SlideShare una empresa de Scribd logo
1 de 23
1 
KATA PENGANTAR 
Puji syukur kehadirat tuhan Yang Maha Esa atas kelimpahan rahmatnya sehingga 
penulis dapat menyelesaikan tugas dengan baik dan tepat waktu. Dalam tugas mata kuliah 
Pancasila ini penulis membahas tentang “Tindak Pidana Korupsi” atau “TIPIKOR”. Penulis 
mengucapkan terima kasih kepada ibu Hudriyah Mundzir SH.MH yang telah membimbing 
penulis untuk menyelesaikan tugas ini. 
Makalah ini dibuat dengan berbagai observasi dengan beberapa bantuan dari 
berbagai pihak untuk membantu menyelesaikan makalah ini. 
Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan yang mendasar pada makalah 
ini oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang dapat membangun penulis. 
Kritik konstruktif dari pembaca sangat penulis harapkan untuk penyempurnaan makalah 
tersebut. 
Akhir kata semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi kita sekalian. 
Malang, 22 November 2013 
Penulis
Daftar Isi 
KATA PENGANTAR................................................................................................................................... 1 
BAB 1 ....................................................................................................................................................... 3 
PENDAHULUAN ................................................................................................................................... 3 
1.1 Latar Belakang ........................................................................................................................... 3 
1.2 Rumusan Masalah ..................................................................................................................... 4 
BAB 2 ....................................................................................................................................................... 5 
TINJAUAN TEORI ................................................................................................................................. 5 
BAB 3 ....................................................................................................................................................... 6 
PEMBAHASAN ..................................................................................................................................... 6 
A. Pengertian Tindak Pidana Korupsi menurut Perspektif Hukum ............................................ 6 
B. Pengertian Tindak Pidana Korupsi menurut para Ahli dan secara Umum. ............................ 8 
C. Penjatuhan Pidana Dalam Perkara Tindak Pidana Kasus Korupsi Di Indonesia ................... 12 
D. Komisi Pemberantas Korupsi ................................................................................................ 14 
E. Dampak Yang Terjadi Akibat Korupsi Dan Upaya Penanggulangannya ............................... 17 
F. Upaya Penanggulangan Korupsi. .......................................................................................... 17 
BAB 4 ..................................................................................................................................................... 21 
PENUTUP ........................................................................................................................................... 21 
4.1 KESIMPULAN ..................................................................................................................... 21 
4.2 SARAN ............................................................................................................................... 22 
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................................................. 23 
2
3 
BAB 1 
PENDAHULUAN 
1.1 Latar Belakang 
Upaya untuk memberantas korupsi ternyata telah ada sejak orde lama dan bahkan 
telah berkali-kali dibentuk badan untuk memberantas korupsi. Namun, upaya itu tidak 
berhasil atau bahkan tidak berjalan dengan efektif dan bahkan kasus korupsi semakin 
tumbuh subur di Negara ini. Sampai terbentuklah KPK pada tahun 2003 yang diperkuat oleh 
UU Republik Indonesia No 30 thn 2002 mengenai Komisi Pemberantasan Pidana Korupsi. 
Dengan kewenangan sebagai badan resmi untuk memberantas korupsi ini, KPK telah banyak 
memecahkan kasus korupsi. 
Beberapa kasus yang pernah menjadi sorotan masyarakat yaitu kasus gayus 
tambunan mengenai mafia pajak, kasus M. Nazaruddin mengenai penggelapan dana wisma 
atlet, dan kasus yang baru yaitu Nunun Nur Boeti tersangka kasus cek pelawat yang menjadi 
buronan internasional. Dan mungkin kasus yang baru-baru ini kita semua dengar mengenai 
simulasi dalam pembuatan SIM yang melibatkan Polri. Masih banyak lagi kasus-kasus yang 
telah dipecahkan oleh KPK. Dan apa selanjutnya? 
Saat ini KPK telah mengadakan penyelidikan terhadap para anggota DPR, dan juga 
badan anggaran DPR, tentu saja dengan adanya penyelidikan KPK para anggota DPR ini 
merasa terganggu oleh pihak KPK, sehingga DPR mengajukan untuk merefisi kembali UU 
mengenai KPK. Disinilah terjadi pra-kontra yang sekarang menjadi sorotan masyarakat dan 
partai politik lainnya. Maka dari itu disini saya akan membahas mengenai Tipikor.
4 
1.2 Rumusan Masalah 
1. Apakan yang dimaksud dengan Tindak Pidana Korupsi menurut perspektif hukum. 
2. Apa pengertian Tipikor menurut para ahli dan secara umum. 
3. Bagaimanakah tindak pidana dalam kasus korupsi di Indonesia. 
4. Bagaimanakah kinerja KPK tehadap kasus korupsi sekarang ini. 
5. Bagaimanakah dampak korupsi terhadap Negara Indonesia dan bagaimana cara 
menanggulangi terjadinya korupsi.
5 
BAB 2 
TINJAUAN TEORI 
PENGERTIAN TIPIKOR 
Menurut perspektif hukum, pengertian korupsi secara gamblang dijelaskan dalam 13 
buah pasal dalam UU No.31 tahun 1999 yang telah diubah menjadi UU No.20 tahun 2001 
tentang pemberantasan tindak pidana korupsi. Berdasarkan pasal-pasal tersebut, korupsi 
dirumuskan kedalam 30 bentuk tindak pidana korupsi. Pasal-pasal tersebut menjelaskan 
secara terperinci mengenai perbuatan yang bisa dikenakan sanksi pidana korupsi. 
Korupsi adalah produk dari sikap hidup satu kelompok masyarakar yang memakai 
uang sebagai standar kebenaran dan sebagai suatu kekuasaan mutlak. Sebagai akibat 
korupsi ketimpangan antara si miskin dan sikaya semakin kentara. Orang-orang kaya dan 
memiliki politisi korup bisa masuk dalam golongan elite yang berkuasa dan sangat 
dihormati. Mereka juga memilik status sosial yang tinggi. 
Korupsi menurut Dr. Kartini Kartono, korupsi adalah tingkah laku yang menggunakan 
jabatan dan wewenang guna mengeduk keuntungan pribadi, merugikan kepentingan umum 
Dijabarkan pula oleh Dr. Sarlito W. Sarwono, faktor seorang melakukan tindak korupsi 
adalah factor dorongan dalam diri (keinginan, hasrat, kehendak) dan faktor rangsangan dari 
luar (kesempatan, dorongan teman-teman, kurang kontrol, dan lain-lain). 
Secara bahasa, korupsi berasal dari bahasa inggris, yaitu corrupt, yang berasal daari 
perpaduan dua kata dalam bahasa latin yaitu com yang berarti bersama-sama dan rupere 
yang berarti pecah atau jebol. Istilah korupsi juga bisa dinyatakan sebagai suatu perbuatan 
tidak jujur atau penyelewengan yang dilakukan karena adanya suatu pemberian. Dalam 
prakteknya korupsi lebih dikenal menerima uang yang ada hubungannya dengan jabatan 
tanpa adanya catatan administrasi. Pengertian korupsi lebih ditekankan pada perbuatan 
yang merugikan kepentingan publik atau masyarakat luas untuk keuntungan pribadi atau 
golongan. 
Sebab-sebab terjadinya korupsi adalah sebagai berikut : 
Ø Gaji yang rendah, kurang sempurnanya peraturan perundang-undangan, 
administrasi yang lamban dan sebagainya. 
Ø Warisan pemerintahan kolonial.
Ø sikap mental pegawai yang ingin cepat kaya dengan cara yang tidak halal, tidak 
ada kesadaran bernegara, tidak ada pengetahuan pada bidang pekerjaan yang 
dilakukan oleh pejabat pemerintah. 
6 
BAB 3 
PEMBAHASAN 
A. Pengertian Tindak Pidana Korupsi menurut Perspektif Hukum 
Menurut perspektif hukum, definisi korupsi secara gamblang telah dijelaskan dalam 13 
buah Pasal dalam UU No. 31 Tahun 1999 yang telah diubah dengan UU No. 20 Tahun 2001 
tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi. Berdasarkan pasal-pasal tersebut, korupsi 
dirumuskan kedalam 30 bentuk/jenis tindak pidana korupsi. Pasal-pasal tersebut 
menerangkan secara terperinci mengenai perbuatan yang bisa dikenakan sanksi pidana 
karena korupsi. Ketigapuluh bentuk/jenis tindak pidana korupsi tersebut pada dasarnya 
dapat dikelompokkan sebagai berikut: 
1. Kerugian keuangan negara 
2. Suap-menyuap 
3. Penggelapan dalam jabatan 
4. Pemerasan 
5. Perbuatan curang 
6. Benturan kepentingan dalam pengadaan 
7. Gratifikasi
Selain bentuk/jenis tindak pidana korupsi yang sudah dijelaskan diatas, masih ada 
tindak pidana lain yang yang berkaitan dengan tindak pidana korupsi yang tertuang pada UU 
No.31 Tahun 1999 jo. UU No. 20 Tahun 2001. Jenis tindak pidana yang berkaitan dengan 
tindak pidana korupsi itu adalah: 
7 
1. Merintangi proses pemeriksaan perkara korupsi 
2. Tidak memberi keterangan atau memberi keterangan yang tidak benar 
3. Bank yang tidak memberikan keterangan rekening tersangka 
4. Saksi atau ahli yang tidak memberi keterangan atau memberi keterangan palsu 
5. Orang yang memegang rahasia jabatan tidak memberikan keterangan atau 
memberikan keterangan palsu 
6. Saksi yang membuka identitas pelapor 
Pasal-pasal berikut dibawah ini dapat dikaitkan dengan tindak pidana korupsi dalam 
pengadaan barang dan jasa pemerintah.1. Melawan Hukum untuk Memperkaya Diri Pasal 2 
UU No. 31 Tahun 1999 jo. UU No. 20 Tahun 2001: 
(1) Setiap orang yang secara melawan hukum melakukan perbuatan memperkaya diri 
sendiri atau orang lain atau suatu korporasi yang dapat merugikan keuangan negara atau 
perekonomian negara, dipidana dengan pidana penjara seumur hidup atau pidana penjara 
paling singkat 4 (empat) tahun dan paling lama 20 (dua puluh) tahun dan denda paling 
sedikit Rp 200.000.000,00 (dua ratus juta rupiah) dan paling banyak Rp. 1.000.000.000,00 
(satu milyar rupiah). 
(2) Dalam hal tindak pidana korupsi sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dilakukan 
dalam keadaan tertentu, pidana mati dapat dijatuhkan. Rumusan korupsi pada Pasal 2 UU 
No. 31 Tahun 1999, pertama kali termuat dalam Pasal 1 ayat (1) huruf a UU No. 3 Tahun 
1971. Perbedaan rumusan terletak pada masuknya kata ”dapat” sebelum unsur ”merugikan 
keuangan/perekonomian negara” pada UU No. 31 Tahun 1999. Sampai dengan saat ini, 
pasal ini termasuk paling banyak digunakan untuk memidana koruptor. 
Untuk menyimpulkan apakah suatu perbuatan termasuk korupsi menurut Pasal ini, 
harus memenuhi unsur-unsur:
8 
1. Setiap orang atau korporasi; 
2. Melawan hukum; 
3. Memperkaya diri sendiri, orang lain atau suatu korporasi; 
4. Dapat merugikan keuangan negara atau perekonomian negara. 
Menyalahgunakan Kewenangan Pasal 3 UU No. 31 Tahun 1999 jo. UU No. 20 Tahun 
2001: Setiap orang yang dengan tujuan menguntungkan diri sendiri atau orang lain atau 
suatu korporasi, menyalahgunakan kewenangan, kesempatan atau sarana yang ada 
padanya karena jabatan atau kedudukan yang dapat merugikan keuangan negara atau 
perekonomian negara, dipidana dengan pidana penjara seumur hidup atau pidana penjara 
paling singkat 1 (satu) tahun dan paling lama 20 (dua puluh) tahun dan atau 6 tahun serta 
denda paling sedikit Rp. 50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah) dan paling banyak Rp. 
1.000.000.000,00 (satu milyar rupiah). 
Rumusan korupsi pada Pasal 3 UU No. 31 Tahun 1999, pertama kali termuat dalam 
Pasal 1 ayat (1) huruf b UU No. 3 Tahun 1971. Perbedaan rumusan terletak pada masuknya 
kata ”dapat” sebelum unsur ”merugikan keuangan/perekonomian negara” pada UU No. 31 
Tahun 1999. Sampai dengan saat ini, pasal ini termasuk paling banyak digunakan untuk 
memidana koruptor. 
Untuk menyimpulkan apakah suatu perbuatan termasuk korupsi menurut Pasal ini, 
harus memenuhi unsur-unsur: 
1. Setiap orang; 
2. Dengan tujuan menguntungkan diri sendiri atau orang lain atau suatu korporasi; 
3. Menyalahgunakan kewenangan, kesempatan atau sarana; 
4. Dapat merugikan keuangan negara atau perekonomian negara. 
B. Pengertian Tindak Pidana Korupsi menurut para Ahli dan secara Umum. 
Pengertian Korupsi adalah tindakan yang dilakukan oleh setiap orang yang 
kewenangan, kesempatan atau sarana yang ada padanya karena jabatan atau kedudukan 
yang dapat Anti korupsi secara mudahnya dapat diartikan tindakan yang tidak menyetujui 
terhadap berbagai upaya yang dilakukan oleh setiap orang yang dengan tujuan 
menguntungkan diri sendiri atau orang lain atau suatu korporasi, menyalahgunakan
kewenangan, kesempatan atau sarana yang ada padanya karena jabatan atau kedudukan 
yang dapat merugikan keuangan negara atau perekonomian negara. 
Dengan kata lain, anti korupsi merupakan sikap atau perilaku yang tidak mendukung 
atau menyetujui terhadap berbagai upaya yang yang dilakukan oleh seseorang atau 
korporasi untuk merugikana keuangan negara atau perekonomian negara yang dapat 
menghambat pelaksanaan pembangunan nasional. Untuk mendukung upaya atau tindakan 
anti korupsi melalui UU Republik Indonesia nomor 30 Tahun 2002 dibentuklah Komisi 
Pemberantasan Korupsi (KPK).Selain itu ada Lembaga Swadaya Masyarakat yang sangat 
peduli terhadap pemberantasan korupsi, seperti Masyarakat Transparansi Indonesia atau 
juga Lembaga Pemantau Kekayaan Negara. 
Sedangkan pengertian Tipikor menurut para ahli adalah sebagai berikut : 
1. Gorte Winkler Prins (2005:8) 
Dalam kamus hukum ensiklopedia menyebutkan bahwa meskipun kata Corruption itu 
luas sekali artinya namun sering kali corruption dipersamakan artinya dengan penyuapan. 
Arti harfiah dari kata korupsi adalah sesuatu yang busuk jahat dan merusak. Jika 
membicarakan tentang korupsi memang akan menemukan kenyataan semacam itu karena 
korupsi menyangkut segi-segi moral sifat dan keadaan yang busuk jabatan dalam instansi 
atau aparatur pemerintah penyelewengan kekuasaan dalam jabatan karena pemberian, 
faktor ekonomi dan politik, serta penempatan keluarga atau golongan ke dalam kedinasan 
di bawah kekuasaan jabatannya. 
9 
2. Subekti dan Tjitrosudibio (2007:9) 
Dalam kamus hukum, mengemukakan, bahwa yang dimaksud Curruptie adalah 
korupsi perbuatan curang tindak pidana yang merugikan keuangan negara. 
3. H. Baharuddin lopa (1997:6), mengemukakan: 
“ Tindak pidana korupsi adalah suatu tindak pidana yang dengan penyuapan 
manipulasi dan perbuatan-perbuatan melawan hukum yang merugikan atau dapat 
merugikan keuangan negara atau perekonomian negara, merugikan kesejahteraan atau 
kepentingan rakyat/umum. Perbuatan yang merugikan keuangan atau perekonomian 
negara adalah korupsi dibidang materil, sedangkan korupsi dibidang politik dapat terwujud 
berupa memanipulasi pemungutan suara dengan cara penyuapan, intimidasi paksaan dan 
atau campur tangan yang mempengaruhi kebebasan memilih komersiliasi pemungutan
suara pada lembaga legislatif atau pada keputusan yang bersifat administratif dibidang 
pelaksanaan pemerintah”. 
4. Menurut Aswanto 2010. 
“Secara sistematik tindak pidana korupsi terdiri atas kata tindak pidana/delik dengan 
kata korupsi. Tindak pidana/delik adalah perbuatan yang dilarang dalam peraturan 
perundang-undangan yang disertai dengan ancaman pidana terhadap siapa yang melakukan 
perbuatan yang dilarang tersebut 
5. Selanjutnya Mc Mullan (1961) 
Menyatakan bahwa akibat korupsi adalah ketidak efisienan, ketidakadilan, rakyat tidak 
mempercayai pemerintah, memboroskan sumber-sumber negara, tidak mendorong 
perusahaan untuk berusaha terutama perusahaan asing, ketidakstabilan politik, 
pembatasan dalam kebijaksanaan pemerintah dan tidak represif. 
Dalam penjelasan umum UU Republik Indonesia Nomor 30 Tahun 2002 tentang Komisi 
Pemberantasan Korupsi dinyatakan, bahwa Tindak pidana korupsi di Indonesia sudah 
meluas dalam masyarakat. Perkembangannya terus meningkat dari tahun ke tahun, baik 
dari jumlah kasus yang terjadi dan jumlah kerugian keuangan negara maupun dari segi 
kualitas tindak pidana yang dilakukan semakin sistematis serta lingkupnya yang memasuki 
seluruh aspek kehidupan masyarakat. Meningkatnya tindak pidana korupsi yang tidak 
terkendali akan membawa bencana tidak saja terhadap kehidupan perekonomian nasional 
tetapi juga pada kehidupan berbangsa dan bernegara pada umumnya. 
Dalam rangka mewujudkan supremasi hukum, Pemerintah Indonesia telah meletakkan 
landasan kebijakan yang kuat dalam usaha memerangi tindak pidana korupsi. Berbagai 
kebijakan telah tertuang dalam bentuk peraturan perundang-undangan, antara lain dalam 
Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia Nomor XI/MPR/1998 
tentang Penyelenggara Negara yang bersih dan bebas korupsi, kolusi dan Nepotisme; 
Undang-undang nomor 28 tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi 
sebagaimana telah diubah dengan undang-undang nomor 20 tahun 2001 tentang 
Perubahan atas undang-undang nomor 31 tahun Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi. 
10
11 
Kewenangan Komisi Pemberantasan Korupsi dalam melakukan penyelidikan, 
penyidikan, dan penuntutan tindak pidana korupsi meliputi tindak pidana korupsi yang : 
1. Melibatkan aparat penegak hukum, penyelenggara negara, dan orang lain yang 
ada kaitannya dengan tindak pidana korupsi yang dilakukan oleh aparat penegak 
hukum atau penyelenggara negara; 
2. Mendapat perhatian yang meresahkan masyarakat; 
3. Menyangkut kerugian negara paling sedikit Rp. 1.000.000.000,00 (satu milyar 
rupiah). 
Dengan pengaturan dalam undang-undang ini, Komisi Pemberantasan Korupsi : 
1. Dapat menyusun jaringan kerja (networking) yang kuat dan memperlakukan 
institusi yang telah ada sebagai counterpartner yang kondusif sehingga 
pemberantasan korupsi dapat dilaksanakan secara efisien dan efektif. 
2. Tidak monopoli tugas dan wewenang penyelidikan, penyidikan dan penuntutan 
3. Berfungsi sebagai pemicu dan pemberdayaan institusi yang telah ada dalam 
pemberantasan korupsi 
4. Berfungsi untuk melakukan supervisi dan memantau institusi yang telah ada dan 
dalam keadaan tertentu dapat mengambil alih tugas dan wewenang penyelidikan, 
penuidikan dan penuntutan (superbody) yang sedang dilaksanakan oleh 
kepolisian dan/atau kejaksaan. 
Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi adalah serangkaian tindakan untuk mencegah 
dan memberantas tindak pidana korupsi melalui upaya koordinasi, supervisi, monitor, 
penyelidikan, penyidikan, penuntutan dan pemeriksaan di sidang pengadilan, dengan peran 
serta masyarakat berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku (pasal 1 ayat 
3).Tujuan dibentuknya Komisi Pemberantasan Korupsi menurut pasal 4 adalah untuk 
meningkatkan daya guna dan hasil guna terhadap upaya pemberantasan tindak pidana 
korupsi. Sedangkan tugas dan wewenang KPK menurut pasal 6 adalah : 
1. Koordinasi dengan instansi yang berwenang melakukan pemberantasan tindak 
pidana korupsi
12 
2. Supervisi terhadap instansi yang berwenang melakukan pemberantasan tindak 
pidana korupsi 
3. Melakukan penyelidikan, penyidikan, dan penuntutan terhadap tindak pidana 
korupsi 
4. Melakukan tindakan-tindakan pencegahan tindak pidana korupsi 
5. Melakukan monitor terhadap penyelenggaraan pemerintahan Negara 
C. Penjatuhan Pidana Dalam Perkara Tindak Pidana Kasus Korupsi Di Indonesia 
Berdasarkan ketentuan undang-undang nomor 31 Tahun 1999 undang-undang nomor 
20 tahun 2001, jenis penjatuhan pidana yang dapat dilakukan hakim terhadap terdakwa 
tindak pidana korupsi adalah sebagai berikut. 
1) Pidana Mati 
Dapat dipidana mati karena kepada setiap orang yang secara melawan hukum 
melakukan perbuatan memperkaya diri sendiri atau orang lain atau suatu korporasi 
yang dapat merugikan keuangan Negara atau perekonomian Negara sebagaimana 
ditentukan dalam Pasal 2 ayat (1) Undang-undang nomor 31 tahun 1999 jo Undang-undang 
nomor 20 tahun 2001 tentang pemberantasan tindak pidana korupsi, yang 
dilakukan dalam keadaan tertentu. 
2) Pidana Penjara 
Pidana penjara seumur hidup atau pidana penjara paling singkat 4 (empat) 
tahun dan paling lama 20 (dua puluh) tahun dan denda paling sedikit Rp. 
200.000.000,00 (dua ratus juta rupiah) dan paling banyak Rp. 1.000.000.000,00 (satu 
miliar rupiah) bagi setiap orang yang secara melawan hukum melakukan perbuatan 
memperkaya diri sendiri atau orang lain atau suatu korporasi yang dapat merugikan 
keuangan Negara atau perkonomian Negara. (Pasal 2 ayat 1) 
Pidana penjara seumur hidup atau pidana penjara paling singkat 1 (satu) tahun 
dan/atau denda paling sedikit Rp. 50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah) dan paling 
banyak satu Rp. 1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah) bagi setiap orang yang dengan 
tujuan menguntungkan diri sendiri atau orang lain atau suatu korporasi, 
menyalahgunakan kewenangan, kesempatan, atau sarana yang ada padanya karena
jabatan atau kedudukan yang dapat merugikan keuangan Negara atau perekonomian 
Negara (Pasal 3) 
Pidana penjara paling singkat 3 (tiga) tahun dan paling lama 12 (dua belas) tahun 
dan/atau denda paling sedikit Rp.150.000.000,00 (seratus lima puluh juta rupiah) dan 
paling banyak Rp. 600.000.000,00 (enam ratus juta) bagi setiap orang yang dengan 
sengaja mencegah, merintangi atau menggagalkan secara langsung atau tidak 
langsung penyidikan, penuntutan, dan pemeriksaan di siding pengadilan terhadap 
tersangka atau terdakwa ataupun para saksi dalam perkara korupsi. (Pasal 21) 
3) Pidana Tambahan 
Perampasan barang bergerak yang berwujud atau yang tidak berwujud atau 
barang tidak bergerak yang digunakan untuk atau yang diperoleh dari tindak pidana 
korupsi, termasuk perusahaan milik terpidana dimana tindak pidana korupsi 
dilakukan, begitu pula dari barang yang menggantikan barang-barang tersebut. 
Pembayaran uang pengganti yang jumlahnya sebanyak-banyaknya sama dengan 
13 
harta yang diperoleh dari tindak pidana korupsi. 
Penutupan seluruh atau sebagian perusahaan untuk waktu paling lama 1 (satu) 
tahun. 
Pencabutan seluruh atau sebagian hak-hak tertentu atau penghapusan seluruh 
atau sebagian keuntungan tertentu yang telah atau dapat diberikan oleh pemerintah 
kepada terpidana. 
Jika terpidana tidak membayar uang pengganti paling lama dalam waktu 1 (satu) 
bulan sesudah putusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap 
maka harta bendanya dapat disita oleh jaksa dan dilelang untuk menutupi uang 
pengganti tersebut. 
Dalam hal terpidana tidak mempunyai harta benda yang mencukupi untuk 
membayar uang pengganti maka terpidana dengan pidana penjara yang lamanya tidak 
memenuhi ancaman maksimum dari pidana pokoknya sesuai ketentuan undang-undang 
nomor 31 tahun 1999 jo undang-undang nomor 20 tahun 2001 tentang 
pemberantasan tindak pidana korupsi dan lamanya pidana tersebut sudah ditentukan 
dalam putusan pengadilan.Terhadap Tindak Pidana yang dilakukan Oleh atau Atas 
Nama Suatu Korporasi.
Pidana pokok yang dapat dijatuhkan adalah pidana denda dengan ketentuan 
maksimal ditambah 1/3 (sepertiga). Penjatuhan pidana ini melalui procedural 
ketentuan pasal 20 ayat (1)-(5) undang-undang 31 tahun 1999 tentang pemberantasan 
tindak pidana korupsi adalah sebagai berikut: 
a. Dalam hal tindak pidana korupsi dilakukan oleh atau atas nama suatu 
korporasi, maka tuntutan dan penjatuhan pidana dapat dilakukan terhadap 
korporasi dan/atau pengurusnya. 
b. Tindak pidana korupsi dilakukan oleh korporasi apabila tindak pidana 
tersebut dilakukan oleh orang baik berdasarkan hubungan kerja maupun 
berdasarkan hubungan lain, bertindak dalam lingkungan korporasi tersebut baik 
sendiri maupun bersama-sama. 
c. Dalam hal ini tuntutan pidana dilakukan terhadap suatu korporasi maka 
korporasi tersebut diwakili oleh pengurus, kemudian pengurus tersebut dapat 
diwakilkan kepada orang lain. 
d. Hakim dapat memerintahkan supaya pengurus korporasi menghadap 
sendiri di pengadilan dan dapat pula memerintahkan supaya penguruh tersebut 
dibawa ke siding pengadilan. 
e. Dalam hal tuntutan pidana dilakukan terhadap korporasi, maka panggilan 
untuk menghadap dan menyerahkan surat panggilan tersebut disampaikan 
kepada pengurus di tempat tinggal pengurus atau ditempat pengurus berkantor. 
Unsur-unsur tindak pidana korupsi sebagaimana dimaksud dalam Undang-undang 
nomor 20 tahun 2001 tentang pemberantasan tindak pidana korupsi adalah 
a. Melakukan perbuatan memperkaya diri sendiri atau orang lain atau suatu 
korporasi; 
b. Perbuatan melawan hukum; 
c. Merugikan keuangan Negara atau perekonomian; 
d. Menyalahgunakan kekuasaan, kesempatan atas sarana yang ada padanya 
karena jabatan dan kedudukannya dengan tujuan menguntungkan diri sendiri 
atau orang lain 
14 
D. Komisi Pemberantas Korupsi
Komisi Pemberantasan Korupsi mempunyai tugas: 
1. Koordinasi dengan instansi yang berwenang melakukan pemberantasan tindak 
pidana korupsi; 
2. Supervisi terhadap instansi yang berwenang melakukan pemberantasan tindak 
pidana korupsi; 
3. Melakukan penyelidikan, penyidikan, dan penuntutan terhadap tindak pidana 
korupsi; 
4. Melakukan tindakan-tindakan pencegahan tindak pidana korupsi; dan 
5. Melakukan monitor terhadap penyelenggaraan pemerintahan negara. 
Dalam melaksanakan tugas koordinasi, Komisi Pemberantasan Korupsi berwenang : 
1. Mengkoordinasikan penyelidikan, penyidikan, dan penuntutan tindak pidana 
korupsi; 
2. Menetapkan sistem pelaporan dalam kegiatan pemberantasan tindak pidana 
korupsi; 
3. Meminta informasi tentang kegiatan pemberantasan tindak pidana korupsi kepada 
instansi yang terkait; 
4. Melaksanakan dengar pendapat atau pertemuan dengan instansi yang berwenang 
melakukan pemberantasan tindak pidana korupsi; dan 
5. Meminta laporan instansi terkait mengenai pencegahan tindak pidana korupsi. 
Alasan utama yang paling sering disinggung dengan munculny KPK adalah karena 
mereka tidak lagi dapat memercayai kepolisian dan kejaksaan untuk menangani kasus-kasus 
korupsi. Harapan satu-satunya untuk dapat melihat keadilan ditegakkan bagi masyarakat 
kebanyakan hanya ada di tangan KPK. Berdirinya KPK dalam waktu cepat telah 
menumbuhkan kepercayaan publik atas pemberantasan korupsi. 
Sepak terjang KPK dalam menangani perkara-perkara korupsi yang melibatkan pejabat 
publik dianggap masyarakat mampu menghadirkan proses hukum yang sesungguhnya. 
Bukan penegakan hukum pura-pura, dagelan, apalagi proses hukum korupsi yang diselimuti 
oleh praktik korupsi. Kritik terhadap KPK memang tetap ada,namun hal itu lebih sebagai 
upaya publik mengawasi KPK supaya proses penegakan hukum tidak tebang pilih, 
diskriminatif, dan manipulatif. 
15
Pengambilalihan kasus oleh KPK dari aparat kejaksaan dan kepolisian belum cukup 
dijadikan pelajaran yang berguna.Bahkan usaha (jika memang ada dan sungguh-sungguh) 
untuk memperbaiki citra kejaksaan, misalnya, justru tercoreng oleh ulah beberapa jaksa 
nakal yang tertangkap basah melakukan ancaman dan pemerasan. Terakhir,Kepala 
Kejaksaan Negeri Tilamuta yang dicopot oleh Kejaksaan Agung karena beredar rekaman 
pembicaraannya yang mengancam, memeras, sekaligus menghina satuan penegak hukum 
lainnya. 
Dalam situasi aparat penegak hukum konvensional mengalami kemandekan dalam 
penanganan kasus korupsi, di sisi lain situasi politik menciptakan korupsi yang kian massif, 
tentu berharap agar kepolisian atau kejaksaan segera pulih adalah mimpi. 
Sebagaimana kita tahu, berbagai modus korupsi yang muncul di berbagai daerah, 
kebanyakan diotaki oleh kepala daerah atau anggota legislatif,dengan cara yang kasar dan 
terang-terangan.Tapi tidak ada daya yang cukup untuk menghentikannya, karena 
mandulnya fungsi penegakan hukum dari kepolisian dan kejaksaan. 
Sebagaimana kita tahu,posisi dan peran KPK sebenarnya adalah trigger mechanism. 
Artinya, KPK didesain untuk mendorong dan memicu lahirnya semangat dan tradisi baru 
dalam penegakan hukum, khususnya bagi aparat penegak hukum konvensional. Salah satu 
latar belakang berdirinya KPK adalah karena aparat penegak hukum konvensional telah 
gagal dalam mengemban amanat konstitusi, yakni melakukan pemberantasan korupsi. 
Kehadiran KPK dimaksudkan untuk memberikan teladan, contoh, dan model penegak 
hukum yang memiliki integritas,profesionalitas, dan independensi yang tinggi. Dengan 
hadirnya KPK perwakilan, ada kesan yang muncul bahwa KPK akan menggantikan posisi 
kejaksaan dan kepolisian. Padahal, sejatinya KPK tidak dimaksudkan untuk sampai pada titik 
ini. 
KPK lebih banyak diharapkan dapat memberantas korupsi yang melibatkan pejabat 
negara dan aparat penegak hukum yang selama ini tidak dapat disentuh oleh aparat 
penegak hukum konvensional. Pendek kata, tujuan KPK dilahirkan, salah satu yang strategis, 
adalah memberantas korupsi yang memiliki hambatan politik dan hukum besar. Bukan 
untuk menangani semua kasus korupsi. Apabila KPK disibukkan dengan berbagai 
penanganan kasus korupsi, KPK akan menjadi tidak fokus, sehingga melupakan hal-hal yang 
strategis. 
16
Menghadirkan KPK perwakilan juga berarti pertaruhan integritas.Sebuah kondisi yang 
sulit dipertahankan dalam level yang paling tinggi saat rentang kendali kian jauh.Dalam ilmu 
manajemen standar, rentang kendali akan sangat memengaruhi efektivitas dari kontrol itu 
sendiri. Dengan demikian, tantangan KPK perwakilan adalah bagaimana mereka dapat 
memastikan bahwa integritas dari orang-orang yang kelak akan mengisi jabatan KPK 
perwakilan dapat dijaga dengan baik. 
17 
E. Dampak Yang Terjadi Akibat Korupsi Dan Upaya Penanggulangannya 
Akibat yang ditimbulkan sebagai dampak dari korupsi yaitu 
1. Pemborosan sumber-sumber, modal yang lari, gangguan terhadap penanaman 
modal, terbuangnya keahlian, bantuan yang lenyap. 
2. ketidakstabilan, revolusi sosial, pengambilan alih kekuasaan oleh militer, 
menimbulkan ketimpangan sosial budaya. 
3. pengurangan kemampuan aparatur pemerintah, pengurangan kapasitas 
administrasi, hilangnya kewibawaan administrasi. 
Dapat disimpulkan akibat-akibat korupsi diatas adalah sebagai berikut : 
1. Tata ekonomi seperti larinya modal keluar negeri, gangguan terhadap 
perusahaan, gangguan penanaman modal. 
2. Tata sosial budaya seperti revolusi sosial, ketimpangan sosial. 
3. Tata politik seperti pengambil alihan kekuasaan, hilangnya bantuan luar negeri, 
hilangnya kewibawaan pemerintah, ketidakstabilan politik. 
4. Tata administrasi seperti tidak efisien, kurangnya kemampuan administrasi, 
hilangnya keahlian, hilangnya sumber-sumber negara, keterbatasan kebijaksanaan 
pemerintah, pengambilan tindakan-tindakan represif. 
Secara umum akibat korupsi adalah merugikan negara dan merusak sendisendi 
kebersamaan serta memperlambat tercapainya tujuan nasional seperti yang tercantum 
dalam Pembukaan Undang-undang Dasar 1945. 
F. Upaya Penanggulangan Korupsi. 
Korupsi tidak dapat dibiarkan berjalan begitu saja kalau suatu negara ingin mencapai 
tujuannya, karena kalau dibiarkan secara terus menerus, maka akan terbiasa dan menjadi
subur dan akan menimbulkan sikap mental pejabat yang selalu mencari jalan pintas yang 
mudah dan menghalalkan segala cara (the end justifies the means). Untuk itu, korupsi perlu 
ditanggulangi secara tuntas dan bertanggung jawab. Ada beberapa upaya penggulangan 
korupsi yang ditawarkan para ahli yang masing-masing memandang dari berbagai segi dan 
pandangan. Caiden (dalam Soerjono, 1980) memberikan langkah-langkah untuk 
menanggulangi korupsi sebagai berikut : 
a. Membenarkan transaksi yang dahulunya dilarang dengan menentukan sejumlah 
pembayaran tertentu. 
b. Membuat struktur baru yang mendasarkan bagaimana keputusan dibuat. 
c. Melakukan perubahan organisasi yang akan mempermudah masalah 
pengawasan dan pencegahan kekuasaan yang terpusat, rotasi penugasan, wewenang 
yang saling tindih organisasi yang sama, birokrasi yang saling bersaing, dan 
penunjukan instansi pengawas adalah saran-saran yang secara jelas diketemukan 
untuk mengurangi kesempatan korupsi. 
d. Bagaimana dorongan untuk korupsi dapat dikurangi ? dengan jalan 
meningkatkan ancaman. 
e. Korupsi adalah persoalan nilai. Nampaknya tidak mungkin keseluruhan korupsi 
dibatasi, tetapi memang harus ditekan seminimum mungkin, agar beban korupsi 
organisasional maupun korupsi sestimik tidak terlalu besar sekiranya ada sesuatu 
pembaharuan struktural, barangkali mungkin untuk mengurangi kesempatan dan 
dorongan untuk korupsi dengan adanya perubahan organisasi. 
Cara yang diperkenalkan oleh Caiden di atas membenarkan (legalized) tindakan yang 
semula dikategorikan kedalam korupsi menjadi tindakan yang legal dengan adanya 
pungutan resmi. Di lain pihak, celah-celah yang membuka untuk kesempatan korupsi harus 
segera ditutup, begitu halnya dengan struktur organisasi haruslah membantu kearah 
pencegahan korupsi, misalnya tanggung jawab pimpinan dalam pelaksanaan pengawasan 
melekat, dengan tidak lupa meningkatkan ancaman hukuman kepada pelaku-pelakunya. 
Persoalan korupsi beraneka ragam cara melihatnya, oleh karena itu cara 
pengkajiannya pun bermacam-macam pula. Korupsi tidak cukup ditinjau dari segi deduktif 
saja, melainkan perlu ditinaju dari segi induktifnya yaitu mulai melihat masalah praktisnya 
(practical problems), juga harus dilihat apa yang menyebabkan timbulnya korupsi. 
Kartono (1983) menyarankan penanggulangan korupsi sebagai berikut : 
18
1. Adanya kesadaran rakyat untuk ikut memikul tanggung jawab guna melakukan 
partisipasi politik dan kontrol sosial, dengan bersifat acuh tak acuh. 
2. Menanamkan aspirasi nasional yang positif, yaitu mengutamakan kepentingan 
nasional. 
3. Para pemimpin dan pejabat memberikan teladan, memberantas dan menindak 
korupsi. 
4. Adanya sanksi dan kekuatan untuk menindak, memberantas dan menghukum 
tindak korupsi. 
5. Reorganisasi dan rasionalisasi dari organisasi pemerintah, melalui 
penyederhanaan jumlah departemen, beserta jawatan dibawahnya. 
6. Adanya sistem penerimaan pegawai yang berdasarkan “achievement” dan bukan 
berdasarkan sistem “ascription”. 
7. Adanya kebutuhan pegawai negeri yang non-politik demi kelancaran administrasi 
pemerintah. 
8. Menciptakan aparatur pemerintah yang jujur. 
9. Sistem budget dikelola oleh pejabat-pejabat yang mempunyai tanggung jawab 
etis tinggi, dibarengi sistem kontrol yang efisien. 
10. Herregistrasi (pencatatan ulang) terhadap kekayaan perorangan yang mencolok 
dengan pengenaan pajak yang tinggi. 
Marmosudjono (Kompas, 1989) mengatakan bahwa dalam menanggulangi korupsi, 
perlu sanksi malu bagi koruptor yaitu dengan menayangkan wajah para koruptor di televisi 
karena menurutnya masuk penjara tidak dianggap sebagai hal yang memalukan lagi. 
Berdasarkan pendapat para ahli diatas, maka dapat disimpulkan bahwa upaya 
19 
penanggulangan korupsi adalah sebagai berikut : 
a. Preventif. 
1. Membangun dan menyebarkan etos pejabat dan pegawai baik di instansi 
pemerintah maupun swasta tentang pemisahan yang jelas dan tajam antara 
milik pribadi dan milik perusahaan atau milik negara. 
2. mengusahakan perbaikan penghasilan (gaji) bagi pejabat dan pegawai 
negeri sesuai dengan kemajuan ekonomi dan kemajuan swasta, agar pejabat dan 
pegawai saling menegakan wibawa dan integritas jabatannya dan tidak terbawa 
oleh godaan dan kesempatan yang diberikan oleh wewenangnya.
3. Menumbuhkan kebanggaan-kebanggaan dan atribut kehormatan diri 
setiap jabatan dan pekerjaan. Kebijakan pejabat dan pegawai bukanlah bahwa 
mereka kaya dan melimpah, akan tetapi mereka terhormat karena jasa 
pelayanannya kepada masyarakat dan negara. 
4. Bahwa teladan dan pelaku pimpinan dan atasan lebih efektif dalam 
memasyarakatkan pandangan, penilaian dan kebijakan. 
5. menumbuhkan pemahaman dan kebudayaan politik yang terbuka untuk 
kontrol, koreksi dan peringatan, sebab wewenang dan kekuasaan itu cenderung 
disalahgunakan. 
6. Hal yang tidak kalah pentingnya adalah bagaimana menumbuhkan “sense 
of belongingness” dikalangan pejabat dan pegawai, sehingga mereka merasa 
peruasahaan tersebut adalah milik sendiri dan tidak perlu korupsi, dan selalu 
berusaha berbuat yang terbaik. 
b. Represif. 
20 
1. Perlu penayangan wajah koruptor di televisi. 
2. Herregistrasi (pencatatan ulang) terhadap kekayaan pejabat. 
Sekian uraian pengertian tentang Pengertian Tindak Pidana Korupsi, semoga bermanfaat.
21 
BAB 4 
PENUTUP 
4.1 KESIMPULAN 
1. Korupsi adalah penyalahgunaan wewenang yang ada pada pejabat atau pegawai demi 
keuntungan pribadi, keluarga dan teman atau kelompoknya. 
2. Korupsi menghambat pembangunan, karena merugikan negara dan merusak sendi-sendi 
kebersamaan dan menghianati cita-cita perjuangan bangsa. 
3. Cara penaggulangan korupsi adalah bersifat Preventif dan Represif. 
Pencegahan(preventif) yang perlu dilakukan adalah dengan menumbuhkan dan 
membangun etos kerja pejabat maupun pegawai tentang pemisahan yang jelas antara 
miliknegara atau perusahaan dengan milik pribadi, mengusahakan perbaikan 
penghasilan (gaji), menumbuhkan kebanggaan-kebanggaan dan atribut kehormatan diri 
setiap jabatan dan pekerjaan, teladan dan pelaku pimpinan atau atasan lebih efektif 
dalam memasyarakatkan pandangan, penilaian dan kebijakan, terbuka untuk kontrol, 
adanya kontrol sosial dan sanksi sosial, menumbuhkan rasa “sense of belongingness” 
diantara para pejabat dan pegawai. 
Sedangkan tindakan yang bersifat Represif adalah menegakan hukum yang berlaku 
pada koruptor dan penayangan wajah koruptor di layar televisi dan herregistrasi 
(pencatatan ulang) kekayaan pejabat dan pegawai.
22 
4.2 SARAN 
Dalam hal ini semoga dapat membantu pengetahuan dan menambah ilmu 
pengetahuan kita dalam Tindak Pidana Korupsi, dan yang terpenting adalah Tindak 
Pidana Korupsi merupakan tindakan kejahatan atau perbuatan yang harus 
dihapuskan dimana agar terjadi tata pemerintahan bernegara yang baik adil dan 
bersih dari korupsi. Dengan adanya pengadilan Tipikor ini sangat berarti dalam 
menyangkut kepentingan masyarakat Indonesia dari Tindak Pidana Korupsi.
23 
DAFTAR PUSTAKA 
 http://jokosaputroblog.blogspot.com/2013/07/makalah-tindak-pidana-korupsi. 
html#ixzz2l2gfoaW3 
 Tugas hukum pidana khusus klasifikasikan jenis-jenis tindak pidana korupsi 
berdasarkan uu no 31 th 1999 jo no 20 th 2001 yang di susun oleh : ardi prastiyo 
yuda dharma universitas semarang fakultas hukum

Más contenido relacionado

La actualidad más candente

Yurisdiksi negara dalama hukum internasional
Yurisdiksi negara dalama hukum internasionalYurisdiksi negara dalama hukum internasional
Yurisdiksi negara dalama hukum internasionalNuelnuel11
 
Pengakuan dalam Hukum Internasional
Pengakuan dalam Hukum InternasionalPengakuan dalam Hukum Internasional
Pengakuan dalam Hukum InternasionalVallen Hoven
 
Hukum persaingan power point
Hukum persaingan power pointHukum persaingan power point
Hukum persaingan power pointElisha Queen
 
Resume Materi Hukum Pidana
Resume Materi Hukum PidanaResume Materi Hukum Pidana
Resume Materi Hukum PidanaIca Diennissa
 
Hukum Acara Pidana Militer
Hukum Acara Pidana MiliterHukum Acara Pidana Militer
Hukum Acara Pidana MiliterFenti Anita Sari
 
Hukum perikatan powerpoint1
Hukum perikatan powerpoint1Hukum perikatan powerpoint1
Hukum perikatan powerpoint1Rizki Gumilar
 
Hukum perdata internasional - Pelaaksanaan putusan pengadilan dan arbitrase a...
Hukum perdata internasional - Pelaaksanaan putusan pengadilan dan arbitrase a...Hukum perdata internasional - Pelaaksanaan putusan pengadilan dan arbitrase a...
Hukum perdata internasional - Pelaaksanaan putusan pengadilan dan arbitrase a...Idik Saeful Bahri
 
Hukum perdata internasional 1
Hukum perdata internasional 1Hukum perdata internasional 1
Hukum perdata internasional 1villa kuta indah
 
Presentasi etika profesi hukum
Presentasi etika profesi hukumPresentasi etika profesi hukum
Presentasi etika profesi hukumAnto Neo Madani
 
Asas asas hukum dagang, ppt
Asas asas hukum dagang, pptAsas asas hukum dagang, ppt
Asas asas hukum dagang, pptBetlehem Ketaren
 
PPT MATERI KULIAH HUKUM ACARA PIDANA
PPT MATERI KULIAH HUKUM ACARA PIDANAPPT MATERI KULIAH HUKUM ACARA PIDANA
PPT MATERI KULIAH HUKUM ACARA PIDANADian Oktavia
 
Hukum perdata internasional - Menentukan titik taut dalam hukum perdata inter...
Hukum perdata internasional - Menentukan titik taut dalam hukum perdata inter...Hukum perdata internasional - Menentukan titik taut dalam hukum perdata inter...
Hukum perdata internasional - Menentukan titik taut dalam hukum perdata inter...Idik Saeful Bahri
 
Benda berwujud dan tidak berwujud sebagai objek hukum
Benda berwujud dan tidak berwujud sebagai objek hukumBenda berwujud dan tidak berwujud sebagai objek hukum
Benda berwujud dan tidak berwujud sebagai objek hukumrabu12
 
Pengantar hukum perdata
Pengantar hukum perdataPengantar hukum perdata
Pengantar hukum perdataNeyna Fazadiq
 
Hukum Administrasi Negara
Hukum Administrasi NegaraHukum Administrasi Negara
Hukum Administrasi Negaraaishkhuw fillah
 

La actualidad más candente (20)

Yurisdiksi negara dalama hukum internasional
Yurisdiksi negara dalama hukum internasionalYurisdiksi negara dalama hukum internasional
Yurisdiksi negara dalama hukum internasional
 
tipologi kejahatan penjahat
tipologi kejahatan  penjahattipologi kejahatan  penjahat
tipologi kejahatan penjahat
 
Pengakuan dalam Hukum Internasional
Pengakuan dalam Hukum InternasionalPengakuan dalam Hukum Internasional
Pengakuan dalam Hukum Internasional
 
Hukum persaingan power point
Hukum persaingan power pointHukum persaingan power point
Hukum persaingan power point
 
Resume Materi Hukum Pidana
Resume Materi Hukum PidanaResume Materi Hukum Pidana
Resume Materi Hukum Pidana
 
Hukum Acara Pidana Militer
Hukum Acara Pidana MiliterHukum Acara Pidana Militer
Hukum Acara Pidana Militer
 
Hukum perikatan powerpoint1
Hukum perikatan powerpoint1Hukum perikatan powerpoint1
Hukum perikatan powerpoint1
 
Hukum perdata internasional - Pelaaksanaan putusan pengadilan dan arbitrase a...
Hukum perdata internasional - Pelaaksanaan putusan pengadilan dan arbitrase a...Hukum perdata internasional - Pelaaksanaan putusan pengadilan dan arbitrase a...
Hukum perdata internasional - Pelaaksanaan putusan pengadilan dan arbitrase a...
 
Hukum perdata internasional 1
Hukum perdata internasional 1Hukum perdata internasional 1
Hukum perdata internasional 1
 
Presentasi etika profesi hukum
Presentasi etika profesi hukumPresentasi etika profesi hukum
Presentasi etika profesi hukum
 
Asas asas hukum dagang, ppt
Asas asas hukum dagang, pptAsas asas hukum dagang, ppt
Asas asas hukum dagang, ppt
 
Teori biologi kriminal
Teori biologi kriminalTeori biologi kriminal
Teori biologi kriminal
 
PPT MATERI KULIAH HUKUM ACARA PIDANA
PPT MATERI KULIAH HUKUM ACARA PIDANAPPT MATERI KULIAH HUKUM ACARA PIDANA
PPT MATERI KULIAH HUKUM ACARA PIDANA
 
Hukum perdata internasional - Menentukan titik taut dalam hukum perdata inter...
Hukum perdata internasional - Menentukan titik taut dalam hukum perdata inter...Hukum perdata internasional - Menentukan titik taut dalam hukum perdata inter...
Hukum perdata internasional - Menentukan titik taut dalam hukum perdata inter...
 
Benda berwujud dan tidak berwujud sebagai objek hukum
Benda berwujud dan tidak berwujud sebagai objek hukumBenda berwujud dan tidak berwujud sebagai objek hukum
Benda berwujud dan tidak berwujud sebagai objek hukum
 
Kriminologi
KriminologiKriminologi
Kriminologi
 
Hukum Perikatan
Hukum PerikatanHukum Perikatan
Hukum Perikatan
 
Perbandingan Hukum Pidana
Perbandingan Hukum PidanaPerbandingan Hukum Pidana
Perbandingan Hukum Pidana
 
Pengantar hukum perdata
Pengantar hukum perdataPengantar hukum perdata
Pengantar hukum perdata
 
Hukum Administrasi Negara
Hukum Administrasi NegaraHukum Administrasi Negara
Hukum Administrasi Negara
 

Destacado

Presentasi Masalah Korupsi Di Indonesia
Presentasi Masalah Korupsi Di IndonesiaPresentasi Masalah Korupsi Di Indonesia
Presentasi Masalah Korupsi Di IndonesiaARY SETIADI
 
Korupsi dan pendidikan anti korupsi
Korupsi dan pendidikan anti korupsiKorupsi dan pendidikan anti korupsi
Korupsi dan pendidikan anti korupsiSetyo Susilo
 
Bab 1 pengertian korupsi
Bab 1 pengertian korupsiBab 1 pengertian korupsi
Bab 1 pengertian korupsiDede Yudha
 
Materi penunjang 3 anti korupsi
Materi penunjang 3   anti korupsiMateri penunjang 3   anti korupsi
Materi penunjang 3 anti korupsiRonald Pjj Pael
 
Irvan korupsi di_masyarakat_41614110109[1]
Irvan korupsi di_masyarakat_41614110109[1]Irvan korupsi di_masyarakat_41614110109[1]
Irvan korupsi di_masyarakat_41614110109[1]irvan sidik
 
MENGUPAS PENYELENGGARAAN KEKUASAAN NEGARA - PKN kelas XI smt.1 K13
MENGUPAS PENYELENGGARAAN KEKUASAAN NEGARA - PKN kelas XI smt.1 K13 MENGUPAS PENYELENGGARAAN KEKUASAAN NEGARA - PKN kelas XI smt.1 K13
MENGUPAS PENYELENGGARAAN KEKUASAAN NEGARA - PKN kelas XI smt.1 K13 Shintia S P Dewi
 
Pendidikan Anti Korupsi - Mengenal Tindak Pidana Korupsi
Pendidikan Anti Korupsi -  Mengenal Tindak Pidana KorupsiPendidikan Anti Korupsi -  Mengenal Tindak Pidana Korupsi
Pendidikan Anti Korupsi - Mengenal Tindak Pidana KorupsiHaristian Sahroni Putra
 
Upaya Pemberantasan Korupsi
Upaya Pemberantasan KorupsiUpaya Pemberantasan Korupsi
Upaya Pemberantasan KorupsiDini Islamiana
 
Inanimate Alice Episode 5 by Ben & George
Inanimate Alice Episode 5 by Ben & GeorgeInanimate Alice Episode 5 by Ben & George
Inanimate Alice Episode 5 by Ben & GeorgeMrsPrentice
 
Big data movement webcast
Big data movement webcastBig data movement webcast
Big data movement webcasttervela
 
Ch. 10 -_motivation and engagement
Ch. 10 -_motivation and engagementCh. 10 -_motivation and engagement
Ch. 10 -_motivation and engagementPeapod Ledesma
 

Destacado (20)

Presentasi Masalah Korupsi Di Indonesia
Presentasi Masalah Korupsi Di IndonesiaPresentasi Masalah Korupsi Di Indonesia
Presentasi Masalah Korupsi Di Indonesia
 
Korupsi dan pendidikan anti korupsi
Korupsi dan pendidikan anti korupsiKorupsi dan pendidikan anti korupsi
Korupsi dan pendidikan anti korupsi
 
Korupsi
KorupsiKorupsi
Korupsi
 
Bab 1 pengertian korupsi
Bab 1 pengertian korupsiBab 1 pengertian korupsi
Bab 1 pengertian korupsi
 
Kasus bank century
Kasus bank centuryKasus bank century
Kasus bank century
 
Materi penunjang 3 anti korupsi
Materi penunjang 3   anti korupsiMateri penunjang 3   anti korupsi
Materi penunjang 3 anti korupsi
 
Irvan korupsi di_masyarakat_41614110109[1]
Irvan korupsi di_masyarakat_41614110109[1]Irvan korupsi di_masyarakat_41614110109[1]
Irvan korupsi di_masyarakat_41614110109[1]
 
MENGUPAS PENYELENGGARAAN KEKUASAAN NEGARA - PKN kelas XI smt.1 K13
MENGUPAS PENYELENGGARAAN KEKUASAAN NEGARA - PKN kelas XI smt.1 K13 MENGUPAS PENYELENGGARAAN KEKUASAAN NEGARA - PKN kelas XI smt.1 K13
MENGUPAS PENYELENGGARAAN KEKUASAAN NEGARA - PKN kelas XI smt.1 K13
 
Anti korupsi ta
Anti korupsi taAnti korupsi ta
Anti korupsi ta
 
Kasus amdal
Kasus amdalKasus amdal
Kasus amdal
 
Pendidikan Anti Korupsi - Mengenal Tindak Pidana Korupsi
Pendidikan Anti Korupsi -  Mengenal Tindak Pidana KorupsiPendidikan Anti Korupsi -  Mengenal Tindak Pidana Korupsi
Pendidikan Anti Korupsi - Mengenal Tindak Pidana Korupsi
 
Analisa kasus BLBI
Analisa kasus BLBIAnalisa kasus BLBI
Analisa kasus BLBI
 
saber pungli
saber punglisaber pungli
saber pungli
 
Upaya Pemberantasan Korupsi
Upaya Pemberantasan KorupsiUpaya Pemberantasan Korupsi
Upaya Pemberantasan Korupsi
 
Mba management general
Mba management generalMba management general
Mba management general
 
Inanimate Alice Episode 5 by Ben & George
Inanimate Alice Episode 5 by Ben & GeorgeInanimate Alice Episode 5 by Ben & George
Inanimate Alice Episode 5 by Ben & George
 
Basketball game
Basketball gameBasketball game
Basketball game
 
Big data movement webcast
Big data movement webcastBig data movement webcast
Big data movement webcast
 
Ch. 10 -_motivation and engagement
Ch. 10 -_motivation and engagementCh. 10 -_motivation and engagement
Ch. 10 -_motivation and engagement
 
Inheritance
InheritanceInheritance
Inheritance
 

Similar a TIPIKOR (Tindak Pidana Korupsi)

Makalah upaya pemberantasan korupsi di indonesia revisi
Makalah upaya pemberantasan korupsi di indonesia  revisi Makalah upaya pemberantasan korupsi di indonesia  revisi
Makalah upaya pemberantasan korupsi di indonesia revisi Marlinda
 
Studi Kasus Penyimpangan Atas Pengelolaan Keuangan Daerah Kabupaten Bogor Pad...
Studi Kasus Penyimpangan Atas Pengelolaan Keuangan Daerah Kabupaten Bogor Pad...Studi Kasus Penyimpangan Atas Pengelolaan Keuangan Daerah Kabupaten Bogor Pad...
Studi Kasus Penyimpangan Atas Pengelolaan Keuangan Daerah Kabupaten Bogor Pad...Universitas Pakuan
 
6800 15039-1-pb
6800 15039-1-pb6800 15039-1-pb
6800 15039-1-pblunna91
 
Keuangan Negara (E_Ryandi Dewa Syaputra).pdf
Keuangan Negara (E_Ryandi Dewa Syaputra).pdfKeuangan Negara (E_Ryandi Dewa Syaputra).pdf
Keuangan Negara (E_Ryandi Dewa Syaputra).pdfRyatraDewa
 
MAKALAH TINDAK PIDANA KORUPSI DAN TPPU_UTS.pdf
MAKALAH TINDAK PIDANA KORUPSI DAN TPPU_UTS.pdfMAKALAH TINDAK PIDANA KORUPSI DAN TPPU_UTS.pdf
MAKALAH TINDAK PIDANA KORUPSI DAN TPPU_UTS.pdfWeninggalihP
 
Makalah pemberantasan korupsi dengan konsep kerja keras
Makalah pemberantasan korupsi dengan  konsep kerja kerasMakalah pemberantasan korupsi dengan  konsep kerja keras
Makalah pemberantasan korupsi dengan konsep kerja kerasDebyNurulSyafda
 
Pengadilan Tindak Pidana Korupsi
Pengadilan Tindak Pidana KorupsiPengadilan Tindak Pidana Korupsi
Pengadilan Tindak Pidana KorupsiAfida Zahara
 
Makalah pkn tentang pemberantasan korupsi
Makalah pkn tentang pemberantasan korupsiMakalah pkn tentang pemberantasan korupsi
Makalah pkn tentang pemberantasan korupsiSeptian Muna Barakati
 
3-Penerapan-Unsur-Merugikan-Keuangan-Negara-dalam-Delik-Tindak-Pidana-Korupsi...
3-Penerapan-Unsur-Merugikan-Keuangan-Negara-dalam-Delik-Tindak-Pidana-Korupsi...3-Penerapan-Unsur-Merugikan-Keuangan-Negara-dalam-Delik-Tindak-Pidana-Korupsi...
3-Penerapan-Unsur-Merugikan-Keuangan-Negara-dalam-Delik-Tindak-Pidana-Korupsi...Frengkiuloli
 
Kewarganegaraan_Makalah Korupsi Dikalangan Elit Politik
Kewarganegaraan_Makalah Korupsi Dikalangan Elit PolitikKewarganegaraan_Makalah Korupsi Dikalangan Elit Politik
Kewarganegaraan_Makalah Korupsi Dikalangan Elit Politiknoussevarenna
 
PRILAKU ANGGOTA DPR- RI YANG TERTANGKAP KAMERA SEDANG MENONTON VIDEO PORNO S...
PRILAKU ANGGOTA DPR- RI YANG  TERTANGKAP KAMERA SEDANG MENONTON VIDEO PORNO S...PRILAKU ANGGOTA DPR- RI YANG  TERTANGKAP KAMERA SEDANG MENONTON VIDEO PORNO S...
PRILAKU ANGGOTA DPR- RI YANG TERTANGKAP KAMERA SEDANG MENONTON VIDEO PORNO S...Muhamad Yogi
 
Studi Kasus Korupsi.docx
Studi Kasus Korupsi.docxStudi Kasus Korupsi.docx
Studi Kasus Korupsi.docxEHenriawanYunus
 
Kewarganegaraan tentang dampak korupsi
Kewarganegaraan tentang dampak korupsiKewarganegaraan tentang dampak korupsi
Kewarganegaraan tentang dampak korupsistevenson2708
 
Analisi Kasus Korupsi Bantuan Liquiditas Bank Indonesia(BLBI)
Analisi Kasus Korupsi Bantuan Liquiditas Bank Indonesia(BLBI)Analisi Kasus Korupsi Bantuan Liquiditas Bank Indonesia(BLBI)
Analisi Kasus Korupsi Bantuan Liquiditas Bank Indonesia(BLBI)Ihsan Dwi Gunawan
 

Similar a TIPIKOR (Tindak Pidana Korupsi) (20)

Makalah upaya pemberantasan korupsi di indonesia revisi
Makalah upaya pemberantasan korupsi di indonesia  revisi Makalah upaya pemberantasan korupsi di indonesia  revisi
Makalah upaya pemberantasan korupsi di indonesia revisi
 
Studi Kasus Penyimpangan Atas Pengelolaan Keuangan Daerah Kabupaten Bogor Pad...
Studi Kasus Penyimpangan Atas Pengelolaan Keuangan Daerah Kabupaten Bogor Pad...Studi Kasus Penyimpangan Atas Pengelolaan Keuangan Daerah Kabupaten Bogor Pad...
Studi Kasus Penyimpangan Atas Pengelolaan Keuangan Daerah Kabupaten Bogor Pad...
 
6800 15039-1-pb
6800 15039-1-pb6800 15039-1-pb
6800 15039-1-pb
 
Keuangan Negara (E_Ryandi Dewa Syaputra).pdf
Keuangan Negara (E_Ryandi Dewa Syaputra).pdfKeuangan Negara (E_Ryandi Dewa Syaputra).pdf
Keuangan Negara (E_Ryandi Dewa Syaputra).pdf
 
MAKALAH TINDAK PIDANA KORUPSI DAN TPPU_UTS.pdf
MAKALAH TINDAK PIDANA KORUPSI DAN TPPU_UTS.pdfMAKALAH TINDAK PIDANA KORUPSI DAN TPPU_UTS.pdf
MAKALAH TINDAK PIDANA KORUPSI DAN TPPU_UTS.pdf
 
Makalah pemberantasan korupsi dengan konsep kerja keras
Makalah pemberantasan korupsi dengan  konsep kerja kerasMakalah pemberantasan korupsi dengan  konsep kerja keras
Makalah pemberantasan korupsi dengan konsep kerja keras
 
Pengadilan Tindak Pidana Korupsi
Pengadilan Tindak Pidana KorupsiPengadilan Tindak Pidana Korupsi
Pengadilan Tindak Pidana Korupsi
 
Pkn
PknPkn
Pkn
 
Makalah korupsi
Makalah korupsiMakalah korupsi
Makalah korupsi
 
Makalah pkn tentang pemberantasan korupsi
Makalah pkn tentang pemberantasan korupsiMakalah pkn tentang pemberantasan korupsi
Makalah pkn tentang pemberantasan korupsi
 
3-Penerapan-Unsur-Merugikan-Keuangan-Negara-dalam-Delik-Tindak-Pidana-Korupsi...
3-Penerapan-Unsur-Merugikan-Keuangan-Negara-dalam-Delik-Tindak-Pidana-Korupsi...3-Penerapan-Unsur-Merugikan-Keuangan-Negara-dalam-Delik-Tindak-Pidana-Korupsi...
3-Penerapan-Unsur-Merugikan-Keuangan-Negara-dalam-Delik-Tindak-Pidana-Korupsi...
 
Makalah korupsiiiiii
Makalah korupsiiiiiiMakalah korupsiiiiii
Makalah korupsiiiiii
 
Kewarganegaraan_Makalah Korupsi Dikalangan Elit Politik
Kewarganegaraan_Makalah Korupsi Dikalangan Elit PolitikKewarganegaraan_Makalah Korupsi Dikalangan Elit Politik
Kewarganegaraan_Makalah Korupsi Dikalangan Elit Politik
 
Makalah korupsi STIP WUNA
Makalah korupsi STIP WUNA Makalah korupsi STIP WUNA
Makalah korupsi STIP WUNA
 
Makalah korupsi
Makalah korupsiMakalah korupsi
Makalah korupsi
 
PRILAKU ANGGOTA DPR- RI YANG TERTANGKAP KAMERA SEDANG MENONTON VIDEO PORNO S...
PRILAKU ANGGOTA DPR- RI YANG  TERTANGKAP KAMERA SEDANG MENONTON VIDEO PORNO S...PRILAKU ANGGOTA DPR- RI YANG  TERTANGKAP KAMERA SEDANG MENONTON VIDEO PORNO S...
PRILAKU ANGGOTA DPR- RI YANG TERTANGKAP KAMERA SEDANG MENONTON VIDEO PORNO S...
 
Studi Kasus Korupsi.docx
Studi Kasus Korupsi.docxStudi Kasus Korupsi.docx
Studi Kasus Korupsi.docx
 
Fiat Justitia edisi 3 Oktober 2013
Fiat Justitia edisi 3 Oktober 2013Fiat Justitia edisi 3 Oktober 2013
Fiat Justitia edisi 3 Oktober 2013
 
Kewarganegaraan tentang dampak korupsi
Kewarganegaraan tentang dampak korupsiKewarganegaraan tentang dampak korupsi
Kewarganegaraan tentang dampak korupsi
 
Analisi Kasus Korupsi Bantuan Liquiditas Bank Indonesia(BLBI)
Analisi Kasus Korupsi Bantuan Liquiditas Bank Indonesia(BLBI)Analisi Kasus Korupsi Bantuan Liquiditas Bank Indonesia(BLBI)
Analisi Kasus Korupsi Bantuan Liquiditas Bank Indonesia(BLBI)
 

Más de Robby Firmansyah (20)

Membuat Website PHP Metode CRUD
Membuat Website PHP Metode CRUDMembuat Website PHP Metode CRUD
Membuat Website PHP Metode CRUD
 
Dokumentasi Postfix
Dokumentasi PostfixDokumentasi Postfix
Dokumentasi Postfix
 
Dokumentasi Webmin
Dokumentasi WebminDokumentasi Webmin
Dokumentasi Webmin
 
Skenario
SkenarioSkenario
Skenario
 
Activity Diagram
Activity DiagramActivity Diagram
Activity Diagram
 
UseCase Diagram
UseCase DiagramUseCase Diagram
UseCase Diagram
 
Rational Unified Process
Rational Unified ProcessRational Unified Process
Rational Unified Process
 
Subnetting
SubnettingSubnetting
Subnetting
 
Network Interface Layer
Network Interface LayerNetwork Interface Layer
Network Interface Layer
 
Dokumentasi Gammu
Dokumentasi GammuDokumentasi Gammu
Dokumentasi Gammu
 
Moodle - Kuisioner
Moodle - KuisionerMoodle - Kuisioner
Moodle - Kuisioner
 
Ppt moodle sip
Ppt moodle sipPpt moodle sip
Ppt moodle sip
 
Cara menghubungkan Database antar PC
Cara menghubungkan Database antar PCCara menghubungkan Database antar PC
Cara menghubungkan Database antar PC
 
Network Troubleshooting
Network TroubleshootingNetwork Troubleshooting
Network Troubleshooting
 
Setting FTP, SSH, NsLookup di linux
Setting FTP, SSH, NsLookup di linuxSetting FTP, SSH, NsLookup di linux
Setting FTP, SSH, NsLookup di linux
 
Rangkuman Addressing
Rangkuman AddressingRangkuman Addressing
Rangkuman Addressing
 
Pengenalan RPL
Pengenalan RPLPengenalan RPL
Pengenalan RPL
 
Rangkuman SDLC
Rangkuman SDLCRangkuman SDLC
Rangkuman SDLC
 
Rangkuman DBMS
Rangkuman DBMSRangkuman DBMS
Rangkuman DBMS
 
Tutorial Install SQL SERVER 2008
Tutorial Install SQL SERVER 2008Tutorial Install SQL SERVER 2008
Tutorial Install SQL SERVER 2008
 

Último

Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase B
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase BModul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase B
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase BAbdiera
 
Paparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptx
Paparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptxPaparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptx
Paparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptxIgitNuryana13
 
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKAMODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKAAndiCoc
 
PPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SD
PPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SDPPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SD
PPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SDNurainiNuraini25
 
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMMLaporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMMmulyadia43
 
442539315-ppt-modul-6-pend-seni-pptx.pptx
442539315-ppt-modul-6-pend-seni-pptx.pptx442539315-ppt-modul-6-pend-seni-pptx.pptx
442539315-ppt-modul-6-pend-seni-pptx.pptxHendryJulistiyanto
 
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptxMateri Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptxRezaWahyuni6
 
tugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docx
tugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docxtugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docx
tugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docxmawan5982
 
Tugas 1 ABK di SD prodi pendidikan guru sekolah dasar.docx
Tugas 1 ABK di SD prodi pendidikan guru sekolah dasar.docxTugas 1 ABK di SD prodi pendidikan guru sekolah dasar.docx
Tugas 1 ABK di SD prodi pendidikan guru sekolah dasar.docxmawan5982
 
soal AKM Mata Pelajaran PPKN kelas .pptx
soal AKM Mata Pelajaran PPKN kelas .pptxsoal AKM Mata Pelajaran PPKN kelas .pptx
soal AKM Mata Pelajaran PPKN kelas .pptxazhari524
 
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATASMATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATASKurniawan Dirham
 
Aksi nyata Malaikat Kebaikan [Guru].pptx
Aksi nyata Malaikat Kebaikan [Guru].pptxAksi nyata Malaikat Kebaikan [Guru].pptx
Aksi nyata Malaikat Kebaikan [Guru].pptxsdn3jatiblora
 
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase CModul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase CAbdiera
 
Bab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdf
Bab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdfBab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdf
Bab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdfbibizaenab
 
JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5
JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5
JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5ssuserd52993
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi TRAINING "Effective SUPERVISORY & LEADERSHIP Sk...
PELAKSANAAN  + Link2 Materi TRAINING "Effective  SUPERVISORY &  LEADERSHIP Sk...PELAKSANAAN  + Link2 Materi TRAINING "Effective  SUPERVISORY &  LEADERSHIP Sk...
PELAKSANAAN + Link2 Materi TRAINING "Effective SUPERVISORY & LEADERSHIP Sk...Kanaidi ken
 
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptx
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptxPerumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptx
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptxadimulianta1
 
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docx
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docxTugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docx
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docxmawan5982
 
Dinamika Hidrosfer geografi kelas X genap
Dinamika Hidrosfer geografi kelas X genapDinamika Hidrosfer geografi kelas X genap
Dinamika Hidrosfer geografi kelas X genapsefrida3
 
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptx
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptxBAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptx
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptxJamhuriIshak
 

Último (20)

Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase B
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase BModul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase B
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase B
 
Paparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptx
Paparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptxPaparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptx
Paparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptx
 
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKAMODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
 
PPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SD
PPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SDPPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SD
PPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SD
 
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMMLaporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
 
442539315-ppt-modul-6-pend-seni-pptx.pptx
442539315-ppt-modul-6-pend-seni-pptx.pptx442539315-ppt-modul-6-pend-seni-pptx.pptx
442539315-ppt-modul-6-pend-seni-pptx.pptx
 
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptxMateri Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
 
tugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docx
tugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docxtugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docx
tugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docx
 
Tugas 1 ABK di SD prodi pendidikan guru sekolah dasar.docx
Tugas 1 ABK di SD prodi pendidikan guru sekolah dasar.docxTugas 1 ABK di SD prodi pendidikan guru sekolah dasar.docx
Tugas 1 ABK di SD prodi pendidikan guru sekolah dasar.docx
 
soal AKM Mata Pelajaran PPKN kelas .pptx
soal AKM Mata Pelajaran PPKN kelas .pptxsoal AKM Mata Pelajaran PPKN kelas .pptx
soal AKM Mata Pelajaran PPKN kelas .pptx
 
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATASMATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
 
Aksi nyata Malaikat Kebaikan [Guru].pptx
Aksi nyata Malaikat Kebaikan [Guru].pptxAksi nyata Malaikat Kebaikan [Guru].pptx
Aksi nyata Malaikat Kebaikan [Guru].pptx
 
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase CModul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
 
Bab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdf
Bab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdfBab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdf
Bab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdf
 
JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5
JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5
JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi TRAINING "Effective SUPERVISORY & LEADERSHIP Sk...
PELAKSANAAN  + Link2 Materi TRAINING "Effective  SUPERVISORY &  LEADERSHIP Sk...PELAKSANAAN  + Link2 Materi TRAINING "Effective  SUPERVISORY &  LEADERSHIP Sk...
PELAKSANAAN + Link2 Materi TRAINING "Effective SUPERVISORY & LEADERSHIP Sk...
 
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptx
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptxPerumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptx
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptx
 
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docx
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docxTugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docx
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docx
 
Dinamika Hidrosfer geografi kelas X genap
Dinamika Hidrosfer geografi kelas X genapDinamika Hidrosfer geografi kelas X genap
Dinamika Hidrosfer geografi kelas X genap
 
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptx
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptxBAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptx
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptx
 

TIPIKOR (Tindak Pidana Korupsi)

  • 1. 1 KATA PENGANTAR Puji syukur kehadirat tuhan Yang Maha Esa atas kelimpahan rahmatnya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas dengan baik dan tepat waktu. Dalam tugas mata kuliah Pancasila ini penulis membahas tentang “Tindak Pidana Korupsi” atau “TIPIKOR”. Penulis mengucapkan terima kasih kepada ibu Hudriyah Mundzir SH.MH yang telah membimbing penulis untuk menyelesaikan tugas ini. Makalah ini dibuat dengan berbagai observasi dengan beberapa bantuan dari berbagai pihak untuk membantu menyelesaikan makalah ini. Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan yang mendasar pada makalah ini oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang dapat membangun penulis. Kritik konstruktif dari pembaca sangat penulis harapkan untuk penyempurnaan makalah tersebut. Akhir kata semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi kita sekalian. Malang, 22 November 2013 Penulis
  • 2. Daftar Isi KATA PENGANTAR................................................................................................................................... 1 BAB 1 ....................................................................................................................................................... 3 PENDAHULUAN ................................................................................................................................... 3 1.1 Latar Belakang ........................................................................................................................... 3 1.2 Rumusan Masalah ..................................................................................................................... 4 BAB 2 ....................................................................................................................................................... 5 TINJAUAN TEORI ................................................................................................................................. 5 BAB 3 ....................................................................................................................................................... 6 PEMBAHASAN ..................................................................................................................................... 6 A. Pengertian Tindak Pidana Korupsi menurut Perspektif Hukum ............................................ 6 B. Pengertian Tindak Pidana Korupsi menurut para Ahli dan secara Umum. ............................ 8 C. Penjatuhan Pidana Dalam Perkara Tindak Pidana Kasus Korupsi Di Indonesia ................... 12 D. Komisi Pemberantas Korupsi ................................................................................................ 14 E. Dampak Yang Terjadi Akibat Korupsi Dan Upaya Penanggulangannya ............................... 17 F. Upaya Penanggulangan Korupsi. .......................................................................................... 17 BAB 4 ..................................................................................................................................................... 21 PENUTUP ........................................................................................................................................... 21 4.1 KESIMPULAN ..................................................................................................................... 21 4.2 SARAN ............................................................................................................................... 22 DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................................................. 23 2
  • 3. 3 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Upaya untuk memberantas korupsi ternyata telah ada sejak orde lama dan bahkan telah berkali-kali dibentuk badan untuk memberantas korupsi. Namun, upaya itu tidak berhasil atau bahkan tidak berjalan dengan efektif dan bahkan kasus korupsi semakin tumbuh subur di Negara ini. Sampai terbentuklah KPK pada tahun 2003 yang diperkuat oleh UU Republik Indonesia No 30 thn 2002 mengenai Komisi Pemberantasan Pidana Korupsi. Dengan kewenangan sebagai badan resmi untuk memberantas korupsi ini, KPK telah banyak memecahkan kasus korupsi. Beberapa kasus yang pernah menjadi sorotan masyarakat yaitu kasus gayus tambunan mengenai mafia pajak, kasus M. Nazaruddin mengenai penggelapan dana wisma atlet, dan kasus yang baru yaitu Nunun Nur Boeti tersangka kasus cek pelawat yang menjadi buronan internasional. Dan mungkin kasus yang baru-baru ini kita semua dengar mengenai simulasi dalam pembuatan SIM yang melibatkan Polri. Masih banyak lagi kasus-kasus yang telah dipecahkan oleh KPK. Dan apa selanjutnya? Saat ini KPK telah mengadakan penyelidikan terhadap para anggota DPR, dan juga badan anggaran DPR, tentu saja dengan adanya penyelidikan KPK para anggota DPR ini merasa terganggu oleh pihak KPK, sehingga DPR mengajukan untuk merefisi kembali UU mengenai KPK. Disinilah terjadi pra-kontra yang sekarang menjadi sorotan masyarakat dan partai politik lainnya. Maka dari itu disini saya akan membahas mengenai Tipikor.
  • 4. 4 1.2 Rumusan Masalah 1. Apakan yang dimaksud dengan Tindak Pidana Korupsi menurut perspektif hukum. 2. Apa pengertian Tipikor menurut para ahli dan secara umum. 3. Bagaimanakah tindak pidana dalam kasus korupsi di Indonesia. 4. Bagaimanakah kinerja KPK tehadap kasus korupsi sekarang ini. 5. Bagaimanakah dampak korupsi terhadap Negara Indonesia dan bagaimana cara menanggulangi terjadinya korupsi.
  • 5. 5 BAB 2 TINJAUAN TEORI PENGERTIAN TIPIKOR Menurut perspektif hukum, pengertian korupsi secara gamblang dijelaskan dalam 13 buah pasal dalam UU No.31 tahun 1999 yang telah diubah menjadi UU No.20 tahun 2001 tentang pemberantasan tindak pidana korupsi. Berdasarkan pasal-pasal tersebut, korupsi dirumuskan kedalam 30 bentuk tindak pidana korupsi. Pasal-pasal tersebut menjelaskan secara terperinci mengenai perbuatan yang bisa dikenakan sanksi pidana korupsi. Korupsi adalah produk dari sikap hidup satu kelompok masyarakar yang memakai uang sebagai standar kebenaran dan sebagai suatu kekuasaan mutlak. Sebagai akibat korupsi ketimpangan antara si miskin dan sikaya semakin kentara. Orang-orang kaya dan memiliki politisi korup bisa masuk dalam golongan elite yang berkuasa dan sangat dihormati. Mereka juga memilik status sosial yang tinggi. Korupsi menurut Dr. Kartini Kartono, korupsi adalah tingkah laku yang menggunakan jabatan dan wewenang guna mengeduk keuntungan pribadi, merugikan kepentingan umum Dijabarkan pula oleh Dr. Sarlito W. Sarwono, faktor seorang melakukan tindak korupsi adalah factor dorongan dalam diri (keinginan, hasrat, kehendak) dan faktor rangsangan dari luar (kesempatan, dorongan teman-teman, kurang kontrol, dan lain-lain). Secara bahasa, korupsi berasal dari bahasa inggris, yaitu corrupt, yang berasal daari perpaduan dua kata dalam bahasa latin yaitu com yang berarti bersama-sama dan rupere yang berarti pecah atau jebol. Istilah korupsi juga bisa dinyatakan sebagai suatu perbuatan tidak jujur atau penyelewengan yang dilakukan karena adanya suatu pemberian. Dalam prakteknya korupsi lebih dikenal menerima uang yang ada hubungannya dengan jabatan tanpa adanya catatan administrasi. Pengertian korupsi lebih ditekankan pada perbuatan yang merugikan kepentingan publik atau masyarakat luas untuk keuntungan pribadi atau golongan. Sebab-sebab terjadinya korupsi adalah sebagai berikut : Ø Gaji yang rendah, kurang sempurnanya peraturan perundang-undangan, administrasi yang lamban dan sebagainya. Ø Warisan pemerintahan kolonial.
  • 6. Ø sikap mental pegawai yang ingin cepat kaya dengan cara yang tidak halal, tidak ada kesadaran bernegara, tidak ada pengetahuan pada bidang pekerjaan yang dilakukan oleh pejabat pemerintah. 6 BAB 3 PEMBAHASAN A. Pengertian Tindak Pidana Korupsi menurut Perspektif Hukum Menurut perspektif hukum, definisi korupsi secara gamblang telah dijelaskan dalam 13 buah Pasal dalam UU No. 31 Tahun 1999 yang telah diubah dengan UU No. 20 Tahun 2001 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi. Berdasarkan pasal-pasal tersebut, korupsi dirumuskan kedalam 30 bentuk/jenis tindak pidana korupsi. Pasal-pasal tersebut menerangkan secara terperinci mengenai perbuatan yang bisa dikenakan sanksi pidana karena korupsi. Ketigapuluh bentuk/jenis tindak pidana korupsi tersebut pada dasarnya dapat dikelompokkan sebagai berikut: 1. Kerugian keuangan negara 2. Suap-menyuap 3. Penggelapan dalam jabatan 4. Pemerasan 5. Perbuatan curang 6. Benturan kepentingan dalam pengadaan 7. Gratifikasi
  • 7. Selain bentuk/jenis tindak pidana korupsi yang sudah dijelaskan diatas, masih ada tindak pidana lain yang yang berkaitan dengan tindak pidana korupsi yang tertuang pada UU No.31 Tahun 1999 jo. UU No. 20 Tahun 2001. Jenis tindak pidana yang berkaitan dengan tindak pidana korupsi itu adalah: 7 1. Merintangi proses pemeriksaan perkara korupsi 2. Tidak memberi keterangan atau memberi keterangan yang tidak benar 3. Bank yang tidak memberikan keterangan rekening tersangka 4. Saksi atau ahli yang tidak memberi keterangan atau memberi keterangan palsu 5. Orang yang memegang rahasia jabatan tidak memberikan keterangan atau memberikan keterangan palsu 6. Saksi yang membuka identitas pelapor Pasal-pasal berikut dibawah ini dapat dikaitkan dengan tindak pidana korupsi dalam pengadaan barang dan jasa pemerintah.1. Melawan Hukum untuk Memperkaya Diri Pasal 2 UU No. 31 Tahun 1999 jo. UU No. 20 Tahun 2001: (1) Setiap orang yang secara melawan hukum melakukan perbuatan memperkaya diri sendiri atau orang lain atau suatu korporasi yang dapat merugikan keuangan negara atau perekonomian negara, dipidana dengan pidana penjara seumur hidup atau pidana penjara paling singkat 4 (empat) tahun dan paling lama 20 (dua puluh) tahun dan denda paling sedikit Rp 200.000.000,00 (dua ratus juta rupiah) dan paling banyak Rp. 1.000.000.000,00 (satu milyar rupiah). (2) Dalam hal tindak pidana korupsi sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dilakukan dalam keadaan tertentu, pidana mati dapat dijatuhkan. Rumusan korupsi pada Pasal 2 UU No. 31 Tahun 1999, pertama kali termuat dalam Pasal 1 ayat (1) huruf a UU No. 3 Tahun 1971. Perbedaan rumusan terletak pada masuknya kata ”dapat” sebelum unsur ”merugikan keuangan/perekonomian negara” pada UU No. 31 Tahun 1999. Sampai dengan saat ini, pasal ini termasuk paling banyak digunakan untuk memidana koruptor. Untuk menyimpulkan apakah suatu perbuatan termasuk korupsi menurut Pasal ini, harus memenuhi unsur-unsur:
  • 8. 8 1. Setiap orang atau korporasi; 2. Melawan hukum; 3. Memperkaya diri sendiri, orang lain atau suatu korporasi; 4. Dapat merugikan keuangan negara atau perekonomian negara. Menyalahgunakan Kewenangan Pasal 3 UU No. 31 Tahun 1999 jo. UU No. 20 Tahun 2001: Setiap orang yang dengan tujuan menguntungkan diri sendiri atau orang lain atau suatu korporasi, menyalahgunakan kewenangan, kesempatan atau sarana yang ada padanya karena jabatan atau kedudukan yang dapat merugikan keuangan negara atau perekonomian negara, dipidana dengan pidana penjara seumur hidup atau pidana penjara paling singkat 1 (satu) tahun dan paling lama 20 (dua puluh) tahun dan atau 6 tahun serta denda paling sedikit Rp. 50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah) dan paling banyak Rp. 1.000.000.000,00 (satu milyar rupiah). Rumusan korupsi pada Pasal 3 UU No. 31 Tahun 1999, pertama kali termuat dalam Pasal 1 ayat (1) huruf b UU No. 3 Tahun 1971. Perbedaan rumusan terletak pada masuknya kata ”dapat” sebelum unsur ”merugikan keuangan/perekonomian negara” pada UU No. 31 Tahun 1999. Sampai dengan saat ini, pasal ini termasuk paling banyak digunakan untuk memidana koruptor. Untuk menyimpulkan apakah suatu perbuatan termasuk korupsi menurut Pasal ini, harus memenuhi unsur-unsur: 1. Setiap orang; 2. Dengan tujuan menguntungkan diri sendiri atau orang lain atau suatu korporasi; 3. Menyalahgunakan kewenangan, kesempatan atau sarana; 4. Dapat merugikan keuangan negara atau perekonomian negara. B. Pengertian Tindak Pidana Korupsi menurut para Ahli dan secara Umum. Pengertian Korupsi adalah tindakan yang dilakukan oleh setiap orang yang kewenangan, kesempatan atau sarana yang ada padanya karena jabatan atau kedudukan yang dapat Anti korupsi secara mudahnya dapat diartikan tindakan yang tidak menyetujui terhadap berbagai upaya yang dilakukan oleh setiap orang yang dengan tujuan menguntungkan diri sendiri atau orang lain atau suatu korporasi, menyalahgunakan
  • 9. kewenangan, kesempatan atau sarana yang ada padanya karena jabatan atau kedudukan yang dapat merugikan keuangan negara atau perekonomian negara. Dengan kata lain, anti korupsi merupakan sikap atau perilaku yang tidak mendukung atau menyetujui terhadap berbagai upaya yang yang dilakukan oleh seseorang atau korporasi untuk merugikana keuangan negara atau perekonomian negara yang dapat menghambat pelaksanaan pembangunan nasional. Untuk mendukung upaya atau tindakan anti korupsi melalui UU Republik Indonesia nomor 30 Tahun 2002 dibentuklah Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK).Selain itu ada Lembaga Swadaya Masyarakat yang sangat peduli terhadap pemberantasan korupsi, seperti Masyarakat Transparansi Indonesia atau juga Lembaga Pemantau Kekayaan Negara. Sedangkan pengertian Tipikor menurut para ahli adalah sebagai berikut : 1. Gorte Winkler Prins (2005:8) Dalam kamus hukum ensiklopedia menyebutkan bahwa meskipun kata Corruption itu luas sekali artinya namun sering kali corruption dipersamakan artinya dengan penyuapan. Arti harfiah dari kata korupsi adalah sesuatu yang busuk jahat dan merusak. Jika membicarakan tentang korupsi memang akan menemukan kenyataan semacam itu karena korupsi menyangkut segi-segi moral sifat dan keadaan yang busuk jabatan dalam instansi atau aparatur pemerintah penyelewengan kekuasaan dalam jabatan karena pemberian, faktor ekonomi dan politik, serta penempatan keluarga atau golongan ke dalam kedinasan di bawah kekuasaan jabatannya. 9 2. Subekti dan Tjitrosudibio (2007:9) Dalam kamus hukum, mengemukakan, bahwa yang dimaksud Curruptie adalah korupsi perbuatan curang tindak pidana yang merugikan keuangan negara. 3. H. Baharuddin lopa (1997:6), mengemukakan: “ Tindak pidana korupsi adalah suatu tindak pidana yang dengan penyuapan manipulasi dan perbuatan-perbuatan melawan hukum yang merugikan atau dapat merugikan keuangan negara atau perekonomian negara, merugikan kesejahteraan atau kepentingan rakyat/umum. Perbuatan yang merugikan keuangan atau perekonomian negara adalah korupsi dibidang materil, sedangkan korupsi dibidang politik dapat terwujud berupa memanipulasi pemungutan suara dengan cara penyuapan, intimidasi paksaan dan atau campur tangan yang mempengaruhi kebebasan memilih komersiliasi pemungutan
  • 10. suara pada lembaga legislatif atau pada keputusan yang bersifat administratif dibidang pelaksanaan pemerintah”. 4. Menurut Aswanto 2010. “Secara sistematik tindak pidana korupsi terdiri atas kata tindak pidana/delik dengan kata korupsi. Tindak pidana/delik adalah perbuatan yang dilarang dalam peraturan perundang-undangan yang disertai dengan ancaman pidana terhadap siapa yang melakukan perbuatan yang dilarang tersebut 5. Selanjutnya Mc Mullan (1961) Menyatakan bahwa akibat korupsi adalah ketidak efisienan, ketidakadilan, rakyat tidak mempercayai pemerintah, memboroskan sumber-sumber negara, tidak mendorong perusahaan untuk berusaha terutama perusahaan asing, ketidakstabilan politik, pembatasan dalam kebijaksanaan pemerintah dan tidak represif. Dalam penjelasan umum UU Republik Indonesia Nomor 30 Tahun 2002 tentang Komisi Pemberantasan Korupsi dinyatakan, bahwa Tindak pidana korupsi di Indonesia sudah meluas dalam masyarakat. Perkembangannya terus meningkat dari tahun ke tahun, baik dari jumlah kasus yang terjadi dan jumlah kerugian keuangan negara maupun dari segi kualitas tindak pidana yang dilakukan semakin sistematis serta lingkupnya yang memasuki seluruh aspek kehidupan masyarakat. Meningkatnya tindak pidana korupsi yang tidak terkendali akan membawa bencana tidak saja terhadap kehidupan perekonomian nasional tetapi juga pada kehidupan berbangsa dan bernegara pada umumnya. Dalam rangka mewujudkan supremasi hukum, Pemerintah Indonesia telah meletakkan landasan kebijakan yang kuat dalam usaha memerangi tindak pidana korupsi. Berbagai kebijakan telah tertuang dalam bentuk peraturan perundang-undangan, antara lain dalam Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia Nomor XI/MPR/1998 tentang Penyelenggara Negara yang bersih dan bebas korupsi, kolusi dan Nepotisme; Undang-undang nomor 28 tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi sebagaimana telah diubah dengan undang-undang nomor 20 tahun 2001 tentang Perubahan atas undang-undang nomor 31 tahun Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi. 10
  • 11. 11 Kewenangan Komisi Pemberantasan Korupsi dalam melakukan penyelidikan, penyidikan, dan penuntutan tindak pidana korupsi meliputi tindak pidana korupsi yang : 1. Melibatkan aparat penegak hukum, penyelenggara negara, dan orang lain yang ada kaitannya dengan tindak pidana korupsi yang dilakukan oleh aparat penegak hukum atau penyelenggara negara; 2. Mendapat perhatian yang meresahkan masyarakat; 3. Menyangkut kerugian negara paling sedikit Rp. 1.000.000.000,00 (satu milyar rupiah). Dengan pengaturan dalam undang-undang ini, Komisi Pemberantasan Korupsi : 1. Dapat menyusun jaringan kerja (networking) yang kuat dan memperlakukan institusi yang telah ada sebagai counterpartner yang kondusif sehingga pemberantasan korupsi dapat dilaksanakan secara efisien dan efektif. 2. Tidak monopoli tugas dan wewenang penyelidikan, penyidikan dan penuntutan 3. Berfungsi sebagai pemicu dan pemberdayaan institusi yang telah ada dalam pemberantasan korupsi 4. Berfungsi untuk melakukan supervisi dan memantau institusi yang telah ada dan dalam keadaan tertentu dapat mengambil alih tugas dan wewenang penyelidikan, penuidikan dan penuntutan (superbody) yang sedang dilaksanakan oleh kepolisian dan/atau kejaksaan. Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi adalah serangkaian tindakan untuk mencegah dan memberantas tindak pidana korupsi melalui upaya koordinasi, supervisi, monitor, penyelidikan, penyidikan, penuntutan dan pemeriksaan di sidang pengadilan, dengan peran serta masyarakat berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku (pasal 1 ayat 3).Tujuan dibentuknya Komisi Pemberantasan Korupsi menurut pasal 4 adalah untuk meningkatkan daya guna dan hasil guna terhadap upaya pemberantasan tindak pidana korupsi. Sedangkan tugas dan wewenang KPK menurut pasal 6 adalah : 1. Koordinasi dengan instansi yang berwenang melakukan pemberantasan tindak pidana korupsi
  • 12. 12 2. Supervisi terhadap instansi yang berwenang melakukan pemberantasan tindak pidana korupsi 3. Melakukan penyelidikan, penyidikan, dan penuntutan terhadap tindak pidana korupsi 4. Melakukan tindakan-tindakan pencegahan tindak pidana korupsi 5. Melakukan monitor terhadap penyelenggaraan pemerintahan Negara C. Penjatuhan Pidana Dalam Perkara Tindak Pidana Kasus Korupsi Di Indonesia Berdasarkan ketentuan undang-undang nomor 31 Tahun 1999 undang-undang nomor 20 tahun 2001, jenis penjatuhan pidana yang dapat dilakukan hakim terhadap terdakwa tindak pidana korupsi adalah sebagai berikut. 1) Pidana Mati Dapat dipidana mati karena kepada setiap orang yang secara melawan hukum melakukan perbuatan memperkaya diri sendiri atau orang lain atau suatu korporasi yang dapat merugikan keuangan Negara atau perekonomian Negara sebagaimana ditentukan dalam Pasal 2 ayat (1) Undang-undang nomor 31 tahun 1999 jo Undang-undang nomor 20 tahun 2001 tentang pemberantasan tindak pidana korupsi, yang dilakukan dalam keadaan tertentu. 2) Pidana Penjara Pidana penjara seumur hidup atau pidana penjara paling singkat 4 (empat) tahun dan paling lama 20 (dua puluh) tahun dan denda paling sedikit Rp. 200.000.000,00 (dua ratus juta rupiah) dan paling banyak Rp. 1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah) bagi setiap orang yang secara melawan hukum melakukan perbuatan memperkaya diri sendiri atau orang lain atau suatu korporasi yang dapat merugikan keuangan Negara atau perkonomian Negara. (Pasal 2 ayat 1) Pidana penjara seumur hidup atau pidana penjara paling singkat 1 (satu) tahun dan/atau denda paling sedikit Rp. 50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah) dan paling banyak satu Rp. 1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah) bagi setiap orang yang dengan tujuan menguntungkan diri sendiri atau orang lain atau suatu korporasi, menyalahgunakan kewenangan, kesempatan, atau sarana yang ada padanya karena
  • 13. jabatan atau kedudukan yang dapat merugikan keuangan Negara atau perekonomian Negara (Pasal 3) Pidana penjara paling singkat 3 (tiga) tahun dan paling lama 12 (dua belas) tahun dan/atau denda paling sedikit Rp.150.000.000,00 (seratus lima puluh juta rupiah) dan paling banyak Rp. 600.000.000,00 (enam ratus juta) bagi setiap orang yang dengan sengaja mencegah, merintangi atau menggagalkan secara langsung atau tidak langsung penyidikan, penuntutan, dan pemeriksaan di siding pengadilan terhadap tersangka atau terdakwa ataupun para saksi dalam perkara korupsi. (Pasal 21) 3) Pidana Tambahan Perampasan barang bergerak yang berwujud atau yang tidak berwujud atau barang tidak bergerak yang digunakan untuk atau yang diperoleh dari tindak pidana korupsi, termasuk perusahaan milik terpidana dimana tindak pidana korupsi dilakukan, begitu pula dari barang yang menggantikan barang-barang tersebut. Pembayaran uang pengganti yang jumlahnya sebanyak-banyaknya sama dengan 13 harta yang diperoleh dari tindak pidana korupsi. Penutupan seluruh atau sebagian perusahaan untuk waktu paling lama 1 (satu) tahun. Pencabutan seluruh atau sebagian hak-hak tertentu atau penghapusan seluruh atau sebagian keuntungan tertentu yang telah atau dapat diberikan oleh pemerintah kepada terpidana. Jika terpidana tidak membayar uang pengganti paling lama dalam waktu 1 (satu) bulan sesudah putusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap maka harta bendanya dapat disita oleh jaksa dan dilelang untuk menutupi uang pengganti tersebut. Dalam hal terpidana tidak mempunyai harta benda yang mencukupi untuk membayar uang pengganti maka terpidana dengan pidana penjara yang lamanya tidak memenuhi ancaman maksimum dari pidana pokoknya sesuai ketentuan undang-undang nomor 31 tahun 1999 jo undang-undang nomor 20 tahun 2001 tentang pemberantasan tindak pidana korupsi dan lamanya pidana tersebut sudah ditentukan dalam putusan pengadilan.Terhadap Tindak Pidana yang dilakukan Oleh atau Atas Nama Suatu Korporasi.
  • 14. Pidana pokok yang dapat dijatuhkan adalah pidana denda dengan ketentuan maksimal ditambah 1/3 (sepertiga). Penjatuhan pidana ini melalui procedural ketentuan pasal 20 ayat (1)-(5) undang-undang 31 tahun 1999 tentang pemberantasan tindak pidana korupsi adalah sebagai berikut: a. Dalam hal tindak pidana korupsi dilakukan oleh atau atas nama suatu korporasi, maka tuntutan dan penjatuhan pidana dapat dilakukan terhadap korporasi dan/atau pengurusnya. b. Tindak pidana korupsi dilakukan oleh korporasi apabila tindak pidana tersebut dilakukan oleh orang baik berdasarkan hubungan kerja maupun berdasarkan hubungan lain, bertindak dalam lingkungan korporasi tersebut baik sendiri maupun bersama-sama. c. Dalam hal ini tuntutan pidana dilakukan terhadap suatu korporasi maka korporasi tersebut diwakili oleh pengurus, kemudian pengurus tersebut dapat diwakilkan kepada orang lain. d. Hakim dapat memerintahkan supaya pengurus korporasi menghadap sendiri di pengadilan dan dapat pula memerintahkan supaya penguruh tersebut dibawa ke siding pengadilan. e. Dalam hal tuntutan pidana dilakukan terhadap korporasi, maka panggilan untuk menghadap dan menyerahkan surat panggilan tersebut disampaikan kepada pengurus di tempat tinggal pengurus atau ditempat pengurus berkantor. Unsur-unsur tindak pidana korupsi sebagaimana dimaksud dalam Undang-undang nomor 20 tahun 2001 tentang pemberantasan tindak pidana korupsi adalah a. Melakukan perbuatan memperkaya diri sendiri atau orang lain atau suatu korporasi; b. Perbuatan melawan hukum; c. Merugikan keuangan Negara atau perekonomian; d. Menyalahgunakan kekuasaan, kesempatan atas sarana yang ada padanya karena jabatan dan kedudukannya dengan tujuan menguntungkan diri sendiri atau orang lain 14 D. Komisi Pemberantas Korupsi
  • 15. Komisi Pemberantasan Korupsi mempunyai tugas: 1. Koordinasi dengan instansi yang berwenang melakukan pemberantasan tindak pidana korupsi; 2. Supervisi terhadap instansi yang berwenang melakukan pemberantasan tindak pidana korupsi; 3. Melakukan penyelidikan, penyidikan, dan penuntutan terhadap tindak pidana korupsi; 4. Melakukan tindakan-tindakan pencegahan tindak pidana korupsi; dan 5. Melakukan monitor terhadap penyelenggaraan pemerintahan negara. Dalam melaksanakan tugas koordinasi, Komisi Pemberantasan Korupsi berwenang : 1. Mengkoordinasikan penyelidikan, penyidikan, dan penuntutan tindak pidana korupsi; 2. Menetapkan sistem pelaporan dalam kegiatan pemberantasan tindak pidana korupsi; 3. Meminta informasi tentang kegiatan pemberantasan tindak pidana korupsi kepada instansi yang terkait; 4. Melaksanakan dengar pendapat atau pertemuan dengan instansi yang berwenang melakukan pemberantasan tindak pidana korupsi; dan 5. Meminta laporan instansi terkait mengenai pencegahan tindak pidana korupsi. Alasan utama yang paling sering disinggung dengan munculny KPK adalah karena mereka tidak lagi dapat memercayai kepolisian dan kejaksaan untuk menangani kasus-kasus korupsi. Harapan satu-satunya untuk dapat melihat keadilan ditegakkan bagi masyarakat kebanyakan hanya ada di tangan KPK. Berdirinya KPK dalam waktu cepat telah menumbuhkan kepercayaan publik atas pemberantasan korupsi. Sepak terjang KPK dalam menangani perkara-perkara korupsi yang melibatkan pejabat publik dianggap masyarakat mampu menghadirkan proses hukum yang sesungguhnya. Bukan penegakan hukum pura-pura, dagelan, apalagi proses hukum korupsi yang diselimuti oleh praktik korupsi. Kritik terhadap KPK memang tetap ada,namun hal itu lebih sebagai upaya publik mengawasi KPK supaya proses penegakan hukum tidak tebang pilih, diskriminatif, dan manipulatif. 15
  • 16. Pengambilalihan kasus oleh KPK dari aparat kejaksaan dan kepolisian belum cukup dijadikan pelajaran yang berguna.Bahkan usaha (jika memang ada dan sungguh-sungguh) untuk memperbaiki citra kejaksaan, misalnya, justru tercoreng oleh ulah beberapa jaksa nakal yang tertangkap basah melakukan ancaman dan pemerasan. Terakhir,Kepala Kejaksaan Negeri Tilamuta yang dicopot oleh Kejaksaan Agung karena beredar rekaman pembicaraannya yang mengancam, memeras, sekaligus menghina satuan penegak hukum lainnya. Dalam situasi aparat penegak hukum konvensional mengalami kemandekan dalam penanganan kasus korupsi, di sisi lain situasi politik menciptakan korupsi yang kian massif, tentu berharap agar kepolisian atau kejaksaan segera pulih adalah mimpi. Sebagaimana kita tahu, berbagai modus korupsi yang muncul di berbagai daerah, kebanyakan diotaki oleh kepala daerah atau anggota legislatif,dengan cara yang kasar dan terang-terangan.Tapi tidak ada daya yang cukup untuk menghentikannya, karena mandulnya fungsi penegakan hukum dari kepolisian dan kejaksaan. Sebagaimana kita tahu,posisi dan peran KPK sebenarnya adalah trigger mechanism. Artinya, KPK didesain untuk mendorong dan memicu lahirnya semangat dan tradisi baru dalam penegakan hukum, khususnya bagi aparat penegak hukum konvensional. Salah satu latar belakang berdirinya KPK adalah karena aparat penegak hukum konvensional telah gagal dalam mengemban amanat konstitusi, yakni melakukan pemberantasan korupsi. Kehadiran KPK dimaksudkan untuk memberikan teladan, contoh, dan model penegak hukum yang memiliki integritas,profesionalitas, dan independensi yang tinggi. Dengan hadirnya KPK perwakilan, ada kesan yang muncul bahwa KPK akan menggantikan posisi kejaksaan dan kepolisian. Padahal, sejatinya KPK tidak dimaksudkan untuk sampai pada titik ini. KPK lebih banyak diharapkan dapat memberantas korupsi yang melibatkan pejabat negara dan aparat penegak hukum yang selama ini tidak dapat disentuh oleh aparat penegak hukum konvensional. Pendek kata, tujuan KPK dilahirkan, salah satu yang strategis, adalah memberantas korupsi yang memiliki hambatan politik dan hukum besar. Bukan untuk menangani semua kasus korupsi. Apabila KPK disibukkan dengan berbagai penanganan kasus korupsi, KPK akan menjadi tidak fokus, sehingga melupakan hal-hal yang strategis. 16
  • 17. Menghadirkan KPK perwakilan juga berarti pertaruhan integritas.Sebuah kondisi yang sulit dipertahankan dalam level yang paling tinggi saat rentang kendali kian jauh.Dalam ilmu manajemen standar, rentang kendali akan sangat memengaruhi efektivitas dari kontrol itu sendiri. Dengan demikian, tantangan KPK perwakilan adalah bagaimana mereka dapat memastikan bahwa integritas dari orang-orang yang kelak akan mengisi jabatan KPK perwakilan dapat dijaga dengan baik. 17 E. Dampak Yang Terjadi Akibat Korupsi Dan Upaya Penanggulangannya Akibat yang ditimbulkan sebagai dampak dari korupsi yaitu 1. Pemborosan sumber-sumber, modal yang lari, gangguan terhadap penanaman modal, terbuangnya keahlian, bantuan yang lenyap. 2. ketidakstabilan, revolusi sosial, pengambilan alih kekuasaan oleh militer, menimbulkan ketimpangan sosial budaya. 3. pengurangan kemampuan aparatur pemerintah, pengurangan kapasitas administrasi, hilangnya kewibawaan administrasi. Dapat disimpulkan akibat-akibat korupsi diatas adalah sebagai berikut : 1. Tata ekonomi seperti larinya modal keluar negeri, gangguan terhadap perusahaan, gangguan penanaman modal. 2. Tata sosial budaya seperti revolusi sosial, ketimpangan sosial. 3. Tata politik seperti pengambil alihan kekuasaan, hilangnya bantuan luar negeri, hilangnya kewibawaan pemerintah, ketidakstabilan politik. 4. Tata administrasi seperti tidak efisien, kurangnya kemampuan administrasi, hilangnya keahlian, hilangnya sumber-sumber negara, keterbatasan kebijaksanaan pemerintah, pengambilan tindakan-tindakan represif. Secara umum akibat korupsi adalah merugikan negara dan merusak sendisendi kebersamaan serta memperlambat tercapainya tujuan nasional seperti yang tercantum dalam Pembukaan Undang-undang Dasar 1945. F. Upaya Penanggulangan Korupsi. Korupsi tidak dapat dibiarkan berjalan begitu saja kalau suatu negara ingin mencapai tujuannya, karena kalau dibiarkan secara terus menerus, maka akan terbiasa dan menjadi
  • 18. subur dan akan menimbulkan sikap mental pejabat yang selalu mencari jalan pintas yang mudah dan menghalalkan segala cara (the end justifies the means). Untuk itu, korupsi perlu ditanggulangi secara tuntas dan bertanggung jawab. Ada beberapa upaya penggulangan korupsi yang ditawarkan para ahli yang masing-masing memandang dari berbagai segi dan pandangan. Caiden (dalam Soerjono, 1980) memberikan langkah-langkah untuk menanggulangi korupsi sebagai berikut : a. Membenarkan transaksi yang dahulunya dilarang dengan menentukan sejumlah pembayaran tertentu. b. Membuat struktur baru yang mendasarkan bagaimana keputusan dibuat. c. Melakukan perubahan organisasi yang akan mempermudah masalah pengawasan dan pencegahan kekuasaan yang terpusat, rotasi penugasan, wewenang yang saling tindih organisasi yang sama, birokrasi yang saling bersaing, dan penunjukan instansi pengawas adalah saran-saran yang secara jelas diketemukan untuk mengurangi kesempatan korupsi. d. Bagaimana dorongan untuk korupsi dapat dikurangi ? dengan jalan meningkatkan ancaman. e. Korupsi adalah persoalan nilai. Nampaknya tidak mungkin keseluruhan korupsi dibatasi, tetapi memang harus ditekan seminimum mungkin, agar beban korupsi organisasional maupun korupsi sestimik tidak terlalu besar sekiranya ada sesuatu pembaharuan struktural, barangkali mungkin untuk mengurangi kesempatan dan dorongan untuk korupsi dengan adanya perubahan organisasi. Cara yang diperkenalkan oleh Caiden di atas membenarkan (legalized) tindakan yang semula dikategorikan kedalam korupsi menjadi tindakan yang legal dengan adanya pungutan resmi. Di lain pihak, celah-celah yang membuka untuk kesempatan korupsi harus segera ditutup, begitu halnya dengan struktur organisasi haruslah membantu kearah pencegahan korupsi, misalnya tanggung jawab pimpinan dalam pelaksanaan pengawasan melekat, dengan tidak lupa meningkatkan ancaman hukuman kepada pelaku-pelakunya. Persoalan korupsi beraneka ragam cara melihatnya, oleh karena itu cara pengkajiannya pun bermacam-macam pula. Korupsi tidak cukup ditinjau dari segi deduktif saja, melainkan perlu ditinaju dari segi induktifnya yaitu mulai melihat masalah praktisnya (practical problems), juga harus dilihat apa yang menyebabkan timbulnya korupsi. Kartono (1983) menyarankan penanggulangan korupsi sebagai berikut : 18
  • 19. 1. Adanya kesadaran rakyat untuk ikut memikul tanggung jawab guna melakukan partisipasi politik dan kontrol sosial, dengan bersifat acuh tak acuh. 2. Menanamkan aspirasi nasional yang positif, yaitu mengutamakan kepentingan nasional. 3. Para pemimpin dan pejabat memberikan teladan, memberantas dan menindak korupsi. 4. Adanya sanksi dan kekuatan untuk menindak, memberantas dan menghukum tindak korupsi. 5. Reorganisasi dan rasionalisasi dari organisasi pemerintah, melalui penyederhanaan jumlah departemen, beserta jawatan dibawahnya. 6. Adanya sistem penerimaan pegawai yang berdasarkan “achievement” dan bukan berdasarkan sistem “ascription”. 7. Adanya kebutuhan pegawai negeri yang non-politik demi kelancaran administrasi pemerintah. 8. Menciptakan aparatur pemerintah yang jujur. 9. Sistem budget dikelola oleh pejabat-pejabat yang mempunyai tanggung jawab etis tinggi, dibarengi sistem kontrol yang efisien. 10. Herregistrasi (pencatatan ulang) terhadap kekayaan perorangan yang mencolok dengan pengenaan pajak yang tinggi. Marmosudjono (Kompas, 1989) mengatakan bahwa dalam menanggulangi korupsi, perlu sanksi malu bagi koruptor yaitu dengan menayangkan wajah para koruptor di televisi karena menurutnya masuk penjara tidak dianggap sebagai hal yang memalukan lagi. Berdasarkan pendapat para ahli diatas, maka dapat disimpulkan bahwa upaya 19 penanggulangan korupsi adalah sebagai berikut : a. Preventif. 1. Membangun dan menyebarkan etos pejabat dan pegawai baik di instansi pemerintah maupun swasta tentang pemisahan yang jelas dan tajam antara milik pribadi dan milik perusahaan atau milik negara. 2. mengusahakan perbaikan penghasilan (gaji) bagi pejabat dan pegawai negeri sesuai dengan kemajuan ekonomi dan kemajuan swasta, agar pejabat dan pegawai saling menegakan wibawa dan integritas jabatannya dan tidak terbawa oleh godaan dan kesempatan yang diberikan oleh wewenangnya.
  • 20. 3. Menumbuhkan kebanggaan-kebanggaan dan atribut kehormatan diri setiap jabatan dan pekerjaan. Kebijakan pejabat dan pegawai bukanlah bahwa mereka kaya dan melimpah, akan tetapi mereka terhormat karena jasa pelayanannya kepada masyarakat dan negara. 4. Bahwa teladan dan pelaku pimpinan dan atasan lebih efektif dalam memasyarakatkan pandangan, penilaian dan kebijakan. 5. menumbuhkan pemahaman dan kebudayaan politik yang terbuka untuk kontrol, koreksi dan peringatan, sebab wewenang dan kekuasaan itu cenderung disalahgunakan. 6. Hal yang tidak kalah pentingnya adalah bagaimana menumbuhkan “sense of belongingness” dikalangan pejabat dan pegawai, sehingga mereka merasa peruasahaan tersebut adalah milik sendiri dan tidak perlu korupsi, dan selalu berusaha berbuat yang terbaik. b. Represif. 20 1. Perlu penayangan wajah koruptor di televisi. 2. Herregistrasi (pencatatan ulang) terhadap kekayaan pejabat. Sekian uraian pengertian tentang Pengertian Tindak Pidana Korupsi, semoga bermanfaat.
  • 21. 21 BAB 4 PENUTUP 4.1 KESIMPULAN 1. Korupsi adalah penyalahgunaan wewenang yang ada pada pejabat atau pegawai demi keuntungan pribadi, keluarga dan teman atau kelompoknya. 2. Korupsi menghambat pembangunan, karena merugikan negara dan merusak sendi-sendi kebersamaan dan menghianati cita-cita perjuangan bangsa. 3. Cara penaggulangan korupsi adalah bersifat Preventif dan Represif. Pencegahan(preventif) yang perlu dilakukan adalah dengan menumbuhkan dan membangun etos kerja pejabat maupun pegawai tentang pemisahan yang jelas antara miliknegara atau perusahaan dengan milik pribadi, mengusahakan perbaikan penghasilan (gaji), menumbuhkan kebanggaan-kebanggaan dan atribut kehormatan diri setiap jabatan dan pekerjaan, teladan dan pelaku pimpinan atau atasan lebih efektif dalam memasyarakatkan pandangan, penilaian dan kebijakan, terbuka untuk kontrol, adanya kontrol sosial dan sanksi sosial, menumbuhkan rasa “sense of belongingness” diantara para pejabat dan pegawai. Sedangkan tindakan yang bersifat Represif adalah menegakan hukum yang berlaku pada koruptor dan penayangan wajah koruptor di layar televisi dan herregistrasi (pencatatan ulang) kekayaan pejabat dan pegawai.
  • 22. 22 4.2 SARAN Dalam hal ini semoga dapat membantu pengetahuan dan menambah ilmu pengetahuan kita dalam Tindak Pidana Korupsi, dan yang terpenting adalah Tindak Pidana Korupsi merupakan tindakan kejahatan atau perbuatan yang harus dihapuskan dimana agar terjadi tata pemerintahan bernegara yang baik adil dan bersih dari korupsi. Dengan adanya pengadilan Tipikor ini sangat berarti dalam menyangkut kepentingan masyarakat Indonesia dari Tindak Pidana Korupsi.
  • 23. 23 DAFTAR PUSTAKA  http://jokosaputroblog.blogspot.com/2013/07/makalah-tindak-pidana-korupsi. html#ixzz2l2gfoaW3  Tugas hukum pidana khusus klasifikasikan jenis-jenis tindak pidana korupsi berdasarkan uu no 31 th 1999 jo no 20 th 2001 yang di susun oleh : ardi prastiyo yuda dharma universitas semarang fakultas hukum