1. KERANGKA ACUAN
PELATIHAN PERAWAT NICU
BAPELKES BATAM
11 – 18 SEPTEMBER 2011
BADAN PENGEMBANGAN DAN PEMBERDAYAAN
SDM KESEHATAN
KEMENTERIAN KESEHATAN
2011
2. I. LATAR BELAKANG
WHO (World Health Organization) sejak tahun 1961 menyatakan bahwa
semua bayi baru lahir yang berat badannya kurang atau sama dengan 2500 gram
disebut low birth weight infant (bayi berat badan lahir rendah, BBLR). Definisi WHO
tersebut dapat disimpulkan secara ringkas sebagai bayi berat badan lahir rendah
adalah bayi yang lahir dengan berat badan kurang atau sama dengan 2500 gram.
Kelahiran bayi berat badan lahir rendah terus meningkat per tahunnya di negara
maju seperti Amerika Serikat, sedangkan di Indonesia kelahiran bayi berat badan
lahir rendah justru diikuti kematian bayi. Angka kematian neonatal di Indonesia
sebesar 20 per 1000 kelahiran hidup, dalam 1 tahun sekitar 89.000 bayi usia 1 bulan
meninggal yang artinya setiap 6 menit ada 1 (satu) neonatus meninggal. Penyebab
utama kematian neonatal adalah bayi Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) sebanyak
29% dan insidensi BBLR di Rumah Sakit di Indonesia berkisar 20%. Kejadian BBLR di
daerah pedesaan atau rural sebesar 10,5% dan sebagian besar BBLR meninggal dalam
masa neonatal.
Bayi yang lahir dengan berat badan rendah biasanya memiliki fungsi sistem
organ yang belum matur sehingga dapat mengalami kesulitan untuk beradaptasi
dengan lingkungan. Penatalaksanaan untuk bayi BBLR biasanya mencakup bantuan
pernapasan, mengupayakan suhu lingkungan yang netral, pencegahan infeksi,
pemenuhan kebutuhan cairan dan nutrisi, penghematan energi bayi agar energi
yang dimiliki bayi dapat digunakan untuk pertumbuhan dan perkembangan bayi,
perawatan kulit untuk melindungi dan mencegah terjadinya kerusakan integritas
kulit karena kondisi kulit bayi yang belum matang, pemberian obat-obatan serta
perlu adanya pemantauan data fisiologis. Masalah yang harus dihadapi oleh bayi
berat badan lahir rendah misalnya, mereka membutuhkan oksigen tiga kali lebih
banyak dibandingkan dengan bayi yang lahir dengan berat badan normal, karena
pusat pernafasan belum sempurna. Bayi berat badan lahir rendah memerlukan
pemberian makanan yang khusus dengan alat penetes obat atau pipa karena refleks
menelan dan menghisap yang lemah. Kehangatan BBLR harus diperhatikan,
sehingga diperlukan peralatan khusus untuk memperoleh suhu yang hampir sama
dengan suhu dalam rahim. Berdasarkan hal itu, bayi BBLR sangat membutuhkan
perhatian dan perawatan intensif untuk membantu mengembangkan fungsi
optimum bayi. Penanganan kasus BBLR harus dilakukan dalam ruang perawatan
khusus dan mendapatkan perawatan secara intensif. Perawatan secara intensif pada
neonatal sering dilakukan di ruang NICU (Neonatal Intensive Care Unit).
3. Ruangan NICU (Neonatal Intensive Care Unit) merupakan ruang perawatan
intensif untuk bayi yang memerlukan pengobatan dan perawatan khusus, guna
mencegah dan mengobati terjadinya kegagalan organ-organ vital. Bayi-bayi yang
berada di NICU umumnya adalah bayi dengan risiko tinggi. Bayi risiko tinggi adalah
bayi yang mempunyai kemungkinan lebih besar untuk menderita sakit atau kematian
daripada bayi lain. Istilah bayi risiko tinggi digunakan untuk menyatakan bahwa bayi
memerlukan perawatan dan pengawasan ketat. Perawatan neonatus di rumah sakit
untuk bayi yang bermasalah dengan berat badan adalah perawatan secara intensif
agar neonatus dapat memperoleh berat badan yang ideal. Perawatan ini mencakup
pula pelayanan dengan berbagai tindakan medik, bedah serta pelayanan
subspesialistik sehingga perawatan neonatus dapat dilakukan secara komprehensif.
Perawatan dilakukan di ruang khusus yaitu di ruang Neonatal Intensive Care Unit
(NICU), karena pada dasarnya, perawatan BBLR selalu merujuk pada upaya
menstabilkan life sign (tanda-tanda kehidupan bayi) dan berapa banyak kenaikan
berat tubuh yang harus dicapai setiap minggunya. Upaya menstabilkan life sign
seringkali dilakukan dalam bentuk perawatan di dalam mesin inkubator di ruang
NICU (Neonatal Intensif Care Unit).
Pengetahuan perawat tentang kegawatan nafas dan tindakan resusitasi
pada neonatus yang mengalami kegawatan pernafasan sangat penting dalam
pembentukan perilaku untuk melakukan tindakan resusitasi yang efektif.
Pengetahuan ini mencakup konsep kegawatan pernafasan, konsep asuhan
keperawatan pada neonatus yang mengalami kegawatan pernafasan, dan konsep
dasar resusitasi dan konsep tindakan resusitasi yang meliputi tindakan pengelolaan
jalan nafas (airway), pemberian nafas buatan (breathing) dan tidakan pemijatan
dada (circulation). maka perawat harus memiliki pengetahuan yang cukup tentang
konsep resusitasi.
Berdasarkan uraian di atas maka Bapelkes Batam bermaksud
menyelenggarakan Pelatihan Perawat NICU.
II. TUJUAN
1. Tujuan Umum:
Peserta latih mampu melaksanakan asuhan keperawatan pada neonatus yang di
rawat di ruang NICU
4. 2. Tujuan Khusus:
Peserta latih mampu:
a) Memahami tentang konsep kegawatan neonatus
b) Memahami prinsip pemberian terapi oksigen pada neonatus yang dirawat di
NICU
c) Memberikan nutrisi parenteral dan enteral pada pasien NICU
d) Merawat neonatus dengan alat bantu nafas mekanik
e) Melaksanakan tindakan pencegahan dan pengendalian infeksi di ruang
NICU.
III. PESERTA
1. Kriteria Peserta
a. Rumah sakit:
Pegawai Negeri Sipil
Pendidikan Minimal D3 Keperawatan
Pengalaman bekerja di NICU minimal 2 tahun
Diusulkan untuk mengikuti pelatihan oleh institusi yang bersangkutan.
Belum pernah mengikuti pelatihan sejenis.
b. Poltekkes:
Pegawai Negeri Sipil
Pendidikan Minimal S1
Mengampu mata kuliah Perawat NICU
Diusulkan untuk mengikuti pelatihan oleh institusi yang bersangkutan.
Belum pernah mengikuti pelatihan sejenis.
2. Jumlah Peserta
Dalam satu kelas / angkatan maksimal sebanyak 30 orang, yang terdiri dari:
1. RSUD Zainoel Abidin Aceh : 1 orang
2. RSUD Arifin Achmad Pekanbaru : 1 orang
3. RSUD Pirngadi Medan : 1 orang
4. RS Otorita Batam : 1 orang
5. RSUD Embung Fatimah : 1 orang
6. RSUD Kota Tanjung Pinang : 1 orang
7. RSUD Tanjung Uban : 1 orang
8. RSUD Dabo Lingga : 1 orang
9. RSUD Karimun : 1 orang
10. RS Lapangan Natuna : 1 orang
11. RS Lapangan Anambas : 1 orang
12. RSUD Bari Palembang : 1 orang
13. RSUD Kuala Tungkal Jambi : 1 orang
14. RSUD Yogyakarta : 1 orang
5. 15. RSUD Kota Semarang : 1 orang
16. RSUD M. Yunus Bengkulu : 1 orang
17. RSUD Muh. Soewandi Surabaya : 1 orang
18. RSUD Dr. Rasidin Padang : 1 orang
19. RSUD Adjidarmo Banten : 1 orang
20. RSUD Abdul Azis Singkawang : 1 orang
21. RSUD Kapal Badung : 1 orang
22. Poltekkes Aceh : 1 orang
23. Poltekkes Medan : 1 orang
24. Poltekkes Pekanbaru : 1 orang
25. Poltekkes Prodi Keperawatan Tanjung Pinang : 1 orang
26. Bapelkes Batam : 1 orang
27. Ditbuk : 4 orang
IV. TENAGA PELATIH
1. Asal instansi
Tenaga pelatih Pelatiahan Perawat NICU terdiri dari :
a. Dityanwat & KM
b.Organisasi profesi
c. Praktisi keperawatan rumah sakit
d.Pejabat Sruktural di lingkungan Badan PSSDM.
e. Bapelkes Batam
2. Persyaratan pelatih
a. Menguasai materi yang diajarkan.
b. Terampil mengajar secara sistematik, efektif dan efisien.
c. Mampu menggunakan metode dan media yang relevan dengan TPU dan TPK
mata pelatihannya.
d. Telah mengikuti TOT Widyaiswara / Pelatihan sejenis dalam mata diklat yang
diajarkan atau telah berpengalaman mengampu mata pelajaran dengan baik.
V. STRUKTUR PROGRAM
Materi pelatihan Perawat NICU sebanyak 80 JPL selama 8 hari efektif dengan durasi
setiap JPL 45 menit, adapun materi yang akan disampaikan adalah sebagai berikut:
ALOKASI WAKTU
NO MATERI
T P PL JML
A Materi Dasar
1 Konsep dasar sistem Diklat 2 - - 2
2 Kebijakan Penyelenggaraan Diklat di Bidang 2 - - 2
Kesehatan
6. Total 4 - - 4
B Materi Inti
1 Konsep kegawatan neonatus -
2 Prinsip pemberian terapi oksigen pada neonatus
-
yang di rawat di NICU
3 Nutrisi parenteral dan enteral pada pasien NICU -
4 Perawatan neonatus dengan alat bantu nafas
-
mekanik
5 Tindakan pencegahan dan pengendalian infeksi di
-
ruang NICU
Total
C Materi Penunjang
1 Building Learning Commitment
- 3 - 3
(BLC)
2 Rencana Tindak Lanjut (RTL) 1 2 - 3
3 Basic Life Support (BLS) 2 8 - 10
Total 3 13 16
JUMLAH -
Keterangan : 1 JPL = 45 menit
T : Teori , P : Penugasan , PL : Praktek Lapangan
VI. WAKTU DAN TEMPAT PELAKSANAAN
1. Waktu Pelatihan
Pelatihan akan dilaksanakan pada tanggal 11 s.d 18 September 2011 selama 8 hari
efektif dengan jumlah jam pelatihan sebanyak 80 JPL.
2. Tempat Pelatihan
Penyelenggaraan pelatihan bertempat di Balai Pelatihan Kesehatan Batam, Jalan
Marina City, Tanjung Uncang – Sekupang Kel. Tanjung Uncang Sekupang, Kec.
Sekupang, Kota Batam, Telp/fax: 0778 – 381662.
VII. DIAGRAM ALUR PROSES PELATIHAN
- Peserta - Curah pendapat Peserta dapat memahami
- Materi - CTJ materi pelatihan sesuai TPU
- Fasilitator - Diskusi kelompok & TPK dan dapat melakukan
- Media - Penugasan asuhan keperawatan pada
- Fasilitas - RTL neonates yang di rawat di
- penyelenggaraan NICU
7. VIII. PEMBIAYAAN
Sumber pembiayaan penyelenggaraan Pelatihan Perawat NICU ini dibebankan pada
DIPA Bapelkes Batam tahun 2011 termasuk biaya konsumsi dan biaya-biaya lain
sesuai kebutuhan diklat selama 8 hari pelatihan.
IX. EVALUASI
1. Evaluasi terhadap peserta
Evaluasi pada peserta dilakukan melalui pre-post test dari seluruh materi, absensi
kehadiran, sikap dan perilaku, jumlah pelanggaran atas peraturan yang dibuat
atau disepakati pada saat membuat tata tertib yang dibuat oleh peserta sendiri.
2. Evaluasi terhadap fasilitator
Evaluasi ini dimaksudkan untuk mengetahui seberapa jauh seorang fasilitator
atau Narasumber melaksanakan tugasnya dalam arti bahwa fasilitator mampu
menyampaikan pengetahuan dan keterampilan kepada peserta dengan baik,
dapat dipahami dan diserap oleh peserta pelatihan. Disamping itu juga
dimaksudkan untuk mengukur keberhasilan pelatihan dalam pelaksanaan proses
pembelajaran. Evaluasi ini dapat dilihat melalui nilai rata – rata yang diberikan
oleh peserta pelatihan dengan menggunakan Lembar Penilaian Pelatih/
fasilitator.
Aspek yang dinilai :
a. Penguasaan materi.
b. Sistematika pelajaran.
c. Ketepatan waktu.
d. Penggunaan metode dan alat bantu.
e. Gaya dan sikap terhadap peserta latih.
f. Penggunaan bahasa.
g. Pemberian motivasi belajar kepada peserta latih.
h. Pencapaian tujuan pembelajaran.
i. Kerapian pakaian.
j. Cara menjawab pertanyaan peserta pelatihan.
3. Evaluasi terhadap penyelenggaraan
Evaluasi dilakukan oleh pembelajar/ peserta latih terhadap penyelenggaraan
pelatihan. Evaluasi dilakukan sebagai upaya mengukur tingkat akreditasi institusi
penyelenggara pelatihan. Pengukuran tingkat penyelenggaraan/ pengelolaan
pelatihan dapat dilihat melalui nilai rata – rata yang diberikan oleh peserta
8. pelatihan diakhir penyelenggaran dengan menggunakan Lembar Penilaian
Penyelenggaraan Pelatihan meliputi :
a. Tujuan diklat.
b. Relevansi program diklat dengan tugas.
c. Manfaat materi pelatihan bagi peserta latih dan Bapelkes Batam.
d. Mekanisme pelaksanaan pelatihan.
e. Hubungan peserta dengan pelaksana pelatihan.
f. Pelayanan sekretariat terhadap peserta.
g. Pelayanan akomodasi, konsumsi dan lainnya.
h. Pelayanan kesehatan terhadap peserta.
i. Saran perbaikan.
X. SERTIFIKASI
Kepada peserta yang telah mengikuti pelatihan ini sekurang-kurangnya 90% dari
alokasi waktu pelatihan dinyatakan berhasil menurut hasil evaluasi belajar,
mendapat 1 angka kredit dan kepada peserta akan diberikan sertifikat pelatihan dari
Pusdiklat Aparatur.