perpotongan antara harga dengan jumlah barang
yang diminta sebesar
U0
U0
y
M/P 0
X
M/P
y
M/P 0
X
M/P
0
X
P
0
X
P 1
X
P 1
X
P 0
X
P
y
M/P 0
X
M/P
y
M/P 1
X
M/P
U1
U1 y
M/P 1
X
M/P
1
X
P
b
x
14. Keterangan :
Jika titik a dan b dihubungkan, maka akan diperoleh kurva permintaan biasa
atau Kurva Permintaan Marshall.
Penurunan kurva permintaan terkompensasi atau Kurva Permintaan Hicks :
Kurva permintaan Hicks diturunkan dari minimisasi pengeluaran dengan utilitas
konstan.
Artinya, konsumen tetap berada pada utilitas semula meskipun ada perubahan
harga barang X dari ke .
Konsumen meminimumkan anggarannya dengan garis anggaran baru
yang paralel dengan garis anggaran
Garis anggaran baru ini bersinggungan kurva indiferen di titik C
yang menghasilkan tingkat konsumsi baru barang x sebesar dan dipetakan
pada gambar (b) sebagai titik c pada tingkat harga barang x sebesar .
Jika titik a dan c dihubungkan, maka akan diperoleh kurva permintaan
terkompensasi atau Kurva Permintaan Hicks.
Gambar (b) juga memberikan informasi :
Daerah yang dibatasi oleh kurva permintaan Marshall, yaitu , a, b dan
menunjukkan surplus konsumen.
Daerah yang berada di belakang kurva Hics, yaitu , a, c,
merupakan daerah yang disebut sebagai compensating variation
U0
0
X
P 1
X
P
1
X
P
c
x
1
X
1
y
1
/P
M
/P
M
1
X
y
M
M/P
1
X
1
y
1
/P
M
/P
M
0
X
P
1
X
P
0
X
P 1
X
P
15. Penurunan Kurva Penawaran
Kurva Penawaran adalah kuantitas barang yang dapat
ditawarkan oleh produsen pada tingkat harga tertentu.
Kurva penawaran diturunkan dari fungsi biaya
(terutama biaya jangka pendek).
ACX = biaya rata-rata untuk barang X = TCX/X
TCX = Biaya total untuk barang X =
MCX = biaya marjinal untuk barang X = TCX/X
16. Hubungan antara kurva biaya marjinal dan biaya rata-rata :
X
TC
AC
:
Minimumkan X
X
0
X
X).TC
X/
(
X).X
/
TC
(
X
AC
2
X
X
X
0
X).TC
X/
(
X).X
/
TC
( X
X
0
TC
.X
TC
X
X
X
X
X
TC
.X
TC
X
X
TC
X
TC X
X
X
X
AC
MC
Biaya marjinal akan sama dengan biaya rata-rata pada
saat biaya rata-rata minimum.
17. Penurunan kurva permintaan diturunkan sebagai berikut :
X
X
X
TC
.X
P
TC
TR
π
:
Profit
X
X
TC
.X
P
π
:
Profit
i
Maksimisas
0
X
TC
X
X
.
P
X
π X
X
0
X
TC
.
P X
X
X
TC
.
P X
X
X
X
MC
.
P
Artinya, produsen hanya akan memproduksi jika harga
output sama dengan biaya marjinalnya.
Hanya pada tingkat harga barang X lebih besar atau sama
dengan biaya rata-rata, produsen akan memperoleh
keuntungan dan output akan diproduksi.
19. Surplus
Salah satu hal yang krusial dari ekonomi SDA adalah
bagaimana surplus dari SDA dimanfaatkan secara
optimal.
Konsep surplus diturunkan dari kurva permintaan dan
kurva penawaran.
Konsep surplus menempatkan nilai moneter terhadap
kesejahteraan masyarakat dari mengekstraksi dan
mengkonsumsi SDA.
Surplus merupakan manfaat ekonomi, yaitu selisih
antara manfaat kotor (gross benefit) dan biaya yang
dikeluarkan untuk mengekstraksi SDA tersebut.
20. Surplus
Surplus ekonomi dapat dibedakan menjadi :
Surplus Konsumen
Surplus produsen
resource rent (rente sumber daya)
22. Keterangan :
Pada harga P0 dengan titik keseimbangan E, pemanfaatan
SDA adalah :
Terjadi keseimbangan jumlah barang yang diminta
dengan jumlah barang yang diproduksi (diekstraksi).
Terjadi efisiensi alokasi SDA (efisiensi statis).
Surplus konsumen sebesar P0ED
Surplus produsen sebesar P0ES
Rente sumberdaya (yaitu selisih antara jumlah yang
diterima dari pemanfaatan sumber daya dikurangi
biaya yang dikeluarkan untuk mengekstraksinya)
sebesar (Q0xP0) - (Q0xP0)
23. Surplus
P0
E
Q0
D
S
S’
D’
P = Harga
Q = quantitas)
0
P0ED = surplus konsumen
P0ES = surplus produsen
P1
QA
A B
QB
P1BD = surplus konsumen
P1AS = surplus produsen
24. Keterangan :
Pada harga P1 (misalnya karena perdagangan bebas yang
mengakibatkan harga barang menjadi lebih murah),
pemanfaatan SDA adalah :
Terjadi ketidakseimbangan jumlah barang yang
diminta dengan jumlah barang yang diproduksi
(jumlah yang diminta > diekstraksi).
Tidak terjadi efisiensi alokasi SDA.
Surplus konsumen sebesar P1BD
Surplus produsen sebesar P1AS
Rente sumberdaya sebesar (QBxP1) - (QAxP1)
25. Surplus
P0
E
Q0
D
S
S’
D’
P = Harga
Q = quantitas)
0
P0ED = surplus konsumen
P0ES = surplus produsen
P2
QF
F G
QG
P2FD = surplus konsumen
P2GS = surplus produsen
26. Keterangan :
Pada harga P2 (misalnya karena adanya pajak
mengakibatkan harga barang menjadi lebih mahal),
pemanfaatan SDA adalah :
Terjadi ketidakseimbangan jumlah barang yang
diminta dengan jumlah barang yang diproduksi
(jumlah yang diminta < diekstraksi).
Tidak terjadi efisiensi alokasi SDA.
Surplus konsumen sebesar P2FD
Surplus produsen sebesar P1GS
Rente sumberdaya sebesar (QFxP2) - (QGxP2)
27. Discounting
Ekstraksi sumber daya alam merupakan proses
pengambilan keputusan yang bersifat intertemporal.
Misalnya :
Apakah minyak/gas yang tersedia akan diekstrak sekarang
atau menunggu sampai periode yang akan datang.
Karena SDA adalah aset (kapital) yang pemanfaatannya
ditentukan oleh ketersediaan (supply), produktivitas, serta
risiko dan ketidakpastian.
Dasi sisi produsen, keputusan intemporal juga terkait
dengan biaya opportunitas dari kapital (modal).
Apakah kapital yang diinvestasikan untuk mengekstraksi SDA
lebih bernilai sekarang di masa mendatang.
Apakah kapital SDA (tambang minyak) harus diesktraksi
sekarang atau nanti.
28. Discounting
Dari sisi konsumen, aspek intertemporal terkait dengan
preferensi waktu (time preference).
Umumnya konsumen lebih memilih manfaat sekarang
daripada manfaat dikemudian hari.
Pertanyaannya adalah bagaimana menentukan pilihan
keputusan tersebut ?
Melalui proses discounting dengan penentuan discount
rate yang tepat.
Proses discounting merupakan cerminan dari
bagaimana masyarakat berperilaku terhadap ekstraksi
SDA dan bagaimana mereka menilai SDA itu sendiri
(Hanley dan Spash, 1995).
29. Discounting
Dalam teori ekonomi neo-klasik aspek discount rate
dibedakan antara utility discount rate () atau social
discount rate (SDR) dengan consumption discount rate
(r) atau CDR.
Utility discount rate () adalah suatu laju (rate) yang
menunjukkan keinginan atau preferensi sekarang
daripada di kemudian hari. Atau suatu rate di mana nilai
peningkatan (increament) dari utilitas berubah pada saat
waktu konsumsi tertunda (didasarkan pada fondasi
utilitarian).
Consumption discount rate (CDR) suatu rate di mana
nilai increament konsumsi berubah pada saat konsumsi
mengalami penundaan (didasarkan pada konsumsi).
30. Discounting
Hubungan antara utiliti discount rate dengan CDR
diformulasikan sebagai :
C
C
η
ρ
r
di mana :
= laju discount rate utiliti (sosial) atau SDR
= elastisitas marjinal terhadap konsumsi, dan
= laju pertumbuhan konsumsi
C
C /
31. Discounting
Dari formulasi di atas dapat disimpulkan bahwa :
CDR akan sama dengan SDR jika dan hanya jika
sama dengan nol, yang berarti laju pertumbuhan
konsumsi konstan sepanjang waktu, atau
elastisitas = 0 yang berimplikasi bahwa utiliti
bersifat linier.
32. Discounting
Hanley dan Spash (1995) menyatakan bahwa
SDR () akan lebih kecil dari CDR (r), karena :
Secara keseluruhan masyarakat berpendangan
bahwa investasi pada saat sekarang akan lebih
memberikan manfaat daripada di masa mendatang,
sehingga secara keseluruhan masyarakat secara
kolektif akan melakukan saving lebih besar daripada
individu.
Setiap individu dalam peran masyarakat akan
memberikan dan menginginkan discoun rate (SDR)
yg lebih rendah daripada jika ia sebagai individu.
Menentukan SDR atau = 0 adalah hal yg tidak
mungkin, karena bagaimanapun motif
ketidaksabaran masih tetap ada.
33. Discounting
Market Discount Rate (MDR) dan
Consumption Discount Rate
Market discount rete atau interest rate adalah
rate yang ditentukan oleh keseimbangan
borrowing rate dan lending rate di pasar uang.
Dalam situasi tertentu, dapat dikatakan bahwa
MDR akan sama dengan CDR dan akan sama
dengan biaya opportunitas dari kapital.
i = r =
di mana: i = interest rate, dan
= biaya opprtunitas kapital
34. Discounting
Nilai Aset dari sisi Discounting
Dimisalkan seseorang menginvestasikan
uangnya dalam bentuk deposito sebesar P
rupiah pada t = 0 dan memperoleh bunga
(interest) deposito sebesar i per tahun.
Pada akhir periode tahun pertama (t=1) orang
tersebut akan memperoleh uangnya beserta
bunganya (F) sebesar :
)
(
1
P
i
P
F
P
i
F
)
1
(
1
35. Pada akhir periode tahun kedua (t=2), orang
tersebut akan memperoleh uangnya beserta
bunganya sebesar F2, yaitu :
2
-
ke
tahun
bunga
1
2
F
F
P
i
F
)
1
(
1
1
1
2
F
i
F
F
1
2
)
1
( F
i
F
karena :
maka : P
i
i
F )
1
)(
1
(
2
sehingga : P
i
F 2
2
)
1
(
Dengan demikian, untuk t tahun,
maka terakumulasi uang sebesar :
P
i
F t
t
)
1
(
36. Persamaan :
Akan tetapi, jika uang yang di simpan dalam
waktu t tahun dengan bunga sebesar i tersebut
ingin diterima saat ini maka besarnya adalah :
P
i
F t
t
)
1
(
menunjukkan nilai aset di masa mendatang (future
value) dalam bentuk uang.
t
t
i
F
P
)
1
(
37. Nilai tersebut dikenal sebagai present value, yaitu
nilai di masa mendatang yang dinilai pada waktu
sekarang.
t
t
i
F
PV
)
1
(
di mana (1+i)t = discount fator pada tahun ke-t
Dengan demikian jika waktunya sangat panjang
atau tak terhingga, maka formulasinya adalah :
1
)
1
(
t t
t
i
F
PV
39. Contoh:
Seorang pegawai negeri setiap tahun gajinya dipotong untuk ditabungkan
dalam tabungan Koperasi Pegawai dan diperkirakan saat pensiun pada akhir
Tahun 2009 nanti ia berhak memperoleh hasil tabungannya sebesar Rp.
100.000.000. Namun karena keperluan keluarga yang mendadak, maka uang
tersebut di ambil sekarang (akhir Tahun 2004). Apabila tingkat bunga
diperhitungkan sebesar 18% per tahun, berapa jumlah uang yang diterima
pegawai negeri tersebut sekarang (akhir tahun 2004)?
Diketahui: Ft = Rp. 10.000.000 t = 2009-2004 = 5 i = 18% = 0,18
Ditanyakan : PV = ?
Jawab :
DF(5; 0,18) = 1/(1 + 0,18)5 = 1/(2,2878) = 0.4371092
PV = 100.000.000 x 0.4371092
PV = Rp. 43.710.920,-
Berarti pegawai negeri tersebut akan memperoleh pembayaran sekarang
sebesar Rp. 43.710.920,- yang jumlahnya jauh lebih sedikit. Atau :
DF(10; 0,18) = 1/(1 + 0,18)5 = 1/(1,18)5 = 1/(2,2877578) = 0,4371092
PV = F x DF = 100.000.000 x 0,4371092
PV = Rp. 43.710.920,-
40. Tabel Perhitungan Jumlah Uang di Masa Sekarang
Tahun
Waktu
[t]
Jumlah Akhir
Tahun [F]
Faktor Pembagi [1
+ i]
Jumlah Awal
Tahun [P]
1 2 3 4 3 : 4
2009 t5 100.000.000 1,18 84.745.760
2008 t4 84.745.760 1,18 71.818.440
2007 t3 71.818.440 1,18 60.863.090
2006 t2 60.863.090 1,18 51.578.890
2005 t1 51.578.890 1,18 43.710.920
2004 t0 43.710.920
41. Tahun
Waktu
[t]
Nilai Akan
Datang [F]
Discounting Factor
(DF) = 1/(1 + i )t
Nilai Sekarang
[P]
1 2 3 4 3 x 4
2009 0 100.000.000 1,000 000 100.000.000
2008 1 - 0,847 458 84.745.760
2007 2 - 0,718 184 71.818.440
2006 3 - 0,608 631 60.863.090
2005 4 - 0,515 789 51.578.890
2004 5 - 0,437 109 43.710.920
atau
Tabel Perhitungan Jumlah Uang di Masa Sekarang