SlideShare una empresa de Scribd logo
1 de 15
Descargar para leer sin conexión
KATEKISASI dalam PERAN STRATEGIS REGENERASI PEMIMPIN GEREJA
MENUJU MASA DEPAN
Penulis: Bowo Trahutomo Suharso,S.E, M.M.*)
Pendahuluan
Masalah saat ini yang banyak dialami oleh gereja-gereja adalah kurangnya pemimpin-pemimpin yang
memiliki kemampuan yang cukup untuk mengembangkan pelayanan di gereja. Gereja yang
seharusnya menghasilkan pemimpin yang memiliki iman yang benar, ilmu yang memadai, dan
pengabdian yang sungguh-sungguh, malah mengalami krisis kepemimpinan. Absennya
kepemimpinan yang efektif akan mengakibatkan gereja kekurangan pemimpin berkualitas di masa
yang akan datang.
Jika kita melihat data secara administratif, berapa banyakkah “lulusan” Kelas Pembinaan Katekisasi
dalam rentang 10 tahun terakhir di Gereja kita? Secara data diatas kertas, mungkin saja diperkirakan
bisa mencapai 150 atau 200 orang Warga Sidi Baru.
Namun, dari 150 orang sampai 200 orang yang diteguhkan SIDI di Gereja kita itu, berapa %-nya kah
yang kemudian secara aktif dan nyata terlibat dalam kegiatan Persekutuan, Pelayanan dan Kesaksian
di Gereja?
Berapa %-nya kah yang kemudian secara aktif dan nyata memberi diri untuk menyumbangkan waktu,
pikiran, dan tenaga untuk secara sukacita terlibat dalam regenerasi kepengurusan Pelkat-Pelkat dan
Komisi-Komisi di Gereja?
Berapa %-nya kah ketika SIDI baru tersebut secara setia dan terus menerus melibatkan diri dalam
kegiatan Persekutuan Gerakan Pemuda, atau bahkan aktif dalam Kepengurusan Pelkat Gerakan
Pemuda?
Peneliti George Barna menyimpulkan hasil studinya selama 15 tahun tentang kehidupan dalam gereja
secara global dengan konklusi sebagai berikut: Gereja telah kehilangan pengaruh karena absennya
kepemimpinan yang efektif (Sendjaya, Konsep Karakter Kompetensi Kepemimpinan Kristen
(Yogyakarta: Kairos Books, 2004), 17).
Pergumulan diatas pernah didiskusikan secara intensif dan serius dalam persidangan Majelis Jemaat
di GPIB Pasar Minggu sekitar tahun 2005. Pada masa itu, saya ingat betul, ada seorang Penatua
menyampaikan di Sidang Majelis Jemaat mengeluhkan betapa sulitnya mencari regenerasi dari
seorang Ketua Gerakan Pemuda pada saat itu. Orang yang menjadi Ketua Gerakan Pemuda hanya
seorang yang berulang kali sudah menjabat selama bertahun-tahun, sehingga tidak ada regenerasi &
“gebrakan baru” dalam atmosfer kebaktian di kalangan pemuda yang jumlahnya terus menurun.
Sebenarnya, permasalahannya bukan di kepengurusan Gerakan Pemuda, namun banyaknya anak-
anak yang telah menjalani Persekutuan Anak, kemudian beranjak ke Persekutuan Taruna, lalu
menjalani Katekisasi, mereka setelah lulus diteguhkan SIDI, merasa ambigu dengan jati diri dan
indentitas dimana mereka yang beranjak dari remaja ke pemuda/i dewasa. Ada suatu proses kritis dan
sangat penting, peralihan dari fase anak, ke remaja, lalu ke fase dewasa yang mencari jati diri. Inilah
yang menyebabkan, jumlah anak bina Persekutuan Anak dan Persekutuan Taruna menyusut dengan
drastis ketika mereka sudah selesai menjalani Katekisasi dan di SIDI, hanya 2% atau 5% nya yang
kemudian mau secara aktif terlibat dalam proses pembinaan lebih lanjut atau bahkan menjalani
regenerasi kepengurusan Pelkat-Pelkat dan Komisi-Komisi. Untuk itu gereja harus memulai
memikirkan bagaimana menghasilkan pemimpin-pemimpin gereja untuk masa yang akan datang.
Gereja harus memulai dengan mempersiapkan pemimpin-pemimpin muda yang dapat diandalkan,
dengan metode yang terstruktur serta sistematis dalam pola metode Mentoring Pemuridan.
Ada suatu fase kritis dan strategis dari Persekutuan Taruna ke fase Pemuda, yang selama ini
diabaikan atau tidak diperhatikan secara serius. Proses transisi dari anak dan remaja yang terbina
dalam Pelkat Persekutuan Anak dan Persekutuan Taruna, tidak bisa semata-mata kita hanya
menyerahkan dan mengandalkan formalitas Kebaktian Lepas Sambut Taruna ke Gerakan
Pemuda, Silahkan Anda tanya secara pribadi lepas pribadi, jemaat Gereja kita yang pernah
merasakan menjadi Pengurus Pelkat Gerakan Pemuda dalam rentang 20 tahun terakhir ini,
bagaimana tantangan besar mereka melayani proses transisi dari anak-anak bina Persekutuan
Taruna ke Gerakan Pemuda. Anda harus mendengar suara hati mereka dan memikirkan secara serius
tantangan yang mereka hadapi dalam dua dekade terakhir ini di Gereja kita. Tantangan itu bukan
akan makin menurun, namun akan makin kompleks dan membutuhkan solusi bersama-sama oleh
para Presbiter di Gereja bahu-membahu bersama memikirkan strategi menjaring anak dan remaja
yang beranjak menjadi Pemuda agar mereka tidak hanya sekedar formalitas tercatat nama sebagai
Warga Sidi Jemaat GPIB, namun kehadiran mereka tidak ada dalam gerak langkah Persekutuan,
Pelayanan dan Kesaksian di Gereja kita. Ada apa dengan fenomena ini? Para Presbiter dan
pemerhati Gereja: ini harus menjadi pemikiran serius Anda memikirkan masa depan Gereja kita.
Salah satu strategi mempersiapkan regenerasi kepemimpinan Gereja masa depan adalah bagaimana
melakukan Pembinaan dengan metode yang terstruktur & berkeseninambungan; agar anak-anak
remaja yang beranjak menjadi Pemuda Pemudi dewasa ini memiliki Karakter dan Visi Misi Strategis
sebagai pilar-pilar penerus dari Persekutuan, Pelayanan dan Kesaksian di Gereja.
Fase Kritis dan memiliki Nilai Strategis Jangka Panjang, salah satunya adalah itu adalah fase
pendidikan atau Pembinaan Katekisasi.
Pertanyaan yang harus kita telaah bersama adalah:
- Bagaimana peran Pembinaan KATEKISASI dapat menjadi sarana Pemuridan dan multiplikasi
dalam proses regenerasi calon-calon Pemimpin Gereja di masa depan?
- Apa Metode yang efektif digunakan dalam proses Pembinaan KATEKISASI bagi anak –
remaja yang beranjak menjadi pemuda di era MILLENIAL?
Pemuda
Pada suatu persekutuan, utamanya dalam geraja pemuda diibaratkan sebagai tiang berdirinya gereja.
Pemuda adalah anak-anak yang sudah masuk usia muda yang ada dalam suatu persekutuan tertentu
di suatu wilayah tertentu pula. pemuda dikatakan sebagai generasi penerus dalam jemaat. oleh
karena itu, sangat penting bagi pemuda untuk belajar mengenal atau mendalami keiman mereka
melalui proses katekisasi seperti yang telah diuraikan dan dijelaskan diatas agar mereka mampu
memahami jiwa spiritualitas mereka yang telah ada dalam diri mereka tetapi mereka sendiri tidak
mampu untuk memahaminya.
Masa pemuda juga diartikan masa pembentukan identitas. Dimana, pada masa ini akan muncul hal-
hal yang baru yang akan ditemui oleh pemuda. Pemuda dapat memberikan banyak dukungan dalam
suatu kelompok-kelompok sosial atau kelompok masyarakat dan dalam persekutuan pemuda.
Masalah Pemuda dan Gereja: Masalah gereja-gereja masa kini mengalami kegagalan dalam
meregenerasi remaja dan Pemuda yang akan menjadi pemimpin Gereja di masa depan, sehingga
kurangnya pemimpin-pemimpin baru, remaja dan pemuda yang terbeban inisiatif ambil bagian dalam
proses regenerasi kepengurusan pelkat dan komisi-komisi yang berkesinambungan dan multiplikasi
secara memadai.
Nilai Strategis Pembinaan Katekisasi
Katekisasi adalah suatu proses untuk membentuk Karakter Iman Kristen dan membina rasa
spiritualitas atau keimanan anak usia muda atau pemuda. Melalui proses katekisasi atau proses
pendewasaan Iman, anak usia muda atau Pemuda dapat menyatakan iman percaya mereka melalui
suatu proses yang disebut dengan SIDI, atau yang biasa disebut dengan pengakuan iman percaya
oleh para anggota SIDI yang telah berhasil menyelesaikan proses katekisasi dengan baik dimana
proses SIDI yang mereka ikuti disaksikan oleh pendeta, orang tua dan seluruh anggota jemaat yang
hadir dalam ibadah atau seluruh umat yang percaya kepada Tuhan, sehingga anak usia muda itu
dapat masuk dalam proses SIDI.
Masa usia muda adalah masa kelanjutan dari masa remaja. Dalam masa usia muda ini, pengajaran
dan bimbingan mengenai spiritualitas atau keimanan secara terstruktur dan sistematis sangat
dibutuhkan oleh para anak muda. Selvester Tacoy menjelaskan bahwa kaum muda apabila tidak
mendapatkan pelayanan secara khusus dapat membuatnya melakukan perbuatan-perbuatan yang
menyimpang pada masanya (Tacoy, 2009: 54). Jika anak muda menerima pengajaran bimbingan-
bimbingan secara personal, dari hati ke hati, pembimbingan secara pendampingan mentorship, maka
itu akan lebih baik bagi para anak muda. Oleh karena itu, pengajaran dan pembinaan katekisasi
sangat penting bagi anak muda pada sekarang ini yang sangat besar dipengaruhi oleh media massa,
social media, gadget, games dan internet.
Katekhein yang adalah sebutan atau istilah yang memiliki pengertian memberitakan, memberitahukan,
mengajar, dan memberi pengajaran. Dalam perkembangan anak remaja menuju dewasa yang
mencari jati diri dan idola, fase transisi ini sangat kritis dan penting. Proses pemberitaan Firman dan
Pengajaran pada masa kini, tidak akan cukup diserap apabila hanya di dengarkan secara satu arah
dalam sebuah kelas besar. Seorang anak bisa saja terpaku di depan layar atau terlihat duduk melihat
kepada pengajar, namun pikirannya bisa melayang-layang kemana-mana. Seorang anak pada masa
kini sangat multi tasking dan sangat melek teknologi. Dalam menghadiri sebuah kelas seperti
misalnya kelas Katekisasi, jari-jemari seorang anak bisa pada saat yang sama melakukan texting
chatting kepada teman-temannya atau bahkan bermain games. Inilah sangat pentingnya apabila
adanya suatu metode pendampingan oleh para Mentor yang akan bisa melakukan pendekatan pribadi
secara dua atau tiga orang Peserta dalam satu Mentorship agar terjadi proses interaksi intelektual dan
emosional yang lebih melekat. Pembinaan Pengajaran Katekisasi yang kemudian diikuti dengan
sistem Diskusi bersama dengan para Mentor, akan dapat membantu para Mentor dan Pengajar
memahami kesulitan-kesulitan Pemahaman dari para Peserta Katekisasi untuk memahami bahan ajar
yang diberikan, namun di saat yang sama juga para Mentor dapat berdialog secara pribadi dari hati ke
hati dengan para Mentee mengenai kemungkinan permasalahan lain yang dihadapi oleh Mentee
dalam perkembangan intelektual dan spiritual mereka.
Cara yang terbaik dan sesuai dengan firman Tuhan untuk dapat menghasilkan pemimpin adalah
dengan cara pemuridan atau yang sekarang sering disebut dengan mentoring.
Mentor dapat membantu Peserta Katekisasi menjalani proses dalam membangun Spiritualitas
mereka. Spiritualitas mampu menghubungankan kita dengan pribadi orang lain dengan cara
bagaimana kita menunjukkan sikap, tindakan dan cara kita untuk bergabung atau membangun
hubungan persaudaraan dengan orang lain.
Mentoring
Kata mentoring berasal dari kata mentor dan kata ini sudah menjadi kata yang baku dalam Bahasa
Indonesia. Arti kata mentor adalah pembimbing atau pengasuh (https://kbbi.web.id/mentor). Kata
mentor diterjemahkan menjadi kata “penasihat”. Sedangkan dalam Webster New Collegiate
Dictionary, pengertian mentor diartikan dengan menutupi, penasihat yang dipercaya, atau pelatih.
Mentoring didefinisikan untuk mengembangkan kapasitas potensial dan kompetensi individu
dalam pelayanan sebagai pembelajaran yang akomodatif bagi hubungan antara individu yang
peduli yang berbagi pengetahuan, nilai, sikap, pengalaman, dan kebijaksanaan dengan individu
lain.
Mentoring merupakan suatu hubungan yang intens di mana seorang yang memiliki pengalaman
bekerja dengan orang yang kurang berpengalaman untuk menolong atau mempromosikan orang yang
kurang berpengalaman baik dalam profesional ataupun dalam pertumbuhan pribadi. Dengan kata lain,
mentoring adalah proses seseorang membantu orang lain untuk belajar sesuatu, membuka
hidupnya kepada orang lain, membagikan kehidupan dengan orang lain, sehingga menjadi
sebuah proses di mana seseorang hidup untuk menghasilkan generasi yang akan datang.
Saat ini gereja banyak kehilangan kaum muda dan khususnya kehilangan pemimpin kaum muda.
Mengapa hal ini terjadi? Salah satu alasannya mengapa anak muda meninggalkan gereja adalah
anak muda seharusnya dibimbing, dan didukung dalam perkembangannya, bukan hanya diberikan
pengajaran. Pemimpin kaum muda harus dapat memahami dan melaksanakan proses mentoring agar
anak muda tidak meninggalkan gereja. Jika hal itu dibiarkan terjadi maka akan makin banyak anak
muda meninggalkan gereja. Hal ini dapat mengakibatkan tidak adanya perkembangan dalam
pelayanan pemuda di gereja, bahkan dapat mengakibatkan kemunduran dalam pelayanan kaum
muda.
Menurut survei yang diadakan oleh Bilangan Research Center pada 4.095 anak remaja di Indonesia
di tahun 2018, rata-rata anak muda yang mengikuti ibadah 4 kali dalam 3 bulan sebesar 63.8%
sedangkan sisanya hanya 2 atau 3 kali ibadah.11 Hal ini menunjukkan bahwa pada saat ini anak
muda di Indonesia sudah jarang ke gereja, kalaupun ke gereja paling hanya hari Minggu saja.
Penelitian itu membuktikan bahwa generasi muda saat ini mulai meninggalkan gereja. Hal ini tidak
boleh terus dibiarkan, karena jika terus-menerus dibiarkan, maka gereja lama-kelamaan akan menjadi
kosong.
Untuk mengevaluasi dan memilih program pembinaan rohani untuk generasi milenial, maka penting
untuk mempertimbangkan variasi metode dan tren yang tersedia saat ini berkenaan dengan
spiritualitas mereka. Banyak hal yang menunjukkan perbedaan penting antara generasi yang
millennial, dan generasi sebelumnya. Generasi Millenial mempertanyakan keyakinan masa lalu, dan
sebagian besar (72%) tidak lagi mengikat identitas mereka dengan keyakinan agama seperti yang
dilakukan orang tua mereka. (Anne Puidk Horan, Journal of Research on Christian Education 26, no. 1
(2017): 59). Peran mentoring calon pelayan dan pemimpin kaum muda dapat mempengaruhi bagi
perkembangan pelayanan pemuda di gereja.
Mentoring sangat berkaitan erat dengan masalah pembentukan Karakter Pemuda yang sesuai
dengan Firman Tuhan, dan Karakter kepemimpinan (leadership) di mana seseorang (mentor) memiliki
inisiatif dalam membimbing serta memimpin orang lain (mentee) sehingga orang lain yang dibimbing
dan dipimpinnya di kemudian hari dapat menjadi maksimal dalam segala aspek kehidupannya (Togi
Simanjuntak, The Art of Mentoring (Jakarta: Metanoia, 2012), 57).
Peran mentoring telah menjadi sebuah kebutuhan yang sangat vital bagi pertumbuhan di berbagai
bidang, baik di dalam gereja, maupun dalam dunia usaha atau dalam organisasi kemasyarakatan.
Proses pemuridan (mentoring) merupakan perintah dari Tuhan Yesus yang wajib kita kerjakan. Dan
perintah ini bukan hanya sekadar diucapkan oleh Tuhan Yesus, tetapi Ia juga memberikan teladan
untuk melakukan proses pemuridan (mentoring) tersebut. Seorang calon SIDI yang merupakan calon
pelayan dan pemimpin gereja harus memahami tentang mentoring, bahkan menerapkan proses
mentoring dalam kepemimpinan-nya, kepemimpinan selanjutnya dapat berjalan dengan baik.
Pemimpin harus mempersiapkan regenerasi kepemimpinan yang baik, bahkan mungkin lebih baik dari
pada dirinya sendiri. Seorang pemimpin akan menjadi serupa dengan orang yang pernah menjadi
mentornya. Hal ini berarti kehidupan seorang pemimpin akan memengaruhi pemimpin baru yang
dihasilkannya. Tentunya sasaran atau tujuan dari mentoring tentunya tidak lepas dari definisi
mentoring tersebut. Amos Hosea, dalam artikelnya di Majalah Generasi dengan judul “Peranan
Mentor dalam Pemberdayaan Pelayan”, menyebutkan bahwa mentoring merupakan sebuah
pengalaman yang berhubungan, di mana seseorang memberdayakan orang lain dengan
sumber-sumber yang Allah berikan.
Mentoring bukan untuk mengumpulkan pengikut, tetapi berfungsi untuk melahirkan mentor
(pemimpin) baru. Mentoring bukan untuk membuat generasi pengikut yang selalu berada di bawah
kendali orang yang menjadi mentornya. Namun mentoring berfungsi untuk melahirkan para
mentor baru, bahkan mungkin dapat lebih baik dari mentornya.
Suatu studi penelitian persepsi 33 alumni dari 10 sekolah teologi evangelis Indonesia mengenai
dampak mentoring informal, yang mereka alami selama waktu mereka sebagai mahasiswa. Data dari
wawancara tatap muka mengungkapkan bahwa hubungan mentoring informal berdampak: a)
membantu mereka untuk menangani kebutuhan sosial dan emosional mereka terutama di semester
pertama dan kedua; b) memfasilitasi pertumbuhan spiritual mereka; c) membantu mereka mencapai
prestasi akademik mereka. tujuan; dan d) membantu mereka menjadi sadar akan potensi mereka, dan
mengidentifikasi panggilan, dan panggilan pelayanan mereka. (Leonard Sumule, “The Impact of
Informal Mentoring: Perceptions of Alumni of Evangelical Theological Schools in Indonesia” ProQuest LLC
(2016).)
Hasil penelitian di atas menunjukkan dampak mentoring terhadap alumni yang akhirnya menjadi
pemimpin saat ini yang memahami pentingnya mentoring di masa lalu ketika mereka masih menjadi
sebagai mahasiswa. Mentoring dapat terjadi dengan baik apabila pemimpin yang mementor anak
muda tersebut memberikan teladan, pemahaman, pelatihan, dan bimbingan bahkan mengevaluasi
setiap tugas-tugas yang dipercayakan kepada anak muda (mentee).
Pemimpin anak muda/ Mentor dan Pengajar Katekisasi dapat dikatakan memahami mentoring apabila
pemimpin tersebut tidak hanya memiliki pengetahuan, dan kemampuan untuk memimpin, tetapi
menjalankan proses mentoring tersebut. Paul Stanley dan Robert Clinton berpendapat, “Mentoring
adalah sebuah pengalaman rasional, yang melaluinya satu orang memberdayakan orang lain
dengan cara berbagi sumber-sumber yang diberikan oleh Allah”. Tujuan dari mentoring formal
adalah untuk membantu murid memahami kekuatan dan kelemahan mereka dan
meningkatkannya melalui komunikasi terbuka dengan seorang mentor.
Proses Pembinaan Katekisasi dengan cara Mentoring dilakukan sebagai berikut:
- Menjadi Teladan: Dalam Injil Yohanes 13:15 Tuhan Yesus mengatakan kepada murid-muridNya:
“sebab Aku telah memberikan suatu teladan kepada kamu, supaya kamu juga berbuat sama seperti
yang telah Kuperbuat kepadamu”
Pemuda membutuhkan sosok atau figur yang bisa diteladani karena ada saja kemungkinan mereka
tidak menemukan keteladanan tersebut di rumah mereka. Mungkin saja mereka tidak menemukan
keteladanan tersebut dari orang tua dan juga tidak menemukan orang lain yang patut diteladani dalam
pergaulan mereka maka sebenarnya mereka terus mencari orang yang dapat menjadi contoh bagi
kehidupan mereka. Hal ini sebagai kebutuhan mereka untuk mendapatkan orang lain yang dapat
menjadi contoh bagi mereka untuk dapat dijadikan pembimbing atau panutan sekaligus mungkin
menjadi seorang sahabat yang dapat mengerti dan mau menerima segala keterbatasan dan
kelemahan mereka. Dalam Kisah Para Rasul 1:1, Lukas mencatat apa yang Yesus kerjakan dan
ajarkan. Inilah prinsip mentoring yang sangat penting. Kristus mengerjakan (menunjukkan) dulu apa
yang akan diajarkan-Nya, barulah kemudian Ia mengajarkannya. Mengapa prinsip ini sangat penting
dalam Kerajaan Allah? Sebab dengan melihat teladan dari apa yang kita ajarkan, orang dapat
melakukannya dengan mudah.
Sebuah prinsip yang paling penting dalam melakukan mentoring adalah “kita tidak dapat melatih apa
yang belum kita lakukan:. Paulus tidak meminta jemaat Filipi untuk mencontoh perkataan-
perkataannya saja, tetapi yang terutama adalah mencontoh teladannya. Hal ini ditulis dalam surat
Filipi 3:17, “Saudara-saudara, ikutilah teladanku dan perhatikanlah mereka, yang hidup sama seperti
kami yang menjadi teladanmu”
Dalam Kisah Para Rasul 1:1, Lukas mencatat apa yang Yesus kerjakan dan ajarkan. Inilah prinsip
mentoring yang sangat penting. Kristus mengerjakan (menunjukkan) dulu apa yang akan diajarkan-
Nya, barulah kemudian Ia mengajarkannya.
Apa saja yang kita ingin orang lain lakukan akan lebih mudah ditularkan lewat contoh langsung.
Mengapa pelayanan gereja masa kini banyak yang tidak berdampak besar atas dunia? Persoalan
utamanya adalah gereja tidak berfokus pada keteladanan yang menghasilkan teladan-teladan pada
angkatan berikutnya.
Tujuan hidup para Mentor dan Pengajar Katekisasi adalah meneladani Kristus dan Mentor serta
Pengajar Katekisasi tersebut juga harus terus-menerus menjadi teladan dan mendorong orang
yang dipimpinnya untuk menjadi teladan bagi orang lain.
- Membimbing: Dalam Kisah Para Rasul 8:30-31 saat Filipus bertemu dengan sidasida Etiopia yang
sedang membaca kitab nabi Yesaya: Filipus segera ke situ dan mendengar sida-sida itu sedang
membaca kitab nabi Yesaya. Kata Filipus: “Mengertikah tuan apa yang tuan baca itu? Jawabnya:
“Bagaimanakah aku dapat mengerti, kalau tidak ada yang membimbing aku?” Lalu ia meminta Filipus
naik dan duduk di sampingnya.
Dalam Injil Markus 1:17 Yesus berkata kepada mereka: “Mari, ikutlah Aku, dan kamu akan Kujadikan
penjala manusia.” Kata “ikutlah Aku” menunjukkan bagaimana Tuhan Yesus mau membimbing murid-
murid-Nya. Seakan Tuhan Yesus berkata, “Aku melakukan, dan engkau bersama-sama dengan Aku.”
Tuhan Yesus tidak hanya memberi perintah tetapi Ia juga memberikan petunjuk dan arahan apa yang
harus murid-murid-Nya lakukan dengan cara melihat apa yang Ia lakukan.
Jarot Wijanarko menuliskan dalam buku Father and Son bahwa mentor (dalam hal ini pemimpin kaum
muda) adalah seorang yang lebih dewasa, yang secara nyata membimbing, baik dalam kehidupan
sehari-hari maupun dalam hal rohani. Membimbing adalah merupakan tugas yang penting bagi
pemimpin kaum muda agar dapat menghasilkan pemimpin yang lebih baik.
Dalam Alkitab menuliskan bahwa Paulus berhasil mementor Timotius menjadi seorang pemimpin
jemaat dengan cara membimbingnya, seperti dikatakan dalam 2 Timotius 3:10, “Tetapi engkau telah
mengikuti ajaranku, cara hidupku, pendirianku, imanku, kesabaranku, kasihku dan ketekunanku.”
Di sini Paulus tidak hanya memberikan pengetahuan tetapi memberikan hidupnya untuk dapat
membimbing Timotius sehingga menjadi pelayan Tuhan muda yang efektif. Proses pembimbingan ini
tidak dilakukan hanya di awal saja, tetapi sampai seorang pemimpin muda yang baru dapat dihasilkan
bahkan proses ini terus berlanjut selama proses bimbingan tersebut dibutuhkan.
- Melatih: Setelah Tuhan Yesus memanggil murid-murid-Nya, Ia mengawali pelatihan dengan
memberikan tujuan dari panggilan tersebut dan apa yang akan dilakukan oleh murid-murid-Nya dalam
proses selanjutnya. Yesus memberitahukan kepada mereka tentang tujuan panggilan dalam
mengikuti-Nya yaitu untuk memenangkan jiwa dan memberikan mereka arahan bagaimana cara
untuk memenangkan jiwa dengan memakai istilah “Penjala Manusia” yaitu suatu istilah yang paling
dapat dimengerti oleh mereka pada saat itu. Dalam Yohanes 21:6 Yesus mengingatkan kembali apa
yang telah Ia latih kepada murid-murid-Nya tentang bagaimana mereka harus belajar percaya dan
melakukan firman serta menjadi penjala manusia.
Pelatihan merupakan tempat di mana pemimpin kaum muda memberikan pengetahuan dan
keterampilan kepada anggotanya agar nantinya mereka memiliki pengetahuan dan keterampilan yang
cukup untuk dapat menjadi pemimpin yang dapat melatih orang lain. Kegiatan latihan merupakan
elemen kepemimpinan sebagai pelayan yang paling penting dalam membantu orang untuk
menyelesaikan sasaran kerja mereka. Khususnya bagi pelayanan pemuda di mana pemimpin kaum
muda harus melatih generasi muda yang mungkin belum memiliki pengalaman dalam mengerjakan
tugas-tugas atau tanggung jawab sebagai seorang pemimpin.
Fungsi pemimpin kaum muda (mentor) sebagai pelatih adalah mengajar keterampilan-
keterampilan (termasuk pengetahuan), memotivasi untuk mengobarkan karunia yang Tuhan
berikan, menjadi model, dan mengevaluasi serta memberikan umpan balik kepada orang-orang
yang sedang dilatihnya.
- Mengutus: Alkitab menuliskan bahwa dalam pelayanan Tuhan Yesus, Ia juga mengutus-murid-
murid-Nya untuk memberitakan Injil. (Markus 3:14-15). Alkitab menuliskan setelah Tuhan Yesus
mempersiapkan murid-murid-Nya, maka tahap selanjutnya adalah Ia mengutus mereka untuk pergi
melakukan apa yang telah Ia ajarkan.
Pengutusan ini adalah bagian daripada proses mentoring. Dengan diberikannya tanggung jawab
kepada anggota, maka mereka merasa bahwa dia dihargai dan dapat berarti bagi orang lain. Hal ini
dapat menimbulkan rasa percaya diri bagi anggota tersebut sehingga pada saat ia menjadi seorang
pemimpin, ia juga dapat memberi yang terbaik bagi anggotanya.
Pengutusan yang diberikan oleh Mentor kepada para Peserta Kateksiasi bertujuan supaya dapat terus
bermultiplikasi atau berbuah, baik dalam hal kerohanian maupun dalam kepemimpinan. Tentunya
sebelum mengutus mentee-nya, pemimpin kaum muda sudah mengetahui kemampuan setiap
anggotanya, sesuai dengan talenta dan karunia yang Tuhan berikan. Inilah yang menjadi Visi dan Misi
dari para Mentor ketika memberikan bimbingan kepada para Peserta Katekisasi, yaitu agar nanti
setelah di SIDI, mereka dengan semangat Kasih kepada Tuhan Yesus Kristus memberi diri berperan
serta aktif dalam berbagai bagai kesempatan Persekutuan, Pelayanan, dan Kesaksian di Gereja.
Sehingga dengan demikian, setelah di SIDI mereka bukan terhilang dalam lautan kesibukan
kehidupan pribadinya masing-masing, namun memiliki semangat melakukan proses regenerasi
kepemimpinan dan pelayanan di Gereja.
- Multiplikasi: Proses mentoring ada untuk melahirkan para pemimpin baru khususnya pemimpin
kaum muda yang mungkin dapat lebih baik dari pemimpinnya. Dalam Kisah Para Rasul 2:41²47
menuliskan cara hidup jemaat yang pertama. Setelah Yesus Kristus naik ke Sorga, maka murid-murid-
Nya melakukan pelayanan dan proses mentoring. Hasilnya ditulis pada Kisah Para Rasul 2:47b, “Dan
tiap-tiap hari Tuhan menambahkan jumlah mereka dengan orang yang diselamatkan.µ Bahkan bukan
hanya itu saja, lewat pelayanan murid-murid Yesus Kristus menghasilkan pengikut-pengikut baru yang
akhirnya dapat melayani sampai ke luar dari bangsa Yahudi.
Maka tergenapilah perintah Amanat Agung yang dikatakan oleh Yesus Kristus sebelum naik ke Sorga.
Hal ini juga akan terjadi dalam pelayanan dalam gereja jika proses mentoring dapat berjalan dengan
baik bagi generasi muda dalam gereja. Gereja akan bertumbuh dan bermultiplikasi, serta
menghasilkan pemimpin-pemimpin rohani yang baru.
Tujuan mulia dari mentoring adalah reproduksi, berbuah, berlipat ganda atau bermultiplikasi. Di
mana orang-orang yang dipimpin akan menjadi seorang yang memiliki kapasitas yang besar dan
menjadi seorang pemimpin yang memberikan kontribusi yang berarti bagi Kerajaan Allah bahkan
melebihi pemimpinnya sendiri. Pemimpin kaum muda yang memahami tentang proses mentoring
akan mengalami multiplikasi pemimpin kaum muda yang baru.
Pelayanan kaum muda harus berusaha untuk memenuhi kebutuhan anggotanya sesuai dengan
perkembangan zaman. Dalam hal ini gereja juga harus memerhatikan kebutuhan tubuh, jiwa dan roh
dari generasi muda dengan seimbang. Jika kebutuhan tersebut tidak dipenuhi dengan baik dan
seimbang bagi generasi muda, maka mereka dapat mengalami pertumbuhan yang tidak seimbang.
Dan hal ini dapat merugikan generasi muda itu sendiri, gereja dan lingkungan di mana mereka
berada.
Lewat pemahaman tentang mentoring akan mengakibatkan lahirnya pemimpin-pemimpin yang baru.
Dampak dari lahirnya pemimpin-pemimpin baru yang berkualitas adalah terjadinya perkembangan
dalam pelayanan.
Mentor bermanfaat sebagai bentuk sifat relasional formasi pelayanan ketika mereka mendengar
pemuda berbagi tentang kasih mereka yang mendalam kepada Tuhan dan mereka berkomitmen
untuk melayani gereja, dan dunia secara keseluruhan. Dengan keterikatan emosional dan
intelektual bersama dengan Mentor, maka diharapkan sebagian besar peserta Katekisasi dengan
tulus mencari pemahaman yang lebih jelas tentang panggilan, dan panggilan pelayanan mereka
ketika nanti mereka sudah diteguhkan Sidi menjadi Warga Sidi Jemaat GPIB.
Proses mentoring dapat menghasilkan pemimpin baru yang transformatif. Proses mentoring yang
dilakukan adalah memberikan contoh teladan yang alkitabiah, membimbing, melatih, dan
mengutus sehingga hasil mentoring berdampak multiplikasi pemimpin-pemimpin kaum muda
yang baru, dan memiliki kemampuan untuk mengembangkan pelayanan pemuda di gereja. Setiap
perkembangan pelayanan yang dihasilkan oleh setiap pemimpin kaum muda tentunya untuk
memuliakan nama Tuhan Yesus Kristus, dan untuk menggenapi Amanat Agung Tuhan Yesus Kristus.
Pemuda dapat berpartisipasi dalam apa yang Tuhan lakukan di dunia. Sifat relasional mentoring yang
terfokus pada pembentukan pelayanan dapat membantu gereja menjadi sadar akan beragam isu, dan
tantangan yang dihadapi pemuda ketika mereka mempersiapkan kehidupan pelayanan. Tuhan rindu
memanggil pemuda untuk melayani di gereja, dan mencari orang dewasa yang signifikan untuk
membimbing mereka melalui proses Mentoring. (Nathan Chiroma, “Mentoring and the ministerial formation
of seminary stuudents” Stellenbosch Theological Journal 3, no. 1 (2017): 63)
Dengan adanya pemimpin kaum muda yang paham tentang mentoring, dan dengan bertambahnya
pemimpin kaum muda baru (hasil mentoring) yang juga paham tentang mentoring, maka akan terjadi
perkembangan pelayanan pemuda di gereja dan perkembangan pelayanan akan terus-menerus
mengalami pertumbuhan.
Petunjuk Teknis Pelaksanaan Pembinaan Katekisasi:
1. Memilih Mentor dan Pengajar:
Mentor dan Pengajar Katekisasi dipilih dari Jemaat yang adalah Presbiter, mantan Presbiter,
mantan Pengurus Pelkat atau Jemaat yang terbeban melayani sebagai Mentor yang sudah pernah
mendapatkan bimbingan Pelatihan Mentor Katekisasi.
Menjadi seorang mentor terkadang bukanlah sebuah pilihan kita sendiri, tetapi terkadang itu
merupakan panggilan Allah buat kita. Dalam I Korintus 12:7, menjelaskan bahwa Roh Tuhan
memberikan karunia ke tiap-tiap orang, sehingga dapat melayani sesuai dengan karunia yang
diberikan Tuhan kepadanya. Terkadang kita menjadi seorang mentor bukanlah pilihan kita, bukan
juga karena kita yang paling baik atau yang paling berhasil dari yang lain, tetapi karena kita
diberikan anugerah itu, oleh Tuhan.
2. Syarat Mentor dan Pengajar:
Panggilan menjadi seorang mentor itu sebuah karunia sekaligus juga sebuah tanggung jawab.
Mereka yang memahami tantangan seorang mentor dan menanggapi secara positif adalah para
mentor yang intuitif (mentor yang berbakat alami). Mereka yang memperoleh keterampilan melalui
pelatihan untuk mengembangkan konpetensinya adalah seorang mentor inculcated (mentor yang
dilatih). Mentor intuitif adalah seorang mentor visioner yang tidak hanya mampu mengantisipasi
masalah, tetapi juga mampu membayangkan kemungkinan. Bukan hanya mengikuti arus, tetapi
mereka bersedia untuk merintis lingkungan baru yang belum pernah dijalani. Bukan bersandar
pada masa lalu, tetapi tertantang oleh status quo. Bukan menyelesaikan untuk jangka pendek,
tetapi mereka menetapkan pandangan mereka untuk jangka panjang.
Syarat secara administratif:
1) Seorang Mentor sebaiknya telah menjalani Pembinaan calon Mentor yang dilakukan oleh
Pendeta (contohnya: Pada tahun 2015 Bapak Pendeta Paul A.J.Waney memberikan
Pembinaan dan Pelatihan calon Mentor kepada Jemaat yang dibina dan dilatih khusus menjadi
Mentor di GPIB Pasar Minggu).
2) Mentor yang sekaligus Pengajar: sudah pernah mendapatkan bimbingan dan pelatihan Pengajar
Katekisasi yang diadakan oleh Gereja.
3. Cakupan/wilayah Mentoring:
Mentoring sejati itu bersifat menyeluruh (holistik) dan menyentuh kedalaman hidup Peserta
Katekisasi. Di dalam mentoring, perhatian Mentor perlu diberikan terhadap tiga struktur dasar yang
sering tidak terlihat dalam kehidupan seorang Peserta Katekisasi. Wilayah-wilayah di dalam diri ini
sering tidak diperhatikan karena bersifat sangat pribadi. Kerap hal-hal ini memang sengaja tidak
ditunjukkan kepada orang lain. Akibatnya, wilayah-wilayah pribadi ini mudah terabaikan. Kalaupun
dievaluasi, sifatnya hanya sepintas lalu. Saat ini terjadi, sesungguhnya mulai ada celah-celah
berbahaya dalam hidup kita. Apabila kita tidak berhati-hati, celah-celah ini dapat dipakai iblis untuk
menghancurkan kredibilitas dan aktivitas para pelayan Allah. Sebab itu, meski banyak perhatian
yang diberikan untuk membangun kecakapan dalam proses mentoring, kita harus tetap memberi
penekanan pada wilayah-wilayah kehidupan pribadi. Mentoring yang sejati itu harus bersifat
menyeluruh dan menyentuh kedalaman hidup. Kita perlu memberi perhatian kepada tiga wilayah
pribadi dalam kehidupan orang yang dibimbing. Mentor yang bijaksana menolong orang untuk
membentuk hidup yang beribadah, memperdalam kehidupan berkeluarga, dan memberdayakan
hidupnya agar selalu bertumbuh.
Oleh karena mempertimbangkan hal tersebut diatas, Mentoring yang efektif biasanya dibatasi
jumlahnya, agar interaksi antara Mentor dan Mentee berjalan efektif. Idealnya 1 (satu) orang
Mentor Katekisasi membimbing 2 (dua) sampai dengan 3 (tiga) orang Peserta Katekisasi.
Petunjuk Pelaksanaan:
1. Proses Persiapan Mentor:
Mentor melakukan proses diskusi dan evaluasi perkembangan Peserta Katekisasi setidaknya dua
minggu sekali untuk membicarakan progress pembelajaran, dan evaluasi pengajaran serta
membicarakan kesulitan-kesulitan yang dihadapi oleh Peserta Katekisasi dalam memahami
Pelajaran. Informasi-informasi, atau Pertanyaan dari Peserta, yang disharingkan oleh para Mentor
ini disampaikan juga kepada Pengajar dalam proses persiapan pengajaran di bahan Pelajaran
Katekisasi yang akan disampaikan.
Peran Mentor:
Para mentor, seperti halnya para pendeta, memiliki tiga peran yang sangat penting.
Menggembalakan, mengajar, dan memimpin adalah tiga kompetensi yang harus dimiliki dalam
panggilan pastoral. Kompetensi yang sama juga harus dimiliki oleh mereka yang berperan sebagai
mentor.
1) Mentor yang Menggembalakan:
Mentor yang menggembalakan mengenal kondisi orang yang dibimbingnya. Ia peka dengan
kebutuhan-kebutuhan mereka. Seperti Rasul Paulus, seorang mentor yang menggembalakan
tahu bagaimana menegur mereka yang hidupnya tidak tertib, menghibur mereka yang tawar
hati, menolong mereka yang lemah, dan sabar terhadap semua orang (I Tes. 5:14). Ada tiga
aspek dalam peran penggembalaan ini: Yang pertama, adalah memperhatikan. Kita
membangun hidup orang yang kita bimbing melalui perkataan dan kehadiran kita. Ada pepatah
bijak yang mengatakan, orang tidak peduli seberapa banyak kita tahu sampai mereka tahu
seberapa banyak kita peduli. Yang kedua, adalah memberi konseling. Konseling
membutuhkan beberapa pelatihan dan keterampilan. Dalam memberi konseling, mentor yang
bijak akan mencari “akar” masalah dan bukan “ranting-ranting” yang kelihatan dari luar. Yang
ketiga, adalah melatih. Melatih di sini termasuk mengarahkan mereka dalam pertumbuhan
rohani; memperlengkapi mereka dengan prinsip-prinsip (mengapa melakukan sesuatu) dan
keterampilan (bagaimana melakukannya dengan baik) yang dibutuhkan.
2) Mentor yang Mengajar:
Orang yang berbeda belajar dengan cara yang berbeda. Sebab itu, mentor yang mengajar,
perlu menyampaikan pengajarannya dengan cara yang beragam. Sebagian orang belajar
paling baik dengan cara mengerjakan tugas bersama. Sebagian lagi belajar paling baik dengan
cara membaca dan melakukan perenungan pribadi. Ada pula yang belajar paling baik melalui
diskusi dan interaksi. Para mentor yang baik akan mencari cara mengajar yang efektif untuk
tiap gaya belajar. Mereka mencari momen-momen yang tepat untuk mengajar, yaitu pada saat
orang paling terbuka untuk belajar. Mentor bukan saja melontarkan pertanyaan yang tepat,
mereka juga membekali orang yang dibimbing dengan prinsip-prinsip Firman Tuhan. Lebih jauh
lagi, mereka berusaha menolong orang yang dibimbing itu untuk bisa menggali Firman Tuhan
secara mandiri.
3) Mentor yang Memimpin:
Mereka tidak sekedar menggembalakan atau mengajar orang. Mereka secara intensional
mengarahkan orang pada satu tujuan akhir. Yaitu mengalami transformasi atau perubahan
hidup sebagai Kerajaan Allah. Dengan kenyakinan yang kuat, mereka memimpin orang-orang
yang dibimbing untuk menjadi pribadi-pribadi yang hidup sesuai dengan panggilan Allah.
Mereka tidak hanya berfokus pada orang yang dibimbingnya, tetapi fokus pada Allah.
2. Proses Pembelajaran
1) Pelaksanaan Pembelajaran di Kelas (baik luring maupun daring, bisa disesuaikan dengan
keadaan secara fleksibel):
- Penyampaian Materi selama 30 menit, maksimal 45 menit
- Diskusi Tanya Jawab di kelas/group besar: maksimal 15 menit
- Pendalaman Diskusi bersama Mentor mengenai Aplikasi Pribadi: 15 menit
2) Proses Diskusi bersama Mentor dengan memperdalam Materi melalui 5 Pendekatan:
1. Apa Inti Pesan /Kebenaran yang saya pelajari dari Materi hari ini?
2. Apa Aplikasi / Penerapan yang akan saya terapkan pada diri pribadi saya?
3. Apa Tantangan/ Kendala yang saya hadapi untuk menerapkan prinsip Kebenaran Firman
Tuhan yang saya pelajari hari ini?
4. Apa Misi / Tindakan yang harus saya lakukan untuk mengatasi Kendala tersebut diatas
5. DOA kan, Misi/ Tindakan dan Penerapan prinsip Firman Tuhan yang mau saya lakukan.
Mentor membantu juga Mendoakan dan Membimbing Mentee dalam menerapkan Misi yang
mau dilakukan oleh Mentee dalam pertumbuhan Iman nya.
3) Strategi Proses Pembelajaran di setiap tahapan Kurikulum:
Referensi: Buku Kuning Kurikulum Katekisasi GPIB, Ketetapan Persidangan Sinode XIX, hal.7
I. Pokok Bahasan: PEMBINAAN WARGA GEREJA, sampai dengan akhir AJARAN GEREJA
(Pertemuan ke-25) adalah fondasi dasar materi-materi yang paling penting. Peserta
Katekisasi bisa diberikan Tugas membaca dan meringkas materi dari Buku INILAH
SAHADATKU, karangan Dr. Harun Hadiwijono terbitan BPK Gunung Mulia. Peserta
Katekisasi diminta membaca dan meringkas bagian-bagian halaman yang sesuai dengan
mata pelajaran Katekisasi yang akan dihadiri. Sehingga sebelum kelas dimulai, mereka sudah
terlebih dahulu membaca dan menangkap ringkas konsep yang diajarkan, sehingga dalam
proses Pembelajaran di Kelas dan Diskusi Kelompok, proses diskusi tinggal memperdalam
dan memantapkan apa yang mereka baca.
Setiap selesai Pelajaran, juga diberikan Ayat Hafalan, yang merupakan ‘ayat emas’ dari apa
yang baru saja dipelajari agar diingat dan dihayati menjadi bagian dari pemikiran dan hati
sanubari si Peserta Katekisasi.
Variasi Kegiatan: apabila tidak PPKM pandemi Covid, bisa melakukan Ibadah Kebaktian
Padang ke Puncak/Bogor sambil melakukan evaluasi.
II.Pokok Bahasan: KONTEKS GEREJA sampai dengan pokok bahasan IBADAH dan DOA
(Pertemuan ke-42). Sudah tidak diperlukan Tugas Meringkas Materi dari Buku. Namun
Peserta akan diberikan Tugas yang lebih variatif misalnya Quiz, Permainan Cepat Tepat
Alkitab, atau searching sebuah topik di Internet, mengenai beberapa topik/jenis materi
tertentu dan kemudian di diskusikan secara kelompok. Tugas bisa saja berupa menonton
video di Youtube, lalu dibuat intisari nya dan di diskusikan di Kelompok. Jenis tugas adalah
yang “fun” dan “creative” sesuai dengan perkembangan zaman. Pengajar/Mentor bisa saja
tidak memberikan tugas sama sekali, apabila penyampaian Materi dirasakan sudah cukup
mudah dipahami Peserta. Hanya diberikan Ayat Hafalan. Mentor setiap juga secara rutin
menanyakan kepada Mentee, apakah mereka melakukan SAAT TEDUH, dan apa yang
mereka dapatkan dari moment Doa dan Saat Teduh mereka untuk mereka sharing kan di
Kelompok.
III. Pokok Bahasan: KAPITA SELEKTA (sampai dengan akhir Pertemuan ke-48)
Pada periode ini para Peserta Katekisasi lebih banyak mulai diperkenalkan kepada para
Pengurus dan Pelayan di Pelkat-Pelkat dan Komisi-Komisi di Gereja. Tujuannya agar mereka
memahami dan mulai mempelajari sesuai dengan peminatannya, apa saja bidang pelayanan
di Gereja yang akan bisa selaras dengan Talenta dan Karunia yang dirasakan dimiliki oleh
masing-masing Peserta Katekisasi.
Peserta Katekisasi juga diminta mengerjakan Assessment Karunia Rohani (Bahan dari Bapak
Pendeta Paul A.J. Waney) untuk melakukan assessment diri sendiri, mengenai Karunia-
Karunia apa yang kira-kira menonjol dalam diri mereka sehingga mereka dapat mengasah
dan mengembangkan Karunia tersebut dalam mengambil peran serta dalam gerak langkah
kegiatan-kegiatan Persekutuan, Pelayana dan Kesaksian di Gereja. Mentor membantu para
Mentee dalam terus menerus mengasah dan menemukan Talenta mereka sehingga dapat
menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari.
Periode ini juga ada variasi kegiatan misalnya menonton Filem Rohani bersama, lalu
mendiskusikan filem Rohani tersebut dari sudut pandang Iman Kristen.
3. Proses Evaluasi:
Kegiatan Evaluasi Pembelajaran dibedakan menjadi dua metode:
1) Kegiatan Evaluasi Rutin: setiap selesai 5 (lima) Pelajaran, para Peserta diberikan Link Google
Form QUIZ. Ketika Peserta selesai mengerjakan Quiz di Google Form tersebut, mereka akan
langsung bisa melihat Score /Nilai mereka. Di bawah Jawaban mereka, juga akan bisa melihat
apakah Jawaban mereka benar atau salah. Bukan hanya itu saja, Peserta juga dapat langsung
melihat Penjelasan Jawaban. Sehingga Peserta Katekisasi semakin dikuatkan keyakinannya
apakah analisa dan pemahaman mereka sudah benar sesuai dengan Materi Kurikulum.
Variasi bisa dilakukan juga misalnya dengan aplikasi internet Kahoot, dlsbnya. Untuk Peserta
yang meraih nilai-nilai tertinggi, Mentor atau Pengajar bisa saja memberikan hadiah apresiasi
yang sifatnya fun and creative.
2) Kegiatan Evaluasi tatap muka:
Saat tidak ada pembatasan PPKM pademi Covid, Evaluasi ini bisa diadakan saat Kebaktian
Padang di Puncak/Bogor atau Kebun Raya Bogor.
Komisi Katekisasi akan mengundang para Pengajar Katekisasi untuk menjadi Penguji-Penguji.
Suasana Evaluasi dibuat fun dan menyenangkan, sehingga Peserta Katekisasi menjalani
dengan riang dan gembira.
Evaluasi tatap muka diadakan di Paruh Waktu Pertama (Pertemuan ke 25), dan saat akan
Peneguhan Sidi (Setelah Pertemuan ke 48).
Saat Evaluasi ke Dua, Evaluasi menyertakan para Pendeta dan Majelis untuk melakukan
Pemeriksan kepada para Calon SIDI. Lokasi biasanya di Gedung Gereja.
Sebelum Pemeriksaan Akhir oleh Pendeta dan Majelis Jemaat, biasanya para Mentor
memberikan ringkasan-ringkasan Pelajaran Katekisasi untuk dapat dibaca dan dipahami ulang
oleh para Peserta Katekisasi sebagai pembekalan /persiapan pendadaran jelang Sidi.
Demikianlah Proses Pembinaan Katekisasi dengan sistem Mentor Pemuridan yang dicanangkan oleh
Bapak Pendeta Paul A.J. Waney sejak tahun Ajaran Katekisasi 2014/2015 dan diteruskan oleh Ketua
Majelis Jemaat Bapak Pendeta Irdian Soelistiyantoro yang pernah diterapkan di GPIB Pasar Minggu.
Hasil atau buah-buah dari Pelayanan Pembinaan Katekisasi dengan sistem Mentoring Pemuridan ini
terbukti efektif dalam membantu para Pengurus Pelkat-Pelkat dan Komisi-Komisi dalam menemukan
calon-calon kader muda regenerasi kepelayanan dan kepemimpinan dalam Kegiatan Pelayanan di
Gereja GPIB Pasar Minggu yang berkembang pesat dalam 7-8 tahun terakhir.
Para mentor memimpin mendorong Peserta Katekisasi bertumbuh dalam pengharapan dan
iman menjadi Warga Sidi Jemaat yang dewasa dan ber Karakter Kristus. Mereka menantang orang
yang dibimbing untuk ambil bagian dalam pekerjaan Allah dengan cara memberikan teladan. Mereka
memimpin dengan menunjukkan contoh. Orang yang dibimbing dapat melihat dengan jelas adanya
semangat, tujuan hidup, dan perjuangan meraih tujuan tersebut, dalam kehidupan para mentor ini.
Inilah para pemimpin visioner yang mau memberi diri membimbing orang lain. Kiranya jumlah orang
yang demikian makin bertambah. Metode Mentoring yang diterapkan di Pembinaan Katekisasi ini
diharapkan semoga juga dapat diterapkan secara konsisten dan terus menerus di Gerakan Pemuda
sehingga proses Tumbuh Bersama dalam Kelompok Pemuridan ini tidak berhenti di Proses Katekisasi
saja, namun berjalan dan bertumbuh terus menerus di Gerakan Pemuda.
TUHAN YESUS MEMBERKATI PELAYANAN KITA SEMUA. AMIN.
*) Profil Penulis:
Penulis adalah mantan Presbiter di GPIB Pasar Minggu dan kemudian secara khusus memberi diri dalam
pelayanan Komisi Katekisasi dengan metode Mentoring dan Pemuridan; putera dari Alm.DR.SUHARSO,MA.

Más contenido relacionado

La actualidad más candente

LK-RESUME KB 2 PENGEMBANGAN MATERI, MEDIA, SUMBER BELAJAR DAN INSTRUMEN PENIL...
LK-RESUME KB 2 PENGEMBANGAN MATERI, MEDIA, SUMBER BELAJAR DAN INSTRUMEN PENIL...LK-RESUME KB 2 PENGEMBANGAN MATERI, MEDIA, SUMBER BELAJAR DAN INSTRUMEN PENIL...
LK-RESUME KB 2 PENGEMBANGAN MATERI, MEDIA, SUMBER BELAJAR DAN INSTRUMEN PENIL...
SaftuniSaf
 
Contoh ptk-untuk-pelajaran-agama
Contoh ptk-untuk-pelajaran-agamaContoh ptk-untuk-pelajaran-agama
Contoh ptk-untuk-pelajaran-agama
Edwien Senaen
 
Pembinaan iman anak & remaja misioner
Pembinaan iman anak & remaja misionerPembinaan iman anak & remaja misioner
Pembinaan iman anak & remaja misioner
Lucky Singal
 
Katekismus Gereja Katolik (Kompendium)
Katekismus Gereja Katolik (Kompendium)Katekismus Gereja Katolik (Kompendium)
Katekismus Gereja Katolik (Kompendium)
Giovanni Promesso
 

La actualidad más candente (20)

Materi dasar pemuridan
Materi dasar pemuridanMateri dasar pemuridan
Materi dasar pemuridan
 
Hidup dalam kebenaran
Hidup dalam kebenaranHidup dalam kebenaran
Hidup dalam kebenaran
 
MURID SEJATI
MURID SEJATI MURID SEJATI
MURID SEJATI
 
Remaja kristen
Remaja kristenRemaja kristen
Remaja kristen
 
LK-RESUME KB 2 PENGEMBANGAN MATERI, MEDIA, SUMBER BELAJAR DAN INSTRUMEN PENIL...
LK-RESUME KB 2 PENGEMBANGAN MATERI, MEDIA, SUMBER BELAJAR DAN INSTRUMEN PENIL...LK-RESUME KB 2 PENGEMBANGAN MATERI, MEDIA, SUMBER BELAJAR DAN INSTRUMEN PENIL...
LK-RESUME KB 2 PENGEMBANGAN MATERI, MEDIA, SUMBER BELAJAR DAN INSTRUMEN PENIL...
 
Rekoleksi
RekoleksiRekoleksi
Rekoleksi
 
PPT agama Kristen.pptx
PPT agama Kristen.pptxPPT agama Kristen.pptx
PPT agama Kristen.pptx
 
Remaja kristen pp
Remaja kristen ppRemaja kristen pp
Remaja kristen pp
 
Contoh ptk-untuk-pelajaran-agama
Contoh ptk-untuk-pelajaran-agamaContoh ptk-untuk-pelajaran-agama
Contoh ptk-untuk-pelajaran-agama
 
Ptt Mengenal Gerejaku
Ptt Mengenal Gerejaku Ptt Mengenal Gerejaku
Ptt Mengenal Gerejaku
 
Baptisan air
Baptisan airBaptisan air
Baptisan air
 
Ptt Baptisan sebagai Tanda Menjadi Milik Kristus
Ptt Baptisan sebagai Tanda Menjadi Milik KristusPtt Baptisan sebagai Tanda Menjadi Milik Kristus
Ptt Baptisan sebagai Tanda Menjadi Milik Kristus
 
Gereja sebagai institusi sosial dan persekutuan
Gereja sebagai institusi sosial dan persekutuanGereja sebagai institusi sosial dan persekutuan
Gereja sebagai institusi sosial dan persekutuan
 
Pembinaan iman anak & remaja misioner
Pembinaan iman anak & remaja misionerPembinaan iman anak & remaja misioner
Pembinaan iman anak & remaja misioner
 
07 iman-kepada-nabi-dan-rosul
07 iman-kepada-nabi-dan-rosul07 iman-kepada-nabi-dan-rosul
07 iman-kepada-nabi-dan-rosul
 
PTT indahnya mengampuni
PTT indahnya mengampuniPTT indahnya mengampuni
PTT indahnya mengampuni
 
Katekismus Gereja Katolik (Kompendium)
Katekismus Gereja Katolik (Kompendium)Katekismus Gereja Katolik (Kompendium)
Katekismus Gereja Katolik (Kompendium)
 
Rpp bab-4 (semua bersih hidup jadi nyaman)
Rpp bab-4 (semua bersih hidup jadi nyaman)Rpp bab-4 (semua bersih hidup jadi nyaman)
Rpp bab-4 (semua bersih hidup jadi nyaman)
 
Aku Pribadi yang Unik (SMA X)
Aku Pribadi yang Unik (SMA X)Aku Pribadi yang Unik (SMA X)
Aku Pribadi yang Unik (SMA X)
 
LK- RESUME KB 1.docx
LK- RESUME KB 1.docxLK- RESUME KB 1.docx
LK- RESUME KB 1.docx
 

Similar a Katekisasi dan peran strategis regenerasi pemimpin masa depan gereja

misimenjangkauanakmuda-200224031319.pdf
misimenjangkauanakmuda-200224031319.pdfmisimenjangkauanakmuda-200224031319.pdf
misimenjangkauanakmuda-200224031319.pdf
HansTobing
 
Strategi pendampingan kader
Strategi pendampingan kaderStrategi pendampingan kader
Strategi pendampingan kader
Iqbal Juliansyah
 
Our heritage Part I By MPDS
Our heritage Part I By MPDSOur heritage Part I By MPDS
Our heritage Part I By MPDS
Monang Sinaga
 

Similar a Katekisasi dan peran strategis regenerasi pemimpin masa depan gereja (20)

Makalah dogmatika iv jois
Makalah dogmatika iv joisMakalah dogmatika iv jois
Makalah dogmatika iv jois
 
Potret Kawula Muda
Potret Kawula MudaPotret Kawula Muda
Potret Kawula Muda
 
Pertumbuhan Gereja : Cara bagaimana Gereja Bertumbuh
Pertumbuhan Gereja : Cara bagaimana Gereja BertumbuhPertumbuhan Gereja : Cara bagaimana Gereja Bertumbuh
Pertumbuhan Gereja : Cara bagaimana Gereja Bertumbuh
 
misimenjangkauanakmuda-200224031319.pdf
misimenjangkauanakmuda-200224031319.pdfmisimenjangkauanakmuda-200224031319.pdf
misimenjangkauanakmuda-200224031319.pdf
 
Menjangkau Anak Muda
Menjangkau Anak MudaMenjangkau Anak Muda
Menjangkau Anak Muda
 
Penanggap Manajemen PAK KEL. 5.pptx
Penanggap Manajemen PAK KEL. 5.pptxPenanggap Manajemen PAK KEL. 5.pptx
Penanggap Manajemen PAK KEL. 5.pptx
 
Pendahuluan baksos
Pendahuluan baksosPendahuluan baksos
Pendahuluan baksos
 
Orientasi Kelompok Kecil GPBB
Orientasi Kelompok Kecil GPBBOrientasi Kelompok Kecil GPBB
Orientasi Kelompok Kecil GPBB
 
Aku Orang Muda Katolik
Aku Orang Muda KatolikAku Orang Muda Katolik
Aku Orang Muda Katolik
 
PEMBINAAN AGAMA DAN KEPRIBADIAN REMAJA MASJID DESA KENDEL KECAMATAN KEMS KABU...
PEMBINAAN AGAMA DAN KEPRIBADIAN REMAJA MASJID DESA KENDEL KECAMATAN KEMS KABU...PEMBINAAN AGAMA DAN KEPRIBADIAN REMAJA MASJID DESA KENDEL KECAMATAN KEMS KABU...
PEMBINAAN AGAMA DAN KEPRIBADIAN REMAJA MASJID DESA KENDEL KECAMATAN KEMS KABU...
 
Perkantas: Menghadirkan Murid untuk Transformasi Bangsa dan Misi Dunia
Perkantas: Menghadirkan Murid untuk Transformasi Bangsa dan Misi DuniaPerkantas: Menghadirkan Murid untuk Transformasi Bangsa dan Misi Dunia
Perkantas: Menghadirkan Murid untuk Transformasi Bangsa dan Misi Dunia
 
Psikoma ok
Psikoma okPsikoma ok
Psikoma ok
 
Tugas Makalah Bahasa Indonesia II.
Tugas Makalah Bahasa Indonesia II.Tugas Makalah Bahasa Indonesia II.
Tugas Makalah Bahasa Indonesia II.
 
Strategi pendampingan kader
Strategi pendampingan kaderStrategi pendampingan kader
Strategi pendampingan kader
 
Profil BKPRMI Jakarta
Profil BKPRMI JakartaProfil BKPRMI Jakarta
Profil BKPRMI Jakarta
 
Karakteristik perkembangan moralitas dan keagamaan remaja serta implikasinya ...
Karakteristik perkembangan moralitas dan keagamaan remaja serta implikasinya ...Karakteristik perkembangan moralitas dan keagamaan remaja serta implikasinya ...
Karakteristik perkembangan moralitas dan keagamaan remaja serta implikasinya ...
 
Resensi artikel jurnal
Resensi artikel jurnalResensi artikel jurnal
Resensi artikel jurnal
 
Grand desain dakwah kampus
Grand desain dakwah kampusGrand desain dakwah kampus
Grand desain dakwah kampus
 
Our heritage Part I By MPDS
Our heritage Part I By MPDSOur heritage Part I By MPDS
Our heritage Part I By MPDS
 
Laporan Praktikum Pengorganisasian Masyarakat PKK di Desa Sicini, Kecamatan ...
Laporan Praktikum Pengorganisasian Masyarakat PKK di  Desa Sicini, Kecamatan ...Laporan Praktikum Pengorganisasian Masyarakat PKK di  Desa Sicini, Kecamatan ...
Laporan Praktikum Pengorganisasian Masyarakat PKK di Desa Sicini, Kecamatan ...
 

Último (6)

Hadits Arbain 35 tentang Sesama Muslim Bersaudara.pptx
Hadits Arbain 35 tentang Sesama Muslim Bersaudara.pptxHadits Arbain 35 tentang Sesama Muslim Bersaudara.pptx
Hadits Arbain 35 tentang Sesama Muslim Bersaudara.pptx
 
ALIRAN ALIRAN ILMU KALAMyang ada di indonesia .pptx
ALIRAN ALIRAN ILMU KALAMyang ada di indonesia .pptxALIRAN ALIRAN ILMU KALAMyang ada di indonesia .pptx
ALIRAN ALIRAN ILMU KALAMyang ada di indonesia .pptx
 
Sekolah Sabat - Triwulan 2 2024 - Pelajaran 6
Sekolah Sabat - Triwulan 2 2024 - Pelajaran 6Sekolah Sabat - Triwulan 2 2024 - Pelajaran 6
Sekolah Sabat - Triwulan 2 2024 - Pelajaran 6
 
Sekolah Sabat - Triwulan 2 2024 - Pelajaran 7
Sekolah Sabat - Triwulan 2 2024 - Pelajaran 7Sekolah Sabat - Triwulan 2 2024 - Pelajaran 7
Sekolah Sabat - Triwulan 2 2024 - Pelajaran 7
 
APA YANG TERJADI SEKARANG NEW.pptx BULAN MEI 2024
APA YANG TERJADI SEKARANG NEW.pptx BULAN MEI 2024APA YANG TERJADI SEKARANG NEW.pptx BULAN MEI 2024
APA YANG TERJADI SEKARANG NEW.pptx BULAN MEI 2024
 
SIAPAKAH KITA DI DALAM KRISTUS.pptx BULAN MEI
SIAPAKAH KITA DI DALAM KRISTUS.pptx BULAN MEISIAPAKAH KITA DI DALAM KRISTUS.pptx BULAN MEI
SIAPAKAH KITA DI DALAM KRISTUS.pptx BULAN MEI
 

Katekisasi dan peran strategis regenerasi pemimpin masa depan gereja

  • 1. KATEKISASI dalam PERAN STRATEGIS REGENERASI PEMIMPIN GEREJA MENUJU MASA DEPAN Penulis: Bowo Trahutomo Suharso,S.E, M.M.*) Pendahuluan Masalah saat ini yang banyak dialami oleh gereja-gereja adalah kurangnya pemimpin-pemimpin yang memiliki kemampuan yang cukup untuk mengembangkan pelayanan di gereja. Gereja yang seharusnya menghasilkan pemimpin yang memiliki iman yang benar, ilmu yang memadai, dan pengabdian yang sungguh-sungguh, malah mengalami krisis kepemimpinan. Absennya kepemimpinan yang efektif akan mengakibatkan gereja kekurangan pemimpin berkualitas di masa yang akan datang. Jika kita melihat data secara administratif, berapa banyakkah “lulusan” Kelas Pembinaan Katekisasi dalam rentang 10 tahun terakhir di Gereja kita? Secara data diatas kertas, mungkin saja diperkirakan bisa mencapai 150 atau 200 orang Warga Sidi Baru. Namun, dari 150 orang sampai 200 orang yang diteguhkan SIDI di Gereja kita itu, berapa %-nya kah yang kemudian secara aktif dan nyata terlibat dalam kegiatan Persekutuan, Pelayanan dan Kesaksian di Gereja? Berapa %-nya kah yang kemudian secara aktif dan nyata memberi diri untuk menyumbangkan waktu, pikiran, dan tenaga untuk secara sukacita terlibat dalam regenerasi kepengurusan Pelkat-Pelkat dan Komisi-Komisi di Gereja? Berapa %-nya kah ketika SIDI baru tersebut secara setia dan terus menerus melibatkan diri dalam kegiatan Persekutuan Gerakan Pemuda, atau bahkan aktif dalam Kepengurusan Pelkat Gerakan Pemuda? Peneliti George Barna menyimpulkan hasil studinya selama 15 tahun tentang kehidupan dalam gereja secara global dengan konklusi sebagai berikut: Gereja telah kehilangan pengaruh karena absennya kepemimpinan yang efektif (Sendjaya, Konsep Karakter Kompetensi Kepemimpinan Kristen (Yogyakarta: Kairos Books, 2004), 17). Pergumulan diatas pernah didiskusikan secara intensif dan serius dalam persidangan Majelis Jemaat di GPIB Pasar Minggu sekitar tahun 2005. Pada masa itu, saya ingat betul, ada seorang Penatua menyampaikan di Sidang Majelis Jemaat mengeluhkan betapa sulitnya mencari regenerasi dari seorang Ketua Gerakan Pemuda pada saat itu. Orang yang menjadi Ketua Gerakan Pemuda hanya seorang yang berulang kali sudah menjabat selama bertahun-tahun, sehingga tidak ada regenerasi & “gebrakan baru” dalam atmosfer kebaktian di kalangan pemuda yang jumlahnya terus menurun. Sebenarnya, permasalahannya bukan di kepengurusan Gerakan Pemuda, namun banyaknya anak- anak yang telah menjalani Persekutuan Anak, kemudian beranjak ke Persekutuan Taruna, lalu menjalani Katekisasi, mereka setelah lulus diteguhkan SIDI, merasa ambigu dengan jati diri dan indentitas dimana mereka yang beranjak dari remaja ke pemuda/i dewasa. Ada suatu proses kritis dan sangat penting, peralihan dari fase anak, ke remaja, lalu ke fase dewasa yang mencari jati diri. Inilah yang menyebabkan, jumlah anak bina Persekutuan Anak dan Persekutuan Taruna menyusut dengan drastis ketika mereka sudah selesai menjalani Katekisasi dan di SIDI, hanya 2% atau 5% nya yang kemudian mau secara aktif terlibat dalam proses pembinaan lebih lanjut atau bahkan menjalani regenerasi kepengurusan Pelkat-Pelkat dan Komisi-Komisi. Untuk itu gereja harus memulai memikirkan bagaimana menghasilkan pemimpin-pemimpin gereja untuk masa yang akan datang.
  • 2. Gereja harus memulai dengan mempersiapkan pemimpin-pemimpin muda yang dapat diandalkan, dengan metode yang terstruktur serta sistematis dalam pola metode Mentoring Pemuridan. Ada suatu fase kritis dan strategis dari Persekutuan Taruna ke fase Pemuda, yang selama ini diabaikan atau tidak diperhatikan secara serius. Proses transisi dari anak dan remaja yang terbina dalam Pelkat Persekutuan Anak dan Persekutuan Taruna, tidak bisa semata-mata kita hanya menyerahkan dan mengandalkan formalitas Kebaktian Lepas Sambut Taruna ke Gerakan Pemuda, Silahkan Anda tanya secara pribadi lepas pribadi, jemaat Gereja kita yang pernah merasakan menjadi Pengurus Pelkat Gerakan Pemuda dalam rentang 20 tahun terakhir ini, bagaimana tantangan besar mereka melayani proses transisi dari anak-anak bina Persekutuan Taruna ke Gerakan Pemuda. Anda harus mendengar suara hati mereka dan memikirkan secara serius tantangan yang mereka hadapi dalam dua dekade terakhir ini di Gereja kita. Tantangan itu bukan akan makin menurun, namun akan makin kompleks dan membutuhkan solusi bersama-sama oleh para Presbiter di Gereja bahu-membahu bersama memikirkan strategi menjaring anak dan remaja yang beranjak menjadi Pemuda agar mereka tidak hanya sekedar formalitas tercatat nama sebagai Warga Sidi Jemaat GPIB, namun kehadiran mereka tidak ada dalam gerak langkah Persekutuan, Pelayanan dan Kesaksian di Gereja kita. Ada apa dengan fenomena ini? Para Presbiter dan pemerhati Gereja: ini harus menjadi pemikiran serius Anda memikirkan masa depan Gereja kita. Salah satu strategi mempersiapkan regenerasi kepemimpinan Gereja masa depan adalah bagaimana melakukan Pembinaan dengan metode yang terstruktur & berkeseninambungan; agar anak-anak remaja yang beranjak menjadi Pemuda Pemudi dewasa ini memiliki Karakter dan Visi Misi Strategis sebagai pilar-pilar penerus dari Persekutuan, Pelayanan dan Kesaksian di Gereja. Fase Kritis dan memiliki Nilai Strategis Jangka Panjang, salah satunya adalah itu adalah fase pendidikan atau Pembinaan Katekisasi. Pertanyaan yang harus kita telaah bersama adalah: - Bagaimana peran Pembinaan KATEKISASI dapat menjadi sarana Pemuridan dan multiplikasi dalam proses regenerasi calon-calon Pemimpin Gereja di masa depan? - Apa Metode yang efektif digunakan dalam proses Pembinaan KATEKISASI bagi anak – remaja yang beranjak menjadi pemuda di era MILLENIAL? Pemuda Pada suatu persekutuan, utamanya dalam geraja pemuda diibaratkan sebagai tiang berdirinya gereja. Pemuda adalah anak-anak yang sudah masuk usia muda yang ada dalam suatu persekutuan tertentu di suatu wilayah tertentu pula. pemuda dikatakan sebagai generasi penerus dalam jemaat. oleh karena itu, sangat penting bagi pemuda untuk belajar mengenal atau mendalami keiman mereka melalui proses katekisasi seperti yang telah diuraikan dan dijelaskan diatas agar mereka mampu memahami jiwa spiritualitas mereka yang telah ada dalam diri mereka tetapi mereka sendiri tidak mampu untuk memahaminya. Masa pemuda juga diartikan masa pembentukan identitas. Dimana, pada masa ini akan muncul hal- hal yang baru yang akan ditemui oleh pemuda. Pemuda dapat memberikan banyak dukungan dalam suatu kelompok-kelompok sosial atau kelompok masyarakat dan dalam persekutuan pemuda. Masalah Pemuda dan Gereja: Masalah gereja-gereja masa kini mengalami kegagalan dalam meregenerasi remaja dan Pemuda yang akan menjadi pemimpin Gereja di masa depan, sehingga kurangnya pemimpin-pemimpin baru, remaja dan pemuda yang terbeban inisiatif ambil bagian dalam proses regenerasi kepengurusan pelkat dan komisi-komisi yang berkesinambungan dan multiplikasi secara memadai.
  • 3. Nilai Strategis Pembinaan Katekisasi Katekisasi adalah suatu proses untuk membentuk Karakter Iman Kristen dan membina rasa spiritualitas atau keimanan anak usia muda atau pemuda. Melalui proses katekisasi atau proses pendewasaan Iman, anak usia muda atau Pemuda dapat menyatakan iman percaya mereka melalui suatu proses yang disebut dengan SIDI, atau yang biasa disebut dengan pengakuan iman percaya oleh para anggota SIDI yang telah berhasil menyelesaikan proses katekisasi dengan baik dimana proses SIDI yang mereka ikuti disaksikan oleh pendeta, orang tua dan seluruh anggota jemaat yang hadir dalam ibadah atau seluruh umat yang percaya kepada Tuhan, sehingga anak usia muda itu dapat masuk dalam proses SIDI. Masa usia muda adalah masa kelanjutan dari masa remaja. Dalam masa usia muda ini, pengajaran dan bimbingan mengenai spiritualitas atau keimanan secara terstruktur dan sistematis sangat dibutuhkan oleh para anak muda. Selvester Tacoy menjelaskan bahwa kaum muda apabila tidak mendapatkan pelayanan secara khusus dapat membuatnya melakukan perbuatan-perbuatan yang menyimpang pada masanya (Tacoy, 2009: 54). Jika anak muda menerima pengajaran bimbingan- bimbingan secara personal, dari hati ke hati, pembimbingan secara pendampingan mentorship, maka itu akan lebih baik bagi para anak muda. Oleh karena itu, pengajaran dan pembinaan katekisasi sangat penting bagi anak muda pada sekarang ini yang sangat besar dipengaruhi oleh media massa, social media, gadget, games dan internet. Katekhein yang adalah sebutan atau istilah yang memiliki pengertian memberitakan, memberitahukan, mengajar, dan memberi pengajaran. Dalam perkembangan anak remaja menuju dewasa yang mencari jati diri dan idola, fase transisi ini sangat kritis dan penting. Proses pemberitaan Firman dan Pengajaran pada masa kini, tidak akan cukup diserap apabila hanya di dengarkan secara satu arah dalam sebuah kelas besar. Seorang anak bisa saja terpaku di depan layar atau terlihat duduk melihat kepada pengajar, namun pikirannya bisa melayang-layang kemana-mana. Seorang anak pada masa kini sangat multi tasking dan sangat melek teknologi. Dalam menghadiri sebuah kelas seperti misalnya kelas Katekisasi, jari-jemari seorang anak bisa pada saat yang sama melakukan texting chatting kepada teman-temannya atau bahkan bermain games. Inilah sangat pentingnya apabila adanya suatu metode pendampingan oleh para Mentor yang akan bisa melakukan pendekatan pribadi secara dua atau tiga orang Peserta dalam satu Mentorship agar terjadi proses interaksi intelektual dan emosional yang lebih melekat. Pembinaan Pengajaran Katekisasi yang kemudian diikuti dengan sistem Diskusi bersama dengan para Mentor, akan dapat membantu para Mentor dan Pengajar memahami kesulitan-kesulitan Pemahaman dari para Peserta Katekisasi untuk memahami bahan ajar yang diberikan, namun di saat yang sama juga para Mentor dapat berdialog secara pribadi dari hati ke hati dengan para Mentee mengenai kemungkinan permasalahan lain yang dihadapi oleh Mentee dalam perkembangan intelektual dan spiritual mereka. Cara yang terbaik dan sesuai dengan firman Tuhan untuk dapat menghasilkan pemimpin adalah dengan cara pemuridan atau yang sekarang sering disebut dengan mentoring. Mentor dapat membantu Peserta Katekisasi menjalani proses dalam membangun Spiritualitas mereka. Spiritualitas mampu menghubungankan kita dengan pribadi orang lain dengan cara bagaimana kita menunjukkan sikap, tindakan dan cara kita untuk bergabung atau membangun hubungan persaudaraan dengan orang lain. Mentoring Kata mentoring berasal dari kata mentor dan kata ini sudah menjadi kata yang baku dalam Bahasa Indonesia. Arti kata mentor adalah pembimbing atau pengasuh (https://kbbi.web.id/mentor). Kata mentor diterjemahkan menjadi kata “penasihat”. Sedangkan dalam Webster New Collegiate Dictionary, pengertian mentor diartikan dengan menutupi, penasihat yang dipercaya, atau pelatih.
  • 4. Mentoring didefinisikan untuk mengembangkan kapasitas potensial dan kompetensi individu dalam pelayanan sebagai pembelajaran yang akomodatif bagi hubungan antara individu yang peduli yang berbagi pengetahuan, nilai, sikap, pengalaman, dan kebijaksanaan dengan individu lain. Mentoring merupakan suatu hubungan yang intens di mana seorang yang memiliki pengalaman bekerja dengan orang yang kurang berpengalaman untuk menolong atau mempromosikan orang yang kurang berpengalaman baik dalam profesional ataupun dalam pertumbuhan pribadi. Dengan kata lain, mentoring adalah proses seseorang membantu orang lain untuk belajar sesuatu, membuka hidupnya kepada orang lain, membagikan kehidupan dengan orang lain, sehingga menjadi sebuah proses di mana seseorang hidup untuk menghasilkan generasi yang akan datang. Saat ini gereja banyak kehilangan kaum muda dan khususnya kehilangan pemimpin kaum muda. Mengapa hal ini terjadi? Salah satu alasannya mengapa anak muda meninggalkan gereja adalah anak muda seharusnya dibimbing, dan didukung dalam perkembangannya, bukan hanya diberikan pengajaran. Pemimpin kaum muda harus dapat memahami dan melaksanakan proses mentoring agar anak muda tidak meninggalkan gereja. Jika hal itu dibiarkan terjadi maka akan makin banyak anak muda meninggalkan gereja. Hal ini dapat mengakibatkan tidak adanya perkembangan dalam pelayanan pemuda di gereja, bahkan dapat mengakibatkan kemunduran dalam pelayanan kaum muda. Menurut survei yang diadakan oleh Bilangan Research Center pada 4.095 anak remaja di Indonesia di tahun 2018, rata-rata anak muda yang mengikuti ibadah 4 kali dalam 3 bulan sebesar 63.8% sedangkan sisanya hanya 2 atau 3 kali ibadah.11 Hal ini menunjukkan bahwa pada saat ini anak muda di Indonesia sudah jarang ke gereja, kalaupun ke gereja paling hanya hari Minggu saja. Penelitian itu membuktikan bahwa generasi muda saat ini mulai meninggalkan gereja. Hal ini tidak boleh terus dibiarkan, karena jika terus-menerus dibiarkan, maka gereja lama-kelamaan akan menjadi kosong. Untuk mengevaluasi dan memilih program pembinaan rohani untuk generasi milenial, maka penting untuk mempertimbangkan variasi metode dan tren yang tersedia saat ini berkenaan dengan spiritualitas mereka. Banyak hal yang menunjukkan perbedaan penting antara generasi yang millennial, dan generasi sebelumnya. Generasi Millenial mempertanyakan keyakinan masa lalu, dan sebagian besar (72%) tidak lagi mengikat identitas mereka dengan keyakinan agama seperti yang dilakukan orang tua mereka. (Anne Puidk Horan, Journal of Research on Christian Education 26, no. 1 (2017): 59). Peran mentoring calon pelayan dan pemimpin kaum muda dapat mempengaruhi bagi perkembangan pelayanan pemuda di gereja. Mentoring sangat berkaitan erat dengan masalah pembentukan Karakter Pemuda yang sesuai dengan Firman Tuhan, dan Karakter kepemimpinan (leadership) di mana seseorang (mentor) memiliki inisiatif dalam membimbing serta memimpin orang lain (mentee) sehingga orang lain yang dibimbing dan dipimpinnya di kemudian hari dapat menjadi maksimal dalam segala aspek kehidupannya (Togi Simanjuntak, The Art of Mentoring (Jakarta: Metanoia, 2012), 57).
  • 5. Peran mentoring telah menjadi sebuah kebutuhan yang sangat vital bagi pertumbuhan di berbagai bidang, baik di dalam gereja, maupun dalam dunia usaha atau dalam organisasi kemasyarakatan. Proses pemuridan (mentoring) merupakan perintah dari Tuhan Yesus yang wajib kita kerjakan. Dan perintah ini bukan hanya sekadar diucapkan oleh Tuhan Yesus, tetapi Ia juga memberikan teladan untuk melakukan proses pemuridan (mentoring) tersebut. Seorang calon SIDI yang merupakan calon pelayan dan pemimpin gereja harus memahami tentang mentoring, bahkan menerapkan proses mentoring dalam kepemimpinan-nya, kepemimpinan selanjutnya dapat berjalan dengan baik. Pemimpin harus mempersiapkan regenerasi kepemimpinan yang baik, bahkan mungkin lebih baik dari pada dirinya sendiri. Seorang pemimpin akan menjadi serupa dengan orang yang pernah menjadi mentornya. Hal ini berarti kehidupan seorang pemimpin akan memengaruhi pemimpin baru yang dihasilkannya. Tentunya sasaran atau tujuan dari mentoring tentunya tidak lepas dari definisi mentoring tersebut. Amos Hosea, dalam artikelnya di Majalah Generasi dengan judul “Peranan Mentor dalam Pemberdayaan Pelayan”, menyebutkan bahwa mentoring merupakan sebuah pengalaman yang berhubungan, di mana seseorang memberdayakan orang lain dengan sumber-sumber yang Allah berikan. Mentoring bukan untuk mengumpulkan pengikut, tetapi berfungsi untuk melahirkan mentor (pemimpin) baru. Mentoring bukan untuk membuat generasi pengikut yang selalu berada di bawah kendali orang yang menjadi mentornya. Namun mentoring berfungsi untuk melahirkan para mentor baru, bahkan mungkin dapat lebih baik dari mentornya. Suatu studi penelitian persepsi 33 alumni dari 10 sekolah teologi evangelis Indonesia mengenai dampak mentoring informal, yang mereka alami selama waktu mereka sebagai mahasiswa. Data dari wawancara tatap muka mengungkapkan bahwa hubungan mentoring informal berdampak: a) membantu mereka untuk menangani kebutuhan sosial dan emosional mereka terutama di semester pertama dan kedua; b) memfasilitasi pertumbuhan spiritual mereka; c) membantu mereka mencapai prestasi akademik mereka. tujuan; dan d) membantu mereka menjadi sadar akan potensi mereka, dan mengidentifikasi panggilan, dan panggilan pelayanan mereka. (Leonard Sumule, “The Impact of Informal Mentoring: Perceptions of Alumni of Evangelical Theological Schools in Indonesia” ProQuest LLC (2016).) Hasil penelitian di atas menunjukkan dampak mentoring terhadap alumni yang akhirnya menjadi pemimpin saat ini yang memahami pentingnya mentoring di masa lalu ketika mereka masih menjadi sebagai mahasiswa. Mentoring dapat terjadi dengan baik apabila pemimpin yang mementor anak muda tersebut memberikan teladan, pemahaman, pelatihan, dan bimbingan bahkan mengevaluasi setiap tugas-tugas yang dipercayakan kepada anak muda (mentee). Pemimpin anak muda/ Mentor dan Pengajar Katekisasi dapat dikatakan memahami mentoring apabila pemimpin tersebut tidak hanya memiliki pengetahuan, dan kemampuan untuk memimpin, tetapi menjalankan proses mentoring tersebut. Paul Stanley dan Robert Clinton berpendapat, “Mentoring adalah sebuah pengalaman rasional, yang melaluinya satu orang memberdayakan orang lain dengan cara berbagi sumber-sumber yang diberikan oleh Allah”. Tujuan dari mentoring formal adalah untuk membantu murid memahami kekuatan dan kelemahan mereka dan meningkatkannya melalui komunikasi terbuka dengan seorang mentor.
  • 6. Proses Pembinaan Katekisasi dengan cara Mentoring dilakukan sebagai berikut: - Menjadi Teladan: Dalam Injil Yohanes 13:15 Tuhan Yesus mengatakan kepada murid-muridNya: “sebab Aku telah memberikan suatu teladan kepada kamu, supaya kamu juga berbuat sama seperti yang telah Kuperbuat kepadamu” Pemuda membutuhkan sosok atau figur yang bisa diteladani karena ada saja kemungkinan mereka tidak menemukan keteladanan tersebut di rumah mereka. Mungkin saja mereka tidak menemukan keteladanan tersebut dari orang tua dan juga tidak menemukan orang lain yang patut diteladani dalam pergaulan mereka maka sebenarnya mereka terus mencari orang yang dapat menjadi contoh bagi kehidupan mereka. Hal ini sebagai kebutuhan mereka untuk mendapatkan orang lain yang dapat menjadi contoh bagi mereka untuk dapat dijadikan pembimbing atau panutan sekaligus mungkin menjadi seorang sahabat yang dapat mengerti dan mau menerima segala keterbatasan dan kelemahan mereka. Dalam Kisah Para Rasul 1:1, Lukas mencatat apa yang Yesus kerjakan dan ajarkan. Inilah prinsip mentoring yang sangat penting. Kristus mengerjakan (menunjukkan) dulu apa yang akan diajarkan-Nya, barulah kemudian Ia mengajarkannya. Mengapa prinsip ini sangat penting dalam Kerajaan Allah? Sebab dengan melihat teladan dari apa yang kita ajarkan, orang dapat melakukannya dengan mudah. Sebuah prinsip yang paling penting dalam melakukan mentoring adalah “kita tidak dapat melatih apa yang belum kita lakukan:. Paulus tidak meminta jemaat Filipi untuk mencontoh perkataan- perkataannya saja, tetapi yang terutama adalah mencontoh teladannya. Hal ini ditulis dalam surat Filipi 3:17, “Saudara-saudara, ikutilah teladanku dan perhatikanlah mereka, yang hidup sama seperti kami yang menjadi teladanmu” Dalam Kisah Para Rasul 1:1, Lukas mencatat apa yang Yesus kerjakan dan ajarkan. Inilah prinsip mentoring yang sangat penting. Kristus mengerjakan (menunjukkan) dulu apa yang akan diajarkan- Nya, barulah kemudian Ia mengajarkannya. Apa saja yang kita ingin orang lain lakukan akan lebih mudah ditularkan lewat contoh langsung. Mengapa pelayanan gereja masa kini banyak yang tidak berdampak besar atas dunia? Persoalan utamanya adalah gereja tidak berfokus pada keteladanan yang menghasilkan teladan-teladan pada angkatan berikutnya. Tujuan hidup para Mentor dan Pengajar Katekisasi adalah meneladani Kristus dan Mentor serta Pengajar Katekisasi tersebut juga harus terus-menerus menjadi teladan dan mendorong orang yang dipimpinnya untuk menjadi teladan bagi orang lain. - Membimbing: Dalam Kisah Para Rasul 8:30-31 saat Filipus bertemu dengan sidasida Etiopia yang sedang membaca kitab nabi Yesaya: Filipus segera ke situ dan mendengar sida-sida itu sedang membaca kitab nabi Yesaya. Kata Filipus: “Mengertikah tuan apa yang tuan baca itu? Jawabnya: “Bagaimanakah aku dapat mengerti, kalau tidak ada yang membimbing aku?” Lalu ia meminta Filipus naik dan duduk di sampingnya. Dalam Injil Markus 1:17 Yesus berkata kepada mereka: “Mari, ikutlah Aku, dan kamu akan Kujadikan penjala manusia.” Kata “ikutlah Aku” menunjukkan bagaimana Tuhan Yesus mau membimbing murid-
  • 7. murid-Nya. Seakan Tuhan Yesus berkata, “Aku melakukan, dan engkau bersama-sama dengan Aku.” Tuhan Yesus tidak hanya memberi perintah tetapi Ia juga memberikan petunjuk dan arahan apa yang harus murid-murid-Nya lakukan dengan cara melihat apa yang Ia lakukan. Jarot Wijanarko menuliskan dalam buku Father and Son bahwa mentor (dalam hal ini pemimpin kaum muda) adalah seorang yang lebih dewasa, yang secara nyata membimbing, baik dalam kehidupan sehari-hari maupun dalam hal rohani. Membimbing adalah merupakan tugas yang penting bagi pemimpin kaum muda agar dapat menghasilkan pemimpin yang lebih baik. Dalam Alkitab menuliskan bahwa Paulus berhasil mementor Timotius menjadi seorang pemimpin jemaat dengan cara membimbingnya, seperti dikatakan dalam 2 Timotius 3:10, “Tetapi engkau telah mengikuti ajaranku, cara hidupku, pendirianku, imanku, kesabaranku, kasihku dan ketekunanku.” Di sini Paulus tidak hanya memberikan pengetahuan tetapi memberikan hidupnya untuk dapat membimbing Timotius sehingga menjadi pelayan Tuhan muda yang efektif. Proses pembimbingan ini tidak dilakukan hanya di awal saja, tetapi sampai seorang pemimpin muda yang baru dapat dihasilkan bahkan proses ini terus berlanjut selama proses bimbingan tersebut dibutuhkan. - Melatih: Setelah Tuhan Yesus memanggil murid-murid-Nya, Ia mengawali pelatihan dengan memberikan tujuan dari panggilan tersebut dan apa yang akan dilakukan oleh murid-murid-Nya dalam proses selanjutnya. Yesus memberitahukan kepada mereka tentang tujuan panggilan dalam mengikuti-Nya yaitu untuk memenangkan jiwa dan memberikan mereka arahan bagaimana cara untuk memenangkan jiwa dengan memakai istilah “Penjala Manusia” yaitu suatu istilah yang paling dapat dimengerti oleh mereka pada saat itu. Dalam Yohanes 21:6 Yesus mengingatkan kembali apa yang telah Ia latih kepada murid-murid-Nya tentang bagaimana mereka harus belajar percaya dan melakukan firman serta menjadi penjala manusia. Pelatihan merupakan tempat di mana pemimpin kaum muda memberikan pengetahuan dan keterampilan kepada anggotanya agar nantinya mereka memiliki pengetahuan dan keterampilan yang cukup untuk dapat menjadi pemimpin yang dapat melatih orang lain. Kegiatan latihan merupakan elemen kepemimpinan sebagai pelayan yang paling penting dalam membantu orang untuk menyelesaikan sasaran kerja mereka. Khususnya bagi pelayanan pemuda di mana pemimpin kaum muda harus melatih generasi muda yang mungkin belum memiliki pengalaman dalam mengerjakan tugas-tugas atau tanggung jawab sebagai seorang pemimpin. Fungsi pemimpin kaum muda (mentor) sebagai pelatih adalah mengajar keterampilan- keterampilan (termasuk pengetahuan), memotivasi untuk mengobarkan karunia yang Tuhan berikan, menjadi model, dan mengevaluasi serta memberikan umpan balik kepada orang-orang yang sedang dilatihnya. - Mengutus: Alkitab menuliskan bahwa dalam pelayanan Tuhan Yesus, Ia juga mengutus-murid- murid-Nya untuk memberitakan Injil. (Markus 3:14-15). Alkitab menuliskan setelah Tuhan Yesus mempersiapkan murid-murid-Nya, maka tahap selanjutnya adalah Ia mengutus mereka untuk pergi melakukan apa yang telah Ia ajarkan.
  • 8. Pengutusan ini adalah bagian daripada proses mentoring. Dengan diberikannya tanggung jawab kepada anggota, maka mereka merasa bahwa dia dihargai dan dapat berarti bagi orang lain. Hal ini dapat menimbulkan rasa percaya diri bagi anggota tersebut sehingga pada saat ia menjadi seorang pemimpin, ia juga dapat memberi yang terbaik bagi anggotanya. Pengutusan yang diberikan oleh Mentor kepada para Peserta Kateksiasi bertujuan supaya dapat terus bermultiplikasi atau berbuah, baik dalam hal kerohanian maupun dalam kepemimpinan. Tentunya sebelum mengutus mentee-nya, pemimpin kaum muda sudah mengetahui kemampuan setiap anggotanya, sesuai dengan talenta dan karunia yang Tuhan berikan. Inilah yang menjadi Visi dan Misi dari para Mentor ketika memberikan bimbingan kepada para Peserta Katekisasi, yaitu agar nanti setelah di SIDI, mereka dengan semangat Kasih kepada Tuhan Yesus Kristus memberi diri berperan serta aktif dalam berbagai bagai kesempatan Persekutuan, Pelayanan, dan Kesaksian di Gereja. Sehingga dengan demikian, setelah di SIDI mereka bukan terhilang dalam lautan kesibukan kehidupan pribadinya masing-masing, namun memiliki semangat melakukan proses regenerasi kepemimpinan dan pelayanan di Gereja. - Multiplikasi: Proses mentoring ada untuk melahirkan para pemimpin baru khususnya pemimpin kaum muda yang mungkin dapat lebih baik dari pemimpinnya. Dalam Kisah Para Rasul 2:41²47 menuliskan cara hidup jemaat yang pertama. Setelah Yesus Kristus naik ke Sorga, maka murid-murid- Nya melakukan pelayanan dan proses mentoring. Hasilnya ditulis pada Kisah Para Rasul 2:47b, “Dan tiap-tiap hari Tuhan menambahkan jumlah mereka dengan orang yang diselamatkan.µ Bahkan bukan hanya itu saja, lewat pelayanan murid-murid Yesus Kristus menghasilkan pengikut-pengikut baru yang akhirnya dapat melayani sampai ke luar dari bangsa Yahudi. Maka tergenapilah perintah Amanat Agung yang dikatakan oleh Yesus Kristus sebelum naik ke Sorga. Hal ini juga akan terjadi dalam pelayanan dalam gereja jika proses mentoring dapat berjalan dengan baik bagi generasi muda dalam gereja. Gereja akan bertumbuh dan bermultiplikasi, serta menghasilkan pemimpin-pemimpin rohani yang baru. Tujuan mulia dari mentoring adalah reproduksi, berbuah, berlipat ganda atau bermultiplikasi. Di mana orang-orang yang dipimpin akan menjadi seorang yang memiliki kapasitas yang besar dan menjadi seorang pemimpin yang memberikan kontribusi yang berarti bagi Kerajaan Allah bahkan melebihi pemimpinnya sendiri. Pemimpin kaum muda yang memahami tentang proses mentoring akan mengalami multiplikasi pemimpin kaum muda yang baru. Pelayanan kaum muda harus berusaha untuk memenuhi kebutuhan anggotanya sesuai dengan perkembangan zaman. Dalam hal ini gereja juga harus memerhatikan kebutuhan tubuh, jiwa dan roh dari generasi muda dengan seimbang. Jika kebutuhan tersebut tidak dipenuhi dengan baik dan seimbang bagi generasi muda, maka mereka dapat mengalami pertumbuhan yang tidak seimbang. Dan hal ini dapat merugikan generasi muda itu sendiri, gereja dan lingkungan di mana mereka berada. Lewat pemahaman tentang mentoring akan mengakibatkan lahirnya pemimpin-pemimpin yang baru. Dampak dari lahirnya pemimpin-pemimpin baru yang berkualitas adalah terjadinya perkembangan dalam pelayanan.
  • 9. Mentor bermanfaat sebagai bentuk sifat relasional formasi pelayanan ketika mereka mendengar pemuda berbagi tentang kasih mereka yang mendalam kepada Tuhan dan mereka berkomitmen untuk melayani gereja, dan dunia secara keseluruhan. Dengan keterikatan emosional dan intelektual bersama dengan Mentor, maka diharapkan sebagian besar peserta Katekisasi dengan tulus mencari pemahaman yang lebih jelas tentang panggilan, dan panggilan pelayanan mereka ketika nanti mereka sudah diteguhkan Sidi menjadi Warga Sidi Jemaat GPIB. Proses mentoring dapat menghasilkan pemimpin baru yang transformatif. Proses mentoring yang dilakukan adalah memberikan contoh teladan yang alkitabiah, membimbing, melatih, dan mengutus sehingga hasil mentoring berdampak multiplikasi pemimpin-pemimpin kaum muda yang baru, dan memiliki kemampuan untuk mengembangkan pelayanan pemuda di gereja. Setiap perkembangan pelayanan yang dihasilkan oleh setiap pemimpin kaum muda tentunya untuk memuliakan nama Tuhan Yesus Kristus, dan untuk menggenapi Amanat Agung Tuhan Yesus Kristus. Pemuda dapat berpartisipasi dalam apa yang Tuhan lakukan di dunia. Sifat relasional mentoring yang terfokus pada pembentukan pelayanan dapat membantu gereja menjadi sadar akan beragam isu, dan tantangan yang dihadapi pemuda ketika mereka mempersiapkan kehidupan pelayanan. Tuhan rindu memanggil pemuda untuk melayani di gereja, dan mencari orang dewasa yang signifikan untuk membimbing mereka melalui proses Mentoring. (Nathan Chiroma, “Mentoring and the ministerial formation of seminary stuudents” Stellenbosch Theological Journal 3, no. 1 (2017): 63) Dengan adanya pemimpin kaum muda yang paham tentang mentoring, dan dengan bertambahnya pemimpin kaum muda baru (hasil mentoring) yang juga paham tentang mentoring, maka akan terjadi perkembangan pelayanan pemuda di gereja dan perkembangan pelayanan akan terus-menerus mengalami pertumbuhan. Petunjuk Teknis Pelaksanaan Pembinaan Katekisasi: 1. Memilih Mentor dan Pengajar: Mentor dan Pengajar Katekisasi dipilih dari Jemaat yang adalah Presbiter, mantan Presbiter, mantan Pengurus Pelkat atau Jemaat yang terbeban melayani sebagai Mentor yang sudah pernah mendapatkan bimbingan Pelatihan Mentor Katekisasi. Menjadi seorang mentor terkadang bukanlah sebuah pilihan kita sendiri, tetapi terkadang itu merupakan panggilan Allah buat kita. Dalam I Korintus 12:7, menjelaskan bahwa Roh Tuhan memberikan karunia ke tiap-tiap orang, sehingga dapat melayani sesuai dengan karunia yang diberikan Tuhan kepadanya. Terkadang kita menjadi seorang mentor bukanlah pilihan kita, bukan juga karena kita yang paling baik atau yang paling berhasil dari yang lain, tetapi karena kita diberikan anugerah itu, oleh Tuhan. 2. Syarat Mentor dan Pengajar: Panggilan menjadi seorang mentor itu sebuah karunia sekaligus juga sebuah tanggung jawab. Mereka yang memahami tantangan seorang mentor dan menanggapi secara positif adalah para mentor yang intuitif (mentor yang berbakat alami). Mereka yang memperoleh keterampilan melalui
  • 10. pelatihan untuk mengembangkan konpetensinya adalah seorang mentor inculcated (mentor yang dilatih). Mentor intuitif adalah seorang mentor visioner yang tidak hanya mampu mengantisipasi masalah, tetapi juga mampu membayangkan kemungkinan. Bukan hanya mengikuti arus, tetapi mereka bersedia untuk merintis lingkungan baru yang belum pernah dijalani. Bukan bersandar pada masa lalu, tetapi tertantang oleh status quo. Bukan menyelesaikan untuk jangka pendek, tetapi mereka menetapkan pandangan mereka untuk jangka panjang. Syarat secara administratif: 1) Seorang Mentor sebaiknya telah menjalani Pembinaan calon Mentor yang dilakukan oleh Pendeta (contohnya: Pada tahun 2015 Bapak Pendeta Paul A.J.Waney memberikan Pembinaan dan Pelatihan calon Mentor kepada Jemaat yang dibina dan dilatih khusus menjadi Mentor di GPIB Pasar Minggu). 2) Mentor yang sekaligus Pengajar: sudah pernah mendapatkan bimbingan dan pelatihan Pengajar Katekisasi yang diadakan oleh Gereja. 3. Cakupan/wilayah Mentoring: Mentoring sejati itu bersifat menyeluruh (holistik) dan menyentuh kedalaman hidup Peserta Katekisasi. Di dalam mentoring, perhatian Mentor perlu diberikan terhadap tiga struktur dasar yang sering tidak terlihat dalam kehidupan seorang Peserta Katekisasi. Wilayah-wilayah di dalam diri ini sering tidak diperhatikan karena bersifat sangat pribadi. Kerap hal-hal ini memang sengaja tidak ditunjukkan kepada orang lain. Akibatnya, wilayah-wilayah pribadi ini mudah terabaikan. Kalaupun dievaluasi, sifatnya hanya sepintas lalu. Saat ini terjadi, sesungguhnya mulai ada celah-celah berbahaya dalam hidup kita. Apabila kita tidak berhati-hati, celah-celah ini dapat dipakai iblis untuk menghancurkan kredibilitas dan aktivitas para pelayan Allah. Sebab itu, meski banyak perhatian yang diberikan untuk membangun kecakapan dalam proses mentoring, kita harus tetap memberi penekanan pada wilayah-wilayah kehidupan pribadi. Mentoring yang sejati itu harus bersifat menyeluruh dan menyentuh kedalaman hidup. Kita perlu memberi perhatian kepada tiga wilayah pribadi dalam kehidupan orang yang dibimbing. Mentor yang bijaksana menolong orang untuk membentuk hidup yang beribadah, memperdalam kehidupan berkeluarga, dan memberdayakan hidupnya agar selalu bertumbuh. Oleh karena mempertimbangkan hal tersebut diatas, Mentoring yang efektif biasanya dibatasi jumlahnya, agar interaksi antara Mentor dan Mentee berjalan efektif. Idealnya 1 (satu) orang Mentor Katekisasi membimbing 2 (dua) sampai dengan 3 (tiga) orang Peserta Katekisasi. Petunjuk Pelaksanaan: 1. Proses Persiapan Mentor: Mentor melakukan proses diskusi dan evaluasi perkembangan Peserta Katekisasi setidaknya dua minggu sekali untuk membicarakan progress pembelajaran, dan evaluasi pengajaran serta
  • 11. membicarakan kesulitan-kesulitan yang dihadapi oleh Peserta Katekisasi dalam memahami Pelajaran. Informasi-informasi, atau Pertanyaan dari Peserta, yang disharingkan oleh para Mentor ini disampaikan juga kepada Pengajar dalam proses persiapan pengajaran di bahan Pelajaran Katekisasi yang akan disampaikan. Peran Mentor: Para mentor, seperti halnya para pendeta, memiliki tiga peran yang sangat penting. Menggembalakan, mengajar, dan memimpin adalah tiga kompetensi yang harus dimiliki dalam panggilan pastoral. Kompetensi yang sama juga harus dimiliki oleh mereka yang berperan sebagai mentor. 1) Mentor yang Menggembalakan: Mentor yang menggembalakan mengenal kondisi orang yang dibimbingnya. Ia peka dengan kebutuhan-kebutuhan mereka. Seperti Rasul Paulus, seorang mentor yang menggembalakan tahu bagaimana menegur mereka yang hidupnya tidak tertib, menghibur mereka yang tawar hati, menolong mereka yang lemah, dan sabar terhadap semua orang (I Tes. 5:14). Ada tiga aspek dalam peran penggembalaan ini: Yang pertama, adalah memperhatikan. Kita membangun hidup orang yang kita bimbing melalui perkataan dan kehadiran kita. Ada pepatah bijak yang mengatakan, orang tidak peduli seberapa banyak kita tahu sampai mereka tahu seberapa banyak kita peduli. Yang kedua, adalah memberi konseling. Konseling membutuhkan beberapa pelatihan dan keterampilan. Dalam memberi konseling, mentor yang bijak akan mencari “akar” masalah dan bukan “ranting-ranting” yang kelihatan dari luar. Yang ketiga, adalah melatih. Melatih di sini termasuk mengarahkan mereka dalam pertumbuhan rohani; memperlengkapi mereka dengan prinsip-prinsip (mengapa melakukan sesuatu) dan keterampilan (bagaimana melakukannya dengan baik) yang dibutuhkan. 2) Mentor yang Mengajar: Orang yang berbeda belajar dengan cara yang berbeda. Sebab itu, mentor yang mengajar, perlu menyampaikan pengajarannya dengan cara yang beragam. Sebagian orang belajar paling baik dengan cara mengerjakan tugas bersama. Sebagian lagi belajar paling baik dengan cara membaca dan melakukan perenungan pribadi. Ada pula yang belajar paling baik melalui diskusi dan interaksi. Para mentor yang baik akan mencari cara mengajar yang efektif untuk tiap gaya belajar. Mereka mencari momen-momen yang tepat untuk mengajar, yaitu pada saat orang paling terbuka untuk belajar. Mentor bukan saja melontarkan pertanyaan yang tepat, mereka juga membekali orang yang dibimbing dengan prinsip-prinsip Firman Tuhan. Lebih jauh lagi, mereka berusaha menolong orang yang dibimbing itu untuk bisa menggali Firman Tuhan secara mandiri. 3) Mentor yang Memimpin:
  • 12. Mereka tidak sekedar menggembalakan atau mengajar orang. Mereka secara intensional mengarahkan orang pada satu tujuan akhir. Yaitu mengalami transformasi atau perubahan hidup sebagai Kerajaan Allah. Dengan kenyakinan yang kuat, mereka memimpin orang-orang yang dibimbing untuk menjadi pribadi-pribadi yang hidup sesuai dengan panggilan Allah. Mereka tidak hanya berfokus pada orang yang dibimbingnya, tetapi fokus pada Allah. 2. Proses Pembelajaran 1) Pelaksanaan Pembelajaran di Kelas (baik luring maupun daring, bisa disesuaikan dengan keadaan secara fleksibel): - Penyampaian Materi selama 30 menit, maksimal 45 menit - Diskusi Tanya Jawab di kelas/group besar: maksimal 15 menit - Pendalaman Diskusi bersama Mentor mengenai Aplikasi Pribadi: 15 menit 2) Proses Diskusi bersama Mentor dengan memperdalam Materi melalui 5 Pendekatan: 1. Apa Inti Pesan /Kebenaran yang saya pelajari dari Materi hari ini? 2. Apa Aplikasi / Penerapan yang akan saya terapkan pada diri pribadi saya? 3. Apa Tantangan/ Kendala yang saya hadapi untuk menerapkan prinsip Kebenaran Firman Tuhan yang saya pelajari hari ini? 4. Apa Misi / Tindakan yang harus saya lakukan untuk mengatasi Kendala tersebut diatas 5. DOA kan, Misi/ Tindakan dan Penerapan prinsip Firman Tuhan yang mau saya lakukan. Mentor membantu juga Mendoakan dan Membimbing Mentee dalam menerapkan Misi yang mau dilakukan oleh Mentee dalam pertumbuhan Iman nya. 3) Strategi Proses Pembelajaran di setiap tahapan Kurikulum: Referensi: Buku Kuning Kurikulum Katekisasi GPIB, Ketetapan Persidangan Sinode XIX, hal.7 I. Pokok Bahasan: PEMBINAAN WARGA GEREJA, sampai dengan akhir AJARAN GEREJA (Pertemuan ke-25) adalah fondasi dasar materi-materi yang paling penting. Peserta Katekisasi bisa diberikan Tugas membaca dan meringkas materi dari Buku INILAH SAHADATKU, karangan Dr. Harun Hadiwijono terbitan BPK Gunung Mulia. Peserta Katekisasi diminta membaca dan meringkas bagian-bagian halaman yang sesuai dengan mata pelajaran Katekisasi yang akan dihadiri. Sehingga sebelum kelas dimulai, mereka sudah terlebih dahulu membaca dan menangkap ringkas konsep yang diajarkan, sehingga dalam proses Pembelajaran di Kelas dan Diskusi Kelompok, proses diskusi tinggal memperdalam dan memantapkan apa yang mereka baca. Setiap selesai Pelajaran, juga diberikan Ayat Hafalan, yang merupakan ‘ayat emas’ dari apa yang baru saja dipelajari agar diingat dan dihayati menjadi bagian dari pemikiran dan hati sanubari si Peserta Katekisasi. Variasi Kegiatan: apabila tidak PPKM pandemi Covid, bisa melakukan Ibadah Kebaktian Padang ke Puncak/Bogor sambil melakukan evaluasi.
  • 13. II.Pokok Bahasan: KONTEKS GEREJA sampai dengan pokok bahasan IBADAH dan DOA (Pertemuan ke-42). Sudah tidak diperlukan Tugas Meringkas Materi dari Buku. Namun Peserta akan diberikan Tugas yang lebih variatif misalnya Quiz, Permainan Cepat Tepat Alkitab, atau searching sebuah topik di Internet, mengenai beberapa topik/jenis materi tertentu dan kemudian di diskusikan secara kelompok. Tugas bisa saja berupa menonton video di Youtube, lalu dibuat intisari nya dan di diskusikan di Kelompok. Jenis tugas adalah yang “fun” dan “creative” sesuai dengan perkembangan zaman. Pengajar/Mentor bisa saja tidak memberikan tugas sama sekali, apabila penyampaian Materi dirasakan sudah cukup mudah dipahami Peserta. Hanya diberikan Ayat Hafalan. Mentor setiap juga secara rutin menanyakan kepada Mentee, apakah mereka melakukan SAAT TEDUH, dan apa yang mereka dapatkan dari moment Doa dan Saat Teduh mereka untuk mereka sharing kan di Kelompok. III. Pokok Bahasan: KAPITA SELEKTA (sampai dengan akhir Pertemuan ke-48) Pada periode ini para Peserta Katekisasi lebih banyak mulai diperkenalkan kepada para Pengurus dan Pelayan di Pelkat-Pelkat dan Komisi-Komisi di Gereja. Tujuannya agar mereka memahami dan mulai mempelajari sesuai dengan peminatannya, apa saja bidang pelayanan di Gereja yang akan bisa selaras dengan Talenta dan Karunia yang dirasakan dimiliki oleh masing-masing Peserta Katekisasi. Peserta Katekisasi juga diminta mengerjakan Assessment Karunia Rohani (Bahan dari Bapak Pendeta Paul A.J. Waney) untuk melakukan assessment diri sendiri, mengenai Karunia- Karunia apa yang kira-kira menonjol dalam diri mereka sehingga mereka dapat mengasah dan mengembangkan Karunia tersebut dalam mengambil peran serta dalam gerak langkah kegiatan-kegiatan Persekutuan, Pelayana dan Kesaksian di Gereja. Mentor membantu para Mentee dalam terus menerus mengasah dan menemukan Talenta mereka sehingga dapat menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari. Periode ini juga ada variasi kegiatan misalnya menonton Filem Rohani bersama, lalu mendiskusikan filem Rohani tersebut dari sudut pandang Iman Kristen. 3. Proses Evaluasi: Kegiatan Evaluasi Pembelajaran dibedakan menjadi dua metode: 1) Kegiatan Evaluasi Rutin: setiap selesai 5 (lima) Pelajaran, para Peserta diberikan Link Google Form QUIZ. Ketika Peserta selesai mengerjakan Quiz di Google Form tersebut, mereka akan langsung bisa melihat Score /Nilai mereka. Di bawah Jawaban mereka, juga akan bisa melihat apakah Jawaban mereka benar atau salah. Bukan hanya itu saja, Peserta juga dapat langsung melihat Penjelasan Jawaban. Sehingga Peserta Katekisasi semakin dikuatkan keyakinannya apakah analisa dan pemahaman mereka sudah benar sesuai dengan Materi Kurikulum.
  • 14. Variasi bisa dilakukan juga misalnya dengan aplikasi internet Kahoot, dlsbnya. Untuk Peserta yang meraih nilai-nilai tertinggi, Mentor atau Pengajar bisa saja memberikan hadiah apresiasi yang sifatnya fun and creative. 2) Kegiatan Evaluasi tatap muka: Saat tidak ada pembatasan PPKM pademi Covid, Evaluasi ini bisa diadakan saat Kebaktian Padang di Puncak/Bogor atau Kebun Raya Bogor. Komisi Katekisasi akan mengundang para Pengajar Katekisasi untuk menjadi Penguji-Penguji. Suasana Evaluasi dibuat fun dan menyenangkan, sehingga Peserta Katekisasi menjalani dengan riang dan gembira. Evaluasi tatap muka diadakan di Paruh Waktu Pertama (Pertemuan ke 25), dan saat akan Peneguhan Sidi (Setelah Pertemuan ke 48). Saat Evaluasi ke Dua, Evaluasi menyertakan para Pendeta dan Majelis untuk melakukan Pemeriksan kepada para Calon SIDI. Lokasi biasanya di Gedung Gereja. Sebelum Pemeriksaan Akhir oleh Pendeta dan Majelis Jemaat, biasanya para Mentor memberikan ringkasan-ringkasan Pelajaran Katekisasi untuk dapat dibaca dan dipahami ulang oleh para Peserta Katekisasi sebagai pembekalan /persiapan pendadaran jelang Sidi. Demikianlah Proses Pembinaan Katekisasi dengan sistem Mentor Pemuridan yang dicanangkan oleh Bapak Pendeta Paul A.J. Waney sejak tahun Ajaran Katekisasi 2014/2015 dan diteruskan oleh Ketua Majelis Jemaat Bapak Pendeta Irdian Soelistiyantoro yang pernah diterapkan di GPIB Pasar Minggu. Hasil atau buah-buah dari Pelayanan Pembinaan Katekisasi dengan sistem Mentoring Pemuridan ini terbukti efektif dalam membantu para Pengurus Pelkat-Pelkat dan Komisi-Komisi dalam menemukan calon-calon kader muda regenerasi kepelayanan dan kepemimpinan dalam Kegiatan Pelayanan di Gereja GPIB Pasar Minggu yang berkembang pesat dalam 7-8 tahun terakhir. Para mentor memimpin mendorong Peserta Katekisasi bertumbuh dalam pengharapan dan iman menjadi Warga Sidi Jemaat yang dewasa dan ber Karakter Kristus. Mereka menantang orang yang dibimbing untuk ambil bagian dalam pekerjaan Allah dengan cara memberikan teladan. Mereka memimpin dengan menunjukkan contoh. Orang yang dibimbing dapat melihat dengan jelas adanya semangat, tujuan hidup, dan perjuangan meraih tujuan tersebut, dalam kehidupan para mentor ini. Inilah para pemimpin visioner yang mau memberi diri membimbing orang lain. Kiranya jumlah orang yang demikian makin bertambah. Metode Mentoring yang diterapkan di Pembinaan Katekisasi ini diharapkan semoga juga dapat diterapkan secara konsisten dan terus menerus di Gerakan Pemuda sehingga proses Tumbuh Bersama dalam Kelompok Pemuridan ini tidak berhenti di Proses Katekisasi saja, namun berjalan dan bertumbuh terus menerus di Gerakan Pemuda. TUHAN YESUS MEMBERKATI PELAYANAN KITA SEMUA. AMIN.
  • 15. *) Profil Penulis: Penulis adalah mantan Presbiter di GPIB Pasar Minggu dan kemudian secara khusus memberi diri dalam pelayanan Komisi Katekisasi dengan metode Mentoring dan Pemuridan; putera dari Alm.DR.SUHARSO,MA.