SlideShare una empresa de Scribd logo
1 de 36
Dosen : Prof.Dr. Abdul Hakim, Drs. MSi

Rumah :
Jl. Kwoka F-24 Badut Permai Malang 65146
Telp. 0341-560620
HP.0813 4433 0077
    0819 4499 9066
    Email : hakim_abdul61@yahoo.co.id




    FAKULTAS ILMU ADMINISTRASI
           UNIVERSITAS BRAWIJAYA
                                MALANG
Ilmu dan Pengetahuan
Ilmu adalah pengetahuan, tetapi tidak semua
pengetahuan adalah ilmu. Pengetahuan adalah
pembentukan pemikiran asosiatif yang menghubungkan
atau menjalin sebuah pikiran dengan kenyataan atau
dengan pikiran lain berdasarkan pengalaman yang
berulang-ulang tanpa pemahaman mengenai kausalitas
(sebab-akibat) yang hakiki dan universal.

 Ilmu adalah akumulasi pengetahuan yang
 menjelaskan kausalitas (hubungan sebab-akibat)
 dari suatu obyek menurut metode-metode
 tertentu yang merupakan suatu kesatuan
 sistematis.
Pengetahuan merupakan bahan utama dari ilmu.
Selain itu pengetahuan tidak menjawab pertanyaan
tentang adanya suatu kenyataan, sebagaimana yang
dapat dijawab oleh ilmu. Dengan perkataan lain,
pengetahuan hanya menjawab pertanyaan tentang
“apa”, sedangkan ilmu dapat menjawab pertanyaan
tentang “mengapa” dari kenyataan atau kejadian.

Perbedaan antara pengetahuan keilmuan dengan
pengetahuan lainnya (misalnya: seni dan agama) dapat
dilihat dari upaya untuk mendapatkannya. Dalam upaya
mendapatkan pengetahuan dibedakan antara upaya aktif
dengan upaya pasif. Upaya aktif adalah upaya melalui
penalaran, pikiran dan perasaan. Sedangkan upaya pasif
adalah upaya melalui keyakinan dan kepercayaan.
Kesimpulan yang diperoleh dari penalaran
bersifat logis dan analitis. Sedangkan yang
diperoleh dari perasaan, keyakinan, atau
kepercayaan tidak bersifat logis dan
analitis. Dari hasil penalaran logis dan
analitis diperoleh pengetahuan yang
disebut ilmu. Sedangkan dari perasaan,
keyakinan     dan    kepercayaan     disebut
pengetahuan seni dan agama.
Sifat dan             Asumsi           Dasar
  Ilmu
Ilmu memiliki sifat sebagai berikut:
a) ilmu menjelajah dunia empirik tanpa batas,
      sejauh yang dapat ditangkap oleh panca indera
      (dan indera yang lain);
b) tingkat kebenaran yang dicapai ilmu relatif atau
      tidak sampai pada kebenaran mutlak;
c) ilmu menentukan proposisi-proposisi (hubungan
      sebab-akibat) yang teruji secara empirik.
Berdasarkan sifat-sifat tersebut, ilmu memiliki asumsi
 dasar sebagai berikut:
   a)     dunia ini ada (manipulable);
   b)     fenomena yang ditangkap oleh indera manusia
          itu berhubungan satu sama lain;
   c) percaya akan kemampuan indera yang
          menangkap fenomena tersebut.

 Selain itu, ilmu merupakan belief system, artinya ilmu
 itu kebenarannya didasarkan atas keyakinan atau
 kepercayaan, meskipun kebenarannya bersifat relatif.

Ilmu adalah pengetahuan yang bersifat sistematis, yang
mempunyai unsur-unsur fungsional, yang terdiri dari:
merumuskan     masalah,  mengamati   dan    mendeskripsi,
menjelaskan, meramalkan dan mengontrol gejala-gejala yang
ada di alam semesta ini.
Komponen Pembangun Ilmu
Komponen ilmu yang hakiki adalah fakta dan teori. Selain itu ada
komponen yang lain yang disebut fenomena dan konsep.
 
Fenomena (gejala atau kejadian) yang ditangkap indera manusia
(karena dijadikan masalah yang ingin diketahui) diabstraksikan
melalui konsep-konsep.
 
Konsep adalah simbol-simbol yang mengandung pengertian singkat
dari fenomena. Dengan kata lain, konsep adalah penyederhanaan
dari fenomena. Konsep yang semakin mendasar akan sampai pada
variabel-variabel.

Variabel adalah suatu sifat atau jumlah yang mempunyai nilai
“kategorial” baik kualitatif maupun kuantitatif. Makin berkembang
suatu ilmu makin berkembang pula konsep-konsepnya untuk sampai
pada variabel-variabel dasar tersebut.
Melalui penelaahan yang terus menerus ilmu itu akan sampai pada
hubungan-hubungan (relationship) yang akan merupakan hasil
akhir dari ilmu itu. Hubungan yang telah ditemukan dan ditunjang
oleh data empirik disebut fakta.
 
Ilmu menunjukkan fakta-fakta, sedangkan jalinan fakta-fakta
keseluruhan disebut teori. Lebih jelasnya, teori adalah jalinan
fakta-fakta menurut “meaningfull-construct”. Ini berarti bahwa
teori adalah seperangkat konsep, definisi, dan proposisi-proposisi
yang berhubungan satu sama lain, yang menunjukkan fenomena
secara sistematis, dan bertujuan untuk menjelaskan ( explanation)
dan meramalkan (prediction) fenomena-fenomena itu.


             Dengan demikian jelas bahwa teori itu bukan
             suatu spekulasi melainkan suatu konstruksi
             yang jelas, yang dibangun atas jalinan fakta-
             fakta.
KONSEP
Konsep adalah abstraksi mengenai suatu fenomena yang dirumuskan
atas dasar generalisasi dari sejumlah karakteristik kejadian, keadaan,
kelompok, atau individu tertentu. Contoh: Migrasi, adalah konsep
yang dirumuskan atas dasar generalisasi dari perilaku mobilitas
tertentu manusia.
 
Peranan konsep dalam penelitian sangat besar, karena konsep
menghubungkan antara dunia teori dan dunia observasi, antara
abstraksi dengan realitas. Dalam penelitian sosial peranan konsep
menjadi sangat penting karena “realitas” sosial yang menjadi
perhatian ilmu sosial banyak yang tidak dapat ditangkap oleh panca
indera manusia sehingga sering timbul masalah dalam pengukuran
konsep tersebut. Untuk itu konsep perlu didefinisikan secara tepat
sehingga tidak terjadi kesalahan pengukuran.
 
Dalam penelitian ditemukan dua jenis konsep, yaitu:
(1)       Konsep yang jelas hubungannya dengan fakta atau
realitas yang diwakili disebut dengan konsep konkrit atau
konsep observable. Contoh: gedung, bangku, meja, kursi,
lemari, dsb.


(2)  Konsep yang lebih abstrak atau kabur hubungannya
     dengan fakta atau realitas yang diwakili, disebut dengan
     konsep      abstrak. Contoh: sikap, kekerabatan,
     birokrasi, dsb.
PROPOSISI
  Proposisi adalah hubungan yang logis antara dua
  konsep. Proposisi tidak mempunyai format tertentu.
  Biasanya disajikan dalam bentuk suatu kalimat
  pernyataan yang menunjukkan hubungan antara dua
  konsep atau lbh.

Dalam penelitian sosial dikenal dua tipe proposisi, yaitu:
aksioma dan teorem. Aksioma atau postulat adalah
proposisi yang kebenarannya tidak dipertanyakan lagi
oleh si peneliti sehingga tidak perlu diuji dalam
penelitian. Sedangkan teorem adalah proposisi yang
dideduksikan dari aksioma.
Contoh Aksioma atau Postulat:
-    perilaku manusia adalah fungsi dari kepentingannya
-    perilaku manusia selalu terikat pada norma sosial
-    manusia membuat keputusan secara rasional
 
Contoh Proposisi:
-   perilaku fertilitas suami isteri dipengaruhi oleh norma
     yang mereka pegang tentang keluarga kecil
-  perilaku fertilitas suami isteri dipengaruhi oleh
     persepsi mereka tentang manfaat ekonomis anak
-  perilaku fertilitas dipengaruhi oleh status ekonomi
     suami isteri
Contoh Teorem:
-  status sosial ekonomi suami isteri menentukan
    persepsi mereka tentang manfaat ekonomis
    anak
-  status sosial ekonomi suami isteri menentukan
    persepsi mereka tentang sikap kelompok
    panutan terhadap pemakaian alat kontrasepsi
    modern
-     norma-norma keluarga kecil yang dianut
    suami isteri adalah fungsi dari status sosial
    ekonominya
TEORI
Teori adalah serangkaian asumsi, konsep, konstrak, definisi, dan
proposisi untuk menerangkan suatu fenomena sosial secara
sistematis dengan cara merumuskan hubungan antarkonsep.
 
          Berdasarkan definisi ini, teori mengandung tiga aspek, yaitu:
    (1) teori adalah serangkaian proposisi antar konsep-konsep yang
                                                  saling berhubungan;
    (2) teori menerangkan secara sistematis suatu fenomena dengan
                            cara menentukan hubungan antarkonsep;
      3) teori menerangkan fenomena tertentu dengan cara menentu-
         kan konsep mana yang berhubungan dengan konsep lainnya
                                 dan bagaimana bentuk hubungannya.
Peranan fakta dalam formulasi dan penjelasan teori
     adalah sebagai berikut:
    1)     Fakta memulai teori. Teori berpijak dari fakta hasil penemuan
         (discovery), kadang-kadang dari hasil penemuan yang tidak
         disengaja atau secara kebetulan (serendipity pattern).
         Penemuan-penemuan ini mengembangkan teori.

    2)      Fakta menolak dan mereformulasikan teori yang telah ada.
            Bila ada fakta yang belum terjelaskan oleh teori, kita dapat
            menolak atau mereformulasikan teori tersebut sedemikian
            rupa sehingga dapat menjelaskan fakta tersebut.

    3)   Facts redefine and clarify theory. Fakta-fakta dapat
          mendefinisikan kembali atau memperjelas definisi-definisi
          yang ada dalam teori.


4)    
Peranan teori dalam pengembangan ilmu:

1. Teori sebagai orientasi
     Memberikan orientasi kepada para ilmuwan, sehingga
   dengan teori tersebut dapat mempersempit cakupan yang
   akan ditelaah, sedemikian rupa sehingga dapat menentukan
   fakta-fakta mana yang diperlukan.

2. Teori sebagai konseptual dan klasifikasi
   Dapat memberikan petunjuk tentang kejelasan hubungan di
   antara konsep-konsep atas dasar klasifikasi tertentu.

3. Teori sebagai generalisasi (summarizing)
   Memberikan rangkuman terhadap generalisasi empirik dan
   antar-hubungan dari berbagai proposisi (teorema, yaitu
   kesimpulan umum yang didasarkan pada asumsi tertentu,
   baik yg akan diuji maupun yang telah diterima).
4.    Teori sebagai peramal fakta
    Yang dimaksud dengan meramal adalah berpikir deduktif
    dengan konsekuensi-konsekuensi logis (baik menurut
    waktu maupun tempat). Jadi, teori membuat prediksi
    tentang adanya fakta, dengan cara membuat
    “ekstrapolasi” dari yang sudah diketahui pada yang
    belum diketahui.

5.     Theory points to gaps in our knowledge
              Teori menunjukkan adanya kesenjangan dalam
        pengetahuan kita, dan dengan demikian memberikan
        kesempatan kepada kita untuk menutup kesenjangan
        tersebut dengan melengkapi, menjelaskan dan
        mempertajamnya.
Metode Ilmiah
Metode adalah suatu prosedur untuk mengetahui sesuatu
melalui langkah-langkah yang sistematis.

Metode ilmiah merupakan prosedur atau langkah-langkah
sistematis untuk memperoleh pengetahuan ilmiah atau ilmu.

Garis besar langkah-langkah sistematis tersebut adalah
sebagai berikut:
1)     Merumuskan dan mengidentifikasikan masalah;
2)     Menyusun kerangka pikiran (logical construct);
3)     Merumuskan hipotesis;
4)     Menguji hipotesis secara empirik;
5)     Melakukan pembahasan;
6) Menarik kesimpulan.
Tiga langkah pertama merupakan metode penelitian, sedangkan
   langkah selanjutnya merupakan teknik penelitian.

   Metode penelitian adalah prosedur atau langkah-langkah teratur
   yang sistematis dalam menghimpun pengetahuan untuk dijadikan
   ilmu.


Sedangkan teknik penelitian menyangkut cara dan alat
(temasuk kemahiran membuat dan menggunakannya) yang
diperlukan untuk mencapai tujuan penelitian itu. Dengan kata
lain, teknik penelitian menyangkut bagaimana caranya dan alat
penelitian apa yang diperlukan untuk membangun ilmu melalui
penelitian.
Merumuskan dan Mengidentifikasikan Masalah
Menetapkan apa yang dijadikan masalah dan apa obyeknya.
    Sedangkan mengidentifikasikan masalah dilakukan dengan
    mengajukan pertanyaan penelitian secara spesifik. Cara yang
    paling sederhana untuk menentukan pertanyaan penelitian
    adalah melalui data sekunder, yang berujud beberapa
    kemungkinan sebagai berikut:

(1) melihat suatu proses dari perwujudan teori;
(2) melihat “linkage” dari proposisi suatu teori, kemudian
     bermaksud memperbaikinya;
(3) mempertanyakan keberlakuan suatu dalil atau model tertentu;
      dan
   (4)   melihat tingkat informative value dari teori yang telah ada,
      kemudian bermakusd meningkatkannya.
Menyusun Kerangka Pikiran

Mengalirkan jalan pikiran menurut kerangka yang
logis atau “logical construct”. Hal ini berarti
meletakkan masalah yang diteliti ke dalam kerangka
teoretis yang relevan dan mampu menerangkan dan
menunjukkan perspektif terhadap masalah itu.
Upayanya       ditujukan   untuk    menjawab  atau
menerangkan pertanyaan penelitian yang telah
diidentifikasikan melalui penalaran deduktif.
Beberapa syarat logika yang harus terkandung
dalam hipotesis:

1) dapat menejlaskan kenyataan yang menjadi
    masalah dan dasar hipotesis itu;
2)  mengandung sesuatu yang mungkin;
3) dapat mencari hubungan kausal dengan
    argumentasi yang tepat;
4) dapat diuji, baik kebenarannya maupun
   kesalahannya.
Macam-macam hipotesis:
1) Hipotesis Deskriptif: hipotesis “lukisan”, menunjukkan
    dugaan sementara tentang bagaimana (how) benda-benda,
    peristiwa atau variabel-variabel terjadi.
2)     Hipotesis    Argumentasi,      hipotesis     “penjelasan”,
    menunjukkan dugaan sementara tentang mengapa (why)
    benda-benda, peristiwa, atau variabel terjadi. Pernyataan
    diatur secara sistematis, sehingga salah satu pernyataan
    merupakan kesimpulan (konsekuen) dari pernyataan
    lainnya (antiseden).
3) Hipotesis Kerja, hipotesis yang meramalkan atau
    menjelaskan akibat-akibat dari suatu variabel yang menjadi
    penyebabnya. Jadi, hipotesis ini menjelaskan jika suatu
    variabel berubah maka variabel lain berubah pula.
   4) Hipotesis Nol, hipotesis “statistik”, bertujuan memeriksa
    ketidakbenaran suatu dalil/teori, yang selanjutnya akan
    ditolak melalui bukti-bukti yang sah.
Menguji Hipotesis: membandingkan atau
menyesuaikan antara segala yang terkandung
dalam hipotesis dengan data empirik.
Perbandingan ini didasarkan pada suatu
anggapan bahwa di alam ini suatu peristiwa
mungkin tidak terjadi secara tersendiri,
dengan kata lain bahwa suatu sebab mungkin
akan menimbulkan beberapa akibat, atau
mungkin pula suatu akibat ditimbulkan oleh
beberapa penyebab.
John Stuart Mills mengajukan tiga metode untuk
 mengetahui faktor penyebab timbulnya suatu akibat, yaitu:

1)     Method of Agreement: jika dalam dua atau lebih peristiwa,
    pada suatu fenomena timbul satu (dan hanya satu) kondisi
    yang terjadi, maka kondisi itu dapat disimpulkan sebagai
    penyebab dari terjadinya fenomena tersebut.
2) Method of Difference: dalam dua peristiwa terdapat perbedaan
    dalam rangkaian (unsurnya) dan fenomena terjadinya. Jika
    serangkaian peristiwanya sama kecuali dalam satu faktor
    dimana peristiwa yang satu tidak memilikinya dan tidak
    menimbulkan fenomena, maka fenomena yang terjadi itu
    disebabkan oleh faktor yang memiliki peristiwanya.
   3) Method of Concomitant Variation: jika telah diketahui adanya
    faktor-faktor tertentu dalam peristiwa yang menimbulkan
    bagian-bagian tertentu suatu fenomena, maka bagian-bagian
    lain dari fenomena ini adalah akibat dari faktor selebihnya yang
    terdapat dalam peristiwa itu.
Membahas dan Menarik Kesimpulan
Pembahasan adalah mencocokkan deduksi dalam kerangka
pikiran dengan induksi dari empirik (hasil pengujian hipotesis),
atau dengan induksi yang diperoleh orang lain (hasil penelitian
sebelumnya) yang relevan. Dalam pembahasan, termasuk
interpretasi, titik perhatian kita tertuju pada dua hal: (1) pada
kerangka pikiran (logical construct) yang telah disusun; dan (2)
mengaitkan dengan variabel-variabel dari topik aktual.

   Hasil pembahasan adalah kesimpulan. Kesimpulan
   ini harus merupakan jawaban terhadap pertanyaan
   penelitian, atau sebagai bukti dari hipotesis yang
   diajukan.
Berpikir Induktif
Berpikir induktif dimulai dari hal-hal yang khusus
(particular) yang terpikirkan sebagai kelas dari suatu
fenomena, menuju pada generalisasi.

Prinsip berpikir induktif adalah: “Jika sejumlah besar
A (fakta-fakta dari suatu fenomena) diamati pada
variasi kondisi yang luas, dan ternyata semua A yang
diamati itu menunjukkan adanya sifat B, maka semua
A (termasuk yang tidak diamati) akan memiliki sifat B
pula”. Secara umum dikatakan: “Semua A memiliki
sifat B”.
Dari prinsip tersebut dapat dikatakan bahwa
makin besar A yang diamati (idealnya semua A
pada fenomena) dan makin luas variasi kondisi
dimana pengamatan itu dilakukan, maka akan
semakin     mantap    hukum/dalil/teori yang
dibangunnya.
  Namun induksi lengkap (completely induction) seperti itu
  sulit dilakukan. Karena itu ilmuwan sering melakukan induksi
  tidak lengkap (incompletely induction) yang disebut “sample
  study”. Atas dasar inilah maka peneliti tidak bersikeras
  berkeyakinan bahwa hasil penelitiannya berlaku mutlak
  untuk generalisasi populasinya, melainkan hanya berlaku
  pada taraf tertentu saja.
Dalam hal memperluas variasi kondisi, Francis Bacon
mengajukan tiga prinsip:
 a)    Pencatatan ciri-ciri positif, yaitu mengenai apa yang
                                  terjadi dalam suatu kondisi;
   b)    Pencatatan ciri-ciri negatif, yaitu pencatatan pada
                 kondisi mana suatu kejadian tidak timbul;
    c)     Pencatatan variasi kondisi, yaitu pencatatan ada
            tidaknya perubahan ciri-ciri pada kondisi yang
                                               berubah-ubah.

Melalui pencatatan tersebut dapat ditetapkan ciri-ciri atau
sifat-sifat yang harus ada, yang tidak dapat dipisahkan
dari suatu fenomena.
Berpikir Deduktif
  Alur berpikir dimulai dari hal-hal yang umum ke hal-
        hal yang khusus (particular). Prinsip dasarnya
  adalah: “Segala yang dipandang benar pada semua
    peristiwa dalam satu kelas atau jenis, berlaku pula
   sebagai hal yang benar pada semua peristiwa yang
   terjadi pada hal yang khusus, asal hal yang khusus
  tersebut benar-benar merupakan bagian atau unsur
                              dari hal yang umum itu”.

Penalaran deduktif biasanya menggunakan silogisme dalam
menarik kesimpulan. Silogisme adalah argumentasi yang
terdiri dari tiga proposisi, yaitu premis major, premis minor,
dan konklusi/konsekuen/ kesimpulan.
Premis major adalah proposisi yang bersifat umum
(general) berupa teori, hukum, atau dalil dari suatu ilmu.
Premis minor adalah proposisi yang disusun dari
fenomena khusus yang ditangkap indera, yaitu yang ingin
diketahui. Konklusi adalah jawaban logis dari premis
minor.
Contoh: Proposisi 1 (Pmj) : semua logam yang
                              dipanaskan akan memuai
         Proposisi 2 (Pmn) : besi adalah logam
         Proposisi 3 (K)   : jika besi dipanaskan, maka
                             akan memuai
Kesulitan-kesulitan yang dihadapi dalam penalaran deduktif
untuk memperoleh tingkat kebenaran yang lebih tinggi
adalah sebagai berikut:

1. Kesulitan untuk menentukan generalisasi (teori/hukum/dalil) yang
   akan dijadikan premis major
2. Kesulitan untuk merumuskan proposisi faktual dari fenomena untuk
   menentukan premis minornya.
3. Persoalan konsepsi, yaitu mengkaji konsep-konsep yang
   membangun proposisi (baik sebagai premis major maupun premis
   minor). Misalnya: apa yang disebut konsep logam, konsep besi,
   konsep pemanasan, konsep memuai, dan sebagainya.
4. Persoalan “judgment”, yaitu menentukan kebenaran hubungan
   antara suatu konsep dengan konsep lainnya pada setiap proposisi.
5. Bagaimana memberikan “reasoning” (argumentasi) terhadap duduk
   persoalan premis minor dan premis major. Misalnya, bagaimana
   argumentasi bahwa besi itu bagian dari logam, dan sebagainya.
Secara logika kelemahan-kelemahan yang disebutkan
oleh hal-hal tersebut, terwujud dalam dua macam
kesalahan silogismik, yaitu: kesalahan isi (material) dan
kesalahan bentuk (formal). Kesalahan isi adalah
kesalahan materi dan premis-premisnya, meskipun salah
satu peremisnya benar, maka kesimpulannya akan salah.

  Sedangkan yang dimaksud kesalahan bentuk
  (formal) adalah kesalahan jalannya deduksi,
  meskipun materi (isi) pada premis major dan
  premis minor benar, tetapi karena jalannya salah
  maka konklusi/kesimpulan akan salah.
Contoh Kesalahan Isi (Materi):
             PMj : Kedinamisan kelembagaan sosial ditentukan oleh
kepemipinan pemimpinnya ……………………..                   (B)
      PMn: Perguruan tinggi tidak termasuk kelembagaan sosial (S)




       K   : Kedinamisan Perguruan Tinggi tidak ditentukan oleh kepemimpinan
             pemimpinnya                                           (S)

CContoh Kesalahan Bentuk (Formal):
             PMj:      Semua kera bermata dua   (B)
             PMn:      Semua wanita bermata dua (B)
             K    : Maka wanita adalah ……………………… (S)
Kesimpulan yang diperoleh dari hasil penalaran
deduktif merupakan hasil pemikiran logis atau ratio,
yang pada umumnya tidak membuat seseorang
puas. Karena itu kesimpulan deduktif dianggap
sebagai kesimpulan sementara (tentatif) atau
sebagai dugaan (hipotesis). Untuk meyakinkan akan
kebenarannya     perlu     memperoleh    pengujian
(verifikasi)  yaitu     membandingkannya       atau
menyesuaikannya dengan keadaan empirik melalui
proses penalaran induktif. Itulah sebabnya para
ilmuwan modern dewasa ini sering mondar-mandir
dari kutub deduktif ke induktif.
Dasar dasar penelitian

Más contenido relacionado

La actualidad más candente

Bab vi bagaimana pancasila menjadi sistem etika
Bab vi bagaimana pancasila menjadi sistem etikaBab vi bagaimana pancasila menjadi sistem etika
Bab vi bagaimana pancasila menjadi sistem etikaSyaiful Ahdan
 
Proposisi adalah pernyataan dalam bentuk kalimat yang dapat dinilai benar dan...
Proposisi adalah pernyataan dalam bentuk kalimat yang dapat dinilai benar dan...Proposisi adalah pernyataan dalam bentuk kalimat yang dapat dinilai benar dan...
Proposisi adalah pernyataan dalam bentuk kalimat yang dapat dinilai benar dan...Universitas Muhammadiyah Tangerang
 
Teori pendugaan statistik presentasi
Teori pendugaan statistik presentasiTeori pendugaan statistik presentasi
Teori pendugaan statistik presentasiPerum Perumnas
 
Tabel t, z dan f dan chi kuadrat
Tabel t, z dan f dan chi kuadratTabel t, z dan f dan chi kuadrat
Tabel t, z dan f dan chi kuadratIr. Zakaria, M.M
 
3. staid ki-iv (konsep dasar perilaku)
3.  staid ki-iv (konsep dasar perilaku)3.  staid ki-iv (konsep dasar perilaku)
3. staid ki-iv (konsep dasar perilaku)Jumari Awi
 
Ciri-ciri Teks Akademik
Ciri-ciri Teks AkademikCiri-ciri Teks Akademik
Ciri-ciri Teks AkademikUwes Chaeruman
 
Makalah Filsafat Komunikasi: Komunikasi sebagai Ilmu Pengetahuan
Makalah Filsafat Komunikasi: Komunikasi sebagai Ilmu PengetahuanMakalah Filsafat Komunikasi: Komunikasi sebagai Ilmu Pengetahuan
Makalah Filsafat Komunikasi: Komunikasi sebagai Ilmu PengetahuanSerenity 101
 
Makalah Perkembangan Emosi
Makalah Perkembangan EmosiMakalah Perkembangan Emosi
Makalah Perkembangan Emosianna rasyla
 
skala pengukuran dan teknik pengumpulan data
skala pengukuran dan teknik pengumpulan dataskala pengukuran dan teknik pengumpulan data
skala pengukuran dan teknik pengumpulan dataMuhammad Alfiansyah Alfi
 
Makalah toleransi beragama
Makalah toleransi beragamaMakalah toleransi beragama
Makalah toleransi beragamaWahiid Sayy'a
 
Distribusi binomial, poisson dan normal
Distribusi binomial, poisson dan normalDistribusi binomial, poisson dan normal
Distribusi binomial, poisson dan normalAYU Hardiyanti
 
Hubungan filsafat dengan ilmu pengetahuan lainnya (listiawati)
Hubungan filsafat dengan ilmu pengetahuan lainnya (listiawati)Hubungan filsafat dengan ilmu pengetahuan lainnya (listiawati)
Hubungan filsafat dengan ilmu pengetahuan lainnya (listiawati)Listia wati
 
pengertian dan tujuan audit komunikasi
pengertian dan tujuan audit komunikasipengertian dan tujuan audit komunikasi
pengertian dan tujuan audit komunikasiHafidz Wahyuddin
 

La actualidad más candente (20)

Uji perbedaan uji z
Uji perbedaan uji z Uji perbedaan uji z
Uji perbedaan uji z
 
Distribusi normal
Distribusi normalDistribusi normal
Distribusi normal
 
Bab vi bagaimana pancasila menjadi sistem etika
Bab vi bagaimana pancasila menjadi sistem etikaBab vi bagaimana pancasila menjadi sistem etika
Bab vi bagaimana pancasila menjadi sistem etika
 
Proposisi adalah pernyataan dalam bentuk kalimat yang dapat dinilai benar dan...
Proposisi adalah pernyataan dalam bentuk kalimat yang dapat dinilai benar dan...Proposisi adalah pernyataan dalam bentuk kalimat yang dapat dinilai benar dan...
Proposisi adalah pernyataan dalam bentuk kalimat yang dapat dinilai benar dan...
 
Teori pendugaan statistik presentasi
Teori pendugaan statistik presentasiTeori pendugaan statistik presentasi
Teori pendugaan statistik presentasi
 
Distribusi normal
Distribusi normalDistribusi normal
Distribusi normal
 
Tabel t, z dan f dan chi kuadrat
Tabel t, z dan f dan chi kuadratTabel t, z dan f dan chi kuadrat
Tabel t, z dan f dan chi kuadrat
 
3. staid ki-iv (konsep dasar perilaku)
3.  staid ki-iv (konsep dasar perilaku)3.  staid ki-iv (konsep dasar perilaku)
3. staid ki-iv (konsep dasar perilaku)
 
285 Proposal PKM 5 Bidang Mahasiswa UGM yang Didanai 2015/2016
285 Proposal PKM 5 Bidang Mahasiswa UGM yang Didanai 2015/2016285 Proposal PKM 5 Bidang Mahasiswa UGM yang Didanai 2015/2016
285 Proposal PKM 5 Bidang Mahasiswa UGM yang Didanai 2015/2016
 
Ciri-ciri Teks Akademik
Ciri-ciri Teks AkademikCiri-ciri Teks Akademik
Ciri-ciri Teks Akademik
 
Makalah Filsafat Komunikasi: Komunikasi sebagai Ilmu Pengetahuan
Makalah Filsafat Komunikasi: Komunikasi sebagai Ilmu PengetahuanMakalah Filsafat Komunikasi: Komunikasi sebagai Ilmu Pengetahuan
Makalah Filsafat Komunikasi: Komunikasi sebagai Ilmu Pengetahuan
 
Hubungan Masyarakat Asimetris dan Simetris
Hubungan Masyarakat Asimetris dan SimetrisHubungan Masyarakat Asimetris dan Simetris
Hubungan Masyarakat Asimetris dan Simetris
 
Makalah Perkembangan Emosi
Makalah Perkembangan EmosiMakalah Perkembangan Emosi
Makalah Perkembangan Emosi
 
Study kasus
Study kasusStudy kasus
Study kasus
 
skala pengukuran dan teknik pengumpulan data
skala pengukuran dan teknik pengumpulan dataskala pengukuran dan teknik pengumpulan data
skala pengukuran dan teknik pengumpulan data
 
Makalah toleransi beragama
Makalah toleransi beragamaMakalah toleransi beragama
Makalah toleransi beragama
 
Pertemuan 12 13
Pertemuan 12 13Pertemuan 12 13
Pertemuan 12 13
 
Distribusi binomial, poisson dan normal
Distribusi binomial, poisson dan normalDistribusi binomial, poisson dan normal
Distribusi binomial, poisson dan normal
 
Hubungan filsafat dengan ilmu pengetahuan lainnya (listiawati)
Hubungan filsafat dengan ilmu pengetahuan lainnya (listiawati)Hubungan filsafat dengan ilmu pengetahuan lainnya (listiawati)
Hubungan filsafat dengan ilmu pengetahuan lainnya (listiawati)
 
pengertian dan tujuan audit komunikasi
pengertian dan tujuan audit komunikasipengertian dan tujuan audit komunikasi
pengertian dan tujuan audit komunikasi
 

Destacado

Dasar - dasar penelitian, variabel dan hipotesis
Dasar - dasar penelitian, variabel dan hipotesisDasar - dasar penelitian, variabel dan hipotesis
Dasar - dasar penelitian, variabel dan hipotesisSri Handayani
 
merumuskan hipotesis
merumuskan hipotesismerumuskan hipotesis
merumuskan hipotesisnona_bramasta
 
Panduan penyusunan-dan-penulisan-skripsi
Panduan penyusunan-dan-penulisan-skripsiPanduan penyusunan-dan-penulisan-skripsi
Panduan penyusunan-dan-penulisan-skripsiHIMA KS FISIP UNPAD
 
Dasar-dasar dalam Penelitian Pendidikan, Variabel, dan Hipotesis
Dasar-dasar dalam Penelitian Pendidikan, Variabel, dan HipotesisDasar-dasar dalam Penelitian Pendidikan, Variabel, dan Hipotesis
Dasar-dasar dalam Penelitian Pendidikan, Variabel, dan HipotesisRahma Siska Utari
 
Materi 1 - konsep dasar penelitian
Materi 1 - konsep dasar penelitianMateri 1 - konsep dasar penelitian
Materi 1 - konsep dasar penelitiantoha ardi nugraha
 
Makalah variabel dan definisi operasional
Makalah variabel dan definisi operasionalMakalah variabel dan definisi operasional
Makalah variabel dan definisi operasionalDewi Bahagia
 
Format proposal-tugas-akhir
Format proposal-tugas-akhirFormat proposal-tugas-akhir
Format proposal-tugas-akhirsuhendar23
 
Pengertian metode dan metodologi penelitian
Pengertian metode dan metodologi penelitianPengertian metode dan metodologi penelitian
Pengertian metode dan metodologi penelitianTri Ramdani
 
Bahan ajar-mata-kuliah-metodologi-penelitian
Bahan ajar-mata-kuliah-metodologi-penelitianBahan ajar-mata-kuliah-metodologi-penelitian
Bahan ajar-mata-kuliah-metodologi-penelitianJey Queenn
 
Metodologi Penelitian (10) konsep dasar penelitian
Metodologi Penelitian (10) konsep dasar penelitianMetodologi Penelitian (10) konsep dasar penelitian
Metodologi Penelitian (10) konsep dasar penelitianjayamartha
 

Destacado (11)

Dasar - dasar penelitian, variabel dan hipotesis
Dasar - dasar penelitian, variabel dan hipotesisDasar - dasar penelitian, variabel dan hipotesis
Dasar - dasar penelitian, variabel dan hipotesis
 
merumuskan hipotesis
merumuskan hipotesismerumuskan hipotesis
merumuskan hipotesis
 
KONSEP DASAR PENELITIAN PENDIDIKAN
KONSEP DASAR PENELITIAN PENDIDIKANKONSEP DASAR PENELITIAN PENDIDIKAN
KONSEP DASAR PENELITIAN PENDIDIKAN
 
Panduan penyusunan-dan-penulisan-skripsi
Panduan penyusunan-dan-penulisan-skripsiPanduan penyusunan-dan-penulisan-skripsi
Panduan penyusunan-dan-penulisan-skripsi
 
Dasar-dasar dalam Penelitian Pendidikan, Variabel, dan Hipotesis
Dasar-dasar dalam Penelitian Pendidikan, Variabel, dan HipotesisDasar-dasar dalam Penelitian Pendidikan, Variabel, dan Hipotesis
Dasar-dasar dalam Penelitian Pendidikan, Variabel, dan Hipotesis
 
Materi 1 - konsep dasar penelitian
Materi 1 - konsep dasar penelitianMateri 1 - konsep dasar penelitian
Materi 1 - konsep dasar penelitian
 
Makalah variabel dan definisi operasional
Makalah variabel dan definisi operasionalMakalah variabel dan definisi operasional
Makalah variabel dan definisi operasional
 
Format proposal-tugas-akhir
Format proposal-tugas-akhirFormat proposal-tugas-akhir
Format proposal-tugas-akhir
 
Pengertian metode dan metodologi penelitian
Pengertian metode dan metodologi penelitianPengertian metode dan metodologi penelitian
Pengertian metode dan metodologi penelitian
 
Bahan ajar-mata-kuliah-metodologi-penelitian
Bahan ajar-mata-kuliah-metodologi-penelitianBahan ajar-mata-kuliah-metodologi-penelitian
Bahan ajar-mata-kuliah-metodologi-penelitian
 
Metodologi Penelitian (10) konsep dasar penelitian
Metodologi Penelitian (10) konsep dasar penelitianMetodologi Penelitian (10) konsep dasar penelitian
Metodologi Penelitian (10) konsep dasar penelitian
 

Similar a Dasar dasar penelitian

aaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa
aaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa
aaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaARIYASAFIKAR1
 
ilmu filsafat dalam mengolh berbagai kalm
ilmu filsafat dalam mengolh berbagai kalmilmu filsafat dalam mengolh berbagai kalm
ilmu filsafat dalam mengolh berbagai kalmJoyoBoyo3
 
Tugas pengantar filsafat ilmu kumpulan soal
Tugas pengantar filsafat ilmu kumpulan soalTugas pengantar filsafat ilmu kumpulan soal
Tugas pengantar filsafat ilmu kumpulan soalYossytaAryanto
 
materi_1_hidayatffwrfreergregegthgth.ppt
materi_1_hidayatffwrfreergregegthgth.pptmateri_1_hidayatffwrfreergregegthgth.ppt
materi_1_hidayatffwrfreergregegthgth.pptimamdaulay
 
Hubungan-teori-dan-fakta - 2020
Hubungan-teori-dan-fakta - 2020Hubungan-teori-dan-fakta - 2020
Hubungan-teori-dan-fakta - 2020Ewald Frederik
 
Pertemuan ke 1
Pertemuan ke 1Pertemuan ke 1
Pertemuan ke 1setiawan02
 
Struktur dan peranan ilmu
Struktur dan peranan ilmuStruktur dan peranan ilmu
Struktur dan peranan ilmuM fazrul
 
Ppt filsafat holisme,konfirmasi,falsifikasianisme
Ppt filsafat holisme,konfirmasi,falsifikasianismePpt filsafat holisme,konfirmasi,falsifikasianisme
Ppt filsafat holisme,konfirmasi,falsifikasianismerizky188
 
Struktur ilmu
Struktur ilmuStruktur ilmu
Struktur ilmuambar77
 
S2bontang 1213032068278452-9
S2bontang 1213032068278452-9S2bontang 1213032068278452-9
S2bontang 1213032068278452-9JAmal ZLluztia
 
S2bontang 1213032068278452-9
S2bontang 1213032068278452-9S2bontang 1213032068278452-9
S2bontang 1213032068278452-9JAmal ZLluztia
 
S2bontang 1213032068278452-9
S2bontang 1213032068278452-9S2bontang 1213032068278452-9
S2bontang 1213032068278452-9JAmal ZLluztia
 
S2bontang 1213032068278452-9
S2bontang 1213032068278452-9S2bontang 1213032068278452-9
S2bontang 1213032068278452-9JAmal ZLluztia
 
S2bontang 1213032068278452-9
S2bontang 1213032068278452-9S2bontang 1213032068278452-9
S2bontang 1213032068278452-9JAmal ZLluztia
 
S2bontang 1213032068278452-9
S2bontang 1213032068278452-9S2bontang 1213032068278452-9
S2bontang 1213032068278452-9JAmal ZLluztia
 

Similar a Dasar dasar penelitian (20)

Contoh
ContohContoh
Contoh
 
aaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa
aaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa
aaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa
 
ilmu filsafat dalam mengolh berbagai kalm
ilmu filsafat dalam mengolh berbagai kalmilmu filsafat dalam mengolh berbagai kalm
ilmu filsafat dalam mengolh berbagai kalm
 
Tugas pengantar filsafat ilmu kumpulan soal
Tugas pengantar filsafat ilmu kumpulan soalTugas pengantar filsafat ilmu kumpulan soal
Tugas pengantar filsafat ilmu kumpulan soal
 
materi_1_hidayat.ppt
materi_1_hidayat.pptmateri_1_hidayat.ppt
materi_1_hidayat.ppt
 
materi_1_hidayatffwrfreergregegthgth.ppt
materi_1_hidayatffwrfreergregegthgth.pptmateri_1_hidayatffwrfreergregegthgth.ppt
materi_1_hidayatffwrfreergregegthgth.ppt
 
materi_1_hidayat.ppt
materi_1_hidayat.pptmateri_1_hidayat.ppt
materi_1_hidayat.ppt
 
Filsafat ilmu
Filsafat ilmuFilsafat ilmu
Filsafat ilmu
 
Hubungan-teori-dan-fakta - 2020
Hubungan-teori-dan-fakta - 2020Hubungan-teori-dan-fakta - 2020
Hubungan-teori-dan-fakta - 2020
 
Revisi pid klmpk 10
Revisi pid klmpk 10Revisi pid klmpk 10
Revisi pid klmpk 10
 
Pertemuan ke 1
Pertemuan ke 1Pertemuan ke 1
Pertemuan ke 1
 
Struktur dan peranan ilmu
Struktur dan peranan ilmuStruktur dan peranan ilmu
Struktur dan peranan ilmu
 
Ppt filsafat holisme,konfirmasi,falsifikasianisme
Ppt filsafat holisme,konfirmasi,falsifikasianismePpt filsafat holisme,konfirmasi,falsifikasianisme
Ppt filsafat holisme,konfirmasi,falsifikasianisme
 
Struktur ilmu
Struktur ilmuStruktur ilmu
Struktur ilmu
 
S2bontang 1213032068278452-9
S2bontang 1213032068278452-9S2bontang 1213032068278452-9
S2bontang 1213032068278452-9
 
S2bontang 1213032068278452-9
S2bontang 1213032068278452-9S2bontang 1213032068278452-9
S2bontang 1213032068278452-9
 
S2bontang 1213032068278452-9
S2bontang 1213032068278452-9S2bontang 1213032068278452-9
S2bontang 1213032068278452-9
 
S2bontang 1213032068278452-9
S2bontang 1213032068278452-9S2bontang 1213032068278452-9
S2bontang 1213032068278452-9
 
S2bontang 1213032068278452-9
S2bontang 1213032068278452-9S2bontang 1213032068278452-9
S2bontang 1213032068278452-9
 
S2bontang 1213032068278452-9
S2bontang 1213032068278452-9S2bontang 1213032068278452-9
S2bontang 1213032068278452-9
 

Más de Bayu Rizky Aditya

Toga peningkatan dukungan kepercayaan produk lokal untuk kemandirian pengo...
Toga   peningkatan dukungan kepercayaan produk  lokal untuk kemandirian pengo...Toga   peningkatan dukungan kepercayaan produk  lokal untuk kemandirian pengo...
Toga peningkatan dukungan kepercayaan produk lokal untuk kemandirian pengo...Bayu Rizky Aditya
 
Formasi pengadaan-recruitment-seleksi
Formasi pengadaan-recruitment-seleksiFormasi pengadaan-recruitment-seleksi
Formasi pengadaan-recruitment-seleksiBayu Rizky Aditya
 
Kunci dasar penulisan karya ilmiah
Kunci dasar penulisan karya ilmiahKunci dasar penulisan karya ilmiah
Kunci dasar penulisan karya ilmiahBayu Rizky Aditya
 
Ekonomi politik pembangunan agus suryono
Ekonomi politik pembangunan   agus suryonoEkonomi politik pembangunan   agus suryono
Ekonomi politik pembangunan agus suryonoBayu Rizky Aditya
 
SUPRA STRUKTUR POLITIK DAN INFRA STRUKTUR POLITIK
SUPRA STRUKTUR POLITIK DAN INFRA STRUKTUR POLITIKSUPRA STRUKTUR POLITIK DAN INFRA STRUKTUR POLITIK
SUPRA STRUKTUR POLITIK DAN INFRA STRUKTUR POLITIKBayu Rizky Aditya
 
Konteks Dasar Sistem Pemerintahan Indonesia
Konteks Dasar Sistem Pemerintahan IndonesiaKonteks Dasar Sistem Pemerintahan Indonesia
Konteks Dasar Sistem Pemerintahan IndonesiaBayu Rizky Aditya
 
Bentuk negara dan pemerintahan
Bentuk negara dan pemerintahanBentuk negara dan pemerintahan
Bentuk negara dan pemerintahanBayu Rizky Aditya
 
Asas–asas penyelenggaraan pemerintahan
Asas–asas penyelenggaraan pemerintahanAsas–asas penyelenggaraan pemerintahan
Asas–asas penyelenggaraan pemerintahanBayu Rizky Aditya
 
SEJARAH KETATANEGARAAN INDONESIA
SEJARAH KETATANEGARAAN INDONESIASEJARAH KETATANEGARAAN INDONESIA
SEJARAH KETATANEGARAAN INDONESIABayu Rizky Aditya
 

Más de Bayu Rizky Aditya (13)

Toga peningkatan dukungan kepercayaan produk lokal untuk kemandirian pengo...
Toga   peningkatan dukungan kepercayaan produk  lokal untuk kemandirian pengo...Toga   peningkatan dukungan kepercayaan produk  lokal untuk kemandirian pengo...
Toga peningkatan dukungan kepercayaan produk lokal untuk kemandirian pengo...
 
Formasi pengadaan-recruitment-seleksi
Formasi pengadaan-recruitment-seleksiFormasi pengadaan-recruitment-seleksi
Formasi pengadaan-recruitment-seleksi
 
Sistem politik indonesia
Sistem politik indonesiaSistem politik indonesia
Sistem politik indonesia
 
Kunci dasar penulisan karya ilmiah
Kunci dasar penulisan karya ilmiahKunci dasar penulisan karya ilmiah
Kunci dasar penulisan karya ilmiah
 
Metode penulisan ilmiah
Metode penulisan ilmiahMetode penulisan ilmiah
Metode penulisan ilmiah
 
Ekonomi politik pembangunan agus suryono
Ekonomi politik pembangunan   agus suryonoEkonomi politik pembangunan   agus suryono
Ekonomi politik pembangunan agus suryono
 
Hukum administrasi negara
Hukum administrasi negaraHukum administrasi negara
Hukum administrasi negara
 
Orang miskin dilarang sakit
Orang miskin dilarang sakitOrang miskin dilarang sakit
Orang miskin dilarang sakit
 
SUPRA STRUKTUR POLITIK DAN INFRA STRUKTUR POLITIK
SUPRA STRUKTUR POLITIK DAN INFRA STRUKTUR POLITIKSUPRA STRUKTUR POLITIK DAN INFRA STRUKTUR POLITIK
SUPRA STRUKTUR POLITIK DAN INFRA STRUKTUR POLITIK
 
Konteks Dasar Sistem Pemerintahan Indonesia
Konteks Dasar Sistem Pemerintahan IndonesiaKonteks Dasar Sistem Pemerintahan Indonesia
Konteks Dasar Sistem Pemerintahan Indonesia
 
Bentuk negara dan pemerintahan
Bentuk negara dan pemerintahanBentuk negara dan pemerintahan
Bentuk negara dan pemerintahan
 
Asas–asas penyelenggaraan pemerintahan
Asas–asas penyelenggaraan pemerintahanAsas–asas penyelenggaraan pemerintahan
Asas–asas penyelenggaraan pemerintahan
 
SEJARAH KETATANEGARAAN INDONESIA
SEJARAH KETATANEGARAAN INDONESIASEJARAH KETATANEGARAAN INDONESIA
SEJARAH KETATANEGARAAN INDONESIA
 

Dasar dasar penelitian

  • 1. Dosen : Prof.Dr. Abdul Hakim, Drs. MSi Rumah : Jl. Kwoka F-24 Badut Permai Malang 65146 Telp. 0341-560620 HP.0813 4433 0077 0819 4499 9066 Email : hakim_abdul61@yahoo.co.id FAKULTAS ILMU ADMINISTRASI UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG
  • 2. Ilmu dan Pengetahuan Ilmu adalah pengetahuan, tetapi tidak semua pengetahuan adalah ilmu. Pengetahuan adalah pembentukan pemikiran asosiatif yang menghubungkan atau menjalin sebuah pikiran dengan kenyataan atau dengan pikiran lain berdasarkan pengalaman yang berulang-ulang tanpa pemahaman mengenai kausalitas (sebab-akibat) yang hakiki dan universal. Ilmu adalah akumulasi pengetahuan yang menjelaskan kausalitas (hubungan sebab-akibat) dari suatu obyek menurut metode-metode tertentu yang merupakan suatu kesatuan sistematis.
  • 3. Pengetahuan merupakan bahan utama dari ilmu. Selain itu pengetahuan tidak menjawab pertanyaan tentang adanya suatu kenyataan, sebagaimana yang dapat dijawab oleh ilmu. Dengan perkataan lain, pengetahuan hanya menjawab pertanyaan tentang “apa”, sedangkan ilmu dapat menjawab pertanyaan tentang “mengapa” dari kenyataan atau kejadian. Perbedaan antara pengetahuan keilmuan dengan pengetahuan lainnya (misalnya: seni dan agama) dapat dilihat dari upaya untuk mendapatkannya. Dalam upaya mendapatkan pengetahuan dibedakan antara upaya aktif dengan upaya pasif. Upaya aktif adalah upaya melalui penalaran, pikiran dan perasaan. Sedangkan upaya pasif adalah upaya melalui keyakinan dan kepercayaan.
  • 4. Kesimpulan yang diperoleh dari penalaran bersifat logis dan analitis. Sedangkan yang diperoleh dari perasaan, keyakinan, atau kepercayaan tidak bersifat logis dan analitis. Dari hasil penalaran logis dan analitis diperoleh pengetahuan yang disebut ilmu. Sedangkan dari perasaan, keyakinan dan kepercayaan disebut pengetahuan seni dan agama.
  • 5. Sifat dan Asumsi Dasar Ilmu Ilmu memiliki sifat sebagai berikut: a) ilmu menjelajah dunia empirik tanpa batas, sejauh yang dapat ditangkap oleh panca indera (dan indera yang lain); b) tingkat kebenaran yang dicapai ilmu relatif atau tidak sampai pada kebenaran mutlak; c) ilmu menentukan proposisi-proposisi (hubungan sebab-akibat) yang teruji secara empirik.
  • 6. Berdasarkan sifat-sifat tersebut, ilmu memiliki asumsi dasar sebagai berikut: a)     dunia ini ada (manipulable); b)     fenomena yang ditangkap oleh indera manusia itu berhubungan satu sama lain; c) percaya akan kemampuan indera yang menangkap fenomena tersebut. Selain itu, ilmu merupakan belief system, artinya ilmu itu kebenarannya didasarkan atas keyakinan atau kepercayaan, meskipun kebenarannya bersifat relatif. Ilmu adalah pengetahuan yang bersifat sistematis, yang mempunyai unsur-unsur fungsional, yang terdiri dari: merumuskan masalah, mengamati dan mendeskripsi, menjelaskan, meramalkan dan mengontrol gejala-gejala yang ada di alam semesta ini.
  • 7. Komponen Pembangun Ilmu Komponen ilmu yang hakiki adalah fakta dan teori. Selain itu ada komponen yang lain yang disebut fenomena dan konsep.   Fenomena (gejala atau kejadian) yang ditangkap indera manusia (karena dijadikan masalah yang ingin diketahui) diabstraksikan melalui konsep-konsep.   Konsep adalah simbol-simbol yang mengandung pengertian singkat dari fenomena. Dengan kata lain, konsep adalah penyederhanaan dari fenomena. Konsep yang semakin mendasar akan sampai pada variabel-variabel. Variabel adalah suatu sifat atau jumlah yang mempunyai nilai “kategorial” baik kualitatif maupun kuantitatif. Makin berkembang suatu ilmu makin berkembang pula konsep-konsepnya untuk sampai pada variabel-variabel dasar tersebut.
  • 8. Melalui penelaahan yang terus menerus ilmu itu akan sampai pada hubungan-hubungan (relationship) yang akan merupakan hasil akhir dari ilmu itu. Hubungan yang telah ditemukan dan ditunjang oleh data empirik disebut fakta.   Ilmu menunjukkan fakta-fakta, sedangkan jalinan fakta-fakta keseluruhan disebut teori. Lebih jelasnya, teori adalah jalinan fakta-fakta menurut “meaningfull-construct”. Ini berarti bahwa teori adalah seperangkat konsep, definisi, dan proposisi-proposisi yang berhubungan satu sama lain, yang menunjukkan fenomena secara sistematis, dan bertujuan untuk menjelaskan ( explanation) dan meramalkan (prediction) fenomena-fenomena itu. Dengan demikian jelas bahwa teori itu bukan suatu spekulasi melainkan suatu konstruksi yang jelas, yang dibangun atas jalinan fakta- fakta.
  • 9. KONSEP Konsep adalah abstraksi mengenai suatu fenomena yang dirumuskan atas dasar generalisasi dari sejumlah karakteristik kejadian, keadaan, kelompok, atau individu tertentu. Contoh: Migrasi, adalah konsep yang dirumuskan atas dasar generalisasi dari perilaku mobilitas tertentu manusia.   Peranan konsep dalam penelitian sangat besar, karena konsep menghubungkan antara dunia teori dan dunia observasi, antara abstraksi dengan realitas. Dalam penelitian sosial peranan konsep menjadi sangat penting karena “realitas” sosial yang menjadi perhatian ilmu sosial banyak yang tidak dapat ditangkap oleh panca indera manusia sehingga sering timbul masalah dalam pengukuran konsep tersebut. Untuk itu konsep perlu didefinisikan secara tepat sehingga tidak terjadi kesalahan pengukuran.  
  • 10. Dalam penelitian ditemukan dua jenis konsep, yaitu: (1) Konsep yang jelas hubungannya dengan fakta atau realitas yang diwakili disebut dengan konsep konkrit atau konsep observable. Contoh: gedung, bangku, meja, kursi, lemari, dsb. (2)  Konsep yang lebih abstrak atau kabur hubungannya dengan fakta atau realitas yang diwakili, disebut dengan konsep abstrak. Contoh: sikap, kekerabatan, birokrasi, dsb.
  • 11. PROPOSISI Proposisi adalah hubungan yang logis antara dua konsep. Proposisi tidak mempunyai format tertentu. Biasanya disajikan dalam bentuk suatu kalimat pernyataan yang menunjukkan hubungan antara dua konsep atau lbh. Dalam penelitian sosial dikenal dua tipe proposisi, yaitu: aksioma dan teorem. Aksioma atau postulat adalah proposisi yang kebenarannya tidak dipertanyakan lagi oleh si peneliti sehingga tidak perlu diuji dalam penelitian. Sedangkan teorem adalah proposisi yang dideduksikan dari aksioma.
  • 12. Contoh Aksioma atau Postulat: -    perilaku manusia adalah fungsi dari kepentingannya -    perilaku manusia selalu terikat pada norma sosial -    manusia membuat keputusan secara rasional   Contoh Proposisi: -   perilaku fertilitas suami isteri dipengaruhi oleh norma yang mereka pegang tentang keluarga kecil -  perilaku fertilitas suami isteri dipengaruhi oleh persepsi mereka tentang manfaat ekonomis anak -  perilaku fertilitas dipengaruhi oleh status ekonomi suami isteri
  • 13. Contoh Teorem: -  status sosial ekonomi suami isteri menentukan persepsi mereka tentang manfaat ekonomis anak -  status sosial ekonomi suami isteri menentukan persepsi mereka tentang sikap kelompok panutan terhadap pemakaian alat kontrasepsi modern - norma-norma keluarga kecil yang dianut suami isteri adalah fungsi dari status sosial ekonominya
  • 14. TEORI Teori adalah serangkaian asumsi, konsep, konstrak, definisi, dan proposisi untuk menerangkan suatu fenomena sosial secara sistematis dengan cara merumuskan hubungan antarkonsep.   Berdasarkan definisi ini, teori mengandung tiga aspek, yaitu: (1) teori adalah serangkaian proposisi antar konsep-konsep yang saling berhubungan; (2) teori menerangkan secara sistematis suatu fenomena dengan cara menentukan hubungan antarkonsep; 3) teori menerangkan fenomena tertentu dengan cara menentu- kan konsep mana yang berhubungan dengan konsep lainnya dan bagaimana bentuk hubungannya.
  • 15. Peranan fakta dalam formulasi dan penjelasan teori adalah sebagai berikut: 1)     Fakta memulai teori. Teori berpijak dari fakta hasil penemuan (discovery), kadang-kadang dari hasil penemuan yang tidak disengaja atau secara kebetulan (serendipity pattern). Penemuan-penemuan ini mengembangkan teori. 2)      Fakta menolak dan mereformulasikan teori yang telah ada. Bila ada fakta yang belum terjelaskan oleh teori, kita dapat menolak atau mereformulasikan teori tersebut sedemikian rupa sehingga dapat menjelaskan fakta tersebut. 3) Facts redefine and clarify theory. Fakta-fakta dapat mendefinisikan kembali atau memperjelas definisi-definisi yang ada dalam teori. 4)    
  • 16. Peranan teori dalam pengembangan ilmu: 1. Teori sebagai orientasi Memberikan orientasi kepada para ilmuwan, sehingga dengan teori tersebut dapat mempersempit cakupan yang akan ditelaah, sedemikian rupa sehingga dapat menentukan fakta-fakta mana yang diperlukan. 2. Teori sebagai konseptual dan klasifikasi Dapat memberikan petunjuk tentang kejelasan hubungan di antara konsep-konsep atas dasar klasifikasi tertentu. 3. Teori sebagai generalisasi (summarizing) Memberikan rangkuman terhadap generalisasi empirik dan antar-hubungan dari berbagai proposisi (teorema, yaitu kesimpulan umum yang didasarkan pada asumsi tertentu, baik yg akan diuji maupun yang telah diterima).
  • 17. 4.    Teori sebagai peramal fakta Yang dimaksud dengan meramal adalah berpikir deduktif dengan konsekuensi-konsekuensi logis (baik menurut waktu maupun tempat). Jadi, teori membuat prediksi tentang adanya fakta, dengan cara membuat “ekstrapolasi” dari yang sudah diketahui pada yang belum diketahui. 5.     Theory points to gaps in our knowledge Teori menunjukkan adanya kesenjangan dalam pengetahuan kita, dan dengan demikian memberikan kesempatan kepada kita untuk menutup kesenjangan tersebut dengan melengkapi, menjelaskan dan mempertajamnya.
  • 18. Metode Ilmiah Metode adalah suatu prosedur untuk mengetahui sesuatu melalui langkah-langkah yang sistematis. Metode ilmiah merupakan prosedur atau langkah-langkah sistematis untuk memperoleh pengetahuan ilmiah atau ilmu. Garis besar langkah-langkah sistematis tersebut adalah sebagai berikut: 1)     Merumuskan dan mengidentifikasikan masalah; 2)     Menyusun kerangka pikiran (logical construct); 3)     Merumuskan hipotesis; 4)     Menguji hipotesis secara empirik; 5)     Melakukan pembahasan; 6) Menarik kesimpulan.
  • 19. Tiga langkah pertama merupakan metode penelitian, sedangkan langkah selanjutnya merupakan teknik penelitian. Metode penelitian adalah prosedur atau langkah-langkah teratur yang sistematis dalam menghimpun pengetahuan untuk dijadikan ilmu. Sedangkan teknik penelitian menyangkut cara dan alat (temasuk kemahiran membuat dan menggunakannya) yang diperlukan untuk mencapai tujuan penelitian itu. Dengan kata lain, teknik penelitian menyangkut bagaimana caranya dan alat penelitian apa yang diperlukan untuk membangun ilmu melalui penelitian.
  • 20. Merumuskan dan Mengidentifikasikan Masalah Menetapkan apa yang dijadikan masalah dan apa obyeknya. Sedangkan mengidentifikasikan masalah dilakukan dengan mengajukan pertanyaan penelitian secara spesifik. Cara yang paling sederhana untuk menentukan pertanyaan penelitian adalah melalui data sekunder, yang berujud beberapa kemungkinan sebagai berikut: (1) melihat suatu proses dari perwujudan teori; (2) melihat “linkage” dari proposisi suatu teori, kemudian bermaksud memperbaikinya; (3) mempertanyakan keberlakuan suatu dalil atau model tertentu; dan (4)   melihat tingkat informative value dari teori yang telah ada, kemudian bermakusd meningkatkannya.
  • 21. Menyusun Kerangka Pikiran Mengalirkan jalan pikiran menurut kerangka yang logis atau “logical construct”. Hal ini berarti meletakkan masalah yang diteliti ke dalam kerangka teoretis yang relevan dan mampu menerangkan dan menunjukkan perspektif terhadap masalah itu. Upayanya ditujukan untuk menjawab atau menerangkan pertanyaan penelitian yang telah diidentifikasikan melalui penalaran deduktif.
  • 22. Beberapa syarat logika yang harus terkandung dalam hipotesis: 1) dapat menejlaskan kenyataan yang menjadi masalah dan dasar hipotesis itu; 2)  mengandung sesuatu yang mungkin; 3) dapat mencari hubungan kausal dengan argumentasi yang tepat; 4) dapat diuji, baik kebenarannya maupun kesalahannya.
  • 23. Macam-macam hipotesis: 1) Hipotesis Deskriptif: hipotesis “lukisan”, menunjukkan dugaan sementara tentang bagaimana (how) benda-benda, peristiwa atau variabel-variabel terjadi. 2) Hipotesis Argumentasi, hipotesis “penjelasan”, menunjukkan dugaan sementara tentang mengapa (why) benda-benda, peristiwa, atau variabel terjadi. Pernyataan diatur secara sistematis, sehingga salah satu pernyataan merupakan kesimpulan (konsekuen) dari pernyataan lainnya (antiseden). 3) Hipotesis Kerja, hipotesis yang meramalkan atau menjelaskan akibat-akibat dari suatu variabel yang menjadi penyebabnya. Jadi, hipotesis ini menjelaskan jika suatu variabel berubah maka variabel lain berubah pula. 4) Hipotesis Nol, hipotesis “statistik”, bertujuan memeriksa ketidakbenaran suatu dalil/teori, yang selanjutnya akan ditolak melalui bukti-bukti yang sah.
  • 24. Menguji Hipotesis: membandingkan atau menyesuaikan antara segala yang terkandung dalam hipotesis dengan data empirik. Perbandingan ini didasarkan pada suatu anggapan bahwa di alam ini suatu peristiwa mungkin tidak terjadi secara tersendiri, dengan kata lain bahwa suatu sebab mungkin akan menimbulkan beberapa akibat, atau mungkin pula suatu akibat ditimbulkan oleh beberapa penyebab.
  • 25. John Stuart Mills mengajukan tiga metode untuk mengetahui faktor penyebab timbulnya suatu akibat, yaitu: 1)     Method of Agreement: jika dalam dua atau lebih peristiwa, pada suatu fenomena timbul satu (dan hanya satu) kondisi yang terjadi, maka kondisi itu dapat disimpulkan sebagai penyebab dari terjadinya fenomena tersebut. 2) Method of Difference: dalam dua peristiwa terdapat perbedaan dalam rangkaian (unsurnya) dan fenomena terjadinya. Jika serangkaian peristiwanya sama kecuali dalam satu faktor dimana peristiwa yang satu tidak memilikinya dan tidak menimbulkan fenomena, maka fenomena yang terjadi itu disebabkan oleh faktor yang memiliki peristiwanya. 3) Method of Concomitant Variation: jika telah diketahui adanya faktor-faktor tertentu dalam peristiwa yang menimbulkan bagian-bagian tertentu suatu fenomena, maka bagian-bagian lain dari fenomena ini adalah akibat dari faktor selebihnya yang terdapat dalam peristiwa itu.
  • 26. Membahas dan Menarik Kesimpulan Pembahasan adalah mencocokkan deduksi dalam kerangka pikiran dengan induksi dari empirik (hasil pengujian hipotesis), atau dengan induksi yang diperoleh orang lain (hasil penelitian sebelumnya) yang relevan. Dalam pembahasan, termasuk interpretasi, titik perhatian kita tertuju pada dua hal: (1) pada kerangka pikiran (logical construct) yang telah disusun; dan (2) mengaitkan dengan variabel-variabel dari topik aktual. Hasil pembahasan adalah kesimpulan. Kesimpulan ini harus merupakan jawaban terhadap pertanyaan penelitian, atau sebagai bukti dari hipotesis yang diajukan.
  • 27. Berpikir Induktif Berpikir induktif dimulai dari hal-hal yang khusus (particular) yang terpikirkan sebagai kelas dari suatu fenomena, menuju pada generalisasi. Prinsip berpikir induktif adalah: “Jika sejumlah besar A (fakta-fakta dari suatu fenomena) diamati pada variasi kondisi yang luas, dan ternyata semua A yang diamati itu menunjukkan adanya sifat B, maka semua A (termasuk yang tidak diamati) akan memiliki sifat B pula”. Secara umum dikatakan: “Semua A memiliki sifat B”.
  • 28. Dari prinsip tersebut dapat dikatakan bahwa makin besar A yang diamati (idealnya semua A pada fenomena) dan makin luas variasi kondisi dimana pengamatan itu dilakukan, maka akan semakin mantap hukum/dalil/teori yang dibangunnya. Namun induksi lengkap (completely induction) seperti itu sulit dilakukan. Karena itu ilmuwan sering melakukan induksi tidak lengkap (incompletely induction) yang disebut “sample study”. Atas dasar inilah maka peneliti tidak bersikeras berkeyakinan bahwa hasil penelitiannya berlaku mutlak untuk generalisasi populasinya, melainkan hanya berlaku pada taraf tertentu saja.
  • 29. Dalam hal memperluas variasi kondisi, Francis Bacon mengajukan tiga prinsip: a)    Pencatatan ciri-ciri positif, yaitu mengenai apa yang terjadi dalam suatu kondisi; b)    Pencatatan ciri-ciri negatif, yaitu pencatatan pada kondisi mana suatu kejadian tidak timbul; c)     Pencatatan variasi kondisi, yaitu pencatatan ada tidaknya perubahan ciri-ciri pada kondisi yang berubah-ubah. Melalui pencatatan tersebut dapat ditetapkan ciri-ciri atau sifat-sifat yang harus ada, yang tidak dapat dipisahkan dari suatu fenomena.
  • 30. Berpikir Deduktif Alur berpikir dimulai dari hal-hal yang umum ke hal- hal yang khusus (particular). Prinsip dasarnya adalah: “Segala yang dipandang benar pada semua peristiwa dalam satu kelas atau jenis, berlaku pula sebagai hal yang benar pada semua peristiwa yang terjadi pada hal yang khusus, asal hal yang khusus tersebut benar-benar merupakan bagian atau unsur dari hal yang umum itu”. Penalaran deduktif biasanya menggunakan silogisme dalam menarik kesimpulan. Silogisme adalah argumentasi yang terdiri dari tiga proposisi, yaitu premis major, premis minor, dan konklusi/konsekuen/ kesimpulan.
  • 31. Premis major adalah proposisi yang bersifat umum (general) berupa teori, hukum, atau dalil dari suatu ilmu. Premis minor adalah proposisi yang disusun dari fenomena khusus yang ditangkap indera, yaitu yang ingin diketahui. Konklusi adalah jawaban logis dari premis minor. Contoh: Proposisi 1 (Pmj) : semua logam yang dipanaskan akan memuai Proposisi 2 (Pmn) : besi adalah logam Proposisi 3 (K) : jika besi dipanaskan, maka akan memuai
  • 32. Kesulitan-kesulitan yang dihadapi dalam penalaran deduktif untuk memperoleh tingkat kebenaran yang lebih tinggi adalah sebagai berikut: 1. Kesulitan untuk menentukan generalisasi (teori/hukum/dalil) yang akan dijadikan premis major 2. Kesulitan untuk merumuskan proposisi faktual dari fenomena untuk menentukan premis minornya. 3. Persoalan konsepsi, yaitu mengkaji konsep-konsep yang membangun proposisi (baik sebagai premis major maupun premis minor). Misalnya: apa yang disebut konsep logam, konsep besi, konsep pemanasan, konsep memuai, dan sebagainya. 4. Persoalan “judgment”, yaitu menentukan kebenaran hubungan antara suatu konsep dengan konsep lainnya pada setiap proposisi. 5. Bagaimana memberikan “reasoning” (argumentasi) terhadap duduk persoalan premis minor dan premis major. Misalnya, bagaimana argumentasi bahwa besi itu bagian dari logam, dan sebagainya.
  • 33. Secara logika kelemahan-kelemahan yang disebutkan oleh hal-hal tersebut, terwujud dalam dua macam kesalahan silogismik, yaitu: kesalahan isi (material) dan kesalahan bentuk (formal). Kesalahan isi adalah kesalahan materi dan premis-premisnya, meskipun salah satu peremisnya benar, maka kesimpulannya akan salah. Sedangkan yang dimaksud kesalahan bentuk (formal) adalah kesalahan jalannya deduksi, meskipun materi (isi) pada premis major dan premis minor benar, tetapi karena jalannya salah maka konklusi/kesimpulan akan salah.
  • 34. Contoh Kesalahan Isi (Materi): PMj : Kedinamisan kelembagaan sosial ditentukan oleh kepemipinan pemimpinnya …………………….. (B) PMn: Perguruan tinggi tidak termasuk kelembagaan sosial (S) K : Kedinamisan Perguruan Tinggi tidak ditentukan oleh kepemimpinan pemimpinnya (S) CContoh Kesalahan Bentuk (Formal): PMj: Semua kera bermata dua (B) PMn: Semua wanita bermata dua (B)              K : Maka wanita adalah ……………………… (S)
  • 35. Kesimpulan yang diperoleh dari hasil penalaran deduktif merupakan hasil pemikiran logis atau ratio, yang pada umumnya tidak membuat seseorang puas. Karena itu kesimpulan deduktif dianggap sebagai kesimpulan sementara (tentatif) atau sebagai dugaan (hipotesis). Untuk meyakinkan akan kebenarannya perlu memperoleh pengujian (verifikasi) yaitu membandingkannya atau menyesuaikannya dengan keadaan empirik melalui proses penalaran induktif. Itulah sebabnya para ilmuwan modern dewasa ini sering mondar-mandir dari kutub deduktif ke induktif.